HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

105
HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN Oleh WINARTI NINGSIH NIM. 10611002991 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1432 H/2011 M

Transcript of HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

Page 1: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

HAKIKAT BELAJAR MENURUT

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Oleh

WINARTI NINGSIH

NIM. 10611002991

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1432 H/2011 M

Page 2: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

HAKIKAT BELAJAR MENURUT

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I.)

Oleh

WINARTI NINGSIH

NIM. 10611002991

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1432 H/2011 M

Page 3: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul Hakikat Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an, yang

ditulis oleh Winarti Ningsih dengan NIM. 10611002991 dapat diterima dan

disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru, 15 Safar 1432 H21 Januari 2011 M

Menyetujui

Ketua Jurusan

Pendidikan Agama Islam Pembimbing

Drs. H. Amri Darwis, M.Ag. Alwizar, M.Ag.

Page 4: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Hakikat Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an, yang

ditulis oleh Winarti Ningsih NIM. 10611002991 telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau pada tanggal 21 Muharram 1432 H/10 Mei 2011 M. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam ( S.Pd.I.) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Pekanbaru, 21 Muharram 1432 H10 Mei 2011 M

Mengesahkan

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Salfen Hasri, M.Pd. Drs. H. Amri Darwis, M.Ag.

Penguji I Penguji II

Dr. Zamsiswaya, M.Ag. Mirawati, M.Ag.

Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Hj. Helmiati, M.Ag.

NIP. 19700222 199703 2001

Page 5: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamiin, sebagai insan yang lemah, tiada kata lain

yang lebih indah kiranya penulis ukir pada goresan ini yakni ungkapan puji

syukur kepada Allah SWT yang telah membersihkan hati, menerangi jiwa dan

menganugerahkan cahaya ilmu pengetahuan sehingga diri yang lemah ini mampu

untuk mengukir kata demi kata dalam rangka mewujudkan sebuah karya yang

sangat sederhana ini.

Shalawat beriring salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan

alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah bersusah payah dengan segala

petunjuknya untuk mendongkrak pintu kejahilan dan membuka pintu ilmu

pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Dengan izin Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi

dengan judul “Hakikat Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an”. Untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya dan

secara jujur bahwa Skripsi ini tidak akan terwujud sepenuhnya seperti adanya

sekarang ini, tanpa adanya bimbingan, bantuan, petunjuk dan dukungan dari

berbagai pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan

terima kasih yang teristimewa penulis sampaikan untuk Ayahanda Khaidir (Alm)

Page 6: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

dan Ibunda Nurma yang penulis sayangi dan cintai karena telah memelihara,

membesarkan, mendidik dan mendoakan penulis agar berhasil dalam meraih cita-

cita. Hanya Allah SWT yang bisa membalas semua jasa dan kasih sayang

ayahanda dan ibunda berikan kepada ananda, dan sampai kapanpun ananda tidak

akan bisa membalas semua yang telah Ayahanda dan Ibunda berikan. Terkhusus

untuk Ayahanda mudah-mudahan beliau diberi ketenangan disisi-Nya, Amiin Ya

Rabbal ‘Alamiin. Alhamdulillah do’a dan harapan yang Ayahanda dan Ibunda

inginkan terkabul sehingga ananda berhasil meraih kesuksesan ini. Dalam

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nazir, M.A., selaku Rektor UIN SUSKA Riau beserta

Purek I, II, dan III yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu di Perguruan Tinggi ini.

2. Dr. Helmiati, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN SUSKA Riau

beserta Pudek I, II, dan III yang telah memberikan rekomendasi kepada

penulis untuk melakukan penelitian ini.

3. Bapak Drs. H. Amri Darwis, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam beserta Bapak Drs. Fitriyadi. M.Ag selaku sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau yang telah

membantu penulis dan mahasiswa lainnya dalam berbagai hal.

4. Bapak Alwizar, M.Ag, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Suska Pekanbaru selaku

pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

Page 7: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Mudassir, M.Ag, selaku Penasehat Akademis (PA) yang telah

memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag., serta bapak dan ibu dosen yang telah

bermurah hati dan dengan penuh ikhlas mewariskan ilmu dan pengalamannya

kepada penulis. Semoga amal saleh tersebut mendapat imbalan pahala dari

Allah SWT.

7. Saudara-saudariku tercinta Da Syafri, Da Sian, Da Indra, K’ Eni, K’ Rohani,

Mba’ Novi, K’ Nur’aini, serta adik-adikku Habibi, Rahmawati, Hasmayuli,

dan Nurhaliza yang telah memberikan do’a, semangat serta motivasi sehingga

skripsi ini bisa diselesaikan, meskipun waktunya melebihi target yang

diinginkan. Terkhusus buat Mas Ari Syahputra dan keluarga yang juga

memberikan do’a dan semangat kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat kosku (Wika, Ike, Yanti, Nopa, Epa, Doni, Ides dan Imis)

yang telah menemani penulis baik suka maupun duka. Sahabat-sahabatku satu

jurusan (Lastri, Ami, Diana, Zulfiana, Eni, Diana.S, Tina, Adek, Alesta,

K’Nur, K’Andri, Syarkawi, Hakim, Depriadi, M.Nur, Fadli, Afrianto,

Ardiansyah, Wanda dan Wendra), Aisyah, Nena, Kelik, Elid, Nur.M, Tohir,

Wazir beserta teman-teman seperjuangan yang telah memberi bantuan dan

dorongan serta semangat kepada penulis dalam upaya penyelesaian Skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu..

Page 8: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

Kepada Allah jualah penulis memohon, semoga mereka semua mendapat

ridho dan balasan yang berlipat ganda dari-Nya. Dan semoga keberadaan Skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Terakhir, dengan tutur ikhlas penulis akui bahwa tulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan hati suci dan dengan hati terbuka,

penulis menanti kedatangan kritik-kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan

Skripsi ini. Atas kritik-kritik yang diberikan, penulis haturkan ucapan terimakasih,

semoga Allah SWT menjadikannya sebagai amal saleh.

Pekanbaru, 19 Juni 2011Penulis,

WINARTI NINGSIHNIM : 10611002991

Page 9: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah……

Ya Allah…..lantunan ayat-ayat syukur

Tak henti-hentinya kucurahkan kepada-Mu

Nikmat-nikmat yang senantiasa kurasakan

Hingga saat ini, do’a dan harapanku Engkau kabulkan

Allahuakbar…..Maha Besar Engkau Ya Allah….

Alhamdulillah.......

Kuterlahir kedunia ini dalam keadaan Islam

Ya Rasulullah…..kubersyukur telah menjadi umatmu

Yang menuntunku dari kegelapan menuju alam yang terang benderang

Dari kebodohan menuju yang berilmu pengetahuan

Seperti sabdamu “Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga keliang lahat”

Ayah Bunda…..

Terangnya dunia karena kasih dan sayangmu

Didikan yang selalu tercurahkan kepadaku

Tiap waktu…..siang malam…..tak mengenal lelah

Ayah Bunda…..

Betapa mulia perjuanganmu

Tiada engkau ingat pengorbananmu

Tiada engkau harap balasan atas jasa-jasamu

Menjadikanku mengerti makna kehidupan ini

Ayah Bunda…..

Engkau ingin aku berhasil meraih cita-cita

Kini do’a dan harapanmu terwujud

Hanya ucapan “terimakasih” atas semua pengorbananmu

Dan do’a-do’amu yang selalu ada untukku

Ya Allah sayangi mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil

Page 10: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

Bunda…..

Sinar wajahmu bagaikan rembulan yang menerangi langkahku

Do’amu bagai mentari yang menyejukkan nurani

Betapa besarnya pengorbanan jiwa dan raga untuk membesarkanku

Betapa sucinya cinta kasihmu yang tulus membimbingku

Bunda, engkaulah wanita yang mulia

Engkaulah warisan hidupku, cintamu terangi jalanku

Didalam darah dagingku mengalir do’amu

Engkaulah penyejuk hatiku

Engkaulah harapanku, tanpamu tiadalah arti

Ya Allah….sayangilah dia

Berilah dia perlindungan dan kesehatan

Dan panjangkanlah umur Bundaku

Ayah…..

Terangnya hidup didunia karena kasihmu

Kau selalu hadirkan bahagia

Bagiku kau bagaikan raja, pelindung dari semua badai

Cinta dan sayangmu sesejuk embun sesegar pagi

Untaian pesan engkau sampaikan kepadaku

Do’a dan harapanmu kepadaku kini terwujud

Ayah, kini hanya tinggal namamu

Ku hanya bisa bersimpuh dipusaramu

Maafkan anakmu yang tak sempat bahagiakanmu

Ayah, disaat segalanya telah kurengkuh

Engkau telah pergi untuk selamanya

Ya Allah…..ku memohon pada-Mu

Ampuni segala dosanya

Ya Allah…..aku pinta kepada-Mu

Jadikanlah dia ahli surga-Mu

By: Winarti Ningsih

“wi2n”

Page 11: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

A B S T R A K

Winarti Ningsih (2011) : Hakikat Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis melihat banyak orang yang telahmembuat karya ilmiah bertemakan belajar, akan tetapi pada umumnya merekahanya membahas secara umum. Maka untuk mengetahui hakikat belajar lebihjauh, dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih jauhtentang hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an.

Tekhnik pengumpulan data dari penelitian ini adalah denganmenggunakan metode tafsir Tematik atau yang dikenal juga dengan nama metodetafsir Mawdhu’iy.

Langkah-langkah atau cara kerja metode tafsir Mawdhu’iy ini dapatdirinci sebagai berikut; Menetapkan masalah yang akan dibahas, Menghimpunayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, Menyusun runtutan ayatsesuai dengan masa turunnya, Mengetahui korelasi ayat-ayat tersebut dalammasing-masing surahnya, Menyusun pembahasan dalam kerangka yangsempurna, Melengkapi pembahasan dengan hadits yang relevan dengan pokokbahasan, Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengancara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian yang sama.

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwahakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an adalah perubahan, yaitu pencariandan perolehan ilmu di mana ia mendatangkan pengaruh atau perubahan kepadasipelajar baik dengan cara bertanya, melihat ataupun mendengar.. Bertambahnyailmu sebagai efek dari belajar maka bertambah pula keyakinan kepada SangPencipta.

Page 12: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

ABSTRACT

Winarti Ningsih (2011) : The Essentials of Study According to thePerspective of Al-Qur’an

Based on the result of research, the writer found many students wrotescientist masterpiece wich untilited of study, but they discussed it in general. So toknow the reality of study more it needs furthermore research.

The purpose of this research is to know and understand so far about theessentials of study according to the perspective of Al-Qur’an.

The technique of the collecting the data in this research is by usingthematic interpretation it is interpretation method which tries to find the answerabout the the essentials of study in Al-Qur’an by collecting the verses of Al-Qur’an which have the same objective which means talking about a topic orproblem together and carry it based on the chronology and causes of verses down.

As for the steps or the way of thematic interpretation can be detailed asfollows; Specifying the problem which will be discussed, Collecting the verseswhich are related to the problem, Arranging the sequence of verses according toperiod of it’s down, Knowing the correlation of those verses in its surah,Arranging the study in the complete framework, Completing the study with therelevant Hadits, Studying those verses thematically and totally by collecting theverses containing the same definition.

Based on the analysis the writer did, can be concluded that the essentialsof study according to the perspective of Al-Qur’an is the change, it means thatseeking ang getting science where it delivers the influence of change to the learnerin the way of questioning, seeing or listening. Increasing of science as effect oflearning so his belief will increase to the creator.

Page 13: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

ملخص

حقیقة التعلم طبقا لمنظور القرآن:)2011(وینارتي نیغسیھ

رأت الباحثة كثیرا من الناس یكتبون الرسالة العلمیة تح , مستند إلى حاصل البحثلمعرفة حقیقة التعلم أكثر سوف یحتاج بحثا . ولكنھم یبحثون عموما, الموضوع تربیة األسرة

.تالیا.ھم كثیرا عن تربیة األسرة المثالیة في منظور القرآنغرض ھذا البحث لمعرفة و الف

تقنیة جمع البیانات في ھذا البحث باستعمال طریقة التفسیر الموضوعي یعنى طرقة ن بطریقة الجمع اآلیات القرآنیة التفسیر في البحث عن الجواب عن حقیقة التعلم من القرآ

حیث لھا قصد سواء یعنى یبحث موضوعا أو مسألة معا و حملھا استنادا إلى تاریخ األحداث . أو أسباب نزول تلك اآلیات

:أما بالنسبة إلى الخطوات أو طریقة التفسیر الموضوعي یمكن التفصیل كما یليترتیب سلسلة اآلیات طبقا بفترة ، تلك المسألةجمع اآلیات المتعلقة ب، تثبیت المسألة المبحوثة

تكمیل البحث ، ترتیب البحث في اإلطار الكامل، معرفة عالقة اآلیات في سورھا، نزولھاتعلم تلك اآلیات موضوعیا و كلیا بطریقة جمع اآلیات التي تتضمن ، باألحادیث المناسبة

.تعریفا متساویایمكن االستنباط أن التعلم في منظور القرآن , مستند إلى التحلیل الذي فعلتھ الباحثة

ھوالتغییر یعني الطلب و نیل العلوم حیث یتي التأثیر أو التغییر إلى المتعلم من حیث طریقة . زیادة العلوم من تأثیر التعلم سوف یزید اعتقاده إلى الخالق. السؤال و النظرة و السمع

Page 14: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULPERSETUJUANPENGESAHANPENGHARGAANPERSEMBAHANABSTRAKDAFTAR ISIPEDOMAN TRANSLITERASI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………… 1A. Latar Belakang Masalah…………………………….. 1B. Penegasan Istilah……………………………………. 10C. Permasalahan………………………………………... 11D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………... 12E. Tinjauan Kepustakaan…….……………………….... 13F. Sistematika Penulisan……………………………….. 17

BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG BELAJAR..……… 19A. Pengertian Belajar………………………………….. 19B. Arti Penting Belajar Bagi Manusia….……………… 25

BAB III METODE PENELITIAN……………….……………. 33A. Sumber Data……………………….……………… 33B. Tekhnik Pengumpulan Data.……….……………… 34C. Tekhnik Analisis Data.…….……….……………… 34

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA……………….. 38A. Deskripsi Al-Qur’an Mengenai Belajar…………….. 38

1. Hakikat Belajar Menurut Al-Qur’an……………. 392. Prinsip Belajar Menurut Al-Qur’an…………….. 613. Sumber Belajar Menurut Al-Qur’an………….… 72

B. Analisis Terhadap Hakikat Belajar Menurut PerspektifAl-Qur’an…………..………………………………. 75

BAB V PENUTUP……………………………………………… 81A. Kesimpulan…………………………………………. 81B. Saran………………………………………………... 83

DAFTAR REFERENSILAMPIRANRIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 15: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kecenderungan positif yang tampak di kalangan masyarakat

Indonesia dewasa ini adalah pengkajian ayat-ayat untuk menemukan

kedalaman maknanya. Pengkajian itu tidak terbatas pada masalah keagamaan

saja, tetapi juga masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, maupun

pendidikan. Oleh sebab itu, melalui berbagai media massa, terlihat beberapa

tema persoalan yang dipecahkan dengan pendekatan Al-Qur’an. Untuk

membuktikan hal tersebut maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian

pendidikan.

Pendidikan adalah sesuatu proses, baik berupa pemindahan maupun

penyempurnaan. Sebagai suatu proses akan melibatkan dan mengikutsertakan

bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Dalam memahami pengertian tentang pendidikan itu sendiri kita

harus memahami bahwa sejak manusia itu ada, sebenarnya sudah ada

pendidikan.1

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 1, Ayat 1 menegaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1 A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982,hlm. 21.

1

Page 16: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

2

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dannegara.2

Para pakar pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan itu dapat

dilihat dari dua sisi. Pertama, aspek eksternal manusia yang akan dididik.

Upaya penyampaian konsep atau ide kepada orang lain atau masyarakat

yang belum tahu berubah menjadi tahu. Kedua, aspek internal manusia

yang akan dididik. Manusia adalah alam kecil (mikrokosmos) yang penuh

dengan bermacam-macam kekayaan. Atau dengan kata lain, manusia

bagaikan perut bumi yang penuh dengan barang tambang, seperti emas,

perak, intan, dan berlian. Kekayaan terpendam itu belum berguna sebelum

ia diangkat dari perut bumi. Ia harus digali dan digarap untuk

mengeluarkan kekayaan-kekayaan tersebut. Begitu juga halnya dengan

manusia. Didalam dirinya tersimpan potensi yang bila dieksploitasi atau

ditelusuri dengan cermat, niscaya ia merupakan kekayaan, bukan saja bagi

dirinya, tetapi juga bagi masyarakat. Mengeksploitasi potensi-potensi

manusia adalah tugas pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan berarti

pengembangan potensi.3

Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan

dalam keadaan kosong, tak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Allah SWT

memberinya potensi untuk dapat belajar dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Allah SWT

berfirman :

2 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003,Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 2.

3 Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005, hlm.152.

Page 17: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

3

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaantidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.4

Ayat ini menjelaskan, bahwa manusia yang baru lahir tidak

mengetahui sesuatu apapun. Maka Allah SWT memberi manusia itu

pendengaran, penglihatan dan hati. Dengan perlengkapan yang diberikan

Allah itu dia dapat mengembangkan potensinya, sehingga dia juga dapat

memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan dengan

demikian misinya sebagai khalifah dapat dilaksanakannya dengan baik.

Begitu juga dengan ilmu pengetahuannya itu pula, dia dapat melakukan

pengabdiannya kepada Allah.

Jadi, selain mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi

untuk memelihara masyarakat, pendidikan juga bertugas mengembangkan

potensi manusia untuk dirinya sendiri dan masyarakatnya. Atas dasar ini,

maka dapat dipahami bahwa pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu

upaya transformasi nilai dan pengembangan potensi manusia. Dan hal

tersebut dilakukan dengan cara belajar.

Berdasarkan kenyataan di atas, dapatlah dipahami bahwa potensi

yang dimiliki manusia tidak dapat berkembang dengan sendirinya tanpa

adanya interaksi dengan lingkungan. Dan untuk mengadakan interaksi itu,

4 Al-Qur’an, Surat An-Nahl ayat 78.

Page 18: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

4

Allah memberikan perlengkapan yang sangat sempurna kepada manusia

yaitu telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan hati untuk berfikir.

Di samping itu Allah juga melengkapi manusia dengan hidung untuk

mencium, lidah untuk mengecap dan kulit untuk meraba. Semuanya

dikenal dengan sebutan pancaindra. Dan pancaindra ini adalah merupakan

pintu gerbangnya ilmu pengetahuan. Dalam interaksi dengan lingkungan,

diharapkan semua perlengkapan yang dimiliki manusia itu ikut aktif,

sehingga terjadilah proses belajar. Seperti ungkapan W.S Winkel, bahwa

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, disebut

dengan belajar.

Sebagai sumber informasi, Al-Qur’an mengajarkan banyak hal

kepada manusia, dari persoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah,

dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu

pengetahuan, Al-Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada

manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai kekuasaan

Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian tersebut kemudian melahirkan

ilmu pengetahuan.5

Sifat pendidikan Al-Qur’an adalah “rabbaniy”, berdasarkan ayat

pertama dalam wahyu pertama. Sementara orang yang melaksanakan juga

disebut “rabbaniy” yang oleh Al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain

mengajarkan Kitab Allah, baik yang tertulis (Al-Qur’an), maupun yang

5 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CVToha Putra, hlm. 287.

Page 19: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

5

tidak tertulis (alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus.

Seperti yang terdapat dalam Surat Al-‘Imran ayat 79 :

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikankepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepadamanusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukanpenyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadiorang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dandisebabkan kamu tetap mempelajarinya”.6

Penekanan Al-Qur’an mengenai prinsip keimanan dalam belajar,

secara lebih tegas, dapat dilihat pada surat yang pertama kali turun yaitu

surat Al-‘Alaq ayat 1:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan”.7

Ayat diatas mengajarkan, bahwa membaca sebagai salah satu

aktivitas belajar yang mesti berangkat dari nama Tuhan yang telah

menciptakan segala sesuatu. Dan dalam ayat tersebut, manusia

diperintahkan untuk belajar. Penguasaan ilmu adalah sebagai modal yang

6 Al-Qur’an, Surat Al-‘Imran ayat 79.7 Al-Qur’an, Surat Al-‘Alaq ayat 1.

Page 20: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

6

dapat menambah dan memperkokoh keimanan tersebut. Dan hasilnya

adalah tunduk dan patuh kepada Sang Khaliq.

Kata إقرآ (Iqra’) diambil dari kata kerja قرآ◌ yang pada mulanya

berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf tersebut kemudian

mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni

membacanya. Dengan demikian, realisasi perintah tersebut tidak

mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula

harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-

kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut. Antara lain:

menyampaikan, menela’ah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri

sesuatu, dan lain sebagainya.

Adapun metode dasar untuk mendidik manusia agar mampu

mengembangkan diri dalam kehidupan yang makin luas dan kompleks,

terutama dalam memahami, menghayati dan mengamalkan misi agama

Islam, berpangkal pada kemampuan “membaca”, dan “menulis” dengan

kalam. Tidak sekadar “membaca” tulisan atau “menuliskan” hasil

pengamatan, akan tetapi juga membaca, memahami, dan menjelaskan

gejala alamiah yang diciptakan Tuhan dalam alam semesta ini. Sekaligus

menganalisis untuk sampai pada kemampuan “membaca”.8

Kegiatan belajar bagi setiap orang Islam haruslah dimulai sejak

masih kecil, di mana potensi belajar pada periode itu sangat tinggi sekali,

apalagi kalau mengingat bahwa ayat yang memerintahkan “membaca” ini

8 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hlm. 3.

Page 21: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

7

diturunkan pertama kali. Dengan kemampuan membaca yang baik, orang

akan mampu mempelajari agama dan ilmu pengetahuan lain secara lebih

luas dan mendalam. Dan kemajuan di bidang ilmu akan membuahkan

kemajuan hidup, dan kemajuan hidup yang dilandasi dengan asas-asas

agama, akan mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia

maupun di akhirat.9

Keutamaan manusia dibandingkan makhluk lainnya terletak pada

kemampuan akal kecerdasannya. Oleh karena itu, kemampuan “membaca”

dan “menulis” tersebut merupakan yang pertama sekali diperintahkan oleh

Allah kepada utusan-Nya, Muhammad saw., dalam wahyu pertama yang

diturunkan Allah kepadanya. Setelah dapat membaca dan menulis,

manusia baru melangkah ke tingkat proses “mengetahui” hal-hal yang

belum diketahui, sebagaimana Tuhan mengajarkan hal-hal itu kepadanya.

Quraish Shihab mengatakan, Al-Qur’an sejak dini memadukan

usaha dan pertolongan Allah, akal dan qalbu, pikir dan zikir, iman dan

ilmu. Akal tanpa qalbu menjadikan manusia seperti syetan. Iman tanpa

ilmu sama dengan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman

bagaikan pelita ditangan pencuri.

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah mengisyaratkan bahwa Dia adalah

guru pertama bagi manusia. Segala potensi yang dimiliki manusia sebagai

jalan untuk mengetahui segala sesuatu, baik berupa isyarat yang jelas

(tampak) maupun yang tersembunyi yang mampu ditangkap dengan indera

9 M. Ihsan Hadisaputra, Anjuran Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: Al-Ikhlas,1981, hlm. 25.

Page 22: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

8

yang abstrak merupakan cara Allah mendidik manusia. Jelaslah prinsip

dasar manusia belajar (menuntut ilmu) tidak luput dari unsur wahyu

Ilahiyah, maka tidak pantas manusia sebagai penuntut ilmu melepaskan

diri dari wahyu Ilahi.

Jelaslah bahwa penjelasan belajar bukan hanya terdapat dalam

karya-karya ilmiah semata, tetapi dalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat

yang membahas tentang belajar, yaitu perintah untuk memahami serta

menganalisis ciptaan Allah baik dilangit maupun dibumi. Untuk mencari

keterangan mengenai belajar perlu dicari kata-kata kunci yang terkait

dengan makna belajar tersebut. Adapun kata-kata kunci mengenai belajar

yang penulis teliti yaitu ,علم dan ,درس .ذكر

Nabi Muhammad saw.menyatakan bahwa pengetahuan dapat

diperoleh dengan cara belajar. Jadi, orang Islam diperintahkan agar

belajar. Surat al-‘Alaq ayat 1 mengandung pengertian bahwa orang Islam

belajar karena pada umumnya kemampuan membaca itu diperoleh dari

belajar. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 43, Allah menyuruh orang

Islam bertanya jika tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar.

Al-Zarnuji menegaskan, belajar tidak boleh diniatkan untuk

mencari kemegahan duniawi. Tetapi, belajar diniatkan atau dimaksudkan

untuk mencari ridha Allah, menghilangkan kebodohan dirinya. Sebab,

agama tidak akan hidup tanpa ilmu. Mempelajari segala macam ilmu

merupakan usaha menguatkan aqidah tauhid, bertambahnya ilmu sebagai

Page 23: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

9

efek dari belajar maka bertambah pula keyakinan kepada Sang Pencipta

atau Pemberi Ilmu itu.

Jangkauan yang harus dipelajari yang demikian luas dan

menyeluruh itu, tidak dapat diraih secara sempurna oleh seseorang.

Namun, ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa

yang mampu diraihnya. Karenanya, ia dituntut untuk terus menerus

belajar. Nabi Muhammad saw.,sekalipun telah mencapai puncak segala

puncak, masih tetap juga diperintah untuk selalu memohon (berdo’a)

sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.10

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap; bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikat belajar adalah

perubahan.11

Mencari ilmu sampai ke negeri Cina, mengandung makna bahwa

ilmu yang dituntut, yang dicari tidak hanya ilmu agama, tetapi semua ilmu

yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia baik di dunia ini

maupun di akhirat kelak. “Barangsiapa yang menginginkan kebaikan

dunia”, kata Nabi, “hendaklah ia mencari ilmu; barangsiapa menginginkan

kebaikan di akhirat, hendaklah ia mencari ilmu; dan barangsiapa

menginginkan kedua-duanya, hendaklah ia mencari ilmu.” Sebab,

10 M. Quraish Shihab, Membumikanm Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994, hlm.177-178.

11 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: RinekaCipta, 2006, hlm. 11.

Page 24: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

10

kebaikan dunia dan akhirat (kedua-duanya) hanya dapat diperoleh dengan

ilmu.12

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melacak ayat-ayat yang

berkaitan dengan belajar menggunakan kata kunci yaitu ,علم dan ,درس

Serta penulis ingin .ذكر mempelajari dan mengungkapkan secara rinci dan

mendalam tentang hakikat belajar menurut Al-Qur’an melalui penelitian

yang sungguh-sungguh dan mendalam sehingga dengan penelitian ini akan

dapat dijawab berbagai persoalan maka penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian atau penelitian dengan judul “Hakikat Belajar Menurut

Perspektif Al-Qur’an”, karena secara umum penelitian ini dapat

memberikan pemikiran dan pengetahuan dalam dunia pendidikan

khususnya.

B. Penegasan Istilah

a. Hakikat, pokok atau kebenaran. Kebenaran yang sebenarnya. Sesuatu hal

yang menjadi pokok, kebenaran atau intisari dari suatu objek yang menjadi

kajian.13

b. Belajar, artinya suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dimana aktivitas

itu membuatnya memperoleh ilmu atau suatu kegiatan pencarian ilmu,

dimana hasilnya berpengaruh pada orang yang belajar itu.

12 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2006, hlm. 406.

13 Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996,hlm. 51.

Page 25: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

11

c. Perspektif, cara melukiskan sesuatu atau sudut pandang (pandangan). Cara

pandang dalam memahami atau menganalisa suatu objek yang menjadi

bahan kajian.14

d. Al-Qur’an, kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk

dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup

bagi umat manusia. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang

hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan

manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam

sekitarnya.15

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

a. Hakikat belajar menurut Al-Qur’an.

b. Makna belajar berdasarkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

permasalahan belajar.

c. Arti penting belajar bagi kehidupan manusia.

d. Prinsip serta sumber belajar menurut Al-Qur’an.

14 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, hlm. 1086.

15 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi KesalehanHakiki, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 3.

Page 26: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

12

2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang mencakup kajian ini,

maka untuk mempermudah dalam melakukan penelitian atau pengkajian,

penulis membatasi masalah yang akan diteliti sehingga penelitian ini

difokuskan pada hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an serta

persoalan-persoalan yang terkait dengan belajar tersebut.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:

a. Bagaimana hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an?

b. Apa saja prinsip dan sumber belajar menurut Al-Qur’an?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan, penelitian bertujuan:

a. Mengetahui hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an

b. Mengetahui prinsip dan sumber belajar menurut Al-Qur’an

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

a. Bagi pembaca, sebagai informasi dan diharapkan dapat mengetahui

hakikat belajar berdasarkan perspektif Al-Qur’an

Page 27: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

13

b. Bagi penulis, sebagai sumbangan pengetahuan bagi dunia pendidikan,

sebagai salah satu masukan bagi penulis selaku calon guru yang

nantinya akan terjun langsung ke dunia pendidikan, dan sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan studi.

E. Tinjauan Kepustakaan

Muhammad ‘Utsman Najati, dalam bukunya Jiwa Manusia dalam

Sorotan Al-Qur’an, mencoba mengungkapkan belajar menurut Al-Qur’an.

Dia berpendapat, bahwa manusia telah dibekali oleh Allah dengan fitrah

untuk belajar serta memperoleh pengetahuan, ilmu-ilmu, keterampilan,

dan kemampuan memproduksi. Yakni, hal-hal yang dapat menambahkan

kemampuannya untuk memikul tanggung jawab di atas bumi dan

memakmurkannya.16

Di dalam buku yang ditulis oleh M. Arifin, yang berjudul Ilmu

Pendidikan Islam, dijelaskan bahwa manusia tanpa melalui belajar,

niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi

kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan

berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali

dengan kemampuan menulis dan membaca segala yang tersirat di dalam

ciptaan Allah.17

16 Muhammad ‘Usman Najati, Jiwa Manusia dalam Sorotan Al-Qur’an, Jakarta:Ciputat Persada, 2001, hlm. 42.

17 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hlm. 54.

Page 28: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

14

Dan di dalam buku yang ditulis oleh Ahmad Tafsir yang berjudul

Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, dijelaskan bahwa perlunya ciri

akliah dimiliki oleh Muslim dapat diketahui dari ayat-ayat Al-Qur’an serta

hadits Nabi Muhammad SAW. Ayat dan hadits itu biasanya diungkapkan

dalam bentuk perintah agar belajar atau perintah menggunakan indera dan

akal. Sebagian kecil dari ayat Al-Qur’an tersebut diantaranya :

Artinya: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallahyang dapat menerima pelajaran”.18

Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia;dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.19

Ayat di atas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan)

dimiliki orang Islam, pentingnya berfikir, dan pentingnya belajar.20

Nabi Muhammad saw.menyatakan bahwa pengetahuan dapat

diperoleh dengan cara belajar. Jadi, orang Islam diperintahkan agar

belajar. Surat al-‘Alaq ayat 1 mengandung pengertian bahwa orang Islam

belajar karena pada umumnya kemampuan membaca itu diperoleh dari

18 Al-Qur’an, Surat Az-Zumar ayat 9.19 Al-Qur’an, Surat Al-Ankabut ayat 43.20 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,Bandung: PT Reemaja

Rosdakarya, 2005, hlm. 42.

Page 29: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

15

belajar. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 43, Allah menyuruh orang

Islam bertanya jika tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar.

Dengan mengetahui segala sesuatu yang terhampar di alam

semesta, barulah manusia dapat beriman melalui kesadarannya. Jadi,

dengan melalui proses “membaca” dan “menulis”, kemudian beriman,

manusia baru dapat menduduki tingkat atau derajat yang tinggi;

sebagaimana dinyatakan Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 :

Artinya: “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapaderajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.21

Surat Al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan, Allah mengangkat

derajat orang-orang yang berilmu. Tentang ayat ini Ibnu Mas’ud

berkomentar, orang yang dikarunia ilmu lebih tinggi derajatnya dibanding

orang yang tidak memiliki ilmu.22

Pengetahuan itulah yang akan mengantarkan manusia selalu

berpikir dan menganalisis gejala alam yang dilandasi dengan zikir kepada

Allah untuk menghasilkan berbagai jenis perangkat alat-alat teknologi

demi kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

21 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: PenaPundi Aksara, 2002, hlm. 544.

22 Abdur Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan MenurutAl-Qur’an Serta Implementasinya, Bandung: CV Diiponegoro, 1991, hlm. 111.

Page 30: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

16

Metode pendidikan Islam yang mendorong dan mengaktualisasikan

segenap kemampuan kejiwaannya, akan diperoleh satu keberhasilan

pendidikan dan pengajaran sehingga manusia akan menjadi muslim

paripurna, yaitu manusia yang beriman, berilmu pengetahuan, dan beramal

saleh sesuai tuntunan ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Dengan demikian jelas, bahwa Allah memerintahkan manusia

melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan pandangan

bahwa anak sebagai makhluk yang sedang berkembang ke arah

kedewasaan.

Al-Qur’an menempatkan potensi membaca sebagai bagian dari

kegiatan berpikir dalam kedudukannya yang sangat mulia, bahkan Al-

Qur’an memberinya prediket sebagai ulil albab (Al-‘Imran:190-191), yaitu

sosok manusia yang mempergunakan potensi akal dan pikirannya untuk

menggali seluruh fenomena alam sebagai tanda dirinya bersyukur. Yaitu,

sebuah dorongan untuk memanfaatkan potensi anugerah Ilahiah sesuai

dengan ridha Allah, sehingga orang yang bersyukur adalah tipikal yang

mempergunakan pikiran dan tindakannya di jalan Allah. Dengan

mengaktifkan kegiatan berpikir berarti menjalankan proses pendidikan dan

pembinaan diri. Nabi Muhammad saw.telah mendorong supaya belajar

dengan memberikan contoh-contoh praktis dan dengan lisan.23

Sebagaimana seorang murid, ia akan berkembang jiwanya bila

mengikuti seluruh pedoman dan perintah sang Pendidik (Guru). Hanya

23 M. Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: BulanBintang, 1970, hlm. 36.

Page 31: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

17

dengan menyandarkan diri kepada Allah, maka proses dan hasil berpikir

itu menjadi bernilai.24

Membaca dan menulis adalah simbol ilmu pengetahuan. Karena

itu, dengan membaca dan menulis, orang akan dengan mudah

mempertinggi kualitas ilmu pengetahuannya. Dengan kualitas ilmu

pengetahuan yang tinggi, maka orang akan mudah menggapai prestasi

dalam membangun peradaban dunia. Dari isyarat Al-Qur’an tersebut,

dapatlah disimpulkan bahwa Al-Qur’an menjanjikan prospek kehidupan

yang gemilang bila umat manusia mampu menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi, dan meninggalkannya maka kehancuran dan kemunduran

yang akan diterimanya.25

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, dibagi kepada lima bab,

yaitu sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, penegasan

istilah, permasalahan (identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan

masalah), tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

Bab II Deskripsi umum tentang belajar, terdiri dari pengertian

belajar, dan arti penting belajar bagi manusia.

24 Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, Jakarta: BinaInsani, 2000, hlm. 3.

25 Umar Shihab, Op.Cit, hlm. 47.

Page 32: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

18

Bab III Metode penelitian, terdiri dari sumber data, tekhnik

pengumpulan data, dan tekhnik analisis data.

Bab IV Penyajian dan analisa data terdiri dari deskripsi Al-Qur’an

mengenai belajar (Hakikat belajar menurut Al-Qur’an, prinsip belajar

menurut Al-Qur’an, dan sumber belajar menurut Al-Qur’an), serta analisis

terhadap hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an.

Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 33: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

1

BAB II

DESKRIPSI UMUM TENTANG BELAJAR

Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari Al-Qur’an dan menggali

kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek

kehidupan masyarakat merupakan tuntunan yang tak akan pernah

habisnya. Karena itulah, manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu. Hal

tersebut dilakukan dengan cara belajar dan mengamalkannya.

Belajar merupakan kunci yang paling penting dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan.

Perubahan kemampuan merupakan batasan dan makna yang terkandung

dalam belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.1

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar selalu mendapat tempat yang

luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: RinekaCipta, 1998, hlm. 2.

Page 34: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

2

kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset

dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya

pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan

manusia itu.

Arti lain dari belajar adalah berusaha menguasai ilmu pengetahuan,

baik dengan cara bertanya, melihat ataupun mendengar.2

Secara umum belajar dapat dikatakan sebagai aktivitas pencarian

ilmu, yang mesti berpengaruh terhadap sipelajar. Belajar sebagai suatu

aktivitas dalam mencari ilmu mesti didasarkan atas prinsip-prinsip

tertentu, yang meliputi ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan tujuan yang

jelas.3

Belajar berarti berusaha memahami sesuatu, berusaha untuk

memperoleh ilmu pengetahuan, berusaha agar dapat terampil mengerjakan

sesuatu. Sebagaimana yang telah dibahas, bahwa belajar dalam bahasa

Inggris disebut to learn dan to study. Sedangkan belajar dalam bahasa

Arab disebut ,تعلم ,درس dan .ذكر Seperti yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya untuk mencari arti dari kata-kata tersebut harus

menggunakan kata dasar dari tiap kata yaitu ,علم dan ,درس Istilah .ذكر

yang digunakan Al-Qur’an yang berkonotasi belajar, yaitu ,تعلم ,درس dan

2 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam I, Semarang: PT PustakaRizki Putra, 1998, hlm. 611.

Page 35: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

3

.ذكر Kata تعلم berasal dari kata علم yang berarti “mengetahui”. Di dalam

kitab Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an, pada halaman 355 diungkapkan

bahwa kata علم berarti pengetahuan tentang pengertian sesuatu dengan

benar.4

تعلم secara harfiah dapat diartikan kepada “menerima ilmu sebagai

akibat atau bekas suatu pengajaran”. Dengan demikian “belajar” sebagai

terjemahan dari تعلم dapat didefinisikan kepada perolehan ilmu sebagai

akibat dari aktivitas pembelajaran. Atau dengan perkataan lain, belajar

merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang di mana aktivitas itu

membuatnya memperoleh ilmu.

Sedangkan درس artinya “mempelajari”. Al-Isfihani secara harfiah

memaknai kata درس itu dengan “meninggalkan bekas”. Maksudnya

belajar dapat didefinisikan kepada suatu kegiatan pencarian ilmu, dimana

hasilnya berbekas dan berpengaruh terhadap orang yang mencari ilmu

tersebut. Dalam Munjid pada halaman 211 ditemukan empat pengertian

dari kata yang ,درس pertama berarti menghapus atau menghilangkan

bekas, kedua berarti melatih, yang ketiga berarti mempelajari dan yang

keempat berarti biji gandum.5

4 Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mu’jam al-Mufradat Alfaz al-Qur’an al-Karim,Solo: Toko KITAB, hlm. 355.

5 Louis Ma’luf, Al-Munjid al-Lughat wa al-A’lam, Beirut: Dar Masyriq, 1992,hlm. 211.

Page 36: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

4

Jadi, kata درس yang berarti mempelajari itu dijelaskan bahwa

belajar itu adalah menerima dengan menghafalnya.

Pengertian ini juga sama dengan yang ditemukan di dalam Mu’jam

Mufradat Alfaz Al-Qur’an pada halaman 169, yang menjelaskan pula

bahwa belajar itu ialah permanennya hasil bacaan karena sering

dilakukannya membaca dan menghafal.6

Seperti yang terdapat dalam surat Al-Qalam ayat 37 :

Artinya:”Atau Adakah kamu mempunyai sebuah Kitab (yang diturunkanAllah) yang kamu membacanya?”.7

Berdasarkan konsep تعلم dan درس di atas, maka hakikat belajar

adalah pencarian dan perolehan ilmu di mana ia mendatangkan pengaruh

atau perubahan kepada sipelajar.

Sedangkan kata kunci yang ketiga adalah Kata ini memiliki .ذكر

makna yang cukup banyak diantaranya menyebut, mengagungkan,

mensucikan, menjaga, mengerti, mengingat, memberi nasehat,

mempelajari, ingat serta yang lain, sesuai dengan perubahan bentuk kata

dasar itu.8

Di dalam Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an pada halaman 181,

ذكر memiliki dua pengertian yaitu pertama keadaan jiwa yang

6 Al-Raghib Al-Asfahani, Op.Cit, hlm. 169.7 Al-Qur’an, Surat Al-Qalam ayat 37.8 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawar Kamus Arab Indonesia, Krapyak

Yogyakarta, hlm. 482-483.

Page 37: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

5

memungkinkan bagi manusia untuk memelihara apa yang diperoleh dari

pengetahuan. Kedua diartikan dengan hadirnya sesuatu dalam hati.9

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar berarti berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.10

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan

dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali

baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan

dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan

yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan

perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.11

Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai

proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut

dikemukakan oleh Howard L. Kingsley, bahwa belajar adalah proses di

9 Al-Raghib Al-Asfahani, Op.Cit, hlm. 181.10 Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 199011 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS,

Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hlm. 78.

Page 38: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

6

mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui

praktek atau latihan.12

Selain itu para Ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai

rumusan, sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar,

diantaranya:

a. Skinner, berpendapat yang dimaksud belajar adalah suatu perilaku, pada

saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia

tidak belajar, maka responnya menurun.

b. Gagne, merumuskan bahwa belajar merupakan, kegiatan yang kompleks,

yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai.

c. Henry Clay Lingren dan Newtin Suter mendefinisikan dengan perubahan

yang relatif permanen dalam bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai hasil

pengalaman.

d. James W. Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari

pengalaman. Sebuah proses yang didapatkan dari perubahan yang relatif

stabil yang terjadi pada tingkah laku individu yang berinteraksi dengan

lingkungan.

e. Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu: rumusan

kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

12 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hlm. 126-127.

Page 39: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

7

Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau

pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan)

terhadap penguasaan peserta didik atas materi-materi yang telah ia pelajari.

Kemudian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh

arti-arti dan pemahaman-pemahaman. Belajar dalam pengertian ini difokuskan

pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan

masalah-masalah yang kini dan yang akan datang.13

Kalau kita simpulkan definisi-definisi tersebut maka kita dapatkan hal-

hal pokok sebagai berikut :

a) Bahwa belajar itu membawa perubahan,

b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya

kecakapan baru,

c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha.

B. Arti Penting Belajar Bagi Manusia

Menuntut ilmu atau belajar merupakan kewajiban dan kebutuhan

manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran, tidak

akan mampu merubah suatu peradaban, bahkan dirinyapun tidak bisa

menjadi lebih baik. Karena belajar atau menuntut ilmu merupakan sesuatu

yang sangat penting dan merupakan kewajiban setiap muslim, dan hal

tersebut terdapat dalam ayat-ayat di dalam Al-Qur’an. Seperti wahyu

13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, hlm. 236-237.

Page 40: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

8

pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu/belajar).

Banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk belajar, dengan

belajar tersebut manusia mengetahui segala sesuatu yang ada di alam

semesta ini, baik dibumi maupun dilangit. Allah memerintahkan manusia

untuk menggalinya dan mempelajarinya, sehingga manusia mengetahui

segala sesuatu yang terkandung didalamnya.

Sabda Rasulullah saw.tentang perintah belajar banyak sekali. Ini

dapat dilihat umpamanya dalam Shahih Al-Bukhari Juz 1. Al-Bukhari

menulis salah satu judul subbab dalam kitabnya itu dengan menggunakan

kata-kata al-‘ilm qabl al-qaul wa al-‘amal, yang berarti pengetahuan

(perlu) sebelum berkata dan berbuat. Judul itu menggambarkan pendapat

Al-Bukhari bahwa belajar itu penting. Imam Al-Ghazali lebih tegas dalam

hal ini; ia berpendapat bahwa belajar itu wajib bagi setiap Muslim. Jadi,

jelaslah bahwa Islam menghendaki agar orang Islam berpengetahuan. Ini

adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik.14

Kalau orang yang tidak tahu tentang sesuatu diperintahkan oleh

Allah untuk “bertanya” kepada orang yang tahu, maka ia tidak boleh

bersikap masa bodoh atau tidak mau menerangkan kepada orang yang

membutuhkan ilmunya.

14 Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 44.

Page 41: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

9

Artinya: “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakanlangit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi orang-orang yang Mengetahui”.15

Orang-orang yang mengetahui (Al’alimun) adalah golongan cerdik

pandai yang dengan ilmu mereka mampu menyingkap rahasia hasil-hasil

ciptaan Allah. Ayat ini merupakan dorongan dari Tuhan dan perintah

secara tidak langsung kepada manusia agar mempelajari dan menyelidiki

benda-benda alam demi kepentingan ilmu pengetahuan. Juga merupakan

perintah kepada manusia agar mempelajari dan memperdalam berbagai

macam bahasa yang dipergunakan oleh bangsa-bangsa di dunia. Dengan

mengenal dan memperdalam pengetahuan tentang keadaan sesuatu bangsa

dan bahasa-bahasa yang mereka pergunakan, orang akan lebih mampu

berkomunikasi dan mengadakan kontak satu sama lain untuk bekerjasama

dalam mencapai kemajuan hidup.16

Dengan mengetahui rahasia-rahasia ciptaan-Nya itu manusia akan

mengetahui kekuasaan Allah dan kemudian mendorongnya pada iman

kepada-Nya.

15 Al-Qur’an, Surat Ar-Ruum ayat 22.16 M. Ichsan Hadisaputra, Op.Cit, hlm. 29-30.

Page 42: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

10

مسلم على كل العلم فریضة فاءن طلب ین ولو باالص العلم وااطلب

Artinya : “Tuntutlah ilmu/belajarlah walau di negeri Cina sekalipun;Sesungguhnya mencari ilmu/belajar itu wajib bagi setiap orang muslim”(HR. Ibn Abdil Barri)

Hadits ini jelas merupakan perintah kepada setiap orang muslim,

laki-laki, perempuan, tua, muda untuk belajar dan mempelajari segala

macam ilmu pengetahuan. Walaupun dalam menuntut ilmu itu harus

merantau ke negeri Cina sekalipun. Perintah belajar ini adalah

dimaksudkan agar orang muslim tidak menjadi orang bodoh, tidak

ketinggalan kemajuan dan mampu menciptakan kemajuan, tidak mudah

diombang-ambingkan. Disebutnya negeri Cina oleh Nabi dalam hadits ini

hanyalah merupakan contoh saja, sebab pada zaman Nabi itu di negeri

Cina mungkin sudah terdapat kemajuan-kemajuan dalam ilmu

pengetahuan. Kalau di Negara-negara selain Cina kita bisa belajar ilmu

pengetahuan dan memperdalam tentu tidak ada larangan, asal dilakukan

dengan niat yang baik. Dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu

yang bermanfaat, bukan ilmu yang justru akan mencelakakan kehidupan

duniawi dan ukhrawi. Walhasil kalau setiap orang Islam mau belajar dan

menambah pengetahuan, niscaya tidak ada seorang muslim pun yang

bodoh dan mudah dipermainkan.17

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan

makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan

17 Ibid, hlm. 31.

Page 43: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

11

berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh

daripada makhluk-makhluk lainnya.

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan

kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah

persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih

dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis

bisa pula terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang pintar yang

menggunakan kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau

bahkan menghancurkan kehidupan orang tersebut.18

Selanjutnya dalam perspektif keagamaan pun (Islam), belajar

merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu

pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Islam

telah memberikan satu benteng kepada pemeluknya untuk menjadi ahli

ilmu pengetahuan setelah Allah menaikkan derajat orang-orang yang

menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Mujadalah

ayat 11 :

18 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hlm.61.

Page 44: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

12

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allahakan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilahkamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orangyang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamukerjakan”.19

Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan

agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan

kemajuan zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga bermanfaat bagi kehidupan

orang banyak di samping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri.20

Dan Allah tidak akan mempersamakan mereka yang pandai

dengan mereka yang bodoh. Sedangkan seorang ahli ilmu pengetahuan

jika telah meninggal akan tetap dikenang orang tentang jasa-jasa

pengetahuannya yang bermanfaat kepada masyarakat. Seperti hadits yang

artinya: “ Jika manusia telah meninggal maka putuslah amalnya kecuali

tiga macam yaitu orang yang bersedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,

dan anak shaleh yang selalu mendo’akan kepada kedua orang tuanya.”21

Manusia diperintahkan untuk belajar (mencari ilmu) kapan saja,

sejak dari buaian sampai masuk kubur, dan dimana saja meski ke negeri

19 Al-Qur’an, Surat Al-Mujadalah ayat 11.20 Ibid, hlm. 62.21 Hussein Bahreisj, Petunjuk Menuntut Ilmu Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,

1988, hlm. 116.

Page 45: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

13

Cina sekalipun. Sehingga banyak buku salinan bahasa asing dan dipelajari

ilmu yang berasal dari bangsa lain.22

Karena pentingnya ilmu Allah memerintahkan agar manusia

berdo’a agar ilmunya bertambah. Nabi menegaskan bahwa do’a harus

diiringi dengan ikhtiar, dengan belajar. Beliau memerintahkan agar semua

orang mencari ilmu, belajar walau sampai ke negeri Cina sekalipun.

“Mencari ilmu,” kata beliau “diwajibkan bagi setiap orang, baik laki-laki

maupun perempuan, mulai dari kelahiran (ayunan) sampai kematian (liang

lahad).” Artinya ialah ilmu wajib dituntut, dicari oleh setiap orang, selama

hayat dikandung badan di mana pun ilmu itu berada,” karena orang yang

mencari ilmu berjalan di jalan Allah, melakukan ibadah.. “ Carilah ilmu,”

kata Rasulullah, karena ilmu memberikan kepada yang memiliki

pengetahuan untuk membedakan apa yang terlarang dan apa yang yang

tidak.

Ilmu membantu untuk mengasah otak dan memperluas tanggapan

pikiran dan memperkuat pikiran dengan mempelajari berbagai macam

bidang studi lain, sehingga dapat menunjukkan berbagai macam

pembahasan guna dapat mengetahui hubungan dari berbagai macam

benda, dan hal ini merupakan kemampuan alamiah bagi akal, sehingga

dapat menjelaskan hal-hal yang tersembunyi dan dapat menjelaskan

keadaan yang sebenarnya. Tanpa ilmu orang itu tidak akan mengetahui

jalan yang benar, dan akan mengalami kesesatan. Justru itu tidak cukup

22 Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Jakarta: DanaBhakti Waqaf, 1994, hlm. 121.

Page 46: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

14

dengan memiliki ilmu semata-mata tanpa adanya suatu pengalaman dari

ilmu yang dimiliki.23

23 M. Djunaidi Ghony, Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan, Surabaya:Usaha Nasional, hlm. 73.

Page 47: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yakni data

primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah Al-

Qur’an (nash-nash atau ayat-ayat Al-Qur’an), dan buku-buku tafsir seperti

tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Maraghi, dan buku-buku tafsir lainnya.

Sedangkan data sekundernya adalah karya tulis yang penulis himpun dari

buku-buku yang berhubungan dengan belajar serta hal-hal yang terkait

dengannya yang ditulis oleh para ahli.

Untuk mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan hakikat

belajar menurut perspektif Al-Qur’an tersebut digunakan Mu’jam Al-

Mufahras li Alfaz Al-Qur’an karya Muhammad Fuad Abdul Baqy yang

didalamnya terdapat kata kunci dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diinginkan

serta menggunakan kamus yang relevan untuk mengetahui maknanya.

Dan untuk mengetahui makna kata yang dimaksud digunakan

Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an karya Raghib al-Asfahani serta kamus-

kamus yang lainnya.

32

33

Page 48: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

2

A. Tekhnik Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat Library Research, yakni penela’ahan terhadap

Al-Qur’an serta karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para ahli yang

berkaitan dengan persoalan kajian, khususnya yang berhubungan dengan

masalah yang penulis teliti. Dengan cara observasi, membaca, mencatat,

memahami literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang

penulis teliti.

B. Tekhnik Analisa Data

Penelitian ini dilakukan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu ayat-

ayat yang mengandung konsep tentang belajar. Penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan (studi teks).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tematik

(mawdhu’iy). Metode tafsir tematik adalah metode tafsir yang berusaha

mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-

Qur’an yang mempunyai satu tujuan, yang bersama-sama membahas topik

atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras

dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut

dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-

hubungannya dengan aya-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum

darinya.

Page 49: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

3

Untuk itu, langkah-langkah atau cara kerja metode tafsir tematik

ini antara lain :

a. Memilih atau menetapkan masalah Al-Qur’an yang dikaji secara tematik.

Dalam hal ini, tentu yang berhubungan dengan kajian yang penulis teliti

yaitu tentang hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an.

b. Menentukan kata kunci mengenai permasalahan yang penulis teliti dan

padanannya dalam Al-Qur’an. Kata kunci yang penulis teliti yaitu ,تعلم

درس , dan .تذكر

c. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang

telah ditetapkan. Ayat-ayat yang didapat berasal dari kata kunci yang

digunakan.

d. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologis masa

turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau

asbab al-nuzul (jika memungkinkan).

e. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-

masing suratnya.

f. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis,

sempurna, dan utuh (outline).

g. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu,

sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

Page 50: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

4

h. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan

cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian yang sama.1

Jadi seperti yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan pertama,

merumuskan tema yang akan dibahas, dalam masalah ini adalah “belajar”

dengan kata kunci ta’allama, darasa, dan tazakkara. Berdasarkan pada kata

kunci tersebut, maka digunakanlah kitab Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-

Qur’an, karangan Muhammada Fuad’Abd al-Baqi. Kedua, yaitu

menghimpun, menyusun, menela’ah Al-Qur’an, dan ketiga, yaitu menyusun

kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang dibahas.

Sebelum dilakukan pembahasan terhadap hakikat belajar menurut

perspektif Al-Qur’an ini, maka penulis terlebih dahulu melakukan

pengumpulan data yaitu data yang bersifat primer dan data sekunder seperti

yang telah dijelaskan di atas. Data primernya adalah kitab Al-Qur’an (ayat-

ayat Al-Qur’an) yang berhubungan dengan hakikat belajar. Sedangkan data

sekundernya adalah kitab-kitab tafsir dan buku-buku yang berbicara

mengenai permasalahan yang penulis teliti.

Kemudian mencari kata-kata kunci dari ayat-ayat Al-Qur’an

dengan menggunakan Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an karya Raghib al-

Asfahani serta kamus-kamus yang relevan, selanjutnya mengumpulkan

ayat-ayat yang berkenaan dengan hakikat belajar menurut perspektif Al-

Qur’an digunakan kitab karangan Muhammad Fuad Abdul Baqy yaitu

Mu’jam Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. Untuk memahami dan mengetahui arti

1 Abd. A-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy.sebuah pengantar,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 45-46.

Page 51: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

5

dari ayat-ayat tersebut digunakan pula kitab-kitab tafsir sehingga penelitian

ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang

penulis teliti.

Page 52: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

1

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Deskripsi Al-Qur’an Mengenai Belajar

Di dalam bahasa Arab, terdapat konotasi tentang belajar yaitu ,تعلم

درس ,dan .تذكر Kata تعلم secara harfiah berarti menerima ilmu sebagai

akibat atau bekas suatu pengajaran. Dalam arti lain artinya terdidik. Kata

درس secara harfiah artinya mempelajari, atau belajar. Kata تذكر

mempunyai arti mengingat-ingat yang berasal dari kata ذكر yang berarti

mengingatkan. Akan tetapi, untuk mencari kata-kata tersebut di dalam Al-

Qur’an yang dipakai adalah kata kerja dari masing-masing kata tersebut

seperti ,علم ,درس dan 1.ذكر

Banyak surat yang membahas tentang belajar, di antaranya yaitu :

1. Kata علم terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 31, 32,102, 129,

151, 251, 282, surat Al-‘Imran (3) ayat, surat An-Nisaa’ (4) ayat 113,

surat Al-Maidah (5) ayat 4, 110, surat Al-An’am ayat 73 dan 91, surat

Yusuf (12) ayat 6, 21, 37, 68, dan 101, surat An-Nahl (16) ayat 103,

surat Al-Kahfi (18) ayat 65, 66, surat Thahaa (20) ayat 71, surat Al-

Anbiya’ (21) ayat 80, surat Asy-Syu’ara (26) ayat 49, surat An-Naml

(27) ayat 16, surat Yasiin (36) ayat 69, surat Al-Hujurat (49) ayat 16,

1Adib Bisri, AL-BISRI Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif,1999, hlm. 518-22.

37

Page 53: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

2

surat An-Najm (53) ayat 5, surat Ar-Rahman (55) ayat 2, surat Al-

Mujadalah (58) ayat 11, dan surat Al-Jumu’ah (62) ayat 2.

2. Kata درس terdapat dalam surat Al-‘Imran (3) ayat 79, Al-An’am (6)

ayat 105, 156, surat Al-A’raf (7) ayat 169, surat Saba’ (34) ayat 44, dan

terakhir surat Al-Qalam (68) ayat 37.

3. Kata ذكر terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 221 dan 269, surat Ali

‘Imran ayat 7, surat Al-An’am ayat 80 dan 126, surat Al-A’raf ayat 3,

57 dan 130, surat Al-Anfal ayat 57, surat At-Taubah ayat 126, surat

Yunus ayat 3, surat Hud ayat 24 dan 30, surat Ar-Ra’d ayat 19, surat

Ibrahim ayat 52, surat An-Nahl ayat 13, 17, 43, dan 90, surat Al-

Furqan ayat 50 dan 62, surat Al-Qasas ayat 51, surat Az-Zumar ayat 9

dan 27, surat Gafir/Al-Mukmin ayat 13, surat Ad-Dukhan ayat 58,

surat Al-Waqi’ah ayat 62, dan surat Al-Haqah ayat 42.

1. Hakikat Belajar menurut Al-Qur’an

Seperti kata علم dalam Al-Qur’an ditemukan 4 kali dalam 3 surat,

yaitu surat Al-Baqarah (2) ayat 31, surat Ar-Rahman (55) ayat 2, dan surat

Al-‘Alaq (96) ayat 4-5. 2

Sedangkan علم yang berbentuk fi’il madhi maupun fi’il mudhari’

semuanya berjumlah 38 ayat, yang tersebar pada 17 surat, yaitu surat Al-

Baqarah (2) ayat 31, 32,102, 129, 151, 251, 282, surat Al-‘Imran (3) ayat,

2 Muhammad Fuad Abdul Baqy, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Beirut: Dar al-Fikr, 1992, hlm. 604.

Page 54: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

3

surat An-Nisaa’ (4) ayat 113, surat Al-Maidah (5) ayat 4, 110, surat Al-

An’am ayat 73 dan 91, surat Yusuf (12) ayat 6, 21, 37, 68, dan 101, surat

An-Nahl (16) ayat 103, surat Al-Kahfi (18) ayat 65, 66, surat Thahaa (20)

ayat 71, surat Al-Anbiya’ (21) ayat 80, surat Asy-Syu’ara (26) ayat 49,

surat An-Naml (27) ayat 16, surat Yasiin (36) ayat 69, surat Al-Hujurat

(49) ayat 16, surat An-Najm (53) ayat 5, surat Ar-Rahman (55) ayat 2,

surat Al-Mujadalah (58) ayat 11, dan surat Al-Jumu’ah (62) ayat 2.3

Setelah surat-surat diatas disusun secara runtut menurut kronologis

turunnya, maka penulis mengambil beberapa surat dari sekian banyak

surat di atas ada beberapa surat yang akan dibahas yaitu surat Al-Baqarah

ayat 31, Al-Baqarah ayat 102, Thaha ayat 114, dan Al-‘Alaq ayat 4-5.

Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi (kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau kesanggupan) untuk

meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu,

bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara

untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Qur’an menunjukkan

betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan.

Ayat ini menunjukkan betapa Allah SWT memuliakan dan

mengangkat derajat atau martabat hamba-hamba-Nya dan disamping itu

juga mempunyai ilmu pengetahuan. Derajat yang dimaksudkan di sini

adalah derajat hidup di akhirat, namun di dalam kehidupan masyarakat pun

3 Ibid, hlm. 604-605.

Page 55: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

4

pada umumnya orang pandai itu mendapat tempat yang terhormat di hati

mereka.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 31 dijelaskan :

Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat laluberfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamumamang benar orang-orang yang benar!”4

Ayat di atas menyatakan bahwa Allah SWT mengajarkan kepada

Nabi Adam nama-nama benda seluruhnya. Kata علم pada ayat di atas

berarti mengajarkan. Di dalam Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an pada

halaman 356 disebutkan bahwa mengajarkan nama-nama itu, maksudnya

ialah bahwa Allah menjadikan bagi Adam dengan nama-nama itu kekuatan

berbicara untuk meletakkan/memakaikan nama pada sesuatu benda,

dengan mengucapkannya dalam hati.5

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Nabi Adam

belajar dari Allah dengan mendengarkan apa yang diucapkan Allah, lalu

Adam meniru ucapan itu dalam hatinya. Allah SWT telah mengajari Nabi

Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya. Kemudian

4 Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 31.5 Al-Raghib Al-Asfahani, Op.Cit, hlm. 356.

Page 56: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

5

Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama

tersebut.6

Jadi kata-kata mengajarkan dalam ayat di atas terkandung hakikat

belajar yaitu berusaha memahami sesuatu, berusaha untuk memperoleh

ilmu pengetahuan, berusaha agar dapat terampil mengerjakan sesuatu.7

Dan hal itu diperoleh dengan mempelajari sesuatu yang telah diajarkan.

Dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 juga dijelaskan :

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, danTuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) denganperantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidakdiketahuinya”.8

Kata علم pada ayat di atas bermakna mengajar, jadi maksud ayat

tersebut adalah Allah yang telah mengajarkan manusia melalui perantaraan

kalam dan mengajarkan apa yang tidak diketahui manusia. Melalui

pengajaran itulah manusia bisa belajar (mempelajari) tentang sesuatu hal

yang tidak diketahuinya dan berubah menjadi tahu.

Jadi, hakikat belajar adalah mengetahui sesuatu yang tidak

diketahui atau dari tidak tahu menjadi tahu melalui suatu pengajaran.

6 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Op.Cit, hlm. 139.7 J. S. Bedudu, Op.Cit, hlm. 19.8 Al-Qur’an, Surat Al-‘Alaq ayat 1-5.

Page 57: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

6

Tujuannya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Jadi hakikatnya adalah

perubahan.9

Ayat ini merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW ketika beliau sedang berkhalawat di gua Hira. Karena

merupakan wahyu yang pertama kali disampaikan maka ayat ini

mempunyai arti yang amat penting dalam proses keimanan dan

penyerahan diri kepada Allah SWT. Dan jelaslah bahwa perintah

membaca merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap

orang muslim dalam menuju ke arah iman yang sempurna itu dan Islam

yang penuh kepada-Nya. Belajar/kegiatan membaca tidak bisa dipisahkan

dari belajar/kegiatan menulis dan berpikir. Kata “Iqra’” di atas tidak boleh

diartikan secara letterlijk dengan hanya membaca saja, ketiganya itu saling

berkaitan. Dan banyak ayat-ayat lain yang memerintahkan manusia supaya

belajar dan menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan Allah,

karena justru kelebihan manusia itu terletak pada akal pikiran itu jika

dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.10

Seperti yang tertuang dalam surat Thahaa ayat 114 :

9 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Op.Cit, hlm. 11.10 M. Ichsan Hadisaputra, Op.Cit, hlm. 25.

Page 58: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

7

Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, danjanganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakanmewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlahkepadaku ilmu pengetahuan”.11

زدنىعلما ب ر artinya “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku

ilmu pengetahuan" maksudnya dengan membaca dan memahami

(mempelajari) Al-Qur’an tersebut diharapkan bertambahnya ilmu

pengetahuan. Kata علما memiliki arti ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan diperoleh dengan cara mempelajari segala sesuatu yang

diciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan mempelajarinya maka sesuatu

yang tidak diketahui akan menjadi tahu. Jadi, ilmu pengetahuan akan

memberikan pengaruh kepada yang mempelajarinya, maka hakikat belajar

itu adalah perolehan ilmu di mana ia mendatangkan pengaruh kepada

sipelajar.12

Firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca

Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu” adalah

seperti firman Allah, “Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk

membaca Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya.

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan

membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya, maka ikutilah

bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

penjelasannya.” (al-Qiyamah : 16-19). Sedangkan di dalam surat ini Allah

berfirman, “Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an

11 Al-Qur’an. Surat Thahaa ayat 114.12 Kadar M. Yusuf, Op.Cit, hlm. 2.

Page 59: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

8

sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu.” Yakni, bukan begitu,

tetapi simaklah. Jika Malaikat Jibril telah selesai membacanya, barulah

kamu membacanya.” Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah

kepadaku ilmu pengetahuan.’ “Yakni, tambahkanlah kepadaku ilmu dari-

Mu.13

Sebab turunnya ayat : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi

bahwa dahulu apabila Jibril turun membawa wahyu, Nabi saw. meletihkan

dirinya karena menghafalnya sehingga beliau mengalami kepayahan

karena khawatir Jibril naik ke langit sebelum beliau menghafalnya. Maka

Allah menurunkan ayat, “Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-

gesa (membaca) Al-Qur’an”.14

Jadi surat Thahaa ayat 114 di atas menjelaskan bahwa Nabi

Muhammad saw., dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat

demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi

Muhammad saw., menghafal dan memahami betul-betul yang diturunkan

itu. Dan pada ayat tersebut yang belajar adalah Nabi Muhammad.

Dalam surat Ar-Rum ayat 22 dijelaskan :

13 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit, Jilid 3, hlm. 271-272.14 Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Jakarta: Gema

Insani, 2008, hlm. 369-370.

Page 60: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

9

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakanlangit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi orang-orang yang Mengetahui”.15

Orang-orang yang mengetahui ( العا لمو◌ن ) adalah golongan

cerdik pandai yang dengan ilmu mereka mampu menyingkap rahasia hasil-

hasil ciptaan Allah. Ayat ini merupakan dorongan dari Tuhan dan perintah

secara tidak langsung kepada manusia agar mempelajari dan menyelidiki

benda-benda alam demi kepentingan ilmu pengetahuan. Juga merupakan

perintah kepada manusia agar mempelajari dan memperdalam berbagai

macam bahasa yang dipergunakan oleh bangsa-bangsa di dunia.16

Jadi, ayat di atas mengandung makna hakikat belajar yaitu,

aktivitas yang dilakukan seseorang di mana aktivitas itu membuatnya

memperoleh ilmu. Hal itu dilakukan dengan melihat dan mempelajari

tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti yang terkandung dalam ayat di atas.

Kata تعلم dalam Al-Qur’an terulang dua kali. Keduanya digunakan

dalam perbincangan tentang ilmu sihir, yaitu :

Artinya: “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yangdengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)dengan isterinya, dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat

15 Al-Qur’an, Surat Ar-Rum ayat 22.16 M. Ichsan Hadisaputra, Op.Cit, hlm. 29.

Page 61: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

10

dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. danmereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanyadan tidak memberi manfaat”.17

Dalam ayat ini ditemukan kata mempelajari ( یتعلمون ) yang

mengandung makna belajar. Kata تعلم mengandung makna memaksa diri

atau bersungguh-sungguh untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah usaha yang

sungguh-sungguh untuk mendapat pengetahuan dan pengertian.

Kata یتعلمون berasal dari kata تعلم dalam bentuk fi’il madhi,

sedangkan kata یتعلمون dalam bentuk fi’il mudhari’ artinya ialah belajar

atau mempelajari. Kata یتعلمون tidak banyak ditemukan di dalam Al-

Qur’an. Berdasarkan kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an, hanya

ditemukan dua kali ungkapan Allah dengan kata یتعلمون dan itupun hanya

dalam satu ayat saja, yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 102, seperti yang

sudah dituliskan di atas.

Kata علم mengandung pengertian memaksakan diri. Dengan

demikian, dapat dipahami, bahwa orang yang belajar adalah orang yang

berusaha memaksa dirinya untuk memperoleh pengetahuan atau

pengertian. Dengan kata lain, yaitu orang yang bersungguh-sungguh dalam

mendapatkan pengetahuan.

17 Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 102.

Page 62: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

11

Sebab turunnya ayat : Ibnu Jarir meriwayatkann dari Syahr bin

Hausyab, dia berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Perhatikanlah

Muhammad, dia mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Dia

mengatakan bahwa Sulaiman adalah nabi seperti nabi-nabi yang lain,

padahal Sulaiman adalah seorang penyihir yang dapat terbang di atas

angin.

Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Abdul Aliyah bahwa

dalam waktu yang cukup lama, orang-orang Yahudi menanyakan beberapa

hal di dalam Taurat kepada Nabi saw.. Tidak satu pun pertanyaan yang

mereka sampaikan, kecuali Allah menurunkan kepada beliau jawabannya.

Ketika melihat kondisi yang demikian, mereka berkata, “Orang ini lebih

tahu dari kita tentang kitab yang diturunkan kepada kita.”

Dan mereka pun menanyakan tentang sihir dan berusaha

memojokkan beliau, maka Allah menurunkan firman-Nya,

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh oleh setan-setan

pada masa kerajaan Sulaiman. (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman

itu mengerjakan sihir)…”(al-Baqarah: 102)18

Selanjutnya kata درس menurut Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-

Qur’an al-Karim terdapat dalam 5 surat dengan 6 ayat yaitu, surat Al-

‘Imran (3) ayat 79, surat Al-An’am (6) ayat 105 dan 156, surat Al-A’raf

(7) ayat 169, surat Saba’ (34) ayat 44, dan terakhir surat Al-Qalam (68)

ayat 37.

18 Jalaluddin As-Suyuthi, Op.Cit, hlm. 42.

Page 63: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

12

Adapun surat yang akan dibahas adalah surat Al-‘Imran (3) ayat

79, Al-An’am (6) ayat 105, dan surat Saba’ (34) ayat 44.

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikankepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepadamanusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukanpenyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadiorang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dandisebabkan kamu tetap mempelajarinya”.19

Firman Allah Ta’ala, “Tidaklah layak bagi seorang manusia yang

telah diberikan oleh Allah Alkitab, hikmah, dan kenabian … setelah kamu

Islam?”. Maksudnya, tidaklah layak bagi seorang Nabi dan seorang Rasul

untuk mengatakan kepada manusia, “Sembahlah aku di samping

menyembah Allah!”. Jika perbuatan seperti itu tidak dilakukan oleh

seorang Nabi atau Rasul. Kemudian firman Allah Ta’ala, “Namun Dia

berkata, “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani”, karena kamu

selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.20

Maksudnya adalah apa yang kalian pahamkan kepada manusia mengenai

19 Al-Qur’an, Surat Al-‘Imran ayat 79.20 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op Cit, Jilid I, hlm. 539.

Page 64: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

13

berbagai makna Alkitab dan kalian ajarkan kepada mereka hukum-hukum,

perintah-perintah, dan larangannya, bukan apa yang kalian hafalkan kata-

katanya secara verbal.

Tidak wajar dan tidak dapat tergambar dalam benak betapapun

keadaannya bagi seseorang manusia siapa dia dan betapapun tinggi

kedududukannya, baik Muhammad saw., maupun Isa as., dan selain

mereka yang Allah berikan kepadanya al-kitab, dan hikmah yang

digunakannya menetapkan hukum putusan. Hikmah adalah ilmu amaliah

dan amal ilmiah dan kenabian, yakni informasi yang diyakini bersumber

dari Allah yang disampaikan kepada orang-orang tertentu pilihan-Nya

yang mengandung ajakan untuk mengesakan-Nya. Tidak wajar bagi

seseorang yang memperoleh anugerah-anugerah itu kemudian dia berkata

bohong kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-

penyembahku bukan penyembah Allah.” Betapapun itu tidak wajar,

bukankah kitab suci Yahudi atau Nasrani, apalagi Al-Qur’an melarang

mempersekutukan Allah dan mengajak mengesakan-Nya dalam Dzat,

sifat, perbuatan dan ibadah kepada-Nya? Selanjutnya mereka juga tidak

akan diam, tidak mengajak kepada kebaikan atau mencegah keburukan.

Tidak! Tetapi Dia akan mengajak dan berkata, “Hendaklah kamu menjadi

orang-orang rabbani, yang berpegang teguh serta mengamalkan nilai-nilai

Ilahi karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu

terus-menerus mempelajarinya.”21

21 M. Quraish Shihab, Op.Cit, Volume 2, hlm. 132-133.

Page 65: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

14

Di sini Allah SWT menggunakan kata dasar تدرسون untuk arti

mempelajari. Mempelajari dengan makna mengambil pengertian dari apa

yang dibaca.22

Dan dengan demikian, belajar adalah usaha mengambil atau

mendapatkan pengertian tentang sesuatu. Hal tersebut sesuai dengan

hakikat belajar yaitu pencarian dan perolehan ilmu di mana ia

mendatangkan pengaruh atau perubahan kepada sipelajar.

Sebab turunnya ayat : Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi meriwayatkan dari

Ibnu Abbas, dia berkata, “Abu Rafi’ al-Qarzhi berkata, “Ketika para

pendeta Yahudi dan pendeta Nasrani dari Najran berkumpul di tempat

Rasulullah dan beliau mengajak mereka untuk masuk Islam, mereka

berkata, “Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu sebagaimana

orang-orang Nasrani menyembah Isa?” Maka Rasulullah menjawab,

“Na’udz billah (Kami berlindung kepada Allah dari hal itu).” Maka Allah

menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu, “Tidak mungkin bagi

seseorang…, ‘hingga firman-Nya, “…setelah kamu menjadi muslim?”

(Ali ‘Imran ayat 79-80).23

Jadi jelaslah bahwa apa yang diungkapkan oleh surat Ali-‘Imran

ayat 79 adalah benar. Yaitu, para rabbani yang selalu mengajarkan al-

kitab dan tetap mempelajarinya, maksudnya bahwa para rabbani sebelum

22 Ar-Ragib Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, hlm. 414.

23 Jalaluddin As-Suyuthi, Op.Cit, hlm. 124-125.

Page 66: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

15

mengajarkan al-kitab terlebih dahulu dia mempelajarinya dalam artian dia

membaca al-kitab itu terlebih dahulu baru kemudian diajarkannya.

Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 105 :

Artinya: “Demikianlah kami mengulang-ulangi ayat-ayat kami supaya(orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orangmusyrik mengatakan: "Kamu Telah mempelajari ayat-ayat itu (dari ahliKitab)", dan supaya kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orangyang Mengetahui”.24

Jika dibaca daa rasta artinya mempelajari dan membela,

mempertahankannya. Dan jika dibaca درست berarti belajar dan membaca.

Ada juga yang membaca دسرت (dasarat) berarti itu kuno, lama, berita

lama.25

Jelaslah bahwa kata درست sesuai dengan maksud dari hakikat

belajar yaitu perubahan, karena melalui belajar tersebut akan

mendatangkan pengaruh atau perubahan pada orang yang belajar tersebut.

Firman Allah Ta’ala, “Demikianlah Kami menerangkan ayat-ayat

itu” yakni menjelaskan pada segala tempat karena di dalamnya terdapat

ketauhidan “dan supaya mereka mengatakan, ‘Kamu,’” hai Muhammad,

“telah belajar” kepada orang sebelum kamu dari kalangan Ahli Kitab dan

24 Al-Qur’an, Surat Al-An’am ayat 105.25 Salim Bahreisy, Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 3, Kuala Lumpur:

Victory Agencie, 1988, hlm. 296.

Page 67: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

16

pembaca kitab. Kamu itu belajar dari mereka. Kemudian firman Allah

Ta’ala, “Serta agar Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada orang-orang

yang mengetahui”, yakni agar Kami menerangkannya kepada orang-orang

yang mengetahui kebenaran, kemudian mereka mengikutinya, mengetahui

kebatilan, kemudian mereka menjauhinya.26

Setelah mengingatkan fungsi Nabi saw., kelompok ayat ini ditutup

dengan firman-Nya: Demikian, yakni seperti penjelasan yang beraneka

ragam itulah Kami menganekaragamkan serta mengulang-ulangi ayat-

ayat, yakni bukti-bukti Kami baik yang terhampar di alam raya maupun

terhidang di dalam Al-Qur’an, supaya orang-orang yang beriman

mendapat petunjuk dan yang pada akhirnya mengakibatkan orang-orang

musyrik mengatakan - terdorong oleh kekeraskepalaan dan kebejatan hati

mereka - bahwa Engkau hai Nabi Muhammad saw., telah mempelajari

ayat-ayat itu dari Ahl al-Kitab atau siapa pun sehingga sekali-kali ia bukan

wahyu dari Tuhan, dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada

orang-orang yang mengetahui, sehingga tidak seorang di antara mereka

yang menduga bahwa kamu mempelajarinya dari manusia atau makhluk

apa pun.27

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Saba’ ayat 44 :

26 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit, Jilid 2, hlm. 262.27 M. Quraish Shihab, Op.Cit, Volume 4, hlm. 230.

Page 68: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

17

Artinya: “ Dan kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitabyang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepadamereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun”.28

Kata یدرسونھا (yadrusunaha) terambil dari kata درس (darasa)

yang berarti membaca secara perlahan disertai dengan upaya sungguh-

sungguh untuk memahami, yakni mempelajari dengan tekun.29

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa hakikat belajar adalah

aktivitas yang dilakukan seseorang di mana aktivitas itu membuatnya

memperoleh ilmu.

Allah Ta’ala memberitahukan keberhakan kaum kafir atas azab

saat mereka mendengar ayat-ayat Allah dari lisan Rasulullah saw., Mereka

menyifati Al-Qur’An sebagai sihir yang nyata. “Dan Kami tidak pernah

memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali

tidak pernah mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi

peringatan.” Allah tidak menurunkan kepada bangsa Arab sebuah kitab

sebelum Al-Qur’an dan Dia tidak mengutus kepada mereka seorang nabi

sebelum Muhammad saw. Mereka berhasrat ada nabi yang diutus dari

kalangan mereka. Akan tetapi, tatkala Allah mengutus Nabi saw. kepada

mereka, mereka malah mendustakannya.30

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rabbaniy yang

oleh Al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan Kitab Allah,

28 Al-Qur’an, Surat Saba’ ayat 44.29 M. Quraish Shihab, Op.Cit, Jilid 11, hlm. 405.30 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit, Jilid 3, hlm. 943.

Page 69: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

18

baik yang tertulis (Al-Qur’an), maupun yang tidak tertulis (alam raya),

serta mempelajarinya secara terus menerus. Jangkauan yang harus

dipelajari, yang demikian luas dan menyeluruh itu, tidak dapat diraih

secara sempurna oleh seseorang. Namun, ia harus berusaha semaksimal

mungkin untuk mendapatkan apa yang mampu diraihnya. Karenanya, ia

dituntut untuk terus menerus belajar. Nabi Muhammad saw., sekalipun

telah mencapai puncak segala puncak, masih tetap juga diperintah untuk

selalu memohon (berdo’a) sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan.

Kemudian تذكر (tazakkara) yang mengungkapkan tentang belajar

cukup banyak ditemukan dalam Al-Qur’an seperti yang terdapat dalam

kitab Mu’jam Al-Mufahras li alfaz al-Qur’an yang berjumlah 27 ayat,

yang tersebar dalam 18 surat: yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 221 dan

269, surat Ali ‘Imran ayat 7, surat Al-An’am ayat 80 dan 126, surat Al-

A’raf ayat 3, 57 dan 130, surat Al-Anfal ayat 57, surat At-Taubah ayat 126,

surat Yunus ayat 3, surat Hud ayat 24 dan 30, surat Ar-Ra’d ayat 19, surat

Ibrahim ayat 52, surat An-Nahl ayat 13, 17, 43, dan 90, surat Al-Furqan

ayat 50 dan 62, surat Al-Qasas ayat 51, surat Az-Zumar ayat 9 dan 27,

surat Gafir/Al-Mukmin ayat 13, surat Ad-Dukhan ayat 58, surat Al-

Waqi’ah ayat 62, dan surat Al-Haqah ayat 42.

Dari sekian banyak surat di atas maka yang akan dibahas

diantaranya surat Al-An’am ayat 126, Ar-Ra’d ayat 19, An-Nahl ayat 43,

Az-Zumar ayat 9, dan lain sebagainya.

Page 70: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

19

Artinya: “ Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnyakami Telah menjelaskan ayat-ayat (kami) kepada orang-orang yangmengambil pelajaran”.31

رون یذك memiliki pengertian mengambil pelajaran. Allah SWT

telah menjelaskan ayat-ayat-Nya maksudnya tanda-tanda kekuasaan-Nya

kepada orang-orang yang mengambil pelajaran, maka melalui ayat-ayat-

Nya tersebut manusia bisa mempelajari dan mengetahui kekuasaan-Nya.

Jadi ayat ini termasuk perintah untuk mempelajari segala sesuatu yang

diciptakan-Nya. Ayat ini menyatakan bahwa Dan inilah jalan lebar yang

dibentangkan Tuhan Pemelihara-mu wahai Nabi Muhammad. Jalan ini

lurus tidak berliku-liku agar singkat perjalanan menuju tujuan.

Sesungguhnya Kami telah menjelaskan, yakni keterangan dan bukti

kebenaran kepada orang-orang yang berusaha mengingat dan mengambil

pelajaran. Untuk mereka yang menelusuri dan mengambil pelajaran itu

disediakan negeri aman, yakni surga yang penuh kedamaian, yang berada

pada sisi Tuhan Pemelihara dan Pelimpah karunia buat mereka serta

berada dalam jaminan-Nya dan Dialah Yang Maha Pengasih itu

Pelindung, Penolong mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat,

31 Al-Qur’an, Surat Al-An’am ayat 126.

Page 71: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

20

disebabkan, yakni sebagai ganti apa , yakni amal-amal saleh yang selalu

mereka kerjakan.32

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah menjelaskan

keterangan dan bukti kebenaran melalui ayat-ayat-Nya untuk orang-orang

yang mengambil pelajaran. رون یذك memiliki pengertian mengambil

pelajaran, hal itu merupakan hakikat belajar. Seperti yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya bahwa hakikat belajar adalah perubahan yaitu

berusaha menguasai ilmu pengetahuan, baik dengan cara bertanya, melihat

ataupun mendengar.33

Surat An-Nahl ayat 43 dijelaskan :

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-oranglelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepadaorang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.34

Kata Ahluzzikra pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam

arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang

yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para Rasul yang

diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh

berpihak pada informasi Al-Qur’an sebab mereka juga termasuk yang

32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 287.

33 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 611.34 Al-Qur’an, Surat An-Nahl ayat 43.

Page 72: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

21

tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para

Rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti

sejarawan, baik muslim ataupun non muslim.

Di sisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-kitab yang

dalam ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr menyangkut apa yang tidak

diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif,

menunjukkan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan.

Memang seperti sabda Nabi saw.: “Hikmah adalah sesuatu yang

didambakan seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia

yang telah wajar mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang

popular dinilai sebagai sabda Nabi saw.walaupun yaitu : “Tuntutlah ilmu

walaupun di Negeri Cina.” Itu semua merupakan landasan untuk

menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal,

terbuka, serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan

kemaslahatan seluruh manusia.35

Ayat di atas memerintahkan agar bertanya kepada orang yang

mengetahui jika tidak mengetahui sesuatu hal. Artinya diperintahkan

untuk mempelajari sesuatu kepada orang yang lebih tahu sehingga menjadi

tahu dan paham. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa hakikat

belajar adalah perubahan, yaitu berusaha menguasai ilmu pengetahuan,

baik dengan cara bertanya, melihat ataupun mendengar.36

Selanjutnya dalam surat Az-Zumar ayat 9 dijelaskan :

35 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 7, hlm. 238-239.

36 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 611.

Page 73: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

22

Artinya: “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud danberdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmatTuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahuidengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yangberakallah yang dapat menerima pelajaran”.37

Allah SWT, berfirman, “Katakanlah, ‘adakah sama orang-orang

yang mengetahui dengan orang-orang yang yang tidak mengetahui?’”

Maksudnya, apakah orang yang berdiri dan bersujud dalam suasana

kekhusyuan dan berharap ini sama dengan orang yang menjadikan saingan

untuk Allah agar dia dapat berbuat kesesatan dari jalan Allah?

“Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

Maksudnya, yang mengetahui perbedaan antara ini dan itu adalah orang

yang mempunyai akal pikiran.38

Jadi dari ayat diatas dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan

antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui, artinya hanyalah orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran. Kata یتذكر pada ayat di atas mengandung pengertian menerima

pelajaran. Dan hanya orang-orang yang berakal yang dapat menerima

pelajaran. Jadi belajar di sini maksudnya menerima pelajaran sehingga

37 Al-Qur’an, Surat Az-Zumar ayat 9.38 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit , Jilid 4, hlm. 96.

Page 74: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

23

akan menjadi tahu tentang sesuatu hal setelah menerima pelajaran tersebut

sesuai dengan hakikat belajar yaitu perubahan, artinya tujuan kegiatan

adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap. Dengan kata lain berusaha menguasai ilmu

pengetahuan.39

Sebab turunnya ayat : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu

Umar yang berkata, “Diturunkan berkenaan dengan Utsman bin Affan.”

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas

yang berkata, ”Diturunkan berkenaan dengan Ammar bin Yasir.” Juwaibir

meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, ”Diturunkan berkenaan

dengan Ibnu Mas’ud, Ammar bin Yasir, Salim, pelayan Abu Hudzaifah.”

Juwaibir juga meriwayatkan dari Ikrimah yang berkata, “Diturunkan

berkenaan dengan Ammar bin Yasir.”40

Disamping surat Az-Zumar ayat 9 tersebut, ada ayat lain yang

memiliki redaksi dan kandungan yang sama yaitu terdapat pada surat Ar-

Ra’d ayat 19 :

Artinya: “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yangditurunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yangbuta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambilpelajaran”.41

39 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, hlm. 611.40 Jalaluddin As-Suyuthi, Op.Cit, hlm. 482.41 Al-Qur’an, Surat Ar-Ra’d ayat 19.

Page 75: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

24

Demikianlah perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, karena itu

adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu wahai Muhammad mengetahuinya bahwa ia adalah kebenaran

dan yang diibaratkan dengan air atau logam murni itu? Pastilah tidak

sama! Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat menyadari

perumpamaan dan mengambil pelajaran.

Ayat di atas menggunakan kata buta untuk mereka yang menolak

apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw.yakni Al-Qur’an,

karena firman-firman Allah itu sedemikian jelas bagaikan terlihat dengan

mata kepala sehingga dapat dijangkau oleh siapa pun, walau hanya

memiliki mata saja. Namun demikian, karena mereka menolaknya maka

mereka adalah orang yang buta mata hatinya.

Sayyid Quthub menggarisbawahi penggalan ayat ini yang

memperhadapkannya dengan “Orang yang mengetahui dengan orang yang

buta” menghadapkannya dengan “Orang yang tidak mengetahui”. Ini

menurutnya mengisyaratkan bahwa hanya kebutaan hati yang menjadikan

seseorang menolak hakikat yang sangat jelas yang ditawarkan oleh ajaran

Islam. Manusia ketika menghadapi hakikat kebenaran terdiri dari dua

kelompok, “Melihat sehingga mengetahui” dan “Buta sehingga tidak

mengetahui”.42

Jadi jelaslah maksud surat Az-Zumar ayat 9 dan surat Ar-Ra’d ayat

19 yaitu dari kata یتذكر dapat disimpulkan bahwa hanya orang-orang yang

42 M. Quraish Shihab, Op.Cit, Volume 6, hlm. 589.

Page 76: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

25

berakallah yang dapat menerima pelajaran dan antara orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui tidaklah sama, dan

hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran dari

segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada manusia. Ayat tersebut

sesuai dengan makna dari hakikat belajar yaitu proses perubahan perilaku

berkat pengalaman dan latihan.43

2. Prinsip Belajar menurut Al-Qur’an

Secara umum belajar dapat dikatakan sebagai aktivitas pencarian

ilmu yang mesti berpengaruh terhadap sipelajar. Pengaruh itu meliputi

cara pandang, pikiran dan perilakunya. Belajar sebagai suatu aktivitas

dalam mencari ilmu mesti didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu, yang

meliputi ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan tujuan yang jelas; prinsip

yang terakhir ini berkait pula dengan tiga prinsip sebelumnya. Dan

pengaruh yang diharapkan terjadi pada sipelajar tidak dapat dipisahkan

dari keempat prinsip tersebut.

Prinsip artinya asas atau dasar yang dijadikan pokok, jadi prinsip

belajar berarti asas-asas atau dasar-dasar yang dijadikan pokok dalam

belajar.

Tauhid merupakan dasar pertama dan utama, dimana kegiatan

belajar mesti dibangun di atasnya. Banyak ayat Al-Qur’an yang

menggambarkan hal tersebut. Perbincangan Kitab Suci ini tentang ilmu

43 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 11.

Page 77: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

26

pengetahuan dan fenomena alam, sebagai objek yang dipelajari,

mengarahkan manusia kepada tauhid. Atau dengan kata lain, belajar mesti

berangkat dari ketauhidan dan juga berorientasi kepada-Nya. Dalam surat

al-Anbiyaa’ ayat 30-31 ditegaskan :

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahuibahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yangpadu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kamijadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada jugaberiman?. Dan Telah kami jadikan di bumi Ini gunung-gunung yang kokohsupaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan Telah kami jadikan(pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapatpetunjuk”.44

Allah Ta’ala berfirman, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak

mengetahui.” Apakah orang-orang yang mengingkari ketuhanan Allah dan

yang menyembah Tuhan lain bersama-Nya itu mengetahui bahwa Allahlah

yang menciptakan makhluk dan mengatur segalanya secara mandiri dan

“bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu merupakan sesuatu

yang padu?” yakni, dari satu bongkahan yang menyatu. Kemudian Dia

44 Al-Qur’an. Surat Al-Anbiyaa’ ayat 30-31.

Page 78: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

27

memisahkan bumi dari langit, lalu Dia menjadikan langit dan bumi

masing-masing tujuh lapis.

Firman Allah Ta’ala, “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu

yang hidup,” yakni pangkal bagi setiap yang hidup. “Dan Kami telah

menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh,” gunung-gunung

yang menghunjam ke bumi, mengokohkannya, dan memberatinya

sehingga bumi tidak bergoyang dan bergerak termasuk manusia yang ada

di atasnya. Jika bergoyang maka tidak tercapailah kekokohan di atasnya,

sebab tiga perempat bumi itu digenangi air, lalu air diterpa oleh sinar

matahari dan udara sehingga penghuni bumi dapat melihat langit dan tanda

kekuasaan yang cemerlang, hikmah, serta aneka dalil yang ada di langit.45

Ayat ini mengajak manusia mempelajari bumi, langit dan segala

isinya. Di mana bumi dan langit dulunya merupakan satu kesatuan,

kemudian Allah memisahkan antara keduanya maka terjadilah alam dan

segala isinya. Ayat itu juga memperbincangkan fenomena alam, yaitu

segala makhluk hidup berasal dari air dan di bumi terdapat gunung yang

berfungsi mengokohkannya. Ayat pertama dimulai dengan pertanyaan dan

ayat kedua dimulai dengan pernyataan, bahwa Allah menciptakan

segalanya. Pertanyaan itu memancing manusia agar belajar dengan cara

melakukan penalaran terhadap fenomena alam, yang berorientasi kepada

keimanan. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan, bahwa Dia-lah

menciptakan makhluk hidup dari air kemudian menjadikan bumi dan

45 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit, Jilid 3, hlm. 294-295.

Page 79: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

28

gunung di atasnya sebagai bahan memperkuat bumi tersebut agar tidak

goyah.

Jelaslah bahwa ayat diatas berkaitan dengan prinsip ketauhidan,

yaitu mengesakan Allah (kuat kepercayaannya bahwa Allah hanya satu)

yang menciptakan alam semesta dan segala isinya.

Penekanan Al-Qur’an mengenai prinsip keimanan dalam belajar,

secara lebih tegas, dapat dilihat dalam surat yang pertama turun, yaitu :

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan” 46

Ayat ini mengajarkan, bahwa membaca sebagai salah satu aktivitas

belajar mesti berangkat dari nama Tuhan yang telah menciptakan segala

sesuatu. Iqra’ atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu

pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Perintah ini tidak hanya

ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad saw. semata-mata, tetapi juga

untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan, karena sesungguhnya

perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup

duniawi dan ukhrawi.47

Perintah membaca, menela’ah, meneliti, menghimpun, dan

sebagainya dikaitkan dengan “bismi Rabbika” (dengan nama Tuhanmu).

Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan

sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih

46 Al-Qur’an, Surat Al-‘Alaq ayat 1.47 M. Quraish Shihab, Op.Cit, hlm. 167.

Page 80: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

29

bahan-bahan bacaan yang tidak mengantarnya kepada hal-hal yang

bertentangan dengan “nama Allah” itu. Demikianlah, Al-Qur’an secara

dini menggarisbawahi pentingnya “membaca” dan keharusan adanya

keikhlasan serta kepandaian memilih bahan-bahan bacaan yang tepat.48

Dengan demikian, belajar mesti berangkat dari keimanan dan

berorientasi untuk memperkuatnya. Penguasaan ilmu adalah sebagai

modal yang dapat menambah dan memperkokoh keimanan tersebut. Dan

hasilnya adalah tunduk dan patuh kepada Sang Khaliq.

Ketauhidan yang dijadikan prinsip utama dalam belajar lebih jauh

menggambarkan keikhlasan dan tujuan pencarian ilmu. Ikhlas dalam

belajar berarti bersih dari tujuan dan kepentingan duniawi. Maka

mendapatkan lapangan pekerjaan seharusnya tidak dijadikan sebagai

tujuan utama dalam belajar. Ia mesti dipandang sebagai akibat dari

penguasaan ilmu pengetahuan. Al-Zarnuji menegaskan belajar tidak boleh

diniatkan untuk mencari kemegahan duniawi dan popularitas. Tetapi,

belajar diniatkan atau dimaksudkan untuk mencari ridha Allah,

menghilangkan kebodohan dari dirinya, atau menghidupkan api Islam.

Sebab, agama tidak akan hidup tanpa ilmu.

Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam Al-Qur’an dapat

menghasilkan ilmu agama Islam seperti fiqih, tauhid, akhlak, dan

sebagainya. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya

dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi,

48 Ibid, hlm. 168.

Page 81: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

30

dan lain sebagainya. Selanjutnya dengan membaca ayat-ayat Allah yang

ada dalam diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu

kedokteran dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya

menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi dan lain

sebagainya; dan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan

demikian obyek seluruh ilmu tersebut adalah ayat-ayat Allah, maka

sesungguhnya ilmu itu pada hakekatnya milik Allah, dan harus diabadikan

untuk Allah. Manusia hanya menemukan dan memanfaatkan ilmu-ilmu

tersebut. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus ditujukan untuk mengenal,

mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian

ayat pertama surat al-‘Alaq ini terkait erat dengan obyek, sasaran dan

tujuan pendidikan.49

Berdasarkan prinsip ini, maka dapat ditegaskan bahwa mempelajari

segala macam ilmu merupakan usaha menguatkan aqidah tauhid;

bertambahnya ilmu sebagai efek dari belajar maka bertambah pula

keyakinan kepada Sang Pencipta atau Pemberi ilmu itu. Al-Qur’an

menegaskan :

49 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2008, hlm. 43-44.

Page 82: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

31

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orangyang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiriatau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentangpenciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalahEngkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Makapeliharalah kami dari siksa neraka”.50

Pada ayat tersebut terlihat bahwa orang yang berakal (Ulul al-Bab)

adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat

(Allah), dan tafakkur, memikirkan (ciptaan Allah). Dengan melakukan dua

hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang berada di balik proses

mengingat (tazakkur) dan berpikir (tafakkur), yaitu mengetahui,

memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala

sesuatu yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta, Allah

SWT. Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan

penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa

manusia menyaksikan tentang ke-Esaan Allah, yaitu adanya aturan yang

dibuat-Nya serta karunia dan berbagai manfaat yang terdapat di

dalamnya.51

Selain itu terdapat juga prinsip-prinsip yang lainnya, yaitu :

a. Prinsip Motivasi

50 Al-Qur’an, Surat Al-‘Imran ayat 190-191.51 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 131-132.

Page 83: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

32

Motivasi artinya usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya.52

Allah mendorong orang-orang yang beriman agar belajar

(menuntut ilmu). Seperti yang terkandung dalam surat Al-Mujadalah ayat

11 :

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allahakan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilahkamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orangyang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamukerjakan”.53

Ayat tersebut mengandung motivasi kuat bagi orang-orang yang

beriman agar mau melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Motivasi

yang disebutkan Allah SWT dalam ayat tersebut adalah diperolehnya

kelapangan hidup dan ketinggian derajat bagi orang-orang yang beriman

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.

52 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007,hlm. 756.

53 Al-Qur’an, Surat Al-Mujadalah ayat 11.

Page 84: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

33

b. Prinsip Ulangan

Prinsip ulangan ini sangat penting, karena hasil yang didapatkan

dari belajar akan tahan lama apabila kegiatan belajar tersebut sering

dilakukan. Hal ini penting untuk melatih daya ingatan, sehingga apa yang

dipelajari seseorang itu akan selalu ingat. Firman Allah dalam Surat Al-

Isra’ ayat 41 :

Artinya: “Dan Sesungguhnya dalam Al Quran Ini kami Telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. dan ulanganperingatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (darikebenaran)”.54

Ayat tersebut menjelaskan bahwa peringatan-peringatan tersebut

dilakukan agar manusia selalu ingat, begitu juga dengan belajar bahwa

dengan melakukan pengulangan-pengulangan dalam belajar diharapkan

apa yang dipelajari itu selalu diingat.

c. Prinsip Perhatian

Perhatian adalah aktivitas kesadaran, dimana kesadaran terpusat

kepada suatu objek yang tertentu, atau menaruh minat.55

Perhatian itu sangat penting dalam belajar. Pada saat belajar,

aktivitas kesadaran itu harus terpusat kepada apa yang dipelajari. Orang

54 Al-Qur’an, Surat Al-Isra’ ayat 41.55 Ibid, hlm. 857.

Page 85: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

34

yang belajar tersebut harus memperhatikan apa yang sedang dipelajari.

Firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 204 :

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.56

Ayat diatas menjelaskan bahwa kalau ada orang membaca Al-

Qur’an, maka orang lain wajib mendengarkan bacaan itu dengan tenang

dan penuh perhatian. Artinya aktivitas kesadaran orang itu hanya terpusat

kepada bacaan Al-Qur’an itu saja. Ayat ini telah menjelaskan dengan

tegas, bahwa rahmat atau pelajaran akan diperoleh apabila ada perhatian

terhadap sesuatu itu.

d. Prinsip Peragaan

Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang soal peragaan ini, seperti

dalam surat Al-Qiyamah ayat 18 :

Artinya: “Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilahbacaannya itu”.57

Ayat diatas mengungkapkan tentang peragaan yaitu tentang cara

membaca. Jadi, kalau mengajar orang membaca, hendaknya pengajar

56 Al-Qur’an, Surat Al-A’raf ayat 204.57 Al-Qur’an, Surat Al-Qiyamah ayat 18.

Page 86: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

35

terlebih dahulu memperagakan bacaannya, kemudian orang yang belajar

disuruh membaca seperti bacaan yang telah diperagakan tersebut.

e. Prinsip Aktivitas

Belajar merupakan suatu aktivitas, yaitu aktivitas untuk

mendapatkan pengetahuan dan pengertian baru. Aktivitas itu terbagi

menjadi dua, yaitu aktivitas jasmani dan aktivitas rohani. Aktivitas jasmani

yaitu meniru, membaca, dan bertanya. Sedangkan aktivitas rohani yaitu

mengamati dan berfikir.

Allah SWT telah menegaskan bahwa, belajar yang baik itu ialah

menggabungkan kedua macam aktivitas itu sekaligus. Seperti firman-Nya

yang terdapat dalam surat Ali-‘Imran ayat 137 yaitu :

Artinya: “Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnahAllah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlahbagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.58

Ayat tersebut dalam bentuk perintah, diulang-ulang oleh Allah

menyebutnya sebanyak enam kali dalam enam surat. Pengulangan ini

menunjukkan betapa pentingnya melakukan aktivitas jasmani dan rohani

secara serempak dalam belajar.

58 Al-Qur’an. Surat Al-‘Imran ayat 137.

Page 87: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

36

3. Sumber Belajar menurut Al-Qur’an

Secara umum, Al-Qur’an menggambarkan dua sumber belajar bagi

manusia, yaitu wahyu dan alam. Artinya, Allah menurunkan wahyu dan

menciptakan alam sebagai sumber atau objek yang dipelajari. Manusia

didorong agar mempelajarinya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong

manusia agar mempelajari atau melakukan tadabbur terhadap Al-Qur’an.

Ia dipelajari guna menangkap atau memahami pesan-pesan moral yang

terkandung di dalamnya kemudian mengamalkan pesan-pesan tersebut.

Kitab suci ini juga memerintahkan manusia agar mempelajari alam

dan menjadikannya sebagai sumber belajar. Mereka didorong agar

mempelajari binatang ternak, tumbuh-tumbuhan, air, laut, dan ruang

angkasa. Dengan mempelajari Al-Qur’an dan alam, manusia diharapkan

mendapatkan ilmu dan menambah keimanan yang pada akhirnya

melahirkan ketundukan sepenuhnya kepada Allah SWT.

Penjelasan Al-Qur’an, bahwa ia sebagai sumber belajar dapat

dilihat dalam surat An-Nisaa’ ayat 82 ditegaskan :

Page 88: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

37

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalaukiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatpertentangan yang banyak di dalamnya”.59

Allah Ta’ala memerintahkan untuk merenungkan Al-Qur’an dan

memahami maknanya. Allah melarang mereka berpaling dari Al-Qur’an.

Allah juga menerangkan bahwa Al-Qur’an itu tiada kekacauan dan

kontradiksi karena ia merupakan kebenaran yang diturunkan dari Yang

Maha Benar. Pada ayat diatas yang dijadikan sumber belajar adalah Al-

Qur’an (wahyu Allah).

Selain ayat surat An-Nisaa’ ayat 82 tersebut yang menerangkan

bahwa Al-Qur’an (wahyu) adalah sumber belajar juga terdapat dalam surat

Thahaa ayat 113 ditegaskan :

Artinya: “Dan Demikianlah kami menurunkan Al Quran dalam bahasaArab, dan kami Telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnyasebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quranitu menimbulkan pengajaran bagi mereka”.60

Allah Ta’ala berfirman, Tatkala keadaan hari akhirat dan

pembalasan dengan kebaikan dan keburukkan itu pasti terjadi, maka Kami

menurunkan Al-Qur’an, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan,

dalam bahasa Arab yang jelas dan beragam resmi. Tidak ada kekeliruan

dan kecacatan di dalamnya. “Dan Kami telah menerangkan dengan

59 Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’ ayat 82.60 Al-Qur’an, Surat Thahaa ayat 113.

Page 89: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

38

berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman agar mereka

bertakwa,” yaitu meninggalkan berbagai dosa, perbuatan haram, dan keji”

atau agar Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka”, yaitu

menimbulkan aneka ketaatan dan mendorong manusia untuk melakukan

perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah.61

Sedangkan alam sebagai sumber belajar yang kedua salah satunya

terdapat dalam surat Fathir ayat 27 ditegaskan :

Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujandari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yangberaneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)yang hitam pekat”.62

Allah Ta’ala mengingatkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya

dalam menciptakan segala perkara dengan berbeda-beda dan variatif dari

bahan yang satu, yaitu air yang diturunkan dari langit.

Alam sebagai sumber belajar juga terdapat dalam surat Al-Hajj

ayat 18, yaitu :

61 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Op.Cit, Jilid 3, hlm. 271.62 Al-Qur’an, Surat Fathir ayat 27.

Page 90: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

39

Artinya: “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujudapa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripadamanusia? dan banyak di antara manusia yang Telah ditetapkan azabatasnya. dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpunyang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang diakehendaki”.63

Ayat-ayat diatas memotivasi manusia agar mempelajari Al-Qur’an

dan alam. Mereka diharapkan agar menjadikan Al-Qur’an dan alam

sebagai sumber belajar. Mempelajari kedua hal tersebut mempunyai tujuan

yang sama, yaitu menanam dan menumbuhkan keimanan. Mempelajari

alam sama dengan mempelajari Al-Qur’an, yaitu sama-sama menemui

atau menyingkap kemahabesaran Tuhan.

4. Analisis Terhadap Hakikat Belajar menurut Perspektif Al- Qur’an

Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang membahas tentang

belajar. Al-Qur’an mengajak kaum Muslim untuk mencari dan

mendapatkan ilmu, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan

pada derajat yang tinggi. Al-Qur’an melihat pendidikan sebagai sarana

yang ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat manusia. Hal ini

63 Al-Qur’an, Surat Al-Hajj ayat 81.

Page 91: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

40

dapat dipahami karena dengan pendidikan seseorang akan memiliki bekal

untuk memasuki lapangan kerja, merebut berbagai kesempatan dan

peluang yang menjanjikan masa depan, penuh percaya diri, dan tidak

mudah diperalat oleh manusia lain.

Sejalan dengan itu, Al-Qur’an menegaskan tentang pentingnya

tanggung jawab intelektual dalam melakukan berbagai kegiatan. Dalam

kaitan ini, Al-Qur’an selain menganjurkan manusia untuk belajar dalam

arti seluas-luasnya hingga akhir hayat, mengharuskan seseorang agar

bekerja dengan dukungan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan

yang dimiliki. Pekerjaan yang dilakukan tanpa dukungan ilmu

pengetahuan, keahlian dan keterampilan dianggap tidak sah, bahkan akan

mendatangkan kehancuran. Jika suatu pekerjaan diserahkan kepada orang

yang tidak memiliki keahlian, maka tunggulah kehancuran.

Oleh karena itu yang paling tinggi dan paling utama dalam dunia

ini adalah ilmu. Dijadikannya alam sebagai kitab pengetahuan.

Diarahkannya hati, akal, penglihatan kepada keindahan ciptaan Allah

SWT. Diajak berpikir pada ayat-ayat-Nya, mendalami rahasia-rahasia, dan

memahami sistem dan aturan-aturannya. Pemahaman manusia itu akan

selalu bertambah selama manusia itu melatih diri dan mempelajari

berbagai macam ilmu secara tekun dan teratur.

Hakikat belajar adalah pencarian dan perolehan ilmu di mana ia

mendatangkan pengaruh atau perubahan kepada sipelajar. Semua

pengetahuan ilmu akan membawa kepada kebaikan manusia dan kebaikan

Page 92: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

41

masyarakat. Ilmu adalah satu mata pelajaran dalam arti sesuatu yang

dipelajari yang dapat menambah kemampuan menanggap dan memahami

sesuatu, sehingga manusia itu dapat mengambil faedah dari ilmu dan

pengetahuan yang telah dipelajari atau dimilikinya.

Penekanan Al-Qur’an mengenai prinsip keimanan dalam belajar,

secara lebih tegas, dapat dilihat pada surat yang pertama kali turun yaitu

surat Al-‘Alaq ayat 1 :

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan”,64

Ayat diatas mengajarkan, bahwa membaca sebagai salah satu

aktivitas belajar yang mesti berangkat dari nama Tuhan yang telah

menciptakan segala sesuatu. Dan dalam ayat tersebut, manusia

diperintahkan untuk belajar. Penguasaan ilmu adalah sebagai modal yang

dapat menambah dan memperkokoh keimanan tersebut. Dan hasilnya

adalah tunduk dan patuh kepada Sang Khaliq.

Adapun metode dasar untuk mendidik manusia agar mampu

mengembangkan diri dalam kehidupan yang makin luas dan kompleks,

terutama dalam memahami, menghayati dan mengamalkan misi agama

Islam, berpangkal pada kemampuan “membaca”, dan “menulis” dengan

kalam. Tidak sekadar “membaca” tulisan atau “menuliskan” hasil

64 Al-Qur’an, Surat Al-‘Alaq ayat 1.

Page 93: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

42

pengamatan, akan tetapi juga membaca, memahami, dan menjelaskan

gejala alamiah yang diciptakan Tuhan dalam alam semesta ini. Sekaligus

menganalisis untuk sampai pada kemampuan “membaca”.65

Kegiatan belajar bagi setiap orang Islam haruslah dimulai sejak

masih kecil, dimana potensi belajar pada periode itu sangat tinggi sekali,

apalagi kalau mengingat bahwa ayat yang memerintahkan “membaca” ini

diturunkan pertama kali. Dengan kemampuan membaca yang baik, orang

akan mampu mempelajari agama dan ilmu pengetahuan lain secara lebih

luas dan mendalam. Dan kemajuan di bidang ilmu akan membuahkan

kemajuan hidup, dan kemajuan hidup yang dilandasi dengan asas-asas

agama, akan mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia

maupun di akhirat.66

Keutamaan manusia dibandingkan makhluk lainnya terletak pada

kemampuan akal kecerdasannya. Oleh karena itu, kemampuan “membaca”

dan “menulis” tersebut merupakan yang pertama sekali diperintahkan oleh

Allah kepada utusan-Nya, Muhammad saw., dalam wahyu pertama yang

diturunkan Allah kepadanya. Setelah dapat membaca dan menulis,

manusia baru melangkah ke tingkat proses “mengetahui” hal-hal yang

belum diketahui, sebagaimana Tuhan mengajarkan hal-hal itu kepadanya.

Quraish Shihab mengatakan, Al-Qur’an sejak dini memadukan

usaha dan pertolongan Allah, akal dan qalbu, pikir dan zikir, iman dan

ilmu. Akal tanpa qalbu menjadikan manusia seperti syetan. Iman tanpa

65 M. Arifin, Op.Cit, hlm. 3.66 M. Ihsan Hadisaputra, Op.Cit, hlm. 25.

Page 94: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

43

ilmu sama dengan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman

bagaikan pelita ditangan pencuri.

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah mengisyaratkan bahwa Dia adalah

guru pertama bagi manusia. Segala potensi yang dimiliki manusia sebagai

jalan untuk mengetahui segala sesuatu, baik berupa isyarat yang jelas

(tampak) maupun yang tersembunyi yang mampu ditangkap dengan indera

yang abstrak merupakan cara Allah mendidik manusia. Jelaslah prinsip

dasar manusia belajar (menuntut ilmu) tidak luput dari unsur wahyu

Ilahiyah, maka tidak pantas manusia sebagai penuntut ilmu melepaskan

diri dari wahyu Ilahi.

Rasulullah memerintahkan umatnya untuk belajar. Salah satu

contoh hadits tentang perintah belajar yaitu :

مسلم على كل العلم فریضة فاءن طلب ین ولو باالص العلم اطلبوا

Artinya: “Tuntutlah ilmu/belajarlah walau di negeri Cina sekalipun;Sesungguhnya mencari ilmu/belajar itu wajib bagi setiap orang muslim”(HR. Ibn Abdil Barri)

Hadits ini jelas merupakan perintah kepada setiap orang muslim,

laki-laki, perempuan, tua, muda untuk belajar dan mempelajari segala

macam ilmu pengetahuan. Walaupun dalam menuntut ilmu itu harus

merantau ke negeri Cina sekalipun. Perintah belajar ini adalah

dimaksudkan agar orang muslim tidak menjadi orang bodoh, tidak

ketinggalan kemajuan dan mampu menciptakan kemajuan, tidak mudah

diombang-ambingkan. Disebutnya negeri Cina oleh Nabi dalam hadits ini

hanyalah merupakan contoh saja, sebab pada zaman Nabi itu di negeri

Page 95: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

44

Cina mungkin sudah terdapat kemajuan-kemajuan dalam ilmu

pengetahuan. Kalau di Negara-negara selain Cina kita bisa belajar ilmu

pengetahuan dan memperdalam tentu tidak ada larangan, asal dilakukan

dengan niat yang baik. Dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu

yang bermanfaat, bukan ilmu yang justru akan mencelakakan kehidupan

duniawi dan ukhrawi. Walhasil kalau setiap orang Islam mau belajar dan

menambah pengetahuan, niscaya tidak ada seorang muslim pun yang

bodoh dan mudah dipermainkan.67

67 Ibid, hlm. 31.

Page 96: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

45

Page 97: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selain nikmat indrawi dan berpikir, Allah membekali manusia

dengan potensi fitrah untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan,

kemahiran, serta pekerjaan yang dapat menambah potensinya dalam

mengemban tanggung jawab kehidupan di muka bumi. Istilah yang

digunakan Al-Qur’an yang berkonotasi belajar, yaitu ,تعلم ,درس dan .ذكر

Kata تعلم berasal dari kata علم yang berarti “mengetahui”, kata درس

yang berarti mempelajari itu dijelaskan bahwa belajar itu adalah

menerima dengan menghafalnya. Sedangkan kata kunci yang ketiga adalah

.ذكر Kata ini memiliki makna yang cukup banyak diantaranya menyebut,

mengagungkan, mensucikan, menjaga, mengerti, mengingat, memberi

nasehat, mempelajari, ingat serta yang lain, sesuai dengan perubahan

bentuk kata dasar itu.

Belajar merupakan kunci yang paling penting dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan.

Al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia. Mengenai ilmu

pengetahuan, Al-Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada

manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai kekuasaan

Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian tersebut melahirkan ilmu

80

Page 98: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

2

pengetahuan. Hal itu dilakukan dengan cara belajar. Banyak ayat yang

memerintahkan manusia untuk belajar, dengan belajar tersebut manusia

mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik dibumi

maupun dilangit. Allah memerintahkan manusia untuk menggalinya dan

mempelajarinya, sehingga manusia mengetahui segala sesuatu yang

terkandung didalamnya.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman

dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikat belajar

adalah perubahan. Dan banyak ayat-ayat yang memerintahkan manusia

supaya belajar dan menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan

Allah, karena justru kelebihan manusia itu terletak pada akal pikiran itu

jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

Belajar sebagai suatu aktivitas dalam mencari ilmu mesti

didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu, yang meliputi prinsip motivasi,

prinsip ulangan, prinsip perhatian, prinsip peragaan, dan prinsip aktivitas.

Belajar juga berdasarkan atas ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan

tujuan yang jelas. Belajar mesti berangkat dari keimanan dan berorientasi

untuk memperkuatnya. Penguasaan ilmu adalah sebagai modal yang dapat

menambah dan memperkokoh keimanan tersebut. Dan hasilnya adalah

tunduk dan patuh kepada Sang Khaliq, mempelajari segala macam ilmu

merupakan usaha menguatkan aqidah tauhid; bertambahnya ilmu sebagai

Page 99: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

3

efek dari belajar maka bertambah pula keyakinan kepada Sang Pencipta

atau Pemberi ilmu itu.

Allah menurunkan Al-Qur’an (wahyu) dan menciptakan alam

sebagai sumber atau objek yang dipelajari. Manusia didorong agar

mempelajarinya, hal itu dipelajari guna menangkap atau memahami pesan-

pesan moral yang terkandung di dalamnya kemudian mengamalkan pesan-

pesan tersebut. Mempelajari kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang

sama, yaitu menanam dan menumbuhkan keimanan. Mempelajari alam

sama dengan mempelajari Al-Qur’an, yaitu sama-sama menemui atau

menyingkap kemahabesaran Tuhan.

B. Saran

Melalui tulisan penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran

yang berhubungan dengan hakikat belajar menurut perspektif Al-Qur’an,

yaitu sebagai makhluk yang dianugerahkan akal oleh Allah SWT untuk

menuntut ilmu dengan mempelajari segala hal yang diciptakan oleh-Nya.

Belajar tidak hanya proses pencarian ilmu saja, tetapi belajar mestinya

mendatangkan pengaruh atau perubahan pada orang yang belajar tersebut

yang didasarkan atas ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan tujuan yang

jelas. Mempelajari segala macam ilmu merupakan usaha menguatkan

aqidah tauhid, yaitu bertambahnya keyakinan kepada Allah SWT. Yang

kita pelajari adalah ilmu yang bermanfaat, bukan ilmu yang justru akan

Page 100: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

4

mencelakakan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Belajar tidak memandang

usia, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja kita berada.

Peneliti merasa permasalahan ini belum begitu memuaskan

dikarenakan keterbatasan ilmu peneliti dalam bidang bahasa Arab. Oleh

sebab itu, peneliti menyarankan kepada pencinta ilmu pada umumnya

untuk bisa meneliti lebih lanjut hakikat belajar menurut perspektif Al-

Qur’an sehingga kajian ini lebih jelas dan memperdalam pengetahuan

dalam bidang pendidikan.

Page 101: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

DAFTAR REFERENSI

A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992

Abd Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: sebuah pengantar, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Abdur Rahmah Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an Serta Implementasinya, Bandung: CV Diponegoro, 1991

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2002

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004

Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Jakarta: DanaBhakti Waqaf, 1994

Achmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Semarang: CV TohaPutra, 1989

Adib Bisri, AL-BISRI Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1999

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2005

Ahmad Warson Munawir, Al-munawar Kamus Arab Indonesia, KrapyakYogyakarta:

Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mu’jam al-Mufradat Alfaz al-Qur’an al-Karim, Solo:Toko KITAB

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar BahasaIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996

Hussein Bahreisj, Petunjuk Menuntut Ilmu Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,1988

J. S. Badudu, dkk. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka SinarHarapan, 1994

Page 102: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani,2008

Lois Ma’luf, Al-Munjid al-Luughat wa al-A’lam, Beirut: Dar Masyriq, 1992

M. Ali Ash-Shabuni, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara,2002

M. AthiyahAl-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: BulanBintang, 1970

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003

M. Djunaidi Ghoni, Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan, Surabaya:Usaha Nasional

M. Ihsan Hadisaputra, Anjuran Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: Al-Ikhlas, 1981

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an”, Bandung: Mizan, 1994

----------, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:Lentera Hati, 2002

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2006

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena PundiAksara, 2002

Muhammad Fuad Abdul Baqy, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Beirut: Dar al-Fikr, 1992

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir IbnuKatsier, Jilid I, 2000

Muhammad ‘Usman Najati, Jiwa Manusia dalam Sorotan Al-Qur’an, Jakarta:Ciputat Persada, 2001

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,2000

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Page 103: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003,Jakarta: Sinar Grafika, 2003

Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta: Ciputat Persada, 2002

Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 3, Kuala Lumpur:Victory Agencie, 1988

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: RinekaCipta, 1998

----------, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS, Jakarta:Bumi Aksara, 1991

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,2006

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam I, Semarang: PT PustakaRizki Putra, 1998

Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, Jakarta: BinaInsani, 2000

Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005

Page 104: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

PEDOMAN TRANSLITERASI

Bahasa Arab Nama Huruf Latin Keteranganا

بتثجحخدذرزسشصضطظعغفقكلمنوهءي

AlifBa’Ta’Tsa’

JimHa’

Kha’DalZal

Ra’ZaiSin

SyinSadDadTa’Za’

‘AinGainFa’QafKafLamMim

NunWawu

Ha’Hamzah

Ya’

-BTS

JH

KhDZ

RZS

SySDTZ

‘GFQKLM

NWH‘

Y

Tidak dilambangkan--S dengan titik diatasnya

-H dengan titik dibawahnya--Z dengan titik diatasnya

----S dengan tititk dibawahnyaD dengan titik dibawahnyaT dengan titik dibawahnyaZ dengan titik dibawahnya

Koma terbalik------

---(‘) tetapi tidak digunakanuntuk hamzah diawal kata-

Page 105: HAKIKAT BELAJAR MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh ...

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Winarti Ningsih dilahirkan di Lirik (Desa Banjar Balam) Kec. Pasir

Penyu Kab. Indragiri Hulu (INHU), tepatnya pada tanggal 09

Oktober 1986. Penulis merupakan putri ke-5 dari 9 bersaudara,

dengan nama Ayahanda Khaidir (Alm) dan Ibunda Nurma.

Pendidikan Penulis :

1. Sekolah Dasar Negeri 005 Sidomuyo Kec. Tampan, Pekanbaru (1994-2000).

Tamat pada tanggal 12 April 2000,

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Madrasah Tsanawiyah Pondok

Pesantren Khairul Ummah, Air molek (2000-2003). Tamat pada tanggal 10

Maret 2003,

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Khairul Ummah, Air molek (2003-2006). Tamat pada tanggal 19 Juni 2006,

4. Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN

Suska Riau) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Konsentrasi Al-

Qur’an Hadits, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (2006-2011). Melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) didesa Pulau Kijang Kec. Baserah Kab. Kuansing

(Juli-Agustus 2009). Dan Program Praktek Lapangan (PPL) di SMPN 4

Tambang Desa Tarai Bangun Kab. Kampar (Oktober-Desember 2009).

Penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dengan judul skripsi “Hakikat

Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an”, dengan predikat sangat memuaskan.

Tamat pada tanggal 10 Mei 2011.