HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

109
HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN (Studi Komparatif antara Imam al-Thabari dengan Wahbah al-Zuhaili) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh : Bahagia Tanjung 1112034000085 JURUSAN TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

Transcript of HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

Page 1: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

(Studi Komparatif antara Imam al-Thabari dengan Wahbah al-Zuhaili)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh :

Bahagia Tanjung

1112034000085

JURUSAN TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

Page 2: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN
Page 3: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN
Page 4: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN
Page 5: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

iii

ABSTRAK

Bahagia Tanjung

HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN: (STUDI KOMPARATIF ANTARA

IMAM AL-THABARI DAN WAHBAH AL-ZUHAILI).

Hārūt dan Mārūt adalah figur sejarah yang fenomenal. Darinya muncul

beberapa persoalan apakah mereka unsur dari manusia atau malaikat sampai tujuan

mereka di turunkan ke muka bumi, dengan adanya sihir yang mampu mencerai

beraikan hubungan suami istri. Menurut penafsiran Imam al-Thabari bahwa Hārūt

dan Mārūt adalah malaikat yang diturunkan oleh Allah sebagai ujian dan cobaan bagi

manusia saat itu. Hārūt dan Mārūt dikatakan dari unsur malaikat adalah disandarkan

pada pemahaman bahwa kata malakain, dibaca fathah, sehingga membawa pengaruh

dari penafsiran bahwa keduanya memang unsur dari malaikat.

Sedangkan menurut penafsiran Wahbah al-Zuhaili, bahwa Hārūt dan Mārūt

adalah dua orang yang mempunyai kewibawaan dan keagungan di mana manusia

memuliakan dan menghormatinya. Hārūt dan Mārūt dikatakan dari unsur manusia.

Ini berdasarkan pembacaan malikain yang bererti dua raja atau orang yang dengan

kekuatan batin serta amal shalehnya seolah-olah mereka adalah malaikat, karena

dilihat dari prilaku dan pengetahuannya akan hal-hal yang gaib yang bersifat

metafisika.

Sihir tidak bisa dilepaskan peran Hārūt dan Mārūt yang mengajarkannya

kepada manusia. Keduanya sebagai pembeda dan penjelas bahwa Nabi Sulaiman

tidaklah memperoleh kekuatan dan kenabiannya dengan sihir, melaikan murni

karunia dari Allah yang berupa mukjizat. Dalam perkembangannya sihir memang

mendapat tempat dalam hati manusia, karena ia bisa membuat dari sesuatu yang tidak

mungkin menjadi mungkin, karena sifat sihir itu sendiri adalah memalingkan sesuatu

dari hakekatnya. Semisal fungsinya untuk menceraikan suami istri. Sehingga melihat

fungsinya menjadikan manusia banyak terobsesi untuk berburu terhadap sihir itu

sendiri.

Page 6: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

iv

KATA PENGANTAR

حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله

Segala puji tiada lain yang paling berhak kecuali kepada Allah SWT.

Karena atas kehendaknya kita dapat hidup berbarengan dengan makhluk-Nya

yang lain di muka Bumi ini dan menjalankan aktifitas masing-masing. Atas

kehendaknya pula akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir kuliah

berupa skripsi ini. Maka apakah ada yang bisa menolak kehendak-Nya jika Dia

sudah berkehendak?.

Shalawat serta salam selalu saja tercurahkan kepada Makhluk terbaik-Nya

bernama Muhammad Saw. yang telah menunjukkan kepada kita Tuhan itu Allah

dan mengajarkan Syariat-Nya kepada seluruh umat untuk bisa tetap di jalan yang

dikehendaki-Nya hingga akhirnya sampai ketempat yang abadi. Semoga semua

orang yang mengenal dan mengaguminya mendapatkan syafa’atnya, di hari saat

Matahari hanya beberapa senti dari ujung rambut.

Kalau saja skripsi ini ditakdirkan kun, fayakûn maka penulis tak akan

mengetikkan kata pengantar ini. Namun Tuhan ternyata lebih mementingkan

proses daripada hasil. Buktinya penulis mengetikkan kata pengantar ini, yakni

sebagai salah satu wujud syukur kepada-Nya.

Berbagai cobaan tentunya dihidangkan Tuhan dalam penyusunan skripsi

ini, tentunya tak akan disebutkan apa saja cobaanya, mengingat disini bukan

tempat untuk curcol (curhat colongan), yang jelas ucapan terima kasih

seyogyanya penulis utarakan sedalam-dalamnya kepada semua fihak yang

membantu dalam penyusunan skripsi ini:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Umi Kultsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, Ibu Dra.

Banun Binaningrum, selaku Sekertaris Jurusan Tafsir Hadis.

Page 7: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

v

4. Bapak Drs. A. Rifki Mukhtar. M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan arahan, bimbingan, kritikan, pelajaran, dan lain-

lain.Semoga selalu dinaungi Rahmat Allah, sehat selalu, dimudahkan segala

urusannya, Amin.

5. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin, Khususnya dosen-dosen Tafsir Hadits

yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, Sehingga berkat merekalah

penulis mendapat setetes dari samudra ilmu yang sangat bermanfaat.

6. Pimpinan dan segenap citivitas akademika fakultas Ushuluddin Uin sarif

hidayatullah Jakata yang telah menyediakan referensi-referensi yang

diperlukan dalam penulisan skrifsi ini

7. Ibunda Wahyuni Ritonga dan ayahanda Radat Tanjung yang tercinta yang

sangat besar jasanya dalam mendidik dan memeberikan kasih sayang kepada

penulis dari kecil hingga kini, abang-abagku Sobaruddin Tanjung, kakak-

kakakku Tetti Tanjung, Nur Laila Tanjung, Kramat Tanjung, Ali Syahbana

Tanjung dan yang tersayang adik-adikku ( Mariam Tanjung, Asra Tanjung)

yang telah memberikan segala dukungan baik materil maupun immateril serta

doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.

8. H. Hasan Mahmud dan Siti Aisyah, yang telah memberikan segala dukungan

baik materil maupun immateril serta doanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan masa studi S1

9. Seluruh Himpunan Mahasiswa Labuhan Batu Raya Jakarta, Teman se-Kost,

Yaitu: Ahmad Suheri Harahap, Janri Panjaitan yang selalu saling support

demi kebaikan bersama, dan Sahabat sejatiku Manja Ali Taat siregar.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Tafsir Hadis angkatan

2011, khususnya Muhammad Zahir, Sri Handayani, Ilham Saragih, Hujjatul

Islamiyyah, dll. Terimakasih atas obrolannya guys.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka.

Amin.

Page 8: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

vi

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Disamping itu,

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang tak mengenakkan di

hati dalam skripsi ini, kiranya dimaafkan.

Jakarta, 10 Januari 2016

Penulis

Page 9: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

No. Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا .1

B be ب .2

T te ت .3

Ts te dan es ث .4

J je ج .5

Ḥ h dengan titik bawah ح .6

Kh ka dan ha خ .7

D de د .8

Dz de dan zet ذ .9

R er ر .10

Z zet ز .11

S es س .12

Sy es dan ye ش .13

Ṣ s dengan titik bawah ص .14

Ḍ d dengan titik bawah ض .15

Ṭ t dengan titik bawah ط .16

Ẓ z dengan titik bawah ظ .17

Koma terbalik ke atas, menghadap „ ع .18

ke kanan

Gh ge dan ha غ .19

Page 10: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

F ef ف .20

Q Ki ق .21

K Ka ك .22

L El ل .23

M Em م .24

N En ن .25

W We و .26

H Ha ه .27

Apostrof „ ء .28

Y Ye ي .29

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, alih

aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fatḥah ـــــــــ

i Kasrah ـــــــــ

u ḍummah ـــــــــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ____ ي

Page 11: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

au a dan u ____ و

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ā a dengan garis di atas ــا

ī i dengan garis di atas ــي

ū u dengan garis di atas ــو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dalam bahasa Indonesia dialih aksarakan menjadi huruf

“l”, baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan

ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān.

Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya yang secara lisan

berbunyi aḍ-ḍaruurah, tidak ditulis “aḍ-ḍarūrah”, melainkan “al-ḍarūrah”,

demikian seterusnya.

Ta’ Marbūṭah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta’ marbūṭah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”

(lihat contoh 1 di bawah), hal yang sama juga berlaku jika ta’ marbūṭah tersebut

diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta’ marbūṭah

tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf “t” (lihat contoh 3).

Page 12: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

Contoh:

No. Kata Arab Alih Akasara

ṭarīqah طريقة .1

لإسلاميةالجامعةا .2 al-jāmi’ah al-islāmiyyah

waḥdat al-wujūd وحدةالوجود .3

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat atau nama bulan, nama orang,

dan lin-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf

awal pada kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥamīd al-Ghazāli bukan Abu Ḥamīd Al-

Ghazāli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 13: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. iv

PEDOMAN TRANSLITERISASI…………………………………………………………...vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….......x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………………… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………. 7

D. Tinjuan Kepustakaan………………………………………………………. 8

E. Metode Penelitian………………………………………………………….. 10

F. Sistematika Penulisan……………………………………………………….13

BAB II : PANDANGAN UMUM TENTANG IMAM AL-THABARI IMAM DAN

WAHBAH AL-ZUHAILI

A. Biografi Imam al-Thabari...………………………………………………… 15

1. Kelahirannya……………………………………………………………. 15

2. Perjalanan Intelektual Karirnya………………………………………….16

3. Metode dan corak penafsirannya………………………………………...21

B. Biografi Wahbah al-Zuhaili………………………………………………….24

1. Kelahirannya……………………………………………………………..24

2. Perjalanan Intelektual dan Karirnya……………………………………..25

Page 14: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

xi

3. Metode dan corak penafsirannya………………………………………...29

BAB III : SEKILAS TENTANG SURAT AL-BAQARAH AYAT 102

A. Telaah Kebahasaan………………………………………………………….31

B. Asbabul al-Nuzul dan Komentar Para Ulama………………...………………37

C. Berbagai pandangan Para Ulama tentang Harut dan Marut………………..40

a) Kisah Harut dan Marut menurut para Ulama…………………………….43

b) Sihir menurut paraUlama…………………………………………………49

BAB IV : ANALISA KOMPARATIF IBN KATSIR DAN WAHABAH az-ZUHAILI

A. Penafsiran Imam al-Thabari tentang Harut dan Marut……………………..58

B. Penafsiran Wahbah al-Zuhaili tentang Harut dan Marut…………………...77

C. Analisis komparatif tentang Harut dan Marut………………………………83

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..88

B. Saran-Saran…………………………………………………………………..89

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................91

Page 15: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitabullah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia

dalam kehidupannya. Al-qur’an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang

perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh karena itu tafsir menduduki tempat yang tinggi

didalam upaya memahami al-Qur’an sebagai pedoman hidup.1 Al-Qur’an diturunkan

Allah bukan hanya sekedar dokumen historis atau pedoman hidup dan tuntunan

spiritual bagi umat manusia tetapi juga mitra dialog.2

Dari ayat-ayatnya terkandung dialog langsung dengan pembacanya agar

menuntun, memperhatikan, merenungkan, dan menekuni kandungannya, kemudian

menarik sebagai pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.3 Di antara kandungan al-

Qur’an adalah perintah untuk mengimani kepada makhluk yang ghaib yang tidak

dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasakan oleh panca indera, yaitu jin, setan dan

1 Ahmad Mosthafa Adnan, Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, CV. Toha Putra,

Semarang, Cet. I, 1993, hlm. 19. 2 M. Nastur Arsyad, Seputar Al-Qur’an, Hadits dan Ilmu, Al-Bayan, Bandung, 1992,

hlm.13 3 Ahmad Mosthafa Adnan, Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, CV. Toha Putra, Semarang,

Cet. I, 1993, hlm. 9

1

Page 16: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

2

malaikat.4 Jin, setan dan malaikat merupakan makhluk halus yang hidup di alam

ghaib.

Sumber pengetahuan manusia tentang makhluk-makhluk ghaib itu adalah

petunjuk dari Allah melalui para Rasul-Nya oleh karena itu dasar yang pertama bagi

usaha dalam mempelajari makhluk-makhluk ghaib itu adalah percaya kepada Allah

dan Rasul-Nya.5 Keimanan kepada makhluk-makhluk ghaib akan menimbulkan

kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi, walaupun tidak ada manusia lain yang

menyaksikan karena malaikat petugas Allah yang setia selalu mencatat dan merekam

setiap amal perbuatan manusia serta iblis dan setan selalu pula berusaha

menjerumuskan manusia kepada keinginannya dan kekafiran.

Di antara makhluk ghaib yang penting untuk dikaji adalah malaikat. Bukan

saja karena makhluk ini secara khusus disebut sebagai salah satu dari rangkaian rukun

iman, tetapi juga kerena malaikat memiliki keterlibatan dengan seluruh manusia tanpa

kecuali, taat atau durhaka, sejak lahir hingga wafat, bahkan hingga kehidupan di

akhirat kelak.

Beriman kepada malaikat merupakan salah satu rukun iman yang wajib

diimani oleh setiap mukmin. Meyakini bahwa para malaikat adalah hamba-hamba

Allah yang dimuliakan. Mereka tidak pernah melakukan kemaksiatan

4 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Islam I, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang,

1999, hlm. 196 5 H.S. Zuardin Azzaino, Aqidah Ilahiah Ilmiah, Pustaka Hidayah, Jakarta, Cet. II, 1991,

hlm. 102

Page 17: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

3

(membangkang) kepada Allah dalam segala perintah yang diberikan kepada mereka,

dan selalu melaksanakan segala perintah-Nya dan bahwasanya mereka adalah

perantara-perantara yang menghubungkan antara Allah dengan para Rasul yang

diutusnya kepada manusia. Allah menjadikan malaikat agar mereka mempunyai

hubungan erat dengan manusia secara rohani maupun jasmani.

Para malaikat adalah bala tentara dan pembantu Allah yang mengatur

kerajaan-Nya menurut kehendak dan kebijaksananya. Menurut al-Qur’an secara

umum malaikat di dunia mempunyai dua fungsi yaitu menggerakan kekuatan alam

untuk melaksanakan tugas masing-masing dan membimbing manusia untuk berbuat

baik.

Ada sepuluh malaikat yang wajib diketahui oleh umat Islam yaitu Jibril

(penyampai wahyu yang terpercaya), Mikail (pembagi rizqi dan hujan) Israfil (peniup

terompet) Izrail (pencabut nyawa), Ridwan (penjaga surga) Malik (penjaga neraka),

Munkar dan Nakir (penanya dalam kubur), Rakib dan Atib (penulis amal baik dan

buruk setiap mukalaf).6 Lafadz malaikat disebutkan dalam al-Qur’an 68 kali bila

dihitung dengan bentuk perubahan kata-kata malāikat, malakun, malakaini, malakan,

6 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman,

Rukun Ihsan Secara Terpadu, Terj. Dr. Afif Muhammad M.A., Al-Bayan, Bandung, Cet. I, 1998,

hlm. 114

Page 18: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

4

malakin, seluruhnya: 88 kali.7 Tetapi para mufasir berbeda pendapat berkaitan dengan

kata malakaini dalam surat al-Baqarah ayat 102 yaitu:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan

Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal

Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir) hanya syaitan-syaitanlah yang kafir

(mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang

diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang

keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:

"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka

mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat

menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan mereka itu (ahli sihir) tidak

memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah.

Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak

memberi manfaat. Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa

yang menukarnya kitab Allah dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat

dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka

mengetahui.”8

7Departeman Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di Indonesia, CV.

Anda Utama, Jakarta, 1992, hlm. 687 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi Grafika,

Semarang, 1994, hlm. 28

Page 19: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

5

Para mufassir dalam membaca kata malakaini berbeda pendapat, ada yang

membaca dengan kasrah lamnya yang berarti dua raja, ada yang membacanya dengan

fathah lamnya yang berarti dua malaikat, sehingga dalam menafsirkan surat al-

Baqarah ayat 102 pun berbeda. Ada 2 pendapat para mufasir tentang yang dimaksud

dengan dua malaikat itu Ada yang berpendapat mereka betul-betul malaikat seperti

pendapatnya Abdurrahman Ibn Kamal Jalal al-Din as-Suyuti dalam tafsir Durr al-

Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Abi Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umaar al-

Zamakhsyari dalam tafsir al-Kasysyaf dan al- Alamah al-Sayyidi Muhammad Husain

At-thabari dalam tafsir Jami al-Bayān an Ta’wil Ayi al-Qur’an, Mufasir yang

berpendapat bahwa manusia yang memiliki sifat mulia sehingga diserupakan dengan

malaikat seperti pendapatnya Wahbah Zuhaili dalam tafsir Munir, Muhammad

Abduh dalam tafsir al-Manar dan Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir Qur’an

Terjemahan.9

Sedangkan mengenai mempelajari ilmu sihir, ada sebagian ulama yang

membolehkan mempelajarinya dengan tidak menggunakannya, dan ada juga ulama

yang mengharamkan mempelajari sihir apalagi mengamalkannya. Adanya perbedaan

pendapat tentang penafsiran Harut dan Marut menjadikan persoalan bahwa: kalau

memang benar Harut dan Marut itu malaikat maka ia merupakan malaikat yang

mempunyai fungsi yang unik, di mana mereka mengajarkan sihir kepada manusia

9 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ictiar Baru Van Voeve,

Jakarta, 1993, hlm. 89

Page 20: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

6

yang dapat menyebabkan madharat bagi manusia. Namun mereka mengajarkan sihir

berdasarkan izin dari Allah.

Padahal malaikat sendiri selalu mengerjakan perintah Tuhan dan tidak pernah

durhaka dan selalu dihubungkan dengan hal-hal manfaat bagi manusia. Tetapi apabila

Harut dan Marut itu bukan malaikat, mengapa al-Qur’an menggunakan lafadz

malakaini yang mempunyai arti dua malaikat. dan salah satu bentuk petunjuk al-

Qur’an di antaranya adalah cerita tentag masa lalu, diantara kisah masa lalu yang

belum ditemukan bukti kongkritnya adalah Harut dan Marut .

Alasan Penulis memilih penafsiran Imam al-Thabari adalah: Beliau seorang

yang alim , Syaikh al-Mufassirun (guru para ahli tafsir) ahli hadits, ahli fiqih, ahli

sejarah, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Orang-orang eropa sendiri menyebutnya

sebagai “Bapak sejarah islam”.10

Beliau adalah amat termashur ke ilmuannya

sehingga tiada bandingan di zamannya. dan Wahbah al-Zuhaili adalah seorang Ulama

paling produktip melahirkan karya pada abad ini Salah satunya adalah Tafsir al-

Munir, sehingga dapat disamakan dengan al-Imam al-Syuyuti.11

Penulis akan

membandingkan penafsiran klasik Imam al-Thabari yang menggunakan sumber

Riwayah dengan penafsiran Modern Wahbah al-Zuhaili yang menggabungkan antara

10

Ahmad asy-Syirbasi, Sejarah Tafsir Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), terj. Pustaka

Firdaus, Cet. Ke-4,hlm. 81 11

Ardiyansyah . Pengantar penerjemah, dalam badi’ as-Sayyid al-Lahham, Syeikh prof. Dr.

Wahbah a-Zuhaily: Ulama kharismatik kontemporer-sebuah Biografi, Bandung: Cita Pustaka, Media

Perintis, 2010, hlm. 71

Page 21: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

7

Riwayah (Ma’tsur) dan pemikiran (ra’yi) dan bagaimana penafsiran Imam al-Thabari

dan Wahbah al-Zuhaili tentanh Harut dan Marut.

Uraian di atas menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan para

mufasir dalam menafsirkan Harut dan Marut dalam surat al-Baqarah ayat 102.

Berawal dari perbedaan dan ingin mengetahui siapa sebenarnya Harut dan Marut.

Penafsiran tersebut penulis menganggap perlu menggali ulang petunjuk dan semangat

al-Qur’an. Serta ingin mengetahui perbandingan penafsir klasik Imam al-Thabari

dalam Tafsir al-Thabari, dengan penafsir modern Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-

Munir.

B. Pembatasan Masalah dan perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas supaya pembahasan dalam tulisan ini bisa

terarah maka penulis membatasinya dengan pembahasan pokok di bawah ini:

1. Bagaimana penafsiran al-Qur’an tentang Harut dan Marut yang terdapat

dalam surah al-baqarah ayat 102 menurut Wahbah Zuhaili dan Imam al-

Thabari?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Skripsi

Penelitian skripsi ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu:

a. Untuk Mengetahui perbandingan penafsiran modern Wahbah Zuhaili

dengan penafsir klasik Imam al-Thabari.

Page 22: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

8

b. Untuk penulisan skripsi yang merupakan syarat memproleh gelar sarjana

S1.

2. Manfaat Penelitian Skripsi

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian skripsi ini adalah

a. Peneliti dapat lebih meningkatkan apresiasi intelektual dan sikap kritis

Terhadap hasil-hasil pemikiran terhadap para mufassir sehingga mampu

memformulasikan sistensis baru.

b. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang pemikiran Islam dan tafsir

al-Qur’an di Fakultas Ushuluddin.

D. Tinjauan Pustaka

Malaikat merupakan makhluk ghaib yang wajib diimani oleh umat Islam

dengan percaya bahwa Allah itu mempunyai makhluk yang dinamakan malaikat

yang tidak pernah durhaka dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan

kepadanya. Disamping merupakan penelitian ilmiah, skripsi inipun melakukan kajian

pustaka, terhadap skrifsi-skrifsi yang pernah dahulu dibahas, penulis menemui topik

yang membahas tentang Malāikat, yaitu:

1) Penafsiran Malaikat dalam Tafsīr al-Manār (Study atas Tafsir Q.S. al-Baqarah:

30- 34.)

Yang ditulis oleh: Susilo, yang mengutarakan bahwa menurut Tafsir al-Manar,

arti penting pembahasan tentang hakikat Malaikat adalah hikmah yang ada di balik

Page 23: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

9

dialog antara Tuhan dan Malaikat dalam penciptaan Adam. Ia lebih memaknai

Malaikat sebagai potensi alamiah (al-quwā al-tabī’iyyah) daripada sebuah person

atau makhluk yang terbuat dari cahaya. Jika Malaikat diartikan sebagai potensi dan

hukum alamiah, maka hal ini Manusia bahwa diberikan kemampuan untuk

memeberdayakan, potensi-potensi tersebut, sebagaimana disimbolkan sujudnya

Malaikat kepada Adam. Dengan demikian arti penting iman kepada Malaikat dalam

perspektip baru ini adalah memaksimalkan sinergitas antara manusia dan potensi

serta hukum alamiah.

2) Malaikat dalam Perspektip al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Muhammad

Husain Thabathaba’I dalam Tafsir al-mizan dan Fakhr al-Razy dalam Tafsir

Mafatih al-Ghaib).

Yang ditulis oleh: Khairun Nasikin, Yang mengutarakan bahwa pada hakikatanya

malaikat adalah esensi nur begitu menurut Thabathaba’i meskipun mereka tetap

menjadi satu ciptaan yang memiliki fungsi dan tugas prantara Allah dan alam semesta

(alam musyahadah). Dengan kata lain penafsirannya tentang malaikat ditafsirinya

dengan satu bentuk yang non materi (personal immaterial) Dan menurut ar-Razi

malaikat bukanlah esensi yang bersifat ruhani bukan pula esensi jasmani atau bukan

pula kedua-duanya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ar-Razi memberikan

pengertian tentang malaikat sebagai satu watak/ keadaan/ atau karakter yang non

materi (impersonal imaterial).

Page 24: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

10

Kekhususan dari skripsi ini adalah mengkaji perbandingan penafsir klasik

Imam al-Thabari dan penafsir Wahbah al-Zuhaili terhadap Harut dan Marut. Selain

Skrifsi diatas, belum ditemukan tulisan ilmiah lainnya yang khusus membahas

tentang Harut dan Marut. Perbedaan kajian ini, dengan skrifsi-skrifsi yang sudah ada

tentang pembahasan malaikat menurut hemat penulis terletak pada ruang lingkupnya.

Dimana kajiannya lebih difokuskan pada surat al-Baqarah ayat 102 tentang

penafsiran Harut dan Marut studi analisis. Maka penulis merasa perlu meneliti dan

berupaya mengungkap tentang Harut dan Marut dalam AlQur’an yang masih

diperdebatkan oleh para mufasir. Khususnya perbandingan penafsir modern dan

klasik.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha mengungkap Harut dan Marut dalam Qur’an menurut

Wahbah al-Zuhaili dan Imam al-Thabari. Agar memperoleh karya ilmiah yang

memenuhi kualitas dan kriteria yang ada maka penulis menggunakan metode sebagai

berikut :

1. Sumber Data

Penelitian ini bercorak (Library research) atau riset kepustakaan, dalam arti

semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik

yang dibahas. Adapun sumber data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu sumber

primer dan sumber sekunder.

Page 25: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

11

Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dari

tangan pertama. Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah: Kitab tafsir

al-Muniir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Kitab tafsir al-Thabari karya Abu Jakpar

Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Thabari.

Sumber sekunder adalah sumber yang mengutip dari sumber lain, tidak

langsung merupakan dokumen historis yang murni ditinjau dari kebutuhan

penyidikan.12

sumber sekunder merupakan sumber yang dapat melengkapi sumber

primer. Adapun sumber data sekunder adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang

terkait dengan tema yang akan dikaji dalam skripsi ini yaitu Tafsir surah al-Baqarah

Ayat 102 penafsiran modern Wahbah al- Zuhaili dalam Tafsir Al- munir dan penafsir

klasik Imam al-Thabari dalam Tafsir al-Thabari. Baik berupa buku-buku, jurnal,

Mengumpul data dari internet, dan ensiklopedia.

2. Metode Pengumpulan data

Obyek studi penelitian ini termasuk riset kepustakaan yaitu penelitian data,

sehingga cara yang ditempuh adalah menggali dan mengumpulkannya. Oleh karena

itu, metode pengumpulan data yang diterapkan adalah dengan membaca sumber-

sumber tersebut.

12

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Dasar Metode dan Tekhnik, Tarsito, Bandung,

1980, hlm. 134

Page 26: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

12

3. Metode Analisis Data

1. Metode Tahlili (Analitis)

Yang dimaksud dengan metode tahlili (analitis) ialah menafsirkan ayat-ayat

al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang

ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai

dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.13

2. Content Analisis

Yaitu analisis isi berdasarkan fakta dan data-data yang menjadi isi atau materi

suatu buku/ (kitab).14

Dalam konteks ini penulis mengumpulkan data-data dari

kitab-kitab tafsir kemudian penulis analisis secara obyektif.

3. Tehnik Penulisan

Tehnik penulisan skripsi ini mengacu kepada tehnik makalah dan skripsi di

dalam pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin Tahun 2011/2012 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

13

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Pustaka Pelajar, (yogyakata), cet.

II, 2000, hlm. 151 14

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, UGM Press, Yogyakarta, cet. V,1991.

Hlm. 63.

Page 27: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

13

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan skripsi yang dibagi

dalam tiga bagian yaitu; pertama bagian formalitas, kedua isi skripsi dan ketiga

bagian akhir skripsi atau pelengkap. Masing-masing bagiannya adalah sebagai

berikut: Bagian pertama berisi halaman judul, nota pembimbing, lembar pengesahan,

kata pengantar, daftar isi, dan transliterasi.

Bagian kedua yang merupakan isi skripsi yang terdiri dari empat bagian yang

terbagi dalam lima bab yaitu bab pertama dalam skripsi ini adalah pendahuluan yang

terdiri penelusuran masalah dan metodologi penulisan skripsi sebagai acuan dalam

melakukan penelitian. Untuk sub-sub bab pembahasan dalam pendahuluan ini

meliputi latar belakang masalah, sebagai kajian awal dalam penelusuran masalah.

Pokok pembahasan menjadi sub bab selanjutnya untuk mempertegas paparan

dalam latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan skripsi merupakan hasil yang

diharapkan dapat diambil dari skripsi ini yang dilanjutkan dengan tinjauan pustaka

dan metode penulisan skripsi sebagai acuan penulisan dalam mengkaji skripsi, bab ini

diakhiri dengan pengaturan tentang sistematika penulisan skripsi.

Setelah penelusuran pada bab pertama, selanjutnya pada bab kedua berisi

pandangan umum tentang kedua mufassir. Pandangan umum ini meliputi, kelahiran,

perjalanan intelektual dan karirnya, metode dan corak penafsiran Wahbah al-Zuhaili

dan Imam al-Thabari.

Page 28: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

14

Selanjutnya pada bab ketiga, berisi tentang sekilas tentang surat al-baqarah

ayat 102. sekilas tentang surat al-baqarah ayat 102 ini meliputi telaah kebahasaan,

latar belakang turunnya ayat, berbagai pandangan ulama tentang harut dan marut.

Selanjutnya pada bab keempat, Analisa komparatif penafsiran Imam al-

Thabari dan Wahbah Zuhaili analisa komparatif ini meliputi pandangan dua

pengarang tentang tafsir surat: al-baqarah ayat 102. Analisis komparatif tentang Harut

dan Marut.

Selanjutnya pada bab kelima, bagian ini merupakan dari kajian penulis seputar

tafsir terhadap kajian penafsiran dalam pandangan Wahbah Zuhaili dan Imam al-

Thabari yang berisikan kesimpulan dan saran-saran yang dapat disampaikan oleh

penulis. Selanjutnya adalah bagian ketiga yang merupakan pelengkap dari skripsi

yang berisi, daftar pustaka.

Page 29: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

15

BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG KEDUA MUFASSIR

A. Biografi Imam al-Thabari

1. Kelahiran Imam al-Thabari

Imam al-Thabari Nama lengkapnya adalah Abu Jakpar Muhammad

bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib ath-thabari.1 Beliau dilahirkan di

Amil Ibu kota Tabaristan pada tahun 224 hijriah.2 Beliau adalah seorang

ilmuan yang sangat mengagumkan dalam kemampuannya mencapai tingkat

tertinggi dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain Fiqih (hukum islam)

sehingga pendapat-pendaptnya yang terhimpun dinamai madzhab al-

Jaririyah.3 Dan beliaupun telah hapal al-Qur‟an ketika usianya sangat muda

yaitu dalam usia tujuh tahun.

Hal ini sebagaimana yang telah dikatakannya: “Aku telah menghapal

al-Qur‟an ketika berusia tujuh tahun dan menjadi Imam shalat ketika aku

1 Abu Ja‟par Muhammad bin Jarir ath-thabari, Jami‟ al-Bayan An-ta‟wil al-Qur‟an, Dar al-

Fikri, Beirut, Libanon, 1998 hlm .3 2 M. Husain az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Dar al-Kutub, Cairo, 1976, hlm.205

3 M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Bulan Bintang, Jakarta, 1972, hlm. 41

15

Page 30: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN
Page 31: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

17

Kota yang pertama kali ditujunya adalah Ray dan daerah sekitarnya.

Di sana ia mempelajari hadis dari Muhammad bin Humaid al-Razi dan al-

Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Di daerah ini pun, ia berkesempatan belajar

sejarah kepada Muhammad bin Ahmad bin Hammad al-Daulabi. Selanjutnya

ia menuju ke Baghdad untuk belajar kepada Imam Ahmab bin Hanbal, tetapi

ketika sampai disana Imam Ahmad bin Hambal sudah wafat pada tahun 241

H. Di sana ia sempat belajar kepada murid-murid Imam Ahmad bin hambal.

Pengaruh pemikiran Teologi imam Ahmad ibn Hambal dan murid-muridnya

yang menganut faham sunni rupanya mendominasi pemikiran Imam al-

Thabari yang sangat tidak setuju dengan pola pemikiran rasional Mu‟tazillah.6

Di kufah beliau belajar qira‟ah kepada Sulaiman al-Tulhi dan Hadits

kepada Ibrahim Abi Kuraib Muhammad bin al-A‟la al-Hamdani, Hannad Ibn

as-Sairi, dan Ismail ibn Musa. Setelah lama tinggal di Basrah dan Kufah ia

kembali ke Bagdad dan belajar qira‟ah kepada Ahmad bin Yusuf at-Taglibi.

Dalam bidang fiqh, khususnya madzhab Syafi‟iyyah, Imam al-Tabari belajar

kepada al-Hasan ibn as-Sabbah al-Za‟farani dan Abi Salid al-Astakhari.7

Pada 253 H, Abu Ja‟par sampai di mesir. Namun sebelumnya beliau

singgah di Beirut untuk belajar dan memperdalam qiraah kepada al-Abbas ibn

6Yaqut al-Hamawi, “ath-Tabari”, Mu‟jam al-Udaba, Beirut Dar al-Fikr, 1980, Jilid 18. Hlm.

50 7 Rassihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Tabari dan Tafsir Ibn

Katsir,( Bandung : CV, Pustaka Setia, 1999), Cet I hlm.3

Page 32: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

18

al-Walid al-Bairuni. Dimesir ia menyempatkn diri mempelajari mazhab

Maliki di samping mempelajari Mazhab Syafi‟i dari murid-murid Imam

Syaffi‟i sendiri, di anatara ar-Rabi ibn sulaiman al-Muradi, Muhammad ibn

Abddullah ibn al-Halim, dan Isma‟il bin Ibrahim. Di sini aia juga bertemu

dengan Yunus ibn Abdil al-A‟la al-Sadafi dan belajar qira‟ah Hamzah dan

Waras kepadanya.8 Dan di Mesir pula ia bertemu dengan sejarawan

Kenamaan Ibn Ishak. Dan atas jasanya Imam ath-Thabari mampu menyusun

karya sejarahnya yang terbesar yaitu Tarikh al-Umam Wa al-Mulk. Selama di

mesir semua ilmuan datang menemuinya sambil menguji kemampuannya

sehingga Imam al-Thabari menjadi sangat terkenal di klangan intelektual pada

masa itu.9

Berkat kecerdasan dan ketinggian Ilmunya, imam al-Thabari dapat

menguasai dan menghapal ratusan ribu hadits. Hadits-hasits itu ada yang

berkaitan dengan tafsir, fiqih, tauhid, sejarah, dan lain sebagainya. Dengan

demikian imam al-Thabari adalah seorang ilmuan yang menguasai Multi

disiplin ilmu. Pada awalnya ia menganut madzhab Syafi‟I, ia membentuk

mazdhab sendiri yang oleh pengikutnya dinamakan madzhab fiqih jaririyah

8Rassihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Tabari dan Tafsir Ibn

Katsir,( Bandung : CV, Pustaka Setia, 1999), Cet I hlm. 18

9 Mahmud as-Syarif , at-Thabari wa Manhajuh FI at-Tafsir, (Jeddah: Dar al -Ukaz, 1984), hlm

45

Page 33: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

19

yang diambil dari nama ayahnya.10

Hal itu terjadi sepuluh tahun setelah ia

kembali dari Mesir. Akan tetapi madzhabnya kemudian kehilangan pamor dan

akhirnya dilupakan orang karena dianggap bertentangan Madzhab Syafi‟I dan

Madzhab al-Hambali.11

Beliau memilih Bagdad sebagai tempat pengabdiannya di bidang

intelektual, dan Wafat di tempat yang sama pada tahun 310 H/ 924 M dalam

usia 85 tahun dan keadaan masih membujang.12

Keluasan Ilmu yang dimiliki

Imam ath-Thabari diakui oleh para ulama. Berikut komentar mereka:

a. Az-Zahabi : “ath-Thabari adalah seorang terpercaya, shadiq,

hafiz, bapak tafsir, imam dalam bidang fiqih, banyak mengetahui

sejarah dan peritwa-peristiwa yang terjadi pada ummat manusia,

mengetahui qiraah, bahasa, dan sebagainya”.13

b. Jalaluddin as-Suyuti: “ath-Thabari pemimpin mufassirin secara

mutlak, seorang ulama multidisipliner yang tidak dimiliki para

ulama semasanya, Ia hafal al-Qur‟an mengetahui makna-

maknanya, faham hukum al-Qur‟an, mengetahui Sunnah dengan

10

Abdul Hamid Yunus , “ath-thabari” Dairatul Ma‟arif al-Islamiyyah, Juz 13, hlm. 68

11

Prof. Dr. Harun Nasution, “al-Thabari”. Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: Depag RI, 1993), hlm. 1233

12 Rassihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Tabari dan Tafsir Ibn

Katsir, (Bandung : CV, Pustaka Setia, 1999), Cet I hlm. 58 13

Abi al-Falah Abd al-Hafi bin al-Imad al-Hanbali, Syazarat az-Zahabi Fi Akhbar man

Zahab, (Beirut: Dar al-Fikr,) JIlid 3, hlm.332

Page 34: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

20

berbagai aspeknya, mengethui sejarah sahabat,thabi‟in dan

perjalanan ummad manusia lainnya”14

b) Karya-Karya Imam al-Thabari

Mengenai karya-karya imam al-Thabari, tidak semuanya sampai

ketangan kita sekarang dan tidak banyak diperoleh informasi yang pasti

berapa banyak buku yang pernah ditulisnya. Katsir banyak menulis karya

terutama dalam bidang tafsir, bidang Qira‟ah, bidang hadits, bidang sejarah

dan bidang fiqh, bidang ushuluddin. Al-tabari menulis karya dalam bidang

tafsir Yaitu Tafsir Jami‟ al-Bayān Fi tafsir al-Qur‟an.15

Dalam bidang hadits

menulis Kitab Tahzib Al-asar wa Tafsil as-Sabit‟an Rasūlillah min al-Akhbar

Dalam bidang sejarah al-Thabari menulis Kitab Tarikh al-Umam wa

wa al-Mulk. Kitab ini dipandang puncak prestasi ilmiah Imam al-Thabari

dalam menulis sejarah, dan selesai ditulis pada tahun 302 H. Dan kitab Zail

al-Muzayyal. Kitab ini selesai ditulis beliau pada tahun 300 H, yang berisikan

sejarah sahabat, tabi‟in dan pengikut-pengikut mereka sampai al-Thabari. Di

dalamnya pun disebutkan sejarah para sahabat yang terbunuh dan semasa

rasulullah. Selanjutnya Kitab Fadā‟il „Ali bib abi Thalib. Bagian awal kitab

ini membeberkan berita-berita yang shahih di sekitar peristiwa Ghadir Khum.

14

Jalaluddin as-Suyuti, Thabaqat al-Mufassirin, (Beirut Dar Al-Kutub al-Ilmiya, 1982). Hlm.

82 15

Ath-thabari, Tafsir Jami‟ al-Bayan Fi tafsir al-Qur‟an, Dar al-Fikr, 1988, hlm.16

Page 35: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

21

Setelah itu diikuti keutaman-keutamaan Imam „Ali abi Thalib. Selanjutn Kitab

Fadā‟il Abu Bakr wa „Umar, dan Kitab Fadāi‟il al-„Abbas.16

3. Metode dan Corak Penafsiran

Tafsir sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud dan

kandungan ayat-ayat al-Qur‟an, telah mengalami perkembangan yang cukup

bervariasi, sebagai hasil karya manusia, terjadinya keanekaragaman dalam

corak dan metode penafsiran adalah hal yang tidak dapat dihindarkan.

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya keragaman tersebut , antara

lain: perbedaan kecendrungan, motivasi mufassir, perbedaan misi yang

diemban, perbedaan kedalaman ilmu yang dikuasainya, perbedaan masa dan

lingkungan yang mengitari, perbedaab situasi dan kondisi yang dihadapi dan

lain sebagainya. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya diketahui

metodologi al-Thabari dalam menafsirkan al-Qur‟an.

Metode penafsiran yang paling utama ialah penafsiran al-Qur‟an

dengan al-Qur‟an. Ayat yang bersifat mujmal (general) pada suatu tempat

akan diperinci pada tempat lain. Apabila metode itu tidak dapat dilakukan,

maka dengan al- Sunnah karena ia merupakan penjelasan bagi al-Qur‟an. Hal

ini sesuai dengan uangkapan al-Syafi‟i yang mengatakan bahwa semua

16

Drs. Rosihan Anwar, M.ag. Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat Dalam Thafsir ath-Thabari

dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV Pustaka Setia,1999), hlm 62-63

Page 36: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

22

perkara yang ditetapkan Rasulullah Saw merupakan bagian dari apa yang

dipahaminya dari al-Qur‟an.” Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa

kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah

Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang

yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”. (QS.AL-

nisa‟ 4, 105).

Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya

aku diberi al-Qur‟an dan sesuatu yang serupa dengannya (yaitu as-Sunnah).”

Apabila tidak menafsirkan al-Qur‟an dengan al-Sunnah maka penafsir biasa

merujuk kepada pendapat para sahabat. Mereka lebih mengetahui hal itu

sebab mereka melihat fakta dan kondisi kejadian Sunnah. Mereka memiliki

pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal shaleh. Apabila tidak

menemukan penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an, as-Sunnah, dan pendapat

para sahabat, maka seorang penafsir itu mencari penafsiran itu dealam

pendapat para tabi‟in.17

Apabila dibaca dan dikaji kitab tafsir Jami al-bayān fi tafsīr al-Qur‟an

ini menunjuk kepada metode tahlili.18

sesuatu metode tafsir yang bermaksud

17

Muhammmad Nasin ar-Rifa‟i, Kemudahan dari Allah ringkasan tafsir Ibn Katsir, jilid I,

(Jkarta; Gman Insani Pres, Juni 1999) Jilid I, hlm.42. 18

Manna‟ Khalil al-Qaththan, study ilmu al-Qur‟an, Pt. Pustaka Litera Antar Nusa, Jakarta,

1994, hlm 526-527

Page 37: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

23

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dan seluruh aspeknya. Ia

menuntut ayat sesuai susunan dalam mushaf, mengemukakan arti kosa-kata,

penjelasan arti global ayat, mengemukakan munasabah dan membahas

asbābul al-Nuzūl, disertakan sunnah rasul, pendapat sahabat, tabi‟in dan

pendapat penafsir itu sendiri sesuai latar belakang pendidikannya, dan sering

juga bercampur baur dengan pembahasan lain yang membantu dalam

memahami al-Qur‟an tersebut.19

Al-Thabari menggunakan aspek kosa-kata dan penjelasan global.

Aspek tersebut digunakan untuk menjelaskan satu ayat atau menjelaskan

kosa-kata sedangkan yang lain dijelaskan arti global karena mengandung

suatau istilah, bahkan dijelaskan secara terperinci dengan memperlihatkan

penggunaan istilah itu pada ayat-ayat yang lainnya. Tafsir al-Thabari

disepakati termasuk dalam tafsir al-Ma‟tsur. Corak al- Ma‟tsur yaitu

menggunakan penafsiran ayat dengan ayat, penafsiran ayat demgan hadits

Nabi, yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasa sulit untuk

ditafsirkan, atau penafsiran dengan cara ij‟tihad para sahabat, atau ijtihad para

tabi‟in.20

19

Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode tafsir maudhui‟y, Penerjemah suryan A. Jamrah, (

Jakarta, Rajawali Pers, 1994). Hlm. 10-11. 20

Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode tafsir maudhui‟y, Penerjemah suryan A. Jamrah, ( Jakarta,

Rajawali Pers, 1994). Hlm. 10-11.

Page 38: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

24

B. Biografi Wahbah al-Zuhaili

1. Kelahiran Wahbah al-Zuhaili

Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa al-Zuhaili, namun bisa

dipanggil wahbah al-Zuhaili. Beliau dilahirkan di desa Dir „Athiyyah, daerah

Qalmun, Damaskus, Suriah pada tanggal 6 bulan Maret tahun 1932 M/ 1351

H.21

Bapaknya bernama Mustafa Zuhaili, seorang yang terkenal dengan

kesalehan dan ketakwaannya serta hafiz al-Qur‟an. Dan Wafat pada tanggal 8

agustus tahun 2015 M / 1436 H.22

Beliau juga seorang petani yang mendorong

putranya untuk menuntut ilmu.

Wahbah al-Zuhaili dibesarkan di lingkungan ulama-ulama mazhab

Hanafi, yang membentuk pemikirannya dalam mazhab fiqih. Walaupun

bermazhab Hanafi, namun beliau tidak fanatik terhadap fahamnya dan

senantiasa menghargai pendapat-pendapat mazhab lain. Hal ini, dapat dilihat

dari bentuk penafsirannya ketika mengupas ayat-ayat yang berkaitan dengan

fiqih.23

21

Wahbah Zuhaili, al-Tafsīr al-Munīr fi al-„Aqīdat wa al-Syari‟at wa al-Manhāj. Juz xv

(Damaskus: Dar al-fikr, 2005) hlm. 888. 22

http://m.hidayatullah.com/berita/internasional di akses 21 oktober 2015, jam 16.00 wib. 23

Muhammad „Ali Ayazi, al-Mufassirūn Hayātuhum wa Manāhijuhum (Teheran Wizanah al-

Tsaqafah wa al-Insyaq al-Islam, 1993) hlm. 684.

Page 39: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

25

2. Perjalanan Intelektual dan Karir

a) Pendidikan dan karir Wahbah al-Zuhaili

Wahbah al-Zuhaili mendapat pendidikan dasar di desanya, pada tahun

1946. Pada tingkat menengah, beliau masuk pada jurusan syariah di damaskus

selama 6 tahun. Pada tahun 1952, beliau mendapat ijazah menengahnya, yang

di jadikan modal awal masuk pada fakultas Syari‟ah dan Bahasa Arab di

Azhar dan fakultas Syariah di Universitas „Ain Syam dalam waktu yang

bersamaan.24

Ketika itu Wahbah Zuhaili memperoleh tiga ijazah antara lain:

1) Ijazah B.A dari fakultas Syari‟ah Universitas al-Azhar pada tahun

1956.

2) Ijazah Takhassus pendidikan dari fakultas Bahasa Arab Universitas

al-Azhar pada tahun 1957.

3) Ijazah B.A dari fakultas Syari‟ah Universitas „Ain syam pada

tahun 1957.

Setelah mendapatkan tiga ijazah, beliau meneruskan jenjang

pendidikannya ke tingkat pasca sarjana di Universitas kairo yang di tempuh

selama dua tahun dan memperoleh gelar MA dengan tesis yang berjudul: “ al-

Zira‟i fi al-Siyasat al-Syar‟iyyāt wa al-Fiqh al-Islām”. Beliau belum merasa

24

Muhammad „Ali Ayazi, al-Mufassirūn Hayātuhum wa Manāhijuhum (Teheran Wizanah al-

Tsaqafah wa al-Insyaq al-Islam, 1993) hlm. 684-685.

Page 40: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

26

puas dengan pendidikannya, sehingga melanjutkan pendidikannya ke doktoral

yang diselesaikannya pada tahun 1963 dengan judul desertasi “Atsar al-Harb

fi al-Fiqh al-Islami” di bawah bimbingan Dr. Muhammad Salam Madkur.

Pada tahun 1963, beliau di angkat sebagai dosen di fakultas Syariah

universitas Damaskus dan secara berturut-turut menjadi wakil dekan,

kemudian dekan dan ketua jurusan fiqh al-islami wa madzāhibīn fakultas

yang sama. Beliau mengabdi selama lebih dari tujuh tahun dan dikenal alim

dalam bidang fiqih, Tafsir dan Dirasah Islamiyah.25

b) Para Guru Wahbah al-Zuhaili

Adapun guru-gurunya ialah Muhammad Hasyim al-khatib as-Syafi‟i,

(w. 1958) seorang khatib di masjid Umawi. Beliau belajar darinya fikih imam

Syafi‟i, mempelajari ilmu fiqih Abd. Al-Razaq al-Hamasi (w. 1969 M), ilmu

Hadits dari Mahmud Yassin (w. 1948 M), ilmu Faraid (waris) dan wakaf dari

Judad al-Mardini (w. 1957 M), Hassan ash-shati (w. 1962 M), ilmu Tafsir dari

Hassan Habnakah al-madani (w. 1978 M), ilmu Bahasa Arab dari Muhammad

Shaleh Farfur (w. 1986 M), ilmu Ushul Fiqh dan Musthalah Hadits dari

Muhammad Lufi al-Fayumi (w. 1990 M), ilmu Akidah dan Kalam dari

Mahmud al-Rankusi.

25

http://suryaningsih.wordpress.com di akses 22 oktober 2015 jam 17.00 wib.

Page 41: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

27

Sementara selama di Mesir, beliau berguru pada Muhammad Abu

Zuhrah, (w. 1395), Mahmud Shaltut (w.1963), Abdul Rahman Taj Isa Manun

(1379) Ali Muhammad Khafif (w.1978 M), Jada ar-Rabb Ramadhan (w.1994

M), Abdul Ghani Abdul Khaliq (w. 1983) dan Muhammad Hafidz Ghanim.

Di samping itu, beliau amat terkesan dengan buku-buku tulisan Abdul

Rahman „Azam, seperti, “al-Risalat al-Khalidat” dan buku karangan Abu

Hassan al-Nadwi yang berjudul “madza khasira al-„Alam bi Inkhithat al-

Muslimin”.26

c) Karya-Karya Wahbah al-Zuhaili

Wahbah al-Zuhaili menulis buku, paper, dan artikel dalam berbagai

ilmu Islam. Buku-bukunya melebihi 133 buah buku dan jika di campur

dengan risalah-risalah kecil lebih dari 500 makalah. Satu usaha yang jarang di

lakukan oleh ulama masa kini, seolah-olah dia merupakan imam as-suyuti

kedua (as-suyuti al-Tsani) pada zaman ini. Diantara buku-bukunya/ karya-

karyanya yang terpenting adalah sebagai berikut:

Al-Tafsîr al-Munîr fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-Manhaj, (16

jilid), Dar al-Fikr, Damsiyq, 1991. Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islami, Dirasat

muqaranah, Dar al-Fikr, Damsyiq, 1963, îAl-Wasit fi usul al-Fiqh, Universitas

Damsyiq, 1966. Al-Fiqh al-Islami fi Uslub al-Jadid, Maktabah al-Haditshah,

26

http://www.abim.org.my/minda_madani/user info.php?uid, di akses 21 oktober 2015 jam

18.00 wib.

Page 42: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

28

Damsyiq, 1967. Al-Nazhariat al-Darurat al-Syar‟iyyah, Maktabah al-Farabi,

Damsyiq, 1969. Al-Nazhariat al-Damman, Dar al-Fikr, Damsyiq 1970.Al-

Usul al-Ammah li Wahdah al-Din al-Haq, Maktabah al-Abassiyah, Damsyq,

1972 . Al-„Alaqat al-Dauliah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah, Beirut, 1981.

Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh, (8 jilid), Dar al-Fikr, Damsyiq, 1984. Ushui al-

Fiqh al-Islami, (dua jilid), Dar al-Fikr, Damsyiq, 1986.

Mayoritas kitab menyangkut fikih dan ushul fikih. Tetapi, ia juga

banyak menulis kitab tafsir seperti: al-Qur‟an syari‟ah al-mujtama‟.27

Tafsir

al-Wajiz.28

Al-Qissat al-Qur‟aniyyat: al- Hidayāt wa al-Bayān, Dar al-Khair,

Damsyq, 1992.29

Hal ini menyebabkan Syaikh Wahbah layak disebut ahli

tafsir. Bahkan ia juga menulis tentang akidah, sejarah, pembaharuan

pemikiran islam, ekonomi lingkungan hidup dan bidang lainnya. Jadi, Syaikh

Wahbah bukan hanya seorang ulama fikih, tetapi ia juga seorang ulama dan

pemikir Islam peringkat dunia.30

27

Saiful Amin Ghafur, profil para mufassir al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,

2008.) hlm. 175. 28

Ahmad al-Kaf Hudaya, Hawa dan Nafsu menurut al-Qur’an kajian Tafsir al-Munir, 2006, hlm.14

29 Ayurahayu2010.wordpress.com/tafsir al-munir-fi-al-„aqidah-wa-asy-syari‟ah-wa-al-

manhaj-Wahbah-az-zuhayli, di akses 21 oktober 2015 jam 20 wib 30

Syabra Syatila dalam sebuah artikel “Syaikh Wahbah al-Zuhaili” di http://www.fimadani.com/syaikh-wahbah az-zuhaili/, diakses 22 oktober 2015 jam 15 wib.

Page 43: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

29

3. Metode dan Corak Penafsirannya

Dengan mengamati beberapa metode yang terdapat dalam beberapa

kitab „Ulum al-Qur‟an‟ secara metodis sebelum memasuki bahasan ayat,

Wahbah al-Zuhaili pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan

tentang keutamaan dan kandungan surat tersebut, dan sejumlah tema yang

terkait dengannya secara garis besar. Setiap tema yang diangkat dan dibahas

mencakup aspek bahasa, dengan menjelaskan beberapa istilah yang termaktub

dalam sebuah ayat, dengan menerangkan dari segi-segi balaghat dan gramatika

bahasanya.

Sehingga dengan demikian metode penafsiran yang dipakai adalah

metode Tahlilli.31

karena beliau menafsirkan al-Qur‟an dari surat al-Fatihah

sampai surat an-Nas dan memberi tema dalam setiap kajian ayat yang sesuai

dengan kandungannya, seperti dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat satu

sampai lima, beliau memberi tema sifat-sifat orang mukmin dan balsan bagi

orang-orang yang bertakwa. Dan seterusnya sampai surat an-Nas selalu

memberi tema bahasan di setiap kelompok ayat yang saling berhubungan.

Dan corak penafsirannya adalah al-Adabi, al-„Ijtima‟i (sastra dan

sosial kemasyarakatan) serta al-Fiqh (hukuk-hukum islam). Hal ini

dikarenakan Wahbah al-Zuhaili mempunyai basic keilmuan dalam bidang

31

Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Muniir fi al- aqadat wa al-Syari‟at wa al-Manhaj, juz I

(Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), 6.

Page 44: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

30

fiqh. Namun, dalam tafsirnya beliau menyajikan dengan gaya bahasa dan

redaksi yang sangat teliti, penafsirannya juga sangat disesuaikan dengan situas

yang berkembang dan dibutuhkan ditengah-tengah masyarakat. Sedikit sekali

dia menyebutkan tafsir al-„Ilmi, karena sudah disebutkan Dalam penulisan

tafsirnya bahwa dia akan mengcounter beberapa penyimpangan tafsir

kontemporer.

Page 45: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

31

BAB III

SEKILAS TENTANG SURAT AL-BAQARAH AYAT 102

A. Telaah Kebahasaan

Surat Al-Baqarah ayat 102 berisi tentang kisah hārūt dan mārūt. Hārūt berasal

dari kata harata yang berarti mencela, dan mencerca, menjadi luas, orang yang tak

dapat menyimpan rahasia, dan berkata keji serta yang lebar sudut bibirnya.

Sedangkan mārūt berasal dari kata al-Martu yang berarti tanah lapang yang tak

bertumbuh-tumbuhan, tanah yang tak bertumbuh-tumbuhan serta badan yang tak

berambut.1 Al-Quran menyebut hārūt dan mārūt hanya dalam surat Al-Baqarah ayat

102, yaitu:

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Pustaka Progressif,

Surabaya, 1997, hlm. 1322 & 1499

31

Page 46: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

32

“Dan Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan

Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal

sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir

(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang

diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang

keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:

“sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka

mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat

menceraikan antara seorang (suami) denga istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak

memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah.

Dan mereka memperlajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak

memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa

yang menukarnya ( kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di

akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau

mereka mengetahui.

Ibnu Saiyidah menyatakan bahwa kata hārūt dan mārūt mengandung makna

kehormatan. Ibnu Muqbal menambahkan bahwa ketika membentuk kata hurta

mempunyai makna manusia yang lebar mulutnya. Ketika membentuk kata harit

mempunyai makna orang yang tak dapat menyimpan rahasia serta berkata jelek.

Sedangkan kata Harut sendiri ada dua kemungkinan, yaitu nama suatu malaikat dan

raja Adapun pendapat yang lebih popular adalah malaikat.

Adapun kata mārūt sendiri dari kata al-martu yang berarti kebahagiaan tanpa

hasil atau tanah gersang (tanah yang tidak ada tumbuh-tumbahan sama sekali) maupun

badan yang tak berambut/berbulu. Sedangkan kata Marut sendiri termasuk nama non

Arab. Kata al-Marmarit sendiri mempunyai arti bala’, musibah atau bencana yang

hebat. Artinya Marut adalah orang yang membawa bencana yang besar.2

2 Fairuz Abadi, Qamus al-Muhith, Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat, t.th., hlm 89.

Page 47: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

33

Al-Ashfahani sendiri mengemukakan bahwa hārūt dan mārūt terdapat dua

pendapat, yaitu dua malaikat, sedangkan mufasir lainnya mengatakan sebagai suatu

nama setan. Pendapat terakhir didukung oleh Abu Muslim al-Ashfahani serta al-

Qurthubi. Hal tersebut berkaitan dengan anggapan orang-orang Yahudi yang

mengemukakan bahwa Allah telah menurunkan Jibril dan Mikail dengan membawa

sihir, akhirnya Allah menampik tuduhan tersebut.

Dilihat dari struktur kalimat ayat tersebut susunannya adalah dan tidaklah

Sulaiman kafir serta apa yang dibawa oleh kedua orang tersebut, akan tetapi yang kafir

adalah setan yang mengajarkan manusia tentang sihir di Babil. Adapun hārūt dan

mārūt adalah pengganti (substitute) dari setan.3

Berbeda dengan pendapat di atas, Muhammad Ali sebagaimana yang dikutip

oleh Umar Hasyim menyatakan bahwa dhamir (kata ganti) huma kepada dua masalah,

yaitu pertama kepada Nabi Sulaiman dan Jin „ifrit dan kedua kembali kepada malaikat

Harut dan Marut. Sedangkan huruf mā, adalah mā nāfi, jadi berarti bahwa “ilmu sihir

itu tidak diturunkan kepada kedua malaikat Harut dan Marut”.4

Hal senada juga disampaikan Muhyiddin al-Darwisyi bahwa “wa mā unzila

‘ala al-malakain” adalah athaf (mengikuti) obyek “yu’allimūna‟, yaitu sihir.

Sedangkan Babil adalah suatu kota lama di sebelah timur Baghdad. Adapun Harut

Marut merupakan badal (kata ganti) dari kata al-malakain. Lebih lanjut ia mengatakan

3 Al-Ashfahani, Mufradat Alfadh al-Qur’an, Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat,

t.th., hlm 145. 4 Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan

Azimat, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 176.

Page 48: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

34

bahwa ayat 102 dari surat al-Baqarah merupakan bagian dari ragam balaghah yang

menunjukkan kepastian suatu ilmu, yaitu sihir serta adanya jimat-jimat, walaupun

pada akhirnya Allah menegaskan Sulaiman serta melarang beredarnya ilmu tersebut.

Artinya pada dasarnya. semua ilmu adalah Allah yang menurunkan dan boleh

dilaksanakan, kecuali sihir yang sudah mendapatkan perintah sebagai suatu ilmu yang

dilarang.5

Oleh karenanya apa yang dibawa oleh kedua orang tersebut (Harut dan

Marut) adalah benar-benar sihir yang telah diajarkan kepada manusia di mana

kegunaannya telah dibuktikan. Artinya kedatangan Nabi adalah untuk membersihkan

praktek-praktek sihir tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan al-Qur‟an

yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman tidaklah kafir, akan tetapi yang ingkar adalah

setan (dalam hal ini sebagai kata ganti setan tersebut adalah kedua orang yang disebut

Qur‟an, yaitu Harut dan Marut).

Adapun wujud sihir sendiri tidak terbantahkan oleh akal sehat manusia karena

dilihat dari kenyataanya memang orang banyak mengatakan ada. Hal tersebut tidak

lepas dari peran Harut dan Marut yang mengajarkan sihir kepada manusia, terutama

pada masa Sulaiman yang sampai pada masa kejayaan Paris dan Rum banyak

menganut serta mempraktekkan sihir, terutama dari masyarakat Kildanin serta

Suryani.

5 Muhyiddin al-Darwisyi, I’rab al-Qur’an al-Karim wa Bayanuhu, Dar al-Irsyad li al-Syu’un

al-Jami’iyah, Suriyah, 1994, hlm. 159-160.

Page 49: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

35

Sihir lebih detail dijelaskan bahwa ia dapat diperoleh dengan melakukan

latihan-latihan, yaitu dengan memusatkan perhatian pada bintang, setan dengan

segenap upacara-upacara agung, ritual, merendahkan diri serta sujud kepada selain

Allah. Oleh karenanya perilaku sihir adalah termasuk kufur atau ingkar.6

Adapun cerita yang menerangkan bahwa ada keterlibatan seorang wanita

yang menjerumuskan kedua orang yang taat beribadah yaitu Harut dan Marut dengan

cara menggoda serta berzina yang pada akhirnya kedua orang tersebut mengucapkan

ism al-a’dham kepada wanita tersebut. Akhirnya wanita tersebut membacanya dan

langsung dapat terbang serta menjadi bintang yang gemerlapan di langit adalah hasil-

hasil dari cerita Israiliyat yang tidak diketahui otentisitasnya. Karena dari banyak

kritikus hadits menyatakan bahwa dari jalur periwayatan hadits banyak kelemahan,

sehingga riwayat yang menerangkan keberadaan serta keterlibatan wanita tersebut

masih dipertanyakan dan lebih mengarah pada lemahnya hadits.7

Al-Zamakhsyari berpendapat bahwa lafadh harut marut adalah mengikuti

(athaf) lafadh sebelumnya, yaitu sihir, sehingga keduanya merupakan badal

(pengganti) dari lafadh al-malakain. Ada juga yang menyatakan bahwa al-malakain

6 Al-Qanuji, Abjad al-Ulum, Abu al-Nur, Damaskus dalam Dar al-Hadits, Washington

Amerika Serikat, t.th., hlm 120. 7 Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat, t.th.,

hlm 85.

Page 50: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

36

adalah athaf pada wa ittaba’u. Ini artinya mempelajarinya akan tetapi tidak untuk

diamalkan, maka orang tersebut masuh dalam kondisi mukmin.8

Al-Thaba‟thabai juga berpendapat bahwa lafadh mā unzila terdapat dua

pemahaman. Pertama: kata mā merupakan isim maushul serta athaf, yaitu kata benda

yang menghubungkan antara satu obyek dengan obyek yang lain. Ini berarti kedua

orang tersebut (Harut dan Marut) memang mengajarkan sihir kepada manusia. Kedua:

kata ma adalah nafi/ negasi (ingkar), yang berarti dan tidak diturunkan sihir kepada

kedua orang tersebut.

Lebih lanjut al-Thaba‟thabi lebih cenderung kepada pendapat bahwa lafadh

al-malakain dibaca fathah. Hal tersebut disandarkan pada kalimat sesudahnya, yaitu

innamā nahnu fitnatun falā takfur. Jadi kedua malaikat tersebut hanya menjalankan

tugas dari Allah, yaitu sebagai ujian kepada manusia.9

Itulah keragaman pemahaman lafadzh harut dan marut, yang tidak terlepas

dari kata sebelumnya yaitu al-malakain. Pemahaman inilah yang melandasi

perbedaan dalam menafsirkan harut dan marut, apakah keduanya merupakan dari

jenis manusia, atau malaikat.

8Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-Khawarizy, al-Kasysyaf, Dar al-Fikr,

Beirut, t.th., hlm. 301 9 Muhammad Husain, al-Thaba‟thab‟i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, tp., Beirut, t.th., Juz I,

hlm. 230-231 16

Page 51: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

37

B. Asbab al-Nuzul dan Komentar Para Ulama

Islam dalam menanggapi permasalahan klasik yang selalu mencuat baik

dalam agama Yahudi maupun Nasrani yang dikatakan bahwa mereka adalah

malaikat yang durhaka dan mengajarkan sihir kepada manusia adalah dengan adanya

ayat yang telah diturunkan Allah dalam surat al-Baqarah: 102.

Ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa posisi dan tugas dari kedua

malaikat yang diturunkan ke negeri Babil adalah sebagai ujian belaka, yang

membawa pengetahuan akan ilmu sihir, yang di antara fungsinya adalah mampu

mencerai-beraikan hubungan suami istri. Sehingga dengan adanya cerita yang

mengatakan bahwa Harut dan Marut adalah malaikat yang memberontak, adalah

tidak berdasar sama sekali.10

Hal ini disebabkan malaikat tidak diberi nafsu syahwat dan karena manusia

dikaruniai kemauan (syahwat) serta pengetahuan di mana malaikat tidak

memiliknya, maka manusia lebih tinggi dari pada malaikat, keunggulan manusia ini

dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa malaikat disuruh bersujud kepada

manusia.

Al-Qur‟an menyebut kata Harut dan Marut hanya pada satu tempat, yaitu pada

surat al-Baqarah ayat 102. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr

bin Hausab, ayat tersebut turun berkaitan dengan pertanyaan orang-orang Yahudi

yang menuduh Nabi Muhammad yang mencampur-baurkan antara yang hak dan

10

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Din al- Islam), Terj R. Kaelani & Bachrun.,Ichtiar

Baru Van Hoeve, Jakarta, 1977, hlm. 120

Page 52: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

38

yang batil yaitu menerangkan Nabi Sulaiman digolongkan sebagai Nabi dimana

anggapan mereka bahwa sulaiman seorang ahli sihir yang mengendarai angin. Maka

Allah menurunkan ayat 102 Surat al-Baqarah yang menegaskan bahwa kaum yahudi

lebih mempercayai syaitan dari pada iman kepada Allah.11

Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber

dari Abul „Aliyah, dikemukakan bahwa kaum yahudi bertanya kepada Nabi SAW.

tentang beberapa hal dalam Taurat . Semua pertanyaan mengenai isi taurat, dijawab

oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat

tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Diantara masalah yang

ditanyakan kepada Nabi SAW. ialah tentang sihir dan mereka berbantah-bantahan

dengan Rasulullah tentang masalah tersebut.12

Kaum Yahudi didalam upaya memojokkan posisi Nabi, mereka menciptakan

gerakan yang menghalangi agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Mereka

meminta pertolongan kepada setan dan jin untuk melakukan sihir, jampi-jampi dan

klenik yang mereka nisbatkan kepada Nabi Sulaiman. Mereka menduga bahwa

kerajaan Nabi Sulaiman dibangun berdasarkan hal-hal tersebut.

Kebatilan-kebatilan yang mereka lakukan ini digunakan untuk mengelabuhi

kaum muslimin, sehingga ada sebagian mereka yang percaya dan menolak tuduhan-

tuduhan yang mengkafirkan mereka.

11

Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, M.D. Dahlan, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis

Turunnya ayat-ayat al-Qur’an, CV.Penerbit Diponegoro, Bandung, 2000, hlm. 27 12

Abdurrahman al-Kamal Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Dur al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur, Dar

al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 234

Page 53: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

39

Al-Qur‟an menyajikan cerita ini agar dijadikan sebagai peringatan bagi umat

Islam. Disamping itu juga merupakan penjelasan tentang apa yang dilakukan oleh

budak-budak nafsu terhadap diri Nabi Sulaiman. Mereka justru menggunakn sihir

yang dinisbatkan kepada Nabi Sulaiman sebagai alasan untuk tidak mengamalkan

agama dan hukum-hukumnya. Dan karenanya, tidaklah mengherankan jika mereka

tidak mau menggunakan petunjuk Nabi Muhammmad SAW. yang telah diberikan

didalam kitab mereka. Maka Allah menurunkan ayat 101 dan 102.13

Ini artinya ayat di atas yang berkaitan dengan orang Yahudi serta orang munafik

yang menyatakan keingkarannya atas kenabian Sulaiman, akhirnya Allah menolak

alibi yang disampaikan orang-orang Yahudi serta orang Munafik dengan menurunkan

ayat tersebut. Hal tersebut berawal dari berkataan para pendeta Yahudi yang

menyatakan bahwa Sulaiman ibn Dawud bukanlah Nabi, demi Allah dia adalah

seorang penyihir. Inilah yang melatarbelakangi ayat tersebut.14

C. Berbagai pandangan para Ulama tentang Harut dan Marut

Adanya dua pendapat yang berlawanan berangkat dari pemahaman akan kata al-

malakain, karena bacaan ini ada dua macam qira’ah. Ibnu Abbas membacanya

dengan kasrah, yaitu al-malikain yang berarti dua raja dan ahli qira‟ah yang lain

membaca dengan fathah, yaitu al-malakain yang berarti dua malaikat.

13

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha Putra, Semarang,

1992, hlm.327-328 14

Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat, t.th.,115.

Page 54: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

40

Adanya beberapa pendapat di kalangan ulama Islam berkaitan dengan

Harut dan Marut, yaitu:

a. Harut dan Marut adalah benar-benar malaikat dan taat kepada Allah

seperti malaikat yang lain. Pendapat inilah yang paling masyhur di

kalangan mufasir. Hal ini disandarkan pada dua bacaan dalam kalimat

al-malakain, yaitu dibaca fathah pada huruf lam-nya (jumhur ulama)

serta dibaca kasrah.

b. Harut dan Marut adalah manusia biasa, bukan malaikat dan bukan raja.

Tetapi kedua-duanya dipandang oleh masyarakat pada waktu itu sebagai

malaikat karena kesalehan dan ketakwaannya atau dipandang sebagai

raja, karena pengaruh dan wibawanya sehingga kedua-duanya sangat

dihormati dan ditaati oleh masyarakat. Pendapat ini disandarkan pada

pembacaan al-malikain, yaitu dengan dibaca kasrah pada huruf lamnya.

Bacaan ini dipelopori oleh Ibnu Abbas, Hasan, Abu Aswad dan al-

Dhahak.15

Malaikat pada dasarnya adalah immateri, terkadang juga menampakkan

dirinya sebagimana manusia biasa. Sebagaimana contoh ketika Nabi Ibrahim

didatangi tamu yang ketika disuguhi makan mereka tidak mau. Dengan demikian,

karena manusia juga mempunyai unsur immateri, yaitu roh, maka pada dasarnya di

15

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz I t.p, Mesir, 1998, hlm 401-403.

Page 55: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

41

balik bentuk fisik manusia, unsur ke-Ilahi-an (immateri) adalah sangat mungkin

untuk bisa bertemu dengan unsur malaikat yang sama-sama immateri.16

Akhirnya untuk menjaga ke-ma’shum-an inilah banyak para ulama‟ lebih

cenderung bahwa Harut dan Marut adalah bukan malaikat dan bukan raja, karena

termasuk lafadh tasybih17

atau majaz, seperti pendapatnya Muhammad Nasib Ar-

Rifa‟i yang berada satu jalur dengan penakwilan Al-Qurthubi kecuali dalam

pendapatnya yang mengatakan bahwa Harut dan Marut merupakan pengganti setan.

Ketidaksejalanan itu dikarenakan, menurut Muhammad Nasib Al-Rifa‟i, setan tidak

memiliki naluri yang mendorong untuk menasihati manusia sehingga ia berkata

kepada manusia : “Sesungguhnya kami merupakan fitnah, maka janganlah kamu

kafir.” Bahkan kepentingan dan naluri setan ialah menguji manusia dan

menyesatkannya. Oleh karena itu, ia lebih cenderung untuk mengatakan bahwa Harut

dan Marut itu merupakan pengganti manusia. Jika pendapat ini yang dipegang, maka

penakwilan ayat akan berbunyi: “Sulaiman tidaklah kafir dan tidak di turunkan sihir

kepada dua malaikat, namun setanlah yang kafir karena mereka mengajarkan sihir

kepada manusia.” Yakni, setan mengajarkan sihir kepada Harut dan Marut yang

keduanya adalah dua orang manusia. Kemudian kedua orang ini mengajarkan sihir

16

Maspuk Zuhdi, Studi Islam, CV. Raja Wali, Jakarta,1998, hlm. 37 17

Ayat-ayat tasybih atau majaz adalah ayat-ayat yang mengandung makna yang samarsamar

dan tidak ada konotasinya. Dengan kata lain ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang mengandung

beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara

mendalam atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat yang

berhubungan dengan yang gaib-gaib, semisal ayat-ayat yang berbicara mengenai hari kiamat, surga

dan sebagainya. Baca dalam end noot, Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm. 28

Page 56: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

42

kepada manusia lainnya. Keduanya tidak mengajarkan sihir kepada khalayak sebelum

mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya kami adalah fitnah maka janganlah

kamu kafir.” Jadi, Harut dan Marut itu merupakan badal dari manusia yang memiliki

fitrah memberi nasihat. Dalam ayat ini Allah menyucikan penurunan sihir kepada dua

malaikat, kemudian mensucikan keduanya dari perbuatan mengajarkan sihir kepada

khalayak. Pada prinsipnya sihir itu adalah kekafiran. Maka seseorang tidak dapat

mengajarkan sihir tanpa masuk ke dalam kekafiran, dan yang mempelajari tidak akan

dapat mempelajari ilmu sihir tanpa masuk kedalam kekafiran. Pada malaikat itu

disucikan dari kekafiran, mempelajarinya, dan mengajarkannya. Dan sesungguhnya

Allah tidak menyukai kekafiran kepada hamba-hamba-Nya.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kisah Harut dan Marut diceritakan dari

berbagai jalan hingga mencapai 20 jalan. Walaupun jalan itu banyak, namun tidak

ada satupun yang sampai kepada Rasulullah SAW. Kisah itu ditolak oleh mayoritas

ahli hadits, para hafidz dan mufasirin. Singkatnya, kisah itu bermuara pada dongeng

Israiliyat, sebab tidak ada sebuah hadist pun yang marfu‟ dan sahih yang sanadnya

bersambung kepada Nabi SAW. Orang yang benar, dipercaya, dan maksum yang

tidak akan pernah bertutur berdasarkan hawa nafsu beliau.

Page 57: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

43

a) Kisah Harut dan Marut Menurut Para Ulama

Banyak ilmuan yang meriwayatkan kisah Harut dan Marut dalam versi

israiliyyat para mufassir mengambil riwayat itu, sebagai nara sumber dan menjadikan

referensi dalam tafsir-tafsir mereka, bahkan mereka menafsirkan kalam Allah

dengannya.18

Berikut adalah ringkasan cerita Harut dan Marut dalam versi

Israiliyyat.19

Para malaikat menghalang-halangi manusia untuk dipilihnya manusia

untuk menjadi khalifah di muka bumi dan mengutamakan manusia yang beriman di

atas derajat malaikat.

Allah menerangkan kepada mereka bahwa manusia yang beriman lebih utama

karena pada dirinya ada syahwat dan kecendrungan untuk berbuat maksiat, tapi dia

bersungguh-sungguh untuk mengendalikan hawa nafsunya dan menahannya sehingga

dia dapat beristiqamah dalam ketaatan kepada Allah.

Maka mereka (malaikat-malaikat) berkata, “Jika Engkau jadikan syahwat dalam

diri kami maka kami tidak akan berbuat maksiat”. Maka dipilihlah dua malaikat

diantara mereka untuk menjalani ujian itu, yaitu Harut dan Marut. Allah menjadikat

syahwat pada diri mereka lalu mereka diturunkan ke bumi. Allah melarang mereka

berbuat keji dan maksiat.

18

Dr. Shalah Abdul Fattah al-Khalidy, “Kisah-Kisah al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang

Dahulu”, jilid III, ter. Setiawan budi Utomo, Gema insani Press, 1996, hlm. 18 19

19 Dr. Shalah Abdul Fattah al-Khalidy, “Kisah-Kisah al-Qur’an Pelajaran dari Orang-

Orang Dahulu”, jilid III, ter. Setiawan budi Utomo, Gema insani Press, 1996, hlm. 19-20

Page 58: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

44

Akhirnya, turunlah keduanya di kota Babil dan mereka beribadah kepada Allah.

Hingga suatu hari, mereka melihat seorang wanita yang sangat cantik di kota itu,

bahkan mungkin dialah wanita tercantik. Maka terbesitlah dalam hati keduanya hasrat

dan keinginan terhadap wanita itu.

Mereka merayu wanita itu yang belum menjawab saat pertama kalinya, tetapi

wanita itu memberikan pilihan kepada mereka antara menyembah berhala,

membunuh anak kecil, atau meminum khamar sebelum mereka memiliki wanita itu.

Maka berkatalah mereka, “menyembah berhala adalah perbuatan kufur, memebunuh

anak kecil termasuk dosa besar, sedangkan meminum khamar adalah dosa yang

sangat kecil.” Maka mereka memilih meminum khamar. Setelah meminum khamar

itu, merekapun mabuk, akibatnya mereka lalu membunuh anak kecil dan menyembah

berhala. Kemudian terjerumuslah mereka dalam kekejian bersama wanita itu.

Maka dicabulah ismul a’zam (sifat kemalaikatan) dari mereka yang dulunya

dengan asma itu mereka dapat naik dan terbang ke langit. Kemudian Allah mengubah

wanita itu menjadi bintang yang terang dilangit, dikenal dengan nama al-Zahra,

sebuah bintang yang beredar yang merupakan salah satu dari kumpulan bintang-

bintang di sekitar matahari.

Adapun Harut dan Marut, Allah murka kepada mereka. Karena mereka

terjerumus ke dalam dosa, lalu memberikan pilihan antara azab di dunia dan azab di

akhirat. Maka mereka memilih azab di dunia karena azab di dunia adalah sementara

Page 59: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

45

dan mereka bisa selamat pada hari kiamat nanti. Kemudian digantunglah mereka di

angkasa Babil, yaitu antara langit dan bumi. Mereka tergantung disana sejak saat itu

samapai hari kiamat. Di babilonia, masih saja mereka mengajarkan sihir kepada

manusia walaupun mereka tengah di azab dan digantung dilangit. Setiap orang yang

ingin mempelajari sihir dan mendalaminya akan menemui mereka di kota itu dan

belajar dari kedua malaikat itu.

Kisah Harut dan Marut tidak punya dasar kesahihan, sebagaimana dikatakan

oleh para ahli hadist dan tafsir, sebab tidak ada sebuah hadist yang sampai kepada

Rasulullah SAW, yang mengemukakan hal itu. Kisah itu lemah baik dilihat dari segi

sanad maupun matannya, dan tidak sahih ditinjau dari beberapa segi berikut :

1. Orang-orang beranggapan bahwa Allah menurunkan sihir kepada dua

malaikat, dan sihir itu merupakan kekafiran. Jadi, bagaimama mungkin

Allah mengizinkan para malaikat-Nya yang maksum untuk berbuat kafir

dan mengajarkan sihir dan kekafiran kepada manusia?

2. Sesungguhnya pengalihrupaan manusia menjadi planet merupakan

kejadian yang mustahil dan tidak sejalan dengan Sunnatullah.

3. Kisah tersebut memastikan bahwa Harut dan Marut memilih azab dunia.

Hal ini memastikan bahwa keduanya terus hidup hingga hari kiamat,

sebelum azab dunia terealisasikan dan tuntas dirasakan oleh keduanya.

Dan memastikan bahwa keduanya tetap berada di sumur Babil serta

Page 60: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

46

mengajari manusia sihir bersinambungan. Kesalahan ini dapat ditinjau

dari beberapa sumber berikut:

a. Tidak ada lagi di muka bumi, setelah seratus tahun, orang yang

hidup dipermukaannya pada masa sekarang. Jika berasumsi bahwa

keduanya masih hidup hingga zaman Rasulullah SAW., maka

pastilah bahwa keduanya telah mati setelah seratus tahun. Hal ini

kontradiksi dengan kesenimbungan penyiksaan keduanya yang

berlangsung hingga hari kiamat seperti dikemukakan oleh kisah.

b. Jika tempat keduanya itu menjadi tujuan manusia untuk mempelajari

sihir, niscaya hal itu akan dikenal di Babil yang terletak di Irak.

Namun, hingga sekarang belum ada berita yang sampai kepada umat

Islam ihwal penemuan sumur tersebut atau sekedar beritanya.

4. Kisah ini bersumber dari cerita-cerita Israiliyat dan diri kumpulan cerita

mereka yang paling dusta, sudah sepantasnya kisah seperti ini

ditinggalkan. Para ulama yang konsisten dan mufassirin mengatakan

bahwa kisah ini diceritakan dari para pendeta Yahudi yang harus

didustakan. Boleh jadi, kisah itu sebagai kaum terdahulu, sebagaimana

dikemukakan oleh al-Khatib. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki

dalam bukunya yang berjudul al-Zawajir, memandangan kisah itu ganjil

tanpa dilebih-lebihkan. Al-Qurthubi mengatakan bahwa keseluruhan

kisah itu dhaif. Ibnu umar juga memandangnya ganjil dan tidak

membenarkan satu bagian pun darinya. Al-Khafaji mengatakan bahwa

Page 61: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

47

menurut para ahli hadits, semua sanad kisah itu tidak dapat dipercaya.

Adalah layak bila kisah yang bohong, palsu, batil, dan mengada-ada ini

untuk tidak dihiraukan, dicerikatakan, atau ditulis kecuali untuk tujuan

memperingatkan kepalsuan isinya. Dan ini telah kami lakukan.20

Para penulis barat umumnya, dan misionaris Kristen khususnya, meletakkan

tekanan khusus kepada masalah ini dan kesimpulan yang mereka tarik dari apa yang

diriwayatkan oleh Qur‟an suci tentang Harut dan Marut ialah, bahwa malaikat itu

bukanlah makhluk niskala (immaterial), dan bahwa malaikat itu mempunyai

keinginan seperti manusia. Mereka berusaha untuk membantah seluruh ajaran Qur‟an

tentang malaikat. Sebuah cerita yang tak berlandaskan al-Qur‟an maupun Hadits

sahih. Sebenarnya, al-Qur‟an menyangkal adanya cerita tentang dua malaikat yang

banyak beredar di kalangan kaum Majusi dan kaum Yahudi.

Al-Qur‟an suci menyatakan dengan tegas bahwa Nabi Sulaiman, suci dari

praktek-praktek jahat semacam itu, dan bahwa dongeng tentang dua malaikat

hanyalah isapan jempol belaka. Semua mufasir kenamaan, sama pendapatnya tentang

pernyataan Qur‟an itu. Hadits yang dianggap menguatkan dongeng itu, tak termuat

dalam sunah sittah (enam kitab hadits sahih), melainkan hanya terdapat dalam

Musnad Imam bin Hanbal, dan Musnadnya banyak memuat hadits yang tak sahih.

20

Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Gema Insani Press, Jakarta

1999, hlm. 184-186

Page 62: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

48

Selain itu, hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Qur‟an suci, tak mungkin

diterima begitu saja, hanya dikarenakan adanya dalil yang lemah.21

Beberapa pendapat ulama‟ tentang Harut dan Marut adalah sebagai berikut

sebagaimana yang dikutip oleh Umar Hasyim22

yaitu:

1. Imam Baidlawi, ia berpendapat bahwa cerita Harut dan Marut ini bersumber

dari cerita-cerita Yahudi atau Israiliyat. Padahal menurut sabda Nabi

Muhammad, bahwa bila kita mendengar cerita-cerita Israiliyat, janganlah

kita percaya atau menolak. Karena cerita itu dahulu tidak berdasar dari

wahyu Tuhan kepada Nabi Musa atau kepada Nabi Isa, tetapi hanyalah

cerita dari pendeta jaman Nabi Musa dan Nabi Isa saja.

2. Imam Abu Su‟ud, ia mengatakan bahwa cerita Harut Marut itu tidak dapat

dibenarkan sama sekali, cerita palsu dan sebangsa dongeng saja.

3. Imam Qadli „Iyadl, ia mengatakan bahwa cerita Harut Marut ini tidak ada

keterangan hadits atau sabda Nabi Muhammad, walaupun satu hadits palsu-

pun tidak ada. Apalagi yang menceritakan tentang wanita Persi itu, tidak ada

walaupun satu hadits yang dha‟if sekalipun.

4. Imam Razi, ia mengatakan bahwa wanita Persi juga tidak ada keterangan

sama sekali. Pada umumnya para ulama‟ tidak setuju akan adanya cerita

21

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Din al- Islam), Terj R. Kaelani & Bachrun.,Ichtiar

Baru Van Hoeve, hlm. 119 22

Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan

Azimat, hlm. 175-176

Page 63: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

49

Harut Marut yang disiksa karena keduanya berbuat salah. Hal ini tidaklah

benar.

5. Maulana Muhammad Ali, ia menceritakan bahwa ada cerita yang telah

diketahui dan dipercayai menjadi cerita rakyat, yaitu tentang adanya dua

orang malaikat yang bernama Harut dan Marut yang durhaka kepada

Tuhannya (sesuai dengan cerita ayat 102 surat al-Baqarah). Kemudian

kedua malaikat itu ditendang, sehingga kakinya berada di atas dan

kepalanya berada di bawah, yaitu di tanah Babil.

Ini artinya adanya cerita malaikat Harut dan Marut adalah dongeng yang

disertakan di dalam kitab-kitab tafsir saja dan sebenarnya dongeng tersebut berasal

dari cerita Israiliyat atau cerita pada zaman Majusi dari bangsa Parsi yang

menyembah api, lantas dongeng in dimasukkan ke dalam cerita Islam. Oleh

karenanya al-Qur‟an menyitir adanya cerita ini adalah bohong serta menjelaskan

bahwa bahwa Harut dan Marut tidak mengajarkan ilmu sihir kepada rakyat.

b) Sihir Menurut Para Ulama

Sebenarnya Islam dalam kaitannya dengan ilmu sihir23

adalah sangat hati-hati

dan memperingatkan kepada umat manusia untuk tidak menyentuhnya karena ia

merupakan praktek dari jin dan setan.

23

Sihir memang mempunyai fungsi memalingkan sesuaatu dari hakekatnya kepada selainnya.

Dalam pengertian syara‟ sihir adalah perkara-perkara luar biasa atau supra natural yang dilakukan oleh

orang-orang tertentu (para tukang sihir) dengan bantuan jin-jin jahat, kafir dan setan, sehingga jin dan

Page 64: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

50

Hal ini dapat dilihat dari hakekat sihir, yang mempunyai banyak pemahaman,

yaitu:

1. Sihir berarti tipuan-tipuan dan khayal-khayal atau gambaran-gambaran yang

hakekatnya tidak ada sama sekali, sebagaimana yang biasa dikerjakan oleh

para tukang sulap saja.

2. Sihir berarti sesuatu yang dihasilkan oleh para hasilnya dengan pertolongan

atau bantuan setan-setan dengan jalan memuaskan maksud setan, atau

dengan jalan menyembah, merendahkan diri atau menghanturkan sesaji

yang menjadi syarat-syarat setan.

3. Sihir berarti tiap sesuatu yang halus dan tersembunyi tempat

pengambilanya.

Setan menipu kepada pandangan mata manusia, seakan-akan sihir itu nyata

adanya, tetapi sebenarnya hanyalah tipuan pandangan mata saja. Atau memang benar

ada sesuatu kekuatan yang bernama sihir itu, tetapi hal ini tidak lain adalah sebagai

bantuan tenaga dan bantuan kekuatan dari setan kepada kekasihnya saja, yaitu

manusia yang menginginkan akan ilmu tersebut.

Adapun hubungan nabi sulaiman dengan sihir, sehingga orang yahudi menuduh

Nabi Sulaiman yang mempraktekkan ilmu sihir, dan semua kerajaan Nabi Sulaiman

setan merupakan faktor utama dalam sihir. Lihat dalam Asyharie & Anwar Nuris, Bersahabat Dengan

Makhluk Halus, Putra Pelajar, t.tp., 2001, hlm. 171 Dan untuk melihat perkembangan sihir dan

sejenisnya dapat dibaca dalam Firmansyach Maulana H, Merambah Dunia Ghaib, Putra Pelajar,

Surabaya, 2003, hlm. 104-106

Page 65: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

51

dipeoleh berkat ilmu sihir tersebut. Imam al-Thabari meriwayatkan, telah

menceritakan kepada kami al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Husain al-

Hajjaj, dari Abu Bakar, dari Syahr ibn Hausab yang menceritakan ketika kerajaan

Nabi Sulaiman, syaitan-syaitan mencatat ilmu sihir. Syaitan-syaitan tersebut mencatat

bahwa barang siapa yang hendak melakukan anu dan anu, hendaklah ia

memebelakang matahari dan mengucapkan mantra ini dan itu. Syaitan-syaitan itu

mencatat semua dan menamakan catatannya itu dengan suatu judul, yaitu: “Inilah

yang dicatat oleh Asif ibn Barkhia24

buat raja Sulaiman.

Ketika nabi sulaiman mengetahiu kitab catatan itu, maka ia menguburkannya di

bawah kursi singgasanya. Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia, kitab catatan itu

ditemukan oleh orang yahudi. Maka mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya

Sulaiman itu seorang penyihir. Inilah sihirnya. Dengan sihir ini kita dikalahkan dan

dengan sihir ini kita diperbudak. Orang-Orang yang beriman mengatakan, “Tidak,

bahkan dia seorang nabi lagi mukmin.

Beberapa ayat Al-Qur‟an disebutkan, bahwa orang-orang kafir juga menuduh

kepada Rasulullah SAW. sebagai seorang pendusta. Tuduhan orang kafir kepada

Rasul, bahwa beliau sebagai seorang pendusta itu dinyatakan didalam Al-Qur‟an

dengan kata-kata ejekan terhadap Rasul yang sangat sinis, sebagai sahir yakni tukang

tenung atau tukang sihir. Artinya, orang kafir. yang mengejek Nabi Muhammad saw.

bahwa beliau seorang sahir, padahal artinya sahir itu adalah tukang sihir atau tukang

24

Adalah sekretaris Nabi Sulaiman

Page 66: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

52

tenung, yang pada waktu itu, sebutan sahir adalah merupakan sebutan yang hina,

karena dibangsakan sebagai pembohong, tukang pembuat kepalsuan dan pendusta

artinya sebutan yang amat jelek sekali.

Jadi kesimpulannya, di dalam kalangan orang-orang kafir sendiri, sihir itu sudah

dikatakan atau dianggap sebagai perbuatan yang tidak baik, dibuat bahan ejekan yang

dialamatkan kepada Nabi Muhammad saw.25

Berkaitan dengan sihir ini, Abu Hanifah berpendapat bahwa tukang sihir itu

harus dibunuh, hal ini bila diketahui bahwa ia benar-benar melakukannya sebagai

tukang sihir, baik menurut pengakuannya sendiri ataupun dari beberapa saksi yang

menyatakan bahwa dia adalah tukang sihir, dengan mengemukakan sifat-sifat yang

munjukkan identitasnya sebagai bukti bahwa dia benar-benar tukang sihir. Tukang

sihir yang mengikrarkan bahwa dirinya telah bertaubat dan tidak akan melakukan

perbuatan itu lagi tidak dapat diterima, sehingga dia harus dijatuhi hukuman atau

sanksi. Tetapi kalau dia pernah mempraktekkan sihirnya hanya sekali saja, kemudian

ia telah meninggalkan bertahun-tahun lamanya, maka pernyataan dan pengakuannya

itu dapat diterima sehingga tidak boleh dibunuh.26

25

Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan

Azimat, hlm. 141-142 26

Firmansyach Maulana H, Merambah Dunia Ghaib, Putra Pelajar, Surabaya, 2003, hlm.

227-228

Page 67: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

53

Dalam menanggapi masalah mempelajari ilmu sihir, ada beberapa pendapat

para ulama sebagaimana yang dikutip oleh M.A. Asyharie dan Anwar Nuris MS27

antara lain:

1. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa mempelajari ilmu sihir itu adalah suatu

kekafiran. Karena berdasarkan firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat

102 yang artinya: “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab

itu janganlah kamu kafir.”

2. Ibnu Qudamah berpendapat bahwa mempelajari sihir dan mengajarkannya

adalah haram,sebagaimana pendapat para ulama madzhab Hambali yang

mengatakan bahwa tukang sihir itu kafir karena dia mempelajari dan

melakukannya, baik ia meyakini keharamannya atau kebolehannya.

3. Abu Abdullah al-Razi menjelaskan bahwa mengetahui sihir itu tidak buruk

dan juga tidak dilarang. Para ulama sepakat dalam masalah ini karena dzat

ilmu sendiri adalah mulia, seandainya sihir itu tidak diketahui niscaya tidak

dapat dibedakan antara sihir dan Mukjizat, sedangkan mereka mengetahui

bahwa Allah merupakan pemberi Mukjizat adalah wajib. Sementara itu juga

ada kaidah yang mengatakan : “Apa yang menjadi suatu kewajiban

tergantung kepadanya maka sesuatu itu menjadi wajib.” Ini berarti bahwa

mendapatkan ilmu pengetahuan tentang sihitr adalah wajib. Jika ia

27

M.A. Asyharie dan Anwar Nuris MS., Bersahabat dengan Makhluk Halus (Malaikat dan

Jin), Putra Pelajar, Surabaya, 2001, hlm 178-181

Page 68: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

54

merupakan suatu yang wajib maka bagaimana bisa dikatakan haram dan

buruk.

4. Al-hafizh Ibnu Katsir menanggapi pendapat yang dikemukakan Abu

Abdullah al-Razi, dimana pendapatnya perlu ditinjau dari beberapa aspek :

Pernyataanya bahwa mengetahiu sihir itu tidak buruk, jika yang dimaksud

tidak buruk itu menurut akal. Para penentang dari kaum Mu‟tazilah telah

menyanggah hal ini, jika yang dimaksud tidak buruk itu menurut syariat.

Kemudian Al-Razi berpendapat bahwa mempelajari sihir wajib hukumnya

dengan dalih tidak bisa diketahui Allah sebagai pemberi Mukjizat kecuali

dengan mengetahui sihir. Menurut Ibnu Katsir ini adalah dalih yang sangat

lemah bahkan rusak, karena kebanyakan mukjizat Rasulullah SAW. adalah

Al-Qur‟an yang tidak dapat dimasuki oleh kebatilan baik dari arah depan

maupun arah belakangnya. Ia diturunkan dari yang Maha Bijaksana Lagi

Maha Mulia. Kemudian mengetahui bahwa Allah adalah Pemberi Mukjizat

tidak tergantung sama sekali terhadap pengetahuan tentang sihir.

5. Abu Hayan, menurutnya hukum mempelajarinya ialah jika diantara sihir itu

mengagungkan selain Allah seperti bintang-bintang dan setan-setan

menambahkan kepada apa yang telah diberitakan oleh Allah maka secara

ijma dinyatakan kafir, tidak boleh dipelajari dan tidak beleh diamalkan.

Demikian pula jika tujuan mempelajarinya adalah untuk menumpahkan

darah dan meceraikan suami istri atau merusak hubungan persaudaraan. Jika

tidak diketahui adanya sesuatu dari apa yang disebutkan diatas tetapi ada

Page 69: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

55

kemungkinannya, maka jelas tidak dibolehkan mempelajarinya dan

mengamalkanya. Jika termasuk jenis sihir pengelabuan, kejahatan dan

pendukunan maka tidak dibenarkan mempelajarinya, karena termasuk

kebatilan. Jika tujuannya bermain-main dan menghibur orang melalui

kecepatan sulapnya maka yang demikian dinyatakan makruh.

Manusia akan mengetahui hakikat sihir dan mukjizat, yang sama-sama

mempunyai kekuatan supranatural. Harut dan Marut tidaklah mengajarkan sihir

kepada seorangpun, demikian juga ciri-ciri dan tidak membuka identitas dari sihir itu

sendiri sebelum mereka mengatakan ini semua adalah hanya cobaan bagi kalian

semua, sehingga jika dipergunakan untuk maksiat dan berbuat kerusakan maka

jauhilah.28

Menurut Penulis dari berbagai pendapat ulama tentang sihir, Penulis lebih

cendrung ke pendapat Abu Hayyan, yang menjelaskan bahwa hukum.mengetahui

sihir itu tidak buruk dan juga tidak dilarang.

Para ulama sepakat dalam masalah ini karena dzat ilmu sendiri adalah mulia,

seandainya sihir itu tidak diketahui niscaya tidak dapat dibedakan antara sihir dan

mukjizat, sedangkan mereka mengetahui bahwa Allah merupakan pemberi Mukjizat

adalah wajib.

28

Fakhruddin al-Razy, Tafsir al-Kabir, Jilid III., Dar ll-Fikr, Beirut, t.th hlm.239

Page 70: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

56

BAB IV

ANALISA KOMPARATIF IMAM ATH-THABARI DAN WAHBAH AL-

ZUHAILI

Al-Qur‟an adalah kumpulan ayat. Ayat pada hakikatnya adalah tanda dan

syimbol yang tampak. Namun, simbol tersebut tidak dapat dipisahkan dari sesuatu

yang lain yang tidak tersurat, tetapi tersirat dan hubungan antara keduanya terjadi

sedemikian rupa, sehingga bila tanda dan symbol itu difahami oleh pikiran, maka

makna yang tersirat insya Allah akan dipahami oleh pikiran, maka makna yang

tersirat insya Allah akan dipahami pula jiwa seseorang,

Disini penulis akan membandingkan penafsiran kedua mufassir yaitu Imam

al-Thabari dan Wahbah al-Zuhaili. sebelum mengetahui perbandingan antara kedua

mufassir, penulis harus terlebih dahulu mengetahui penafsiran keduannya tentang

Harut dan Marut dalam Surah al-Baqarah ayat 102 yang akan dibahas dibawah ini:

56

Page 71: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

57

“Dan Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan

Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),

padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah

yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan

apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan

Marut sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum

mengatakan: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah

kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan

sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) denga istrinya. Dan

mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang

pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka memperlajari sesuatu yang memberi

mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka

telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya ( kitab Allah) dengan sihir

itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka

menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Q.S: al-Baqarah ayat

102).1

1 Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Pustaka Magfirah,

Jakarta ,2006, hlm. 16.

Page 72: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

58

A. Penafsiran Imam al-Thabari tentang Harut dan Marut dalam Surat al-

Baqarah Ayat 102

Dalam tafsirnya Imam Al-Thabari menjelaskan bahwa “maa" dalam firman

Allah wamā unzila ala al malakaini adalah memiliki arti alladzi (yang) keduanya

merupakan kata penjelas dari dua malaikat. Pendapat ini dinisbahkan al-Thabari

kepada Abdullah bin Mas‟ud, Qatadah, al-Zuhri al-Suddi, yunus dan yang lainnya.2

Jika dikatakan kepada kami: apakah boleh bagi Allah untuk menurunkan sihir atau

apakah boleh bagi malaikat untuk mengajarkan sihir kepada manusia?

Maka kami akan katakan: Allah telah menurunkan yang baik dan buruk secara

keseluruhan, dan Allah menjelaskan semuanya kepada hamba-hamanya, Allah

menurunkan wahyu kepada rasul-rasulnya, dan memerintahkan kepada mereka untuk

mengajarkan kebenaran kepada makhluk-Nya, dan memberitahukan apa yang

dihalalkan dan diharamkan atas mereka , seperti zina, mencuri dan semua maksiat

yang telah diberitahukan kepada mereka dan dilarang untuk melakukannya, maka

sihir adalah salah satu maksiat yang telah Allah beritahukan kepada mereka dan

dilarang untuk dikerjkan.

Mengetahui ilmu sihir tidak berdosa, sebagaimana tidak berdosa jika kita

mengetahui cara membuat khamer atau memahat patung dan membuat tabuh-tabuhan

serta mainan, akan tetapi adalah dosa bagi yang mengerjakannya. Demikian halnya

2 Abu Jakpar Muhammad ibn Jarit Ath-tabari, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam,

2007, hlm. 305.

Page 73: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

59

tidak berdosa mengetahui ilmu sihir, akan tetapi yang berdosa adalah yang

mengerjakannya dan mempergunakannya untuk mencelakakan manusia tanpa hak.

Dan tidaklah Allah menurunkannya kepada malaikat dan juga pengajaran malaikat

kepada manusia sebagai perbuatan dosa, karena pengajaran mereka kepada mereka

yang belajar adalah dengan izin Allah kepada keduanya untuk mengerjakannya

setelah mereka memberitahukan bahwa ini adalah fitnah belaka.

Dan melarang sihir serta mengamalkannya dan melarang kekafiran dan bahwa

yang berdosa adalah yang belajar dari keduanya dan mengamalkannya karena Allah

telah melarang mempelajarinya dan mengamalkannya, dan seandainya Allah

membolehkan kepada keturunan adam untuk mempelajarinya, maka mempelajarinya

bukanlah suatu kesalahan, sebagaimana tidak menjadi dosa bagi kedua malaikat itu

mengetahuinya, karena ilmu keduanya tentang sihir adalah melalui wahyu yang

diturunkan kepada keduanya.3

Dan Abu Ja‟far juga menambahkan jika apa yang kami katakan belum jelas

kemudian mengatakan: Bagaimana dapat dipahami bahwa malaikat dapat

mengajarkan manusia untuk memisahkan antara suami dan istri? Atau bagaimana

diperbolehkan menisbatkan kepada Allah bahwa Allah menurunkan sihir kepada

kedua malaikat?

3Abu Jakpar Muhammad ibn Jarit Ath-tabari, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam,

2007, hlm. 305.

Page 74: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

60

Jawabannya: sesungguhnya Allah Azza wa jalla memberitahukan kepada

hambanya segala apa yang diperintahkan kepadanya dan yang dilarang, kemudian

memerintah dan melarang, setelah mereka mengetahui apa yang diperintahkan dan

apa yang dilarang kepada mereka. Jika tidak seperti itu, maka perintahnya dan

larangan itu tidak akan bisa difahami, dan sihir termasuk apa yang dilarang dari

hambanya dari keturnan adam, maka tidak dipungkiri bahwa Allah ta’ala

mengajarkan kepada kedua malaikat yang namanya tercantum di dalam al-Qur‟an dan

menjadikan keduanya cobaan bagi manusia sebagaiman diberitahukan tentang

keduanya berkata kepada yang mempelajari sihir: innamā nahnu fitnatun falā takpur

untuk menguji hambanya dengan keduanya dari apa yang Allah larang tentang

memisahan antara suami dan istrinya dan perbuatan sihir, untuk membersihkan orang

yang beriman dengan meninggalkannya belajar dari keduanya, dan untuk

menghinakan orang kafir karena mempelajari sihir dan kekafiran dari keduanya.

Maka kedua malaikat itu ketika mengajarkan kepada orang yang mereka ajar karena

ketaatanya kepada Allah, karena keduanya mempelajari dan mengajarkannya dengan

izin dari Allah.4

Harut dan Marut adalah malaikat yang diturunkan oleh Allah sebagai ujian

dan cobaan bagi manusia saat itu. Keduanya mengajarkan sihir, dengan maksud agar

orang-orang dapat membedakan mana sihir dan mana mukjizat. Hal ini penting

4Abu Jakpar Muhammad ibn Jarit Ath-tabari, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam,

2007. Hlm. 309.

Page 75: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

61

mengingat sihir di daerah Babil saat itu sudah sangat membudaya dan membesar,

sehingga mereka tidak dapat lagi memebedakan yang mana mukjizat dan sihir.

Mereka menganggap para nabi yang diutus bukan sebagai nabi akan tetapi

tukang sihir. Allah lalu menurunkan dua Malaikat Harut dan Marut sebagai ujian bagi

manusia saat itu. Mereka yang beriman akan tetap kokoh dengan keimanannya, dan

mereka tidak beriman akan terperdaya dalam sihir tersebut. Pendapat ini mengatakan,

bahwa kata Harut dan marut merupakan badal dari kata Malakain, yang berarti dua

malaikat dalam pengertian sebenarnya. Ibn katsir dalam tafsirnya juga mengatakan,

pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama salaf, termasuk juga sebagian besar

mufassirin, baik dahulu maupun yang belakangan.5

Turunnya kedua malaikat tersebut yang sudah diberi nafsu syahwat, maka

pada hakekatnya adalah sudah mempunyai sifat kemanusiaan. Walaupun di satu sisi

mereka masih mempunyai kekuatan alam malaikat, karena ia diciptakan dari unsur

malaikat (nur/cahaya), akan tetapi karena keduanya sudah turun ke dunia yang

merupakan alam materi, mau tidak mau mereka harus bermetamorfosis menjadi

manusia pada umumnya.

5 Abi Fida‟ al-Hafidh Ibn Katsir al-Dimisyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Juz I, al-Nur al-

„Alamiyah, Beirut, t.th., hlm. 131

Page 76: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

62

Hal ini mengandung konsekwensi bahwa mereka juga butuh makan, minum,

pemenuhan kebutuhan rohani, dan tak kalah penting pemenuhan kebutuhan biologis.

Dengan demikian sifat-sifat basyariyah yang ghaib dimiliki oleh manusia pada

umumnya, mereka harus sudah memilikinya. hārūt dan mārūt di satu sisi mempunyai

sifat kemalaikatan (karena dibuat dari unsur nur) akan tetapi juga mempunyai unsur

manusia, sehingga ketika mereka membutuhkan untuk berkonsultasi atau meminta

informasi tentang dunia malaikat maka mereka bisa mendapatkannya, karena sifat

kemalaikatannya menyatu (inheren) dalam dirinya.

Al-Razi dalam hal ini menyatakan sebagaimana yang disitir oleh Muhammad

Hasbi Ash-Shiddieqi bahwa karena tukang-tukang sihir itu telah membuka beberapa

pintu sihir yang ganjil, bahkan mereka mengaku dan mendakwakan dirinya menjadi

Nabi, dengan mengatakan bahwa pekerjaan aneh yang mereka buat dengan kekuatan

sihir adalah mukjizat. Maka Allah mengutus dua orang malaikat (hārūt dan mārūt.)

untuk mengajari manusia tentang hal sihir dan macamnya. Maksud pengajaran itu

adalah untuk melawan dan meruntuhkan pendakwaan tukang sihir yang telah

mangaku sebagai Nabi dan untuk menegaskan kepalsuan mereka yang telah

merajalela di muka bumi.

Kedua malaikat tersebut apabila hendak mengajari ilmu sihir selalu memberi

nasihat, dan mengatakan bahwa mereka ditugaskan untuk menguji mana manusia

Page 77: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

63

yang baik dan tidak serta mengingatkan kepada murid-muridnya bahwa janganlah

sekali-kali kalian pergunakan sihir untuk keburukan.6

Al-Qur‟an menyebut kata hārūt dan mārūt hanya pada satu tempat, yaitu pada

surat al-Baqarah: ayat :102. Harut dan Marut sebagaimana yang disebut dalam ayat

tersebut adalah bagian dari malaikat langit, dimana keduanya diturunkan kedunia ini

berkaitan dengan maraknya praktek sihir pada zaman Nabi Sulaiman. Mereka berdua

tidaklah mengajarkan amalan sihir, melainkan mereka turun memberikan peringatan.

At-Thabathabai menjelaskan bahwa keberadaan dua malaikat tersebut adalah

untuk menepis bahwa apa yang terjadi pada Sulaiman yang menguasai jin, manusia,

angin dan sebagainya adalah karena sihir. Padahal apa yang terjadi pada Nabi

Sulaiman adalah mukjizat yang telah diberikan Allah kepadanya. Sedangkan

turunnya hārūt dan mārūt adalah untuk mengajarkan ilmu sihir, sehingga masyarakat

tahu mana yang disebut mukjizat dan mana yang disebut dengan sihir. Bagaimana

mungkin Sulaiman melakukan sihir, yang mana sihir tersebut merupakan bentuk

kekufuran kepada-Nya. Hal ini disebabkan bahwa Sulaiman adalah ma‟shum atau

terjaga. Demikianlah mengapa Harut dan Marut diutus ke muka bumi ini, yaitu hanya

sebagai ujian bagi manusia dengan statusnya sebagai guru dalam ilmu sihir.7

6 Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, al-Islam II, Pustaka Rizki, Semarang, 2000, hlm. 203

7 Muhammad Husain at-Thabathabi, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz I, t.tp., Beirut, t.th. hlm.

232

Page 78: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

64

Al-Maraghi berpendapat bahwa ayat di atas berbicara tentang tuduhan

terhadap Sulaiman yang dalam memperoleh kekuasaannya melalui sihir serta sihir

pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat hārūt dan mārūt.. Hal ini karena orang-

orang pada waktu Nabi Sulaiman mengira bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil

dari sihir, padahal apa yang diberikan Allah kepadanya adalah mukjizat.

Kecurigaan masyarakat diperparah pasca meninggalnya Nabi Sulaiman

dengan isu dari tukang sihir yang mendapatkan informasi dari setan bahwa semasa

Nabi Sulaiman hidup, sihir adalah dilarang, demikian juga dengan karya-karya yang

menunjukkan praktek sihir dikumpulkan atau disita dan ditanam dalam singgasana

Sulaiman. Dari peristiwa tersebut setan menghembuskan berita bahwa Nabi Sulaiman

tempo dulu adalah belajar dari sihir ini, dan buktinya adalah di bawah singgasananya

ada beberapa karya yang berkaitan dengan sihir. Dengan datangnya Harut dan Marut

yang membawa sihir adalah sebagai ujian kepadanya dan kepada yang mereka ajari.

Ia menyatakan sesuai dengan pengertian lahiriyah, ayat 102 surat al-Baqarah

menunjukan bahwa apa yang diturunkan kepada Harut dan Marut bukanlah ilmu sihir

tetapi sejenis ilmu sihir.

Keduanya mendapat ilham dan petunjuk tentang ilmu sihir tanpa seorang pun

mengajar. Hal ini untuk menjaga kemuliaan malaikat. Malaikat yang diturunkan ke

muka bumi dengan pakaian manusia yang shaleh serta penuh wibawa adalah untuk

mentransformasikan sifat ruhaniyahnya malaikat supaya dapat dicerna oleh indera

(kondisi manusia yang materi) manusia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan

Page 79: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

65

adanya sihir ini manusia tidak boleh kufur atau ingkar demikian juga dengan

mengamalkannya adalah larangan keras, kecuali dalam keadaan terpaksa demi

keselamatan jiwa.8

Muhammad Quraish Shihab berpendapat didalam tafsirnya bahwa setelah

kematian Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israil terbagi dua. Yang pertama adalah

kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi‟am dengan ibu kota Yerusalem.

Sedangkan kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbiam putra Banath, salah seorang anak

buah Nabi Sulaiman yang gagah berani dan diserahi oleh beliau kekuasaan yang

berpusat di Samirah. Tetapi masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran

agama.

Terjadi persaingan antara kedua kerajaan itu, tentu saja putra Sulaiman

mengandalkan dirinya sebagai anak seorang Nabi yang memiliki nama yang sangat

harum dimasyarakat. Sedangkan musuh-musuhnya berusaha memperkecil keutamaan

ini dan menyebarkan isu negatif dan kebohongan atas Nabi Sulaiman seperti bahwa

dia telah kafir dan kekuasaan yang sedemikian besar adalah karena sihir, agar nama

baik Nabi Sulaiman dan anaknya ikut tercemar. Mereka itulah yang dimaksud oleh

ayat 102 surat al-Baqarah ketika menyatakan bahwa mereka mengikuti apa yang

dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman, yakni kitab Allah mereka

tinggalkan, lalu mereka membaca kitab setan. Mereka menuduh Nabi Sulaiman yang

8 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, CV. Toha Putera, Semarang, 1992, hlm.

181

Page 80: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

66

mendapat anugerah kekuasaan dari Allah dengan mengatakan bahwa Nabi Sulaiman

telah kafir dan mengajarkan sihir, padahal Nabi Sulaiman tidak kafir juga tidak

menggunakan sihir tetapi setan-setan yang kafir dan menggunakan sihir serta mereka

mengajarkan manusia tentang sihir.

Orang-orang Yahudi juga mengikuti sihir yang diajarkan oleh dua malaikat

yang merupakan hamba-hamba Allah yang tercipta dari cahaya dan hanya taat

kepada-Nya. Mereka berdua adalah Harut dan Marut, yang ketika itu di negeri Babil,

satu kota populer pada masa lampau di wilayah timur sekitar dua ribu tahun sebelum

masehi. Keduanya memang mengajarkan sihir, tetapi berbeda dengan setan dan juga

berbeda dengan orang-orang yahudi yang mengikuti setan. Keduanya tidak

mengajarkan sesuatu kepada seorang pun sebelum mengatakan : “Sesungguhnya

kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kafir”.9

Dari ayat 102 surat al-Baqarah diatas dapat difahami bahwa asal usul sihir itu

bermula dari Harut dan Marut. Keduanya tahu tentang sihir, dan mengajarkannya

kepada manusia, tetapi mereka tidak mengajarkannya, kecuali setelah memberitahu

sisi positif dan sisi negatifnya. Perhatikan bagaimana mereka berkata: “sesungguhnya

kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Ini berarti, ia tidak

menganjurkan mempelajarinya berbeda dengan setan karena itu pula sangat

diragukan kebenaran siapa yang berkata: “saya mempelajari sihir untuk

9 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an),

Lentera Hati, Jakarta, cet. I, 2000, hlm. 266-267.

Page 81: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

67

menggunakannya dalam kebaikan”. Boleh jadi ia tulus saat mengucapkan, tetapi

setelah menguasainya, setan akan datang untuk menggoda. Seorang yang memiliki

senjata, lebih mudah menganiaya daripada yang tidak memilikinya. Begitulah

keadaan manusia yang mengetahui sihir, dan karena itu, Harut dan Marut

mengingatkan, bahwa mereka adalah cobaan. Cobaan menyangkut mempelajarinya

dan cobaan pula ketika telah menguasainya, apakah digunakan dalam kebaikan atau

sebaliknya.10

Cobaan itu juga bertujuan untuk membedakan yang taat dan yang durhaka,

serta untuk membuktikan bahwa sihir berbeda dengan mukjizat. Karena itu para

penyihir bukanlah Nabi, dan karena itu pula jangan gunakan sihir yang dapat

menyesatkan dan merugikan kalian, Demikian nasehat hārūt dan mārūt.. Tetapi

diantara yang diajarkan itu ada yang membangkang dan enggan mengikuti nasehat.

Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka

dapat menceraikan antara seseorang dengan pasangan suami isteri.11

Al-Zamakhsyari menegaskan bahwa datangnya kedua malaikat yang

mengajarkan sihir adalah ujian dari Allah bagi manusia, barang siapa yang yang

mempelajarinya dan mengamalkannya, maka orang tersebut termasuk dalam

golongan orang kafir. Demikian sebaliknya jika ada orang yang menjauhi atau

10

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an),

Lentera Hati, Jakarta, cet. I, 2000, hlm 267 11

Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-

Qur’an As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati, Jakarta,

2000, hlm 163

Page 82: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

68

mempelajari sihir dan tidak mengamalkannya maka orang tersebut masuk kategori

muslim. Lebih lanjut al-Zamakhsyari menyatakan dengan mengutip qira‟ah Hasan

bahwa jika kata al-malakain dibaca kasrah lamnya, maka artinya adalah kedua orang

yang datang dari negeri Babil, sehingga ia lebih cenderung mengomentari eksistensi

sihir dari pada Harut dan Marut, karena apa yang dibawa (sihir) oleh kedua malaikat

adalah lebih penting dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia.12

Turunnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir, maka yang menjadi

pertanyaan adalah bagaimana mungkin Allah memerintahkan malaikat untuk

mengajari manusia ilmu sihir ?. Menanggapi hal tersebut, al-Thabari menyatakan

bahwa Allah menurunkan kebaikan dan kejahatan adalah bersama-sama, akan tetapi

Allah tetap menjelaskan dengan diutusnya para Rasul yang menunjukkan mana yang

halal dan mana yang haram, semisal: zina, mencuri dan sejenisnya. Dan sihir adalah

satu di antara yang dilarang Allah dan telah diberitahukan bahwa larangan keras bagi

yang melaksanakannya.

Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa ilmu sihir adalah tidak berdosa,

adapun yang menyebabkan dosa adalah dengan mengamalkannya. Sehingga benar

apa yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut sebelum mengajarkan ilmu sihir,

mereka mengatakan dengan: innamā nahnu fitnatun falā takfur. Inilah bentuk dari

ketaatan malaikat bahwa dengan diturunkannya di dunia adalah sebagai ujian.

12

Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-Khawarizy, al-Kasysyaf, Dar alFikr,

Beirut, t.th., hlm. 301

Page 83: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

69

Pertentangan antara kebaikan dan kejelekan seseorang dalam berprilaku dapat

bercermin dari argumen tentang eksistensi makhluk halus, di antaranya adalah

malaikat dan setan, dua simbol yang bertentangan. Di satu sisi malaikat adalah

makhluk gaib yang murni mewakili aspek kebaikan murni dari eksistensi, sementara

setan dan kaki tangannya mewakili aspek kejahatan murni. Tuhan itu tunggal dan tak

terbatas, tidak memiliki sifat yang berlawanan, semua makhluk lainnya memiliki sifat

kebalikan, karena itu malaikat mewakili aspek baik manusia sementara setan

mewakili aspek buruk manusia. Malaikat mengajak manusia menuju aspek spriritual

murni atau kemalaikatan manusia, sementara setan menggoda menuju kejahatan.

Pertentangan hal itu, baik dalam diri manusia dan di alam semesta, terus berlangsung

sejak adanya eksistensi. Setiap orang merasakan stimulus ke arah baik dan buruk

pada waktu yang bersamaan. Stimulus ke arah kebaikan berasal dari malaikat atau

jiwa manusia yang bersih, sedangkan stimulus ke arah kejahatan berasal dari setan

yang bersama dengan jasmani manusia, yang mewakili aspek binatangnya.13

Oleh sebab itu manusia harus berjuang keras dengan jiwa yang mendorong

kepada kejelekan. Kalau malaikat memberi petunjuk yang benar dan memberi

inspirasi kepada manusia dengan keimanan, tingkah laku yang baik serta kebajikan.

Dan mengajak manusia melawan godaan setan. Begitu juga nafsu jelek berusaha

membujuknya untuk berbuat keburukan. Bukankah kehidupan seseorang merupakan

sejarah pertentangan terus menerus antara inspirasi malaikat dan godaan setan ?.

13

Muhammad Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman dengan Mempelajari Tanda-Tanda

Kebesaran-Nya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 39

Page 84: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

70

Inilah sebabnya manusia bisa berangkat kepada ke tempat yang paling tinggi atau

terbuang ke tempat yang paling rendah. Juga, inilah sebabnya mengapa posisi

manusia, para Nabi dan orang suci besar, berada di tingkatan yang lebih tinggi

daripada malaikat terbesar. Juga, walaupun malaikat memiliki pengetahuan tentang

Allah dan Asmaul Husna serta sifat-sifat-Nya melebihi manusia, tetapi manusia bisa

bercermin atas Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang lebih komprehenship karena

ada indera-indera manusiawi yang lebih maju, kemampuan berefleksi dan bawaan

manusia yang kompleks.14

Allah mempunyai kekuasaan yang tak terhingga dan tak terdeteksi

sebelumnya, maka membuat suatu yang tidak mungkin menjadi mungkin adalah

sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan secara dalil rasionalitas, mereka tidak akan

menolak sesuatu yang telah terjadi pada mereka yaitu perbuatan maksiat kepada

Allah, karena Dia telah telah menjadikan apa-apa yang berlawanan dengan tugas

mereka (dengan ketaatan malaikat untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan

tidak melaksanakan larangan-Nya) dengan pemberian nafsu syahwat, karena

kekuasaan Allah mampu berbuat apa saja yang diperkirakan manusia, akan tetapi

terjadinya hal yang mungkin seperti itu adalah rahasia-Nya.15

14

Muhammad Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman dengan Mempelajari Tanda-Tanda

Kebesaran-Nya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 . 70-71 15 Muhammad Bayumi, Malaikat Langit dan Bumi, Terj. FSI Himaka, Cendekia Sentra

Muslim, Jakarta, 2000, hlm. 49

15 Abi Fida‟ al-Hafidzh Ibn Katsir al-Dimisyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Juz I, al-

Nur al-‘Alamiyah, Beirut, t.th., hlm. 131

Page 85: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

71

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Ibnu Katsir bahwa malaikat adalah

terjaga dari hal-hal yang tercela dan dosa (ma’shum), akan tetapi berkaitan dengan

peristiwa Harut dan Marut adalah suatu pengecualian dari kekuasaan Allah. Hal

tersebut sama sebagaimana yang terjadi pada Iblis yang disuruh untuk menghormat

kepada Adam, akan tetapi tidak mau melaksanakannya, sehingga akhirnya dilaknat.16

Dari keterangan ayat 102 Surat al-Baqarah tersebut dapat diambil makna

tersurat dan tersirat yaitu:

1. Sihir adalah memang ada, bukan suatu khayalan yang benar-benar terjadi. Sihir

dihasilkan oleh jampi-jampi dan mantra atau sumpah-sumpah yang dibacakan

oleh setan pada masa kerajaan Sulaiman, sedangkan Sulaiman adalah Nabi dan

bukan sekedar raja. Dia bukanlah seorang yang kafir dan bukan seorang tukang

sihir (sebagimana yang didakwakan setan kepadanya). Segala binatang yang

tunduk dan patuh kepada Sulaiman bukan karena kepandaiannya dalam sihir,

tetapi karena Allah telah memberi mu‟jizat.

2. Orang-orang Yahudi yang menentang ajaran Sulaiman berkata bahwa Sulaiman

bukanlah Nabi melainkan hanya seorang raja belaka, raja segala makhluk.

Sulaiman dianggapnya dapat menjinakkan jin dan dari jin serta setan itulah

Sulaiman berguru sihir. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Hal ini disangkal

Page 86: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

72

dalam firman Allah yang artinya bahwa setan-setan itulah yang kafir dan mereka

yang mengajarkan sihir kepada manusia.

3. Bahwa sesungguhnya setan telah mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada manusia,

dan mengajarkan pula ajaran-ajaran untuk mencerai-beraikan suami-istri yang

diturunkan kepada dua malaikat Harut dan Marut. Adapun diturunkan dua

malaikat ialah untuk mengajarkan ilmu sihir kepada manusia, bukan mengajarkan

amalan sihir. Ilmu adalah sebuah teori belaka sedangkan amalan adalah

prakteknya.17

Adanya kisah Harut dan Marut dapat dipahami sebagai kisah simbolik. Hal

ini dapat diambil pelajaran bahwa manusia biasanya menduga dirinya lebih pandai

dan lebih benar dari pihak lain yang sedang melaksanakan satu tugas dalam satu

arena, misalnya pemerintahan atau lapangan permainan. Bukankah pemain seringkali

dinilai salah dan keliru oleh penonton?. Bukankah kelompok oposisi seringkali

menganggap kebijaksanaan pemerintah keliru?, tetapi penilaian mereka tidak selalu

benar. Persilahkan penonton bermain, berilah kendali pemerintahan kepada

penentang, tidak jarang terbukti bahwa dugaan mereka tentang kemampuannya dan

ketidakmampuan pihak lain, ternyata sangat meleset. Tidak berbeda dengan para

malaikat yang diwakili oleh Harut dan Marut tersebut.18

17

Firmansyah Maulana, Merambah Dunia Ghaib, Pustaka Pelajar, Surabaya, 2003, hlm. 218-

219 18

Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-

Qur’an As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati, Jakarta,

2000, hlm. 167-168

Page 87: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

73

Pelajaran penting lain yang dapat diambil dari cerita simbolik (hal ini penulis

sampaikan karena mengingat ke-ma’shum-an para malaikat) Harut dan Marut adalah

dengan adanya sihir.19 Memang dampak dari sihir sendiri mampu membuat cerai berai

hubungan suami istri sehingga menjadi sesuatu hubungan yang jahat dan rusak.

Demikian juga sebagai akibat dari sihir itu sendiri adalah aspek negatifnya tinggi,

karena ia merupakan tipuan belaka dengan bantuan atau bisikan setan.20

Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa apa yang menjadi ritual dari sihir sendiri

adalah dengan melakukan alat-alat kotor, berbau bahkan mengotori kitab suci dengan

darah dan aneka najis. Hal ini mempunyai tujuan untuk memuaskan sang guru, yaitu

setan yang dipercaya dapat membantu mewujudkan keinginan penyihir atau

kliennya.21

Padahal setan adalah makhluk durhaka dan musuh Allah. Dengan

demikian sihir adalah ujian bagi manusia selamanya, sebagaimana pesan Harut dan

Marut ketika mengajarkan sihir bagi mereka yang meminta, kalau ia meninggalkan

19

Sihir sendiri didefiniskan sebagai pengetahuan yang dengannya seseorang memiliki

kemamapuan kejiwaan yang dapat melahirkan hal-hal aneh dan sebab-sebab tersembunyi. Pendapat

lain menyatakan bahwa sihir adalah uacapan-ucapan yang mengandung pengagungan kepada selain

Allah yang dipercaya oleh pengamalnya dapat menghasilkan sesuatu dengankadarkadarnya. Untuk

melihat seberapa jauh pembahasan sihir dan pendapat-pendapat ulama tentang sihir dapat dibaca dalam

Muhammad Quraish Shihab, op.cit., hlm. 166 20 Muhammad, Husain al-Thaba‟thab‟i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz I, t.tp., Beirut, t.th.

hlm. 232

21 Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-

Qur’an As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati, Jakarta,

2000, hlm. 165

Page 88: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

74

dan berpaling kepada Allah maka akan selamat. Begitu sebaliknya jika menjadikan

berpaling kepada setan maka akan merugi.22

Harut dan Marut dapat diambil pelajaran, bahwa dengan tingginya sebuah

kedudukan suatu saat bisa jatuh, terkecuali jika seseorang itu mampu akan

mengekang hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dapat menjerumuskan manusia

ke dalam jurang kehinaan. Demikian juga dengan ajarannya, sihir dalam

perkembangannya selalu mendapat tempat mulai dari zaman Nabi Musa sampai

sekarang, sihir selalu menjadi perhatian yang menarik dan banyak disukai manusia.

Hal lain yang dapat diambil dari kisah Harut dan Marut adalah

kerterlibatannya sebagai malaikat, bahwa mempercayai hal-hal yang diinformasikan

agama dalam bidang metafisika, walaupun tidak difahami akal sama sekali tidak

berarti merendahkan akal atau mengabaikan peranan nalar, karena kepercayaan yang

dituntut Islam, bukanlah hal-hal yang bertentangan dengan akal. Agama tidak

menuntut untuk percaya, bahwa dua tambah dua sama dengan lima, karena ini

bertentangan dengan akal. Yang dituntutnya untuk diimani adalah sesuatu yang tidak

22 Walaupun di satu sisi sihir dikecam untuk tidak diamalkan (karena di antara fungsinya

adalah memisahkan suami dan istrinya, kawan, saudara lelaki dan saudara perempuan atau yang

menghasilkan kejadian buruk bagi orang lain) tetapi dalam prakteknya ditemukan dalam manifestasi

kehidupan manusia, di antaranya adalah seni menarik penikmatnya dengan sesuatu yang sama dengan

sihir. Musik juga berisi sentuhan yang mengguncang rasa dan mengantar seseorang pada dimensi

kegembiraan atau euforia. Dimensi inilah dikatakan sebagai sihir yang berguna. Oleh karenanya sihir

sendiri juga terbagi dalam dua kategori, yaitu black magic dan white magic. Baca dalam Syaykh

Muhammad Hisham Kabbani, Dialog dengan Para Malaikat Perspektif Sufi, Terj. Nur Zain Hae.,

Hikmah, 2003, hlm. 193

Page 89: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

75

dapat dimengerti oleh akal. Ini beralasan, karena objek iman adalah sesuatu yang

berada di luar wilayah nalar. Anda keliru bila menuntut telinga menginformasikan

rasa manis atau kecut suatu buah. Dan keliru pula jika mengharapkan lidah untuk

menyelesaikan persoalan matematika, bukan wilayah kerja atau fungsi kedua indera

itu.

Agama ketika menuntut untuk mempercayai hal-hal yang bersifat metafisika,

walau tidak difahami oleh akal, pada hakekatnya hanya menuntut manusia untuk

memfungsikan alat yang dianugerahkan untuk digunakannya, yaitu qalbu. Iman

bukannya pembenarannya akal, tetapi pembenaran hati, sama halnya dengan cinta.

Sekali lagi ketika agama menuntut iman terhadap hal-hal yang tidak dimengerti oleh

akal, pada hakekatnya hanya menempatkan sesuatu pada tempatnya yang wajar serta

memfungsikan sesauatu itu sesuai dengan fungsi yang harus diembannya.

Yang mengingkari persoalan-persoalan metafisika yang diinformasikan Allah,

walau berada di luar jangkauan akal, sungguh telah menganiaya dirinya sendiri,

karena ia mengabaikan potensi qalbu, yang dapat mengantarkannya untuk percaya

dan beriman. Bahkan dengan pengingkarannya, ia-pun telah menganiaya akalnya,

karena ia telah mengatasnamakannya menolak apa yang berada di luar wilayah

jangkauannya.

Percaya kepada malaikat paling tidak mempunyai pengaruh kepada diri

pribadi yang beriman, yaitu:

Page 90: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

76

1. Percaya tentang wujud malaikat, mereka mempunyai eksistensi, mereka adalah

makhluk yang diciptakan Allah mereka bukan maya, bukan ilusi dan bukan pula

sesuatu yang menyatu dalam diri manusia

2. Percaya bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang taat, yang diberi tugas-

tugas tertentu oleh-Nya seperti membagi rizqi, memikul ‘arsy (singgasana) Ilahi,

mencatat amal-amal manusia, menjadi utusan Allah kepada manusia dan lain-lain.

Tetapi bagaimana cara mereka melakukan tugasnya, tidaklah termasuk dalam

kewajiban mempercayainya.23

3. Mengakui bahwa diantara mereka ada yang merupakan utusan Allah yang

diutusnya kepada manusia yang dikehendakinya, dan terkadang diutus pula

kepada sesama mereka sendiri. Pengakuan selanjutnya bahwa diantara mereka

ada yang memikul arsyi, yang bershaf-shaf, yang menjaga surga, yang menjaga

neraka yang mencatat segala perbuatan, dan yang menggiring awan, yang hal itu

telah disebutkan AlQur‟an, baik semuanya maupun sebagian besarnya.24

23 Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat

dalam Al-Qur’an As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini,

Lentera Hati, Jakarta, 2000 hlm. 251-252.

24 Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Menjelajah Alam Malaikat, Pustaka Hidayah, Bandung,

2003, hlm. 19-20

Page 91: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

77

B. Penafsiran Wahbah al-Zuhaili tentang Harut dan Marut dalam Surat al-

Baqarah Ayat 102

Wahbah al-Zuhaili25

menjelaskan dalam Tafsir al-Munir menyatakan bahwa

kedua orang tersebut adalah dua orang yang mempunyai kewibawaan dan keagungan

di mana manusia memuliakan dan menghormatinya. Ia memandang sihir sebagai

sesuatu yang pengambilannya sangat lembut atau halus dan sebab (akibat) yang

ditumbulkannya adalah samar, sedangkan Babil adalah kota di Irak, tepatnya daerah

Kufah yang terkenal dengan sejarahnya. Ia lebih cenderung pada pendapat Hasan al-

Bashri bahwa kata malakain dibaca malikaini (dengan huruf lam berharkat kasrah),

yang mempunyai pemahaman bahwa kedua orang tersebut adalah dua manusia yang

shaleh dan taat. Mereka mempunyai tugas untuk menjelaskan kepada manusia antara

sihir dengan mukjizat, dan menjelaskan bahwa orang-orang (tukang sihir) yang

mengaku diri mereka nabi secara dusta sebenarnya adalaah ahli sihir , bukan nabi.

Kedua orang ini mempelajari sihir melalui ilham, tanpa guru, dan inilah yang

dimaksud dengan al-inzāl yang disebutkan pada ayat 102.26

Sehingga kehadirannya

menjadikan peringatan kepada manusia supaya berhati-hati berkenaan dengan sihir.

Ia mengancam penggunaan sihir yang mengarah pada kerusakan tatanan umat

Akan tetapi al-Zuhaili lebih lanjut memaparkan beberapa pendapat tentang

eksistensi Harut dan Marut. Jumhur ulama‟ menyatakan bahwa keduanya adalah

25

Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 242-246 26

Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Damaskus. 2005. hlm.197

Page 92: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

78

malaikat yang diutus Allah untuk menguji manusia dengan kebatilannya dan

mengajarkan sihir, akan tetapi sebelum mereka mengajarkan kepada manusia,

keduanya mengatakan bahwa kami berdua adalah ujian bisa jadi kafir maupun iman.

Hal ini berangkat dari asumsi bahwa malaikat mempunyai sifat tidak pernah

melanggar perintah Allah dan selalu taat terhadap perintah-Nya. Sedangkan pendapat

yang kedua mengatakan bahwa kedua orang tersebut adalah dua manusia dari Babil.

Begitu juga beberapa pendapat mufassir yang menyatakan hārūt dan mārūt.

sebagai manusia seperti pendapatnya Abdullah Yusuf Ali didalam tafsirnya bahwa

kata dua malaikat yang di terapkan kepada hārūt dan mārūt ialah kata kiasan yang

berarti orang-orang baik, berpengetahuan, berilmu (arif bijaksana), dan mempunyai

kekuatan.

hārūt dan mārūt hidup di Babilonia sebagai manusia yang baik, hārūt dan

mārūt sudah tentu tidak mau menceburkan diri kedalam kejahatan dan mereka bersih

dari segala penipuan, tetapi ilmu dan seni jika dipelajari oleh orang yang memang

jahat, dapat digunakan untuk maksud-maksud jahat pula. Disamping praktek sihirnya

yang keji, setan akan mempelajari juga ilmu yang benar itu sedikit-sedikit akan

digunakannya untuk maksud-maksud jahat. hārūt dan mārūt. pun tidak

menyembunyikan ilmu, namun mereka belum pernah mengajarkan kepada siapapun

tanpa memberikan peringatan seperlunya mengenai bahaya dan godaannya apabila

berada di tangan orang jahat. Sebagai manusia yang mempunyai tinjauan yang dalam,

mereka melihat bukan tidak mungkin kekufuran akan keluar dari lidah orang-orang

Page 93: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

79

jahat dan mereka akan membusungkan dada karena ilmunya, dan karena itulah

mereka diberi peringatan. Ilmu sihir memang merupakan cobaan dan godaan, kalau

manusia sudah diberi peringatan maka akan tahu bahayanya. Kalau Allah sudah

menganugerahkan kepada manusia suatu kebebasan berkehendak, manusia harus

bebas memilih mana yang memberi manfaat dan mana yang membawa mudarat.27

M. Hasbi As-Shiddiqi yang mengatakan bahwa hārūt dan mārūt. dari unsur

manusia, ia menguraikan dalam tafsirnya dimana ada seorang pendeta Yahudi yang

telah membelakangi Taurat dan al-Qur‟an, ia mengajarkan sihir, kemudian diajarkan

oleh orang-orang yang berprilaku jahat dan buruk pada masa Nabi Sulaiman. Orang-

orang yang berprilaku jahat itu mengatakan bahwa Nabi Sulaimanlah yang telah

mengumpulkan kitab-kitab sihir dan menyembunyikan dibawah kursinya. Dengan

sihir itulah Nabi Sulaiman memperoleh kekuasaannya kemudian kitab-kitab sihir itu

dikeluarkan oleh orang-orang yang menemukannya, lalu mempelajari dan

mengajarkannya kepada orang lain.

Mereka menyandarkan kitab-kitab sihir itu kepada Nabi Sulaiman padahal ia

terbebas dari tuduhan yang demikian itu Orang-orang Yahudi mengajarkan apa yang

diajarkan oleh setan dimasa pemerintahan Sulaiman dan apa yang diajarkan oleh dua

orang Babil yaitu hārūt dan mārūt. yang bersikap saleh dan takwa. Kedua orang itu

oleh masyarakat dipandang sebagai malaikat yang turun dari langit. Mereka

27

Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, Juz I-XV, Pustaka Firdaus, cet.I,

Jakarta, 1993, hlm. 45

Page 94: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

80

mengatakan bahwa Harut dan Marut menerima sihir dari Tuhan, padahal sama sekali

Tuhan tidak menurunkan sihir kepada mereka.

Harut dan Marut apabila hendak mengajarkan sihir kepada seseorang terlebih

dahulu mereka memberi nasehat dan menerangkan, bahwa mereka adalah cobaan

(fitnah) bagi manusia. Mereka berbuat demikian adalah untuk menambah keyakinan

murid-muridnya, bahwa mereka benar-benar orang baik. Dari kedua orang itulah

mereka mempelajari ilmu yang dapat dipergunakan untuk menceraikan suami isteri

yang saling mengasihi, yang dalam bahasa sekarang disebut guna-guna pembenci

lawan dari guna-guna pengasih. Sebenarnya kedua orang itu (Harut dan Marut)

tidaklah diberi kekuatan ghaib, semua yang mereka lakukan tidak terlepas dari hukum

sebab akibat yang diciptakan Allah. Mereka sebenarnya membuat sebab-sebab yang

menimbulkan akibat yang membuat orang-orang mempercayai bahwa apa yang

diperbuatnya itu diluar kesanggupan manusia biasa.28

Hamka berpendapat bahwa adanya dua malaikat yang turun dari langit,

sengaja mengajarkan sihir kepada orang. Setiap orang yang belajar mereka katakan

bahwa datang hanyalah sebagai fitnah, percobaan atau ujian Tuhan bagi mereka.

Tetapi kemudian diajarkan juga sihir itu, yakni sihir yang berbahaya yaitu ilmu

bagaimana supaya suami isteri yang saling mengasihi bercerai karena pengaruh ilmu

itu. Cara mengajarkan sihir yang demikian itu, bukanlah layak perbuatan malaikat,

28

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir al-Qur’anul Majid (An-Nur), Pustaka Rizki

Putra, Semarang, cet. II, 1995, hlm169-171

Page 95: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

81

tetapi perbuatan penipu halus. Oleh sebab itu mustahil malaikat Allah menjadi

penipu, tentu maksud malakaini, dua malaikat disini adalah dua orang yang

dipandang masyarakat sebagai orang saleh di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,

sehingga karena terkenal salehnya disebut malaikat.

Hārūt dan Mārūt adalah orang baik-baik sampai dikatakan orang seperti

malaikat. Mereka mengajarkan bermacam-macam ilmu. Ada juga yang meminta

diajarkan sihir, merekapun tahu ilmu itu, tetapi siapa yang hendak belajar diberinya

nasehat terlebih dahulu, supaya jangan digunakan untuk kejahatan. Orang yang

belajar berjanji dihadapan keduanya tidak akan mempergunakan untuk kejahatan,

tetapi setelah mereka keluar dari tempat gurunya, mereka pergunakan untuk

kejahatan, sehingga dapat menceraikan suami dengan isterinya.29

Oleh karenanya dengan sihir yang diajarkannya adalah setara manfaat dan

mudharatnya, ketika ia masuk ke dalam pikiran. Dualitas sihir ini tercerminkan dalam

cerita dua manusia dan malaikat sekaligus, yang dimensi manusianya melupakan dan

dimensi malaikatnya mengingatkan dan mengajarkan. Orang-orang yang berurusan

dengan kekuatan batin sekarang ini dengan cara yang sama terbagi menjadi dua

kelompok. Ada yang membawa orang pada keuntungan material semata dan tidak

menghentikan mereka dari kerugian orang lain. Hal tersbut harus dihindari, karena

mereka membahayakan diri mereka sendiri dan orang-orang yang berkonsultasi pada

mereka. Dan yang kedua adalah orang yang menolong untuk membangun hidupnya

29

Hamka, Tafsir al-Azhar, PT. Pembimbing Masa, Jakarta, cet.II, 1970, hlm. 241

Page 96: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

82

dengan cara yang berguna dan spiritual. Jenis kerja terakhir inilah untuk kebaikan dan

mereka menikmati bantuan terhadap kekuatan kemalaikatan.30

Hārūt dan Mārūt memang tidak bisa dilepaskan dari isu sihir yang merebak

pada waktu itu. Dalam surat al-Baqarah 102 diterangkan bahwa Sulaiman dituduh

oleh orang-orang kafir serta betapa sedih tukang sihir atau ahli sihir. Di mana ilmu-

ilmu sihir itu di dapat atau diajarkan setan kepada Sulaiman. Padahal sesungguhnya

Sulaiman bukanlah seorang tukang sihir. Hanya setan-setan itulah yang kafir

(mengerjakan sihir). Merekalah yang mengajarkan sihir kepada manusia.

Setan memang kafir, karena ajaran sihirnya, sehingga logikanya adalah

sebagai berikut apabila seseorang mempunyai ilmu sihir kemudian mengamalkannya

ia termasuk setan. Dan setan termasuk kafir, maka orang yang mengikuti setan

termasuk dianggap kafir terhadap Allah.

Hal tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya setan telah mengajarkan ilmu-

ilmu sihir kepada manusia, dan mengajarkan pula ajaran-ajaran untuk mencerai

beraikan suami-istri yang diturunkan kepada Harut dan Marut. Adapun diturunkan

keduanya ialah untuk mengajarkan ilmu sihir kepada manusia, bukan mengajarkan

amalan sihir. Hal itu sesuai dengan keterangan-keterangan sebagai berikut:

a. Banyak tukang sihir dan peminat sihir yang mengaku dirinya sebagai seorang

wali atau Nabi lalu memecah belah umat manusia, sebab itu Harut dan Marut

30

Syaykh Muhammad Hisham Kabbani ,Dialog dengan para Malaikat Perspektip Sufi, terj.

Nur Zain Hae., Hikmah, Jakarta, 2013, hlm. 190-193

Page 97: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

83

diturunkan untuk mengajarkan ilmu sihir (teori) terhadap tujuan untuk menentang

keburukan-keburukan pembohong yang mengakui dirinya sebagai Nabi.

b. Pengetahuan mukjizat dengan sihir sangatlah berbeda sebab itu Harut dan Marut

diturunkan untuk memberi ajaran tentang ilmu sihir agar orang-orang menyadari

kalau antara mukjizat Nabi Sulaiman dengan sihir sangat jauh berbeda.31

C. Analisis Komparatif tentang Harut dan Marut

Al-Qur‟an adalah kumpulan ayat. Ayat pada hakikatnya adalah tanda dan

syimbol yang tampak. Namun, symbol tersebut tidak dapat dipisahkan dari sesuatu

yang lain yang tidak tersurat, tetapi tersirat dan hubungan antara keduanya terjadi

sedemikian rupa, sehingga bila tanda dan symbol itu dipahami oleh pikiran, maka

makna yang tersirat Insya Allah akan dipahami pula jiwa seseorang.

Setelah mengamati penafsiran tentang Harut dan Marut oleh kedua mufassir,

yakni Abu Ja,far Muhammad dan Wahbah al-Zuhaili yang terdapat dalam surat al-

Baqarah ayat 102, penulis mencoba menganalisa permasalahan tersebut dengan

membandingkan kedua penafsir yang akhir membuat suatu kesimpulan, apakah ada

perbedaan atau persamaan antara kedua mufassir tersebut? apabila ada, maka dalam

mengkoparatifkan kedua tokoh itu, penulis menggabungkannya dalam konteks

perbedaannya.

31

Firmansyah Maulana, Merambah Dunia Ghaib, Pustaka Pelajar, Surabaya, 2003, hlm. 219-

220

Page 98: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

84

1. Perbedaan penafsiran Imam al-Thabari dan Wahbah al-Zuhaili

Setiap mufassir dalam menafsirkan al-Qur‟an mempunyai perbedaan dengan

tujuan memperkaya khazanah pengetahuan kita dalam memhami pesan-pesan yang

ada dalam al-Qur‟an. Walaupun tidak jarang perbedaan ini menimbulkan perpecahan

akibat perbedaan yang ditimbulkan.

Dalam tafsir Al-Tabari menjelaskan bahwa “maa" dalam firman Allah wamā

unzila ala al malakaini adalah memiliki arti alladzi keduanya merupakan kata

penjelas dari dua malaikat. Jika dikatakan kepada kami: apakah boleh bagi Allah

untuk menurunkan sihir atau apakah boleh bagi malaikat untuk mengajarkan sihir

kepada manusia?

Maka kami akan katakan: Allah telah menurunkan yang baik dan buruk secara

keseluruhan, dan Allah menjelaskan semuanya kepada hamba-hamanya, Allah

menurunkan wahyu kepada rasul-rasulnya, dan memerintahkan kepada mereka untuk

mengajarkan kebenaran kepada makhluk-Nya, dan memeberitahukan apa yang

dihalalkan dan diharamkan atas mereka , seperti zina, mencuri dan semua maksiat

yang telah diberitahukan kepada mereka dan dilarang untuk melakukannya, maka

sihir adalah salah satu maksiat yang telah Allah beritahukan kepada mereka dan

dilarang untuk dikerjkan.

Mengetahui ilmu sihir tidak berdosa, sebagaimana tidak berdosa jika kita

mengetahui cara membuat khamer atau memahat patung dan membuat tabuh-tabuhan

Page 99: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

85

serta mainan, akan tetapi adalah dosa bagi yang mengerjakannya. Demikian halnya

tidak berdosa mengetahui ilmu sihir, akan tetapi yang berdosa adalah yang

mengerjakannya dan mempergunakannya untuk mencelakakan manusia tanpa hak.

Dan tidaklah Allah menurunkannya kepada malaikat dan juga pengajaran malaikat

kepada manusia sebagai perbuatan dosa, karena pengajaran mereka kepada mereka

yang belajar adalah dengan izin Allah kepada keduanya untuk mengerjakannya

setelah mereka memberitahukan bahwa ini adalah fitnah belaka.

Dan melarang sihir serta mengamalkannya dan melarang kekafiran dan bahwa

yang berdosa adalah yang belajar dari keduanya dan mengamalkannya karena Allah

telah melarang mempelajarinya dan mengamalkannya, dan seandainya Allah

membolehkan kepada keturunan adam untuk mempelajarinya, maka mempelajarinya

bukanlah suatu kesalahan, sebagaimana tidak menjadi dosa bagi kedua malaikat itu

mengetahuinya, karena ilmu keduanya tentang sihir adalah melalui wahyu yang

diturunkan kepada keduanya.32

Dan Abu Jakpar juga menambahkan jika apa yang kami katakan belum jelas

kemudian mengatakan: Bagaimana dapat dipahami bahwa malaikat dapat

mengajarkan manusia untuk memisahkan antara suami dan istri? Atau bagaimana

diperbolehkan menisbatkan kepada Allah bahwa Allah menurunkan sihir kepada

kedua malaikat?

32

Abu Jakpar Muhammad ibn Jarit Ath-tabari, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam,

2007. hlm. 305.

Page 100: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

86

Jawabannya: sesungguhnya Allah Azza wa jalla memberitahukan kepada

hambanya segala apa yang diperintahkan kepadanya dan yang dilarang, kemudian

memerintah dan melarang, setelah mereka mengetahui apa yang diperintahkan dan

apa yang dilarang kepada mereka. Jika tidak seperti itu,maka perintahya dan larangan

itu tidak akan bisa difahami, dan sihir termasuk yang dilarang dari hambanya dari

keturnan adam, maka tidak dipungkiri bahwa Allah ta’ala mengajarkan kepada kedua

malaikat yang namanya tercantum di dalam al-Qur‟an dan menjadikan keduanya

cobaan bagi manusia sebagaimana diberitahukan tentang keduanya berkata kepada

yang mempelajari sihir: innamā nahnu fitnatun falā takpur untuk menguji hambanya

dengan keduanya dari apa yang Allah larang tentang memisahan anatara suami dan

istrinya dan perbuatan sihir, untuk membersihkan orang yang beriman dengan

meninggalkannya belajar dari keduanya, dan untuk menghinakan orang kafir karena

mempelajari sihir dan kekafiran dari keduanya. Maka kedua malaikat itu ketika

mengajarkan kepada orang yang mereka ajar karena ketaatannya kepada Allah,

karena keduanya mempelajari dan mengajarkannya dengan izin dari Allah.33

Sedangkan Wahbah al-Zuhaili34

dalam Tafsir al-Munir menyatakan bahwa

kedua orang tersebut adalah dua orang yang mempunyai kewibawaan dan keagungan

di mana manusia memuliakan dan menghormatinya. Ia memandang sihir sebagai

sesuatu yang pengambilannya sangat lembut atau halus dan sebab (akibat) yang

33

Abu Jakpar Muhammad ibn Jarit Ath-tabari, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam,

2007. hlm. 309. 34

Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 242-246.

Page 101: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

87

ditumbulkannya adalah samar, sedangkan Babil adalah kota di Irak, tepatnya daerah

Kufah yang terkenal dengan sejarahnya. Ia lebih cenderung pada pendapat Hasan al-

Bashri bahwa kata malakain dibaca malikain, yang mempunyai pemahaman bahwa

kedua orang tersebut adalah dua manusia yang shaleh dan taat. Mereka mempunyai

tugas untuk menjelaskan kepada manusia antara sihir dengan mukjizat, sehingga

kehadirannya menjadikan peringatan kepada manusia supaya berhati-hati berkenaan

dengan sihir. Ia mengancam penggunaan sihir yang mengarah pada kerusakan tatanan

umat.

Page 102: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari penafsiran Imam al-Thabari dan Wahbah al-Zuhaili

tentang hārūt dan mārūt. dapat disimplkan bahwa:

Hārūt dan Mārūt adalah figur sejarah yang fenomenal, darinya muncul

beberapa persoalan, mulai dari permasalahan apakah mereka unsur dari manusia atau

malaikat sampai tujuan mereka di turunkan ke muka bumi, dengan adanya sihir yang

mampu mencerai beraikan suatu hubungan suami istri. Menurut penafsiran al-Thabari

bahwa Hārūt dan Mārūt adalah malaikat yang diturunkan oleh Allah sebagai ujian

dan cobaan bagi manusia saat itu. Harut dan Marut dikatakan dari unsur malaikat

adalah disandarkan pada pemahaman bahwa kata malakain, dibaca fathah, sehingga

membawa pengaruh dari penafsiran bahwa keduanya memang unsur dari malaikat.

Sedangkan menurut penafsiran Wahbah al-Zuhaili bahwa Hārūt dan Mārūt.

adalah dua orang yang mempunyai kewibawaan dan keagungan di mana manusia

memuliakan dan menghormatinya. Hārūt dan Mārūt dikatakan dari unsur manusia.

Ini berdasarkan pembacaan malikain yang bererti dua raja atau orang yang dengan

88

Page 103: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

89

kekuatan batin serta amal shalehnya seolah-olah mereka adalah malaikat, karena

dilihat dari prilku dan pengetahuannya akan hal-hal yang gaib yang bersifat

metafisika.

Sihir tidak bisa dilepaskan keberadaan serta peran Hārūt dan Mārūt yang

mengajarkannya kepada manusia. Keduanya sebagai pembeda dan penjelas bahwa

Nabi Sulaiman tidaklah memperoleh kekuatan dan kenabiannya dengan sihir,

melaikan murni karunia dari Allah yang berupa mukjizat. Dalam perkembangannya

sihir memang mendapat tempat dalam hati manusia, karena ia bisa membuat dari

sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, karena sifat sihir itu sendiri adalah

memalingkan sesuatu dari hakekatnya. Semisal fungsinya untuk menceraikan suami

istri. Sehingga melhat fungsinya menjadikan manusia banyak terobsesi untuk berburu

terhadap sihir itu sendiri.

B. Saran-Saran

Dari kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Kepada para pakar keilmuan ahli tafsir untuk selalu meneliti dan mengkaji

serta mengungkap Harut dan Marut dalam al-Qur’an yang kontroversial

tersebut supaya dapat menambah khazanah keilmuan Islam dalam bidang

tafsir.

Page 104: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

90

2. Kepada Umat Islam jadikanlah penafsiran Harut dan Marut dalam al-Qur’an

sebagai pelajaran petunjuk dan pemahaman dalam kehidupannya.

3. Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini penulis sangat mengharapkan saran

dan masukan yang konstruktif dari semua pihak sehingga lebih dirasakan

kemanfaatannya

Page 105: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

91

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Fairuz, Qamus al-Muhith, Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat, t.th.

Abdullah Yusuf Ali, Qur‟an Terjemahan dan Tafsirnya, Juz I-XV, Pustaka Firdaus,

cet.I, Jakarta, 1993.

Adnan, Ahmad Mosthafa, Problematika Menafsirkan Al-Qur‟an, CV. Toha Putra,

Semarang, Cet.I, 1993.

Ali, Maulana Muhammad, Islamologi (Din al- Islam), Terj R. Kaelani &

Bachrun.,Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1977.

Anwar, Rassihan, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Tabari dan

Tafsir Ibn Katsir, Bandung : CV, Pustaka Setia, 1999.

Ardiyansyah . Pengantar penerjemah, dalam badi‟ as-Sayyid al-Lahham, Syeikh

prof. Dr. Wahbah a-Zuhaily, tth.

Arsyad, M. Nastur, Seputar Al-Qur‟an, Hadits dan Ilmu, Al-Bayan, Bandung, 1992.

Al-Ashfahani, Mufradat Alfadh al-Qur‟an, Dar al-Hadits, Washington Amerika

Serikat, t.th.

Ayazi, Muhammad „Ali, al-Mufassirūn Hayātuhum wa Manāhijuhum, Teheran

Wizanah al-Tsaqafah wa al-Insyaq al-Islam, 1993.

Azzaino, H.S. Zuardin, Aqidah Ilahiah Ilmiah, Pustaka Hidayah, Jakarta, Cet. II,

1991.

Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an, cet. II. Yogyakata: Pustaka

Pelajar, 2000.

Bayumi, Muhammad, Malaikat Langit dan Bumi, Terj. FSI Himaka, Cendekia

Sentra Muslim, Jakarta, 2000.

Dahlan , Q. Shaleh, M.D, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya ayat-

ayat al-Qur‟an, CV.Penerbit Diponegoro, Bandung, 2000.

Al-Dhahabi, M. Husain, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Dar al-Kutub, Cairo, 1976.

Page 106: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

92

Al-Darwisyi Muhyiddin, I‟rab al-Qur‟an al-Karim wa Bayanuhu, Dar al-Irsyad li

alSyu‟un al-Jami‟iyah, Suriyah, 1994.

Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, CV. Adi

Grafika, Semarang,1994.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ictiar Baru Van Voeve,

Jakarta, 1999.

Al-Dimisyqi, Abi Fida‟ al-Hafidzh Ibn Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Adhim, Juz I, al-

Nur al-„Alamiyah, Beirut, t.th.

Al-Farmawi, Abd al-Hayy, Metode tafsir maudhui‟y, Penerjemah suryan A. Jamrah,

( Jakarta, Rajawali Pers, 1994.

Ghafur, Saiful Amin, profil para mufassir al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008.

Gulen, Muhammad Fethullah, Menghidupkan Iman dengan Mempelajari Tanda-

Tanda Kebesaran-Nya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Gulen, Muhammad Hasbi, al-Islam II, Pustaka Rizki, Semarang, 2000.

Al-Hamawi, Yaqut, “al-Tabari”, Mu‟jam al-Udaba, Beirut Dar al-Fikr, 1980.

Hamka, Tafsir al-Azhar, PT. Pembimbing Masa, Jakarta, cet.II, 1970.

Al-Hanbali, Abi al-Falah Abd al-Hafi bin al-Imad, Syazarat az-Zahabi Fi Akhbar

man Zahab, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.

Hudaya, Ahmad al-Kaf, Hawa dan Nafsu menurut al-Qur‟an kajian Tafsir al-Munir,

2006.

Al-Jawi, Imam Muhammad Nawawi, Murah Labid Tafsir al-Nawawi, Dar Ihya‟ al-

Kutub al-Arabiyah, Indonesia, t.th.

Kabbani, Syaykh Muhammad Hisham, Dialog dengan para Malaikat Perspektip

Sufi, terj. Nur Zain Hae. Hikmah, Jakarta, 2013.

Al-Kalidy , Shalah Abdul Fattah,“Kisah-Kisah al-Qur‟an Pelajaran dari orang-

orang dahulu” Jilid III, terj. Setiawan budi tomo, Gema insani Press, 1996.

Page 107: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

93

Al-Khawarizy, Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, Dar

alFikr, Beirut, t.th.

Al-Mandzur, Ibnu, Lisan al-Arab,Dar al-Hadits, Washington Amerika Serikat,

1883.

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa Terjemah Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha Putra,

Semarang, 1992.

Maulana, Firmansyah , Merambah Dunia Ghaib, Putra Pelajar, Surabaya, 2003.

Nasution, Harun “al-Thabari”. Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jakarta: Depag RI,

1993.

Nuris, Asyharie dan Anwar., Bersahabat dengan Makhluk Halus (Malaikat dan Jin),

Putra Pelajar, Surabaya, 2001.

Al-Qanuji, Abu Abjad. al-Ulum al-Nur, Damaskus dalam Dar al-Hadits,

Washington Amerika Serikat, t.th.

Al-Qaththan Manna‟ Khalil, study ilmu al-Qur‟an, Pt. Pustaka Litera Antar Nusa,

Jakarta, 1994.

Ridha , Rasyid. Tafsir al-Manar, Juz I t.p, Mesir, 1998.

Al-Rifa‟i Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Gema Insani Press,

Jakarta 1999.

_____________, Kemudahan dari Allah ringkasan tafsir Ibn Katsir, jilid I, Jakarta;

Gema Insani Pres, 1999.

Al-Shiddieqi Tengku Muhammad Hasbi, Al-Islam I, PT. Pustaka Rizki Putra,

Semarang, 1999.

______________, Tafsir al-Qur‟anul Majid (An-Nur), Pustaka Rizki Putra,

Semarang, cet. II, 1995.

_____________, Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Bulan Bintang, Jakarta, 1972.

Al-Sharif , Mahmud, al-Thabari wa Manhajuh Fi al-Tafsir, Jeddah: Dar al Ukaz,

1984.

Page 108: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

94

Al-Shirbasi, Ahmad, Sejarah Tafsir Qur‟an, terj. Pustaka Firdaus, Cet. Ke-4,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian

alQur‟an), Lentera Hati, Jakarta, cet. I, 2000.

Shihab, Muhammad Quraish, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat

dalam Al-Qur‟an As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan

Masa Kini, Lentera Hati, Jakarta, 2000

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Dasar Metode dan Tekhnik, Tarsito,

Bandung, 1980.

Al-Thabari, Abu Ja‟par Muhammad bin Jarir, Jami‟ al-Bayan An-ta‟wil al-Qur‟an,

Dar al-Fikri, tth.

______________, Tafsir ath-Tabari, Jakarta pustaka Azzam, 2007.

______________, Tafsir Jami‟ al-Bayan Fi al-Tafsir al-Qur‟an, Beirut: Dar al-Fikr,

1988.

______________, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, Juz I, t.tp., Beirut, t.th.

Umar, Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan

dan Azimat, Bina Ilmu, Surabaya, 1985.

Yunus, Abdul Hamid, “ath-thabari” Dairatul Ma‟arif al-Islamiyyah, Juz 13, t.th.

Zuhaili, Wahbah, al-Tafsīr al-Munīr fi al-„Aqīdat wa al-Syari‟at wa al-Manhāj. Juz

xv Damaskus: Dar al-Fikr, 2005.

Zuhdi, Maspuk, Studi Islam, Jakarta: CV. Raja Wali,1998.

Ayurahayu2010.wordpress.com/tafsir al-munir-fi-al-„aqidah-wa-asy-syari‟ah-wa-al-

manhaj-Wahbah-az-zuhayli, di akses 21 oktober 2015 jam 20 wib

http://m.hidayatullah.com/berita/internasional di akses 21 oktober 2015, jam 16.00

wib.

http://suryaningsih.wordpress.com di akses 22 oktober 2015 jam 17.00 wib.

Page 109: HARUT DAN MARUT DALAM AL- QUR’AN

95

http://www.abim.org.my/minda_madani/user info.php? uid, di akses 21 oktober 2015

jam 18.00 wib.

Sabra Syatila dalam artikel SyaikhWahbaha Zuhaili http://www.fimadani.com/syaikh

wahbah az-zuhaili, diakses 22 oktober 2015 jam 15 wib