Geologi Regional Pulau Bali

16
5.1.1 Geologi Regional Pulau Bali 5.1.1.1 Geomorfologi Regional Secara garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona Bali utara. (Arimuhaimin, 2010) a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai. Pada pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff dan terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur banyak terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang yang mengandung fosil dari formasi palasari. Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat kuat sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes yang terdapat di pantai selatan Bali. b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, Buyan dan Tamblingan. c. Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemiringan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan umur

description

Penjelasan Tentang Geologi Regional Pulau Bali

Transcript of Geologi Regional Pulau Bali

Page 1: Geologi Regional Pulau Bali

5.1.1 Geologi Regional Pulau Bali

5.1.1.1 Geomorfologi Regional

Secara garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga

zona yaitu zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona Bali utara.

(Arimuhaimin, 2010)

a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan

plato-plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial

pantai yang banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang

terdapat dekat muara-muara sungai. Pada pantai selatan yang berbatu

gamping banyak terbentuk cliff dan terjadi abrasi membentuk lereng

yang sangat curam. Perbukitan kapur banyak terdapat singkapan batuan

gamping terumbu karang yang mengandung fosil dari formasi palasari.

Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat kuat

sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes

yang terdapat di pantai selatan Bali.

b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung,

gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan

banyak kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, Buyan

dan Tamblingan.

c. Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemiringan antara 0 – 2%

dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan

dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-

15%. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah

berisi material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-

500 meter dan kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan

umur tersier yang berlipat, sering batuan tersier yang sudah tertutup oleh

endapan vulkanik muda tersingkap.

Sedangkan dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau

komplek daerah volkanik, dan daerah batu gamping selatan.

a. Dataran aluvial

Page 2: Geologi Regional Pulau Bali

Dataran aluvial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada

dasarnya bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau

bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir baik yang memusat

(sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow). (Suprapto

Dibyosaputro, 1997)

Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran

aluvial selatan dan dataran alluvial pantai utara.

b. Dataran Alluvial Selatan

Wilayah ini meliputi sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung,

Gianyar, dan Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar,

terdiri dari endapan material flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang ada

lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya material-material volkanis

tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi akibat adanya

luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur

endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang

rendah.

Lebih keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran

sempit (tombolo), yang menghubungkan dataran utama Bali dengan

pegunungan kapur selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan

ombak kearah darat. Materian penyusun tombolo ini merupakan endapan

marin.

c. Dataran Alluvial Pantai Utara

Wilayah ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat

disebutlkan sebagai jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran

aluvial utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2%

dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan

dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-

15%. Berdasarka data curah hijan jalur ini termasuk daerah kering. Pada

jalur antara Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem

disebelah barat terdapat benyak meta air, sehingga daerah ini tidak

nampakk kering. Disebelah timur Kubutambahan mata air sudah hampir

tidak ada, sering terjadi banjir yang deras dimusim penghujan. Pada

Page 3: Geologi Regional Pulau Bali

musim kemarau sungai itu kering, dan tidak dapat digunakan untuk

pertanian.

d. Daerah Batu Gamping Selatan

Daerah ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa

Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida)

mempunyai kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %)

dengan beberapa tempat >30 %, terutama pada tebing-tebing laut,

terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas permukaan laut. Tingkat

erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa tempat

merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa

amblasan. .Pada garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur

selatan ini mirip dengan pegunungan batu gamping barat. Bedanya di

bagian selatan terdapat dua jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral

berkembang menjadi topografi berbukit-bukit dengan kemiringan lereng

lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan yang lain serupa dengan daerah

batu gamping barat.

e. Komplek daerah vulkanik

Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan

pembentukan gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer)

menyusup ke lapisan lebih atas atau keluar permukaan bumi. Di

permukaan bumi ini banyak berbagai bentukan yang berkaitan dengan

vulkanisme, diantaranya gerak tektonik adalah semua gerak naik dan

turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini

dibedakan menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.

          

Komplek daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat komplek

yaitu:

1. Komplek Vulkanik di Bali Bagian Barat

Wilayah ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas

kearah barat sampai dekat Gilimanuk. Puncak-puncak separti

gunung kelatakan, gunung sangiang, gunung Merbuk, dan Gunung

Mesehe termasuk didalam unit ini. Jenis batuannya lava breksi, batu

pasir, dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di

daerah yang bertofografi barat ini.

Page 4: Geologi Regional Pulau Bali

2. Komplek Gunungapi Buyan - Beratan

 Gunung Buyan - Beratan adalah komplek pegunungan di bagian

tengah Bali, dan puncak-puncak gunung yang saat dapat kita lihat

seperti membentengi daerah tersebut merupakan bagian dari

gunungapi Beratan Buyan purba. Tetapi karena proses geomorfologi

juga terjadi di sana sepeti terjadinya proses denudasi, sehingga

kenampakannya kini telah berubah dan kaldera gunung beratan

buyan kini kenampakannya tidak sejelas kaldera yang terdapat di

Gunung Batur. Daerah ini mempunyai kemiringan yang landai

sampai  terjal di beberapa tempat. Daerah ini berada di dataran

tinggi yang subur sehingga lahan di daerah Candikuning dan

Pancesari dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

3. Gunung api Batur

Menurut Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S.

Sutawidjaja, dkk, (1990). Kaldera Batur merupakan ketel raksasa

berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah,

merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van

Bemmelen, 1949) dalam (I.S. Sutawidjaya, 1990). Pematang kaldera

tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (Puncak G. Abang). Di

dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk  melingkar

dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera  II terletak antara 120 -

300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I).  Di

dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit

yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km, lebar

maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi

permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi

karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van

Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan

pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya

kemudian.

Page 5: Geologi Regional Pulau Bali

Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G.

Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh

pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit

basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya

antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah

meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif

(leleran lava) dan strobolian. leleran lava terbanyak terjadi pada

bulan September 1963 menutupi daerah seluas lk. 5.967.550

m2.  Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat

letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik,

seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100

m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas

bibir kawah. Aktifitas vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000,

berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.

4. Komplek Gunung Agung dan Gunung Seraya

Komplek ini terletak pada bagian timur pulau Bali  dengan  titik

tertinggi sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m (dpal) dan

terakhir meletus pada Maret 1963. merupakan komplek gunungapi

yang cukup luas.  Disebelah timur klungkung terdapat medan lahar

yang cukup luas dari hasil letusan gunung Agung. Timbunan lahar

yang sangat luas juga terdapat di lereng utara Gunung Agung, mulai

dari Batudawa disebelah barat Culik, dekat Tianyar. Diantara medan

lahar tersebut terdapat deretan pegunungan yang terbentuk dari

aliran lava pada periode erupsi sebelumnya. Medan lahar berupa

batu-batu, krikil campur pasir, aliran lava berupa masa padat yang 

besar dari batuan beku berongga, berwarna coklat merah.

Gunung Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan

gunung Agung. Gunungapi ini sudah tidak aktif pada periode yang

cukup lama, sehingga proses denudasi lebih dominan membentuk

lembah-lembah bekas pengikisan yang sangat dalam. Denudasi

yang lanjut ini mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-

Page 6: Geologi Regional Pulau Bali

lerengnya, sedangkan pada bagian yang agak datar solum tanahnya

tebal berwarna coklat dengan tekstur liat berdebu.

5. Depresi Karangasem

Terdapat disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih

hijau dibandingkan dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena

daerah ini mendapat rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-

lapisan tanah Gunung Agung, dan sungai-sungai pada daerah ini

tidak kering pada musim kemarau.

6. Gugusan bukit Sidemen

Terdapat di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri dari barisan

bukit-bukit yang renadah, dengan tinggi tidak melebihii 800 m.

gugusan Bukit Sidemen ini dipisahkan dengan gunung Gunung

Agung oleh sebuah pelana yang dinamakan Sebetan. Sedangkan

material bukit ini terdiri dari lapisan breksi.

5.1.1.2 Stratigrafi Regional          

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan

selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan

breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi

pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi

Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi

pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh

daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan

dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai

bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini

terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda.

Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa

bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi

Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.

Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih

dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Page 7: Geologi Regional Pulau Bali

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan

gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera,

yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur,

Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan

di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut

dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan

yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.

Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong

masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam  K.M

Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua

berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan

menjadi beberapa satuan yaitu:

a. Formasi Ulakan

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri

dari stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal

dengan sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama

kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu.

Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga  terdiri dari tufa,

nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian

tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring

kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan

kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain

berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang

mirip.

b. Formasi Selatan

Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian

besar berupa batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M

Ejasta, (1995) tebalnya berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju

keselatan antara 7-10o . kandungan fosil yang terdiri dari

Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan

Page 8: Geologi Regional Pulau Bali

berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga

menempati Pulau Nusa Penida.

c. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

Kelompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan

beku yang umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi.

Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari

gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di

daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur,

setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air

panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga

jalur datar di utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa

vulkanisme, dengan panas mencapai 470 C dan bau belerang agak

keras.

d. Formasi Prapatagung

Kelompok  batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah

Prapatagung di ujung barat Pulau Bali. Selain batugamping dalam

formasi ini terdapat pula batu pasir gampingan dan napal.

e. Formasi Asah

Kelompok batuan ini berumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt

ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya

terdiri dari breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal,

lava, obsidian. Batuan ini umumnya keras karena perekatnya

bisaanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali

menunjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan

umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang

menunjukan suasana pengendapan laut.

f. Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah

Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung

api. berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian

barat pulau Bali ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava,

Page 9: Geologi Regional Pulau Bali

breksi dan tufa. Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar

bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke dalam

Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat

sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah,

seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.

Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak  bukit

rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat

dan diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu

bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.

g. Formasi batuan gunungapi kwarter

Kegiatan  vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah

kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut

menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan

Batur, batuan gunungapi  Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung

Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan

batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen,

Gunung Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi

tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang kini masih aktif yaitu

Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.

Tabel 5.1. Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony Purnomo, (2010).

Kala Geologi Formasi

Kwarter Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur

Page 10: Geologi Regional Pulau Bali

Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung

Pohen, Gunung Sangiang, Gunung Lesung

Lava dari Gunung Pawon

Batuan dari gunung api Gunung Batukaru

Batuan gunung api Gunung Agung

Batuan gunung api Gunung Batur

Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur

Kwarter bawah Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,batu gamping terumbuBatuan gunung api Gunung SrayaBatuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur PurbaBatuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufadari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas,dan batuan yang tergabung

Pliosen Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,dengan isian rekahan bersifat gampinganFormasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan,napal

Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi

Miosen - Pleosen Formasi Selatan: terutama batugamping

Miosen Tengah-Atas Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasirMiosen Bawah-Atas Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa

dengan sisipan batuan gampingan    

5.1.1.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi regional P.Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan

selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan

breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi

pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi

Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi

pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh

daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan

dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai

Page 11: Geologi Regional Pulau Bali

bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini

terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda.

Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa

bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi

Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.

Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih

dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan

gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera,

yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur,

Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan

di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut

dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan

yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.

Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong

masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah. Peta

Geologi Regional P Bali dan lokasi rencana waduk Telaga Waja dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 12: Geologi Regional Pulau Bali

Gam

bar

5.1

. .

Peta

geolo

gi re

gio

nal P.

Bali-

Tela

ga W

aja

Page 13: Geologi Regional Pulau Bali