IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

89
IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN ASAS PRADUGA TAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI POLSEK LEMBOR KAB. MANGGARAI BARAT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : Hikmah Milda Yanti 105431100516 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2020

Transcript of IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Page 1: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN

ASAS PRADUGA TAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN

DI TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI POLSEK LEMBOR

KAB. MANGGARAI BARAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Hikmah Milda Yanti

105431100516

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

2020

Page 2: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

iv

Page 3: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

v

Page 4: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

vi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hikmah Milda Yanti

Stambuk : 105431100516

Jurusan : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai

Perwujudan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam

Proses Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan (Studi

Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020

Yang membuat Pernyataan,

Hikmah Milda Yanti

Page 5: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

vii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hikmah Milda Yanti

Stambuk : 105431100516

Jurusan : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan

skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir pada 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

5.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020

Yang membuat pernyataan

Hikmah Milda Yanti

Page 6: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Apapun yang kurasakan,

tidak sebanding dengan apa yang dirasakan orangtuaku

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT,

karena KepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada :

Bapak dan ibuku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku,

adikku yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku,

dan teman-teman perjuanganku yang selalu memberikan suport

Page 7: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

ix

ABSTRAK

Hikmah Milda Yanti, 2020. “Implementasi Hak-Hak Tersangka sebagai

Perwujudan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Proses Pemeriksaan di

Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di

bimbing oleh Bapak A.Rahim sebagai Pembimbing 1 dan Bapak Auliah

Andika Rukman sebagai pembimbing II.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah implementasi hak-hak

tersangka dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan. Maka dari

itu,Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi hak-hak tersangka

sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah di tingkat penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat. untuk mengetahui hambatan-hambatan penyidik

dalam implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat

Penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian normatif. Informan

dalam penelitian ini adalah Informan kunci (key informan) yaitu 1 (satu) orang,

Informan utama yaitu 2 (dua), Informan tambahan, yaitu 2 (dua) orang.dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara observasi,wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dalam pelaksanaan

implementsi hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan terlepas dari bersalah

atau tidaknya tersangka masih di lindungi hak untuk segera diperiksa maupun hak

bebas memberikan keterangan atau dalam artian tersangka diperiksa pada saat

pemeriksaan tidak ada tekanan ataupun kekerasan fisik dalam pemeriksaan,

namun ada satu hak yang yang belum sesuai dengan hak-hak tersangka yang

diatur dalam KUHAP yang dimana tersangka tidak memperoleh bantuan

hukum.Dalam pelaksanaan hak-hak tersangka terdapat beberapa hambatan antara

lainHambatan tersebut diantaranya keterbatasan atau kekurangan tenaga penyidik

dalam melakukan penyidikan, Perilaku dan tindakan aparat penegak hukum dalam

hal ini penyidik dalam melakukan pemeriksaan bersikap arogan mereka

menganggap sebagai pemegang nasib tersangka, Ketidak tauan atau kurang

pahamnya terangka mengenai hak-hak yang dapat diperoleh tersangka dan

tersangkan yang tidak paham akan pentingnya bantuan hukum, ketidak jujuran

dan transparansi dari tersangka dalam melakukan proses intograsi (pemeriksaan),

dan tersangka tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak diam.

Kata kunci:Implementasi hak-hak tersangka, proses pemeriksaan, penyidikan.

Page 8: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

x

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio padamu Sang

Khalik. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi

terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga

tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis

dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis serahkan untuk membuat

tulisan ini selesai dengn baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya

dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat mambantu dalam perampungan

tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

oarang tua yang telah berjuang, berdoa, mangasuh, membesarkan, mendidik, dan

membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula penulis

mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan

selalu menemaniku dengan candanya, kepada Dr. A. Rahim, S.H.,M.Hum dan

Auliah Andika Rukman, S.H.,M.H. Pembimbing I dan pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal

ini.

Page 9: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

xi

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr H Abd

Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammmadiyah Makassar,

Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dr. Muhajir M.P,. ketua Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganaegaraan dan para staf pegawai dan

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan

tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak

akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi

manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amiin.

Makassar, 01 Desember 2019

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................4

C. Tujuan Penelitin ...........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................7

A. Tinjau Tentang Implementasi Hak Tersangka .............................................7

1. Pengertian Tersangka ..............................................................................7

2. Hak-hak Tersangka .................................................................................8

3. Bantuan Hukum .......................................................................................13

B. Tinjauan Asas Praduga Tak Bersalah ..........................................................16

C. Tinjauan Tentang Penyidikan dan Penyidik ................................................18

Page 11: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

xiii

1. Pengertian Penyidikan dan Penyidik .................................................... 18

2. Prosedur Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana (KUHAP) .......... 19

3. Sistem Pemeriksaan Dalam Proses Penyidikan .................................... 21

4. Tugas Dan Wewenang Penyidik ........................................................... 24

D. Kerangka Pikir ............................................................................................. 25

E. Definisi Operasional ....................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 30

A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 30

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...................................................... 30

C. Sumber Data ................................................................................................. 30

D. Informan Penelitian ...................................................................................... 31

E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 33

G. Teknik Analisis Data .................................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................36

A. Gambaran Umum Polsek Lembor................................................................36

1. Wilayah Polsek Sektor Lembor .............................................................36

2. Jumlah Personil Polsek Lembor .............................................................39

B. Hasil Penelitian ............................................................................................39

1. Identitas Informan ..................................................................................39

2. Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai Perwujudan

Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Proses

Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan Di Polsek Lembor

Page 12: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

xiv

Kab. Manggarai Barat ............................................................................40

3. Hambatan-Hambatan Penyidik Dalam Implementasi Hak-Hak

TersangkaPada Proses Pemeriksaan Ditingkat Penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat ..............................................................60

C. Pembahasan .................................................................................................61

1. Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai Perwujudan

Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Proses

Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan Di Polsek Lembor

Kab. Manggarai Barat ............................................................................61

2. Hambatan-Hambatan Penyidik Dalam Implementasi Hak-Hak

TersangkaPada Proses Pemeriksaan Ditingkat Penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat ..............................................................67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................69

A. Kesimpulan ..................................................................................................69

B. Saran.............................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................71

LAMPIRAN

Page 13: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Pedoman Observasi

Lampiran 3 Daftar Identitas Informan

Lampiran 4 Dokumentasi

Page 14: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas

dan penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa, negara indonesia adalah negara hukum

(UUD 1945 &perubahannya : 3). Yang dimana tidak berdasarkan atas kekuasaan

belakang. Cita-cita filsafat yang telah di rumuskan para pendiri kenegaraan dalam

konsep “Indonesia adalah negara hukum” mengandung arti, bahawa dalam

hubungan hukum dan kekuasaan, kekuasaan tunduk pada hukum sebagai kunci

kestabilan politik dalam masyarakat. Dalam negara, hukum merupakan tiang

utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakatan berbangsa

dan bernegara. Salah satu ciri utama dari suatu negara hukum terletak pada

kecendrungannya untuk menilai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

masyarakat atas dasar peraturan-peraturan hukum. Dalam suatu tindakan

masyarakat tidak bisa menutup kemungkinan tidak adanya suatu kejahatan yang

dilakukan di wilayah negara indonesia ini. Kejahatan-kejahatan yang sering kita

temui yaitu kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana seperti perjudian,

perampokkan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dan masih banyak lagi.

Dalam menangani kejahatan tersebut salah satu lembaga yang ditunjuk untuk

menanggulangi kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di masyarakat adalah

lembaga kepolisian. Dalam kitab hukum acara pidana (KUHAP) lembaga

kepolisian diberikan wewenang untuk melakukan penyidikan. Proses penyidikan

1

Page 15: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

2

dilakukan atas diri tersangka yang diduga telah melakukan suatu tindakan pidana

yang terjadi. Adapun yang dimaksud tersangka menurut pasal 1 butir 14 KHUAP

adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti

permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

Untuk mengetahui apakah seseorang yang disangka melakukan tindak pidana

bersalah atau tidak bukanlah suatu hal yang mudah. Hal tersebut harus dibuktikan

melalui proses pemeriksaan untuk mencari atau mengumpulkan bukti. Dalam

upaya membuktikan bahwa seseorang tersebut disangka telah melakukan tindak

pidana aparat penegak hukum harus memperhatikan hak-hak tersangka.

Selain hak-hak tersangaka Selama proses pemeriksaan berlangsung dari

proses penyelidikan di kepolisian sampai proses pemeriksaan dalam sidang di

pengadilan, seseorang yang disangka atau didakwa melakukan sesuatu tindak

pidana dilindungi oleh hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 50 sampai

Pasal 68 KUHAP.Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman yang merupakan salah satu sumber hukum acara pidana,

terdapat suatu asas fundamental yang sangat berkaitan dengan hak-hak

tersangka yaitu asas praduga tak bersalah yang berbunyi ;

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, dituntut, dan atau dihadapkan di

muka pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum diadakan putusan

yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Berdasarkan asas tersebut di atas telah jelas bahwa seseorang di sangka atau

didakwa melakukan suatu tindak pidana wajib ditempatkan sebagaimana mestinya

sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Page 16: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

3

Namun tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya masih ada yang

melanggar hak-hak tersangka baik itu disengaja ataupun tidak. Seperti kasus

pembunuhan pada tahun 2018 terjadi pembunuhan berencana yang dimana korban

dibunuh oleh selingkuhan istri dari korban tersebut dan pembunuh bayaran.

Ketiga tersangka yang membunuh korban dibawah ke polsek terdekat.

Simpang siur dari cerita masyarakat yang menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan proses pemeriksaan tersangka ada hak-hak tersangka yang dilanggar.

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui secara langsung apakah benar adanya

hak-hak tersangka yang dilanggar atau hanya sebagian dari rasa ketakutan

masyarakat saja, yang dimana dalam lingkungan masyarakat sering kali

menganggap bahwa seseorang yang ditangkap atau dihadapkan dengan kepolisian

ada hak-hak tersangka yang dilanggar oleh petugas, sehingga menimbulkan kesan

yang merusak citra instansi terkait, dan tidak mununtup kemungkinan akan

menimbulkan rasa trauma dikalangan masyarakat.

Hak tersangka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) sebanyak 24 hak-hak tersangka, dalam hal ini peneliti tidak dapat

meneliti secara keseluruhan hak-hak tersangka. Untuk membatasi ruang lingkup

hak-hak tersangka yang akan diteliti oleh peneliti, adapun hak-hak tersebut

diantaranya (Hak untuk segera di periksa, Hak untuk mendapatkan pembelaan,

Bantuan hukum, Hak untuk bebas memberikan keterangan dan Hak untuk

memilih penasihat hukum sendiri.

Page 17: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

4

Dengan diadakan penelitian ini, Ketika dalam proses pemeriksaan benar

adanya suatu tindakan yang melanggar suatu hak-hak tersangka dalam proses

pemeriksaan, dengan penelitian ini dapat menambah wawasan aparat penegak

hukum tentang proses pemeriksaan yang sebenar-benarnya menurut dan cara yang

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Namun

ketika ini hanya isu-isu semata atas rasa takut masyarakat tentang proses

pemeriksaan aparat penegak hukum, dengan diadakan penelitian ini juga dapat

menyadari masyarakat bahwa apa yang disangkakan tidak benar terjadi, Sehingga

dapat memperbaiki citra instansi terkait, dan menghilangkan rasa trauma

dikalangan masyarakat.

Dengan landasan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian bagaimana pelaksanaan atau implementasi hak-hak tersangka serta

hambatan-hambatan apa yang ada dalam pelaksanaan implementasi hak-hak

tersangka tersebut, ini dituangkan peneliti dalam judul penelitianyayaitu“

Implementasi Hak-Hak Tersangka sebagai Perwujudan Asas Praduga Tidak

Bersalah dalam Proses Pemeriksaan di Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di

Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut:

Page 18: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

5

1. Bagaimanakah implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas

praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikandi

Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat?

2. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi

hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalaha:

1) Untuk mengetahui implementasi hak-hak tersangka sebagai

perwujudan asas praduga tak bersalah di tingkat penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat.

2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi

hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan

Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi pengembangan

ilmu hukum pada umumnya, serta mengenai pelaksanaan atau

implementasi hak-hak tersangka pada khususnya.

2) Memberikan penjelasan yang lebih nyata mengenai implementasi hak-

hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tidak bersalah dalam

Page 19: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

6

proses penyidikan guna menambah literatur dan bahan informasi

ilmiah.

2. Manfaat Praktis

1) Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus

untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritiksi

persoalan-persoalan hukum.

2) Memberikan masukan pada penegak hukum khususnya kepolisian

Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Page 20: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjau Tentang Implementasi Hak Tersangka

1. Pengertian Tersangka

Sebelum membahas lebih lanjut tinjauan tentang implementasi hak-hak

tersangka, berikut ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian-pengertian

sebagai berikut:

Menurut kamus besar bahasa indonesia implementasi dapat diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan (kamus bahasa indonesia: 108). Sedangkan

pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah

disusun secara cermat dan rinci (matang).

Para tokoh sarjana hukum mengemukakan pengertian tersangka, sebagai berikut:

Menurut J.C.T. Simorangkir (Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar:

53) menyatakan bahwa, seseorang yang telah disangka melakukan

suatu tindak pidana dan ini masih dalam taraf pemeriksaan

pendahuluan untuk dipertimbangkan apakah tersangka ini mempunyai

cukup dasar untuk diperiksa di persidangan.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa sesorang yang melakukan

suatu tindak pidana dan di periksa dalam persidangan harus melakukan proses

pemeriksaan terlebih dahulu yang dilakukan oleh penyidik, ini dilakukan agar

membuktikan benar atau tidaknya suatu kejadian tindak pidana tersebut dan

tersangka tidak beranggapan bahwa adanya diskriminasi yang terjadi dalam diri

tersangka tersebut.

7

Page 21: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

8

Menurut Darwan Prints (Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar: 53)

menyatakan bahwa, tersangka adalah seseorang yang disangka,

sebagai pelaku suatu delik pidana (dalam hal ini tersangka belumlah

dapat dikatakan sebagai bersalah atau tidak)

Dapat di pahami bahwa sesorang tersangka dalam suatu tindak pidana

belum bisa dikatakan bersalah atau tidaknya sebelum dijatuhkan putusan oleh

pengadilan untuk membuktikan benar adanya tindak pidana yang dilakukan oleh

tersangka tersebut.

Definisi tersangka berdasarkan pasal 1 butir 14 KUHAP menyatakan

bahwa:

tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi hak-hak

tersangka adalah pelaksanaan atau penerapan mengenai hak-hak yang dimiliki

oleh orang yang berdasarkan bukti yang kuat diduga melakukan tindak pidana.

2. Hak-hak Tersangka

Hak merupakan sesuatu yang diberikan kepada seseorang tersangka,

terdakwa, dan terpidana atau terhukum, sehingga apabila hak ini dilanggar maka

hak asasi tersangka, terdakwa, dan terpidan atau terhukum telah dilanggar atau

tidak dihormati.

Untuk itu hak-hak tersangka, terdakwa, dan terpidana atau terhukum harus

tetap dijamin, dihargai dan dihormati, dan demi tegaknya dan perlindungan hak-

hak asasi manusia. Hak-hak tersangka atau terdakwa diatur dalam BAB VI

KUHAP, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 22: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

9

1) Hak untuk segera diperiksa, sebagaimana menurut pasal 50 KUHAP,

yaitu:

a Tersangka berhak segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik dan

selanjutnya diajukan kepada penuntut umum.

b Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh

penuntut umun.

c Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

Dalam pasal ini dimasudkan agar tersangka mengetahui lebih jelas

maksud dari penangkapan tersebut serta menjauhkan kemungkinan

terkatung-katungnya tersangka atau terdakwa, terutama yang dikenakan

penahanan. Sehingga tersangka merasa adanya kepastian hukum.

2) Hak tersangka untuk mempersiapkan pembelaan, dalam hal ini diatur

dalam pasal 51 KUHAP, sebagai berikut:

a Tersangka untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang

dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada

waktu pemeriksaan dimulai.

b Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang

dimengerti olehnya tentang apa yang di dakwakan olehnya.

Dengan diketahui dan dimengerti tindak pidana yang disangkakan

kepada tersangka, maka tersangka merasa terjamini kepentingannya untuk

mengadakan pembelaan serta mempersiapkan alat bukti yang dapat

meringankan atau menguatkan pembelaannya di muka persidangan.

3) Hak untuk bebas memberikan keterangan, sebagaimana menurut Pasal 52

KUHAP, bahwa

“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan,

tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas

kepada penyidik dan hakim. Pasal 117 ayat 1 KUHAP juga

menegaskan bahwa “keterangan tersangka dan/atau saksi kepada

penyidik diberikan tanpa tekanan dari apapun dan/atau dalam bentuk

apapun.

Page 23: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

10

Tujuan dan ketentuan ini adalah untuk mencapai hasil yang tidak

menyimpang daripada yang sebenarnya (mencari kebenaran yang

materiil). Oleh karena itu tersangka ataupun saksi dijauhkan dari rasa takut

dalam pemeriksaan ditingkat penyidik dan pengadilan.

4) Hak untuk mendapatkan juru bahasa, sebagaimana menurut pasal 53 ayat

(1) KUHAP:

Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan tersangka

atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapatkan bantuan juru

bahasa sebagaimana.

Tidak semua tersangka mengerti dan memahami bahasa indonesia,

terutama jika tersangka berasal dari negara asing. Maka ini di perluhkan

seseorang untuk menerjemah agar persidangan berjalan dengan lancar.

5) Hak untuk menghubungi perawatan kesehatan, sebagaimana menurut pasal

58 KUHAP:

tersangka yang dikenakan penahanan berhak berhak menghubungi dan

menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan

baik yang ada dalam hubungannya dengan proses perkara atau tidak.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa seorang tersangka dalam

masa penahanan berhak untuk dikunjungi oleh dokter pribadinya untuk

mengecek kondisi atau kesehatan tersangka, ini dilakukan agar terjaminya

kesehatan tersangka sehingga pada proses pemeriksaan berjalan dengan

baik.

6) Tersangka berhak mendapatkan bantuan hukum (pasal 54 KUHAP):

Tersangka berhak didampingi oleh penasehat hukum, baik ditingkat

penyidik, penuntutan sampai pada tingkat persidangan. Hak untuk

didampingi penasehat hukum dapat dilakukan sejak tersangka

ditangkap, bahkan sampai pada tahappenyidikan.

Page 24: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

11

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa seorang tersangka berhak

didampingi oleh penasehat hukum dari penangkapan sampai

tahappenyidik, agar hak-hak tersangka terjamini dan dapat menghidar

adanya diskriminasi dalam proses pemeriksaan tersebut.

7) Tersangka berhak memilih sendiri penasehat hukumnya, sebagaimana

dalam Pasal 55 KUHAP:

untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam pasal 54, tersangka

atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

8) Hak untuk didampingi penasihat hukum secara cuma-cuma, sebagaimana

menurut pasal 56ayat (1)KUHAP, bahwa:

Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana

lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang

diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai

penasihat hukum sendiri, penjabat yang bersangkutan pada semua

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjukan

penasihat hukum bagi mereka

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa sesorang tersangka

yang dapat dikatakan tidak mampu untuk membiayai seorang penasihat

hukum atau pengacara maka negara wajib untuk menyediakan penasehat

hukum untuk tersangka.Karena dalam negara indonesia menganut sistem

demokrasi, yang dimana setiap warga negara memiliki hak untuk

mendapatkan keadilan dan hak untuk memdapatkan peradilan yang adil

dan tidak memihak.

9) Hak untuk menghubungi penasihat hukumnya, sebagaimana menurut pasal

57 ayat (1)KUHAP:

Page 25: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

12

tersangka yang dikenakan penahanan, berhak menghubungi penasihat

hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang.

10) Hak untuk menghubungi perwakilan negaranya, sebagaimana menurut

pasal 57 ayat (1)KUHAP:

Tersangka yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan

berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya

dalam menghadapi proses perkaranya.”

11) Hak untuk diberitahukan atau menghubungi keluarganya, sebagaimana

menurut pasal 59 KUHAP:

Tersangka yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang

penahanan atas dirinya oleh penjabat yang berwenang, pada semua

tingkat pemeriksaan dalam proses pengadilan, kepada keluarganya atau

orang lain yang serumah dengan tersangka ataupun orang lain yang

bantuannya dibutuhkan oleh tersangka untuk mendapatkan bantuan

hukum atau jaminan bagi penangguhannya.

12) Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan, sebagaimana menurut

pasal 60 KUHAP:

Tersangka berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak

yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan

tersangka guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan ppenahanan

ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.

13) Hak untuk mengajukan keberatan, sebagaimana menurut pasal 123 ayat

(1) KUHAP:

Tersangka, keluarga, atau penasihat hukum dapat mengajukan

keberatan atas penahanan atau jenis penahanan tersangka kepada

penyidik yang melakukan penahanan itu.

Dari penjelasan pada BAB VI KUHAPdiatas dapat dipahami bahwa

tersangka atau terdakwa memiliki hak yang dimana sudah termuat pada pasal-

pasal KUHAP yang tidak dapat digangu gugat lagi. Ini dilakukan agar

Page 26: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

13

tersangka atau terdakwa merasa adanya kepastian hukum dan sama dimata

hukum beserta terjaminnya hak-hak asasi tersangka atau terdakwa.

3. Bantuan Hukum

1) Pengertian Bantua Hukum

Beberapa definisi tentang bantuan hukum adalah sebagai berikut:

a. Menurut Roberto conception bantuan hukum adalah pengungkapan

yang umum yang digunakan untuk menunjuk kepada setiap pelayanan

hukum yang ditawarkan atau diberikan.

b. Menurut C.A.J crul bantuan hukum merupakan bantuan yang diberikan

oleh para ahli kepada mereka yang memerlukan perwujudan atau

realisasi dari hak-haknya serta memperoleh perlindungan hukum.

Demikian pula pengertian bantuan hukum menurut pasal 1 angka 9

Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang advokat, bahwa:

“bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat

secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.”

Pasal 1 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan

hukum, menegaskan:

a. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi

bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

b. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.

c. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau

organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum

berdasarkan undang-undang ini.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bantuan

hukum merupakan jasa hukum baik litigasi dan non litigasi yang

diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang dilakukan oleh

Page 27: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

14

orang propesional seperti advokat atau pengacara guna mendampingi hak-

hak masyarakat yang membutuhkan jasa bantuan hukum.

Menurut keputusan Mahkamah Agung No. 5 KMA/1972 tanggal

22 juli 1972, dimana pemberian bantuan hukum itu dikategorikan ke

dalam tiga golongan, yaitu :

a Pengacara (advokat/procureur), yaitu mereka sebagai mata pencarian

menyediakan diri sebagai pembela dalam perkara pidana atau

kuasa/wakil dari pihak-pihak dalam perkara perdata dan yang telah

mendapat surat pengangakatan dari Departemen Kehakiman.

b Pengacara Praktik, yaitu mereka yang sebagai mata pencaharian

(beroep) menyediakan diri sebagai pembela atau kuasa/wakil dari

pihak-pihak yang berpekara, akan tetapi tidak termasuk dalam

golongan tersebut diatas.

c Mereka yang karena sebab-sebab tertentu secara insidental membela

atau mewakili pihak-pihak yang berpekara.

2) Tunjuan Pemberian Bantuan Hukum

Berdasarkan keputusan menteri kehakiman R.I. No. 02.UM.09.08 Tahun

1980 tentang petunjuk pelaksanaan pemberian bantuan hukum, dalam

konsiderannya, bahwa “tujuan pemberian bantuan hukum itu, adalah

dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, perluadanya

pemerantaan bantuan hukum khusus bagi mereka yang tidak atau kurang

mampu, sehingga di dalam pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun

2003 tentang Advokat, ditegaskan bahwa “Advokat wajib memberikan

bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak

mampu.”

Jadi sasaran bantuan hukum ini, adalah mereka/anggota masyarakat yang

tidak atau kurang mampu. Oleh karena itu, pemberian bantuan hukum ini

diselenggarakan melalui badan peradilan umum (Pasal 1 ayat (1)

Keputusan Menkeh Ri No.N.02.UM.09.08 Tahun 1980).

Bantuan hukummenurut Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menkeh RI.

No. N.02.UM.09.08 Tahun 1980, bahwa yang tidak/kurang mampu dalam

perkara pidana, yang diancam dengan pidana:

Page 28: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

15

a Lima tahun penjara atau lebih, seumur hidup atau pidana mati;

b Kurang dari lima tahun, tetapi perkara tersebut menarik perhatian

masyarakat luas.

Demikian pula dalam undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang

bantuan hukum, pasal 3: penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:

a Menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan hukum untuk

mendapatkan akses keadilan.

b Mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan

prinsip persamaan kedudukan dalam hukum.

c Menjamin kepastian penyelenggaraan bantuan hukum dilaksanakan

secara merata di seluruh wilayah Negara republik Indonesia; dan

mewujudkan peradilan yang efektif, efesien, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Dalam pemberian bantuan hukum merupakan hak-hak

tersangka/terdakwauntuk memperoleh bantuan hukum, sebagaimana di

dalam KUHAP dan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan

kehakiman, sebagai berikut:

a Menurut pasal 37 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, bahwa “setiap

orang yang tersangka perkara berhak memperoleh bantuan hukum.”

b Menurut pasal 38 Undang-Undang No.4 Tahun 2004, bahwa “Dalam

perkara pidana seseorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan

dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan

advokat.”

Untuk pemberikan bantuan hukum sebagaimana dimaksud di atas,

maka ketua majelis hakim segera berkonsultasi dengan ketua pengadilan

negeri, selanjutnya ketua majelis hakim menunjukan seseorang atau lebih

pemberi bantuan hukum.

Page 29: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

16

B. Tinjauan Asas Praduga Tak Bersalah

Salah satu asas fundamental dalam hukum acara pidana yang dimaksud

untuk melindungi hak tersangka maupun terdakwa adalah asas praduga tak

bersalah (Presumption of innocence). Sebagaimana menurut pasal 8 ayat (1) UU

No. 48 Tahun 2009 asas praduga tak bersalah (Presumption of innocence) artinya:

setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau

dihadapkan di muka siding pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah

sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Yahya Harapan mengatakan bahwa dengan dicantumkannya praduga tidak

bersalah dalam penjelasan KHUAP, dapat disimpulkan bahwa, pembuatan

undang-undang telah menetapkannya sebagai asas hukum yang melandasi

KHUAP dan penegakan hukum (law enforcement).Sebagai konsekuensi

dianutnya asas praduga tak bersalah adalah seorang tersangka atau terdakwa

yang dituduh melakukan suatu tindak pidana, tetap tidak boleh diperlakukan

sebagai orang yang bersalah meskipun kepadanya dapat dikenakan

penangkapan/penahanan menurut undang-undang yang berlaku.Jadi, semua

pihak termasuk penegak hukum tetap menjunjung tinggi hak asasi

tersangka/terdakwa.

Selain asas praduga tak bersalah dalam hukum acara pidana juga terdapat

asas hukum yang lain yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak

tersangka, sebagaimana termuat dalam kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KHUAP), antara lain:

1. Peradilan dilakukan “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA.”

2. Asas persamaan di depan hukum (equality before the law), artinya setiap

orang diperlakukan sama dengan tidak membedakan tingkat sosial,

golongan, agama, warna kulit, kaya, miskin, dan lain-lainnya di muka

hokum atau pengadilan mengadili menurut hokum dengan tidak membeda-

bedakan orang (pasal 4 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).

3. Asas perintah tertulis dari yang berwenang, artinya segalah tindakan

mengenai penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitahan hanya dapat

Page 30: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

17

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh penjabat yang berwenang oleh

undang-undang (pasal 7 UU No. 48 Tahun 2009).

4. Asas memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya, artinya bahwa setiap

orang wajib diberikan kesempatan untuk memperoleh bantuan hokum pada

tiap tingkatan pemeriksaan guna kepentingan pembelaan (pasal 56 ayat (1)

UU No. 48 Tahun 2009).

5. Asas peradilan harus dilaksanakan dengan sederhana, cepat, biaya ringan

atau lazim disebut contante justitie (pasal 2 ayat (4) jo. Pasal 4 ayat (4) UU

No. 48 Tahun 2009).

6. Asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hokum dakwaan, serta hak-

haknya termasuk hak menghubungi dan meminta bantuan penasihat hukum.

7. Asas hadirnya terdakwa, artinya pengadilan memeriksa, mengadili, dan

memutus perkara pidana dengan hadirnya terdakwa (Pasal 12 ayat (1) UU

No. 48 Tahun 2009).

Dari sekian asas yang terdapat dalam hukum acara pidana, asas praduga tak

bersalah merupakan prinsip hakiki dalam hukum karena asas ini berlaku pada

semua fase proses hukum baik ditingkat penyidikan sampai pada tingkat

pengadilan.

Berdasarkan asas praduga tak bersalah, maka jelas dan wajar bahwa

tersangka dalam proses penyidikan wajib dianggap tidak bersalah serta dihargai

hak-haknya. Hal ini tidak lain untuk menetapkan tersangka dalam kedudukan

yang semestinya, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Dengan adanya asas ini maka implementasi hak-hak tersangka menjadi

terjamin karena seseorang tersangka atau terdakwa belum dapat dianggap

bersalah, sehingga aparat penegak hukum dalam hal ini penyidik, tidak dapat

melakukan pemaksaan pengakuan atau melakukan tersangka dengan tindakan

yang sewenang-wenang.

Page 31: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

18

C. Tinjauan Tentang Penyidikan dan Penyidik

1. Pengertian Penyidikan dan Penyidik

Penyidikan merupakan tahap penyelesaian perkara pidana setelah

penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mecari ada atau tidaknya tindak

pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui adanya tidakan pidana yang

terjadi, maka pada saat itu penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil

penyelidikan.Pada tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan

“mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap sebagai tindakan

pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya di letakkan pada

“mencari serta mengumpulkan bukti”. Seperti yang diungkapkan (Yahya Harahap,

2002:109) yang dimana menyatakan bahwa:

Sehingga pada penyidikan, titik berat tekanannya diletakan pada

tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti” supaya tindak pidana

yang ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan

dan menentukan pelakunya

Dalam Pasal 1 butir 2 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), memberikan definisi Penyidikan adalah serangkaian tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan

tersangkahnya.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa penyidikan merupakan

serangkaian tindakan penyidik untuk mencari tau serta mengumpulkan barang

bukti dari tindak pidana tersebut untuk menentukan benar atau tidaknya suatu

Page 32: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

19

kejadian tersebut dan menemukan serta menentukan pelaku tindak pidana

tersebut.

Dalam kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), yang

dimaksud dengan penyidik adalah:

a. Menurut pasal 1 angka 1 KUHAP jo. Pasal 1 angka 10 undang-undang RI

No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI bahwa Penyidik adalah

Penjabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri

sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan

b. Menurut pasal 6 KUHAP, bahwa penyidik adalah:

a) Penjabat polisi Negara Republik Indonesia.

b) Penjabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

oleh undang-undang.

Jadi penyidik selain polisi Negara Republik Indonesia, juga pegawai negeri

sipil yang telah diberikan wewenang khusus oleh undang-undang sebagai

penyidik.

2. Prosedur Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Dalam sistem hukum indonesia, hukum pidana dapat diartikan secara sempit

dan dapat diartikan secara luas. Hukum pidana dalam artian sempit hanya

merupakan hukum pidana materiil saja yakni berisi norma-norma yang mengatur

mengenai tindakan-tindakan yang merupakan tindakan pidana dan pidananya.

Sedangkan pidana dalam artian luas terdiri dari hukum pidana ( substantif dan

materiil) dan hukum acara pidana (hukum pidana formal). Mengenai hukum acara

pidana, dikemukakan pendapa Moelijatno sebagai berikut:

“bagaiamana cara mempertahankan prosedurnya untuk menuntut ke

muka pengadilan orang-orang yang disangka melakukan perbuatan

pidana. Oleh karena itu bagian hukum pidana ini dinamakan hukum

pidana formil (criminal procedure, hukum acara pidana”.

Page 33: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

20

Hukum acara pidana di Indonesia secara umum telah dikodifikasikan kedalam

satu dokumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana atau biasa disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(selanjutnya disebut KUHAP). Di dalam KUHAP, telah diatur mengenai proses

beracara atau penanganan pidana yang terdiri dari:

1) Penyelidikan

Penyelidikan berdasarkan pasal 1 angka 5 KUHAP di definisikan

sebagai serangkaian tindakan/penyelidikan untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindakan pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang. Pelaksanaan pada kata “mencari” dan

“menemukan” peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana menunjukkan

bahwa dalam proses penyelidikan masih belum jelas apakah peristiwa

yang sedang diselidiki tersebut adalah suatu tindak pidana atau bukan.

2) Penyidikan

Penyidikan berdasarkan Pasal 1 angka 2 KUHAP didefinisikan sebagai

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur

dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang

terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dari uraian pasal 1 angka 2

kuhap tersebut jelas bahwa dalam penyidikan dugaan akan adanya tindak

pidana sudah jelas, dan dilakukannya penyidikan ditujukan untuk

mengumpulkan bukti dan guna menemukan tersangkannya.

Page 34: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

21

Dari kedua penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dalam proses

pemeriksaan menurut hukum acara pidana, sebelum dilakukan penyidikan oleh

aparat kepolisian yang pertama dilakukan yakni melakukan penyelidikan yang

dimana penyelidikan ini mencari tahu apakah benar atau tidaknya peristiwa

pidana yang terjadi ditempat kejadian, setelah dilakukan penyelidikan dan

mengetahui benar adanya suatu peristiwa tindak pidana ditempat tersebut, maka

penyidikan bisa dilakukan untuk mencari atau mengumpulkan bukti yang

menguatkan suatu tindak pidana tersebut sehingga pada proses pemeriksaan

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan prosedur yang ada dalam KUHAP.

3. Sistem Pemeriksaan Dalam Proses Penyidikan

Dalam hal pemeriksaan tersangka atau terdakwa, maka sistem pemeriksaan dapat

dilakukan, yaitu:

1) Sistem Inqusitoir

Sebelum berlakunya kitab undang-undang hukum acara pidana

(KUHAP), maka sistem pemeriksaan inqusitoir dalam HIR yaitu terhadap

tersangka pada tingkat penyidikan, adalah suatu sistem pemeriksaan dimana

tersangka dianggap sebagai objek pemeriksaan, yaitu pemeriksaan

dilakukan dengan pintu tertutup, sehingga tersangka dalam sistem

pemeriksaan ini tidak mempunyai hak untuk membela diri.

Setelah berlakunya KUHAP dengan undang-undangRI No. 8 Tahun

1981, sistem ini di tinggalkan, hal ini diatur dalam KUHAP, bahwa dalam

pemeriksaan permulaan (vooronderzoek) di pakai “sistem inquisitoir yang

lunak,” yaitu dalam pemeriksaan penyidik, maka tersangka boleh

Page 35: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

22

didampingi penasihat hukum yang mengikuti jalannya pemeriksaan secara

pasif, yakni penasihat hukum diperkenankan melihat, mendengar

pemeriksaan permulaan. Jadi, mulai dari proses awal pemeriksaan di tingkat

penyelidikan / penyidikan (penangkapan / penahanan), tingkat penuntutan

sampai pada proses pemeriksaan di pengadilan (sidang).

2) Sistem Accusatoir

Dalam sistem pemeriksaan accusatoir, yakni pemeriksaan pada

tingkat pengadilan atau pemeriksaan di mukahakim (gerechtelijk

onderzoek), di mana tersangka/terdakwa diakui sebagai subjek

pemeriksaan dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan

pembelaan diri atas tuduhan atau dakwaan yang dituduhkan atas dirinya.

Penerapan sistem pemeriksaan accuasatoir dalam pemeriksaan di

depan sidang pengadilan, yaitu pemeriksaan terdakwa yang terbuka untuk

umum, dilakukan secara lisan dan dengan menggunakan bahasa Indonesia

(apabila tidak dapat berbahasa Indonesia, maka berhak untuk mendapatkan

penerjemah) (lihat pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP).Selain terdakwa

juga saksi dijamin untuk memberikan keterangan secara bebas, tanpa ada

paksaan dalam bentuk apapun dari siapapun juga dan berhak mendapa

penerjemah apabila tidak dapat berbahasa Indonesia.Dengan sistem

pemeriksaan accusatoir ini, maka terdakwa mempunyai hak untuk

membela diri, hak untuk dinyatakan tidak bersalah sebelum kesalahannya

terbukti (presumption of innocence) di pengadilan; hak untuk

Page 36: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

23

mendapatkan bantuan hukum, mengajukan permohonan banding, kasasi,

herzeineng, grasi, dan lain sebagainya.

Jadi, dengan menganut sistem accusatoir, di mana tersangka /

terdakwa mempunyai hak yang sama nilainya dengan penuntut umum,

dalam hal ini hakim berada di atas kedua belah pihak untuk menyelesaikan

perkara pidana antara mereka menurut peraturan hukum pidana yang

berlaku.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka ada cara yang

berlaku menurut KUHAP, adapun tata cara tersebut adalah:

a) Sesuai dengan pasal 52 dan 117 KUHAP bahwa jawaban atau

keterangan diberikan tersangka kepada penyidik, diberikan tanpa

tekanan dari siapapun juga dan dalam apapun juga.

Tersangka dalam memberikan keterangan harus “bebas” dan

“kesadaran” nurani. Tidak boleh dipaksa dengan cara apapun juga

baik penekanan fisik dengan tindakan kekerasan dan penganiayaan,

maupun dengan tekanan dari penyidik maupun dari pihak luar.

b) Penyidik mencatat dengan teliti semua keterangan tersangka.

Semua yang diterangkan tersangka tentang apa yang

sebenarnya telah dilakukannya sehubung dengan tindakan pidana

yang disangkakan kepadanya dicatat oleh penyidik dengan seteliti-

litinya. Sesuai dengan rangkaian kata-kata yang dipergunakan

tersangka.Keterangan tersebut harus dicatat ditanyakan atau

dimintakan persetujuan tersangka tentang kebenaran dan isi berita

acara tersebut. Apabila tersangka telah menyetujuinya, maka

tersangka dan penyidik masing-masing memberikan tanda tangannya

Page 37: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

24

diatas berita acara tersebut sedangkan apabila tersangka tidak mau

menanda tanganinya maka maka penyidik membuat catatan berupa

penjelasan atau keterangan tentang hal itu serta menyebutkan alas an

yang menjelaskan kenapa tersangka tidak mau menanda tanganinya.

c) Dalam pasal 119 KUHAP menyebutkan, jika tersangka yang akan

diperiksa berlokasi di luar daerah hukum penyidik, maka penyidik

yang bersangkutan dapat membebankan pemeriksaan kepada penyidik

yang berwenang di daerah tempat tinggal tersangka.

d) Jika tersangka tidak hadir menghadapi penyidik maka sesuai

ketentuan pasal 113 KUHAP pemeriksaan dapat dilakukan di tempat

kediaman tersangka dengan cara : penyidik sendiri yang datang

melakukan pemeriksaan ketempat kediaman tersangka tersebut.

4. Tugas Dan Wewenang Penyidik

Tugas penyidik adalah melaksanakan penyidikan, yaitu serangkai tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Hukum

Acara Pidana untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti

tersebut membuat terang pidana terjadi dan guna menentukan tersangkanya.

Dalam kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) ada beberapa

tugas penyidik. Adapun tugas penyidik sebagai berikut:

1. Membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 75 KUHAP.

2. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum Pasal 8 ayat 2

KUHAP.

3. Menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada

penuntut umum Pasal 8 ayat 3 KUHAP.

4. Dalam hal penyidik telah melakukan penyidikan suatu peristiwa yang

merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal tersebut kepada

penuntut umum Pasal 109 ayat 1 KUHAP.

5. Wajib segera menyerahkan berkas perkara penyidikan kepada penuntut

umum, jika penyidik dianggap telah selesai Pasal 110 ayat 1 KHUAP.

Page 38: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

25

6. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk

dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai

dengan petunjuk dari penuntut umum Pasal 110 ayat 3 KUHAP.

7. Setelah menerima penyerahan tersangka sebagaimana dalam ayat (1)

penyelidik atau penyidik wajib segera melakukan pemeriksaan dan

tindakan lain dalam rangka penyidikan Pasal 111 ayat 2 KUHAP.

8. Dalam hal seseorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum

dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan

kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa

ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasehat hukum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 114 KUHAP.

9. Dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah

penahanan itu dijalankan, ia harus memulai diperiksa oleh penyidik, Pasal

122 KUHAP.

10. Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu

menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya,

selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 dan

34, Pasal 125 KUHAP.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) KUHAP, bahwa penyidik karena kewajibannya

mempunyai wewenang, yaitu :

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana

2. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka.

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan, dan penyitaan.

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi.

8. Mendatangkan orang ahli yang diperluhkan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan tersangka.

9. Mengadakan penghentian penyidikan

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

D. Kerangka pikir

Terjadinya perkara pidana dapat diketahui dari laporan yang disampaikan

oleh seseorang, pengaduan, tertangkap tangan, dan dapat juga diketahui langsung

oleh petugas kepolisian.

Page 39: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

26

Apabila penyelidik menerima suatu pemberitahuan atau laporan yang

disampaikan oleh seseorang, penyelidik segera melakukan penyelidikan guna

menemukan dan mencari serta mngumpulkan bukti. Sehingga dengan bukti

tersebut tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang. Agar dapat

menemukan dan menentukan pelakunya.

Setelah diketahui bahwa peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana,

maka segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan-kegiatan seperti

penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan. Dalam penyidikan, penyidik

juga melakukan pengelolahan TKP (Tempat Kejadian Perkara), untuk

mengungkapkan suatu tindak pidana.

Dalam melakukan kegiatan-kegiatan penangkapan¸ penahanan,

penggeledahan, penyitaan, dan pengelolahan TKP (Tempat Kejadian Perkara)

hak-hak tersangka harus dijunjung tinggi oleh petugas penyidik baik dalam proses

tersebut maupun dalam proses pemeriksan ditingkat penyidikan, ini dilakukan

agar terwujud atau terjaminnya hak-hak tersangka.

Page 40: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

27

Gambar: 2.1 Bagan Kerangka berpikir

E. DEFINISI OPERASIONAL

operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan

perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai

KUHAP

Implementasi Hak-

HakTersangka

Hambatan-hambatan dalam

Implementasi Hak-

HakTersangka

Terwujudnya Hak-Hak

Tersangka

Hak-Hak Tersangka

1. Hak untuk segera di periksa

2. Hak untuk mendapatkan pembelaan

3. Bantuan hukum

4. Hak untuk bebas memberikan keterangan

5. Hak untuk memilih penasihat hukum

sendiri

Page 41: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

28

Perwujudan Asas Praduga Tidak Bersalah Dalam Proses Pemeriksaan Di

Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)”,

maka definisi operasional yang perluh dijelaskan yaitu :

1. Implementasi hak-hak tersangka

Dalam kamus besar bahasa indonesia implementasi merupakan

penerapan atau pelaksanaan.

Hak-hak adalah sesuatu yang mutlak yang dimiliki oleh seseorang

dan penggunaannya tergantung pada orang tersebut yang dimana tidak bisa

diganggu gugat oleh orang lain.

Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau

keadaannya yang dibukti permulaan melakukan tindak pidan serta

merugikan orang lain

Jadi dapat dipahami bahwa implementasi hak-hak tersangka adalah

penerapan atau pelaksanaan hak-hak yang dimiliki oleh orang yang

berdasarkan bukti yang kuat diduga melakukan tindak pidana.

2. Asas praduga tak bersalah

Asas praduga tak bersalah adalah seseorang yang ditangkap, ditahan,

dan dituntut atau dihadapkan dimuka sidang belum bisa dikatakan besalah

atau wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan.

3. Proses pemeriksaan

Proses pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, atau mencari keterangan lain untuk menentukan suatu titik

persoalan.

Page 42: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

29

4. Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersbut dapat menemukan titik

terang dalam sebuah tindak pidana dan guna menemukan tersangkanya,

sesuai yang diatur dalam undang-undang.

Page 43: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diajukan, maka peneliti didalam

penelitiannya menggunakan jenis penelitian normatif atau penelitian

perpustakaan, dimana penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji studi

dokumen. Sifat penelitian ini yakni deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenemona

yang benar-benar terjadi dilapangan. Dan pendekatan penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yakni, penelitian yang bersifat deskriptif dan cendrung

menggunakan analisis.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini yang akan dilaksanakan di Polsek Lembor Kecamatan Lembor

Kab. Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Alasan memilih

tempat penelitian ini karena terdapat isu-isu dari masyarakat yang menyatakan

adanya hak-hak tersangka yang dilanggar dalam proses pemeriksaan. Penelitian

ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, dari bulan mei sampai

bulan juni 2020.

C. Sumber Data

Sumber data yang dipilih ada dua yaitu, data primer dan data sekunder:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

dokumentasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek

Page 44: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

31

penelitian. Adapun dalam penelitian ini, sumber data primernya

adalah dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dengan

maksud untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, data ini

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

data sekunder adalah dokumen-dokumen, KUHAP, hasil penelitian

serta buku-buku ilmiah yang berkenaan dengan penelitia ini.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu,

kelompok, benda atau suatu peristiwa sosial misalnya aktivitas individu atau

kelompok sebagai subjek penelitian. Dari cara mengungkap unit analisis data

dengan menetapkan kriteria responden tersebut, penelitian kualitatif dengan

sendirinya akan memperoleh siapa saja yang menjadi subjek penelitiannya.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau

permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat

dan terpercaya baik berupa pernyataan-pernyataan, keterangan atau data-data yang

dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Informan penelitian ini meliputi tiga macam yatu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperluhkan dalam penelitian.

Dalam hal ini 1 (satu) orang yaitu kapolsek lembor.

Page 45: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

32

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini

adalah 2(dua) orang polisi polsek lembor yang bertugas sebagai unit

dan kabid reskrim.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Informan tambahan adalah 2 (dua) orang polisi polsek lembor yang

bertugas sebagai unit dan kabid intel.

Berdasarkan uraian diatas, maka informan ditentukan dengan teknik

purposive sampling(memilih ahli yang berkompeten), artinya menentukan

informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relavan dengan masalah penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Adapun cara memperoleh data yang sesui dengan permasalahan penelitian,

maka dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam instrumen penelitian. Hal

tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai

perancana dan sekaligus sebagai pelaksanaan dari rancangan penelitian yang

sudah disusun. Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembor Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci yang berisi langkah-langkah

melakukan observasi mulai dari merumuskan masalah, kerangka teori untuk

menjabarkan perilaku yang akan diobservasi prosedur dan teknik

perekaman, kriteria analisis hingga interprestasi.

Page 46: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

33

Sutrisno (1989) menyatakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi untuk mendapatkan informasi

secara langsung dari informan, metode ini digunakan untuk menilai keadaan

seseorang dan merupakan tulang punggung suatu penelitian survei, karena

tanpa wawancara maka akan kehilangan informasi yang valid dari orang

yang menjadi sumber data utama dalam penelitian.

3. Alat/Bahan dokumentasi

Alat atau bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tape rekorder

sebagai alat perekam wawancara serta hp untuk mengambil gambar pada

saat penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penelitian mengadakan

pengamatan secara langsung terhadap gejala subyek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses untuk memperoleh keterangan penelitian

dengan cara tanya jawab dalam bentuk tatap muka antara pewawancara

Page 47: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

34

dengan responden. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengumppulkan data tentang implementasi hak-hak tersangka

sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan

di tingkat penyidikan di kapolsek lembor untuk memberikan informasi

yang lebih spesifik dan mendetail bagi peneliti untuk mendapatkan

gambaran tentang implementasi tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang

tertulis seperti buku, majalah, catatan dan lain-lain misalnya profil yang

dibutuhkan, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Data yang

diperoleh dari dokumentasi ini merupakan dasar sekunder sebagai

pelengkap data primer.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2007:333-345) menyatakan bahwa, Analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang

penting serta mana yang perluh dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami.

Langkah-langkah analisis data, sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang

bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

Page 48: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

35

2. Penyajian Data

Penyajian data yang sering digunakan pada dat kualitatif adalah

bentuk naratif.Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi

yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Penarik kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data

yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetep mengaju pada rumusan

masalah secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun

dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan

sebagai jawaban dari permasalahan yang ada

Page 49: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Wilayah Polsek Sektor Lembor

Polisi Sektor lembor diresmikan pada tanggal 03 Oktober 1989,

Markas atau kantor Polisi Sektor lembor berada dijalan Jalan Nangalili

Nomor 11 Malawatar Kecamatan lembor. Polsek lembor Memiliki 1 (satu)

unit asrama untuk personil dan kondisi bangunan permanen.

Luas wilayah hukum polisi sektor lembor terdiri dari 3 (tiga)

kecamatan yaitu Kecamatan lembor, welak, dan lembor selatan. Dari 3

(tiga) kecamatan terdapat beberapa desa. Adapun desa tersebut

diantaranya:

1) Kecamatan lembor

Kecamatan lembor terdiri dari 15 desa, diantaranya:

• Daleng

• Golo Ndeweng

• Liang Sola

• Ngancar

• Poco Dedeng

• Poco Ruteng

• Pondo

• Pong Majok

• Ponto Ara

36

Page 50: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

37

• Siru

• Tangge

• Wae Bangka

• Wae Kanta

• Wae Mowol

• Wae Wako

2) Kecamatan Welak

Kecamatan Welak terdiri dari 16 desa, diantaranya:

• Dunta

• Galang

• Golo Ndari

• Golo Ranggot

• Gurung

• Lale

• Orong

• Pengka

• Pong Welak

• Racang Welak

• Rehak

• Robo

• Semang

• Sewar

• Watu Umpu

Page 51: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

38

• Wewa

3) Kecamatan lembor selatan

• Benteng Dewa

• Benteng Tado

• Kakor

• Lalong

• Lendong

• Modo

• Munting

• Nanga Bere

• Nanga Lili

• Repi

• Surunumbeng

• Wae Mose

• Watu Rambung

• Watu Tiri

• Watu Waja

Berdasarkan data sensus kependudukan 2019 Jumlah penduduk

dari 3 (tiga) Kecamatan, diantaranya. Kecamatan lembor 34.263.000

jiwa/orang, Kecamatan Welak 22.159.000 jiwa/orang, Kecamatan Lembor

Selatan 24.844.000 jiwa/orang.

Polisi Sektor Lembor memiliki wilayah kekuasaan hukum yang

berbatasan dengan beberapa polisi sektor lain yang ada di Kabupaten

Page 52: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

39

Manggarai Barat. Adapun batas-batas wilayah polisi sektor Tampan

meliputi :

• Sebelah utara Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Macang

Pacar

• Sebelah Timur Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Kuwus

• Sebelah Selatan Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Golo

Welu

• Sebelah Barat Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Werang dan

Polsek Komodo

2. Jumlah Personil Kepolisian Polsek Lembor

Secara keseluruhan, Polsek Lembor memiliki 19 personil yang

terdiri dari beberapa unit bagian tugas dalam menjalankan Undang-

Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia..

B. Hasil Penelitian

1. Identitas Informan

Dalam hal melakukan penelitian, peneliti memilih 7 (lima)

informan untuk dilakukan wawancara. Informan yang peneliti wawancara

adalah informan yang memegang jabatan diantaranya, kapolsek lembor,

kanit reskrim beserta banitnya, kanit intel beserta banitnya dan dua orang

tersangka yang pernah ditangkap dan dilakukan pemeriksaan di Polsek

Lembor.

Page 53: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

a. Penyidik (Polisi)

NO. Nama Umur Keterangan

1. YDS 29 Kepala

kepolisian sektor

lembor

2. SN 30 Sebagai kanit

reskrim

3. AA 28 Sebagai banit

reskrim

4. GW 31 Sebagai kanit

intel

5. JN 28 Sebagai banit

intel

b. Tersangka

No. Nama pendidikan pekerjaan

1. AJ Tamat SMA Petani

2. AR Tamat SD Petani

2. Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak

bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi hak-hak

tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses

pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan analisis dokumen data

tersangka, observasi beserta wawancara langsung dengan kapolsek lembor,

kanik reskrim beserta banitnya, dan wawancara pendukung atau wawancara

penambahan informasi adalah kanit intel beserta banitnya.

Dalam sub bab ini juga penulis akan memberikan gambaran-

gambaran mengenai kasus tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup

Page 54: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

41

polsek lembor. Penulis hanya akan melakukan pembahasan-pembahasan

terhadap kasus yang terjadi pada wilayah tersebut, dilihat dari hak-hak

tersangka dalam proses pemeriksaan ditingkat penyidikan, apakah sesuai

dengan Undang-Undang yang mengatur mengenai implementasi hak-hak

tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat penyidikan. Dalam hal ini

peneliti menyajikan kasus yang peneliti dapatkan dalam melakukan

penelitian, di antaranya:

Uraian Singkat Kasus yang diteliti,

Deskripsi Kasus

1) Identitas tersangka

Nama : VE (inisial)

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Kampung Pusut, Rt/Rw : 003/002, Desa

Nampar Macing, Kecamatan Sano

Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat

2) Pembahasan kasus

Berdasarkan Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek

Lembor. Bahwa tersangka VE (inisial) pada hari Jumaat tanggal 14

Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 Wita (dini hari), bertempat di

halaman di kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan

Lembor, Kabupaten Manggarai Barat melakukan pencurian satu unit

Page 55: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

42

sepeda motor dan di maksud dalam Pasal 363 Ayat (1) ke 3 KUHP Jo

Pasal 362 KUHP

3) Pelaksanaan penyidikan

Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari Berdasarkan

Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek Lembor, dan

penjelasan dari hasil wawancara dengan petugas kepolisian yang

menangani perkara tersebut. Dapat diketahui mengenai:

a. Penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Penanganan TKP : di dalam halaman Kantor PDAM

Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten

Manggarai barat

Hasil yang ditemukan:

a) Jalan Raya Trans Malawatar-Nangalili, tepatnya di halaman

Kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan

Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

b) Di tkp tidak di temukan barang bukti

c) Tempat kejadian Perkara ( Tkp ) di datangi pada siang hari

b. Pemanggilan

a) Terhadap saksi korban PJF (Inisial), dilakukan pemanggilan

dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 32 / III / 2020 /

Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020 dan yang

bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan

serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

b) Terhadap saksi NJ (inisial), dilakukan pemanggilan dengan

Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 33 / III / 2020 / Unit

Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan

telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan

Berita Acara Pemeriksaannya.

Page 56: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

43

c) Terhadap saksi MHW (inisial), dilakukan pemanggilan

dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 34 / III / 2020 /

Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang

bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan

serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

d) Terhadap saksi DRE (inisial), dilakukan pemanggilan

dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 35 / III / 2020 /

Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang

bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan

serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

e) Terhadap saksi AS (inisial), dilakukan pemanggilan dengan

Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 36 / III / 2020 / Unit

Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan

telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan

Berita Acara Pemeriksaannya

c. Penangkapan

Dengan Surat Perintah Penangkapan Nomor : Sp.Kap / 04

/ III / 2020 / Unit Reskrim, Tanggal 19 Agustus 2020 telah

dilakukan penangkapan terhadap tersangka VE (Inisial), Dengan

Berita Acara Penangkapan tanggal 19 Agustus 2020.

d. Penggeledahan tidak dilakukan penggeledahan

e. Penyitaan

a) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / III

/ 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020, telah

dilakukan Penyitaan terhadap barang bukti berupa :

• (Satu) Lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

( STNK) dengan Nomor Kendaraan Registrasi EB 517

G, Merk Honda, Type Win ( MCB), model Sepeda

motor tahun pembuatan 2001, isi silinder 97, Nomor

Rangka MH1HABB161K013174, Nomor mesin

HABBE101306 warna hitam bahan bakar bensin, Warna

TNKB Merah tahun regsitrasi 2001, dengan nama

pemilik Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) Atas

nama KIMPRASWIL / UPTD AIR BERSIH

• 1 (satu) Lembar Surat Penunjukan Pemegang Kendaraan

Roda Dua, dengan Nomor : 33/ PERUMDA /UL/I/2019,

Pada tanggal 03 Januari 2019

• 2 (dua) Lembar foto Copi Surat KeputusanDirektur

PDAM Wae Mbeliling Nomor : 023 / KEP/ PDAM /

IX/ 2018, Tentang Pengangkatan tenaga honorer pada

PDAM Wae Mbeliling Kabupaten Manggarai barat, di

tetapkan pada tanggal 01 September 2018

b) Berdasarkan Surat Kepolisian Sektor Lembor Nomor : B / 70

/IV/2020/Sektor Lembor, tanggal 25 Agustus 2020, Perihal

Laporan Untuk Mendapatkan Persetujuan Penyitaan yang di

tunjukan Kepada Ketua Pengadilan Negeri Labuan Bajo, telah

Page 57: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

44

di Peroleh Penetapan Persetujuan Penyitaan dari Ketua

Pengadilan Negeri Labuan Bajo Nomor : 35/Pen.Pid/2020/PN

Lbj, tanggal 25 Agustus 2020

c) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 05 / III /

2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020, telah dilakukan

Penyitaan terhadap barang bukti berupa

• 1 (Satu) unit sepeda motor Win warna hitam Tanpa

Nomorn Polisi dengan Nomor rangka

MH1HABB161K013174, dengan nomor mesin

HABBE101306

• 1 (satu) buah behel motor Win warna Silver

f. Keterangan Saksi-Saksi

a) Berdasarkan keterangan korban PJF bahwa yang melakukan

pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB

517 G dinas PDAM Lembor, sesuai dengan Surat

Penunjukan Pemegang Kendaraan Roda Dua, dengan

Nomor: 33/ PERUMDA /UL/I/2020, Pada tanggal 14

Agustus 2020 dan yang melakukan pencurian motor

tersebut yakni tersangka VE

b) Berdasarkan keterangan saksi DRE dimana saksi DRE

menyaksikan secara Langsung kejadian pencurian tersebut,

bahwa yang melakukan Pencurian satu unit sepeda motor

WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor

tersebut yakni tersangka VE dan pemilik motor tersebut

awal saksi tidak mengetahui namun pada saat pemeriksaan

oleh penyidik baru saksi mengetahui bahwa pemilik motor

tersebut yakni PJF, dimana saksi DRE menyaksikan secara

Langsung kejadian pencurian tersebut bahwa kejadian

pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB

517 G dinas PDAM Lembor yakni pada hari Jumaat

tanggal 14 Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 wita ( dini hari)

bertempat di Halaman Kantor PDAM Lembor, Tepatnya di

Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten

Manggarai barat, Dengan cara dimana Tersangka bersama

saudara saksi DRE pergi pesiar di seputaran Lembor

dengan menggunakan sepeda motor milik tersangka, dan

seketika itu tersangka melihat sepeda motor Win sementara

parkir di halaman Kantor PDAM Lembor dan pada saat itu

timbul niat tersangka untuk mencuri motor win tersebut,

dan seketika itu tersangka menyuruh saudara saksi an DRE

untuk berhenti lalu kemudian tersangka menyuruh saudara

DRE untu menunggu tersangka didepan kantor BPD

Lembor, lalu kemudian tersangk jalan menuju ke halaman

kantor PDAM Lembor dan setelah itu tersangka melihat

pada kontok motor win tersebut tidak memiliki kunci, dan

seketika itu tersangka mendorong motor tersebut ke arah

Page 58: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

45

jalan raya dan setibanya di jalan Raya tersangka mencoba

menstarter motor tersebut dengan menggunakan kaki dan

pada saat itu motor tersebut hidup, dan seketika itu

tersangka jalan menggunakan motor tersebut dan setibanya

di depan Kantor BPD Lembor tersangka melihat saudara

EFRIM sedang duduk diatas motor milik tersangka dan

kemudian tersangka memberitahukan saudara DRE untuk

mengikuti tersangka, dan pada saat itu tersangka dengan

saudara saksi jalan menuju kerumah tersangka di kampung

Pusut, dan setibanya di rumah tersangka saudara DRE

bertanya kepada tersangka ”Motor win tersebut milik siapa”

dan pada saat itu tersangka diam lalu kemudian saudara

DRE masuk kedalam rumah dan kemudian tidur, sedangkan

tersangka membuka lampu motor tersebut. dan pada hari

Sabtu tanggal 15 Agustus 2020, tersangka

menyembunyikan motor tersebut di persawahan Lengskap.

Dari keterangan saksi-saksi diatas dapat dipahami bahwa masing-

masing dari saksi menerangkan dan membenarkan bahwa

tersangka VE telah melakukan pencurian satu unit sepeda motor

WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor yakni terjadi

pada malam hari yakni pada hari Jumaat tanggal 14 Agustus 2020,

sekitar Jam 01.00 wita (dini hari) bertempat di Halaman Kantor

PDAM Lembor, Tepatny di Kelurahan Tangge, Kecamatan

Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

g. Keterangan Tersangka

Berdasarkan keterangan tersangka VE bahwa yang

melakukan pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi

EB 517 PG dinas PDAM Lembor yakni tersangka sendiri (VE) dan

pemilik motor tersebut awal tersangka tidak mengetahui namun

ketika pemeriksaan oleh penyidik baru tersangka mengetahui

bahwa pemilik motor tersebut yakni korban PJF, tersangka

melakukan pencurian tersebut dengan cara dimana Tersangka

bersama saudara saksi EF pergi pesiar di seputaran Lembor dengan

menggunakan sepeda motor milik tersangka, dan seketika itu

tersangka melihat sepeda motor Win sementara parkir di halaman

Kantor PDAM Lembor dan pada saat itu timbul niat tersangka

untuk mencuri motor win tersebut, dan seketika itu tersangka

menyuruh saudara saksi EF untuk berhenti lalu kemudian tersangka

menyuruh saudara EFuntuk menunggu tersangka didepan kantor

BPD Lembor, lalu kemudian tersangka jalan menuju ke halaman

kantor PDAM Lembor dan setelah itu tersangka melihat pada

kontok motor win tersebut tidak memiliki kunci, dan seketika itu

tersangka mendorong motor tersebut ke arah jalan raya dan

setibanya di jalan Raya tersangka mencoba menstarter motor

tersebut dengan menggunakan kaki dan pada saat itu motor tersebut

Page 59: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

46

hidup, dan seketika itu tersangka jalan menggunakan motor

tersebut dan setibanya di depan Kantor BPD Lembor tersangka

melihat saudara EFsedang duduk diatas motor milik tersangka dan

kemudian tersangka memberitahukan saudara EF untuk mengikuti

tersangka, dan pada saat itu tersangka dengan saudara saksi jalan

menuju kerumah tersangka di kampung Pusut, dan setibanya di

rumah tersangka saudara EF bertanya kepada tersangka ” Motor

win tersebut milik siapa” dan pada saat itu tersangka diam lalu

kemudian saudara EF masuk kedalam rumah dan kemudian tidur,

sedangkan tersangka membuka lampu motor tersebut. Dan

tersangka menyembunyikan motor tersebut di persawahan

Lengskap.

Dari pembahasan kasus diatas peneliti melakukan observasi dan

wawancara terhadap penyidik mengenai implementasi atau penerapan hak-

hak tersangka dalam proses pemeriksaan.

1) Hak tersangka untuk segera di periksa

Terlepas bersalah atau tidaknya tersangka dari kasus di atas, dari

hasil wawancara dan analisis dokumen yang dilakukan dalam implemtasi

hak-hak tersangka pada kasus tentang pencurian inisal VE bahwa

tersangka telah memperoleh hak tersangka untuk segera di periksa dalam

hal ini dapat di lihat pada kasus di atas bahwa penangkapan tersangka

tanggal 19 Agustus 2020 dan segera diperiksaa pada tanggal 19 Agustus

2020 tersebut selanjutnya di buatkan berita acara pemeriksaannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan berinisial

YDS, beliau menyatakan bahwa:

“seseorang yang ditangkap oleh penyidik dan dibawah ke kantor

polisi itu langsung kami buatkan berita acara pemeriksaannya dan

segera di periksa oleh penyidik karna dalam KUHAP di jelaskan

maksimal 1 kali 24 jam sudah ada status dari seseorang tersebut”

(wawancara 20 Agustus 2020).

Page 60: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

47

Pendapat yang sama dari informan berinisial JN yang melakukan

pemeriksaan kepada tersangka, beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik di kapolsek lembor ini ketika kami

menangkap sesorang tersangka itu kami langsung melakukan

pemeriksaan agar tersangka mengetahui lebih jelas statusnya”

(wawancara 24 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersangka

berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada kasus saya waktu itu saya ditangkap dan dibawah ke kantor

polisi sampai di kantor polisi saya segera diperiksa oleh polisi pada

saat itu juga”(Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Pendapat yang sama dari informan tersangka berinisial AJ,

menyatakan bahwa:

“waktu itu saya tidak ditangkap tapi saya mendapatkan surat

pemanggilan dari kantor polisi dan saya datang satu hari setelah

surat dari polisi datang, pada saat saya datang saya segera

dilakukan pemeriksaan oleh polisi” (Wawancara, Rabu 28 Oktober

2020)

Dari hasil observasi pada proses pemeriksaan serta observasi pada

dokumen tersangka terhadap proses pemeriksaan tersangka yang

dilakukan oleh penyidik yang bertugas sebagai reskrim bahwa pada saat

itu tersangka yang dibawah ke kantor polisi segera diperiksa oleh penyidik

pada saat itu juga dan segera dibuat berita acara pemeriksaan tersangka.

Dari hasil wawancara, observasi dan analisi dokumen di atas dapat

dipahami bahwa hak segera untuk diperika di Polsek Lembor sudah

diterapkan oleh penyidik yang dimana tersangka yang ditangkap ataupun

Page 61: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

48

mendapatkan surat pemanggilan dari penyidik segera diperiksa pada hari

penangkapan tersangka.

2) Hak tersangka untuk mendapatkan pembelaan

Sebelum proses pemeriksaan dimulai tersangka diberitahu

dengan jelas oleh penyidik tentang kasus yang dihadapi tersangka yang

dilaporkan oleh pihak korban,

Berdasarkan hasil wawancara dengan bpk. SN (inisial) beliau

menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik memberitahukan kepada tersangka tentang

maksud dan tujuan tersangka dipanggil ke kantor polisi untuk

meakukan pemeriksaan bahwasannya tersangka terjerat kasus

penganiayaan (pengeroyokan) yang terjadi Sambir Bendera

conyohnya” (wawancara, 21 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bpk. AA (inisial)

beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik disini sebelum dilakukan pemeriksaan

kami memberitahu dulu maksud dan tujuan tesangka dipanggil

ataupun ditangkap karena tersangkakan punya hak untuk itu dan

sudah dijelas juga dalam pasal 51 ayat (1) KUHAPdan kami

sebagai penyidik wajib untuk mengikutinya” (wawancara, 26

Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersangka

berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada saat saya mau diperiksa oleh polisi saya di beritau atau

dijelaskan oleh polisi alasan saya ditangkap dan kasus yang di

sangkakan kepada saya” (Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Pendapat yang sama dari informan tersangka berinisiaL AJ,

menyatakan bahwa:

Page 62: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

49

“waktu itu saat saya mau diperiksa saya diberitahukan oleh polisi

alasan saya ditangkap dan setelah dia menjelaskan alasan saya

ditangkap serta kasus apa yang disangkakan kepada saya setelah itu

polisi mulai intograsi keterangan dari saya” (Wawancara, Rabu 28

Oktober 2020)

Berdasarkan kenyataan yang di dapatkan peneliti dilapangan,

bahwa dalam proses pemeriksaaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap

tersangka, peneliti melihat dan mendengar pada saat sebelum di mulai

intograsi untuk mendapatkan keterangan dari tersangka penyidik

mejelaskan alasan serta tindak pidana apa yang di sangkakan kepada

tersangka sehingga tersangka ditangkap.

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dalam melakukan

pemeriksaan penyidik memberitahukan kepada tersangka tentang tindak

pidana apa yang disangkakan kepada tersangka dengan bahasa yang

dimengerti oleh tersangka. Hak ini dilakukan agar tersangka mengerti

tindak pidana apa yang disangkakan kepadanya, sehingga tersangka dapat

menyiapakan alat atau barang bukti untuk meringankan dan menguatkan

peembelaan tersangka dimuka persidangan

3) Hak tersangka untuk bebas memberiksan keterangan

Dalam hal hak untuk bebas memberikan keterangan dari hasil

observasi dan wawancara bahwa peneliti tidak menemukan ada

penyimpangan yang sering menjadi perbincangan dilingkungan

masyarakat yang menganggap adanya kekerasan fisik yang terjadi pada

saat pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedurnya

Page 63: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

50

tanpa ada kekersan fisik. Sebagaimana dari hasil wawancara peneliti pada

informan Bpk. SN (inisial) beliau menyatakan bahwa”

“ketika tersangka tidak mau jujur dalam proses pemeriksaan kami

penyidik tidak memaksa agar tersangka ini mau mengaku, karna

kami sebagai penyidik ini tidak hanya menoton atau hanya

mengara bukti dari tersangka saja, tapi kami melihat dari sisi yang

lai juga seperti keterangan saksi dan alat bukti” (wawancara, 21

Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN,

Beliau menyatakan bahwa:

“dalam proses pemeriksaan kami memberikan kebebasan terhadap

tersangka, kebebasan dalam artian di sini yaitu kebebasan dalam

mengeluarkan keterangan yang terjadi atau disangkakan atas

dirinya yang menurut pemeikiran tersangka tersebut. Namun kami

sebagai penyidik tidak melihat atau mendengar hanya dari

tersangka saja tapi dari alat bukti dan keterangan saksi juga”.

(wawancara, 21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial YDS,

Beliau menyatakan bahwa:

“dalam hal ketakutan masyarakat yang berasumsi seperti yang

peneliti bilang bahwasannya dalam hal proses pemeriksaan ada hak

yang dilanggar dalam artian kekerasan fisik atau tekanan mental itu

tidak ada kami lakukan hanya saja mungkin dari nada suara kami

yang terlalu tegas sehingga mereka menganggap bahwa di sini ada

kekerasaan nantinya seperti yang di katakan informan sebelumnya

bahwa kami bukan hanya menoton pada keterangan tersangka

contohnya pada kasus ini sebelum tersangka melakukan

pemeriksan kami sudah mempunyai bukti lain seperti keterangan

dari korban, dari CCTV dan penemuan motor di tempat tersangka

dan keterangan saksi, dengan atau tidak di lakukan kekerasan

tersangka sudah merasa takut karna rasa takutnya sendiri”

(wawancara, 20 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN,

Beliau menyatakan bahwa:

Page 64: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

51

“selama ini belum ada praperadilan yang terjadi di polsek lembor

ini, sebaliknya baru-baru ini kami mendapatkan penghargaan

dalam pelayanan yang baik dari polres kabupaten” (wawancara,

21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AJ, menyatakan bahwa:

“Pada waktu pemeriksaan saya di intograsi oleh polisi tanpa ada

tekanan ataupun kekerasan fisik, karena pada saat itu saya ditemani

oleh pengacara saya jadi saat itu pemeriksaannya hanya pertanyaan

seputar kasus itu setelah itu tidak ada lagi” (Wawancara, Rabu 28

Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AR, menyatakan bahwa:

“pada waktu pemeriksaan saya di tanya oleh polisi tentang kasus

yang saya tanpa tekanan ataupun kekerasan fisik, saya juga pada

waktu itu memberikan keterangan sesuai dengan yang terajadi”

(Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Hak bebas memberikan keterangan ini seringkali menjadi

perbincangan di masyarakat yang menganggap bahwa dalam proses

pemeriksaan ada kekerasan fisik yang dilakukan oleh penyidik.

Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa peneliti tidak menemukan

adanya tindakan penyidik yang melanggar dari ketentuan yang ada, dari

yang peneliti lihat dan dengar pada saat pemeriksaan bahwa penyidik

melakukan pemeriksaan tanpa kekerasan fisik maupun tekanan apapun dan

dalam bentuk apapun.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas bahwa apa yang

menjadi perbincangan dikalangan masyarakat tidak benar adanya, seperti

Page 65: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

52

pada hasil wawancara diatas bahwa penyidik tidak hanya menoton pada

keterangan tersangka saja, ada banyak cara yang dilakukan penyidik untuk

mendapatkan bukti dari kejahatan tersangka diantaranya, alat bukti dan

keterangan dari saksi maupun korban.

4) Hak tersangka untuk memilih penasihat hukum sendiri

Dalam kedua kasus ini tersangka tidak ditemani oleh penasehat

hukum karena ketiga tersangka tersebut dari kalangan tidak mampu untuk

membiayai atau menyewa pengacara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN,

Beliau menyatakan bahwa:

“kasus ini tidak didampingi oleh pengacara, karena kedua

tersangka tidak bisa menyewa pengacara, jadi pada pemeriksaan

tidak ada ditemani pengacara” (wawancara, 21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial AA,

Beliau menyatakan bahwa:

“kasus pencurian ini juga tidak ditemani oleh pengacara karena

tersangka tidak bisa menyewa pengacara sama seperti kasus yang

diwawancara sebelumnya. Jadi pada proses pemeriksaan tersangka

tidak ditemani oleh pengacara” (wawancara, 26 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AJ, menyatakan bahwa:

“ya pada saat pemeriksaan saya ditemani oleh penasihat hukum

saya dan polisi juga tidak melarang saya untuk memilih penasihat

hukum sendiri” (Wawancara, Rabu 28 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AR, menyatakan bahwa:

Page 66: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

53

“pada waktu pemeriksaan saya tidak ditemani oleh penasihat

hukum karena saya tidak mampu untuk membayar pengacara tapi

sebelum itu polisi menyatakan saya boleh memilih penasihat

hukum sendiri tapi saya saya bilang waktu itu kalau saya tidak

mampu membayar pengacara” (Wawancara, Selasa 27 Oktober

2020)

Dari kenyataan yang peneliti lihat di lapangan bahwa dalam proses

pemeriksaan penyidik memberikan kebebasan kepada tersangka untuk

memilih penasihat hukumnya sendiri.

Dari hasil wawancara dan observasi diatas bahwa dalam proses

pemeriksaan pada kasus diatas tersangka tidak ditemani oleh penasihat

hukum atau pengacara untuk menemani tersangka, karena ketiga tersangka

tidak dapat membiayai atau menyewa penasihat hukum atau pengacara.

Namun sebelumnya penyidik telah memberikan kebesan kepada tersangka

untuk memilih penasihat hukumnya sendiri.

5) Hak tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum

Walaupun tersangka tidak diancam dengan hukum lima belas tahun

penjara atau lebih tetapi penyidik tetap memberikan hak tersangka

untukmendapatkan bantuan hukum dari seorang penasehat hukum atau

lebih. Penunjukan penasehat hukum, Terlepas dari perlu tidaknya

tersangkadidampingi oleh penasehat hukum, hal ini sudah menjadi

kewajiban bagi penyidik untuk memberikan haknya kepada tersangka.

Namun dari hasil observasi dalam kedua kasus diatas penyidik tidak

memberitahukan kepada tersangka mengenai hak-hak yang didapat

olehnya serta tidak menghadirkan penasihat hukum yang dapat menemani

Page 67: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

54

tersangka selama proses pemeriksaan. Sehingga dalam proses pemeriksaan

pada kedua kasus diatas tersangka tidak memperoleh bantuan hukum

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bpk. YDS, beliau

menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik disini tidak mempunyai kewajiban untuk

memberiksan bantuan hukum kepada si tersangka, bantuan hukum tersebut

nanti diadakan pada saat di persidangan, kami hanya melakukan

pemeriksaan setelah itu diajukan ke penuntut umum” (wawancara, 20

Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AJ, menyatakan bahwa:

“saya tidak mendapatkan bantuan hukum karena saya sudah

memiliki penasihat hukum sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial

AR, menyatakan bahwa:

“pada waktu pemeriksaan pada saat saya tidak mendapat bantuan

hukum itu dan saya tidak tau bantuan hukum karena waktu itu juga

polisi tidak menyatakan hak bantuan hukum itu saya hanya

diperiksa dan diintrograsi oleh polisi”

Dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa dalam pemeriksaan

tersangka tidak mendapatkan bantuan hukum karena penyidik ingin proses

pemeriksaan berjalan dengan cepat atau cepat selesai.

Dari hasil wawancara dan observasi dari tersangka diatas dapat

dipahami bahwa dalam proses pemeriksaan penyidik melanggar hak

tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum. Yang dimana dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana sudah ditentukan bahwa tersangka

Page 68: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

55

yang tidak mampu membiayai penasihat hukum, maka sudah menjadi

kewajiban penyidik untuk menghadirkan penasihat hukum untuk tersangka

guna untuk menjauhkan kemungkinan terjadi diskriminasi.

2. Hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi hak-hak

tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat

Dalam melaksanakan suatu perundang-undangan sering kali

dijumpai beberapa permasalahan yang timbul, baik disebabkan karena

peraturannya yang kurang jelas maupun disebabkan faktor pelaksanaan

undang-undang dalam hal ini aparat penegak hukum kurang maksimal.

Implementasi hak-hak tersangka ditingkat penyidikan dalam

berbagai kasus yang terjadi diwilayah hukum Polres Lembor, tentunya

terdapat hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ditemui selama

proses penyidikan, baik yang datang dari pihak penyidik sendiri maupun

dari pihak tersangka, yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya

secara baik implementasi hak-hak tersangka.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas penyidik,

adapun hambatan-hambatan yang ditemukan tersebut antara lain:

a) Keterbatasan atau kekurangan tenaga penyidik dalam melakukan

penyidikan

b) Ketidak jujuran dan transparansi dari tersangka Dalam melakukan

proses intograsi (pemeriksaan)

Page 69: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

56

c) Tersangka tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak

diam,

d) Ketidak tauan atau kurang pahamnya tersangka mengenai hak-hak

yang dapat diperoleh tersangka dan tersangkan yang tidak paham

akan pentingnya bantuan hukum.

C. Pembahasan

1. Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga

tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di

Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Bedasarkan hasil analisi peneliti terhadap implementasi hak-hak

tersangka di Polsek Lembor bahwa dalam proses pemeriksaan di tingkat

penyidikan terhadap kedua kasus diatas tidak terjadi penyimpan yang

selama ini menjadi perbincangan masyarakat yang seringkali menganggap

adanya hak-hak yang dilanggar penyidik dalam proses pemeriksaan.

Pemeriksaan yang dilakukan penyidik sesuai prosedur yang ditetapkan

dalam undang-undang yang dimana pada kasus diatas proses

pemeriksaanya dilakukan sejak penangkapan yang dilakukan oleh

penyidik, dalam hal ini dapat di lihat dalam kasus pencurian inisal VE

bahwa penangkapan tersangka tanggal 19 Agustus 2020 dan segera

diperiksaa pada tanggal 19 Agustus 2020 tersebut selanjutnya di buatkan

berita acara pemeriksaannya. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa

tidak ada penyimpangan yang terjadi dalam hak segera diperiksa ini yang

dimana dalam pasal 50 ayat (1) KUHAP dan pasal 122 KUHAP

menegaskan bahwa:

Page 70: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

57

Berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya

dapat diajukan kepada penuntut umum. Bahkan tersangka yang

ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah penahanan itu

dijalankan, ia harus mulai diperiksa oleh penyidik (Pasal 122

KUHAP).

Dalam pemeriksaan penyidik memberitahukan kepada tersangka

dalam bahasa yang dimengerti oleh tersangka tentang apa yang

disangkakan kepadanya. Sebagaimana pasal 51 huruf (a) KUHAP

menegaskan bahwa:

Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa

yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya

pada waktu pemeriksaan dimulai

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara peneliti bahwa

tidak ada penyimpangan yang terjadi atas hak ini, pada pemeriksaan

penyidik menjelaskan pada tersangka tentang tindak pidana apa yang

disangkakan kepadanya.

Dalam memberikan keterangan tersangka diberikan kebebasan oleh

penyidik untuk memberikan keterangan yang menurut tersangka benar

adanya tanpa ada tekanan ataupun kekerasan fisik dari penyidik. Dari hasil

wawancara peneliti bahwa pihak penyidik tidak hanya menoton pada

keterangan tersangka saja ada banyak cara lain untuk membuktikan suatu

kejahatan dantaranya bukti berupa barang atau alat bukti, keterangan saksi,

dan visum atau otopsi ketika berkenaan dengan tindak pidana

pembunuhan, penganiayaan dan lain-lainnya. Hak bebas keterangan

tersangka sudah diatur dalam pasal 52 KUHAP yang menegaskan bahwa:

Page 71: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

58

Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan tersangka berhak

memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik.

Hak bebas memberikan keterangan ini seringkali menjadi

perbincangan di lingkungan masyarakat yang menganggap adanya

pelanggara yang terjadi dalam hak ini yang dimana penyidik dalam

melakukan pemeriksaan menggunakan kekerasan fisik. Namun

berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti bahwa apa yang

menjadi perbincangan masyarakat tidak benar adanya seperti pada

pembahasan diatas bahwa penyidik tidak hanya menoton pada keterangan

tersangka.

Dalam kasus tindak pidana penasihat hukum merupakan hal yang

paling penting untuk menemani tersangka agar tidak terjadi diskriminasi

terhadap tersangka, berbicara tentang penasihat hukum tersangka

mempunyai hak untuk memilih sendiri penasihat hukum atau pengacara

yang dapat dipercaya olehnya. Sebagaimana menurut pasal 55 KUHAP

menegaskan bahwa:

Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam pasal 54, dan

berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

Namun dalam kedua kasus diatas bahwa tersangka tidak dapat

membiayai pengacara untuk menemani dan membela tersangka dalam

proses pemeriksaan di tingkat penyidikan.

Selain hak-hak yang telah didapatkan oleh tersangaka ada salah

satu hak yang kurang diterapkan dalam proses pemeriksaan yaitu hak

untuk mendapatkan bantuan hukum, tersangka yang kurang mampu dalam

Page 72: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

59

membiyai atau menyewa pengacara atau dari kalangan tidak mampu, maka

tersangka berhak memperoleh bantuan hukum.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Roberto conception yang

menyatakan bantuan hukum adalah pengungkapan yang umum yang

digunakan untuk menunjuk kepada setiap pelayanan hukum yang

ditawarkan atau diberikan.

Pasal 1 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan

hukum, menegaskan:

a. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi

bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

b. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.

c. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau

organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum

berdasarkan undang-undang ini.

Menurut keputusan Mahkamah Agung No. 5 KMA/1972 tanggal

22 juli 1972, dimana pemberian bantuan hukum itu dikategorikan ke

dalam tiga golongan, yaitu:

a. Pengacara (advokat/procureur), yaitu mereka sebagai mata pencarian

menyediakan diri sebagai pembela dalam perkara pidana atau

kuasa/wakil dari pihak-pihak dalam perkara perdata dan yang telah

mendapat surat pengangakatan dari Departemen Kehakiman.

b. Pengacara Praktik, yaitu mereka yang sebagai mata pencaharian

(beroep) menyediakan diri sebagai pembela atau kuasa/wakil dari

pihak-pihak yang berpekara, akan tetapi tidak termasuk dalam

golongan tersebut diatas.

c. Mereka yang karena sebab-sebab tertentu secara insidental membela

atau mewakili pihak-pihak yang berpekara.

Bantuan hukum bukan semata-mata digantungkan kepada

tersangka, tetapi dengan sendirinya sudah menjadi kewajiban bagi

penyidik atau aparat penegak hukum pada semua tingkat untuk

Page 73: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

60

memberikan hak tentang bantuan hukum tersebut. Tujuan dari ketentuan

tersebut guna menjauhkan kemungkinan diskriminasi dan adanya

keselaran dalam hukum untuk diri tersangka yang terjerat dalam kasus

tindak pidana.

Selain hak-hak diatas ada beberapa tindakan penyidik dalam

melakukan pemeriksaan di tingkat penyidikan diantaranya:

a) Penangkapan

Penengkapan terhadap tersangka menurut penulis dilakukan

secara sah, karena penangkapan yang dilakukan oleh aparat

penegak dalam hal ini kepolisian telah dilengkapi dengan surat

tugas Nomor : Sp.Kap / 04 / III / 2020 / Unit Reskrim, Tanggal 19

Agustus 2020 disertai dengan bukti permulaan yang lengkap dari

penyelidik yang menduga bahwa tersangkalah sebagai pelakunya,

sehingga menurut penulis tidak terdapatnya penyimpangan dalam

proses penangkapan yang dilakukan oleh penyidik.

b) Penahanan

Dalam hal penahanan terhadap tersangka, penulis

beranggapan bahwa penahanan yang dilakukan oleh penyidik juga

telah sesuai prosedur yaitu penahanan didasarkan atas surat

perintah penahanan dengan Nomor : Sp.Han / 03 / III / 2020 /

Unit Reskrim, Tanggal 20 Agustus 2020. Penahanan juga tidak

melewati batas waktu penahanan, sehingga tidak sampai pada pra

peradilan

Page 74: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

61

Dilakukannya penahanan terhadap diri tersangka

didasarkan pada hal-hal yang telah ditentukan oleh undang-undang,

Yaitu:

a. Adanya dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup bahwa

orang yang melakukan tindak pidana tersebut adalah tersangka

b. Dikenakan terhadap tindak pidana yang diancam dengan pidana

lima tahun atau lebih, atau tindak pidana tertentu yang

ditentukan oleh undang-undang.

c. Adanya kekawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri,

merusak barang bukti, atau tersangka akan melakukan tindak

pidana lagi.

Jadi karena ancaman pidana yang dikenakan terhadap

tersangka lebih dari lima tahun, maka memang patut untuk

dikenakan penahanan, sesuai dengan Pasal 21 ayat (4) KUHAP.

c) Penyitaan

Dalam perkara ini, penyitaan telah dilakukan secara sah

yaitu disertai dengan adanya izin dari pengadilan Negeri setempat,

adanya surat tugas dan surat perintah penyitaan, dengan

menunjukan tanda pengenal, dan telah dibuatkan berita acaranya.

Jadi dalam hal penyitaan, tidak ada penyimpangan yang dilakukan

oleh petugas yang berwenang melakukan penyitaan.

Page 75: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

62

2. Hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi hak-hak

tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat

Dalam melaksanakan suatu perundang-undangan sering kali

dijumpai beberapa permasalahan yang timbul, baik disebabkan karena

peraturannya yang kurang jelas maupun disebabkan faktor pelaksanaan

undang-undang dalam hal ini aparat penegak hukum kurang maksimal.

Implementasi hak-hak tersangka ditingkat penyidikan dalam

berbagai kasus yang terjadi diwilayah hukum Polres Lembor, tentunya

terdapat hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ditemui selama

proses penyidikan, baik yang datang dari pihak penyidik sendiri maupun

dari pihak tersangka, yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya

secara baik implementasi hak-hak tersangka.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada petugas penyidik,

adapun hambatan-hambatan yang ditemukan tersebut antara lain:

a. Keterbatasan atau kekurangan tenaga penyidik dalam melakukan

penyidikan

Keterbatasan penyidik tidak seimbang dengan wilayah dan

kasus yang ditangani oleh peniyidik di polsek lembor, sehingga

mengakibatkan keterlambatan dalam menagani kasus maupun

melakukan penyidikan

Page 76: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

63

b. Ketidak tauan atau kurang pahamnya terangka mengenai hak-hak yang

dapat diperoleh tersangka dan tersangkan yang tidak paham akan

pentingnya bantuan hukum

c. Ketidak jujuran dan transparansi dari tersangka Dalam melakukan

proses intograsi (pemeriksaan)

d. Tersangka tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak diam,

Tersangka tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak

diam, sehingga tersangka beranggapan bahwa dengan sikap seperti itu

akan lebih sedikit fakta-fakta yang akan muncul yang dapat

menunjukkan keterlibatan tersangka

Page 77: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi hak-hak

tersangka sebagai perwujudan asas praduga tidak bersalah dalam proses

pemeriksaan ditingkat penyidikan yang dilakukan di polsek lembor maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Implemntasi hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan ditingkat

penyidikan sebagian telah sesuai dengan hak-hak yang diatur dalam

KUHAP. Yang dimana tersangka semenjak pemanggilan maupun

penangkapan segera diperiksa oleh penyidik, dalam pemeriksaan tersangka

diberitahukan oleh penyidik tentang tindak pidana yang disangkakan

kepada tersangka. Hak bebas memberiksan keterangan yang menjadi

perbincangan dilingkungan masyarakat yang menganggap bahwa dalam

hak ini penyidik melanggar dari ketentuan hak tersebut, bedasarkan

wawancara dan observasi peneliti tidak ada penyimpangan yang terjadi

pada hak ini. Tersangka dalam kedua kasus ini tidak dapat membiayai

penasihat hukum atau pengacara untuk menemani tersangka selama proses

pemeriksaan untuk itu dengan sendirinya penyidik wajib memberitahu

atau menyediakan bantuan hukum untuk tersangka agar ada keselarasan

dalam hukum dan menjauh kemungkinan dari diskriminasi. Namun dalam

kedua kasus ini tersangka tidak memperoleh hak bantuan hukum tersebut

69

Page 78: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

65

karena penyidik yang menginginkan pemeriksaan secara cepat.Tindakan-

tindakan yang dilakukan penyidik dalam melakukan penyidikan sudah

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) disertai dengan surat

yang sah .

2. hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ditemui selama proses

penyidikan, baik yang datang dari pihak penyidik sendiri maupun dari

pihak tersangka, yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya secara

baik implementasi hak-hak tersangka. Hambatan tersebut diantaranya

keterbatasan atau kekurangan tenaga penyidik dalam melakukan

penyidikan, ketidak tauan atau kurang pahamnya terangka mengenai hak-

hak yang dapat diperoleh tersangka, dan tersangkan yang tidak paham

akan pentingnya bantuan hukum, ketidak jujuran dan transparansi dari

tersangka dalam melakukan proses intograsi (pemeriksaan), dan tersangka

tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak diam,

B. Saran

1. Bahwa implementasi hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan di

tinggkat penyidikan yang dilakukan di Polsek Lembor. Seiring dengan

semakin pentingnya Supremasi hukum dan penghormatan terhadap

hak-hak yang dimiliki oleh manusia maka Implementasi hak-hak

tersangka akan menjadi hal yang penting dan utama yang harus

dijamin oleh aparat penegak hukum khususnya dalam proses

pemeriksaan yang dilakukan ditingkat penyidikan supaya penggunaan-

penggunaan tekanan kekerasaan baik fisik maupun mental terhindari.

Page 79: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

66

Pengakuan dari tersangka bukanlah suatu hal yang harus dikejar, tetapi

dengan bukti-bukti serta saksi-saksi yang kuat tersangka tidak bisa

menghindar dari tanggung jawab atas tindakan hukum yang dilakukan

oleh tersangka.

2. Dalam mewujudkan implementasi hak-hak tersangka sebagai

perwujudan asas Praduga tidak bersalah dalam proses pemeriksaan

ditingkat penyidikan, aparat penegak hukum yang melakukan

pemeriksaan haruslah menganggap seorang tersangka adalah tidak

bersalah dengan demikian tindakan-tindakan sewenang-wenang yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian sebagai

penyidik akan terhindari sebab mereka masih menganggap tersangka

belum dinyatakan bersalah.

Page 80: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

67

DAFTAR PUSTAKA

Ali Anggito& Johan Setiawan.2018. MetodePenelitian Kualitatif. Jln. Bojong

genteng Nomor 18, Kec.Bojong genteng. Kab. Sukabumi: CV jejak

Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana indonesia.Jakarta: Sinar Grafika.

Emawati Waridah, S.S. 2017. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Bmedia.

Hamzah, Jur A. 2019.Hukum AcaraPidana Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Sinar

Grafika.

Munir Fuady & Sylvia Laura. 2015. Hak Asasi Tersangka Pidana. Jakarta:

Prenada Medai Group.

Redaksi Bmedia. 2017. UUD 1945 & Perubahannya; Penyunting, Rudi & Ini; -

Cet. 1.- Jakarta: Bmedia.

Sofyan A., dan Abd, Asis. 2014. Hukum Acara PidanaSuatu Pengantar. Jakarta;

Kencana.

Sri Hajati, & dkk. 2017. Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Surabaya:

Airlangga University Press.

Sofyan A., dan Abd, Asis. 2014. Hukum Acara PidanaSuatu Pengantar. Jakarta;

Kencana.

Tim Permata Press.2019.KHUAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

& Penjelasannya): Permata Press.

Bambang Tri Bawono. 2011. Tinjauan Yuridis Hak-Hak Tersangka Dalam

Pemeriksaan Pendahuluan. Unissula.

Deddy Hermawan. 2017.Tinjauan Yuridis Sosiologis Tentang Tindakan

Kepolisian Dalam Meminimalisir Tindak Pidana Perjudian Di Kota

Pasuruan (Studi Kasus Polresta Pesuruan): Universitas Of

Muhammadiyah Malang.

Diding, Rahmat. 2017. Implementasi Kebijakan Program Bantuan Hukum bagi

Masyarakat Tidak Mampu di Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu Hukum, 4

(1): 37-38.

Masrizal Alfriado. 2016. Pelaksanaan dan Penyidikan Perkara Pidana oleh

Kepolisian terhadapLaporan Masyarakat di Polisi Sektor Lma Puluh, 3

(2), 1-15.

Page 81: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

68

Sonia S. Gusri. 2019.Implementasi Hak Tersangka/Terdakwa Menurut Pasal 52

Kuhap Pada Perkara Pidana Dalam Rangka Mencari Kebenaran

Materiil.Universitas Lampung.

Tria Dina Pratiwi, 031011069 (2014) Pertanggungjawaban Pidana Terhadap

Penyidik Anak yang Melakukan Tindak Kekerasan Terhadap Anak Pada

Saat Proses Penyidikan. Skripsi thesis. Universitas Airlangga.

Yunia Eka Wati. 2013. Hak-Hak Tersangka pada Proses Penyidikan Menurut

KUHAP dan Fiqih Murafaah (Studi Komparatif), Surabaya: UIN Sunan

Ampel Surabaya.

Alihamdan. 2017. online. (https://alihamdan.id/implementasi/). Diakses

(03/22:52).

Page 82: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA PENYIDIK

IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN

ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI

TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI POLSEK LEMBOR KAB.

MANGGARAI BARAT)

1. Dalam menangani kasus (melakukan pemeriksaan) pasti ada prosedur-

prosedur yang dilakukan atau yang diterapkan dalam proses tersebut.

Yang mau saya tanyakan Bagaimana prosedur dalam proses

pemeriksaan di polsek lembor ini?

2. Apakah dalam proses pemeriksaan tersangka, ada hak-hak tertentu

yang harus dilanggar

3. Hak-hak tersangka

a. Hak tersangka untuk mendapatkan pemeriksaan (pasal 50 kuhap)

b. Hak tersangka untuk mempersiapkan pembelaan

c. Hak untuk bebas memberikan keterangan, sebagaimana menurut

Pasal 52 KUHAP

d. Hak untuk mendapatkan juru bahasa, sebagaimana menurut pasal

53 ayat (1) KUHAP

e. Tersangka berhak mendapatkan bantuan hukum (pasal 54

KUHAP):

f. Tersangka berhak memilih sendiri penasehat hukumnya,

sebagaimana dalam Pasal 55 KUHAP

g. Hak untuk didampingi penasihat hukum secara cuma-cuma,

sebagaimana menurut pasal 56 ayat (1) KUHAP

Dari ke-7 pasal tersebut apakah ada salah satu diantara pasal

tersebut di langgar oleh pihak penyidik

4. Dalam kalangan masyarakat sering kali beranggapan bahwa seseorang

yang ditangkap oleh kepolisian ada hak-hak tersangka yang akan

Page 83: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

dilanggar oleh pihak penyidik dalam proses pemeriksaan. Apakah

stegmen tersebut benar adanya pak?

5. Dalam penanganan kasus dipolsek lembor, seberapa penting dan

kuatnya hak-hak tersangka sehingga harus dijaga meskipun sudah

melakukan pelanggaran.

6. Seseorang ditangkap oleh kepolisian masih dikatakan saksi sebelum

dinaikkan statusnya menjadi tersangka, dalam menaikakan status

seseorang apasaja yang menjadi hambatan bagi bapak?

7. Dalam proses pemeriksaan langkah-langkah apa saja yang bapak ambil

agar proses pemeriksaannya berjalan dengan lancar

8. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan bapak dalam proses

pemeriksaan

9. Bagaimana cara bapak ketika seorang tersangka tidak mau

memberikan keterangan?

10. Tindakan apa yang bapak lakukan agar tersangka menjawab

pertanyaan bapak dengan jujur.

11. pada proses pemeriksaan, apa saja yang menjadi hambatan bagi bapak

Dalam implementasi atau penerapan hak-hak tersangka

Page 84: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA TERSANGKA

(INFORMAN)

IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN

ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN

DI TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI POLSEK LEMBOR KAB.

MANGGARAI BARAT)

Nama Narasumber :

pekerjaan :

kasus :

1. Pada saat bapak ditangkap oleh penyidik (polisi) dan di bawah kekantor

polisi, apakah pada saat itu bapak segera di periksan oleh polisi

2. Dalam pemeriksaan, apakah polisi memberitahukan atau menyatakan

kepada bapak tetang alasan bapak ditangkap

3. Pada saat pemeriksaan dilakukan apakah bapak dibawah tekanan atau ada

kekerasan yang dilakukan polisi pada bapak?

4. Apakah pada saat itu bapak ditemani oleh pengacara?

5. Apakah bapak diberikan kebebasan oleh polisi untuk memilih sendiri

penasihat hukum

6. Apakah pada saat bapak diperiksa atau diintograsi oleh polisi ada bantuan

hukum yang diberikan?

Page 85: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

lampiran 3

PEDOMAN OBSERVASI

IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN

ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI

TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI POLSEK LEMBOR KAB.

MANGGARAI BARAT)

No.

Aspek Yang Di Teliti

Keterangan

Ya Tidak

1. Apakah tersangka segera di periksa √

2. Apakah tersangka dalam memberikan

keterangan dibawah tekanan oleh pihak

penyidik

3. Apakah ada kekerasan fisik pada

tersangka dalam proses pemeriksaan

4. Apakah penyidik dalam pemeriksaan

memberitahukan tersangka tentang tindak

pidana apa yang disangkakannya

5. Apakah tersangka mendapatkan bantuan

hukum dalam proses pemeriksaan

6. Apakah penyidik melakukan penyidikan

sesuai Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang diterapkan dalam menjalankan

penyidikan

7. Apakah ada faktor penghambat dalam

penanganan kasus

8. Apakah ada hambatan yang terjadi selama

proses pemeriksaan tersangka

9 Apakah penyidik sebelum melakukan

pemeriksaan memberitahukan hak-hak apa

saja yang di dapat oleh tersangka

Page 86: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Lampiran 4

DAFTAR INFORMAN

a. Penyidik

No. Nama Pangkat keterangan

1. Yoga Darma Susanto IPTU Kepala kepolisian

sektor lembor

2. Suherman Nasrullah BRIPKA Sebagai kanit

reskrim

3. Ardiansyah Akyar BRIPTU Sebagai banit

reskrim

4. Ghawa BRIPKA Sebagai kanit intel

5. Jaelani Nasrullah BRIPTU Sebagai banit intel

b. Tersangka

No. Nama pendidikan pekerjaan kasus

1. Albertus

Jehanu

Tamat SMA Petani Penganiayaan

2. Abdul Rahman Tamat SD Petani Pencurian

Page 87: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Lampiran 5

Dokumentasi

Gambar 1.1 Polsek Lembor

Gambar 1.2 struktur organisasi polsek lembor

Page 88: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Gambar 2.1 wawancara

Gambar 2.1 proses pemeriksaan tersangka

Page 89: IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN …

Gambar 3.1 proses pemerisaan tersangka

Gambar 3.2 wawancara kanit reskrim