hasil pengamatan

13
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN A. Geometri Peledakan Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang tembak, kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang, dan juga pola pemboran. 1. Diameter lubang tembak. Diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor energi yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi. Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan stemming, di mana lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga akan semakin besar dikarenakan untuk menghindari getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan

description

m

Transcript of hasil pengamatan

HASIL PENGAMATAN LAPANGAN

A. Geometri Peledakan

Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang

tembak, kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang, dan juga pola pemboran.

1. Diameter lubang tembak.

Diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor energi

yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk

membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika diameter lubang

tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk

menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak

terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi.

Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau

hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan

dengan stemming, di mana lubang tembak yang besar maka panjang

stemming juga akan semakin besar dikarenakan untuk menghindari

getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang

tembak yang kecil maka panjang stemming dapat dikurangi.

Pada peledakan di PT . Bukit Asam digunakan diameter lubang

tembak 6.75 inches

2. Kedalaman lubang tembak

Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang

diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka

hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang,

yang mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.

Pada peledakan di PT. BA, rata-rata kedalaman lubang tembak adalah

7 meter

3. Kemiringan lubang tembak (Arah pemboran)

Arah pemboran yang kita pelajari ada dua, yaitu arah pemboran tegak

dan arah pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus

sejajar untuk menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan

spasi dalam geometri peledakan. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka

pada bagian lantai jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar,

sehingga menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan

gelombang tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian

lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.

Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk

bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya

batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang

tekan yang diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil

Pada data peledakan yang didapatkan, lubang tembak yang

digunakan adalah lubang tembak vertical , agar memudahkan proses

pemboran dan pengisian bahan peledak nantinya, tetapi ini punya dampak

negatif

4. Pola pemboran

Pola pemboran yang digunakan pada peledakan yang diamati adalah

pola peledakan staggered pattern atau pola peledakan zig-zag .

Pola peledakan ini dipilih untuk mengurangi dampak negative dari

arah lubang tembak yang vertical, karena dengan pola ini, sebaran

lubang tembak lebih merata dan jarak antar lubang tidak terlalu jauh

berbeda.

B. Metode Peledakan Yang diterapkan

Pada peledakan yang dilakukan di PT. Bukit Asam, di Tambang Air

Laya (TAL), biasanya digunakan metode peledakan non listrik dengan

menggunakan detonator listrik sebagai inisiator gelombang kejut.

1. Peralatan Peledakan

a. Blasting Machine

b. Blastohmmeter

2. Perlengkapan Peledakan

a. Detonator Listrik

b. Detonator Non listrik (NONEL)

shotgun

extendaline

In-hole nonel

trunkline

nonel

3. Bahan Peledak

a. Booster : DAYAGEL

b. Bahan Peledak : ANFO

C. Data Aktual di Lapangan

a. Lokasi : PT. Bukit Asam , Unit Pertambangan Tanjung Enim

b. Hari : Sabtu, 13 Juni 2015

c. Metode Peledakan : Non listrik dengan inisiator detonator listrik

d. Jumlah lubang ledak : 90 lubang ledak

e. Geometri Peledakan :

Diameter lubang ledak (De) 6.75 inchi

Kedalaman lubang tembak (H) 7 meter

Stemming ( T) 5 meter

Kolom Isian 2 meter

Spacing (S) 8 meter

Burden 7 meter

Powder Factor 0.06 kg/ton

f. Deskripsi :

Peledakan yang dilakukan dengan bertahap menjadi 4 kali

peledakan hingga total lobang menjadi 90 lubang ledak. Peledakan

dilakukan bertahap dikarenakan, daerah sekitar yang rawan longsor,

dan blast area yang dekat dengan lokasi penduduk, sehingga untuk

mengurangi efek peledakan terutama getaran dan soundblast, maka

peledakan dilakukan secara bertahap.

Nilai Powder Factor nya pun sangat rendah dari peledakan

normal yang dilakukan PT Bukit Asam, yakni 0.06 kg/ton, sedangkan

normalnya, berkisar 0.21-0.23 kg/ton.

D. Isian Bahan Peledak

Fragmentasi batuan sangat tergantung pada jumlah bahan peledak yang

digunakan. Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan berat bahan

peledak yang digunakan untuk menghancurkan batuan (kg/m3). Nilai powder

factor sangat dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan, pola

peledakan, dan struktur geologi.

Bila pengisian ANFO terlalu banyak maka jarak stemming semakin kecil

sehingga akan mengakibatkan terjadinya flyrock dan airblast, sedang bila

pengisian ANFO kurang maka jarak stemming semakin besar sehingga akan

menyebabkan boulder dan backbreak di sekitar dinding jenjang.

Untuk mendapatkan powder factor, lebih dulu mengetahui jumlah bahan

peledak yang akan digunakan untuk setiap lubang tembak.

1. Loading density dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

de = 0,508 De2 (SG)

de = 0.508 x 6.752 x 0.84 = 19.44 kg/m kolom isian

dimana :

de = loading density, kg/m

De = diameter lubang tembak, inchi.

SG = berat jenis bahan peledak yang digunakan.

de = 0,34 De2 (SG), untuk de dalam ( lb/ft )

2. Jumlah bahan peledak yang digunakan dihitung menggunakan rumus :

E = de x Pc x N

E = 19.44 x 2 x 90 = 3499.64 kg ANFO

Di mana :

de = loading density, kg / m.

Pc = panjang muatan/ panjang kolom isian lubang tembak, m.

N = jumlah lubang tembak.

E = jumlah bahan peledak yang digunakan, kg.

E. Perhitungan Biaya Pemboran dan Peledakan

Kami tidak mendapatkan data pasti masalah biaya pengeboran dan peledakan

dari perusahaan, oleh karena itu, hitungan-hitungan disini hanya sekedar

estimasi atau perkiraan dengan harga-harga yang kami dapatkan dari referensi

lain,jadi ini bukanlah Perhitungan Biaya Peledakan di PT. Bukit Asam. Hanya

pemisalan dengan harga-harga tertentu, karena kesulitan mendapatkan data

dari perusahaan

a. Biaya Pengeboran

b. Biaya Peledakan

1. Bahan Peledak : ANFO

Jumlah total ANFO yang dibutuhkan : 3499.64 Kg ANFO

Estimasi Harga :

2. Detonator NONEL

3. Booster : DAYAGEL

Jumlah : 90 lobang = 90 buah daya gel

F. Desain Akhir Peledakan dengan Software Shotplus

Dengan menggunakan software Shotplus, kita dapat mensimulasikan

peledakan yang dilakukan dalam bentuk diagram, dengan software ini kita bisa

mengetahui arah ledakan, delay total, dan memerika apakah ada misfire atau

adanya 2 lubang ledak yang meledak bersamaan

Tahap-Tahap Penggunaan :

1. Tentukan ukuran lubang ledak, Stemming, Isian, Spacing, Burden, Pola

Pemboran, dan jumlah baris serta kolomnya.

2. Tentukan delay yang dipakai untuk antar lubang ledak dan titik inisiasi beserta

delaynya

3. Simulasikan Proses Peledakan

4. Pengecekan adanya lubang ledak yang meledak bersamaan

5. Mengetahui arah peledakan