Hak Pasien Atas Informasi

6
Hak Pasien atas Informasi Medis Posted on Agustus 2, 2009 by Muhammad Jabir Saat ini profesi kedokteran dan pelayanan kesehatan telah menjadi sasaran kritik dan sorotan media massa, terutama setelah adanya kasus Prita Mulyasari. Prita harus mendekam dalam penjara akibat e-mail kepada teman-temannya yang berisikan keluh kesahnya tentang pengalamannya di Rumah Sakit Omni tersebar luas di dunia maya. Kasus Prita menunjukkan hubungan antara dokter   pasien yang kurang lancar dan komunikasi yang kurang  baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman pasien terhadap dokter yang menanganin ya. Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut diatas antara lain, motivasi dokter dalam  pelayanan kesehatan yang mulai bergeser dari keinginan untuk menolong sesama manusia menjadi kepentingan bisnis, menyebabkan terjadinya cara pelayanan dokter yang tidak komunikatif dan kurang simpatis, kurangnya pengetahuan pasien   dokter tentang hak dan kewajibannya masing-masing, kurangnya inform consent , dan sebagainya. Masyarakat semakin kritis dan memandang masalah yang ada termasuk pelayanan yang diberikan dibidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau instansi kedokteran / kesehatan yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan segala tindakannya. Karena ketidakpuasan dan komunikasi yang tidak lancar inilah yang membuat kasus Prita dan RS Omni berlanjut sampai pengadilan. Masalahnya adalah sejauh mana batasan informasi yang harus diberikan oleh dokter kepada  pasiennya dan bagaimana cara penyampaian informasi tersebut sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman yang berakhir ke proses pengadilan seperti pada kasus ini ? Tinjauan Kasus Prita Mulyasari dari Sudut Pandang Hak Pasien atas Informasi. Dari ilustrasi kasus yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diambil beberapa fakta yang  berhubungan dengan hak pasien atas informasi yakni :

Transcript of Hak Pasien Atas Informasi

Page 1: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 1/6

Hak Pasien atas Informasi Medis 

Posted on Agustus 2, 2009 by Muhammad Jabir 

Saat ini profesi kedokteran dan pelayanan kesehatan telah

menjadi sasaran kritik dan sorotan media massa, terutama setelah adanya kasus Prita Mulyasari.Prita harus mendekam dalam penjara akibat e-mail kepada teman-temannya yang berisikan keluh

kesahnya tentang pengalamannya di Rumah Sakit Omni tersebar luas di dunia maya. Kasus Prita

menunjukkan hubungan antara dokter  – pasien yang kurang lancar dan komunikasi yang kurang baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman pasien terhadap dokter yang menanganinya.

Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut diatas antara lain, motivasi dokter dalam pelayanan kesehatan yang mulai bergeser dari keinginan untuk menolong sesama manusia

menjadi kepentingan bisnis, menyebabkan terjadinya cara pelayanan dokter yang tidak 

komunikatif dan kurang simpatis, kurangnya pengetahuan pasien  –  dokter tentang hak dan

kewajibannya masing-masing, kurangnya inform consent , dan sebagainya.

Masyarakat semakin kritis dan memandang masalah yang ada termasuk pelayanan yang

diberikan dibidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau instansikedokteran / kesehatan yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan segala tindakannya.

Karena ketidakpuasan dan komunikasi yang tidak lancar inilah yang membuat kasus Prita dan

RS Omni berlanjut sampai pengadilan.

Masalahnya adalah sejauh mana batasan informasi yang harus diberikan oleh dokter kepada pasiennya dan bagaimana cara penyampaian informasi tersebut sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman yang berakhir ke proses pengadilan seperti pada kasus ini ?

Tinjauan Kasus Prita Mulyasari dari Sudut Pandang Hak Pasien atas Informasi.

Dari ilustrasi kasus yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diambil beberapa fakta yang

 berhubungan dengan hak pasien atas informasi yakni :

Page 2: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 2/6

1.  Pasien ingin mendapat penjelasan mengenai penyakit dan semua terapi yang

didapatkannya.

2.  Ada kesalahan dari pihak dokter dan rumah sakit mengenai informasi awal yangdiberikan terhadap pasien dan cara dokter/rumah sakit menjelaskannya kurang

memuaskan pasien.

3. 

Keingintahuan pasien pasien yang begitu besar dan meminta kejujuran dokter dan rumahsakit sehingga seolah-olah dokter dan rumah sakit kewalahan menjelaskannya.4.  Pasien meminta catatan medik selama dia dirawat terutama hasil laboratorium yang

menyebabkan dia dirawat di rumah sakit tersebut.

Dalam kasus ini PM meminta kejelasan dari pihak rumah sakit dan dokter tentang beberapa hal :

  Hasil laboratorium yang merupakan indikasi dia dirawat inap di rumah sakit.

  Kejelasan mengenai penyakit yang dideritanya.

  Informasi tentang obat-obat dan tindakan medis yang diberikan.

  Tujuan pemberian obat-obatan dan tindakan medis yang diterimanya.

Bila apa yang ditulis oleh PM dianggap benar , maka ada beberapa tindakan dokter dan rumah

sakit yang kurang tepat terkait dengan informasi yang seharusnya diperoleh pasien :

Merujuk pada Surat Edaran Dirjen Yanmed No. YM. 02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentangPedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit pada butir nomor 9 pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :

  Penyakit yang diderita

  Tindakan medis apa yang hendak dilakukan

  Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk 

mengatasinya.  Alternatif terapi lainnya.

  Prognosisnya.

  Perkiraan biaya pengobatan.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi dokter dan pihak rumah sakit untuk tidak memberikan

informasi yang diinginkan oleh PM tentang penyakitnya. Namun terkait dengan hasillaboratorium yang diminta PM yakni jumlah trombosit 27.000 yang merupakan indikasi bahwa

dia harus dirawat di rumah sakit pihak dokter dan rumah sakit seharusnya bisa memberikan

 penjelasan yang baik. Terkait dengan keluhan pasien harus segera ditanggapi secara terbuka,

 jujur, dan empati. Jelaskan kepada pasien apa yang sebenarnya terjadi. Permintaan informasiformal dari pihak yang berkepentingan tentang keluhan pasien harus ditanggapi secara

konstruktif berdasarkan Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES,2008)

Kalau memang ada kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan awal maka dokter dan pihak rumah

sakit harus mengakuinya dan menjelaskan dengan baik kepada pasien dan menghentikan terapi

akibat diagnosis dari penyakitnya. Namun yang terjadi adalah seolah-olah dokter dan pihak rumah sakit tidak mau mengakui kesalahan pemeriksaan awal dan meneruskan terapi atas dasar 

 pemeriksaan yang salah tersebut dan tidak menjelaskan dengan gamblang tentang penyakit yang

Page 3: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 3/6

diderita oleh PM. Padahal rumah sakit boleh melakukan pembetulan kesalahan rekam medis

sesuai undang-undang (PERMENKES RI No. 629/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam

medik pasal 5 dan 6)

Hak Pasien atas Informasi Penyakit dan Tindakan Medis

dari Aspek Etika Kedokteran.

Terkait dengan pemberian informasi kepada pasien ada beberapa yang harus diperhatikan :

1.  Informasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak.2.  Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh orang

awam.

3.  Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi pasien.

4.  Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai bahwainformasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien atau pasien

menolak untuk diberikan infomasi (KODEKI, pasal 5)5.  Untuk tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive yang lain, informasi harus

diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi. Apabila dokter yang bersangkutantidak ada, maka informasi harus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan

atau petunjuk dokter yang bertanggng jawab.

Kewajiban dokter terkait dengan informasi adalah memberikan informasi yang adekuat dan

 besikap jujur kepada pasien tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko

yang dapat ditimbulkannya (KODEKI, pasal 7b)

Salah satu kewajiban rumah sakit terhadap pasien adalah harus memberikan penjelasan

mengenai apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang harus dilakukan (KODERSI, Bab IIIPasal 10)

Hak Pasien atas Informasi Penyakit dan Tindakan Medis

dari Aspek Hukum Kedokteran.

Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan

secara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya (Undan-Undang No. 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52). Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya mencakup :

1. 

Diagnosis dan tata cara tindakan medis2.  Tujuan tindakan medis yang dilakukan3.  Alternatif tindakan lain dan resikonya

4.  Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

5.  Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. (Pasal 45 ayat 3)

Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

terlebih dahlu harus memberika penjelasan kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan

Page 4: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 4/6

dilakukan dan mendapat persetujuan pasien (PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005

tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi pasal 17)

Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan

serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang

 penyakitnya.

Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien meminta untuk 

dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali dengan penghentian terapi akanmengakibatkan keadaan gawat darurat atau kehilangan nyawa pasien

Dalam Pedoman Penegakkan Disiplin Kedokteran tahun 2008 seorang dokter dapat

dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabila tidak memberikan

 penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya

dalam melakukan praktik kedokteran.

Hak Pasien atas Informasi dalam Rekam Medik 

Berdasarkan PERMENKES RI No. 629/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam medik Pasal 12

dikatakan bahwa berkas rekam medic adalah milik sarana pelanayan kesehatan dan isi rekam

medik adalah milik rekam medik . Bentuk ringkasan rekam medic dapat diberikan, dicatat atau

dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. Namun boleh tidaknya pasien mengetahui isi rekam medic

tergantung kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai penyakit yang dijelaskan

oleh dokter yang merawatnya.

Jadi pasien isi rekam medic bukan milik pasien sebagaimana pada PERMENKES sebelumnya

(1989)tentang rekam medic. Pasien hanya boleh memilikinya dalam bentuk ringkasan rekammedik 

Komunikasi Dokter Pasien yang Baik 

Menurut Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES,2008) komunikasi yang baik antara

dokter pasien terkait dengan hak untuk mendapatkan informasi meliputi :

1.  Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati pandangan serta

kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya.

2. 

Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi, diagnosis,terapi dan prognosis pasien, serta rencana perawatannya dengan cara yang bijak dan

 bahasa yang dimengerti pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan, pilihan

obat yang diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan kemungkinan efek samping obat yang mungkin terjadi; dan

3.  Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan kepada

keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.

Page 5: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 5/6

4.  Jika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama dalam perawatan

dokter, dokter yang bersangkutan atau penanggunjawab pelayanan kedokteran (jika

terjadi di sarana pelayanan kesehatan) harus menjelaskan keadaan yang terjadi akibat jangka pendek atau panjang dan rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan secara

 jujur dan lengkap serta memberikan empati.

5. 

Dalam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberika persetujuan dan penolakantindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. Untuk itu dokter harus melakukan

 pemeriksaan secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih lanjut termasuk 

resiko yang mungkin terjadi secara jujur, transparan dan komunikatif. Dokter harusyankin bahwa pasien mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien dalam memberikan

 persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.

Kesimpulan

Kasus Prita Mulyasari didasarkan pada tidak terpenuhinya hak pasien atas informasi medis, hal

ini terjadi karena ketidakberhasilan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien.

Konflik yang timbul dan terjadi sebenarnya dapat dihindari apabila semua pihak yang terkait

dalam hal ini dokter, pasien dan rumah sakit berunding secara musyawarah dan mufakat denganmempertimbangkan hak dan kewajiban masing-masing.

Saran

1. Hendaknya dokter dalam menyampaikan informasi kepada pasien harus senantiasa

memenuhi standard professional, standard subjektif dan standard objektif, yaitu :

a. Standard professional adalah apa yang ingin disampaikan dokter kepada pasien

 b. Standard objektif adalah apa yang pasien ingin ketahui tentang panyakitnya

c. Standard subjektif adalah apa yang orang banyak ingin ketahui tentang penyakit tersebut.

1.  Hendaknya dalam hubungan dokter dengan pasien, seorang dokter dapatmengaplikasikan bentuk komunikasi yang efektif.

2.  Hendaknya seorang dokter berpegang teguh dan mematuhi standard profesi dan

menghormati hak-hak pasien sebagai mana yang tertuang pada kodeki.

Berikut file-file yang berhubungan dengan hukum kesehatan di Indonesia. Silahkan di-donlot :

1.  Hukum Kesehatan 

2.  Undang-Undang Praktik Kedokteran 

3.  Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Petunjuk Pelaksanaanya. 4.  Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) 

Page 6: Hak Pasien Atas Informasi

7/28/2019 Hak Pasien Atas Informasi

http://slidepdf.com/reader/full/hak-pasien-atas-informasi 6/6

DIarsipkan di bawah: kesehatan | Ditandai: etika kedokteran, hubungan dokter pasien, hukuk 

kedokeran, hukum kesehatan, kesehatan, kode etik kedokteran, malpraktek ,  prita mulyasari, rs

omni international