Kesehatan Haji

download Kesehatan Haji

of 136

description

KESEHATAN hAJI

Transcript of Kesehatan Haji

  • 1

    MODUL 2

    PENYELENGGARAAN PROGRAM

    PELAYANAN KESEHATAN, BIMBINGAN

    DAN PENYULUHAN KESEHATAN HAJI DI

    DAERAH

    I. DESKRIPSI SINGKAT

    Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan memberikan pembinaan,

    pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah

    haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai

    dengan ketentuan ajaran agama Islam, sebagaimana diamanahkan

    dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang

    Penyelenggaraan Ibadah Haji.

    Departemen Kesehatan berupaya mempersiapkan jemaah haji agar

    memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya agar

    terwujud jemaah haji sehat dan mandiri.

    Tujuan penyelenggaraan kesehatan haji adalah meningkatkan

    kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga

    agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah

    sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah terjadinya

  • 2

    transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk

    oleh jemaah haji.

    Ibadah haji mensyaratkan kesanggupan (istithoah) kesehatan secara

    fisik dan jiwa, selain ekonomi dan ilmu. Untuk memenuhi ketentuan

    syari dimaksud, diperlukan upaya bimbingan, penyuluhan, dan

    pelayanan kesehatan pada jemaah haji. Bimbingan, penyuluhan, dan

    pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan

    terstruktur dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan

    kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan

    pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap dan

    berkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan,

    dan penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di kabupaten/kota,

    bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji

    selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi,

    selama perjalanan Indonesia-Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di

    asrama haji debarkasi, sampai dengan empat belas hari pertama

    sekembalinya ke Indonesia.

    Bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji

    dimaksudkan sebagai sarana mencapai tujuan penyelenggaraan

    kesehatan haji sebagaimana tertulis di atas.

    Apabila diketahui sakit, maka diperlukan pengobatan hingga

    masalahnya terkendali atau sembuh sempurna. Apabila diketahui

    memiliki keterbatasan, maka diperlukan koreksi sehingga dapat

  • 3

    mengurangi keterbatasannya. Apabila diketahui dalam keadaan

    sehat, maka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diperlukan

    untuk memperoleh kondisi optimal.

    Pada modul ini akan dibahas 1) program perlindungan dan

    pelayanan kesehatan jemaah haji di daerah, meliputi Pemeriksaan

    Kesehatan tahap I dan II, pelayanan rujukan kesehatan,

    perlindungan kesehatan pada jemaah haji, pelacakan kasus pasca

    ibadah haji; 2) program bimbingan kesehatan jemaah haji di daerah

    meliputi kunjungan rumah pada kelompok jemaah risti dan

    bimbingan kesehatan pada kegiatan manasik haji; 3) program

    penyuluhan kesehatan jemaah haji di daerah, meliputi penyuluhan

    kesehatan melalui kemitraan kelompok -kelompok bimbingan ibadah

    hajidan penyuluhan masal berbasis media massa.

    II. TUJUAN PEMBELAJARAN

    A. Tujuan Pembelajaran Umum

    Setelah proses pembelajaran materi ini peserta secara tim

    mampu menyelenggarakan program pelayanan kesehatan,

    bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji di daerah.

    B. Tujuan Pembelajaran Khusus

    Setelah proses pembelajaran materi ini peserta secara tim dapat:

    1. Melaksanakan program pelayanan kesehatan pada jemaah

    haji di daerah

    2. Melaksanakan program perlindungan kesehatan pada

    jemaah haji di daerah

  • 4

    3. Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan

    kesehatan pada jemaah haji di daerah

    III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

    1. Program Pelayanan Kesehatan pada Jemaah Haji di Daerah :

    a. Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua

    b. Pelayanan rujukan kesehatan

    2. Program Perlindungan Kesehatan pada Jemaah Haji di Daerah :

    a. Perlindungan kesehatan pada jemaah haji

    b. Pelacakan kasus pasca ibadah haji

    3. Program Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Jemaah Haji di

    Daerah

    a. Prosedur Bimbingan dan Penyuluhan Manasik Kesehatan Haji

    b. Prosedur Bimbingan dan penyuluhan Berbasis UKBM

    c. Standar jenis bimbingan dan penyuluhan kesehatan yang

    wajib dilakukan terhadap JH

    d. Standar bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji

    e. Standar fasilitas bimbingan dan penyuluhan kesehatan calon

    jemaah haji

    IV. LANGKAH LANGKAH PROSES PEMBELAJARAN

    Untuk memperlacar proses pembelajaran, disusunlah langkah-langkah

    sebagai berikut :

    A. Langkah 1

  • 5

    1. Kegiatan Fasilitator

    Kegiatan bina suasana di kelas

    a. Memperkenalkan diri

    b. Menyampaikan ruang lingkup bahasan

    c. Menggali pendapat pembelajar tentang Penyelenggaraan

    Program Bimbingan, Penyuluhan, dan Pelayanan Kesehatan

    Jemaah Haji di Daerah.

    d. Menggali pendapat pembelajar tentang Penyelenggaraan

    Program Bimbingan, Penyuluhan, dan Pelayanan Kesehatan

    Jemaah Haji di Daerah.

    2. Kegiatan Peserta

    a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan

    b. Pengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator

    c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

    B. Langkah 2

    1. Kegiatan Fasilitator

    a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1, 2, dan 3 tentang

    Penyelenggaraan Program Bimbingan, Penyuluhan, dan

    Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji di Daerah.

    b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk

    menanyakan hal-hal yang kurang jelas

    c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan

    peserta

  • 6

    2. Kegiatan Peserta

    a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang

    dianggap penting

    b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang

    diberikan

    c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan

    fasilitator

    C. Langkah 3

    1. Kegiatan Fasilitator

    a. Meminta kelas menjadi 2 kelompok, satu kelompok untuk

    Pokok Bahasan 1, sisanya untuk Pokok Bahasan 2 dan 3,

    serta memilih ketua, sekretaris, dan penyaji.

    b. Meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan

    penugasan yang diberikan.

    c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil

    dikusi untuk disajikan

    d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi

    2. Kegiatan Peserta

    a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris,

    dan penyaji.

    b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang

    kurang jelas pada fasilitator.

    c. Melakukan proses diskusi dan menuliskan hasil dikusi untuk

    disajikan.

  • 7

    D. Langkah 4

    1. Kegiatan Fasilitator

    a. Meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

    diskusi

    b. Memberikan masukan

    c. Merangkum hasil diskusi

    2. Kegiatan Peserta

    a. Mengikuti proses penyajian atau praktek hasil diskusi

    b. Berperan aktif dalam proses dengan bertanya,

    mengemukakan pendapat/ saran yang berguna dalam

    proses prembelajaran

    c. Merangkum hasil proses pembelajaran

    E. Langkah 5

    1. Kegiatan Fasilitator

    a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan

    sesuai topik pokok bahasan

    b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing

    pertanyaan

    c. Bersama peserta merangkum hasil proses hasil

    pembelajaran

    2. Kegiatan Peserta

    a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator

    b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses

    pembelajaran

  • 8

    V. URAIAN MATERI

    POKOK BAHASAN 1

    PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN JEMAAH HAJI DI

    DAERAH

    A. Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua

    Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa

    kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual

    peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap

    jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan

    optimal dan mempertahankannya.

    Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan

    kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi.

    Agar mencapai tujuan, maka pemeriksaan kesehatan yang

    dilakukan pada jemaah haji sebelum keberangkatan harus dapat

    memprediksi risiko kesakitan dan kematian saat melakukan

    perjalanan ibadah haji. Risiko kesakitan dan kematian ini

    selanjutnya dikelola dengan tujuan menurunkan angka kesakitan

    dan kematian jemaah haji selama perjalanan ibadah haji.

    Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan bahwa

    karakteristik jemaah haji Indonesia tidak banyak mengalami

    perubahan dalam lima belas tahun terakhir, terdapat

    kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan semakin tua usia

    saat menunaikan ibadah haji. Proporsi jemaah haji risiko tinggi

  • 9

    berkisar 10-30%, sebagian besar karena usia lanjut. Hipertensi

    merupakan risiko tinggi terbanyak (25-37%), sementara penyakit

    saluran pernapasan dan saluran pencernaan semakin meningkat.

    Dalam lima belas tahun terakhir (1995-2008) angka kematian

    jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,5-0,9

    per hari per 10.000 jemaah. Risiko wafat pada usia lanjut sangat

    tinggi. Jemaah pada kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar

    antara 20-25% dari keseluruhan jemaah, tetapi sekitar 70%

    jemaah wafat terjadi pada kelompok usia ini.

    Mengingat dan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, penetapan

    baku mutu pemeriksaan kesehatan jemaah haji berbasis risiko

    penyakit dan kematian sebelum keberangkatan ke Arab Saudi

    menjadi strategis dan penting. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji

    sebelum keberangkatan diprioritaskan pada jemaah haji yang

    secara epidemiologi memiliki karakteristik berisiko tinggi

    mendapatkan kematian sepanjang perjalanan ibadah haji dengan

    tidak melupakan tujuan penyelenggaraan kesehatan haji.

    Pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan

    adalah pemeriksaan kesehatan pada jemaah haji yang telah

    mendapatkan nomor porsi dan telah melunasi Biaya

    Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun berjalan,

    dilaksanakan di daerah sebelum keberangkatan ke Arab Saudi,

    yaitu pasca operasional haji yang baru lalu sampai satu bulan

    sebelum dimulainya operasional embarkasi haji tahun berjalan.

  • 10

    Pemeriksaan kesehatan bersifat kontinum dan komprehensif

    dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan,

    pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji sesuai

    standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan

    sebaik-baiknya.

    Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi

    sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan kematian, meliputi

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua. Pemeriksaan

    Kesehatan Pertama merupakan pemeriksaan dasar di Puskesmas

    bagi semua jemaah haji, sedangkan Pemeriksaan Kesehatan Kedua

    merupakan pemeriksaan rujukan bagi jemaah yang dirujuk oleh

    unit pelaksana Pemeriksa Kesehatan Pertama sesuai dengan status

    kesehatan setiap jemaah haji.

    Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum

    keberangkatan ke Arab Saudi adalah terselenggaranya

    pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah

    haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral,

    keilmuan, dan profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi

    data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan kesehatan

    jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji

    di Arab Saudi.

  • 11

    Sedangkan tujuan secara khusus adalah :

    a. Tercapainya pengobatan, pemeliharaan kesehatan serta

    bimbingan dan penyuluhan kesehatan kepada jemaah haji.

    b. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor

    risiko jemaah haji secara benar dan lengkap dalam Buku

    Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.

    c. Terwujudnya fungsi BKJH sebagai media informasi kondisi

    kesehatan jemaah haji untuk kepentingan pelayanan

    kesehatan di Indonesia dan Arab Saudi

    d. Terwujudnya persyaratan kesehatan (istithoah) jemaah haji

    yang diberangkatkan.

    e. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi

    penyakit menular berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada

    masyarakat Internasional/Indonesia.

    Sebelum membaca uraian lebih lanjut, ada beberapa pengertian

    istilah yang dipakai dalam pokok bahasan ini, sebagai berikut :

    1. Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia beragama

    Islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan

    ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan

    telah melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

    2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian

    kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,

    pemeriksaaan penunjang medis dan penetapan diagnosis

    jemaah haji, dilanjutkan dengan pengobatan dan

    pemeliharaan kesehatan sesuai indikasi.

  • 12

    3. Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi

    kesehatan yang secara epidemiologi berisiko mengalami

    peningkatan kesakitan dan kematian selama perjalanan

    ibadah haji, yaitu :

    a. jemaah haji lanjut usia

    b. jemaah haji penderita penyakit menular yang tidak

    boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan

    peraturan kesehatan yang berlaku

    c. jemaah haji wanita hamil

    d. jemaah haji dengan risiko kesehatan penyakit kronis

    dan penyakit tertentu lainnya.

    4. Peraturan kesehatan yang berlaku adalah ketentuan

    perundangan dalam bidang kesehatan yang berlaku dalam

    penyelenggaraan kesehatan di tingkat nasional maupun

    internasional.

    5. Jemaah Haji Mandiri adalah jemaah haji yang memiliki

    kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa

    tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.

    6. Jemaah Haji Observasi adalah jemaah haji yang memiliki

    kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan

    bantuan alat dan/obat.

    7. Jemaah Haji Pengawasan adalah jemaah haji yang memiliki

    kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan

    bantuan alat dan/obat dan orang lain.

  • 13

    8. Jemaah Haji Tunda adalah jemaah haji yang kondisi

    kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti

    perjalanan ibadah haji.

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama adalah upaya penilaian status

    kesehatan tahap pertama pada seluruh jemaah haji yang akan

    diberangkatkan pada musim haji tahun berjalan, menggunakan

    metode pemeriksaan dasar yang sensitif. Dilaksanakan oleh Tim

    Pemeriksa Kesehatan Pertama di Puskesmas yang ditunjuk.

    Koordinasi penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pertama

    diserahkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Puskesmas dan Tim

    Pemeriksa Kesehatan Pertama ditetapkan oleh Kepala Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Prosedur Pemeriksaan

    Prosedur pemeriksaan adalah tata cara pelaksanaan pemeriksaan

    kesehatan bagi jemaah haji :

    a. Jemaah haji mengajukan permintaan Pemeriksaan Kesehatan

    Pertama di Puskesmas yang ditunjuk sesuai dengan tempat

    tinggal/domisilinya pasca operasional haji yang baru berakhir

    sebelum menyerahkan bukti setor pelunasan Biaya

    Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) ke Kantor

    Departemen Agama setempat.

  • 14

    b. Pendaftaran pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Puskesmas

    yang ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.

    c. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai protokol standar

    profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai

    berikut :

    1). Anamnesis

    2). Pemeriksaan fisik

    3). Pemeriksaan penunjang : laboratorium klinik

    4). Penilaian kemandirian

    5). Tes kebugaran

    d. Hasil pemeriksaan dan kesimpulan hasil pemeriksaan dicatat

    dalam Catatan Medik dan disimpan di tempat pemeriksaan.

    e. Catatan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan

    Jemaah Haji (BKJH) setelah buku tersebut tersedia.

    f. Hasil pemeriksaan kesehatan menjadi dasar penerbitan

    Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama oleh dokter

    pemeriksa

    g. Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama diserahkan

    oleh jemaah ke Kantor Departemen Agama setempat

    bersamaan dengan penyerahan bukti setor pelunasan BPIH

    sebagai kelengkapan pengurusan dokumen perjalanan

    ibadah haji (paspor) di Kantor Departemen Agama.

    (lampiran 1)

    h. Jemaah haji yang memenuhi syarat dapat diberikan imunisasi

    Meningitis meningokokus (MM). Penatalaksanaan imunisasi

    terlampir (lampiran 2). Dokter Pemeriksa mengeluarkan

  • 15

    Lembar Pernyataan Pengganti Sertifikat Vaksinasi atau

    Profilaksis sebagai dasar penerbitan International Certificates

    of Vaccination (ICV) oleh pihak yang berwenang di Kantor

    Kesehatan Pelabuhan (KKP) Embarkasi. Contoh Lembar

    Pernyataan Pengganti Sertifikat Vaksinasi atau Profilaksis

    terlampir (lampiran 3) Pelaksanaan imunisasi MM diatur oleh

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    i. Kepala Puskesmas yang ditunjuk bertanggungjawab atas

    pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan melaporkan

    hasil pemeriksaan kesehatan kepada Kepala Daerah dengan

    tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    dan Provinsi.

    j. Biaya Pemeriksaan Kesehatan diserahkan pada kebijakan

    daerah setempat.

    Standar Pemeriksaan

    Standar pemeriksaan adalah spesifikasi minimal yang harus

    dipenuhi dalam pemeriksaan kesehatan agar dapat diperoleh

    manfaat pelayanan kesehatan secara maksimal.

    a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Tim Pemeriksa

    Kesehatan Pertama yang memenuhi kualifikasi/standar

    pemeriksa.

    b. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan oleh dokter

    dan didampingi seorang perawat. Pemeriksaan jemaah haji

    pria sedapat mungkin oleh dokter pria, atau oleh dokter wanita

    dengan didampingi perawat pria. Pemeriksaan jemaah haji

  • 16

    wanita sedapat mungkin oleh dokter wanita, atau oleh dokter

    pria dengan didampingi perawat wanita.

    c. Pemeriksaan kesehatan dilakukan dengan pemeriksaan

    medis dasar sebagai berikut :

    1. Identitas, terdiri dari :

    a) Nama, dilengkapi dengan bin/binti

    b) Tempat dan tanggal lahir

    c) Alamat tempat tinggal/domisili

    d) Pekerjaan

    e) Pendidikan terakhir

    f) Status perkawinan

    2. Riwayat Kesehatan

    a) Riwayat Kesehatan Sekarang, meliputi :

    (1). Penyakit menular tertentu.

    (2). Penyakit tidak menular/disabilitas.

    b) Riwayat Penyakit Dahulu, meliputi penyakit yang pernah

    diderita (termasuk operasi yang pernah dijalani), ditulis

    secara kronologis.

    c) Riwayat Penyakit Keluarga, meliputi jenis penyakit yang

    diderita anggota keluarga yang berhubungan secara

    genetik.

    3. Pemeriksaan fisik, meliputi :

    a) Tanda vital:

    (1). Tekanan darah

    (2). Nadi meliputi : frekuensi, volume, tegangan,

    ritme.

  • 17

    (3). Pernapasan meliputi : frekuensi, ritme.

    (4). Suhu, diukur di aksila dengan termometer air

    raksa.

    b) Postur tubuh (termasuk tinggi badan, berat

    badan, dan indeks massa tubuh).

    c) Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT

    d) Paru/toraks

    Inspeksi : simetrisitas, retraksi,

    venektasi, bentuk dada, penggunaan

    otot bantu napas

    Palpasi : fremitus

    Perkusi : (sonor/hipersonor,

    pekak/redup)

    Auskultasi : vesikuler, ronki,

    mengi/wheezing

    e) Kardiovaskuler

    Inspeksi : pergeseran impuls apikal

    Palpasi : tekanan vena jugularis, kuat angkat

    impuls apikal, pergeseran impuls apikal

    Perkusi : batas jantung (konfigurasi jantung)

    Auskultasi : bunyi jantung, bising jantung

    f) Abdomen

    Inspeksi : vena ektasi, hernia

    Palpasi : nyeri epigastrium, pembesaran

    organ abdomen, perabaan ginjal, massa

    abnormal

  • 18

    Perkusi : nyeri ketok sudut kostovertebral,

    asites

    Auskultasi : bising usus

    g) Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks

    h) Pemeriksaan jiwa, menggunakan instrumen

    pemeriksaan Barthel Indeks Bagian 3: Fungsi

    Perilaku (Lampiran 4) dan Algoritme

    Pemeriksaan Kesehatan Jiwa. (Lampiran 5)

    i) Laboratorium

    Darah, meliputi ; hemoglobin, hematokrit,

    lekosit, trombosit, golongan darah (A-B-0 dan

    bila perlu Rhesus), laju endap darah, gula darah

    sewaktu.

    Urin

    (1). Makro : warna, bau, kejernihan, derajat

    keasaman, berat jenis

    (2). Mikro : sedimen (lekosit, eritrosit, sel epitel,

    kristal)

    (3). Glukosa urin

    (4). Protein urin

    (5). Tes kehamilan (bagi jemaah haji wanita

    pasangan usia subur atau jemaah haji

    wanita lainnya atas indikasi)

  • 19

    4. Penilaian kemandirian, menggunakan instrumen pemeriksaan

    Barthel Indeks Bagian 1 (Penilaian fungsi Perawatan Diri) dan

    2 (Penilaian Fungsi Kerumah-tanggaan dalam Aktivitas

    keseharian). (Lampiran 4)

    5. Tes kebugaran (Lampiran 6).

    d. Setiap jemaah haji wanita pasangan usia subur diharuskan

    menandatangani surat pernyataan di atas meterai tentang

    kesediaan menunda keberangkatannya bila menjelang

    keberangkatannya diketahui hamil dengan usia kehamilan di

    luar ketentuan yang diperkenankan menurut SKB Menteri

    Agama dan Menteri Kesehatan. Formulir Surat Pernyataan

    terlampir (Lampiran 7).

    e. Pada jemaah haji wanita yang tidak hamil diinformasikan

    ketentuan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan

    Menteri Kesehatan.

    f. Pada jemaah haji wanita yang hamil :

    Dilakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang

    ketentuan penyelenggaraan kesehatan haji, khususnya

    tentang Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama

    dan Menteri Kesehatan, serta diberikan alternatif solusi

    yang dapat diambil. Salinan SKB terlampir. (Lampiran 8).

    Tidak dilakukan pemberian imunisasi meningitis

    meningokokus ACW135Y.

  • 20

    g. Dokter pemeriksa menuliskan diagnosis sesuai dengan hasil

    pemeriksaan kesehatan jemaah haji dan kesimpulan

    pemeriksaan.

    h. Kode diagnosis ditulis sesuai dengan kode ICD-X .

    i. Kesimpulan hasil pemeriksaan dibuat dalam kategori

    Mandiri, Observasi, Pengawasan dan Tunda. Selengkapnya

    lihat tabel.

    j. Dokter pemeriksa membuat Surat Keterangan Pemeriksaan

    Kesehatan Pertama yang memuat kesimpulan hasil

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama (Lampiran 1) Surat

    keterangan tersebut diserahkan kepada jemaah haji.

    k. Ringkasan hasil pemeriksaan kesehatan ditulis dengan lengkap

    dan benar dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (sesuai

    petunjuk pengisian BKJH, terlampir) dengan dilampirkan

    catatan medik. (Lampiran 9)

    l. Pada jemaah haji yang tidak termasuk risiko tinggi (risti),

    BKJH disimpan di tempat Pemeriksaan Kesehatan Pertama

    sampai satu bulan sebelum dimulainya operasional embarkasi

    haji tahun berjalan. BKJH tersebut selanjutnya diserahkan

    kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dibagikan

    kepada jemaah haji sebelum keberangkatan ke embarkasi

    (asrama) haji.

    m. Pada jemaah haji yang termasuk risiko tinggi (risti), BKJH

    diserahkan oleh Puskesmas ke rumah sakit rujukan tempat

    jemaah akan mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan Kedua.

    Jemaah haji selanjutnya mendatangi rumah sakit yang

  • 21

    ditunjuk untuk mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan Kedua

    dengan dibekali Surat Rujukan Pemeriksaan Kesehatan yang

    dibuat oleh dokter Pemeriksa Kesehatan Pertama. Contoh

    Surat Rujukan Pemeriksaan Kesehatan terlampir (Lampiran 10)

    n. Untuk kepentingan diagnosis dan pemeliharaan kesehatan,

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama dapat dilakukan berulang

    sesuai dengan kebutuhan.

    o. Kepala Puskesmas yang ditunjuk bertanggung jawab atas

    pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan melaporkan

    hasil pemeriksaan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota selambat-lambatnya tiga minggu sebelum

    operasional embarkasi haji dimulai. Formulir laporan terlampir

    (Lampiran 13).

    p. Puskesmas yang sudah tersambung dengan Siskohat Bidang

    Kesehatan memasukkan data hasil Pemeriksaan Kesehatan

    Pertama ke Siskohat Bidang Kesehatan.

    q. Pada Puskesmas yang belum tersambung dengan Siskohat

    Bidang Kesehatan, data hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama

    dimasukkan ke Siskohat Bidang Kesehatan oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Standar Pemeriksa

    Standar pemeriksa adalah rumusan kriteria ketenagaan minimal

    yang harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang

    ditetapkan.

  • 22

    Pemeriksa Kesehatan Pertama adalah Tim Pemeriksa Kesehatan

    Pertama yang akan menjalankan fungsi Pemeriksaan Kesehatan

    Pertama. Penetapan Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama dilakukan

    dengan pertimbangan sebagai berikut :

    a. Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama berjumlah sekurang-

    kurangnya empat orang, yaitu :

    1). satu orang dokter pria atau wanita,

    2). satu orang perawat wanita,

    3). satu orang perawat pria dan

    4). satu orang analis laboratorium kesehatan.

    b. Tenaga kesehatan yang ditetapkan sebagai Tim Pemeriksa

    Kesehatan Pertama harus mempunyai legalitas untuk

    melaksanakan fungsinya (mempunyai SIP yang masih berlaku

    bagi dokter, dan SK Jabatan Fungsional bagi tenaga kesehatan

    lain).

    Standar Fasilitas

    Standar fasilitas dalah rumusan kriteria tempat dan fasilitas

    minimal yang harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan

    yang ditetapkan.

    Pemeriksaan Kesehatan Pertama dilakukan di Puskesmas yang

    ditunjuk. Puskesmas yang ditunjuk sebagai tempat Pemeriksaan

    Kesehatan Pertama mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

    1. Memiliki staf fungsional dokter

    2. Memiliki staf fungsional perawat

    3. Memiliki fasilitas laboratorium sederhana

  • 23

    Pemeriksaan Kesehatan Kedua

    Pemeriksaan Kesehatan Kedua adalah upaya penilaian status

    kesehatan rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko

    kesehatan yang secara epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan

    penyakit dan kematian dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah

    haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan

    oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua di rumah sakit yang

    ditunjuk. Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan

    dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Prosedur Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan pada jemaah haji

    risiko tinggi (risti) berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan

    Pertama atau ditemukan sebagai risiko tinggi selama masa

    pembinaan.

    b. Jemaah haji risti melakukan Pemeriksaan Kesehatan Kedua di

    rumah sakit yang ditunjuk.

    c. Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan segera setelah

    diketahui sebagai risti selama masa Pemeriksaan Kesehatan

    Pertama, dan sudah selesai selambat-lambatnya satu bulan

    sebelum operasional embarkasi haji dimulai.

    d. Biaya Pemeriksaan Kesehatan diserahkan pada kebijakan

    daerah setempat.

  • 24

    Standar Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan oleh Tim Pemeriksa

    Kesehatan Kedua yang memenuhi kualifikasi/standar

    pemeriksa.

    b. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan oleh dokter

    dan didampingi seorang perawat. Pemeriksaan jemaah haji

    wanita sedapat mungkin dilakukan oleh dokter wanita, atau

    oleh dokter pria dengan didampingi perawat wanita.

    Pemeriksaan jemaah haji pria sedapat mungkin dilakukan

    oleh dokter pria, atau dokter wanita dengan didampingi

    perawat pria.

    c. Dokter Pemeriksa melakukan pemeriksaan Kesehatan

    Kedua, dengan protokol standar profesi kedokteran sesuai

    dengan baku emas penatalaksanaan gangguan kesehatan

    yang ditemukan.

    d. Pada jemaah haji risiko tinggi dilakukan pemeriksaan medis

    sesuai kebutuhan (atas indikasi).

    e. Jemaah haji yang memenuhi syarat, diberikan imunisasi

    Meningitis meningokokus ACW135Y. Penatalaksanaan

    imunisasi terlampir. (Lampiran 2). Dokter Pemeriksa

    mengeluarkan Lembar Pernyataan Pengganti Sertifikat

    Vaksinasi atau Profilaksis sebagai dasar penerbitan

    International Certificates of Vaccination (ICV) oleh pihak

    yang berwenang di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

    Embarkasi. Contoh Lembar Pernyataan Pengganti Sertifikat

    Vaksinasi atau Profilaksis terlampir (lampiran 3).

  • 25

    Pelaksanaan imunisasi diatur oleh Dinas Kesehatan

    kabupaten/Kota.

    f. Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit menular, pada

    akhir masa Pemeriksaan Kesehatan Kedua diharuskan telah

    dinyatakan sembuh atau tidak menular, dengan

    menunjukkan Surat Keterangan Pengobatan dari dokter

    Pemeriksa Kesehatan Kedua. (Lampiran 12)

    1) Bagi jemaah haji penderita tuberkulosis paru aktif (BTA

    positip) harus telah mendapatkan pengobatan dan

    dinyatakan tidak menular (BTA negatip).

    2) Bagi jemaah haji penderita kusta tipe multibasiler, harus

    telah mendapatkan pengobatan dan dinyatakan tidak

    menular.

    g. Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit tidak menular

    diharapkan telah mendapatkan pengobatan dan

    pemeliharaan kesehatan yang adekuat pada akhir masa

    Pemeriksaan Kesehatan Kedua, dan dinyatakan laik untuk

    melaksanakan perjalanan ibadah haji dengan catatan advis

    medik bagi dokter kloter jika perlu. Dibuktikan dengan

    menunjukkan Surat Keterangan Pengobatan dari dokter

    pemeriksa Kesehatan Kedua. (Lampiran 12)

    h. Dokter Pemeriksa menuliskan diagnosis sesuai dengan hasil

    pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan kesimpulan

    pemeriksaan dalam Catatan Medik. Catatan Medik ini

    menjadi dasar pengisian BKJH.

    i. Kode diagnosis ditulis sesuai dengan kode ICD-X .

  • 26

    j. Kesimpulan hasil pemeriksaan dibuat dalam kategori

    Observasi, Pengawasan dan Tunda. Selengkapnya lihat

    tabel.

    k. Untuk kepentingan diagnosis dan pemeliharaan kesehatan,

    Pemeriksaan Kesehatan Kedua dapat dilakukan berulang

    sesuai dengan kebutuhan.

    l. Pada jemaah haji yang pemeliharaan kesehatannya

    memungkinkan diteruskan di Puskesmas, dilakukan rujukan

    balik ke Puskesmas pengirim disertai Surat Rujukan Balik

    Pemeriksaan Kesehatan (Lampiran 11). BKJH diserahkan

    oleh rumah sakit ke Puskesmas pengirim.

    m. Pada jemaah haji yang pemeliharaan kesehatannya tidak

    memungkinkan diteruskan di Puskesmas, pemeliharaan

    kesehatan tetap dilakukan di rumah sakit. BKJH disimpan di

    rumah sakit sampai satu bulan sebelum dimulainya

    operasional embarkasi haji tahun berjalan. BKJH selanjutnya

    diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk

    dibagikan kepada jemaah haji sebelum keberangkatan ke

    embarkasi (asrama) haji.

    n. Direktur Rumah Sakit yang ditunjuk bertanggungjawab atas

    pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Kedua dan melaporan

    hasil pemeriksaan kesehatan kepada Kepala Daerah dengan

    tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    dan Provinsi selambat-lambatnya tiga minggu sebelum

    operasional embarkasi haji dimulai. Formulir laporan

    terlampir. (Lampiran 14).

  • 27

    o. Dinas Kesehatan wilayah setempat memasukkan data hasil

    Pemeriksaan Kesehatan Kedua ke Siskohat Bidang

    Kesehatan.

    Standar Pemeriksa

    Pemeriksa Kesehatan Kedua adalah Tim Pemeriksa Kesehatan

    Kedua yang akan menjalankan fungsi Pemeriksaan Kesehatan

    Kedua. Penetapan Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua diatur oleh

    oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

    pertimbangan sebagai berikut :

    a. Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua sekurang-kurangnya terdiri

    dari :

    1) Dokter spesialis Penyakit Dalam/Paru/Jantung

    2) satu orang perawat wanita,

    3) satu orang perawat pria,

    4) satu orang analis laboratorium kesehatan,

    b. Tenaga kesehatan yang ditetapkan sebagai Tim Pemeriksa

    Kesehatan Kedua harus mempunyai legalitas untuk

    melaksanakan fungsinya (mempunyai SIP yang masih

    berlaku bagi dokter, dan SK Jabatan Fungsional bagi tenaga

    kesehatan lain).

    Standar Fasilitas

    a. Pemeriksaan Kesehatan Kedua bertempat di rumah sakit

    yang ditunjuk

  • 28

    b. Memiliki fasilitas pemeriksaan penunjang kedokteran ;

    1) laboratorium klinik

    2) radiologi

    Penetapan Kelaikan Kesehatan

    Penetapan Kelaikan Kesehatan adalah upaya penentuan kelaikan

    jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi

    kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan

    Kesehatan Pertama dan Kedua melalui pertemuan yang dibuat

    khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim Pemeriksa Kesehatan

    Pertama, Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua, Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Provinsi selambat-

    lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji

    dimulai. Penetapan Kelaikan Kesehatan dilakukan untuk

    menentukan status kelaikan kesehatan jemaah haji mengikuti

    perjalanan ibadah haji.

    Prosedur Umum

    a. Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama dan Kedua

    menyelenggarakan pertemuan Penetapan Kelaikan

    Kesehatan Jemaah Haji sejak masa pemeriksaan kesehatan

    berakhir sampai selambat-lambatnya dua minggu sebelum

    operasional haji dimulai.

    b. Pertemuan Penetapan Kelaikan Kesehatan Jemaah Haji

    diselenggarakan oleh Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota.

  • 29

    Prosedur Penetapan

    Prosedur Penetapan Kelaikan Kesehatan adalah tata cara

    pelaksanaan penetapan kelaikan kesehatan jemaah haji untuk

    mengikuti perjalanan ibadah haji, sebagai berikut :

    a. Pengumpulan BKJH yang memuat hasil pemeriksaan

    kesehatan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan, dan

    kesimpulan pemeriksaan.

    b. Rekapitulasi hasil pemeriksaan jemaah haji dengan urutan

    sebagai berikut :

    1). Pengecekan kelengkapan data.

    2). Penilaian kelaikan kesehatan berdasarkan kesimpulan

    pemeriksaan.

    3). Penentuan kelaikan kesehatan, ditulis dalam BKJH.

    c. Hasil penentuan kelaikan kesehatan jemaah haji dinyatakan

    dalam bentuk rekomendasi.

    d. Rekomendasi disampaikan kepada Bupati/Walikota,

    ditembuskan kepada Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, PPIH bidang kesehatan embarkasi, dan

    Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi.

    Standar Kelaikan Kesehatan

    Standar Kelaikan Kesehatan adalah rumusan kriteria jemaah haji

    untuk memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan

    ibadah haji secara mandiri, tidak membahayakan keselamatan

    diri sendiri dan orang lain. Penetapan memenuhi syarat atau

  • 30

    tidak memenuhi syarat kesehatan mempertimbangkan aspek-

    aspek sebagai berikut :

    a. Status Kesehatan. Status kesehatan dikategorikan menjadi 4

    (empat) yaitu Mandiri, Observasi, Pengawasan dan Tunda

    Kriteria masing-masing kategori lihat tabel. (Lampiran 15)

    b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan

    Keselamatan Penerbangan.

    1). Peraturan Kesehatan Internasional menyebutkan

    jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan

    pelarangan kepada seseorang untuk keluar-masuk

    antar negara, yaitu ;

    a) Penyakit Karantina

    (1). Pes (plague)

    (2). Kolera (cholera)

    (3). Demam kuning (yellow fever)

    (4). Cacar (small pox)

    (5). Tifus bercak wabahi (typhus xanthomaticus

    infectiosa/louse borne typhus)

    (6). Demam balik-balik (louse borne relapsing

    fever)

    (7). Penyakit menular lain yang ditentukan

    kemudian

    b) Penyakit menular, yang menjadi perhatian WHO

    (1). Tuberkulosis paru dengan BTA positip

    (2). Kusta tipe multi basiler

    (3). SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

  • 31

    (4). Avian Influenza (AI)

    (5). Influenza baru H1N1

    (6). Penyakit menular lain yang ditentukan

    kemudian

    2). Ketentuan Keselamatan Penerbangan

    a) Penyakit tertentu yang berisiko kematian

    dikarenakan ketinggian

    b) Usia kehamilan

    c) Imunisasi meningitis meningokokus ACW135Y,

    dibuktikan dengan kartu ICV (International

    Certificate of Vaccination) yang sah

    c. Jemaah haji dinyatakan TIDAK MEMENUHI SYARAT apabila ;

    1). Status kesehatan termasuk kategori Tunda.

    2). Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular

    tertentu pada saat di embarkasi.

    3). Tidak memenuhi persyaratan keselamatan

    penerbangan.

    B. Pelayanan Rujukan Kesehatan

    Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke

    pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan. Secara lengkap

    dapat dirumuskan bahwa sistem rujukan ialah suatu sistem

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

    pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus

    penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang

  • 32

    lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit

    yang setingkat kemampuannya). (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003)

    Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan

    hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain,

    teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya.

    Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih

    rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan di

    antara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat. Secara garis

    besar, rujukan dibedakan menjadi dua jenis seperti bagan di

    bawah ini.

    Dalam pelayanan kesehatan haji selama di Indonesia, pelayanan

    rujukan bagi jemaah haji berupa :

    1. rujukan setelah dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Pertama ke

    rumah sakit, disebut sebagai Pemeriksaan Kesehatan Kedua

    (telah diuraikan di atas)

    2. rujukan dari embarkasi/debarkasi haji ke Rumah Sakit Rujukan

    Haji.

  • 33

    Rujukan Embarkasi/Debarkasi Haji ke Rumah Sakit

    Rujukan Haji

    Penyelenggaraan kesehatan haji selalu ditingkatkan kualitasnya

    dari waktu ke waktu. Salah satu wujud upaya peningkatan yang

    dilakukan adalah mengakomodasi pelayanan kesehatan terhadap

    jemaah haji sakit yang membutuhkan pelayanan rujukan ke rumah

    sakit pada saat keberangkatan dan kepulangan di

    embarkasi/debarkasi haji, selama dan setelah masa operasional

    haji.

    Jemaah haji yang mengalami gangguan kesehatan saat

    keberangkatan dan kepulangan di embarkasi/debarkasi haji dapat

    meminta pelayanan kesehatan di klinik embarkasi/debarkasi yang

    menyediakan pelayanan medis dasar; tindakan medis/ operasi

    sederhana dalam rangka basic life suport (bedah minor,

    pemasangan infus dan kateter urin, nebulizer, pemakaian

    oksigen); pemeriksaan laboratorium sederhana (pemeriksaan BTA,

    pemeriksaan Kehamilan, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan

    darah rutin, pemeriksaan urin rutin); serta pelayanan vaksinasi.

    Dalam hal menghadapi/menemukan kasus sulit maka petugas

    kesehatan (dokter) klinik embarkasi/debarkasi dapat segera

    merujuk ke RS rujukan yang telah ditetapkan. Dalam keadaan

    tertentu (gawat dan/atau darurat), rujukan dapat dilakukan ke RS

    non rujukan terdekat.

    RS rujukan haji bertugas memberikan pelayanan gawat darurat,

    rawat jalan, dan rawat inap bagi jemaah haji rujukan dari

    embarkasi/debarkasi haji pada masa operasional

  • 34

    embarkasi/debarkasi dan setelah masa operasional debarkasi

    berakhir, serta memberikan rekomendasi untuk penentuan

    kelaikan mengikuti perjalanan ibadah haji (untuk rujukan dari

    embarkasi), sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Keputusan

    Menteri Kesehatan tentang Rumah Sakit Rujukan Haji).

    Biaya pelayanan rujukan ke RS rujukan dan non rujukan menjadi

    tanggung jawab Departemen Kesehatan, sesuai syarat dan

    ketentuan yang berlaku (Keputusan Menteri Kesehatan tentang

    Rumah Sakit Rujukan Haji).

  • 35

    POKOK BAHASAN 2

    PERLINDUNGAN KESEHATAN PADA JEMAAH HAJI

    Perlindungan kesehatan pada jemaah haji menjadi salah satu

    tugas yang diemban dalam penyelenggaraan kesehatan haji.

    Perlindungan kesehatan pada jemaah haji di daerah secara umum

    meliputi perlindungan terhadap penularan penyakit melalui

    imunisasi, penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan, higiene

    sanitasi makanan, pencegahan dan penanggulangan Kejadian

    Luar Biasa (KLB) - musibah masal, termasuk surveilans dan Sistem

    Kewaspadaan Dini (SKD)-respon KLB.

    A. Imunisasi

    Imunisasi merupakan upaya pengebalan tubuh jemaah haji agar

    tidak sakit sebagai akibat penularan penyakit tertentu serta

    sebagai upaya memutus matai rantai penularan dan penyebaran

    penyakit dari dan ke tanah air.

    Prioritas jenis imunisasi saat ini adalah imunisasi meningitis

    tetravalent (ACYW135) bagi semua jemaah, dan influenza sesuai

    dengan musim bagi petugas dan jemaah usia lanjut. Priorotas jenis

    imunisasi dapat berubah sesuai perkembangan penyakit menular di

    dunia. Sebagai contoh, dengan terjadinya pandemi dunia influenza

    A baru (H1N1) pada tahun 2009, maka pada operasional haji

  • 36

    tahun 2009 M/1430 H imunisasi influenza musiman menjadi

    prioritas bagi semua jemaah di samping imunisasi meningitis.

    Imunisasi meningitis ataupun influenza dan jenis vaksin lain

    membutuhkan waktu agar tubuh dapat memiliki tingkat imunitas

    (kekebalan terhadap penyakit tertentu). Oleh karena itu, apabila

    seorang jemaah ingin ke Arab Saudi, maka imunisasi diberikan

    jauh hari sebelumnya agar terbentuk imunitas pada saat tiba di

    Arab Saudi. Setiap vaksin memiliki periode waktu terbentuk

    kekebalan dalam tubuh berbeda dengan jenis vaksin lain.

    Kekebalan yang terbentuk tersebut juga dapat bertahan efektif

    mencegah penularan dalam periode waktu yang berbeda-beda

    antara vaksin satu dengan lainnya.

    Untuk melaksanakan imunisasi, perlu langkah-langkah penyiapan

    vaksin dan sarana penunjang imunisasi, termasuk mata rantai

    dingin; tenaga imunisasi, prosedur pelaksanaan imunisasi dan

    sistem pencatatan dan pelaporan imunisasi. Sistem mata rantai

    dingin merupakan bagian dari sistem rantai dingin vaksin dalam

    program imunisasi dasar.

    Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dikelola sesuai prosedur

    yang berlaku, dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja KIPI masing-

    masing daerah. Di tingkat pusat, berkoordinasi dengan Komite

    Nasional Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca

    Imunisasi (KOMNAS PP-KIPI)

  • 37

    Sebagai bukti pemberian imunisasi, Kantor Kesehatan pelabuhan

    menerbitkan International Certificate of Vaccination (ICV)

    1. Imunisasi Meningitis Meningokokus tetravalen

    ACW135Y

    Pada saat haji, 2 juta lebih penduduk muslim dunia berada di

    Makkah, termasuk dari negara-negara endemis meningitis ganas.

    Akibatnya bakteri meningitis bersirkulasi diantara jemaah haji dari

    seluruh dunia, dan ancaman penularan meningitis masih sangat

    tinggi. Adanya ancaman penularan meningitis inilah maka

    diperlukan imunisasi meningitis bagi jemaah haji Indonesia.

    Vaksin Meningitis Meningokokus tetravalent ACW135Y berisi

    lyophilized purified polysaccharides dari Neisseria meningitidis

    serogroup A,C,W135, dan Y; masing-masing antigen 50 mcg di

    dalam 0,5 ml dengan fenol 25 % sebagai preservasi. Rusak pada

    suhu di luar kulkas, atau pada suhu beku.

    Imunisasi meningitis diberikan pada setiap jemaah haji selambat-

    lambatnya 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Apabila

    imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sebelum keberangkatan,

    jemaah harus diberikan profilaksis dengan antimikroba yang

    sensisitif terhadap Neisseria meningitidis.

  • 38

    Imunisasi meningitis dilaksanakan di Puskesmas atau Rumah Sakit

    pada masing-masing kabupaten/kota tempat tinggal jemaah haji,

    bersamaan pelayanan kesehatan di daerah. Jemaah yang belum

    mendapat imunisasi meningitis di daerah, akan mendapat

    imunisasi meningitis di Embarkasi, tetapi peluang tertular

    meningitis pada saat tiba di Arab Saudi menjadi sangat tinggi

    karena kekebalan (antibodi) terhadap bakteri meningitis belum

    terbentuk.

    Setiap jemaah yang mendapat imunisasi meningitis, harus

    mendapat Surat Keterangan Imunisasi Meningitis dari unit

    pelayanan yang memberikan imunisasi. Pada saat keberangkatan

    haji, surat ini dibawa sebagai salah satu dokumen pemeriksan

    kesehatan di Embarkasi. Berdasarkan Surat Keterangan Imunisasi

    Meningitis tersebut, KKP dapat menerbitkan International

    Certificate of Vaccination (ICV) bagi jemaah haji bersangkutan.

    Jemaah yang tidak tahan vaksin meningitis, harus mendapat Surat

    Keterangan Imunisasi Meningitis yang berisi alasan mengapa

    vaksinasi tidak diberikan pada jemaah haji bersangkutan.

    Seorang jemaah yang mendapat imunisasi meningitis, akan

    memiliki kekebalan terhadap bakteri meningitis A,C,W135 dan Y

    (masa kekebalan) selama 3 tahun.

  • 39

    2. Imunisasi Influenza musiman (seasional)

    Jumlah jemaah yang sangat padat saat musim haji, serta kondisi

    ketahanan tubuh menurun, maka penularan penyakit menular

    langsung, terutama influenza menjadi sangat mudah. Penularan

    pada jemaah usia lanjut, dan jemaah berisiko tinggi lainnya, rentan

    menjadi sakit dan dapat cepat memburuk. Jemaah rentan

    influenza, antara lain jemaah haji usia lanjut (60 tahun atau lebih),

    menderita penyakit kronis, paru, asma, jantung, kencing manis,

    penyakit ginjal dan lain sebagainya, dianjurkan meminta dilakukan

    imunisasi influenza. Petugas haji ke Arab Saudi diprioritaskan

    mendapat imunisasi influenza sebelum keberangkatannya ke Arab

    Saudi

    Vaksin Influenza musiman akan rusak bila terpapar suhu di luar

    kulkas, atau pada suhu beku. Jenis vaksin influenza yang

    digunakan mengikuti pola perkembangan virus influenza di seluruh

    dunia. Biasanya berganti 1 tipe virus influenza setiap 6 bulan.

    Imunisasi influenza dapat sekaligus diberikan bersamaan dengan

    imunisasi meningitis, tetapi diberikannya pada tempat atau

    anggota tubuh yang berbeda.

  • 40

    B. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan

    Merupakan kegiatan pemeriksaan, pemantauan, kajian,

    rekomendasi antisipasi, kewaspadaan, dan tindakan

    penanggulangan serta kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi

    makanan, penyehatan lingkungan asrama/pondokan, transportasi,

    restoran, dan tempat-tempat pelayanan agar jemaah haji dan

    petugas bebas dari ancaman terjadinya KLB keracunan dan

    penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya, .

    Prioritas penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor

    penular penyakit, penyediaan kamar tidur, air mandi dan air

    minum di asrama embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab Saudi,

    dan di tempat-tempat pelayanan jemaah haji.

    Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang

    bersifat massal di asrama embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab

    Saudi, perawatan sakit, dan dalam perjalanan.

    Penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan dilaksanakan

    sebelum/persiapan dan selama operasional haji, baik di Indonesia,

    di pesawat, dan di Arab Saudi.

    1. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di

    Indonesia

    Sasaran kegiatan adalah asrama haji transit, asrama haji

    embarkasi/debarkasi, dan jasaboga haji.

    Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2 tahap, yaitu pemeriksaan dan

    penilaian awal, dan kegiatan selama operasional haji.

  • 41

    a) Pemeriksaan dan penilaian awal asrama haji transit dan

    embarkasi/debarkasi

    (1) Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh tim penilai

    (2) Pemeriksaan dan penilaian awal asrama haji

    transit/embarkasi/ debarkasi untuk mengetahui kondisi

    sanitasi lingkungan asrama dan sanitasi makanan.

    (3) Obyek pemeriksaan dan penilaian awal asrama meliputi :

    umum, ruang bangunan, kamar tidur jemaah, penyediaan

    air bersih, dapur, pengelolaan limbah dan pengendalian

    vektor.

    Pemeriksan dan penilaian asrama berdasar pada standar

    asrama, standar kualitas udara dan pencahayaan di asrama,

    standar kepadatan ruang tidur, standar pembuangan sampah

    sesuai dengan standar yang berlaku.

    b) Penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan di asrama haji

    transit/embarkasi/debarkasi selama operasional haji

    (1) Melaksanakan pemantauan kesehatan lingkungan pada

    lokasi penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota,

    provinsi dan pelabuhan embarkasi/debarkasi haji.

    (2) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan

    perorangan (personal higiene) jemaah haji di puskesmas,

    kabupaten/kota, provinsi dan embarkasi/debarkasi haji.

    (3) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah

    makan dan restoran maupun jasaboga lainnya yang

  • 42

    menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji

    dalam perjalanan dari daerah asal ke asrama embarkasi/

    debarkasi haji sesuai peraturan terkait

    (4) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi

    jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi

    calon jemaah haji selama berada di asrama

    embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait

    (5) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi

    jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi

    calon jemaah haji selama berada dalam penerbangan dari

    Indonesia menuju Saudi Arabia dan sebaliknya sesuai

    peraturna terkait

    (6) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan

    minuman yang disajikan oleh jasaboga kepada jemaah

    haji baik yang melayani dalam perjalanan dari dan ke

    daerah asal, selama di embarkasi/debarkasi haji maupun

    dalam penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya.

    Sampel disatukan pada bank sampel dan disimpan pada

    suhu dan waktu yang tepat.

    (7) Pengendalian vektor dilakukan satu hari sebelum

    operasional haji dan secara teratur selama operasional

    haji. Pengendalian vektor berkoordinasi dengan Kantor

    Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas Kesehatan

    setempat di embarkasi/ debarkasi haji.

  • 43

    2. Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi

    Makanan

    Kegiatan penyehatan lingkungan pesawat dan sanitasi makanan

    selama operasional haji adalah sebagai berikut :

    1) Pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat

    2) Pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga, serta rekomendasi dan kerjasama dalam

    hapus serangga

    3) Di kapal laut disamping dilakukan pengamatan dan pemantauan kehidupan vektor serangga yaitu hapus

    serangga juga harus bebas dari kehidupan tikus dengan

    menujunkan sertifikat bebas hapus tikus (Deratting

    Exemption Certificate/DEC)

    4) Pengawasan higiene dan sanitasi makanan di pesawat sebelum keberangkatan pesawat, dan pengambilan

    sampel setiap jenis makanan yang disajikan. Sampel

    makanan dikelola sesuai dengan standar jasaboga

    pesawat.

    Higiene-Sanitasi Makanan

    Higiene-sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap faktor

    makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat

    menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

    Pengendalian dilakukan di asrama haji, di pesawat, dan di Arab

    Saudi.

  • 44

    Pemeriksaan dan pemantauan higiene-sanitasi makanan di

    pesawat ditujukan untuk memeriksa makanan dan minuman yang

    disajikan di pesawat, bersamaan dengan pemeriksaan higiene-

    sanitasi pesawat.

    Pemeriksaan dan pemantauan higiene-sanitasi makanan di Arab

    Saudi ditujukan pada jasaboga masal bagi jemaah dan petugas

    PPIH non kloter serta jemaah sakit di BPHI.

    Pencegahan dan Penanggulangan KLB-musibah masal

    Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

    kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara

    epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

    Pada umumnya penyebab KLB adalah penyakit menular atau

    keracunan.

    Penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan merupakan

    salah satu kegiatan dari keseluruhan upaya pencegahan dan

    penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan yang

    bertujuan mencegah terjadinya KLB penyakit menular dan

    keracunan, dan apabila terjadi KLB maka dapat dideteksi dini,

    diikuti dengan respon penanggulangan KLB sehingga jumlah

    penderita dan kematian minimal serta KLB dapat ditanggulangi.

    Upaya pencegahan dan penanggulangan KLB penyakit menular

    dan keracunan bagi jemaah haji terdiri dari :

  • 45

    1. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan respon KLB

    2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan

    imunisasi dan peningkatan daya tahan jemaah haji,

    pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku jemaah haji

    3. Penanggulangan KLB

    Pemberangkatan jemaah haji Indonesia dikelola secara

    berombongan melalui paket perjalanan yang diselenggarakan

    sebagai jemaah haji reguler oleh Pemerintah maupun Perjalanan

    Ibadah Haji Khusus yang dikelola swasta. Pada operasional haji,

    KLB dapat terjadi pada rombongan jemaah haji sejak berangkat

    dari daerah tempat tinggal jemaah, di embarkasi dan debarkasi,

    perjalanan di pesawat, dan selama di Arab Saudi serta sampai 14

    hari pertama tiba di tanah air, baik disebabkan penyakit-penyakit

    menular endemis di Indonesia, maupun penyakit menular di dalam

    perjalanan ibadah haji dan keracunan makanan atau keracunan

    bahan beracun lainnya.

    Penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan pada

    jemaah haji yang selanjutnya disebut sebagai penanggulangan KLB

    adalah serangkaian kegiatan yang dapat memberikan pertolongan

    penderita dan mencegah kematian dan KLB dapat tertanggulangi.

    Upaya penanggulangan KLB sendiri terdiri dari kegiatan

    penyelidikan epidemiologi, penanganan korban (penderita),

    mencegah dan menghentikan perkembangan dan perluasan

    kejadian serta pelaksanaan surveilans pada KLB yang sedang

    terjadi.

  • 46

    Luas terjadinya KLB dapat terbatas hanya pada jemaah haji saja

    atau juga terjadi pada masyarakat sekitar. Upaya penanggulangan

    KLB selama di Indonesia merupakan subsistem kegiatan

    penanggulangan KLB yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat sesuai

    peraturan perundangan yang berlaku.

    Apabila terjadi KLB dalam perjalanan di Indonesia, maka tanggung

    jawab operasional penanggulangan ada pada bupati/walikota dan

    gubernur daerah tempat KLB terjadi, yang secara teknis

    dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat. Khusus apabila

    terjadi KLB di dalam wilayah embarkasi/debarkasi dan di bandara,

    maka tanggung jawab operasional ada pada Panitia Penyelenggara

    Ibadah Haji Embarkasi/Debarkasi, yang secara teknis dilaksanakan

    oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi/Debarkasi

    Bidang Kesehatan dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan

    setempat.

    Penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas dapat tercapai

    dengan baik apabila dilaksanakan kesiapsiagaan menghadapi

    kemungkinan terjadi KLB penyakit menular dan keracunan bagi

    jemaah haji yang terdiri dari : kesiapan tim penanggulangan KLB

    yang didukung oleh tenaga profesional, kesiapan logistik dan

    sarana pendukung lainnya, kesiapan metode penanggulangan

    yang disusun dalam suatu pedoman serta referensi atau konsultasi

    penanggulangan KLB

  • 47

    Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans

    Pada suatu KLB, penyelidikan epidemiologi segera dilakukan

    sebelum 24 jam sejak mengetahui adanya KLB atau adanya

    indikasi KLB, dan kemudian dilaksanakan kembali sesuai dengan

    perkembangan penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan

    KLB. Penyelidikan epidemiologi pada KLB setidaknya-tidaknya

    bertujuan untuk :

    1) Mengetahui gambaran epidemiologi KLB

    2) Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit

    KLB;

    4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

    penyakit KLB

    5) Menentukan cara penanggulangan KLB

    Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara

    penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya

    penanggulangan KLB, termasuk tatacara bagi petugas penyelidikan

    epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah.

    Surveilans pada saat wabah dilaksanakan lebih intensif untuk

    mengetahui perkembangan penyakit menurut tempat, waktu dan

    tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya

    penanggulangan yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-

    kegiatan sebagai berikut :

    1) Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-

    pos kesehatan dan unit-unit kesehatan lainnya, membuat

  • 48

    tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis

    kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data

    menurut tempat.

    2) Mengadakan pertemuan berkala untuk membahas

    perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan KLB

    yang telah dilaksanakan

    3) Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya

    penanggulangan KLB

    Hasil penyelidikan epidemiologis dan surveilans secara teratur

    disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri ub. Direktur Jenderal

    sebagai laporan perkembangan penanggulangan KLB

    Laporan KLB 24 jam berisi :

    1. Tanggal pelaporan

    2. Tempat dan waktu kejadian berlangsung

    3. Diagosis KLB sementara

    4. Jumlah penderita dan meninggal

    5. Gejala dan tanda penyakit yang ditemukan pada

    penderita (distribusi gejala), serta bukti pemeriksaan

    laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya

    6. Upaya-upaya yang telah dilakukan dan yang akan

    dilakukan

    7. Nama dan nomor telepon orang yang dapat dihubungi

    untuk penjelasan lebih lanjut.

  • 49

    Laporan Kejadian Luar Biasa Penyakit di daerah dibuat oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan pada Bupati/Walikota

    setempat, dengan tembusan kepada PPIH embarkasi/debarkasi ub.

    bidang kesehatan. PPIH embarkasi/debarkasi meneruskan laporan

    tersebut kepada Menteri Kesehatan, ub. Dirjen PP & PL, dan

    Gubernur ub. Dinas Kesehatan Embarkasi/Debarkasi

    Laporan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan di

    Embarkasi/Debarkasi, dibuat oleh PPIH embarkasi/debarkasi

    bidang kesehatan dan disampaikan pada Menteri Kesehatan ub.

    KKP embarkasi/debarkasi dan Gubernur ub. Dinas Kesehatan

    Provinsi

    Laporan Penyelidikan Epidemiologi

    Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan pada saat awal kejadian

    (Penyelidikan Epidemiologi Awal KLB), ditengah-tengah kejadian

    (Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB).

    Laporan Penyelidikan Epidemiologi Awal KLB

    1. Tanggal Laporan

    2. Tanggal Penyelidikan Epidemiologi dilakukan

    3. Nama anggota tim dan HP

    4. Tempat atau Identitas Kelompok Jemaah yang mendapat KLB

    5. Jumlah penderita dan kematian

    6. Distribusi Gejala dan tanda-tanda serta temuan laboratorium

  • 50

    7. Periode KLB (awal dan akhir KLB/jika KLB masih berlangsung

    berarti ditulis saat penyelidikan), Kurva epidemi, dan

    gambaran epidemiologi menurut ciri-ciri epidemiologi

    8. Simpulan diagnosis KLB, kondisi pada saat penyelidikan serta

    risiko perluasan

    Laporan Penyelidkan Epidemiologi KLB

    1. Tanggal Laporan

    2. Tanggal Penyelidikan Epidemiologi dilakukan

    3. Nama anggota tim dan HP

    4. Tempat atau Identitas Kelompok Jemaah yang mendapat KLB

    5. Jumlah penderita dan kematian

    6. Distribusi Gejala dan tanda-tanda serta temuan laboratorium

    7. Periode KLB (awal dan akhir KLB/jika KLB masih berlangsung

    berarti ditulis saat penyelidikan), Kurva epidemi, dan

    gambaran epidemiologi menurut ciri-ciri epidemiologi

    8. Simpulan diagnosis KLB, kondisi pada saat penyelidikan serta

    risiko perluasan

    Laporan Penanggulangan KLB

    Setiap adanya KLB, selalu diikuti dengan serangkaian kegiatan

    penanggulangan KLB. Perkembangan KLB dan upaya-upaya

    penanggulangan yang telah dan sedang dilakukan secara teratur

    direkam dalam sebuah Laporan Penanggulangan KLB. Laporan

    Penanggulangan KLB dibagi menjadi 2 laporan : Laporan

  • 51

    Perkembangan dan Penanggulangan KLB dan laporan Akhir

    Penanggulangan KLB.

    Laporan Perkembangan dan Penanggulangan KLB terdiri dari

    serangkaian informasi sebagai berikut :

    1. Tanggal Pelaporan

    2. Jumlah penderita dan kematian serta populasi yang berisiko

    KLB

    3. Gambaran epidemiologi termutakhir (kurva epidemi, distribusi

    menurut kaidah epidemiologi, peta) yang menunjukkan

    perkembangan dan perluasan KLB.

    4. Upaya-upaya penanggulangan yang telah dilaksanakan dan

    rencana penanggulangan lebih lanjut, baik terhadap upaya

    penanganan penderita, upaya pengendalian faktor risiko yang

    ada pada jemaah maupun pada lingkungan.

    C. Pelacakan Kasus Pasca Ibadah Haji

    Jemaah haji yang baru saja tiba di daerah (14 hari pertama

    kedatangan) dan mengalami gangguan kesehatan dapat

    memeriksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit dengan

    membawa Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). Selanjutnya,

    petugas kesehatan melengkapi Kartu Kewaspadaan Kesehatan

    Jemaah Haji (K3JH) sebagai instrumen pemantauan kesehatan

    pasca haji dan segera melaporkan ke dinas kesehatan setempat

  • 52

    sebagai bagian dari kewaspadaan kemungkinan adanya penyakit

    menular yang dibawa jemaah haji dari Arab Saudi.

    Pelacakan kemungkinan terbawanya penyakit menular oleh jemaah

    haji pasca ibadah haji juga dapat dilakukan secara aktif oleh

    petugas kesehatan puskesmas dan dinas kesehatan

    kabupaten/kota dengan mendatangi jemaah haji.

    Dengan keterbatasan petugas kesehatan, maka perlu diupayakan

    peran aktif jemaah haji dalam melaporkan kondisi kesehatannya

    dalam kurun waktu empat belas hari sejak kepulangannya ke

    Indonesia, dengan menyerahkan K3JH kepada petugas kesehatan

    puskesmas setempat, sekalipun tidak mengalami gangguan

    kesehatan.

  • 53

    POKOK BAHASAN 3BAHASAN I

    PROGRAM BIMBINGAN DAN PENYULUHAN PADA

    JEMAAH HAJI

    A. Prosedur Umum Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan

    pada Jemaah Haji dan UKBM

    Prosedur umum bimbingan dan penyuluhan kesehatan calon

    jemaah haji adalah tata cara untuk mendapatkan bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan kesehatan. Bimbingan dan penyuluhan

    kesehatan tersebut dilakukan 2 (dua) cara yaitu pertama dilakukan

    pada saat bimbingan manasik haji bekerjasama dengan KUA dan

    kedua dilakukan bekerjasama dengan masyarakat yang difasilitasi

    oleh puskesmas.

    Prosedur Umum Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan

    Haji

    1. Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan Haji

    a Calon jemaah haji setelah memeriksakan kesehatannya di

    Puskesmas berhak mendapatkan bimbingan dan penyuluhan

    kesehatan haji.

    b Calon jemaah haji mendapatkan bimbingan dan penyuluhan

    kesehatan di tingkat Puskesmas yang ditunjuk, sesuai

    dengan tempat tinggal / domisili calon jemaah haji tersebut.

    c Biaya bimbingan dan penyuluhan kesehatan ditanggung

    oleh calon jemaah haji. Besarnya biaya bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan mengikuti ketentuan Peraturan

    Daerah (PERDA) atau ketentuan yang berlaku di daerah.

  • 54

    d Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan manasik kesehatan

    haji dimulai sejak calon jemaah haji mendapatkan nomor

    porsi sampai masuk asrama haji.

    Prosedur Umum Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan

    Haji berbasis UKBM

    a. Dinas kesehatan kabupaten / kota membuat surat

    pemberitahuan kepada Puskesmas untuk melakukan

    orientasi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di UKBM.

    b. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan dikoordinasi

    sepenuhnya oleh kepala Puskesmas dengan

    mengintegrasikan kegiatannya ke UKBM yang ada.

    c. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Berbasis UKBM

    dilakukan di sarana UKBM yang ditunjuk.

    d. Biaya bimbingan dan penyuluhan kesehatan ditanggung oleh

    calon jemaah haji. Besarnya biaya bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan mengikuti ketentuan Peraturan

    Daerah atau peraturan lain yang berlaku.

    e. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Berbasis UKBM

    dilakukan sepanjang tahun sampai masyarakat

    mendapatkan porsi jemaah haji.

    B. Prosedur Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan pada

    Jemaah Haji dan UKBM

    Prosedur bimbingan dan penyuluhan calon jemaah haji adalah tata

    cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi calon

  • 55

    jemaah haji bertempat di Puskesmas (untuk bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan Manasik Kesehatan Haji) dan sarana UKBM

    yang tersedia (untuk bimbingan dan penyuluhan kesehatan

    Berbasis UKBM).

    1. Prosedur Bimbingan dan penyuluhan Kesehatan Manasik

    Kesehatan Haji

    a. Petugas Puskesmas telah mengetahui data calon jemaah

    haji di Puskesmas dari Kandepag.

    b. Metode Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan Haji

    antara lain :

    1. Penyuluhan langsung

    Melakukan penyuluhan langsung kepada peserta

    manasik haji dengan teknik ceramah dan tanya jawab.

    2. Focus group discussion

    Melakukan diskusi tentang topik yang penting, peserta

    dibagi atas beberapa kelompok sedangkan pembimbing

    manasik bertindak sebagai narasumber atau sebagai

    fasilitataor

    3. Konsultasi dan konseling kesehatan haji

    Jemaah haji melakukan pertemuan secara individu

    kepada dokter puskesmas yang difasilitasi oleh

    pembimbing manasik kesehatan haji

    4. Simulasi manasik kesehatan haji

    Jemaah haji dengan bantuan pembimbing manasik

    kesehatan haji melakukan peniruan kegiatan

  • 56

    pemanfaatan pelayanan kesehatan, pertolongan

    pertama dan lain-lain selama di Arab Saudi.

    5. Gladi manasik kesehatan haji.

    Secara massal peserta manasik kesehatan haji

    melakukan pengulangan

    pengulangan problem solving yang telah disiapkan oleh

    fasilitator.

    6. Demonstrasi manasik kesehatan haji.

    Peragaan yang dilakukan baik oleh peserta maupun

    oleh narasumber yang

    difaslilitasi oleh pembimbing manasik kesehatan haji.

    c Bimbingan dan penyuluhan kesehatan calon jemaah haji

    berisikan kegiatan bimbingan dan penyuluhan meliputi

    bimbingan dan penyuluhan sebagai berikut :

    1. Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri

    Materi ini menjelaskan bagaimana jemaah haji mencari

    pelayanan kesehatan baik di kloter, sektor, daker

    maupun Rumah sakit di Arab Saudi.

    Disamping itu jemaah haji secara mandiri

    diperkenalkan penyakit dan masalah kesehatan

    reproduksi dan vaksinasi.( referensi : buku saku berhaji

    sehat, buku bimbingan manasik kesehatan haji dll)

    2. Aklimatisasi

    Materi ini menjelaskan terutama situasi dan kondisi

    alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya,

  • 57

    pondokan, sarana dan prasarana, sosial dan budaya. (

    referensi : buku saku berhaji sehat, buku bimbingan

    manasik kesehatan haji dll)

    3. Latihan kebugaran

    Materi ini menjelaskan cara-cara untuk mencapai

    kebugaran dengan melaksanakan praktek kebugaran

    jasmani. ( referensi : buku saku berhaji sehat, buku

    bimbingan manasik kesehatan haji dll)

    4. Pengaturan Gizi

    Materi ini menjelaskan pengaturan makanan/diet bagi

    jemaah haji selama melaksanakan ritual haji. ( referensi

    : buku saku berhaji sehat, buku bimbingan manasik

    kesehatan haji dll)

    5. PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat)

    Materi ini menjelaskan kepada jemaah haji bagaimana

    tatacara berperilaku

    hidup bersih dan sehat selama melaksanakan ibadah

    haji. ( referensi : buku saku berhaji sehat, buku

    bimbingan manasik kesehatan haji dll)

    6. Kesehatan penerbangan

    Materi ini menjelaskan bagaimana resiko kesehatan

    yang akan terjadi selama dalam penerbangan, serta

    cara mengatasinya. ( referensi : buku saku berhaji

    sehat, buku bimbingan manasik kesehatan haji dll)

    7. Pemantauan status kesehatan jemaah haji oleh

    Puskesmas.

  • 58

    Materi ini adalah menyangkut tatacara petugas

    kesehatan puskesmas melakukan pemantauan

    (surveilans kesehatan haji) selama melaksanakan

    manasik haji, misalnya saat praktek ritual di kabah

    percontohan diamati dan di observasi aktifitas calon

    jemaah haji apakah ada problem kesehatan pada

    jemaah haji. ( referensi : buku saku berhaji sehat, buku

    bimbingan manasik kesehatan haji dll)

    d. Hasil bimbingan dan penyuluhan dicatat dalam formulir

    kohor kesehatan haji dan disimpan di Puskesmas

    e. Rekapan hasil bimbingan dan penyuluhan kesehatan di rekap

    oleh petugas Dinas Kesehatan Kab/Kota.

    2. Prosedur Bimbingan dan penyuluhan Kes. Haji Berbasis UKBM

    a. Petugas Puskesmas mencatat calon jemaah haji yang telah

    memeriksa kesehatan di puskesmas.

    b. Melalui kader kesehatan haji mengundang calon jemaah haji

    untuk datang ke sarana pembinaan kesehatan haji di UKBM

    sesuai dengan jadwal yang telah disusun.

    c. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan berbasis UKBM terdiri

    dari :

    1). Pemantauan status kesehatan calon jemaah haji

    secara rutin yang dikoordinir petugas Puskesmas

    yang diukur paramaeter penting seperti tekanan

    darah, urine, gula darah, cholesterol, massa tulang,

    dan pemeriksaan lab lainnya jika dicurigai ada

    penyakit menular tertentu seperti TB, dll.

  • 59

    2). Konsultasi kesehatan.

    Jemaah haji secara individu melakukan konsultasi

    kesehatannya kepada petugas Puskesmas, jadwal

    konsultasi dilakukan sesuai kesepakatan dengan

    petugas.

    3). Latihan kebugaran jasmani.

    Jemaah haji melakukan latihan senam dan

    kebugaran jasmani secara berkelompok

    4). Test kemandirian.

    Jemaah haji di nilai tingkat kemandiriannya melalui

    barthel test indeks oleh petugas puskesmas

    5). Pencatatan dan pelaporan

    Petugas puskesmas mencatata hasil kegiatannya

    dalam formulir kohor kesehatan haji dan disimpan di

    Puskesmas.

    C. Standar Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan

    Standar bimbingan dan penyuluhan adalah spesifikasi minimal

    yang harus dipenuhi dalam bimbingan dan penyuluhan kesehatan

    agar dapat diperoleh manfaat pelayanan kesehatan secara

    maksimal.

    1. Standar Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan Haji

    a. Bimbingan dan penyuluhan Kesehatan dilakukan oleh

    Tenaga Puskesmas atau tenaga kesehatan terlatih yang

    memenuhi kualifikasi/standar.

  • 60

    b. Bimbingan dan penyuluhan calon jemaah haji yang

    menyangkut masalah kesehatan reproduksi wanita dilakukan

    oleh tenaga puskesmas wanita, atau tenaga puskesmas Pria

    dengan didampingi petugas puskesmas wanita.

    c. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi Calon Jemaah

    Haji (CJH) dapat dikelompokkan menjadi bimbingan

    dan penyuluhan manasik kesehatan haji, bimbingan dan

    penyuluhan berbasis UKBM.

    1) Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan Haji

    adalah bimbingan dan penyuluhan yang harus dilakukan

    pada semua CJH.

    Sebelumnya petugas Puskesmas telah memperoleh data

    hasil pemeriksaan yang digunakan sebagai data awal

    untuk pembinaan calon jemaah haji yang terdiri dari :

    (dicuplik dari data hasil pemeriksaan pertama )

    i. Identitas,

    ii. Riwayat Kesehatan ( Sekarang dan dahulu )

    iii. Riwayat Penyakit Keluarga

    iv. Fisik, meliputi :

    Tanda vital

    Postur tubuh

    Kepala

    Toraks/ Paru-paru

    Kardiovaskuler

    Abdomen

    Kesehatan Jiwa

  • 61

    Laboratorium

    Darah

    Urin

    a) Bimbingan dan penyuluhan berbasis UKBM adalah

    mata rantai bimbingan dan penyuluhan yang

    dilakukan sebelum bimbingan dan penyuluhan

    manasik kesehatan haji.

    2. Standar Bimbingan dan penyuluhan Berbasis UKBM

    a. Bimbingan dan penyuluhan Kesehatan dilakukan oleh Tim

    Bimbingan dan penyuluhan yang memenuhi kualifikasi/

    standar.

    b. Kelengkapan data bimbingan dan penyuluhan meliputi hasil

    bimbingan dan penyuluhan berbasis UKBM dan bimbingan

    dan penyuluhan manasik kesehatan haji.

    c. Hasil Bimbingan dan penyuluhan tersebut harus dapat

    menggambarkan tingkat partisipasi Masyarakat dalam

    pengelolaan kesehatan calon jemaah haji.

    d. Hasil Bimbingan dan penyuluhan tersebut merupakan

    bahan laporan Dinas kesehatan Kab / Kota dan ditembuskan

    secara akumulatif kepada Departemen Kesehatan melalui

    dinas kesehatan provinsi.

    Perkembangan kelompok bimbingan manasik kesehatan haji

    : yaitu penilaian yang dilakukan oleh Puskesmas pada status

    bimbingan manasik haji dibagi menjadi 4 tingkatan :

  • 62

    Pratama dengan ciri : jenis kegiatannya terbatas,

    pelaksanaanya tidak rutin < 12 kali, jumlah kader

    terbatas, masih memerlukan dukungan dana dari

    pemerintah

    Madya dengan ciri : pelaksanaannya 12 kali , jumlah kader

    aktif lebih dari 3 orang, cakupan kegiatan

  • 63

    Medis / paramedis atau penyuluh kesehatan Puskesmas yang

    ditunjuk melakukan bimbingan dan penyuluhan harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    a Fungsional medis / paramedis atau fungsional penyuluh

    kesehatan

    b Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai

    Tim Pembina dan penyuluh Kesehatan.

    c Sudah pernah melaksanakan haji atau didampingi oleh

    yang sudah pernah berhaji.

    d Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam

    melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan

    dengan pendekatan manajemen risiko.

    2. Standar Pembimbing dan Penyuluh kesehatan haji Berbasis

    UKBM

    Medis / paramedis, petugas laoratorium, dan penyuluh

    kesehatan Puskesmas yang ditunjuk sebagai ketua Tim

    pembimbing dan Penyuluh kesehatan haji, sedangkan Kader

    Pembimbing dan Penyuluh kesehatan haji memfasilitasi dan

    mencatat kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan

    sebagai berikut :

    Terdaftar sebagai Kader UKBM

    Diutamakan yang sudah pernah melaksanakan haji

    Sudah dilatih sebagai kader pembimbing dan penyuluh

    kesehatan haji

    Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu

    bimbingan dan penyuluhan kesehatan.

  • 64

    E. Standar Fasilitas Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan

    Haji

    Standar fasilitas kesehatan adalah rumusan kriteria tempat dan

    fasilitas minimal yang harus tersedia untuk mencapai standar

    bimbingan dan penyuluhan yang ditetapkan.

    3. Standar Fasilitas Bimbingan dan penyuluhan Manasik Kesehatan

    Haji

    Bimbingan dan penyuluhan kesehatan Manasik Kesehatan Haji

    bertempat di Puskesmas atau sarana lain yang disepakati oleh

    Tim dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

    a. Memiliki staf fungsional dokter

    b. Memiliki staf fungsional perawat

    c. Memiliki fasilitas laboratorium sederhana

    4. Standar Fasilitas Bimbingan dan penyuluhan Berbasis UKBM

    Bimbingan manasik kesehatan haji berbasis UKBM dilaksanakan

    di Pos-Pos atau tempat ibadah yang disepakati oleh TIM

    dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

    d. Memiliki staf fungsional dokter

    e. Memiliki staf fungsional perawat

    Memiliki fasilitas laboratorium sederhana.

  • 65

    LAMPIRAN

    Lampiran 1

    SURAT KETERANGAN

    PEMERIKSAAN KESEHATAN PERTAMA

    Golongan Darah

    Kode Diagnosis

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Mengingat sumpah/janji jabatan dan tugas sebagai

    dokter sesuai Surat Keputusan tentang Penunjukan Tim

    Pemeriksa Kesehatan Pertama, dengan ini menerangkan

    bahwa :

    Nama jemaah haji : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    bin/binti............................................

    Umur : . . . . . . . . tahun

  • 66

    Jenis Kelamin : Pria/Wanita (coret yang tidak

    perlu)

    Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .

    Telah diperiksa pada tanggal ..... bulan ...... tahun 20.....,

    dengan kesimpulan bahwa yang diperiksa :

    Memenuhi syarat kesehatan dengan baik Memenuhi syarat kesehatan dengan perhatian

    Memenuhi syarat kesehatan dengan catatan Tidak memenuhi syarat kesehatan.

    Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan pertama ini

    dipergunakan sebagai persyaratan untuk mengikuti

    perjalanan ibadah haji tahun

    .. 20

    Dokter Pemeriksa

    Dr. .

    NIP/NRPTT:

    Keterangan :

    *) Kode diagnosis ditulis menurut kode ICD-X

    Dibuat rangkap 3 untuk keperluan :

    1. Kantor Departemen Agama

    2. Jemaah Haji yang bersangkutan

    Pas Foto 4 x 6 cm

  • 67

    3. Arsip

    PENATALAKSANAAN IMUNISASI Meningitis

    meningokokus

    1. Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen pada jemaah

    haji diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke

    Arab Saudi.

    2. Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak

    keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan profilaksis

    dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal.

    3. Komposisi Vaksin dan Kemasan

    Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat polisakarida

    murni yang diambil dari bahan Neisseria meningitidis

    group ACW135Y. Tersedia dua bentuk kemasan, yaitu

    dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis).

    4. Cara Penyimpanan Vaksin

    a. Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 - 8 C.

    b. Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar

    5. Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi

  • 68

    a. Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut disedot ke

    dalam semprit kemudian dimasukkan ke dalam botol

    vaksin, kocok perlahan-lahan sampai vaksin larut semua.

    b. Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam termos es

    atau lemari es dengan suhu 2- 80 C.

    c. Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk umur 2 tahun

    ke atas dan 0,3 cc untuk umur dibawah 2 tahun.

    d. Kulit di lengan kiri atas didesinfeksi dengan kapas

    alkohol kemudian dengan menggunakan semprit 1 cc

    vaksin disuntikkan secara subkutan dalam.

    e. Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa vaksin yang

    telah dipakai tidak dapat digunakan lagi setelah delapan

    jam.

    6. Anti bodi terbentuk 10 hari setelah penyuntikan vaksin.

    Efikasi Vaksin 95%.

    7. Kontra Indikasi

    Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka

    atau alergi terhadap fenol.

    8. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

    a. Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak

    kemerahan (skin rash) yang sangat ringan dan dapat

    terjadi syok/renjatan anafilaksis.

    b. Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan Adrenalin

    1 : 1000 dengan dosis 0,2 0,3 cc secara intra muskuler

    (IM).

  • 69

    c. Untuk tindakan pengamanan, setelah dilakukan

    penyuntikan vaksin meningitis meningokokus tetravalen

    dianjurkan menunggu 30 menit.

    9. Pencatatan

    a. Setelah dilakukan penyuntikan vaksin meningitis

    meningokokus tetravalen kemudian diterbitkan Surat

    Keterangan Imunisasi Meningitis Meningokokus yang

    ditandatangani oleh dokter yang tergabung dalam Tim

    Pemeriksa Kesehatan. kemudian dicatat pada kartu

    International Certificate of Vaccination (ICV): nama

    jemaah haji, nomor paspor (bila sudah ada), tanggal

    penyuntikan vaksin, nama vaksin, nomor vaksin (batch

    number), dan dosis.

    b. Surat Keterangan Imunisasi Meningitis Meningokokus

    menjadi dasar penerbitan ICV oleh pihak yang

    berwenang di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

    Embarkasi Haji.

    c. Bagi jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi

    Meningitis meningokokus tetravalen harus dilakukan

    penyuntikan vaksin di pelabuhan Embarkasi dan

    diberikan Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai

    profilaksis . Selanjutnya diterbitkan ICV untuk jemaah

    tersebut.

    Lampiran 3

  • 70

    Surat Keterangan Vaksinasi

    Lembar Pernyataan ini diberikan kepada :

    Nama :

    .....................................................................................

    bin/bt

    .........................................................................

    Lahir : ...................Tgl : ..../..../......... Kelamin :

    Pria/Wanita

    No. Identitas : .......................................... Suku Bangsa :

    (KTP/SIM/Passpor*)

    sebagai Keterangan Telah Mendapatkan Imunisasi bagi

    Jemaah Haji Indonesia bahwa yang bersangkutan telah

    mendapatkan vaksinasi atau menerima profilaksis untuk

    mencegah kejadian penularan penyakit selama

    melaksanakan ibadah haji, sesuai ketentuan Regulasi

    Kesehatan Internasional (International Health

    Regulation).

    Vaksin atau

    Profilaksis &

    Dosis

    Tanggal

    Pemberian

    Tanda Tangan &

    Nama Dokter

    Penanggung

    Jawab

    Pabrikan & No. Batch

    Vaksin/Profilaksis

    Masa

    Berlaku

    Instansi

    1.

    2.

  • 71

    3.

    Lampiran 4

    BARTHEL INDEKS JEMAAH HAJI

    Penilaian berikut diadaptasikan untuk menilai

    kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Hasil

    penilaian berupa kesanggupan untuk melakukan aktifitas

    yang dinilai dengan ukuran-ukuran berikut secara

    mandiri, perlu pendampingan/ pengawasan, perlu

    bantuan atau ketergantungan.

    Bagian 1 : Penilaian fungsi Perawatan Diri

    Klien_______________________________Tanggal

    menaksir____________________

    FUNGSI

    S

    K

    O

    R

    KETERANGAN

  • 72

    1. Pola

    Defekasi 0

    Inkontinensia/tak

    teratur (perlu

    enema)

    1

    Kadang

    inkontinensia

    (sekali seminggu)

    2 Teratur

    2. Pola

    Berkemih 0

    Inkontinensia,

    atau pakai kateter

    & tak terkontrol

    1

    Kadang

    inkontinensia

    (maks. 1x24 jam)

    2 Teratur (untuk

    lebih dari 7 hari)

    3. Membersihk

    an Diri

    (melap

    muka,

    menyisir

    rambut,

    menyikat

    gigi)

    0 Butuh pertolongan

    orang lain

    1 Mandiri

    4. Penggunaan

    Toilet

    Pergi ke dan

    0

    Tergantung

    pertolongan orang

    lain

  • 73

    dari wc

    (melepas,

    memakai

    celana,

    menyeka,

    menyiram)

    2

    Perlu pertolongan

    beberapa aktivitas

    tapi dapat

    mengerjakan

    sendiri beberapa

    aktivitas yang lain

    3 Mandiri.

    5. Makan 0 Tidak mampu

    1

    Perlu seseorang

    menolong

    memotong tahu/

    tempe/ Daging

    menu sayur dll.

    2 Mandiri.

    6. Berpindah

    tempat

    dari tidur ke

    ke duduk

    dan

    sebagainya.

    0 Tidak mampu

    1

    Perlu bantuan

    untuk bisa duduk

    (2 org)

    2 Bantuan minimal

    (1 orang).

    7. Mobilitas /

    Berjalan 0

    Tidak mampu

    (imobil)

    1 Bisa berjalan

    dengan kursi roda

  • 74

    2

    Berjalan dengan

    bantuan satu

    orang

    3 Mandiri

    8. Berpakaian

    (memakai

    baju)

    0 Tergantung orang

    lain

    1

    Sebagian dibantu

    (misal

    mengancing baju)

    2 Mandiri.

    9. Naik turun

    tangga

    0 Tidak mampu

    1 Butuh pertolongan

    2 Mandiri (naik

    turun)

    10. Mandi 0

    Tergantung orang

    lain

    1 Mandiri.

    Skor BAI 2

    0 Mandiri

    1

    2

    -

    1

    9

    Ketergantungan

    Ringan

  • 75

    9

    -

    1

    1

    Ketergantungan

    Sedang

    5

    -

    8

    Ketergantungan

    Berat

    0

    -

    4

    Ketergantungan

    Total

    Bagian 2: Penilaian Fungsi Kerumahtanggaan dalam

    Aktivitas keseharian

    Klien_________________________________Tanggal

    menaksir__________________

    N

    O