HAJI DAN KESADARAN HUMANISME -...

96
HAJI DAN KESADARAN HUMANISME: MAKNA SOSIAL KHUTBAH HAJI WADA’ (KAJIAN HADITS TEMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Khairun Nisa NIM: 1113034000012 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Transcript of HAJI DAN KESADARAN HUMANISME -...

Page 1: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

HAJI DAN KESADARAN HUMANISME:

MAKNA SOSIAL KHUTBAH HAJI WADA’

(KAJIAN HADITS TEMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Khairun Nisa

NIM: 1113034000012

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling
Page 3: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling
Page 4: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling
Page 5: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam “Buku Pedoman Akademik

Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

Page 6: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

ii

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ` ء

y ye ي

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab sama halnya dengan vokal dalam bahasa Indonesia;

terdiri dari vokal tunggal dan vocal rangkap. Untuk vokal tunggal ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda vokal arab Tanda vokal latin Keterangan

a fathah

i kasrah

Page 7: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

iii

u dammah

Adapun untuk vokal rangka, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ai a dan i

و au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ى

î i dengan topi di atas ى ي

û u dengan topi di atas ى و

Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ال, dialih

aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah.

Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.

Page 8: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

iv

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ) ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku

jika huruf yang diberi tanda syaddah itu berada setelah kata sandang yang diikuti oleh

huruf syamsiyyah. Misalnya kata رورة -tidak ditulis ad-darûrah melainkan al الض

darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbutah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang

berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih aksrakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1).

Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (lihat

contoh 2). Namun jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf

tersebut dialih aksrakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No. KATA ARAB ALIH AKSARA

Tarîqah طريقة .1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah اجلامعة االسالمية .2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود .3

Page 9: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

v

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk

menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, buka huruf awal kata

sandangnya. Contoh: Abu Hâmid al-Ghazâlî bukan Abu Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi

bukan Al-Kindi.

Page 10: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

vi

ABSTRAK

Khairun Nisa

Haji dan Kesadaran Humanisme: Makna Sosial Khutbah Haji Wada’ (Kajian

Hadits Tematik)

Kesenjangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Muslim merupakan

bukti belum optimalnya umat Muslim mengamalkan perintah dan anjuran al-Qur’an

maupun al-Sunnah. Padahal Islam dengan ajarannya merupakan agama yang sangat

memandang tinggi persoalan humanisme. Bahkan Nabi Muhammad Saw. dalam

khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling menjaga darah, harta dan

kehormatan sesama Muslim.

Oleh karena itu penulis menjelaskan makna khutbah haji wada’ melalui

pendekatan Muhammad Abed al-Jabiri dengan teori pengungkapan maknanya secara

burhani untuk mengetahui makna sosial yang terkandung dalam khutbah haji wada’

tersebut. Adapun untuk mengetahui hadits-hadits penjelas khutbah ini, penulis

menggunakan metode pemahaman hadits tematik dengan mengumpulkan hadits-hadits

satu tema sehingga penulis dapat mengungkap anjuran-anjuran Nabi Muhammad Saw.

terhadap umat Islam dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ibadah haji

seharusnya memiliki implikasi terhadap kehidupan sosialnya karena setiap Muslim

yang telah melaksanakan ibadah haji tentu mengetahui bagaimana mulianya tempat

dan waktu pelaksanaan ibadah haji serta bagaimana aturan-aturan di tempat

pelaksanaan haji yang sangat menjunjung humanisme. Pelaksanaan ibadah haji

seharusnya tidak hanya menjadikan seseorang shaleh secara individu, namun juga

shaleh secara sosialnya. Karena dari segi ritual maupun filosofi ibadah haji, para

pelaksananya dituntut untuk menjaga hubungan baik dengan manusia serta menggali

manfaat-manfaat lebih dari ibadah haji, sehingga sepulangnya dari tanah suci ‘Haji’

tidak hanya sekedar gelar, namun menjadi pribadi bermanfaat seperti yang Rasulullah

Saw. harapkan melalui khutbah haji wada’nya.

Kata kunci: Burhani, Haji, Humanisme, Sosial, Wada’

Page 11: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdu li Allah Rabbi al-‘Alâmîn, tidak ada yang dapat disampaikan selain

syukur kepada Allah Swt. yang senantiasa memberikan rahmat, ilmu dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang menjadi teladan bagi

umatnya dalam segala hal begitupun dengan menuntut ilmu.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan

serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masri Mansoer, M. Ag.

beserta jajarannya, Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Dr.

Lilik Ummi Kaltsum, MA., serta sekretaris jurusan Dra. Banun

Binaningrum, M.Pd.

2. Pembimbing Skripsi saya, Drs. Harun Rasyid, MA. Yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

3. Yang Tercinta kedua orangtua, Apa Irzal dan Ama Erdawati. Terimakasih

atas kasih sayang, pengorbanan moril dan materil, motivasi, serta do’a yang

tidak henti-hentinya diberikan demi kebahagiaan saya. Terimakasih atas

ridho-mu melepaskan anakmu menuntut ilmu di rantau orang. Sungguh

Page 12: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

viii

tidak akan cukup kata terimakasihku atas apa yang telah Apa dan Ama

berikan selama ini. Tidak akan bisa pula anakkmu ini membalas semua

yang telah Apa dan Ama upayakan untukku. Semoga Allah selalu

memberikan kebahagiaan di setiap langkah Apa dan Ama; dunia dan

akhirat. I love U Apa-Ama

4. Seluruh keluarga tersayang; Kak Fitria Irawati, Uwan Israyedi, Kak

Desfiyanti, Kak Fitri Huriyani, Kak Hayatunnufus dan adikku Mawaddatul

Khairi yang selalu memberikan motivasi dan bantuan untuk terlaksananya

perkuliahan saya selama ini. Terimakasih telah memberikan dukungan

kepada saudarimu ini. Terimakasih juga kepada seluruh kerabat; Mamak,

Etek, Dunsanak yang selalu memberikan semangat sehingga saya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Barakallâh fîk.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang menjadi harta berharga

bagi saya yang dapat saya gunakan sebagai referensi dalam penulisan

skripsi ini. Seluruh pegawai tata usaha yang telah membantu saya mengurus

administrasi. Pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta serta pegawai Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membantu penulis dalam pencarian sumber.

6. Teman-teman ATHA’13 Bekti, Dedeh, Zia, Nida, Aini, Teh Evi, Aulia,

Nelfi, Mbak Pijoh, Ayuk Ira, Gisda, Andrian, Mukhlis, Rino, Halim,

Muslih, Afif, Nasrul, Ihsan, Fadhil, Iqbal F, Iqbal Sahid, Faris, Salman,

Khoir dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terimakasih Atha ’13 telah menemani perjuangan selama ini,

Page 13: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

ix

menjadi teman belajar, teman bermain dan bertukar pikiran. Semoga kita

semua dapat mencapai kesuksesan. Allah Yuftah ‘Alaikum.

7. Teman-teman KKN Teropong 2016 yang telah menjadi rekan selama satu

bulan di tempat pengabdian yang hingga saat ini masih menjadi teman

berbagi tawa dan semangat. Terimaksih Alvi, Eza, Naya, Yulia, Lia, Ardi,

Anhar, Dandi, Satrio dan Ummi; kembaran dadakan di KKN yang selalu

memberikan semangat.

8. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu atas bantuan materil, moril, doa serta jasa sehingga saya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Demikianlah ucapan terimakasih saya ucapkan. Semoga Allah Swt. membalas

jasa-jasa yang telah diberikan. Âmîn.

Jakarta, September 2017

Khairun Nisa

Page 14: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

x

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................... 10

D. Metodologi Penelitian ......................................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 13

F. Sistematika Penulisan......................................................................... 15

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG HAJI DAN HUMANISME ............... 16

A. Tinjauan Umum Haji ......................................................................... 16

1. Pengertian Haji............................................................................ 16

2. Filosofi Haji ................................................................................. 23

3. Haji Wada’ ................................................................................... 30

4. Dimensi Ibadah Haji ................................................................... 31

Page 15: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

xi

B. Teori Sosial atau Humanisme ............................................................ 34

1. Teori Bayani ................................................................................ 35

2. Teori Irfani .................................................................................. 36

3. Teori Burhâni .............................................................................. 37

C. Humanisme dalam Islam ................................................................... 39

BAB III: HUMANISME DALAM KHUTBAH HAJI WADA’ ............................ 42

A. Khutbah Haji Wada’ .......................................................................... 42

1. Teks Hadits dan Terjemahan ..................................................... 42

2. Asbâb al-Wurûd al-Hadîts ........................................................... 43

3. Fiqh al-Hadits .............................................................................. 50

B. Makna Khutbah Haji Wada’............................................................. 51

1. Menjaga Darah ............................................................................ 52

a. Landasan al-Qur’an ................................................................... 52

b. Landasan al-Hadits .................................................................... 54

c. Pendekatan sosial ....................................................................... 58

2. Menjaga Harta ............................................................................ 60

a. Landasan al-Qur’ân ................................................................... 61

b. Landasan al-Hadîts .................................................................... 63

c. Pendekatan sosial ....................................................................... 66

3. Menjaga Kehormatan ................................................................. 68

Page 16: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

xii

a. Landasan al-Qur’an ................................................................... 68

c. Pendekatan sosial ....................................................................... 73

BAB IV: PENUTUP .................................................................................................. 75

A. Kesimpulan.......................................................................................... 75

B. Saran-saran ......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 77

Page 17: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat Muslim dalam melaksanankan haji yang selalu

meningkat setiap tahunnya membuktikan bahwa ibadah haji merupakan ibadah yang

memiliki kedudukan istimewa di hati masyarakat Muslim. Ibadah haji merupakan salah

satu ibadah yang dapat dilakukan apabila memiliki kemampuan finansial yang cukup

serta fisik yang kuat, yang kita kenal dengan istilah istitâ’ah1. Karena keharusan

finansial yang cukup serta fisik yang kuat, maka wajarlah Allah Swt. memberikan janji-

janji berupa pahala maupun pengampunan dosa terhadap umat yang melaksanakan

ibadah ini sesuai tuntunan Islam. Salah satunya dapat kita temui dalam sebuah hadits

Nabi Muhammad Saw. yang menyatakan bahwa seseorang yang melaksanakan ibadah

haji sesuai tuntunan Islam, maka ia seperti pada hari di mana ia dilahirkan oleh ibunya

yakni bersih dari segala dosa.

ث ن ا ش عب ة ع ن م نص ور ع ن ث ن ا س ل يم ان بن ح رب ح د ال ال ر س ول أ ب ح از م ع ن أ ب ه ر ي ر ح د ي ال ع ن ة ر ا الب يت ف ل م ي ر و س لم م ن ح ج ه ذ ي فس ق ر ال ص لى ال ع ل ي ي وم ع ج ف ث و ل ت و ل د 2أ م

“Menceritakan kepada kami Sulaimân bin Harbin, menceritakan

kepada kami Syu’bah dari Manshûr dari Abi Hâzim dari Abû Hurairah r.a. ia

berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa yang berhaji ke Baitullah, dan

1 Istitâ’ah berasal dari kata tâ’ah yang artinya taat atau patuh. Dalam kitab Lisan al-‘Arab jilid

8 halaman 242 (Beirut: Dar al-Sadr, 1863) dijelaskan bahwa istitâ’ah adalah berkuasa atau mempunyai

kekuasaan. 2 Abû ‘Abdullâh Muhammad ibn Ismâ’îl ibn Ibrâhim ibn al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-

Musnad al-Sâhih al-Mukhtashar min ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihî (Beirut: Shadqi

Jamil al-‘athar, 1420 H) Kitab al-Hajj bab Firman Allah فال رفث , hal. 431 (terdapat juga dalam Sunan al-

Nasâ’i, Sunan Ibnu Mâjah, Sunan al-Darîmi, Musnad Ahmad, Sahîh Muslim)

Page 18: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

2

tidak melakukan senggama (di waktu terlarang) dan tidak berbuat fasiq

(maksiat), maka ia kembali seperti hari ia dilahirkan.” (HR. al-Bukhari)

Hadits lainnya berkaitan dengan biaya keberangkatan haji yang dihitung sama

dengan ongkos dalam berjihad di jalan Allah dan dibalas dengan tujuh ratus kali lipat.

ث ن ا ع ط اء بن ا ث ن ا أ ب و ع و ان ة ح د ث ن ا ب كر بن ع يس ى ح د ث ن ا ع بد ال ح دث ن أ ب ح د سائ ب ع ن أ ب ز ه ي ع ن لح د ال ال ر س ول ال ة ع ن أ ب ي الن ف ق ة ف س ب يل ا » -صلى هللا علي وسلم-ع بد ال بن ب ر يد لن ف ق ة ف ال ج

عف «ال ب س بع م ائ ة “Menceritakan kepadaku Abdullah, menceritakan kepadaku ayahku,

menceritakan kepadaku Bakr bin ‘Isa, menceritakan kepadaku Abû ‘Awanah,

menceritakan kepadaku ‘Atha` Ibn Saib dari Abû Hurairah r.a. ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Biaya dalam haji itu seperti biaya jihâd fî sabîl

Allâh dilipatkan 700 kali lipat.3

Dibalik keutamaan-keutamaan di atas, sebagai umat Muslim sudah seharusnya

kita menggali manfaat ibadah-ibadah yang kita lakukan bagi lingkungan sekitar. Islam

mengharapkan umat Islam memiliki respon terhadap problema sosial, karena Islam

merupakan agama yang sangat memperhatikan hubungan sosial antar manusia atau

yang kita kenal dengan hablun min al-nâs. Hal ini juga sejalan dengan khutbah pertama

Nabi setelah hijrah ke Madinah yang memerintahkan untuk menebarkan salam, saling

memberi makan, menyambungkan silaturrahim, dan yang terakhir adalah

melaksanakan shalat selagi yang lainnya tertidur.4 Dari hadits tersebut, kita dapat

mengetahui perintah Rasulullah Saw. saat pertama kali berdakwah di Madinah ialah

3 Abû Abdullâh Ahmad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad al-Syaibâni, Musnad Ahmad (Kairo:

Daar al-Ma’arif, 134 H) no 23702 (terdapat juga dalam Sunan al-Nasa’I dan Sunan al-Tirmidzi)

للي ل و الناس ن ي ام ث ادخ ل اجل نة ب س ال م 4 م ب ل األ رح ام و artinya أ فش السال م و أ طع م الطع ام و ص

“Tebarkanlah salam, berilah makan, sambungkanlah silaturrahmi dan dirikanlah shalat –malam- saat

manusia sedang tidur kemudian kamu akan masuk surga dengan selamat” (dalam musnad Ahmad, juz

17, hal. 183 nomor hadits: 8152)

Page 19: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

3

amalan yang berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat, dan ini menjadi bukti

bahwa Islam begitu mementingkan hubungan sosial antar masyarakat.

Di dalam Islam, agama tidak hanya sekedar ritual, namun agama juga

merupakan fenomena sosial. Aspek ritual haji berisi prosesi ritual haji yang

pelaksanaanya berdasar kepada tuntunan syariat. Sedangkan aspek spiritual haji adalah

berbagai makna dan pesan yang terkandung di dalam ibadah haji, baik makna historis,

sosial, keteladanan tokoh ataupun yang berkaitan dengan alam.5 Dalam prolog buku

Islam Sebagai Kritik Sosial, Muslim Abdurrahman menyatakan Islam transformatif

merupakan sikap teologis, yakni menghimpun kekuatan simbolik yang dimiliki setiap

orang Islam yang meyakini bahwa tujuan risâlah al-Islamiyyah pada intinya adalah

bagaimana membawa ide agama dalam pergulatan hidup secara kolektif untuk

menegakkan tatanan sosial yang adil, sebagai cita-cita ketakwaan.6 Agama sebagai

solusi dari problematika sosial harus jeli dalam melihat kondisi sosial umat sehingga

agama mampu melaksanakan amr bi al- ma’ruf dan nahi ‘an al-munkar7.

Dengan pelaksanaan ibadah haji, umat Islam yang melaksanakannya

diharapkan memiliki kepekaan sosial. Karena dalam pelaksanaannya, umat yang

melaksanakan ibadah haji dihadapkan pada kemajemukan karakter manusia dari

seluruh dunia. Ibadah haji diharapkan menjadikan pelaksananya memiliki kearifan

5 Lalu Muhammad Ariadi, Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan Kebudayaan Lokal

(Ciputat: IMPRESSA Publishing, 2012), hal.32 6 Moeslim Abdurrahman, Islam sebagai Kritik Sosial, Sayyed Mahdi ed. (Jakarta:Erlangga,

2003), hal. vii 7 amr bi al- ma’ruf yaitu menyuruh kepada kebaikan dan nahi ‘an al-munkar yaitu melarang

kemungkaran. Hal ini berarti memerintahkan umat untuk melakukan tindakan menyuruh ataupun

melarang; tidak hanya melihat dan berdiam diri.

Page 20: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

4

sosial yang ada dalam proses ibadah haji pra maupun pasca haji. Akan tetapi yang

terjadi pada saat sekarang ini, haji hanyalah sekedar ibadah haji, ibadah yang tak

mengajarkan nilai-nilai sosial kepada masyarakat.

Paradigma keberagamaan masyarakat berubah dari kesalehan sosial menjadi

bernuansa kesalehan individu. Pada tataran individu, keshalehan para “Haji”8

meningkat dengan rajinnya mereka beribadah ke masjid. Namun secara sosial, haji oleh

sebagian besar kalangan dijadikan alat untuk melegitimasi posisinya dalam wilayah

sosio-kultural, ekonomi dan politik, seperti pada penggunaan status haji untuk

meningkatkan pengaruh secara politik pada pemilihan kepala desa.9 Ibadah haji kini

seolah-olah menjadi ibadah kalangan kaum elit dengan peningkatan biaya

keberangkatan haji, atau juga dapat kita lihat sebagai ibadah prestis yang mampu

mengangkat citra seseorang. Alih-alih menjalankan ibadah ke tanah suci, haji dijadikan

ibadah yang membuat pelakunya menjadi sombong. Padahal haji merupakan ibadah

yang mengajarkan kesetaraan di semua kalangan.

Ibadah-ibadah yang dijalankan oleh umat Islam juga dipengaruhi oleh negara

dan pihak-pihak lainnya. Begitupula dengan ibadah haji yang tidak dapat kita pungkiri,

seiring berjalannya waktu melibatkan tangan-tangan kaum kapitalis. Kapitalisme ini

menjadi sangat berpengaruh terhadap pembentukan formasi sosial.10 Kita menyaksikan

pada zaman sekarang, bagaimana kapitalisme menguasai kehidupan masyarakat.

8 Gelar yang disematkan kepada orang Indonesia yang telah melaksankan ibadah haji. 9 Lalu Muhammad Ariadi, Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan Kebudayaan Lokal

(Ciputat: IMPRESSA Publishing, 2012), hal. 5 10 Moeslim Abdurrahman, Islam sebagai Kritik Sosial, Sayyed Mahdi ed. (Jakarta:Erlangga,

2003), hal. 1

Page 21: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

5

Kapitalisme mengajarkan kepada masyarakat untuk banyak mengkonsumsi yang

tentunya berpengaruh pada ekonomi, sosial, budaya dan politik. Ditambah lagi strategi-

strategi mereka dalam menggencarkan iklan sehingga membuat masyarakat merasa

rendah apabila tidak memiliki apa yang diiklankan, begitu pula dengan ibadah haji.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan agama; yang selama ini menjadi

tanda-tanda keshalehan, kini juga telah berubah fungsi. Cara berpakaian yang tidak

sembarangan dan menggunakan desain dari designer terkenal. Tidak hanya pakaian,

namun juga sebuah karya kaligrafi yang dihargai berpuluh juta, hanya karena

pertimbangan gengsi. Bahkan al-Qur’an pun sekarang menjadi sesuatu yang bernilai

ekonomis, yang dijual dengan berbagai macam harga sehingga dapat membuat

perbedaan tingkatan di kalangan masyarakat.

Dalam sebuah dunia yang telah dikuasai oleh kapitalisme, segala sesuatu

menjadi sesuatu yang diperebutkan. Setiap orang berkeinginan menjadi yang terbaik,

terkaya, dan dipuji terhadap sesuatu yang dimilikinya. Ibadah haji pun juga ikut

dijadikan sesuatu yang meningkatkan martabatnya sebagai umat Islam yang shaleh.

Mereka berangkat haji berulang kali dengan niat haji sunnah, namun tidak jarang niat

haji itu menjadi melenceng. Kesombongan justru menggerogoti hati para pelaksana

haji Sunnah yang berkali-kali tersebut. Mereka menganggap keshalehan mereka telah

sempurna dengan melaksanakan haji berulang kali.

Pada era ini, masyarakat Muslim terobsesi melaksanakan Haji berulang kali

yang berpahala sunah, namun menelantarkan kewajibannya sebagai saudara se-iman.

Di Indonesia dapat dengan mudah kita menyaksikan masyarakat seringkali tak peduli

Page 22: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

6

terhadap ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Mereka pun tidak

memperdulikan anak yatim yang terlantar, orang miskin yang tidak makan beberapa

hari dan saudara-saudara seiman yang begitu membutuhkan kedermawanan saudara

seimannya. Padahal tidak sulit untuk menemukan masyarakat yang membutuhkan

bantuan, namun kita masih saja enggan memberikan santunan kepada mereka dan tidak

memperdulikan mereka.

Ibadah haji merupakan sebuah ibadah yang telah dilegitimasi sebagai rukun

Islam yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dengan syarat istitha’ah. Ibadah-ibadah

yang dilaksanakan oleh umat Islam hendaknya memiliki implikasi terhadap

kehidupannya, begitu pula dengan pelaksanaan ibadah Haji. Umat Islam yang

melaksanakan haji, tentunya berkeinginan ibadah haji ini menjadi ibadah yang diterima

oleh Allah dan berdampak pada kehidupannya atau yang kita sebut dengan Haji

mabrur. Zainuddin dalam bukunya mengatakan bahwa ibadah haji merupakan ibadah

yang memiliki nilai egaliter dan ukhuwah, melarang sikap arogan, dikriminatif dan

sikap korup lainnya. Kenyataan tersebut secara implisit telah disampaikan Nabi

Muhammad SAW. ketika berkhutbah saat haji wada’. Dalam khutbahnya, Nabi

menekankan akan pentingnya makna persamaan, keharusan memelihara jiwa, harta dan

kehormatan orang lain.11 Adapun hadits tersebut ialah:

ث ن ا ف ض يل بن غ ح ث ن ي ي بن س ع يد ح د ث ن ا ع ل ي بن ع بد ال ح د ث ن ا ع كر م ة د زو ان ح دا أ ن ر س ول ال ص لى ال ع ي ال ع ن ه م و س لم خ ط ب الناس ي وم ل ع ن ابن ع باس ر ي

ال ف أ ي ب ل د ه :النحر ف ق ال ال وا ي وم ح ر ام ا ال وا ب ل د ي أ ي ه ا الناس أ ي ي وم ه ذ ا ذ

11 M. Zainuddin, MA, Kesalehan Normatif dan Kesalehan Sosial (Malang; UIN-Malang Press,

2007), hal.70

Page 23: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

7

م و أ مو ال ف إ ن د م اء ال وا ش هر ح ر ام ا ال ف أ ي ش هر ه ذ ك م ع ل يك م اح ر ام ل ك م و أ عر اا م ر ارا ث ر ف ا ف أ ع اد ه ا ف ش هر م ه ذ م ه ذ ا ف ب ل د ف ق ال ح ر ام ح رم ة ي وم ك م ه ذ ع ر أس

12الله م ه ل ب لغت الله م ه ل ب لغت Menceritakan kepada kami ‘Alî bin Abdillâh, menceritakan

kepadaku Yahyâ bin Sa’îd, menceritakan kepada kami Fudhail bin

Ghazwân, menceritakan kepada kami Ikrimah dari Ibnu ‘Abbâs r.a.

sesungguhnya Rasulullah Saw. berkhutbah pada hari Nahr. Beliau

bersabda: “Wahai manusia! Hari apakah ini?” Mereka menjawab: “Hari

haram.” Beliau bertanya: “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab:

“Negeri (tanah) haram.” Beliau bertanya: “Bulan apakah ini?” Mereka

menjawab: “Bulan haram.” Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya

darah, harta, dan kehormatan kalian haram sesperti haramnya hari

kalian ini di negeri ini dan bulan ini.” Beliau mengulangnya beberapa

kali. Kemudian beliau mendongakkan kepalanya dan berdo’a, “Ya

Allah, bukankah aku telah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku

telah menyampaikannya?”

Umat Islam membutuhkan pedoman dalam kehidupan berupa al-Qur’an dan

Sunnah. Maka hadits di atas dapat dijadikan acuan dalam memunculkan kesadaran

humanisme dengan mengungkap makna sosial yang terkandung dalam hadits di atas.

Sebagai umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai

pedoman hidup, sudah sepatutnya kita melaksanakan perintah Rasulullah Saw. di atas.

Dalam hal khutbah Nabi Muhammad Saw. saat haji wada’ perlu kita teliti apa yang

dimaksud oleh Rasulullah di dalam hadits tersebut, baik dari segi bahasa maupun

pendapat ulama-ulama maupun pakar sosial serta hubungan dan implikasinya terhadap

jamaah haji. Kita perlu menelisik makna khutbah Nabi Muhammad Saw. yang

12 Abû ‘Abdullâh Muhammad ibn Ismâ’il ibn Ibrâhîm ibn al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-

Musnad al-Sahîh al-Mukhtashar in ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi (Beirut: Shadqi

Jamil al-‘athar, 1420 H), Kitab al-Hajj no 1739, (terdapat juga dalam Sahîh Muslim, Sunan Al-Tirmidzi,

Sunan Ibnu Majah, Sunan al-Darimi, Musnad Ahmad)

Page 24: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

8

disampaikan saat pelaksanaan haji wada tersebut dari berbagi aspek, terlebih dari aspek

sosial. Karena permasalahan umat saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor sosial.

Untuk itu penulis mencoba membahas lebih luas lagi dan spesifik dalam bentuk

karya ilmiah, sebuah skripsi dengan judul “Haji Dan Kesadaran Humanisme:

Makna Sosial Dalam Khutbah Haji Wada’ (Kajian Hadits Tematik)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari tema ini antara lain:

a. Apa saja nilai sosial yang dapat diambil dari pelaksanaan ibadah

haji?

b. Apakah persoalan ekonomi menjadi penghalang pelaksanaan ibadah

haji?

c. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola keberangkatan

ibadah haji?

d. Apa saja makna yang terkandung dalam khutbah haji wada’?

e. Apakah ada dalil yang memerintahkan untuk meningkatkan

kesadaran humanisme?

f. Apakah Islam mengatur hubungan sosial masyarakat?

g. Apakah makna sosial yang terdapat dalam khutbah haji wada?

Page 25: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

9

2. Pembatasan Masalah

Berpijak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dijabarkan di atas, maka penulis membatasi penelitian ini pada beberapa poin

dalam identifikasi masalah yakni makna sosial yang terdapat dalam khutbah

Nabi Muhammad ketika Haji Wada’ yang seharusnya menjadi pedoman bagi

umat Islam dalam kehidupan sosialnya terutama yang telah melaksanakan

ibadah haji di tanah suci. Pembatasan ini didasarkan pada urgensi kesadaran

sosial dalam hidup bermasyarakat yang hadir di kalangan umat Islam.

Ketimpangan sosial menjadi alasan mengapa permasalahan ini dibahas.

Karena ketimpangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dapat

mempengaruhi kualitas ibadah dan dapat menjadikan kewajiban-kewajiban

sesama saudara seiman tertelantarkan. Permasalahan dalam penelitian ini juga

dibatasi dengan khutbah Nabi Muhammad Saw. ketika haji Wada’nya. Khutbah

Nabi Muhammad Saw. ketika haji wada’ menjadi batasan dalam penelitian ini

dikarenakan terdapat anjuran-anjuran menjaga sesama muslim.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari

topik ini adalah Makna apakah yang terdapat dalam Khutbah haji wada’ yang

dapat meningkatkan kesadaran Humanisme umat Islam yang melaksanakan

Haji? Pertanyaan ini saya pilih agar dapat mengungkap makna sosial dari

Page 26: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

10

Ibadah haji melalui khutbah Nabi Muhammad Saw. ketika melaksanakan haji

wada’.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Sebagaimana yang telah tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya, maka

tujuan yang hendak saya capai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. mengenai humanismeserta

khutbah Nabi Saw. saat haji wada’.

2. Mengetahui makna khutbah Nabi Muhammad Saw. ketika haji wada’ dari

perpektif sosial.

Ketika tujuan penelitian ini terealisasi, maka hasil penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat, antara lain:

1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Ibadah haji memiliki nilai

sosial yang bermanfaat bagi kehidupan.

2. Memberikan pemahaman bahwa umat Islam harus memberikan manfaat bagi

umat Islam lainnya.

3. Menyampaikan kepada umat Islam bahwa pedoman dalam hidup bersosial

dapat dipahami salah satunya melalui ritual ibadah haji serta anjuran-anjuran

Nabi Muhammad Saw. dalam hadits-hadits yang disampaikan oleh beliau.

4. Mengungkap bahwa melalui khutbah haji wada, Nabi Muhammad Saw. ingin

menyampaikan bahwa hubungan sosial merupakan hal yang utama.

Page 27: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

11

5. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah keilmuan, serta

persoalan yang dihadapi dewasa ini.

D. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hadits yang terdapat

dalam Jami’ al-Sahîh al Bukhâri karangan al-Bukhari. Kitab ini dipilih karena

telah mendapatkan legitimasi dari para ulama sebagai kitab yang paling sahih

di antara kitab-kitab hadits lainnya. Sahîh al Bukhâri juga merupakan kitab

kedua setelah al-Qur’an yang menjadi rujukan umat Muslim. Dalam memahami

hadits ini, penulis mengumpulkan data sekunder dari syarah kitab sahîh al-

Bukhari yakni Kitab Fath al-Bâri karangan Ibnu Hajar al-Asqalâni. Di samping

kitab Shahîh al Bukhâri, penulis juga menggunakan 5 kitab hadits utama

lainnya yaitu, Shahîh Muslim, Sunan Abû Dâud, Sunan Ibnu Mâjah, Sunan al-

Nasâ’i, Sunan al-Tirmîdzi.

Kemudian penulis menggunakan buku-buku yang memuat persoalan

haji, serta permasalahan sosial sehingga penelitian ini dapat diterima masyaakat

dan mudah dipahami. Buku terbitan kementrian agama yang berjudul

“Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia” juga menjadi rujukan utama penulis

dalam mengetahui perkembangan haji serta dampaknya bagi masyarakat.

Page 28: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

12

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research). Metode penelitian kepustakaan dilakukan

untuk memperoleh data dan referensi dari sumber-sumber kepustakaan primer

berupa enam kitab hadits utama yang dijadikan rujukan utama setelah al-

Qur’an. Kemudian ada referensi sekunder berupa kitab syarah hadits.

Berbagai referensi juga digunakan penulis untuk membantu

terwujudnya penelitian yang ilmiah serta akurat. Penulis akan menggunakan

buku-buku yang membahas sosiologi ataupun buku yang membahas kehidupan

sosial masyarakat. Buku sosiologi sangat dibutuhkan dalam penelitian ini

karena tulisan ini bertujuan mengungkap makna sosial khutbah Nabi sehingga

bermanfaat bagi kehidupan sosial.

3. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode

pemahaman hadits secara tematik, yaitu memahami hadits dengan

mengumpulkan hadits-hadits satu tema dan mengkajinya dari berbagai aspek13

sehingga permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Sedangkan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan al-Jabiri. Pendekatan

ini dipilih agar penulis dapat mengungkap sisi sosial dalam khutbah haji wada

ini. Adapun metode penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman akademik

13 Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits (Jakarta: Amzah, 2014), hal. 141

Page 29: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

13

program Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2013/2014.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelusuran pustaka yang penulis lakukan, penulis menemukan

beberapa karya yang membahas tema ibadah haji. Di antara skripsi yang membahas

tema haji adalah Skripsi Rina Kurnia, tahun 2014 M yang berjudul Manfaat Ibadah

Haji (Telaah Terhadap Surat Al-Hajj Ayat : 29). Di sini ia menjelaskan manfaat ibadah

Haji dalam al-Qur’an menurut M. Quraish Shihab, Sayyid Qutb dan Hamka. Dia

menjelaskan dalam skripsinya bahwa ibadah haji baik dari sisi perniagaan (jual-beli)

maupun dalam rangka kemajuan umat Islam. Menurutnya, ada dua manfaat dari Ibadah

Haji, yaitu sebagai motivasi spiritual, dan manfaat dalam aspek sosial-ekonomi.

Lalu Muhammad Ariadi juga menulis sebuah buku mengenai Haji yang dalam

salah satu babnya juga membahas fenomena sosial para Hujjaj yang ada di kalangan

suku Sasak dengan judul bukunya Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan

Kebudayaan Lokal. Buku ini diterbitkan di Ciputat pada tahun 2012. Beberapa

penelitian mengenai haji lebih banyak diminati oleh jurusan Manajemen dakwah

seperti skripsi Dzul Kifli, sarjana UIN Jakarta tahun 2010 yang berjudul Manajemen

Pelayanan Jama’ah Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel. Penelitian ini hanya

berfokus pada bagaimana pelayanan sebuah agen travel haji dan umrah.

K.H. Ali Mustafa Ya’kub juga menulis buku mengenai haji, yaitu Haji

Pengabdi Setan dan Mewaspadai Provokator Haji. Dalam kedua bukunya ini beliau

Page 30: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

14

mengungkapkan bagaimana ibadah haji menjadi berubah makna di beberapa kalangan

masyarakat. Menurutnya ibadah haji telah beralih fungsi dari ibadah yang mendekatkan

seseorang kepada Allah kepada ibadah yang mengangkat derajat seseorang di mata

manusia.

Sama halnya dengan skripsi Furqan Mukminin Sarjana UIN Semarang tahun

2015 yang berjudul Manajemen Pelayanan Biro Perjalanan Haji dan Umrah (Studi

Kasus di Sultan Agung Tor & Travel Semarang skripsi ini juga membahas pelayanan

sebuah agen travel haji dan umrah. Selanjutnya ada skripsi Ragil Purnomo yang juga

sarjana jurusan manajemen dakwah di UIN Yogyakarta yang meneliti Manajemen

Pelayanan Calon Jama’ah Haji (Studi Kasus Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Embarkasi Solo Of City Muslim Haji Tahun 2015).

Kajian dalam tulisan Rina Kurnia hanya mengungkap manfaat dari ibadah haji

dalam perspektif surah al-Hajj ayat 29 namun tidak membahas fungsi sosial

pelaksanaan ibadah haji secara mendalam. Sedangkan buku Lalu Muhammad Ariadi

membahas pengaruh kebudayaan suku Sasak terhadap haji. Sedangkan beberapa

penelitian yang ditulis oleh sarjana Jurusan Manajemen Dakwah hanya membahas

bagaimana pelayanan sebuah agen travel haji dan Umrah terhadap pelanggannya.

Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, maka dapa dilihat belum adanya

sebuah penelitian yang berfokus pada humanismedalam haji. Maka dalam tulisan ini,

penulis akan mengungkap hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji

terutama dari perspektif anjuran Nabi Muhammad Saw. yang disampaikan pada

khutbahnya saat haji wada’.

Page 31: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

15

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini akan disusun secara keseluruhan terdiri dari

empat bab, satu bab pendahuluan, dan dua bab isi, kemudian ditutup dengan satu bab

penutup yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian ini.

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan yang

menjabarkan motivasi penulis mengangkat tema ini. Dalam bab ini juga dikemukakan

pembatasan dan rumusan masalah yang ingin dijawab oleh penelitian ini. Kemudian

ada tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penulisan, tinjauan pustaka dan

sistematika penulisan.

Bab kedua terdiri dari dua pembahasan. Pembahasan pertama berisi gambaraan

secara umum mengenai haji dan humanisme, yaitu pengertian haji, filosofi haji, haji

wada’, dimensi ibadah haji dan pembahasan kedua berisi gambaran umum mengenai

pengertian humanisme, pendekatan al-Jabiri berupa teori-teori humanisme.

Bab ketiga, penulis menjelaskan hadits yang disampaikan Nabi Muhammad

Saw. berupa khutbah beliau saat melaksanakan haji wada’ yaitu teks hadits dan

terjemahannya, asbâb al-wurûd al-hadîts. Kemudian penulis mencantumkan hadits-

hadits mengenai humanisme beserta pemahaman mengenai humanisme dengan

menggunakan pendekatan al-Jabiri sebagai pengungkap makna sosial khutbah haji

wada’.

Bab keempat merupakan penutup yang berisi kesimpulan akhir dari penelitian

ini dan saran-saran.

Page 32: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAJI DAN HUMANISME

A. Tinjauan Umum Haji

1. Pengertian Haji

Haji secara etimologi berasal dari kata الج (al-Hajju) yang berarti

maksud1 atau sengaja. Kata al-Hajj yang berarti maksud digunakan dalam

kata ذا yang artinya dia bermaksud demikian. Maka haji (hajja kadzâ) حج

adalah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan serangkaian

amal ibadah sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.2

Adapun menurut syari’at, haji merupakan bentuk ibadah kepada

Allah Swt., dengan menunaikan manasik (prosesi ibadah haji) secara

khusus pada waktu yang telah dikhususkan.3 Dalam syari’at Islam, haji

diketahui sebagai salah satu rukun dari rukun-rukun Islam. Maka Haji

menjadi ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam Dalam kamus

besar bahasa Indonesia juga disebutkan bahwa haji merupakan rukun Islam

kelima (kewajiban beribadah) yang harus dilakukan oleh orang Islam yang

mampu berziarah ke Bait Allâh pada bulan haji (Zulhijjah) dan

1 Ibnu Manzhûr, Lisan al-‘Arâb (Kairo: Daar al-Ma’arif), juz 9 hal. 778 2 Dr. Hj. Zurinal Z dan Drs. Aminuddin, M.Ag. Fiqih Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 185 3 Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Sifat Haji Nabi SAW - Pembahasan dari Kitab

Fath Dzi al-Jalal wa al-Ikram Syarah Bulughul Maram (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), hal. vii

Page 33: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

17

melaksanakan amalan-amalan haji seperti ihram, tawaf, sa’i, dan wukuf di

Arafah.4

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam dan hukum

melaksanakannya adalah wajîb ‘ain satu kali seumur hidup. Kewajiban

menunaikan ibadah haji bagi umat Islam yang mampu dijelaskan dalam al-

Qu’an surah Ali Imran ayat 97

ه ههولل هلع ههٱنلاسل يبتلهحلج ههٱلب تطاعهمنل ههٱسب 5إللبهلهسبليلا“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap

Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan

ke Baitullah.” (Q.S.Ali Imran : 97)

Dalam tafsir al-Qurthubi dijelaskan bahwa perintah haji dalam

ayat ini merupakan penegasan kewajiban haji, dan pengagungan atas

kesucian haji.6 Dalam hadits Nabi Muhammad Saw., dijelaskan juga

mengenai menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban umat Islam

ث ن ا ع ب يد ال بن نظ ل ة بن أ ب س ح د ال أ خب ر ن ح في ان ع ن ع كر م ة بن م وس ى ال ر س ول ال ص لى ال ع ال ي ال ع ن ه م ا و س لم خ ال د ع ن ابن ع م ر ر ل ي

م ع ل ى خ س ش ه اد ة أ ن ال إ ل إ ال سال ب ن ال مدا ر س ول ال و إ ام ال و أ ن اة و ال ج و ص وم ر م ض ان ة و إ يت اء الز 7الصال

“Menceritakan kepada kami ‘Ubaid bin Mûsâ ia berkata

telah mengabarkan kepada kami Hanzholah bin Abi Sufyân dari

Ikrimah bin Khâlid dari Ibnu Umar r.a. Ia berkata Rasulullah

4 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 473 5 Al-Qur’an al-Karim surah Ali Imran ayat 97 6 Al-Qurthubi, Terjemahan Tafsir al-Qurthubi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), hal. 365 7 Abû Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-

Musnad al-Shâhih al-Mukhtasar min ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi (Beirut: Dar

El-Fiker, 1420 H), hal. 22

Page 34: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

18

Saw. telah bersabda “Islam ditegakkan di atas lima perkara;

bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad

Saw. merupakan Utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan

zakat, mengerjakan haji dan berpuasa di bulan Ramadhan.”

(H.R. al-Bukhari)

Ulama berbeda pendapat tentang waktu diwajibkannya ibadah

haji bagi umat Muslim. Menurut pendapat terkuat jumhur ulama, ibadah

haji diwajibkan pada tahun ke enam Hijriyyah8. Menunaikan ibadah haji

diwajibkan satu kali seumur hidup bagi setiap muslim yang telah

memenuhi syarat wajib haji. Adapun syarat-syarat wajib haji tersebut

ialah:9

a. Islam

Haji merupakan ibadah yang bertujuan mendekatkan diri

kepada Allah Swt., dan haji memerlukan niat untuk melaksanakan

perintah Allah Swt. maka haji diwajibkan hanya untuk orang-orang

yang beriman kepada Allah, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir

begitu pula dengan orang yang murtad karena tidak memiliki

keimanan kepada Allah Swt.

8 Sulaiman Ahmad Yahya al-Faifi, Al-Wajiz Fii Fiqh al-Sunnah al-Sayyid Sabiq, penerjemah

Ahmad Tirmidzi dkk. (Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2015), hal.336 9 Dr. A. Rahman Ritonga, M.A. dan Dr. Zainuddin, M.A., Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2002), hal. 217

Page 35: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

19

b. Baligh

Kata ini telah digunakan dalam bahasa Indonesia yakni

diartikan dengan cukup umur.10 Baligh merupakan syarat bagi setiap

orang yang dipikulkan beban hukum kepadanya (taklîf).

c. Berakal

Kedudukan akal dalam taklîf tidak berbeda dengan kedudukan

baligh. Taklif tidak diberikan kepada orang yang tidak berakal,

karena dengan akal seseorang dapat melaksanakan perintah Allah

dengan kesadaran. Orang yang gila tidak berkewajiban

melaksanakan ibadah haji, sebagaimana yang disebutkan dalam

hadits Nabi Muhammad Saw. berikut:

ث ن ا ي ز يد بن ه ار ون أ خب ر ن ح اد ب ة ح د ي ث ن ا ع ثم ان بن أ ب ش بن س ل م ة ع ن ح دا أ ن ر س ول ال ي ال ع ن ه ص لى ح اد ع ن إ ب ر اه يم ع ن األ سو د ع ن ع ائ ش ة ر

ال و س لم ث ة ع ن النائ م ح ت ال ع ل ي ت ل ى ر ف ع الق ل م ع ن ث ال ي ست يق و و ع ن الم ب ح ت ي كب ر 11ح ت ي ب ر أ و ع ن الصب

“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmân bin Abî Syaibah,

telah menceritakan kepada kami Yazîd bin Hârun, telah

mengabarkan kepada kami Hammâd bin Salamah dari Ibrahîm dari

al-Aswâd, dari ‘Âisyah r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda:

diangkatkan dosa dari tiga hal, yaitu dari orang yang tidur sampai ia

bangun, dari orang gila hingga ia sembuh, dan anak kecil hingga ia

dewasa.”

10 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal 126 11 Abu Dâud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-Fikar, 2003),

juz 2 hal.345

Page 36: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

20

d. Merdeka

Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa orang yang wajib

melaksanakan ibada haji adalah orang-orang yang merdeka. Seorang

hamba sahaya tidak diwajibkan haji karena ibadah haji melibatkan

fisik dan membutuhkan harta, sedangkan ia memiliki kewajiban

melaksanakan hak-hak tuannya.

e. Istitâ’ah

Istitâ’ah yaitu mampu. Yang dimaksud dengan istitâ’ah di sini

adalah berbadan sehat, aman perjalanan pulang dan pergi, bekal yang

cukup untuk ongkos perjalanan termasuk belanja di Mekkah dan

biaya hidup keluarga yang ditinggalkan, serta mempunyai mahram

bagi perempuan yang akan melaksanakan ibadah haji.12 Sayyid Sâbiq

menambahkan satu kriteria lagi dalam hal istitâ’ah yaitu tidak ada

hal-hal yang mencegah untuk berangkat haji, seperti ditahan, atau

takut ancaman sultan (penguasa) yang zalim yang melarang manusia

melaksanakannya.13 Untuk syarat mahram bagi perempuan ini

dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

ث ن ا ح اد بن ز يد ع ن ع مرو ع ن أ ب م عب د ث ن ا أ ب و الن عم ان ح د م ول ابن ح د ص لى ال ال النب ال ا ي ال ع ن ه م و س لم ع باس ع ن ابن ع باس ر ع ل ي

ر م و ال ي دخ ل ع ل ي ه ا ر ج ل إ ال و م ع ه رأ ة إ ال م ع ذ ي ر م ال ت س اف ر الم ا

12 Dr. Hj. Zurinal Z dan Drs. Aminuddin, M.Ag. Fiqih Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal.186 13 Sulaiman Ahmad Yahya al-Faifi, Al-Wajiz Fii Fiqh al-Sunnah al-Sayyid Sabiq, penerjemah

Ahmad Tirmidzi dkk. (Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2015), hal.339

Page 37: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

21

ا و ف ق ال ر ج ل ي ر س ذ ا و امر أ ت ر يد ول ال إ ن أ ر يد أ ن أ خر ج ف ج يش ذ 14ال ج ف ق ال اخر ج م ع ه ا

“Telah menceritakan kepada kami Abû al-Nu’mân telah

menceritakan kepada kami Hammâd bin Zaid dari ‘Amri dari

Abî Ma’bad maula Ibnu Abbâs dari Ibnu Abbâs ra. Nabi

Muhammad Saw. telah bersabda: “Janganlah berpergian

seorang perempuan kecuali bersama mahramnya dan tidak

boleh pula bagi seorang laki-laki mendatangi perempuan

selain apabila ia bersama mahramnya.” Berkata seorang laki-

laki, “Ya Rasulullah! Sesungguhnya saya bermaksud akan

pergi perang, sedangkan istri saya bermaksud melaksanakan

haji.” Rasulullah Saw. menjawab: “Pergilah bersama-sama

dengan istrimu (naik haji)” (HR. al-Bukhâri)

Haji diwajibkan bagi yang mampu, baik biaya, fisik, maupun

kendaraan atau perjalanannya. Karena itu jika seseorang tidak

memiliki kemampuan untuk berhaji sampai akhir hayatnya, maka hal

tersebut tidak mengurangi kualitas keislamannya. Di sinilah letak

kelenturan dan fleksibelitas syariat Islam yang salah satu prinsipnya

adalah ‘adam al-harâj (peniadaan dosa), semacam toleransi bagi

yang tidak mampu. 15

Peletakan ibadah haji pada posisi terakhir dari rukun Islam

menurut A. Husnul Hakim- Dekan Fakultas Ushuluddin Perguruan

Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta, bukanlah tanpa alasan. Menurutnya,

14 Abû Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’

al-Musnad al-Shâhih al-Mukhtashar min ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihî (Beirut:

Dar El- Fiker, 1420 H), hal. 441 15 A. Husnul Hakim, “Haji Mabrur: Antara Teologis dan Sosiologis.” Dalam Dinamika dan

Perspektif Haji Indonesia (Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan Haji dan Umrah Kementrian

Agama Republik Indonesia, 2012) hal. 268

Page 38: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

22

secara filososfis, syahadatain merupakan jenjang pertama yang harus

ditempuh umat Islam dalam mencari keyakinan. Sedangkan shalat

adalah bukti pertama atas keimanannya. Zakat menumbuhkan

kesadaran umat Muslim bahwa ia adalah makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Ibadah

puasa merupakan ibadah yang mengajarkan manusia menahan hawa

nafsu. Tidak hanya menahan lapar dan haus, namun juga menjaga

diri agar tetap berada dalam koridor Islam. Puasa juga menjadi sarana

memahami kehidupan manusia yang lebih miskin; yang seringkali

menahan rasa lapar karena kekurangan materi. Maka haji sebagai

rukun Islam yang terakhir menjadi sarana mengembalikan manusia

kepada kesadaran fitrahnya yaitu makhluk yang lemah.

Melaksanakan ibadah haji ke Baitullah merupakan dambaan

setiap Muslim karena banyaknya keutamaan ibadah ini. Haji

merupakan ibadah utama yang diwajibkan Allah kepada umat

Muslim. Hal ini dijelaskan dalam salah satu sabda Rasulullah:

يم ب ث ن ا إ ب ر اه ث ن ا أ ح د بن ي ون س و م وس ى بن إ س اع يل اال ح د ن س عد ح ده اب ع ن س ع يد بن الم س يب ع ن أ ب ه ر ي ر ة أ ن ث ن ا ابن ش ر س ول ال ح د

و س لم س ئ ل أ ي ل و ر س ول الع م ل أ فض ال ص لى ال ع ل ي ل ف ق ال إ مي ان ب ال اجل ه اد ف س ب يل ال يل ث م اذ ا ال ح ج م ب ر ور يل ث م اذ ا

“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunûs

dan Mûsâ bin Ismâ'il keduanya berkata, telah menceritakan

kepada kami Ibrâhim bin Sa'd berkata, telah menceritakan

Page 39: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

23

kepada kami Ibnu Syihâb dari Sa'id bin Al Musayyab dari

Abû Hurairah ra., Rasulullah Saw. ditanya ‘Amalan apa yang

paling utama?’ Beliau menjawab: ‘Iman kepada Allah dan

Rasulnya’ kemudian ditanya lagi, ‘lalu apa lagi?’ Beliau

menjawab: ‘Kemudian Jihad di jalan Allah’ Kemudian

ditanya lagi, ‘lalu apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Kemudian

Haji mabrur’.” 16

Ibadah haji memiliki aturan-aturan tersendiri sebagaimana

aturan ibadah-ibadah lain. Jika dalam shalat ada rukun, syarat wajib,

syarat sah dan sunnah-sunnah, maka dalam melkasanakan ibadah

haji pun demikian. Seluruh aturan tersebut menjaga umat Islam tetap

dalam koridor sehingga tidak aka terjadi perpecahan antar umat

manusia. Sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan

dan kemanusiaan, maka sudah seharusnya Ibadah-ibadah dalam

agama Islam memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan

hubungan sesama manusia.

2. Filosofi Haji

Haji bukanlah sekedar ibadah yang membutuhkan tenaga ataupun

kekuatan fisik, namun haji juga membutuhkan kesiapan mental yang

menjadikan umat dapat melaksanakan dan memahami ibadah haji sebagai

suatu ibadah yang sangat bernilai. Haji memiliki nilai spiritual yang sangat

penting, hal ini dapat kita lihat dalam tata cara pelaksanaan haji yang telah

ditentukan.

16 Abû Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’

al-Musnad al-Shâhih al-Mukhtashar min ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihî, (Beirut:

Dar el-Fikar, 1420 H), hal. 26

Page 40: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

24

Allah Swt. mensyariatkan ibadah haji sehingga umat Islam

berkumpul di suatu tempat dengan berbagai jenis bangsa, suku atau ras.

Mereka datang dari segalan penjuru dunia membanjiri tanah haram,

sebagaima firman Allah:

ذلنههوأ هفل لههٱنلاسل جلهب

هعمليقههٱلب هفج لتلنيهملنهك

بهضاملرهيأ ل

هك هولع توكهرلجالاب ٢٧17يأ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan

haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki,

dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru

yang jauh.” (QS. al-Maidah : 27)

Adapun hikmah dan filosofi pelaksanaannya disebutkan oleh

Mulyadhi Kertanegara dalam tulisannya sebagai berikut:18

a. Mengenakan pakaian ihram

Mengenakan pakaian ihram merupakan pertanda dimulainya

ibadah haji. Sejak dimulainya memakai pakaian ihram, maka ada

larangan-larangan khusus yang tidak boleh dilakukan saat

menunaikan ibadah haji hingga saat selesai tahallul. Hikmah dari

pemakaian kain ihram ini adalah untuk menunjukkan bahwa Allah-

lah yang berkuasa secara penuh. Hal ini akan mengingatkan kita pada

hari akhir, di mana hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.

Dalam memakai kain ihram, kita dapat melihat musâwah19

17 Al-Qur’an al-Karim surah Al-Maidah ayat 27 18 Mulyadhi Kertanegara, “Filosofi Haji.” Dalam Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia

(Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia,

2012), hal.2 19 Drs. Ishak Farid, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),

hal. 79

Page 41: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

25

(kesetaraan) antar manusia. Seberapa banyak pun harta dari sesorang,

saat memulai ibadah haji, ia tetap menggunakan selembar kain ihram.

Setinggi apapun jabatan seseorang, ia tetap mengenakan sehelai kain

ihram. Manusia tidak dapat memilih akan memakai pakaian berlapis

emas ataupun perak, pakaian designer terkenal yang dijual dengan

harga puluhan bahkan jutaan rupiah. Di sini, setiap orang sama-sama

menggunakan kain ihram.

b. Tawaf mengelilingi Ka’bah

Tawaf berarti berjalan mengelilingi Ka’bah. Ka’bah merupakan

Baitullah yang menjadi arah Kiblat umat Islam. Setiap muslim di

segala penjuru dunia mengahadapkan wajahnya ke Kiblat ketika

melaksanakan shalat. Bertawaf mengandung arti berkunjung ke

rumah Allah. Namun untuk dapat merasakan kehadiran Allah Swt.

kita harus merasakan cinta kepada-Nya. Hikmah dari pelaksanaan

Thawaf ialah kesatuan umat Islam. Kesatuan umat Islam akan

dirasakan ketika manusia berkumpul dalam jumlah yang besar; tawaf

dan menyembah Allah Swt. Sebagaimana shalat berjama’ah yang

melambangkan kesatuan umat Islam, Thawaf saat haji menjadi tanda

persatuan umat Islam yang paling besar.

c. Sa’i antara Safa dan Marwa

Pelaksanaan sa’i berawal dari kisah perjuangan Siti Hajar yang

mencarikan air minum untuk putranya yang masih bayi yaitu Ismail.

Peristiwa ini mengajarkan kita tentang keseimbangan usaha dan

Page 42: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

26

tawakkal. Siti Hajar berusaha berlari-lari kecil antara Shafa dan

Marwa, sedangkan putranya ia serahkan kepada Allah,. Maka dapat

kita ambil hikmah dari sejarah sa’i bahwa perjuangan harus disertai

dengan tawakkal. Kemudian dari penamaan Safa dan Marwa juga

memiliki makna yang dalam. Safa diartikan suci dan marwa berarti

kebaikan. Maka jika kita berlari menuju Safa dan Marwa, kita harus

mengingat sudah ditingkat mana kesucian dan kebaikan kita.

Sedangkan jumlah sa’i yang tujuh kali tersebut dijelaskan oleh

Mulyadhi Kertanegara bahwa tujuh kali dalam seminggu hendaknya

selalu melakukan hal-hal yang menjadikan diri kita dekat dengan

kebaikan dan kesucian, sehingga setelah kita melaksanakan ibadah

haji akan terjadi transformasi jiwa dan moral sebagai buah manis dari

pelaksanaan ibadah haji sekaligus sebagai tanda tercapainya haji yang

mabrur. Jika tidak, ibadah haji kita tidak akan memberi pengaruh

positif dalam kehidupan.20

d. Wukuf di Arafah dan Bermalam di Muzdalifah

Wukuf merupakan inti dari ibadah haji itu sendiri.

Melaksanakan haji tanpa wukuf di Arafah akan membuat ibadah haji

seseorang tidak bernilai haji. Hal ini disebutkan Rasulullah Saw.

dalam sabdanya:

20 Mulyadhi Kertanegara, “Filosofi Haji.” Dalam Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia

(Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia,

2012), hal. 9

Page 43: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

27

ث ن ا س في ان ع يع ال ح د ال أ ن ب أ ن و ي بن أ خب ر ن إ سح ق بن إ ب ر اه يم ن ب ك ر ال ش ه دت ر س ول ال ص لى ال ع و س لم ع ط اء ع ن ع بد الرح ن بن ي عم ل ي

س ف س أ ل وه ع ن ال ج ف ق ال ر س ول ال ص لى ال ع ل ي ه ن و س لم ال ج ع ر ف ة ف أ ت ل ة ع ل ة ج ع ف ق ف م ن أ در ك ل ي ن ل ي ر ف ة بل ط ل وع الف جر م 21.د ت ح ج

“Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahîm, ia

berkata; telah memberitakan kepada kami Wâki’, ia berkata;

telah menceritakan kepada kami Sufyân dari Bukair bin ‘Atha’

dari Abdur Rahmân bin Ya'mar, ia berkata; saya menyaksikan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam didatangi manusia

kemudian bertanya kepadanya mengenai haji, lalu Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Inti Haji adalah wukuf

di Arafah, barang siapa yang mendapatkan malam Arafah

sebelum terbit fajar dari malam jam' (waktu sore pada hari

Arafah maka hajinya telah sempurna."

Wukuf adalah berhenti sejenak untuk intropeksi diri

sebagaimana Nabi Adam dahulu memohon ampunan Allah atas dosa

yang ia lakukan. Karena itu, ketika melaksanakan wukuf di Padang

Arafah, kita dapat melakukan muhasabah atas dosa-dosa dan amalan-

amalan yang telah kita lakukan, serta memohon ampunan kepada

Allah Swt.

Selanjutnya, bermalam di Muzdalifah selain untuk

mengumpulkan batu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk

bermuhasabah serta berzikir kepada Allah Swt. waktu malam adalah

waktu yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan Allah karena

21 Al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’I (Beirut: Dar al-Fikar, 2005), juz 3, hal. 262

Page 44: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

28

kesunyian malam berpotensi membawa kekhusyukan saat

berinteraksi dengan Allah.

e. Melontar Jumrah di Mina

Ritual melontar berjumrah berawal dari sejarah Nabi Ibrahim

yang melempar batu kepada setan yang terus saja menggodanya untuk

tidak melaksanakan perintah Allah menyembah putranya Ismail.

Namun dalam ritual melontar jumrah ini oleh para sufi bukan

diartikan secara lahiriyah di mana setan yang menjadi sasaran

pelemparan tersebut. Melontar jumrah diartikan sebagai upaya-upaya

melenyapkan segala bentuk jiwa syathâniyyah yang bersarang di

dalam hati manusia. Maka secara filosofis, orang yang telah pulang

dari haji akan bersih hatinya sehingga berdampak pada perilakunya

yang baik dan tulus setelah pulang dari Baitullah.

f. Kurban

Kurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam

yang merupakan bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah Swt.

untuk mendekatkan diri kepada-Nya.22 Ibadah ini dilaksanakan dalam

rangkaian ibadah haji sehingga kurban memiliki nilai penting dalam

pelaksanaan ibadah haji.

22Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah, Menelusuri Asal-Usul Memantapkan Penghambaan

(Jakarta: Republika, 2014), hal. 112

Page 45: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

29

Kata kurban berasal dari kata رب yang berarti dekat. Karena

itu tujuan dari berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah

Swt. Perintah berkurban diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi

Ibrahim melalui mimpi yang terjadi berulang-ulang sehingga Nabi

Ibrahim sangat yakin mimpinya adalah perintah dari Allah Swt.,

yakni ia harus mengorbankan anak kesayangannya yaitu Ismail.

Mengorbankan Ismail berarti mengorbankan sesuatu yang sangat

dicintainya, mengingat penantian panjang Nabi Ibrahim terhadap

kelahiran Ismail.

Dalam pandangan sufi, berkurban bukan hanya

mengorbankan hewan, akan tetapi maknanya lebih tinggi dari itu,

yaitu mengorbankan segala nafsu hewani yang ada dalam diri kita.

pengorbanan ini akan memberikan dampak besar terhadap

kemaslahatan umat.23

Ibadah haji merupakan momen besar atau muktamar agung24 yang telah

disiapkan Allah Swt. bagi manusia, agar setiap umat dari berbagai penjuru

dunia berkumpul sehingga satu sama lain dapat mengambil manfaat dari yang

lainnya. Dari kejadian perkumpulan umat Muslim terbesar ini, maka kita dapat

23 Mulyadhi Kertanegara, “Filosofi Haji.” Dalam Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia

(Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia,

2012), hal.12 24 Drs. Ishak Farid, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),

hal. 80

Page 46: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

30

mengenal negara dan sistem-sistem yang berlaku di negara seseorang yang

tentu dapat memberikan pengajaran bagi kita. Hal ini sesuai dengan firman

Allah Swt.:

هدوا ه كروا ههلليشب هويذب مهمنفلعهلهمب هماهرزقهمهملنهبهليمةلههاللههٱسب هلع لومت عب يامهم

هأ فل

نبعمل ه علموا ههٱلب طب

لسهفكوا هملنبهاهوأ ائ

٢٨25هٱلبفقليههٱلب

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka

dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah

ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa

binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan

(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang

sengsara dan fakir”. (Q.S. al-Hajj: 28)

3. Haji Wada’

Haji wada’ adalah haji yang dilaksanakan oleh Rasul Saw. pada

tahun 10 H. Dinamakan demikian karena ketika saat itu Nabi Muhammad

Saw. berpamitan dengan umatnya dengan pernyataan perpisahan beliau. Haji

Rasul ini disamping dikenal dengan nama haji wada’, dan dinamai juga

dengan beberapa nama lainnya, antara lain:

a. Hajjat al-Islâm karena inilah haji nabi yang pertama dan terakhir sesuai

dengan tuntutan Islam. Haji inilah yang menjadi rujukan kaum Muslimin

dalam pelaksanaan ibadah haji.

b. Hajjat al-Balâghah/ Haji Penyampaian. Dinamakan demikian karena

salah satu yang beliau tanyakan kepada jamaah dalam khutbahnya ketika

25 Al-Qur’an al-Karim surah Al-Hajj ayat 28

Page 47: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

31

berhaji ini adalah “ ؟هل بلغت ” Apakah aku telah menyampaikan? Yakni

ajaran Islam. Dan secara khusus Nabi Muhammad Saw. menyampaikan

rincian ibadah haji secara lisan maupun praktik.

c. Hajjat at-Tamâm/ Haji Kesempurnaan. Ini dikarenakan pada hari Arafah

saat nabi wukuf, turun penegasan Allah tentang kesempurnaan agama dan

kecukupan nikmat-Nya dalam surah Al-Maidah ayat 3.26

Rasulullah mengumumkan niatnya untuk menunaikan ibadah haji,

maka manusia pun berbondong-bondong datang dan bersiap untuk mengikuti

ibadah haji bersama Rasulullah Saw. Dalam pelaksanaan ibadah haji wada

ini, Nabi Muhammad Saw. mencontohkan secara sempurna tata cara berhaji.

Dalam peristiwa haji wada’ ini, Nabi Muhammad Saw. menyampaikan

berbagai ketetapan Allah dan kesempurnaan ajaran Islam saat khutbah di

Arafah. Nabi Muhammad Saw. juga menyampaikan penjagaan Allah

terhadap umat Muslim dari gangguan orang-orang kafir, sehingga pada hari

itu hilanglah kekhawatiran umat Muslim.

4. Dimensi Ibadah Haji

Syari’at yang diperintahkan oleh Allah kepada umat manusia

memiliki dimensi yang berbeda. Ada ibadah yang berdimensi vertical, ada

yang berdimensi horizontal. Akan tetapi kebanyakan dari syari’at Islam,

memiliki dua dimensi sekaligus. Ibadah yang memiliki dimensi vertical

26 M. Quraisy Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan al-Qur’an dan

Hadits-Hadits Sahîh (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hal. 1043

Page 48: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

32

adalah Syahadat. Yang menjadikan diri kita dekat kepada Allah, mengimani

Allah dan Rasulullah dengan sepenuh hati. Adapun ibadah yang berdimensi

vertikal dan horizontal adalah ibadah shalat. Disamping mendekatkan diri

kepada Allah, shalat juga dapat menjaga seseorang dari perbuatan keji dan

mungkar. Begitu pun dengan puasa, zakat yang juga dapat mendekatkan diri

kepada Allah namun juga menciptakan keakraban dengan umat manusia.

Seperti halnya dengan shalat, puasa dan zakat, haji juga memiliki dua dimensi

tersebut.

Haji memiliki dimensi vertikal karena haji merupakan aktivitas

seseorang yang berhubungan langsung kepada Allah. Di sini antara hamba

dengan Allah tidak seorang pun mengetahuinya. Sebab hal tersebut berkaitan

dengan hati, ruh dan perasaan hamba. Tingkat ketakwaan dan keikhlasan

dalam pelaksanaan haji hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh orang

tertentu. Dia menyembah Ka’bah yang terbuat dari batu ataukah semata

menyembah Allah, dia mengangungkan air zam-zam yang isa

menyembuhkan penyakit ataukah mengakui kebesaran Allah, dan dia

meyakini keberkahan Jabal Rahmah dalam mendapatkan jodoh ataukah

hanya Allah penentu jodoh seseorang, merupakan rahasia antara hati, ruh dan

perasaan hamba dengan Allah. Inilah haji sebagai dimensi ritual atau ibadah

vertical atau disebut dengan hablun min Allah.27

27 Dr. H. Ali Rokhmad, M.Pd dan Dr. H. Abdul Cholic MT., M.Ag, HAJI Transformasi Profetik

Menuju Revolusi Mental (Jakarta: Anggota IKAPI, 2015), hal.51

Page 49: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

33

Adapun dimensi horizontal ibadah haji dapat kita lihat dari runtutan

cara pelaksanaan ibadah haji, pun dengan nasehat-nasehat Rasulullah ketika

berhaji yang dimuat dalam hadits-haditsnya. Dalam hal ini, segala sesuatu

yang berkaitan dengan haji dapat menjadi acuan bahwa haji memiliki dimensi

horizontal yang menuntut umat Islam menjaga hubungan baik dengan

manusia. Salah satunya kita lihat pada pemilihan tempat pelaksanaan ibadah

haji yang terpusat.

Ibadah haji memiliki perbedaan dari rukun Islam yang lainnya. Jika

empat dari rukun Islam tidak memberi pembatasan tempat pelaksanaan, maka

ibadah haji menentukan tempat berhaji. Tidak diperbolehkan melaksanakan

ibadah haji di Turki bahkan Indonesia. Haji hanya dilaksanakan di Makkah-

Saudi Arabia. Ketentuan ini menjadikan umat Islam dari berbagai daerah,

suku, adat-kebiasaan dan negara bekumpul disebuah tanah suci.

Berkumpulnya kelompok-kelompok yang berbeda biasanya dapat memicu

konflik, baik karena benturan fisik ataupun hati. Namun Islam mengajarkan

umat manusia untuk saling menjaga perbedaan agar terciptanya kedamaian.

Jabatan pun menjadi tak berarti saat melaksanakan ibadah haji.

Seberlimpah apapun kekayaan seseorang, tetap saja mereka hanya

menggunakan kain ihram. Sungguh, dalam Islam tidak ada perbedaan antara

manusia kecuali tingkat ketaqwaannya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

Page 50: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

34

ها يأ ههٱنلاسههي عارفوا للهلل هشعوبااهوقبائ هوجعلبنكمب نث

هوأ نكمهملنهذكر إلناهخلقب

هعلنده رمكمب كبهأ ههاللهإلن هإلن تبقىكمب

هأ ١٣28يهعلليمهخبلههال

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S.

Al-Hujurat: 13)

Dalam Islam hanyalah taqwa yang membedakaan seseorang. Bukan

jabatan, harta, bukan pula umur. Yang paling taqwa, dialah yang utama.

Begitu pula dalam Haji, tidak ada apapun yang dapat membedakan seorang

hamba. Semuanya tunduk hanya kepada Allah.

B. Teori Sosial atau Humanisme

Dalam menjelaskan makna suatu teks dari segi sosial, sya menggunakan teori

Muhammad Abed al-Jabiri yang merupakan salah seorang intelektual Muslim yang

membicarakan epistimologi, termasuk di dalamnya teori sosialnya yaitu burhani.

Muhammad Abed al-Jabiri merupakan seorang intelektual Muslim kelahiran 1936 M29.

Dia lahir dan tumbuh di Negeri Magribi yang kini mencakup Negara Maroko, Aljazair,

dan Tunisia. Maroko merupakan negara yang memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa

Arab dan Perancis, sehingga para sarjana Maroko mudah mengenal warisan Perancis

yang kelak berguna dalam proses penggalian ilmu pengetahuan.30

28 Al-Qur’an al-Karim surah al-Hujurat ayat 13 29 Muhammad Abed al-Jabiri, Post Traditionalisme Islam, penerjemah Ahmad Baso

(Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2000), hal. xii 30 Muhammad Abed al-Jabiri, Post Traditionalisme Islam, penerjemah Ahmad Baso

(Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2000), hal. xvi

Page 51: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

35

Al-Jabiri dikenal dengan tiga epistimologinya dalam memahami suatu teks,

yaitu bayani, irfani, dan burhani. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Teori Bayani

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan

otoritas teks (nas), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi

oleh akal kebahasaan yang digali lewat inferensi (istidlâl). Secara langsung

artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung

mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran.31 Dalam teori ini, akal

seseorang tidak dapat memberikan penalaran kecuali merujuk kepada teks.

Istilah bayâni berasal dari kata bayân yang berarti penjelasan.

Adapun secara terminology bayan mempunyai dua arti, yaitu sebagai

aturan-aturan penafsiran wacana (qawânîn tafsîr al-khitâb) dan syarat-

syarat memproduksi wacana (syurût intaj al-khitâb). Seiring berjalannya

waktu, pengertian bayan semakin berkembang. Dalam metodologi ushul

fiqh Al-Syafi’I membagi bayan menjadi lima bagian dan tingkatan; yang

pertama bayân yang tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut, yang

kedua bayân yang beberapa bagiannya masih global sehingga

membutuhkan penjelasan sunnah, yang ketiga bayan yang keseluruhannya

membutuhkan penjelasan sunnh, yang keempat bayan sunnah sebagai

uraian atas sesuatu yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan yang kelima

31Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 237

Page 52: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

36

bayan ijtihad yang dilakukan dengan qiyâs atau sesuatu yang tidak terdapat

dalam al-Qur’an maupun sunnah.32

Melihat kepada pernyataan di atas, maka dapat kita pahami bahwa

memahami teks dengan metode bayani yaitu menjelaskan secara tekstual,

yaitu berdasarkan pada teks atau nas.

2. Teori Irfani

Istilah irfan berasal dari kata ‘arafa yang semakna dengan makrifat

yaitu pegetahuan tetapi berbeda dengan ilmu.33 Pegetahuan irfan tidak

didasarkan atas teks seperti bayani, juga tidak kekuatan rasioanl seperti

burhani, tetapi pada kasyf tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh

Tuhan. Karena itu pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis

teks atau keruntutan logika, tetapi berdasarkan atas terlimpahnya

pengetahuan secara langsung dari Tuhan, ketika hati sebagai sarana

pencapaian pengetahuan Irfan siap untuk menerimanya.34

Metode ini berkaitan erat dengan Tasawuf di mana terdapat maqam

yang harus ditempuh untuk menjadikan diri dapat menerima pengetahuan

dari Tuhan. Adapun jumlah tahapan atau maqamât memiliki perbedaan di

kalangan ulama. Namun ada tujuh maqamât yang paling umum digunakan

32 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal.237-239 33 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 253 34 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 261

Page 53: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

37

oleh kebanyakan penulis, yaitu taubat35, wara’36, zuhud37, faqir38, sabar,

tawakal, dan rida39. Setelah mencapai tingkatan tertentu dalam spiritual,

maka seseorang akan mendapat limpahan pengetahuan langsung dari

Tuhan.40

3. Teori Burhâni

Menurut al-Jabiri burhâni dapat diartikan sebagai suatu aktivitas

berpikir untuk menetapkan kebenaran proposisi melalu pendekatan dduktif

dengan mengaitkan proposisi yang satu dengan yang telah terbukti

kebenarannya secara aksiomatik. Menurutnya, metode ini pertama kali

dibangun oleh Aristoteles yang dikenal dengan istilah metode analitik

(tahlili) yaitu suatu sistem berpikir (pengambilan keputusan) yang

didasarkan atas proposisi tertentu. 41

Berbeda dengan teori bayani yang mendasarkan diri pada teks dan

irfâni yang mendasarkan diri pada intuisi atau oengalaman spiritual, maka

35 Meninggalkan segala perbuatan yang kurang baik disertai penyesalan mendalam yang

kemudian diiringi dengan perilaku-perilaku terpuji yang disenangi Allah Swt. 36 Menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak jelas statusnya (syubhat). 37 Tidak tamak dan tidak mendahulukan urusan dunia dari pada akhirat. 38 Mengosongkan pikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan hanya mengharapkan

Allah Swt. 39 Hilangnya rasa ketidakenangan di dalam hati sehingga yang tersisa hanya kegembiraan

terhdap apa yang telah ditetapkan Allah Swt. 40 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 261-263 41 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 275, lihat juga Al-Jabiri, Bunyat al-‘Aql al-‘Arabi (Beirut: al-

Markaz al-Tsaqafah al-‘Arabi, 1991), hal. 383

Page 54: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

38

burhâni menyandarkan diri pada kekuatan rasio dan akal42 atau secara

kontekstual. Salah satu persoalan yang dikaji dan muncul dalam teori

burhani adalah masalah bahasa dan logika. Dalam memecahkan suatu

permasalahan, teori burhani menggunakan logika untuk memberikan

penilaian dan keputusan terhadap sesuatu tersebut.

Sistem yang digunakan dalam burhani adalah silogisme yang dalam

bahasa Arab diartkan sebagai qiyas. Secara istilah silogisme berarti suatu

bentuk argument d mana dua proposisi yang disebut premis, dirujukkan

bersama sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah konkulsi

(kesimpulan). Sebelum melakukan silogisme ada tiga tahapan yang harus

dilalui, yaitu tahap pengertian (ma’qulât),tahap pernyataan (ibarât) dan

tahap penalaran (tahlîlât). Setelah mengetahui pengertian-pengertian yang

didapat dari abstraksi objek eksternal yang masuk ke dalam pikiran,

dilanjutkan dengan pembentukan premis atau proposisi dengan

mempertimbangk lima kriteria (alfâz al-khamsah) yaitu nau’, jins, fasl,

khas dan aradh.43 Berdasarkan metode silogisme di atas, maka didapati

bahwa teori burhani sangat mengoptimalkan kerja akal untuk memahami

suatu teks. Melalui premis-premis yang didapat maka logika bekerja untuk

42 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 275 43 Dr. H.A. Khudori Soleh, M.Ag., Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 280-281

Page 55: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

39

mencari kebenaran dan menjawab persoalan-persoalan serta kebutuhan

umat masa kini.

C. Humanisme dalam Islam

Humanisme secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu human yang artinya

bersifat manusiawi atau berperikemanusiaan dan isme yang berarti aliran. Maka

humanisme berarti aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan

mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.44 Berbicara mengenai humanisme

berarti kita berbicara permasalahan sosial. Karena tujuan humanisme untuk

menghidupkan rasa kemanusiaan, maka kehidupan sosial-lah yang menjadi objeknya.

Ilmu sosial yang menjadi penghubung humansime telah diberi legalitas sebagai

suatu displin ilmu dari satu abad yang lalu. Di kebanyakan universitas, ilmu-ilmu ini

mencakup lima disiplin ilmu yaitu sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi, dan

sejarah. Dua disiplin ilmu lainnya memiliki status ganda, yaitu ilmu geografi dan

psikologi.45 Ilmu-ilmu ini menjadi jalan bagi kita untuk menggali lebih jauh pengaruh

kehidupan sosial dalam kehidupan. Ilmu sosial juga dapat membantu kita

menyelesaikan permasalahan dalam bermasyarakat.

Tidak hanya ilmu umum yang membahas persoalan kemanusian, Islam juga

merupakan suatu peradaban yang memberikan konsep khusus tentang manusia,

menentukan tempatnya dalam masyarakat dan menunjukkan eksprimen yang mengatur

44 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 512 45 Abu Bakar A. Bagader, Islam and Sociological Perspectives, penerjemah Machnun Husein,

(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996)

Page 56: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

40

antar bangsa. Selain dari pada itu Islam bersedia dengan sungguh-sungguh untuk

memberi jawaban terhadap problema perorangan, sosial, dan antar negara.46 Islam

merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Hal ini dibuktikan

dengan syari’at Islam yang begitu detail mengatur persoalan umat. Dalam Islam,

umatnya dituntut untuk menghargai sesama, bahkan menjaga hubungan baik antar

manusia dan lingkungan menjadi kewajiban tersendiri bagi umat Islam.

Dalam humanisme, kesatuan juga menjadi hal yang sangat penting. Dan kesatuan

ini tercakup dalam ajaran-ajaran Islam. Kewajiban-kewajiban ibadah selalu

mengajarkan tentang kesatuan dan kebersamaan. Misalnya, ibadah shalat yang

memerintahkan umat Islam shalat di waktu yang sama ke arah kiblat yang sama.47

Ibadah puasa juga mengajarkan bagaimana kita merasakan penderitaan saudara muslim

lain yang menahan lapar karena tidak memiliki makanan dan minuman. Kewajiban

zakat juga demi kemaslahatan bagi umat Islam seluruhnya.

Hikmah yang tersembunyi dari ibadah fisik adalah untuk menunjukkan kesatuan

manusia secara spiritual ataupun material. Melalui syariat-syariat, umat muslim dapat

meningkatkan rasa kemanusiaan yang akan menjadikan setiap pribadi menjadi lebih

baik. Dengan landasan iman yang sama, maka telah cukup bagi seorang mukmin

menghargai umat muslim lainnya.

46 Prof. Dr. Marcel A. Boisard, L’ Humanisme De L’ Islam penerjemah Prof. Dr. H. M. Rasjidi,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 40 47 Prof. Dr. Marcel A. Boisard, L’ Humanisme De L’ Islam penerjemah Prof. Dr. H. M. Rasjidi,

hal. 81

Page 57: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

41

Dalam kehidupan, Islam memang tidak hanya mengutamakan soal ibadah,

namun juga hubungan antar sesama. Bahkan di dalam Islam ada keutamaan tersendiri

menjaga hubungan baik dengan manusia. Segala bentuk ibadah pun tidak luput dari

interaksi maupun hubungan dengan manusia. Aqidah, ibadah dan mu’amalah memang

syari’at Islam yang tidak dapat dipisahkan. Ketika iman telah mantap di hati, ibadah

akan terjaga melalui keyakinan, dan Mu’amalah pun tidak dapat dihindari.

Tidak sedikit ajaran Islam yang menuntut umat Islam menjaga hubungan baik

dengan sesama manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

ل ع ان ي عن ابن ب ال ث ن ا ابن و هب ع ن س ل يم ث ن ا الرب يع بن س ل يم ان الم ؤ ذ ن ح د ث ي بن ز يد ح د ن ال الم و س لم ح ع ن أ ب ه ر ي ر ة ع ن ر س ول ال ص لى ال ع ل ي رةة الم ؤم ن ع ن الو ل يد بن ر ب ؤم ن م

و ي وط م ن و ر ائ ي ع ت 48و الم ؤم ن أ خ و الم ؤم ن ي ك ف ع ل ي

“Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Sulaiman Al Muadzdzin

berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Sulaiman -maksudnya

Sulaiman bin bilal- dari katsir bin Zaid dari Al Walid bin Rabah dari Abu

Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang

mukmin itu cermin bagi mukmin lainnya, dan seorang mukmin itu saudara bagi

mukmin lainnya nya; ia membantunya saat kehilangan (ikut menanggung

kesulitannya) serta menjaganya (membelanya) dari belakang.”

Dengan mengikuti perintah Allah dan anjuran Rasulullah, maka akan terwujud

keharmonisan antar manusia sehingga humanisme dalam Islam dapat senantiasa

terjaga. Humanisme dalam Islam adalah wujud dari Islâm Rahmatan li al-‘Âlamîn, oleh

karena itu setiap Muslim harus mewujudkan humanisme dalam dirinya masing-masing.

48 Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-Fikar, 2003),

juz 2 hl. 466

Page 58: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

42

BAB III

HUMANISME DALAM KHUTBAH HAJI WADA’

A. Khutbah Haji Wada’

1. Teks Hadits dan Terjemahan

Khutbah haji wada’ diabadikan di dalam banyak kitab hadits dan

kitab sejarah Nabi Muhammad Saw. Khutbah lengkap Nabi Muhammad

Saw. saat melaksanakan haji wada’ dimuat di dalam Sunan Abi Dâwud dan

Sirah Nabawiyyah riwayat Ibnu Hisyam. Sedangkan kitab hadits lainnya

hanya mencantumkan potongan khutbah tersebut. adapun potongan

khutbah haji wada tersebut yaitu:

ث ن ا ف ض يل ب ح ث ن ي ي بن س ع يد ح د ث ن ا ع ل ي بن ع بد ال ح د ث ن ا د ن غ زو ان ح دي ال و س لم خ ط ب ع ن ه م ا أ ن ر س ول ال ص لى ا ع كر م ة ع ن ابن ع باس ر ل ع ل ي

ال وا ي وم ح ر ا :الناس ي وم النحر ف ق ال ا ا الناس أ ي ي وم ه ذ ال ف أ ي ب ل د ي أ ي ه م ال ا هر ه ذ ال ف أ ي ش ال وا ب ل د ح ر ام ا ال ف ه ذ م و أ مو ال ك م وا ش هر ح ر ام إ ن د م اء

ا ف ش هر م ه ذ م ه ذ ا ف ب ل د ك م ع ل يك م ح ر ام ح رم ة ي وم ك م ه ذ ا و أ عر ا ا ف أ ع اد ه ل ب لغت الله م ه ف ق ال الله م ه 1 ب لغت ل م ر ارا ث ر ف ع ر أس

“Menceritakan kepada kami ‘Alî bin Abdillâh,

menceritakan kepadaku Yahyâ bin Sa’îd, menceritakan kepada

kami Fudhail bin Ghazwân, menceritakan kepada kami Ikrimah

1 Melalui kata د م اء yang dicari dengan kitab Mu’jam Mufahras, maka didapati hadits-hadits

dengan lafadz ر ام ك م ع ل يك م ح م و أ مو ال ك م و أ عر ا -yaitu: Shahih al-Bukhari, kitab ‘ilmu, bab 37, 9. Kitab al ,ف إ ن د م اء

hajj bab 132, kitab maghazi bab 77, kitab adab 43, kitab adhaha bab 5, kitab hudud bab 9, kitab fatan

bab 8, kitab tauhid bab 24, Shahih Muslim, kitab hajj nomor 147, kitab qasamah bab 29 dan 30, Sunan

al-Tirmidzi, kitab fatan bab 6, kitab tafsir surah 9 bab 2, Sunan al-Nasa’I kitab qadhah bab 36, Sunan

Ibnu Majah kitab manasik bab 34, 72

Page 59: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

43

dari Ibnu ‘Abbâs r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw. berkhutbah

pada hari Nahr. Beliau bersabda: “Wahai manusia! Hari apakah

ini?” Mereka menjawab: “Hari haram.” Beliau bertanya: “Negeri

apakah ini?” Mereka menjawab: “Negeri (tanah) haram.” Beliau

bertanya: “Bulan apakah ini?” Mereka menjawab: “Bulan haram.”

Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan

kalian haram seperti haramnya hari kalian ini di negeri ini dan

bulan ini.” Beliau mengulangnya beberapa kali. Kemudian beliau

mendongakkan kepalanya dan berdo’a, “Ya Allah, bukankah aku

telah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah

menyampaikannya?”2

2. Asbâb al-Wurûd al-Hadîts3

Haji wada’ adalah salah satu tanda perpisahan Rasulullah dengan

umat Islam dan dunia. Dinamakan dengan haji wada’ karena haji ini adalah

haji perpisahan yang Nabi Muhammad tunaikan. Banyak riwayat yang

memuat hadits tentang khutbah Nabi disaat haji wada. Sebagai renungan

bagi sahabat-sahabat Rasulullah Saw. mengenai perpisahan ini, Rasulullah

mengucapkan berkali-kali isyarat kepergian beliau. Dalam bukunya “Kitab

Sejarah Nabi Muhammad SAW.”, Abdurrahman bin Abdul Karim dalam

bukunya menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. berkali-kali berkata

saat haji wada’, “Mungkin aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian

setelah tahun ini, dan aku tidak akan berhaji lagi setelah tahun ini.”4

2 Abû Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-

Musnad al-Shâhih al-Mukhtasar min ‘Umûri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihî (Beirut: Shadqi

Jamil al-‘athar, 1420 H), Kitab Haji no 1739 3 Asbâb al-Wurûd al-Hadîts artinya penyebab terjadinya sesuatu (dalam halini adalah hadits).

Urgensi keberadaan ilmu ini adalah untuk mengetahui secara pasti untuk apa hadits tersebut dikeluarkan

Nabi Saw. sehingga umat dapat mengetahui kekhususan atau keumuman hadits. 4 Abdurrahman ibn Abdul Karim, Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW.-dari sebelum masa

Kenabian Hingga Sesudahnya- (Yogyakarta:DIVA Press, 2013), hal. 523

Page 60: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

44

Pada awal bulan Dzulqa’idah tahun 10 H, Nabi Muhammad

mengumumkan keberangkatan haji beliau dan mengajak umat Muslim

untuk ikut serta dalam ibadah haji ini. Nabi Muhammad Saw. bermaksud

ingin menunjukkan tata cara ibadah haji yang benar sesuai tuntutan Allah

Swt. kepada umat Islam. Ajakan beliau disambut dengan antusias oleh umat

Muslim sehingga umat Muslim dari berbagai penjuru berdatangan menuju

Baitullah untuk memenuhi panggilan Allah. Termasuk dalam rombongan

jama’ah haji tersebut Ummahât al-Mu’minîn.

Dalam sebuah kisah dikatakan bahwa pada tahun 10 H, Rasulullah

SAW menunaikan ibadah haji yang kemudian dikenal sebagai Haji Wada’

(Haji Perpisahan). Pada tanggal 9 Zulhijjah, ketika sampai di sebuah

lembah di Urana, masih di atas unta, Nabi berhenti dan kemudian

berkhutbah di depan lebih seratus ribu orang yang hadir saat itu. Sedangkan

Bilal bin Rabbah dan Rabi’ah bin Khalâf mengulangi kalimat-kalimat Nabi

agar dapat di dengar oleh jama’ah haji.5

Beberapa periwayat hadits mencantumkan beberapa atsar dari

sahabat di dalam sunannya mengenai Nabi Muhammad Saw. yang

menyampaikan khutbahnya saat berada di Arafah,

5 Ahmad Asnawi, Glosari Hadits, (Yogyakarta: Penerbit Jannah, 2013), hal 115

Page 61: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

45

ث ن ا ي ي ع ن س في ان ع ن س ل م ة بن ن ب ي أ خب ر ن ع مر و بن ع ل ي ال ح د ط ع ن أ ب ي و س لم ي ط ب ع ل ى ج ل أ ح ر ب ع ر ف ة بل ال ر أ يت ر س ول ال ص لى ال ع ل ي

ة 6 .الصال

“Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin ‘Alî, ia

berkata; telah menceritakan kepada kami Yahyâ dari Sufyân dari

Salamah bin Nubaith dari ayahnya, ia berkata; saya melihat

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah di atas unta

merah di Arafah sebelum melakukan shalat.”

Ibnu Ishaq berkata: setelah Nabi Muhammad Saw. mengajarkan

manasik haji kepada kaum Muslimin, menjelaskan sunah-sunah haji kepada

mereka dan berkhutbah kepada mereka menjelaskan apa yang perlu ia

jelaskan.7 Khutbah beliau yaitu:

ا ب اأ ي ه ا ال ناس : إ س ع وا ول ف إ ن ال أ در ي ل ع ل ي ال أ لق ك م ب عد ع ام ي هذ و ف ذ امل

م و أ م و ال ك م ع ل يك م ح ر ام إ ل أ ن ت لق وا ر بك م أ ب دا. ، إ ن د م اء اال ناس ح رم ة أ ي ه ا.ي وم ك م هذ ا، و ح رم ة ش هر ت لق ون ر بك م ف ي س أ ل ك م ع ن م هذ و إ نك م س

ال ك م . أ عم د ب لغت ع ل ي و ن ه أ م ان ة ف ل ي ؤ د ه ا إ ل م ن ائ ت م ان ت ع ند و إ ن ه ا.ف م ن وع ، و ل ك ن ض ى هللا ون .ل ك م ر ؤ وس أ م و ال ك م ال ت ظل م ون و ال ت ظل م ل ر ب م و

وع ان ف .ل أ ن ال ر ب، و أ ن ر ب ع باس بن ع بد الم ط ل ب م و و أ ن ل د م ع ة بن ال ار ث بن ع د م ابن ر ب ي وع، و أ ن أ ول د م ائ ك م أ ل ية م و ع بد الم ط ل ب اجل اه

أ ب ه ز يل ف ه و أول م ا أبد عا ف ب ن ل يث, ف ق ت ل ت ان م ست ر .ن دماء اجل هليةمو ك م هذ ن أ ن ي عب د ب ر د ي ئ س م االناس ، ف إ ن الشيط ان ه أ ب دا. أ ما ب عد . أ ي ه

إ ن ي ط ع ف يم ي ب م ا ت حق ر ون م ن و ل ك ن ، ف ق د ر و ى ذل ك ال ك م، ف احذ ر وه ا س أ عم ف ع ل ى د ين ك م. د ة ف الك فر ي ض ل ب الذ ين ىء ز ي ، إ ن النس االن اس ر وا، ي حل ون أ ي ه

6 Abu Abdurrahmân Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî al-Syuhairi Al-Nasâ’i, Sunan al-Nasa’i,

(Beirut: Dar al-Fikar, 2005), juz 3, hal. 260 7 Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah Sejarah lengkap kehidupan Rasulullah Saw. –tahqiq Ibnu

Hisyam, penerjemah Samson Rahman, (Jakarta: Akbar Media, 2015), hal. 728

Page 62: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

46

لوا م ا ح ر م الل ع اما و ي ر م ن ع اما، ل ي و ي ح ر م وا م ا أ ح ل و اط ئ وا ع دة م اح ر م هللا ، ف ي ح ، و إ ي ئ ت ي وم خ ل ق هللا السمو ات و األ رض ه ار د اس ت د ة هللا . و إ ن الزم ان ن ع د

ن ه ا أ رب ع ة ح ر م، ث ال ث ة م ت الشه ور ع ند هللا اث ن ا ع ش ر ش ه و ا ل ي ة. و ر ج ب م فر د، را، م ، ف إ ن ل ك م ع ل ى ن س ائ ك م ح ق الذ ي ب ي ج اد ى و ش عب ان . ا ال ناس ا، أ ما ب عد . أ ي ه

ا ت كر ه ون ، و ع ل ي ه ن أ ال ن ف ر ش ك م أ ح د و ل ه ن ع ل يك م ح ق ا. ل ك م ع ل ي ه ن أ ال ي وط ئ د أ ذ ن ل ك م أ ن ت هج ر ش ة م ب ي ن ة. ف إ ن ف ع لن ، ف إ ن هللا ت ي ب ف اح ، ي ع و ه ن ف الم ض اج

ر م ب رح. ف إ ن ان ت ه ي ف رب غ ي سو ت ه ن ل ه ن ر و ت ضر ب و ه ن . ز ه ن و لم عر وف ب ه ن ش أل ن ف س ل ك ن م ع و ان ال مي را، ف إ ن ه ن ع ند ي الن س اء خ ئا. و إ نك م إ ا و است وص وا ب ي

، هللا .ك ل م ات أ خ ذت وه ن ب م ان ة هللا ، و است حل لت م ف ر وج ه ن ب ف اعق ل وا أ ي ه ا الناس ول لوا أ ت ف يك م م اإ ن اعت ص مت م ب ف ل ن ت ض د ت ر ، و د ب لغت ب دا، أ مرا ب ي ن تا : ف إ ن

. ت اب هللا و س نة ر س ول ، إ س ع وا ول ا الناس أ ن ل م سل م و اعق ل وه ، ت عل م ن أ ي ه ، و أ ن الم سل م ي إ خو ة، أ خ ل لم سل م ي ن أ خ مر ىء م إ ال م ا أ عط اه ع ن ف ال ي ل ال

ل ب لغت ، ف ال ت ظل م ن أ ن ف س ك م. الله م ه ن 8؟ط يب ن فس م

“Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kata ini! Aku

tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti

ini, tidak lagi akan bertemu dengan kamu sekalian. Wahai manusia

sekalian! Sesungguhnya darah kamu dan harta-benda kamu

sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang

suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan.

Dan pasti akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai

pertanggung jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah

menyampaikan ini! Barang siapa telah diserahi amanat,

tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.

Ketahuilah bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu

berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat

aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah

telah menentukan bahwa tidak boleh ada lagi riba dan bahwa riba

‘Abbas bin Abdul-Muthalib semua sudah tidak berlaku. Bahwa

semua tuntutan darah selama jahiliyah tidak berlaku lagi, dan

bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibnu

Rabi’ah bin Al-Harith bin Abdul-Muthalib. Dulu ia mencari wanita

yang menyusui di Bani Laits lalu ia dihabisi oleh orang-orang

8 Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-Fikar, 2003),

juz 2 hal. 182

Page 63: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

47

Huzail. Ia lah yang pertama kali kuhapuskan darahnya pada masa

jahiliyyah. Kemudian dari pada itu wahai manusia!. Hari ini nafsu

syetan yang minta di sembah di negeri ini sudah putus untuk

selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun dalam

hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal

perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu

peliharalah agamamu ini baik-baik. Wahai manusia sekalian!

Menunda-nunda larangan di bulan suci berarti memperbesar

kekufuran. Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu

tahun meraka langgar dan pada tahun lainnya mereka sucikan,

untuk di sesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan.

Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan

Allah dan mengharamkan mana yang di sudah di halalkan. Zaman

itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah

bilangan menurut Tuhan ada dua belas bulan, empat bulan di

antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan

Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban. Kemudian dari

pada itu wahai manusia! Sebagaimana kamu punya hak atas istri

kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu

atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang kamu tidak

sukai menginjakan kaki di atas rumahmu, dan jangan sampai

mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau mereka

sampai melakukan itu Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat

tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan satu

pukulan yang tidak sampai menyakiti. Bila mereka sudah tidak lagi

melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan dan

pakaian kepada mereka dengan baik. Berlaku baiklah terhadap

istri-istri kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu,

mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu

mengambil mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka

di halalkan buat kamu dengan nama Tuhan. Perhatikanlah kata-

kataku ini, wahai manusia! Aku sudah menyampaikan ini. Ada

masalah yang sudah jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika

kamu pegang teguh kamu tidak akan sesat selama-lamanya;

Kitabullah dan sunnah rasul. Wahai manusia sekalian! Dengarkan

kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap

Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan kaum Muslimin

semuanya bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan

(mengambil sesuatu) darai saeudaranya, kecuali jika dengan

senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri

sendiri. Ya Allah, sudah kusampaikan?”

Pada khutbah ini, Nabi Muhammad menjelaskan dengan lengkap

mengenai Islam serta aturan-aturannya. Dimulai dari larangan membunuh

Page 64: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

48

jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa hak, kewajiban untuk

meninggalkan kebiasaan kaum jahiliyah mengenai pembunuhan dan riba,

mewaspadai gangguan setan dan kewajiban menjaga agama, larangan

mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya, kewajiban memuliakan

wanita (isteri), kewajiban berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah,

kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama masih berpegang

teguh pada al qur’an, kewajiban berbuat baik kepada hamba sahaya, umat

islam adalah bersaudara antara satu dengan lainnya, dan yang terakhir

kewajiban menyampaikan khutbah rasulullah saw kepada orang lain

Haji perpisahan ini diiringi oleh firman Allah yang berisi

pemberitahuan mengenai penyempurnaan agama dan keridhoan Allah

terhadap Islam, yakni surah al-Ma’idah ayat 3:

ه بميبتةهعليبكمههحرلمتب مهوههٱل مههٱدل لزنليرلهولبلههٱلب هللغيب هلل

لهلههاللهوماهأ بمنبخنلقهوههۦب هةهٱل

بموبقوذةهوه بمتدليةهوههٱل ههٱنلطليحةهوههٱل كلهأ بعهوما ههٱلس هلع لح هذب هوما يبتمب

هذك هما إللههٱنلصبله نهت

موا هسبهوأ سل لههتقب لمل هب زب

ههٱلب ق هفلسب وبمهذللكمب لسههٱلب لينهيئ نهكفروا هملههٱلهوه هتبشوبهمب هفل نل هدلينلكمب شوب وبمههٱخب تههٱلب تبممب

هوأ هدلينكمب هلكمب ملبت كب

أ

ه هلكم يت هورضل متل لعب هن لمهعليبكمب لسبههٱلب ا هدلينا طرهفمنل ههٱضب هفل يب ه بمصة ه

ه ثبمهفإلن ل همتجانلفهلل يمهال فورهرحل ٣

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging

babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,

yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan

diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu

menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih

untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan

anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah

Page 65: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

49

kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk

(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada

mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah

Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan

kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama

bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa

sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang “ (Q.S. Al-Maidah[5]:3)

Meski tidak turun sesaat setelah Nabi Muhammad Saw.

berkhutbah, namun ayat ini menguatkan khutbah beliau. Surah al-Maidah

ayat 3 ini memberikan gambaran secara lengkap mengenai apa yang

dihalalkan dan apa yang diharamkan. Maka dengan syari’at-syari’at dari

Allah itulah disempurnakan agama Allah dan Allah telah ridho terhadap

Islam yang disampaikan olrh Rasulullah Saw. Tidak berbeda dengan

surah al-Maidah, Rasulullah dalam khutbahnya juga menyampaikan

secara lengkap perintah-perintah yang mesti dilaksanakan dan larangan

yang harus ditinggalkan. Maka pada hari itu telah jelaslah apa yang gelap

dan apa yang terang.

Mengenai sebab dikeluarkannya khutbah Nabi Saw. saat haji

wada’ ini, tidak lain karena saat itulah Nabi berkesempatan

menyampaikan kelengkapan agama Allah. Karena tidaklah beliau melihat

perintah berhaji ini kecuali sebagai tanda dekatnya ajal Nabi Saw. dan

sebagai panduan menunaikan ibadah haji yang benar bagi umat Muslim.

Urgensi isi khutbah Nabi Saw. ini dapat dilihat dalam Sirah Nabawiyyah

yang ditulis oleh Syaikh Shafiy al-Rahman al-Mubarakfury. Di dalam

bukunya ia menuliskan bahwa nabi Saw. mengulang khutbah yang sama

Page 66: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

50

hingga tiga kali, yaitu 9 Dzulhijjah, 10 Dzulhijjah dan salah satu hari

tasyrik.9

3. Fiqh al-Hadits

Secara eksplisit tidak ada keterkaitan khutbah haji wada dengan pelaku

haji. Akan tetapi penggunaan kata haram yang disampaikan Nabi Muhammad

Saw. menjadikan khutbah haji wada dan pelaku haji ini berkaitan. Sebagaimana

yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya, pelaku haji yang telah

menginjakkan kakinya di tanah haram akan merasakan suasana di mana Nabi

Saw. meng-haram-kan darah, harta dan jiwa pada bulan haji ini.

Dalam kitabnya, Ibnu Hajar al-Asqalâni tidak menjelaskan makna

tentang keharaman darah, harta dan kehormatan, akan tetapi beliau membahas

tentang syariat khutbah pada hari, bulan dan tempat Nabi Muhammad Saw.

berkhutbah.10 Maka menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, berkhutbah pada hari

tersebut disyariatkan untuk tahun-tahun setelahnya. Dengan demikian,

hendaknya umat Islam yang melaksanakan haji mengetahui tentang syariat ini,

serta memahami isi dari khutbah yang telah disampaikan Nabi Muhammad

Saw. ketika haji wada’.

9 Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury, al-Rahiqu al-Makhtum- Batsun Fi al-Sirah al-

Nabawiyyah ‘ala Shahabibiha Afdhal al-Shalatu wa al-Salam penerjemah Kathur Suhardi

(Jakarta;Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 546-549 10Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari Syarah Sahîh al-Bukhari, penerjemah Amiruddin Lc,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jilid 9, hal.435

Page 67: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

51

Hari ‘haram’, bulan ‘haram’dan tanah ‘haram’ yang dimaksud oleh

Nabi Saw. merupakan waktu dan tempat pelaksanaan ibadah haji. Umat yang

melaksanakan haji sudah barang tentu mengetahui bagaimana sucinya hari,

bulan dan tanah tempat pelaksanaan ibadah haji. Berbagai aturan yang

diterapkan dalam haji bertujuan untuk menjaga kesucian waktu dan tempat

tersebut. Haramnya membunuh, merusak lingkungan dan aturan-aturan lainnya

mengharuskan pelaku haji was-was dengan apa yang dilakukannya dan

hendaknya kewajiban saling menjaga tersebut terlaksanakan juga di dala

kehidupan bermasyarakat.

Nabi Muhammad Saw. menyetarakan keharaman darah, harta dan

kehormatan setiap muslim dengan keharaman hari dan bulan serta tanah di

mana Nabi Muhammad Saw. berkhutbah saat itu. Sebagaimana yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya, kita dapat mengetahui bahwa hadits ini

disampaikan pada hari Arafah di bulan Dzulhijjah yakni saat Nabi Muhammad

Saw. melaksanakan haji wada’. Menurut pandangan penulis, penyetaraan ini

merupakan penegasan Nabi Muhammad Saw. terhadap pentingnya saling

menjaga antar umat Muslim.

B. Makna Khutbah Haji Wada’

Berdasarkan khutbah Nabi Muhammad Saw. saat haji wada’, maka penulis

menemukan tiga hal yang diwajibkan kepada sesama Muslim, yaitu menjaga darah,

harta dan kehormatan. Selanjutnya penulis akan mencantumkan hadits-hadits terkait

dengan humanisme, dalam hal ini menjaga darah, harta dan kehormatan.

Page 68: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

52

1. Menjaga Darah

Jiwa atau darah merupakan salah satu dari dharariyat al-khams

yang harus menjadi prioritas utama manusia. Tanpa jiwa, syariat Islam tidak

akan berjalan. Maka keberadaannya menjadi sesuatu yang wajib untuk

dijaga. Nabi Muhammad Saw. menyebutkan dalam khutbah haji wada`

yang dihimpun Abi Dâwud dalam sunannya11, bahwa umat muslim dilarang

melakukan pembunuhan dalam upaya belas dendam. Darah atau jiwa

merupakan salah satu dari dharûriyat al-khams yang harus dijaga oleh

setiap orang. Selanjutnya akan dijelaskan dengan beberapa aspek, yaitu:

a. Landasan al-Qur’an

Islam dengan tegas mengharamkan terjadinya pembunuhan.

Keharaman ini terliat dalam firman Allah Swt. berikut:

اهفجزاؤهههومن تعملدا اهم ملنا همؤب تلب بهۥهيقب اهفليهاهوغضل ا هوهۥهعليبهلهولعنهههالهجهنمهخلل عدأ

اههۥله يما ٩٣عذاباهعظل“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan

Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab

yang besar baginya” (Q.S. al-Nisa’ : 93)

11 Khutbah lengkap Nabi Muhammad Saw. hanya terdapat dalam sunan Abu Daud yang juga

dikutip oleh ibnu Ishaq dan ditahqiq oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyahnya. Sedangkan

muhadditsin lainnya hanya mengutip satu potongan khutbah saja sebagaimana yang penulis gunakan

dalam skripsi ini.

Page 69: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

53

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan untuk

menjauhi pembunuhan mukmin dengan sengaja.sayyid Qutb dalam

tafsirnya menyatakan tidak ada sesuatu yang setara dengan darah

seorang muslim yang ditumpahkan oleh muslim lainnya dengan

sengaja. Hubungan yang dibangun Islam antar sesama Muslim ini

sangat kuat dan mulia sehingga Islam tidak reala sama sekali bila

hubungan ini diciderai sekecil apapun. Eksistensi seorang muslim

merupakan nikmat yang besar sehingga sulit dibayangkan jika jika

seorang musim berani menghilangkan nikmat ini dan melakukan dosa

besar ini secara sengaja dan terencana. Karena Allah telah menyatukan

mereka dengan ikatan aqidah dan menyatukan hati mereka.12

Kemudian Allah juga menjelaskan dalam firmannya mengenai

upaya penjagaan kelangsungan hidup melalui hukuman qisâs.

ههولكمبه هفل ههٱلبقلصاصل لل و لبببلهحيوةهيأ

هتتقونههٱلب ١٧٩لعلكمب“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup

bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (Q.S.

al-Baqarah : 179)

Di dalam pensyariatan qisâs -yaitu membunuh orang yang

membunuh- terdapat hikmah yang amat besar yaitu kelangsungan

hidup dan pemeliharaannya. Karena apabila orang yang ingin

12 Sayyid Qutb, Fi zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dan Khoirul

Halim, Lc (Jakarta: Robbani Press, 2002), jilid 3 hal. 260

Page 70: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

54

membunuh mengetahui bahwa dia akan dibunuh setelahnya, maka

niscaya dia akan menahan diri dari perbuatan tersebut. Sehingga di

dalam hal itu jelas terdapat kelangsungan hidup bagi banyak jiwa.13

Ulasan pada akhir ayat di atas terdapat isyarat taqwa yang

membangkitkan kepekaan dan perasaan akan Allah Swt. di dalam hati.

Seruan ini ditujukan kepada orang yang beriman untuk

membangkitkan rasa taqwa di hati mereka dan mengamalkan apa yang

telah diperintahkan oleh Allah Swt.14

b. Landasan al-Hadits

Berdasarkan pencarian penulis dalam kitab Miftah Kunuz al-

Sunnah15 dalam tema al-dâm (darah), maka ditemukan beberapa hadits

nabi mengenai keharaman darah seorang Muslim, di antaranya dalam

Shahih al-Bukhari Penjagaan terhadap keberlangsungan hidup ini

dijelaskan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad Saw., di antaranya:

مد بن ع بد ال ب ب ة و إ سح ق بن إ ب ر اه يم و ي ث ن ا ع ثم ان بن أ ب ش ن ي ج يعا ع ن ح د يع ع ن األ عم ش ث ن ا ع بد ة بن و و ب ة ح د ي ث ن ا أ ب و ب كر بن أ ب ش يع ع ن ح د س ل يم ان و و

و األ ال ر س ول ال ص لى ال ع ل ي ال أ ول م ا س لم عم ش ع ن أ ب و ائ ل ع ن ع بد ال ث ث ن ا ع ب يد ال بن م ع اذ ح د ث ن ن ا أ ب و ي قض ى ب ي الناس ي وم الق ي ام ة ف الد م اء ح د ح د

ث ن ا خ ال د ي عن ابن ال ار ث و ي ب يب ح د ال د ح د ح دث ن ي بن ح مد ب شر بن خ ث ن ا

13 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir penerjemah Agus Ma`mun dkk,

(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014) jilid 1 hal.480 14Sayyid Qutb, Fi zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dan Khoirul

Halim, Lc (Jakarta: Robbani Press, 2002), jilid 1, hal.478-480 15 Kitab takhrij hadits menggunakan tema.

Page 71: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

55

ث ن ا ابن أ ب ع د ي و بن ج عف ر ث ن ا ابن الم ث ن و ابن ب شار اال ح د له م ع ن ش عب ة ح د و س ع ن األ عم ص لى ال ع ل ي لم ب ثل غ ي ر أ ن ش ع ن أ ب و ائ ل ع ن ع بد ال ع ن النب

ال ع ن ش عب ة ي قض ى و ب عض ه م ال ي ك م ب ي الناس 16ب عض ه م

“Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah

dan Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Abdullah bin Numair

semuanya dari Waki' dari Al A'masy. (dalam jalur lain disebutkan)

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah

menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dan Waki' dari Al

A'masy dari Abu Wa`il dari Abdullah dia berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesuatu yang pertama kali

diputuskan di antara manusia kelak di hari Kiamat adalah masalah

darah." Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz telah

menceritakan kepada kami Ayahku. (dalam jalur lain disebutkan) Telah

menceritakan kepadaku Yahya bin Habib telah menceritakan kepada

kami Khalid yaitu Ibnu Harits. (dalam jalur lain disebutkan) Telah

menceritakan kepadaku Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepada

kami Muhammad bin Ja'far. (dalam jalur lain disebutkan) Telah

menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna dan Ibnu Basyar

keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi

semuanya dari Syu'bah dari Al A'masy dari Abu Wa`il dari Abdullah

dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas. Namun

sebagian mereka menyebutkan dari Syu'bah "Di putuskan", dan

sebagian yang lain mengatakan, "Dihukumi di antara manusia"”17

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam al-Nawai menyatakan

hadits ini adalah pernyataan yang menyiratkan larangan keras

membunuh, sebab tindak kriminal inilah yang pertama kali dituntaskan

oleh Allah pada hari kiamat kelak. Hal ini dikarenakan begitu besarnya

16 Berdasarkan penelusuran takhrij al-hadits melalui kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadîts

al-Nabawi dengan lafadz الد م اء maka penulis menemukan bahwa hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari

kitab diyat bab 1, kitab riqaq bab 48, Shahih Muslim Kitab Qasam nomor 28, Sunan al-Tirmidzi kitab

diyat bab 8, Sunan al-Nasa’i kitab Tahrim bab 2, Sunan Ibnu Majah Kitab diyat bab 1. Lihat: A. J

Wensinck, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-

Bani (Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz 2 hal 148 17Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al- Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-

‘Ilmiyah, 1991), hal 1304

Page 72: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

56

masalah yang akan terjadi di antara manusia. Hadits ini juga tidak

menyalahi hadits “Hal pertama yang akan diperhitungkan dari seorang

hamba adalah shalat”. Karena hadits ini terkait dengan hubungan

vertikal dengan Allah, sedangkan hadits mengenai darah ini merupakan

hubungan horizontal antar sesama manusia.18

Hadits selanjutnya yang berbicara tentang penjagaan darah

atau jiwa adalah:

ث ن ا األ عم ش ع ن ع بد ال بن م رة ع ن ث ن ا أ ب ح د ث ن ا ع م ر بن ح فص ح د م سر وق ع ن ح د و س لم ال ر س ول ال ص لى ال ع ل ي ال إ ل م سل م ي شه د أ ن ال ل د م امر ال ي ع بد ال

لن فس و الث ي ب الزان ث الن فس ب ن الد ين إ ال ال و أ ن ر س ول ال إ ال ب حد ى ث ال و الم ار ق م 19التار ك ل لج م اع ة

“Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, telah

menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami

Al A'masy, dari 'Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah

mengatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Darah

seorang muslim yang telah bersyahadat laa-ilaaha-illallah dan mengakui

bahwa aku utusan Allah terlarang ditumpahkan selain karena alasan di

antara tiga; membunuh, berzina dan dia telah menikah, dan

meninggalkan agama, meninggalkan jamaah muslimin.”20

18 Al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim penerjemah Thoriq Abdul Aziz al-Tamimi dan Fathoni

Muhammad (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013) jilid 8, hal.308 19 Berdasarkan penelusuran penulis melalui kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadîts al-

Nabawi melalui lafadz ي ل, hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari kitab diyat bab 6, Shahih Muslim

kitab Qasam nomor 25 dan 25, Sunan Abu Daud kitab hudud bab 1, Sunan al-Tirmidzi bab 15, Sunan

al-Nasai kitab Tahrim bab 5, 11 dan 14. Lihat A. J Wensinck,, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-

Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-Bani (Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz 1 hal. 492. 20 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Al-Jami’ al-

Musnad al-Shahih al-Mukhtashar in Umuri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi,(Beirut: Shadqi

Jamil al-‘athar, 1420 H), hal. 284

Page 73: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

57

Hadits ini menjelaskan siapa yang disebut dengan Muslim, yaitu

orang yang bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah Swt. maka

darahnya haram untuk ditumpahkan. Hadits ini dapat dipahami juga

sebagai penjelasan bahwa syahadat merupakan pengikat darah

seseorang sehingga dia tidak boleh dibunuh.21 Akan tetapi ada tiga hal

yang menjadikan seorang Muslim boleh dibunuh yaitu qishash, orang

yang sudah menikah kemudian berzina dan orang murtad dari agama

Allah Swt.

Selanjutnya mengenai terbunuhnya seorang muslim yang

diungkapkan lebih besar dari hilangnya dunia.

ث ن ا م ل د بن ي ز يد ع ن س في ان ع ن م نص ور ع ن ي عل ى بن أ خب ر ن ع مر و بن ه ش ام ال ح د ال ع ن ع بد ال بن ع مرو ن ز و ال الد تل الم ؤم ن أ عظ م ع ط اء ع ن أ ب ي 22ن ي اع ند ال م

“Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Hisyam, ia berkata;

telah menceritakan kepada kami Makhlad bin Yazid dari Sufyan dari

Manshur dari Ya'la bin 'Atho` dari ayahnya dari Abdullah bin 'Amr, ia

berkata; terbunuhnya seorang mukmin lebih besar bagi Allah daripada

hilangnya dunia.”23

21 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari, penerjemah Amiruddin Lc,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jilid 33, hal. 510 22 Dalam penelusuran kata ز و ال melalui kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadîts al-Nabawi,

maka penulis menemukan kbradaan hadits ini di dalam Sunan al-Nasai kitab tahrim bab 2. Hadits

semakna dengan redaksi yang berbeda juga ditemukan dalam Sunan al-Tirmidzi kitab diyat bab 7, Sunan

Ibnu Majah kitab diyat bab 1, dan Sunan al-Nasai kitab tahrim bab 2. Lihat A. J Wensinck,, Mu’jam

Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-Bani, (Madinah:

Maktabah Baril, 1936), juz 2 hal. 368 23 Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali al-Syuhairi Al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i

(Beirut: Dar al-Fikar, 2005), kitab tahrim, hal. 617

Page 74: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

58

Hadits ini menyatakan bahwa nyawa seorang Muslim lebih

berharga dari pada dunia dan seisinya. Ini adalah isyarat Nabi

Muhammad Saw. agar setiap muslim menghargai nyawa muslim

lainnya. Maka dapat dipahami bahwa Islam melarang seorang Muslim

membunuh saudaranya.

Hadits-hadits mengenai keharaman darah ini menjelaskan

kepada kita untuk menghormati kehidupan seseorang, bahkan menjadi

peringatan bagi manusia untuk tidak menumpahkan darah seorang

Muslim.

c. Pendekatan sosial

Menjaga jiwa berarti menjaga keberlangsungan hidup yang

damai, tentram tanpa adanya konflik yang bernilai atau bahkan

mengakibatkan saling membunuh. Kehidupan sangat tidak mungkin

terjadi tanpa adanya konflik karena konflik merupakan suatu realitas

sosial yang harus dihadapi dengan profesional24 untuk mencegah

terjadinya hal yang tidak diinginkan. Hal ini dikarenakan konflik yang

terjadi menimbulkan rasa benci yang dapat berakhir dengan saling

menyakiti bahkan saling menghilangkan nyawa. Kebencian terhadap

seseorang bisa saja menjadikan nafsu lebih menang dari pada akal

24Martino Sardi, “Bertindak Aktif Tanpa Kekerasan Demi Perdamaian yang

Berkesinambungan” Dalam Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, ed. Islam dan Urusan

Kemanusiaan (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015), hal. 195

Page 75: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

59

sehingga manusia berbuat tanpa memikirkan segala sesuatu terlebih

dahulu. Untuk itulah, manusia diharapkan mencegah terjadinya konflik.

Pencegahan ini menjadi langkah utama dalam menghindari terjadinya

pertumpahan darah antar manusia.

Sejak zaman Nabi Muhammad Saw. hingga saat ini, membunuh

tanpa alasan yang dibenarkan adalah hal yang dilarang baik dari segi

Agama maupun kemanusiaan. Di zaman yang telah diatur oleh

perundang-undangan HAM maka seharusnya tidak terjadi lagi

penghilangan nyawa seorang manusia. adapun jika tidak mengacu ada

peraturan, maka rasa kemanusiaan hendaknya menjadi penghalang dari

pembunuhan.

Humanisme atau rasa kemanusiaan hendaknya menjadi penjaga

manusia untuk saling menjaga keberlangsungan hidup. Menjaga

keberlangsungan hidup ini bukan hanya dari tidak membunuh manusia

lainnya secara eksplisit, melainkan menjaga agar manusia lainnya tidak

terperosok ke dalam kemisikinan.

Kita dapat melihat bagaimana tidak seimbangnya kehidupan di

Indonesia dan negara-negara lainnya. Banyak orang kaya yang dapat

hidup dengan tenang, namun lebih banyakm agi masyarakat miskin

yang tidak dapat mencicipi kekayaan negaranya. Sebagai makhluk

sosial yang memiliki ilmu agama maka sepatutnya kita ikut

Page 76: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

60

memperhatikan nasib masyarakat lainnya atas nama agama dan

humanisme.

Upaya menjaga darah atau jiwa yang harus dilakukan setiap

umat Islam dapat dilakukan dengan beberapa bentuk pengaplikasian.

Menjaga darah atau jiwa disini bukan saja tidak membunuh secara kasat

mata, namun juga tidak adanya upaya-upaya dalam mensejahterakan

umat. Menjadi seseorang yang beragama dan memiliki rasa

persaudaraan antar sesama Muslim, ditambah lagi dengan pengalaman

haji yang memberi banyak nilai-nilai kemanusiaan, maka hendaknya

masyarakat muslim memahami urgensi penjagaan jiwa atau darah agar

terciptanya kehidupan yang nyaman.

2. Menjaga Harta

Harta juga merupakan salah satu yang harus dijaga demi

tejalankannya syari’at agama Allah. Harta menjadi salah satu prioritas Islam

dalam kehidupan, karena dengan memiliki harta maka lebih banyak syariat

Islam yang dapat dilaksanakan, seperti zakat, sedekah, haji, umrah dan lain

sebagainya. Harta juga merupakan sumber kehidupan yang pasti akan

ditanya pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Maka wajib bagi setiap

manusia mendapatkan harta dengan jalan yang baik. Dalam mengungkap

makna menjaga harta maka penulis akan mengungkapkannya dari beberapa

aspek:

Page 77: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

61

a. Landasan al-Qur’ân

توا ههوله فهاءهتؤب ولكمههٱلس مبهأ تل

اهوههالهجعلههٱل هقليما سوهمبهفليهاهوههزقوهمبهٱربهلكمب هٱكب

اه روفا عب هم لا هقوب ٥وقولوا هلهمب

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang

belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)

yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja

dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-

kata yang baik” (Q.S. al-Nisa’ : 5)

Salah satu upaya penjagaan harta darti hal-hal yang bathil

adalah dengan menahan harta seseorang belum sempurna akalnya.

Upaya ini menjaga harta tersebut tidak digunakan untuk hal-hal yang

sia-sia. Maka ketika seorang muslim dititipkan harta anak yatim, maka

ia harus menjaganya hingga anak yatim tersebut berakal dan mampu

mengatur hartanya.

Harta merupakan salah satu yang harus dimiliki dalam

menjalankan kehidupan, karena itulah Islam memerintahkan untuk

menjaga harta. Ini juga dimaksudkan tidak membuang-buang harta

untuk sesuatu ang tidak diperlukan. Seperti firman Allah Swt. berikut,

Page 78: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

62

بهذاههوءاتله هههٱلبقرب كلنيهوههۥحق بملسب بليللههٱببنهوههٱل يراههٱلس هتببذل رب رلينههإلنه ٢٦ولهتبذل مبذلب هٱل

ونه يطلنيل هكنوا هإلخب يبطنهوكنههٱلش لهلههٱلش لرب اههۦل ٢٧كفورا

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan

dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (Q.S. al-Isra’ :

26-27)

Islam juga memiliki hukum yang tegas terhadap sesorang yang

mengambil harta yang bukan haknya atau disebut dengan pencuri.

ارلقه ارلقةهوههوٱلس طعوا هفههٱلس ههٱقب هملن هنكلا هكسبا لما هب هجزاء يهما يبدلعزليزههٱلهوههاللهأ

٣٨حكليمه“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang

mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. al-Maidah : 38)

Allah Swt. mengatur kehidupan manusia dengan sangat

bijaksana. Termasuk aturan-aturan mengenai harta seorang manusia.

Allah telah berjanji memberi jaminan kehidupan kepada umat-Nya,

Page 79: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

63

maka tidak sepatutnya seorang Muslim mencuri harta saudaranya.25

Hukum potog tangan sejatinya memiliki satu tujuan dengan hukum

qisas yang menjadi jalan untuk mengurangi perbuatan yang dilarang

oleh Allah. Ketika seseorang diberi hukuman potong tangan saat

mencuri, maka tidak aka nada orang yang akan mencuri.

Islam menentukan dan mengatur dengan tegas sarana

mendapatkan harta. Untuk mendapatkan harta hendaknya dengan cara

yang halal. Islam dengan ajaran-ajarannya membina hati manusia

sehingga pikiran mereka tertuju pada jalan positif untuk memperoleh

harta atau hal lainnya.26

b. Landasan al-Hadîts

Ada banyak hadits mengenai bagaimana manusia

menggunakan hartanya, serta tidak menyalahgunakannya. Di

antaranya adalah hadits tentang pertanggungjawaban harta, yaitu:

ث ن ا أ ب و ب ك ر ح د ث ن ا ع بد ال بن ع بد الرح ن أ خب ر ن األ سو د بن ع ام ر بن ع ياش ع ن ح د ال ال ر س ول ال األ عم ش ع ن س ع يد بن ع بد ال بن ج ر يج ع ن أ ب ب رز ة األ سل م ي

و س لم ال ت ز ول د م ا ع بد ي وم الق ي ام ة ح ت ي سأ ل ع ن ع م ر ه ف يم ا أ ف ن اه ص لى ال ع ل ي ت س ب ف يم ف ع ل و ع ن م ال م ن أ ين ا ف و ف يم أ ن ف و ع ن ع لم سم و ع ن ج ه ق ال يم أ بال

25 Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dan Khoirul

Halim, Lc (Jakarta: Robbani Press, 2002), jilid 3 hal. 604 26 Sayyid Qutb, Fi zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dan Khoirul

Halim, Lc (Jakarta: Robbani Press, 2002), jilid 3 hal. 605

Page 80: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

64

يح و س ع يد بن ع بد ال بن ج ر يج ه و ب صر ي و ه و م ا ح د يث ح س ن ص ح ول أ ب ه ذ 27ب رز ة و أ ب و ب رز ة اس ن ضل ة بن ع ب يد

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin

Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin 'Amir

telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakar bin Ayyasy dari Al

A'masy dari Sa'id bin Abdullah bin Juraij dari Abu Barzah Al Aslami

berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Kedua

telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat

sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang

ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia

peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia

gunakan." Dia berkata: Hadits ini hasan shahih, adapun Sa'id bin

Abdullah bin Juraij dia adalah orang Bashrah dan dia adalah yang

dimerdekakan Abu Barzah, sedangkan Abu Barzah namanya adalah

Nadlah bin 'Ubaid”28

Hadits ini menjelaskan pertanggug jawaban seorang hamba

di hadapan Allah Swt. pada hari akhir nanti. Setiap manusia akan

ditanya tentang untuk apa umur, ilmu, harta dan tubuhnya digunakan

selama di dunia ini. Di hari akhir kelak juga akan ditanya dari mana

dia memperoleh harta dan untuk apa digunakan. Sabda Nabi

Muhammad Saw. ini menjadi peringatan agar manusia senantiasa

memperhatikan setiap langkah yang diambilnya.

27 Berdasarkan penulusuran penulis melalui kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadîts al-

Nabawi dengan kata سأل maka hadits ini ditemukan dalam Sunan al-Tirmidzi kitab qiyamat bab 1. Lihat

A. J Wensinckk, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu

al-Bani, (Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz 2, hal. 380 28 Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Tirmdzi, Jami’ al-Tirmidzi (Jordan: Bait al-Afkar

al-dauliyah) hal. 396

Page 81: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

65

Kemudian Rasulullah pernah bersabda mengenai balasan

untuk daging yang tumbuh dari harta yang haram. Haditsnya sebagai

berikut:

ث ن ا ع بد ال ث ن ا ع ب يد اح د ح د الك وف د الق ط و ان ث ن ا غ ال ب بن أ ب ز ي ل بن م وس ى ح ده اب ع ن أ ب و ب شر ع ن أ يوب بن ع ائ ذ الطائ ي ع ن يس بن م سل م ع ن ط ار ق بن ش

ال ال ل ر س عب بن ع جر ة و س لم أ عب ول ال ص لى ال ع ل ي ل ي ع يذ ك ب ه م ف ي أ ب و اب ه م ف ص د ن غ ش ن أ م ر اء ي ك ون ون م ن ب عد ي ف م ذ ب م و أ ع ان ه م بن ع جر ة م

و ال ن م ف ل يس م ن و ل ست م ي أ ب و اب ه م أ و ل ي ر د ع ل ي ال وض و م ع ل ى ظ لم ه ن غ ش م ف ه و م ن و أ ن م ذ ب م و ل ي ع ن ه م ع ل ى ظ لم ه و س ي د ع ل ي ي غش ف ل م ي ص د ه م ف ن

ان و الصوم ة ب ره عب بن ع جر ة الصال ة ت طف ئ ال ط يئ ة ج نة ح ص ال وض ي ين ة و الصد م عب بن ع جر ة إ ن ال ي رب و ل اء النار ي ا ي طف ئ الم م ان ت ن ب ت م ن س حت إ ال

ا النار أ ول ب ن ه ذ ا ح د يث ح س ن غ ر يب م لو ج ال ن عر ف إ ال ا ال أ ب و ع يس ى ه ذ ان ي ر ى م ن ح د يث ع ب يد ال بن م وس ى و أ يوب بن ع ائ ذ الطائ ي ي ض عف و ي ق ال إ ال م ن ح د يث ع ب ا ال د يث ف ل م ي عر ف مدا ع ن ه ذ اء و س أ لت رج بن يد ال ر أي ال

ث ن ا ابن ي ع ن ع ب يد ال بن م مد ح د ال ا و د وس ى ع ن غ ال ب م وس ى و است غر ب ج ا 29ب ذ

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Ziyad

Al Qathawani Al Kufi telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah

bin Musa telah menceritakan kepada kami Ghalib Abu Bisyr dari

Ayyub bin 'A`idz Ath Tha'i dari Qais bin Muslim dari Thariq bin

Syihab dari Ka'ab bin 'Ujrah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "Wahai Ka'ab, saya memohon

perlindungan kepada Allah untukmu dari perbuatan para penguasa

setelahku. Barang siapa yang mendatangi mereka lalu mempercayai

kedustaan mereka serta membantu mereka dalam berbuat zalim,

maka dia bukan dari golonganku juga tidak dapat melewati Haudlku

29 Berdasarkan penelusuran takhrij al-hadits melalui kitab Mu’jam Mufahras dengan kata سحت,

hadits ini hanya terdapat dalam Sunan al-Tirmidzi kitab Jum’at bab 79. Lihat A. J Wensinck,, Mu’jam

Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-Bani, (Madinah:

Maktabah Baril, 1936) juz 2, hal. 434

Page 82: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

66

(telaga) kelak. Dan barang siapa yang mendatangi mereka atau tidak

mendatangi mereka dan tidak membenarkan kedustaan mereka juga

tidak membantu mereka dalam berbuat zalim, maka dia termasuk

dari golonganku dan saya termasuk dari golongannya serta dapat

mendatangi Haudku (telaga) kelak. Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, shalat

merupakan tanda keimanan, puasa ialah tameng yang kokoh, serta

sedekah dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan

api. Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari

barang yang haram kecuali Neraka lebih berhak atasnya." Abu 'Isa

berkata, hadits ini gharib melalui sanad ini dan tidak kami ketahui

kecuali dari haditsnya Ubaidullah bin Musa dan Ayyub bin 'A`idz

Ath Thai' dilemahkan bahkan dikabarkan dia menganut paham

Murji`ah. Saya bertanya kepada Muhammad, akan tetapi dia tidak

mengetahuinya kecuali dari hadits Ubaidullah bin Musa, bahkan

hadits ini terasa asing baginya. Muhammad juga berkata, telah

menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Ubaidullah bin Musa

dari Ghalib seperti hadits di atas.”30

Ketika manusia mencari harta untuk menghidupi dirinya dan

keluarganya, makaa hendaknya ia memperoleh dari usaha yang halal.

Ketika harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, maka

daging yang tumbuh pun menjadi halal dimasukkan ke dalam api

neraka. Mengenai harta yang haram ini adalah harta yang diperoleh

dari jalan yang bathil misalnya mencuri, memakan harta anak yatim,

dan cara lain yang tidak dibenarkan agama.

c. Pendekatan sosial

Manusia hidup di dunia ini membutuhkan harta yang

dijadikan modal untuk bertahan hidup. Ketika seorang manusia

30 Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Tirmdzi, Jami’ al-Tirmidzi (Jordan: Bait al-Afkar

al-dauliyah), hal 121

Page 83: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

67

diberikan rezeki berupa harta kepada manusia, berarti Allah Swt.

memberikan titipan yang harus dijaga.

Islam mengatur berbagai upaya dalam menjaga harta. Salah

satunya adalah dengan memanfaatkan harta untuk hal-hal kebaikan.

Persoalan harta tentunya berhubungan dengan kehidupan orang

banyak yang mana asal-muasal harta dan penggunaanya menjadi

sorotan penting yang harus diperhatikan setiap manusia.

Apabila di zaman Rasulullah Saw. dan khulafâ` al-râsyidîn

memiliki bait al-mâl untuk mengelola harta, maka sejak zaman itu

hingga saat ini zakat telah diwajibkan kepada setiap muslim. Islam

mengajarkan kepada kita agar orang-orang yang diberikan kelebihan

harta atau kaya memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang

yang kurang mampu bahkan karib kerabat sesuai kadar yang telah

ditetapkan oleh syara’.31 Syariat ini menjadi bukti pentingnya

pengelolaan harta dalam kehidupan, di mana cara memperoleh harta

haruslah dengan keridhoan dan penggunaanya pun untuk hal

kebaikan. Tidak dapat diterima oleh agama dan masyarakat apabila

suatu harta didapatkan melalui cara yang batîl; yang tentunya

merugikan salah satu pihak. Oleh karena itu kehidupan sosial sepakat

bahwa harta semestinya dijaga dari segala keburukan.

31 Sudarto, Wacana Islam Progresif, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2014), hal.71

Page 84: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

68

Harta hendaknya juga digunakan untuk perkembangan

semangat kemanusiaan yang terwujud dalam berbagai bentuk amal

usaha, seperti panti asuhan yati dan rumah miskin, serta santunan

terhadap kaum dhu’afa`.32 Maka harta sudah sepatutnya digunakan

untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga menimbulkan ketentraman

antar manusia. Dengan kedermawaan, maka manusia akan dapat

hidup dengan rukun dan saling menghargai.

3. Menjaga Kehormatan

a. Landasan al-Qur’an

ها يأ لينههي لبوا هءامنوا ههٱل تن اهملنههٱجب ضههنلهٱلظهكثليا هبعب نلهإلن سوهٱلظ ا هإلثبمهوهلهتس

تموهه يهلهميبتااهفكرلهب خلكلهلبمهأ

بنهيأ

هأ حدكمب

هأ يلب

ضاهأ ضكمهبعب تبهبعب ولهيغب

قوا هوه يمهاله إلنههالهههٱت ابهرحل ١٢تو

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang” (Q.S. al-Hujurat : 12)

32 Budi Setiawan, “Menafsirkan Spirit al-Ma`un dan Aktivisme Kemanusiaan Muhammadiyah”

Dalam Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, ed. Islam dan Urusan Kemanusiaan (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Swmesta, 2015), hal.312

Page 85: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

69

Islam begitu menyeluruh mengatur kehidupan manusia.

Bahkan persoalan sikap sesama muslim yang sekiranya dapat

melukai kehormatan saudara seiman juga diatur dalam al-Qur’an.

Islam memiliki kepedulian yang tinggi terhadap hubungan dan

perasaan antar manusia, karena setiap manusia yang hidup di muka

bumi ini memiliki pemikiran.33

b. Landasan al-Hadîts

Ada beberapa hal yang harus dilakukan ketika kita menjaga

kehormatan saudara Muslim. Di antaranya menjaga rahasia saudara

Muslim lainnya.

مد أ خب ر ن ع بد ال بن الم ب ار ك ع ن ابن أ ب ذ ئب ث ن ا أ ح د بن ال أ خب ر ن ع بد ح د الرح ن بن ع ط اء ع ن ع بد الم ل ك بن ج اب ر بن ع ت يك ع ن ج اب ر بن ع بد ال ع ن النب

ال إ ذ ا ح دث الرج ل ال د يث ث الت ف ت ص ل و س لم ال أ ب و ف ه ي أ م ان ة ى ال ع ل يا ح د يث ح س ن و إ ا ن عر ف م ن ح د يث ابن أ ب ذ ئب 34ع يس ى ه ذ

“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad,

telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Mubarak dari Ibnu

Abu Dzi`b ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku Abdurrahman

bin Atha` dari Abdul Malik bin Jabir bin Atik dari Jabir bin Abdullah

dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika

seseorang bercerita tentang sesuatu kata lalu ia berpaling (agar

perkataannya tidak tersebar), maka ungkapkannya itu adalah

33 Sayyid Qutb, Fi zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dan Khoirul

Halim, Lc (Jakarta: Robbani Press, 2002), juz 11 hal. 256 34 Berdasarkan penelusuran melalui kata ح دث dengan kitab Mu’jam Mufahras, maka penulis

mendapati hadits ini hanya dimuat dalam Sunan al-Tirmidzi kitab al-birr bab 39. Lihat A. J Wensinck,

Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-Bani

(Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz 1, hal.433

Page 86: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

70

amanah." Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan, namun kami

hanya mengetahuinya dari haditsnya Ibnu Abu Dzi`b.”35

Hadits di atas menjelaskan kepada kita agar menjaga rahasia

saudara seiman. Ketika seorang datang kepada kita menceritakan

suatu hal dan dia berpaling (mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin

orang lain mengetahuinya), maka hendaklah kita menjaga

rahasianya. Karena dengan menjaga rahasia tersebut kita berarti

menjaga kehormatannya.

Upaya selanjutnya yaitu tidak melakukan tahassus dan

tajassus sebagaimana hadits berikut:

عف ر بن ر ب يع ة ع ن األ عر ج ث ن ا الليث ع ن ج ث ن ا ي ي بن ب ك ي ح د ال أ ب و ه ر ي ر ة ح د ال م و الظن ف إ ن الظن أ ال إ ي و س لم ص لى ال ع ل ي ث ر ع ن النب ذ ب ال د يث ي

طب ة ت سس وا و ال ت سس وا و ال ت ب اغ ض وا و ون وا إ خو ان و ال ي ط ب الرج ل ع و ال ل ى خ ح ت ي نك ح أ و ي ت ر ك ي 36أ خ

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair Telah

menceritakan kepada kami Al Laits dari Ja'far bin Rabi'ah dari Al

A'raj ia berkata; Abu Hurairah berkata; Satu warisan dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jauhilah oleh kalian

perasangka, sebab perasangka itu adalah ungkapan yang paling

dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula

saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang

35 Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Tirmdzi, Jami’ al-Tirmidzi (Jordan: Bait al-Afkar

al-dauliyah) hal. 328 36 Berdasarkan penelusuran dengan kata تسس melalui kitab Mu’jam Mufahras, penulis

menemukan hadits ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari kitab Nikah bab 45, kitab Faraidh bab 2, kitab

Adab bab 57 dan 58, Shahih Muslim bab Birrun nomor 28 dan 30, Sunan Abu Daud kitab Adab bab 37

dan 48. Lihat A. J Wensinck,, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad

Fu’ad Abdu al-Bani (Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz 1, hal. 347

Page 87: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

71

bersaudara. Janganlah seorang laki-laki meminang atas pinangan

saudaranya hingga ia menikahinya atau meninggalkannya.”37

Hadits Nabi di atas merupakan peringatan bagi umat muslim

agar senantiasa menjaga hubungan baik dengan saudara seiman.

Rasulullah memerintahkan umatnya agar menjadi saudara dan tidak

membuat keretakan dalam hubungan persaudaraannya. Setiap orang

harus menghargai saudaranya sehingga tidak perlu mencari-cari

kesalahannya, tidak berprasangka buruk, tidak menebar kebencian

serta tidak meminang seseorang yang berada di dalam pinangan

saudaranya.

Selanjutnya terdapat hadits mengenai larangan merendahkan

saudara, haditsnya sebagai berikut:

ث ن ا د او د ي عن ابن يس ع ن أ ة بن عن ب ح د ث ن ا ع بد ال بن م سل م ب س ع يد م ول ح د و س ل ال ر س ول ال ص لى ال ع ل ي ال ر يز ع ن أ ب ه ر ي ر ة ر بن م ال ت اس د وا و ال ع ام

اب ر وا و ال ي ب ع ب عض ك م ع ل ى ب يع ب عض و ت ن ا ون وا ع ب اد ال ج ش وا و ال ت ب اغ ض وا و ال ت د ل و ال ي ق ر ه الت قو ى ه اه ن و ال ي ذ ي إ ل إ خو ان الم سل م أ خ و الم سل م ال ي ظل م ا و ي ش

ث ل ال ص در ه ث ال اه الم سل م ن الشر أ ن ي ق ر أ خ م سل م ع ل ى م رات ب سب امر م و م ال و ع ر ر أ ح د بن ع مر و بن س رح ح د .الم سل م ح ر ام د م ث ن أ ب و الطاه ث ن ا ح د

ر يز بن ز يد أ ن س ع أ ب س ع يد م ول ع بد ال ابن و هب ع ن أ س ام ة و ه و ا بن ع ام ر بن و س لم ف ال ر س ول ال ص لى ال ع ل ي و ح د يث ي ق ول س عت أ ب ه ر ي ر ة ي ق وال ر ذ

37 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Al-Jami’ al-

Musnad al-Shahih al-Mukhtashar in Umuri Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi (Beirut: Shadqi

Jamil al-‘athar, 1420 H), hal. 1322

Page 88: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

72

م و ال إ د او د و ز اد و ن ق ص و م ا ز اد ف إ ن ال ال ي نظ ر إ ل أ جس اد ل ص و ر م و ل ك ن ي 38ي نظ ر إ ل ل وب ك م و أ ش ار ب ص اب ع إ ل ص در ه

“Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah

bin Qa'nab; Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais

dari Abu Sa'id yang dimerdekakakan 'Amir bin Kuraiz dari Abu

Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: 'Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah,

saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di

antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran

muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling

bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah

bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina.

Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau

mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap

berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim.

Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya,

dan kehormatannya." Telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir

Ahmad bin Amru bin Sarh Telah menceritakan kepada kami Ibnu

Wahab dari Usamah yaitu Ibnu Zaid Bahwa dia mendengar Abu Sa'id

- yang dimerdekakan- dari Abdullah bin Amir bin Kuraiz berkata;

aku mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: -kemudian perawi menyebutkan Hadits yang

serupa dengan Hadits Daud, dengan sedikit penambahan dan

pengurangan. Di antara tambahannya adalah; "Sesungguhnya Allah

tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat

kepada hati kalian. (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke dada

beliau).”39

Hadits di atas berbicara tentang seorang Muslim dengan

Muslim lain bersaudara. Persaudaraan ini terbentuk karena adanya

ikatan aqidah yang menjadikan hubungan setiap Muslim sebagai

hubungan yang mulia.

38 Berdasarkan penelusuran takhrij al-hadits melalui kata خذل dengan kitab Mu’jam Mufahras,

maka hadits ini ditemukan dalam Shahih al-Bukhari kitab Ikrah bab 7, Shahih Muslim kitab birrun

nomor 32, Sunan al-Tirmidzi kitab birrun bab 18. Lihat A. J Wensinck,, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-

Hadits al-Nabawi, penerjemah Muhammad Fu’ad Abdu al-Bani (Madinah: Maktabah Baril, 1936), juz

2 hal. 16 39Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al- Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-

‘Ilmiyah, 1991) hal. 1986

Page 89: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

73

Seorang Muslim tidak dibenarkan untuk menzaliminya,

menghinakannya serta meremehkannya. Menghinakan seorang

Muslim berarti tidak membantu ketika saudaranya membutuhkan

bantuan. Sedangkan meremehkan seorang Muslim berarti

menganggapnya kecil40 padahal derajat manusia itu sama disisi Allah

Swt. kecuali dalam hal taqwa.

c. Pendekatan sosial

Menjaga kehormatan adalah hal penting yang harus

diperhatikan setiap manusia. Masyarakat mengenal hukum timbal

balik dalam kehidupan, di mana ketika seseorang berbuat baik maka

orang lain akan berbuat baik pula. Ketika seseorang menjaga

kehormatan saudaranya, maka ia akan mendapatkan kehormatan

pula.

Dalam kehidupan bersosial, sangat dianjurkan untuk saling

menjaga perasaan saudara sehingga tidak ada rasa benci di dalam hati

setiap individu. Hal ini berkaitan erat dengan upaya menjaga

kehormatan manusia di mana penjagaan terhadap kehormatan ini

menjadikan setiap manusia terhindar dari rasa rendah diri.

40 Al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim penerjemah Thoriq Abdul Aziz al-Tamimi dan Fathoni

Muhammad (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013) jilid 11 hal. 625

Page 90: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

74

Setiap manusia mempunyai peluang yang sama, maka

meremehkannya adalah bentuk pelanggaran terhadap

kehormatannya. Sebagai makhluk sosial, jauh lebih baik memberi

dukungan moril dan materil kepada sesame manusia dibandingkan

membeberkan keburukannya, menghina dan menjatuhkannya.

Hendaknya sesama manusia saling menjaga kehormatan manusia

lainnya.

Makna sosial hadits Nabi Muhammad Saw. saat haji wada’ telah dijelaskan

dengan landasan al-Qur’an, hadits dan teori sosial. Dari penjabaran di atas maka dapat

kita katakana Nabi Muhammad Saw. mengharapkan umat Muslim menjadi umat yang

bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya dan hidup dalam kerukunan sebagaimana

rukunnya masyarakat saat melaksanakan ibadah haji. Keharaman-keharaman serta

aturan-aturan dalam berhaji telah menjadikan suasana yang tertib selama waktu

pelaksanaanya dan hendaknya memiliki dampak untuk dikemudian hari.

Pengalaman ibadah haji hendaknya juga menjadi acuan untuk lebih peka

terhadap kondisi masyarakat Muslim yang ada di sekitarnya. Ketika kita melihat

maknanya dengan teori burhani/ kontekstual, maka haram bagi umat Muslim

membunuh Muslim lainnya, memakan harta muslim lainnya atau menyalahgunakan

hartanya, dan haram merendahkan umat Muslim lainnya serta

Page 91: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

75

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

khutbah Nabi Muhammad Saw. saat haji wada’ menjelaskan nilai humanisme yang

harus dimiliki setiap Muslim terutama yang telah melaksanakan ibadah haji yaitu

menjaga darah, harta dan kehormatan yang mana keharamannya disetarakan dengan

keharaman hari, bulan dan tanah suci; tempat dan waktu pelaksanaan haji. Penyetaraan

keharaman ini hendaknya menjadi motivasi bagi umat Islam yang telah melaksanakan

haji karena mereka telah merasakan bagaimana sucinya tempat dan waktu haji serta

mengerti keharaman-keharaman yang dilarang di tanah suci dan mempraktikannya

dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman ibadah haji hendaknya juga menjadi acuan

untuk lebih peka terhadap kondisi masyarakat Muslim yang ada di sekitarnya. Ketika

kita melihat maknanya dengan teori burhani/ kontekstual, maka haram bagi umat

Muslim membunuh Muslim lainnya, memakan harta muslim lainnya atau

menyalahgunakan hartanya, dan haram merendahkan umat Muslim lainnya serta

B. Saran-saran

Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Sebagai makhluk sosial hendaknya manusia saling menjaga

keberlangsungan kehidupan sosial.

Page 92: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

76

2. Dibutuhkan peran dari pemerintah untuk memaksimalkan penyebaran

jamaah haji agar lebih merata sehingga umat yang belum pernah

menunaikan ibadah haji dapat sesegera mungkin menuju Bait Allah untuk

melaksanakan ibadah haji.

3. Diharapkan para da’i dan tokoh masyarakat memberikan pemahaman

mengenai kewajiban berhaji satu kali seumur hidup, sehingga kemampuan

finansialnya dapat digunakan untuk membantu saudara seiman yang masih

memiliki kekurangan dalam kehidupannya.

4. Hendaknya umat Muslim selalu menjadikan hadits Nabi Muhammad Saw.

sebagai pedoman hidup.

5. Penulis berharap seluruh umat Islam dan juga penulis dapat menjalankan

ibadah haji sebagaimana yang dituntut Rasulullah dengan memperhatikan

setiap aspek baik, teologis maupun sosiologis.

Page 93: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

77

DAFTAR PUSTAKA

al-Qur’an al-Karim

Abdurrahman, Moeslim, Islam sebagai Kritik Sosial ed- Sayyed Mahdi.

Jakarta:Erlangga, 2003

Ariadi, Lalu Muhammad, Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan Kebudayaan

Lokal. Ciputat: IMPRESSA Publishing, 2012

Asnawi, Ahmad. Glosari Hadits. YogyakartaL Penerbit Jannah, 2013

al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathu al-Bari Syarah Sahîh al-Bukhari, terj. Amiruddin.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2008

Bagader, Abu Bakar A. Islam and Sociological Perspectives. -terj. Machnun Husein.

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996

Boisard, Marcel A. L’ Humanisme De L’ Islam –terj. Prof. Dr. H. M. Rasjidi. Jakarta:

Bulan Bintang, 1980

al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah , Al-

Jami’ al-Musnad al-Sahîh al-Mukhtashar in Umuri Rasulullah SAW wa

Sunanihi wa Ayyamihi. Beirut: Shadqi Jamil al-‘athar, 1420 H

Departemen Pendidkan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008

al-Faifi, Sulaiman Ahmad Yahya. AL-Wajiz Fii Fiqh al-Sunnah al-Sayyid Sabiq. -terj.

Ahmad Tirmidzi dkk. Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2015

Farid, Ishak. Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999

Fikri, Syahruddin El. Sejarah Ibadah-Menelusuri Asal-Usul Memantapkan

Penghambaan. Jakarta: Republika, 2014

Hakim, A. Husnul. “Haji Mabrur: Antara Teologis dan Sosiologis.” Dalam Dinamika

dan Perspektif Haji Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan

Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012

Ishaq, Ibnu. Sirah Nabawiyah Sejarah lengkap kehidupan Rasulullah Saw. –tahqiq

Ibnu Hisyam. Jakarta: Akbar Media, 2015

al-Jabiri, Muhammad Abed, Post Traditionalisme Islam. penerjemah Ahmad Baso.

Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2000

Page 94: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

78

Karim, Abdurrahman bin Abdul. Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW.dari sebelum

masa Kenabian Hingga Sesudahnya. Yogyakarta:DIVA Press, 2013

Kertanegara, Mulyadhi. “Filosofi Haji.” Dalam Dinamika dan Perspektif Haji

Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Penyelanggaraan Haji dan Umrah

Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012

Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Memahami Hadits. Jakarta: Amzah, 2014

Manzhur, Ibnu. Lisan al-‘Araab. Kairo: Daar al-Ma’arif, tt

al-Mubarakfury, Shafiyyur Rahman. al-Rahiqu al-Makhtum- Batsun Fi al-Sirah al-

Nabawiyyah ‘ala Shahabibiha Afdhal al-Shalatu wa al-Salam –terj. Kathur

Suhardi. Jakarta;Pustaka al-Kautsar, 2009

al-Nasa’i, Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali al-Syuhairi. Sunan al-

Nasa’i. Beirut: Dar al-Fikar, 2005

al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al- Qusyairi. Sahîh Muslim. Beirut: Dar

al-‘Ilmiyah, 1991

Al-Nawawi. Syarah Sahîh Muslim penerjemah Thoriq Abdul Aziz al-Tamimi dan

Fathoni Muhammad. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013

al-Qurthubi, Terjemahan Tafsir al-Qurthubi. Jakarta:Pustaka Azzam, 2008

Qutb, Sayyid. Fi zilal al-Qur`an penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid dan Khoirul

Halim. Jakarta: Robbani Press, 2002

Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002

Rokhmad, Ali dan Abdul Cholic MT. HAJI Transformasi Profetik Menuju Revolusi

Mental. Jakarta: Anggota IKAPI, 2015

al-Sijastani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abi Daud. Beirut: Dar al-Fikar,

2003

Sardi, Martino. “Bertindak Aktif Tanpa Kekerasan Demi Perdamaian yang

Berkesinambungan” Dalam Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, ed.

Islam dan Urusan Kemanusiaan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015

Setiawan, Budi. “Menafsirkan Spirit al-Ma`un dan Aktivisme Kemanusiaan

Muhammadiyah” Dalam Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, ed.

Islam dan Urusan Kemanusiaan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015

Shihab, M. Quraisy. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan al-Qur’an

dan Hadits-Hadits Sahîh. Tangerang: Lentera Hati, 2012

Page 95: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

79

Soleh, H.A. Khudori, Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2013

Sudarto, Wacana Islam Progresif. Yogyakarta: IRCiSoD, 2014

al-Syaibani, Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad. Musnad Ahmad,

Kairo: Daar al-Ma’arif, 134 H

Syakir, Ahmad. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir penerjemah Agus Ma`mun dkk.

Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014

al-Tirmdzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah. Jami’ al-Tirmidzi. Jordan: Bait

al-Afkar al-dauliyah, tt

al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Sifat Haji Nabi SAW – Pembahasan dari Kitab

Fath Dzi al-Jalal wa al-Ikram Syarah Bulughul Maram. Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2014

Wensinck, A. J. Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, terj. Muhammad

Fu’ad Abdu al-Bani. Madinah: Maktabah Baril, 1936

Yaqub, Ali Mustafa. Mewaspadai Provokator Haji. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009

-------- Haji Pengabdi Setan. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008

Z, Zurinal dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

Zainuddin, M. Kesalehan Normatif dan Kesalehan Sosial, Malang; UIN-Malang Press,

2007

Page 96: HAJI DAN KESADARAN HUMANISME - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37521/2/KHAIRUN... · khutbah haji wada’ telah memerintahkan untuk saling

DATA DIRI

Nama : Khairun Nisa

Tempat/ Tanggal Lahir : Koto Tuo, 24 Januari 1995

Alamat : Jorong Pincuran Tinggi Panyalaian

Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah

Datar Sumatera Barat

Email : [email protected]

No. Telp : +6281285358642

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi/Berat Badan : 147 Cm/ 45 Kg

Golongan Darah : AB +

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan

o 2001-2007 : SDN 23 Pincuran Tinggi Panyalaian

o 2007-2010 : MTsN Padang Panjang

o 2010-2013 : MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang

o 2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta