Hank Prunckun - Edited
-
Upload
maulana-akbar -
Category
Documents
-
view
175 -
download
13
description
Transcript of Hank Prunckun - Edited
I. PENDAHULUAN
Mengapa keberadaan intelijen penting? Hal ini karena adanya kemampuan intelijen
menggunakan kendali atau control terhadap suatu situasi. Kendali (control) dalam pengertian ini
sama dengan kekuatan (power). Menurut Cohen, tanpa power kita tidak akan mampu menangkal
ancaman musuh atau mempengaruhi perilaku musuh sesuai keinginan kita. Dengan memiliki
power maka kita akan memiliki pilihan yang lebih banyak. Semakin besar power, semakin besar
pula kemampuan keamanan. Keamanan yang kuat pada akhirnya akan meningkatkan
kehidupan/kesejahteraan. Oleh karena itu, sejak peristiwa September 2011, kebutuhan akan studi
intelijen semakin meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber daya manusia guna
mendukung keamanan nasional suatu negara.
Prunckun menekankan bahwa intelijen bukan merupakan prediksi “paranormal”
mengenai masa depan, melainkan suatu ilmu yang bersifat pasti (exact science) yang didasarkan
pada metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Intelijen membantu para analis dalam
memberikan solusi atau pilihan bagi para pembuat kebijakan berdasarkan kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Akan tetapi kesimpulan intelijen tersebut tidak bersifat absolut
melainkan lebih berupa gambaran tingkat probabilitas ancaman dan mengurangi ketidakpastian
dalam melihat situasi. Dengan demikian, pengertian intelijen yang dimaksudkan oleh Prunckun
dalam buku ini adalah intelijen yang berfokus pada metode analisis yang mengolah informasi
menjadi produk intelijen berdasarkan penyelidikan metode ilmiah (scientific methods).
II. PEMBAHASAN
2.1 Dasar-Dasar Intelijen dan Proses Penelitian Intelijen
Secara garis besarnya Prunckun dalam tulisannya yang berjudul Handbook of Scientific
Methods of Inquiry for Intelligence Analysis pada bab I menjelaskan tentang dasar-dasar intelijen
dalam rangka mengelola analisis intelijen dan pada bab II menerangkan bagaimana proses
penelitian intelijen dilakukan dengan mengacu pada siklus intelijen. Untuk itu, pada bagian
pembahasan ini akan dijabarkan substansi dari tulisan Prunckun mengenai analisis intelijen untuk
bab I dan bab II beserta tinjauan kritisnya.
2.1.1 Bab I: Dasar-Dasar Intelijen1
Informasi Versus Intelijen
Dalam perspektif intelijen, informasi didefinisikan sebagai data mentah yang belum
disaring yang akan digunakan untuk menghasilkan produk akhir intelijen. Oleh karena itu, tanpa
informasi maka tidak akan ada intelijen.
Sementara itu, Prunckun juga menekankan pentingnya membedakan pengertian antara
informasi dengan intelijen. Intelijen merupakan bagian dari kategori informasi yang lebih luas
yang melibatkan proses pengumpulan, analisis, dan pelaporan kepada pengambil kebijakan. Oleh
karena itu, tidak semua intelijen adalah informasi dan tidak semua informasi adalah intelijen.
Definisi Intelijen
Menurut Prunckun intelijen memiliki 4 pengertian, yaitu intelijen sebagai: (1) tindakan
atau proses yang digunakan untuk menghasilkan pengetahuan, (2) pengetahuan yang dihasilkan
melalui proses, (3) organisasi (seperti dinas rahasia) yang berkaitan dengan pengetahuan, dan (4)
laporan atau briefing yang dihasilkan oleh proses dan organisasi intelijen.
Intelijen Sebagai Pengetahuan
Terkait dengan intelijen sebagai pengetahuan maka pengetahuan yang dimaksud oleh
tulisan Prunckun adalah pengetahuan yang berkenaan dengan musuh, potensial musuh, atau area
operasi yang merupakan target organisasi intelijen. Dalam implementasinya pengetahuan
intelijen memiliki 4 konteks atau bidang yang perlu menjadi perhatian, yaitu: konteks penegakan
hukum, konteks bisnis, konteks militer, dan konteks keamanan nasional.
Intelijen Sebagai Sebuah Proses
Proses intelijen adalah serangkaian prosedur atau langkah-langkah yang membentuk pola
siklus intelijen atau roda perputaran intelijen (RPI). Siklus diawali oleh pengajuan pertanyaan
atau saran yang diajukan oleh pembuat kebijakan (user) atau lebih dikenal sebagai intelligence
requirement atau essential elements of intelligence (EEI). Intelligence requirements ini kemudian
diserahkan kepada dinas rahasia untuk kemudian dimulainya proses siklus intelijen.
Prunckun menetapkan siklus intelijen terdiri dari 7 langkah, 5 langkah pertama
merupakan konversi informasi berupa data mentah menjadi produk akhir intelijen:
1. Perencanaan dan perumusan masalah (direction setting)
2. Pengumpulan informasi (data collection)
3. Pemeriksaan dan pembandingan data (data collation)
4. Proses dan manipulasi data (data manipulation and processing)
5. Analisis data (data analysis)
2
Hasil intelijen dari kelima proses tersebut kemudian dilanjutkan kedua tahap berikutnya
yaitu:
1. Penulisan laporan (report writing)
2. Penyampaian kepada pembuat keputusan termasuk pengaturan mengenai umpan balik
(dissemination to decision makers)
Siklus intelijen bukanlah sesuatu yang unik dalam penelitian intelijen karena hal ini sejalan
dengan siklus penelitian diberbagai disiplin ilmu pada umumnya.
Klasifikasi Penelitian Intelijen
Dalam studi intelijen, intelijen dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Intelijen taktis, yakni informasi yang memberikan kontribusi langsung terhadap pencapaian
tujuan yang bersifat segera, dibatasi waktu, dan dalam jangka pendek. Intelijen taktis ini
biasanya berbentuk pola atau aktivitas operasional tertentu.
2. Intelijen strategis berkaitan dengan forecast untuk jangka panjang dan mencakup
kesimpulan yang lebih luas serta tujuan yang lebih besar. Intelijen strategis biasanya
merupakan bentuk prioritas tertinggi dari intelijen yang memberikan pandangan yang lebih
komprehensif tentang target atau aktivitas, menyampaikan saran tentang ancaman, resiko,
dan kelemahan, memberikan pilihan solusi bagi perencanaan dan pengembangan kebijakan,
membantu alokasi sumber-sumber, dan membutuhkan pengetahuan yang luas tentang target
dan wilayah aktivitas.
3. Intelijen operasi, yakni informasi intelijen guna mendukung operasi yang sedang
berlangsung atau baru dimulai. Pada umumnya intelijen operasi menyediakan
pemahaman/gambaran yang segera dalam mendukung suatu operasi dan berorientasi pada
target atau aktivitas yang spesifik.
Anatomi Intelijen
Sama halnya dengan anatomi tubuh mahluk hidup yang terdiri dari berbagai komponen,
intelijen juga terdiri dari berbagai komponen, yaitu:
1. Penelitian Intelijen Aplikatif. Tulisan Prunckun tidak menekankan pada basic research
maupun theoretical research dalam penelitian intelijen melainkan lebih menekankan pada
penelitian aplikatif yang memiliki tujuan praktis atau memberikan pijakan bagi suatu
kebijakan (seperti: memberikan wawasan atau mengurangi ketidakpastian).
2. Kontraintelijen. Dari sisi pengertian intelijen strategis dan taktis, terdapat perbedaan yang
tipis antara kontraintelijen dan penelitian intelijen, terutama terkait informasi yang berkaitan
dengan upaya musuh yang akan melakukan penyusupan ke dalam organisasi dapat saja
dimasukkan kedalam proses/siklus intelijen dan sifat kontraintelijen yang mengungkapkan 3
validitas informasi lawan termasuk kemampuan dan maksud/tujuan lawan. Keduanya, baik
kontraintelijen maupun penelitian intelijen, sama-sama melakukan aktivitas penelitian.
3. Espionase atau Mata-Mata. Espionase merupakan bentuk klasik dari pengumpulan
intelijen dan termasuk ke dalam langkah ke-2 dalam siklus intelijen. Dengan adanya
perkembangan globalisasi dan peristiwa September 2011, espionase menjadi semakin
penting, terlebih yang berupa penetrasi oleh espionase yang dikombinasikan dengan
peralatan intai audio, frekuensi radio, fotografi, dan pengintaian berbasis satelit.
4. Kontraespionase. Kontraespionase sepintas merupakan aktivitas mata-mata biasa namun
pada kenyataannya kontraespionase terkait dengan aktivitas kontraintelijen yaitu fungsi
intelijen yang rumit karena merekayasa strategi yang kompleks dengan menempatkan satu
agen ke dalam personel intelijen musuh.
5. Covert Action. Covert action menempatkan fungsi intelijen ke dalam wilayah abu-abu dalam
pekerjaan intelijen. Covert action menggunakan berbagai macam metode pengumpulan data
(collector) namun di satu sisi juga berperan memberikan saran atau counsel, dukungan
keuangan dan nonmateril, dan bantuan teknis kepada pihak-pihak oposisi yang
berseberangan dengan target atau musuh.
Tipologi Intelijen
Berdasarkan lingkungan organisasi intelijen beroperasi maka intelijen dapat dibagi
menjadi 5 tipe, yaitu:
1. Intelijen Keamanan Nasional. Tipe ini biasanya dilaksanakan oleh berbagai cabang dari
departemen atau organisasi pemerintah termasuk militer, departemen luar negeri, atau
lembaga lainnya bergantung pada kebutuhan negara masing-masing.
2. Intelijen Militer. Intelijen militer tidak hanya berfungsi dalam keadaan perang semata tetapi
juga dalam keadaan damai.
3. Intelijen Penegakan Hukum. Intelijen penegakan hukum memberikan saran yang berfokus
pada aktivitas kriminal yang berpotensial berkembang menjadi masalah didalam masyarakat.
Intelijen penegakan hukum juga tidak sebatas urusan kepolisian semata melainkan juga lebih
luas sebagai regulatory agency, seperti: bea cukai, imigrasi, dan intelijen lapas.
4. Intelijen Bisnis. Tipe ini berkaitan dengan intelijen persaingan antara perusahaan-
perusahaan komersial untuk memenangkan persaingan ekonomi.
5. Intelijen Swasta. Tipe ini berkaitan dengan perusahaan swasta yang memberikan jasa
intelijen berupa private investigator atau detective. Intelijen swasta pada umumnya memiliki
latar belakang intelijen penegakan hukum, intelijen militer, dan intelijen keamanan nasional.
2.1.2 Bab II: Proses Penelitian Intelijen4
Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan sentral dari penelitian intelijen. Menurut Aristoteles
permulaan yang baik merupakan setengah dari seluruh pekerjaan. Pernyataan ini berlaku dalam
konteks penelitian intelijen. Pertanyaan dari para pembuat keputusan dan hipotesis dari para
analis merupakan pijakan dasar bagi suatu proyek penelitian intelijen. Di dalam ilmu perilaku
dan sosial, istilah hipotesis biasa digunakan, namun dalam intelijen, istilah explanation sering
digunakan. Namun dalam tulisan ini Prunckun menggunakan istilah hipotesis.
Pertanyaan dari pembuat keputusan harus jelas merujuk pada permasalahan. Sementara
itu, intelijen harus memberikan gambaran yang mengarahkan pilihan-pilihan yang mungkin
diambil berdasarkan kesimpulan yang dapat dipertahankan yang berasal dari bukti-bukti hasil
penelitian. Analis dapat menyediakan skenario yang mungkin diambil di masa mendatang dalam
situasi lingkungan tertentu. Analis juga dapat memilih teori secara bebas termasuk menentukan
pertanyaan penelitian sehingga dapat menyimpulkan ada beberapa skenario pilihan. Teknik
analisis ini disebut juga morphological analysis.
Tinjauan Literatur
Tujuan tinjauan literatur adalah mengupayakan agar penelitian memiliki keterkaitan
dengan isu-isu yang sedang diinvestigasi sehingga diharapkan akan membentuk konsep dan
konteks teori bagi proyek penelitian tersebut. Tinjauan literatur membantu para analis melihat isu
yang diteliti menjadi lebih luas karena hampir tidak ada isu yang terisolasi dari isu-isu lainnya.
Metodologi
Pertanyaan penelitian seperti dijelaskan sebelumnya akan mengarahkan seluruh langkah
proses penelitian. Sementara itu, metodologi berkaitan dengan aspek nyata dari penelitian. Analis
harus dapat mendefinisikan konsep yang dipelajari sehingga konsep-konsep tersebut dapat diukur
atau dioperasionalisasikan.
Desain penelitian pada umumnya mencakup evaluasi (melakukan koreksi terhadap
program/operasi), studi kasus (peristiwa apa yang sedang berlangsung), studi longitudinal
(apakah akan ada perubahan ketika penelitian dilakukan dalam kurun waktu yang lama),
perbandingan (apakah A dan B memiliki perbedaan), studi lintas sektoral (apakah A dan B
memiliki perbedaan pada kurun waktu tertentu), perbandingan longitudinal (apakah A dan B
memiliki perbedaan ketika ditempatkan dalam kurun waktu yang panjang), dan percobaan atau
studi kuasi-percobaan (peristiwa A akan berdampak apa terhadap B).
Metodologi mengharuskan para analis mengidentifikasi tipe data (data primer atau
sekunder atau data kualitatif atau kuantitatif) yang telah dikumpulkan dan bagaimana data-data 5
tersebut diperiksa (collated) dan dianalis (secara statistik dan konten analisis) untuk menguji
hipotesis mereka. Analis juga harus mempertimbangkan isu-isu yang terkait termasuk
menentukan ukuran sampel dan kontrol terhadap variabel-variabel. Faktor-faktor yang tidak
relevan kadang dapat membatasi penelitian.
Rencana Pengumpulan Intelijen
Para analis dalam penelitian intelijen dapat menggunakan rencana pengumpulan intelijen
sebagai sebuah alat konseptual untuk mendesain dan mengelola pengumpulan data. Dalam
rencana pengumpulan intelijen terdapat 2 cara, yaitu:
1. Diagram fishbone yang mengkoordinasikan rencana pengumpulan intelijen dengan
mengidentifikasi dan menggali isu-isu sebab-akibat serta mengadaptasikannya di dalam
pengelolaan proses pengumpulan. Target intelijen atau pertanyaan penelitian diletakan pada
bagian paling kanan dari diagram (posisi kepala ikan). Sebagian susunan tulang ikan yang
besar/utama merupakan agen-agen intelijen dan sumber-sumber informasi dan susunan
bagian yang lebih kecil merupakan detail data yang diperlukan. Ketika sudah diterima, setiap
potongan data dapat ditampilkan dalam diagram yang menggambarkan keseluruhan progres
dalam bentuk visual. Gambar visual tersebut dapat dikonversikan dalam bentuk naratif atau
statistik (lihat gambar 2.1)
2. Tabel pengumpulan data yang membantu mengelola kebutuhan data dari para analis
dengan mengidentifikasi tipe data, sumber, resiko, biaya, dan prioritas dalam pengumpulan
data. Dengan memulai dari tipe data, analis dapat mengubah tipe data menjadi pertanyaan
yang akan dijawab. Kemudian analis dapat mulai menganalisis resiko, biaya-biaya yang
timbul, dan tingkat prioritas (lihat tabel 2.1).
Pengumpulan data
Informasi untuk penelitian intelijen dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Meskipun
intelijen memiliki tipe yang berbeda-beda seperti intelijen keamanan nasional, intelijen militer,
intelijen penegakan hukum, dan intelijen bisnis namun sumber-sumber intelijen tetap relatif sama
untuk masing-masing tipe tersebut.
Sebagai contoh sumber informasi akan sama antara intelijen keamanan nasional dengan
intelijen militer jika kepentingan pengumpulan data terkait dengan isu/target yang sama misalnya
jaringan sel teroris internasional yang beroperasi di luar negeri; begitu pula dengan bisnis
intelijen jika terkait dengan fasilitas industri dan bisnis menjadi target serangan teroris; dan pihak
yang mempekerjakan intelijen swasta terkait dengan lobi anti nuklir yang menyoroti masalah
rapuhnya karakteristik fasilitas nuklir terkait dengan serangan teroris.
6
Evaluasi Data
Mengevaluasi informasi merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses analisis.
Dalam melakukan evaluasi reliabilitas dan validitas data harus dievaluasi. Menurut Prunckun
paling tidak ada 2 cara dalam membantu proses evaluasi data dengan menetapkan rating
berdasarkan,:
1. Kode akurasi informasi (information accuracy code), yang membagi kategorisasi tingkat
akurasi informasi dari 1 s/d 8 (lihat tabel 2.2). Semakin besar kode semakin rendah tingkat
akurasinya. Contoh: 1=confirmed dengan kemungkinan kebenaran 100%, 2=probably true
dengan kemungkinan kebenaran 80%, 3=possibly true dengan kemungkinan kebenaran 60%,
dst.
2. Kode tingkat kepercayaan informasi (information reality code), yang membagi kategorisasi
tingkat kepercayaan informasi dari A s/d F (lihat tabel 2.3) .Semakin besar kode semakin
rendah tingkat kepercayaannya. Contoh: A=completely reliable dengan kemungkinan
kebenaran 100%, B=usually reliable dengan kemungkinan kebenaran 80%, C=fairly reliable
dengan kemungkinan kebenaran 60%, dst.
Pengawasan Kualitas Informasi
Untuk membantu para analis dalam menentukan tingkat relevan tiap potongan informasi
yang diperoleh dalam suatu proyek penelitian, penggunaan metode labelling pada tiap-tiap item
data sangat diperlukan. Apabila analis dapat menghubungkan suatu data dengan sumber lainnya
sehingga menjadi data yang terpercaya maka secara teoritis ia meningkatkan peluang bahwa data
tersebut adalah benar atau valid. Untuk itu, setiap data (sebagai contoh data rating A-1) perlu
dilakukan verifikasi secara independen terhadap dua atau lebih sumber-sumber intelijen lainnya.
Penghapusan File
Salah satu bagian dari pengawasan kualitas data intelijen adalah menghapus atau
membuang data yang berlebih atau tidak relevan (purging) karena akumulasi data yang
terkumpul dapat menumpuk dalam waktu yang relatif singkat dan berlangsung cepat. Tidak
dihapusnya data yang tidak relevan akan mengurangi tingkat akurasi yang dapat membahayakan
rekomendasi akhir suatu hasil analisis. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu menyimpan data
yang tidak relevan dapat merupakan tindakan melanggar hukum.
Namun, berkaitan dengan adanya keterbatasan analis dalam memprediksi kebutuhan
informasi intelijen di masa mendatang, apabila terdapat data intelijen yang berguna maka data
tersebut dapat disimpan di dalam sistem data base (retaining). Di beberapa kantor intelijen, jika
suatu data tidak dapat dinilai (judge) maka pihak pelapor asli data intelijen tersebut (originator of
the report) harus melakukan update atau memberikan komentar. Data intelijen yang telah di-7
upgrade dapat dimasukkan kembali ke dalam sistem data base dan yang tidak bisa di-upgrade
kembali dapat dilakukan penghancuran/penghapusan data.
Di samping itu, dalam tulisan Prunckun paling tidak ada 4 pertimbangan dalam
melakukan penghapusan data intelijen yaitu akurasi, relevansi, periode waktu, dan kelengkapan
(lihat tabel 2.4). Keempat pertimbangan tersebut dapat diaplikasikan kedalam data yang akan
disimpan, di-upgrade, dan dihapus.
Data Collation
Proses data collation adalah tindakan menghapus data yang salah, tidak relevan, dan
tidak bernilai sehingga data yang tersisa sudah dalam bentuk format subyek tertentu. Ada
beberapa teknik dalam menyimpan dan menarik kembali data yaitu: registrasi informasi,
indexing, cross-referencing, dan keywording.
Sistem Intelijen
1. Konsep Retrieval dan Penyimpanan Data Dasar. Konsep ini terkait dengan pengelolaan
data dalam jumlah besar, yakni untuk menyimpan data dan menarik kembali data dari
gudang data. Teknologi ini digunakan agar data tidak hilang di dalam sistem dengan
menggunakan metode pemberian indeks data. Tipe penggunaan indeks antara lain adalah
Author Indexes, Alphabetical Subject Indexes, Keyword in Context, Hierarchical Indexes,
Permuted Title Indexes, dan Sound Indexing.
2. Soundex-Based System. Soundex merupakan metode pencarian data yang pengucapannya
secara pasti belum dapat diketahui. Pencarian jenis ini lebih berdasarkan pada phonetic
spelling sebuah kata daripada kombinasi kata-kata (judul atau subyek) seperti yang
diaplikasikan oleh metode indeks lainnya.
3. Internet-Based System. Mesin pencari data berbasis internet biasanya dilakukan dengan 2
langkah proses indeks yang di-posting ke dalam website. Langkah pertama adalah “web
crawling” atau “spidering” (browses or crawls the web) dan langkah kedua adalah proses
indexing.
Analisis Data
Informasi dianalisis untuk menggambarkan kesimpulan tentang suatu aktivitas, individu,
kelompok, atau organisasi yang merupakan inti pertanyaan penelitian sehingga pada akhirnya
dapat menyediakan jawaban berupa gambaran yang jelas untuk para pembuat keputusan. Proses
analisis dapat dibagi menjadi beberapa langkah yaitu:
1. Meneliti data yang terkumpul
2. Memisahkan fakta dari opini (evaluasi informasi)8
3. Mengembangkan kesimpulan
4. Membahas kekuatan dan keterbatasan dari berbagai kesimpulan (berdasarkan probabilitas)
5. Membuat kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan intelijen pembuat
keputusan
Menurut Prunckun proyek penelitian intelijen pada umumnya melakukan analisis melalui
proses tiga tahap, yaitu:
1. Mempersiapkan data dengan melakukan pembersihan data dari kesalahan-kesalahan (errors)
atau kejanggalan-kejanggalan (anomalies) yang terjadi selama fase pengumpulan data.
2. Mengelola data agar informasi dapat dipresentasikan secara statistik untuk penelitian
kuantitatif atau metode lainnya untuk penelitian kualitatif.
3. Menguji hipotesis penelitian atau model dengan menggunakan uji statistik atau teknik
analisis spesifik (bergantung pada tipe data).
Pengembangan Inferensi dan Kesimpulan
Fase terakhir dari proses penelitian intelijen adalah menguji hipotesis penelitian.
Pengujian dapat dilakukan dengan metode statistik atau teknik lain jika yang digunakan adalah
data kualitatif. Pengembangan inferensi dapat dilakukan dengan logika deduktif dan induktif.
Logika deduktif diawali dengan data umum menuju ke khusus dan induktif dari data khusus
menuju data umum. Berikut ini adalah contoh logika deduktif dengan dua premis:
Warga penduduk dikatakan bertindak kriminal karena mereka dianggap bersalah
melawan hukum.
Mac DaKnife telah dinyatakan bersalah melawan hukum.
Dengan demikian, Mac DaKnife adalah seorang kriminal.
Berikut ini adalah contoh logika induktif dengan dua premis:
Negara Q serupa dengan negara X.
Negara Q memberikan tempat perlindungan terhadap teroris.
Dengan demikian, Negara X memberikan perlindungan terhadap teroris.
Untuk contoh pertama, kedua premis adalah benar maka inferensi adalah valid. Untuk yang
contoh induktif yang kedua, premis tertampak tidak salah namun untuk inferensi dibutuhkan
variabel lain untuk membuktikan bahwa negara X memberikan perlindungan terhadap teroris.
Membuat Rekomendasi9
Rekomendasi berasal dari kesimpulan hasil penelitian. Rekomendasi adalah isu sentral
yang harus analis sampaikan kepada para pembuat keputusan guna mengambil tindakan.
Sementara itu, tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan berasal dari pertanyaan penelitian
atau dari tambahan isu-isu lainnya yang ditemukan melalui penelitian tersebut.
Seni membuat rekomendasi merupakan hal yang terpisah dari penelitian intelijen. Analis
intelijen bukan merupakan pembuat keputusan maupun penasihat politik namun analis intelijen
hanya merupakan pakar yang memberikan rekomendasi dengan rentang pilihan yang luas dari
tidak mengambil tindakan apapun hingga mengambil tindakan rumit/berbiaya tinggi. Dengan
demikian, analis intelijen tidak berkaitan dengan apakah rekomendasi tersebut akan
diimplementasikan oleh organisasi intelijen (agency) atau tidak.
Teknik “The Straw Man”
Salah satu metode yang memberikan panduan kepada pembuat keputusan adalah teknik
“the straw man”. Dalam teknik ini, rekomendasi masih berupa draf yang dibuat oleh analis
intelijen untuk diberikan kepada pembuat keputusan dengan rentang pilihan yang banyak. Oleh
karena itu, pembuat keputusan dapat memberikan masukan atau feedback langsung ke dalam
rekomendasi tersebut berdasarkan pertimbangan politik.
Penyampaian laporan (Dissemination)
Dissemination adalah istilah yang digunakan dalam siklus intelijen terkait dengan
penyerahan atau penyampaian produk intelijen kepada pembuat keputusan seperti laporan dan
briefing. Karena laporan intelijen sangat beragam ukuranya dimulai dari briefing (laporan taktis
dan operasional) hingga laporan kajian yang panjang (laporan penilaian stratejik) maka sulit
melakukan kategorisasi bagi report dissemination.
III. KESIMPULAN
Di era globalisasi dan pasca-serangan September 2001, masyarakat dunia mengalami
perkembangan yang signifikan terkait dengan studi intelijen. Dengan terungkapnya berbagai
classified information masa Perang Dingin dan pasca-Perang Dingin, terbukti bahwa intelijen
berperan sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam menjelaskan fenomena dalam politik
dan ekonomi internasional. Hal ini berkaitan pula dengan intelijen tidak lagi dipandang sebagai
pengertian spying, espionage, secret, dunia yang penuh dengan gadgetary, atau pemerintahan
yang otoriter atau represif, melainkan intelijen yang berfokus pada pengelolaan informasi
menjadi intelijen berdasarkan analisis intelijen dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
Dengan semakin meningkatnya ancaman keamanan nasional yang bersifat asimetrik
(terorisme, separatisme, narkotika, kelompok kriminal, kejahatan cyber, insurgensi, musuh yang 10
bersifat ireguler, dsb), pengembangan dalam penanganan analisis intelijen amat perlu
dikembangkan. Saat ini dan di masa mendatang, analis intelijen harus mengembangkan
pengetahuan (kependudukan, sosial, budaya, teknologi komunikasi di samping bidang tradisional
lainnya seperti militer, intelijen, diplomasi, hukum, ekonomi), pemahaman yang baik tentang
target tersembunyi, dan informasi yang semakin pesat. Dengan demikian, tulisan Prunckun
seperti yang dibahas di atas sangat penting untuk dipahami oleh para praktisi analis intelijen
maupun akademisi, sebagai panduan dalam melakukan analisis intelijen berdasarkan metode
ilmiah.
11