Hepatitis
-
Upload
denara-eka-safitri -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Hepatitis
Universitas Sumatera Utara
2.1. Definisi Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.31
Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan
dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan
klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.7
2.2. Anatomi dan Fungsi Hati
2.2.1. Anatomi Hati
Hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut
di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % berat orang badan orang dewasa
normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen
falsiformis. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3
bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus.14,15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Anatomi Hati
Gambar 2.2. Hati yang terkena hepatitis B
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 16
a. Vena porta hepatika yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan
mineral.
b. Arteri hepatika, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat
racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan
sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
disekresikan ke peredaran darah tubuh.
2.2.2. Fungsi Hati
Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi
dan penting untuk mempertahankan hidup. Ada 4 (empat) macam fungsi hati yaitu
:5
a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu.
Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu interlobular yang
terdapat di dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk
disimpan. Dalam sehari sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Bilirubin
atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan
cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu.
b. Fungsi Pertahanan Tubuh
Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi
maupun fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang
dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari
luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat
berbahaya akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer yang berada pada dinding
sinusoid hati. Dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat membersihkan
sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak
menyebar keseluruh tubuh.
c. Fungsi Metabolik
Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran
penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
d. Fungsi Vaskuler
Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200-
1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan
dari arteri hepatica sekitar 300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan
dalam memompa darah, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui
vena hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Akibatnya
terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat
besar.
2.3. Sejarah Hepatitis B
Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah “Penyakit kuning” dan
sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia.
Kemudian Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno (460-375 SM), yang menemukan
bahwa penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan penyakit tersebut
sebagai icterus infectiosa.17
Sifat menular dari penyakit ini telah diketahui pada abad 8 M, ketika Paus
Zacharias menganjurkan suatu tindakan untuk mencegah penularan lebih lanjut
yaitu dengan melakukan isolasi terhadap penderita.17
Universitas Sumatera Utara
Penyakit kuning yaitu hepatitis virus yang dikenal sebagai Water Viral
Hepatitis tercatat sebagai wabah untuk pertama kali pada tahun 1895 di Inggris,
kemudian timbul di Skandinavia pada tahun 1916 dan tahun 1944, lalu di New
Delhi tahun 1955.17
Pada tahun 1963 jenis hepatitis ini dikenal dengan Hepatitis Serum yaitu
hepatitis yang penularannya melalui darah dengan masa tunas 2-6 bulan. Pada tahun
1965 virus hepatitis B (VHB) ditemukan pertama kali oleh Dr. Baruch S. Blumberg
dan asistennya Dr. Barbara Werner. Mereka mendeteksi adanya suatu antigen
dalam darah seorang warga Suku Aborigin Australia penderita hemophilia. Antigen
ini kemudian dinamakan australian antigen. Sekarang lebih dikenal nama antigen
permukaan VHB (HBsAg) karena terdapat dipermukaan VHB. Atas jasanya
tersebut beliau mendapat hadiah nobel untuk bidang kedokteran pada tahun 1976. 5
2.4. Gejala Klinis
2.4.1. Hepatitis B Akut
Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul
sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :7
1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan
saat timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari.
Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan
jalur penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa
inkubasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan
timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering terjadi seperti : malaise, rasa
lemas, lelah, anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan
penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak
enak/nyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat
antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase prodromal ini berlangsung antara 3-
14 hari.
3. Fase Ikterus
Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur
akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri
abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada
sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.
4. Fase Penyembuhan
Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-
keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang masih terus dirasakan,
hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya
berkisar antara 2-21 minggu.
2.4.2. Hepatitis B Kronis
Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut
lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.7 Perjalanan
hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga (3) fase penting yaitu :8
Universitas Sumatera Utara
1. Fase Imunotoleransi
Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun tubuh toleren
terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam darah tinggi, tetapi tidak terjadi
peradangan hati yang berarti. Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif
dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.
2. Fase Imunoaktif (Fase clearance)
Pada sekitar 30% individu dengan persisten dengan VHB akibat terjadinya
replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak
dari kenaikan konsentrasi Alanine Amino Transferase (ALT). Pada keadaan ini
pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.
3. Fase Residual
Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan
pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut
akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel
hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang
menjadi negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal.
Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu :18
1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positif
Pada penderita ini sering terjadi kenaikan ALT (eksaserbasi) dan
kemudian penurunan ALT kembali (resolusi). Siklus ini terjadi berulang-ulang
sampai terbentuknya anti HBe. Sekitar 80% kasus pengidap ini berhasil
serokonversi anti
Universitas Sumatera Utara
HBe positif, 10% gagal serokonversi namun ALT dapat normal dalam 1-2 tahun, dan
10% tetap berlanjut menjadi hepatitis B kronik aktif.
2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positif
Prognosis pada pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan
VHB DNA yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat
dideteksi diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko menderita
kanker hati.
3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas.
Kemajuan pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya
HBV DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.
2.4.3 Hepatitis B Carrier
Hepatitis B carrier adalah individu dengan HBsAg positif yang tidak
menunjukkan keluhan dan tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit hati dan
pada pemeriksaan laboratorium menunjukka n hasil tes fungsi hati yang normal.
Karena penyakit hati akibat infeksi VHB umumnya tidak banyak gejala dan tes
fungsi hati sering tidak dapat menunjukkan penyakit hati, maka penderita
hepatitis B carrier adalah individu yang sebenarnya menderita VHB yang tidak
terdeteksi secara fisik maupun laboratorik.27
2.7. Cara Penularan
Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal
dan penularan horizontal.11
2.7.1. Vertikal
Universitas Sumatera Utara
Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya.
Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau
perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukka n bahwa
sebagian besar bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat penularan pada
masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang
mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6
bulan yang sesuai dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan.
Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal
micro infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus.
2.7.2 Horizontal
Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B
kepada individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui
kulit atau melalui selaput lendir.
a. Melalui Kulit
Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit yang
disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya melalui suntikan,
transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal dari darah dan tattoo.
Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas, misalnya
masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.
Universitas Sumatera Utara
b. Melalui Selaput Lendir
Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh
adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin. Melalui
selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang menderita sariawan atau
selaput lendir mulut yang terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi
akibat hubungan seks heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang
mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius.17
2.8. Kelompok Risiko Tinggi
Ada beberapa kelompok yang mempunyai resiko tertular infeksi VHB
baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk ke dalam kelompok ini adalah
:9
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif
b. Lingkungan penderita dengan HBsAg positif terutama anggota keluarga
yang selalu berhubungan langsung
c. Tenaga medis, paramedis, dan petugas laboratorium yang selalu kontak
langsung dengan para penderita hepatitis B. Dari kelompok ini yang terbanyak
ditemukan ialah petugas unit bedah, kebidanan, gigi, petugas hemodialisa.
d. Penderita bedah, gigi, penerima transfusi darah, pasien hemodialisa.
e. Mereka yang hidup di daerah endemis VHB dengan prevalensi tinggi, misalnya di
Indonesia : Lombok, Bali, Kalimantan Barat.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Pencegahan
Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi VHB
perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial, primer,
sekunder, dan tersier.25
2.9.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup, maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko untuk
munculnya suatu penyakit.26 Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah
:29
a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
b. Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI
mengandung antibodi yang penting untuk melawan penyakit.
c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup istirahat.
2.9.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi penyakit ketika
seseorang sudah terpapar faktor resiko32. Pencegahan primer yang dilakuka n
antara lain :
a. Program Promosi Kesehatan
Memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya bagi petugas
kesehatan dalam pemakaian alat-alat yang menggunakan produk darah agar
dilakukan sterilisasi.9 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya agar
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan program imunisasi untuk mencegah penularan hepatSecara konservatif
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pencegahan penularan secara parenteral dengan cara menghindari
pemakaian darah atau produk darah yang tercemar VHB, pemakaian alat-alat
kedokteran yang harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi
terutama sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat menyebabkan luka.25
b. Program Imunisasi
Pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilakukan baik secara pasif maupun
aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin
(HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif
dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi
yang lahir dari ibu penderita hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau
bersama- sama dengan vaksinasi hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi
terhadap terhadap VHB diberikan secara intra muskular selambat-lambatnya 24 jam
setelah persalinan. Vaksin hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah
persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan
vaksin hepatitis B diberikan segera setelah persalinan.5
Universitas Sumatera Utara
Secara rinci program imunisasi dasar yang dilaksanakan di Indonesia adalah
sebagai berikut :4
UMUR VAKSINBayi yang lahir di rumah
0 bulan Hepatitis B11 bulan BCG2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio13 bulan Hepatitis B3, DPT2, Polio24 bulan DPT3, Polio39 bulan Campak
Bayi yang lahir dirumah sakit0 bulan Hepatitis B12 bulan Hepatitis B2, DPT1, polio13 bulan Hepatitis B3, DPT2, polio2UMUR VAKSIN4 bulan DPT3, Polio39 bulan Campak
Pemberian vaksin hepatitis B juga dianjurkan kepada pasangan seksual yang
kontak langsung dengan penderita HBsAg positif, kelompok yang mempunyai
pasangan seksual berganti-ganti, terutama yang didiagnosa terinfeksi Penyakit
Menular Seksual (PMS), pasangan homoseksual, pasien yang mendapatkan tindakan
pengobatan dengan cuci darah, dan Petugas kesehatan yang sehari-hari kontak
dengan darah atau jaringan tubuh penderita HBsAg positif, seperti perawat dan
petugas
laboratorium.9
2.9.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang
yang sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.26
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut WHO (1994) untuk mendeteksi virus hepatitis digolongkan
dengan tiga (3) cara yaitu : Cara Radioimmunoassay (RIA), Enzim Linked
Imunonusorbent Assay (Elisa), imunofluorensi mempunyai sensitifitas yang
tinggi. Untuk meningkatkan spesifisitas digunakan antibodi monoklonal dan untuk
mendeteksi DNA dalam serum digunakan probe DNA dengan teknik hibridasi.27
Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah metode Elisa.
Metode Elisa digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati melalui
pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan
oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi
kerusakan sel dan peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar
ke ruangan ekstra sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui
kadar enzim tersebut dalam darah. Penderita hepatitis B juga mengalami
peningkatan kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat. Pemeriksaan enzim yang sering
dilakukan
untuk mengetahui kelainan hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT (Serum
Glutamic Pirivuc Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase).
Pemeriksaan SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena
jumlah SGPT dalam hati lebih banyak daripada SGOT.28
Kejadian hepatitis akut ditandai dengan peningkatan SGPT dan SGOT 10-20
kali dari normal, dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan SGOT normal
adalah < 42 U/L dan 41 U/L. Pada hepatitis kronis kadar SGPT meningkat 5-10
kali dari normal.28
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah berbagai macam pertanda serologik infeksi VHB yaitu:11
a.1. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)
Yaitu suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg
yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap
infeksi VHB.
a.2. Anti-HBs
Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah
HBsAg menghilang. Anti HBsAg yang positif menunjukkan bahwa
individu yang
bersangkut an telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi
VHB alami atau setelah dilakuka n imunisasi hepatitis
B. a.3. Anti Hbc
Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini pertama kali muncul pada
semua kasus dengan infeksi VHB pada saat ini (current infection) atau infeksi pada
masa yang lalu (past infection). Anti HBc dapat muncul dalam bentuk IgM anti
HBc yang sering muncul pada hepatitis B akut, karena itu positif IgM anti HBc
pada kasus hepatitis akut dapat memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun
karena IgM anti HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan
reaktivasi, IgM anti HBc tidak dapat dipakai untuk membedakan hepatitis akut
dengan hepatitis kronik secara mutlak.
a.4. HBeAg
Semua protein non-struktural dari VHB (bukan merupakan bagian dari VHB)
yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core.
Universitas Sumatera Utara
Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya aktivasi replikasi VHB yang
tinggi dari seorang individu HBsAg positif.
a.5. Anti HBe
Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB. Positifnya anti
HBe menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase non-
replikatif. a.6. DNA VHB
Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB
yang utuh dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah petanda jumlah virus yang
paling peka.
Apabila penderita sudah terbukti menderita VHB, maka setiap penderita
sebaiknya melaporkan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan
penanganan khusus, karena mereka dapat menularkan penyakitnya. Diberi
pengawasan terhadap penderita agar sembuh sempurna ketika dirawat dirumah
sakit.9 b. Pengobatan
Tujuan pengobatan VHB adalah untuk mencegah atau menghentikan
radang hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus atau menghilangkan
injeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, titik akhir yang sering dipakai adalah
hilangnya pertanda replikasi virus yang aktif secara menetap.8
Obat-obat yang digunakan untuk menyembuhkan hepatitis antara lain obat
antivirus, dan imunomulator. Pengobatan antivirus harus diberikan sebelum virus
sempat berintegrasi ke dalam denom penderita. Jadi pemberiannya dilakukan
sedini mungkin sehingga kemungkinan terjadi sirosis dan hepatoma dapat
dikurangi. Yang termasuk obat antivirus adalah interferon (INF). Sedangkan obat
imunomodulator
Universitas Sumatera Utara
yang menekan atau merangsang sistem imun misalnya transfer faktor,immune
RNA, dan imunosupresi.5
2.9.4. Pencegahan Tersier
Sebagian besar pencegahan penderita hepatitis B akut akan membaik atau
sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas. Tetapi sebagian kecil akan menetap
dan menjadi kronis, kemudian menjadi buruk atau mengalami kegagalan faal hati.
Biasanya penderita dengan gejala seperti ini akan berakhir dengan meninggal
dunia.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diadakan
pemeriksaan berkala. Sebelum dilaksanakan pembedahan, pada waktu
pembedahan, dan pasca pembedahan.9