Growth Horone Compabiliy
-
Upload
ekha-kartika -
Category
Documents
-
view
230 -
download
2
description
Transcript of Growth Horone Compabiliy
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup mengalami penambahan tinggi, penambahan besar diameter.
Begitu juga manusia juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang
baru lahir tentu berbeda dengan orang dewasa. Seiring waktu pertumbuhannya,
bukan hanya ukuran tubuh saja yang menjadi lebih besar namun hal-hal lain juga
menjadi semakin matang. Tidak seperti pada makhluk hidup lainnya, pada manusia
perkembangan bukan hanya menyangkut masalah kemampuan berkembang biak,
namun juga banyak aspek lainnya. Misalnya kemampuan berfikir dan kemampuan
emosional. Pada makalah ini kami menjelaskan bagaimana pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia.
Hormon pertumbuhan manusia atau yang biasa disebut dengan somatotropin
atau HGH (Human Growth Hormon) adalah suatu hormon anabolik yang berperan
sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh, terutama pada masa anak-
anak dan puberitas. Growth Hormone berperan meningkatkan ukuran dan volume
dari otak, rambut, otot dan organ-organ di dalam tubuh. HG bertanggung jawab atas
pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai diatumbuh besar. Selain itu, terdapat
juga, hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat
sekresi dari somatotropin atau Growth Hormon yang disebut somatostatin atau
growth hormone-inhibiting hormone.
Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah makalah tentang hormon
somatotropin/ somatostatin dan metabolismenya.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas sedikit banyaknya
tentang hormon pertumbuhan pada manusia. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan tentang hormon pertumbuhan untuk para pembaca
semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Growth Hormon/ Somatotropin
A. Pengertian Growth Hormon/ Somatotropin
Growth hormone adalah hormon polipeptida, terdiri dari 191 asam
amino. Hormon pertumbuhan (Growth hormone = GH) atau yang disebut
juga somatotropic hormone (SH) atau hormon somatotropin adalah hormon
polipeptida yang memiliki berat molekul 22.000. waktu paruh dalam plasma
antara 15 sampai 20 menit setelah disekresikan atau diinjeksikan intra vena.
Growth hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari
proses fisiologis kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Hormon pertumbuhan berikatan dengan suatu protein
yang identik dengan bagian pengikat-hormon dari reseptor hormon
pertumbuhan.
Gambar 1. Hormon Pertumbuhan
B. Letak Growth Hormon/ Somatotropin
Hormon pertumbuhan diproduksi di pituattary gland, yang berlokasi pada
bagian bawah otak diantara sinus sphenoidalis pada rongga tulang yang kecil yang
disebut sella tursika. Pituattary gland mensekresi hormon dari dua lobus yang
berbeda anterior dab posterior.
Gambar 3. Letak Kelenjar Pituitari
Gambar 4. Kelenjar Pituitari
C. Fungsi Fisiologis dan Efek Metabolik Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan berbeda dengan hormon-hormon lainnya, tidak berfungsi
pada organ sasarannya dan berpengaruh secara langsung terhadap seluruh atau
hampir seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk tumbuh. Hormon ini
menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan
bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel tertentu
seperti sel pertumbuhan tulang dan sel otot awal.
Selain dari efek umum hormon pertumbuhan dalam menyebabkan pertumbuhan,
hormon pertumbuhan juga mempunyai efek pada proses-proses metabolisme tubuh
sebagai berikut :
1. Meningkatkan penyimpanan protein dan kecepatan sintesis protein dalam
sebagian besar sel tubuh.
2. Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak, meningkatkan asam
lemak bebas dalam darah dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk
energi.
3. Menurunkan kecepatan penggunaan karbohidrat di seluruh tubuh
Hormon pertumbuhan meningkatkan penyimpanan protein dalam jaringan
melalui berbagai mekanisme, yaitu
a. peningkatan pengangkutan asam amino melalui membrane plasma
b. peningkatan translasi RNA menyebabkan sintesis protein oleh ribosom
c. peningkatan transkripsi nucleus DNA untuk membentuk RNA
d. penurunan katabolisme protein dan asam amino
Efek metabolik berikutnya yaitu peningkatan pemakaian lemak untuk energi
sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu
meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA) dan
kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh hormon
pertumbuhan, lebih disukai memakai lemak sebagai energi daripada memakai
karbohidrat dan protein. Namun dibawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan
yang berlebihan, pengangkutan lemak dari jaringan lemak menjadi sangat besar
sehingga sejumlah besar asam asetoasetat dibentuk oleh hati dan dilepaskan ke dalam
cairan tubuh dengan demikian menyebabkan ketosis. Pengangkutan lemak yang
berlebihan dari jaringan lemak ini juga sering menyebabkan perlemakan hati.
Hormon pertumbuhan menyebabkan berbagai efek yang mempengaruhi
metabolism karbohidrat, meliputi :
1. mengurangi ambilan glukosa di dalam jaringan seperti otot skeletal dan lemak
2. meningkatkan produksi glukosa oleh hati
3. meningkatkan sekresi insulin
Setiap perubahan tersebut disebabkan oleh resistensi insulin akibat pengaruh
hormon pertumbuhan yang melemahkan kerja insulin dalam merangsang
pengambilan dan pemakaian glukosa di dalam otot skeletal dan lemak, dan dalam
menghambat glukoneogenesis (produksi glukosa) oleh hati. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa darah dan peningkatan kompensasi
sekresi insulin. Karena alasan inilah efek hormon pertumbuhan disebut diabetogenik,
dan sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan
metabolik yang sangat mirip dengan gangguan metabolik pada pasien diabetes tipe II
(tidak tergantung insulin) yang juga sangat resisten terhadap efek metabolik insulin.
Efek hormon pertumbuhan terhadap pertumbuhan kartilago dan tulang
meliputi:
1. peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang
menyebabkan pertumbuhan tulang
2. meningkatkan kecepatan reproduksi sel-sel ini
3. efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, sehingga
menyebabkan timbunan tulang yang baru.
Hormon pertumbuhan memperlihatkan keseimbangan positif untuk N, P, Na,
K, Ca dan Cl, unsur-unsur terpenting untuk membangun jaringan baru. Nitrogen
terutama terdapat dalam asam amino dibawah pengaruh hormone pertumbuhan
jumlah asam amino yang dibawa ke dalam jaringan untuk membentuk protein
meningkat, sehingga kadar N dalam darah (urea) menurun, sesuai dengan efek
anaboliknya.
Baik pada anak-anak ataupun dewasa, hormon pertumbuhan mempunyai efek
anabolik pada otot dan katabolik pada sel-sel lemak sehingga terjadi peningkatan
masa otot dan pengurangan jaringan lemak terutama di daerah pinggang. Terhadap
Metabolisme karbohidrat, hormon pertumbuhan dan IGF-1 sama-sama mempunyai
efek yang berlawanan pada sensitivitas terhadap insulin.
D. Sekresi Growth Hormon/ Somatotropin
Sekresi hormone pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus
faktor penglepas hormon pertumbuhan (GHRF = Growth Hormone Releasing Factor)
yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga
dijumpai Stomatosatin (GH-RIH = growth hormone releasing inhibator hormone)
yang menghambat sekresi beberapa hormone antara lain hormone pertumbuhan.
Dengan demikian, hipotalamus memegang peran dwifungsi dalam pengaturan
hormone ini.
Gambar 5. Mekanisme kontrol sekresi growth hormone
Pelepasan GH juga diregulasi oleh respon neurohormonal. Rangsangan
kolinergik meningkatkan sekresi GH dengan menghambat pelepasan somatostatin,
sedangkan rangsang |-adrenergik memiliki efek yang berlawanan. Respon perifer
juga mempengaruhi sekresi GH. Ini dapat terjadi melalui somatostatin yang juga
diproduksi pada jaringan lain atau hormon ghrelin yang diproduksi di lambung.
Ghrelin dapat memicu sel somatotrof untuk memproduksi GH. Hormon-hormon lain
yang dapat mempengaruhi GH adalah kortisol, thyroid releasing hormone (TRH),
leptin, seks steroid, dan hormon tiroid. Kortisol dan TRH dapat menghambat sekresi
GH sedangkan hormon tiroid dan seks steroid memicu pelepasan GH. Keadaan-
keadaan seperti aktivitas fisik, starvasi, anoreksia, stres dan jumlah jam tidur dapat
menstimulasi sekresi GH. Sedangkan depresi, hiperglikemia, dan obesitas
menurunkan GH basal, tetapi menstimulasi sekresi GH.
Growth hormone sendiri menghambat pelepasannya melalui mekanisme
umpan balik. Hal ini terjadi melalui beberapa jalur yang diperankan oleh GH maupun
Insulin like growth factor (IGF-1). Sel somatotrof dapat dihambat secara langsung
melalui rangsangan produksi IGF- 1 lokal maupun melalui hambatan pada GHRH
dan stimulasi somatostatin oleh GH. Mekanisme lainnya adalah melalui IGF-1 yang
sebagian besar diproduksi di hati akibat rangsangan GH. Insulin like growth factor
tersebut dapat menghambat sintesis GHRH dan merangsang sintesis somatostatin.
Mekanisme kontrol sekresi GH dapat dilihat pada Gambar 5.
Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth
hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis
kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Ada
dua mekanisme GH dalam bekerja, yaitu secara langsung dan tidak langsung:
1. Secara langsung
Secara langsung GH menyebabkan lipolisis, meningkatkan transportasi asam
amino ke jaringan, sintesis protein dan glukosa di hati serta beberapa efek langsung
pada pertumbuhan tulang rawan.
2. Secara tidak langsung
Secara tidak langsung GH bekerja melalui IGF-1 yang dihasilkan oleh
berbagai jaringan sebagai respon terhadap GH. IGF-1 dalam sirkulasi terikat pada 6
spesifi c binding potein dalam beberapa kombinasi. IGFbinding protein (IGFBP)
yang utama adalah IGFBP-3 yang merupakan 95 % dari semua binding protein.
Jaringan yang memproduksi IGF-1 antara lain hati, otot, tulang, tulang rawan, ginjal
dan kulit. Sebagian besar IGF-1 yang dilepas disirkulasi berasal dari hati.
E. Defisiensi Growth Hormon/ Somatotropin
Faktor- faktor yang berperan dalam patofisiologi defisiensi GH, antara lain:
1. Adiposity
Keadaan obesitas dapat menyebabkan penurunan sekresi GH, tidak hanya
pada usia tua namun juga pada usia muda, terutama pada obesitas sedang dan
berat.
2. Berkurangnya produksi hormon seks steroid
Penurunan kadar estrogen pada wanita dan testosteron pada pria dapat
mempengaruhi sekresi GH.
3. Kebugaran fisik yang menurun
Kapasitas aerobik mempunyai hubungan dengan konsentrasi serum GH 24
jam.
4. Tidur terganggu
Sekresi GH dapat dipengaruhi pola tidur yang berubah karena terjadinya
terutama selama tidur dalam gelombang lambat (slow-wave sleep).
5. Malnutrisi
Status nutrisi yang rendah berpengaruh negatif terhadap sintesis dan daya
kerja IGF-1.
Kekurangan hormon pertumbuhan dapat disebabkan oleh efek pada hipofisis anterior
(hiposekresi) atau pun sekunder yaitu disfungsi hipotalamus (defisiensi GHRH).
1. Akibat dari kekurangan hormon ini pada masa anak-anak yaitu cebol (dwarfism).
Gambaran utamanya yaitu perawakan yang pendek karena retardasi pertumbuhan
tulang. Gambaran penunjang antara lain: gangguan pertumbuhan otot akibat
penurunan sintesis protein otot, mobilisasi lemak sub kutis yang minim.
Pertumbuhan anak tidak sesuai dengan rentang umur yang tepat, contohnya:
ketika berumur 10 tahun, mempunyai tinggi badan yang seharusnya dimiliki oleh
anak berumur 5 tahun.
2. Selain itu dikenal tipe kelainan lain yaitu cebol laron (laron dwarfism). Pada
kelainan ini, gambaran yang tampak pada penderita sama dengan penderita
dengan defisiensi hormon pertumbuhan. Tetapi, pada penderita cebol laron ini,
kadar hormon pertumbuhan dalam darahnya adekuat seperti orang normal. Cebol
laron seperti yang telah dibahas diatas disebabkan karena sensitivitas reseptor
hormon pertumbuhan menurusn sehingga efek dari hormon tersebut tidak tercapai
secara optimal.Selain itu, cebol laron ini memiliki jenis lain dimana disebabkan
oleh defisiensi somatomedin. Dwarfism berkaitan dengan pubertas dimana
mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin. Apabila defisiensi hormon
pertumbuhan sangat parah, penderita bisa mengalami kegagalan untuk pubertas.
Akan tetapi, konsentrasi hormon pertumbuhan berada di bawah kadar fisiologis
mengalami keterlambatan pubertas.
Defisiensi GH menunjukkan gejala yang menyerupai gejala yang identik
dengan keluhan-keluhan umum yang dialami pada penuaan. Pada laki-laki, penuaan
dan defisiensi growth hormone sama-sama berhubungan dengan penurunan protein
sintesis, massa bebas lemak, dan mineral tulang serta peningkatan lemak tubuh.
Gejala dan tanda adanya penurunan GH antara lain:
Status kesehatan secara umum dirasakan menurun
Gangguan kenyamanan secara psikologis, perasaan tertekan, kecemasan, emosi
tidak stabil
Kelelahan
Berkurangnya energi dan vitalitas
Kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin
Berkurangnya massa bebas lemak
Volume cairan ekstraseluler berkurang
Bertambahnya lemak total dan di daerah perut
Berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas berolahraga
Berkurangnya densitas mineral tulang
Penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL)
Peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL)
Penurunan aliran darah ginjal
Penurunan basal metabolic rate
Penurunan ambang anaerohik
F. Hipersekresi Growth Hormon/ Somatotropin
Bila kelebihan hormon ini terjadi pada masa pertumbuhan akan mengakibatkan
pertumbuhan yang tidak terkendali/menjadi lebih cepat. Pertumbuhan yang seperti
ini dikenal dengan gigantisme. Jika terjadi pada masa anak-anak, gejala yang nampak
adalah adalah tinggi yang sangat mencolok (lebih dari 2 meter). Tinggi yang
bertambah sangat signifikan ini tanpa mengganggu proporsi tubuh. Kelebihan
hormon ini juga mengakibatkan otot yang membesar dan jaringan-jaringan lain ikut
tumbuh besar melebihi kapasitas saat normal. Oleh karena itu terapi yang diberikan
pada penderita gigantisme ini adalah pengangkatan tumor penyebab (utama) dan
pemberian somatostatin (tambahan).
Sedangkan bila kelebihan hormon ini terjadi pada masa dewasa akan
mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal pada beberapa bagian organ tubuh.
Hal yang paling terlihat adalah pertumbuhan jari tangan yang tidak normal, seperti
membesar seperti bengkak serta raut wajah yang kelihatan lebih tebal kulitnya, dagu
memanjang. Pertumbuhan yang seperti ini dikenal dengan akromegali.
Akromegali ditandai dengan pembesaran ukuran tulang selain tulang pipa.
Gejala yang tampak antara lain: penonjolan tulang rahang dan pipi, jari-jari tangan
dan kaki menebal, sinus paranasalis dan sinus frotalis menjadi besar, tonjolan
supraorbita menjadi semakin nyata, dan terjadi deformitas mandibula di sertai
timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat
menggigit. pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi akan menjadi renggang,
lidah juga menjadi membesar sehingga penderita sulit untuk berbicara, suara menjadi
lebih dalam akibat penebalan pita suara Komplikasi dari kelainan ini adalah
gangguan pada saraf perifer dimana terjepitnya saraf-saraft tertentu saat pertumbuhan
tulang yang berlebihan. Komplikasi lainnya berupa: gangguan penglihatan dan
hipopituitarisme. Gangguan penglihatan disebabkan posisi kelenjar hipofisis
berdekatan dengan kiasma optikus; pertumbuhan berlebihan menekan daeerah
kiasma ini. Tumor dapat berkembang merusak jaringannya sendiri. Jika dibiarkan
dalam waktu yang relatif lama, kelenjar hipofisis akan rusak sendiri (sangat
mengancam hidup manusia).
2.2 Somatostatin
Pankreas terdiri dari dua jenis jaringan utama yakni (1) Acini, yang
menyekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, dan (2) pulau-pulau
Langerhans, yang langsung menyekresi insulin dan glukagon ke dalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau Langerhas, setiap pulau
Langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh
kapiler kecil yang merupakan tempat hormon disekresi oleh sel-sel tersebut.
Pulau Langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta, dan
delta, yang dapat dibedakan satu sama lain melalui ciri morfologi dan
pewarnaannya.
Sel alfa, yang kira-kira mencakup 25 % dari seluruh sel, menyekresi
glukagon. Sel beta, yang kira-kira mencakup 60 % dari semua sel pulau,
terutama berada di bagian tengah setiap pulau dan menyekresi insulin dan
amilin. Sel delta, yang kira-kira mencakup 10 % dari seluruh sel, menyekresi
somatostatin. Untuk lebih jelasnya, dilihat pada gambar.
Pada pembahasan kali ini, kami lebih menjelaskan mengenai somatostatin.
Somatostatin (bahasa Inggris: growth hormone-inhibiting hormone, somatotropin
release-inhibiting factor, GHIH, SRIF) adalah hormon peptida yang mengendalikan
sistem endokrin dan berpengaruh terhadap transmisi sinyal saraf dan perkembangan
sel tubuh. GHIH mempunyai dua bentuk dari irisan sebuah preproprotein, satu
dengan 14 asam amino dan 28 asam amino.
Somatostatin pertama kali diisolasi dari hipolatalamus sebagai faktor yang
menghambat sekresi “growth hormone/somatotropin”. Merupakan peptida siklik
yang disekresi oleh dan disintetis di dalam sel D pulau Langerhans pada pankreas.
Selain di di pulau Langerhans somatostatin dijumpai di hipotalamus, jaringan
gastrointestinal, dan sistem saraf pusat (mungkin sebagai neurotransmiter).
Somatostatin terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi pada pulau pankreas daripada
hipotalamus. Prohormon somatostatin yang besar (BM kira-kira 11.500) mula-mula
diproses menjadi menjadi peptida 28 asam amino dan akhirnya menjadi molekul
yang mempunyai berat molekul 1.640 dan berisi 14 asam amino.
Adapun peran dari somatostatin:
1. Somatostatin menghambat sekresi hormon pertumbuhan
2. Menghalangi ketosis pada kondisi defisiensi akut insulin (menghambat kerja
glukagon untuk lipolisis saat kondisi insulin rendah)
3. Mengurangi pengangkutan nutrien dari traktus gastrointestinal ke dalam sirkulasi
darah, karena:
hormon ini memperpanjang waktu pengosongan lambung
mengurangi sekresi gastrin, sehingga produksi asam lambung menurun
mengurangi sekresi kelenjar eksokrin pankreas (enzim pencernaan)
mengurangi aliran darah splanknikus
memperlambat absorbsi gula
Somatostatin memiliki efek penghambat sebagai berikut:
Bekerja secara lokal di dalam pulau langerhan guna menekan sekresi insulin
dan glukagon.
Menurunkan gerakan lambung, duodenum, dan kandung empedu.
Mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pengaruh hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) pada tubuh
manusia yaitu dapat meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot
dan organ-organ di dalam tubuh. HG bertanggung jawab atas pertumbuhan
manusia sejak dari kecil sampai dia tumbuh besar.
b. Saran
Untuk menambah wawasan hendaknya pembaca menggunakan buku yang lain
sebagai bahan referensi. Mencari dan mengidentifikasi hormon-hormon
pertumbuhan sehingga dapat diketahui jenis hormone pertumbuhan yang
memiliki tingkat bioaktivitas yang optimum.