Tayangan Tesis

download Tayangan Tesis

of 20

Transcript of Tayangan Tesis

Magister Perencanaan dan Kebijakan PublikFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SEKOLAH ANAK JENJANG SMP DAN SMA DI SUMATERA BARAT

Oleh: IZZATY 0706180722AKT XVII-PAGI DEPOK

Latar Belakang (1)Layanan pendidikan belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mendapatkan pendidikan perlu biaya investasi yang mahal. Komposisi penduduk Sumbar menurut pendidikan masih didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah. Rata-rata lamanya bersekolah di Sumbar tergolong rendah yaitu 8,1 tahun atau setingkat SMP. Daerah Sumbar dulunya merupakan tempat lahirnya pemimpinpemimpin Indonesia seperti M. Natsir, Hatta, Syahrir dan masih banyak yang lainnya

PermasalahanFaktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi sekolah anak di jenjang SMP dan SMA di Sumatera Barat? Apakah terjadi perbedaan gender dalam partisipasi sekolah? Apakah terjadi perbedaan partisipasi sekolah antara daerah diperkotaan dengan pedesaan?

Tujuan PenelitianUntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi sekolah tingkat SMP dan SMA di Sumbar. Untuk mengetahui adanya perbedaan gender dalam partisipasi sekolah. Untuk mengetahui adanya disparitas pendidikan antara daerah diperkotaan dengan pedesaan

HipotesaProbabilitas partisipasi sekolah tingkat SMP dan SMA dapat dipengaruhi oleh: Jenis kelamin, pendidikan orangtua, ibu bekerja, jenis kelamin kepala rumah tangga, lapangan pekerjaan bapak, status pekerjaan bapak, jenis pekerjaan bapak, pengeluaran rumah tangga, kepemilikan rumah, area, highly dependency ratio, kemiskinan, infrastruktur (sekolah dan jalan) dan penghasilan utama penduduk

Tinjauan pustaka (1)Hubungan Jenis Kelamin terhadap Partisipasi Sekolah gender menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan bersekolah anak dalam rumah tangga tersebut (Li & Tsang,2002). Tetapi di Amerika dan Peru , gender ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendidikan anak ( Huston,1995; Alfonso, 2002). Hubungan Pendapatan Rumah Tangga terhadap partisipasi sekolah Pscaharopolous dan Woodhall (1985) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan pengaruh kuat terhadap permintaan pendidikan.Pendapatan dan kekayaan rumah tangga menjadi faktor yang signifikan Hubungan Pendidikan Orang Tua terhadap partisipasi sekolah Orang tua dan lingkungan keluarga punya dampak yang signifikan terhadap perilaku dan keputusan dalam pendidikan anak (Chevalier,Osullivan Walker 2005). Hubungan Kemiskinan Dan Area Terhadap partisipasi sekolah Kemiskinan memberikan pengaruh yang negatif terhadap partisipasi sekolah, karena rumah tangga miskin mempunyai akses yang rendah terhadap pendidikan disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah dan guru bermutu di daerah dan komunitas miskin, terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar mengajar

Tinjauan pustaka (2)Hubungan Infrastruktur dengan Partisipasi Sekolah Infrastruktur fisik seperti sekolah memiliki korelasi positif dengan penyelesaian sekolah (kelulusan) dan tingkat partisipasi (Birdsall, 1985). Duflo (2001) meneliti mengenai dampak pembangunan sekolah dasar sebanyak 60.000. Ia menemukan bahwa pembangunan tersebut meningkatkan pencapaian pendidikan sebesar 3,4% atau penambahan years of schooling sebesar 0,27 kali. Pembangunan sekolah memberikan manfaat yang besar terhadap masyarakat miskin. Hubungan Jenis Kelamin KRT terhadap partisipasi sekolah Menurut Sullivan (2003), KRT wanita berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah karena seringkali wanita harus bertanggung jawab terhadap dua hal sekaligus yaitu bekerja dan mencari uang dan mengasuh anak-anaknya. Padahal, upah tenaga kerja wanita umumnya lebih rendah dari pekerja pria, terutama di negara-negara berkembang. Selain itu akses kaum wanita untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan yang layak disektor formal, tunjangan sosial dan program-program penciptaan lapangan kerja seringkali terbatas (Usman dan Moeis, 2004).

Tinjauan pustaka (3)Penelitian Terdahulu Deolalikar (1993), perbedaan gender dalam school enrollment antara anak laki-laki dan perempuan sebagai respon dari keadaan. SMERU working Paper (2006), beberapa faktor penyebab ketidaklanjutan siswa lulusan sekolah dasar ke tingkat sekolah menengah. Faktor itu antara lain adalah tingkat kesejahteraan rumah tangga yang rendah, persepsi tentang rendahnya kemampuan akademis, berjenis kelamin perempuan dan berlatar belakang muslim dan tinggal di daerah yang menawarkan kesempatan kerja atau memiliki jumlah sekolah terbatas Foster dan Rosenzweig (1995), dampak pendidikan terhadap petani di India. Elfindri (1996), faktor yang terpenting mempengaruhi angka putus sekolah dijumpai pada rumah tangga yang berada jauh dari fasilitas publik. Kemudian pada penelitian lanjutan, dengan menggunakan data Susenas 2002 untuk Indonesia (Elfindri, 2003) menemukan bahwa probabilitas anak yang berasal dari keluarga Quintile ke lima (Q5) termiskin untuk tidak terdaftar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga quantile tertinggi (Q1) terkaya. Alisjahbana (1996), jarak ke sekolah terdekat memberikan efek negatif untuk semua kelompok umur. Disamping itu terjadinya perbedaan jenis kelamin dalam partisipasi sekolah.

Metodologi Jenis dan sumber data : Data sekunder yg berasal dari Susenas 2005 dan PoDes 2006. Semua desa yang disurvey di Susenas disurvey pula dengan Podes. Kemudian dianalisa secara cross section. Metode Penelitian dengan Statistik deskriptif dan Regresi Analisa menggunakan metode regresi probitl i !1 m i !1 n i !1 p q

Li ! E F iVi G iWi H i X i I i Yi Ji Z ii !1 i !1

L = partisipasi sekolah anak usia 13 -15 th dan 16-18 th V = vector karakteristik suplai W = vector karakteristik anak X = vector karakteristik orang tua Y = vector karakteristik rumah tangga Z= karakteristik wilayah tempat tinggal Program Statistik yang digunakan adalah

STATA SE 8

Analisa dan Hasil (1)

Jenjang Pendidikan SMPVariabel dF/dx Std. Err. z

Jenis kelamin* Tahun bersekolah bapak* Tahun bersekolah ibu* Ibu Bekerja Sektor Pekerjaan Bapak* Jenis Kelamin KRT Status Pekerjaan Bapak Jenis Pekerjaan Utama Bapak Pendapatan Per Kapita Kepemilikan Rumah Area Highly Dependency Ratio Kemiskinan* Biaya Pendidikan Jumlah SMP Jarak ke SMP terdekat Jenis Perkerasan Jalan Penghasilan Utama PendudukNumber of Observasi Pseudo R2 Prob > Chi2 LR Chi2*) Signifikansi pada = 0,05.

-0.041610 0.003813 0.005120 -0.023525 -0.036645 -0.165837 0.011210 0.014214 -0.004806 -0.002228 -0.027568 0.010984 -0.068636 -0.013765 -0.001138 -0.000281 -0.004126 0.0035262,203 0.1032 0.0000 160.39

0.012253 0.001029 0.001071 0.013689 0.018095 0.183331 0.015211 0.017006 0.018825 0.015285 0.020793 0.022647 0.024755 0.008552 0.002107 0.000780 0.017008 0.007863

-3.39 3.68 4.76 -1.77 -2.07 -1.20 0.72 0.85 -0.26 -0.15 -1.36 0.48 -3.13 -1.61 -0.54 -0.36 -0.24 0.45

Analisa dan Hasil (2)Variabel terikat yang digunakan dalam model ini bernilai 1 adalah jika anak berstatus sekolah. Probabilitas anak laki-laki untuk bersekolah 4,16% lebih kecil dibandingkan dengan probabilita bersekolah anak perempuan Karakteristik pendidikan orang tua memegang peranan dalam keputusan bersekolah anak di SMP. Pendidikan ibu lebih berpengaruh dari pendidikan bapak. Sektor pekerjaan bapak berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah anak. Bapak yang bekerja di sektor pertanian akan menurunkan partisipasi sekolah anak sebesar 3,66%, jika dibandingkan dengan sektor pekerjaan lainnya. Hal ini disebabkan, sebagian besar bapak yang bekerja di sektor pertanian tinggal di daerah pedesaan dan berpendidikan rendah. Anak yang berasal dari keluarga miskin memiliki kecenderungan untuk tidak bersekolah sebesar 6,23% dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga tidak miskin. Rumah tangga miskin biasanya lebih rentan dalam menghadapi krisis sehingga biasanya anak ikut bekerja membantu orang tua.

Analisa dan Hasil (3)

Jenjang Pendidikan SMAVariabel jenis kelamin* Tahun bersekolah bapak* Tahun bersekolah ibu* Ibu Bekerja* Sektor Pekerjaan Bapak* Jenis Kelamin KRT* Status Pekerjaan Bapak Jenis Pekerjaan Utama Bapak Pendapatan Per Kapita Kepemilikan Rumah Area* Highly Dependency Ratio Kemiskinan* Biaya Pendidikan* Jumlah SMA Jarak ke SMA terdekat Jenis Jalan* Penghasilan Utama Penduduk*Number of Observasi Pseudo R2 2 Prob > Chi 2 LR Chi*) Signifikansi pada = 0,05.

dF/dx -0.097963 0.006107 0.009354 -0.076297 -0.109173 0.272404 -0.030939 -0.014022 -0.000332 0.018987 0.062422 -0.098300 -0.075565 0.027065 0.001196 0.000112 -0.061015 -0.0316182,321 0.0885 0.0000 257.75

Std. Err. 0.019719 0.001647 0.001695 0.021116 0.028802 0.040658 0.025786 0.026510 0.027667 0.025223 0.029401 0.059682 0.034517 0.013233 0.003482 0.000821 0.027717 0.013003

z -4.94 3.71 5.52 -3.61 -3.83 2.60 -1.21 -0.53 -0.01 0.76 2.10 -1.65 -2.25 2.04 0.34 0.14 -2.20 -2.43

Analisa dan Hasil (4)

Variabel yang signifikan adalah jenis kelamin, lamanya tahun sekolah bapak, lamanya tahun sekolah ibu, ibu bekerja, sektor pekerjaan bapak, jenis kelamin KRT, area, miskin, jenis perkerasan jalan dan penghasilan utama penduduk. Ibu yang bekerja berpengaruh signifikan terhadap partisipasi sekolah. Persentase partisipasi anak bersekolah memiliki kecenderungan lebih rendah sebesar 7,63% bila dibandingkan dengan partisipasi anak bersekolah jika ibu yang tidak bekerja. Daerah tempat tinggal juga berpengaruh positif terhadap partisipasi sekolah, karena penduduk perkotaan lebih banyak bersekolah SMA sebesar 6,24% dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Fasilitas layanan pendidikan menengah yang belum merata merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan pada jenjang ini, sehingga untuk bersekolah mereka harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar untuk mencapai ke sekolah SMA terdekat. Biaya pendidikan berpengaruh positif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh data di Susenas Kor 2005 tidak memberikan rincian penggunaan biaya.

Analisa dan Hasil (5)

Penghasilan utama penduduk berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah anak SMA. Penduduk yang penghasilan utamanya dari sektor pertanian, sebagian besar miskin. Anak usia 16-18 tahun sudah banyak dituntut untuk membantu ekonomi keluarga. Daerah yang jenis perkerasan jalannya aspal /beton meningkatkan probabilitas sekolah SMA lebih besar 6,10 % dibandingkan jenis perkerasan jalannya bukan aspal/beton. Rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki akan memberikan pengaruh positif. Rumah tangga yang dikepalai oleh seorang perempuan akan menurunkan kesejahteraan rumah tangga dan akan memberikan efek negatif terhadap sekolah anak. Hal ini disebabkan karena kepala rumah tangga wanita akan mengggantikan peranan laki-laki secara penuh, dan saat bersamaan wanita perlu menyisihkan waktu untuk kegiatan keperluan anak dan kegiatan rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh DeGraff and Billsborrow (1993). Bapak yang bekerja di sektor pertanian menurunkan partisipasi sekolah anak sebesar 10,91% , karena opportunity cost untuk ke sekolah sangat besar sehingga cukup banyak dari mereka yang memilih bekerja di bandingkan melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.

Analisa Deskriptif (1)Angka Partisipasi Sekolah SMP dan SMA di Sumatera Barat100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kep. Pesse Solok Swhlt Tana Pada Agam Lima Pasa Solok Dhar Pasa Pada Solok Sawa Pada Bukit Paya Paria Ment l o/Siju h ng Puluh man Selat mas man ng hlunt ng tinggi kumb man awai njung Datar Paria Kota an Raya Barat o Panja uh man ng SMP 90. 88. 84. 82. 87. 89. 88. 86. 84. 78. 83. 81. 96. 89. 88. 83. 93. 93. 89. SMA 62. 61. 57. 50. 66. 60. 73. 70. 55. 46. 46. 53. 83. 76. 64. 72. 71. 86. 64. SMP

Analisa Deskriptif (2)Rata-rata lama Sekolah tahun 2005 di Sumbar12 10 8 Axis Title 6 4 2 0 Kab Kab Swl Kab Kab Kab Kep. Kab / Padang Kab Pesisir Tanah Menta Pariam Agam Solok Sijunju Selatan Datar wai ng an 2005 6.5 7.5 7.3 7.1 7.8 6.9 8.1 Kab Kab Kab Kab Kab Lima Kota Kota Pasama Solok Dharm Pasama Puluh Padang Solok n Selatan asraya n Barat Kota 7.3 7.2 7.2 6.8 7.2 10.8 9.8 Kota Kota Kota Kota Kota Padang Sawahl Bukittin Payaku Pariam Panjan unto ggi mbuh an g 8.6 10.2 10.9 8.9 8.7

Analisa Deskriptif (3)Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut jenjang pendidikan

Perempuan

89.79%

69.06%

16.36%

Laki-laki

85.05%

59.79%

14.25%

Total

87.35%

64.52%

15.32%

0.00%

50.00% SMP SMA

100.00%

150.00%

200.00%

Perguruan Tinggi

KesimpulanFaktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi sekolah anak SMP di Sumbar adalah jenis kelamin, pendidikan orang tua(ibu dan bapak), sektor pekerjaan bapak, kemiskinan .Sedangkan untuk SMA adalah jenis kelamin, pendidikan orang tua(ibu dan bapak) sektor pekerjaan bapak, kemiskinan, daerah tempat tinggal,jenis perkerasan jalan, ibu bekerja, biaya pendidikan dan penghasilan utama penduduk. Pendidikan bapak dan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah ,namun pendidikan ibu lebih berpengaruh dari bapak. Jenis Kelamin anak berpengaruh negatif terhadap probabilitas bersekolah. Ibu bekerja tidak berpengaruh untuk jenjang SMP, tetapi berpengaruh negatif terhadap probabilitas bersekolah SMA. Kepala rumah tangga laki-laki tidak berpengaruh terhadap partisipasi SMP, tetapi berpengaruh positif terhadap partisipasi sekolah SMA. Lapangan pekerjaan bapak berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah, bila bapak bekerja di sektor pertanian. Area berpengaruh positif untuk jenjang pendidikan SMA, sedangkan SMP tidak berpengaruh. Terdapat perbedaan partisipasi sekolah untuk daerah perdesaan dengan perkotaan Kemiskinan berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah anak SMP dan SMA. Jenis perkerasan jalan dan penghasilan utama penduduk berpengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah untuk jenjang SMA. Variabel yang tidak berpengaruh adalah jumlah sekolah, highly dependency ratio, jenis pekerjaan bapak, status pekerjaan bapak, pendapatan perkapita rumah tangga, kepemilikan rumah, jumlah sekolah dan jarak sekolah.

Rekomendasi dan Saran (1)Rekomendasi kebijakan 1. Perlu penambahan jumlah beasiswa untuk anak sekolah SMA terutama dari keluarga miskin. 2. Diharapkan pemerintah memperluas lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian lulusan SMA. Sehingga penghasilan tenaga kerja lulusan SMA akan meningkat dibandingkan lulusan SMP. Dengan demikian, akan mendorong masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat SMA. 3. Perlu penambahan dan perbaikan infrastruktur baik dari segi kualitas maupun kuantitas seperti jumlah sekolah, infrastruktur jalan karena infrastruktur yang cukup dan dalam kondisi bagus akan memberikan manfaat besar bagi penduduk. Manfaat itu disamping meningkatkan mobilitas penduduk, pertumbuhan ekonomi juga meningkatkan partisipasi sekolah khususnya penduduk perdesaan. 4. Agar pemerintah daerah dapat memperbaiki iklim investasi yang dapat mengundang investor untuk membuka usaha di Sumbar. Dengan demikian, akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya akan mengurangi minat anak laki-laki Sumbar untuk merantau ke kota besar seperti Jakarta, Medan dll.

Rekomendasi dan Saran (2)Saran untuk peneliti selanjutnya : 1. Penambahan variabel dari segi suplai pendidikan seperti jumlah dan kualitas tenaga pendidik. 2. Dilakukan perbedaan antara sekolah negeri dan swasta, 3. Partisipasi bersekolah berdasarkan strata pendapatan. 4. Menambahkan data sekunder lainnya untuk melengkapi kekurangan data susenas kor 2005 dari segi biaya pendidikan, seperti; data susenas modul 2006, IFLS dll. Karena di data susenas tersebut tidak terdapat rincian biaya pendidikan.