Hak-milik SAHAM - gelora45.com fileIni proses bisnis ekonomi. Tempo hari saya menulis ttg pasar ......

13
1 Hak-milik SAHAM Tan Sie Tik Nesare Menarik untuk kita perhatikan, renungkan dan dipikirkan bersama, bagaimana sesungguhnya hak-milik SAHAM itu, SOSIALISME tidak ada SAHAM dan bertentangan dengan SOSIALISME? Mengapa begitu? Kalau hak-milik perseorangan atas alat produksi HARUS dicabut/ditiadakan dalam pengertian SOSIALISME, lalu bagaimana dengan seruan “TANAH untuk TANI PENGGARAP”? Sedang TANAH adalah alat-produksi, ... Kalau saja dikatakan seluruh hak milik atas alat produksi itu menjadi MILIK NEGARA, menjadi satu-satunya pemilik MODAL/KAPITAL, bagaimana bisa dikatakan mewakili seluruh RAKYAT yang tidak mempunyai milik apa-apa itu? Bukankah kalau dikatakan MILIK NEGARA itu adalah pemusatan dari milik perseorangan RAKYAT, dalam kenyataan juga yang dinamakan hak-milik perseorangan atas alat produksi itu juga HARUS ADA! Kalau TIDAK ada hak milik perseorangan bagaimana bisa ada hak milik UMUM/NEGARA itu? Yang ada atau yang terjadi milik NEGARA itu hanya SEMU, jadi-jadian yang selama ini dinyatakan MEWAKILI RAKYAT! Dan kenyataan seringkali yang terjadi di negara-negara SOSIALIS itu, pejabat-pejabat itu berubah menjadi KABIR-KABIR mengatas namai NEGARA yang mewakili RAKYAT itu justru melakukan PENGHISAPAN MANUSIA ATAS MANUSIA, menikmati kemewahan diatas penderitaan RAKYAT BANYAK! Jadi, mestinya yang BENAR adanya keseimbangan antara hak milik perseorangan dan hak milik NEGARA dalam usaha mendorong maju ekonomi nasional! Untuk memegang tali kendali EKONOMI nasional harus ada BUMN-BUMN yang kuat, sedang untuk mengembangkan/membebaskan inisiatif, kreatifitas dan kerja-keras tenaga-produksi HARUS TETAP memperkenankan HAK MILIK perseorangan itu, ...! Yang BENAR pemikiran Lenin dengan NEP-nya, kembali memperkenankan kapitalis hidup dan berkembang dibawah kendali Diktatur Proletariat, KAPITALISME NEGARA! Yang SALAH keputusan Stalin membatalkan NEP Lenin itu, kembali mencabut hak milik kapitalis perseorangan. Yang BENAR itu pemikiran Mao Zedong menetapkan Revolusi Demokrasi Baru bagi masyarakat Tiongkok yang masih sangat miskin, tenaga produksi sangat terbelakang, ...

Transcript of Hak-milik SAHAM - gelora45.com fileIni proses bisnis ekonomi. Tempo hari saya menulis ttg pasar ......

1

Hak-milik SAHAM Tan Sie Tik – Nesare

Menarik untuk kita perhatikan, renungkan dan dipikirkan bersama, bagaimana

sesungguhnya hak-milik SAHAM itu, SOSIALISME tidak ada SAHAM dan bertentangan

dengan SOSIALISME? Mengapa begitu?

Kalau hak-milik perseorangan atas alat produksi HARUS dicabut/ditiadakan dalam

pengertian SOSIALISME, lalu bagaimana dengan seruan “TANAH untuk TANI

PENGGARAP”? Sedang TANAH adalah alat-produksi, ... Kalau saja dikatakan seluruh hak

milik atas alat produksi itu menjadi MILIK NEGARA, menjadi satu-satunya pemilik

MODAL/KAPITAL, bagaimana bisa dikatakan mewakili seluruh RAKYAT yang tidak

mempunyai milik apa-apa itu?

Bukankah kalau dikatakan MILIK NEGARA itu adalah pemusatan dari milik perseorangan

RAKYAT, dalam kenyataan juga yang dinamakan hak-milik perseorangan atas alat

produksi itu juga HARUS ADA! Kalau TIDAK ada hak milik perseorangan bagaimana bisa

ada hak milik UMUM/NEGARA itu? Yang ada atau yang terjadi milik NEGARA itu hanya

SEMU, jadi-jadian yang selama ini dinyatakan MEWAKILI RAKYAT! Dan kenyataan

seringkali yang terjadi di negara-negara SOSIALIS itu, pejabat-pejabat itu berubah

menjadi KABIR-KABIR mengatas namai NEGARA yang mewakili RAKYAT itu justru

melakukan PENGHISAPAN MANUSIA ATAS MANUSIA, menikmati kemewahan diatas

penderitaan RAKYAT BANYAK!

Jadi, mestinya yang BENAR adanya keseimbangan antara hak milik perseorangan dan hak

milik NEGARA dalam usaha mendorong maju ekonomi nasional! Untuk memegang tali

kendali EKONOMI nasional harus ada BUMN-BUMN yang kuat, sedang untuk

mengembangkan/membebaskan inisiatif, kreatifitas dan kerja-keras tenaga-produksi

HARUS TETAP memperkenankan HAK MILIK perseorangan itu, ...! Yang BENAR

pemikiran Lenin dengan NEP-nya, kembali memperkenankan kapitalis hidup dan

berkembang dibawah kendali Diktatur Proletariat, KAPITALISME NEGARA! Yang

SALAH keputusan Stalin membatalkan NEP Lenin itu, kembali mencabut hak milik

kapitalis perseorangan.

Yang BENAR itu pemikiran Mao Zedong menetapkan Revolusi Demokrasi Baru bagi

masyarakat Tiongkok yang masih sangat miskin, tenaga produksi sangat terbelakang, ...

2

masih HARUS memperkenankan kapitalis tetap HIDUP, tumbuh berkembang, BELUM

BISA melancarkan Revolusi Sosialis yang membabat kapitalis. Yang SALAH, Mao ditahun

1956 keburu nafsu menetapkan Revolusi Sosialis di Tiongkok, mencabut hak milik

kapitalis perseorangan dan membangun komune-rakyat didesa-desa! Terlalu keburu-buru

dan BELUM tiba syarat-syarat melancarkan Revolusi Sosialis di Tiongkok yang masih

miskin! Yang BENAR, Deng ditahun 1980, kembali memperkenankan hak milik kapitalis

perseorangan tumbuh berkembang di Tiongkok dibawah kendali DIKTATUR

PROLETARIAT, kembali menjalankan KAPITALISME NEGARA dimasa Lenin 1921-1926

Sovyet menjalankan NEP itu!

Salam,

ChanCT

From: [email protected]

Sent: Tuesday, November 8, 2016 10:48 PM

Sie tik: Saham, dinegeri sosialis tidak dikenal jadi tidak ada, juga tidak ada pasaran Bursa.

Walau mungkin pada awalnya setelah kekuasaan diambil alih oleh kaum komunis, maka

pengusaha2 kapitalis yg tidak pernah memusuhi gerakan mereka , kepemilikanannya

sebagaian besar dibeli negara sehingga kontrol negara bisa dilaksanakan dan setelah

kapitalisme negara berjalan lancar, maka peralihan seluruh kepemilikan ketangan negara

diberlakukan sesuai dng konsep tidak diperkenankannya kepemilikan perorangan dlm sistim

sosialisme proletar.

Nesare: ya logisnya memang tidak boleh ada pasar saham dinegara sosialis. Kenapa?

Karena kepemilikan kolektif dipegang oleh pusat. Ini teoritisnya. Dikapitalisme ada pasar

saham bukan karena keinginan pemerataan kepemilikan, melainkan kepentingan capital utk

menarik dana masyarakat. Ini proses bisnis ekonomi. Tempo hari saya menulis ttg pasar

saham ini bukan bertujuan utk mengatakan pasar saham itu bentuk pemerataan. Boleh

ditafsirkan begitu tetapi bukan begitu tujuan adanya pasar saham yg adalah: pengumpulan

dana masyarakat sbg proses bisnis ekonomi. Dalam praktisnya sosialisme tidak akan

mampu utk tidak menggunakan prinsip2 bisnis ekonomi. Ini pendapat saya pribadi. Kita

akan lihat jabarannya dibawah ini selanjutnya.

3

Sie tik: Dlm menanggapi go public/saham Chan berargumentasi bahwa dng kepemilikan

kolektif/masyarakat maka hakekat kepemilikan perorangan tidak ada, dng alasan

kepemilikan umum adalah gabungan kepemilikan perorangan. Dan ini dipersamakan dng

gagasan sosialisme, padahal secara konseptual berbeda , pada masyarakt sosialis semua

alat produksi kebutuhan masyarakat bukan merupakan milik perorangan, sedangkan

dinegara non-sosialis alat2 tsb bisa dimiliki oleh pemegang saham dan kenyataan memang

tidak semua perusahaan go public dan juga tidak semua orang beli saham. Jadi masalah yg

diangkat dlm diskusi ini bukan soal memuaskan semua orang atau tidak.

Nesare: persepsi rakyat membeli dan memiliki saham dari go public company itu bisa dan

juga tidak bisa dikatakan adanya pemerataan kepemilikan. Bisa karena memang rakyat bisa

membeli dan memeliki kepemilikan atas perusahaan itu. Tidak bisa karena tidak semua

rakyat bisa membeli dan memiliki kepemilikan atas perusahaan itu. Ini koridornya

kapitalisme. Bagaimana dalam sosialisme, prakteknya juga bisa terjadi. Itu tergantung

negara sosialis seperti apa. di RRT dan seluruh dunia sudah terjadi. Boleh dipertentangkan

apakah RRT, kuba dll adalah negara sosialis atau bukan, tetapi penerapan pasar saham

didalam negara sosialis sudah dilaksanakan dalam bentuk nyata di RRT, kuba dll. Bagi yg

mengatakan RRT, kuba dll bukan negara sosialis lagi, tentunya harus memberikan definisi

bagaimana negara sosialis itu nyatanya. Bagaimana nyatanya negara sosialis ini bisa terjadi

dalam dunia seperti sekarang ini yg sudah semuanya menerapkan prinsip2 kapitalisme?

Bagaimana ada seseorang yg mampu utk membentuk suatu negara sosialis dimana

kepemilikan merata dan bikin rakyat semuanya sejahtera dan tidak ada penindasan. Ini

idam2an semua orang tetapi bagaimana praktek nyatanya, ini yg banyak tantangannya.

Setiap negara mempunyai cara sendiri2 dalam mendefinisikan sosialisme ini sesuai dengan

sikon negaranya masing2. Indonesia dgn bung Karno punya nasakom, aidit yg komunis

nasionalis, muso yg kiblatnya ke komunis soviet, fidel castro nasionalis komunis yg percaya

dengan action makanya revolusi adalah jalan pilihannya yg lebih keprinsip etika drpd teori

materialistic dll. Begitu juga akhirnya fidel mundur teratur sekarang dimana raul meneruskan

perjuangannya dengan membuka diri. Langkah ini adalah langkah adaptasi seperti yg telah

dilakukan oleh RRT dan negara2 sosialis lainnya yg menerapkan kapitalisme. Tentunya bisa

dipertentangkan mereka2 ini sudah bukan negara sosialis lagi tetapi tidak bisa dipungkiri

bahwa tujuan membentuk rakyat makmur sejahtera itu banyak tantangannya dan adaptasi

ini adalah salah satu bentuknya.

Sie tik: Bisnis, betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit

berlaku. Saya tidak tau dimana salah pengungkapannya? Tapi dlm diskusi NEP dn juga

diskusi2 sebelumnya juga sitandaskan bahwa Lenin dan Stalin menyatakan perlunya

belajar dari efisiensi, sistim management , efektifitas proses produksi kapitalis.

4

Nesare: salahnya dikalimat terakhir diatas ini. efisiensi, sistim managemen, efektifitas

adalah teori2 bisnis ekonomi dan ini bisa diterapkan di isme apapun termasuk kapitalisme

maupun sosialisme. Salahnya bung berpendapat pasar saham dan teori2 bisnis ekonomi itu

adalah milik kapitalisme. Ini persepsi saya membaca tulisan2 bung. Anehnya dikalimat

pertama diatas ini (betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit

berlaku) seakan2 bung ingin mengatakan di system lain selain kapitalisme, bisnis juga

berlaku. Apakah ini benar? Kalau benar, jadi bertentangan dengan pendapat2 bung

sebelumnya bahwa pasar saham, go public company itu adalah milik kapitalisme. Ini yg

utama yg ingin saya katakana sebetulnya bahwa bisnis ekonomi itu adalah ilmu seperti ilmu

kesehatan, ilmu hukum, ilmu pertahanan yg bisa diterapkan disistem apapun termasuk

kapitalisme maupun sosialisme. Saya sudah pernah menulis yg bisa menerapkan itu

orangnya bukan system2/isme2 itu.

Sie tik: Go public jelek tidak bisa disepadankan dng sosialisme. Memang tidak bisa

disepadankan dng sosialisme, karena disosialisme tidak ada saham.

Saham diketahui rentan terhadap rekayasa pelaku2 ekonomi, karenanya juga bisa saja

berdampak negatif pada pemegang saham secara keseluruhan tapi bisa juga bagi pemain2

bursa saham yg piawai dampaknya selalu positif.

Jadi pendiskusian tsb dng Chan adalah untuk memahami hal ini, tidak hanya segi yg

disebutnya menguntungkan kaum pekerja saja, terutama hal ini penting untuk rakyat

dinegeri2 yg sedang berkembang dimana masyarakat awam belum terbiasa dng bursa

saham.

Nesare: kenapa saham bisa jelek? Kelihatannya asumsi bung adalah: saham didunia

kapitalisme tidak dimiliki semua orang. Ini adalah jalan pikiran sosialisme yg

menyamaratakan semua orang. Idealnya bagus tetapi pelaksanaannya tidak muda.

Sebetulnya bukan saham yg menjadi fokusnya tetapi kepemilikan. Kepemilikan dialam

sosialisme pun bisa disalahgunakan oleh orang2nya. Bung chalik sudah menulis dalam

wawancaranya dengan bung martin di Albania rakyat, petani tidak boleh punya tanah.

Semua tanah dimiliki negara. (Ini sedikit kutipannya: Waktu zaman sosialis, rakyat tak boleh

menyetel stasiun televisi lain kecuali milik negara satu-satunya. Itulah salahnya. Hanya

Tirana yang boleh distel. Sementara para pemimpin mereka punya hak istimewa. Mereka

punya televisi kabel. Banyak yang salah. Susu, misalnya, ada susu produksi ferma yang

khusus untuk pimpinan. Itu ‘kan tidak betul. Begitu juga anggur, anggur untuk anggota

politbiro partai ada secara khusus. Banyak yang kami pelajari dan temukan yang tidak benar.

Mobil anggota politbiro Mercedez-Benz, sementara mobil untuk anggota komite pusat partai

Fiat. Rakyat biasa tak boleh punya kendaraan. Ini cara yang salah. Ketika terjadi reformasi,

5

sepeda motor masuk, rakyat berebut untuk memiliknya). Pasar saham mengikuti proses

bisnis ekonomi dalam menggerakan perekonomian suatu negara. Ini bisa dilaksanakan

disistem apapun. Sebelumnya saya telah menulis bahwa dalam system sosialisme dimana

tidak ada kepemilikan individu, pasar saham tidak diperlukan tetapi dalam dunia sekarang

ini susah utk menerapkan system sosialisme yg murni yg sesuai dengan teori persamaan

dan pemerataan itu. Oleh karena itu kita melihat keterbatasan manusia dalam penerapan

prinsip2 sosialisme yg sesuai dengan sikon negaranya. Jadi tidak heran kita lihat adanya

RRT, Kuba dll menerapkan prinsip2 kapitalisme dan membuka negaranya utk

mensejaterahkan rakyatnya. Apakah ini jawabannya, memang kita manusia sangat terbatas

kemampuannya. Tetapi inilah realitasnya yang terjadi didunia ini.

Sie tik: mengenai kesejahteraan dan pemerataannya didalam masyarakat sosialis juga

masih merupakan masalahnya belum sepenuhnya teratasi . Dulu dikalangan partai2

komunis yg berkuasa masalah ini merupakan pendiskusian yg cukup panjang.

Masalah kesejahteraan itu sendiri pengertiannya juga relatif, tapi sepertinya di masyarakat

sosialis adalah agar sedapat mungkin cukup pangan dan sandang, ada atap diatas kepala,

jaminan pekerjaan, kesehatan dan pendidikan serta tidak kalah pentingnya keamanan.

Sehingga kesenjangan masyarakat tidak terlalu njomplang seperti dimasyarakat non

sosialis. Apakah sudah sepenuhnya sempurna, ya memang belum.

Nesare: disini jelas kita prihatin sebenarnya kehidupan yg sejahtera. Apakah itu dalam

system sosialisme atau kapitalisme, saya tidak pusingin. Jalan yg ditempuh bisa apa saja

tetapi fokusnya adalah kesejahteraan rakyat plus embel2 lain seperti: keamanan dll. Yang

harus dipikirkan bersama itu adalah system apa yg paling cocok utk diterapkan lalu

bagaimana penyelenggaraan negara bisa terbentuk sesuai dengan ideology yg dianut. Ini

PR yg sdh dari dulu dipikirkan oleh banyak orang.

Sie tik: Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan

masyarakat dalam negerinya , idan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2 untuk bisa

dipertukarkan dng kebutuhan dari negeri2 lain dimana tidak bisa didapat atau diproduksi di

dalam negerinya , seperti bahan baku tertentu, produk kebutuhan hidup tertentu dan alat2

tertentu. Dan juga untuk bantuan pada perjuangan partai sekawan sebagai pernyataan

solidaritet internasional. Itu kerena memang plan ekonomi yg dilakukan dan tanpa tujuan

komersial sebagaimana dinegeri2 non-sosialis.

Nesare: perdagangan dalam negeri bisa dilakukan dalam negara sosialisme yg bung

idamkan tanpa mencari keuntungan/komersial. Tetapi ketika sudah bicara international

trade dng negara lain, prinsip tidak cari untung atau barter ini sudah tidak berlaku. Tidak

mungkin negara sosialis bisa menjual barang produksinya dengan harga yg sama atau lebih

6

murah dengan negara lain. Maupun apakah negara lain mau? Disini ada teori bisnis

ekonomi: comparative advantage dimana suatu negara akan eksport barang yg comparative

advantagenya lebih tinggi dari negara lain. Sebaliknya akan import barang/jasa yg

comparative advantagenya lebih rendah. Kita tidak bisa menjual barang/jasa yg harga dan

kwalitasnya lebih jelek ke negara lain. Begitu juga sebaliknya ngapain beli barang yg lebih

mahal dan lebih jelek dari negara lain. Dan ini adalah teori bisnis dan ekonomi yg bisa

dilakukan oleh baik system sosialisme maupun kapitalisme.

Sie tik: Selain itu , tentu juga boikot negeri2 kapitalis mempengaruhi , Iran saja yg bukan

sosialis diboikot dan mengalami kesulitan ekonomi yg cukup berat. Dilain pihak provokasi2

yg memicu perlombaan senjata dan ruang angkasa juga cukup membebani ekonomi

negeri2 sosialis sehingga mau tidak mau membebani kehidupan masyarakat. Kaum

imperialis dng perlombaan senjata justru menguntungkan kapitalis2 senjata dan jaringan

kapitalis yg bersangkutan, negara kapitalis imperialis mendapatkan biaya selain dari hasil

perpajakan keuntungan kapitalisnya, yg pada gilirannya melakukan pemerasan terhadap

rakyat2 negeri2 yg sedang berkembang. Juga negara kapitalis meningkatkan

pembiayaannya melalui hutang, toch yg akan bayar sipembayar pajak.

Nesare: jangan mencampuradukkan kapitalisme dengan imperialisme. Sosialisme pun bisa

menjadi imperialisme kalau orang2nya mau jadi imperialis. Masalah boikot2 itu, bung

melihatnya dari sudut pandang kapitalisme. Bung tidak melihat dari segi sosialisme.

Masalah hutang adalah masalah peminjam dan pemberi pinjaman. Ada aggrement yg

disetujui. Ada clausul yg disepakati dan ini semua bukan urusan kapitalisme atau sosialisme.

Bung kelihatannya melihatnya dari sudut pandang kapitalisme shg cenderung mengatakan

bahwa kapitalisme memberikan pinjaman lewat IMF, world bank dll imperialismenya.

Apakah bung sudah bertanya apakah kalau negara dunia ini mayoritas sosialisme akan

tidak ada lembaga pendanaan seperti IMF, world bank dll ini? jawaban saya tegas: pasti

akan ada kalau negara2 sosialisme ini menerapkan bisnis ekonomi. Pendanaan dgn

lembaga pendanaan itu adalah system keuangan yg mengatur keuangan. Sepanjang dunia

ini masih pake uang, ya akan selalu ada pendanaan dan lembaga pendanaan ini. Tidak

akan pilih bulu apakah sistemnya kapitalisme maupun sosialisme akan selalu ada hutang

dan piutang sepanjang prinsip bisnis dan ekonomi diterapkan.

Sie tik: Negara2 sosialis tidak mengenal sistim obligasi untuk mendapatkan pembesaran

anggapannya. Bahkan kenaikan hargapun sedapat mungkin dihindari demikian juga

keseragaman harga diseluruh negeri biasanya sama, suatu barang yg sama apakah dijual

didekat pabriknya atau didaerah perbatasan' tetap sama harganya.

7

Nesare: ini harapan bung dalam melihat negara sosialis yg sejahtera. Bagaimana kalau

negara sosialis itu tidak sejahtera dan tidak mampu menyediakan rumah keseluruh

rakyatnya? Bagaimana kalau negara sosialis yg bung idam2kan itu seperti Venezuela

sekarang ini yg ekonominya berantakan krn harga minyak jatuh? Obligasi tidak diperlukan,

harga tidak naik, harga sama dimana2 itu bagi saya mimpi kalau prinsip bisnis ekonomi ada.

Ketika negara punya duit, bisa saja prinsip2 bisnis ekonomi ini diabaikan begitu saja. Tetapi

sebetulnya bukan prinsip2 bisnis ekonominya yg diabaikan, melainkan ada duit yg

mengabaikan prinsip2 bisnis ekonomi ini. ketika duit sudah tidak ada, ya prinsip2 bisnis

ekonominya akan berjalan dengan sendirinya. Kenapa? Karena kebutuhan dan keinginan

manusia akan rumah, sandang pangan dll itu harus dipenuhi. Disinilah proses bisnis dan

ekonomi berjalan. Ini bisa terjadi disistem apapun baik kapitalisme maupun sosialisme.

Dinegara2 arab yg kaya sekarang sudah berubah krn harga minyak jatuh. Dulu kesehatan,

sekolah dll gratis/murah, sekarang sudah tidak. Ini terjadi dinegara kapitalisme. Yg saya

mau katakan ini masalah duit, masalah bisnis, masalah ekonomi dan bisa terjadi di isme

apapun.

Sie tik: CEO, bahwa seorang CEO mempunyai kemampuan menjalankan perusahaan

memang itu yg diharapkan pemilik perusahaan demi peningkatan keuntungannya. Tapi

bukan kebetulan bila beberapa tahun yl seorang PM Belanda Kok, mengatakan bahwa

mereka itu cenderung memperkaya diri secara berlebihan, tapi ya dia adalah seorang

sos-dem dan sekarang dia duduk sebagai supervisor perusahaan besar seperti ING, Shell,

TNT, KLM, Stork. Kemudian PM, lain Balkenende dari partai christen, menampilkan

gagasan moral, norma Balkenende , suatu peraturan hukum dimana manager2 sektor2

publik dibatasi tidak melebihi 130% s/d 01-01-2015, sejak itu diturunkan 100% honorarium

menteri ( € 179.000) karena tanggung jawab menteri kabinet jauh lebih besar dan berat dari

manager perusahaan. Sekarang beliau ini aktif di biro accountant dan adviseer

Ernst&Young.

Nesare: CEO memperkaya diri yg bung lihat disistem kapitalisme itu benar. Tetapi apakah

bung sudah bertanya apakah bisa terjadi disistem sosialisme? Jawaban saya: bisa. Ketika

orang sudah ngomong ttg duit, bisnis, ekonomi itu semua ujung2nya menuju ke

greed/serakah. Jadi CEO yg bung tidak suka ini adalah orangnya, bukan system

kapitalismenya. Ini bisa terjadi juga di system sosialisme kalau orangnya tidak benar.

Sie tik: Lalu bagaimana dinegara sosialis? Tepatnya saya tidak tau , sebab bidang saya

hanya dari sektor kesehatan saja, jadi tau sekedar dari baca2 saja, tapi dinegeri2 tsb laiknya

juga ada orang2 yg terampil dlm masalah management perusahaan, walaupun

direktur2-nya bisa saja orang2 politik. Anggapan ini saya dapatkan dari tulisan Lenin tentang

8

tugas2 SB setelah kemenangan Rev Oktober 1917, yg dijadikan keputusan Komite Sentral

PKUS pada 12-01-1922. Antara lain SB tidak bisa turut campur dlm kebijakan management

perusahaan, juga soal upah ahli2 yg bekerja. Dimana tentu ketika itu tenaga2 tsb masih

merupakan tenaga2 lama perusahaan yg bersangkutan, dimana pengalaman mereka juga

dimanfaatkan dan sementara itu didampingi oleh kader2 SB atau partai yg menjadi seperti "

magang" untuk belajar dan kemudian bisa meneruskan atau melakukan tugas yg sama

diperusahaan2 baru yg didirikannya.

Nesare: disini bung jujur. Saya tidak tahu apakah bung tidak melihat atau tidak mau

membandingkannya dengan negara sosialis seperti RRT, Rusia dll atau negara sosialis

dalam pikiran Marx. Saya berpendapat sepanjang orang2 itu adalah manusia bisa salah,

bisa serakah. System apapun kalau orangnya tidak benar tidak akan jalan. Inilah

keterbatasan manusia. Banyak orang ngomong teori2 ekonomi kerakyatan tetapi belum

pernah saya lihat bagaimana mereka2 ini bisa mewujudkan masyarakat sosialis yg seperti

Marx inginkan.

Sie tik: Soal PHK, betul dinegara2 maju memang tidak bisa begitu saja seseorang di PHK

kan, ada prosedurnya, Tapi hal itu bukanlah tidak terjadi, Re-organisasi sering dibarengi dng

pengurangan pegawai, walau juga dilakukan plan sosial untuk ditempatkan di tempat

tertentu bahkan diperusahaan lain, tapi dari pernyataan2 yg muncul dimedia juga sering

dikatakan bahwa tidak dihindari adanya yg tak tertampung. Karena itu juga dari berita2

jawaban sosial jumlah pengangguran bisa naik turun. Bahwa seorang yg terkena PHK dapat

pesangon juga betul, tapi tentunya pesangon tsb juga terbatas sampai batas2 tertentu dan

tidak bisa menjamin kehidupannya sampai usia pensiun. Setelah selasai pesangon dan

belum dapat kerja maka yg bersangkutan memang bisa minta jaminan sosial. Walaupun

demikian dari berita akhir2 ini, 45% dari mereka yg dapat tunjangan sosial kesulitan untuk

suatu kehidupan " normal". Jadi toch orang lebih suka tetap bisa bekerja sampai usia

pensiun? Selain itu , kadang untuk pekerja2 pengangur diatas umur 45 tahunan tentu sulit

bisa dapatkan pekerjaan, karena usianya, walaupun menurut peraturan tidak ada

diskriminasi umur? Belum lagi kalau dikaitkan dng etnisnya.

Nesare: jelas restrukturisasi akan ada konsekwensi dan biasanya adalah phk. Bagus kalau

dinegara sosialis tidak ada phk. Ini sekali lagi kalau negaranya punya duit utk tidak mem phk

kan orang. Kalau tidak ada duit lain perkaranya. Dinegara kapitalis tetapi maju baru bisa ada

unemployement benefit, dikasih pekerjaan, dikasih social security dll. Dinegara kapitalis

miskin ya gak jalan. Gak bisa krn duitnya tidak ada. Jangankan duit, system nya saja tidak

ada seperti Indonesia belum ada unemployment benefit itu. Ini penyelenggaraan negara. Ini

bukan masalah hanya ada phk di negara kapitalisme. Benar unemployment benefit di USA

9

misalnya ada peraturannya. Kalau karyawan tidak salah dan diphk, sang karyawan bisa

apply unemployment benefit ke negara. Negara akan melihat dan harus minta persetujuan

dari perusahaan yg mem phk. Kalau tidak ada kontes dari perusahaan, negara akan kasih

unemployement benefit itu. Kenapa negara harus minta ijin dari perusahaan? Karena duit

unemployment benefit itu adalah iuran dari perusahaan yg dibayar periodically ke negara.

Ini dalam perusahaan swasta non pemerintah.

Kalau pegawai negeri seperti karyawan kantor pos, negara federal (, FBI, CIA dll), state

(polisi, klerik dikantor DMV yg ngurus SIM), itu lain lagi ceritanya. Jarang pegawai negeri di

phk, hanya saja gajinya lebih rendah.

Sie tik: Dan dari berita2 ternyata ada pengangguran yg sampai lebih 3 tahun bahkan

belakangan jawatan sosial Belanda menghapuskan kewajiban mengajukan lamaran kerja

bagi pengangguran yg lebih dari 10 tahun. Sebab ternyata kursus2 keahlian tertentu yg

diorganisasi jawaban penempatan tenaga kerja ternyata tidak mencapai tujuan yg

diharapkan, mungkin pelaksanaannya tidak disinkronkan dng sektor2 tertentu? Juga

perusahaan2 ada yg mengambil kebijakan untuk berhenti mengeluarkan advertensi

lowongan kerja , walaupun kadang tenaga yg pensiun selaiknya digantikan. Tentu ini

tergantung pada sektor2 tertentu, saya yg sudah 1,5 tahun betul2 pensiunpun beberapa

bulan yg lalu dapat telepon dari instansi terakhir tempat saya kerja, dimana mereka bertanya

apakah saya mau membantu lagi? Setelah usia pensiun 65 th, saya dihimbau meneruskan

kerja dng kontrak tahunan hal ini terlaksana 3X berturut2, setelah itu menurut peraturan bila

hendak diperpanjang oleh perusahaan maka si pekerja kontrak tahunan harus dijadikan

tenaga tetap. Tentu untuk perusahaan saya terlalu mahal, karena saya sudah mencapai

max. ketentuan upah, selain itu tentu usia juga dianggap rentan terhadap penyakit, jadi

setelah itu saya benar2 pensiun.

Nesare: di usa pun bisa terjadi lama penganggur tidak dapat pekerjaan lalu tidak mau cari

pekerjaan lagi krn sudah pasrah dan mengalah. Ini juga salah kaprahnya mereka2 yg

melihat unemployment rate usa yg turun. Kalau diteliti, angka ini turun krn penganggur

keluar tidak cari pekerjaan lagi. Kalau dia berkeluarga, 1 tidak kerja, 1 kerja masih bisa

hidup, hanya saja penghasilan berkurang. Ini yg banyak terjadi di usa. Pekerjaan tidak

bertambah tetapi angka pengangguran turun krn penganggur tidak mencari pekerjaan lagi.

Sepanjang penganggur tidak mendapat pekerjaan, dia berhak minta ke social security.

Hanya saja prakteknya dipersusah krn social security administration juga sedang susah

kekurangan duit, jadi semua janji2 tidak bisa ditepati. Di Indonesia belum mampu krn

perangkat penyelenggaran negara seperti ini belum berjalan baik. Jokowi sudah mulai

dengan semua kartu2 saktinya. Jalannya tersendat2 krn perlu pendanaan tetapi harus ada.

10

Salam

Nesare

From: Sie Tik Tan [mailto:[email protected]]

Sent: Monday, November 7, 2016 1:45 PM

Bung Nesare, selamat malam,

Saya sebenarnya heran mengapa tanggapan saya terhadap Chan bisa masuk

kemilis Gelora, padahal saya bukan dan juga tidak pernah menjadi

anggautanya. Walaupun modertor milis Gelora , bung Tjing saya kenal dan

melakukan pertukaran pikiran melalui milis lain dimana saya menjadi

anggautanya.

Selama ini saya membatasi diri dlm keanggautaan pada jaring media

elektronik, karena saya merasa keterbatasan waktu, saya juga belum tentu

tiap hari membuka computer, kalaupun membukanya biasanya tak lebih dari

3-4 jam, sebab saya lebih menyukai baca koran atau buku.

Karena saya anggap pancaran cahaya dari aparat elektronik melelahkan

mata saya, begitu juga TV hanya saya batasi untuk melihat berita dan

acara yg saya anggap bermanfaat saja.

Jadi saya selama ini membatasi bertukar pendapat hanya pada mereka yg

saya kenal pribadi dlm milis2 yg angautanya saya kenal.Bahkan pada salah

satu milis ini mengingat keragaman yg luas dari anggautanya, belakangan

masalah2 seperti yg kita hadapi, saya sengaja mengirimkan pada jalur

pribadi pada orang2 tertentu saja. Tapi bung Tjing rupanya dlm

tanggapannya kembali menggunakan jalur milis.

Itulah alasan saya tidak menanggapi email bung yg lalu.

Tapi kali ini saya akan berusaha mengemukakan pendapat terhadap email bung kali ini.

- Saham, dinegeri sosialis tidak dikenal jadi tidak ada, juga tidak ada pasaran Bursa. Walau mungkin

pada awalnya setelah kekuasaan diambil alih oleh kaum komunis, maka pengusaha2 kapitalis yg

11

tidak pernah memusuhi gerakan mereka , kepemilikanannya sebagaian besar dibeli negara sehingga

kontrol negara bisa dilaksanakan dan setelah kapitalisme negara berjalan lancar, maka peralihan

seluruh kepemilikan ketangan negara diberlakukan sesuai dng konsep tidak diperkenankannya

kepemilikan perorangan dlm sistim sosialisme proletar.

- Bahwa tidak ada satu system-pun yg bisa memuaskan seluruh rakyat, adalah jelas , juga di

sosialisme masih ada kelas2 bukan kelas buruh dan tani, malah ada musuh2 sistim.

Dlm menanggapi go public/saham Chan berargumentasi bahwa dng kepemilikan

kolektif/masyarakat maka hakekat kepemilikan perorangan tidak ada, dng alasan kepemilikan umum

adalah gabungan kepemilikan perorangan. Dan ini dipersamakan dng gagasan sosialisme,

padahal secara konseptual berbeda , pada masyarakt sosialis semua alat produksi kebutuhan

masyarakat bukan merupakan milik perorangan, sedangkan dinegara non-sosialis alat2 tsb bisa

dimiliki oleh pemegang saham dan kenyataan memang tidak semua perusahaan go public dan juga

tidak semua orang beli saham. Jadi masalah yg diangkat dlm diskusi ini bukan soal memuaskan

semua orang atau tidak.

- NEP, betul tujuan Lenin adalah untuk memperkuat persekutuan buruh-tani, memperkokoh diktatur

proletariat dan menenangkan sosialisme, hal ini sudah dibicarakan cukup luas dlm diskusi

sebelumnya tentang NEP.

- Bisnis, betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit berlaku. Saya

tidak tau dimana salah pengungkapannya? Tapi dlm diskusi NEP dn juga diskusi2 sebelumnya juga

sitandaskan bahwa Lenin dan Stalin menyatakan perlunya belajar dari efisiensi, sistim management ,

efektifitas proses produksi kapitalis. Diskusi dng Chan mengenai soal ini juga sudah sejak beberapa

tahun lalu, tentu tidak di Gelora, sebab saya tidak tergabung disana.

- Go public jelek tidak bisa disepadankan dng sosialisme.

Memang tidak bisa disepadankan dng sosialisme, karena disosialisme tidak ada saham.

Saham diketahui rentan terhadap rekayasa pelaku2 ekonomi, karenanya juga bisa saja berdampak

negatif pada pemegang saham secara keseluruhan tapi bisa juga bagi pemain2 bursa saham yg piawai

dampaknya selalu positif.

Jadi pendiskusian tsb dng Chan adalah untuk memahami hal ini, tidak hanya segi yg disebutnya

menguntungkan kaum pekerja saja, terutama hal ini penting untuk rakyat dinegeri2 yg sedang

berkembang dimana masyarakat awam belum terbiasa dng bursa saham.

- mengenai kesejahteraan dan pemerataannya didalam masyarakat sosialis juga masih merupakan

masalahnya belum sepenuhnya teratasi . Dulu dikalangan partai2 komunis yg berkuasa masalah ini

merupakan pendiskusian yg cukup panjang.

12

Masalah kesejahteraan itu sendiri pengertiannya juga relatif, tapi sepertinya di masyarakat sosialis

adalah agar sedapat mungkin cukup pangan dan sandang, ada atap diatas kepala, jaminan pekerjaan,

kesehatan dan pendidikan serta tidak kalah pentingnya keamanan. Sehingga kesenjangan masyarakat

tidak terlalu njomplang seperti dimasyarakat non sosialis. Apakah sudah sepenuhnya sempurna, ya

memang belum. Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan

masyarakat dalam negerinya, dan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2 untuk bisa

dipertukarkan dng kebutuhan dari negeri2 lain dimana tidak bisa didapat atau diproduksi di dalam

negerinya, seperti bahan baku tertentu, produk kebutuhan hidup tertentu dan alat2 tertentu. Dan juga

untuk bantuan pada perjuangan partai sekawan sebagai pernyataan solidaritet internasional. Itu

kerena memang plan ekonomi yg dilakukan dan tanpa tujuan komersial sebagaimana dinegeri2

non-sosialis. Selain itu, tentu juga boikot negeri2 kapitalis mempengaruhi, Iran saja yg bukan sosialis

diboikot dan mengalami kesulitan ekonomi yg cukup berat. Dilain pihak provokasi2 yg memicu

perlombaan senjata dan ruang angkasa juga cukup membebani ekonomi negeri2 sosialis sehingga

mau tidak mau membebani kehidupan masyarakat. Kaum imperialis dng perlombaan senjata justru

menguntungkan kapitalis2 senjata dan jaringan kapitalis yg bersangkutan, negara kapitalis imperialis

mendapatkan biaya selain dari hasil perpajakan keuntungan kapitalisnya, yg pada gilirannya

melakukan pemerasan terhadap rakyat2 negeri2 yg sedang berkembang. Juga negara kapitalis

meningkatkan pembiayaannya melalui hutang, toch yg akan bayar sipembayar pajak.

Negara2 sosialis tidak mengenal sistim obligasi untuk mendapatkan pembesaran anggapannya.

Bahkan kenaikan hargapun sedapat mungkin dihindari demikian juga keseragaman harga diseluruh

negeri biasanya sama, suatu barang yg sama apakah dijual didekat pabriknya atau didaerah

perbatasan' tetap sama harganya.

- CEO, bahwa seorang CEO mempunyai kemampuan menjalankan perusahaan memang itu yg

diharapkan pemilik perusahaan demi peningkatan keuntungannya. Tapi bukan kebetulan bila

beberapa tahun yl seorang PM Belanda Kok, mengatakan bahwa mereka itu cenderung

memperkaya diri secara berlebihan, tapi ya dia adalah seorang sos-dem dan sekarang dia duduk

sebagai supervisor perusahaan besar seperti ING, Shell, TNT, KLM, Stork. Kemudian PM, lain

Balkenende dari partai christen, menampilkan gagasan moral, norma Balkenende , suatu peraturan

hukum dimana manager2 sektor2 publik dibatasi tidak melebihi 130% s/d 01-01-2015, sejak itu

diturunkan 100% honorarium menteri ( € 179.000) karena tanggung jawab menteri kabinet jauh lebih

besar dan berat dari manager perusahaan. Sekarang beliau ini aktif di biro accountant dan adviseer

Ernst&Young.

Lalu bagaimana dinegara sosialis? Tepatnya saya tidak tau , sebab bidang saya hanya dari sektor

kesehatan saja, jadi tau sekedar dari baca2 saja, tapi dinegeri2 tsb laiknya juga ada orang2 yg

terampil dlm masalah management perusahaan, walaupun direktur2-nya bisa saja orang2 politik.

Anggapan ini saya dapatkan dari tulisan Lenin tentang tugas2 SB setelah kemenangan Rev Oktober

13

1917, yg dijadikan keputusan Komite Sentral PKUS pada 12-01-1922. Antara lain SB tidak bisa turut

campur dlm kebijakan management perusahaan, juga soal upah ahli2 yg bekerja. Dimana tentu

ketika itu tenaga2 tsb masih merupakan tenaga2 lama perusahaan yg bersangkutan, dimana

pengalaman mereka juga dimanfaatkan dan sementara itu didampingi oleh kader2 SB atau partai yg

menjadi seperti " magang" untuk belajar dan kemudian bisa meneruskan atau melakukan tugas yg

sama diperusahaan2 baru yg didirikannya.

- Soal PHK, betul dinegara2 maju memang tidak bisa begitu saja seseorang di PHK kan, ada

prosedurnya, Tapi hal itu bukanlah tidak terjadi, Re-organisasi sering dibarengi dng pengurangan

pegawai, walau juga dilakukan plan sosial untuk ditempatkan di tempat tertentu bahkan diperusahaan

lain, tapi dari pernyataan2 yg muncul dimedia juga sering dikatakan bahwa tidak dihindari adanya yg

tak tertampung. Karena itu juga dari berita2 jawaban sosial jumlah pengangguran bisa naik turun.

Bahwa seorang yg terkena PHK dapat pesangon juga betul, tapi tentunya pesangon tsb juga terbatas

sampai batas2 tertentu dan tidak bisa menjamin kehidupannya sampai usia pensiun. Setelah selasai

pesangon dan belum dapat kerja maka yg bersangkutan memang bisa minta jaminan sosial.

Walaupun demikian dari berita akhir2 ini, 45% dari mereka yg dapat tunjangan sosial kesulitan untuk

suatu kehidupan " normal". Jadi toch orang lebih suka tetap bisa bekerja sampai usia pensiun? Selain

itu , kadang untuk pekerja2 pengangur diatas umur 45 tahunan tentu sulit bisa dapatkan pekerjaan,

karena usianya, walaupun menurut peraturan tidak ada diskriminasi umur? Belum lagi kalau

dikaitkan dng etnisnya. Dan dari berita2 ternyata ada pengangguran yg sampai lebih 3 tahun bahkan

belakangan jawatan sosial Belanda menghapuskan kewajiban mengajukan lamaran kerja bagi

pengangguran yg lebih dari 10 tahun. Sebab ternyata kursus2 keahlian tertentu yg diorganisasi

jawaban penempatan tenaga kerja ternyata tidak mencapai tujuan yg diharapkan, mungkin

pelaksanaannya tidak disinkronkan dng sektor2 tertentu? Juga perusahaan2 ada yg mengambil

kebijakan untuk berhenti mengeluarkan advertensi lowongan kerja , walaupun kadang tenaga yg

pensiun selaiknya digantikan. Tentu ini tergantung pada sektor2 tertentu, saya yg sudah 1,5 tahun

betul2 pensiunpun beberapa bulan yg lalu dapat telepon dari instansi terakhir tempat saya kerja,

dimana mereka bertanya apakah saya mau membantu lagi? Setelah usia pensiun 65 th, saya dihimbau

meneruskan kerja dng kontrak tahunan hal ini terlaksana 3X berturut2, setelah itu menurut peraturan

bila hendak diperpanjang oleh perusahaan maka si pekerja kontrak tahunan harus dijadikan tenaga

tetap. Tentu untuk perusahaan saya terlalu mahal, karena saya sudah mencapai max. ketentuan upah,

selain itu tentu usia juga dianggap rentan terhadap penyakit, jadi setelah itu saya benar2 pensiun.

Maaf jadi ngalor-ngidhul, dan dng ini saya akhirnya saja .

Sekian,

Tik