BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1...

26
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Perngertian Hukum Menurut leon Duguit hukum ialah aturan tingkah lamu para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran tersebut. 4 Sedangakan menurut, Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto menyatakan bahwa, hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu. Phillip. S. James, menyatakan bahwa: Law is body of rule for the guidance of human conduct which are imposed upon, and enforced among the members of a given state. 5 Mahmud MD, menyatakan bahwa: hukum adalah produk politik maka tampaklah fakta didepan kita bahwa begitu politik berubah hukum juga berubah, politik yang demokratis akan melahirkan hukum 4 Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukun dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 5 ibid

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

1. Perngertian Hukum

Menurut leon Duguit hukum ialah aturan tingkah lamu para

anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat

tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari

kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi

bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran tersebut.4

Sedangakan menurut, Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

menyatakan bahwa, hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat

memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,

pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan

diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu. Phillip. S. James,

menyatakan bahwa: Law is body of rule for the guidance of human

conduct which are imposed upon, and enforced among the members of

a given state.5

Mahmud MD, menyatakan bahwa: hukum adalah produk politik

maka tampaklah fakta didepan kita bahwa begitu politik berubah

hukum juga berubah, politik yang demokratis akan melahirkan hukum

4 Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukun dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 5 ibid

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

13

yang responsif sedangkan politik yang otoriter akan melahirkan hukum

yang ortodoks. Selanjutnya menurut Mahfud MD, menyatakan bahwa

hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk

dilaksanakan untuk mencapai tujuan, dasar, dan cita hukum suatu

Negara. Dalam konteks ini hukum nasional Indonesia adalah kesatuan

hukum atau peraturan perundang-undangan yang dibangun untuk

mencapai tujuan Negara yang bersumber pada pembukaan dan pasal-

pasal UUD 1945.6

Dari penjelasan yang telah dikemukakan maka dapat diambil

sebuah kesimpulan yaitu hukum adalah seperangkan peraturan

peraturan yang mengatur tingkah laku manusia yang dibuat oleh

lembaga-lembaga yang resmi demi menjadikan manusia yang beradap,

selain itu hukum juga memberikan sanksi terhadap siapa saja yang

melanggar aturan yang sudah disepakati bersama tanpa terkecuali.

2. Perlindungan Hukum

Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

philipus M. Hadjo, berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-

6 Mahfud MD. 2012. Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

14

hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan

ketentuan hukum dari kesewenangan.7

Menurut Kansil, berpendapat perlindungan hukum adalah

berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak

hukum untuk memberikan rasa aman, baik pikiran maupun fisik dari

gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Lebih lanjut

Sutiono, menyatakan bahwa: perlindungan hukum adalah tindakan

atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-

wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. 8

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah segala

upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban

yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,

kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara

maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Sedangkan perlindungan

yang tertuang dalam PP No.2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau

aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun

mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan

kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap

7ibid.

8 Setiono. 2004. Rule of law Supremasi hukum. Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

15

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang

pengadilan.9

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subjek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis.

B. Pengertian Justice Collaborator

1. Pengertian Saksi dan justice collaborator

Dalam KUHAP pasal 1 ayat 26 saksi adalah orang yang dapat

memberi keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan

peradilan tentang sesuatu perkara pidana yang dia dengar sendiri,dia

lihat sendiri dan dia alami sendiri. Syarat menjadi saksi:

a. Sehat jiwa dan batinya (tidak gila)

b. Baliq (dewasa)

c. Berani di sumpah sesuai dengan agama masing masing

d. Melihat,mendengar dan mengalami perkara pidana tersebut

Kewajibannya saksi dapat dilihat dalam pasal 1 ayat 26 adalah

memberikan keterangan dengan sejujur-jujurnya10

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia saksi adalah orang yang melihat

dan mengetahui sendiri suatu peristiwa, atau orang yang dapat memberikan

keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

9 http://prasko17.blogspot.co.id/definisi-pengertian-perlindungan-hukum.html akses 15-06-

2017 10 KUHAP (kitap undang-undang hukum acara pidana)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

16

pidana yang didengarnya, dilihat, atau dialaminya sendiri. Pengertian saksi

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban diatur dalam Pasal 1 angka 1 yaitu :

Saksi yaitu orang yang memberikan keterangan guna kepentingan

penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pengadilan tentang hal-hal yang ia

dengar sendiri, ia alami sendiri atau ia ketahui yang berkenan dengan suatu tindak

pidana.11

Terkait dengan perlindungan saksi dan korban, satu hal prinsipil yang harus

diperhatikan bahwa konstitusi kita telah menegaskan bahwa setiap aturan yang akan

diberlakukan harus sesuai dengan hukum yang berlaku karena seperti disebutkan

dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 bahwa : Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

Sejalan dengan itu dalam Pasal 28 huruf g UUD 1945 konstitusi negara kita

juga telah mengamanatkan pentingnya perlindungan saksi dan korban ini seperti

yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,

serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan

untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

b. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka

dari negara lain.

11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

17

Perlindungan hak seorang saksi menurut Undang–Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Ketentuan mengenai perlindungan saksi dalam undang-undang Psikotropika

diatur dalam Pasal 54 yaitu :

1. Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan

serta dalam membantu mewujudkan upaya pencegahan penyalahgunaan

psikotropika sesuai dengan undang-undang ini dan peraturan

pelaksanaannya.

2. Masyarakat wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila

mengetahui tentang psikotropika yang disalahgunakan dan/atau dimiliki

secara tidak sah.

3. Pelapor sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 perlu mendapatkan

jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak yang berwenang.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan peraturan pemerintah.12

Ketentuan mengenai perlindungan saksi dalam undang-undang Narkotika

diatur dalam Pasal 57 yaitu :

1. Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan

serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

12 Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

18

2. Masyarakat wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila

mengetahui penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

3. Pemerintah wajib memberikan jaminan keamanan dan perlindungan

kepada pelapor sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.13

Kemudian lebih lanjut dijelaskan mengenai pemberian jaminan keamanan

dalam Pasal 59 yaitu ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat,

jaminan keamanan dan perlindungan, syarat dan tata cara pemberian penghargaan

ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Penjelasan pada kedua undang-undang

diatas yang dimaksud dengan pelapor adalah masyarakat yang melihat, mendengar

atau mengetahui adanya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dan kemudian

melaporkan kepada penegak hukum.

Hak-hak seorang Saksi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Dalam

undang-undang ini memberikan pengaturan yang lebih luas tentang saksi, saksi

pelaku, korban dan pelapor dalam tindak pidana.

Adapun ketentuan tentang perlindungan diatur dalam Pasal 5 sampai dengan

Pasal 10 sebagai berikut :

Pasal 5 ayat 1 : Saksi dan korban berhak :

13 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

19

a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan

harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan

kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;

b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk

perlindungan dan dukungan keamanan

c. Memberikan keterangan tanpa tekanan;

d. Mendapat penerjemah.

e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;

f. Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus

g. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;

h. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;

i. Identitasnya dirahasiakan ;

j. Mendapat identitas baru

k. Mendapatkan tempat kediaman sementara

l. Mendapat tempat kediaman baru

m. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan

kebutuan

n. Mendapat penasihat hukum; dan/atau

o. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu

perlindungan berakhir.

p. Mendapat pendampingan.14

14 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

20

Pasal 10 A :

a. Saksi pelaku dapat diberikan penanganan secara khusus dalam proses

pemeriksaan dan penghargaan atas kesaksian yang diberikan.

b. Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa

Pemisahan tempat penahanan atau tempat menjalani pidana

antara saksi pelaku dengan tersangka, terdakwa, dan/atau

narapidana yang diungkap tindak pidananya;

Pemisahan pemberkasan antara berkas perkara saksi pelaku

dengan berkas tersangka dan terdakwa dalam proses penyidikan,

dan penuntutan atas tindak pidana yang diungkapnya, dan/atau ;

Pemberikan kesaksian di depan persidangan tanpa berhadapan

langsung dengan terdakwa yang diungkap tindak pidananya.

Penghargaan atas kesaksian sebagaimana dimaksud dalam ayat

1, berupa : a. keringanan penjatuhan pidana ; atau

b. pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak terpidana

lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

bagi saksi pelaku yang berstatus narapidana.15

Namun seiring perkembangan zaman keadaan yang mana seorang saksi

pula dapat menjadi tersangka atau terdakwa dalam suatu perkara pidana, dalam

praktik dimungkinkan dan sering dikenal dengan istilah saksi Justice Collaborator.

Perbedaan saksi terdakwa dengan saksi terpidana dimana saksi tersangka

merupakan saksi yang saat itu masih menjalani proses persidangan dan masih

15 ibid

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

21

belum diputus atas kesalahannya oleh hakim sedangkan saksi terpidana merupan

saksi yang sudah diputus oleh pengadilan dan sedang menjalani proses penahanan

atau pemidanaan didalam lembaga pemasyarakatan.

Istilah justice collaborator dalam masyarakat umum sering dikaitkan

dengan whistle blower meskipun sama-sama melakukan kerjasama dengan aparat

penegak hukum dalam hal memberikan informasi penting terkait dengan kasus

hukum. Akan tetapi keduanya memiliki status hukum yang berbeda, whistle blower

dapat diterjemahkan sebagai saksi pelapor, sedangkan justice collaborator dapat

diterjemahkan sebagai saksi pelaku yang bekerjasama dengan aparat penegak

hukum.

Istilah ini yang harus diluruskan terlebih dahulu, karena antara justice

collaborator dan whistle blower memiliki status hukum yang berbeda, sehingga

keduanya tidak dapat disamakan. Istilah whistle blower dan justice collaborator

kini kerap muncul dalam kasus korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi, istilah keduanya dikutip dari Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)

Nomor 4 Tahun 2011 tentang perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle

blower) dan saksi pelaku yang bekerjasama (Justice collaborator) didalam tindak

pidana tertentu.

Istilah justice collaborator berasal dari bahasa Inggris yang diadopsi dari

Amerika yang tidak ditemui dalam KUHAP, namun istilah tersebut sudah dipakai

pada praktik hukum Indonesia dengan menggunakan istilah saksi mahkota. Namun,

saksi mahkota memiliki perbedaan dengan saksi dalam definisi yang dimaksud

dalam Pasal 1 angka 26 KUHAP mengenai definisi saksi sendiri, penulis mengutip

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

22

alasan pemohon kasasi (kejaksaan) dalam Putusan Mahkamah Agung No.

2437K/Pid.Sus/2011 yang menyebutkan bahwa: “Walaupun tidak diberikan suatu

definisi otentik dalam KUHAP mengenai saksi mahkota (kroongetuide), namun

berdasarkan perspektif empirik maka saksi mahkota didefinisikan sebagai Saksi

yang berasal atau diambil dari salah seorang tersangka atau terdakwa lainnya yang

bersama-sama melakukan perbuatan pidana, dan dalam hal mana kepada Saksi

tersebut diberikan mahkota.

Adapun mahkota yang diberikan kepada Saksi yang berstatus terdakwa

tersebut adalah dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau

diberikannya suatu tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke

Pengadilan atau dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Loebby

Loqman dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Saksi mahkota adalah kesaksian

sesama Terdakwa, yang biasanya terjadi dalam peristiwa penyertaan.16

Pengertian justice collaborator menurut Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 4 Tahun 2011 adalah seseorang yang merupakan salah satu dari pelaku

tindak pidana, mengakui kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam

kejahatan tersebut, serta memberikan keterangan sebagai saksi di dalam proses

peradilan yang sangat signifikan sehingga dapat mengungkap tindak pidana

dimaksud secara efektif, mengungkap pelaku-pelaku lainnya yang memiliki peran

yang lebih besar dan mengembalikan aset-aset/hasil suatu tindak pidana.

16 Ilman Hadi. 2012.Defenisi Saksi

Mahkota.http://www.hukumonline.com/klinik/detail//definisi-saksi-mahkota. Diaksespada tanggal

12 Maret 2017.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

23

Justice collaborator adalah pelaku yang bekerjasama yaitu orang baik

dalam status saksi, pelapor atau informan yang memberikan bantuan kepada

penegak hukum misalnya dalam bentuk pemberian informasi penting, bukti-bukti

yang kuat atau keterangan/kesaksian di bawah sumpah, yang dapat mengungkap

suatu tindak pidana, di mana orang tersebut terlibat di dalam tindak pidana yang

dilaporkannya tersebut atau bahkan suatu tindak pidana lainnya. 17

Istilah justice collaborator dapat disebut juga sebagai pembocor rahasia

atau peniup pluit yang mau bekerjasama dengan aparat penegak hukum atau

partisipant whistle blower. Si pembocor rahasia haruslah orang yang ada didalam

organisasi yang dapat saja terlibat atau tidak terlibat didalam tindak pidana yang

dilaporkan itu.18

Didalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

sama sekali tidak disebutkan kata –kata whistle blower dan Justice collaborator.

Akan tetapi berdasarkan pengertian kedua istilah tersebut maka ditemukan

kemiripan dengan pengertian pelapor (whistle blower) dan saksi pelaku (justice

collaborator).19

Dalam UU Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Pasal 1 angka 4 yang dimaksud dengan pelapor atau istilah lainnya whistle blower

17 Satgas Pemberantasan Mafia Hukum,2011,Perlindungan Terhadap Pelaku

YangBekerjasama (JusticeCollaborator): Usulan Dalam Rangka Revisi UU Perlindungan

Saksi danKorban,Jakarta: Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Hlm 3. 18 Firman Wijaya,2012,Whistle Blower danJustice Collaborator Dalam Perspektif

Hukum, Jakarta: Pelaku, hlm,11. 19 Firman Wijaya.Op. Cit.Hlm, 14.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

24

adalah orang yang memberikan laporan informasi, atau keterangan kepada penegak

hukum mengenai tindak pidana yang akan,sedang, atau telah terjadi. Selanjutnya

dalam Pasal 1 angka 2 yang dimaksud dengan saksi pelaku atau istilah lainnya

justice collaborator disebutkan saksi pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau

terpidana yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap suatu

tindak pidana dalam kasus yang sama.20

C. Tinjauan Umum tentang Lemabaga Permasayarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan (disingkat Lapas) adalah tempat untuk

melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di

Indonesia. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut disebut

dengan istilah penjara.Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis

di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga

Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan,

maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum

ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani

pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut Petugas

Pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara, peraturan

mengenai lapas sendiri diatur melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan.21

20 ibid

21 https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan akses tgl 10-04-2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

25

Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman

Sahardjo pada tahun 1962. Sejak tahun 1964 dengan ditopang oleh UU No 12

Tahun1995 tentang Pemasyarakatan. UU Pemasyarakatan itu menguatkan usaha-

usaha untuk mewujudkan suatu sistem Pemasyarakatan yang merupakan tatanan

pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan.

Istilah pemasyarakatan untuk pertama kali disampaikan oleh almarhum

Bapak Sahardjo, S.H. (Menteri Kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 juli 1963

dalam pidato penganugerahan gelat Doctor Honoris Causa oleh Universitas

Indonesia.Pemasyarakatan oleh beliau dinyatakan sebagai tujuan dari pidana

penjara. Satu tahunkemudian, pada tanggal 27 april 1964 dalam konfrensi Jawatan

Kepenjaraan yang dilaksanakan di Lembang Bandung, istilah Pemasyarakatan

dibakukan sebagai pengganti Kepenjaraan. Pemasyarakatan dalam konfrensi ini

dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan

sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk reintegrasi social

atau pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga

Binaan.22

C.1. Tujuan Pembinaan.

Perkembangan pembinaan bagi narapidana berkaitan erat dengan tujuan

pemidanaan. Pembinaan narapidana yang sekarang dilakukan pada awalnya

berangkat dari kentaan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi dengan

perkembangan nilai dan hakekat hidup yang tumbuh di masyarakat. Bagaimanapun

22 https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan akses tgl 10-04-2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

26

narapidana juga manusia yang masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan

ke arah perkembangan yang positif, yang mampu merubah sekarang untuk menjadi

lebih produktif, untuk menjadi lebih baik dari sebelum menjalani pidana.Tujuan

perlakuan terhadap narapidana di Indonesia mulai tampak sejak tahun 1964 setelah

Sahardjo mengemukakan dalam konfrensi kepenjaraan di Lembang, bahwa tujuan

pemidanaan adalah pemasyarakatan, jadi mereka yang jadi narapidana bukan lagi

dibuat jera tetapi dibina untuk kemudian dimasyarakatkan kembali. Tujuan

pembinaan adalah pemasyarakatan, dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu :

1. Setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tidak lagi melakukan

tindak pidana.

2. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam

membangun bangsa dan negaranya.

3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan

mendapatkan kebahagian didunia maupun akhirat.

Sedangkan berdasarkan Konperensi Dinas Direktorat

Pemasyarakatan yang pertama di Lembang (Bandung) pada tanggal 27

April 1964, dirumuskan lebih lanjut tentang maksud dan tujuan pidana

penjara sebagai berikut ini :

a. Orang yang tersesat diayomi juga, dengan memberikan kepaanya

bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat.

yakni masyarakat Indonesia yang menuju tata masyarakat yang adil

dan makmur berdasarkan pancasila. Bekal hidup tidak hanya berupa

finansial dan materiil, tetapi yang lebih penting adalah mental, fisik,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

27

keahlian, ketrampilan hingga orang mempunyai kemauan dan

kemampuan yang potensial dan efektif untuk menjadi warga negara

yang baik, tidak melanggar hukum agi dan berguna dalam

pembangunan negara.

b. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas denam dari negara. Terhadap

narapidana tidak boleh ada penyiksaan baik berupa tindakan,

ucapan, cara perawatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita

hanya dihilangkannya kemerdekaan.

c. Tobat tidak dapat dcapai dengan penyiksaan, melainkan dengan

bimbingan kepada narapidana harus ditanamkan pengertian

mengenai norma-norma hidup dan kehidupan, serta diberi

kesempatan untuk merenungkan perbuatannya yang lampau.

Narapiana dapat diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan sosial

untuk menumbuhkan rasa social dalam kehidupan bermasyarakat.23

C.2. Pengertian Narapidana.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun

1995). Narapidana yang diterima atau masuk kedalam Lembaga Pemasyarakatan

maupun Rumah Tahanan Negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi: Pencatatan

yang terdiri atas:

23 A di Sujatno, Pencerahan Dibalik Penjara dari Sangkar Menuju Sanggar Untuk Menjadi

Manusia Mandiri, Teraju, Jakarta, 2008, hlm 123.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

28

1. Putusan pengadilan

2. Jati diri

3. Barang dan uang yang dibawa

4. Pemeriksaan kesehatan

5. Pembuatan pasphoto

6. Pengambilan sidik jari

7. Pembuatan berita acara serah terima terpidana

Pidana yang sering kita kenal dengan hukuman yang berupa sanksi yang

sangat berat karena berlakunya dapat dipaksakan secara langsung kepada setiap

pelanggar hukum. adapun macam-macam hukuman yang berlaku sekarang ini yaitu

dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang terdapat dalam pasal 10 yaitu :

Pidana pokok terdiri dari :

1. Pidana penjara

2. Pidana kurungan

3. Pidana denda

Pidana Tambahan terdiri dari :

1. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu

3. Pengumuman keputusan hakim.24

24 Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Hlm

215

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

29

Tujuan adanya hukuman ini timbul karena adanya pandangan yang

beranggapan bahwa orang yang melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan

yang telah ditetapkan serta merugikan masyarakat dianggap sebagai musuh dan

sudah sepantasnya mereka dijatuhkan hukuman yang setimpal dengan

perbuatannya. Dalam usaha untuk melindungi masyarakat dari gangguan yang

ditimbulkan oleh pelanggar hukum, maka diambil tindakan yang paling baik dan

yang berlaku hingga sekarang yaitu dengan menghilangkan kemerdekaan bergerak

si pelanggar hukum tersebut berdasarkan keputusan hakim. 25

Mereka yang diputuskan pidana penjara dan pidana kurungan berdasarkan

vonis dari hakim itulah dinamakan narapidana. Jadi rumusan diatas dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksudkan narapidana adalah setiap individu yang telah

melakukan pelanggaran hukum hukum yang berlaku dan kemudian diajukan ke

pengadilan dijatuhi vonis pidana penjara dan kurungan oleh hakim, yang

selanjutnya ditempatkan oleh Lembaga Pemasyarakatan untuk menjalani masa

hukumannya.

C.3. Hak-Hak Narapidana.

Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan mengembalikan warga binaan

pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi

masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan

pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari

nila-nilai yang terkandung didalam Pancasila. Menurut prinsip-prinsip untuk

25 ibid

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

30

perlindungan semua orang yang berada di bentuk apapun atau pemenjaraan (body

of principle for the protection of all persons under any form detention of

imprisonment) yang dikeluarkan oleh majelis umum PBB pada tnaggal 9 desember

1988 dengan resolusi 43/173, tidak boleh ada pembatasan atau pelanggaran

terhadap setiap hak-hak asasi manusia dari orang-orang yang berada dibawah

bentuk penahanan atau pemenjaraan, penangkapan, penahanan atau pemenjaraan

harus dilakukan dengan cara yang manusiawi dan dengan menghormati martabat

pribadi manusia yang melekat. Tidak seorang pun yang berada dibawah bentuk

penahanan atau pemenjaraan apapun dapat dijadikan sasaran penganiayaan atau

perlakuan kejam, tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan. 26

Seseorang yang ditahan harus berhak mendapat bantuan penasihat hukum.

Seorang yang ditahan atau dipenjara berhak dikunjungi oleh dan surat-menyurat

terutama dengan para anggota keluarganya, dan diberi kesempatan yang memadai

untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Di Indonesia ketentuan yang mengatur

tentang hak-hak warga binaan diatur dalam Pasal 14 ayat 1 nomor 12 tahun 1995

tentang pemasyarakatan yang isinya:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

5. Menyampaikan keluhan

26 http://www.hukumonline.com/klinik/detail /ini-hak-tahanan-dan-narapidana-yang-tak-

boleh-ditelantarkan akses 13/06/2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

31

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang

tidak dilarang Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu

lainnya

8. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

9. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

10. Mendapatkan pembebasan bersyarat

11. Mendapatkan cuti menjelang bebas

12. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.27

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga binaan yaitu bahwa setiap

narapida wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan agama sesuai dengan

agama dan kepercayaannya. Kewajiban warga binaan ditetapkan pada Undang-

undang tentang Pemasyarakatan Pasal 15 yaitu:

1. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan

kegiatantertentu.

2. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

C.4. Pola Pembinaan Pemasyarakatan.

Pola pembinaan narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap

narapidana yang dikehendaki oleh sistem pemasyarakatan dalam usaha mencapai

27 Undang-undang No. 12 tahun 1995

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

32

tujuan, yaitu agar sekembalinya narapidana dapat berperilaku sebagai anggota

masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya, masyarakat serta negara. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pembinaan narapidana juga mempunyai arti

memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit

menjadi seseorang yang baik. Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi

pekerti narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat

mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dalam masyarakat. Jadi pembinaan sangat memerlukan

dukungan dan keikutsertaan dari masyarakat. Bantuan tersebut dapat dilihat dari

sikap positif masyarakat untuk menerima mereka kembali di masyarakat.

Berdasarkan UU No.12 tahun 1995 pembinaan narapidanadengan sistem:

a. Pengayoman

Pengayoman adalah perilaku terhadap warga binaan pemasyrakatan dalam

rangka melingdungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana

oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidupnya kepada

warga binaan pemasyarakatan, agar menjadi warga yang berguna di

masyarakat.

b. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan

pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-

bedakan orang.

c. Pendidikan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

33

Pendidikan adalah bahwa penyelenggara pendidikan dan bimbingan

dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa

kekeluargaan, keterampilan,pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk

menunaikan ibadah.

d. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah bahwa sebagai orang yang

tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlukan sebagai

manusia.

e. Kehilangan Kemerdekaan

Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah warga

binaan pemasyarakatan harus berada didalam Lembaga Pemasyarakatan

untuk jangka waktu tertentu, sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk

memperbaikinya. Selama di Lembaga Pemasyarakatan (warga binaan tetap

memperoleh hak-hakny yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain

hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan,

kesehatan, makan,

minum, pakaian, tempat tidur, latihan, olah raga, atau rekreasi).

f. Terjaminnya Hak Untuk Tetap Berhubungan Dengan Keluarga atau Orang

tertentu.

Terjaminnya hak unutk tetap berhubungan dengan keluarga atau orang

tertentu adalah bahwa warga binaan pemasyarakatan berada di Lembaga

Pemasyarakatan, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan kepada

masyarakat dan tidak boleh diasingkan oleh masyarakat, antara lain

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

34

berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam

Lembaga Pemasyarakatn dari anggota masyarakat yang bebas, dalam

kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti

mengunjungi keluarga.28

D. Penelitian Terdahulu

Di berbagai negara, bentuk perlindungan hukum terhadap justice

collaborator dan westleblower berbeda-beda, perlindugan hukum terhadap

justice collaborator pertama kali dikenal di itali, pada waktu itu seorang

anggota mafia itali joseph valachi bersaksi atas kejahatan yang diperbuat

kelompok nya, lalu menyusul dengan amerika dan australia dengan

perlindungan hukumnya. sementara di indonesia pengaturan mengenai

tindak tanduk seorang justice collaborator maupun westleblower baru

diatur dalam peraturan bersama aparat penegak hukum serta surat edaran

mahkamah agung. Dalam memberikan kesaksian pada umumnya justice

collaborator termotifasi oleh pengurangan masa tahanan ataupun dari

hatinya memang niat ingin bertobat. namun juga dalam kesaksian terkadang

seorang justice collaborator diganggu atau dihalangi oleh teman sesamanya

yang melakukan suatu kejahatan, dan hal inilah yang perlu diatur oleh tiap-

tiap negara didunia agar pembongkaran suatu perkara kejahatan dapat

berjalan maksimal.

28 Petrus iwan panjaitan dan pandapotan.1995.lembaga pemasyarakatan dalam perspektif

sistem peradiln pidana. Jakarta. PT.Midas Surya Grafindo

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

35

Dalam menyikapi tentang perkara korupsi negaranegara didunia

telah menyikapinya dengan berbagai aturan sehingga dapat menimbulkan

efek jera bagi pelaku kejahatan tersebut, juga mengenai aturan mengenai

westleblower dan justice collaborator telah mereka masukkan dalam

undang-undang negara mereka. Namun kalau di indonesia aturan mengenai

saksi pelaku dan pelapor baru diatur dalam surat edaran mahkamah agung

2011 dan peraturan bersama aparat penegak hukum dan LPSK. Sudah

sepatutnya aturan mengenai perlindungan bagi saksi pelapor dan saksi

pelaku yang bekerjasama dimasukkan dalam undang-undang negara kita,

sehingga mental berani dari para saksi itu dapat berlanjut.29

Pengaturan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator)

Di Amerika Serikat, Jerman Dan Belanda. Hal ini dilatarbelakangi oleh

lemahnya perlindungan para Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice

Collaborator) di Indonesia. Sehingga penulis inginmelakukan kajian

yuridis dan perbandingan di Negara yang memiliki sistem hukum peradilan

tindak pidana yang sudah baik. Dalam hal ini penulis melakukan studi

perbandingan di Negara Amerika Serikat, Jerman dan Belanda. Hal ini

dilakukan untuk menemukan suatu konsep yang dapat dimasukkan ke dalam

sistem hukum pidana di Indonesia. Sehingga diharapkan tercipta suatu

bentuk perlindungan yang baik kepada para Saksi Pelaku yang Bekerjasama

(Justice Collaborator) yang pada akhirnya dapat menjadi suatu langkah

29 River Yohanes Manalu.2015.justice collaborator dalam tindak pidana

korupsi.skripsi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

36

yang baik untuk memberikan kesempatan dalam membongkar kejahatan

yang serius dan terorganisir di masa yang akan datang.30

30 M. Ali Murtadho.2013. Pengaturan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator)

Di Amerika Serikat, Jerman Dan Belanda. Hal ini dilatarbelakangi oleh lemahnya perlindungan

para Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator) di Indonesia. skripsi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1 ...eprints.umm.ac.id/37855/3/jiptummpp-gdl-muhammadnu-51308-3-ba… · menikmati semua hak-hak yang dibetikan oleh hukum. Senada dengan

37