HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

12
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020 395 HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN FILM (Studi Kasus: Pada Larangan Membawa Makanan dan Minuman Saat Menonton Film di Cinema XXI) Gusti Ngurah Bagus Dharma Adi Email: [email protected] Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana legalitas larangan membawa makanan dan minuman dan untuk mengetahui tanggung jawab Cinema XXI terhadap hak konsumen. Untuk mencapai tujuan ini, peneliti menggunakan penelitian hukum empiris, pengambilan informan dengan menggunakan metode, stratified sampling dan purposive sampling. Sumber bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan berkomunikasi dengan konsumen film di lokasi tempat penelitian. Bahan hukum sekunder diperoleh dari buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, situs web internet, dokumentasi dan undang-undang perlindungan konsumen. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkap larangan membawa makanan dan minuman di bioskop cinema XXI adalah tidak legal karena tidak memertimpangkan prinsip-prinsip hukum, asas-asas hukum, undang- undang perlindungan konsumen dan Tanggung jawab bioskop Cinema XXI terhadap hak konsumen saat menikmati jasa tayangan film hanya sebatas tanggung jawab keselamatan konsumen. Namun, tanggung jawab perusahaan pada hak konsumen untuk memilih, hak kenyamanan, hak menikmati jasa tayangan film, hak berpendapat, hak menyampaikan kritik dan saran itu belum ada bahkan dibatasi. Kata Kunci: Hukum Konsumen; Jasa Tayangan Film PENDAHULUAN Film merupakan media elektronik paling tua daripada media lainnya, apalagi film telah berhasil mempertunjukan gambar- gambar hidup yang seolah-olah memindahkan realitas ke atas layar besar. Keberadaan film telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. 1 1 Lliliweri, “Pengertian Film Definisi Fungsi, Jenis, Sejarah Menurut Para Ahli”, dalam, https://destaniamovie.blogspot.com/2018/12 (Akses pada 12 Desember 2018, pukul 09.03) hlm. 153. Perkembangan Film di Indonesia mendapat respon yang cukup baik di masyarakat. Cineplex 21 Group adalah sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan pelopor jaringan Cineplex di Indonesia. Cineplex 21 Group memulai kiprahnya di industri hiburan sejak tanggal 21 Agustus 1987, hingga Februari 2019, Cineplex 21 Group memiliki total 1240 layar yang tersebar di 33 kota di 146 lokasi di seluruh Indonesia. Group ini didirikan oleh Sudwikatmono bekerjasama dengan Benny Suherman dan Harris Lesmana. Cineplex 21

Transcript of HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Page 1: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

395

HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN FILM

(Studi Kasus: Pada Larangan Membawa Makanan dan Minuman Saat Menonton Film

di Cinema XXI)

Gusti Ngurah Bagus Dharma Adi

Email: [email protected]

Universitas Tadulako

Abstrak

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana legalitas larangan membawa

makanan dan minuman dan untuk mengetahui tanggung jawab Cinema XXI terhadap hak

konsumen. Untuk mencapai tujuan ini, peneliti menggunakan penelitian hukum empiris,

pengambilan informan dengan menggunakan metode, stratified sampling dan purposive

sampling. Sumber bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer yang diperoleh

melalui penelitian lapangan dan berkomunikasi dengan konsumen film di lokasi tempat

penelitian. Bahan hukum sekunder diperoleh dari buku-buku teks, kamus-kamus hukum,

jurnal-jurnal hukum, situs web internet, dokumentasi dan undang-undang perlindungan

konsumen. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian ini

mengungkap larangan membawa makanan dan minuman di bioskop cinema XXI adalah tidak

legal karena tidak memertimpangkan prinsip-prinsip hukum, asas-asas hukum, undang-

undang perlindungan konsumen dan Tanggung jawab bioskop Cinema XXI terhadap hak

konsumen saat menikmati jasa tayangan film hanya sebatas tanggung jawab keselamatan

konsumen. Namun, tanggung jawab perusahaan pada hak konsumen untuk memilih, hak

kenyamanan, hak menikmati jasa tayangan film, hak berpendapat, hak menyampaikan kritik

dan saran itu belum ada bahkan dibatasi.

Kata Kunci: Hukum Konsumen; Jasa Tayangan Film

PENDAHULUAN

Film merupakan media elektronik

paling tua daripada media lainnya, apalagi

film telah berhasil mempertunjukan gambar-

gambar hidup yang seolah-olah

memindahkan realitas ke atas layar besar.

Keberadaan film telah diciptakan sebagai

salah satu media komunikasi massa yang

benar-benar disukai bahkan sampai

sekarang.1

1 Lliliweri, “Pengertian Film Definisi Fungsi, Jenis, Sejarah

Menurut Para Ahli”, dalam,

https://destaniamovie.blogspot.com/2018/12 (Akses pada 12

Desember 2018, pukul 09.03) hlm. 153.

Perkembangan Film di Indonesia

mendapat respon yang cukup baik di

masyarakat. Cineplex 21 Group adalah

sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan

pelopor jaringan Cineplex di Indonesia.

Cineplex 21 Group memulai kiprahnya di

industri hiburan sejak tanggal 21 Agustus

1987, hingga Februari 2019, Cineplex 21

Group memiliki total 1240 layar yang

tersebar di 33 kota di 146 lokasi di seluruh

Indonesia. Group ini didirikan oleh

Sudwikatmono bekerjasama dengan Benny

Suherman dan Harris Lesmana. Cineplex 21

Page 2: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

396

Group telah melakukan sejumlah

pembenahan dan pembaharuan, di antaranya

adalah dengan membentuk jaringan

bioskopnya menjadi 4 merek terpisah, yakni

Cinema XXI, The Premiere, Cinema 21, dan

IMAX untuk target pasar berbeda.2

PT. Nusantara Sejahtera Raya

merupakan pengelola Cinema XXI yang

bergerak di dalam bidang perfilman dan

memiliki kantor cabang yang tersebar di

berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu

cabangnya adalah PT. Nusantara Sejahtera

Raya cabang Palu Sulawesi Tengah. Cinema

XXI di Palu berdiri pada tanggal 10 Juli

2015 merupakan bagian dari PT. Nusantara

Sejahtera Raya yang bernaung dibawah

Cineplex 21 Group di Jakarta. Akan tetapi,

dalam perkembangannya cukup banyak

konsumen yang tingkat kesadaran akan hak-

haknya masih rendah, dan pada umumnya

konsumen, sebagai bagian dari masyarakat

Indonesia, memiliki kultur “nrimo” (tidak

mau ambil pusing), selain itu tidak sedikit

suatu peristiwa selalu menempatkan

konsumen sebagai korban ketidakadilan

pihak pelaku usaha maupun pemerintah.3

Contoh nyata yang terjadi di Bioskop

Cinema XXI Palu, Konsumen dapat

2 Wikipedia, “Cineplex 21 Group”, dalam

https://wikipedia.com/2019/09 (Akses pada 09 Januari

2019, pukul 09.28) 3 Seringkali konsumen mendapatkan produk yang

dikonsumsinya menimbulkan kerugian bahkan

mengakibatkan kematian. Kerugian yang diakibatkan oleh

kebijakan pemerintah, sebagai contoh adalah naiknya harga

kebutuhan pokok, naiknya tarif, bahan bakar minyak, atau

konversi migas yang menimbulkan kecelakaan/ kematian

akibat meledaknya kompor tabung gas 3 kg.

menikmati atau membeli makanan dan

minuman yang disediakan Perusahaan

Bioskop dengan harga yang 2 atau 3 kali

lebih mahal dari harga sebenarnya. Tentunya

kebijakan tersebut memberikan dampak yang

sangat merugikan bagi konsumen. Apalagi

kebijakan perusahaan XXI sangat

bertentangan dengan hak-hak konsumen

yang dilanggar berupa hak hak untuk

memilih, hak untuk didengar, hak untuk

mendapatkan barang sesuai dengan nilai

tukar yang diberikannya. Hak ini

dimaksudkan untuk melindungi konsumen

dari kerugian akibat permainan harga secara

tidak wajar. Karena dalam keadaan tertentu

konsumen dapat saja membayar harga suatu

barang yang jauh lebih tinggi daripada

kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang

atau jasa yang diperolehnya. Penegakan hak

konsumen ini didukung pula oleh ketentuan

dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat dan termuat juga dalam Undang

Undang Perlindungan Konsumen.

Terkait dengan aturan diatas, banyak

pelaku usaha yang menyampingkan urusan

asas kekeluargaan dan lebih mengutamakan

keuntungan bagi perusahaan. Ternyata,

urusan makanan dan minuman di Bioskop

Cinema XXI Palu meninggalkan persoalan

pelik. Dalam bidang ekonomi misalnya,

kekuatan terhadap pasar tersebut dikenal

sebagai “market power”. Perdebatan

Page 3: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

397

mengenai market power bersumber pada

kontradiksi antara makna persaingan

(competition) dan makna kerjasama

(coorperation), yang mana masing-masing

didasari pada argumentasi yang sama

kuatnya. Posisi market power yang

ambivalen diantara praktek usaha yang

prokompetisi dan praktek usaha yang

antikompetisi, juga menciptakan persoalan

lain, yaitu terkait pada kepentingan

konsumen. Penguasaan market power dan

keunggulan komparatif dalam hal finansial,

jangkauan akses, efisiensi optimal, teknologi

mutakhir, keterampilan manajerial, dan

sebagainya, dapat membuat suatu pelaku

usaha memiliki posisi yang dominan di suatu

pasar tertentu.4

Posisi dominan merupakan prestasi

tersendiri bagi pelaku usaha. Posisi dominan

bukan merupakan kejahatan, juga tidak

dilarang dalam hukum. Namun demikian,

oleh karena pelaku usaha yang memiliki

posisi dominan dapat mempengaruhi

dinamika pasar (penawaran dan permintaan)

sehingga berkonsekuansi pada harga baik

langsung maupun tidak langsung maka

pemilik posisi dominan tersebut berpotensi

mengancam keberlangsungan persaingan

usaha yang kondusif.5

4 Patterson, Mark R, 2000, “The Market Power Requirement

in Antitrust Rule of Reason Cases: A Rhetorical History”,

San Diego Law Review, artikel dari

www.westlaw.international.com 5Vegitya Ramadhani Putri, Hukum Bisnis Konsep dan

Kajian Kasus (Kajian Perbandingan Hukum Bisnis

Indonesia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, (Malang:

Setara Press, 2013), Hlm. 4.

Penyalahgunaan posisi dominan adalah

dilarang. Pengaturan mengenai posisi

dominan di Indonesia tertuang dalam UU

No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Logika bisnis pengusaha adalah

meraih untung sebanyak mungkin, dengan

modal sedikit mungkin.6 Pihak bioskop

tentulah mencari distributor barang paling

murah untuk kemudian barangnya mereka

jual dengan menambahi nilai pada harga

jualnya demi profit. Pengunjung seharusnya

merupakan peluang pasar terbuka bagi

pedagang camilan, bukan konsumen tertutup

bagi pengelola bioskop. Pengelola bioskop

dan konter camilan di lobi bioskop bisa

dipandang sedang melakukan integrasi

vertikal.7

Tayangan film dan camilan adalah

barang dan jasa yang saling komplementer,

pengelola bioskop dan pengelola counter

camilan melakukan integrasi vertikal untuk

menguasai pasar. Sedangkan menurut UU

No. 5 Tahun 1999 melarang integrasi

vertikal untuk menguasai pasar yang

dilakukan melalui, (1) menolak dan atau

menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

melakukan kegiatan usaha yang sama pada

pasar bersangkutan, dan (2) melakukan

6 Ade Irwansyah, “Larangan Membawa Makanan dan

Minuman dari luar di sebuah bioskop”, dalam

Https://tabloidbintang.com/2011/02 (Akses pada 10 Maret

2019, pukul 16.43) 7 Kompasiana Beyond Blogging, “Setujukah Anda Makanan

di Bioskop Terlalu Mahal?”, dalam

Https://tribunnews.com/2018/03 (Akses pada 10 Maret

2019, pukul 16.50)

Page 4: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

398

praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha

tertentu.8

Berdasarkan aturan tersebut Hukum

sebagai suatu sistem berarti hukum itu harus

dilihat, harus diterima, dan harus diterapkan

sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling kait-mengait satu

sama lain.9 Kerugian yang diderita

konsumen selama ini, cenderung dianggap

biasa/ wajar baik oleh pelaku usaha,

pemerintah maupun oleh konsumen sendiri.

Bahkan konsumen menganggap kerugian

atau penderitaan akibat mengkonsumsi

barang dan/atau jasa dianggap sebagai

musibah/ nasib yang sudah seharusnya

terjadi (tidak bisa ditawar). Konsumen

barang dan/ atau jasa tidak hanya dihadapkan

pada persoalan ketidaktahuan akan manfaat

atau guna barang dan/atau jasa yang

ditawarkan/ disediakan pelaku usaha, akan

tetapi masalah daya beli yang terbatas dari

sebagian besar masyarakat konsumen

Indonesia mengakibatkan belum tercapainya

kemampuan untuk membeli barang-barang

yang benar-benar memenuhi persyaratan

mutu.10

Terbatasnya kemampuan konsumen

tersebut seringkali dimanfaatkan oleh pelaku

usaha untuk menentukan harga/ tarif barang

8 Ibid., Hlm 3-4. 9 Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Asas-Asas Hukum

Pembuktian Perdata, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),

Hlm. 1 10 Firman Turmantara Endipradja, Hukum Perlindungan

Konsumen (Filosofi Perlindungan Konsumen Dalam

Perspektif Politik Hukum Negara Kesejahteraan) (Malang:

Setara Press, 2016), Hlm. 7.

dan/atau jasa tanpa memperhatikan

kepentingan konsumen. Selain itu, kenyataan

dalam praktik bisnis di negara kita masih

banyak konsumen yang tidak bebas memilih

barang dan/atau jasa yang diperlukan. Hal ini

diakibatkan karena upaya pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung,

mendorong/ menggiring konsumen untuk

hanya memilih barang/produk yang

dihasilkannya.

Praktik kehidupan masyarakat pada

umumnya, norma-norma yang berlaku dan

larangan sering sekali dilanggar. Pelanggaran

yang terjadi dikemudian hari dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, perekonomian yang

sangat lemah maupun karakter manusia yang

mempunyai itikad buruk. Kemajuan

teknologi dewasa ini, pola kehidupan

masyarakat akan terpengaruh dan

berkembang secara pesat, sehingga dampak

negatif yang muncul sangat mempengaruhi

kondisi dan tatanan kehidupan setiap

individu. Termasuk kegiatan bisnis perfilman

saat ini, jika terjadi adanya pihak yang

merasa dirugikan maka timbul perselisihan

para pihak mengadakan karena tidak

terpenuhi prestasi, maka menimbulkan

dampak negatif yang sangat merugikan bagi

masing-masing pihak tersebut.11

Berdasarkan uraian di atas, maka

rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

11 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH

Perdata Buku I, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hlm. 72.

Page 5: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

399

1. Bagaimana legalitas larangan membawa

makanan dan minuman oleh Cinema XXI

saat konsumen menikmati jasa tayangan

film ?

2. Bagaimana tanggung jawab Cinema XXI

terhadap hak konsumen saat menikmati

jasa tayangan film ?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan oleh

peneliti adalah penelitian Hukum Empiris.

Penelitian Hukum Empiris ini menggunakan

penalaran induksi, yaitu penarikan

kesimpulan berawal dari proposisi khusus

(hasil pengamatan) yang berakhir pada suatu

kesimpulan umum (pengetahuan baru)

berupa asas umum. Penelitian hukum

empiris ini menggunakan kajian terhadap

data primer sebagai sumber data utama yang

diperoleh dengan cara wawancara dengan

responden serta data sekunder berupa bahan

hukum yang digunakan sebagai sumber data

pendukung.

Jenis dan sumber bahan hukum dalam

penelitian ini adalah :

1. Bahan Hukum Primer terdiri dari

Observasi, Interview, dan Kuesioner.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa

buku-buku teks, literatur, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, situs web

internet, dokumentasi dan undang-undang

perlindungan konsumen

Teknik pengolahan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini, yaitu Data

mentah yang telah dikumpulkan perlu

dipecah-pecahkan dalam kelompok-

kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan

manipulasi serta diperas sedemikian rupa

sehingga data tersebut mempunyai makna

untuk menjawab masalah dan bermanfaat

untuk menguji pertanyaan penelitian. Setelah

data disusun dalam kelompok-kelompok

serta hubungan-hubungan yang terjadi

dianalisa, perlu pula dibuat penafsiran-

penafsiran terhadap hubungan antara

fenomena yang terjadi dan

membandingkannya dengan fenomena-

fenomena lain di luar penelitian tersebut.

Metode dan teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kwesioner

berstruktur tertutup dan terbuka dan juga

dengan alat pengumpulan data yang

lain.12

Analisis data dalam penelitian masalah

hukum adalah mengumpulkan data-data

untuk mendapatkan pengertian tentang

adanya hubungan, persamaan, perbedaan,

pertautan, sebab akibat dan sebagainya

tentang masalah hukum yang diteliti.

Analisis yang digunakan dalam tesis ini

adalah Analisis Kualitatif. Analisis Kualitatif

dianut aliran fenomenologi yang metode dan

teknik pengumpulan datanya memakai

metode observasi yang berperan serta dengan

wawancara terbatas terhadap beberapa

responden, dengan membuat catatan

pertanyaan sebagai pegangan dalam

12 Ibid., hlm. 94.

Page 6: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

400

wawancara, dalam lokasi yang terbatas.

Analisis kualitatif ini ditujukan terhadap

data-data yang sifatnya berdasarkan kualitas,

mutu dan sifat yang nyata berlaku dalam

masyarakat.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Jasa Perfilman Konsumen

pada PT. Nusantara Sejahtera Raya

(Bioskop Cinema XXI) Cabang Palu

Pelaksanaan jasa perfilman konsumen

pada Bioskop Cinema XXI cabang Palu

dalam hal keselamatan dan kenyamanan

sudah memberikan fasilitas yang lengkap,

bersih, dan berstandar SNI. Hal tersebut

terbukti dengan Bioskop Cinema XXI

menyediakan dan mengutamakan

keselamatan konsumen dengan menyediakan

2 pintu darurat, tabung pemadam kebakaran,

kotak P3K, dan jalur evakuasi jika terjadi

kebakaran atau bencana alam atau hal-hal

yang dapat membahayakan konsumen.

Tujuannya agar dapat memberikan rasa

perlindungan bagi konsumen saat menonton

film. Namun, Bioskop Cinema XXI cabang

Palu belum memberikan perlindungan

hukum bagi konsumen dalam hal hak untuk

memilih barang/produk yang diinginkan

serta hak menikmati jasa tayangan film

dengan membawa makanan/cemilan

sehingga mempengaruhi hak kenyamanan

saat menonton tayangan film.

Hal ini terbukti dengan sebelum

konsumen masuk ke Bioskop Cinema XXI

untuk membeli tiket, konsumen harus

diperiksa oleh satpam dan barang makanan

dan minuman bermerk akan ditahan di depan

pintu masuk dengan alasan bahwa aturan

perusahaan. Setelah konsumen membeli

tiket, dengan durasi 2 sampai 3 jam

konsumen akan diarahkan untuk membeli

produk makanan dan minuman yang dijual di

kafe XXI dengan harga 2 sampai 3 kali lebih

mahal dengan harga sebenarnya. Hal ini

tentu saja akan memberikan dampak yang

cukup merugikan bagi konsumen khususnya

konsumen dengan penghasilan rendah,

karena dengan tidak minum dan makan tentu

saja hak konsumen di rampas oleh pelaku

usaha, maka hak menikmati jasa film, hak

kenyamanan, dan hak untuk memilih sudah

terganggu.

Perlindungan konsumen harus

mendapat perhatian yang lebih, karena

investasi asing telah menjadi bagian

pembangunan ekonomi Indonesia, di mana

ekonomi Indonesia juga berkaitan dengan

ekonomi dunia. Persaingan internasional

dapat membawa implikasi negatif bagi

konsumen.13

Tujuan hukum adalah untuk

mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan

kepastian hukum.14

Dalam hal mewujudkan

13 Erman Rajagukguk, Pentingnya Hukum Perlindungan

Konsumen dalam Era Perdagangan Bebas, dalam Husni

Syawali dan Neni Sri Imaniyati (Penyunting), Hukum

Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, (Bandung, 2000),

hlm. 2. 14 Ahmad Ali, Op. cit., hlm. 85.

Page 7: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

401

keadilan, John Rawls melahirkan ajaran

mengenai keadilan yang menerangkan

keadilan sebagai kesetaraan dimana tidak ada

yang lebih dominan dalam struktur

masyarakat. Teori John Rawls ini

melindungi pihak-pihak yang paling kurang

beruntung di masyarakat. Teori hukum

bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai

hukum dan postulat-postulatnya hingga

dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang

abstrak, namun dalam manifestasinya dapat

berwujud konkret. Suatu ketentuan hukum

dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang

dihasilkan dari penerapannya adalah

kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-

besarnya dan berkurangnya penderitaan.15

Konsep Hukum yang Berlaku dalam

Pelaksanaan Hak-Hak Konsumen Selama

Menikmati Jasa Tayangan Film di

Cinema XXI Cabang Palu

Hak konsumen adalah hak yang

didasarkan pada perlindungan konsumen

antara pelaku usaha dan konsumen. Pada

pelaksanaan perlindungan konsumen, hak

konsumen adalah memperoleh fasilitas,

kenyamanan dan hak untuk memilih dan

mendapatkan barang dan/ atau jasa sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan dari perusahaan jasa

15 Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu

Sistem, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 79.

perfilman. Di mana konsumen adalah

pembeli barang . Di samping hak tersebut,

terdapat pula hak konsumen yang perlu

diperhatikan oleh pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya, yaitu :

a. Hak untuk berbicara dan didengar

Pelaku usaha seringkali merasa bahwa

mereka mengetahui lebih banyak dan merasa

memiliki hak untuk mengendalikan. Mereka

lupa bahwa tanpa konsumen, pelaku usaha

tidak akan mendapatkan apa-apa. Hubungan

antara pelaku usaha dan konsumen harusnya

berdasarkan hubungan saling tergantung satu

sama lain, hubungan yang bersifat setara.

Adapun dalam hubungan yang setara,

konsumen berhak menyampaikan apa yang

ada dalam benak mereka, dan tugas pelaku

usaha adalah mendengarkan. PT. Nusantara

Sejahtera Raya dalam pelaksanaan

pertunjukan film, sebagaimana hasil

wawancara peneliti kepada beberapa

konsumen, yaitu Bapak Nanda Avianto,16

Argamanda17

dan Abdi Rayatman18

, bahwa

ternyata masih ada konsumen yang belum

mendapatkan haknya untuk bertanya,

berbicara maupun menyampaikan keinginan

atau keluhan mereka. Pihak PT. Nusantara

Sejahtera Raya dalam melakukan jam-jam

pemutaran film tidak melakukan interview

16 Nanda Avianto, pekerjaan Honorer PU Kementerian,

wawancaraTanggal 20 Mei 2019 Pukul 18.00 WITA. 17 Argamanda, mahasiswa Fakultas Teknik Perminyakan

Universitas Proklamasi 45 Jogjakarta, wawancara Tanggal

28 Mei 2019 pukul 17.00 WITA. 18 Abdi Rayatman, mahasiswa Fakultas Teknik Elektro

Universitas Tadulako , wawancara Tanggal 27 Mei 2019

Pukul 15.00 Wita

Page 8: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

402

langsung kepada konsumen, bagian

informasi hanya berada di loket tiket

premiere dan hanya melayani pembelian

tiket premiere sehingga terkadang tidak

memberikan ruang kepada konsumen untuk

bertanya, berbicara maupun menyampaikan

keinginan atau keluhan konsumen, misalnya

mengenai harga produk makanan dan

minuman, alasan mengenai larangan

membawa makanan dan minuman pribadi,

cara menggunakan kursi premiere, resiko dan

denda bagi konsumen dan tanggung jawab

perusahaan yang berhubungan dengan

kenyamanan, keamanan dan keselamatan

konsumen.

Pihak pelaku usaha hanya lebih

mementingkan apa yang menjadi tujuan

utama mereka yaitu melihat apakah layak

atau tidaknya konsumen tersebut dalam

menerima fasilitas Cinema XXI tanpa

memperhatikan keinginan dari konsumen.

Konsumen memiliki hak untuk didengarkan

kebutuhan dan klaim, karena hak ini terkait

dengan hak untuk memperoleh informasi.

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan

barang dan/atau jasa Sesuai dengan nilai

tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan

Pelaku usaha seringkali merasa bahwa

mencapai keuntungan perusahaan sebanyak-

banyaknya harus lebih diutamakan dan

merasa memiliki hak untuk mengendalikan.

Mereka lupa bahwa tanpa konsumen, pelaku

usaha tidak akan mendapatkan keuntungan.

Dalam pelaksanaanya pihak

perusahaan melarang konsumen membawa

makanan dan minuman pribadi ke dalam

Bioskop Cinema XXI dengan alasan dapat

menggangu konsumen lain saat menikmati

pertunjukan film. Kemudian pihak perusahan

menyediakan Cafe XXI yang menjual

berbagai cemilan dan minuman dengan harga

yang 2 atau 3 kali lebih mahal dari harga

sebenarnya. Hal tersebut yang menjadi

polemik ketika hak-hak konsumen telah

dirugikan ditambah lagi harus mengeluarkan

uang yang cukup banyak untuk menikmati

makanan dan minuman. Benar, bahwa jika

konsumen tidak membeli apa yang mereka

jual maka tidak harus mengeluarkan uang

lagi, akan tetapi dengan waktu pertunjukan

film sekitar 2 sampai 3 jam lebih tidak

mungkin konsumen tidak membutuhkan air

dan makanan untuk memenuhi kebutuhanya.

c. Konsep kewajiban konsumen

Kewajiban membaca atau mengikuti

petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/ atau jasa demi

keamanan dan keselamatan. Kewajiban

konsumen ini dimaksudkan untuk dapat

memberikan informasi dan manfaat.Namun,

tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali

konsumen tidak memperoleh manfaat yang

maksimal, atau bahkan dirugikan dari

mengkonsumsi suatu barang/ jasa. Namun

setelah diselidiki, kerugian tersebut terjadi

karena konsumen tidak mengikuti petunjuk

Page 9: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

403

informasi dan prosedur pemakaian yang

telah disediakan oleh pelaku usaha.

Sebagaimana yang terjadi dalam praktek

pertunjukan film pada Cinema XXI Cabang

Palu, menurut Dana Sunandar, masalah yang

timbul adalah penyalahgunaan pemakaian

barang, di mana barang produk makanan

tersebut beraroma tajam, sehingga

mengganggu konsumen lain yang sedang

menonton film.19

Konsumen tersebut juga

membawa minuman keras yang terkadang

mengganggu konsumen lain.20

d. Konsep hak pelaku usaha

Hak menerima pembayaran yang

sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi

dan nilai tukar barang atau jasa yang

diperdagangkan. Hak produsen ini

dimaksudkan untuk dapat menerima

pembayaran/transaksi sesuai dengan

kesepakatan kedua belah pihak. Hak ini

sudah sangat jelas ada uang ada barang.

e. Konsep kewajiban pelaku usaha

Beritikad baik dalam kegiatan usaha.

Kewajiban pelaku usaha ini dimaksudkan

untuk dapat mengarahkan produsen dalam

melakukan kegiatan usaha dengan baik dan

jujur tidak curang dan mencari keuntungan

yang berlebih ataupun memonopoli usaha.

Memperlakukan atau melayani

konsumen secara benar dan jujur serta tidak

19Wawancara, Dana Sunandar, Manager Office PT.

Nusantara Sejahtera Raya Cabang Palu, Tanggal 23 Mei

2019 Pukul 20.30 WITA. 20Wawancara, Magawati, Staff Office PT. Nusantara

Sejahtera Raya Cabang Palu, Tanggal 25 Mei 2019 pukul

16.00 WITA.

diskriminatif. Kewajiban pelaku usaha ini

dimaksudkan untuk dapat mengetahui

pelayanan konsumen yang baik lebih

diutamakan.

Dalam wawancara dengan Manager

Officer, membenarkan bahwa benar

konsumen dilarang membawa makanan dan

minuman ke dalam bioskop. Ketentuan

tersebut terdapat dalam aturan perusahaan

Cinema XXI yang pengambi keputusanya

berada di Head Office (HO) Jakarta.

Makanan dan minuman tersebut tidak boleh

dibawa konsumen karena dapat merugikan

pemasukan dan keuntungan perusahaan pada

Cafe Cinema XXI. Jelas bahwa jika

konsumen diperbolehkan membawa

makanan dan minuman pribadi ke dalam

bioskop, Cafe XXI akan mengalami kerugian

bahkan kebangkrutan. Pihak perusahaan

memberikan juga kelonggaran kepada

konsumen namun hanya sebatas air minum

yang tidak bermerek (didalam botol biasa/

Tupperware).21

Memperhatikan hasil wawancara

tersebut, hal ini berdasarkan pada kajian teori

keadilan John Rawls, sebagaimana telah

diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa tidak

adil mengorbankan hak dari satu atau

beberapa orang hanya demi keuntungan

ekonomis yang lebih besar bagi masyarakat

secara keseluruhan. Rawls beranggapan

21Wawancara, Dana Sunandar, Manager Office Cinema XXI

PT. Nusantara Sejahtera Raya Cabang Palu, Tanggal 23 Mei

2019 Pukul 20.30 WITA.

Page 10: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

404

sikap tersebut bertentangan dengan keadilan

yang menghendaki prinsip kebebasan yang

sama bagi semua orang.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Penerapan larangan membawa makanan

dan minuman pada PT. Nusantara

Sejahtera Raya (Cinema XXI) Cabang

Palu saat konsumen menikmati jasa

tayangan film adalah tidak legal karena

tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip

hukum, asas-asas hukum dan undang-

undang perlindungan konsumen dimana

hak-hak konsumen di jamin dalam

undang-undang tersebut. Pelaku usaha

film hanya mencari keuntungan tertinggi

dengan membatasi hak-hak konsumen

tersebut karena pemasukan keuntungan

tertinggi berada pada penjualan produk

makanan dan minuman yang di jual di

kafe bioskop Cinema XXI.

2. Tanggung jawab Bioskop Cinema XXI

terhadap hak konsumen saat menikmati

jasa tayangan film hanya sebatas

tanggung jawab keselamatan konsumen

saat menonton film. Namun, tanggung

jawab perusahaan Bioskop Cinema XXI

pada hak konsumen untuk memilih, hak

kenyamanan, hak menikmati jasa

tayangan film, hak berpendapat, hak

menyampaikan kritik dan saran itu

belum ada bahkan dibatasi. Jika dilihat

dari konsep hak dan kewajiban para

pihak, lebih sempit dan berat sebelah.

Konsep hak dan kewajiban yang berlaku

pada PT. Nusantara Sejahtera Raya

(Cinema XXI) Cabang Palu tidak

memberikan kedudukan yang seimbang

kepada para pihak tetapi lebih

melindungi kepentingan usahanya agar

mendapatkan keuntungan dan tidak

membuat rugi perusahaannya. pelaku

usaha bebas menentukan apa yang ia

kehendaki di dalam sebuah perusahaan

bioskop film, sedangkan konsumen tidak

berada dalam keadaan yang betul-betul

bebas untuk menentukan kebutuhan apa

yang diinginkan saat menonton film.

Sikap pelaku usaha yang tidak

memberikan kedudukan seimbang

kepada pihak konsumen tersebut tidak

sama dengan konsep keadilan dalam

teori keadilan John Rawls yang

menuntut nilai keadilan, yaitu tidak

mengorbankan hak dari satu atau

beberapa orang hanya demi keuntungan

ekonomis yang lebih besar bagi

masyarakat secara keseluruhan.

Saran

1. Pelaku usaha khususnya Cinema XXI

seyogyanya berusaha mewujudkan

keseimbangan dalam keseluruhan tahap

pelaksanaan perlindungan konsumen,

dengan memperhatikan hak dan

kewajiban para pihak.

Page 11: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

405

2. Pelaksanaan pertunjukan film untuk

konsumen, seyogyanya pihak

PT.Nusantara Sejahtera Raya (Cinema

XXI) Cabang Palu menjelaskan secara

detail dan terperinci kepada konsumen

mengenai ketentuan yang telah

ditetapkan yaitu mengenai hak dan

kewajiban konsumen, serta tidak

diskriminatif.

3. PT. Nusantara Sejahtera Raya (Cinema

XXI) Cabang Palu sebelum menetapkan

aturan perusahaan dan melaksanakan

aturantersebut selalu

mempertimbangkan juga persetujuan

atau pendapat kepadakonsumen

(customer) maka pihak PT. Nusantara

Sejahtera Raya (Cinema XXI) Cabang

Palu seyogyanya melakukan analisis

perlindungan konsumen sebelum

menetapkan aturan perusahaan yang

justru merugikan hak-hak primer dari

konsumen.

4. Bagi konsumen yang menggunakan jasa

pertunjukan film di PT. Nusantara

Sejahtera Raya Cabang Palu,

seyogyanya mempergunakan fasilitas

perusahaan bioskop tersebut dengan

sebaik-baiknya dan tidak

menyalahgunakan fasilitas yang telah

diberikan tersebut, sehingga tidak

merugikan pihak Cinema XXI.

REFERENSI

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani, Asas-Asas

Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta:

Prenada media Group, 2015.

Irwansyah, Ade, “Larangan Membawa

Makanan dan Minuman dari luar di

sebuah bioskop”, dalam

https://tabloidbintang.com/2011/02,

Akses pada 10 Maret 2019.

Ramadhani Putri, Vegitya, Hukum Bisnis

Konsep dan Kajian Kasus (Kajian

Perbandingan Hukum Bisnis

Indonesia, Uni Eropa, dan Amerika

Serikat, Malang: Setara Press, 2013.

Rasjidi, Lili dan L.B Wysa Putra, Hukum

Sebagai Suatu Sistem, Bandung:

Remaja Rusdakarya, 1993.

Rasjidi, Lili dan L.B Wysa Putra, Hukum

Sebagai Suatu Sistem, Bandung:

Remaja Rusdakarya, 1993.

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak

Diluar KUH Perdata Buku I, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati,

Hukum Perlindungan Konsumen,

Bandung: Mandar Maju, 2000.

Turmantara Endipradja, Firman, Hukum

Perlindungan Konsumen (Filosofi

Perlindungan Konsumen Dalam

Perspektif Politik Hukum Negara

Kesejahteraan), Malang: Setara Press,

2016.

Website:

Page 12: HAK-HAK KONSUMEN SELAMA MENIKMATI JASA TAYANGAN …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

406

Kompasiana Beyond Blogging, “Setujukah

Anda Makanan di Bioskop Terlalu

Mahal?”, dalam

https://tribunnews.com/2018/03, Akses

pada 10 Maret 2019.

Lliliweri, “Pengertian Film Definisi Fungsi,

Jenis, Sejarah Menurut Para Ahli”,

dalam,

https://destaniamovie.blogspot.com/20

18/12, Akses 12 Desember 2018.

Wikipedia, “Cineplex 21 Group”, dalam

https://wikipedia.com/2019/09, Akses

pada 09 Januari 2019.