Geologi Lokal Dan Regional Daerah Yogyakarta

11
Geologi Lokal dan Regional Daerah Yogyakarta Geologi regional Fisiografi Berdasarkan sosiografi regional, kondisi geomorfologi daerah penelitian berada di zona pegunungan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmellen, 1949). Pegunungan ini menurut Van Bemmellan dibagi menjadi tiga sub zona, yaitu: Zona Utara, disebut Zona Baturagung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan Patuk, Nglipar, Gendangsari, Ngawen, Semin, dan Pojong bagian utara. Zona Tengah, disebut Zona Ledoksari dengan ketinggian 150-200 m diatas permukaan laut meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Pojong bagian tengah dan Semanu bagian utara. Zona Selatan, disebut Zona Gunung Seribu dengan ketinggian 100-300 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan Pangang, Paliyan, Tepus Saptosari, Rongkop, Semanu bagian selatan dan Pojong bagian selatan. Sub zona Gunungsewu merupakan perbukitan karst berporos relatif barat-timur, dengan beda ketinggian 10-100 m. Bukit-bukit kapur yang berjajar di dalamnya berdiameter 50-300 m. Meskipun luas keseluruhannya lebih kurang 1.485 km 2 , area Gunungkidul yang berada di daerah karst hanya kurang lebih 800 km 2 (sisi

Transcript of Geologi Lokal Dan Regional Daerah Yogyakarta

Geologi Lokal dan Regional Daerah Yogyakarta

Geologi regionalFisiografiBerdasarkan sosiografi regional, kondisi geomorfologi daerah penelitian berada di zona pegunungan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmellen, 1949). Pegunungan ini menurut Van Bemmellan dibagi menjadi tiga sub zona, yaitu: Zona Utara, disebut Zona Baturagung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan Patuk, Nglipar, Gendangsari, Ngawen, Semin, dan Pojong bagian utara. Zona Tengah, disebut Zona Ledoksari dengan ketinggian 150-200 m diatas permukaan laut meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Pojong bagian tengah dan Semanu bagian utara. Zona Selatan, disebut Zona Gunung Seribu dengan ketinggian 100-300 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan Pangang, Paliyan, Tepus Saptosari, Rongkop, Semanu bagian selatan dan Pojong bagian selatan.Sub zona Gunungsewu merupakan perbukitan karst berporos relatif barat-timur, dengan beda ketinggian 10-100 m. Bukit-bukit kapur yang berjajar di dalamnya berdiameter 50-300 m. Meskipun luas keseluruhannya lebih kurang 1.485 km2, area Gunungkidul yang berada di daerah karst hanya kurang lebih 800 km2 (sisi selatan), terdiri dari kurang lebih 45.000 bukit besar dan kecil (jumlah ini ditaksir dari foto udara).

Stratigrafi Stratigrafi Regional daerah penelitian berada pada daerah pegunungan selatan yang berumur diperkirakan berumur Tersier. Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Gunungkidul yang berumur Eosen akhir hingga miosen awal. Batuan penyusun dari batuan dasar ini adalah Formasi Gamping Wungkal, Formasi Kebobutak, Formasi Mandalika, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Wuni, Formasi Oyo. Kemudian diatasnya diendapkan Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek.

1. Formasi Gamping WungkalMenempati bagian terkecil sebarannya dibagian Timur Laut dan daerah Inventarisasi. Batuan penyusunnya dibagian bawah napal pasiran dengan lensa batugamping, sedangkan bagian atasnya perselingan batupasir, batulanau, dan lensa batugamping. 2. Formasi Mandalika Dijumpai setempat dengan sebaran terbatas dibagian Timur Laut daerah Inventerisasi. Batuan pembentuknya umumnya leleran piroklastik yang diendapkan dilingkungan darat, dicirikan oleh lava andesit dan tuff dasit dengan retas diorit. Umur batuan tersebut diperkirakan Oligosen Akhir (Sartono, 1964) atau mungkin hingga Miosen Awal. Formasi Mandalika tersebut tertindih oleh satuan batuan yang berumur Miosen yang termasuk dalam formasi Wuni, Formasi Semilir dan Formasi Wonosari. Nama lain satuan ini adalah Old Andesite Formation (Bemmellen, 1949). 3. Formasi Nglanggran Terdiri dari breksi gunung api, angglomerat dan lava andesit-basalt dan tuff. Batuan ini menempati bagian utara daerah Inventarisasi tersingkap di Sungai Dengkeng, Kecamatan Nglipar. Batuan pembentuk utamanya breksi gunung api, tidak berlapis, dengan komponen dari batuan andesit hingga basal, berukuran 2 hingga 50 sentimeter. Lensa batugamping koral terdapat di bagian tengah dari satuan ini. Batupasir gunung api epiklastika dan tuff berlapis baik terdapat sebagai sisipan dan sebarannya setempat. Struktur sedimen perairan sejajar, perlapisan bersusun, dan cetakan beban memberikan indikasi adanya aliran longsoran (debris flow). Pada lapisan bagian atas permukaannya ererosi yang menunjukan adanya arus kuat. Hadirnya batugamping koral menunjukkan lingkungan laut. Lingkungan pengendapan batuan ini adalah laut yang disertai dengan longsoran bawah laut.Formasi semilir ditindih selaras oleh satuan batuan gunung api yang dikenal sebagai Formasi nglanggaran. Satuan ini tidak mengandung fosil, dan umurnya diduga akhir Miosen Awal hingga permulan Miosen Tengah (Samosusastro, 1956). Formasi Nglanggaran berlokasi tipa di Gunung Nglanggran, di Pematnag Baturagung Utara Wonosari. Formasi Nglanggran berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah, ketebalannya sekitar 530 meter, Formasi ini menjemari dengan Formasi semilir, tertindih selaras dengan formasi Sambipitu, selanjutnya tertindih tidak selaras dengan Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. 4. Formasi Semilir Tediri dari tuff, breksi batuapung dasitan, batupasir tuffaan dan serpih batuan ini menempati bagian utara dari bagian daerah inventarisasi. Formasi ini di bagian bawahnya mempunyai struktur sedimen berlapis baik, perairan, silangsiur berskala menengah dan permukaan erosi. Lignit yang berasosiasi dengan batupasir tufa gampingan dan kepingan koral pada breksi gunung api mewarnai satuan ini pada bagian tengan. Bagian atas satuan ini terdapat batulempung dan serpih, ketebalannya sekitar 15 sentimeter, mempunyai struktur longsoran bawah laut. Secara keseluruhan ketebalan satuan ini diperkirakan 460 meter.Formasi Semilir menindih selaras Formasi Kebobutak, secara setempat tidak selaras, kemudian menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Oyo menindih secara tidak selaras. Formasi Semilir menindih selaras satuan di bawahnya. Runtutannya terdiri dari tuff, serpih, tuff batuapung dasitik, breksi dasitik, breksi batuapung, batupasir, dan batulempung. Bothe (1928) menyebutkan jika satuan ini jarang mengandung fosil dan beberapa jenis foraminifera yang ditemukannya menunjukkan lingkungannya adalah laut. Ismoyowati & Sumarno (1975) menemukan satuan yang berlokasi tipe di gunung semilir (Pematang Baturagung) ini merupakan endapan turbidit yang terbentuk di lingkungan Bathial (Ismoyowati & Sumarno, 1975 ; Rahardjo 1995). 5. Formasi Sambipitu Terdiri dari batupasir dan batulempung. Satuan ini menempati bagian utara. Satuan ini bagian bawahnya disusun oleh batupasir kasar tidak berlapis dan batupasir halus, secara setempat diselingi serpih, batulanau gampingan, lensa breksi andesit, klstika lempung dan fragmen karbon. Arus turbidit telah membentuk struktur sedimen perlapisan bersusun, perairan sejajar, dan gelembur gelombang. Bagian atas dari satuan ini terdapat struktur sedimen perlapisan bersusun, perairan sejajar, silang siur dan gelembur gelombang yang memberikan indikasi adanya endapan longsoran bawah laut kemudian berkembang menjadi arus turbidit. Runtutan sedimen klasik Formasi Sambipitu menindih selaras satuan gunung api di bawahnya. Formasi Sambipitu mempunyai lokasi tipe di Desa Sambipitu, Utara Wonosari. Umur satuan ini diperkirakan Miosen Tengah dengan ketebalan sekitar 230 meter. 6. Formasi Wuni Terdiri dari agglomerat bersisipan batupasir tuffan dan batupasir kasar. Satuan ini menempati secaraterisolasi di bagian selatan. Bagian bawah satuan ini disusun oleh breksi agglomerat, kayu dan bongkah terkersikan. Komponen agglomerat terdiri dari andesit dan basal berukuran 10 hingga 15 sentimeter, setempat bisa mencapai 2 meter. Bagian tengah satuan ini terdapat sisipan batupasir tuffan, batulanau dan konglomerat. Sisipan batugamping koral menempati bagian atas satuan ini.Ketebalan satuan ini diperkirakan 150 meter. Satuan ini ke arah barat berubah menjadi formasi Nglanggran, namun sulit dibedakan. Formasi ini menjemari dengan Formasi Wonosari. 7. Formasi Oyo Disusun oleh sedimen klasik gampingan terdiri dari batupasir gampingan, batugamping tuffaan, batugamping berlapis bersisipan napal dan tuff. Pengendapan batugamping ini berbarengan dengan aktifitas gunung api sehingga tuff mewarnai endapan ini. Semakin ke arah atas unsur material gunung api berkurang. Kemiringan lapisan ke selatan dengan derjat kemiringan 20o-25o. Lapisan ini mudah dikenali di lapangan sepanjang singkapan di Kali Oyo. Pada batupasir gampingan, batugamping berlapis dan napal banyak dijumpai kandungan fosil.Formasi Oyo yang manindih tidak selaras dengan satuan klasik dibawahnya terdiri dari batupasir tuffaan, napal tuffaan, batugamping dan konglomerat, bersisipan tuff, konglomerat batugamping dan breksi gampingan. Satuan ini berlokasi tipe di Sungai Oyo di Gunung Tugu dan Gunung Temas (perbukitan Bayat), Rahardjo (1995) menjumpai batugamping tuffaan berlapis bersisipan nepal ; sedang di Gunung kampak ia mengamati adanya perubahan fasies batugamping menjadi batugamping algae dan batugamping oral, sehingga lingkungannya berhimpun dengan terumbu.

8. Formasi WonosariDisusun oleh batugamping baik batugamping berlapis maupun batugamping terumbu, batugamping napalan dan batugamping konglomeratan. Satuan ini juga terdapat batupasir tuffaan dan lanau. Foermasi wonosari di bagian Selatan menempati perbukitan Karst dominannya disusun oleh batugamping terumbu yang bersifat pejal (bioherm) menunjukkan lingkungnpengerndapannya relatif stabil sehingga terumbu batugamping tumbuh secara sempurna. Pada bagian lereng-lereng bukit terjal biasanya disusun oleh batugamping konglomeratan sebagai endapan hancuran berupa talus yang mengelilingi bukit tubuh terumbu tersebut. 9. Formasi Kepek Penyusun utama Formasi Kepek adalah selang-seling antara lempung, napal pasiran dan batugamping berlapis .Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal terisolasi.

Struktur Geologi Pola struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan sebagian besar berkaitan dengan gejala-gejala tektonik yang pernah berlangsung pada Java Trench dan pembentukan sistem pegunungan di selatan jawa. Bentuk struktur yang terdapat didaerah penyelidikan dan sekitarnya selain diperkuat oleh kenampakan permukaan juga di dukung oleh karakteristik anomali geofisika (geomagnet, gayaberat dan head-on). Struktur yang ada didaerah penyelidikan adalah berupa Sesar, normal ( Bantul, Bambang Lipuro dan Mudal), sesar medatar ( Parangkusumo, Soka Nambangngan dan Siluk); ketidak selarasan, kekar dan Kelarasan (fracturing).Pada umumnya orientasi sesar SE-NW berkisar antara N 275W hingga N 310 W dan NE-SW berkisar antara N20E hingga 50E. Diantara sesar-sesar tsb diatas Sesar Parangkusumo dengan arah N 300W, menunjam 80 ke baratdaya, merupakan sesar yang penting karena mengontrol pemunculan mata air panas Parangtritis. Sudut penunjam sesar menyebabkan pembukaan zona kekaran (fracturing zones).Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).

Gambar 1. Geologi regional DIY

Geologi lokalSecara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 1071503 sampai dengan 1002930 Bujur Timur dan 73451 sampai dengan 74703 Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan KabupatenKlaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah,dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Kabupaten Sleman merupakan daerah dataran, perbukitan dan kaki gunung api. Daerah dataran dengan kemiringan lereng < 5%, terletak pada ketinggian < 5,00 m di atas permukaan laut, dibentuk oleh endapan alluvial dan satuan batuan gunung api Merapi (Qvm) yang berupa lempung, lanau dan pasir. Daerah perbukitan membentuk deretan perbukitan memanjang dari barat ke timur dengan kemiringan lereng agak terjal hingga terjal (15 - >50%), terletak pada ketinggian 200 - 400 m di atas permukaan laut, dibentuk oleh satuan batuan dari Formasi Sentolo (Tmps), Formasi Nanggulan (Teon), Formasi Wonosari (Tmw), Formasi Oyo (Tmo), Formasi Sambipitu (Tms), Formasi Nglanggran (Tmn), dan Formasi Semilir (Tmse). Daerah kaki gunung api dengan kemiringan lereng 15 - 30%, terletak pada ketinggian 500 - 1000 m dpl dan dibentuk oleh endapan volkanik gunung Merapi (Qvm). Sungai - sungai yang mengalir umumnya bersifat permanen (mengalir sepanjang tahun), antara lain S. Opak, S. Oyo, S. Bedog, S. Dengkeng, S. Gondang bersama-sama anak sungainya membentuk pola aliran subdendritik - trellis dan subparalel. Air tanah di daerah penyelidikan berupa air permukaan dan air tanah bebas. Air permukaan berupa air sungai dan air genangan (air rawa), sedang air tanah bebas merupakan air yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air tanpa lapisan kedap air di bagian atasnya.