Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung...

112
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1

Transcript of Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung...

Page 1: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1

Page 2: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 2

Hasil-Hasil

Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2010

Denpasar, 3 – 5 Desember 2010

Page 3: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 3

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Atas asung kertha wara nugraha Hyang Widhi Wasa, Parisada Hindu Dharma

Indonesia dapat menyelenggarakan Pesamuhan Agung, bertempat di Inna Bali

Hotel Denpasar, pada tanggal 3 – 5 Desember 2010. Penyelenggaraan

Pesamuhan Agung didasarkan atas amanat Pasal 24 Anggaran Dasar jo Pasal 9

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2010 dihadiri oleh

anggota Sabha Pandita, anggota Sabha Walaka, Pengurus Harian Parisada Pusat,

utusan Parisada Provinsi seluruh Indonesia, utusan Pejabat Ditjen Bimas Hindu

Departemen Agama R I, Organisasi yang bernafaskan Hindu.

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2010 membahas

tentang Pemantapan Pelaksanaan tattwa, susila, dan acara, diharapkan dapat

dipahami dan dihayati serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai wujud pengamalan Dharma Agama dan Dharma Negara.

Buku Hasil – Hasil Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun

2009 setelah dicetak akan di distribusikan ke Parisada Daerah dan instansi

terkait serta organisasi Hindu dengan harapan dapat dipelajari dan

disebarluaskan kepada umat Hindu disekitarnya.

Dengan demikian, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tinginya kepada semua pihak atas partisipasi dan bantuannya baik

berupa moril maupun materiil sehingga Pesamuhan Agung dapat berlangsung

dengan baik sesuai dengan rencana.

Semoga amal bhaktinya mendapat anugrah dari Hyang Widhi Wasa.

Om santih santih santih

Jakarta, Desember 2010

PENGURUS HARIAN PARISADA PUSAT

Ketua Umum,

Dr. I Made Gde Erata, MA

Page 4: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 4

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/X11/2010 Tentang Peraturan Tata Tertib Pesamuhan

Agung PHDI

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010, Tentang Peraturan Tata Terti

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Jadual Acara Pesamuhan Agung PHDI

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Jadual Acara Pesamuhan Agung PHDI

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 3/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Penggantian Antar Waktu Pengurus

Harian PHDI Masa Bhakti 2006 – 2011

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 3/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Penggantian Antar Waktu Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Masa bhakti 2006 –

2011

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 4/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Pembentukan Komisi Pesamuhan

Agung PHDI

Lampiran 1: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 4/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Pembentukan Komisi Pesamuhan

Agung PHDI KOMISI A

Lampiran 2: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 4/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Pembentukan Komisi Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia KOMISI B

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 5/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

Mahasabha X PHDI

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 6/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Pemantapan Pelaksanaan Tattwa, Susila,

dan Acara

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 6/KEP/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Pemantapan Pelaksanaan Tattwa, Susila,

dan Acara

3

4

6

12

18

24

33

36

Page 5: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 5

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 07/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Pedoman Sosialisasi

Bhisama Kesucian Pura

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 07/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Pedoman Sosialisasi

Bhisama Kesucian Pura

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 8/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Alam Stana Tuhan

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Alam Stana Tuhan

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 9/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 9/KEP/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2010

Keputusan Pesamuhan Agung PHDI Nomor: 10/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Materi Khusus

Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 10/KEP/P.A.

Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2010

Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia

Pusat Nomor: 73/SK/Parisada Pusat/IX/2010 Tentang Panitia

Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia 2010

Lampiran I: Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat Nomor: 73/SK/Parisada Pusat/IX/2010 Tentang

Panitia Penyelenggara Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2010

Lampiran II: Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat Nomor: 73/SK/Parisada Pusat/IX/2010 Tentang

Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2010

66

79

88

95

102

Page 6: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 6

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 1/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

PERATURAN TATATERTIB PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional; dan

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas

dan untuk kelancaran pelaksanaan Pesamuhan

Agung, dipandang perlu memutuskan Tata

Tertib Pesamuhan Agung Parisada.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma I

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 3 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PERATURAN TATA TERTIB

Page 7: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 7

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA.

Pertama : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia merupakan pedoman

yang mengikat dan harus dipatuhi oleh peserta

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2010 sebagaimana tersebut

dalam lampiran Keputusan ini.

Kedua : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia sebagaimana tersebut

dalam diktum pertama merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari keputusan ini.

Ketiga : Ketiga Apabila kemudian hari terdapat kesalahan

dalam keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Page 8: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 8

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 9: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 9

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

1/Kep/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang

Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia Tata

Tertib Pesamuhan Agung

A. Ketentuan Umum (Pasal 24 AD/Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia)

1. Pesamuhan Agung merupakan forum Rapat Kerja Nasional yang

diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

2. Pesamuhan Agung mempunyai tugas dan wewenang:

a. Menjabarkan keputusan Maha Sabha menjadi Program

Operasional.

b. Menyiapkan usulan untuk dibahas dan diputuskan oleh

Sabha Walaka dan Sabha Pandita guna dijadikan keputusan

Sabha Pandita.

c. Menentukan Pelaksanaan Mahasabha X Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2011.

d. Menetapkanpengisian kekosongan melaluipergantian antar

waktu (PAW) maupun melakukan reshuffle Pengurus

Parisada Pusat.

B. Pesamuhan Agung dihadiri oleh:

1. Utusan Anggota Sabha Pandita.

2. Utusan Anggota Sabha Walaka.

3. Utusan Anggota Pengurus Harian.

4. Utusan Parisada Provinsi seluruh Indonesia.

5. Organisasi, forum, lembaga yang bemafaskan Hindu yang

berskala nasional dan direkomendasikan oleh Pengurus I larian

Parisada Pusat.

6. Tokoh – tokoh umat Hindu yang direkomendasikan oleh

Pengurus Harian Parisada Pusat.

C. Pimpinan dan jenis rapat Pesamuhan Agung

1. Rapat-rapat Pesamuhan Agung dipimpin oleh Presidium dengan

Dharma Adhyaksa Sabha Pandita, para anggota: Ketua Sabha

Walaka, dan Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus

Page 10: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 10

Harian Parisada Pusat serta Panitia Penyelenggara secara

kolektif dan kolegial.

2. Jenis-jenis Rapat Pesamuhan Agung:

a. Rapat-rapat Pleno.

b. Rapat-rapat Komisi.

c. Rapat Tim Perumus

D. Hak dan Kewajiban Peserta

1. Setiap peserta wajib mengikuti setiap rapat dalam Pesamuhan

Agung.

2. Setiap peserta dapat menyampaikan pendapat, saran, usul,

tanggapan terhadap berbagai hal sesuai dengan materi yang

dibahas baik lisan maupun tulisan.

3. Apabila terdapat perbedaan pendapat di antara peserta

Pesamuhan Agung terhadap sesuatu hal, diusahakan dicari jalan

keluar dengan prinsip saling asih, asah dan asuh.

4. Untuk meningkatkan efektifitas pembahasan materi rapat,

Pesamuhan Agung dapat membentuk Komisi-Komisi sesuai

dengan keperluannya.

5. Masing-masing Komisi dipimpin oleh seorang Ketua, Seorang

Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris yang dipilih oleh dan dari

anggota Komisi.

6. Masing-masing Komisi didampingi oleh Anggota Panitia

Pengarah (SC) atau unsur Pengurus Harian Parisada Pusat.

7. Masing-masing Komisi menyampaikan laporan hasil rapat

Komisi untuk disampaikan dalam rapat Pleno untuk mendapat

pengesahan.

8. Hasil Pesamuhan Agung disampaikan kepada Pengurus Harian

Parisada Pusat untuk ditindaklanjuti menjadi program

operasional.

E. Hal Lain

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Tata Tertib ini dapat

diputuskan dalam Rapat Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Kegiatan rapat Pesamuhan Agung dibantu oleh Sekretaris

Parisada Pusat dan Ketua Panitia untuk kelancaran rapat- rapat

Pesamuhan Agung.

Page 11: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 11

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 12: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 12

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 2/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional; dan

b. bahwa sehubungan dengan butir 1 di atas untuk

kelancaran pelaksanaan Pesamuhan Agung

tersebut dipandang perlu memutuskan Jadual

Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha IX/2006

tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma I

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 3 Desember 2010

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

Page 13: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 13

TENTANG JADUAL ACARA PESAMUHAN

AGUNG PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA.

Pertama : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan pedoman yang

mengikat dan harus dipatuhi seluruh Peserta

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia sebagaimana tersebut dalam lampiran

keputusan ini.

Kedua : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia sebagaimana tersebut dalam

diktum pertama merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Keputusan ini.

Ketiga : Apabila di kemudian hari terdapat kesalahan

dalam keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Page 14: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 14

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 15: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 15

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

02/Kep/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang

Jadual Acara Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia

JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2010

NO. HARI/TGL JAM KEGIATAN KET PIC

1. Jumat,

3 Des 2010 13.00-15.30

Penerimaan seluruh peserta Pesamuhan

Agung Parisada bertempat di Inna Bali

Hotel – Denpasar

Akomodasi OC/Panpel

PARIPURNA I

15.30-17.00

Pembacaan tata tertib dan Jadual Acara

Pesamuhan Agung oleh Sekum.

Pengesahan oleh Pimpinan Sidang

(Dharma Adhyaksa, Ketua Sabha

Walak, Ketua Umum dan Sekum

Pengurus Harian serta Ketua Panitia) di

Aula Inna Bali Hotel

Inna Bali

Hotel –

Denpasar

OC/Panpel

17.00-18.30

Acara Pembukaan Pesamuhan Agung

di Aula Inna Bali Hotel Denpasar

OC/Panpel

PARIPURNA II

18.30-19.00 Persiapan Pembukaan (MC) OC/Panpel

19.00-19.10 Puja Tri Sandhya (Sandhya Sevanam) OC/Panpel

19.10-19.20 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya OC/Panpel

19.20-19.30 Pembacaan Mantra Suci Weda OC/Panpel

19.30-19.40 Tari Penyambutan OC/Panpel

19.40-19.50

Laporan Ketua Panitia Pesamuhan

Agung

OC/Panpel

19.50-20.00

Laporan Ketua Umum Pengurus

Harian Parisada Pusat

OC/Panpel

20.00-20.10

Sambutan Dirjen Bimas Hindu

Kemenag RI

OC/Panpel

20.10-20.30

Sambutan Gubernur Bali Sekaligus

Membuka Secara Resmi Pesamuhan

Agung

OC/Panpel

20.30-20.40 Pembacaan Doa OC/Panpel

20.40-21.00 Tarian Penutup OC/Panpel

21.00 Rehat Konsumsi OC/Panpel

2. Sabtu,

04 Des 2010 06.00-08.00 Santap Pagi Konsumsi OC/Panpel

Page 16: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 16

PARIPURNA III

08.00-08.10 Puja Tri Sandhya (Pratah Sevanam) OC/Panpel

08.10-08.30

Laporan Ketua Umum Pengurus

Harian Parisada Pusat

OC/Panpel

08.30-08.50

Laporan Ketua Sabha Walaka Parisada

Pusat

OC/Panpel

08.50-09.10

Laporan Dharma Adhyaksa Parisada

Pusat

OC/Panpel

09.10-09.20

Pelimpahan Palu Pimpinan Sidang

kepada Ketua Umum Pengurus Harian

Parisada Pusat

OC/Panpel

09.20-12.00

Laporan dan Informasi Perkembangan

Keumatan dari Pengurus Parisada

Provinsi, Lembaga, Badan, Yayasan,

dan Tim Asset

6 menit

OC/Panpel

12.00-13.00

Puja Tri Sandhya (Madhyadina

Sevanam) Dilanjutkan Makan Siang

Konsumsi OC/Panpel

13.00-15.00

Laporan dan Informasi Perkembangan

(lanjutan) 6 menit

OC/Panpel

15.00-15.30 Rehat (coffee break) Konsumsi OC/Panpel

15.30-15.45

Pengesahan Penggantian Antar Waktu

(PAW)

OC/Panpel

15.45-16.15 Pembentukan Komisi-Komisi OC/Panpel

16.15-18.00 Rapat Komisi A dan B OC/Panpel

18.00-19.00

Puja Tri Sandhya (Sandhya Sevanam)

Dilanjutkan Makan Malam

Konsumsi OC/Panpel

19.00-21.00 Rapat Komisi A dan B (lanjutan) OC/Panpel

21.00-22.00

Penyampaian dan Tanggapan Hasil

Rapat Komisi-Komisi

OC/Panpel

22.00-22.30

Pengesahan Hasil Rapat Komisi

Dilanjutkan dengan Penyerahan Hasil-

hasil Pesamuhan Agung kepada

Pimpinan Sidang dan Selanjutkan

Diserahkan kepada Ketua Umum

Pengurus Harian Parisada Pusat

OC/Panpel

22.30-23.00

Penutupan Pesamuhan Agung oleh

Dharma Adhyaksa Parisada Pusat

OC/Panpel

23.00

Rehat (coffee break) dan Kembali ke

Kamar Masing-masing

Konsumsi OC/Panpel

3. Minggu,

5 Des 2010 07.00-08.00 Santap Pagi OC/Panpel

08.00-12.00

Check Out, Tirtayatra ke Pura Ulu

Watu, Kemudian Kembali ke Daerah

Masing-masing

OC/Panpel

Page 17: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 17

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 18: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 18

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 3/Kep/P.A. Parisada/XII/2010

t e n t a n g

PENGGANTI AN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

MASA BHAKTI 2006 – 2011

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan beberapa Pengurus

Harian telah mengajukan permohonan

pengunduran diri, tidak aktif, dan atau tidak

memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan

dalam AD/ART Parisada, perlu dilakukan

penggantian antar waktu dan atau reshuffle agar

pelaksanaan, fungsi, dan tugas Pengurus Harian

terlaksana sebagaimana mestinya;

b. bahwa Pesamuhan Agung merupakan tugas dan

wewenang antara lain menetapkan pengisian

kekosongan lowongan antar waktu dan atau

reshuffle Pengurus Harian Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat; dan

c. bahwa untuk hal tersebut dipandang perlu untuk

mengeluarkan keputusan penggantian antar

waktu dan atau reshuffle personalia Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia masa

bhakti 2006-2011.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M. Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Page 19: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 19

2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: VI/TAP/M.

Sabha IX/2006 tentang Pengesahan Susunan

Personalia Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan

Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Masa Bhakti 2006 -2011.

3. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M.

Sabha/IX/2006 tentang Program Kerja Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Peraturan Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2010.

5. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2010.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 4 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PENGGANTIAN ANTAR WAKTU

DAN ATAU RESHUFFLE PENGURUS

HARIAN PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA PUSAT MASA BHAKTI 2006-

2011.

Pertama : Memberhentikan dengan hormat disertai ucapan

terima kasih kepada personal yang namanya

tercantum pada kolom 2 dalam daftar lampiran

masa bhakti 2006 -2011.

Page 20: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 20

Kedua : Mengangkat personil yang namanya tercantum

pada kolom tiga dalam daftar lampiran Keputusan

ini untuk masa bhakti 2006-2011.

Ketiga : Apabila di kemudian hari terdapat kesalahan

dalam penetapan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Page 21: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 21

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 22: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 22

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

3/Kep/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang

Penggantian Antar Waktu Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat Masa Bhakti 2006-2011

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT MASA

BHAKTI 2006 - 2011

NO. NAMA YANG

DIGANTI

NAMA

PENGGANTI JABATAN

1 2 3 4

1. Drs. Wayan Suwira

Satria, MM (alm)

Ida Ayu Swastika, SE.,

MM

Ketua III Bidang

Pendidikan dan

Penerangan

2. Ida Ayu Swastika,

SE., MM

Ir. Wayan Maryasa Sekretaris VII

Bidang Kerjasama

Lintas Agama

3. Ir. Wayan Maryasa Drs. I Made Suarya Bendahara I

Pengurus Harian

Parisada Pusat

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Page 23: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 23

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 24: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 24

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 4 /Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

PEMBENTUKAN KOMISI PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas asung kertha wara nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Pariasada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

KerjaNasional dalam Parisada; dan

b. bahwa untuk membahas dan

memusyawarahkan berbagai keputusan yang

akan diambil oleh Pesamuhan Agung,

dipandang perlu untuk membentuk komisi-

komisi.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M. Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1 /Kep/ P.A.

Parisada /XII/2010 tentang Peraturan Tata

Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A. Parisada

/XII/2010 tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Page 25: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 25

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 4 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI-KOMISI

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA.

Pertama : Membentuk 2 (dua) Komisi Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia dengan tugas

pokok sebagai berikut:

1. Memusyawarahkan dan mengambil keputusan

mengenai Keputusan Pesamuhan Agung yang

menjadi ruang lingkup tugasnya.

2. Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya

pada Sidang Paripuma Pesamuhan Agung

Parisada sesuai dengan jadual acara yang telah

ditetapkan.

Kedua : Komisi sebagaimana dimaksud pada diktum

pertama terdiri atas 2 (dua) komisi yaitu :

1. Komisi A:

Rekomendasi – Rekomendasi:

- Pedoman Sosialisasi Bhisama Kesucian

Pura

- Padma Bhuwana

- Materi Khusus Mahasabha X Tahun 2011

2. Komisi B:

- Program Kerj a Tattwa, Susila, Acara menj

adi satu kesatuan mengacu susastra Veda.

Ketiga : Keanggotaan untuk masing-masing Komisi

sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua

tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.

Page 26: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 26

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 27: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 27

Lampiran 1:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

4/Kep/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang

Pembentukan Komisi Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia

KOMISI A

Ketua : drg. Nyoman Suartanu

Wakil Ketua : Dr. Wayan Seregig

Sekretaris : Wayan Suyadnya

Anggota :

NO. N A M A UTUSAN

1. I Nyoman Sirta Lembaga Litbang PHDI Pusat

2. I Ketut Pasek Suyasa Sabha Walaka PHDI Pusat

3. I Gusti Made Putra Kusumah Parisada NTT

4. I Nengah Rupa Sabha Walaka Parisada Pusat

5. I Made Suma LPDG Nasional

6. Made Metu Dahana Sabha Walaka Parisada Pusat

7. Wayan Landep Parisada Kalimantan Selatan

8. I Wayan Senen Sabha Walaka

9. I Ketut Jingga Parisada Jawa Tengah

10. I Wayan Maryasa Parisada Pusat

11. I Putu Surya Parisada Sulawesi Tengah

12. I Komang A Wardhana Parisada Papua

13. IGM Sunarta Parisada Papua

14. I Wayan Sudarta, SE Parisada Gorontalo

15. Komang Adi Setiawan DPN Peradah

16. Ketut Bantas Parisada DKI Jakarta

17. I Ketut Sudiarta Parisada Jawa Timur

18. I Ketut Pasek Sabha Walaka Parisada Pusat

19. IGP Raka A. Parisada Jawa Barat

Page 28: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 28

20. Prof. I Nyoman Sudiana Parisada Kalimantan Tengah

21. Dr. I Ketut Sregig Parisada Lampung

22. Ida Bagus Putu Chandi Parisada Papua Barat

23. I Gede Wayan Mulia Sabha Walaka Parisada Pusat

24. Ny. Puspa Arini Semadhi WHDI Pusat

25. IGM. Sudarmika Parisada Maluku

26. I Made Gede Armana Parisada Sumatera Selatan

27. I Nengah Suraga Parisada Riau

28. I Wayan Suarta Sekditjen Bimas Hindu

Kemenag

29. Gede Wiryada Parisada Kepulauan Riau

30. IG. Putu Brata Parisada Pusat

31. Tiwi Susanti Parisada Pusat

32. Wikanti Yogie WHDI Pusat

33. Nyoman Suartanu Parisada Pusat

34. I Ketut Genah Parisada Pusat

35. Nyoman Astawa Parisada Maluku Utara

36. Wayan Suardana Parisada Sulawesi Selatan

37. I Wayan Catrayasa Parisada Pusat

38. IDG. Ngurah Utama Parisada Pusat

39. Made Mayor Sudarsana Sekretaris Sabha Pandita

40. Ni Nyoman Cakri Arwati Parisada Pusat

41. Putu Witama Parisada Banten

42. Putu Wirata Dwikora Sabha Walaka Parisada Pusat

43. Acarya Agni Yogananda Pasraman Pandita Parisada

Pusat

44. Wayan Sudirta Sabha Walaka Parisada Pusat

45. Made Dewantara Hendrawan Pemuda Hindu

46. Ketut Suyadnya Sabha Walaka Parisada Pusat

Page 29: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 29

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 30: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 30

Lampiran 2:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

4/Kep/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang

Pembentukan Komisi Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia

KOMISI B

Ketua : Dr. Made Gunakaya

Sekretaris : Ni Ketut Partini

Anggota :

NO. N A M A UTUSAN

1. Nyoman Rajendra Parisada NTT

2. Made Waharika Parisada Kalimantan Timur

3. GK. Wiryawan Parisada NTB

4. Sunarto Ngate Sabha Walaka Parisada Pusat

5. IGN. Sugiri Parisada Kalimantan Selatan

6. I Gusti Putu Suardita Parisada Jawa Tengah

7. Gede Rudia Adiputra Sabha Walaka Parisada Pusat

8. Made Artha Sabha Walaka Parisada Pusat

9. I Nengah Wardiasa Parisada Bangka Belitung

10. I Ketut Berata Parisada Sulawesi Tengah

11. Nyoman Suda Parisada Papua

12. I Dewa Putu Taman Sabha Walaka Parisada Pusat

13. Ketut Sukrata Sabha Welaka Parisada Pusat

14. I Made Sukada Parisada Sulawesi Tenggara

15. P. Astono Candra Dana Pinandita Sanggraha Nusantara

Pusat

16. Ida Bagus Suardika Parisada Jawa Timur

17. Putu Wijaya ISKCON Indonesia

18. I Gede Suibawa Parisada Lampung

19. Ida Bagus Chandi Parisada Papua Barat

20. Nengah Darma Parisada DKI Jakarta

21. Putu Tuna Parisada Sulawesi Utara

Page 31: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 31

22. I Wayan Sutapa Parisada Maluku

23. IB. Putu Arimbawa Parisada Sumatera Selatan

24. Putu Prapanca Parisada Riau

25. I Ketut Budaraga MS Parisada Sumatera Barat

26. Gede Bayu Suparta Parisada DI Yogyakarta

27. I Ketut Arta Parisada Kepulauan Riau

28. Agung Citra Umbara Parisada Bali

29. Dharmasilan Parisada Pusat

30. I Nyoman Atawa Parisada Maluku Utara

31. Nyoman Sumarya Parisada Sulawesi Selatan

32. Nyoman Suartha Sabha Walaka Parisada Pusat

33. I Made Mandra Sabha Walaka Parisada Pusat

34. Lewis KBR, BBA Sabha Walaka Parisada Pusat

35. Putu Gelgel Sabha Walaka Parisada Pusat

36. Putu Sulatra Parisada Jawa Barat

37. Siwa Pergas, BA Parisada Sumatera Utara

38. Yanto Jaya Sabha Walaka Parisada Pusat

39. Ni Ketut Purniti SAKKI Pusat

40. Ketut Sedana Parisada Banten

41. A.A. Anom Suarta Sabha Walaka Parisada Pusat

42. I Made Titib Sabha Walaka Parisada Pusat

43. Wesnawa Damodara ISCKCON Indonesia

44. Pandit Dasa Sabha Pandita

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 3 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Page 32: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 32

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 33: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 33

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Nomor: 5/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

MAHASABHA X

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia, Mahasabha diadakan setiap

5 (lima) tahun sekali;

b. bahwa perlu adanya pertukaran tempat dan

situasi sehingga memberikan pengalaman,

wawasan bagi peserta Mahasabha daerah

maupun bagi penyelenggaraan Mahasabha itu

sendiri; dan

c. bahwa untuk penyelenggaraan Maha Sabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia diperlukan

adanya persiapan yang matang bagi Parisada

Daerah calon penyelenggara yang ditetapkan

dalam Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia tahun 2010.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M. Sabha

IX/2006, Pasal 23, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/TAP/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Page 34: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 34

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Peraturan Tata

Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran serta kesepakatan bersama peserta

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 5 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

MAHASABHA X PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA.

Pertama : Pelaksanaan Mahasabha X Parisada Hindu

Dharma Indonesia bertempat di Provinsi Bali

antara bulan September - Oktober 2011.

Kedua : Waktu pelaksanaan Mahasabha X tahun 2010

disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat

ini.

Ketiga : Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi yang

diputuskan sebagai penyelenggara sebagaimana

diktum pertama, Keputusan ini agar

mempersiapkan diri sedini mungkin.

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan

diperbaiki sebagaimana mestinya.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Page 35: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 35

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 4 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 36: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 36

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PERISADA HINDU DARMA INDONESIA Nomor: 6/Kep/P.A. Parisada/XII/2010

t e n t a n g

PEMANTAPAN PELAKSANAAN TATTWA, SUSILA, DAN

ACARA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

sraddha dan bhakti umat Hindu maka

dipandang perlu adanya keseimbangan tattwa,

susila, dan acara, sebagai pelaksanaan upacara;

dan

b. bahwa berhubung dengan itu perlu

mengeluarkan Keputusan Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang

Pemberdayaan Pelaksanaan Tattwa, Susila, dan

Acara.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Page 37: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 37

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Peripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 5 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG PEMANTAPAN PELAKSANAAN

TATTWA, SUSILA DAN ACARA.

Pertama : Memberi mandat kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk

mensosialisasikan kepada umat melalui Parisada

Daerah.

Kedua : Bila di kemudian hari terdapat kesalahan dalam

keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 4 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Page 38: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 38

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 39: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 39

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 6/KEP/P.A. Parisada/XII/2010

Tentang Pemantapan Pelaksanaan

Tattwa, Susila, dan Acara

PEMANTAPAN PELAKSANAAN TATTWA,

SUSILA, DAN ACARA

SUMBER AJARAN TATTWA, SUSILA, DAN ACARA

Sumber ajaran utama Tattwa, Susila, dan Acara menurut agama

Hindu adalah kitab suci Veda (Sruti) dan susastra Veda yang ditulis

dalam Smrti (Dharmasastra), Sila (tingkah laku orang suci), Acara

(tradisi yang baik) maupun Atmanastuti (keheningan hati) yang pada

dasamya mencakup berbagai bidang yang sangat luas seperti antara lain:

kebenaran/kejujuran (satyam), kasih, tanpa kekerasan (ahimsa),

kebajikan, ketekunan, kemurahan hati, keluhuran budhi pekerti,

membenci sifat buruk, pantang berjudi, menjalankan kebajikan percaya

diri, membina hubungan yang serasi, mementingkan persatuan,

kewaspadaan, kesucian hati, kemasyuran, kemajuan, pergaulan dengan

orang-orang mulia, mengembangkan sifat-sifat yang ramah dan manis,

sejahtera, damai, bahagia, kegembiraan, moralitas, persahabatan,

wiweka, ketidak khawatiran dan lain-lain.

Kitab-kitab yang termasuk susastra Veda yang mengupas masalah

pengendalian diri/Etika dan Tata Susila antara lain: kitab Bhagawadgita,

kitab Sarasamuccaya, kitab Manawadharmasastra, kitab Nitisastra, kitab

Patanjali Yogasutra, kitab Slokantara, kitab Wrhaspatitattwa, kitab

Tattwajnana, kitab Sanghyang Kamahayanikan, kitab Wratisasana, kitab

Siwasasana, kitab Silakrama, kitab Panca Siksa, kitab Mahabharata,

kekawin Ramayana, kekawin Arjunawiwaha, dan lain-lainnya.

Yama - Niyama Sadhana

Dalam Patanjali Yogasutra disebutkan secara rinci tahapan

pelaksanaan yoga yang disebut dengan Astangga Yoga yang tersusun

sebagai berikut: Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara,

Dharana, Dhyana, dan Samadhi.

Page 40: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 40

Dalam tahap ajaran yoga ini merupakan tangga-tangga untuk

pengendalian diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam ajaran

yoga, yang dalam kehidupan bermasyarakat dapat diimplementasikan

dalam sikap-sikap yang saling tolong-menolong, saling asah, asih, dan

asuh, kerjasama di antara sesama anggota masyarakat dalam rangka

membentuk masyarakat yang Satsangga.

Yama: adalah pengendalian diri pada tahap awal yang lebih

menekankan pada pengendalian diri secara eksternal, yang meliputi:

“Ahimsa artinya brahmacarryaparigraha yamah” (P.Ys. 11.30)

1. Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak membunuh.

2. Satya artinya setia, benar, jujur.

3. Asteya artinya tidak mencuri.

4. Brahmacari artinya masa menuntut ilmu.

5. Aparigraha artinya tidak menerima berlebihan atau laba.

Niyama adalah ajaran untuk pengendalian diri tahap lanjut yang

lebih menekankan faktor internal, karena dengan melaksanakan ajaran

secara teratur, baik dan benar maka diharapkan orang akan dapat

menemukan dirinya sendiri, karena lapisan kabut kegelapan duniawi

mulai menipis.

“Sauca santosa tapah svadhyayesvarapranidhananani niyamah” (P.

Ys.II.32)

1. Sauca artinya suci lahir dan bathin.

2. Santosa artinya penuh kepuasan.

3. Tap artinya pengendalian/pengekangan diri.

4. Swadhyaya artinya belajar dan memahami ajaran suci secara

mandiri.

5. Iswapranidhana artinya bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ajaran Yama - Niyama Brata tidak saja ditulis dalam kitab

Patanjali Yogasutra saja, melainkan ada beberapa kitab lainnya yang

menulis juga tentang Panca Yama - Niyama Brata walaupun dengan

sedikit perbedaan uraiannya seperti misalnya dalam kitab-kitab:

Yogasara Sangraha ciptaan Wijnana Bhiksu, Whraspati Tattwa,

Wratisasana, Silakrama dan Pancasiksa.

Bila dalam kitab-kitab tersebut di atas terdapat ajaran Panca Yama

- Niyama Brata, maka dalam kitab Sarasmuccaya terdapatlah ajaran Dasa

Page 41: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 41

Yama - Niyama Brata dan juga Rwa Wlas Wrataning Brahmana. Ajaran

ini merupakan ajaran etika dan tata susila yang amat luhur dan barang

siapa yang dapat melaksanakannya, maka ia adalah orang yang amat

mulia budi maupun budi pekertinya, sehingga setiap orang patut

menunduk kepadanya karena hormat.

Dalam ajaran Yama Brata ini, sifat-sifat mulia itu menunjukkan

sifat-sifat yang mengarah ke dalam diri sendiri. Menjadi suatu kewajiban

bahwa kita harus berbuat baik sesama hidup, namun untuk dapat berbuat

demikian maka diri sendirilah yang harus baik terlebih dahulu, tidak

mungkin orang dapat berbuat baik kepada orang lain bila dirinya sendiri

belum baik. Tidak mungkin ada air yang jernih mengalir dari sumber

yang keruh, karena itu ajaran etika dan tata susila agama Hindu selalu

mengajarkan pembenahan diri pribadi lahir dan bathin seutuhnya,

wahya-adhyatmika. Adapun rincian ajaran Dasa Yama Brata adalah

sebagai berikut:

“Anrcamsyam ksama satyamahinsa dama arjavan, pritih prasado

madhuryam mardavam ca yama dasa”.

Nyang brata ikang inaranan yama, pratyekanya nihan, sapuluh

kwehnya, anrsangsya, ksama, satya, ahingsa, dama, arjawa, priti,

prasada, madhurya, mardawa, nahan pratyekanya sapuluh, anrsangsya

si harimbawa, tan swartha kewala, ksama si kelan ring panastis, satya si

tan mrsawada, ahingsa manukhe sarwa bhawa, dama si upasama wruh

mituturi manahnya, arjawa, si dugaduga bener, priti si gong karuna,

prasada heningning manah, madhurya manisning wulat lawan wuwus,

mardawapos ning manah. (S.S. 259).

1. Anrsangsya yaitu Harimbawa tidak mementingkan diri sendiri saja.

2. Ksama yaitu tahan akan panas dingin.

3. Satya yaitu tidak berdusta.

4. Ahimsa, membahagiakan semua mahluk.

5. Dama, sabar dapat menasehati diri sendiri.

6. Arjawa, tulus hati, berterus terang.

7. Priti, sangat welas asih.

8. Prasada, jernih hatinya.

9. Madhurya, manis pandangan dan perkataannya.

10. Mardawa, lembut hatinya.

Page 42: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 42

Demikian selanjutnya perincian Dasa Niyama Brata yang rinciannya

sebagai berikut:

“Danamijya tapo dhyanam svadhyayopasthanigrahah,

Vratopavasamaunam ca ananam ca niyama dasa”.

Nyang brata sapuluh kwehnya, ikang niyama ngaranya, pratyekanya,

dana, ijya, tapa, dhyana, swadhyaya, upasthanigraha, brata, upawasa,

mauna, snana, nahan ta awak ning niyama, dana weweh annadanadi,

ijya dewapujapitrapujadi, tapa kayasangsosana kasatan ikang irira

bhusarya jalatyagadi, dhyana ikang siwasmarana, swadhyaya

wedabhyasa, upasthanigraha kahrtaning upastha, brata annawarjadi,

mauna wacangyama, kahrtaning ujar, haywakeceng kuneng, snana

trisandlivasewana, madyusa ring kalaning sandhya. (S.S 260).

1. Dana, pemberian makanan, minuman dan lain-lainnya.

2. Ijya, pujaan kepada Dewa, kepada leluhur dan lain-lainnya.

3. Tapa, pengekangan napsu jasmaniah, seluruh badan kering berbaring

di atas tanah, pantang air dan sebagainya.

4. Dhyana, terpekur merenung Sang Hyang Siwa.

5. Swadhyaya, mempelajari Weda.

6. Upasthaningraha, pengekangan nafsu kelamin.

7. Brata, berpantang atau bersumpah.

8. Upawasa, pengekangan nafsu terhadap makanan dan minuman.

9. Mona, menahan tidak mengucapkan kata-kata sama sekali, tidak

bersuara.

10. Snana, trisandhya sewana mengikuti tri sandhya, mandi

membersihkan diri dan melaksanakan pada waktu pagi, tengah hari

dan sore hari.

Demikian banyak butir-butir ajaran etika dan tata susila Hindu

yang tersebar dalam berbagai kitab Veda maupun susastra Veda,

sehingga merupakan kewajiban kita untuk kembali menggali dan

menghimpunnya dalam suatu tulisan-tulisan yang teratur dan sistematis,

sebagaimana dalam kitab Ramayana di bawah ini.

“Sulabhah purusa rajan

Satatam priyawadinah

Apriyasya ca pathyyasya

Wakta srota ca durlabhah”

Page 43: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 43

Artinya:

Wahai raja perkasa, sungguh mudah menemukan orang yang selalu

mengucapkan kata-kata yang menyenangkan namun amat sukar

mendapatkan orang yang suka mendengar dan mengucapkan kata-kata

atau ucapan-ucapan yang tidak menyenangkan tetapi bermanfaat.

TATTWA/THEOLOGI

Tattwa/Theologi adalah pengetahuan tentang Ketuhanan,

mempelajari Ketuhanan sebagaimana diungkapkan dalam kitab Brahma

Sutra 1.1.1. merupakan hal yang amat penting dan perlu karena dengan

mengetahui Tuhan secara tepat dan baik, dinyatakan sebagai jalan yang

dapat mengantar manusia kepada jalan kesempumaan sampai kepada

moksa atau nirwana. Surga dan Neraka, moksa dan samsara mempunyai

arti dan hubungan yang erat sekali dengan ajaran Ketuhanan baik dalam

rangkaian penghayatannya maupun dalam hubungan pengalamannya.

Berbicara soal Tuhan bukan merupakan soal baru. Masalah Tuhan

dan Ketuhanan telah lama menjadi bahan pembicaraan sejak jaman

ribuan tahun yang lalu. Hal ini disebabkan karena Veda Sruti tidak

memberi penjelasan dan keterangan yang diperlukan secara jelas dan

tuntas. Kitab Upanisad dan Aranyaka banyak membahas soal Tuhan

dalam berbagai pengertiannya. Demikian pula kitab-kitab Brahmana

membahas masalah Ketuhanan dalam rangkaiannya dengan upacara dan

penghormatannya berbeda dari kitab Aranyaka dan Upanisad yang hanya

mencoba melukiskan secara pilosofis dan doktriner. Kesemuanya cukup

membuka pokok-pokok pemikiran baru dalam bidang ajaran Ketuhanan

yang menjadi sumber pembicaraan sepanjang jaman.

Disamping kitab Sruti (Mantra, Brahmana, Aranyaka Upanisad),

kitab-kitab lainnya yang membahas tentang Ketuhanan kita jumpai

dalam kitab Smrti (Dharmasastra dan Purana) menurut cara yang berbeda

pula. Demikian pula kitab Brahma Sutra dan kitab Agama

mengkhususkan berbagai Bab-nya untuk membicarakan masalah

Ketuhanan dan hubungannya dengan segala ciptaan alam semesta ini.

Kesemuanya membuka era baru dalam pembahasan alam Ketuhanan

baik sebagai ilmu maupun sebagai subjek dan objek dalam ilmu agama.

Ketuhanan yang diajarkan sebagai unsur iman dalam agama Hindu

(dharma), untuk pertama kita jumpai dalam kitab Atharwa Weda XII.1.1.

Page 44: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 44

dan merupakan unsur dalam penghayatan agama Hindu yang paling

penting dalam keseluruhan pola ajaran Hindu. Oleh karena itu Tuhan

merupakan topik bahasan yang terpenting diantara para wipra (brahmana

ahli).

Keinginan manusia untuk lebih banyak tahu tentang Tuhan dan

Ketuhanan yang serba ghaib (suksma), misteri (rahasia) dan mutlak

mengenai gambaran sifat hakekat (Tattwa) Tuhan mendorong manusia

untuk lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk merenung dan

mengagumi keghaiban itu dengan berbagai akibatnya. Penggambaran

atau pengucapan tentang Tuhan secara lahiriah, tidak lebih hanya

membatasi sifat keabsolutanNya secara arbitratip. Setiap orang akan

berpikir dan berbicara lain tentang hal yang sama dan karena itu apa

yang lahir dari perkataan dan pikirannya akan lain pula wujudNya yang

dipresentasikannya baik dalam sistim kefilsafatannya (darsana, tattwa

darsana) maupun dalam sastra dan bahasa. Gambaran inilah yang kita

jumpai pula di dalam kitab Sruti yang menggambarkan Tuhan dalam

bentuk Dewa yang cukup menambah masalah baru dalam sistem

pemikiran selanjutnya, bila tidak hati-hati membacanya dan melihatnya

dalam satu kerangka yang bulat dalam sistem pemikiran Ketuhanan

menurut alam pikiran Weda.

PENGERTIAN THEOLOGI

Theologi atau Brahma Widya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos

(Bhs. Yunani) berarti Tuhan dan logos (Bhs. Yunani) berarti ilmu.

Didalam sastra Sanskerta dan berbagai kitab Suci Hindu, ilmu yang

mempelajari tentang Tuhan dinamakan Brahma Widya atau Brahma

Tattwa Jnana. Kata Brahma dalam hubungan pengertian di atas

diartikakan Tuhan yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai

unsur yang memberi kehidupan pada semua ciptaannya dan juga unsur

Sabda atau Aksara (Yang Maha Kuasa). Widya atau Jnana, kedua-

duanya artinya sama yaitu ilmu, sedangkan kata Tattwa berarti hakekat

tentang Tat (itu, yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman).

Penggunaan kata Tat sebagai kata yang artinya Tuhan, adalah untuk

menunjuk yang ada jauh dari manusia. Kata itu dibedakan dengan kata

idam, yang artinya yang ini yaitu menunjuk kepada benda yang dekat,

yaitu semua benda ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, kata Tattwa Jnana

artinya ilmu tentang hakekat, yaitu ilmu tentang Tuhan.

Page 45: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 45

PERLUNYA MEMPELAJARI KETUHANAN

Perlunya mempelajari Ketuhana adalah untuk mengerti dan

memahami tentang Tuhan itu sendiri sebagai hal-Nya dilihat dari

kacamata bahasa atau kata dan pikiran pengamatNya atau penghayatnya.

Dengan demikian akan dapat dihindarkan pengertian yang salah sejauh

mungkin tenteng pengertian Tuhan yang dibedakan dari hal yang bukan

Tuhan.

Berpikir tentang Tuhan orang akan sampai kepada Tuhan. Berpikir

tentang Raksasa orang akan sampai kepada Raksasa. Oleh karena itu,

untuk sampai kepada Tuhan, orang harus selalu berpikir tentang Tuhan.

Berpikir tentang berarti orang harus mengenal Tuhan dalam

kenyataanNya, baik sebagai hakekat yang dikenal sebagai Nirguna

Brahman maupun sebagai aspek Saguna Brahman. Untuk itu orang harus

belajar memahami dan mengerti sebaik-baiknya tentang istilah dan kata-

kata yang dipergunakan sebaik-baiknya sebelum membedakannya dari

pengertian lain yang berarti bukan Tuhan.

Agama Hindu sebagai agama tertua didunia, setidak-tidaknya

mempunyai banyak ajaran yang tidak mudah dimengerti sebagai akibat

pertumbuhan dan perpaduan dari berbagai tradisi yang berkembang

diberbagai wilayah yang luas tanpa terkendalikan. Berbagai perbedaan

cara berpikir dan cara penafsirannya atas satu pokok keimanan yang

sama tentang Tuhan.

Oleh karena itu, menjadi satu keharusan yang tidak dapat

dielakkan untuk mempelajari pokok-pokok pengertian tentang

Ketuhanan sebagai keimanan dalam sistem penghayatan sebagaimana

kita jumpai dalam berbagai ungkapan dalam Weda. Demikianlah yang

diharapkan menurut sistem Hindu untuk benar-benar mengerti dan

menghayati agar dalam berpikir tentang Tuhan, perbedaan bahasa tidak

akan mempertajam perbedaan pengertian yang pada hakekatnya tidak

berbeda maksud dan tujuannya itu.

SUMBER PENULISAN

Penulisan bahan-bahan informasi ini bersumber pada kitab-kitab

suci Hindu dan beberapa kitab sastra lainnya yang mencoba mengulas

pokok-pokok pikiran Ketuhanan yang menjadi kepercayaan Hindu.

Secara difinitip penulisan seluruh ajaran Hindu bersumber pada Sruti,

Page 46: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 46

Smrti, Sila, Acara, dan Atmanastuti. Dari sumber-sumber ini yang

terpenting adalah bersumber pada kitab-kitab Sruti dan Smrti, dua

sumber tertulis. Dari kedua sumber itu pula kita jumpai penjelasan-

penjelasan tentang pokok-pokok pengertian Ketuhanan menurut agama

Hindu.

Sebagai penganut dan penghayat agama Hindu, sumber utama

penyusunan adalah pada kitab wahyu Tuhan yang telah dihimpun

menjadi kitab Weda, sebagai kitab suci Hindu. Kitab ini memuat sabda

Tuhan (Daivi Vak) yang pemah diwahyukan (sruti) melalui Maha Resi

pada jaman turunnya Weda, tahun 1500 Sebelum Masehi. Weda adalah

mula sastra atau asal dari semua sastra Weda lainnya.

Sumber utama yang pertama-tama mengungkap pengertian adanya

Tuhan dan Ketuhanan sebagai ajaran dengan berbagai aspeknya terdapat

didalam kitab Sruti (Mantra, Brahmana, dan Aranyaka). Di samping

kitab Mantra (Rigveda, Samaveda, Yajurveda dan Atharwaveda) terdapat

pula kitab Smrti (Wedangga dan Upaweda) yang sedikit banyaknya

memuat pokok-pokok Ketuhanan Hindu. Demikian pula kitab-kitab

Agama sastra yang dianggap sebagai Weda kelima bersama-sama dengan

kitab Bhagawadgita, merupakan sumber tertulis yang sangat penting

yang mengajarkan ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu diantara

kitab Agama yang ada antara lain kitab Mahanirwana Tantra dan

berbagai kitab suplemen lainnya yang sama pentingnya, seperti misalnya

kitab Jnana Siddharta atau sejenisnya.

Khusus mengenai Ketuhanan yang paling banyak dan paling

lengkap pembahasannya adalah kitab Brahma Sutra, sesuai menurut

judulnya dan artinya adalah kitab Sutra yang memuat pokok-pokok

pengertian tentang Brahma (Tuhan). Sebaliknya kitab Mahanirwana

Tantra adalah kitab Tantra (Mistik) yang isinya membahas mengenai

sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai pengertian menurut cara

penghayatannya, sebagai ajaran yang disabdakan (diwahyukan) oleh

Tuhan melalui dialog antara Dewa Siwa dengan Parwati.

LAHIRNYA UPANISAD

Munculnya Upanisad merupakan reaksi atas Jaman Brahmana

yang hanya mengutamakan pelaksanaan upacara Agama (upacara

korban). Pada jaman Brahmana pengalaman agama nampak tidak

seimbang antara Tattwa, Susila, dan Acara karena hanya upacara yang

Page 47: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 47

dianggap paling utama dalam mengamalkan agama. Bagi umat yang

mampu membuat dan mempersembahkan upacara besar maka

kebahagiaan akhirat kelak berupa sorga akan dapat dinikmati, tanpa

memperhatikan karma yang mungkin banyak dosa.

Sesungguhnya upacara yajna hanyalah merupakan bagian kecil

dari praktek kehidupan beragama, namun karena menganggap

pelaksanaan upacara yang besar akan menyebabkan kebahagiaan di

akhirat kelak, maka hidupnya umat disiapkan semata-mata untuk

mempersembahkan upacara besar. Membuat dan mempersembahkan

upacara besar tentu tidak dapat dilaksanakan oleh semua lapisan

masyarakat terutama bagi kemampuan ekonomi umat yang rendah. Perlu

membuat pengkajian tentang relevansinya mempersembahkan upacara

besar dengan biaya mahal, dan dibandingkan dengan mempersembahkan

upacara berdasarkan standarisasi dasar sesuai dengan eksistensi yajna.

Munculnya reaksi dari umat khususnya para acarya terhadap

kehidupan yang hanya mengutamakan upakara/upacara korban dalam

beragama adalah wajar, mengingat praktik kehidupan seperti itu tidak

sejalan dengan ajran Catur Asrama, Catur Warna, dan Catur Marga.

Kitab suci memberikan kesaksian bahwa jagadhita tercapai bukan hanya

karena upacara, melainkan masih ada faktor lain yang dominan.

Satyam brihad rtam ugram

diksa tapo brahma yajna

prthiwim darayanti (AW: XII.1.1)

Maksudnya:

Kejujuran/kebenaran yang agung, hukum yang tegak, kesucian,

pengendalian diri, bijaksana (pengetahuan) korban suci, itulah yang

menegakkan dunia ini.

Dari kesaksian Weda Sruti tersebut memang tampak jelas bahwa

upacara ritual sebagai bentuk yajna, bukanlah satu-satunya jalan untuk

mencapai kebahagiaan lahir batin (Jagadhita, Sorga, dan Moksa).

Rupanya atas dasar kesaksian itulah maka upaya pengkajian

terhadap kebenaran ajaran Weda untuk mendaptkan kebijaksanaan terus

menerus dilakukan oleh para wanaprastin dan Acarya sekaligus

Page 48: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 48

menyampaikan hasil kajian tersebut kepada para siswa dengan duduk di

bawah dekat Guru (Upanisad).

TUJUAN YAJNA

1. Kesejahteraan – Keselamatan – Kebahagiaan.

2. Peningkatan status dari benda/makhluk yang dipakai yajna.

3. Memperbanyak subhakarma dari pelakunya untuk mencapai sorga

(akan reinkamasi).

4. Membersihkan/membebaskan pelaku yajna dari ikatan dunia

(moksa).

SIFAT-SIFAT YAJNA

Berdasarkan guna yang mempengaruhi maka Yajna dapat bersifat:

1. Sattwika (didominasi sattwam) dengan ciri/dasar:

a. Materi Yajna didapat atas dasar Dharma.

b. Ditujukan kepada Hyang Widhi dengan segala manifestasinya

dan ciptaanNya.

c. Dilakukan pada saat dan keadaan yang tepat.

d. Untuk kegunaan/keselamatan yang dipuja/diberi.

e. Dilakukan atas dasar kesadaran, kebenaran dan keikhlasan/tanpa

kepentingan pribadi.

2. Rajasika (didominasi Rajas) dengan ciri/dasar:

a. Materinya didapat dengan Dharma atau adharma.

b. Dilakukan dengan harapan untuk pribadi/kelompok.

c. Disertai rasa pamer/ego/kemeriahan menonjol.

d. Yang menerima belum tentu memerlukan.

e. Untuk kebaikan obyek dan yang beryajna (ingin imbalan).

f. Ditujukan kepada Hyang Widhi/manifestasi/ ciptaanNya.

g. Kurang memperhatikan Tattwa/kebenaran/Wiweka.

3. Tamasika (didominasi Tamas) dengan ciri/dasar:

a. Materi dari pemberian orang atau adharma.

b. Didasari rasa sekedar ikut beryajna/takut/malu.

c. Bukan kesadaran/niat, namun karena didorong

orang/lingkungan.

d. Ingin mencari keselamatan dirinya/untung/pujian.

e. Tujuannya belum tentu untuk kebaikan obyek.

Page 49: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 49

f. Beryajna dengan materi yang dia sudah anggap usang.

Dari sifat-sifat yajna itu maka nilainya dapat diklasifikasi sebagai

berikut:

1. Yajna Satwika: bernilai utama

2. Yajna Rajasika: bernilai madya

3. Yajna Tamasika: bernilai kanista

Walaupun demikian sangat mungkin terjadi tindakan seolah-olah

beryajna, namun pada hakikatnya adalah bisnis/barter atau hanya untuk

kepentingan pribadi/kelompok. Perilaku/tindakan seperti itu tidak akan

memberi manfaat bagi pelaku maupun bagi lingkungan. Demikian pula

tidak akan dapat membersihkan /membebaskan pelaku dari ikatan maya

dan malah justru bisa menyebabkan adanya kebiasaan yang merugikan

orang/ lingkungan.

Secara garis besar materi (mang lingkup) ajaran agama Hindu

meliputi tiga bagian sebagai Tri Kerangka Agama, yang terdiri atas:

a. Tattwa (filsafat): inti/kebenaran/dasar ajara agama (Panca Sradha).

b. Susila (etika): tingkah laku yang mulia dalam beragama.

c. Acara (ritual, yajna): materi untuk praktek agama yang terdiri atas

upakara, Pandita/ Pinandita/ Pemangku/ Balian, Pura/ Kuil/ Sawan/

Candi, Pedewasaan (wariga), hari suci, dan lain-lain.

Ketiga dari kerangka agama itu tidak dapat dipisah-pisahkan

pengamalannya, sekalipun Tattwa, Susila, dan Acara patut diamalkan

bersamaan dalam setiap tindakan. Pengamalan Susila tanpa Tattwa dan

Acara akan gersang dan kering. Demikian pula pengamalan Susila tanpa

Tattwa, dan Acara akan tampak tidak semarak dan menjurus pada

prilaku yang kaku atau ekstrim. Acara tanpa Tattwa, dan Susila akan

menjadikan tindakan pemborosan dan memunculkan tradisi yang tanpa

dasar kebenaran.

Demikian ketiga kerangka agama itu wajib dilaksanakan tanpa

meninggalkan salah satu dari ketiga bagiannya. Kerangka agama dapat

diumpamakan sebagai berikut:

Tattwa = kepala = kuning telur

Susila = tangan-kaki = putih telur

Acara = badan/ perut = kulit telur

Page 50: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 50

SUSILA

Susila adalah kata Sansekerta yang terdiri dari kata Su artinya baik,

mulia, Sila artinya perilaku/dasar. Jadi Susila artinya perilaku yang mulia

sesuai ajaran Weda. Karena Susila adalah bagian dari kerangka Agama,

maka dengan perilaku mulia (bersusila) sudah berarti berbuat bajik

(dharma) dan sudah mengamalkan agama. Untuk berbuat mulia agama

memberikan banyak tuntunan, disamping adanya norma yang lain, yaitu

norma susila (petunjuk hati nurani/kata hati), norma kesopanan (tertib

hidup dalam masyarakat), norma hukum (aturan hidup bermasyarakat

dan bemegara yang ditetapkan oleh pemerintah dan lembaga berwenang,

untuk itu dengan pelanggamya dikenakan sanksi). Berbuat susila

merupakan kewajiban sekaligus menjadi kebutuhan bagi setiap umat

karena susila mengantarkan orang pada kerahayuan hidup.

TUNTUNAN BERBUAT SUSILA

Weda sebagai ajaran yang sempurna memuat sangat banyak

tuntunan untuk berbuat susila. Tuntunan susila agama banyak disajikan

dalam berbagai bentuk, seperti cerita Tantri, Wirama (kekawin/sekar

agung), Sekar alit, Itihasa, maupun sadacara (kebiasaan dari orang-orang

suci). Isi ceritra Tantri ternyata banyak disadur dan diterbitkan dalam

bentuk buku-buku bacaan umum.

Beberapa tuntunan susila antara lain:

1. Tri Parartha

Tri Parartha adalah tiga perilaku untuk tujuan mulia, dengan

pembagiannya:

a. Asih: cinta kasih terhadap semua makhluk ciptaan Hyang

Widhi/Hyang Hari. Asih menjunjung tinggi Hak Asasi

manusia.

b. Punia: memberi/berdana untuk kebaikan bersama atau

pemberian/pelayanan terbaik, pelayanan prima kepada yang

patut melalui subhakarma.

c. Bhakti: hormat dan bhakti kepada yang dimuliakan seperti

para Leluhur, Dewa-Dewa dan Hyang Widhi.

Page 51: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 51

2. Tri Kaya Parisudha (Sarasamuscaya: sloka 73)

Tri = 3 (tiga), Kaya = gerak/tindakan, Parisudha = suci/benar. Jadi

Tri Kaya Parisudha ialah tiga tindakan manusia yang benar dan baik.

Ketiganya itu ialah:

a. Manacika : berpikir yang baik dan benar

b. Wacika: berkata yang baik dan benar

c. Kayika: berbuat yang baik dan benar

3. Catur Prawrerti (Sarasamuccaya: sloka 63)

Catut Prawrerti artinya empat prilaku yang mulia, yaitu:

a. Ahimsa: tidak membunuh/tidak menyakiti.

b. Dama: sadar dan dapat menasehati diri sendiri.

c. Arjawa: jujur dan selalu dapat dipecaya.

d. Indrianigraha: pengendalian sebelas indria.

ACARA (UPACARA) AGAMA

1. Ruang Lingkup

Acara agama merupakan bagian ketiga dari kerangka Agama Hindu.

Dalam acara agama akan dijumpai tindakan dan bentuk-bentuk

materi dari pelaksanaan agama seperti:

a. Kitab Suci

b. Orang Suci

c. Tempat Suci

d. Hari Suci dan Hari Raya

e. Upakara dan Yajna

f. Persembahyangan/Kebhaktian

g. Pendewasaan/Wariga

2. Karakter atau Sifat Pura

Didasarkan atas kekuatan yang distanakan dan dipuja di Pura maka

tempat suci itu dibedakan atas dua karakter yaitu:

a. Pura Kahyangan: tempat suci untuk memuja Hyang Widhi

dengan segala Prabhawa-Nya (hukum kemahakuasaan-Nya)

b. Pura Keluarga: tempat suci untuk memuja Bhatara Leluhur

(arwah/leluhur yang telah suci).

Pada pura Kahyangan semua umat Hindu dapat bersembahyang

dengan tidak membeda-bedakan keturunan, suku, maupun bangsa.

Sedangkan pada Pura Keluarga tidak diwajibkan bagi semua umat

Page 52: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 52

untuk sembahyang di tempat itu, sebab Pura itu tempat memuja roh

leluhur dan disungsung oleh keluarga tertentu yaitu, orang-orang

yang punya hubungan darah/kepurusan saja. Namun, tidak dilarang

bagi orang lain yang mau sembahyang di sana.

3. Struktur Pura dan Denah

Struktur yang dimaksud di sini ialah hubungan Pura Kahyangan yang

satu dengan Pura Kahyangan yang lain. Ditinjau dari kekuatan yang

dipuja, semua pura Kahyangan berfungsi sama yaitu sebagai stana

Hyang Widhi dan setiap Umat Hindu dapat bersembahyang di pura

tersebut. Namun berdasarkan kewilayahannya maka adanya struktur

atau tingkatan pura adalah tergantung kesepakatan umat Hindu. Ini

semata-mata didasarkan pada wilayah dan fungsi strategis dalam hal

pembinaan umat.

Contoh:

Balai Payajnan yang ada di Labuhan, di Jaro, di Datar Ajab dan Pura

Jagatnatha di Banjarmasin, Pura di Kusan Hilir, di Batulicin, maupun

Pura Besakih dan Semeru Agung Mandara Giri adalah berkarakter

sama, jika dilihat dari fungsinya sebagai tempat untuk memuja

Hyang Widhi. Namun dilihat dari lokasi dan fungsi strategis

pembinaan umat, jelas akan tampak berbeda. Pura Agung Jagatnatha

jelas akan tampak lebih besar, lebih ramai, lebih megah, karena Pura

ini ada di pusat wilayah Kalimantan Selatan dan berfungsi sebagai

pusat pembinan umat se-Kalimantan Selatan. Apalagi Pura Mandara

Giri Semeru Agung atau Pura Besakih, jelas sangat berbeda karena

sebagai tempat suci yang disungsung oleh semua umat Hindu.

Demikian sebaliknya pura di pedesaan, lebih-lebih sanggah tempat

suci keluarga akan tampak kecil karena dipakai oleh sekelompok

kecil umat.

Selanjutnya mengenai denah, jika areal memungkinkan maka

alangkah baiknya halaman pura dibagi tiga yang disebut Tri Mandala

meliputi:

a. Kanista Mandala: halaman luar pura, sebagai tempat kegiatan

pembinaan umat seperti, pendidikan, hiburan, upacara selain

Dewa Yajna. Kantoran Parisada, Balai Adat, dan sebagainya.

Page 53: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 53

b. Madya Mandala: halaman tengah sebagai, tempat bekerja untuk

menyiapkan upacara Yajna di pura, juga dapat dipakai sebagai

tempat pembinaan umat, pertemuan, upacara Yajna lainnya.

c. Uttama Mandala: halaman dalam, sebagai tempat bangunan suci

dan untuk melaksanakan yajna kehadapan para Dewa/Ista

Dewata manifestasi kemahakuasaan Tuhan (Hyang Widhi).

Sedangkan bangunan yang patut didirikan di setiap mandala

(halaman) disesuaikan dengan fungsinya maupun kebutuhan di pura.

Untuk Uttama Mandala maka bangunan uttama yang dibangun

adalah Padmasana atau Padmasari jika itu pura Kahyangan. Untuk

lebih jelasnya perihal bangunan pura sebaiknya minta petunjuk

Parisada setempat.

4. Bangunan Suci Pusat Pemujaan

Memperhatikan denah Pura maka sudah dapat dipastikan bahwa,

tempat suci Hindu (Pura) tidak dapat disamakan dengan tempat suci

agama lain. Pura bukanlah suatu rumah, melainkan suatu tempat

yang dilengkapi dengan seperangkat bangunan seperti bangunan

stana Tuhan, balai tempat bekerja/ kegiatan umat termasuk dapur dan

kamar mandi/WC. Yang dimaksud dengan hubungan suci ialah suatu

bangunan dibuat khusus untuk memuja Tuhan dengan segala

manifestasinya-Nya yang disebut Ista Dewata dan juga tempat

memuja Bhatara Leluhur. Adapun tata letak dari bangunan Suci di

Pura hendakya didasarkan pada arah suci dalam agama Hindu yaitu:

a. Arah matahari terbit = arah utama

b. Arah ke Gunung/Utara = arah pilihan kedua

c. Arah Timur Laut = arah pilihan ketiga

Bangunan suci sebagai stana Tuhan dapat berupa Candi, Meru,

Gedong Sanga Lingga, maupun Padmasana atau Padmasari. Dalam

bentuk upacara maka Stana Tuhan dapat berupa: Daksina (beras

bakul). Aksara juga sebagai Stana Tuhan di samping sebagai simbol

Tuhan seperti: Om, sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya. Aksara (Om)

adalah simbol Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Om-sa-ba-ta-a-

i-na-ma-si-wa-ya disebut Eka Dasa Aksara yang merupakan simbol

Hyang Widhi dengan sepuluh hukum kemahakuasaan-Nya yang

menguasai penjuru jagat raya.

Page 54: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 54

Sa = Sadyojata Iswara => Timur

Ba = Bamadewa Brahma => Selatan

Ta = Tatpurusa Mahadewa => Barat

A =Aghora Wisnu => Utara

I = Isana Siwa => Tengah

Na= Mahesora Maheswara => Tenggara

Ma= Ludra Rudra => Barat Daya

Si = Sangkara Samkara => Barat Laut

Wa= Sambu Sambhu => Timur Laut

Ya = Siwa Siwa => Tengah

Demikian makna dari Ekadasaksara itu dalam hubungan ke-

Tuhanan. Dilihat dari struktur dan perlambang bangunan suci

(Pelinggih) maka Padmasana adalah pelinggih yang paling tepat

untuk memuja Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) dengan segala

prebawa-Nya.

5. Fungsi Pura dalam Pembinaan Umat

Di samping sebagai tempat memuja dan mohon tuntunan Hyang

Widhi maupun Bhatara Leluhur, maka Pura memiliki fungsi sosial

dalam hal pembinaan umat, baik secara langsung maupun tak

langsung antara lain:

a. Untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan umat maupun rasa

kekeluargaan.

b. Membina seni (dharma gita, seni tari, tabuh, keterampilan, seni

ukir) karena semua itu diperlukan dalam kegiatan yajna di pura.

c. Membina jiwa dan semangat beryajna.

d. Membina tingkah laku yang mulia, karena di pura pantang orang

berbuat menyalahi norma agama, norma hukum, susila dan

kesopanan.

e. Sebagai tempat belajar agama, tempat berdharma tula, dan

sebagainya.

Agar Pura dapat berfungsi secara maksimal maka umat penyungsung

Pura wajib melaksanakan pembinaan umat melalui kegiatan di Pura.

Untuk itu Pura patut dilengkapi dengan perpustakaan, rumah tunggu

atau rumah untuk Pinandita.

Page 55: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 55

6. Hari Suci, Hari Raya, Rerahinan

Hari suci ialah hari keagamaan yang dirayakan dengan suasana

keheningan demi kesucian seperti hari Saraswati, Siwa Latri, Nyepi,

Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Purnama, Tilem, Tumpek, dan

sebagainya. Berdasarkan peredarannya hari besar agama Hindu

dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Berdasarkan sasih (bulan) datang setiap tahun.

b. Berdasarkan wuku (Pawukon) datangnya setiap 210 hari.

Makna Perayaan hari-hari keagamaan sebagai berikut:

a. Hari Pagerwesi: pemujaan kepada Tuhan sebagai Hyang

Paramesti Guru (Maha Guru Jagatdita).

b. Hari Galungan: pemujaan kepada Tuhan dan Leluhur sebagai

ucapan terimakasih karena atas karunia-Nya manusia jay a atas

adharma (keburukkan) dalam dirinya maupun adharma di luar

dirinya.

c. Hari Kuningan: pemujaan kepada Tuhan dan Leluhur kerena

Tuhan dan Leluhur kembali ke Payogyan-Nya setelah memberi

anugrah serta menyaksikan perayaan Galungannya.

d. Hari Siwa Latri: pemujaan kepada Tuhan untuk memohon

pengampunan dan peleburan dosa. Melebur dosa artinya

mengubah dosa menjadi lebih kecil dengan berbuat

kebajikanIdharma lebih banyak.

e. Hari Saraswati: pemujaan kepada Tuhan atas karunia-Nya

memberikan manusia ilmu penge- tahuan untuk menolong

hidupnya.

7. Upakara, Upacara, dan Yajna

Sampai dewasa ini masih banyak umat yang kabur memahami

pengertian Upakara dan Yajna. Upakara berarti sesajen/banten.

Upacara ialah rangkaian kegiatan suatu yajna termasuk unsur

upakara dan perangkatnya.

Contoh dalam Dewa Yajna: Banten pesucian, daksina, sodan,

jerimpen, dan sebagainya disebut upakara.

Kegiatan mulai persiapan banten, urutan pemujaan, Pinandita,

mantra dan kidung, persembahyangan, semua rangkaian itu disebut

upacara.

Page 56: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 56

Dengan demikian dalam upacara agama terdapat upakara, namun

dalam suatu yajna belum tentu terdapat upakara maupun upacara,

sebab yajna itu dapat dilakukan kapan saja, di manapun juga,

disesuaikan dengan kemampuan umat baik secara pribadi maupun

dilakukan secara bersama-sama. Perlu disadari bahwa bentuk

upakara agama Hindu adalah beranekaragam adanya. Hal ini

disebabkan karena Weda memberikan kebebasan kepada umat

untuk membuat menurut kemampuannya yang disesuaikan dengan

keadaan tempat berdasarkan petunjuk agama. Yang menjadi dasar

utama dalam upakara, upacara, dan yajna adalah:

a. Untuk upakara, bahan pokoknya: air, bunga, buah, dan daun.

b. Bhagawad Gita menyatakan sebagai berikut:

Patram puspam phalam toyam

yome bhaktya prayacchati,

tad aham bhakty upahrtam

asnamiprayatatmanah. (Bh. Gita: IX.26)

Artinya:

Siapa pun yang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh

pengabdian sehelai daun, sekuntum bunga, sebutir buah-buahan,

setetes air, Aku terima persembahan yang dilandasi kasih sayang

dan hati yang murni.

1. Untuk upacara unsur pokoknya:

• Upakara

• Api (dupa, pasepan, dupa)

• Urutan pelaksanaan

• Pelaksana/yang berupacara

• Pemimpin upacara

• Air suci (tirta)

2. Untuk yajna unsur pokoknya:

• Materi (banten/upakara, uang, benda, ilmu, tenaga, obat,

darah, ginjal, komea mata, dan lain-lain

• Rasa bhakti/hormat/tresna/kasih sayang

• Kemampuan dan keikhlasan

• Tujuan (untuk kerahayuan) dan kemuliaan yang dipuja/yang

diberi

• Pelaku yajna (umat yang beryajna)

Page 57: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 57

• Objek yang dihaturkan wajib diketahui/dipahami

Walaupun aneka ragam upakara yang dijumpai namun materi

pokoknya tidaklah aneka ragam. Kesatuan antar upakara, upacara,

dan yajna tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat Hindu.

Sebagai perbandingan dapatlah disebutkan beberapa bentuk upakara

yang kecil maupun yang besar antara lain:

• Porosan (empa/sirih/giling) - penyeneng - peras - tepung tawar -

pesucian - kumara (urang sarupa)

• Kewangen - sodan - daksina (beras bakul)

• Segehan - gebogan - pula gembal

• Canang - prayascita - tawur agung dan seba- gainya

• Porosan ( empa/sirih giling) sebagai upakara terkecil merupakan

symbol Tri Murti (Tri Sakti) dan selalu dipergunakan dalam

upakara lainnya

Memahami ajaran agama Hindu dengan baik dan benar hendaknya

mempelajari secara utuh dengan kaca mata atau sudut pandang

agama Hindu itu sendiri. Penampilan atau pelaksanaan agama Hindu

adalah apa yang disebut “Acara Agama Hindu”. Acara Agama Hindu

adalah tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang bersumber pada

kaidah-kaidah hukum yang ajeg baik yang berasal dari sumber

tertulis maupun tradisi tempat setempat yang diikuti secara turun-

temurun sejak lama oleh umat Hindu. Oleh karena Acara Agama

Hindu merupakan penampilan atau pelaksanaan ajaran Agama Hindu

maka jelaslah bagian ini pula merupakan bagian luar yang paling

tampak yang merupakan fenomena agama.

Yajna berarti pemujaan, persembahan atau korban suci baik material

maupun non material bardasarkan hati yang tulus ikhlas, dan suci

mumi demi untuk tujuan-tujuan yang mulia dan luhur. Jiwa dan

yajnya adalah terletak pada semangat berkorban untuk tujuan yang

luhur. Yajna adalah salah satu dari dasar-dasar atau landasan

Dharma. Yajna adalah wajib untuk dilakukan, kama alam ini

diciptakan dan dipelihara dengan yajna itu sendiri.

Page 58: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 58

PENGERTIAN ACARA AGAMA HINDU

Kata Acara dalam hubungannya dengan kata Acara Agama Hindu

haras dibedakan dengan kata Acara sebagaimana lazimnya dipakai dalam

bahasa Indonesia seperti dalam kata: Acara TVRI, Acara Seminar, Acara

Wisuda, Acara makan-makan, dan sebagainya. Kata acara dalam

kaitannya dengan Kata Acara Agama Hindu adalah kata yang berasal

dari bahasa Sanskerta yang berarti:

1. Perbuatan atau tingkah laku yang baik

2. Adat-istiadat

3. Tradisi atau kebiasaan yang merapakan tingkah laku manusia baik

perseorangan maupun kelompok masyarakat yang didasarkan atas

kaidah-kaidah hokum

Jadi Acara pada prinsipnya adalah tradisi keberagaman agama

Hindu, namun sekalipun acara itu adalah suatu kebiasaan atau tradisi,

tidaklah berarti bahwa setiap tradisi itu Acara, misalnya: tradisi dalam

setiap menjelang peringatan hari raya nasional diadakan berbagai

perlombaan, ini bukanlah Acara.

Acara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Aturan (tertulis atau tidak tertulis)

• Tingkah laku yang diatur (perbuatan perorangan) atau masyarakat

atau Negara yang selaras dengan ajaran Agama

• Mempunyai nilai moral dan kepercayaan

• Diakui dan dipatuhi oleh sebagian besar dari masyarakat itu

• Ada unsur turun-temurun sebagai satu kebiasaan

Acara sebagai kebiasaan memiliki makna yang sama dengan kata

drsta. Drsta dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata “dsr” artinya

melihat atau memandang. Kemudian manjadi kata Drsta. Acara atau

drsta ini dapat terdiri atas beberapa macam yaitu:

1. Sastra Drsta.

2. Desa Drsta.

3. Loka Drsta.

4. Kuna Drsta atau Purwa Drsta.

5. Kula Drsta.

Page 59: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 59

1. Sastra Drsta

Adalah suatu dsrta atau tradisi agama Hindu yang bersumber pada

sumber tertulis yang terdapat pada pustaka-pustaka suci atau sastra

Agama Hindu. Sumber utama dan pertama sebagaimana diketahui

adalah pustaka suci Veda. Pokok-pokok ajaran Veda kemudian

memberi jiwa atau nafas pada pustaka-pustaka suci agama Hindu

berikutnya. Di Bali ajaran agama Hindu ditulis dalam “Lontar” yaitu

dengan huruf Bali. Pustaka-pustaka lontar ini di Bali cukup banyak

dan terpelihara dengan baik. Di daerah lain tentu saja ada tulisan

yang menguraikan berbagai tuntunan agama Hindu.

2. Desa Drsta

Adalah tradisi agama Hindu yang telah menjadi tradisi desa yang

berlaku dalam suatu wilayah desa tertentu. Tradisi ini tidak ada

tersurat dan tersirat dalam pustaka tertentu. Akan tetapi telah begitu

melembaga dan diyakini oleh kelompok masyarakat desa

pendukungnya. Tradisi ini bersifat lokal sehingga antara desa satu

dengan desa lainnya tradisinya tidak sama, masing-masing desa

mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda. Hal ini disebut desa

“Desa Mawacara”. Misalnya tradisi di desa A, mayat orang

meninggal dikuburkan sedangkan di desa B, mayatnya dibakar.

3. Loka Drsta

Adalah dsrta atau tradisi agama Hindu yang berlaku secara umum

dalam suatu wilayah tertentu. Loka drsta dengan Desa drsta secara

prinsip pengertiannya sama yaitu sama-sama tradisi yang tak tertulis.

Hanya saja Loka drsta ini wilayah berlakunya tradisi itu lebih luas

dan lebih umum. Misalnya tradisi di Bali menjelang hari Tumpek

Landep hari Sabtu, Kliwon, Wuku Landep), para “Pande” serentak

tidak bekerja karena peralatannya diupacarai.

4. Kuna Drsta atau Purwa Drsta

Adalah drsta atau tradisi agama Hindu yang bersifat turun-temurun

dan diikuti secara terus-menerus sejak lama. Orang merasa takut

untuk melanggarnya. Orang sudah tidak tahu dan tidak ingat lagi

sejak kapan tradisi itu mulai ada. Sepanjang tradisi tersebut diterima

dan dianggap masih relevan dengan jaman maka selama itu tradisi

Page 60: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 60

itu diikuti. Tapi jika sudah dipandang tidak sesuai lagi dengan

kemajuan jaman, maka tradisi tersebut akan ditinggalkan. Misalnya

di Bali ada tradisi “ngarap” yang menggotong mayat dengan

bersorak-sorak dan berebutan yang berlebihan sudah ditinggalkan

karena dipandang tidak sesuai. Tapi tradisi yang lain yang masih

dianggap sesuai tetap dilaksanakan.

5. Kula Drsta

Kula drsta atau Kula Acara adalah tradisi agama Hindu yang berlaku

bagi kelompok keluarga tertentu, yang lainnya kalau Acara ini

berkaitan dengan latar belakang sejarah kehidupan keluarga tersebut.

Kula drsta atau Kula Acara di dalamnya juga termasuk Sista acara

yaitu kebiasaan orang yang telah mencapai tingkat kesucian, seperti

kebiasaan yang berlaku di antara kelompok yang telah menerima

diksa, misalnya: Pandita.

Berdasarkan adanya bermacam-macam acara tersebut, maka

wajarlah tata cara pelaksanaan ajaran agama Hindu antara satu daerah

dengan daerah lain tampak beragam, antara satu daerah dengan desa lain,

demikian pula antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.

Apalagi mengingat bahwa agama Hindu dalam sejarah pekembangannya

tetap menerima dan memelihara adat istiadat budaya setempat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan acara agama Hindu adalah suatu tradisi

atau tingkah laku manusia, baik perseorangan maupuk kelompok

masyarakat yang didasarkan atas suatu kaidah-kaidah ajeg, baik tertulis

maupun tak tertulis yang diakui secara turun temurun. Biasanya kaidah-

kaidah ini diikuti berdasarkan apa yang telah berlaku atau dilakukan oleh

orang-orang tua yang dianggap sebagai orang-orang terkemuka atau

sesepuh dalam agama Hindu, kaidah-kaidah itu ada yang tertulis ada pula

yang tidak tertulis.

Memperhatikan beberapa pelaksanaan upacara yajna yang

berlangsung secara keseharian (yang dilaksanakan oleh umat Hindu

setiap hari), yang dikenal dengan nitya karma, maupun yang

dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu yang dikenal dengan

sebutan naimitika karma, maka dalam pelaksanannya dari berbagai

upacara yajna senantiasa tetap mengandung makna filosofis mapun

Page 61: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 61

makna religious yang sangat mendalam guna dapat terwujudnya suatu

ketentraman, kesejahteraan, keselamatan, kebahagiaan, dan

keharmonisan hidup dan kehidupan di alam raya ini maupun di alam

akhirat kelak. Sejalan dengan harapan di atas, maka dalam hal ini dapat

ditegaskan dengan sloka yang berbunyi: “moksartham jagadhita ya ca iti

dharma”, yang maksudnya yaitu mewujudkan adanya tingkat kehidupan

yang seimbang antara tuntutan jasmaniah, maupun rohaniah atau dengan

perkataan lain yakni tercapainya kebahagiaan secara nyata dengan

terpenuhinya kebutuhan material serta tercapainya ketentraman

kesejahteraan spiritual yang tangguh, utuh, serta berbudi pekerthi yang

luhur.

Menjalani kehidupan ini manusia yang berbudi pekerti luhur wajib

mewujudkan kesejahteraan antara sesame manusia, baik antar umat

manusia maupun intern umatnya, selanjutnya perlu diwujudkan

keseimbangan dan keselarasan dengan Tuhan sebagai penciptanya,

terwujudnya pula keharmonisan dengan mahluk-mahluk bawahan seperti

halnya hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan, yang juga merupakan

ciptaanya.

Selanjutnya kalau kita perhatikan suatu konsep yang tidak

terpisahkan atau yang saling kait mengait yaitu: Tiga Kerangka Agama

Hindu, seperti:

a. Tattwa Darsana yaitu landasan berpijak dalam meningkatkan tingkat

keimanan yang tangguh (sraddha) terhadap makna-makna yang

hakiki yang terkandung dalam ajaran agama Hindu, terutama sekali

yang mengandung nilai filosofisnya (filsafat).

b. Sila Sasana (Susila) yaitu sebagai suatu landasan berpijak atau

berprilaku bagi sesama, guna terwujudnya suatu tata pergaulan yang

memiliki sopan santun (etika) yang nantinya mengacu pada

pembinaan dan pendidikan budi pekerti yang tangguh sesuai dengan

landasan dharma (susila).

c. Upacara Yajna yaitu suatu landasan yang mengacu pada unsur

kegiatan-kegiatan atau pelaksanaan upacara Yajna (ritualnya).

Dari ketiga kerangka di atas maka Tattwa Darsana dan Sila Sasana

merupakan unsur yang terpenting dan bersifat kekal serta universal.

Sedangkan upacara yajna merupakan wujud pelaksanaan lahir upacara

keagamaan Hindu yang menampakkan bentuk (wujud) yang berbeda-

beda serta bervariasi sesuai dengan kemampuan imajinasi dan budaya

Page 62: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 62

umat setempat dalam mempersiapkan dan mengamalkan ajaran suci

Weda yang mereka yakini. Di samping itu perbedaan bentuk tata upacara

juga dipengaruhi oleh drsta (adat istiadat) masyarakat penganutnya.

Perbedaan-perbedaan itu terutama tampak dalam bentuk tata cara

pelaksanaan upacara keagamaan (yajna), walaupun hakikat sraddha

(keimanannya) yang dimiliki tetap abadi (sanatana) dan sama

(universal).

Sehubungan dengan keanekaragaman tersebut Parisada Hindu

Dharma Indonesia berkewajiban mengayomi dan memberi tempat yang

layak bagi pertumbuhan kebutlayaan dan tradisi-tradisi (acara) setempat

yang telah berlaku, sepanjang tradisi dan kebudayaan itu tidak

bertentangan dengan dharma agama (tattwa) sebagaimana tercantum di

dalam susastra Veda.

KONDISI RIIL UMAT HINDU

Untuk mengetahui kondisi riil umat Hindu dalam arti inengetahui

kedalaman fakta di lapangan, secara ideal kita mesti melakukan

penelitian, sebab validitas data ada pada cara seperti itu. Dilain pihak kita

sangat menyadari bahwa menyelengarakan penelitian keumatan bukanlah

pekerjaan mudah. Namun demikian bukan sebuah ketidakmungkinan

untuk menggambarkan kondisi riil umat meskipun akurasinya belum

memadai. Jika mencermati secara sepintas, maka kita akan dihadapkan

pada kenyataan bahwa:

a. Dari sudut pendataan umat, baik yang menyangkut jumlah,

klasifikasi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, klasifikasi ras

dan suku, maupun gambaran geografis dimana komunitas Hindu

bermukim dan sebagainya, temyata sangat jauh dari harapan.

Pendataan ini jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi macam

internet atau email dewasa ini, keterbelakangan data umat sungguh

sangat mengkhawatirkan.

b. Belum terpenuhi dan tersalurkannya berbagai aspirasi umat ke dalam

berbagai organisasi atau lembaga keumatan sesuai kebutuhan, baik

pada majelis tertinggi umat, lembaga kepemudaan, lembaga wanita,

sampai keinginan untuk memiliki lembaga penterjemah, pengkajian

dan methodologi Veda beserta susastra Veda, lembaga pendharma

wacana, lembaga dharma gita dan lembaga pendidikan Hindu.

Page 63: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 63

c. Kurang mantapnya sistem dan manejerial kerja organisasi-organisasi

keumatan yang mempunyai tugas menggerakkan roda pembinaan,

pengembangan, dan kegiatan umat secara komprehensif serta

pemanfaatan potensi umat khususnya pemanfaatan sumber daya

manusia ternyata belum memadai.

d. Masih berhubungan erat dengan aspek manajemen, pemanfaatan

teknologi baik informasi, komunikasi dan bentuk-bentuk penemuaan

lainnya yang lebih menjamin efisiensi dan efektifitas kegiatan,

pembinaan dan pengembangan umat boleh dibilang belum ada,

kalaupun ada masih atas inisiatif individu bukan lembaga.

e. Pola kaderisasi dan penokohan disetiap aspek kehidupan masih tidak

jelas. Mandegnya pola ini tidak saja dalam hal keagamaan, tapi juga

dibidang lainnya seperti manajemen, ekonomi, teknologi, hukum dan

bidang-bidang lainnya. Inilah yang cukup menghambat partisipasi

umat untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Sebab

bagaimanapun suksesnya pola ini akan dapat mengangkat citra umat

secara menyeluruh.

f. Suatu kenyataan penting (bahkan teramat penting) adalah masih

adanya berbagai kekurangan dan kelemahan yang berkembang di

intern kehidupan umat, seperti friksi antar aliran, antar warna (juga

antar penganut Catur Marga) dan sebagainya meskipun friksi ini

tidak terlalu menonjol. Kelemahan lainnya adalah masih adanya

kecendrungan-kecendrungan yang tidak kondusif, seperti: rasa

fanatisme sempit, kurang percaya diri, sikap pengingkaran

(inconsistencyj, pemahaman ajaran agama yang unholistik, daya

adaptasi rendah, mental arogansi, sensitifitas yang rendah dan

sebagainya.

g. Masih terjadi dan atau umat Hindu mudah dikonversi keagama lain.

h. Masih banyak umat belum memahami kitab suci Veda.

i. Belum diapresiasi kearifan lokal dalam membuat tempat suci,

Upakara, dan Upacara serta berbagai aspek lainnya.

j. Umat belum mendapat pencerahan dalam Upakara, dan Upacara

yajna.

k. Pelaksanaan Upacara agama masih dirasakan memberatkan umat.

Page 64: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 64

l. Masih terjadi terjemahan maupun penulisan transliterasi (alih aksara)

dari huruf Dewa Nagari dan Jawa Kuno sebagai media istilah

Sanskerta ke dalam huruf Latin dan bahasa Indonesia.

SOLUSI

Kondisi riil di atas memerlukan solusi untuk mengatasinya sebagai

berikut:

a. Perlu dilakukan pendataan umat secara intensif dengan

memanfaatkan teknologi modern.

b. Perlu mengembangkan lembaga-lembaga keumatan untuk

menyalurkan aspirasi mereka disamping memperbanyak

penerjemahan dan kajian buku-buku Agama Hindu sebagai referensi

bagi pendharma wacana (Dharma Pracaraka), Dharma Gita, dan

Pendidikan Hindu.

c. Perlu memantapkan manajerial organisasi keumatan untuk

menggerakan roda pembinaan dan sumber daya yang ada.

d. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

dalam rangka memantapkan pengembangan umat Hindu.

e. Menumbuhkembangkan semakin banyaknya kader-kader muda

Hindu dalam regenerasi kepemimpinan umat Hindu demi

kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

f. Meningkatkan komunikasi kepemimpinan dan kelembagaan Hindu

guna mencari solusi memecahkan berbagai friksi dikalangan umat

Hindu.

g. Perlu meningkatkan pencerahan, pendidikan dan kesejahteraan, guna

memantapkan sraddha dan bhakti.

h. Perlu diperbanyak penerbitan buku-buku agama khususnya kitab suci

Veda bagi anak-anak dan generasi muda.

i. Pengurus Parisada daerah wajib mengapresiasi kearifan lokal baik

tempat suci, upakara, upacara beserta aspek-aspek lainnya.

j. Perlu meningkatkan pencerahan tentang tujuan dan makna upakara

dan upacara.

k. Diperbanyak penerbitan buku-buku pedoman upacara agama yang

sederhana.

l. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat segera menetapkan sebuah

badan peristilahan dan transliterasi (alih aksara) dari huruf Dewa

Nagari dan Jawa Kuno ke dalam huruf Latin dan bahasa Indonesia.

Page 65: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 65

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 66: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 66

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Nomor: 07/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

REKOMENDASI PEDOMAN SOSIALISASI

BHISAMA KESUCIAN PURA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa dengan semakin berkembangnya

pembangunan nasional pada umumnya dan

pembangunan kepariwisataan pada khususnya

dan demi terjaminnya kesucian Pura dengan

kawasan sucinya dipandang perlu dibuatkan

pedoman sosialisasi kesucian Pura; dan

b. bahwa sehubungan dengan perkembangan

pembangunan perlu membuat kebijakan untuk

mengamankan kawasan suci terutama

keberadaan Pura sebagai tempat pemujaan

umat Hindu.

Mengingat : 1. Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia

Pusat Nomor: 11/Kep/I/PHDI P/1994 tentang

Bhisama Kesucian Pura.

2. Keputusan Pesamuhan Agung 2010 Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor: 02/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 4 Desember 2010.

Page 67: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 67

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG REKOMENDASI PEDOMAN

SOSIALISASI BHISAMA KESUCIAN PURA

Pertama : Memberi mandate kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk

menindaklanjuti Rekomendasi ini.

Kedua : Mensosialisasikan kepada seluruh umat Hindu

melalui Parisada setempat.

Ketiga : Bila di kemudiaan hari terdapat kesalahan dengan

Keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 4 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Page 68: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 68

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 69: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 69

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 7/KEP/P.A. Parisada/XII/2010

Tentang Rekomendasi Pedoman

Sosialisasi Bhisama Kesucian Pura

REKOMENDASI

PEDOMAN SOSIALISASI

BHISAMA KESUCIAN PURA

Latar Belakang Masalah

“Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya Untuk Indonesia

Raya”. Kalimat yang diberi tanda kutip ini adalah bagian dari syair Lagu

Kebangsaan Indonesia Raya. Ini artinya pembangunan di Indonesia ini

wajib hukumnya membangun jiwa dan raga manusia-manusia Indonesia

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketidakseimbangan

pembangunan fisik material dengan pembangunan mental spiritual dapat

menimbulkan berbagai persoalan yang tidak begitu mudah mengatasinya.

Dalam perjalanan kehidupan jaman Kali ini, kedudukan uang yang

berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan bergeser menjadi tujuan

yang paling utama. Kata “artha” dalam bahasa Sanskerta artinya tujuan.

Segala sesuatu yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan

disebut “artha”. Karena itulah uang juga disebut “artha”. Hal ini perlu

dikemukakan untuk mengingatkan bahwa uang itu amat penting tetapi

hendaknya fungsinya jangan digeser menjadi tujuan utama. Tujuan

spiritualpun tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa uang. Melakukan

kegiatan keagamaan membutuhkan sarana. Untuk mengadakan sarana itu

dibutuhkan uang. Agar uang itu tetap memberikan kontribusi positif pada

kehidupan jagalah uang itu agar tetap berfungsi sebagai alat untuk

mencapai tujuan hidup mencapai kebahagiaan.

Hubungan manusia dengan uang bagaikan hubungan perahu

dengan air. Tanpa air perahu tidak bisa berlayar. Tujuan perahu berlayar

di air bukan mencari air, tetapi menunju pantai bahagia. Tetapi kalau

salah caranya perahu berlayar di air, maka air itulah yang

menenggelamkan perahu tersebut.

Page 70: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 70

Dalam Kekawin Nitisastra IV.7 ada dinyatakan sebagai berikut:

Singgih yan yuganta kali datang tan hana lewiha sakeng mahadhana.

Tan waktan guna sura pandita widagdha pada mangayap ring

dhaneswara.

Artinya: Kalau jaman Kali sudah datang tidak ada yang lebih berharga

dari uang. Sudah tidak bisa dikatakan para ilmuwan (guna), seorang

pemberani (sura), orang suci dan mereka yang bijaksana (widagdha)

semua menjadi pelayan orang kaya (dhaneswara).

Mereka yang kurang waspada akan terjebak menjadi budaknya

uang. Hal itu menyebakan orientasi hidupnya juga bergeser. Hakekat

hidup mencari ketenangan menjadi bergeser untuk mencari kesenangan,

sehingga yang paling utama dijadikan tujuan hidup adalah untuk

mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Dari sinilah muncul berbagai

upaya untuk menggunakan apa saja untuk mendapatkan uang sebanyak-

banyaknya agar bisa hidup bersenang-senang. Salah satu diantaranya

adalah menggeser kawasan suci untuk dijadikan sarana mendapatkan

uang karena kawasan suci itu menjadi daya tarik wisatawan. Hal ini

menimbulkan sikap yang terlampau fragmatis untuk menyiapkan

berbagai fasilitas pelayanan wisatawan dengan memanfaatkan daya tarik

kawasan suci itu. Terjadilah pembangunan fasilitas wisata sampai

merangsek kawasan suci. Untuk tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk

munculah berbagai usul dari berbagai pihak agar Parisada sebagai

lembaga tertinggi umat Hindu membuat kebijakan untuk mengamankan

kawasan suci, terutama keberadaan Pura sebagai tempat pemujaan umat

Hindu, warisan leluhur yang sudah berabad-abad dibangun di Bali.

Fungsi utama Pura yang berada di kawasan suci adalah sebagai tempat

melakukan kegiatan beragama Hindu. Dilain pihak Pura tersebut

menimbulkan daya tarik wisatawan. Kedua hal itu wajib disinergikan

dengan bijaksana agar kedua hal tersebut dapat memberikan kontribusi

positif pada kehidupan masyarakat Bali. Warisan leluhur dan aspirasi

masyarakat Bali inilah sebagai salah satu aspek yang menyebabkan

Parisada Pusat mengeluarkan Bhisama tentang Kesucian Pura.

Bhisama Kesucian Pura Sebagai Norma Agama

Bhisama Kesucian Pura yang dikeluarkan oleh Parisada Pusat

tangal 25 Januari 1994 adalah suatu produk untuk melanjutkan sistem

Page 71: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 71

keberagaman Hindu di Bali khususnya tentang pendirian Pura

Kahyangan Jagat. Jarak keberadaan Pura yang tergolong Kahyangan

Jagat itu dengan Desa Pakraman terdekat umumnya berjarak Apeneleng

Agung (sekitar lima KM). Kahyangan Jagat tersebut khususnya

Kahyangan Jagat yang tergolong Kahyangan Rwa Bhineda, Kahyangan

Catur Loka Pala (Pura Lempuhyang, Pura Andakasa, Pura Luhur

Batukaru, dan Pura Puncak Mangu). Pura Sad Kahyangan menurut

Lontar Kusuma Dewa dan Pura Padma Bhuwana yang berada di

sembilan penjuru pulau Bali. Sedangkan Pura Kahyangan Jagat yang

tergolong Pura Dang Kahyangan berjarak Apeneleng Alit kurang lebih

dua KM. Sedangkan untuk Pura Kahyangan Tiga dan lain-lainya dengan

jarak Apenimpug dan Apenyengker. Istilah-istilah Apeneleng Agung,

Apeneleng Alit, Apenimbug, dan Apenyengker semuanya itu adalah

istilah yang terdapat dalam tradisi budaya Bali warisan leluhur umat

Hindu yang sudah ada sejak berabad-abad. Tujuan utama Bhisama

Kesucian Pura tersebut untuk menata keseimbangan prilaku manusia

dalam memanfaatkan alam agar tidak semata-mata dijadikan sarana

untuk kerpentingan hidup Sekala yang bersifat sementara. Pemaanfaatan

ruang di alam ini agar digunakan seimbang untuk memenuhi kebutuhan

hidup yang bersifat sekala dan niskala dengan landasan filosofi Tri Hita

Karana.

Sarasamuscaya 135 menyatakan untuk menyukseskan tercapainya

empat tujuan hidup manusia (dharma, artha, kama, dan moksa), yang

pertama-tama wajib diupayakan adalah melakukan Bhuta Hita. Bhuta

Hita artinya menyejahterakan alam lingkungan. Ada ruang untuk

mengembangkan “sarwa prani” seperti tumbuh-tumbuhan yang akar,

batang, daun, dan bunganya memiliki manfaat yang besar bagi

kehidupan umat manusia dan makhluk lainnya. Tanah, air, dan udara

dalam kitab suci Veda tergolong Tri Chanda yang wajib dijaga oleh umat

manusia yang ingin hidup sejahtera. Tanah, air, dan udara yang

existensinya alami dapat menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Daun

tumbuh-tumbuhan itu mengandung chlorofil yang manfaatnya untuk

kehidupan semua makhluk hidup tiada terkira. Sudah terlalu banyak

keberadaan tanah, air, dan udara kita rusak dengan alasan mendapatkan

kesejahteraan yang bersifat sementara. Bahkan pemanfaat ruang secara

semena-mena itu lebih banyak menguntungkan pemodal dan oknum

pejabat dengan para calo tanahnya.

Page 72: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 72

Bhisama Kesucian Pura ini untuk mencegah terjadinya

pelanggaran terhadap ketentuan keberadaan Pura tersebut tidak

berlangsung terns. Namun Bhisama ini adalah produk Pandita melalui

Pasamuhan Sulinggih Parisada Pusat yang dibantu oleh Sabha Walaka

dan Pengurus Harian Parisada Pusat. Bhisama ini adalah tergolong

norma Agama. Sanksi norma Agama bagi pelanggar-pelanggamya

tergantung dari keyakinan umat pada ajaran Agamanya. Bhisama itu

adalah penafsiran suatu ajaran Agama yang belum jelas dan tegas

dinyatakan da lam kitab suci Veda. Namun secara filosofis sudah

tercantum dalam kitab suci. Dalam Manawa Dharmasastra XII. 108

dinyatakan bahwa:

Kalau ada hal-hal yang belum secara jelas dinyatakan dalam ajaran

Veda (dharma), maka yang berwewenang menentukan jawabannya

adalah Brahmana Sista (Pandita Ahli). Ketentuan itu memiliki kekuatan

legal.

Selanjutanya dalam Manawa Dharmasastra XII.110 dinyatakan bahwa

apapun yang telah ditetapkan oleh Brahmana Sista yang memegang

jabatan di Parisada, memiliki kekuatan hukum yang sah, siapapun

sebaiknya tidak ada yang membantahnya.

Substansi Bhisama adalah menjaga kawasan suci di areal Pura agar

jangan terjadi polusi, merosotnya kawasan hijau yang akan menurunkan

sumber-sumber air dan vibrasi negatif lainya. Kalau disekitar Pura sudah

terjadi polusi dan vibrasi negatif karena terjadi berbagai kegiatan hidup

yang tidak sesuai dengan norma agama, apalagi ditambah dengan

lingkungan yang sudah terpolusi dapat menyebabkan Pura tidak lagi

memancarkan kesucian dan kelestarian alam lingkungan. Keberadaan

Pura dengan lingkungannya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga

dapat dihadirkan sebagai fasilitas spiritual yang memadai. Dengan

demikian Pura dengan fasilitas spitritualnya dapat memberikan

kontribusi spiritual kepada mereka yang sedang menjadikan Pura sebagai

media untuk mengembalikan daya spiritualnya.

Karena itu Bhisama Kesucian Pura membenarkan adanya berbagai

fasilitas yang menunjang keberadaan Pura sebagai media spiritual;

seperti Dharmasala, Pasraman dan bangunan-bangunan lainya yang

berfungsi untuk lebih mengeksistensikan keberadaan Pura sebagai media

Page 73: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 73

untuk menguatkan aspek spiritual umat. Dharmasala adalah bangunan

sebagai tempat menginap umat yang dari jauh yang ingin mengikuti

berbagai kegiatan keagamaan di Pura bersangkutan. Dharmasala

bukanlah hotel sebagai tempat penginapan umum.Yang boleh menginap

di Dharmasala adalah mereka yang khusus akan mengikuti berbagai

kegiatan keagamaan di Pura yang bersangkutan. Sedangkan Pasraman

adalah suatu fasilitas yang menyediakan fasilitas pendidikan kerohanian

untuk menyiapkan umat yang akan mengikuti berbagai kegiatan di Pura

bersangkutan. Di samping Dharmasala dan Pasraman dapat saja

dibangun fasilitas lainya di areal kesucian Pura sepanjang hal itu

menunjang eksistensi Pura dengan kawasannya sebagai media spiritual.

Hal ini sangat tergantung dari inisiatif pengemong Pura sejauhmana

mereka mau berkreasi untuk mengeksistensikan Pura sebagai media

spiritual Hindu untuk mewujudkan hidup kehidupan yang “saucam”

(suci bersih lahir bathin). Dalam Sarasamuscaya dinyatakan sebagai

berikut: “Sauca ngaraniya maradina majapa” : Artinya, sauca namanya

suci dengan mandi setiap hari dan melakukan japa. Selanjutnya dalam

Sloka yang lainya, Sarasamuscaya menyatakan “mapaluwi-luwining

kojaran sanghyang mantra japa ngarania”. Artinya mengulang-ulang

pengucapan mantra, japa namanya.

Yang menarik dalam hal ini kehidupan sauca atau suci itu

dilakukan dengan air dan berjapa. Air menurut Canakya Niti adalah salah

satu dari tiga ratna permata bumi atau Triji Ratna Permata Bumi. Tiga

Ratna Permata Bumi ini adalah air, tumbuh-tumbuhan, dan kata-kata

bijak (jala, krsi, subha sita). Air dan tumbuh-tumbuhan eksistensinya

akan tidak terganggu kalau adanya tata guna lahan itu dengan sebaik-

baiknya. Di Bali filosofi Tri Hita Karanalah yang dijadikan landasan

umum untuk menata pemanfaatan ruang. Dari filosofi inilah muncul

adanya ruang untuk membangun Parahyangan, ruang khusus kegiatan

umum seperti pemukiman, pemerintahan, ruang bisnis dll. Inilah yang

disebut Pawongan. Selanjutnya ada ruang kosong untuk bertumbuhnya

tumbuh-tumbuhan. Karena itu dalam kitab Pancawati dinyatakan adanya

tiga jenis hutan yaitu: Maha Wana, Tapa Wana, dan Sri Wana. Maha

Wana itu adalah hutan lindung, Tapa Wana areal hutan untuk

membangun tempat-tempat melakukan Tapa seperti Pura Kahyangan

Jagat. Sedangkan Sri Wana adalah hutan produksi.

Page 74: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 74

Bhisama Untuk Menata Lingkungan Sekala dan Niskala

Bhisama Kesucian Pura bertujuan untuk menata hubungan antara

kehidupan Sekala dan Niskala agar tujuan membangun jiwa dan badan

jasmani untuk mewujudkan Indonesia yang raya dapat berhasil. Hahekat

kehidupan beragama menurut Hindu adalah untuk membangun daya

spiritualitas yang bersifat Niskala. Dengan daya spiritualitas itu dibangun

kecerdasan intelektualitas untuk melandasi kepekaan emosional

mewujudkan kesucian atman dalam perilaku nyata. Dengan demikian

perilaku nyata (sekala) sebagai perwujudan kesucian niskala. Ini artinya

hubungan korelasi antara perilaku Sekala dan Niskala menjadi sejalan.

Pembangunan bidang fisik material seperti pembangunan ekonomi yang

bersifat Sekala tidak bertentangan dengan kesucian Niskala, seperti

keberadaan Pura sebagai sarana pembangun Niskala.

Pembangunan Sekala yang mengabaikan nilai-nilai kesucian

Niskala justru dapat merusak keadaan di Sekala. Dengan mengabaikan

aspek Niskala dapat memicu berbagai kerusakan di muka bumi ini.

Dengan bergesernya orientasi hidup manusia dari mencari ketenangan

bergeser mencari kesenagan indriawi menyebabkan kehidupan manusia

di post modern ini. Bumi ini jangan terlalu di exploitasi untuk

kenikmatan sesaat untuk kaya dan mewah. Kalau semula lahan kita

exploitasi untuk mendatangkan duit maka akan merusak lingkungan

hidup kita. Kalau muka bumi terlanjur rusak maka generasi kita akan

mendrita sepanjang jaman.

Prof. Dr. Emil Salim mantan Menteri Lingkungan Hidup

menyatakan bahwa sudah terjadi sepuluh jenis kerusakan di muka bumi

ini disebabkan oleh ulah manusia, seperti naiknya suhu bumi yang

berpengaruh pada perubahan iklim. Gas-gas karbon yang berasal dari

pembakaran minyak fosil di daratan dilepas ke udara dan membentuk

semacam “selimut bumi” yang menahan panas bumi untuk naik ke udara

lebih tinggi dan memantulkan kembali panas itu ke bumi sehingga suhu

bumi naik. Dengan naiknya suhu bumi ikut dipengaruhi iklim global

yang sekarang terus tidak menentu. Musim hujan dirasakan melewati

batas waktunya, sedangkan musim kering dirasakan jauh lebih kering

dari biasanya. Gas-gas karbon itu muncul dari mesin mobil, mesin

pabrik, dan mesin-mesin lainya yang semakin dibutuhkan oleh manusia

modern untuk memenuhi keinginannya hidup enak bersenang-senang.

Gaya hidup seperti itulah yang disebut gaya hidup “hedonis” yang amat

Page 75: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 75

boros dengan sumber-sumber alam seperti bijih besi, minyak bumi,

timah, mangaan, dan sumber-sumber mineral yang tak terbarukan. Dari

banyaknya mesin itulah muncul gas-gas karbon yang sampai melebihi

ambang batas. Inilah yang menyebabkan iklim menjadi tidak menentu.

Dampak tidak menentunya iklim cukup serius bagi kehidupan pada

umumnya terutama bagi kehidupan pertanian. Pemyataan Prof. Dr. Emil

Salim ini dituangkan dalam tulisannya berjudul “Meningkatkan Daya

Dukung Lingkungan”. Tulisan ini dimuat dalam buku: Alumni FEUI

Dan Tantangan Masa Depan (1995). Dalam tulisan tersebut Prof. Dr.

Emil Salim menjelaskan terjadinya sepuluh kerusakan muka bumi ini

disebabkan bergesernya gaya hidup manusia dari needs ke wants.

Maksudnya dari hidup berdasarkan kebutuhan telah bergeser menjadi

hidup berdasarkan keinginan. Hal ini menyebabkan ada pihak yang hidup

berlebihan. Karena ada yang hidupnya berlebihan, maka ada yang

hidupnya kekurangan. Tahun 1850 penduduk dunia hanya 1,25 miliar

jiwa. Dalam seratus tahun yaitu pada th 1950 penduduk dunia 2,5 milyar

jiwa. Tetapi dalam waktu 40 th yaitu th 1990 penduduk dunia menjadi 5

milyard jiwa. Dahulu untuk mencapai pertambahan penduduk seratus

persen membutuhkan waktu seratus tahun. Selanjutnya hanya

membutuhkan waktu 40 th jumlah penduduk sudah dua kali lipat. Th

2000 sudah menjadi 6,1 milyard jiwa, di saat penduduk masih sedikit,

dengan pertumbuhan lambat, serta berkeinginan yang masih sederhana.

Selanjutnya penduduk yang semakin banyak dengan keingian yang

semakin banyak pula. Yang paling parah adalah sumber daya alam

dieksploitasi secara berlebihan sampai menimbulkan rusaknya alam

tersebut demi memenuhi keinginan manusia yang ingin hidup nikmat

tetapi merusak alam. Yang parah adalah tidak menentunya iklim di bumi

ini.

Adapun sepuluh kerusakan bumi menurut Emil Salim dalam

tulisannya yang berjudul: Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan pada

buku: Alumni FEUI Dan Tantangan Masa Depan: Beragam Pemikiran

diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Jakarta th 1995 adalah sbb:

a. Meningkatnya polusi udara dengan dampak negatifnya pada infeksi

saluran pemapasan manusia. Hal ini terjadi karena hampir disemua

kota baik di negara maju maupun negara berkembang sudah tampak

kongesti kota dengan kemacetan lalu lintas yang semakin serius.

Infeksi saluran pemapasan akibat polusi ini tercatat sebagai

pembunuh bayi yang paling kejam di bumi ini.

Page 76: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 76

b. Terjadinya penyusutan air tawar baik dipermukaan maupun di dalam

perut bumi akibat dari penyedotan air tawar melebihi kemampuan

alam melalui curah hujan untuk memperbaharui sumber alam dari air

tersebut. Hampir semua kegiatan manusia memerlukan air tawar,

seperti pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, industri,

pariwisata, pusat listrik tenaga air dan tenaga uap, angkutan

perhubungan, perumahan dan seterusnya. Sumber alam air tawar

tidak saja menyusut dalam volumenya, tetapi kadar air itu sendiri

kemudian ikut dicemari oleh ulah pebuatan manusia sehingga

membawa kematian pada kehidupan biologis dalam air dan penyakit

serta maut bagi manusia.

c. Naiknya permukaan laut di seantero bumi akibat naiknya suhu bumi

sebagai kelanjutan dari perubahan iklim global. Oleh karena laut

dipakai secara intensif sebagai sarana angkutan maka permukaan laut

juga menderita dampak pencemaran dari kapal-kapal yang

membuang muatan kotornya (ballast) ke dalam laut.

d. Penggundulan hutan untuk memenuhi kebutuhan manusia atas ruang

bagi keperluan pertanian, industri, pariwisata, pemukiman, dll.

Setiap kegiatan manusia memerlukan ruang dan hanya hutan yang

menyimpan ruang. Dalam persaingan merebut ruang itu, kepentingan

hutan sering tersingkir oleh kepentingan di luar kehutanan.

e. Terjadi penyusutan keaneka ragaman hayati. Jika kepentingan

manusia yang hidup dalam hutan saja sudah tidak digubris apa lagi

kepentingan isi hutan lainya seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,

organisme mikro dll.

f. Semakin banyak turunnya hujan asam (acid rain) sebagai hasil

proses kimiawi antara butir-butir dengan bahan pencemar dari

kegiatan manusia, seperti karbon oksida dan lain-lainya yang

berlangsung di udara. Hasil pencemaran dari Jerman misalnya

mengakibatkan turunnya hujan asam di negara-negara Skandinavia.

Hujan asam ini mengakibatkan matinya pohon yang dimulai dari

pembusukan pucuk pohon.

g. Naiknya suhu bumi dengan pengaruhnya pada perubahan iklim. Gas-

gas karbon yang berasal dari pembakaran minyak fosil di daratan

dilepas keudara dan membentuk semacam “selimut bumi” yang

menahan panas bumi untuk naik ke udara lebih tinggi dan

Page 77: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 77

memantulkan kembali panas itu ke bumi sehing- ga suhu bumi naik.

Dengan naiknya suhu bumi ikut mempengarahi iklim global yang

sekarang sudah semakin tidak menentu. Musim hujan melewati batas

waktunya dan musing kering menjadi lebih kering dari biasanya.

Dampak perubahan iklim cukup serius bagi pertanian.Petani sulit

memperhitungkan musim tanamnya secara tepat.

h. Ada proses terjadinya pengguranan pasir. Artinya ada gejala semakin

meluasnya gurun pasir di bumi ini. Karena hewan memakan ramput

dan tanaman secara berlebihan sampai keakar-akamya, dan manusia

mengeksploitasi lahan subur secara berlebihan maka kwalitas tanah

berubah menjadi gurun pasir.

i. Semakin menumpuknya timbunan sampah, limbah cair, limbah

padat, dan gas yang semakin banyak di bumi ini. Dengan

meningkatnya pembangunan, tidak saja produksi barang saja yang

naik, tetapi juga naiknya jumlah produk sampingan berupa sampah

dan limbah. Yang mencemaskan adalah naiknya pula limbah beracun

dan berbahaya.

Terjadinya proses semakin menipisnya lapisan ozon di udara

akibat dimakannya lapisan ini oleh gas chloro fluor carbon yang berasal

dari industri. Kadar pencemaran industri dan konsumsi di bumi ini sudah

begitu tinggi sehingga sampai menipiskan lapisan ozon di angkasa.

Sebagian isi tulisan Prof. Dr. Emil Salim dikutip untuk

mengingatkan kita agar dalam melakukan perbuatan di bumi ini tidak

sembarangan. Karena pandangan Hindu (Weda dan Sastranya) dengan

pandangan para akhli mengenai pemeliharaan alam sangat sejalan.

Bhisama Kesucian Pura bukan merupakan halangan umat untuk

membangun kesejahtraannya. Justru Bhisama tersebut adalah untuk

melindungi alam sebagai sumber utama dari kesejahteraan umat. Yang

boleh dibangun di kawasan suci itu adalah mengembangkan tumbuh-

tumbuhan, terutama “tanem tuwuh” agar tanah, air, dan udara menjadi

sumber kesejahteraan. Dari sanalah umat manusia akan mendapatkan

kesejahteraan selanjutnya. Keluarnya Bhisama untuk memberi landasan

yang lebih tegas pada penerapan filosofi Tri Hita Karana yang sudah

menjadi pegangan para leluhur umat Hindu di Bali pada masa lampau.

Tri Hita Karana pada jaman ini banyak diabaikan pelaksanaannya tetapi

dipuji-puji dalam wacana.

Page 78: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 78

Dengan demikian diperlukan sosialisasi secara luas kepada seluruh

komponen masyarakat sehingga diperoleh persepsi yang sama tentang

makna Bhisama, kemudian dapat direalisasikan dalam konteks

pembangunan, kesejahteraan umat.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 79: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 79

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 8/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

REKOMENDASI PADMA BHUWANA

SIMBOL ALAM STANA TUHAN

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa Padma Bhuwana merupakan

implementasi daya guna pemujaan pada Tuhan

untuk membangun kehidupan yang sehimbang

lahir bhatin dan membangun kehidupan yang

aman dan damai;

b. bahwa sehubungan dengan itu perlu

menjabarkan konsep-konsep tentang Pemujaan

Tuhan dalam wujud tempat pemujaan sebagai

lambang alam semesta; dan

c. bahwa untuk menetapkan konsepsi Padma

Bhuwana dipandang perlu mengeluarkan

Bhisama Sabha Pandita tentang dasar pendirian

Pura yang ada di Sembilan penjuru untuk

ditetapkan di sembilan Pura Nusantara.

Mengingat : 1. Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Pusat

tanggal 4 Desember 2010.

2. Keputusan Pesamuhan Agung 2010 Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor: 02/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Page 80: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 80

Indonesia tanggal 4 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG REKOMENDASI PADMA

BHUWANA SIMBOLALAM STANA TUHAN

Pertama : Memberi mandat kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk

menindaklanjuti Rekomendasi ini.

Kedua : Mensosialisasikan kepada seluruh umat Hindu

melalui Parisada setempat.

Ketiga : Bila di kemudian hari terdapat kesalahan dalam

keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 4 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Page 81: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 81

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 82: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 82

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010

Tentang Rekomendasi Padmabhuwana

Simbol Alam Stana Tuhan

REKOMENDASI

PADMABHUWANA

SIMBOL ALAM STHANA TUHAN

Pendahuluan

Bhuwana Agung atau alam semesta yang maha luas inilah

sesungguhnya sebagai stana Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam

Mantra Yajurveda, XXXX.1 dan juga diulang kembali dalam Isopanisad,

1.1 dinyatakan sbb: “Isavasyam idam sarvam, yat kim ca jagatyam

jagat”. Artinya: Tuhan berstana di alam semesta yang bergerak maupun

yang tidak bergerak. Menurut Rgveda, X.90.4 Tuhan berada hanya

seprempat di alam semesta ini dan tiga perempatnya yang tidak terbatas

itu di luar alam semesta.

Dari konsep inilah muncul Padma Bhuwana Tattwa. Maksudnya

alam yang disebut Bhuwana Agung ini adalah stana Tuhan yang

sesungguhnya. Artinya tidak ada bagian alam ini tanpa kehadiran Tuhan.

Padma Bhuwana Tattwa ini diwujudkan ke dalam konsep pemujaan

Tuhan dalam wujud tempat pemujaan. Ini artinya pemujaan pada Tuhan

hendaknya didaya gunakan untuk membangun kehidupan yang seimbang

lahir batin, untuk mendapatkan rasa aman (raksanam) dan untuk

memotivasi umat membangun kesadaran rokhaninya melestarikan alam

lingkungan dan meningkatkan kwalitas hidup baik sebagai manusia

individu maupun sebagai makhluk sosial. Hal ini akan nampak dari

empat konsepsi pendirian tempat pemujaan yaitu Konsepsi Rwa

Bhineda, Catur Loka Pala, Sad Vinayaka, dan Padma Bhuwana.

Tempat pemujaan Tuhan yang disebut Pura atau Mandir dan ada

juga disebut Kahyangan dan sebutan lainnya itu adalah lambang alam

semesta. Karena umat Hindu memuja Tuhan Yang Mahaesa itu adalah

Tuhan yang Esa dan Mahakausa itu karena itu Pura atau tempat

pemujaan Tuhan itu melambangkan alam semesta atau Bhuwana Agung.

Page 83: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 83

Tujuan tertinggi dari pemujaan Tuhan itu adalah untuk meraih anugrah

kesucian Tuhan semaksimal mungkin untuk diberdayakan menguatkan

hidup memelihara kelestarian alam macrocosmos dan microcosmos atau

Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Hal itu menjadi landasan

membangun kehidupan yang sejahtera lahir batin baik untuk Bhuta Hita,

Jagat Hita, dan Jana Hita yaitu kesejahteraan alam, kesejahteraan

manusia secara individu dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Empat Jenis Tempat Pemujaan Hindu

Salah satu dimensi keberadaan tempat pemujaan Hindu seperti

Pura adalah untuk membangun empat jenis kerukunan yaitu: kerukunan

family, kerukunan territorial, kerukunan fungsional, dan kerukunan

universal. Untuk membangun empat jenis kerukunan itu didirkanlah

empat jenis kharakter tempat pemujaan yaitu:

a. Pura Kawitan sebagai sarana pemujaan bagi mereka yang memiliki

kesamaan keluarga atau klan. Pura ini seperti Merajan/Sanggah

Kemulan di hulu setiap pekarangan rumah tinggal umat Hindu. Di

Bali ada yang disebut Merajan/Sanggah Gede, Pura Ibu. Pura Dadia

atau Pura Panti, Pura Kawitan dan Pura Padharman itu contoh bentuk

pemujaan umat Hindu untuk membangun kerukunan family secara

bertahap disamping fungsi utamanya memuja leluhur (Dewa Pitara)

sebagai tangga memuja Tuhan Yang Mahaesa.

b. Pura Kahyangan Desa adalah Pura yang digunakan sebagai media

pemujaan oleh mereka yang berada di suatu Desa Pakraman atau

Desa Pemukiman Hindu. Pura Kahyangan Desa itu misalnya Pura

Kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh, dan Dalem), Pura Penataran,

Pura Segara dan Pura yang menjadi media pemujaan umat Hindu di

tingkat Desa Pakraman bersangkutan.

c. Pura Swagina adalah Pura sebagai sarana pemujaan bagi mereka

yang memiliki kesamaan profesi. Profesi dalam istilah Hindu disebut

Swagina. Seperti Pura Melanting di pasar sebagai pemujaan para

pedagang, Pura Ulun Carik bagi para petani sawah. Pura Alas Harum

bagi para petani kebun maupun peternak. Pura ini disamping sebagai

pemujaan Tuhan sebagai fungsi utamanya juga berdimensi untuk

membangun kerukunan umat yang memiliki profesi yang sama.

Page 84: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 84

d. Pura Kahyangan Jagat yaitu Pura pemujaan untuk umum dengan

tidak membeda-bedakan asal keluarga, asal desa maupun profesinya.

Pura Besakih adalah salah satu Pura Kahyangan Jagat yang terutama

dengan jajar kemirinya.

Ada empat konsepsi sebagai landasan pendirian Pura Kahyangan Jagat

yaitu:

1. Konsepsi Rwa Bhineda yaitu dua tempat pemujaan pada Tuhan

sebagai pencipta unsur kejiwaan yang disebut Purusa dari segala

ciptaan-Nya dan unsur kebendaan yang disebut Predana.Yang

tergolong Pura Rwa Bhineda ini adalah Pura Besakih sebagai Pura

Purusa dan Pura Batur sebagai Pura Predana.

2. Konsepsi Catur Loka Pala yaitu pendirian empat Pura di ke empat

penjuru pulau Bali. Yang tergolong Pura Catur Loka Pala itu adalah

Pura Lempuhyang Luhur di arah Timur Bali. Pura Luhur Batu Karu

di arah Barat Bali. Pura Andakasa di arah Selatan Bali dan Pura

Puncak Mangu di arah Utara Bali.

3. Konsepsi Sad Winayaka sebagai dasar untuk mendirikan Sad

Kahyangan pendirian Pura Sad Kahyangan ini untuk memuja Tuhan

di enam Pura di Bali yaitu Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur

Ulu Watu, Pura Luhur Batu Karu, Pura Goa Lawah, dan Pura

Pusering Jagat. Sad Kahyangan ini menurut Lontar Kusuma Dewa.

Hal ini hasil penelitian Pura Sad Kahyangan yang dilakukan oleh

Tim dari Institut Hindu Dharma th 1979 dan hasil penelitian itu

sudah disyahkan oleh Parisada Pusat dalam Maha Sabhanya th 1980.

Tidak kurang ada sembilan Lontar yang menyatakan adanya Pura

Sad Kahyangan di Bali yang berbeda-beda. Keberadaan Sad

Kahyangan yang berbeda-beda itu setelah Bali pecah menjadi

sembilan kerajaan. Sedangkan Sad Kahyangan yang dinyatakan

dalam Lontar Kusuma Dewa adalah saat Bali masih berada dalam

satu Kerajaan dengan Kelungkung sebagai pusat Kerajaannya.

4. Konsepsi Padma Bhuwana yaitu dasar pendirian Pura yang ada di

sembilan penjuru Bali sebagai simbol bahwa Tuhan itu ada dimana-

mana, tidak ada bagian alam semesta ini tanpa kehadiaran Tuhan.

Tuhan yang ada dimana-mana itu disimbolkan dalam sembilan Pura

di seluruh penjuru Bali. Di Timur Laut Pura Besakih, di Timur Pura

Lempuhyang Luhur, di Tenggara Pura Goa Lawah, di Selatan Pura

Page 85: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 85

Anda Kasa, di Barat Daya Pura Luhur Ulu Watu, di Barat Pura Watu

Karu di Utara Pura Batur dan di Tengah Pura Pusering Jagat.

Semua Pura dalam empat konsepsi itu ada yang berfungsi lebih

dari satu. Misalnya Pura Besakih disamping sebagai Pura Rwa Bhineda

juga sebagai Pura Sad Winayaka dan juga Pura Padma Bhuwana.

Pura Andakasa , Pura Lempuhyang Luhur, Pura Luhur Ulu Watu,

dan Pura Puncak Mangu disamping sebagai Pura Catur Loka Pala juga

berfungsi sebagai Pura Padma Bhuwana. Bahkan Pura Lempuhyang

Luhur, Luhur Ulu Watu, dan Luhur Batu Karu juga Pura Sad Winayaka

atau Pura Sad Kahyangan.

Padma Bhuwana Nusantara

Analog dengan penerapan Widhi Tattwa atau Theologi Hindu yang

universal tersebut di Bali maka dapat ditetapkan konsep Padma Bhuwana

Tattwa tersebut dalam tataran Nusantara. Yang penting tujuan pendirian

Padma Bhuwana itu mengimplementasikan daya guna pemujaan pada

Tuhan untuk membangun kehidupan yang seimbang lahir batin (purusha

pradana), membangun kehidupan yang aman dan damai (raksanam),

membangun tegaknya sistem alam dan sistem sosial yang setara,

bersaudara dan meredeka untuk menciptakan sistem pembangunan SDM

yang berkwalitas. Konsep pembangunan alam, masyarakat untuk

pembangunan manusia itulah tujuan dari pendirian Padma Bhuwana

Nusantra. Pura Padma Bhuwana Nusantara ini sebagai media untuk

menjabarkan konsep-konsep tentang kehidupan yang idial dari Hindu di

seluruh Nusantara. Penetapan Pura Padma Bhuwana Nusantara itu

sekedar menentukan Pura atau tempat pemujaan di sembilan arah

penjuru Nusantara. Penetapan sembilan Pura di sembilan arah Nusantara

itu adalah untuk menjabarkan empat konsepsi pendirian Pura Kahyangan

Jagat. Karena empat konsepsi pendirian Kahyangan Jagat itu untuk

mendaya gunakan pemujaan pada Tuhan untuk menguatkan niat dan

tekad membangun alam dan manusia menjadi alam yang Bhuta Hita dan

manusia yang Jana Hita menuju Jagat Hita.

Untuk mengimplementasikan empat konsepsi pemujaan pada

Tuhan itu maka ditetapkanlah sembilan Pura disembilan penjuru

Nusantara yaitu:

Page 86: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 86

Di Timur Laut, Manado Pura Agung Jagadhita

Di Timur, Jaya Pura Pura Agung Surya Bhuvana

Di Tenggara, Kupang Pura Oebanantha

Di Selatan, Bali Pura Luhur Uluwatu

Di Barat Daya, Bogor Pura Parahyangan Agung Jagatkartha

Di Barat, Palembang Pura Agung Sriwijaya

Di Barat Laut, Medan Kuil Agung Shree Mariyaman

Di Utara, Tarakan Pura Agung Giri Jagat Natha

Di Tengah, Kalteng Pura Agung Pitamaha

Demikian Pura Padma Bhuwana Nusantara sebagai media untuk

mengamalkan konsep pemujaan menurut Padma Bhuwana Tattwa.

Om santih santih santih Om.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Page 87: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 87

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 88: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 88

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Nomor: 9/Kep/P.A. Parisada/XII/2010

T e n t a n g

REKOMENDASI

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum tertinggi

setelah Mahasabha, yang salah satu fungsinya

adalah mengevaluasi program dan pelaksanaan

program Parisada pada periode kepengurusan

berjalan;

b. bahwa sehubungan dengan perkembangan dan

dinamika perubahan yang terjadi dalam

kehidupan umat Hindu dengan berbagai

permasalahan baru maupun lama, perlu

mendapat perhatian dan penyelesaian oleh

umat Hindu; dan

c. bahwa untuk itu perlu mengeluarkan

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia tentang Rekomendasi.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

Page 89: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 89

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Peripuma III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 5 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG REKOMENDASI

Pertama : Rekomendasi dan Memorandum bagi kegiatan

oparsional Parisada pada semua jajaran

kepengurusan, baik Parisada Pusat dan Parisada

Daerah.

Kedua : Memberi mandat kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk

menindaklanjuti Rekomendasi ini.

Ketiga : Bila di kemudian hari terdapat kesalahan dalam

keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Page 90: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 90

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 91: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 91

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 9/KEP/P.A. Parisada/XII/2010

Tentang Rekomendasi Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2010

REKOMENDASI

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia merupakan

forum rapat kerja nasional, dilaksanakan di Denpasar, Bali dari tanggal

3-5 Desember 2010 dengan tema: “Pemberdayaan Pelaksanaan Tattwa,

Susila dan Acara Guna Meningkatkan Kesejahteraan Umat Hindu”.

Pesamuhan Agung yang dihadiri oleh organ Parisada Pusat antara

lain (Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan Pengurus Harian), Utusan

Parisada Provinsi, utusan organisasi, Badan, Lembaga, Yayasan yang

bemafaskan Hindu di Indonesia yang direkomendasikan oleh Parisada

Pusat.

Setelah menyerap aspirasi yang berkembang dengan ini

memutuskan Rekomendasi dan Memorandum sebagai berikut:

1. Merekomendasikan agar seluruh jajaran Pengurus Harian Parisada

Pusat dan Parisada Daerah agar:

a. Mensosialisasikan, mengkampanyekan, dan melakukan gerakan-

gerakan pemasyarakatan nilai-nilai Tat Twam Asi sebagai

landasan etika kehidupan sosial-kemasyarakan dan hubungan

antar-manusia.

b. Memberi arahan, bimbingan, panduan dan contoh-contoh nyata

dalam pelaksanaan tattwa dan ritual/upacara Hindu untuk

menekankan aspek kemanusiaan dan penghargaan terhadap

budaya lokal.

c. Memberi arahan, bimbingan, panduan dan dapat dijadikan

panutan dalam pelaksanaan etika dan budi pekerti luhur dalam

kehidupan sehari-hari; baik oleh Pandita, Pinandita, Tokoh

Sosial-Kemasyarakatan, Tokoh Politik, maupun umat Hindu.

Page 92: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 92

d. Mengambil peran secara proaktif dalam mengantisipasi,

mengelola, dan memfasilitasi penemuan solusi atas konflik-

konflik yang dapat terjadi di internal umat Hindu.

e. Mengkoordinasikan dibentuknya Program Studi (Prodi) Sistem

Pendidikan Calon Pandita dan Pinandita di kampus-kampus yang

bemafaskan Hindu seperti Institut Hindu Dharma Negeri

Denpasar dan Universitas Hindu Indonesia Denpasar.

2. Merekomendasikan kepada Pengurus Harian Parisada Pusat agar

menindaklanjuti:

a. Kesepakatan Kerjasama (MoU) Nomor:

1167/Menkes/SKB/VIII/2010 dan Nomor: 438/Parisada

Pusat/VIII/2010 antara Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

dan Kementerian Kesehatan RI dalam pelayanan kesehatan

masyarakat, dengan membentuk lembaga kesehatan masyarakat.

b. Menerbitkan keputusan yang mendukung pembentukan dan

pelaksanaan kegiatan Forum Antar Umat Beragama Peduli

Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu).

c. Menerbitkan keputusan yang mendukung pembentukan Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dan agar umat Hindu

terlibat aktif pada forum ini.

d. Membentuk lembaga penanggulangan bencana alam, bersama

organisasi lain yang bemafaskan Hindu.

e. Menerbitkan keputusan yang terkait dengan pengarus-utamaan

gender.

f. Menyelenggarakan Seminar Kesatuan Tafsir, untuk membahas

berbagai masalah keagamaan di masyarakat, antara lain tentang

pembakaran uang dalam upacara keagamaan.

g. Melaksanakan program-program dan rekomendasi yang belum

terealisasi.

h. Memberikan dukungan moral terhadap komponen masyarakat

dan umat Hindu yang mempertahankan eksistensi Bhisama

Kesucian Pura yang digugat ke Mahkamah Agung oleh

kelompok tertentu yang menganggap dirugikan oleh Bhisama

tersebut.

i. Berperan secara lebih aktif dalam World Hindu Parisad.

j. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi,

kabupaten/kota, untuk dapat memberikan perhatian terhadap

keberadaan Parisada Daerah yang sesuai dengan AD/ART.

Page 93: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 93

3. Menugaskan kepada Sabha Walaka Parisada Pusat untuk

merumuskan konsep awal tentang Bhisama tentang Pencegahan

Korupsi, mengingat fenomena korupsi di Indonesia telah merajalela

sampai ke berbagai sektor.

4. Merekomendasikan kepada Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat untuk mengeluarkan “memorandum” kepada

pemerintah (kementrian terkait), mendesak agar segera dibentuk

struktur jabatan agama Hindu dalam jajaran kementrian Agama pada

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang jumlah umat di

wilayahnya telah memenuhi ketentuan; seperti jabatan Kabid Agama

Hindu, Pembimas Hindu, Kasi Hindu, dan Penyelenggara Hindu.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Page 94: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 94

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 95: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 95

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 10/Kep/P.A. Parisada /XII/2010

t e n t a n g

MATERI KHUSUS

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2010

Menimbang : a. bahwa untuk membangun kehidupan umat

Hindu ke depan di Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berlandaskan Pancasila dengan

segala dinamika perubahannya, Parisada Hindu

Dharma Indonesia memandang pentingnya

menetapkan Strategi-strategi Umum

Pembaharuan Hindu (Grand Strategies for

Hindu Renaissances) sebagai wujud tanggung

jawab pembinaan dan pengembangan umat

Hindu yang merupakan bagian integral dari

bangsa Indonesia;

b. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia 2010 telah disepakati dan

ditetapkan sebagai persiapan menuju

pelaksanaan Mahasabha X Tahun 2011

Parisada Hindu Dharma Indonesia; dan

c. bahwa untuk itu perlu mengeluarkan

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia tentang Materi Khusus.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha

Page 96: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 96

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/P.A.

Parisada/XII/2010 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 5 Desember 2010.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG MATERI KHUSUS.

Pertama : Materi Khusus ini merupakan Acuan Dasar bagi

penyiapan Rancangan Materi Mahasabha X

Tahun 2011 Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Kedua : Memberi mandate kepada Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat untuk menindaklanjuti Materi

Khusus ini.

Ketiga : Bila di kemudian hari terdapat kesalahan dalam

Keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Page 97: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 97

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 98: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 98

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 11/KEP/P.A. Parisada/XII/2010

Tentang Rekomendasi Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2010

MATERI KHUSUS

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia merupakan

forum rapat kerja nasional, dilaksanakan di Denpasar, Bali dari tanggal

03 – 05 Desember 2010 dengan tema: “Pemberdayaan Pelaksanaan

Tattwa, Susila, dan Acara Guna Meningkatkan Kesejahteraan Umat

Hindu”.

Pesamuhan Agung yang dihadiri oleh organ Parisada Pusat antara

lain (Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan Pengurus Harian), Utusan

Parisada Provinsi, utusan organisasi, Badan, Lembaga, Yayasan yang

bemafaskan Hindu di Indonesia yang direkomendasikan oleh Parisada

Pusat.

Setelah menyerap aspirasi yang berkembang dengan ini

memutuskan Materi Khusus sebagai berikut:

1. Strategi-strategi Umum Pembaharuan Hindu (Grand Strategies

for Hindu Renaissances).

Strategi Umum Pembaharuan Hindu dikelompokkan ke dalam lima

(5) Pilar, yang masing-masing Pilar disajikan dengan sistematis

dengan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Sasaran, Bentuk

Strategi, dan Ukuran Keberhasilannya.

Ke dalam lima (5) Pilar Strategi Umum Pembaharuan Hindu adalah:

a. Agama: Dharma-sastra dan Pemihakan pada Kemanusiaan

b. Ekonomi: Peningkatan Kesejahteraan

c. Pendidikan: Sistem dan Gerakan

d. Sosial: Kemasyarakatan, Kesehatan, dan Budaya

e. Kebangsaan: Politik, Hukum dan Lingkungan Hidup

Page 99: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 99

Strategi Umum Pembaharuan Hindu hendaknya:

a. Didukung dengan data yang akurat tentang jumlah umat Hindu

di Indonesia, jumlah tempat peribadatan, jumlah lembaga dan

yayasan yang bemafaskan Hindu, dan sebagainya.

b. Menghargai, memelihara, melestarikan dan mengembangkan

budaya lokal.

c. Diturunkan ke dalam Rencana Kerja yang berorientasi pada

pemecahan masalah bagi umat Hindu, kebangsaan, dan

kemanusiaan.

d. Disosialisasikan dan eksekusi pelaksanaan dengan melibatkan

semua organisasi dan komponen umat Hindu.

2. Parisada Hindu Dharma Indonesia

a. Parisada sebagai majelis keagamaan yang independen yang

memiliki kredibilitas dan dipercaya.

b. Penyempumaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

yang mendorong pada pengembangan organisasi yang memiliki

Budaya, Sistem, Struktur, Operasi dan Tatalaksana Organisasi

Parisada yang lebih beretika dengan manajemen yang

profesional.

c. Peningkatan: kapasitas kelembagaan, intensitas, kualitas

(kompetensi) pengurus, dan penghargaan pada struktur

organisasi yang lebih tinggi maupun pada perbedaan yang

mendorong empati untuk saling menghargai, menghormati dan

membesarkan.

d. Kerjasama dan sinergisitas antara Parisada dengan:

- Pemerintah, khususnya Pembimbing Masyarakat

(Pembimas) di Departemen Agama, dengan pembagian kerja

yang lebih jelas.

- Organisasi yang bemafaskan Hindu yang bergerak di bidang

Wanita, Pemuda, dan Mahasiswa.

- Majelis-majelis agama dan hubungan antariman/ keyakinan.

3. Pendidikan dan Etika Pandita dan Pinandita

a. Menyusun Sistem Pendidikan bagi Pandita dan Pinandita.

b. Pemantapan etika dan pengamalan perilaku etik bagi Pandita dan

Pinandita.

Page 100: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 100

c. Kerjasama Parisada dan Lembaga Pendidikan dalam

Pelaksanaan Sistem Pendidikan bagi Pandita dan Pinandita,

dalam wadah Program Studi.

4. Komitmen dan Tanggung Jawab Umat Hindu pada Bangsa dan

Negara

Pemikiran dan karya nyata Parisada yang lebih konkrit pada Bangsa

dan Negara sebagai wujud komitmen dan tanggung jawab umat

Hindu dalam kehidupan berbangsa dan bemegara.

5. Pengelolaan Konflik

a. Mensosialisasikan, mengkampanyekan, dan melakukan gerakan-

gerakan pemasyarakatan nilai-nilai Tat Twam Asi sebagai

landasan etik kehidupan sosial-kemasyarakan dan hubungan

antar-manusia.

b. Memanfaatkan konflik secara positif dan menj adikannya

sebagai faktor pendorong perubahan menuju hal yang lebih

positif bagi umat Hindu.

c. Mengantasipasi dan memberi solusi bagi konflik-konflik sosial-

kemasyarakatan secara umum maupun yang terkait dengan

kehidupan beragama.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 5 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Page 101: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 101

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum

Dr. I Made Gde Erata, MA

Anggota

Sekretaris Umum

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota

Penitia Penyelenggara

Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

Anggota

Page 102: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 102

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 73 /SK/Parisada Pusat/IX/2010

t e n t a n g

PANITIA PENYELENGGARA DAN PANITIA PELAKSANA

PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2010

Atas asung kertha waranugraha Hyang Widhi Wasa

PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 24

ayat 1 Pesamuhan Agung merupakan Forum

Rapat Kerja Nasional;

b. bahwa Pesamuhan Agung mempunyai tugas

dan wewenang untuk menjabarkan Keputusan

dan Ketetapan Maha Sabha menjadi program

operasional; menyiapkan usulan untuk dibahas

oleh Sabha Pandita dan Sabha Walaka guna

dijadikan keputusan Sabha Pandita;

mengevaluasi pelaksanaan program yang

dilakukan oleh Pengurus Harian Parisada

Pusat, memberikan arahan program

selanjutnya; serta menetapkan pengisian

kekosongan lowongan antar waktu (Anggaran

Dasar pasal 24 ayat 2); dan

c. bahwa untuk menyelenggarakan dan

melaksanakan Pesamuhan Agung tahun 2010

perlu dibentuk Panitia Penyelenggara dan

Panitia Pelaksana melalui Keputusan Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia

Pusat.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M. Sabha

Page 103: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 103

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/TAP/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada.

Memperhatikan : Hasil Rapat Pengurus Harian Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat tanggal 24 Juli 2010

yang antara lain menetapkan pelaksanaan

Pesamuhan Agung Parisada tahun 2010 akan

dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Desember 2010

bertempat di Denpasar Bali.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

PUSAT TENTANG PANITIA PENYELENG-

GARA DAN PANITIA PELAKSANA

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA TAHUN 2010.

Pertama : Susunan Panitia Penyelenggara dan Panitia

Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia tahun 2010 sebagaimana

tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.

Kedua : Tugas pokok Panitia Penyelenggara Pesamuhan

Agung tahun 2010 sebagaimana dimaksud dalam

diktum pertama adalah:

1. Direncanakan penyelenggaraan Pesamuhan

Agung Parisada tahun 2010 sesuai kebijakan

Pengurus Parisada Pusat.

2. Menyiapkan materi/konsep yang akan dibahas

dalam Pesamuhan Agung Parisada tahun 2010.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan Pesamuhan

Agung Parisada tahun 2010 dengan pihak

terkait.

4. Menghimpun dan menggali dana untuk

Page 104: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 104

membiayai penyelenggaraan Pesamuhan

Agung Parisada tahun 2010 dengan tetap

mengindahkan ketentuan hukum yang berlaku

dan nilai-nilai agama Hindu.

Ketiga : Tugas pokok Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung

Parisada tahun 2010 sebagaimana dimaksud

diktum pertama adalah:

1. Mengatur dan melaksanakan rangkaian

kegiatan Pesamuhan Agung Parisada tahun

2010 agar dapat terlaksana dalam suasana

aman, tertib, lancar dan sukses.

2. Membantu pelaksanaan penggalian dana untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan Pesamuhan

Agung Parisada tahun 2010 dengan tetap

mengindahkan ketentuan hukum yang berlaku

dan nilai-nilai agama Hindu.

3. Melakukan koordinasi dan membina kerjasama

dengan lembaga Pemerintah, Organisasi

Keagamaan di daerah dan berbagai pihak yang

terkait demi suksesnya pelaksanaan Pesamuhan

Agung Parisada tahun 2010.

Keempat : Dalam pelaksanaan tugasnya Panitia

Penyelenggara Pesamuhan Agung Parisada tahun

2010 bertanggungjawab kepada Pengurus Harian

Parisada Pusat.

Kelima : Setelah selesai melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya Panitia Penyelnggara maupun

Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada

tahun 2010 menyiapkan laporan tertulis dengan

berpegang teguh pada prinsip transparansi dan

akuntabilitas publik serta menyampaikan

laporannya secara berjenjang.

Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat

kekeliruan dalam Keputusan ini akan diperbaiki

sebagaimana mestinya.

Page 105: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 105

PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Dr. I Made Gde Erata, MA. Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Tembusan Kepada Yth:

1. Dharma Adhyaksa Parisada Pusat di Denpasar

2. Gubemur Provinsi Bali di Denpasar

3. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama. R.I. di Jakarta

4. Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Bali

5. Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat di Denpasar.

6. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali di Denpasar

Page 106: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 106

Lampiran I:

Surat Keputusan Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

Nomor: 73/SK/Parisada Pusat/IX/2010

Tentang Panitia Penyelenggara

Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2010

PENASEHAT:

1. Dharma Adhyaksa Sabha Pandita Parisada Pusat

2. Gubemur Provinsi Bali

3. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama R.I.

4. Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

5. Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Pusat

6. Sekretaris Umum Pengurus Harian Parisada Pusat

PENANGGUNG JAWAB:

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

PANITIA PUSAT:

1. Ketua : Drs. Nyoman Udayana Sangging, SH, MM

2. Wakil Ketua : Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag, MBA.

3. Sekretaris : I Gusti Komang Widana, S.Ag, M.Fil.H.

4. Wakil Sekretaris : Desak Agustini Kutha

5. Bendahara : Drs. I Made Suarya

STEERING COMMITTEE (SC):

Ketua : KS. Arsana, S.Psi.

Wakil Ketua : drg. Nyoman Suartanu

Sekretaris : Ida Ayu Swastika, SE, MM.

Anggota : 1. KBP (Purn) Drs. I Gede Putu Brata, MM.

2. Ir. Ketut Parwata

3. Ir. Wayan Maryasa

4. D. Suresh Kumar

5. Wayan Sudane, S.Ip.

ORGANIZING COMMITTEE (OC):

Ketua : Drs. I Wayan Sunasdyana, Ak., MFil.H

Sekretaris : Pande Made Mayor Sudarsana, S.Sos

Page 107: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 107

Anggota : 1. Mayor Laut/W (Purn) Ni Nyoman Tjakri

Arwati

2. Nyoman Pegug

BIDANG-BIDANG:

1. Bidang Dana

Ketua : Drs. IDG. Ngurah Utama, MM.

Anggota : 1. I Nyoman Widia, SE., Ak.

2. Kishen Raj, SE

3. Dr. A.A. Diatmika

2. Bidang Kesekretariatan

Koordinator : A.A. Oka Mantara

Anggota : 1. Putu Nugata

2. Ketut Rudita Marta

3. Achmad Syaeful

4. Awang Darmawang

5. Kadek Suadnya

Ditetapkan di : Jakarta

PadaTanggal : 7 September 2010

PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Dr. I Made Gde Erata, MA. Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Page 108: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 108

Lampiran II:

Surat Keputusan Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

Nomor: 73/SK/Parisada Pusat/IX/2010

Tentang Panitia Pelaksana Pesamuhan

Agung Parisada Tahun 2010

PANITIA PELAKSANA DAERAH

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

1. PENASEHAT:

1) Paruman Pandita Parisada Provinsi Bali

2) Paruman Walaka Parisada Provinsi Bali

2. PENANGGUNG JAWAB:

Ketua Harian Parisada Provinsi Bali

3. PANITIA PELAKSANA DAERAH

Ketua : Drs. I Wayan Sunasdyana, Ak..

M.Fil.H

Wakil Ketua I : Made Raka Santeri, S.Ag., M.Ag.

Wakil Ketua II : Ir. Nyoman Gde Nala

Wakil Ketua III : I Wayan Gama Tirta, S.H

Sekretaris : Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par

Wakil Sekretaris I : Made Ridjasa, BA

Wakil Sekretaris II : Dewa Gede Ngurah, SE

Bendahara : Made Suasti Puja, SE

Wakil Bendahara I : Made Arya Witarta

Wakil Bendahara II : I Wayan Bagiartha, SH, MH

SEKSI-SEKSI

1. SEKSI KESEKRETARIATAN:

Koordinator : Alit Putrawan, SAg. M.Fil.H

Anggota : 1. I Gede Budi Artana, SH

2. Poniman, SAg. M.Fil.H

3. Adi Brahman, SAg. M.Fil.H

Page 109: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 109

4. Dwitayasa, SAg. M.Fil.H

2. SEKSI UPACARA:

Koordinator : Jro Mangku Putu Mas Sujana

Anggota : 1. Jro Mangku Wayan Catur

2. Jro Mangku Wayan Candra

3. Drs. I Ketut Ardana, M.Pd

4. Made Aripta Wibawa, SH, M.Ag

5. Drs. Nyoman Suparmayasa, MM

3. SEKSI PENGGALIAN DANA:

Koordinator : Dr. Ir. Nyoman Suwindra, M.Ag

Anggota : 1. BR. Indra Udayana

2. Drs. I Ketut Suardana, MFil.H

3. Ir. Nyoman Sudira

4. I Wayan Sumita

5. I Made Raka Metra

4. SEKSI PROTOKOL DAN KEROHANIAN:

Koordinator : Made Mayor Sudarsana, SSos

Anggota : 1. Ir. Made Raka Sudirga

2. Ketut Suanaya

3. I Gede Muliarsana, SH

4. Drs. I Ketut Suarta, M.Si

5. SEKSI PERSIDANGAN:

Koordinator : Drs. I Wayan Tontra

Anggota : 1. Dimas Sudjono, SPd

2. Drs. Putu Pujantara

3. Drs. Gede Subawa Mas, M.Hum.

4. I Wayan Suparta, SH

5. I Komang Arsana, S.Pd

6. SEKSI AKOMODASI:

Koordinator : Dra. Ni Putu Winanti, M.Pd

Anggota : 1. Drs. I Gusti Ketut Suartanayasa

2. I Gede Swartana, S.Ag, M.Ag

3. I Wayan Lehena

4. I Wayan Sudana, SH

Page 110: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 110

5. Drs. I Nengah Sukari

7. SEKSI TRANSPORTASI:

Koordinator : Made Gde Hamawa, S.Ag

Anggota : 1. I Nyoman Suj ana

2. Drs. Nyoman Padmanaba

3. I Wayan Ambon Antara, SH

4. Nyoman Sarmidin

5. Ni Luh Sukariani

8. SEKSI KONSUMSI:

Koordinator : Dra. Relin DE, M.Ag

Anggota : 1. I Made Artjana, SH

2. Drs. I Wayan Sukra

3. Dra. Ni Wayan Sasih Artini

4. Ayu Veronika Somawati

5. I Wayan Sukra Erawan

9. SEKSI KESEHATAN:

Koordinator : dr. Putu Arya Widiana Pasek

Anggota : 1. Drs. PN Puspaningrum, M.For

2. Widi Gde Budiman, ST

3. Kadek Yuliana, SH

4. Made Puasa, S.Ag

5. I Made Artana

10. SEKSI DOKUMENTASI, PUBLIKASI DAN HUMAS:

Koordinator : Adi Surya, SAg. M. Fil.H

Anggota : 1. Drs. Made Mustika

2. I Putu GelGel Pramasutha, A.Md.,

Kom.

3. I Nyoman Menara Arsanjaya

4. Sista Saka Dewi

5. I Ketut Sudrastini

11. SEKSI PERLENGKAPAN DAN DEKORASI:

Koordinator : Ir. Putu Astawa

Anggota : 1. Ir. I Ketut Rai Semadi

2. Drs. Putu Gelgel, SH

Page 111: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 111

3. Dwi Nurjaya

4. Nyoman Sundha, SH

5. I Kadek Martina

12. SEKSI KEAMANAN:

Koordinator : Drs. Dewa Made Ngurah

Anggota : 1. I Ketut Suyadnya

2. I Made Dwi Santika

3. I Made Hartaka

4. Ni Wayan Jannik Suwari

5. Dewa Darma Wijaya

13. SEKSI KESENIAN:

Koordinator : Ida Anuraga Nirmalayani, SE, M.Ag

Anggota : 1. Reni Sumiasih, SE

2. I Wayan Wijaya, S.Ag

3. Kadek Yudha Kartika

4. I Ketut Susila

5. I Ketut Sanjaya

Ditetapkan di : Jakarta

PadaTanggal : 7 September 2010

PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Dr. I Made Gde Erata, MA. Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Page 112: Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 1Alam Stana Tuhan Lampiran: Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Nomor: 8/KEP/P.A. Parisada/XII/2010 Tentang Rekomendasi Padma Bhuwana Simbol

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010 | 112