Gejala psikiatri

18
KESADARAN dan KOGNISI a. KESADARAN (Sensorium) Kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsang, baik dari luar maupun dari dalam diri. Ggn kesadaran sering sbg tanda kerusakan organik di otak. Berbagai tingkat kesadaran: 1. Kompos mentis: derajat kesigapan optimal, memahami apa yg terjadi pd diri dan lingkungan, mampu bereaksi secara memadai. 2. Apatia: penurunan kesadaran, berespon dgn lambat thd stimulus dari luar, tampak acuh tak acuh thd situasi disekitarnya. 3. Somnolensi: penurunan kesadaran, cenderung tidur, tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat thd stimulus dari luar. 4. Sopor: penurunan kesadaran berat, nyaris tidak respon thd stimulus dari luar, atau hanya respon minimal thd perangsangan yg kuat. 5. Koma: penurunan kesadaran paling berat, tidak dapat bereaksi thd rangsangan sekuat apapun. 1

description

gejala psikiatri

Transcript of Gejala psikiatri

Page 1: Gejala psikiatri

KESADARAN dan KOGNISI

a. KESADARAN (Sensorium)

Kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsang, baik dari

luar maupun dari dalam diri. Ggn kesadaran sering sbg tanda kerusakan

organik di otak.

Berbagai tingkat kesadaran:

1. Kompos mentis: derajat kesigapan optimal, memahami apa yg terjadi pd

diri dan lingkungan, mampu bereaksi secara memadai.

2. Apatia: penurunan kesadaran, berespon dgn lambat thd stimulus dari luar,

tampak acuh tak acuh thd situasi disekitarnya.

3. Somnolensi: penurunan kesadaran, cenderung tidur, tampak selalu

mengantuk dan bereaksi lambat thd stimulus dari luar.

4. Sopor: penurunan kesadaran berat, nyaris tidak respon thd stimulus dari

luar, atau hanya respon minimal thd perangsangan yg kuat.

5. Koma: penurunan kesadaran paling berat, tidak dapat bereaksi thd

rangsangan sekuat apapun.

6. Kesadaran Berkabut: perubahan kualitas kesadaran, tidak mampu

berpikir jernih dan berespon secara memadai, sering tampak bingung, sulit

memusatkan perhatian, dan ada disorientasi.

7. Delirium: perubahan kualitas kesadaran yg disertai gangguan fungsi

kognitif luas, perilaku dapat sangat fluktuatif (suatu ketika gaduh gelisah,

pd saat lain tampak apatis), sering disertai gangguan persepsi (halusinasi

atau ilusi), serta 3P (pemusatan, pertahankan, pengalihan perhatian)

terganggu.

1

Page 2: Gejala psikiatri

8. Kesadaran Seperti Mimpi (dream like state): gangguan kualitas

kesadaran pd serangan epilepsi psikomotor, dimana tidak menyadari apa

yg dilakukannya walau tampak melakukannya seperti normal, tidak

bereaksi thd perangsangan (beda dgn tidur berjalan/sleep walking yg akan

tersadar bila diberi perangsangan/dibangunkan).

9. Twilight state: perubahan kualitas kesadaran yg disertai halusinasi, sering

terjadi pada gangguan otak organik, seperti setengah sadar, respon thd

lingkungan terbatas, perilakunya impulsif, emosinya labil dan tak terduga.

b. KOGNISI

Kemampuan mengenal atau mengetahui mengenai benda/keadaan/situasi yg

dikaitkan dgn pengalaman pembelajaran dan tingkat intelegensi seseorang.

Termasuk: memori (daya ingat), konsentrasi (perhatian), orientasi,

kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi,

dan taraf intelegensi.

c. PERHATIAN/KONSENTRASI

Usaha mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu, meliputi

memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian. Pada delirium,

ketiga ranah tersebut terganggu.

Beberapa jenis gangguan perhatian/konsentrasi:

1. Distraktibilitas: ketidakmampuan pemusatan dan pertahankan perhatian,

konsentrasi mudah teralih oleh berbagai stimulus di sekitarnya, lazim

ditemui pada gangguan cemas akut dan keadaan mania.

2

Page 3: Gejala psikiatri

2. Inatensi Selektif: ketidakmampuan pemusatan perhatian pada obyek atau

situasi tertentu, biasanya yang menimbulkan kecemasan. Misal: seorang

dengan fobia tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek atau situasi

yang memicu fobianya.

3. Kewaspadaan Berlebih (hyper-vigilance): pemusatan perhatian yang

berlebihan terhadap stimulus eksternal atau internal sehingga dia tampak

sangat tegang.

d. ORIENTASI

Kemampuan mengenali obyek atau situasi sebagaimana adanya, meliputi

orientasi personal (orang), orientasi ruang (spasial; tempat), dan orientasi

waktu. Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik di otak.

e. MEMORI/DAYA INGAT

Proses pengolahan informasi meliputi rekam – simpan – panggil kembali.

Beberapa jenis gangguan memori:

1. Amnesia: ketidakmampuan mengingat sebagian atau seluruh pengalaman

masa lalu, penyebabnya bisa gangguan organik di otak (misal: kontusio

cerebri) atau faktor psikologis (misal: PTSD). Amnesia menurut waktu

kejadiannya:

a. Amnesia Anterograd: hilangnya memori thd pengalaman/informasi

setelah titik waktu tertentu (misal: seorang yg kecelakaan tidak ingat

peristiwa setelah kejadian).

3

Page 4: Gejala psikiatri

b. Amnesia Retrograd: hilangnya memori thd pengalaman/informasi

sebelum titik waktu tertentu (misal: seorang jatuh dari atap tidak ingat

peristiwa sebelum jatuh).

2. Paramnesia: sering disebut ingatan palsu, dimana terjadi distorsi ingatan

dari pengalaman/informasi yang sesungguhnya, penyebabnya bisa faktor

organik di otak (misal: demensia) atau faktor psikologis (misal: gangguan

disosiatif). Beberapa jenis paramnesia:

a. Konfabulasi: ingatan palsu yg muncul untuk mengisi kekosongan

memori, biasa terjadi pada demensia.

b. Deja Vu: ingatan palsu terhadap pengalaman baru, merasa sangat

mengenali situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya.

c. Jamais Vu: kebalikan Deja Vu, merasa asing terhadap situasi yang

sudah pernah dialaminya.

d. Hiperamnesia: ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu

pengalaman.

e. Screen Memory: secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang

traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi.

f. Letologika: ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam

menemukan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan

pengalamannya, lazim pada proses penuaan atau stadium awal

demensia.

Gangguan daya ingat menurut rentang waktunya:

1. Memori Segera (immidiate memory): ingatan peristiwa yang baru saja

terjadi, beberapa detik – beberapa menit.

4

Page 5: Gejala psikiatri

2. Memori Baru (recent memory): ingatan pengalaman/informasi yang

terjadi beberapa hari terakhir.

3. Memori Jangka Menengah (recent past memory): ingatan peristiwa

dalam beberapa bulan yang lalu.

4. Memori Jangka Panjang: ingatan peristiwa yang sudah lama (bertahun-

tahun yang lalu).

EMOSI (MOOD dan AFEK)

Emosi: suasana perasaan, dihayati secara sadar, melibatkan pikiran, persepsi

dan perilaku, dibedakan menjadi mood dan afek.

Mood: suasana perasaan yg menetap, bersifat pervasif, bertahan lama, yg

mewarnai persepsi seseorang thd kehidupannya.

1. Eutimia: suasana perasaan dalam rentang normal, punya penghayatan

perasaan yg luas dan serasi dgn irama hidupnya.

2. Hipotimia: sedih dan murung, secara subyektif mengeluh sedih dan hilang

semangat, obyektif tampak sikap murung dan perilaku lamban.

3. Disforia: perasaan tidak menyenangkan, sering diungkapkan sbg jenuh,

jengkel, atau bosan.

4. Hipertimia: perasaan bersemangat dan kegairahan yg berlebihan, perilaku

menjadi hiperaktif dan energik berlebihan.

5. Eforia: gembira dan sejahtera secara berlebihan.

6. Ekstasia: suasana perasaan diwarnai kegairahan meluap-luap, sering pd yg

menggunakan zat psikostimulansia.

5

Page 6: Gejala psikiatri

7. Aleksitimia: ketidakmampuan menghayati/sangat sulit mengungkapkan

suasana perasaannya, sering disebut kedangkalan emosi.

8. Anhedonia: kehilangan minat dan kesenangan pada berbagai aktivitas

kehidupan.

9. Kosong: kehidupan emosi yang sangat dangkal, nyaris kehilangan

keterlibatan emosi dengan kehidupan sekitar, biasanya terlihat pada pasien

skizofrenia kronis.

10. Labil: suasana perasaan berubah ubah (sedih, cemas, marah, eforia muncul

bergantian dan tak terduga), dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut.

11. Iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah,

dan bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.

Afek: respon emosional saat sekarang (emosi sesaat), dinilai lewat ekspresi

wajah, pembicaraan, sikap dan gerak-gerik tubuhnya.

1. Luas: afek pada rentang normal, dimana emosi luas dan beragam (baik

dalam ekspresi wajah, irama suara, dan gerakan tubuh) yang serasi dengan

suasana yang dihayatinya.

2. Menyempit: ekspresi emosi yang terbatas, intensitas dan keluasan ekspresi

emosi berkurang, terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang

bervariasi

3. Menumpul: penurunan serius dalam kemampuan ekspresi emosi, yang

tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton, bahasa tubuh sangat

kurang.

4. Mendatar: kehilangan kemampuan ekspresi emosi, lebih berat

dibandingkan afek menumpul, yang tampak dari ekspresi wajah datar,

6

Page 7: Gejala psikiatri

pandangan mata kosong, sikap tubuh kaku, gerakan sangat minimal, dan

irama suara datar seperti “robot”.

5. Serasi: keadaan normal dari ekspresi emosi, dimana ekspresi emosi serasi

dengan suasana yang dihayati.

6. Tidak Serasi: ekspresi emosi yang tidak cocok dengan suasana yang

dihayati, misal menceritakan suasana duka cita namun dengan wajah riang

atau tertawa.

7. Labil: perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang tidak

berhubungan dengan stimulus eksternal.

PERILAKU MOTORIK

Stupor katatonia : aktivitas motorik turun secara ekstrem (gerakan lambat

hingga tidak bergerak dan kaku seperti patung), biasa ditemukan pada

skizofrenia katatonik.

Furor katatonia : agitasi motorik yang ekstrem, tanpa tujuan, tanpa motif yang

jelas, tidak dipengaruhi stimulus eksternal, ditemukan pada skizofrenia

katatonik, sering silih berganti dengan stupor katatonik.

Fleksibilitas serea : sikap tubuh sedemikian rupa dapat diatur tanpa perlawanan

(seluwes lilin).

Bradikinesia : perlambatan gerakan motorik, gerakannya kaku dan kehilangan

respon spontan, biasa pada parkinson atau parkinsonisme.

Katalepsi : mempertahankan sikap tubuh tertentu dalam waktu lama.

Stereotipi dan mannerism : salah satu anggota badan digerakkan berulang-

ulang tanpa tujuan.

7

Page 8: Gejala psikiatri

Negativism : menentang permintaan orang lain atau justru melakukan hal yang

berlawanan dengan permintaan.

Automatisme komando : menuruti perintah secara otomatis tanpa pikir dahulu.

Echolalia : langsung mengulangi atau meniru perkataan orang lain.

Echopraxia : langsung menirukan gerakan orang lain saat melihatnya.

PROSES PIKIR

1. Proses Pikir Primer: terminologi umum untuk pikiran yang dereistic,

tidak logis, magis (normal ditemukan pada mimpi; tidak normal seperti pada

psikosis).

2. Gangguan Bentuk Pikir/Arus Pikir:

Asosiasi longgar : gangguan arus pikir, ide berpindah-pindah yang tidak

berhubungan, bila lebih parah disebut inkoherensia.

Inkoherensia : pikiran yang tidak dapat dimengerti, dimana pikiran atau kata

keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tanpa tata bahasa.

Sirkumstansial : pembicaraan yang tidak langsung, terlalu terpaku pada detail,

sehingga lambat mencapai hal yang diinginkan walau akhirnya tujuan yang

diharapkan tercapai juga.

Tangensial : tidak mampu mencapai tujuan secara langsung, dan akhirnya

memang tidak sampai pada tujuan pembicaraan yang diharapkan.

Asosiasi bunyi (clang association) : Mengucapkan kata yang punya persamaan

bunyi.

Neologisme : membentuk kata baru, atau memberi makna baru dari sebuah kata

yang tidak dimengerti secara umum.

8

Page 9: Gejala psikiatri

Stereotipik verbal (perseverasi) : pengulangan kata, frase, atau ide diluar

konteks atau berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran, atau tema secara

berlebihan.

Blocking : jalan pikiran tiba-tiba berhenti, atau terhenti di tengah sebuah

kalimat.

Mutisme : ketidakmampuan berbicara.

Alogia : kemiskinan pembicaraan.

ISI PIKIR

Kemiskinan isi pikir : pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi

karena tidak jelas, pengulangan yang kosong atau frase yang tidak dikenal.

Waham/delusi : keyakinan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak

konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budayanya, dan tidak dapat

diubah melalui penalaran atau penyajian fakta.

Waham bizzare : keyakinan yang keliru yang bersifat mustahil dan aneh.

Waham sistematik : keyakinan keliru yang tergabung dengan suatu tema atau

kejadian.

Waham nihilistik : keyakinan keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia

adalah tidak ada atau menuju kiamat.

Waham somatik : keyakinan keliru yang melibatkan fungsi tubuh.

Waham paranoid : termasuk waham kebesaran, kejaran (persekutorik), rujukan

(reference), dan dikendalikan.

Waham kebesaran : keyakinan bahwa dirinya sangat kuat, sangat berkuasa,

atau sangat besar.

9

Page 10: Gejala psikiatri

Waham kejaran/persekutorik : keyakinan bahwa dirinya sebagai korban dari

usaha melukai atau menghancurkannya, biasanya berupa komplotan yang

dikhayalkan.

Waham rujukan (reference) : keyakinan keliru bahwa tingkah laku orang lain

itu pasti akan membahayakan atau menjahati dirinya.

Waham dikendalikan : keyakinan keliru bahwa keinginan, pikiran atau

perasaannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk thought

withdrawal, insertion, broadcasting, dan thought control.

Thought withdrawal : waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang atau

kekuatan lain.

Thought insertion : waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang atau kekuatan

lain.

Thought broadcasting : waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang

lain dan tersiar di udara.

Thought control : waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang atau

kekuatan lain.

Waham cemburu : keyakinan keliru yang berasal dari cemburu patologis

tentang pasangan yang tidak setia.

Erotomania : keyakinan keliru (biasanya seorang wanita) bahwa seseorang

sangat mencintainya.

PERSEPSI

Depersonalisasi : perasaan subyektif, merasa dirinya sendiri (atau tubuhnya)

sebagai tidak nyata (asing, tidak dikenali).

10

Page 11: Gejala psikiatri

Derealisasi : perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak

nyata.

Ilusi : persepsi yang keliru terhadap stimulus eksternal yang nyata.

Halusinasi : persepsi palsu, tidak ada stimulus eksternal yang nyata, menghayati

gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.

Halusinasi hipnagogik : umumnya bukan fenomena patologis, dimana terjadi

persepsi sensorik keliru ketika mulai jatuh tertidur.

Halusinasi hipnapompik : umumnya bukan fenomena patologis, dimana terjadi

persepsi sensorik keliru ketika mulai terbangun dari tidur.

Halusinasi auditorik : persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara

manusia namun bisa pula jenis suara lain, merupakan jenis halusinasi paling

sering pada gangguan psikiatri.

Halusinasi visual : persepsi penglihatan yang keliru, bisa berupa bentuk yang

jelas (orang) atau bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), bisa terjadi pada gangguan

medis umum.

Halusinasi penciuman : persepsi penghidu yang keliru, bisa terjadi pada

gangguan medis umum.

Halusinasi pengecapan : persepsi pengecapan yang keliru, bisa terjadi pada

gangguan medis umum, misalnya rasa tidak enak sebagai gejala yang

mengawali suatu kejang.

Halusinasi taktil : persepsi perabaan yang keliru, misalnya phantom limbs

(sensasi anggota tubuh teramputasi) atau formikasi (sensasi merayap di bawah

kulit).

Halusinasi somatik : sensasi yang keliru tentang sesuatu yang terjadi pada atau

di dalam tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam.

11

Page 12: Gejala psikiatri

Halusinasi liliput : persepsi yang keliru dimana obyek terlihat lebih kecil.

REALITY TESTING ABILITY (RTA)

Kemampuan seseorang untuk menilai realitas.

TILIKAN

Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari

suatu situasi. Tilikan terganggu berarti kehilangan kemampuan untuk

memahami kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya.

Derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.

Derajat 2 : ambivalensi terhadap penyakitnya.

Derajat 3 : menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.

Derajat 4 : menyadari diri sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami

penyebab sakitnya.

Derajat 5 : menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyakitnya, namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.

Derajat 6 (sehat) : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai

motivasi untuk mencapai perbaikan.

12