Hak dan Kewajiban pasien dalam pelayanan Kesehatan.doc

38

Click here to load reader

Transcript of Hak dan Kewajiban pasien dalam pelayanan Kesehatan.doc

PEDOMAN HAK PASIEN DAN TANGGUNGJAWAB PASIEN DALAM PELAYANAN DI RS MUHAMMADIYAH BIMA

PEDOMAN HAK PASIEN DAN TANGGUNGJAWAB PASIEN DALAM PELAYANAN DI RS MUHAMMADIYAH BIMA

DISUSUN OLEH :

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BIMA

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

BIMA

VISI MISI MOTTO DAN TUJUAN

VISI

Menjadikan rumah sakit muhammadiyah bima sebagai perwujudan dari iman dan ibadah kepada allah subhanahu wataala dan sarana amal sholeha

MISI

Menjadikan Rumah sakit Muhammadiyah bima sebagai amal usaha pelayanan kesehatan yang islami, professional dan bermutu.

Menjadikan rumah sakit muhammadiyah bima sebagai sarana dakwah amar maruf nahi munkar serta sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat dan keluarga yang sehat sejahtera ( sakinah)

MOTTO

Cepat, Bermutu, Terjangkau, dan islami..

TUJUAN

Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang di ridhoi oleh allah SWT, melaui pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit ( kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh.

Direktur

RS Muhammadiyah Bima

DAFTAR ISI

Halaman judul

Visi misi moto dan tujuan

SK direktur RS Muhammadiyah Bima

BAB IDefinisi

BAB IIRuang Lingkup

BAB IIITATA LAKSANA

A. KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB

B. DAFTAR KELOMPOK BERESIKO

BAB IVDOKUMENTASI

Daftar keluarga pasien dan pengunjung RS Muhammadiyah

Bima

Contoh Kartu Identitas Karyawan

Kartu Identitas Penunggu

Kartu Identitas Pengunjung

Kartu Identitas Tamu/Visitor

BAB VPENUTUP

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BIMA

Jl. Gajah Mada No. 6 Kota Bima

Telp: 0374-42100 Fax: 0374-42621

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

Tentang :

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Bima setelah :

Menimbang:1. Bahwa dengan berlakunya peraturan perundang undangan yang mengatur secara eksplisit secara hak dan kewajiban pasien, maka rumah sakit berkewajiban menjamin bahwa ada mekanisme pemenuhan hak dan kewajiban pasien dan keluarga RSMB.

2. Bahwa salah satu pemenuhan hak dan kewajiban tersebut adalah perlindungan terhadap kekerasan fisik selama di Rumah sakit

3. Bahwa sehubungan dengan tujuan poin (1 dan 2) dipoerlukan panduan yang mengatur tentang perlindungan terhadap kekerasan fisik sebagai acuan dalam rangka perlindungan kepada semua orang selama berada di lingkungan RS Muhammadiyah Bima

4. Bahwa agar panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik mempunyai kekuatan fisik mempunyai kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui surat keputusan Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Bima.

Mengingat:1. Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Undang undang RI Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran

4. PerMenKes No 290/MenKes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis

5. Permenkes RI No. 1691/Menkes?PER/III2011 tentang keselamatan pasien

6. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit,yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tahun 2011.

Memperhatikan: Memo Intern Kasubag Keamanan Nomor : ..................................... perihal pengajuan panduan perlindungan terhadap kekuasaan fisik di RSMB, tertanggal...........

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKUASAAN FISIK DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

Pertama: Memerintahkan kepada semua unsur dan bagian terkait di RS Muhammadiyah Bima melaksanakan panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik sebagaimana terlampir.

Kedua: mengamanatkan kepada bagian keamanan beserta SPI untuk melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan panduan ini

Ketiga: keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.

Ditetapkan: Bima

Tanggal:

Tepat Tanggal:

Direktur,

RS Muhammadiyah Bima

Dr. H. M. Ali, Sp. PD

Lampiran

SK Direktur RS Muhammadiyah Bima

Nomor:

Tentang: Panduan Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik di RS Muhammadiyah Bima

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.

Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena disisi lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Pelaksanaan gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien.

Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan ilmu keperawata banyak sekali.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang harus diketahui dan di implementasikan oleh perawat, selain itu perawat harus mempunyai etika karena etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.

Jadi di dalam makalah ini akan membahas hak dan kewajiban seorang perawat dalam menjalankan kewajibannya terhadap klien/pasien. Agar dalam pelayanan kesehatan perawat bisa mengurangi kelalaian.

TUJUAN

Membantu Perawat untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan Standart Praktek Keperawatan sehingga terhindar dari kelalaian dalam menjalankan profesinya.

Tujuan Khusus

Mahasiswa keperawatan mengetahui dan mampu menerapkan Standart Praktek Keperawatan

Mahasiswa Keperawatan mengetahui Hukum-hukum tentang Malpraktik Keperawatan

Mahasiswa / Perawat dapat menghindari sedini mungkin kelalaian dalam menjalankan profesinya

BATASAN MASALAH

Pada makalah kali ini, penyusun membatasi penulisan hanya pada masalah Kelalaian Perawat Dalam Melaksanakan Standar Praktik Keperawatan dan Dalam Memenuhi Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Melalkuan Pelayanan Kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 4

Setiap orang berhak atas kesehatan.

Pasal 5

(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

terjangkau.

(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung

jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang

diperlukan bagi dirinya.

Pasal 6

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi

pencapaian derajat kesehatan.

Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan

edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung

jawab.

Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data

kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang

telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 9

(1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,

mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan,

upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan

berwawasan kesehatan.

Pasal 10

Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam

upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,

maupun sosial.

Pasal 11

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk

mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Pasal 12

Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat

kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Pasal 13

(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program

jaminan kesehatan sosial.

(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

2.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban

Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau

suatu badan hokum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.

Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan

seseorang atau suatu badan hukum.

2.2 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum pada UU Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :

Pasal 14 mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan

kesehatan optimal.

Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia

kedokteran, dan hak opini kedua.

Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi

karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.

HAK PASIEN

Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai

dengan standar profesi kedokteran.

Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan

tindakan medis yang akan dilakukan dokter/ suster.

Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang

pasien.

Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.

Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis

yang akan dilakukan pada pasien.

Hak untuk menghentikan pengobatan.

Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /

Rumah Sakit lain.

Hak atas isi rekaman medis / data medis.

Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.

Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang

dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.

Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan

tindakan yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

KEWAJIBAN PASIEN

Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan

penyakit kepada petugas kesehatan.

Mematuhi nasihat dokter dan perawat

Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.

Memenuhi imbalan jasa pelayanan.

Sedangkan menurut Surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997; UU.Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI, sebagai berikut :

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien, yaitu :

Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.

Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.

Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.

Hak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.

Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yg akan dilakukan thd dirinya.

Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).

Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.

Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit

Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap dirinya

Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).

Hak akses /inzage kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis miliknya.

Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada dokter yang merawat.

Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam pengobatanya.

Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIENSeringkali ketika Anda menjadi pasien dari seorang dokter hanya bisa menerima apa yang disampaikan oleh dokter tentang penyakit kita serta tindakan yang akan diambil untuk penyembuhan penyakit tersebut. Namun apakah lantas dokter dan tenaga medis lain dapat bertindak semena-mena terhadap tubuh Anda ? Apakah Anda mempunyai hak dan kewajiban sebagai pasien ? Bagaimana Anda mendapatkannya ?

Tentu saja jawabnya adalah tidak. Karena pada dasarnya para dokter dalam melakukan praktek kedokteran berada di bawah sumpah dokter dan kode etik kedokteran yang mengharuskan mereka memberikan pelayanan terbaik bagi pasien sebagai umat manusia.

Di samping itu, kepentingan dan hak-hak pasien juga terlindungi sejak diberlakukannya Undang-undang nomo 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan atau kesehatan.

Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dalam pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan riwayat penyakit pasien.

Hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Pasal 14 UU tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesehatan optimal. Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak opini kedua. Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada akhir Oktober 2000 juga telah berikrar tentang hak dan kewajiban pasien dan dokter, yang wajib untuk diketahui dan dipatuhi oleh seluruh dokter di Indonesia. Salah satu hak pasien yang utama dalam ikrar tersebut adalah hak untuk menentukan nasibnya sendiri, yang merupakan bagian dari hak asasi manusia, serta hak atas rahasia kedokteran terhadap riwayat penyakit yang dideritanya.

Hak menentukan nasibnya sendiri berarti hak memilih dokter, perawat dan sarana kesehatannya dan hak untuk menerima, menolak atau menghentikan pengobatan atau perawatan atas dirinya, tentu saja setelah menerima informasi yang lengkap mengenai keadaan kesehatan atau penyakitnya.

Sementara itu, pasien juga memiliki kewajiban, yaitu memberikan informasi yang benar kepada dokter dengan itikad baik, mematuhi anjuran dokter atau perawat -baik dalam rangka diagnosis, pengobatan maupun perawatannya-, dan kewajiban memberi imbalan jasa yang layak. Pasien juga mempunyai kewajiban untuk tidak memaksakan keinginannya agar dilaksanakan oleh dokter apabila ternyata berlawanan dengan kebebasan dan keluhuran profesi dokter.

Proses untuk ikut menentukan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap tubuh kita sendiri sebagai pasien setelah mendapatkan cukup informasi, dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah kesepakatan yang jelas (informed consent). Di Indonesia ketentuan tentang informed consent ini diatur lewat Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1981 dan Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia nomor 319/PB/A4/88. Pernyataan IDI tentang informed consent ini adalah :

Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan pasien sendiri.

Semua tindakan medis memerlukan informed consent secara lisan maupun tertulis.

Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh informasi yang cukup tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risikonya.

Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau sikap diam.

Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta oleh pasien. Tidak boleh menahan informasi, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada keluarga terdekat pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat dengan pasien, kehadiran seorang perawat atau paramedik lain sebagai saksi adalah penting.

Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan akan diambil. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara tertulis.

2.3 Sanksi Hukum Dalam Keperawatan

Hukum dalam keperawatan

Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).

Hukum adalah A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct or action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a controlling authority (Websters, 2003).

Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.

Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:

Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang legal dalam merawat pasien.

Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain

Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan

Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku.

Kelalaian (Negligence)

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.

Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

Jenis-jenis kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat

Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat

Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur

Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya.

Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.

Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban

Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya menurunkan Proximate cause

Liabilitas dalam praktek keperawatan

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertaggung jawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, 1991).

Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

Undang undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)

Undang undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit

Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.

Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

Tanggung jawab profesi perawat

Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi keperawatan yang sesuai dengan undang-undang sisdiknas, yaitu pendidikan keprofesian yang diberikan pada orang yang telah memiliki jenjang S1 di bidang keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan spesialis keperawatan. Organisasi profesi keperawatan telah memiliki standar profesi walaupun secara luas sosialisasi masih berjalan lamban. Karena Tanggung jawab dapat dipandang dalam suatu kerangka sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu, tingkat institusi/profesional dan tingkat sosial (Kozier,1991)

Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi, yang memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan kewenangan formil. Kewenagan material diperoleh sejak seseorang memperoleh kompetensi dan kemudian ter-registrasi, yang disebut sebagai Surat ijin perawat (SIP) dalam kepmenkes 1239. sedangkan kewenangan formil adalah ijin yang memberikan kewenangan kepada perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi perawat, yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau kelompok. (Kepmenkes 1239, 2001).

Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak boleh keluar dari kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan tindakan diluar kewenangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan law yang memang diakui diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan ke dalam adanya organisasi profesi, etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi profesi atau representatif dari masyrakat profesi harus mampu melaksanakan self-regulating, self-goverming dan self-disciplining, dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa perawat berpraktek adalah perawat yang telah kmpeten dan memenuhi standar.

Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk mengatur sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas. Etika profesi perawat mendasarkan ketentuan-ketentuan didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi perawat, seperti autonomy, beneficence, nonmalefience, justice, truth telling, privacy, confidentiality, loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau dewan kehormatan etik.

Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai standar profesi, dan diartikan sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalanankan profesi secara baik dan benar.

Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin dituntutkan kepada perawat adalah pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan dengan pemberatan ancaman pidananya bila dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya (pasal 361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang mungkin dituntutkan adalah pembuatan keterangan palsu (pasal 267-268 KUHP).

Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat dituntutkan kepada profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan maupun kelalaian dalam melakukan tindakan medis sebagai pelaksana delegasi tindakan medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam mencegah kecelakaan di Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam mencegah terjadinya decubitus atau pencegahan infeksi, kelalaian dalam melakukan pemantauan keadaan pasien, kelalaian dalam merespon suatu kedaruratan, dan bentuk kelalaian lainnya yang juga dapat terjadi pada pelayanan profesi perorangan.

KASUS

Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis, TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo, mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206 dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.

Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan saya akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad temapt tidurnya, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami saya pikir kan hanya mengambil air minum.

Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan perawat memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Dengan perubahan paradigma perawat dari yang dulunya vokasional menjadi professional maka perawat dan mahasiswa sebagai calon perawat harus memahami betapa pentingnya standart praktik keperawatan sehingga membantu dalam kelancaran memberikan asuhan keperawatan

Dan dengan konsekuensi tersebut perawat dan mahasiswa harus mampu mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotornya serta juga mengerti dengan hokum hokum yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga bias terhindar dari kesalahan dan dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan standart, sehingga menghasilkan pelayann yang bermutu.

Saran

Perawat dan mahasiswa harus lebih mampu untuk megembangkan dirinya sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta mampu melaksanakan standart praktik dengan baik sehingga dengna perubahan paradigma tersebut dan pembagian tugas dan tanggung jaawab membuat seorang perawaat selalu siap.

DAFTAR PUSTAKA

Nila, Hj. Ismani (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.Potter, Patricia A. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Proses adn Practice 1st Edition. Jakarta: EGC.http://addy1571.files.wordpress.com/2008/12/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-perawat-dalam-sudut-pandan.pdf

Alamat: jalan gajah mada no 06 kota bima 84100

Telp./Fax: ( 0374 ) 42100

Website:

Email: HYPERLINK "mailto:[email protected]" [email protected]

1