Hasil Dan Pembahasan Laporan Biokimia

download Hasil Dan Pembahasan Laporan Biokimia

of 13

Transcript of Hasil Dan Pembahasan Laporan Biokimia

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE SALIVA DENGAN METODE WOHLGEMUT`S

Kelompok IV

Sutan Agung Tobing Ginta Aldamar

I1A009063 I1A009042

Nadya

I1A009036

Chinda Liaska Indah I1A009037 Andita Putri Devita Sekar Nastiti Fairuz Athiyyah I1A009038 I1A009039 I1A009053

Ramanda Cahya Umbarra I1A009049 Hari Subagio Ferisa Aprintha I1A009050 I1A009035

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Desember, 2009

JUDUL PRAKTIKUM: Aktivitas Enzim Amilase Saliva dengan Metode Wohlgemut`s

TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana aktivitas enzim amilase saliva 2. Mengetahui waktu yang dipergunakan oleh enzim katalase untuk mengakatalisis

METODE PRAKTIKUM

A. Alat Praktikum Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. plat tetes 2. pipet tetes 3. beaker glass 4. stop watch

B. Bahan Praktikum Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. saliva 2. amilum 3. iodium

C. Cara Praktikum 1. Probandus berkumur dengan aquades. 2. Keluarkan saliva dan tempatkan pada gelas beaker. 3. Ambil saliva sebanyak 1 ml. 4. Encerkan dengan aquades dalam labu ukur 25 ml.

5. Masukan 5 ml larutan kanji ke dalam gelas beaker, lalu tambahkan 2 ml buffer fosfat pH 7. 6. Masukan gelas beker tersebut ke dalam waterbath suhu 380C selama 2 menit. 7. Tambahkan 1 ml saliva yang telah diencerkan dan nyalakan stopwatch. 8. Ambil 2 tetes larutan dan tempatkan pada plat tetes. Tambahkan 1 tetes larutan iod. 9. Jika larutan berwarna biru, ulangi lagi percobaan tersebut setiap menit sampai warna biru hilang. Caranya dengan mengambil kembali 2 tetes larutan kemudian menempatkannya pada plat tetes dan ditambahkan 1 tetes larutan iod. 10.Jika warna biru sudah hilang, matikan stopwatch dan catat waktu yang dipergunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Data Probandus Nama probandus Umur Jenis kelamin : Sultan Agung Tobing : 18 Tahun : Laki-laki

Hasil Pengamatan Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan, didapatkan data sebagai berikut:Menit ke1-3 4-5 6-9 10-13 14-15 Perubahan Warna Kehitaman Hitam kebiruan Mulai kebiruan Biru mulai memudar Biru muda hampir bening

Perhitungan d

=

B. Pembahasan Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat, mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat mengalami modifikasi selama urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya. Selain meningkatkan kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan reaksi dalam jalur metabolik tubuh. (1) Enzim yang mengkatalisis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 x dibandingkan jika tidak di katalisis. Seperti semua katalisis lain, enzim tidak berubah secara permanen atau dikonsumsi sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam reaksi yang bersangkutan. (2) Selain sangat efisien, enzim juga merupakan katalis yang sangat efektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi yang dikatalisis maupun substrat atau substratsubstrat yang berhubungan erat.(2) Kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Suhu Sementara peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim, kenyataan ini hanya berlaku pada kisaraan suhu yang terbatas. Kecepatan reaksi mula-mula meningkat seiring meningkatnya suhu akibat peningkatan energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi, pada akhirnya energi kinetik enzim akan melampaui rintangan energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan ikatan hirofobik yang lemah. Pada suhu ini, terutama terjadi denaturasi, disertai hilangnya aktivitas katalitik secara cepat. (3)

2. pH Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagai nilai pH, aktivitas optimal secar khas terlihat diantara nilai-nilai pH 5 dan 9. (3)

3. Konsentrasi substrat Kecepatan reaksi akan bertambah seiring meningkatnya konsentrasi substrat hingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan jenuh oleh substrat. (3)

4. Kecepatan awal reaksi Kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis enzim selalu sebanding dengan konsentrasi enzim. (3)

5. Aktivator Aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. (7)

6. Inhibitor Inhibitor adalah senyawa yang menurunkan kecepatan reaksi enzimatik. Inhibitor yang didasarkan pada mekanisme menyerupai atau ikut serta dalam langkah antara reaksi katalitik. (1)

Aktivitas saliva diatur oleh aktivitas parasimpatik melalui reseptor otot pada sel asinus dihubungkan pada phospholipase C (PLC) melalui protein Gq

-type G.

Aktivasi pasangan reseptor protein G menghasilkan diacylglycerol dan inositol 1,4,5, trisphosphat. Sekresi protein saliva juga muncul ketika neurotransmitter diikat oleh reseptor-adrenergic pada membran basolateral dari secretory sel. (8)

Liur yang disekresikan oleh kelenjar liur, terdiri atas sekitar 99,5 % air. Liur mengandung suatu glikoprotein, musin, yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Menambah air pada makanan kering akan memberi media bagi tempat melarutnya molekul makanan dan tempat hidrolase dapat memulai pencernaan. Gerakan mengunyah berfungsi memecah makanan sehingga terjadi peningkatan kelarutan dan peluasan daerah permukaan bagi kerja enzim. Liur juga merupakan sarana untuk mengekskresikan obat-obat tertentu (misal, etanol serta morfin), ion-ion organik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat (SCN-), serta iodium, dan eksresi immunoglobin (IgA). Nilai pH liur biasanya sekitar 6,8. (3) Kelenjar ludah mensekresi suatu getah, yang selain mengandung air dan garam anorganik, juga terutama glikoprotein (musin) sebagai pelumas, antibodi, dan

enzim. Enzim glikogen. (4)

-amilase dalam jumlah kecil mengurus hidrolisis amilum dan

Beberapa laporan menyatakan bahwa stres psikis dapat meningkatkan sekresi -Amilase, yang mana aktivitas refleks ini muncul dari sistem

sympathoadrenal medullary (SAM). (9) -Amilase liur mampu membuat pati dan glikogen mampu membuat pati dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat (1 4). Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau

kurang, sehingga kerja pencernaan di dalam mulut akan terhenti begitu lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan. (3) Perubahan kanji (amilopektin dan amilosa) menjadi glukosa berawal di dalam mulut. Kelenjar liur mensekresikan sekitar 1 liter cairan per hari yang mengandung musin liur dan amilase liur. Musin liur adalah suatu glkoprotein licin

yang penting untuk melumas (lubrikasi) dan menyebarkan (dispersi) polisakarida. Amilase bekerja pada ikatan internal di tempat yang terpencar-pencar dalam rantai polisakarida. Karena alasan ini, amilase- disebut suatu endoglikosidase. (1) Saliva merupakan cairan esensial untuk kesehatan jaringan mulut. Saliva terdiri atas komponen spesifik dan karakteristik cairan. Karakteristik cairannya berfungsi untuk membersihkan rongga mulut, membentuk bolus, membersihkan bakteri dan sisa-sisa makanan. Sedangkan komponen saliva berperan dalam sistem penyangga mulut dan mencegah aksi mikroorganisme. (10) Konsentrasi rata-rata saliva dari sec. Iga pada orang sehat adalah 599 mg/dl dan konsentrasi rata-rata dari total IgG adalah 12,4 mg/dl. Sedangkan konsentrasi saliva dari Alb adalah 45 mg/dl. (11) Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis; selain itu ada juga beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama: 1. Sekresi serosa yang mengandung ptialin 2. Sekresi mukus yang mengandung musin. (5)

Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis dan sublingualis mennyekresi mukus dan serosa. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,0, suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin. (5) Amilase saliva dan pankreas, keduanya menghirolisis ikatan 1:4 mempertahankan ikatan 1:6 , ikatan 1:4 terminal, dan 1:4 tetapi

di titik-tititk

percabangan. Akibatnya, hasil akhir pencernaan

-amilase adalah oligosakarida:

maltosa (disakarida), maltotriosa (trisakarida), beberapa polimer yang sedikit lebih besar dengan glukosa paad ikatan 1:4 ; dan -dekstrin, yaitu polimer molekul

glukosa yang terdiri atas rata-rata sekitar 8 molekul glukosa dengan ikatan 1:6 . (6)

Untuk hasil percobaan ini, didapat waktu yang dipergunakan oleh enzim katalase untuk mengakatalisis terletak pada menit ke-15. Dari hasil perhitungan, diperoleh aktivitas amilase saliva sebesar 10 unit. Artinya, 10 miligram amilum yang dipecah oleh 1 ml cairan (saliva) selama 30 menit pada suhu 380 C.

PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. 2. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat, mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. 3. Kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: y Suhu y pH y Konsentrasi substra y Kecepatan awal reaksi y Aktivator y Inhibitor 4. Kelenjar ludah mensekresi suatu getah, yang selain mengandung air dan garam anorganik, juga terutama glikoprotein (musin) sebagai pelumas, antibodi, dan enzim. Enzim -amilase dalam jumlah kecil mengurus hidrolisis amilum dan glikogen. 5. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis; selain itu ada juga beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama: a. Sekresi serosa yang mengandung ptialin b. Sekresi mukus yang mengandung musin.

6. Amilase saliva dan pankreas, keduanya menghirolisis ikatan 1:4 mempertahankan ikatan 1:6 percabangan. 7. Hasil akhir pencernaan , ikatan 1:4 terminal, dan 1:4

tetapi

di titik-tititk

-amilase adalah oligosakarida: maltosa (disakarida),

maltotriosa (trisakarida), beberapa polimer yang sedikit lebih besar dengan glukosa paad ikatan 1:4 ; dan -dekstrin, yaitu polimer molekul glukosa yang terdiri atas rata-rata sekitar 8 molekul glukosa dengan ikatan 1:6 . 8. Untuk hasil percobaan ini, didapat waktu yang dipergunakan oleh enzim katalase untuk mengakatalisis terletak pada menit ke-15. 9. Dari hasil perhitungan, diperoleh aktivitas amilase saliva sebesar 10 unit. Artinya, 10 miligram amilum yang dipecah oleh 1 ml cairan (saliva) selama 30 menit pada suhu 380 C.

B. Saran Saran untuk percobaan kali ini adalah : 1. Probandus yang mengeluarkan saliva sebaiknya mempersiapkan diri sebaikbaiknya dengan tidak makan dan minum yang bermacam-macam dulu dan

berkumur-kumur dengan bersih, agar perubahan warna saliva bisa cepat diamati. 2. 3. Praktikan harus benar-benar memahami cara kerja dari percobaan, Alat dan bahan praktikum dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dan digunakan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti pecah dan hilang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. 2. Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC. 3. Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC. 4. Koolman, Jan. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates 5. Guyton, AP. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 6. Ganong, WF. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 7. Anonymous. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia Kedokteran. 8. Yamada, Koichi et al. 2006. nvolvement of cAMP ResponseElement-Binding Protein Activation in Salivary Secretion. Proquest. Vol 73:1-7. 9. Shirasaki, Shyuichi et al. 2007. Correlation Between Salivary -Amylase Activity and Pain Scale in Patients With Chronic Pain. Proquest. Vol 32:120123. 10. Simoes, Alyne et al. 2008. Effect of defocused infrared diode laser on salivary flow rate and some salivary parameters of rats. Proquest. Vol 12:25-30. 11. Shpitzer, Thomas et al. 2007. A comprehensive salivary analysis for oral cancer diagnosis. Proquest. Vol 133:613-617.