Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

12
30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009 Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku Widodo *) *) Guru SDK BPK PENABUR Tasikmalaya Penelitian alam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan di sekolah baik di masing- masing satuan pendidikan dan secara nasional, Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) memberikan kebebasan menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dengan kondisi lokal tanpa mengabaikan tuntutan mutu secara nasional. Dalam kenyataannya tidak jarang ditemui KKM yang ditetapkan itu tidak dapat dipenuhi karena penyusunan dan penetapannya kurang tepat dan kurang berpedoman pada ketentuan yang ada. Dengan demikian proses dan hasil belajar dan membelajarkan di sekolah tidak mencapai mutu seperti yang direncanakan. Tulisan berikut membahas cara menyusun dan menetapkan KKM untuk masing-masing mata pelajaran dengan tujuan dapat memberikan pencerahan kepada guru dan sekolah sehingga peserta didik dan guru, serta sekolah secara keseluruhan, dapat memenuhi KKM secara baik. Tulisan ini secara khusus membahas penggunaan bilangan baku dalam mencapai KKM. Kata kunci : KKM, sekolah, LHBS, bilangan baku Abstract To enhance the education quality at school level as well as at national level, the government has been implementing the 2006 Curriculum (Curriculum of Educational Unit Level) in which every school is authorized to develop its own curriculum based on the basic guidelines given by the Central Government. To attain the curriculum objectives, each school is also encouraged to set the criteria for learning mastery (KKM) for each subject. However, in the implementation not all of schools can fulfill the criteria (KKM) as they were not properly formulated and set. This article discusses how to formulate and define the criteria (KKM) properly based on the regulations and existing school conditions. This article introduces the techniques of using standardized scores in relation to the fulfillment of KKM. Key words: KKM, SKBM, standardized score Abstrak D Pendahuluan Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yang memberikan tempat seluas-luasnya bagi setiap sekolah untuk merancang sendiri kurikulum- nya. Kurikulum 2006 disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kebebasan sekolah yang dapat berbeda dengan sekolah lain adalah dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajarannya. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sama artinya dengan istilah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).

Transcript of Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

Page 1: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal MenggunakanBilangan Baku

Widodo*)

*) Guru SDK BPK PENABUR Tasikmalaya

Penelitian

alam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan di sekolah baik di masing-masing satuan pendidikan dan secara nasional, Kurikulum 2006 (Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan) memberikan kebebasan menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) sesuai dengan kondisi lokal tanpa mengabaikan tuntutan mutu secara nasional.

Dalam kenyataannya tidak jarang ditemui KKM yang ditetapkan itu tidak dapat dipenuhi karenapenyusunan dan penetapannya kurang tepat dan kurang berpedoman pada ketentuan yang ada.Dengan demikian proses dan hasil belajar dan membelajarkan di sekolah tidak mencapai mutuseperti yang direncanakan. Tulisan berikut membahas cara menyusun dan menetapkan KKMuntuk masing-masing mata pelajaran dengan tujuan dapat memberikan pencerahan kepada gurudan sekolah sehingga peserta didik dan guru, serta sekolah secara keseluruhan, dapat memenuhiKKM secara baik. Tulisan ini secara khusus membahas penggunaan bilangan baku dalam mencapaiKKM.

Kata kunci : KKM, sekolah, LHBS, bilangan baku

AbstractTo enhance the education quality at school level as well as at national level, the government has beenimplementing the 2006 Curriculum (Curriculum of Educational Unit Level) in which every school is authorizedto develop its own curriculum based on the basic guidelines given by the Central Government. To attain thecurriculum objectives, each school is also encouraged to set the criteria for learning mastery (KKM) for eachsubject. However, in the implementation not all of schools can fulfill the criteria (KKM) as they were notproperly formulated and set. This article discusses how to formulate and define the criteria (KKM) properlybased on the regulations and existing school conditions. This article introduces the techniques of usingstandardized scores in relation to the fulfillment of KKM.

Key words: KKM, SKBM, standardized score

Abstrak

D

Pendahuluan

Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yangmemberikan tempat seluas-luasnya bagi setiapsekolah untuk merancang sendiri kurikulum-nya. Kurikulum 2006 disebut dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satukebebasan sekolah yang dapat berbeda dengansekolah lain adalah dalam menentukan KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) setiap matapelajarannya. Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) sama artinya dengan istilah StandarKetuntasan Belajar Minimal (SKBM).

Page 2: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

Sebelum tahun pelajaran dimulai setiapguru menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) mata pelajaran yang akan diajarkan. KKMtersebut menjadi KKM sekolah. KKM Pelajaranyang satu berbeda dengan pelajaran lainnya.KKM pelajaran yang sama di tingkat kelas yangdi bawah dapat berbeda dengan tingkat kelas diatasnya. KKM yang telah ditetapkan oleh gurudan sekolah harus dicantumkan dalam LaporanHasil Belajar Siswa disingkat LHBS atau Rapor(Bimtek Kurikulum 2006: 2).

Sebagian besar guru-guru SD BPKPENABUR Tasikmalaya menetapkan KKMhanya berdasarkan alasan agar mudah dicapaisiswa dan lebih terkesan “Sesuai yang aku mau”secara spontan menyebut suatu “angka aman”,sehingga tidak berani menetapkan KKM denganangka lebih tinggi. Penetapan KKM tidakdibentuk menggunakan kriteria-kriteria yangsebenarnya. Guru tidak dapat menunjukkandasar penetapan KKM secara tertulis, guruhanya memberikan suatu angka. Sementara ituada juga sejumlah guru beranggapan penetapanKKM merepotkan, hanya menambah pekerjaan,dan belum dapat melihat manfaat tambahanbagi guru. Akibatnya KKM yang ditetapkankurang mencerminkan intake siswa, kompleksi-tas bahan ajar, serta daya dukung yang dimiliki.Guru tidak melakukan perubahan dan pem-bangunan diri dalam pembelajarannya. Seolah-olah ada atau tidak ada KKM sama saja, yangpenting semua bahan ajar telah diajarkan. Tidakterlihat semangat guru yang dapat mempeng-aruhi siswa berusaha mencapai KKM.Penyusunan soal tes tidak mencerminkanindikator-indikator Kompetensi Dasar, sehinggaterdapat ketidak sesuaian antara soal tes denganindikatornya dan hasilnya kurang memuaskan.Ada tes ulang tanpa ada remedial ataubimbingan. Kualitas pendidikan tidak mening-kat, bahkan cenderung menurun, dan tertinggaldengan pesaing-pesaing yang bersemangatmelakukan perubahan-perubahan. Dengandemikian, dirasakan sangat perlu membenahipembelajaran dengan penetapan KKM yangbenar (sesuai kriteria) dan cara-cara mencapaiKKM yang benar pula.

Penetapan KKM sejalan dengan sistem“Belajar Tuntas” atau “Mastery Learning”(Moleong, 1978: 6). Seluruh siswa tanpa kecualiharus dapat mencapai taraf penguasaan penuhpada setiap Kompetensi Dasar (KD). Tes formatif(ulangan harian) dan tes sumatif (Tes evaluasiakhir semester atau uji blok) dilakukan bukan

hanya untuk menentukan angka kemajuanbelajar semata, tetapi juga sebagai dasar catubalik (feed back) untuk menentukan saat setiapsiswa memperoleh bantuan dalam mencapaitujuan pembelajaran (Stone & Nielson, 1982: 11).Tes formatif dimaksud merupakan tes yangdilakukan untuk melakukan evaluasi setelahpembahasan selesai satu atau dua KompetensiDasar (KD). Tes sumatif dimaksud merupakantes yang dilaksanakan setelah seluruhKompetensi Dasar dalam satu semester telahselesai pembahasannya (Dick & Carey, 1978: 8,10, 11). Dengan demikian tes yang dilakukandisebut ‘Diagnostic Progress Test’ atau TesDiagnosa Kemajuan.

Pencapaian KKM meskipun secara eksplisitditujukan kepada siswa yang harus mencapai-nya, namun sebenarnya secara implisit jugaditujukan kepada guru untuk mencapainya.Guru yang profesional harus dapat menentukanKKM yang tepat dan dengan segala kemam-puannya mengupayakan seluruh siswa dapatmencapai bahkan dapat melampaui KKM.

Upaya guru secara garis besar meliputiempat langkah yang dikenal dengan istilah“P3R” yaitu Persiapan, Pelaksanaan, Penilaian,dan Refleksi (Suparno 1998: 72). Yang dimaksudpersiapan yaitu guru membuat programpembelajaran tahunan, program semester,menyusun silabus, dan membuat rencanapembelajaran. Pembuatan program pembel-ajaran tersebut dituntun dan merupakanpengembangan standar kompetensi (SK) dankompetensi dasar (KD) yang terdapat dalamkurikulum 2006. Guru dapat mengembangkanatau memperkaya dengan menambahkan materilain yang berhubungan. Di dalam pembuatanrencana pembelajaran (RP) atau rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP) dapatditambahkan catatan tentang isu atau kejadianatau peristiwa atau berita yang sedang hangatyang dapat dikaitkan dengan kompetensi dasar(KD) yang akan dibahas.

Selanjutnya, guru melaksanakan pembel-ajaran sesuai jadwal dan sesuai programsemester. Setiap selesai pembahasan satu ataudua kompetensi dasar (KD) dilakukan tesformatif untuk melakukan penilaian mengukurtingkat pencapaian KKM. Disarankan menggu-nakan tes obyektif agar mudah melakukananalisa tes. Tahap akhir adalah guru melakukanrefleksi merenungkan semua tahapan yang telahdilaksanakan untuk menemukan kekurangan-kekurangan guna melakukan perbaikan tugas

Page 3: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

profesional guru di kemudian hari. Demikianjuga gaya mengajar guru mencerminkanpelaksanaan pengajaran ikut mempengaruhipencapaian KKM (Dianne Lapp, dkk, 1975: 1).Guru sebagai orang dewasa diharapkan mampumemperbaiki bahkan mengubah gayamengajarnya bila ternyata gaya mengajarnyakurang dapat mendukung / membantu siswamencapai ketuntasan (KKM) yang diharapkan.Tidak kalah pentingnya guru harus memahami,bahwa setiap siswa mempunyai keragamandalam hal kecakapan maupun kepribadian yangmerupakan ciri-ciri khusus yang bersifatmenonjol yang membedakan dirinya denganorang lain. (Hall & Lindsey, 1981: 9). Dengandemikian pemberian bimbingan harus disesu-aikan dengan sifat-sifat khas setiap siswa.

Uraian sebelumnya menunjukkan KKM diawal proses pembelajaran menentukan prosesbelajar-membelajarkan dan pencapaian tujuanpembelajaran. Dengan demikian penyusunandan penetapan KKM perlu dilakukan secaracermat, tidak semata-mata memperhatikan apayang hendak dicapai, tetapi juga bagaimanakeadaan yang ada. Masalahnya kemudian ialah,bagaimana menyusun, menetapkan KKM danmencapai KKM itu?

Pembahasan

Penetapan KKMKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkanpada awal tahun pelajaran oleh forum wargasekolah (Guru dan Kepala Sekolah) dalam rapat.Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilanganbulat dengan rentang 0 – 100. Nilai ketuntasanbelajar maksimal adalah 100, tetapi sekolahdiperbolehkan menetapkan KKM di bawah 100.Nilai KKM yang telah ditetapkan sekolah harusdicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa(LHBS) atau Rapor dalam kolom KKM atau SKB.Urut-urutan penetapan KKM adalah sebagaiberikut.

KKMSK

KKMIndikator

KKMMP

KKMKD

KKMSekolah

Keterangan:KKM Indikator

Indikator-indikator yang terdapat dalamKompetensi Dasar (KD) kemungkinanberbeda-beda kompleksitasnya, ada yangtinggi, sedang, dan rendah. Dengandemikian setiap indikator memiliki KKMyang berbeda. KKM Indikator dirata-ratakandan menjadi KKM Kompetensi Dasar (KD).

KKM Kompetensi Dasar (KD)Setiap Standar Kompetensi (SK) terdiri atasbeberapa Kompetensi Dasar (KD) yangmemiliki KKM yang berbeda (hasil rata-rataKKM indikator-indikatornya). Rata-rataKKM KD menjadi KKM SK.

KKM Standar Kompetensi (SK)KKM Standar Kompetensi (SK) merupakanhasil rata-rata KKM KD. Rata-rata dari KKMSK suatu mata pelajaran menjadi KKM MataPelajaran.

KKM Mata Pelajaran (MP)KKM Mata Pelajaran (MP) merupakan hasilrata-rata KKM setiap Standar Kompetensi(SK). KKM MP antara tingkat kelas yangsatu dengan tingkat kelas yang lainnyaboleh berbeda, boleh juga sama ditentukanoleh kriteria-kriteria yang membentuk KKM.

KKM SekolahMenggambarkan KKM Mata Pelajaranseluruh tingkat kelas di sekolah tersebut.KKM sekolah yang satu boleh berbedadengan KKM sekolah lainnya.

Kompetensi Dasar (KD) merupakan sejum-lah kemampuan yang harus dimiliki pesertadidik dalam mata pelajaran tertentu sebagairujukan untuk menyusun indikator kompetensi.Standar Kompetensi merupakan kualifikasikemampuan minimal peserta didik yangmenggambarkan penguasaan sikap, pengeta-huan, dan keterampilan yang diharapkan

Page 4: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester.SK terdiri atas sejumlah KD sebagai acuan bakuyang harus dicapai dan berlaku secara nasional(Kurikulum 2006).

Kriteria Penetapan KKMPenetapan KKM tidak dilakukan secarasembarangan menetapkan angka tertentu sesuaikeinginan guru, tetapi harus memenuhi kriteria(1) kompleksitas (kesulitan dan kerumitanbahan ajar), (2) daya dukung, dan (3) intake siswa.Ketiga kriteria ini merupakan kriteria minimaluntuk mencapai target minimal penguasaansiswa terhadap suatu kompetensi dasar.Sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat dariberbagai segi pengukuran selain tes tertulis, adates lisan, pengamatan, unjuk kerja, tugas, danlain-lain.

1. Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan bahanajar)

Tingkat kompleksitas setiap mata pelajaranbahkan setiap Kompetensi Dasar (KD) berbeda-beda. Tingkat kompleksitas yang tinggi akanmempengaruhi penetapan KKM menjadi rendahdan sebaliknya tingkat kompleksitas rendahakan mempengaruhi penetapan KKM yangtinggi. Tingkat kompleksitas suatu matapelajaran dikategorikan tinggi bila dalampelaksanaan pembelajarannya menuntut (1)guru harus memahami dengan sungguh-sungguh kompetensi yang harus dicapai siswa,dan guru dituntut harus kreatif serta inovatifdalam melaksanakan pembelajaran, (2) waktuyang diperlukan untuk pembelajaran cukuplama (jam tatap muka banyak) karenamemerlukan pengulangan-pengulangan, dan (3)sangat diperlukan penalaran dan kecermatansiswa yang tinggi.

Contoh kompleksitas tinggi: Mata pelajaranMatematika1) Matematika SD pembahasan Bangun Ruang

(khususnya Luas Permukaan), kelas VI- Anak harus membayangkan bentuk

bangun ruang- Anak harus mampu mengembangkan

rumus penghitungan- Anak harus memahami bahan pem-

belajaran kelas sebelumnya (kelas IVdan V)

2) Matematika SMP pembahasan Aljabar Per-faktoran, kelas VIII

- Anak harus membayangkan bentukaljabar

- Anak harus memahami bahan pembel-ajaran kelas sebelumnya (kelas VII)

3) Matematika SMA pembahasan Dimensi 3(Ukur Ruang), kelas X- Siswa harus mampu membayangkan

permasalahan Dimensi 3- Siswa harus mampu menggambar bangun- Siswa harus mampu membuat model- Siswa harus mampu menganalisa

Contoh kompleksitas rendah: Mata pelajaranMatematika1) Matematika SD pembahasan operasi bilang-

an- Anak hanya dituntut kemampuan

menambah dan mengurangkan. Misal 10 + 5 = . . .atau 75 – 30 = . . .

2) Matematika SMP pembahasan Statistik, kelasIX- Sedikit rumus dan hanya operasi

menambah dan mengurangkan3) Matematika SMA pembahasan Matrik, kelas

XII- Hanya operasi menambah dan mengu-

rangkan

Tinggi-rendahnya kompleksitas bahanpembelajaran dapat dikatakan relatif. Untuksekolah yang satu dinilai tinggi tetapi di sekolahlain dinilai sedang. Khususnya Matematika, bilasoalnya saja belum terbayang, bagaimana bisamengerjakannya?. Rupanya kalimat tersebutyang menjadi kunci Matematika memilikikompleksitas tinggi.

Guru masa depan tidak lagi tampil sebagaipengajar (teacher), melainkan beralih sebagaipelatih (coach), pembimbing (counselor), danmanajer belajar (learning manager). (Sidi, 2001).Ada pepatah kuno, bahwa ’murid tidak dapatmelebihi gurunya, sudah baik bila ia dapatmenyamai gurunya’. Bagaimana mungkin siswadapat menyamai atau bahkan melebihi gurunya,kalau sang guru tidak memberikan seluruhilmunya kepada siswanya. Mengukurkeberhasilan belajar siswa dari apa yang telahdipelajarinya, bukan yang tidak dipelajarinya.Sesulit apapun soal, bila mengetahui caramemecahkannya, karena pernah berlatih soalyang serupa pastilah siswa dapat memecah-kannya. Setidaknya ada semangat untukberusaha memecahkannya.

Page 5: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

Sebenarnya tidak ada mata pelajaran yangmemiliki kompleksitas tinggi, bila semua bahanajar telah diajarkan tuntas sampai denganpemberian soal-soal latihannya. Suatu matapelajaran menjadi memiliki kompleksitas tinggikarena ada sebagian bahan yang tidak diajarkansecara tuntas, demikian juga soal-soallatihannya ada yang tidak dibahas. Bahan yangtidak diajarkan dan soal-soal latihan yang tidakdilatihkan justru dijadikan soal tes. Sudah dapatdipastikan hasilnya tidak semua siswa mampumencapai KKM, lalu disimpulkan memilikikompleksitas tinggi. Siswa tidak mampumemecahkan, karena guru tidak pernahmengajarkannya dan tidak pernah melatihkansoal yang serupa (bukan soal yang sama).Diharapkan keadaan yang demikian tidakterjadi, khususnya di lingkungan BPKPENABUR sehingga guru benar-benar tetapmenjaga profesionalismenya.

2. Daya DukungYang dimaksudkan dengan daya dukung yaitu(a) tenaga pengajar (guru) yang memenuhikualifikasi minimal S1/D4 yang selalu siapmelaksanakan pembelajaran (b) saranapenunjang pendidikan meliputi (ruangan kelas,media pembelajaran, laboratorium, perpusta-kaan) , (c) manajemen sekolah yang mampumendukung kelancaran Kegiatan BelajarMengajar (KBM) dengan baik, dan (d) kepedulianpemangku kepentingan (stakesholder) sekolah(Pengurus, Orang tua siswa, guru, dankaryawan). Keempat jenis daya dukung itudiharapkan tersedia dalam jumlah, kualitas danwaktu yang tepat.

Daya dukung di BPK PENABUR tergolongsangat baik, terlihat dari kenyataan bahwahampir semua guru TK sampai dengan SMA/SMK memiliki kualifikasi Sarjana S1 / D4,bahkan ada yang S2. Ada sebagian kecil guru-guru TK dan SD yang sedang menempuh studipenyetaraan peningkatan kualifikasi untukmemperoleh gelar sarjana S1 / D4. Setiap gurusiap mengajar 5 atau 6 hari penuh, saranaprasarana pendidikan di atas rata-rata baik,dukungan pengurus baik, dan dukungan orangtua siswa juga baik. Kadang-kadang dayadukung yang baik yang telah dimiliki belumdisadari benar, sehingga belum dapat memacukinerja atau semangat berprestasi bagi sebagianguru.

3. Intake SiswaIntake siswa atau tingkat kemampuan rata-ratasiswa (Bimtek KTSP-Depdiknas, 2008) dapatditentukan sebagai berikut. Untuk siswa kelas 1SD atau kelas 7 SMP atau kelas 10 SMA/SMK,penentuan intake siswa berdasarkan rata-ratahasil seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB), ataumenggunakan STTB/Ijazah, atau LHBS/Raportingkat kelas sebelumnya. Bagi SD yang tidakmelaksanakan seleksi Penerimaan Siswa Baru(PSB), penetapan langsung KKM berdasarkanKKM tahun pelajaran sebelumnya, atau ditetap-kan berdasarkan keputusan rapat forum wargasekolah. Siswa kelas 2 – 6 SD atau kelas 8-9 SMPatau kelas 11-12 SMA/SMK, penetapan intakesiswa berdasarkan tingkat kemampuan rata-ratasiswa yang dicapai dalam LHBS atau Raporsemester sebelumnya.

Intake siswa yang dimiliki BPK PENABURdi atas rata-rata sampai sangat baik. Sudahdiakui oleh masyarakat sekitar BPK PENABUR,bahwa rata-rata anak-anak yang belajar di BPKPENABUR berasal dari keluarga-keluarga yangmemiliki latar belakang pendidikan baik,sehingga dapat dipastikan kalau outputlulusannya juga pasti baik

idajnemairetirKnakrisfaneM:1elbaTialiNakgnA

airetirK takgniT nioPialiN

gnatneRialiN

satiskelpmoK.1 iggniT 1 46-05

gnadeS 2 08-56

hadneR 3 001-18

gnukuDayaD.2 iggniT 3 001-18

gnadeS 2 08-56

hadneR 1 46-05

awsiSekatnI.3 iggniT 3 001-18

gnadeS 2 08-56

hadneR 1 46-05

)8002,sankidpeD-PSTKketmiB(

Page 6: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

Jika suatu Mata Pelajaran kompleksitasnya rendah,daya dukungnya sedang, dan intake siswa sedang,maka perhitungan penetapan KKM sebagaiberikut.

a. Perhitungan berdasarkan Poin Nilai

b. Perhitungan berdasarkan Rentang Nilai

Guru BPK PENABUR minimal berijazahSarjana (S1 atau D-4), sering mendapat pelatihanmelalui MGMP, dan pelatihan-pelatihanlainnya, bekerja penuh berada di sekolahmeskipun tidak ada jadwal mengajar. Jadi dapatdikategorikan memiliki nilai sedang, bahkanseharusnya nilai sedang maksimal. Apalagiyang berijazah S2, berpengalaman mengajardibidangnya lebih dari 10 tahun, tentu nilainyalebih dari sedang. Sarana dan prasarana belajarrata-rata sekolah BPK PENABUR baik, tidakrelevan kalau diberi nilai rendah. Orang tuasiswa percaya kepada BPK PENABUR, bahkanrela mengeluarkan uang lebih agar putra/putrinya tidak ketinggalan teman-temannya,mendukung setiap kegiatan sekolah, makadukungan orangtua tidak relevan kalau diberinilai rendah.

Jika suatu Mata Pelajaran kompleksitasnyatinggi, daya dukung tinggi, dan intake siswa sedang,maka perhitungan penetapan KKM sebagaiberikut.

a. Perhitungan berdasarkan Poin Nilai

Atau

c. Perhitungan berdasarkan Rentang Nilai

BPK PENABUR dikenal masyarakatmemiliki daya dukung sangat baik (perhatianpengurus tinggi, sarana tersedia baik, guru-gurudan karyawan sangat baik, dan perhatian orang

tua siswa sangat baik) dan intake siswa di atasrata-rata, dengan demikian seharusnya setiapmata pelajaran KKM-nya di atas 75. Penulismengasumsikan, bahwa sekolah yang beranimenetapkan KKM tinggi mencerminkankeseriusan, kesiapan, dan kesungguhan wargasekolah (terutama kepala sekolah, guru, dankaryawannya) dalam memberikan pelayananyang semakin baik. Masyarakat melihatkepedulian sekolah dalam membimbing danmenghantar siswa-siswanya untuk meraihprestasi lebih. Penulis mengasumsikan bilaSekolah-sekolah BPK PENABUR beranimenetapkan KKM tinggi berarti kepala sekolah,guru, dan karyawannya benar-benar siap,serius, dan sungguh-sungguh dalammemberikan pelayanan yang semakin baik.Dengan demikian masyarakat mau memper-cayakan putra-putrinya menjadi bagian BPKPENABUR untuk ikut memiliki prestasi lebih.

Mencapai Kriteria KetuntasanMinimal

Sekolah harus menginformasikan KKM yangtelah ditetapkan kepada seluruh siswa danorang tua siswa (masyarakat), demikian jugacara mencapai KKM tersebut. Tercapai atau tidaktercapainya KKM dapat diketahui dari hasil TesFormatif dan Tes Sumatif. Bila KKM suatuKompetensi Dasar (KD) belum dapat dicapaioleh sebagian besar siswa, maka sebaiknya gurutidak melanjutkan pembahasan KompetensiDasar (KD) berikutnya. Guru harus mengadakanremedial (pengajaran ulang), bimbingan dan tesperbaikan. Bila hanya sebagian kecil siswa yangtidak mencapai KKM, pembahasan KompetensiDasar (KD) berikutnya dapat dilaksanakan,tetapi guru harus memberikan remedial,bimbingan, dan tes perbaikan kepada siswa-siswa tersebut sampai semua siswa mencapaiKKM. Remedial, bimbingan, dan tes perbaikansebaiknya dilaksanakan di luar jam tatap mukaKegiatan Belajar Mengajar (KBM), agar semuaKompetensi Dasar (KD) dapat dibahas sesuaiwaktu yang telah ditetapkan. Pemberianremedial, bimbingan, dan tes perbaikan tidakterbatas waktu dan pelaksanaannya sampaisetiap siswa mencapai KKM.

Bila dalam membuat soal tes sesuai denganindikator sesuai dengan kompetensi dasar (KD),dan KD diberitahukan kepada siswa setiap awalpembelajaran, serta diajarkan kepada siswa

90+76+68KKM = x100 = 78

3

1+3+2KKM= x100 = 66.67 dibulatkan menjadi 67

9

60+85+65KKM = x100 = 70

3

3+2+2KKM= x100 = 77.78 dibulatkan menjadi 78

9

Page 7: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

dapat dipastikan sebagian besar hasil tes siswamencapai KKM. Bila guru konsekuen denganprofesinya dibuktikan dengan selalu memberi-kan remedial, bimbingan, dan tes perbaikankepada siswa-siswa yang belum mencapaiKKM, maka semua siswa tidak terkecuali akanmampu mencapai KKM setiap kompetensi dasar(KD) yang diajarkan. Kuncinya hanya pada “gurusadar profesi atau tidak”.Pencapaian KKM untuk setiap KompetensiDasar (KD) melalui Tes Formatif mudahdilaksanakan atau sangat dimungkinkan(meskipun ada beberapa siswa yang harusdiberikan remedial, bimbingan, dan tesperbaikan berulang-ulang), karena waktu yangtersedia cukup banyak dan bahan ajar yangdibahas dan dievaluasi masih sangat sedikit(satu atau dua Kompetensi Dasar). Yangmenjadi masalah atau kendala yaitu dalampencapaian KKM ketika Tes Sumatif atau uji blokbila ternyata ada banyak siswa dari hasil TesSumatifnya tidak mencapai KKM. Untukmelaksanakan remedial, bimbingan, dan tesperbaikan kurang memungkinkan, karenawaktu yang tersedia sampai dengan penulisanLaporan Hasil Belajar Siswa (LHBS atau Rapor)sangat terbatas. Untuk mengatasi masalah/kendala tersebut penulis ingin membagikanpengalaman mencapai KKM dengan mengguna-kan bilangan baku.

Mencapai KKM menggunakan Bilangan BakuBilangan Baku (Pawitan, 2009: 62-63) ataudikenal dengan istilah Z-skore (Mc Clave &Sincich, 2003: 72). Bila data sampel berukurann, dinotasikan dengan {X1, X2, . . ., Xn} yangmempunyai rata-rata X dan simpangan bakuSx dapat ditransformasikan menjadi {Z1, Z2, . ..,Zn}, yang mempunyai rata-rata Z dansimpangan baku Sz. Rumus Z-skore atauBilangan Baku, yaitu :

Keterangan:Xi = nilai hasil tes

= rata-rata nilai hasil tes.diperoleh dengan cara menjumlahkanseluruh nilai sampel (misalnya sebanyak 40siswa), kemudian hasil penjumlahantersebut dibagi dengan banyaknya sampel(misalnya 40 siswa).

Sx = simpangan baku (standar deviasi), yangdiperoleh dari

S² = merupakan penjumlahan setiap nilai hasiltes yang dikuadratkan.

Z-skore bila digunakan untuk membentukbilangan baru dengan rata-rata dan sim-pangan baku So, maka bilangan baru tersebutadalah

Keterangan: = nilai rata-rata bilangan baru yang

diharapkan (misalnya sebesar KKM)So= besarnya simpangan baku yang kita

harapkan (misalnya 5 atau 10)Zi = hasil dari Z-skore. Zi dapat berupa bilangan

positif atau bilangan negatifZi yang positif (+) akan membentuk nilai baru

lebih besar dariZi yang negatif (-) akan membentuk bilangan

baru lebih kecil dari

Contoh hasil nilai Evaluasi Akhir SemesterGenap tahun pelajaran 2008/2009 matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelasVI SD BPK PENABUR Tasikmalaya dengansampel sebanyak 40 siswa sebagai berikut.

65 37 34 48 47 37 36 33

50 46 33 36 34 31 32 33

45 52 31 38 31 33 31 34

31 45 42 31 32 33 40 33

21 35 47 33 33 32 31 33

Angka-angka tersebut di atas merupakanhasil tes dari soal tes yang dibuat oleh timpenyusun soal UPTD Pendidikan Kecamatan.Butir-butir soal yang tersusun ternyata merupa-kan bahan yang tidak diajarkan lebih mendalamoleh guru, sehingga semua siswa kebingungandan memberikan jawaban tidak dengan pasti.Hasilnya tidak sesuai atau tidak menggam-barkan kemampuan siswa. Memang adakemungkinan soal menjadi sangat sulit atausebaliknya menjadi sangat mudah bila soal testidak dibuat oleh gurunya. Hasil yang tidakmemuaskan tersebut di atas bukan sepenuhnyakesalahan guru, karena ada kelemahan terdapatpada butir-butir soalnya. Bagaimanapun jugahasil tes menunjukkan semua siswa memperolehnilai sangat rendah, tidak memuaskan.

KKM ditetapkan 70 sedangkan rata-rata TesFormatif, PR, dan Tugas berkisar diantara nilai70 – 90. bila diproses menjadi nilai akhir sebagainilai yang dituliskan pada LHBS akan diperolehbanyak siswa tidak mencapai KKM. Agar KKM

XXi - Zi =

Sx

Page 8: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal
Page 9: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal
Page 10: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal
Page 11: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

bimbingan, dan tes perbaikan tidak adapembatasan, dan dilakukan di luar jam tatapmuka atau sepulang sekolah (guru BPKPENABUR setelah ±90 menit KBM selesai baruboleh meninggalkan sekolah). Bila banyak siswayang tidak mampu mencapai KKM, guru harusmawas diri (introspeksi) jangan-jangankesalahan terdapat pada cara guru mengajar.Mungkin perlu memperbaiki metode, mungkinperlu ditambah porsi latihannya, mungkin perlumengubah gaya mengajar, mungkin perlumenambah alat peraga, dan atau mungkin butirsoal tidak sesuai dengan indikator tidak sesuaidengan kompetensi dasar. Seandainya adakelemahan guru tetap memberikan remedial,bimbingan, dan tes perbaikan, serta melakukanperbaikan atau perubahan yang berhubungandengan guru.

Mencapai KKM dengan menggunakanbilangan baku atau Z-skore atau melakukankonversi (transformasi) menjadi nilai baru hanyadiperbolehkan digunakan untuk hasil tes suma-tif (tes evaluasi akhir semester). Sebab waktuyang tersedia antara akhir pelaksanaan tesdengan penulisan Laporan Hasil Belajar Siswa(LHBS atau Rapor) sangat terbatas. Tidakmemungkinkan untuk memberikan remedial,bimbingan, dan tes perbaikan. Dengan kemajuanteknologi yang dimiliki BPK PENABUR dapatdigunakan guru untuk membantu membentuknilai baru menggunakan bilangan baku atau Z-skore. Dengan demikian sebagian tugas gurudapat digantikan oleh teknologi.

Saran

Dari pembahasan yang dipaparkan di atasdiharapkan agar guru menggunakan kriteriayang benar dalam menetapkan KKM, sebab akanmengarahkan pembelajaran menjadi lebih fokus,memungkinkan melakukan inovasi, danmemotivasi anak didik untuk mengetahuipentingnya menguasai bahan ajar bagi dirinya

agar bersemangat mencapai KKM. Guru harusmelayani setiap siswa, memuaskan haknya ntukmemperoleh remedial, bimbingan, dan tesperbaikan sampai mencapai KKM. Hal itumenunjukkan keseriusan guru dalampembelajaran dan menunjukkan kasih sayangyang besar kepada setiap siswa.

Remedial, bimbingan, dan tes perbaikandilaksanakan mengunakan waktu luang (waktusebelum pulang) seusai kegiatan belajarmengajar. Agar waktu tatap muka di kelas tidakberkurang karena mengkhususkan waktu untukmelayani siswa yang membutuhkan bimbingan.

Dalam meningkatkan pelayanannya gurusebaiknya melakukan refleksi atau perenungandan introspeksi diri serta mempertanyakansudah benarkah melakukan persiapanpembelajaran (termasuk menetapkan KKM),pelaksanaan pembelajaran, dan melakukanevaluasi selama ini. Haruskah dilakukanperubahan dan perbaikan?. Dan selalu ingatuntuk melihat ada wajah-wajah Allah di wajahsetiap anak didik yang selalu berharap hanyayang terbaik guru persembahkan. Guru yangterbuka terhadap perubahan harus melakukanpembangunan pembelajaran. Artinya selalumemperbaiki atau menyempurnakan persiapanpembelajarannya, pelaksanaan pembelajaran-nya, dan penilaiannya. Dengan demikian akanmembuahkan hasil yang berkualitas tinggi, baikbagi guru pribadi, bagi siswa, juga bagi BPKPENABUR dan masyarakat. Masing-masingguru memotivasi diri (melakukan penguatandiri) secara pribadi untuk bekerja dan melayanisemakin baik. Nama BPK PENABUR harussemakin bertambah dan aku (guru) harussemakin berkurang. Maksudnya kita membia-sakan diri untuk bekerja keras agar dapatmemberikan yang terbaik seperti untuk Tuhandan bukan untuk manusia, dan hasilnya lama-kelamaan menjadi terbiasa dan tidak menjadibeban, tetapi sukacita. Bila nama BPK PENABURsemakin besar, maka guru dan karyawansemakin memiliki kepastian untuk terus tetapdapat berkarya.

Page 12: Hal. 30-41 Mencapai Ketuntasan Minimal

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009

Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Menggunakan Bilangan Baku

Daftar Pustaka

Dick, Walter, & Lou Carey. (1978). The systematicdesign of instruction, Illinois: Scott,Forresman & Co

Hall, Calvin S., & Linsey Gardner. ( 1981).Theories of Personality. New York : JohnWiley & Son

Lapp, Dianne, dkk. (1975). Teaching and learning:philosophical, psychological and curricularapplication.New York : Mac MilanPublishing Co, Inc.

Mc.Clave, James T., Sincich Terry. (2003). A firstcourse in statistics, New Jersey : PerarsonEducation, Inc.

Moleong, L.J. (1978). Belajar tuntas, Jakarta : BP3Departemen P dan K

Pawitan, Gandhi. (2009). Statistika untuk Bisnis,Bandung : Unpar

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju MasyarakatBelajar, Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu.

Stone, David R., & Elwin C. Nielson. (1982).Educational psychology :The develompmentof teaching skills. New York : Harper & RowPublishers

Suparno, Paul. (1998). Dasar dan orientasipendidikan Jesuit, dalam P.J.Suwarno, SanataDharma menemukan jalannya. Yogyakarta: USD

_______, Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 22, 2006,Kurikulum 2006, Jakarta : Media MakmurMaju Mandiri