Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

27
Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan. Suatu Tantangan dan Kesempatan Yang Menarik Kumaresan Yogeswaran and Scott K. Fung Department of Medicine, University of Toronto, Toronto, Canada Hepatitis B kronik (CHB) mempengaruhi 350 juta orang di seluruh dunia. Penularan secara perinatal merupakan penyebab infeksi dan komplikasi terbanyak, termasuk sirosis dan karsinoma hepatoseluler (HCC). Sangatlah penting untuk mengenali dan memberikan perawatan secara tepat pada pasien- pasien yang menderita Hepatitis B Kronik dalam kehamilan, yang berfungsi untuk mengurangi resiko penularan pada neonatus dan mengurangi angka morbilitas dan mortilitas penyakit Hepatitis B Kronik. Skrining untuk Hepatitis B Kronik sangatlah di rekomendasikan pada seluruh ibu-ibu hamil dengan penggunaan vaksinasi Hepatitis B dengan atau tanpa adanya HBIG. Penggunaan vaksin ini memberikan hasil dengan menurunnya angka kejadian HBsAg seropositif dan HCC di daerah dimana vaksinasi ini diberlakukan. Metode persalinan dan pemberian asi tidak berperan dalam penularan Virus Hepatitis B (HBV) berdasarkan data yang ada. Secara keseluruhan, HBV tidak meningkatkan angka mortalitas ibu dan anak. Penggunaan terapi antivirus oral selama trimester III terhadap ibu dengan HBsAg + dengan HBV DNA=7 log IU/ml mungkin bisa berguna dalam pencegahan terhadap infeksi. Penggunaan terapi bisa digunakan lebih awal pada ibu-ibu hamil untuk penderita penyakit hati yang sedang aktif terinfeksi yang ditandai dengan tinggi ALT, konsentrasi HBV DNA dan atau fibrosis hepatik yang signifikan.

Transcript of Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

Page 1: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan.

Suatu Tantangan dan Kesempatan Yang Menarik

Kumaresan Yogeswaran and Scott K. Fung

Department of Medicine, University of Toronto, Toronto, Canada

Hepatitis B kronik (CHB) mempengaruhi 350 juta orang di seluruh dunia. Penularan

secara perinatal merupakan penyebab infeksi dan komplikasi terbanyak, termasuk sirosis dan

karsinoma hepatoseluler (HCC). Sangatlah penting untuk mengenali dan memberikan

perawatan secara tepat pada pasien-pasien yang menderita Hepatitis B Kronik dalam

kehamilan, yang berfungsi untuk mengurangi resiko penularan pada neonatus dan

mengurangi angka morbilitas dan mortilitas penyakit Hepatitis B Kronik. Skrining untuk

Hepatitis B Kronik sangatlah di rekomendasikan pada seluruh ibu-ibu hamil dengan

penggunaan vaksinasi Hepatitis B dengan atau tanpa adanya HBIG. Penggunaan vaksin ini

memberikan hasil dengan menurunnya angka kejadian HBsAg seropositif dan HCC di daerah

dimana vaksinasi ini diberlakukan. Metode persalinan dan pemberian asi tidak berperan

dalam penularan Virus Hepatitis B (HBV) berdasarkan data yang ada. Secara keseluruhan,

HBV tidak meningkatkan angka mortalitas ibu dan anak. Penggunaan terapi antivirus oral

selama trimester III terhadap ibu dengan HBsAg + dengan HBV DNA=7 log IU/ml mungkin

bisa berguna dalam pencegahan terhadap infeksi. Penggunaan terapi bisa digunakan lebih

awal pada ibu-ibu hamil untuk penderita penyakit hati yang sedang aktif terinfeksi yang

ditandai dengan tinggi ALT, konsentrasi HBV DNA dan atau fibrosis hepatik yang

signifikan. Lamivudin, tenofovir dan telbifudin aman dan efektif dan merupakan obat pilihan

untuk ibu hamil. Bagaimanapun juga, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan

peranan utama terhadap terapi antivirus pada wanita hamil yang carier HBV. (Korean J

Hepatol 2011;17:1-8)

PENDAHULUAN

CHB pada kehamilan merupakan suatu kejadian dan tantangan yang menarik. Lebih

dari 50% dari 350 juta orang yang carier CHB mendapatkan infeksi secara perinatal; pada

ibu-ibu yang HBeAg + angka penularan tinggi sebesar 90%. Kebanyakan (lebih dari 95%)

orang yang menderita infeksi secara perinatal ini dikarenakan variable durasi induksi

daripada tolerasi sistem imun. Di seluruh dunia, CHB tetap menjadi masalah kesehatan;

setiap tahun 600.000 orang meninggal karena penyakit ini seperti gagal hati, sirosis, dan

Page 2: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu, pencegahan infeksi secara perinatal merupakan

target utama dalam perjuangan untuk mengahapuskan infeksi hepatitis B.

Angka kejadian hepatitis B pada ibu hamil bervariasi berdasarkan lokasi geografis

dan etnik yang berbeda. Di USA, angka kejadian HBsAg pada wanita asia 6%, afrika-

amerika 1%, 0,6% pada non Hispanics white dan 0,1 pada etnik Hispanics. Di daerah

endemis seperti cina dan asia tenggara angka kejadian mungkin saja tinggi sebesar 10-20%.

Kali ini dikarenakan pola imigrasi di Amerika Utara, negara tempat di lahirkan dan etnik

merupakan faktor resiko yang penting dalam angka kejadian HBV.

Pada jurnal ini akan fokus terhadap strategi untuk mengurangi angka penularan CHB

pada ibu dan anak. Skrining HBsAg, vaksinasi HBV, metode persalinan dan asi dengan obat

oral profilaksis antivirus akan dibahas disini. Berdasarkan penelitian dari agen anti virus

dalam kehamilan. Kami merancanakan suatu algoritma dalam pencegahan penularan HBV

secara perinatal.

SKRINING

Karena dibutuhkannya suatu vaksin yang aman dan efektif dalam melawan HBV,

skrining HBV selama perinatal telah menjadi standar dalam ANC (perawatan antenatal).

Dalam proses skrining kita dapat mengidentifikasi janin mana yang membutuhkan

imunoprofilaksis dengan vaksinasi HBV dan HBIG, dan terapi antivirus terhadap ibu-ibu

hamil yang carier dan konsuling terhadap masalah sexual dan rumah tangga. Skrining

hepatitis b secara menyuluruh terhadap ibu hamil merupakan standar ANC. Hal ini menjadi

standar dikarenakan ditemukan penurunan HbsAg + pada ibu hamil sebesar 50% pada

beberapa populasi di Denmark. Oleh karena itu, AASLD merekomendasikan terhadap semua

wanita hamil harus di skrining HBsAg pada trimester 1 kehamilan, walapun sebelumnya

sudah di vaksinasi atau di test. Sama halnya dengan USPSTF merekomendasikan skrining

pada saat pertama kali kontrol kehamilan. Dalam prakteknya semua pasien HBSAG + yang

ingin melahirkan, harus di rujuk ke rumah sakit dengan tujuan untuk medapatkan

imunoprofilaksis yang tepat. Lebih lanjut lagi semua pasien hamil dengan HBsAg+ secara

ideal harus disarankan untuk konseling dan mendapatkan pengelolahan medis secara tepat.

Page 3: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

VAKSINASI

Sejak ditemukannya vaksin HBV rekombinan pada tahun 1982, beberapa badan

kesehatan, termasuk WHO merekomendasikan penggunaan vaksin ini terhadap janin-janin

yang akan dilahirkan oleh ibu-ibu hamil yang HbsAg + dan beberapa grup yang mempunyai

faktor resiko yang tinggi pada penularan penyakit ini (tabel 1). Secara global, lebih dari 160

negara telah menggalakan vaksinasi ini terutama di negara-negara yang endemik HBV. WHO

merekomendasikan vaksin HBV pertama kali diberikan dalam 24 jam persalinan dan

vaksinasi kedua dan ketiga diberikan secara rutin berdasarkan jadwal imunisasi. Imunisasi

pasif HBIG dan pemberian vaksinansi HBV boleh diberikan pada janin yang akan dilahirkan

oleh ibu yang HBsAg +. Bagaimanapun, WHO mengakui batasan yang berhubungan dengan

masalah biaya dan suplai dari HBIG di daerah endemik tertentu. CDC juga menyarankan

pemberian vaksinasi HBV pertama kali diberikan segera setelah persalinan dengan atau tanpa

HBIG. USPSTF merekomendasikan dosis pertama HBV dan HBIG diberikan dalam waktu

12 jam setelah persalinan. Beberapa penelitian telah merekomendasikan keuntungan dari

penggunaan vaksinasi dalam mengurangi angka kejadian HBsAg.

Beasley dkk, telah melaporkan hasil dari pemberian vaksin HBV dan HBIG secara

random terhadap pencegahan penularan perinatal pada 172 janin yang ibunya menderita

HBsAg + yang dipantau selama 2 tahun setelah kelahiran. Secara keseluruhan, ada perbedaan

yang sangat signifikan pada orang yang HBSAG + 6 % (9/156) janin yang menerima

imunoprofilaksis dibandingkan dengan 88% orang yang sering kontrrol. Tidak ada perbedaan

kemanjuran antara vaksinasi HBIG dan HBV (94%), dibandingkan dengan pemberian HBIG

saja (71%) atau pemberiaan vaksinasi HBV saja (75%). Penelitian yang serupa yang

dikerjakan oleh wong dkk,meneliti 4 jadwal vaksinasi pada 1440 janin yang terlahir dari ibu

yang HBeAg+. Pemberian HBV diberikan pada usia 0,1,2 dan 6 bulan setelah kelahiran.

HBV persisten (>/ 6 bulan) akan berkurang secara signifikan dengan terapi vaksinasi dan 7x

suntikan HBIG (2,9%), vaksinasi + 1 kali suntikan HBIG presetasinya (6,8%), dengan

pemberian vaksinasi saja (21%), dibandingkan dengan pemberian plasebo (73%, P<0.0001) .

Pemberian suntikan HBIG secara multiple sepertinya tidak memberikan efek tambahan yang

menguntungkan. Sistem etik dan metanalisis terbaru dari 29 percobaan secara random yang

terkontrol melaporkan secara keseluruhan pengurangan dari HBSAG seropositif dengan

penggunaan vaksin sendiri ( RR 0,28) atau dengan kombinasi HBIG (RR= 0,08)

dibandingkan terhadap plasebo. Bagaimanapun, hanya sebagian kecil dari percobaan yang

Page 4: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

kulaitas tinggi yang melibatkan dalam penelitian ini dan kebanyakan (62%) hanya melibatkan

ibu yang HBeAg +

Meskipun keterbatasan pada percobaan, vaksinasi secara universal telah diterima dan

dlaksanakan mengurangi faktor resiko penularan perinatal dan akhirnya sebagai

menghentikan penyakit (table 2). Pemantauan jangka panjang terhadap penelitian di Taiwan

dimana vaksinasi telah diberlakukan lebih dari 20 tahun telah menunjukan penuruan secara

signifikan terhadap penularan perinatal dan komplikasi CHB termasuk infeksi akut dan

HCC. Chang dkk, telah medomonstrasikan bahwa penurunan kejadian HCC di taiwan pada

anak 6-14 tahun dari 0,70/100.00 pada tahun1981-1986 berkurang menjadi 0,36/100.000

pada tahun 1990-1994 ( P<0,01). Walapun penelitian ini menyarankan bahwa pemberian

vaksinasi terhadap janin itu efektif, tidak semua janin merespon terhadap vaksinnya dan

infeksi kronis telah dilaporkan sebesar 1-10% terhadap janin yang telah menerima imunisasi

sebelummnya. Hal ini dikarenakan berkembangnya infeksi sudah ada.

Tabel.1 Faktor resiko hepatitis virus B berdasarkan AASLD 6

- Orang yang tinggal di daerah endemis (asia, afrika, pulau pasifik selatan, amerika utara dan

selatan, karibian, termasuk alaska, kanada, greenland)

- Orang yang tidak di vaksinasi tinggal di daerah endemis HBV

- Pasangan sexual yang berubungan dengan pasangannya HbsAg+

- Pengguna narkoba

- Pasangan sexual yang lebih dari satu

- Pasien dialisis

- Semua wanita hamil

- Riwayat HIV dan HCV

- Orang yang mendapatkan terapi imunosupresive

Page 5: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

Tabel.2 Jadwal Vaksinasi HBV berdasarkan CDC

Pada saat dilahirkan

- Bayi lahir dengan ibu HbsAg+ sebaiknya diberikan vaksin HBV dan HBIG ≤ 12 jam

setelah melahirkan

- Jika status ibu dengan HbsAg tidak diketahui, bayi yang baru lahir sebaiknya

diberikan vaksin HBV ≤ 12 jam; sebaiknya seorang ibu harus mengetahui status

HbsAg dia +/-, dan juga bayi yang baru lahir sebaiknya mendapatkan vaksin HBIG ≤

1 minggu setelah melahirkan dengan ibu HbsAg -, pertama kali vaksin HBV

seharusnya diberikan sebelum masuk rumah sakit pada saat kehamilan aterm dan 1

bulan setelah melahirkan atau

Setelah melahirkan

- Semua bayi harus menyelesaikan seri vaksinasi HBV (biasanya dua vaksin tambahan)

sesuai vaksinasi secara lokal direkomendasikan jadwal

- Bayi yang lahir dari ibu yang HbsAg + seharunya di tes untuk HbsAg dan anti HBS

untuk melakukan vaksinasi (biasanya 9-18 bulan)

PERANAN DARI TERAPI ANTI VIRUS

Transmisi dari infeksi HBV termasuk pasien dengan status HBeAg positif dan

tingginya kadar HBV DNA, biasanya nilai kadarnya ≥108 copies/ml. Peranan faktor lain

seperti genotype dari virus dan mutasinya masih belum jelas terpapar. Strategi untuk

mencegah terjadinya penyebaran infeksi “despite” vaksinasi termasuk pemberian HBIG

selama masa kehamilan dan sesegera mungkin setelah terjadinya proses persalinan. Baru –

baru ini, terapi antivirus nucleostide seperti lamivudine telah diteliti untuk kasus ini, sama

halnya dengan pengaruhnya terhadap kondisi pada penyakit immunodefisiensi virus pada

manusia (HIV) yang menginfeksi wanita hamil. Peranan dalam terapi antivirus pada wanita

hamil yang membawa virus HBV telah digunakan dalam beberapa penelitian. Suatu

penelitian telah melibatkan 8 orang ibu yang mengidap HBeAg positif dengan kadar virus

yang tinggi ( ≥1,2 x 109 gec/mL) dimana mereka telah di terapi dengan lamivudine 150 mg rutin

sehari – hari mulai dari kehamilan 34 minggu sampai ke masa persalinan dibandingkan

Page 6: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

dengan 24 janin yang terlahir dari ibu yang mengidap HBeAg positif yang tidak diterapi

(grup kontrol). Semua ibu memperoleh imunisasi secara pasif maupun aktif. Pada group

terapi, hanya 1 bayi (12,5%) yang tetap mengidap HBsAg-positive pada satu tahun

dibandingkan dengan 28% bayi yang didalam group kontrol. Terjadi penurunan kadar HBV

DNA sebesar 1 log genome yang equivalen per mL (geq/mL) atau lebih dalam 5 (63%) janin

yang terdapat dalam group terapi (durasi 6 – 40 hari). Tidak ada kejadian merugikan yang

dilaporkan dalam percobaan kecil ini, hal ini membuat kita memperkirakan bahwa

penggunaan lamivudin adalah aman dan efektif dalam mengganggu transmisi virus HBV

selama masa perinatal.

Penelitian dalam sekala besar dalam penggunaan metode double blind plasebo secara

acak dari 155 wanita yang mengidap HBeAg-positive dengan kadar HBV DNA ≥1,000

Meq/mL tetapi mainly normal ALT dibandingkan dengan penggunaan lamivudin 100mg

secara rutin terhadap plasebo ( tabel 3 ). Terdapat 141 bayi yang menerima

immunoprophylaxis, tetapi hanya 115 orang yang menerima vaksin HBV dan HBIG yang

dilibatkan sebagai analisis akhir. Ibu – ibu yang secara acak menerima terapi lamivudin

dimulai pada kehamilan 32 minggu dan berakhir pada 4 minggu setelah melahirkan. Pada 52

minggu setelah melahirkan, 10/56 (18%) janin yang terlahir dari ibu dengan terapi lamivudin

tetap menderita HbsAG positif dibandingkan dengan 23/59 (39%) janin yang berada dalam

perawatan group kontrol/standar. HBV DNA tetap terdeteksi pada 20% janin yang berada

pada grup terapi lamivudin dibandingkan dengan 46% janin yang yang berada pada group

kontrol ( p = 0,003). Tidak ada kejadian tambahan yang telah dilaporkan. Bagaimanapun, ada

beberapa batasan penting dalam penelitian ini. Peningkatan kadar HBsAg seropositif yang tak

terduga telah terlihat dalam grup perawatan standar, hal ini dengan memperkirakan bahwa

mungkin tidak semua bayi menerima immunoprophylaxis sebagaimana protokol

menganjurkan. Sebagai tambahan, kematian janin terhadap kontrol terjadi secara signifikan.

Dari data berdasarkan reanalisis menunjukan bahwa hanya terdapat suatu trend tetapi tidak

ada perbedaan yang signifikan dalam kepositifan HBsAg (6% grup lamivudin vs 12% grup

kontrol).

Data lebih lanjut berdasarkan keamanan dan kemunjuran dari telbivudine dalam

pencegahan penularan HBV secara perinatal telah bermuculan. Pan et al. Dengan

membandingkan hasil dalam 53 ibu yang menderita HBeAg yang telah diterapi dengan

telbivudine dari trimeseter ke 2 dan ketiga sampai 4 minggu setelah melahirkan dengan 35

pasien yang tidak terkontrol. Dalam penelitian ini, data dasar HBV-DNA adalah >6 log

copies/mL dan ALT > 40 IU/mL tetapi kurang dari 10x batas atas dari normal. Semua bayi

Page 7: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

menerima imunisasi secara aktif maupun pasif. Pada persalinan, 4% dan 23% bayi yang baru

lahir memiliki kadar HBsAG yang positif pada grup telbivudin dan grup kontrol. Walaupun

data ini menjanjikan, penelitian lebih lanjut dan kontrol lebih jauh masih diperlukan. Data

keamaan dalam penggunaan terapi anti virus sangatlah penting dilaporkan dari berbagai

macam penelitian klinis dan pendataan terhadapt antivirus yang dapat digunakan selama

kehamilan, pendataan utnuk HIV-positif secara individual, seperti yang tersebut pada tahun

2010, hanya 112 wanita dengan mono-infeksi HBV yang terlibat. Data klinik secara massal

telah dilaporkan. Dengan adanya lamivudin dan tenofir memiliki hasil yang sama dengan

penggunaan agent antivirus lainnya seperti entecavir, adefovir dan telbivudin tetaplah

terbatas. Secara keseluruhan rata-rata angka defek kelahiran berdasarkan terapi antivirus

diperkirakan sebesar 2,7% lahir hidup, dimana bisa dibandingkan dengan prevalensi di

populasi secara umum. FDA telah mengklasifikasikan entecavir, lamivudin, dan adefovir

sebagai obat kategori C, dimana telbivudine dan tenofovir dikategorikan sebgai obat kategori

B. Interferon telah diklasifikasikan sebagai kategori X ( tabel 4 ).

Keuntungan dari penggunaan terapi antiviral selama kehamilan meliputi: memberikan

efek penekanan terhadap antivirus yang ampuh, relatif aman dan tolerabilitas pada kehamilan

dan, dapat menurunkan transmisi HBV secara perinatal. Kerugiannya meliputi risiko

berkembangya resistensi antivirus pada ibu yang tergantung pada agen antivirus yang

digunakan, merupakan suatu kontraindikasi untuk ibu-ibu yang menyusui, dan akan

memberikan risiko flare hepatitis pada penghentian terapi. Dalam satu penelitian yang

melibatkan 31 pasien HBeAg-positif dan negatif, suar postpartum didefinisikan sebagai tiga

kali lipat dari peningkatan alanine amino transferase (ALT) yang terjadi pada 62% dari ibu

yang menggunakan lamivudine sebagai pengobatan dan kemudian menghentikan terapinya,

dibandingkan dengan 42% ibu yang tidak diobati. Mengingat keterbatasan jangka panjang

dan kemanjuran data pada terapi antiviral yang digunakan pada wanita hamil, Keputusan

untuk memulai pengobatan harus dilakukan berdasarkan pada kasus-kasus yang terjadi.

Dalam praktek klinis, tingkat DNA HBV diukur selama trimester kedua di semua ibu

hamil yang HBsAgnya positif (Gambar 1). Jika DNA HBV adalah ≥ 7 log IU / mL kemudian

profilaksis pengobatan awal pada trimester ketiga awal dengan menggunakan lamivudine,

tenofovir atau telbivudine harus dipertimbangkan. Konseling harus diberikan mengenai

tujuan pengobatan, Jangka waktu pengobatan, efek samping yang potensial, keamanan secara

keseluruhan di kehamilan bagi ibu dan janin, pemantauan pada pengobatan dan menyusui.

Jika ibu memutuskan untuk menyusui bayinya, maka semua terapi antivirus harus dihentikan

pada saat kelahiran, dengan tujuan untuk membatasi paparan terhadap si bayi. Selain itu,

Page 8: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

jadwal vaksinasi standar harus diikuti. Setelah penghentian terapi, ibu harus dipantau dengan

ALT serial dan tingkat HBV DNA untuk mendeteksi gejala pengobatan penarikan flare, yang

mungkin memerlukan pengobatan berikutnya.

Untuk pasien pembawa HBsAg-positif yang mengidap penyakit hati aktif selama

kehamilan, dapat kita menggunakan pedoman pengobatan standar yang yang berlaku. Tujuan

pengobatan dalam situasi ini adalah untuk mendorong remisi penyakit hati pada ibu, untuk

meminimalkan risiko kelahiran prematur. Aktivitas penyakit Persistent tercermin oleh ALT,

HBV DNA dan / atau kehadiran yang signifikan hati fibrosis (≥ F2 pada METAVIR)

menjamin pengobatan dini, (mis. pada trimester pertama). Karena pengobatan jangka panjang

mungkin diperlukan dalam pengaturan ini, pengobatan dengan tenofovir akan disukai karena

keselamatan secara keseluruhan dengan tingkat resiko antivirus resistance sangat rendah.

Tabel 3. Karakteristik awal ibu dan hasil pada bayi dari ibu yang menerima lamivudine

dibandingkan dengan placebo16

Lamivudine+vaksin+HBIG

(n=56)*

Plasebo+vaksin+HBIG (n= 59)

Karakteristik maternal

Umur rata-rata 26 25

ASIA 100% 100%

HbeAg + 99% 100%

Median HBV DNA 1,936 2390

Hasil pada janin

HbsAg positif (52

minggu kelahiran)

6% 12%

HBV DNA (52

minggu kelahiran)

20% 46%

Page 9: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

Tabel 4. FDA kehamilan kategori untuk HBV terapi antivirus

Kategori

kehamilan

menurut FDA

Deskripsi Antivirus

A Studi yang adekuat dan terkontrol tidak menunjukan

adanya suatu kegagalan atau resiko pada bayi yang

Page 10: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

dikandung pada trimester 1 (aman digunakan) dan

tidak ada bukti obat ini beresiko pada trimester

selanjutnya

B Studi terhadap reproduksi binatang percobaan

tidak memperlihatkan adanya resiko

terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada

ibu hamil atau sistem reproduksi binatang percobaan

yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan

tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada

studi terkontrol pada trisemester 1 dan tidak terdapat

bukti adanya resiko pada trisemester selanjutnya

Telbivudine

Tenofovir

C Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya

efek samping pada janin (teratogenik) dantidak ada

studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita

maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat

dalam kategori ini hanya boleh diberikan

kepada ibu hamil jika manfaat yangdiperoleh

lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada

janin.

Adefovir

Entecavir

Lamivudine

D Ada bukti positif yang menunjukan resiko merugikan

kepada ibu hamil. Data ini diperoleh dari investigasi

dan pengalaman marketing atau penelitian terhadap

manusia. Tapi keuntungan yang potensial dapat

diperoleh dari obat ini terhadap wanita hamil meskipun

terdapat resiko yang potensial dari penggunaan obat ini

X Studi pada binatang percobaan atau manusia

telah memperlihatkan adanya kelainan

janin(abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap

janin. Resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas

lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori

X merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau

interferon

Page 11: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

PERTIMBANGAN KHUSUS

Cara persalinan

Cara persalinan juga dapat berpotensi mempengaruhi risiko penularan HBV perinatal,

meskipun penelitian yang berbeda dapat menghasilkan data yang berbeda. Suatu penelitian

di Cina membandingkan kelahiran spontan vaginam, ekstraksi vakum atau forseps, dan

Caesar bagian dalam hal risiko penularan HBV. Di total, 301 bayi dari ibu HBsAg-positif

dilibatkan dan semua bayi menerima HBIG pada saat kelahiran dan vaksin hepatitis B segera

setelah lahir. Tidak ada perbedaan dalam tingkat HBsAg positif saat lahir antara 3 kelompok:

8,1%, 7,7%, dan 9,7% bayi, masing-masing. Sebaliknya, meta-analisis yang termasuk empat

percobaan acak menemukan bahwa operasi Caesar dibandingkan dengan spontan pervaginam

resiko penularan HBV lebih berkurang dari bu-ke-bayi (10,5% vs 28%). Meskipun hasilnya

signifikan secara statistik, studi termasuk memiliki metodologis flaws. Oleh karena itu, paling

kebidanan pedoman tidak mendukung rutin penggunaan operasi Caesar untuk mencegah

penularan perinatal HBV.

Menyusui

Penularan HBV melalui ASI sering menjadi keprihatinan lain dalam menghadapi ibu yang

HBsAgnya positif. Penelitian sebelumnya melaporkan HBsAg, HBeAg dan HBV DNA

terdeteksi di kolostrum. Titer HBsAg dan HBeAg yang tinggi dapat ditemukan pada ibu

dengan HBV DNA yang tinggi di serum, hal ini menunjukkan bahwa ASI merupakan

kendaraan yang penting untuk terjadinya proses transmisi. Namun, dalam studi populasi dari

69 bayi yang divaksinasi yang lahir dari ibu carrier, prevalensi HBsAg pada bayi yang diberi

ASI adalah 0/101 (0%) dibandingkan 9/268 (3%) yang diberi susu formula khusus untuk

bayi. Meskipun perbedaan ini tidak signifikan, hal ini menyarankan bahwa ASI mungkin

memiliki sifat antivirus karena ditemukannya imunoglobulin dan protein lain seperti

laktoferin didalam ASI, yang mungkin dapat menjelaskan terjadinya prevalensi HBsAg yang

lebih rendah pada bayi yang diberi ASI. Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan tidak

ada peningkatan risiko penularan dalam hal menyusui. Mengingat beberapa keuntungan

menyusui, WHO merekomendasikan menyusui bayi dari ibu HBsAg-positif bahkan di daerah

endemik dimana vaksinasi HBV mungkin tidak mudah didapatkan. Namun, masalah ini

masih kontroversial dan organisasi seperti American Academy of Pediatrics menunjukkan

bahwa menyusui tidak dihentikan, asalkan bahwa bayi menerima vaksin HBV dan HBIG.

Page 12: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

Terapi Nucleostide selama menyusui tidak direkomendasikan. Tidak didapatkan data

mengenai antivirus lamivudine dan agen lainnya dalam infeksi HBV mono-infeksi. Satu

studi yang membandingkan hematologi bayi dan toksisitas hati pada ibu yang menggunakan

terapi antiretroviral untuk infeksi HIV melalui ASI tidak menemukan perbedaan signifikan

antara ASI dan bayi yang diberi susu formula. Namun, hingga ada data klinis lebih lanjut

tentang keamanan dari tenofovir dan agen antivirus lainnya selama masa menyusui tersedia,

pegobatan antivirus pada infeksi HBV selama masa menyusui tetap menjadi suatu

kontraindikasi.

Hal ini dapat dijelaskan oleh penyakit hati aktif berhubungan dengan infeksi HBV

selama kehamilan dalam proporsi pasien yang dilibatkan, yang mungkin memiliki cenderung

untuk pengembangan obstetrik complications.33 Namun, angka kematian tidak berbeda nyata

antara kelompok dan studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan hubungan antara

komplikasi CHB dan ibu dan janin.

IBU DAN JANIN

Meskipun CHB mungkin berhubungan dengan angka kematian yang signifikan pada

pasien karier kronik yang tidak hamil, infeksi HBV tidak meningkatkan angka kejadian

mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin. Suatu penelitian besar yang membandingkan

824 ibu yang terkena HBsAg positif dibandingkan dengan 628 ibu yang HbsAgnya negatif

didapatkan tidak adanya perbedaan persalinan prematur, berat lahir, neonatal jaundice,

kelainan kongenital, begitu pula halnya dengan mortalitas selama masa perinatal.32 Namun,

beberapa case tercontrol terbaru meneliti perbandingan hasil dari 253 ibu hamil pembawa

HbsAg dibandingkan dengan 253 kontrol yang sesuai. Dalam analisis multivarietas, carier

HbsAg memiliki kenaikan resiko daripada DM gestasional, perdarahan antepartum,dan

ancaman akan terjadinya kelahiran prematur. Hal ini dapat dijelaskan oleh penyakit hati aktif

yang berhubungan dengan infeksi HBV yang terjadi selama kehamilan dalam proporsi pasien

yang dilibatkan, yang mungkin memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi

komplikasi dari obstetrik.33 Namun, angka kematian tidak berbeda nyata antara kelompok dan

studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan hubungan antara komplikasi CHB dan ibu

dan janin.

Page 13: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

KESIMPULAN

CHB pada kehamilan menghadirkan tantangan unik, tetapi juga kesempatan yang

penting untuk menghambat transmisi penularan HBV. Karena jalur transmisi melalui ibu-

janin adalah rute utama penularan HBV di seluruh dunia, strategi untuk memberantas HBV

atau untuk mengurangi beban global penyakit ini harus menargetkan langkah penting dalam

propagasi penyakit HBV. Untuk tujuan ini, berdasarkan populasi skrining dari semua wanita

hamil untuk HBV dan vaksinasi bayi universal yang diperlukan. Standar perawatan untuk ibu

HBsAg-positif termasuk vaksinasi HBV HBIG di pusat Amerika Utara. Infeksi kronis HBV

tampaknya tidak meningkatkan risiko maternalfetal morbiditas dan mortalitas. Selain itu,

standar persalinan pervaginam dan menyusui tampaknya tidak meningkatkan risiko penularan

HBV. Antivirus terapi menggunakan lamivudine, tenofovir atau telbivudine harus disediakan

untuk mereka yang memiliki penyakit hati aktif selama kehamilan dan bagi mereka dengan

sangat tinggi viral load HBV DNA> 7 log IU / mL pada ketiga trimester. Namun, uji klinis

lebih lanjut adalah diperlukan untuk menentukan peran profilaksis antivirus pada kehamilan.

Singkatnya, wanita hamil carier HBV diharuskan diberikan pengobatan dengan antivirus

yang aman, jika diindikasikan, dan immunoprophylaxis akan mengurangi Infeksi perinatal

HBV dan komplikasinya, risiko dan meminimalkan resiko ke janin atau bayi

Page 14: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

1. Jonas MM. Hepatitis B and pregnancy: an underestimated issue. Liver Int 2009;29 (Suppl

1):133-139.

2. World Health Organization. Hepatitis B vaccines. Wkly Epidemiol Rec 2009;84:405-419.

3. Chen CJ, Wang LY, Yu MW. Epidemiology of hepatitis B virus infectionin the Asia-

Pacific region. J Gastroenterol Hepatol 2000;15(Suppl): E3-E6.

4. Cowan SA, Bagdonaite J, Qureshi K. Universal hepatitis B screening of pregnant women

in Denmark ascertains substantial additional infections: results from the first five months.

Euro Surveill 2006;11:E060608.3.

5. Lok AS, McMahon BJ. Chronic hepatitis B: update 2009. Hepatology 2009;50:661-662.

6. Lin K, Vickery J. Screening for hepatitis B virus infection in pregnant women: evidence

for the U.S. Preventive Services Task Force reaffirmation recommendation statement. Ann

Intern Med 2009;150:874-876.

7. Mast EE, Margolis HS, Fiore AE, Brink EW, Goldstein ST, Wang SA, et al. A

comprehensive immunization strategy to eliminate transmission of hepatitis B virus infection

in the United States: recommendations of the Advisory Committee on Immunization

Practices (ACIP) part 1: immunization of infants, children, and adolescents. MMWR

Recomm Rep 2005;54:1-31.

Page 15: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

8. U.S. Preventive Services Task Force. Screening for hepatitis B virus infection in

pregnancy: U.S. Preventive Services Task Force reaffirmation recommendation statement.

Ann Intern Med 2009;150:869-873.

9. Beasley RP, Hwang LY, Lee GC, Lan CC, Roan CH, Huang FY, et al. Prevention of

perinatally transmitted hepatitis B virus infections with hepatitis B virus infections with

hepatitis B immune globulin and hepatitis B vaccine. Lancet 1983;2:1099-1102.

10. Wong VC, Ip HM, Reesink HW, Lelie PN, Reerink-Brongers EE, Yeung CY, et al.

Prevention of the HBsAg carrier state in newborn infants of mothers who are chronic carriers

of HBsAg and HBeAg by administration of hepatitis-B vaccine and hepatitis-B

immunoglobulin. Doubleblind randomised placebo-controlled study. Lancet 1984;1:921-926.

11. Lee C, Gong Y, Brok J, Boxall EH, Gluud C. Effect of hepatitis B immunisation in

newborn infants of mothers positive for hepatitis B surface antigen: systematic review and

meta-analysis. BMJ 2006;332: 328-336.

12. Chang MH, Chen CJ, Lai MS, Hsu HM, Wu TC, Kong MS, et al. Universal hepatitis B

vaccination in Taiwan and the incidence of hepatocellular carcinoma in children. Taiwan

Childhood Hepatoma Study Group. N Engl J Med 1997;336:1855-1859.

13. Chen HL, Chang CJ, Kong MS, Huang FC, Lee HC, Lin CC, et al. Pediatric fulminant

hepatic failure in endemic areas of hepatitis B infection: 15 years after universal hepatitis B

vaccination. Hepatology 2004;39:58-63.

14. del Canho R, Grosheide PM, Mazel JA, Heijtink RA, Hop WC, Gerards LJ, et al. Ten-

year neonatal hepatitis B vaccination program, The Netherlands, 1982-1992: protective

efficacy and long-term immunogenicity. Vaccine 1997;15:1624-1630.

15. van Zonneveld M, van Nunen AB, Niesters HG, de Man RA, Schalm

SW, Janssen HL. Lamivudine treatment during pregnancy to prevent

perinatal transmission of hepatitis B virus infection. J Viral Hepat 2003; 10:294-297. 8 The

Korean Journal of Hepatology Vol. 17. No. 1, March 2011

Page 16: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

16. Xu WM, Cui YT, Wang L, Yang H, Liang ZQ, Li XM, et al. Lamivudine in late

pregnancy to prevent perinatal transmission of hepatitis B virus infection: a multicentre,

randomized, double-blind, placebo-controlled study. J Viral Hepat 2009;16:94-103.

17. Pan C, Han GR, Zhao W, Jiang HX, Cao MK. A prospective open-label study to evaluate

the efficacy, safety and tolerability of telbuvidine (Ltd) in HBeAg+Chronic Hepatitis B

(CHB) pregnant women. [Abstract]. Hepatology 2010;52(Suppl 1):500A.

18. Feld JJ, Bzowej NH. Case presentation and debate: Hepatitis B. AASLD Postgraduate

Course 2010:63-68.

19. ter Borg MJ, Leemans WF, de Man RA, Janssen HL. Exacerbation of chronic hepatitis B

infection after delivery. J Viral Hepat 2008;15:37-41.

20. Marcellin P, Heathcote EJ, Buti M, Gane E, de Man RA, Krastev Z, et al. Tenofovir

disoproxil fumarate versus adefovir dipivoxil for chronic hepatitis B. N Engl J Med

2008;359:2442-2455.

21. Tran TT. Management of hepatitis B in pregnancy: weighing the options. Cleve Clin J

Med 2009;76(Suppl 3):S25-S29.

22. Bzowej NH. Hepatitis B therapy in Pregnancy. Curr Hepat Rep 2010; 9:197-204.

23. Wang J, Zhu Q, Zhang X. Effect of delivery mode on maternal-infant transmission of

hepatitis B virus by immunoprophylaxis. Chin Med J (Engl) 2002;115:1510-1512.

24. Yang J, Zeng XM, Men YL, Zhao LS. Elective caesarean section versus vaginal delivery

for preventing mother to child transmission of hepatitis B virus--a systematic review. Virol J

2008;5:100.

25. Lin HH, Hsu HY, Chang MH, Chen PJ, Chen DS. Hepatitis B virus in the colostra of

HBeAg-positive carrier mothers. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1993;17:207-210.

Page 17: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan

26. Hill JB, Sheffield JS, Kim MJ, Alexander JM, Sercely B, Wendel GD. Risk of hepatitis B

transmission in breast-fed infants of chronic hepatitis B carriers. Obstet Gynecol

2002;99:1049-1052.

27. Petrova M, Kamburov V. Breastfeeding and chronic HBV infection: clinical and social

implications. World J Gastroenterol 2010;16:5042-5046.

28. Beasley RP, Stevens CE, Shiao IS, Meng HC. Evidence againstbreast-feeding as a

mechanism for vertical transmission of hepatitis B. Lancet 1975;2:740-741

29. World Health Organization(WHO); Hepatitis B and breastfeeding. Update No. 22,

November 1996. WHO Web site (online), <http://www.

who.int/child_adolescent_health/documents/pdfs/hepatitis_b_and_ breastfeeding.pdf>

Accessed 2011.

30. Gartner LM, Morton J, Lawrence RA, Naylor AJ, O'Hare D, Schanler RJ, et al.

Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics 2005; 115:496-506.

31. Bae WH, Wester C, Smeaton LM, Shapiro RL, Lockman S, Onyait K, et al. Hematologic

and hepatic toxicities associated with antenatal and postnatal exposure to maternal highly

active antiretroviral therapy among infants. AIDS 2008;22:1633-1640.

32. Wong S, Chan LY, Yu V, Ho L. Hepatitis B carrier and perinatal outcome in singleton

pregnancy. Am J Perinatol 1999;16:485-488.

33. Tse KY, Ho LF, Lao T. The impact of maternal HBsAg carrier status on pregnancy

outcomes: a case-control study. J Hepatol 2005;43:771-775.

Page 18: Hepatitis B Kronik Pada Kehamilan