ISRÂILIYYÂT DALAM KISAH HARUT DAN...
Transcript of ISRÂILIYYÂT DALAM KISAH HARUT DAN...
ISRÂILIYYÂT DALAM KISAH
HARUT DAN MARUT
(Komprasi Tafsir Ibnu Katsîr dan Tafsir al-Khâzin)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Hana Andriana
NIM. 13210516
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ISRÂILIYYÂT DALAM KISAH
HARUT DAN MARUT
(Komprasi Tafsir Ibnu Katsîr dan Tafsir al-Khâzin)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Hana Andriana
NIM. 13210516
Pembimbing:
Ali Mursyid, M. Ag
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/2017 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Isrâiliyyât Dalam Kisah Harut dan Marut (Komparasi
Tafsir Ibnu Katsîr dan Tafsir al-Khâzin)” yang telah disusun oleh Hana
Andriana nomor induk mahasiswa: 13210516 telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 16 Agustus 2017
Pembimbing,
Ali Mursyid, M.Ag
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Isrâiliyyât Dalam Kisah Harut dan Marut
(Komparasi Tafsir Ibnu Katsîr dan Tafsir Al-Khâzin)” yang disusun oleh
Hana Andriana dengan Nomor Induk Mahasiswa 13210516 telah diujikan
dalam Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Jakarta, 16 Agustus 2017
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Suci Rahayuningsih
Penguji I Penguji II
Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA Dr. H. Muhammad Ulinnuha,
Lc. MA
Pembimbing
Ali Mursyid, M.Ag
iii
PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hana Andriana
NIM : 13210516
Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu, 29 Maret 1995
Alamat : Kota Banjar, Jawa Barat
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Isrâiliyyât
Dalam Kisah Harut dan Marut (Komparasi Tafsir Ibnu Katsîr dan Tafsir
Al-Khâzin)” adalah benar-benar hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan
yang disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Agustus 2017 M
Hana Andriana
iv
MOTTO
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh
maka dapatlah ia”.
v
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. yang senantiasa melimpahkan
kasih sayang-Nya kepada segenap makhluk-Nya di seluruh penjuru alam
semesta. Dengan pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir sebagai mahasiswa IIQ Jakarta ini. Shalawat dan salam tidak pernah
berhenti ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan umat
manusia di muka bumi ini.
Selanjutnya, merupakan sebuah kewajiban bagi mahasiswa akhir untuk
menuliskan sebuah penelitian yang dinamakan skripsi. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, dikarenakan kurangnya
pemahaman berbahasa arab yang menjadikan halangan dalam memahami
berbagai kitab. Namun, dengan pertolongan Allah, penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini. Dukungan moril, materiil, dan doa juga tidak
henti didapatkan dari orang-orang di sekitar penulis. Oleh karena itu, dengan
segala hormat sepantasnya penulis sampaikan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, M.A. selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur`ân (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
IIQ Jakarta.
3. Bapak Ali Mursyid, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing skripsi,
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya skripsi ini.
vi
4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur`ân (IIQ) Jakarta yang telah
meniupkan ruh semangat dalam belajar sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa.
5. Dra. Rukoyah Tamimi dan Dra. Suci Rahayuningsih selaku
pembantu dekan Fakultas Ushuluddin, yang telah banyak
memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Pustakawan IIQ Jakarta, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan
Umum UIN Jakarta, dan Perpustakaan Islam Iman Jama serta
pimpinan dan karyawan Pusat Studi Al-Qur`an, yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
membaca dan melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan
skripsi.
7. Seluruh Instruktur Tahfidz yang dengan sabar membimbing penulis
dalam mengajarkan dan menghafal Al-Qur`an.
8. Untuk kedua orang tua tercinta, bapak Cecep Kusnadi dan Ibu Yana
Heriana. Terimakasih atas segala kasih sayang, kesabaran, do’a,
perjuangan, bimbingan, pengorbanan, dan keteladanan yang kalian
berikan. Papa dan mama, anakmu ini memohon maaf atas segala
kekhawatiran yang kalian alami akibat perbuatan anakmu ini.
Hanya do’a tulus yang dapat anakmu panjatkan. Semoga di akhirat
kelak anakmu mampu mendudukan kalian di singgasana dan
memakaikan sebuah mahkota dari surga. Allahummaghfir lî a
liwâlidayya warhamhumâ kamâ rabbayânî shaghîrâ. Amin.
9. Saudara-saudara tercinta, Rina Kusmalasari dan Hani Andriani
yang senantiasa memberikan semangat dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
10. Teman-teman IIQ angkatan 2013 khususnya Fakultas Ushuluddin
Prodi Ilmu Al-Qur’andan Tafsir yang senasib dan seperjuangan.
vii
11. Sahabat-sahabat terkasih, Cuneh, Tiung, Lulu, Nuy, Tedin,
Tegaluh, Ilma, yang senantiasa memberikan semangat dalam
menjalani empat tahun menimba ilmu di IIQ Jakarta. Terima kasih
karena telah bersedia untuk berbagi kesenangan dan kesedihan.
Semoga ikatan ini tidak akan terputus hingga tua menyapa
kita.yang telah
12. Teman-teman KOMPPAQ (Koprs Mahasiswa Pengkaji dan
Penghafal Al-Qur’an) yang telah memberikan begitu banyak ilmu,
serta pengalaman suka dukanya selama ini.
13. Ucapan ribuan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, semoga amal baik yang mereka
berikan kepada penulis mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya
dari Allah Swt.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis
lakukan untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah
yang baik, Namun, karena keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, maka skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi karya yang lebih baik lagi.
Akhirnya, semoga hasil jerih payah penulis penulis ini dapat
menjadi buah karya yang bermanfaat dan menjadi amal shalih yang
mendapatkan ridha dari Allah Swt di akhirat kelak, Amin.
Jakarta, 16 Agustus 2017 M
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ................................................... iii
MOTTO ......................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ..............................................................................................ix
ABSTRAKI .............................................................................................. xii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Permasalahan .................................... 13
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 15
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 15
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 16
F. Metodologi Penelitian .................................................................... 18
G. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................................. 20
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG ISRÂILIYYÂT
A. Isrâiliyyât
1. Pengertian Isrâiliyyât ..................................................................... 23
2. Sejarah Munculnya Isrâiliyyât ....................................................... 26
3. Sebab Munculnya Isrâiliyyât ......................................................... 36
4. Perbedaan Pandangan Ulama Tentang Isrâiliyyât ........................ 37
5. Hukum Meriwayatkan Kisah-Kisah Isrâiliyyât ............................. 40
6. Klasifikasi Isrâiliyyât ..................................................................... 47
ix
B. Harut Marut
1. Pengertian Harut dan Marut ........................................................... 51
2. Latar Belakang Turunnya Ayat ...................................................... 52
3. Kisah Harut dan Marut Versi Isrâiliyyât ........................................ 53
BAB III: BIOGRAFI MUFASSIR
A. Ibnu Katsîr
1. Riwayat Hidup Ibnu Katsîr ............................................................ 57
2. Karya-Karya Ibnu Katsîr ................................................................ 60
3. Tafsir Ibnu Katsîr dan Metode Penulisan ....................................... 62
4. Sikap Ibnu Katsîr Terhadap Cerita Isrâiliyyât ............................... 67
A. Al-Khâzin
1. Riwayat Hidup Ibnu Al-Khâzin ..................................................... 68
2. Karya-Karya Al-Khâzin ................................................................. 72
3. Tafsir Al-Khazin dan Metode Penulisan ........................................ 73
4. Sikap Al-Khazin Terhadap Cerita Isrâiliyyât ................................. 81
BAB IV: PENAFSIRAN AYAT-AYAT ISRÂILIYYÂT DALAM
KISAH HARUT MARUT DALAM TAFSIR AL-KHÂZIN DAN
IBNU KATSÎR
A. Penafsiran Harut dan Marut
1. Dalam Tafsir Ibnu Katsîr ................................................................ 83
2. Dalam Tafsir Al-Khâzin ................................................................. 94
B. Isrâiliyyât dalam Tafsir Ibnu Katsîr dan Al-Khâzin
a. Dalam Tafsir Ibnu Katsîr .............................................................. 108
b. Dalam Tafsir Al-Khâzin ............................................................... 114
C. Analisa
1. Klasifikasi Isrâiliyyât dalam Kisah Harut dan Marut, termasuk
diterimakah, ditolakkah, atau didiamkan ..................................... 121
x
2. Bantahan Isrâiliyyât dalam Kisah Harut dan Marut ..................... 127
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 133
B. Saran ............................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 138
xi
ABSTRAKSI
Skripsi ini di tulis oleh Hana Andriana NIM 13210516, dengan judul
“Isrâiliyyât dalam Kisah Harut dan Marut (Komparasi Tafsir Ibnu Katsîr
dan Al-Khâzin).” Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin,
Institut Ilmu Al-Qur’anJakarta.
Alasan pengambilan judul dikarenakan banyaknya cerita Isrâiliyyât
dalam Al-Qur’an yang bertentangan dengan syariat, yang seharusnya kita kaji
ulang untuk memastikan keisrâiliyyâtannya, bahkan harus ditolak dan kita
haramkan meriwayatkannya, kecuali untuk menerangkan kesalahannya.
Penulis tertarik untuk mengkaji tentang Harut dan Marut dimana begitu
banyak keganjalan serta keanehan dalam kisah Harut dan Marut tersebut
yang sudah tersebar dikalangan masyarakat. Dimana dua malaikat yakni
Harut dan Marut yang digadang-gadang sebagai setan yang mengajarkan
ilmu sihir.
Adapun rumusan masalah yang penulis ambil dalam penelitian ini
adalah bagaimana penafsiran kisah Harut dan Marut dalam kitab tafsir al-
Khazin dan Ibnu Katsîr? Apa dan Bagaimana isrâiliyyât menurut penafsiran
kisah dalam kedua tafsir tersebut? Apa dan bagaimana status kisah Isrâiliyyât
dalam kedua tafsir tersebut, apakah diterima, ditolak, atau didiamkan?
Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan
(Library Reseach), maka penulis merujuk kepada Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim
karya Ibnu Katsîr dan Tafsir Lubabu at- Ta‟wil fi Ma‟ani at-Tanzil karya Al-
Khâzin. Kemudian di dukung oleh data dari literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini. Selanjutnya pengumpulan data yang di gunakan adalah
dokumentasi. Data-data tersebut di kumpulkan mencari titik persamaan dan
perbedaannya.
Hasil penelitian ini: Pertama, penafsiran dalam tafsir Ibnu Katîr
tentang kisah Harut dan Marut adalah di jelaskan bahwa Harut dan Marut
adalah bukan lah dua malaikat yang mengajarkan sihir kepada manusia.
Sesungguhnya setanlah yang mengajarkan bahkan menyebarkan berita-berita
bohong pada zaman Sulaiman. Sama hal dengan penafsiran dalam tafsir Al-
Khazin dimana Sulaiman di fitnah seorang Penyihir oleh setan-setan. Kedua,
beberapa isrâiliyyât dalam kedua tafsir tersebut terdapat isrâiliyyât kisah
Harut dan Marut dalam tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Khazin. Adapun
isrâiliyyât dalam tafsir Ibnu Katsîr adalah sebagai berikut: 1). Dua Malaikat
turun ke bumi diberi syahwat. 2). Harut dan Marut merayu Zahrah. 3).
Zahrah berubah bentuk menjadi Venus. 4). Harut dan Marut di siksa oleh
azab dunia. Adapun isrâilîyyat dalam tafsir Al-Khazin adalah sebagai
xii
berikut: 1). Harut dan Marut adalah yang paling baik di kalangan Malaikat
yang dirubah karena berdosa/bercampur. 2). Allah memberikan mereka
syahwat ketika mereka di dunia untuk melarang manusia dari kemusyrikan,
membunuh, berzina dan meminum khamar, Harut dan Marut merayu Zahrah
yakni wanita tercantik di tanah Faris. Hingga akhirnya mereka melakukan
hal-hal tercela. Seperti membunuh, meminum khamar, dan berzina, 3). Harut
dan Marut di siksa azab dunia sampai hari kiamat dan di campak yang terbuat
dari besi, kaki mereka digantung antara langit dan bumi. Ketiga, Ibnu Katsîr
dan Al-Khazin menolak tetntang kisah Harut dan Marut dimana beliau
menetapkan kepalsuan serta menolak dengan kisah ini. Menurutnya hal ini
tidak marfu‟, jelas bahwa sumbernya adalah riwayat-riwayat Isrâiliyyât yang
diambil dari Ka’ab dan lainnya. Sedangkan Al-Khazin bahwa apa yang di
nukilkan ahli tafsir dan ahli pembawa berita tentang itu tidak benar dari
Rasulullah walaupun berita ini dari Yahudi. Menurutnya ini adalah
permainan kaum Yahudi terhadap Nabi Sulaiman pada zaman itu.
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi ini, transliterasi Arab-
Latin mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Institut Ilmu Al-Qur’an(IIQ) Jakarta” cetakan ke-II, tahun 2011, yang secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konsonan
Th ط A أ
Zh ظ B ب
‘ ع T ت
Gh غ Ts ث
F ف J ج
Q ق H ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dz ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
’ ء Sy ش
Y ي Sh ص
Dh ض
2. Vokal
a. Vokal atau bunyi (a), (i), (u) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
Vokal Pendek Panjang
xiv
Fathah A Â
Kasrah I Î
Dhammah U Û
b. Vokal Rangkap
fathah + ya' mati Ditulis
Ai
نكم Bainakum ب ي
fathah + ya' mati Ditulis
Au
Qaulun ق ول
c. Vokal Pendek
Ditulis a'antum أأنتم
Ditulis U„iddat اعدت
Ditulis la'insyakartum لئن شكرتم
3. Kata sandang
a. Bila diikuti Huruf Qamariyyah
Ditulis Al-Qur`ân الق رآن
Ditulis al-Qiyâs القياس
b. Bila diikuti Huruf Syamsiyyah
'Ditulis as-Samâ السماء
Ditulis asy-Syams الشمس
4. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis zawî al-Furûdh ذوي الفروض
Ditulis ahl as-Sunnah سنةأهل ال
xv
c. Syaddah
Syaddah (Tasydîd) untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik Tasydîd yang berada ditengah kata, diakhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf –huruf
syamsiyah.
Contoh:
wa arr-rukka‟i : والركع Inna al-ladzîna : إن الذين Âmannâbillahi :أمنا با لله
d. Ta Marbûthah
Bila dimatikan ditulis h.
Ditulis Hibbah ه بة
Ditulis Jizyah جزية
(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya,
kecuali jika dikehendaki lafal aslinya).
Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
„Ditulis karâmah al-auliyâ كرامة الولياء
Bila ta marbuthah hidup atau dengan harkat fathah, kasrah, dan
dhammah, ditulis t.
Ditulis Zakâtul fithri زك اة الفطر
e. Huruf Kapital
xvi
Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah di alih aksarakan, maka berlaku ketentuan ejaan yang telah
disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan
yang berlaku pada (EYD) berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak
miring (italic) dan cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk
nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital
adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Khusus untuk penulisan kata
Al-Qur’andan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada kitab-kitab tafsir yang mengemukakan cerita-cerita isrâiliyyât sambil
meriwayatkan sanad-sanadnya. Akan tetapi pengarang kitab-kitab ini tidak
merasa cukup hanya mengemukakan sanadnya saja, supaya mereka ke luar
dari tanggung jawab, mereka memberi komentar terhadap apa yang
mereka riwayatkan itu dengan dengan mengemukakan hakikat dan
pertimbangannya. Karena untuk menyadari, untuk ke luar dari tanggung
jawab secara sempurna, mereka harus menyelidiki riwayat-riwayat itu
dengan penyelelidikan sendiri secara jelas. Karena sebagian manusia tidak
mengetahui cara penyelidikan riwayatnya, sehingga tidak ada faedahnya
bila hanya di kemukakan sanadnya saja, sebaliknya akan terasa
bermanfaat dan berfaedah, bila dijelaskan oleh orang yang mampu tentang
keadaan riwayatnya.1
Cerita isrâiliyyât yang sesuai syariat, dapat dibenarkan dan kita
boleh meriwayatkannya. Akan tetapi yang bertentangan dengan syariat,
harus ditolak dan kita haramkan meriwayatkannya, kecuali untuk
menerangkan kesalahannya. Sedangkan cerita isrâiliyyât yang di diamkan
oleh syariat, jangan di hukumi dengan apa pun juga, baik membenarkan
maupun mendustakan, dan boleh meriwayatkannya, karena sebagian besar
yang diriwayatkan itu kembali kepada masalah cerita-cerita dan berita-
berita, bukan kepada masalah akidah maupun masalah hukum. Cara
meriwayakannya hanyalah sekedar mengemukakan hikayatnya saja,
1 Muhammad Husain Dzahabi, Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadis, terjemahan
Didin Hafidhuddin, (Bogor: P.T. Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), cet. II, hal. 116
2
sebagaimana terdapat di dalam kitab-kitabnya, tanpa melihat apakah cerita
itu salah ataukah benar.2
Pengutipan isrâiliyyât oleh sebagian mufassir sebagai salah satu
sumber penafsiran Al-Qur’an selama empat abad ini, yaitu semenjak
pengkodifikasian tafsir sampai sekarang memperkaya khazanah
perpustakaan uamt islam dengan kitab-kitab tafir yang memuat riwayat-
riwayat isrâiliyyât dengan istensitas yang cukup beragam, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Persoalan isrâiliyyât menjadi isu penting bagi
mufassir modern. Sebab isrâiliyyât tidak hanya berkaitan dengan aspek
teologis islam yang mengklaim sebagai agama yang sempurna, sehingga
tidak perlu lagi merujuk pada ajaran-ajaran yahudi dan nasrani yang pada
umumnya berisi khufarat-khufarat yang merusak akidah umat islam.3
Ibnu Taimiyah (661 H) dalam tafsirnya menyinggung bahwa
penafsiran isrâiliyyât merupakan penyimpangan yang dilakukan banyak
mufassir terhadap permasalahan yang sama sekali tidak penting dan tidak
di dukung alasan yang shahih. Seperti perdebatan penafsiran mengenai
anjing Ashâb al-Kahfi, ukuran kapal Nabi Nuh, jenis kayu yang
digunakannya dan kasus-kasus remeh lainnya. Ia juga menjelaskan bahwa
kasus semisal dapat dipercaya bila ditemukan rujukan yang valid dari
Nabi. Seperti kasus nama sahabat Musa yang bernama Khidir. Namun,
berbeda halnya ketika tidak di dapati rujukan yang pasti dari Nabi, kita
tentu menolak pendapar yang jelas-jelas merupakan kebohongan dan tidak
meributkan pendapat yang bersumber dari ahli kitab.4
2 Muhammad Husain Dzahabi, Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadis, terjemahan
Didin Hafidhuddin, hal. 61 3 Muhammad bin Shahih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta : Darus
Sunnah Press, 2004), h. 115 4 Mani Abd. Halim Mahmud, Metodologi Tafsir terj. Manhaj al-Mufassirin (Jakarta
: PT. Gravindo Persada, 2006), h.13
3
Ibnu Taimiyah sama sekali bersikap tawaquf terhadap kebenran
segala riwayat-riwayat yang datang dari tokoh-tokoh isrâiliyyât yang
sifatnya tidak ada bukti yang tegas atas kebathilannya. Sikap tawaquf juga
ditujukan kepada isi kitab suci Ahli Kitab (Taurat dan Injil), karena ada
kemungkinan isinya itu termasuk yang mereka ubah, atau yang masih
asli.5
Ibnu Taimiyah bertolak kepada tiga bagian, yaitu isrâiliyyât yag
masuk dalam bagian yang sejalan dengan islam perlu dibenarkan dan
boleh diriwayatkan, sedangkan yang masuk dalam bagian yang tidak
sejalan dengannya harus ditolak dan tidak boleh diriwayatkan. Sementara
itu, isrâiliyyât yang tidak masuk bagian pertama dan kedua tidak perlu
dibenarkan dan didustakan, tetai boleh diriwayatkan.6
Allamah Ahmad Muhammad Syakir (w. 1377 H) mengemukakan
dalam bukunya “Umdah at-Tafsir”, “Boleh mengambil berita dari mereka
(yang tidak adil atas kebenaran dan dustanya pada kita) adalah satu hal
sedangkan mengutip hal itu dalam tafsir Al-Qur’an dan menjadikannya
sebagai suatu pendapat atau riwayat dalam memahami makna ayat-ayat
Al-Qur’an, atau menentukn sesuatu yang tidak ditentukam di dalamnya,
adalah hal lain. Ini karena dengan mengutip hal seperti itu disamping
kalam Allah Swt dapat memberi kesan bahwa berita yang tidak tahu
kebenaran dan dustanya itu adalah penjelas makna firman Allah Swt dan
menjadi pemerinci apa yang disebut global di dalamnya.7
Begitu pula Ibnu Khaldun (w. 808 H) dalam muqaddimahnya
menyatakan diperbolehkanya merujuk kepada Ahli Kitab. Keterangannya
5 Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir terj. Madzahib al-Tafsir al-Islamy (Lebanon :
Dar Iqro, 1983), h. 82 6 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâîliyyâtdalam Tafsir Ibnu Katsir dan
At-Thabari, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), h. 42 7 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani Press,
1999), h. 497
4
tersebut diungkapan dengan redaksi sebagai berikut; Tafsir itu terbagi
menjadi dua macam, (salah satunya adalah tafsir naqli yang disandarkan
kepada riwayat-riwayat yang dinukil dari kaum salaf). Berita-berita yang
di nukil dari kaum salaf biasanya yang berupa pengetahuan tentang nasikh
mansukh, asbâb an-Nuzul, maksud beberapa ayat, dan segala sesuatu yang
tidak bisa diketahui kecuali melalui riwayat dari generasi sahabat dan
tabi’in. Sebenarnya generasi awal umat ini sudah memiliki perhatian yang
sangat besar terhadap riwayat-riwayat naqli ini. Hanya saja kitab dan hasil
nukilan mereka masih banyak mengandung unsur yang baik dan buruk
atau maqbul dan mardud.8
Sementara itu Muhammad Abduh (w. 1323 H) termasuk ulama
yang paling gencar mengkritik kebiasaan ulama tafsir generasi pertama
yang banyak menggunakan isrâiliyyât sebagai penafsir Al-Qur’an bahkan,
salah satu motivasi penulisan tafsirnya adalah untuk menghindari
kebiasaan ulama tafsir itu. Abduh menolak validitas ulama tafsir generasi
pertama yang menguhubungkan Al-Qur’an dengan isrâiliyyât.
Menurutnya, cara itu telah medistorsi pemahaman terhadap islam. Sikap
keras serupa diperhatikan pula riwayat isrâiliyyât yang secara ektrim
diriwayatkan oleh para ulama sebenarnya telah keluar dari konteks Al-
Qur’an.9
Dalam tafsir Musthafa al-Marâghî (w. 1371 H) yang juga
merupakan murid Abduh, memandang bahwa kitab-kitab tafsir telah di
kotori oleh isrâiliyyât yang tidak jelas kualitasnya. isrâiliyyât merupakan
sesuatu yang ditransfer Ahli Kitab untuk menipu orang-orang Arab.
Demikian juga Ibnu Mas’ud, berkata: “Jangan tanyakan kepada Ahli Kitab
8 Muhammad Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jakarta : Pustaka Azzam,
2001), h. 102 9 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâîliyyâtdalam Tafsir Ibnu Katsir dan
At-Thabari, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), h. 42
5
tentang tafsir, karena mereka tidak membimbing kearah yang benar dan
mereka sendiri berada dalam kesalahan”10
.
Imam Ahmad bin Hambal (W. 241 H) mengatakan bahwa tafsir
yang harus dijauhi orang muslim yang kuat imannya adalah tafsir yang
didalamnya memuat mitodologi yang penuh dengan kemisteriusan,
khufarat-khufarat mengenai kisah-kisah dan ranah-ranah yang bercampur
aduk dengan iamjinasi yang bebas.11
Dzahabi dalam kitabnya, at-Tafsir wa al-Mufassirun, ia membagi
isrâiliyyât pada tiga jenis: Pertama, yang diketahui keshahihannya, karena
adanya konfirmasi dari sabda Nabi Saw atau dikuatkan oleh syariat,
bentuk ini dapat diterima. Kedua, diketahui kebohongannya, karena
pertentangannya dengan syariat atau tidak sesuai dengan akal sehat,
bentuk ini tidak boleh meriwayatkannya harus di tolak. Ketiga, yang tidak
masuk kedalam bagian pertama dan kedua tersebut harus bersikap
tawaqquf terhadapnya (tidak membenarkan dan tidak mendustakan) .12
Selanjutnya, Tafsir al-Kasyaf wa al-Bayan Penulis tafsir ini ahmad
Ibn Ibrahim al-Tsa’labi al-Naisaburiy. Panggilannya Abu Ishaq yang
wafat tahun 427 H, ia menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan hadis
bersumber dari ulama salaf. Sayangnya, dalam menukil sanad-sanad hadis,
ia tidak mencantumkannya secara lengkap. Tafsir ini sedikit membahas
nahwu dan fiqih; karena ia seorang pemberi nasehat, maka ia senang
terhadap kisah-kisah.13
Banyaknya cerita isrâiliyyât didalam Al-Qur’an yang masih
mengganjal dengan adanya berbagai banyak versi yang tersebar di media.
10
Thameem Usama, Metodologi Tafsir al-Qur’an, Kajian Kritis Objektif dan
Komprehensip (Jakarta : Penerbit Riora Citra), h. 38 11
Mani Abd. Halim Mahmud, Metodologi Tafsir terj. Manhaj al-Mufassirin
(Jakarta : PT. Gravindo Persada, 2006), h. 58 12
Lihat ad-Dzahabi, at-Tafsir wal Mufassirun, Juz I, h. 95 13
Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir terj. Madzahib al-Tafsir al-Islamy (Lebanon :
Dar-Iqro, 1983), h. 85
6
Salah satunya tentang malaikat. Bukan saja karena makhluk ini secara
khusus disebut sebagai salah satu dari rangkaian rukun iman, tetapi juga
kerena malaikat memiliki keterlibatan dengan seluruh manusia tanpa
kecuali, taat atau durhaka, sejak lahir hingga wafat, bahkan hingga
kehidupan di akhirat kelak.14
Beriman kepada malaikat merupakan salah satu rukun iman yang
wajib diimani oleh setiap mukmin. Meyakini bahwa para malaikat adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tidak pernah melakukan
kemaksiatan (membangkang) kepada Allah dalam segala perintah yang
diberikan kepada mereka, dan selalu melaksanakan segala perintah-Nya
dan bahwasanya mereka adalah perantara-perantara yang menghubungkan
antara Allah dengan para Rasul yang diutusnya kepada manusia.15
Menurut Al-Qur’an secara umum malaikat di dunia mempunyai
dua fungsi yaitu menggerakan kekuatan alam untuk melaksanakan tugas
masing-masing dan membimbing manusia untuk berbuat baik.16
Malaikat tercipta untuk selalu taat, tidak berbuat maksiat, serta
tidak akan dihisab dan tidak menerima pembalasan. Allah Swt berfirman:
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa
angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka
14
Muhammad. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat
dalam Al-Qur’an-As-Sunnah serta wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini,
(Jakarta : Lentera hati, 2000), Cet. IV, h. xiii 15
Ahmad Bahjad, Mengenal Allah, Terj. Muhammad Abdul Ghofar E.M.,
(Bandung : Pustaka Hidayah, 1998), Cet. I, , hlm. 69 16
Syed Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Terj. Drs. Adang
Affandi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya), Cet.IV, 1994, h. 28
7
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”. (al-Anbiya’
[21] : 19-20)
Ada sepuluh malaikat yang wajib diketahui oleh umat Islam yaitu
Jibril (penyampai wahyu yang terpercaya), Mikail (pembagi rizqi dan hujan),
Israfil (peniup terompet), Izrail (pencabut nyawa), Ridwan (penjaga surga),
Malik (penjaga neraka), Munkar dan Nakir (penanya dalam kubur), Rakib
dan Atib (penulis amal baik dan buruk setiap mukalaf).17
Perselisihan
pendapat terjadi sangat sengit seputar Harut Marut. Pembahasan inilah yang
akan diangkat oleh penulis yaitu tentang dua malaikat Harut dan Marut
karena banyak riwayat yang berbeda seputar rincian kisah Harut dan Marut
dengan versi yang berbeda-beda.
Lafadz malaikat disebutkan dalam Al-Qur’an 68 kali bila dihitung
dengan bentuk perubahan kata-kata malaikat, malakun, malakaini, malakan,
malakin, seluruhnya 88 kali.18
Tetapi para mufasir berbeda pendapat
berkaitan dengan kata malakaini dalam surat al-Baqarah ayat 102
dikarenakan ayat tersebut belum dapat dipahami oleh mereka.
Para mufasir dalam membaca kata malakaini berbeda pendapat, ada
yang membaca dengan kasrah lamnya yang berarti dua raja, ada yang
membacanya dengan fathah lamnya yang berarti dua malaikat, sehingga
dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 pun berbeda.19
Ada dua pendapat para mufasir tentang yang dimaksud dengan dua
malaikat itu. Ada yang berpendapat mereka betul-betul malaikat seperti
pendapatnya Abdurrahman Ibn Kamal Jalal al-Din as-Suyuti dalam tafsir
Durr al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur, Ahmad Mushtafa al-Maraghi
17
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun
Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, Terj. Dr. Afif Muhammad M.A., (Bandung : Al-Bayan,
1998), Cet. I, h. 114 18
Departeman Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta
: CV. Anda Utama, 1992), h. 687 19
Maspuk Zuhdi, Studi Islam Jilid I, (Jakarta : CV. Raja Wali, 1998), Cet. I, h. 36
8
dalam tafsir al-Maraghi, Abi Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umaar al-
Zamakhsyari dalam tafsir al-Kasysyaf dan al- Alamah al-Sayyidi Muhammad
Husain At-Thabari dalam tafsir Jami al-Bayân fi at-Ta’wîl Al-Qur’an,
Mufasir yang berpendapat bahwa manusia yang memiliki sifat mulia
sehingga diserupakan dengan malaikat seperti pendapatnya Wahbah Zuhaili
dalam tafsir Munir, Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar dan Abdullah
Yusuf Ali dalam tafsir Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya .Sedangkan
mengenai mempelajari ilmu sihir, ada sebagian ulama yang membolehkan
mempelajarinya dengan tidak menggunakannya, dan ada juga ulama yang
mengharamkan mempelajari sihir apalagi mengamalkannya.20
Muhammad Sayyid al-Musayyar memaparkan dalam bukunya “Buku
Pintar Alam Gaib” sebagian orang berpendapat bahwa dapat ayat tersebut
dinyatakan bahwa malaikat merasa aneh dengan perbuatan maksiat anak-
anak Adam dan kesabaran Allah melihat tingkah mereka. Allah pun menguji
dua malaikat dengan memberi nafsu kepada keduanya. Dua malaikat itu
bernama Harut dan Marut. Mereka diturunkan ke bumi agar Allah melihat
apa yang akan mereka lakukan.
Dihadapan keduanya, planet Venus menjelma menjadi seorang
perempuan yang sangat cantik. Tak pelak, keduanya langsung tertarik dan
berhasrat kepadanya. Akan tetapi perempuan itu menjawab, “Tidak, demi
Allah. Kalian harus menyekutukan Allah terlebih dahulu!”. Tetapi kedua
malaikat itu menolak. Perempuan itu beranjak dari tempat mereka, lalu ia
kembali dengan membawa bayi. Kemudian perempuan itu kembali
menawarkan dirinya kepada malaikat tersebut, asal mereka sudi membunuh
bayi yang dibawanya. Dua malaikat itu menolak membunuh bayi dan
perempuan itu pun kembali pulang. Ia kembali lagi dengan membawa
20
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ictiar Baru
Van Voeve, 1993), h. 89
9
secangkir khamar. Lagi-lagi ia menawarkan dirinya kepada dua malaikat itu
asalkan mereka mau meminum khamar. Akhirnya mereka menerima tawaran
meminum khamar. Keduanya berkata “Meminum khamar lebih ringan dari
dua dosa sebelumnya.”21
Setelah mereka minum khamar, mereka tergolong untuk
menyekutukan Allah, membunuh bayi dan berzinah. Setelah siuman,
keduanya baru mneyadari betapa besar dosa dan kesalahan yang telah mereka
lakukan. Keduanya pun diberi pilihan antara disiksa dunia atau azab akhirat.
Mereka memilih untuk diazab di dunia. Akhirnya mereka digantung di
babiolnia Iraq, diantara langit dan bumi.
Riwayat-riwayat ini berasal dari kitab-kitab Bani Israel yang tidak
pernah menghormati Allah, tidak mengakui kesucian malaikat, dan tidak
mengakui akhlak para nabi. Kisah-kisah ini diriwayatkan oleh Abdullah ibn
Umar dari Ka’ab al-Ahbar, orang yang terkenal sering meriwayatkan mitos-
mitos Yahudi. Isi riwayat ini bertentangan dengan nash-nash agama, logika,
dan ilmu pengetahuan.22
Para malaikat tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah, apalagi
mendurhakai perintah-Nya. Hakikat segala sesuatu telah menjadi ketetapan
dan tabiat makhluk. Hal ini merupakan sunatullah yang tidak akan berubah.
Planet Venus tak mungkin menjelma seorang perempuan dan seorang
perempuan tidak akan beubah menjadi planet.
Walaupun sudah pernah ada beberapa yang membahas tentang Harut
Marut, penulis akan mengangkat kembali judul ini dengan mengambil
penafsiran yang berbeda yaitu dengan tafsir al-Khazin dan Ibnu Katsîr.
Dengan ini penulis akan memperkuat pendapat-pendapat ataupun informasi
21
Muhammad Sayyid al-Musayyar, Buku Pintar Alam Gaib, (Jakarta : Zaman,
2009), Cet. I, h. 58-59 22
Muhammad Sayyid al-Musayyar, Buku Pintar Alam Gaib, h. 60
10
yang telah di bahas sebelumnya oleh peneliti serta memberikan wawasan
terbaru dengan menggunakan tafsir klasik.
Alasan pengambilan judul dikarenakan banyaknya cerita
Isrâîliyyâtdalam Al-Qur’an yang bertentangan dengan syariat, yang
seharusnya di kaji ulang untuk memastikan keisrâiliyyâtannya, bahkan harus
ditolak dan di haramkan meriwayatkannya, kecuali untuk menerangkan
kesalahannya. Penulis menarik untuk mengkaji tentang Harut dan Marut
dimana begitu banyak keganjalan serta keanehan dalam kisah yang sudah
tersebar dikalangan masyarakat. Dimana dua malaikat yakni Harut dan Marut
yang digadang-gadang sebagai setan yang mengajarkan ilmu sihir.
Pada skripsi ini penulis memilih tafsir dalam penafsiran tafsir al-
Khâzin karya Alaudin Abdul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin
„Amr bin Khalilis Syaihi dan Tafsir Al-Qur’an Al-Azhîm karya Imam Jalil.
Hafid, Imadudin, Abu al-Fida, Ismail bin „Amr bin Kasir bin Dhaw‟ bin
Kasir bin Zar‟a, al-Bisri.
Tafsir al-Khazin yang disebut Lubabu at- Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil
(Ta’wil yang bersih terhadap Makna Al-Qur’an) salah satu kitab yang
termasyhur yang mengemukakan cerita-cerita Isrâiliyyât, dan tidak
mengemukakan sanadnya, tetapi kadang-kadang memberikan isyarah akan
kedhaifannya (kelemahannya), menjelaskan ketidakshahihannya, hanya
meriwayatkan apa yang diriwayatkn tanpa mengoreksinya sama sekali
walaupun hanya satu kalimat, dan walaupun cerita itu rusak dan bertentangan
dengan kaidah-kaidah syariat.23
Tafsir ini merupakan ringkasan dari tafsir Baghawi sebagaimana hal
itu telah dikemukakan oleh Imam Khazin di dalam muqaddimahnya, dan
23
Muhammad Husain Dzahabi, Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadis, terjemahan
Didin Hafidhuddin, hal. 166
11
Tafsir Baghawi adalah ringkasan dari Tafsir Sa’labi, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibn Taimiyah.
Dari sini kita mengetahui rahasia mengapa al-Khazin yang
memperbanyak cerita isrâiliyyât di dalam Tafsirnya. Al-Khazin adalah
penjaga kitab-kitab di perpustakaan Khanqah Samiatiyah, Damaskus.
Sebagai penjaga kitab ia mempunyai kecintaan terhadap tafsir dan pasti akan
banyak membaca tafsir yang dipercayaan pemeliharannya kepadanya. Ia pasti
akan kagum pada sebagian yang membekas ke dalam usahanya untuk
menuliskan kitab tafsir.
Kita telah mengetahui bahwasannya al-Khazin mempunyai perhatian
yang sangat besar terhadap segi-segi Isrâiliyyât. Ia memperbanyak penukilan
kisah itu di dalam Tafsir-nya. Ketika mengemukakan cerita-cerita isrâiliyyât
di dalam Tafsir-nya, ia tidak mempergunakan satu sistem tertentu di dalam
tertentu di dalam periwayatannya. Ia mengemukakan kisah yang di dalamnya
terdapat hal-hal yang ganjil, hanya saja tidak berkaitan dengan akidah.
Jadi kitab Tafsir al-Khazin adalah tafsir yang mudah ibaratnya, jelas
maknanya, akan tetapi termasyhur dengan kisah-kisahnya yang penuh dengan
cerita-cerita Isrâiliyyât, yang menyebabkan tafsir itu menjadi tidak baik.24
Sedangkan Tafsir Ibnu Katsîr adalah salah satu kitab tafsir termasyhur
yang meriwayatkan cerita-cerita isrâiliyyât lengkap dengan sanadnya,
kemudian tentang cerita-cerita yang batil, disertai komentar dan penjelasan,
kecuali hanya sedikit saja yang tidak diberi penjelasan. Tafsir ini adalah tafsir
bil-Matsur (Tafsir dengan riwayat) yang termasyhur. Dengan
kemasyhurannya ia anggap sebagai kitab yang kedua setelah Tafsir Ibn Jarir
at-Thabari, dan dia banyak menukil daripadanya.
24
Muhammad Husain Dzahabi, al-Isrâîliyyâtfi Tafsir wal Hadis, terjemahan Didin
Hafidhuddin, hal. 173
12
Ibnu Katsîr meriwayatkan berita-berita dengan mengemukakan sanad-
sanadnya, sebagaimana dilakukan oleh Ibn Jarir. Ia berbeda dengannya
karena ia meneliti apa yang diriwayatkan dengan penelitian yang baik, dan
dengan kemahirannya sebagai ahli hadis ia mengetahui cacat-cacat hadis
serta mengetahui mana yang kuat dan mana yang lemah di dalam hadis.
Ia meriwayatkan berita yang merupakan penjelasan terhadap ayat Al-
Qur’an yang bersifat global, atau ia semata-mata menceritakan sesuatu
walaupun sedikit sekali persesuaian. Ia mengetahui cacat-cacat hadis dan
mengetahui pula letak kekuatan dan letak kelemahannya. kedalamannya
ilmunya (makalah) sebagai ahli hadis menyebabkan ia mengendalikan dirinya
sebagai ahli sejarah dan ahli tafsir. Dengan demikian ketika ia
mengemukakan berita, ia memperhatikan keshahihannya semaksimal
mungkin, serta menjauhi kisah-kisah yang bersifat khufarat. Jika ia
mengemukakannya ia memperingatkan bahwasannya itu adalah cerita
isrâiliyyât yang tidak ada sumbernya.
Demikian pula ketika menafsirkan, ia memperhatikan keshahihannya
di dalam tafsir-nya. Ia mengemukakan dari berbagai kelemahan berdasarkan
penelitiannya serta mengungkapkan nama-nama yang lemah di dalam
tafsirnya. Apa yang ia riwayatkan dari cerita Isrâiliyyât, di ungkapkan juga
yang palsu dengan yang rusak, dan ia memperingatkannya dengan sunguh-
sungguh.25
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang yang telah penulis
paparkan diatas, maka penulis sedikit tertarik dan memberanikah diri untuk
menganalisa terhadap kisah isrâiliyyât dalam kisah Harut Marut, untuk
diangkat menjadi sebuah judul skripsi “Isrâiliyyât Dalam Kisah Harut Dan
Marut (Studi Komparatif Tafsir Ibnu Katsîr Dan Al-Khâzin)”
25
Muhammad Husain Dzahabi, Isrâîliyyâtfi Tafsir wal Hadis, terjemahan Didin
Hafidhuddin, hal. 132
13
B. Identifikasi Masalah, Pembahasan Masalah, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari judul yang di bahas oleh penulis, dapat ditemukan
masalah yang patut dibahas, yaitu:
1) Adanya perbedaan antar mufassir dalam menyikapi kisah
isrâiliyyât
2) Perbedaan Mufassir dalam menafsirkan kisah isrâiliyyât
Harut Marut
3) Dalam tafsir al-Khazin dan tafsir Ibnu Katsîr dalam kisah
Harut Marut nampaknya berbeda dalam menyikapi
tersebut
2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah terurai diatas, maka
penulis menemukan beberapa titik pokok masalah dan mengenai ayat
Harut Marut yang perlu kita ketahui. Penulis hanya menemukan satu
ayat untuk pembahasan tentang Harut Marut dan penafsirannya yaitu
pada surat al-Baqarah ayat 102 dalam penafsiran kitab tafsir Lubâbu
al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil karya al-Khazin dan tafsir Al-Qur’an Al-
Azhîm karya al-Imam al-Hafizh Imaduddin Abul-Fida Ismail bin
Katsîr. Penulis hanya menemukan satu ayat untuk pembahasan
tentang Harut Marut.
Alasan penulis mengambil kitab tafsir al-Khazin adalah
tafsir tersebut di kelompokan dalam tafsir bi ar-ra’yi yang merupakan
hasil ijtihadnya sendiri. Banyak para ulama mengomentari tafsir al-
Khazin diantaranya Muhammad „Ali al-Sabuni dalam al-Tibyan Fi
‘Ulum Al-Qur’an mengatakan bahwa Tafsir al-Khazin banyak
mengandung kisah dan isrâiliyyât yang amat panjang, terutama kisah
14
Isrâiliyyât. Ia menyinggung tentang kelemahan dan kebohongannya,
akan tetapi kadang-kadang tidak di singgungnya, sehingga para
pemabaca akan mengira bahwa riwayat ini benar serta banyak kisah
dan riwayat yang tidak sepatutnya disebutkan karena dhaif dan
diragukan.
Sedangkan alasan penulis mengambil kitab Ibnu Katsîr adalah
seorang ahli sejarah. Para ahli sejarah biasanya banyak menolong di
dalam menukil berita-berita, mereka mengumpulkan berita yang
bernilai dengan yang tidak. Di dalam kitabnya biasanya orang ahli
sejarah dan juga ahli tafsir, tafsirnya dikalahkan oleh segi beritanya.26
Apabila mengusut Ibnu Katsîr di dalam tafsirnya, kita akan
menemukan ketika ia meriwayatkan berita yang garib (aneh) yang
mengandung kemungkinan benar atau salah, ia menganggap cukup
untuk mengingatkannya bahwa cerita tersebut adalah cerita yang
diizinkan Rasul untuk dikemukakan. Akan tetapi ia mengingatkan
bahwa cerita tersebut tidak boleh dijadikan pegangan, kecuali di
dalam syariat kita ada dalil yang memperkuatnya.27
1. Bagaimana penafsiran kisah Harut dan Marut dalam kitab
tafsir Ibnu Katsîr dan Al-Khazin?
2. Bagaimana isrâîliyyât kisah Harut dan Marut dalam
penafsiran kisah menurut Ibnu Katsîr dan Al-Khazin?
3. Bagaimana Klasifikasi riwayat isrâîliyyât apakah diterima,
ditolak atau didiamkan?
26
Muhammad Husain Dzahabi, al-Isrâîliyyâtfi Tafsir wal Hadis, terjemahan Didin
Hafidhuddin, (Bogor:P.T. Pustaka Litera AntarNusa, 1993), cet. II, hal. 134 27
Muhammad Husain Dzahabi, al-Isrâîliyyâtfi Tafsir wal Hadis, terjemahan Didin
Hafidhuddin, (Bogor:P.T. Pustaka Litera AntarNusa, 1993), cet. II, hal. 134
15
C. Tujuan Penelitian
Diantara tujuan yang akan dicapai dalam skripsi ini ialah
1) Ingin mengetahui penafsiran kedua para mufassir mengenai
kisah isrâiliyyât dalam kisah Harut dan Marut dalam surah al-
Baqarah ayat 102.
2) Ingin mengetahui Bagaimana status kisah Harut Marut,
apakah diterima, ditolak atau didiamkan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan wawasan
dan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat hasil penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Sebagai referensi penelitian di bidang tafsir khususnya
tentang isrâîliyyât kisah Harut dan Marut dalam Tafsir Ibnu
Katsîr. Sebagai referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan, serta menjadi kajian lebih
lanjut.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, menambah wawasan penulis secara
mendalam mengenai kebebasan beragama menurut
para mufassir di atas dan untuk mendapatkan gelar
strata satu (S1).
b. Bagi penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai penelitian lanjutan yang serupa dan lebih baik
lagi.
c. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah
wawasan pembaca dan menjadi rujukan bahasa baca.
16
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian literatur yang relevan
dengan pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan, atau bahkan
memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian. Untuk
menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasan skripsi ini
dengan yang lain, maka selama proses penyusunan, penulis telah
melakukan tinjauan pustaka.
Dalam bentuk skripsi penulis menemukan skripsi yang
berjudul “Harut Marut Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Maudu’)” di
tulis oleh Ahmad Zaki Alfi, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim
Riau tahun 2014. Dalam skripsi ini Ahmad mengambil dua mufassir
klasik yaitu Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dan Al-
Qurthubi sedangkan untuk mufassir kontemporer yaitu Prof. Hamka
dan Prof. Wahbah Zuhaili.28
Selanjutnya skripsi yang di tulis oleh Siti Yuha, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2016 dengan judul “Tokoh-Tokoh Dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah”. Dalam skripsi ini Siti memaparkan rangkaian cerita dan
tokoh-tokoh yang menjadi aktor dalam cerita salah satu nya ialah
Harut Marut. Temuan penelitian menunjukan bahwa toko-tokoh yang
ada dalam surat al-Baqarah terbagi menjadi empat kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari para Rasul dan selain para Rasul,
kelompok kedua terdiri dari tokoh-tokoh Malaikat, kelompok ketiga
terdiri dari tokoh-tokoh Jin, dan kelompok keempat terdiri dari tokoh
binatang.29
28
Ahmad Zaki Alfi, “Harut Marut Dalam Al-Qur’an Kajian Tafsir Maudhu”,
skripsi yang diajukan ke Program Sarjana UIN Syarif Kasim Riau, Riau : 2014 29
Siti Yuha, “Tokoh-Tokoh dalam Qur’an Surat Al-Baqarah”, skripsi yang
diajukan ke Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta : 2016
17
Skripsi yang di tulis oleh Riva Syarifa Humairo, Jurusan
Tafsir Hadis Faultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta
Tahun 2015 dengan judul “Studi Kritis Terhadap Kisah Isrâîliyyât
dalam Tafsor Al-Misbah (Analisis Surat al-Baqarah dan al-Kahfi)”.
Skripsi ini membahas pandangan Quraisy Syihab mengenai kisah-
kisah isrâiliyyât yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 101-103
tentang Harut Marut, 67-74 tentang Kisah sapi betina Bani Israel dan
surat al-Kahfi ayat 81-83 tentang kisah Dzulkarnain, 60-80 tentang
kisah nabi Musa dan seorang Hamba Shaleh. Quraisy Syihab tidak
mengkritisi kualitas kisah isrâiliyyât tersebut, tetapi hanya
menganalisir kualitas kisah isrâiliyyât dalam tafsirnya dengan
mengoleksi data-data sejarah, mengumpulkan pendapat ulama
mengenai riwayat isrâiliyyât tersebut. 30
Skripsi yang di tulis oleh Nuralfiah. Universitas Islam Syarif
Hidayatullah tahun 2013, dengan judul Isrâîliyyât dalam Tafsir Ibn.
Katsir Dan Ath-Thabari. Skripsi ini merupakan studi komparatif
terhadap isrâiliyyât dalam tafsir Ibn. Katsîr dan Ath-Thabari, ia
melakukan perbandingan penafsiran terhadap kisah isrâiliyyât yang
terdapat dalam Al-Qur‟an antara penafsiran Ibn. Katsîr dengan Ath-
Thabari dalam kitab tafsirnya masing-masing.31
Tesis yang di tulis oleh Nurbaiti Muhammad Nur. Konsentrasi
Ulumul Qur‟an dan Ulum al-Hadis Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta
Tahun 2012, dengan judul isrâiliyyât dalam Tafsir al-Jalalain. Tesis
ini seputar isrâiliyyât pada kitab Tafsir al-Jalalain yang menyangkut
tentang kisah-kisah saja. Tujuan Nurbaiti dalam penelitiannya untuk
30
Riva Syarifa Humairo, “Studi Kritis Terhadap Kisah IsrâîliyyâtDalam Tafsor Al-
Misbah (Analisis Surat al-Baqarah dan al-Kahfi”, skripsi yang diajukan ke Program Sarjana
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, Jakarta : 2106 31
Nuralfiah, “Isrâîliyyât dalam Tafsir Ibn. Katsir Dan Ath-Thabari”, Skripsi yang
diajukan ke Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta : 2013
18
mencari kualitas riwayat dari kisah-kisah Isrâiliyyât. Nurbaiti yang
membahas 4 materi dalam penelitianya yaitu kisah-kisah uamt
terdahulu, kisah-kisah Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw,
tokoh-tokoh yang di sebut nabi dalam Al-Qur‟an, serta tempat-tempat
bersejarah yang hanya di sebut dalam Al-Qur‟an.32
Perbedaan kajian ini, dengan buku-buku yang sudah ada
tentang pembahasan malaikat menurut hemat penulis terletak pada
ruang lingkupnya. Dimana kajiannya lebih difokuskan pada surat al-
Baqarah ayat 102 tentang penafsiran Harut dan Marut dalam tafsir al-
Khazin dan Ibnu Katsîr saja. Maka penulis merasa perlu meneliti dan
berupaya mengungkap tentang Harut dan Marut dalam AlQur‟an
yang masih diperdebatkan oleh para mufasir.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian pustaka
(library research) yaitu satu rangkaian kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan cara pengumpulan data yang bersumber dari
literature atau berbagai buku ilmiah yang diambil dari
perpustakaan.
2. Sumber Data Penelitian
Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
dokumentatif, sebuah penelitian yang menggunakan cara
pengumpulan data dan informasi mengenai tema pembahasan dan
beberapa literatur yang masih berkaitan dengannya baik itu berupa
32
Nurbaiti Muhammad Nur, IsrâîliyyâtDalam Tafsir Al-Jalalain, Tesis yang
diajukan ke pPasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, Jakarta : 2012
19
buku-buku ilmiah dan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan tema
skripsi dan penelitian ini.
Sebagai sumber data, dalam mengumpulkan data penulis
menggunkan berbagai sumber yang terbagi menjadi dua bagian
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah referensi pokonya yang
menjadi sumber utama dalam penulisan skripsi ini yaitu
Ibnu Katsîr dan Al-Khâzin
b. Sumber data sekunder yaitu data pada reveverensi-
reverensi lain yang berkaitan dengan tema penelitian,
sebagai penunjang, pendukung, dan pelengkap dari sumber
data primer.
3. Teknik Pengumpulan Data
Langkah yang digunkana penulis yaitu penelitian pustaka
(library research) pengumpulan data melalui dokumen tertulis,
baik berupa artikel atau buku yang merupakan penafsiran seorang
penulis mengenai suatu topik yang berhubungan dengan skripsi ini.33
Pengumpulan ini dilakukan dari beberapa sumber data
primer dan sekunder. Langkah pertama yang dilakukan oleh
penulis yaitu menyelesaikan kerangka tema yang dibutuhkan,
kemudian penulis pergi menuju perpustakaan untuk mencari
beberapa sumber data yang terkait dengan judul tersebut, langkah
selanjutnya setelah data-data terkumpul, kemudian data di foto
atau di fotocopy terlebih dahulu untuk memudahkan penulis
dalam mengerjakan tugas, lalu data difilter sesuai kebutuhan
pokok pada poin-poin yang akan dijadikan objek penelitian.
33
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
Cet.-5, h. 316
20
4. Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan kemudian penulis
menggunakan dua metode analisis yaitu metode deskriptif dan
metode komparatif- kritis.
Metode deskriptif adalah suatu pembahasan yang
bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang telah
tersusun dan terkumpul dengan cara memberikan intepretasi
terhadap data tersebut.34
Metode komparatif-kritis adalah metode yang
menghimpun ayat-ayat Al-Qur`an, kemudian mengkaji, meneliti
dan membandingkan pendapat sejumlah penafsiran mengenai
ayat-ayat tersebut. Baik penafsiran menggunakan al-tafsir bi al-
ra`yi maupun bi al-Ma`tsûr.35
Analisa ini akan digunakan pada
Bab IV.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta (edisi revisi) yang di terbitkan oleh IIQ Press, cetakan ke-2
tahun 2011.
Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan, pembahasan
skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab dengan rincian sebagai
berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
34
Jujun S, Suriasumantri, Penelitian Ilmiah Kefalsafahan dan Keagamaan:
Mencari Paradigma Keberssamaan, (Bandung: Nuansa: 2001), h. 68-69 35
Abd al-Hayy, al-Farmawiy, al-Bidâyat fî al-Tafsîr al-Madhû`I, (Kairo: al-
Hadharat al-Tarbiyyah), h.46
21
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta
teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua menguraikan pengertian Isrâiliyyât, sejarah
munculnya, sebab munculnya Isrâiliyyât, klasifikasi, hukum
meriwayatkan, pendapat ulama mengenai isrâiliyyât serta pengertian
Harut Marut, latar belakang turunnya dan kisah Harut Marut dalam
Isrâiliyyât.
Bab ketiga mengenal biografi al-Khâzin dan Ibnu Katsîr
sebagai sumber penafsiran yang penulis ambil.
Bab keempat menguraikan penafsiran surat al-Baqarah ayat
102 dalam penafsiran al-Khâzin dan Ibnu Katsîr dalam kisah
isrâiliyyât Harut Marut.
Bab kelima penutup, yang berisi tentang hasil penelitian dan
beberapa kesimpulan yang berisikan jawaban terhadap masalah-
masalah yang telah di terangkan di bab-bab sebelumnya.
133
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang penulis laukukan tentang
Isrâiliyyât dalam kisah Harut dan Marut dalam penafsiran Ibnu Katsir
dan Al-Khazin dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut:
Pertama, penafsiran dalam tafsir Ibnu Katîr tentang kisah Harut
dan Marut adalah di jelaskan bahwa Harut dan Marut adalah bukan
lah dua malaikat yang mengajarkan sihir kepada manusia.
Sesungguhnya setanlah yang mengajarkan bahkan menyebarkan
berita-berita bohong pada zaman Sulaiman. Sama hal dengan
penafsiran dalam tafsir Al-Khazin dimana Sulaiman di fitnah seorang
Penyihir oleh setan-setan.
Kedua, Terdapat Isrâiliyyât kisah Harut dan Marut dalam tafsir
Ibnu Katsir dan tafsir Al-Khazin. Adapun isrâiliyyât dalam tafsir
Ibnu Katsîr adalah sebagai berikut:
a. Dua Malaikat turun ke bumi diberi syahwat
b. Harut dan Marut merayu Zahrah
c. Zahrah berubah bentuk menjadi Venus
d. Harut dan Marut di siksa oleh azab dunia
Adapun isrâilîyyat dalam tafsir Al-Khazin adalah sebagai
berikut:
a. Harut dan Marut adalah yang paling baik di kalangan
Malaikat yang dirubah karena berdosa/bercampur.
b. Allah memberikan mereka syahwat ketika mereka di
dunia untuk melarang manusia dari kemusyrikan,
membunuh, berzina dan meminum khamar.
134
c. Harut dan Marut merayu Zahrah yakni wanita tercantik di
tanah Faris. Hingga akhirnya mereka melakukan hal-hal
tercela. Seperti membunuh, meminum khamar, dan
berzina.
d. Harut dan Marut di siksa azab dunia sampai hari kiamat
dan di campak yang terbuat dari besi, kaki mereka
digantung antara langit dan bumi.
Ketiga, klasifikasi tentang status kisah isrâiliyyât
dalam kisah Harut dan Marut adalah di tolak. Ibnu Katsîr
menetapkan kepalsuan serta menolak dengan kisah ini.
Menurutnya hal ini tidak marfu’, jelas bahwa sumbernya
adalah riwayat-riwayat isrâiliyyât yang diambil dari Ka’ab
dan lainnya. Sedangkan Al-Khâzin pun menolak tentang kisah
Harut dan Marut. Beliau berpendapat bahwa apa yang di
nukilkan ahli tafsir dan ahli pembawa berita tentang itu tidak
benar dari Rasulullah walaupun berita ini dari Yahudi.
Menurutnya ini adalah permainan kaum Yahudi terhadap
Nabi Sulaiman pada zaman itu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran untuk para
pembaca tentang kedua penafsiran yang penulis kaji dalam isrâiliyyât
kisah Harut dan Marut penulis menyarankan agar tidak menelan
mentah-mentah hingga percaya terhadap kisah tersebut. Hal ini
menunjukan agar pembaca lebih teliti dalam mengakaji hal yang
terdapat suatu keganjalan di luar nalar kita.
135
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim Muhammad, Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2001)
Abd. Halim Mahmud , Mani, Metodologi Tafsir terj. Manhaj al-
Mufassirin (Jakarta : PT. Gravindo Persada, 2006)
Adz-Dzahabi Muhammad Husein, Tafsir wa al-Mufassirun (Mesir :
Dar el-Maktab Hadis, 1976), Cet. I
Ali Syibromalisi Faizah, Tafsir Bi Al-Ma’tsur, (Jakarta: Gaung
Persada Press Jakarta, 2010)
Anshori, Perbedaan Pandangan Ulama Mengenai Israiliyat dalam
tafsir al- Qur’an, dalam Artikel Institut Ilmu al-Qur’an
Jakarta, 2014
Anwar, Rasihan, Melacak Unsur-Unsur Isrâiliyyât dalam Tafsir Ibnu
Katsir dan At-Thabari, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999)
Al-‘Arid Ali Hasan, Sejarah Metodologi Tafsir, (Jakarta : Rajawali
Perss, 1994 )
Arsyad Ahmad Khalil, Dirash fi al-Qur’an, (Mesir : Dar al- Ma’arif ,
1972)
‘Alau Ad-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin ‘Umar bin
Khalil al-Syaihi, al-Khazin Abu al-Hasan, Lubabu at-Ta’wil
Fi Ma’ani al-Tanzil (Libanon: Daru al-Fikr, 1979)
‘Ali Al-Sabuni Muhammad, al-Tibyan Fi ‘Ulum al-Qur’an, terj.
Muhammad Qadirun Nur (Jakarta: Pustaka Amami, 2001)
Baghdady ‘Abd ar-Rahman, Beberapa pandangan Mengenai
Penafsiran al-Qur’an, terj. Abu Laila dan Muhammad Thohir,
(Bandung : PT al-Ma’arif, 1988)
Bahjad, Ahmad, Mengenal Allah, Terj. Muhammad Abdul Ghofar
E.M., (Bandung : Pustaka Hidayah, 1998), Cet. I
Baidan Nasruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2000)
136
Baihaqi, Syu’ab al-Iman, Jilid 2
Buchori Didin Saefuddin, Pedoman Memahami Kandung an al-
Qur’an, (Bogor : Granada Sarana Pustaka, 2005), Cet. I
Chirzin Muhammad, al-Qur’an dan Ulum al-Qur’an (Yogyakarta :
Dana Bakti Prima Yasa, 1998)
Departeman Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di
Indonesia, (Jakarta : CV. Anda Utama, 1992)
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.
Ictiar Baru Van Voeve, 1993)
Farawi Abd al-Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i, Penerjemah Suryan
A. Jamrah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994)
Fikri Zul, dalam artikel Pemikiran Penafsiran al-Qur’an, Tafsir dan
Ta’wil Abad pertengahan (Studi Tafsir Lubab al-Ta’wil fi
ma’ani al-Tanzil)
Goldziher, Ignaz, Madzhab Tafsir terj. Madzahib al-Tafsir al-Islamy
(Lebanon : Dar Iqro, 1983)
Hajar Ibnu, al-‘Asqalani, al-Ishabah fi Tamzyizi al-Shahabah, (Kairo
: Maktabah Misr)
Hafiz Syamsyidin, Tabaqatu al-Mufassirun (Libanon: Daru al-Fikr,
1979), Juz I
Katsir Ibnu, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, Jilid I
Katsir Ibnu, al-Bidayahwa al-Nihayah, (Beirut: Dar al-Fikr)
Khalidy Shalah Abdul Fattah, Kisah-Kisah al-Qur’an Pelajaran dari
Orang-Orang Dahulu, Terj. Setiawan Budi Utomo, (Gema Insani
Press, 1996), Jilid III
Mahmudun Nasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Terj. Drs.
Adang Affandi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya),
Cet.IV, 1994
137
Muhammad Nur, Nurbaiti, Isrâiliyyât Dalam Tafsir Al-Jalalain,
Tesis yang diajukan ke Pasca Sarjana Institut Ilmu al-Qur’an
Jakarta, Jakarta : 2012
Muhammad Muhammad Abdurrahim, Tafsir Nabawi, (Jak-Sel :
Pustaka Azzam, 2001)
Mujahidn Muahyan Muhammad, Isrâiliyyât dan Hadis-Hadis Palsu Tafsir
Al-Qur’an; Kritik Nalar Penafsiran Al-Qur’an, (Depok : Keira
Publising, 2014)
Ni’na’ah Ramzi, Al-Israiliyat wa Atsaruha fi Kutub at-Tafsir,
(Damaskus : Dar al-Qalam, Beirut : Dar adh-Dhiya, 1970 )
Nuralfiah, Isrâiliyyât dalam Tafsir Ibn. Katsir Dan Ath-Thabari,
Skripsi yang diajukan ke Program Sarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta : 2013
Qaththan Manna, Mabahis fi Ulum al-Qur’an (Mesir : Mansyurat al-
Ashr la hadis, 1973)
Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan al-Qur’an, (Jakarta : Gema
Insani Press, 1999)
Quraish Shihab, Muhammad, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan
Malaikat dalam Al-Qur’an-As-Sunnah serta wacana
Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta :
Lentera hati, 2000), Cet. IV
Rifa’i Zainul Hasan, Kisah Israiliyyat dalam Penafsiran, Belajar
Mudah ‘Ulum al-Qur’an; Studi Khazanah al-Qur’an, (Jakarta
: Lentera, 2002)
Sayyid al-Musayyar, Muhammad, Buku Pintar Alam Gaib, (Jakarta :
Zaman, 2009), Cet. I
Syarifa Humairo, Riva, Studi Kritis Terhadap Kisah Isrâiliyyât
Dalam Tafsor Al-Misbah (Analisis Surat al-Baqarah dan al-
Kahfi, skripsi yang diajukan ke Program Sarjana Institut
Ilmu al-Qur’an Jakarta, Jakarta : 2016
Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra,1987)
138
Shihab M. Quraisy, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan,
1993)
Shihab M. Quraisy, Wawasan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996),
cet. I
Supiana dan M.Karman, ‘Ulumul Qur’an dan Pengenalan Dasar
Metodologi, (Bandung : Pustaka Islamika)
Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiah,
2004), Cet. I
Usama, Thameem, Metodologi Tafsir al-Qur’an, Kajian Kritis
Objektif dan Komprehensip (Jakarta : Penerbit Riora Citra)
Utsaimin Muhammad bin Shahih, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta :
Darus Sunnah Press, 2004)
Yuha, Siti, Tokoh-Tokoh dalam Qur’an Surat Al-Baqarah, skripsi
yang diajukan ke Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta : 2016
Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Habib, Mengenal Mudah Rukun Islam,
Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, Terj. Dr. Afif
Muhammad M.A., (Bandung : Al-Bayan, 1998), Cet. I
Zahabi, Muhammad Husain, Isrâiliyyât dalam Tafsir dan Hadis,
terjemahan Didin Hafidhuddin, (Bogor:P.T. Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), cet. II
Zaki Alfi, Ahmad, Harut Marut Dalam Al-Qur’an Kajian Tafsir
Maudhu, skripsi yang diajukan ke Program Sarjana UIN
Syarif Kasim Riau, Riau : 2014
Zuhdi, Maspuk, Studi Islam Jilid I, (Jakarta : CV. Raja Wali, 1998),
Cet. I