Glaukoma Yang Diinduksi Steroid
-
Upload
lalu-zulhirsan -
Category
Documents
-
view
137 -
download
11
description
Transcript of Glaukoma Yang Diinduksi Steroid
GLAUKOMA YANG DIINDUKSI KORTIKOSTEROID
Oleh :
Maria Lisdiana
H1A 006 028
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011
Douglass J. Rhee, MD, Steven Gedde, MD. Glaukoma yang diinduksi obat.
Latar belakang
Beberapa obat memiliki potensi untuk menaikkan tekanan intraokular melalui
mekanisme sudut terbuka dan sudut tertutup. Glaukoma yang diinduksi steroid
merupakan bentuk dari glaukoma sudut terbuka yang dihubungkan dengan penggunaan
steroid topikal, tetapi dapat juga bersamaan dengan steroid inhalasi, oral, intravena,
periokuler atau intravitreal.
Sudut terbuka
Kenaikan TIO yang diinduksi obat umumnya karena mekanisme sudut terbuka.
Kortikosteroid merupakan kelas obat yang dapat menyebabkan kenaikan TIO. Tidak
semua pasien yang menggunakan kortikosteroid dapat menyebabkan kenaikan TIO.
Faktor risikonya pada penderita yang sudah menderita glaukoma primer sudut terbuka,
riwayat keluarga terdapat glaukoma, miopia yang tinggi, diabetes melitus, dan riwayat
penyakit jaringan ikat (arthritis reumatoid).
Jumlah pasien yang berespon terhadap kenaikan TIO berbeda-beda sehubungan
dengan cara pemberian obat. Sebagian besar pasien berespon terhadap kortikosteroid
topikal yang diteteskan (termasuk juga krim pada area periorbita) atau injeksi
intravitreal. Oleh karena itu untuk menurunkan frekuensi dan insidensi kenaikan TIO
yaitu dengan menggunakan cara pemberian secara intravena, parenteral dan inhalasi.
Pada pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang dapat tidak terdiagnosis
dengan kenaikan TIO di mana dapat berakhir dengan kerusakan nervus optikus.
Kenaikan TIO yang diinduksi oleh steroid dapat terjadi dalam beberapa minggu
sejak pemberian awal steroid. Pada banyak kasus, TIO dapat menurun secara spontan
dalam beberapa minggu sampai bulan setelah steroid dihentikan. Pada kasus yang
jarang, TIO tetap meninggi. Sebagai tambahan, ada beberapa pasien yang dalam kondisi
tertentu mengharuskan tetap mengonsumsi steroid sekalipun meningkatkan TIO. Pasien
tersebut diobati seperti pengobatan glaukoma sudut terbuka primer.
Patofisiologi sudut terbuka
Kenaikan TIO karena steroid secara sekunder dapat meningkatkan resistensi
pengeluaran akuos humor. Beberapa evidens menunjukkan bahwa defek dapat
ditingkatkan oleh akumulasi glikosaminoglikan atau peningkatan produksi protein pada
anyaman trabekula yang diinduksi oleh respon glukokortikoid, sehingga mengakibatkan
obstruksi aliran keluar akuos humor. Evidens yang lain mengarah pada sitoskeletal yang
diinduksi oleh kortikosteroid sehingga dapat menghambat pinositosis dari akuos humor
atau menghambat penghilangan glikosaminoglikan sebagai hasil terjadinya akumulasi
substansi ini.
Ras
Tidak ada perbedaan dalam berespon terhadap kenaikan TIO yang diinduksi steroid.
Jenis kelamin
Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam berespon terhadap kenaikan TIO yang
diinduksi steroid.
Umur
Kenaikan TIO yang diinduksi steroid dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi anak
kecil lebih sedikit.
Riwayat
Anamnesis keadaan pasien saat ini
Gejala
Kenaikan TIO terjadi secara perlahan-lahan, sama dengan glaukoma primer sudut
terbuka, sehingga gejala sangat sedikit.
Gejala gangguan penglihatan hampir sama dengan glaukoma akut primer sudut
tertutup.
Riwayat penyakit mata/pengobatan sebelumnya
Riwayat penyakit sistemik yang memerlukan penggunaan kortikosteroid jangka
panjang (uveitis, penyakit kolagen vaskular, asma, dermatitis)
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka, riwayat keluarga menderita
glaukoma primer sudut terbuka, diabetes melitus, miopia yang tinggi, atau penyakit
jaringan ikat yang mempunyai resiko tinggi berespon terhadap steroid.
Pemeriksaan fisik
Adapun pemeriksaan oftalmik yang dilakukan :
Visus dan refraksi
Pupil, tes untuk mengetahui apakah ada defek pada aferen pupil dikarenakan
pengobatan topikal secara unilateral atau apabila serangan hanya terkena pada satu
mata.
Pemeriksaan luar, menggunakan senter untuk mengindentifikasi sudut mata
yang sempit.
Pemeriksaan dengan slit lamp, mengeliminasi penyebab lain dari glaukoma
sekunder.
- Kornea, krukenberg spindle (glaukoma pigmentasi), keratitis presipitat
(glaukoma uveitis, Fuchs heterochromic iridocyclitis)
- Bilik mata depan, mengukur kedalam bilik mata depan untuk melihat adanya
penyempitan sudut BMD
- Iris, heterochromia (Fuchs heterochromic iridocyclitis), iris transillumination
defects (psudoexfoliation, pigment dispersion, episode sudut tertutup
sebelumnya)
- Lensa, material pseudoexfoliation (glaukoma pseudoexfoliation)
Pemeriksaan gonioskopi, memeriksa sudut BMD untk mengidentifikasi apakah
sudutnya termasuk risiko terjadinya oklusi saat berdilatasi
Pemeriksaan dilatasi, inspeksi nervus optikus untuk melihat kerusakannya akibat
glaukoma
Etiologi
Glaukoma yang diinduksi oleh steroid, mekanismenya adalah sudut terbuka.
Diagnosis diferensial
Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma bertekanan rendah
Glaukoma pigmentasi
Glaukoma uveitis
Diagnosis
Pemeriksaan lapang pandang ; humphrey, octopus, goldmann
Pengobatan
Medikamentosa
Apabila pasien dalam kondisi yang dapat mentoleransi penghentian
kortikosteroid, maka penghentian kortikosteroid dapat menormalkan TIO.
Pada kasus penggunaan kortikosteroid topikal drop, gunakan kortikosteroid yang
paling lemah potensinya seperti bentuk fosfat dari prednisolon, deksametason,
rimeksolon, loteprednol etabonat, florometolon, atau medrison, dapat
dipertimbangkan. Obat-obat tersebut memiliki efek yang kecil dalam menaikkan
TIO, tetapi obat tersebut tidak seefektif obat antiinflamasi. Obat antiinflamasi
nonsteroid topikal (diklofenac, ketorolac) adalah alternatif yang tidak mempunyai
efek meningkatkan TIO, tapi mungkin obat tersebut tidak mempunyai cukup
aktivitas antiinflamasi untuk mengobati pasien dengan kondisi tertentu.
Terkadang, terdapat pasien dengan TIO yang tidak kembali normal setelah
penghentian kortikosteroid atau pasien di mana harus mengonsumsi kortikosteroid
terus menerus, sehingga penanganannya harus menggunakan penanganan standar
glaukoma.
Pembedahan
Jika terapi medikamentosa tidak efektif dalam menurunkan TIO sesuai target
atau pasien tidak berespon dengan terapi, maka indikasi untuk dilakukan terapi
pembedahan.
Pada pasien dengan sudut terbuka dan tidak terdapat inflamasi intraokular,
trabekuloplasti laser argon dapat menurunkan TIO.
Pada pasien di mana terapi obat dan laser tidak berhasil dalam menurunkan TIO
secara adekuat, maka terapi bedah dapat dipertimbangkan. Biasanya trabekulektomi
(teknik filtrasi) dengan atau tanpa metabolit intraoperatif merupakan prosedur
utama. Pada kasus di mana mata terdapat neovaskularisasi aktif atau inflamasi maka
drainase glaukoma dapat digunakan sebagai prosedur utama.
Konsultasi
Jika TIO tidak terkontrol, pasien dirujuk ke spesialis glaukoma.
Pengobatan
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan menghindari
komplikasi.
Agonis adrenergic
Obat topikal (simpatomimetik) mnurunkan produksi aqueos humor dan menurunkan
resistensi pembuangan aquos humor. Kadang digunakan bersamaan dengan agonis
kolinergik seperti pilokarpin. Efek sampingnya berupa mlut kering.
a. Apraclonidine (Iopidine) 0,5%, 1%
Menurunkan TIO baik yang tidak disertai dengan glaukoma. Selektif terhadap
alfa adrenergik tanpa aktifitas anestesi lokal yang signifikan. Mempunyai efek
kardiovaskular yang sangat ringan.
Dosis dewasa : 1 tetes 3 kali sehari
Interaksi obat : monitor nadi dan tekanan darah saat diberikan bersamaan dengan
obat jantung, tidak digunakan dengan MAO
Kontraindikasi : hipersensitifitas, pasien dalam pengobatan dengan MAO atau
14 hari setelah mengonsumsinya
Pencegahan : risiko pada fetus ditemukan pada penelitian dengan hewan sedang
pada manusia belum dilakukan; dapat digunakan jika keuntungan lebih besar
dibanding risiko pada fetus. Hati-hati penggunaannya terhadap penderita
insufisiensi koroner, gagal ginjal kronik, infark miokard, penyakit
serebrovaskular, penyakit Raynaud, obliteran tromboangitis, dan pada pasien
depresi.
Beta bloker
Topikal antagonis reseptor beta adrenergik menurunkan produksi humor aquos oleh
badan siliar. Efek sampingnya karena absorpsi sistemik yaitu menaikkan kardiak output
dan bronkokonstriksi. Pada pasien yang rentan, dapat menyebabkan bronkospasme,
bradikardi, heart blok, atau hipotensi. Monitor keadaan nadi dan tekanan darah pasien.
Anxietas dan depresi dapat terjadi pada beberapa pasien serta dapat terjadi kekambuhan
disfungsi seksual.
Timolol (betimol, timoptic) 0.25%, 0.5%
Dapat menurunkan kenaikan TIO atau normal TIO, dengan atau tanpa glaukoma dengan
mereduksi produksi humor aquos.
Dosis dewasa/anak: 1 tetes 2 kali sehari pada mata yang terkena.
Interaksi obat : dapat menyebabkan bradikardi dan asistol bila dikombinasikan dengan
beta bloker sistemik
Kontraindikasi : hipersensitifitas, asma bronkial, sinus bradikardi, AV blok derajat 2
dan 3, PPOK, gagal jantung, dan syok kardiogenik.
Pencegahan : risiko ditemukan pada fetus dalam penelitian dengan hewan, sedang pada
manusia tidak diketahui; namun dapat digunakan jika keuntungan lebih besar dibanding
risiko pada fetus. Obat tersebut dapat mengandung sulfites sehingga dapat terjadi reaksi
alergi pada orang-orang tertentu.
Simpatomimetik
Meningkatkan pengeluaran humor aquos melalui anyaman trabekula dan keluar melalui
jalur uveoskleral oleh aksi agonis beta 2. lebih dari sepertiga pasien tidak berespon
terhadap obat ini.
Epinephrine (epifrin) 0.5%, 1%, 2%
Menurunkan TIO dengan menaikkan pengeluaran aquos humor dan mereduksi humor
aquos. Digunakan sebagai tambahan terapi beta bloker atau miotik. Kombinasi
simpatomimetik dengan miotik dapat menimbulkan efek tambahan dalam menurunkan
TIO.
Dosis dewasa : 1 tetes 2-4 kali sehari
Interaksi : meningkatkan toksisitas beta dan alfa bloker dan anestesi inhalasi halotan
Kontraindikasi : hipersensitifitas, glaukoma sudut sempit, afakia
Pencegahan : risiko ditemukan pada fetus dalam penelitian dengan hewan, sedang pada
manusia tidak diketahui; namun dapat digunakan jika keuntungan lebih besar dibanding
risiko pada fetus. Hati-hati pada orang tua, prostat hipertrofi, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes melitus, hipertiroid, dan insufiensi serebrovaskular.
Inhibitor karbonic anhidrase
Menurunkan sekresi humor aquos dengan menginhibisi karbonic anhidrase pada badan
siliar. Pada glaukoma sudut tertutup, pemberiannya secara sistemik, sedangkan pada
glaukoma sudut terbuka, digunakan secara topikal. Efek samping relatif jarang terjadi
tetapi dapat terjadi keratitis pungtata, asidosis, parestesia, mual, depresi dan kelesuan.
Dorzolamide HCl (trusopt) 2%
Digunakan bersamaan dengan obat topikal lainnya untuk menurunkan TIO. Apabila
penggunaan lebih dari 1 macam obat, berikan dengan selang 10 menit.
Dorzolamide merupakan inhibitor karbonic anhidrase yang bersifat reversibel yang
dapat menurunkan sekresi humor aquos. Obat ini juga memperlambat formasi ion
bikarbonat sehingga mereduksi garam dan cairan. Absorpsi sistemik dapat memberikan
efek karbonic anhidrase pada ginjal, menurunkan sekresi ion hdrogen pada tubulus renal
dan menaikkan sekresi garam, kalium bikarbonat dan air pada ginjal.
Dosis dewasa : 1 tetes 3 kali sehari pada mata yang terkena.
Interaksi : pemberian bersama dengan salisilat dosis tinggi dapat meningkatkan
toksisitas, dapat mempunyai efek sistemik tambahan apabila pasien sudah mengonsumsi
inhibitor karbonic anhidrase.
Kontraindikasi : hipersensitifitas
Pencegahan : risiko ditemukan pada fetus dalam penelitian dengan hewan, sedang pada
manusia tidak diketahui; namun dapat digunakan jika keuntungan lebih besar dibanding
risiko pada fetus. Efek sampign pada mata berupa konjungtivitis, dan reaksi kelopak
mata apabila digunakan jangka lama (hentikan terapi dan evaluasi pasien sebelum terapi
dilanjutkan).
Obat miotik (parasimpatomimetik)
Mengkontraksi muskulus siliaris, mengencangkan anyaman trabekular dan melancarkan
aliran keluar humor aquos. Hasilnya terjadi miosis pupil. Efek sampingnya meliputi
nyeri kening, miopia, dan menurunkan penglihatan pada cahaya yang sedikit.
Pilocarpin (pilocar, pilagan, pilogen) 1%, 2%, 4%
Secara langsung menstimulasi reseptor kolinergik pada mata, menurunkan resistensi
pengeluaran aquos humor.
Individu dengan pigmentasi iris yang berlebih memerlukan kekuatan obat yang lebih
tinggi. Apabila pengobatan glaukoma juga diberikan sebelum tidur, maka gunakan tetes
minimal 5 menit sebelum menggunakan gel.
Dosis dewasa : bentuk solution 1-2 tetes 2-3 kali sehari. Bentuk gel : 0,5 inchi pada
konjungtiva inferior pada mata yang terkena, saat tidur.
Interaksi : dapat tidak efektif bila digunakan bersamaan dengan agen antiinflamasi
steroid.
Kontraindikasi : hipersensitifitas, penyakit inflamasi akut pada bilik mata depan
Pencegahan : risiko ditemukan pada fetus dalam penelitian dengan hewan, sedang pada
manusia tidak diketahui; namun dapat digunakan jika keuntungan lebih besar dibanding
risiko pada fetus. Hati-hati pada gagal jantung akut, ulkus peptuk, hipertiroid, spasme
gastrointestinal, asma bronkial, parkinson, obstruksi saluran kemih dan hipertensi atau
hipotensi.
Analog prostaglandin
Meningkatkan pengeluaran aquos humor melalui uveoskleral. Mekanismenya melalui
induksi metalloproteinase pada badan siliar, di mana akan merusak matriks
ekstraselular, mereduksi retensi pengeluaran melalui badan siliar. Obat ini juga dapat
diberikan bersama dengan beta bloker, alfa agonis atau inhibitor korbonic anhidrase
topikal. Banyak pasien berespon baik terhadap obat tersebut. Efek samping meliputi
pigmentasi iris, edema makula, dan uveitis.
Latanaprost (xalatant) 0.005%
Menurunkan TIO dengan menaikkan pengeluaran aquos humor.
Dosis dewasa : 1 tetes (1,5 mcg) pada mata yang terkena setiap menjelang waktu tidur.
Frekuensi yang lebih sering dapat menurunkan efektifitasnya.
Follow up
Perawatan komplikasi
Direkomendasikan kepada semua pasien yang menggunakan steroid jangka
panjang untuk dievaluasi keadaan matanya.
Pasien dengan kortikosteroid topikal harus di-follow up pada jarak tertentu oleh
ahli oftalmologis untuk memonitor keadaan okular dan TIO. TIO yang diinduksi
oleh kortikosteroid dapat terjadi selama 2-6 minggu setelah pemakaian steroid awal.
Setelah penghentian kortikosteroid, TIO akan kembali normal pada beberapa
minggu sampai bulan. Pada pasien dengan kondisi tertentu yang mendapat
kortikosteroid dapat difollow up dalam jangka waktu tertentu untuk melihat
kenaikan TIO dan derajat kerusakan nervus optikus serta kerusakan lapang pandang.
Pasien yang telah menjalani terapi pembedahan harus difollow up secara
konsisten dengan perawatan pos operatif
Pencegahan
Obat yang berpotensi menginduksi glaukoma harus digunakan jika terdapat indikasi.
Jika obat tersebut harus digunakan maka TIO harus dimonitor
Komplikasi
Glaukoma yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan penglihatan secara
permanen.
Prognosis
Baik bila TIO terkontrol.
Edukasi pasien
Direkomendasikan untuk semua pasien yang menggunakan kortiksteroid dalam jangka
waktu yang lama untuk menjalani pemeriksaan oftalmologis secara rutin.