Gizi Buruk

74
Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk by Indonesia Bebas Gizi Buruk on Tuesday, September 1, 2009 at 7:51am Sudah agak lama saya tidak update masalah gizi buruk, baik di blog maupun di cause. Meski begitu saya menjadi kepala institusi yang bisa langsung berhadapan dengan kasus-kasus sehingga setiap tahun saya pasti punya kegiatan yang langsung bersentuhan dengan penderita. Saya akan cerita tentang kegiatan di puskesmas saya yang berkaitan dengan penanggulangan gizi buruk di Kecamatan Krejengan. Foto-foto dari kegiatan ini saya update berdasarkan pelaksanaan kegiatannya. Dua tahun ini kami selalu menganggarkan kegiatan penanggulangan gizi buruk dengan format kegiatan seperti ini : 1. Penemuan Kasus Gizi Buruk 2. Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk 3. Pencegahan Kasus Gizi Buruk Penemuan Kasus Gizi Buruk Sebagaimana yang tercantum dalam buku petunjuk teknis kegiatan ini dilaksanakan sebagai berikut : 1. Balita hasil penimbangan di Posyandu yang berat badannyan berada Bawah Garis Merah (BGM) di KMS dikumpulkan datanya dari tiap desa. By Name. 2. Dengan menggunakan Ambulance Desa, secara bergiliran dalam 4-6 hari kami melakukan rujukan ke Puskesmas Induk untuk dilakukan antropometri ulang. Seringkali pengukuran yang dilakukan kader juga ada yang keliru. Tahun 2008 data BGM di desa ada 307 tapi setelah di antropometri ulang ternyata hanya 237. 3. Pada kegiatan ini sudah bisa ditentukan status gizi balita yang masuk program penanggulangan gizi buruk.

description

Pengertian Gizi Buruk

Transcript of Gizi Buruk

Page 1: Gizi Buruk

Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk

by Indonesia Bebas Gizi Buruk on Tuesday September 1 2009 at 751amSudah agak lama saya tidak update masalah gizi buruk baik di blog maupun di cause Meski begitu saya menjadi kepala institusi yang bisa langsung berhadapan dengan kasus-kasus sehingga setiap tahun saya pasti punya kegiatan yang langsung bersentuhan dengan penderita Saya akan cerita tentang kegiatan di puskesmas saya yang berkaitan dengan penanggulangan gizi buruk di Kecamatan Krejengan Foto-foto dari kegiatan ini saya update berdasarkan pelaksanaan kegiatannya

Dua tahun ini kami selalu menganggarkan kegiatan penanggulangan gizi buruk dengan format kegiatan seperti ini

1 Penemuan Kasus Gizi Buruk 2 Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk 3 Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Penemuan Kasus Gizi Buruk

Sebagaimana yang tercantum dalam buku petunjuk teknis kegiatan ini dilaksanakan sebagai berikut

1 Balita hasil penimbangan di Posyandu yang berat badannyan berada Bawah Garis Merah (BGM) di KMS dikumpulkan datanya dari tiap desa By Name

2 Dengan menggunakan Ambulance Desa secara bergiliran dalam 4-6 hari kami melakukan rujukan ke Puskesmas Induk untuk dilakukan antropometri ulang Seringkali pengukuran yang dilakukan kader juga ada yang keliru Tahun 2008 data BGM di desa ada 307 tapi setelah di antropometri ulang ternyata hanya 237

3 Pada kegiatan ini sudah bisa ditentukan status gizi balita yang masuk program penanggulangan gizi buruk

1 Bila z-score BBTB lt-2 maka balita langsung masuk pada CTC (Community Based Therapeutical Center) Penanggulangan terapi gizi buruk dengan berbasis masyarakat Nanti di bagian bawah akan saya jelaskan apa itu CTC

2 Bila z-score BBTB lt-3 maka balita akan masuk dalam rawat inap TFC (Therapeutical Feeding Center)

3 Bila ia menunjukkan gejala marasmik kwashiorkor kwashiorkor biasanya karena sudah ada oedema maka biasanya berat badan tidak bisa lagi dijadikan patokan yang digunakan adalah tanda-tanda klinis Pasien yang demikian atau pasien A atau B dengan penyakit komplikasi yang berat dilakukan rujukan ke RS

4 Setelah dilakukan penimbangan kami memberikan obat cacing zinc syrup dan PMT ala kadarnya

Dibawah ini adalah foto-foto dan keterangan pada saat kegiatan penemuan gizi buruk sedang dilakukan

Melakukan persiapan di halaman depan puskesmas Alat dan bahan (obat cacing dan zinc syrup)

Balita BGM mulai berdatangan dan mulai diadakan pendataan dan pengecekan ulang apakah memang balita tersebut BGM

Pengukuran antropometri pun dilakukan anak ditimbang diukur panjang badan atau tinggi badan dengan menggunakan micro toa di dinding (tidak terlihat pada foto2 diatas) diukur lingkar lengan atas (LILAMUAC) dan Lingkar Kepala (LIKAHC) Setelah itu boss di pojok

kanan bawah itu menentukan status gizi dengan memasukkan semua data tadi ltdel datetime=2009-08-19T212253+0000gtpada laptopnya ssssaaahhh ltdelgt

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 2: Gizi Buruk

4 Setelah dilakukan penimbangan kami memberikan obat cacing zinc syrup dan PMT ala kadarnya

Dibawah ini adalah foto-foto dan keterangan pada saat kegiatan penemuan gizi buruk sedang dilakukan

Melakukan persiapan di halaman depan puskesmas Alat dan bahan (obat cacing dan zinc syrup)

Balita BGM mulai berdatangan dan mulai diadakan pendataan dan pengecekan ulang apakah memang balita tersebut BGM

Pengukuran antropometri pun dilakukan anak ditimbang diukur panjang badan atau tinggi badan dengan menggunakan micro toa di dinding (tidak terlihat pada foto2 diatas) diukur lingkar lengan atas (LILAMUAC) dan Lingkar Kepala (LIKAHC) Setelah itu boss di pojok

kanan bawah itu menentukan status gizi dengan memasukkan semua data tadi ltdel datetime=2009-08-19T212253+0000gtpada laptopnya ssssaaahhh ltdelgt

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 3: Gizi Buruk

Balita BGM mulai berdatangan dan mulai diadakan pendataan dan pengecekan ulang apakah memang balita tersebut BGM

Pengukuran antropometri pun dilakukan anak ditimbang diukur panjang badan atau tinggi badan dengan menggunakan micro toa di dinding (tidak terlihat pada foto2 diatas) diukur lingkar lengan atas (LILAMUAC) dan Lingkar Kepala (LIKAHC) Setelah itu boss di pojok

kanan bawah itu menentukan status gizi dengan memasukkan semua data tadi ltdel datetime=2009-08-19T212253+0000gtpada laptopnya ssssaaahhh ltdelgt

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 4: Gizi Buruk

Pengukuran antropometri pun dilakukan anak ditimbang diukur panjang badan atau tinggi badan dengan menggunakan micro toa di dinding (tidak terlihat pada foto2 diatas) diukur lingkar lengan atas (LILAMUAC) dan Lingkar Kepala (LIKAHC) Setelah itu boss di pojok

kanan bawah itu menentukan status gizi dengan memasukkan semua data tadi ltdel datetime=2009-08-19T212253+0000gtpada laptopnya ssssaaahhh ltdelgt

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 5: Gizi Buruk

kanan bawah itu menentukan status gizi dengan memasukkan semua data tadi ltdel datetime=2009-08-19T212253+0000gtpada laptopnya ssssaaahhh ltdelgt

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 6: Gizi Buruk

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score lt-2 diberikan Pirantel Pamoat dan Zinc Syrup Agar tidak mengundang kecemburuan ada yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing saja yang dibagikan Itupun hanya yang memasuki kriteria

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 7: Gizi Buruk

Dasar nasib lagi mujur sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini kami drop karena tidak ada dana Hari pertama pemeriksaan eh kok kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat ada keramaian karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample hellip tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang berombongan dan masih menunggu temannya sample yang dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil Semoga saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg berbau2 lsquoformularsquo Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan atau anemia-nya menderita kecacingan Pemeriksaan tinja untuk kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan tahun ini

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 8: Gizi Buruk

belum ada sumber daya belum mencukupi Jadi otomatis pukul rata saja dulu

Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut Depkes) Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan menggunakan software WHO anda bisa download disini

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 amp Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk

TFC [Therapeutical Feeding Center] TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk Tapi yang dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak disertai komplikasi berat Berapa kali ada yang disertai dengan infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare Yang dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk sampai dengan balita pulang

CTC [Community-based Therapeutical Center]PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan Poskesdes di desa hanya saja spesifik untuk gizi buruk Kegiatannya antara lain pemantauan status gizi anak CTC lebih pada melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah penanganan gizi buruk

Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya yang diperlukan untuk melatih kader memilih kader PPG dan keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri Untuk desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di Puskesmas Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama keberhasilan penanggulangan Kebanyakan kasus yang ditangani puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling Sedang di desa jauh sangat tergantung dari kader yang memantau

Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua Pada saat TFC stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada saat CTC stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health NursingPerkesmas)

Pencegahan Kasus Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 9: Gizi Buruk

Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal

Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan kasus gizi buruk Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia diatas baduta Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali Peningkatan berat badan balita signifikan Sayangnya dana yang dibutuhkan besar sekali Meskipun polanya pemberdayaan

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal

Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya Terdapat 5 pola pertumbuhan T1-3 dan N1-2 T1 (garis pertumbuhan menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan) T2 (tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam pertumbuhan misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya asupan gizi bagi balita Inilah sasaran kegiatan ini Bila bisa dicegah terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan terhindarkan kasus gizi buruk Metodenya rujukan dengan ambulan desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Krejengan pada tahun 2009 ini Sedangkan kegiatan yang bersifat lintas sektor tahun ini belum mendapatkan porsi pendanaan Tidak sebagaimana tahun lalu ada dana khusus untuk melaksanakan kegiatan SKPG tahun ini tidak ada meskipun bisa dititipkan di beberapa kegiatan kecamatan namun sudah bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal Mungkin tahun depan akan jadi perhatian bila kegiatan tahun ini berhasil dengan baik Mohon masukan

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 10: Gizi Buruk

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 11: Gizi Buruk

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 12: Gizi Buruk

5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK

Tanggal 19 January 2010 | Oleh Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor

1 Penyebab Kasus Balita Gizi Buruk

Balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

Balita disapih sebelum umur 2 tahun Balita tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih MP-ASI kurang dan tidak bergizi Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare campak TBC batuk pilek Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2 Penggolongan Kasus Gizi Buruk

a Marasmus

Anak sangat kurus Wajah seperti orangtua Cengeng dan rewel Rambut tipis jarang kusam Kulit keriput Tulang iga tampak jelas Pantat kendur dan keriput Perut cekung

b Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab Cengeng dan rewel Apatis Rambut tipis warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit Kedua punggung kaki bengkak Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 13: Gizi Buruk

c Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor sangat kurus rambut jagung dan mudah rontok perut buncit punggung kaki bengkak cengeng

3 Pengaruh Kasus Balita Gizi Buruk

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan Kecerdasan anak akan berkurang Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit infeksi kronis seperti batuk pilek diare TBC dll

4 Penelusuran Kasus Balita Gizi Buruk

BIla ditemukan balita yang dicurigai gizi buruk dari masyarakat segera lakukan

Penimbangan berat badan secara teratur Pengukuran panjang tinggi badan danatau pemeriksaan tanda khusus Pembandingan hasil pengukuran dengan buku rujukan penilaian status gizi menurut

BBTB Bila kategori BBTB sangat kurus danatau lebih dari satu tanda klinis maka balita

disebut gizi buruk

5 Perawatan Kasus Balita Gizi Buruk

Kasus balita gizi buruk dirawat sesuai prosedur tetap yang berlaku di puskesmas kemudian dilakukan rujukan segera ke pusat pelayanan giziRumah Sakit terdekat

(dirangkum dari Brosur Pedoman Petugas Direktorat Bina Gizi Masyarakat-Puslitbang Gizi Depkes 2007)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 14: Gizi Buruk

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)KLB-GIZI BURUKDEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKATDIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKATJAKARTA 2008KATA PENGANTARSejak kasus gizi buruk kembali terjadi di Indonesia diawali dengan kasus yangterjadi di NTT dan NTB kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainyapemerintah menaruh perhatian sangat serius pada kasus gizi buruk Hal inidilakukan dengan memberlakukan kembali Surat Menteri Kesehatan Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukankasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiapkasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam dan harus segera ditanganiKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasipemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengankejadian KLB Gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilansBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah penyelenggaraanSistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya Sistem KewaspadaanDini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi) Peran SKG yang terintegrasidengan SKD-KLB Gizi adalah sebagai penyedia informasi menjadi sangatpenting dalam rangka mencegah dan menanggulangi KLB Gizi BurukPedoman ini disusun sebagai panduan bagi petugas di lapangan dalammelaksanakan SKD KLB gizi buruk Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita Panduan Penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman Tatalaksana Anak Gizi BurukKami menyadari pedoman ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu kritikserta saran dari pembaca serta pengguna sangat kami harapkanJakarta Agustus 2008Direktur Bina Gizi Masyarakatdr Ina Hernawati MPHiiDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 15: Gizi Buruk

Tujuan 2Pengertian 2BAB II PELAKSANAAN SISTEM KEWASPADAAN DINIKLB GIZI BURUKKajian Epidemiologi 4Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Gizi 18Peningkatan Kewaspadaan dan Antisipasi KLB Gizi 19BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKTujuan Penyelidikan 22Ruang Lingkup 22LAMPIRAN 27iiiBAB IPENDAHULUANA Latar BelakangIndonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masihbesarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita Kurang Vitamin A (KVA)Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium Prevalensi gizi kurang padaperiode 1989-1999 menurun dari 295 menjadi 275 atau rata-rata terjadipenurunan 040 per tahun namun pada periode 2000-2005 terjadipeningkatan prevalensi gizi kurang dari 246 menjadi 280 Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggiBerdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76178 balitamengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensibalita gizi buruk sebesar 88 Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatanjumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di duapropinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat Pada tanggal31 Mei 2005 Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkanmasalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB dan Menteri Kesehatantelah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei tahun 2005 Nomor820MenkesV2005 tentang penanganan KLB gizi buruk di propinsi NTBKejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauanpertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian KLB Giziburuk seperti campak dan diare Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor1209 tanggal 19 Oktober 1998 menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Sehingga setiap kasusbaru harus dilaporkan dalam 1x 24 jamSalah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melaluikegiatan surveilans Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan SurveilansEpidemiologi Kesehatan dan salah satu sasarannya adalah pelaksanaan Sistem

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 16: Gizi Buruk

Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk di dalamnya SKD-KLB Gizi Selanjutnyasesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457MENKESSKX 2003tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan khususnya dalampelaksanaan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan giziburuk telah ditetapkan bahwa sekitar 80 kecamatan menjadi bebas rawangizi Untuk mencapai kondisi ini peran SKG sebagai penyedia informasi untuktindakan pencegahan memburuknya status gizi masyarakat SKD KLB gizimenjadi sangat penting1Untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam melaksanakan SKD KLB giziburuk diperlukan buku pedoman Pedoman ini terkait erat dengan bukupedoman lain seperti Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziPedoman pemantauan pertumbuhan balita Panduan penggunaan KMS Balitabagi petugas kesehatan serta Pedoman tatalaksana anak gizi burukUntuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkanUndang-Undang RI No 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No32 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 33 tentang PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerahotonom Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan KabupatenKotamenentukan prioritas pembangunan di daerahnya sehingga daerahdiharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalahgizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang tersediaB TujuanTujuan UmumMengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurunwaktu tertentuTujuan Khususa Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi burukb Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi burukc Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLBgizi burukd Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruke Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi burukf Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi burukg Tertanggulanginya KLB gizi burukC Pengertianbull Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)merupakan suatu sistem pengelolaan informasi yang dilakukan secara terusmenerus untuk mendukung perencanaan dan penetapan langkah-langkahtindakan penanggulangan jangka pendek maupun jangka panjangberkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentubull Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 17: Gizi Buruk

adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang merupakan bagian darikegiatan SKPG yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung2perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulanganmasalah gizi baik jangka pendek maupun panjangbull Gizi burukadalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeksberat badan menurut tinggi badan (BBTB) lt-3 SD dan atau ditemukantanda-tanda klinis marasmus kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkorbull Marasmusadalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus igagambang perut cekung wajah seperti orang tua dan kulit keriputbull Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuhterutama di punggung kaki wajah membulat dan sembab perut buncitotot mengecil pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahanbull Marasmus-Kwashiorkoradalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmusdan kwashiorkorbull Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)adalah apabila terjadi lebih dari 1 kasus gizi buruk disertai denganmeningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi danpenyakit) di suatu wilayah tertentubull Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk sertafaktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans yang informasinyadimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan upayaupayapencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasasecara cepat dan tepat3BAB IIPELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASAGIZI BURUKKejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti dengan tindakanyang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus potensial penyebab gizi buruk dapatdicegahPrinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup bull Kajian epidemiologi secara rutinbull Peringatan kewaspadaan dinibull Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan1 KAJIAN EPIDEMIOLOGIadalah analisis terhadap penyebab gambaran epidemiologi sumber-sumber

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 18: Gizi Buruk

penyebaran faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-carapenanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaanadanya KLB Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khususTujuanTujuan kajian epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyapotensiancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusikasus menurut waktu tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab giziburuk di masyarakatVariabel orang mencakup antara lain bull Umurbull Jenis kelaminbull status giziVariabel waktu adalah bull bulan kejadianbull tahun kejadianVariabel tempat adalah bull desabull kecamatanbull batas administratif dan sebagainyaSedangkan faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitanlangsung misalnya bull konsumsi makananbull status perolehan vitamin Abull penyakit infeksibull status imunisasi4Skema Penyelanggaraan SKD-KLBKajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau datakhusus Data rutin misalnya laporan pemantauan pertumbuhan PemantauanStatus Gizi (PSG) Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Tinggi Badan Anak BaruMasuk Sekolah (TBABS) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lainSTP Jejaring SEKajianEpidemiologiPeringatanKewaspadaanDini KLBPeningkatanKewaspadaanampKesiapsiagaanKLBKewaspadaanPropinsiNasionalUpaya Pencegahan(Program)Upaya Pencegahan

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 19: Gizi Buruk

(Sektor)Upaya Pencegahan(Masyarakat)KewaspadaanAntar daerahDeteksi dinikLBDeteksi dinikondisirentan KLBKewaspadaanMasyarakatPenyelidikandugaan KLBPES Penyakitberpotensi KLBIdentifikasi Kasusberpotensi KLBKesiapsiagaanMenghadapiKLBPenanggulanganKLB Cepat ampTepatAdvokasi danAsistensi SKDKLBPengembanganteknologi SKDKLBdanPenanggulanganKLB

5Data khusus adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnyasurvei cepat dan survei gizi lainnyaRuang lingkupDalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama yaitu bull Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan dalam wilayahgeografi tertentubull Pengolahan analisis dan interpretasi databull Penyebarluasan hasil kajian kepada pengelola program kesehatan danpihak lain yang terkaitJenis dan Sumber dataData yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit pemantauan pertumbuhan serta data di luarsektor kesehatan Secara garis besar data yang dibutuhkan dibagi dalam duakategori sebagai berikut a Data Kesehatan dan Gizi meliputi bull Data penimbangan (S K D N BGM)bull Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak DiareDemam Berdarah Dengue (DBD) TBC dan ISPAPneumonia)

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 20: Gizi Buruk

bull Pelayanan kesehatan misalnya imunisasi pemberian vitamin Ab Data di luar sektor kesehatan meliputi bull Produksi pertanian harga pangan pokokbull Jumlah keluarga miskin pengangguran tingkat pendidikanbull Pola asuhbull Kondisi lingkungan pemukimanbull Bencana alam dllData-data tersebut diolah di tingkat desa sampai KabupatenKota11 Tingkat DesaPenanggung jawab adalah kepala puskesmas Pelaksana kajian di tingkatdesa adalah tenaga pelaksana gizi puskesmas dan dibantu oleh pembinawilayah desaData yang diolah pada tingkat desa meliputi6Data Penimbangana Jenis databull Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desabull Jumlah balita yang memiliki KMS (K)bull Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbanganbull Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulanpenimbanganbull Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)bull Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)bull Jumlah balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang(O)bull Jumlah balita baru yang datang (B)b Sumber data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulandi posyandu di desa tersebutc Periode waktubull Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandubull Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan(bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desad Pengolahanbull Dalam pengolahan penghitungan jumlah N dan D harus benarMisalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan beratbadan 01 kg ketika data berat badan tersebut dipindahkan ke KMSternyata tidak naik mengikuti pita warna pada contoh ini anak tidakdikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat bukupemantauan pertumbuhan)bull Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya SKDN ataudalam bentuk proporsi misalnya ND DS KS dan BGMD untukmasing masing posyandu Untuk perhitungan ND D dihitung daribalita yang naik BB (N) dan yang tetap (T) atau bisa juga dihitungdari jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangidengan balita yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O)

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 21: Gizi Buruk

dan balita yang baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B)bull Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu melapordiambildatanyabull Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN tingkatdesa78e PenyajianPenyajian data dalam bentuk tabel grafikDi tingkat desa dapat ditampilkan tabel SKDN dan tabel Proporsi DSND KS dan BGMD menurut posyandu seperti pada contoh tabel 1dan tabel 2Selain itu juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti contohberikutContoh Grafik 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoroperiode Januari-Maret 2005296 296228296228 228 221050100150200250300350228 221196 201 190 SKDN

Cakupan Januari Februari MaretDS () 770 770 747ND () 920 931 909KS () 770 770 747BGMD () 48 48 419Contoh Tabel 1 SKDN Desa Banjarjo Kabupaten Bojonegoro periode Januari-Maret tahun 2005Januari Februari MaretPosyanduS K D N BGM T O B S K D N BGM T O B S K D N BGM T O BMelati 102 79 79 68 4 11 2 2 102 79 79 70 4 9 2 1 102 76 76 65 3 11 3 1Anggrek 95 73 73 63 4 10 1 3 95 73 73 64 3 9 3 2 95 71 71 61 2 10 4 1Mawar 99 76 76 65 3 9 3 2 99 76 76 67 4 9 2 2 99 74 74 64 4 10 2 1Jumlah 296 228 228 196 11 30 6 7 296 228 228 201 11 27 7 5 296 221 221 190 9 31 9 3Contoh Tabel 2 Proporsi DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periode Januari-Maret tahun 2005

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 22: Gizi Buruk

Posyandu DS () ND () KS () BGMD ()Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb MarMelati 775 775 745 907 921 90 77 77 745 51 51 39Anggrek 768 768 747 913 941 92 77 77 747 55 41 28Mawar 768 768 747 942 931 90 77 77 747 39 53 54Rata-rata 77 77 747 92 931 91 77 77 747 48 48 41f Analisis data1048707 Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecenderunganpencapaian S K D dan N atau proporsi DS ND KS dan BGMD(grafik 2)bull Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiapposyandu (tabel 2)Contoh Grafik 2 Cakupan DS ND KS dan BGMD di Desa Banjarjo periodeJanuari-Maret 200548 48 4177 77 74777 77 74792 931 9090102030405060708090100Januari Februari MaretBGMD ()KS ()DS ()ND ()

g Penyajian dataHasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafikh Interpretasi dataTingkat Posyandubull Jika D=S kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baikhal ini dapat dilihat dari kehadiran balita di posyandubull Jika K=S Semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMSbull Jika N=S Tingkat kesehatan anak balita secara umum baikTingkat desaDari grafik 2 di atas diketahui bahwa bull DS menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktorantar lain faktor kebosanan anak sakit kualitas pelayanan yangkurang baik dari petugas musim hujan dllbull ND turun kemungkinan ada wabah misal diare campak menyerangsebagian anak sehingga berat badan anak turun10i Tindak lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki DS atau

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 23: Gizi Buruk

ND yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untukmengetahui penyebab langsung sehingga dapat disusun upayaperbaikan untuk kondisi tersebutData Kasus Gizi Buruka Sumber databull Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desabull Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tandaklinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)bull Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit laporan rawatjalanrawat inap kasus gizi buruk data rujukan kasus gizi burukkasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)b Pengumpulan data bull Periode waktu setiap saat bulananbull Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desapetugaskesehatan lainnya sebagai pembina wilayahc Pengolahan data bull Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasusgizi buruk)bull Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 buland Penyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel maupun grafikContoh grafik 3 Jumlah kasus Gizi buruk periode Januari-Juni2005 di desa Banjarjo012345678JanuariFebruariMar etApri lMeiJunikasus gizi buruk

1112e Analisis data1048707 Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahanjumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat1048707 Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktorrisiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal diarecampak dan lain-lain)f Interpretasi databull Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi burukmeningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatudesakelurahan Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnyaenyakit diare ISPA atau lainnya atau ada indikasi

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 24: Gizi Buruk

gBebinte1048707 Pemberian imunisasirasi pasar104870712 Tinb penyelenggaraan SKD-KLB gizi buruk tingkat puskesmaskajber esmas (pustu BDD) Data yang diolah adalahdat p ta gizi buruk dan data penyakit (diarecam ais datalainnya serta pelayanan kesehatan di luargedung puskesmas data dikumpulkan setiap hariUntuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap bulanantauan pertumbuhankejadian pkerawanan panganTindak lanjuterapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasilrpretasi data1048707 Melakukan ope1048707 Melakukan penyuluhanMelakukan PMTgkat PuskesmasPenanggung jawaadalah Kepala Puskesmas Dalam hal ini puskesmas diharapkan melakukanian data yang berasal dari desa dan sarana pelayanan kesehatan yangada di wilayah kerja puska enimbangan (SKDN) dap k ISPA dan lain-lain)a JenRekap data SKDN dari desa (FIIGizi) dan sarana pelayanan kesehatanyang berada di wilayah kerja Puskesmasb Periode waktubull Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan saranapelayanan kesehatanbullDATA PENIMBANGANmelalui kegiatan pemc Pengolahan dataPengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dann data sesuai dengan jumlah desaposyandu yang beradaya ND DS KS dan BGMD

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 25: Gizi Buruk

untuk masing-masing desad1048707ur1048707kelengkapapada wilayah kerja Puskesmas1048707 Dihitung dalam bentuk proporsi misalnPenyajian dataData disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti contoh berikutContoh Grafik 4 Cakupan ND menurut desa periode Januari ndash Juni 2005 diPuskesmas Sukamakm60704050Sukamaju0Jan Feb Mar Apr Mei Jun102030Bulan()CadasariKiarasari

e Analisis1048707 Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaiancakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan atau melihatpencapaian cakupan antar desa1048707 Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupanantar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yangberkaitan misalnya menurunnya ND dengan kejadian wabahdiare gagal panen dllf Penyajian data1048707 Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis balok batangpie dll) Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periodetertentu (bulanan triwulan dan tahunan)a tiga bulan berturut-turut diPuskesmas Sukamakmurwaktu1048707 Contoh penyajian misalnya - ND DS selama tiga bulan di puskesmas Sukamakmur- Kecenderungan BGMD selam13h Grafik 5 Cakupan DS KS ND dan BGMD di Puskesmas Sukamakmurperiode Januari ndash Maret 2005Conto0109060

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 26: Gizi Buruk

7080DS ()2030Januari Februari Maret4050 ND ()KS ()BGMD ()

Contoh Grafik 6 Kecenderungan BGMD periode Januari-Juni 2005 di 3 desadi Puskesmas Sukamakmurg Interpretasi data1048707 Menurunnya ND di Puskesmas Sukamakmur sejak bulan Februari(grafik 5) kemungkinan karena musim kering berlangsung lamaPada kasus ini petugas gizi diharapkan melakukan pengecekan anakanakdengan berat badan terhadap umur terutama jika gt 2 kalipenimbangan berturut-turut berat badan turun atau tetap1048707 Meningkatnya BGMD di Puskesmas Sukamakmur sejak bulanFebruari karena pada bulan yang bersamaan terjadi peningkatananak balita yang menderita diare0020406081121416Jan feb Mar Apr Mei Jun() SukamajuCadasariKiarasari

Bulan

14h Pelaporan1048707 Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG penanggungjawab SP3SP2TP1048707 Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktua Sumber data1048707 Hasil penimbangan bulanan posyandu1048707 Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas1048707 Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas)poran media masa (telah diverifikasi petugas)ruk (W1)b Pen10487071048707 G dan1048707ukung lainnyac n1048707 embutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus1048707 Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisajumlah kasus gizi buruk dari setiap sarana di wilayah kerja

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 27: Gizi Buruk

hat kecenderungan adanyaus gizi buruk yangkukan dengan menghubungkan berbagaian musimtimbulnya penyakit (diare ISPA Campak dll) dan lain-lainData Kasus Gizi Buruk1048707 La1048707 Laporan gizi bu1048707 Laporan penderita rawat-jalanrawat-inap di puskesmasgumpulan dataPeriode waktu setiap saat bulananPengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPpenanggung jawab SP3SP2TPFormulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data pengolahandata dan analisis serta sarana pendPe golahan dataPengolahan data mgizi buruk)Puskesmasd Analisis data1048707 Analisis data dilakukan untuk melipeningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu1048707 Analisis dilakukan dengan membandingkan kasterjadi di setiap desa1048707 Analisis dapat pula dilafaktor risiko seperti kerawanan pangan perubah15Contoh Grafik 7 Kecenderungan Meningkatnya Kasus Gizi Buruk dan Diaredi Puskesmas Sukamakmur pada Bulan Januari-April 200578965 Gizi Buruk

0Januari Februari Maret April1234 Diare

e Penyajian data- Dalam bentuk grafik (garis balok dll) menurut desa maupun rekapdari keseluruhan desa setiap bulanf Interpretasi data- Pada contoh grafik 7 di atas terlihat bahwa kenaikan jumlah kasusgizi buruk diiringi oleh peningkatan kasus diare Hal ini menunjukkang PelaporanMekanisme pelaporan adalah sebagai berikut

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 28: Gizi Buruk

Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atausumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desadisampaikan secepatnya ke Puskesmas Setelah dikonfirmasidilaporkan kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota denganmenggunakan format PWS setiap bulannyaData Penyakit Campak Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya- Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempatpenyakit di puskesmas- Pbahwa peningkatan kasus gizi buruk yang terjadi kemungkinan besardisebabkan oleh terjadinya wabah diare di daerah tersebut(PWS) surveilansengambilan informasi diambil setiap minggu1613Penanada ah ata yangdibutuhkan hampir sama dengan data di tingkat puskesmas yaitu datapenunjang lainnyaa dan PWS-Gizib Pengorganisasianbull Periode waktu Data penimbangan (SKDN) diolah setiap bulann daripuskesmas Untuk kasus gizi buruk data diambil dari laporanng jawab pengumpul dataadalah penanggung jawab program gizi Dinas KesehatanKabupatenKotac Pengolahan databull Absensi jumlah puskesmas yang melapor (kelengkapan danbull Menghitung cakupan SKDN untuk setiap puskesmas dan setiapBGMD per puskesmasbull Jumlah anak balita BGM per puskesmaspuskesmas dalam 1 bulanbull Penanggung jawab program gizi melakukan analisis bersama denganPenan mengolah data sendiri melainkanme u t bull MePenbull Pen si dilakukan setiap bulanTingkat kabupatenggung jawab pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk di tingkat kabupatenl Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Di tingkat kabupaten dpenimbangan (SKDN BGM) data gizi buruk dan dataSumber data FIII Gizi LB 3 Puskesmas W1Data Penimbangan dan Kasus Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 29: Gizi Buruk

sedangkan data gizi buruk direkap setiap saat ada laporapuskesmas maupun rumah sakitbull Pengumpul data laporanUntuk data SKDN dan Gizi buruk penangguketepatan pengisian)ada laporan kasus gizi buruk data tersebut direkap secaramingguand Analisis dan penyajian databull Data SKDN dihitung dalam persen ND DS KS bull Jumlah balita gizi buruk (kasus baru) perterakhirunit surveialns lainnyaggungjawab program gizi tidakData Penyakit Campak dan Diarelak kan hal-hal sebagai berikungambil hasil olahan (informasi) dari unit surveilans lain (P2Myakit dll)gambilan informa172 PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZIPeringat an pemberian informasi adanya ancaman KLBpada aformulir Wkasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannyaBerdas kgizi buruk t dirumuskan untuk periode tertentuKegiatsbba Meadanya a program terkait di lingkungan Dinasesehatan KabupatenKota dan sektor terkait di kabupatenkota secarateratur setiap bulanb A an KLB yang sangat penting danmendesak maka dalam waktu secepat-cepatnya memberikan peringatanrkait kabupatenkota Unit PelayananKab g berbatasan dan masyarakatc otensi KLB dan adanyaorong kesiapsiagaan KLBsecara teratur setiap tahunn dari masyarakat terhadapunculnya gizi burukgaris merah atau ditemukan pada anak yang barud ND rendahan dini KLB merupaksu tu daerah dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 30: Gizi Buruk

ar an hasil kajian epidemiologi peringatan dini kemungkinan terjadinyapada suatu daerah dapaan yang dilakukan dalam rangka peringatan dini KLB gizi buruk adalahnyebarluaskan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB danancaman KLB kepadKpabila teridentifikasi adanya ancamkewaspadaan Dini KLB kepada program terkait di lingkungan DinasKesehatan KabupatenKota sektor teKesehatan di KabupatenKota Dinas Kesehatan Propinsi Dinas KesehatanupatenKota yanMemberikan informasi perkembangan penyakit berpancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendPeringatan dini dilakukan untuk mendorong peningkatan kewaspadaanterhadap terjadinya gizi buruk di puskesmas rumah sakit maupun programterkait maupun peningkatan kewaspadaam21 Indikasi yang digunakan untuk peringatan diniIndikasi yang dapat digunakan sebagai peringatan dini sebagai berikut a Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikanberat badan atau turun berat badannyab Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehinggaberada di bawahditimbang) selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untukdikonfirmasi dengan BBTB dan atau tanda klinisc ND turun dari bulan yang lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turutdi suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai ND 8018e DS datar atau menurunf Kasus diarebull Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatandesakelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kaliwaktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan)bull Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatanjumlah kesakitan dan atau kematian dalam periodewaktu (mingguan bulanan) di suatu kecamatan desakelurahanlalubull Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatanfatality rate bulan laluselama 3 mingguhkan oleh TPG3 PENIN KBURUK31 Pe nPeningkat

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 31: Gizi Buruk

bentuk bdigunadimaksuda Bila it1048707 Pentuk mengetahui penyebab tidak naik beratb Bila it1048707 uk olehpetugas puskesmasdesakelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalamperiode waktu tertentu (harian mingguan bulanan) dibandingkandengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhirbull Peningkatandibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yangdesakelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan caseg Kasus campakbull Peningkatan kasus baru berturut-turutbull Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1 bulan terakhirLaporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadipada masyarakat seperti konsumsi nasi AKING konsumsi umbiKonfirmasi mengenai tempat dan penyebaran dilakuWaspada bila ditemukan salah satu dari kondisi di atas dengan segeraG ATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZIni gkatan kewaspadaan KLB-gizi burukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB gizi buruk dilakukan dalamerbagai upaya yang disesuikan dengan indikasi-indikasi yangkan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk Upaya-upaya yangadalah sebagai berikutd emukan anak 2X tidak naik berat badanyuluhan kepada orangtua balita1048707 Dirujuk ke puskesmas unbadand emukan BGM baruKonfirmasi BGM (BBU) dengan BBTB dan tanda klinis gizi bur191048707 Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tandaklinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi burukc Bila ditemukan ND turun1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND turun atau tetap oleh pembinaPenimbangan balita yang tidak datang ke posyandu1048707 Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal daririkan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya1048707 Kunjungan ke desa yang persentase ND rendah oleh pembina wilayah1048707 p desa-desa yang persentase DS rendah-PKK dan kader tentangf

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 32: Gizi Buruk

ndard Operating Procedures) KLB diareg lah ila laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi32kesiapsiagaanmenghawilayah untuk mencari faktor penyebab1048707wilayah lain)1048707 Bed Bila ditemukan ND rendahuntuk mencari faktor penyebab1048707 Berikan pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnyae Bila ditemukan DS turunDilakukan pembinaan terhada1048707 Membahas bersama tokoh masyarakat TPupaya peningkatan persentase DSBila ditemukan KLB diare1048707 Lakukan sesuai SOP (StaBi ditemukan KLB campak1048707 Lakukan sesuai SOP (Standart Operating Procedures) KLB campakBpada masyarakat1048707 Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK yang mengalamiperubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebablainnya1048707 Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewanketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari carapenanggulangan yang tepatKesiapsiagaan menghadapi KLB gizi burukBeberapa tindakan yang perlu dilakukan sebagaidapai kemungkinan KLB yaitu 20bull Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk timpenyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yangsudah adadan timtenagaP2M dan surveilans Bila di suatu daerah sering terjadi KLB makatenaga di puskesmas dan di rumah sakitbull Kesiapsiagaan anggaran untuk transport obat KLB kit dllakanan formula obat-obatanTindakan kesiapsiagaan tersebut di atas dilakukan dengan peningkatandKesehatan

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 33: Gizi Buruk

bull Kesiapsiagaan tenagaTenaga yang perlu disiapkan adalah tenaga gizi tenaga PKMmemerlukan persiapan(dokter perawat gizi)bull Kesiapsiagaan logistikbull Menyiapkan mbull Kesiapsiagaan informasi dan transportasikerjasama dan koordinasi untuk memperoleh dukungan terhadap sumberaya yang diperlukan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikutSumberdayaGizi Lintas ProgramLintas Sektor Masyarakata Tenaga TPGterlatih1048707 Tenaga PKM1048707 Surveillans1048707 Tim pan1048707 Pertania1048707 P2Mdesa dll)gan amp gizin (PPL)1048707 BKKBN (PPLKBPKK1048707 DekelLPM1048707 Tenaga1048707 Pembina desa(perawat bidan1048707 Kecamatan (KesosBangdes)1048707b Logistik Alat ukurtinggibadan alatukurVaksin oralit obat2an dsbBantuan bibit modalkerja dllAlat timbang beratbadan (dacin )panjangbadanc Biaya BimbingantehnisSurveilansaktifPenyelidikan kasussurveilans aktifPertemuanPertemuan koordinasi

Indi tUntu unakan ukuran-ukuranseba Inputa

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 34: Gizi Buruk

b2 Pa Dilaksanakannya desiminasi informasi hasil SKDggaranya n koordinasi Panga3 ODilaksanaka espoka or kinerja SKDk menilai keberhasilan penyelenggaraan SKD diggai berikut 1Setiap bulan tersedianya informasi tentang indikasiAdanya timrosesb Terselen pertemua dengan Tim n dan Giziutputnnya r n SKD21BAB IIIPENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUKUntuk n dik g iyang yang berasal dari berbagai sumber seperti hasil analisis kajian dataepidemiologi lapo perorangan (kepala desa masyarakat umum) pimpinaninstitusi seperti sekolah) Pokok-pokok kegiatan mencakup penyelidikanpelayan ceg1 TujuanUmum Tertanggulanginya kasus gizi burukaktor risiko terjadinya KLB gizi burukcd2 Ruenyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputin sus pencegahan dan surveilans ketat yangdigam mengetahui penyebabor yang mempengaruhinyamelakuka penyeliranan dan penang ulangan KLB diperlukan informasan pen ahan dan surveilans ketatKhusus a Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan danmengidentifikasi penyebab dan fb Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLBMelakukan penanganan kasus dengan segeraMencegah bertambahnya kasus baruang lingkup

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 35: Gizi Buruk

Kegiatan ppe yelidikan KLB tata laksana kabarkan dalam skema berikut Penyelidikan KLBTata laksana kasus danupaya pencegahanSurveilans ketata Penyelidikan KLBTujuanUntuk memastikan adanya KLB gizi burukgambaran epidemiologi dan faktor-fakt22Penyelidikan KLB dilaksanakan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan KLB gizi buruksebagai berikut a1 Melakukan konfirmasi KLB gizi burukCara atau langkah-langkah yang ditempuhbull Kabupaten bersama Puskesmas melakukan penyelidikan KLB padasaat dilaporkan adanya kasus gizi burukbull Bila benar lakukan pencatatan informasi tentang gambaranepidemiologi (usia penderita penyebab distribusi dan besarnyamasalah)bull Sebelum melakukan deklarasi KLB perlu dilakukan penyelidikankasuskan penyelidikan awal danatenkota bersama Puskesmasyelidikan kasus sebelum deklarasi KLB adalah timbull Pernyataan KLB menimbulkan konsekuensi diberlakukannya undanglihattanda-tanda klinisbull rima laporana2 ambaran epidemiologibullbull Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLBbull Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutanbull Yang bertanggung jawab melakuberwenang adalah Tim KLB Kabupbull Pelaksana penkabupatenkotabull Pernyataan KLB dikeluarkan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupatenkotaundang nomor 4 tahun19 84 tentang wabaDeklarasi KLB adalah lokasi tempat terjadinya KLB dalam hal ini desabull Konfirmasi dilakukan oleh petugas bila dilaporkan ada kasus giziburuk yaitu dengan mengidentifikasi status gizi dengan BBTB lt -3SD atau meKonfirmasi dilakukan secepatnya setelah dite

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 36: Gizi Buruk

Mengetahui etiologi distribusi dan gbull Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar kasus dengan menggunakanformulir penyelidikan KLB gizi buruk (tergantung situasi)bull Lakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui penyebabLakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat tentangfaktor risiko terjadinya gizi buruk (pangan kemiskinan kondisilingkungan perilaku sarana pelayanan kesehatan yang adacakupan imunisasisuplementasi gizi dan penyakit)bull Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar kasus yang tidak pernahterakses oleh pelayanan kesehatan posyandu23bull Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat badannya mengalamipenurunan dalam 1 bulan terakhir (T)e pelayanan kesehatan kapan ditemukan) tempat3 Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang berisikokinanyaha4a5yangaranemiologi menurut tempatb PenaPenandilakukterjadibull Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut variabel waktu (kapankejadian kapan kdan orang (jenis kelamin umur)abull Berdasarkan informasi hasil penyelidikan tentukan kemungpenyebab terjadinya gizi burukbull Menghitung dan menetapkan jumlah balita lainnya yang berisiko disekitar daerah KLB berdasarkan luas wilayah (desa) dengan cara- mencatat semua balita dengan melakukan penyisiran wila- menetapkan jumlah kasus- menetapkan jumlah anak lain yang berisiko yang dapat dilakukanmelalui observasi misalnya berapa banyak keluarga tidakmenggunakan jamban keluarga dan buang air ke sungai tidakmemperoleh air bersih cadangan pangan yang adabull Inventarisasi sarana kesehatan yang ada wawancara dengan tokohmasyarakat wawancara dengan orangtua balitaMemperkirakan kecenderungan perkembangan KLBbull Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk baru dalam 1bulan terakhirbull Apakah terjadi penambahan proporsi anak kurus dalam 1 bulan

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 37: Gizi Buruk

terakhirMemberi rekomendasi strategi penanggulangan termasukpenyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)bull Membuat laporan penyelidikan berdasarkan butir a sampai fmeliputi tujuan penyelidikan KLB metode penyelidikan gambepidemiologi menurut umur (jumlah penderita gizi buruk jumlahkasus meninggal) gambaran epidbull Membuat rencana tindak lanjutnganan Kasusganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harusan oleh petugas puskesmas dan Rumah sakit pada saat KLB24Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut ruk dancambull MFbull Me ayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP (pedomanbull Upa gizi buruk denganmpc UpaUpaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang berisikomenderita gizi buruk upaya ini dilakukan secara lintas programsektoriuhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yangmengalami gagal tumbuhgramdevaluasiKnderita yang berobat di pelayananmas terutama untuk kasus diare campakkasus baru dengan cara melakukan pengukuranembuat tabulasi distribusi kasus gizi burukwaktubull Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi bura merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan olehasyarakatendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baruTherapeuticeeding Centre (bila memungkinkan)lakukan peltatalaksana penanganan gizi buruk rawat inaprawat jalan)bull Menyediakan sarana suplementasi gizi makanan formula dllya pencegahan meningkatnya jumlah kasuseningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi makanan tambahan

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 38: Gizi Buruk

erbaikan kondisi lingkungan dllya Pencegahanseperti bull Pemberian imunisasbull Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah adakasus campakbull Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhanbull Penyulbull Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi dengan proterkait Jika faktor risikonya di luar kemampuan (resource) sektorkesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lainbull Memperhatikan kondisi lingkungan kondisi ekonomi dllSurveilans Ketat atau Survelailans IntensifSurveilans ketat atau surveilans intensif dilakukan ketika terjadi KLB giziburuk Kegiatan ini bertujuan memonitor dan melakukankegiatan penanggulangan KLBegiatan ini meliputibull Mengkaji data kunjungan pekesehatanPuskesbull Pencarian kasusantropometri(BBTB) dua mingguan pada populasi (misalnyaoperasi timbang)bull Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk daribulan ke bulan mmenurut tempat dan25bull Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus giziburuk yang dirawatditangani dan jumlah kasus yang membaikan dengan aparatnanggulangan dan perkembangan KLB gizibullzi menggunakanuntuk usulankomendasi dan pengambilan tindakanan manajemen faktorrisiko berdasarkan hasil penyelidikanKapan KKLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tatalaksana ru lagi selama 3 bulan lt 1 dan faktor risikoditanggulaIndikato iUntuk menila langan KLB gizi buruk dilihat dari indikator inputproses da oInput AProses

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 39: Gizi Buruk

Output Sbull Melakukan pertemuan berkala petugas lapangdesa kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untukmembahas hasil upaya peburukMenyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dangizi secara terus menerus Tim Pangan dan Giinformasi SKD dan penyelidikan KLB gizi burukrebull Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukLB dinyatakan selesai gizi buruk) kasus bangir k nerja Penanggulangan KLB Gizi buruki kinerja penangun utput danya rekomendasi Terlaksananya upaya penanganan kasusemua kasus gizi buruk tertangani26LAMPIRAN 1 FORMULIR W1Nomor W 1Pada tanggalblnth helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdi DesaKelurahan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipTelah terjadi sejumlah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipPenderitahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipKematiantersangka penyakit DIARE [ ] CAMPAK [ ] TET NEO [ ] HEPATITIS [ ] RABIES [ ]KHOLERA [ ] DIPTERI [ ] POLIOAFP [ ] ENCEPHALITIS [ ] PESANTHRAX) [ ]DHF [ ] PERTUSIS [ ] MALARIA [ ] MENINGITIS [ ] KERACUNAN [ ]DSS [ ] TETANUS [ ] FRAMBOSIA [ ] TYPHUS ABD [ ] GIZI BURUK [ ]Dengan gejala-gejala muntah-muntah [ ] [ ]berak-berak [ ] [ ]menggigil [ ] [ ]turgor jelek [ ]kaku kuduk [ ] [ ]sakit perut [ ] [ ]hydro-phoby [ ] [ ]kejang-kejang [ ] Kwashiorkor [ ]shock [ ] batuk beruntunLaporan W 1 ini harus disusul segera dengan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 Hasil penyelidikan epidemiologi danRencana penanggulangan Kepalahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip2 Laporan akhir hasil penyelidikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipdan penanggulanganCatatan 1 ) Coret yang tidak perlu2 Satu lembar formulir ini untuk melaporkan satu jenis KLB

3 Bila desakelurahan kecamatan dati II yang terjangkit lebih dari satu (helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip)maka rincian PM masing-masing ditulis di balik formulir ini

Pu )Ka ) )Pr )pahaketiakbercak putih pada pharinx)Kecamatanbatukpilekpusing[ ][ ]

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 40: Gizi Buruk

[ ][ ]dan sejumlah(dilaporkan dalam 24 jam)PropinsiDati IIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip[ ][ ]LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA WABAHkesadaran menurun)pingsanmulut sukar dibuka)icterusmeringkil pada lipatanpanasperdarahan[ ]helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipbercak merah di kulit)lumpuh kedua tungkai [ ]Marasmus[ ]Tindakan yang telah dilakukan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LAMPIRAN 2aContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi(dikirim dalam waktu 24 jam)Kepada Ythepala Puskesmas ihelliphelliphellipersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip telah ditemuiasus dengan tanda-tanda gizi burukokasi esa uskesmasKecamatan abupatenKota Jumlah kasus adalah Gejala yang ditemui Demikian lap helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipama jelas KDBkLDPKaboran ini dibuatPelaporNAlamat 27LAMPIRAN 2b

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 41: Gizi Buruk

(dikirim dalam waktu 24 jam)umah sakit ota ini kami beritahukan bahwa kami telah merawatmemeriksa penderitaizi buruk Umurjenis kelamin Nama orang tua Alamat rumah RT RWRK KelurahanDesa Kecamatan Kabupatenkota kit erawatan Rawat jalanrawat )KEADiagnosa) MARASMUS) KWASHIORKORTanggal pelaporan Pelapor epada YthKa Puskesmas ) Coret yang tidak perluContoh Formulir Laporan Kewaspadaan KLB Gizi di Rumah SakitRKProvinsi Kepada BersamagNamaTanggal mulai saPDAAN PENDERITA SAAT INI HIDUPMENINGGAL )((Tembusan )K) Tembusan untuk Puskesmas dikirim lewat anggota keluarga penderita28Lampiran 3FORMULIR PENYELIDIKAN KASUS GIZI BURUKTgl Penyelidikan ama ayah Nama ibuA Identitas umum

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 42: Gizi Buruk

KasusNPekerjaan PekerjaanPendidikan PendidikanB Keadaan sosial ekonomiYA TIDAK Apakah kasus berasal dari KK miskin1udah memiliki kartu sehat2 Apakah sn PenyakitYA TIDAKng terlihatC Keadaan Gizi daGejala tanda klinis ya1 Kwashiorkor2 Marasmus3 Apakah anak ditimbang selama 6 bulanterakhir4 Apakah me erita nyakitnd pe diareISPAlainnyaNama anak Alamat DesaUmur KecamatanJenis kelamin KabupatenBerat badan Propinsi29D Pola konsumsi makananA TIDAKlama 3bulan terakhirb Perubahan frekuensic Perubahan jumlahY1 Apakah terjadi perubahan pola konsumsimakanan pokok dalam keluarga sea Perubahan jenisE In ormasi Lainadi penurunan ND selama 3 bulan3 cara umum terjadi perubahan polaakanan keluarga (20 KK Miskin)fYA TIDAK1 Apakah terj

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 43: Gizi Buruk

terakhir di desa (tempat) asal kasus2 Apakah terjadi peningkatan BGMD selamaSelama 3 bulan terakhirApakah sekonsumsi m4 Apakah terjadi kelangkaan makanan pokokF KesimpulaTempattanggalPelapor Nama Jelas n dan Rekomendasi 30SIRS RSLKANISME PELAPORANAMPIRAN 4MEDepkesDit EpimTembusan (Direktorat Gizi)Dinkes Propinsi(Seksi Gizi)Dinkes KabKota(Seksi Gizi)PuskesmasPosyandu- DesaKelurahan- PolindesKLB (W-1) ndash 24 JamLB-3Gizi KLB (W-1) ndash 24 JamBulananPWS GiziBulananLB-3GiziKLB (W-1) ndash 24 JamF IIGiziF IGiziF IGiziMasyarakat

31

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 44: Gizi Buruk

CFCPENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

Keadaan Gizi

Sampai saat ini 764 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28 dan di antara angka tersebut 88 menderita gizi buruk

Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 130 Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 368 yang berarti pernah menderita kekurangan gizi Sedangkan Prevalensi gizi buruk 54

Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported) wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana ndash sini

Penyebab Gizi Buruk

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah seperti ibu yang sibuk bekerja di hutanladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan) Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis

Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu

Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafikalur di KMS tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua keluarga dan kader serta petugas kesehatan

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 45: Gizi Buruk

Banyak orang tua pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama

Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali Tidak terbatas pada masyarakat saja tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk

Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif lingkungan sekitar rumah bersih dan asri penyediaan air bersih Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita

Selain itu bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita dapat diperoleh dengan berbagai cara Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan yang berada di Poskesdes Pustu dan Puskesmas

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 46: Gizi Buruk

Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (DS) untuk menimbang berat badannya

D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BBS = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu

Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an di tingkat RT lebih luas lagi di RW dusun dan seterusnya Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit dicatat pada format berikut Lihat format desa siaga lampiran

Pemulihan Gizi di Masyarakat

Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat adalah Kab Gorontalo Boalemo Kab Belu Kab Sambas Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke PuskesmasRS

Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok kuning pada kulit dan mata sesak nafas suhu tinggi edema atau perubahan kondisi mental Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center (TFC)

Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat ruangan khusus dan ibu keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk (Catt diberi lingkaran)

PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan rumah sakit atau membuat bangunan khusus baru

SYARAT PEMBENTUKAN

PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut

1 Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut gt 20

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 47: Gizi Buruk

2 GAM Prevalensi gizi kurang akut antara 10-199 dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam

Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan

Dalam pemantauan selama masa perawatan di TFC dinyatakan sembuh anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga tidak kembali jatuh ke keadaan semula

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk memantau atau merawat anak balita Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus)

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh mencari peluang kerja untuk orang tuanya Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa dipadukan

Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita (Andewi ndash Setditjen)

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 48: Gizi Buruk

Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu

15 Comments Posted by draguscn on 06012009

Memang sulit kalo yang namanya gizi buruk karena sebab-sebab sosial di masyarakat maka pasti tidak akan sama dengan persamaan yang umum terjadi Keluarga Miskin ndashgt Asupan Kurang ndashgt Gizi Buruk Kemaren ini contohnya saya menerima pasien An J

perempuan 13 bulan BB = 6 kg TB = 678 cm Kalau dimasukkan ke dalam perhitungan BBU-nya sudah masuk dalam Gizi Buruk (sedangkan untuk BBTB masuk dalam kriteria Kurus Anak memang kurus kering mulai dari truncus (=badan) ekstremitas (tangan dan kaki) dan menyisakan lemak di sekitar mata dan pipi saja yang masih terlihat agak berisi Anak ini sudah tergolong marasmus

Nah keluarga dari an J ini adalah keluarga yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas Berarti pada saat dinilai oleh tim desa keluarga ini tergolong dalam keluarga mampu Memang sejak saat masuk perawatan pun mereka tidak menuntut untuk lsquomengurus kartursquo demikian istilah masyarakat sini bila tergolong dalam gakin (keluarga miskin)

Sebagai puskesmas yang sudah mengklaim mampu menjadi TFC (Therapeutic Feeding Center) tentu saja melihat kasus ini dan melihat kondisi infeksi yg diderita tergolong ringan kami menyarankan rawat inap di puskesmas saja Di TFC kami melaksanakan standar penanganan gizi buruk terbitan Depkes 2007 Kemudian bila ternyata pasien sudah masuk dalam gizi kurang kami akan melaksanakan Community-based Feeding Care Konsep ini digagas tahun lalu 2007 dengan menambahkan Pos Pelayanan Gizi dan Public Health Nursing pada konsep yang telah dibuat oleh depkes Dengan demikian kami merasa menjaga dengan baik anak yang gizi buruk Apalagi dana APBN (baca dana JPKMM) bisa dipergunakan untuk menolong gizi buruk meskipun tidak berasal dari keluarga miskin

Kembali pada cerita kasus ini hari ini pada saat visite asupan susu F-75 sebagai standar pemberian anak gizi buruk yang dirawat pertama kali ternyata ditolak oleh anak Kata ibunya anak meminumnya tapi kemudian disembur-semburkan Biasanya bila asupan sulit dimasukkan melalui mulut maka kami mengambil langkah tindakan sonde dan memasukkan susu langsung ke lambung anak melalui selang sonde tersebut Berhubung keluarga ini adalah keluarga mampu yang berarti tidak ditanggung jamkesmas maka tentu saja biaya perawatannya akan menjadi lebih tinggi

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 49: Gizi Buruk

Saya mencoba menghubungi dinas kesehatan dan direktur RSUD untuk menanyakan apakah masih ada dana yang digunakan untuk memberikan pertolongan pada masyarakat kelas tanggung seperti diatas Karena bila ada maka pasien bisa dirawat di Rumah Sakit

Ternyata setelah mengetahui anaknya akan dibawa ke rumah sakit si ibu dan keluarganya memutuskan membawa anak langsung pulang ke rumah Dengan berbagai macam motivasi sudah diberikan tapi keluarga tetap menolak Maka akhirnya dengan sangat terpaksa Surat Penolakan rujukan pun kami mintakan keluarga untuk menandatangani

Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi meskipun tentu saja ini tidak didiamkan saja namun kebanyakan kasus seperti ini berbuah kegagalan pengelolaan yang komprehensif kasus gizi buruk Selain di puskesmas rawat inap kasus gizi buruk selalu dicoba tangani dengan melakukan rawat jalan terhadap pasien-pasien yang memang tidak mau dilakukan rujukan Alasan jauh dari rumah tidak ada uang dan berbagai alasan klise lainnya sudah sering kami terima Banyak kasus berhasil bila penanganan cukup sampai di Puskesmas saja dalam arti anak tidak mengalami komplikasi yang cukup berat Tapi bila sudah dengan penyakit penyerta yang berat biasanya terpaksa di rawat di RS dan berujung pulang paksa karena kehabisan uang bagi penunggu pasien

Di beberapa program penanggulangan gizi buruk terdahulu dengan sumber dana APBN pernah ada perhatian kepada penunggu (orangtua biasanya) dengan memberikan biaya makan pada saat perawatan

Selain memperhatikan masalah teknis medis pemberdayaan masyarakat dan program terkait lainnya juga seharusnya menjadi perhatian Pemberdayaan masyarakat melalui desa siaga sudah mungkin bisa memberikan umpan balik positif dengan makin banyaknya penemuan gizi buruk Hal ini bukan berarti angka kesakitan meningkat Akan tetapi dulu ada tapi tidak terdeteksi Tidak sedikit yang diantarkan oleh orang tuanya kader atau tokoh masyarakat ke puskesmas untuk diobati gizi buruknya

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Dari sekian banyak hal salah satu yang cukup permanen dari tahun ke tahun menduduki peringkat 5 besar masalah adalah tidak digunakannya garam beriodium di masyarakat yang berujung beberapa masalah kesehatan (masih prediksi) misalnya kejadian abortus yg selalu ada gondok endemik itu sendiri berat bayi lahir rendah (BBLR) dll Hal ini tentu saja cukup menggemaskan mengingat betapa mudahnya sekarang ini mendapatkan garam yang sudah difortifikasi iodium Namun demikian beberapa perusahaan garam yang masih memproduksi garam untuk hewan ternyata masih kelolosan mengeluarkan garam tersebut untuk disantap manusia Kadang-kadang dari pabrik garam ada yang membawa dengan becak tumpukan garam yang belum difortifikasi ke rumah tangga dan dibagikan di tetangga-tetangganya

Sehubungan dengan BBLR merupakan faktor resiko terjadinya Gizi buruk pada balita maka tentunya penegakan perda tentang produksi garam ini sudah harus benar-benar ditegakkan

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 50: Gizi Buruk

Positive Deviance

Dalam masyarakat miskin ada saja yang balitanya tumbuh dengan gizi baik Ini tentu saja suatu keuntungan tersendiri Keluarga miskin dengan balita gizi baik inilah yang disebut sebagai simpangan positif positif deviance Keluarga miskin dengan pola makan dari produk lokal ini tentu patut ditiru karenanya program ini pun dikemas dengan bentuk suatu Pemberian Makanan Tambahan kepada balita dari keluarga miskin Ibu dan balita diundang dalam suatu pertemuan rutin kemudian disana sang ibu dari balita gizi baik tadi diminta memberikan testimoni dan demo memasak bersama makanan lokal tadi

Biasanya meskipun secara kebetulan makanan yang dimasak memenuhi menu seimbang yang menyebabkan keluarga tersebut tidak mengalami kekurangan gizi Misalkan saja meski tanpa sengaja ibu memasak sayuran buah dan makanan yg mengandung vitamin larut dalam lemak (A D E K) dengan masakan yang mengandung santan Nah dengan demikian bisa terjadi asupan vitamin tersebut Demikian seterusnya

Sebagai penutup postingan ini untuk menanggulangi gizi buruk perlu sekali adanya berbagai program terpadu dalam menangani secara teknis balita gizi buruk tadi melakukan pencegahan dan rehabilitasi kembali gizi buruk

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kabupaten Agam

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 sebanyak 130 persen anak memiliki BB kurang 49 persen diantaranya memiliki BB sangat kurang Data yang sama menunjukkan sekitar 133 persen anak kurus 6 persen anak dikategorikan pendek Keadaan ini berpengaruh pada angka kematian bayi (AKB) balita (AKABA) karena menurut WHO lebih dari 60 persen kematian bayi dan anak terkait dengan

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 51: Gizi Buruk

gizi kurang dan gizi buruk Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cetap dan tepat

Hal itu disampaikan oleh Kabid KESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Indra Ramli SKM MKes Menurutnya salah satu cara mwenanggulangi gizi kurang dan gizi buruk menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan Penanganan kasus dilaksanakan dengan dua pendekatan penanganan gizi buruk dengan kompilkasi yang ditangani di RS Puskesmas Rawatan Therapeutic Feeding Centre Sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan

Penaganan gizi buruk secara rawat inap dan rawat jalan merupakan jawaban terhadap pelaksanaan SPM bidang perbaikan gizi Setiap anak penderita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar Di Kabupaten Agam penanganan gizi buruk mengacu pada prosedur tetap yang baku Deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi Berupa penimbangan bulanan di posyandu tindak lanjut hasil penimbangan tersebut difokuskan pada balita yang sudah dua kali tidak naik BB dan balita BGM pertama kali ditimbang dan BGM baru Bagi Balita yang tiga kali berturut-turut tidak datang ke posyandu akan di sweeping Bidan Desa ataupun pembina Wilayah setempat

Tujuan sweeping selain untuk mengetahui BB anak saat dikunjungi juga mendeteksi lebih dini jika anak yang dikunjungi sudah mengalami gangguan pertumbuhan bahkan gangguan gizi Jika hasil sweeping tersebut menunjukkan anak ternyata gizi buruk maka sesegeranya Bidan Desa atau pembina wilayah melaporkannya kepada petugas Gizi Puskesmas Menindak lanjuti laporan Bidan Desa Tim Investigasi Kasus Gizi Buruk Puskesmas akan turun kelapangan untuk menvalidasi laporan Bidan Desa tersebut

Tim investigasi terdiri dari Dokter Tenaga Gizi Pengelola KIA dan Tenaga Kesling Anggota tim bekerja menurut tupoksi masing-masing guna menetapkan dan membuat rencana tindak lanjut dalam mengatasi kasus gizi buruk yang pada dasarnya disebabkan banyak faktor Kesimpulan akhir dari kegiatan investigasi kasus gizi buruk terkelompokkannya gizi buruk kedalam kasus gizi buruk dengan kompilkasi atau gizi buruk tanpa komplikasi sekaaligus penyebab meunculnya kasus Jika gizi buruk dengan komplikasi maka seluruh puskesmas rawatan di kabupaten agam (9 Puskesmas) yang timnya telah dilatih tatalaksana gizi buruk siap memberikan pelayanan

Puskesmas rawatan tidak hanya merawat balita gizi buruk yang ada diwilayahnya akan tetapi juga menerima rujukan dari Puskesmas sekitarnya Guna memberikan pelayanan yang prima seluruh balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas juga dikonsultasikan ke dokter spesialis anak sehingga penanganan kompilkasi akan lebih cepat dan tepat

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 52: Gizi Buruk

Adapun balita gizi buruk tanpa komplikasi penanganannya melalui pemulihan pemberian PMT pemulihan dengan pemantauan BB balita sekali seminggu oleh petugas Ibu dari balita juga diberikan konseling tentang cara pengelolahan dan penyajian makanan anak pemantauan ini berlangsung secara insentif selama tiga bulan Bagi balita yang garus pertumbuhannya pada KMS berada di bawah garis merah ataupun balita yang sudah dua kali tidak naik BBnya diberikan MP-ASI selama 90 hari

(Indra Ramli SKM MKes Kabid KESMAS Dinkes Agam)

Minggu 06 Desember 2009

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I Latar belakang masalah

1 Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB NTT Lampung Banten)2 Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat3 Penyebab kejadian gizi buruk a Kemiskinanb Karena pola asuh yang tidak baikc Adanya penyakit kronis4 Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan5 Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di PuskesmasRS

II TujuanUmum menurunkan angka gizi buruk dari 85 menjadi 5 pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)Khusus 1 Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu2 Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmasRS dan rumah tangga3 Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 53: Gizi Buruk

dari keluarga miskin4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASIMP-ASI)5 Memberikan suplementasi gizi (kapsul VitA) kepada semua balita

III Strategi1 Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan2 Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat tokoh agama pemuka adat dan kelompok potensial lainnya3 Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk4 Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)5 Menyediakan dan melakukan KIE6 Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

IV Kegiatan1 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyanduMelengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin KMSBuku KIA RR)Orientasi kaderMenyediakan biaya operasionalMenyediakan materi KIEMenyediakan suplementasi kapsul Vit A2 Tatalaksana kasus gizi burukMenyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmasRS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmasRSMenyediakan paket PMT (modisko MP-ASI) bagi pasien paska perawatanMeningkatkan ketrampilan petugas puskesmasRS dalam tatalaksana gizi buruk3 Pencegahan gizi burukPemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurangPenyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyanduKonseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4 Surveilen gizi burukPelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi burukPemantauan status gizi (PSG)5 Advokasi sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi burukAdvokasi kepada pengambil keputusan (DPR DPRD pemda LSM dunia usaha dan masyarakat)Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6 Manajemen programPelatihan petugasBimbingan teknis

  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK
Page 54: Gizi Buruk
  • Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Penemuan Kasus Gizi Buruk
  • Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk
  • Pencegahan Kasus Gizi Buruk
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
  • 5 PENJELASAN SINGKAT KASUS BALITA GIZI BURUK
    • CFC PENATALAKSANAAN GIZI BURUK DI MASYARAKAT
      • Gizi Buruk kok dari Keluarga Mampu
        • Sedikit tentang Program Peningkatan Gizi Masyarakat
          • Minggu 06 Desember 2009
            • PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK