Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan...

34
1 Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem Penceraan pada Anjing dan Kucing (Suatu Bahan Diskusi) I Wayan Batan Lab Diagnosis Klinik dan Patologi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana 2017

Transcript of Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan...

Page 1: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

1

Gejala-Gejala Klinik

yang Berkaitan dengan Sistem Penceraan

pada Anjing dan Kucing (Suatu Bahan Diskusi)

I Wayan Batan

Lab Diagnosis Klinik dan Patologi Klinik Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana 2017

Page 2: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

2

Daftar Isi

No Judul Halaman

1 Pembesaran abdomen disertai ascites 3

2 Pembesaran abdomen tanpa ascites 6

3 Diare yang berlangsung akut 8

4 Konstipasi/obstipasi 11

5 Diare kronik 14

6 Kesulitan menelan/disfagia 18

7 Kehilangan nafsu makan/anoreksia 22

8 Muntah/vomiting 24

9 Muntah darah/hematemesis 27

10 Kehilangan bobot badan 30

11 Penyakit kulit/mukosa kuning: ikterus (jaundice) 32

Page 3: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

3

PEMBESARAN ABDOMEN DISERTAI ASCITES

Ascites adalah suatu keadaan yang membuat cairan menumpuk dalam rongga

peritoneum sehingga membuat tampilan abdomen teramati membesar. Dalam kejadian ini

pemebesaran abdomen dapat diamati oleh pemilik hewan. Hendaknya perlu diingat bahwa

ascites yang kejadiannya bersifat dini tidak ditandai dengan pembesaran abdomen.

Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat disebabkan oleh peradangan, penyakit

menular, gangguan metabolik, suatu keadaan degeneratif, dan neoplastik. Ascites hendaknya

dibedakan dari pembesaran abdomen yang tidak disertai dengan penumpukan cairan di dalam

rongga abdomen.

Gejala-gejala Penyertai Ascites

Gejala-gejala klinik yang disertai dengan pembesaran abdomen adalah suatu hal yang

umum. Sesuatu yang menciri yang berkaitan dengan gejala dapat memberikan informasi

penting untuk mendasari suatu diagnosis. Riwayat penyakit biasanya berkaitan dengan

peningkatan volume air yang diminum dan urinasi, diare, muntah, nafsu makan naik atau

turun, rasa nyeri, peningkatan bobot dan menurunnya masa otot.

Pada pemeriksaan fisik hendaknya bisa dipastikan bahwa pembesaran abdomen

terjadi karena penumpukan cairan. Periksalah pasien terhadap kemungkinan adanya suara

bising (murmur) jantung dan terpalpasi adanya aritmia jantung. Jika cairan tidak ditemukan,

pastikan adanya atau tidaknya massa di rongga perut. Jika cairan ditemukan, lakukan analisis

karakter, biokimia, dan sitologi cairan tersebut.

Rencana Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk meyakinkan terjadinya penyakit

kardiopulmonalis atau menyingkirkan kemungkinan penyakit tersebut. Perlu dilakukan.

evaluasi kulit dan rambut yang mungkin menyebabkan adanya suatu penyakit endokrin.

Lakukan penilaian terhadap pembesaran abdomen berdasarkan pemeriksaan palpasi dan

auskultasi.

2. Radiografi dan ultrasonografi perlu dilakukan guna memastikan adanya cairan, lemak

atau organomegali

Page 4: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

4

3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia

lakukan ultrasonografi abdominal

4. Jika cairan tidak ada dalam abdomen, maka perlu dilakukan radiografi kontras

terhadap abdomen (barium series), dexamethasone supresson test, laparotomi

abdominal, dan ultrasonografi abdominal

Tabel. Diagnosa Banding Ascites

Hemoragi

Eksudat

Transudat

termodifikasi

1. Radiografi abdominal

2. Ultrasonografi Abdominal

3. Waktu prothrombin partial, prothrombin tisue

4. Radiografin dada

Hemoperitoneum traumatika

Neoplasia Berdarah koagulopati

1. Kimia Serum 2. Radiografi

abdomen 3. Ultrasonografi

abdomen 4. Potassium

Creatinie 5. Amilase, Lipase 6. Feline infectious

peritonitis, sitologi 7. Biakan cairan

ascites 8. Laparotomi

eksplolatori

Peritonotis Ruptur traktus

urinaria Pankreatitis Feline Infectious

peritonitis

1. Kimia Serum 2. Radiografi dada 3. Echokardiografi 4. Elektrokardiografi 5. Radiografi

abdominal 6. Ultrasonografi

abdominal 7. Tes Fungsi hati 8. Kontras

Angiografi

Penyakit jantung Penyakit vena

cava Penyakit hati

Page 5: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

5

Transudat Murni

Chyle

Protein Lusius nephropathi

Protein Lusius ekteropathi

Penyakit hati Arterio venous

shuting

1. Kimia Serum 2. Radiografi

Abdominal 3. Ultrasonografi

abdominal 4. Kontras

Angiografi

1. Kimia Serum 2. Radiografi

abdominal 3. Ultrasonografi

abdominal 4. Radiografi dada 5. Echokardiografi 6. Lymphangiografi 7. Laparotomi

eksploratori 8. Biopsi

Penyakit jantung

Penyakit ductus

thorasikus

Lymphangiektasi

Anomali

kongenital

Page 6: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

6

PEMBESARAN ABDOMEN TANPA ASCITES

Definisi pembesaran abdomen tanpa disertai ascites adalah suatu keadaan pada anjing dan

kucing yang menyebabkan pembesaran pada rongga abdomen yang teramati saat

pemeriksaan fisik. Pembesaran abdomen ada sifatnya fisiologi atau normal (seperti

pembesaran abdomen pasca makan/post pandria) pada anak anjing, anak kucing, atau hewan

bunting atau abnormal (suatu keadaan yang berkaitan dengan organomegali).

Gejala-Gejala Penyerta

Berkaitan dengan penyebabnya, pembesaran abdomen umumnya disertai dengan upaya keras

pada hewan penderita untuk melakukan respirasi. Umumnya dicirikan dengan takhephoa

(laju respirasi meningkat). Pada anjing dibandingkan kucing, lebih sering disertai dengan

dengkuran (grunt) saat bernafas. Peningkatan laju degup jantung, lesu atau lemah, nafsu

makan turun, dan biasanya teramati juga orthopnoea (positional breathing).

Diagnosis Banding

Tabel. Diagnosis banding pembesaran abdomen

Pembesaran

Fisiologis

Tanpa Penumpukan Cairan Dengan Penumpukan Cairan

Pascamakan Bunting Organomegali

Neoplasia

Obstipasi

Dilatasi lambung

Hiperadrenokortikisna

Ruptera tendo prepubik

Pembesaran kantong kemih

Pnenuopertoneum

Kadar protein tinggi di atas 2,5

g/dL

Gagal hati.

Gagal jantung sisi kanan karena

pembendungan.

Peradangan karena infeksi seperti FIP

Kimia/ peritonitis akibat obat..

Trauma.

Neoplasia

Trombosis vena hepatika atau anomali

vaskuler.

Chyloabdomen.

kadar protein rendah di bawah 2,5

g/dL

Hipoproteinemia (disebabkan oleh

gangguan pada ginjal, hati,

gastriointestinal)

Hiportensiportal karena penyakit primer

pada hati

Neoplasia

Page 7: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

7

Rencana Diagnostik

Riwayat penyakit. Apakah ada atau tidak suatu pakan yang dikonsumsi atau (pada

betina dewasa) apakah ada kemungkinan hewan tersebut sedang bunting

Palpasi abdominal. Catatan: lebih baik dilakukan dengan hewan berbaring ke sisi

kanan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kedua telapak tangan secara

bersamaan

Ballotment abdominal. Lakukan manipulasi dinding abdomen dalam upaya

menentukan apakah ada atau tidaknya penumpukan cairan di dalam abdomen

Citra atau imaging. Lakukan radiografi abdomen atau ultrasonografi terhadap

abdomen

Profil laboratorium. Umumnya dilakukan untuk menilai status kesehatan hewan

secara menyeluruh.

Aspirasi dengan jarum kecil. Bisa dilakukan untuk mengeluarkan cairan untuk

melakukan aspirasi terhadap massa atau organ. Sampel jaringan disiapkan untuk

pemeriksaan sitopatologi

Bedah ekploratori. Laparoskopi bisa menjadi pilihan lain memerlukan pengalaman

dan peralatan yang khusus.

Bedah eksplolatori. Laparotomi bisa menjadi pilihan lain, namun memerlukan

penanganan dan peralatan yang khusus.

Page 8: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

8

DIARE YANG BERLANGSUNG AKUT

Diare akut adalah perubahan mendadak pada pola saluran pencernaan, dicirikan

dengan meningkatnya keencera/fluiditas, frekuensi, dan volume tinja, walaupun terapi

empirik dan suportif telah dilakukan. Pada dasarnya diare terjadi jika kandungan air dan

kandungan lain dalam usus yang mencapai kolon melampaui kemampuan kolon menyimpan

tinja dan menyerap kelebihan air yang dikandung tinja. Patogenesis diare akut dapat

dikategorikan ke dalam:

1. Diare osmotik: adalah terbentuknya tingkat perbedaan osmotik dalam usus yang

membuat air mengalir ke dalam usus. Gangguan pencernaan dan absorbsi dapat

menimbulkan perbedaan osmotik secara intraluminal. Pada diare osmotik sederhana

gejala klinik bisa menghilang bila pasien dipuasakan dan perbedaan osmotik dapat

diseimbangkan.

2. Permeabilitas usus yang tidak normal: sangat berkaitan dengan penyakit infiltratif

pada usus (seperti penyakit peradangan pada usus atau neoplasia). Lesi-lesi

peradangan pada usus mengubah permeabilitas mukosa dan mendorong terjadinya

eksudasi ke dalam lumen usus.

3. Diare sekretori: terjadi sebagai akibat berbagai bahan (seperti enterektoksin, hormon

usus) yang berperan sebagai sekretagugus. Usus dirangsang mensekresikan cairan

tanpa disertai dengan perubahan permeabilitas, kemampuan menyerap motilitas, atau

perbedaan osmotik

4. Motilitas usus abnormal: bisa terjadi karena gangguan primer pada saluran

pencernaan namun tidak selalu gangguan motilitas menimbulkan diare. Secara

normal kontraksi peristaltik mendorong chyme ke aboral, sementara itu aktivitas

segmental menghambat laju gerakan chyme karena aktivitas tersebut melaksanakan

peran penting dalam mencampur kandungan usus dan memaksimalkan kontak dengan

sistem enzim brush border. jika kontraksi segmental berkurang aliran kandungan

usus secara tanpa hambatan mengalir melintasi usus yang lemah atau kendor.

Pada pasien ada pandangan bahwa hanya satu dari mekanisme tersebut yang terlibat.

Namun, semakin lama penyebab diare ini ada, tampaknya mekanisme homeostasis dan

kompensasi akan dikalahkan oleh penyebab tadi. Dalam hal tersebut, patogenesis diare pada

pasien berkaitan dengan berbagai kejadian dalam tubuh pasien.

Page 9: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

9

Gejala-Gejala Penyerta

Diare akut merupakan gejala yang sering ditemukan dan ada banyak kemungkinan

diagnosis. Catatan gejala yang menyertainya secara klinik bisa begitu luas di antara gejala

yang paling sering dijumpaipada hewan yang mengalami diare akut adalah muntah, dehidrasi,

kehilangan sedikit bobot badan, dan hematochezia (berak darah). Nyeri abdomen, halitosis,

terkentut-kentut/flatulence, dan borborygmus adalah tanda-tanda lain yang menyertai

gangguan usus walaupun tidak semua pasien yang mengalami diare akut menderita penyakit

intestinal primer, karena sangat mungkin karena penyakit gagal ginjal, gagal hati atau

hipoadenokortikisme. Maka dari itu gejala ikterus, ulkus mulut, kelemahan otot, hendaknya

selalu diperhatikan. Demam, anoreksia, dan lesu umumnya menyertai diare akut pada anjing

dan kucing.

Tabel Diagnosis diare akut

Kategori penyebab Agen yang terlibat

1. Agen infeksius

a. Parasit usus Nematoda seperti askaris, cacing kait, cacing

keremi, Strongyloides spp, Trichinella spp,

protozoa (Coccidea, Giardia,

Cryptosporidium spp, Pentatrichomas)

b. Bakteri E. coli, Salmonella spp, Pseudomonas spp,

clostridium spp, Campylobacter spp,

Yearsinia enterocolitica, Staphylococus spp,

Helocobacter spp.

c. Virus Paramyxso virus (distemper anjing), parvo

virus anjing dan kucing, adenovirus-1

(corona virus dan reo virus kejadiannya

jarang dan kurang penting).

d. Ricketsia Salmon poisoning

2. Bahan beracun Antibiotik, antiparasit, antineoplastik, logam

berat, insektisida, oragano posfat, anti

radang.

3. Dietari Pakan sembarangan, engorverment,

hipersensitif pakan, pakan yang mendadak

diubah.

4. Obtruksi usus Benda asing, intususepsi, volvulus,

meoplasia.

5. Ekstraintestinal Gagal ginjal, penyakit hati,

hipoadenokortikisme (addison’s disease),

pankreatitis akut dan kronis.

Page 10: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

10

Rencana diagnostik

Telusuri riwayat penyakit dan lakukan pemeriksaan fisik meliputi palpasi abdomen.

Buktikan hewan terhadap kemungkinan terpapar agen infeksius dan tanda- tanda yang

menyertainya.

Terapi cairan NaCl secara intravena merupakan suatu tindakan yang penting dalam

evaluasi dini (hewan dengan tanda-tanda yang berkaitan dengan hipoadenokortikisme

atau penyakit addison, setelahditangani biasanya pulih dalam beberapa menit atau

jam), pada pasien yang mengalami dehidrasi parah karena diare akut.

Profil laboratarium (termasuk hematologirutin), profil biokimia (termasuk amilase

atau lipase dan sodium dan potasium), urinalisis, pemeriksaan tinja (langsung dan

apung atau flotation). Lakukanlah sejumlah pemeriksaan sebelum menyingkirkan

(rolling out) kemungkinan diare disebabkan oleh parasit). Pasien kucing hendaknya

diperiksa terhadap kemungkinan menderita FeLV dan FIV. Anjing hendaknya

diperiksa terhadap kemungkinan adanya antigen parvo virus pada anjing.

Lakukan radiografi abdomen

Tes diagnostik khusus bisa dilakukan seperti: tes ultrsound abdomen, duodenoscopy

dan biopsi mukosa, biakan tinja untuk bakteri dan virus, uji serologi untuk penyakit

ricketsia, virus dan jamur dan laparotomy abdomen.

Page 11: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

11

KONSTIPASI (OBSTIPASI)

Konstipasi adalah suatu kesulitan dalam melakukan/defekasi atau frekuensi berak

bertambah jarang. Obstipasi adalah konstipasi yang intractable menyebabkan sumbatan/

inpaction jalur rektum atau kolon. Pada kucing dan anjing keadaan tersebut bersifat dapatan

(menurun).

Hewan merejan (straining) saat buang air besar atau nyeri saat defekasi merupakan

pertanda penting konstipasi atau obstipasi. Sebenarnya tidak ada definisi yang pasti tentang

keteraturan saluran pencernaan, tidak ada suatu jadwal normal atau jumlah yang akan terjadi

dalam sehari atau dalam seminggu dalam hal buang air besar, namun penyimpangan dari hal

tersebut dapat mengakibatkan konstipasi.

Dalam praktek, konstipasi dapat dipandang terjadi jika terjadi penundaan yang signifikan

dalam frekuensi berak atau tinja teramati bentuknya yang tidak umum yakni menjadi keras

atau kering. Konstipasi yang terjadi dapat dikategorikan menurut salah satu yang

dikemukakan berikut yakni neurogenik, mekanik (fisik), muskuler (otot polos), dan

iatrogenik (dipicu oleh obat).

Pemilik hewan yang sadar hewan miliknya merejan saat defekasi, mungkin saja dalam

kenyataannya, hewan tersebut merejan saat kencing. Hal ini sangat sering terjadi pada

kucing-kucing yang mengalami gangguan saluran perkencingan bagian bawah, seperti feline

urologic syndrome (FUS). Dalam konteks yang didiskusikan ini lebih dalam kaitannya

dengan konstipasi dan obstipasi.

Gejala-Gejala Penyerta Konstipasi

Menilai seekor pasien yang memperlihatkan gejala konstipasi atau obstipasi bisa menjadi

suatu tantangan medik yang signifikan karena mekanisme patogeniknya yang kompleks dan

bervariasi. Hewan-hewan yang konstipasinya karena neurogenic, umumnya adalah penyakit

yang memperlihatkan rasa nyeri di daerah peritoneal atau rektum, dan disertai lesi setempat.

Pasien lain bisa saja menunjukkan penyakit neurogenic tanpa rasa nyeri, atau komplikasi

dalam waktu yang lama karena trauma pelvis atau spinal.

Page 12: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

12

Penyebab mekanik dapat berupa ekstraluminal atau intraluminal. Palpasi abdomen dan

palpasi rektal perlu dilakukan pada pasien jantan maupun betina baik pada anjing maupun

kucing.

Tinja yang langsing atau tinja yang terwarnai darah bisa merupakan pertanda adanya lesi

intraluminal, sementara itu pasien dengan lesi ekstraluminal tanda yang ditemukan pada

gangguan intraluminal tidak dijumpai. Penyebab yang sifatnya muskuler paling jarang terjadi

dan pada umumnya sebagai akibat gangguan metabolik yang ekstrim. Atau kolon yang

sifatnya idiopatik pernah dilaporkan, tapi konstipasi bisa juga disebabkan oleh keadaan

katabolik yang parah. Bukti-bukti pemeriksaan lab penyakit endokrin dan kelainan terhadap

elektrolit hendaknya selalu diperiksa.

Tabel Diagnosis banding konstipasi

Penyebab

neurogenik

Penyebab mekanik Penyebab muskuler Penyebab dipacu

obat

Kortikal (dipicu

nyeri)

Perianal

Neoplasia

Penyakit

saccusanalis

Fistula perianal

Myasis

Ekstraluminal

Prostat

(neoplasis/hyperplasia)

Tumor berukuran besar

intraabdominal

Bunting

Fraktur pelvis

Atoni kolon

Maltrunisi parah dan

cachexia

Hipotiroidisme

Hiperkalsemia

Hyperkalemia

Hiperparatiroidisme

Dilatasi segmental

Pascabedah

Anastetik

Anticholinergic

(contoh atropine)

Antikovulsan

Barium sulfat

Diuretik

Terapi laksativa

berkepanjangan

Keracunan logam

berat (timbal/Pb)

Penyakit sistem

saraf pusat

Trauma spinalis

Neoplasia spinalis

Myelopati

degenerasi

Intraluminal

Striktura rektal

(adenocarsinoma)

Striktura kolon

Granuloma

(histoplasmosis)

Tumor jinak kolorektal

Fecalith

Prolapses kolonik rektal

Intesusepsi

Penyakit saraf

tepi

Komplikasi pasca-

trauma pelvis

Page 13: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

13

Gambar Algoritme klinis untuk konstipasi pada anjing dan kucing

Hewan positif

Kon

Hewan Positif

temuan positif(megacolon)

Signalemen dan riwayat penyakit

Konstipasiyg nyata misalnya sehabis diare

Retensis feses berkepanjangan seperti

hewan yang dikurung

Bunting (?)

Dipicu

pengobatan

Peri laku

Pemeriksaan fisik

Nyeri anal/rektal

Luka/trauma; Infeksi Neoplasia; Penyakit saccusanalis

Biopsy/terapi lokal

Obstruksi kolon/rektal

Prostat; Tumor; Feca-lith; Striktura; Pro lapsus/hernia;

Pemeriksaan lan-jutan/penanganan

Penurunan

fungsi neurologic

seperti conscious

proprioception

Radiografi spinal

Pemeriksaan

lanjutan

Kelemahan otot

secara

menyeluruh dan

dehidrasi

Lab data base

Radiografi

abdomen

Fecalth (obstipasi) seperti atoni

Penyakit korda spinalis atau cidera

Pemeriksaan

lanjutan

pp

Pembesaran prostat

Pemeriksaan

lanjutan

Tumor intra abdominal

Pemeriksaan

lanjutan

Trauma pelvis yang telah pulih atau trauma pelvis (khusus pada kucing)

Laboratory

data base

Sedasi atau

bius umum

Pemeriksaan

lanjutan

temuan

positif

Hiper kalsemia

Hipo

kalemia

Hiperparatiroidisme

Hipotiroidisme

Pemeriksaan

anal atau

rectum scr

berulang

Proktosko

pi dengan

disertai

biopsi

Kolonosko

pi disertai

biopsi

Radiografi

kontras

terhadap

kolon

Laparotomi

ekploratory

Aspirasi perku

taneus prostat

tat untuk sito

logy & biakan

Myelo

-gram

Biopsi otot EMG/Elektromyo gram

Hiper adreno kortikisme

Page 14: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

14

DIARE KRONIK

Diare kronik adalah suatu perubahan pada pola saluran pencernaan yang terjadi secara

bertahap atau persisten, dicirikan dengan peningkatan fluiditas/keenceran, frekuensi, dan

volume tinja yang dikeluarkan dan berlangsung lebih dari 1-2 minggu, walaupun telah

dilakukan terapi sportif atau empirik. Secara klinik, riwayat penyaki dan gejala yang

menyertainya hendaknya dimanfaatkan untuk lebih menajamkan apakah diare kronik yang

terjadi akibat gangguan usus besar atau usus kecil.

Gejala-gejala penyerta

Mampu membedakan secara klinik antara diare usus besar dengan diare usus kecil adalah

suatu hal yang mendasar dalasm mendiagnosis dan menangani diare kronik. Gejala-gejala

diare kronik sebenarnya kurang lhas, dan hal-hal yang berkaitan dengan penyakit ini adalah

dehidrasi, kualitas rambut penutup tubuh yang buruk, dan demam. Pada saat melakukan

palpasi abdomen, pemeriksa terkadang dapat merasakan adanya masa memadat, penebalan

lengkungan (loop) usus, rasa nyeri, dan adanya gas dalam usus. Adanya edema, ascites, dan

efusi pleura pada penderita diare kronik, menandakan bahwa pada penderita tersebut sedang

mengalami kehilangan protein melalui usus. Pasien yang disertai dengan mukosa yang

memucat hendaknya dinilai terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan usus seperti

kejadian anemia pada penyakit kronik,

Gejala hematologi yang penting diperhatikan adalah eosinofilia (alergi atau peradangan) dan

limfopenia (limfangiektasis). Hipoproteinemia umumnya berkaitan dengan malnutrisi yang

parah, protein losing enteropathy, dan kehilangan darah dalam saluran pencernaan.

Hiperglobulinemia jika terjadi umumnya berkaitan dengan enteropati (pada anjing ras

Basenji).

Rencana Diagnostik

Riwayat penyakit dan temuan pemeriksaan fisik, dapat digunakan untuk menggolongkan

diare kronik yang dihadapi, apakah diare usus besar atau diare usus kecil. Tindakan

pemeriksaan screening rutin terhadap pasien hendaknya meliputi pemeriksaan hematologi,

profil biokimia, uji apung tinja, pemeriksaan tinja secara langsung, dan urinalisis.

Diagnosis parasit usus. Pemeriksaan secara visual terhadap tinja dan anus perlu dilakukan

untuk melihat kemungkinan adanya proglotid, di samping uji apung dengan zeng sulfat untuk

Page 15: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

15

memeriksa Giardia dan sista koksidia, pemeriksaan dengan suspensi larutan garam jenuh

untuk trofozoit protozoa, dan sedimentasi atau pemeriksaan larva Strongyloides ala

Boermann. Cacing keremi dewasa kadang dapat teramati dalam kolon pada saat dilakukan

kolonoskopi.

Page 16: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

16

Tabel 1. Langkah-langkah diagnostik terhadap gangguan diare usus kecil kronik yang

spesifik

Penyebab diare usus kecil kronik Uji diagnostik/prosedur

Eksokrin, insufisiensi pankreas Serum trypsin-like immunoreactivity

Penyakit radang kronik usus halus

Eosinofilik enteritis Enteritis limfositik plasmasitik Immunoproliferative enteropathy of basenji

Biopsi, eosinofilia Biopsi, serum protein elektroforesis Radiografi, biopsi

Lymphangiectasia Limfopenia, biopsi

Atrofi villi

Gluten enteropathy Idiopathic

Merespons pakan bebas gluten Biopsi

Histoplasmosis Serologi, sitologi, biopsi

Lymphosarcoma Biopsi

Small intestine bacterial overgrowth (SIBO)

Kultur isi usus (aspirasi), folate, respons terhadap antibiotik

Giardiasis Pemeriksaan tinja, respons terhadap parasitisida

Defisiensi laktase Respons terhadap pakan tanpa laktosa

Tabel 2. Langkah-langkah diagnostik terhadap gangguan diare usus besar kronik yang spesifik

Penyebab diare usus kecil kronik Uji diagnostik/prosedur

Kolitis kronik

Idiopatik Histiosit Eosinofilik

Kolonoskopi, biopsi kolon

Kolitis abrasif Riwayat diet, inspeksi tinja

Kolitis karena cacing keremi Uji apung tinja, kolonoskopi, respons terhadap fenbendazole

Kolitis protozoa

Amebiasis Ulas tinja air gara

Balantidiasis

Trichomonas

Kolitis histoplasma Sitologi tinja, biopsi kolon, serologi, kultur

Kolitis salmonella Biakan

Kolitis campylobacter Bakan

Kolitis protothecal Biopsi kolon

Polips rektokolon Palpasi digital, enema barium

Adenokarsinoma kolon Kolonoskopi, enema barium, ultrasound abdomen

Limfosarkoma kolon Enema barium, kolonoskopi

Diare fungsional (iritasi kolon) Riwayat penyakit, upaya pemeriksaan sehingga dapat

menyingkirkan penyebab lain

Page 17: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

17

Pemeriksaan tambahan bagi tinja. Selain melakukan pemeriksaan rutin seperti uji apung tinja

dan pemeriksaan langsung, pemeriksaan lain perlu dilakukan seperti pemeriksaan

mikroskopis terhadap lemak (dengan pewarnaan sudan III), pati/starch (dengan iodium),

pewarnaan sitologi (pewarnaan Giemsa dan Wright) untuk menilai keberadaan leukosit dan

agen-agen infeksi. Suatu malasimilasi dapat dinilai berdasarkan analisis kuantitas lemak

pada tinja dan bobot tinja (produksi tinja setiao hari) walau pun secara klinik uji ini jarang

dilakukan, sejumlah uji biokimia dan fisik dapat pula dilakukan pada feses seperti kandungan

air dalam timja, kandungan nitrogen (untuk azotorrhea dan malasimilasi), elektrolit, pH,

osmolalitas, darah dalam tinja, dan biakan baik untuk bakteri mau pun jamur.

Perlu dilakukan Tes penyerapan dan fungsi pencernaan seperti trypsin-like immunoreactivity

(TLI), folate dalam serum, dan pemeriksaan kandungan vitamin B12.

Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi dan ultrasonografi gastrointestinal.

Perlu dilakukan endoskopi gastrointestinal (gastroskopi, duodenoskopi, dan kolonoskopi),

disertai biopsi mukosa. Intubasi dan aspirasi terhadap duodenum dapat dilakukan guna

memperoleh spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan biakan.

Perlu dilakukan laparotomi eksploratori dan biopsi usus.

Respons terhadap penanganan secara empirik seperti sulih/penggantian enzim atau

penanganan terhadap parasit-parasit usus.

Page 18: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

18

KESULITAN MENELAN/DISFAGIA

Disfagia adalah proses menelan yang sulit dan disertai dengan rasa nyeri. Secara klinik

hewan yang mengalami disfagia ditandai upaya menelan secara terus menerus dengan penuh

tenaga, dengan atau tanpa disertai dengan regurgitasi. Tanda-tanda tersebut akan tampak

nyata segera setelah hewan melakukan prehensi terhadap pakan dan air.

Menelan adalah suatu refleks yang rumit, diperlukan koordinasi sejumlah otot dan reaksi

neurologi yang melibatkan lidah (lingua), langit-langi (pallatum durum dan pallatum molle),

farings, larings, esofagus, dan gastroesofagus junction. Refleksmenelan dikoordinasikan oleh

nervus kranialis (NK) V, NK VII, NK IX, NK X, dan NK XI, maka dari itu lesi lesi neurologi

yang terjadi pada nuklei di batang otak dan pembentuk retikular dapat mengakibatkan refleks

menelan menjadi tidak normal.

Disfagia dapat terjadi sebagai akibat gangguan yang memengaruhi salah satu dari tiga fase

menelan, bisa fase orofarings, fase esofagus, dan fase gastroesofagus. Gangguan yang

bersifat morfologi yang membuat lesi dan menekan fungsi orofarings, esofagus, lambung,

otak atau batang otak dapat mengakibatkan disfagia. Gangguan fungsional atau motilitas

yang memengaruhi proses menelan meliputi spastisitas, inkoordinasi, atau kontraksi otot

yang gagal, dapat diakibatkan gangguan neurologi, gangguan transmisi neuromuskuler, atau

penyakit primer yang terjadi pada otot. Gangguan tersebut dapat bersifat menurun

(congenital) atau sifatnya dapatan. Gangguan yang memengaruhi proses menelan pada fase

orofarings menjadi penyebab disfagia yang menimbulkan bunyi (saat berupaya menelan),

sedangkan gangguan yang memengaruhi fase esofagus dan fase gastroesofagus membuat

proses menelan diikuti dengan kejadian regurgitasi.

Gejala-gejala Penyerta

Disfagia teramati pada hewan muda, khususnya yang berkaitan dengan gangguan motilitas

esofagus yang sifatnya kongenital, sedangkan yang sifatnya dapatan dilaporkan terjadi pada

hewan tua. Kejadian disfagia lebih banyak dilaporkan terjadi pada anjing dibandingkan pada

kucing. Disfagia bisa terjadi baik pada hewan jantan mau pun betina.

Prehensi pakan pada penderita disfagia umumnya normal. Hipersalivasi kadang-kadang

dilaporkan terjadi pada hewan yang mengeluarkan leleran hidung dan disertai regurgitasi.

Regurgitasi bukanlah gejala yang selalu muncul pada penderita disfagia, dan regurgitasi tidak

Page 19: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

19

berkaitan dengan tingkat keparahan disfagia. Regurgitasi umumnya sebagai akibat gangguan

proses menelan pada fase esofagus dan fase gastroesofagus.

Walaupun kebanyakan penderita disfagia memiliki nafsu makan yang normal atau bahkan

meningkat (polifagia), namun gejaala anoreksia, penurunan bobot badan, dan batuk-batuk

sangat mungkin berkaitan dengan penyakit obstruksi esofagus kronik atau ulserasi esofagus.

Hendaknya selalu diingat dan diwaspadai bahwa pemeriksaan pasien yang menunjukkan

gejala neurologi mesti dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena disfagia dapat

merupakan akibat utama infeksi virus rabies.

Rencana diagnostik

Lakukan pengamatan dengan penuh seksama pada penderita disfagia saat menelan pakan dan

meminum air.

Lakukan pemeriksaan hematologi, profil biokimia, dan urinalisis. Pemeriksaan laboratorium

umumnya kurang membantu dalam mendiagnosis, namun penting dalam menilai keadaan

pasien secara menyeluruh. Uji apung tinja perlu dilakukan untuk menemukan telur cacing

dan mendiagnosis cacing lambung/esofagus, Spirocerca lupi

Pemeriksaan lab khusus yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan antinuclear antibody

(ANA), pemeriksaan lupus erythema (LE) dan titernya untuk menilai adanya penyakit

berperantara kekebalan (immuned mediated), di samping melakukan tes thyroid stimulating

hormone (TSH) agar dapat mendiagnosis atau meniadakan kemungkinan penyakit neuropati

perifer karena hipotiroidisma.

Lakukan pemeriksaan radiografi nonkontras terhadap leher dan dada.

Lakukan esofogram kontras positif pada leher dan dada.

Lakukan esofagoskopi karena tindakan ini dapat menangani jika terdapat benda asing (corpus

alienum), tindakan yang dilakukan dapat menekan akibat gangguan benda asing tersebut.

Endoskopi esofagus bukanlah langkan yang dapat diandalkan dalam mendiagnosis

megaesofagus.

Lakukan penilaian secara flouroskopi terhadap motilitas esofagus.

Page 20: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

20

Lakukan pengamatan secara visual terhadap orofarings pada pasien yang dibius (Namun, hal-

hal yang ditemukan umumnya kurang membantu dalam mendiagnosis).

Page 21: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

21

Tabel. Diagnosis banding disfagia

Lokasi anatomi Bentuk gangguan atau infeksi

Kardiovaskuler Megaesofagus sebagai ikutan persistensi arkhus aorta IV Gangguan limfatika dan sistem imun Limfadenopati mandibularis, retrofaringealis, dan bronkhialis (jarang), yang berkaitan dengan limfosarkoma, neoplasia thymus pada FeLV pada kucing dan mikosis sistemik (histoplasmosis atau blastomikosis) Epidermolisis bullosa yang memicu terjadinya esofagitis (jarang).

Gastrointestinal Obstruksi esofagus oleh corpus alienum/benda asing atau granuloma parasit (Spirocerca lupi), striktura, neoplasia esofagus. Cricopharyngeal achalasia (pada anjing muda) Megaesofagus sebagai ikutan obstruksi pylorus pada kucing. Divertikula esofagus Ruptura esofagus karena trauma Refluks esofagus Esofagitis yang dipicu oleh pemberian obat doxycycline Feline herpes virus yang memicu esofagitis

Neurologi Megaesofagus kongenital atau dapatan Myasthenia gravis pada anjing Infeksi virus rabies

Page 22: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

22

KEHILANGAN NAFSU MAKAN/ANOREKSIA

Anoreksia adalah suatu keadaan hewan yang nafsu makannya berkurang atau hilang. Pada

bidang kedokteran hewan, istilah ini digunakan untuk menjelaskan sedikit berkurang atau

hilangnya sebagian nafsu makan hewan, sebagai lawan hewan yang sama sekali tidak mau

makan.

Selain itu, sulitnya dalam melakukan penilaian terhadap penurunan nafsu makan, membuat

pemeriksa sebenarnar bergantung pada harapan pemilik hewan (diceritakan saat anamnesis)

terhadap apa dan bagaimana suatu nafsu makan yang tidak normal bagi hewan

kesayangannya

Hewan peliharaan memiliki kebiasaan makan dengan selang waktu tertentu dalam satu hari.

Namun, berdasarkan pengalaman, hewan mungkin memiliki periode tidak bernafsu makan

dalam waktu-waktu tertentu dan keadaan ini tidak selalu berkaitan dengan suatu penyakit.

Pada saat menilai hewan yang nafsu makannya menurun, pemeriksa perlu menggali riwayat

penyakit dengan seksama, di samping melakukan pemeriksaan fisik dengan teliti, agar dapat

menentukan apakah penyakit yang sedang berlangsung menimbulkan atau tidak

mengakibatkan gejala klinik berupa penurunan nafsu makan. Pemeriksa hendaknya dapat

mengungkap berapa lama penurunan nafsu makan atau anoreksia telah berlangsung dan

apakah penurunan nafsu makan yang terjadi sifatnya komplit atau parsial.

C a t a t a n: kenapa perubahan nafsu makan menjadi gejala klinik yang penting ? Karena

dalam kenyataannya , kehilangan nafsu makan merupakan tanda yang pertama kali yang

teramati pemilik hewan ketika hewan kesayangannya mulai sakit.

Gejala-gejala Penyerta

Anoreksia merupakan suatu kejadian yang menimbulkan gejala klinik yang tidak begitu

kentara, tanda tersebut tidak secara berkesinambungan muncul, dan seperti halnya keadaan

nyeri, anoreksi mungkin berkaitan dengan sejumlah gangguan dalam tubuh hewan.

Perubahan kondisi lingkungan yang signifikan, adanya suasana yang berubah (adanya anakan

hewan baru dalam suatu keluarga), atau adanya perubahan kehidupan sehari-hari (anjing

berada seorang diri dalam rumah untuk pertama kalinya), merupakan hal-hal yang perlu

dicermati. Informasi tentang pengobatan dengan obat tertentu yang diberikan terakhir kali

Page 23: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

23

pada penderita sangat perlu diketahui, apakah mungkin hewan penderita seperti kucing

misalna diberikan pakan yang lengket, atau terdapat benda asing di dalam rongga mulut (di

bawah lidah kucing), apakah pakan yang diberikan berubah, atau pakan yang diberikan sudah

tidak segar lagi (pakan kaleng yang jamuran atau pakan kering yang umumnya tidak

disarankan untuk dimakan) adalah hal yang penting untuk didapat.

Pemeriksaan fisik hendaknya dapat menilai conformation tubuh secara menyeluruh dan

apakah penurunan bobot badan terus berlangsung, dan apakah ada teramati suatu cidera pada

tubuh hewan? Umur hewan juga menjadi faktor penting yang menentukan kejadian

anoreksia. Menurunnya daya penciuman, neoplasia, pengakit sendi, dan penyakit pada gigi

merupakan gangguan yang berkaitan dengan usia, dan juga sangat mungkin berkaitan dengan

anoreksia.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang berkaitan dengan anoreksia begitu banyak untuk dipecahkan agar

dicapai suatu diagnosis. Para klinikus dihadapkan dengan pasien yang memperlihatkan satu

gejala, sehingga klinikus berhadapan dengan tantangan berat secara klini dalam menentukan

gangguan yang sedang terjadi. Bahkan katagori penyakit yang berkaitan dengan anoreksia

begitu luas seperti psikologik, metabolik, ortopedik, penyakit menular, peradangan, dan

neoplasia.

Rencana Diagnostik

Lakukan observasi yang seksama terhadap penderita.

Lakukan pemeriksaan fisik secara metodik

Lakukan pemeriksaan laboratorium secara standar dalam hal profil hematologi, biokimiawi,

dan urinalisis. Pemeriksaan tinja dilakukan jika ada gejala yang mengarahkan untuk

pemeriksaan itu.

Radiografi atau pemeriksaan citra (imaging) lainnya perlu dilakukan jika rasa nyeri dapat

dilokalisir pada regio tertentu pada tubuh (seperti rongga perut).

Tes diagnosis khusus perlu dilakukan bila kelainan yang spesifik dapat dilacak (untuk itu

perlu dilakukan biopsi, aspirasi, sitopatologi, dan myelografi).

Page 24: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

24

MUNTAH/VOMITING

Muntah adalah pengeluaran pakan atau cairan dengan penuh tenaga melalui mulut dari

lambung, dan kadang-kadang dari usus halus duodenum bagian depan/proksimal. Istilah

muntah juga diberikan pada hewan-hewan yang menunjukkan tanda-tanda mengeluarkan

pakan, dicirikan dengan perut yang dikempiskan, punggung melengkung, gagging atau

retching, dan hipersalivasi. Sementara itu regurgitasi yang ditandai dengan pengeluaran

pakan atau cairan dari esofagus dan upaya pada regurgitasi bersifat pasif dibandingkan

dengan pada muntah.

Catatan: batuk yang memicu gagging biasanya berkaitan dengan trakheitis atau trakheobronkhitis,

umumnya disertai dengan keluarnya lendir kental/mukus dari saluran pernapasan dan hal terebut

umumnya disertai dengan penuh tenaga

Muntah adalah refleks yang rumit karena memerlukan koordinasi antara saluran pencernaan,

sistem muskuloskeletal, dan sistem saraf. Walaupun pusat muntah pada sistem saraf pusat

adalah pemicu muntah, namun pusat tersebut memerlukan adanya suatu rangsangan. Bahkan

pada kejadian muntah yang dipicu oleh obat-obatan, perangsangan pusat muntah terjadi

setelah perangsangan chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada medulla, yang melanjutkan

impuls ke pusat muntah. Sejumlah saraf sensoris dapat berperan memerantarai impuls

muntah/emetik. Maka dari itu rasa nyeri yang teramat sangat (khususnya abdomen), saraf

(psikogenik), rangsangan aroma yang tidak menyenangkan, rasa, dan bebauan, sensasi dari

labirin (telnga) dan daerah farings, berbagai toksin dan obat, tertahannya produk sisa

metabolik, semuanya itu dapat menimbulkan muntah. Sejumlah reseptor muntah ditemukan

keberadaannya di viscera abdominal, khususnya duodenum, sedangkan saraf motorik/aferen

ditemukan pada nervus vagus dan saraf simpatik.

Muntah dapat mengakibatkan kondisi hewan melemah. Jika muntah berlangsung secara

berlebihan, dapat mengakibatkan kehilangan cairan ekstraselular yang parah, khususnya

sodium (Na), potassium (K), dan chloride (Cl), dan air. Kehilangan kandungan yang ada

dalam lambung, mengakibatkan kehilangan ion-ion hidrogen (H), mendorong kadar

bikarbonat (HCO3--) serum yang tinggi, dan alkalosis metabolik. Bahan muntahan yang

berasal dari duodenum proksimal kaya akan kandungan bikarbonat. Secara klinik muntah

hendaknya bisa dibedakan sebagai masalah yang berasal dari saluran pencernaan (penyebab

Page 25: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

25

primer) atau masalah yang terjadi di luar saluran pencernaan seperti penyebab metabolik

(penyebab sekunder).

Gejala-Gejala Penyerta

Gejala yang muncul sangat tergantung pada penyebabnya dan muntah umumnya disertai

dengan sejumlah gejala klinik yang penting. Penyebab primer muntah umumnya

memunculkan gejala klinik yang berkaitan dengan saluran pencernaan, seperti mencret, nyeri

abdomen, dan teramati adanya benda asing seperti benda berbentuk linier yang terperangkap

pada ujung bawah lidah, mencerna bahan yng sifatnya iritatif atau obat-obatan, hemtochezia,

atau tumor abdominal yg bisa dipalpasi. Penyebab sekunder muntah umumnya menimbulkan

gejala berupa lesu, kurang nafsu makan, dan lemah, khususnya bila muntah telah berlangsung

selama beberapa hari. Pada sejumlah anjing dapat ditemukan gejala poliuria, polidipsia,

anuria, ikterus, batuk, dan anemia.

Diagnosis Banding

Tabel. Diagnosis banding muntah pada hewan kecil

Penyebab infeksius

Infeksi virus panleukopenia

kucing

Infeksi virus parvo anjing

Infeksi virus corona anjing

Infeksi hepatitis anjing

Leptospirosis

Enteritis bakteriawi

Penakit cacing jantung

(kucing)

Penyebab obstuktif

Benda asing dalam usus

Neoplasia gastrointestinal

Dilasi lambung-sindrom

volvulus

Stenosis pilorik

Richobezoar (hairballs)

Hernia difragmatika

Penyebab kimiawi

Logam berat

Pestisida

Digitalis

Salisilat

Mebendazole

Penicillamine

Chloramphenicol

Morphine

Obat-obat antineoplastik

Peradangan

Pyometra

Prostatitis

Peritonitis

Pankreatitis akut

Gastritis dan enteritis

Ulkus lambung

Penyebab metabolik

Gagal ginjal (uremia)

Penyakit hati

Ketoasidosis diabetes

Hipoadrenokortikisma

(penyakit Addison)

Hipokalemia

Hipertiroidisma (kucing)

Penyebab idiopatik/lainnya

Psikogenik, vestibuler (mabok

darat/car sickness)

Makan kemaruk (anak anjing)

Penyakit sistem saraf pusat

Bilious vomiting syndrome

Autonomic epilepsy

Konstipasi/obstipasi

Ileus, paralitik

Page 26: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

26

Rencana diagnostik

1. Lakukan verifikasi terhadap pasien muntah. Pasien mestinya tidak melakukan

gagging atau retching setelah hewan menderita penyakit trakhea. Tentukan lama

penyakit telah berlangsung, dugaan terhadap penyebab penyakit, dan obat-obatan

yang telah diberikan. Lakukan penilaian terhadap gejala yang berkaitan dengan

kejadian penyakit.

2. Siapkan data dasar lab, terutama yang nantinya bisa mendasari rencana diagnostik.

Data dasar tersebut hendaknya mencakup jumlah sel darah, profil bioimiawi,

urinalisis, dan ujing apung tinja. Terhadap pasien kucing, pemeriksaan hendaknya

mencakup pemeriksaan cacing jantung, FeLV, FIV, dan hipertiroidisma. Lakukan

pemeriksaan serologi jika dipandang perlu, guna menyingkirkan penyebab yang

bersifat sistemik (seperti mikosis sistemik).

3. Radiografi thoraks dan abdomen, ultrasonografi ntuk abdomen.

4. Pemeriksaan radiografi kontras terhadap lambung dan usus halus (seperti rangkaian

pemeriksaan dengan kontras berbahan barium).

5. Lakukan eksplorasi laparotomi, tergantung pada keadaan pasien.

6. Lakukan prosedur diagnosis khusus seperti, endoskopi, biopsi saluran pencernaan,

double contrast study terhadap lambung dan usus halus, dan studi motilitas lambung

(fluoroskopi).

Page 27: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

27

MUNTAH DARAH: HEMATEMESIS

Hematemesis adalah suatu keadaan hewan yang memuntahkan darah. Hematemesis tidak

sering terjadi pada anjing dan sangat sangat jarang pada kucing. Walau keberadaan darah

teramati pada vomitus/muntahan, definisi hematemesis adalah muntah yang terjadi berulang-

ulang dan pada muntahannya ditemukan banyak bekuan darah, atau darah yang tidak

membeku, dengan demikian muntahan darah tersebut tampilannya diistilahkan dengan kopi

bubuk, sebagai akibat dinaturasi darah oleh asam lambung. Jika gejala ini muncul, pasien

tersebut sejatinya sedang mengalami gangguan yang serius.

Gejala-Gejala Penyerta

Hematemesis tidak selalu membatasi diagnosis bahwa gangguan terjadi pada lambung atau

saluran pencernaan. Berbagai gangguan metabolik dan koagulasi dapat mengakibatkan

hematemesis yang parah di samping berbagai gejala klinik lainnya. Darah yang berasal dari

sistem pernapasan bagian atas sangat mungkin tertelan dan selanjutnya dimuntahkan

sehingga memberi kesan bahwa darah tersebut berasal dari lambung.

Anoreksi dan muntah merupakan gejala yang paling sering ditemukan, namunn tidak gejala

yang spesifik. Gejala lain seperti penurunan bobot badan, kondisi melemah, tinja hitam

(melena), dehidrasi, dan penurunan aktivitas adalah gejala-gejala yang memiliki nilai

diagnostik yang tidak begitu kuat. Anemia yang parah bisa terjadi sebagai akibat hemoragi

lambung yang terus berlangsung, dan jika sifatnya akut dapat dijadikan dasar untuk

melakukan tindakan laparotomi eksploratori untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.

Meningkatnya hewan meminum air dan urinasi mungkin merupakan pertanda hewan sedang

mengalami gangguan ginjal atau hati. Tumor intrakutaneus atau tumor subkutaeus, tumor sel

mast tertentu dapat berkaitan dengan ulkus lambung dan perdarahan. Lesi ulseratif pada

mulut bisa sebagai pertanda hewan tersebut sebelumnya telah memakan bahan yang sifatnya

kaustik (membakar) atau toksik. Frenulum lidah pada rongga mulut hendaknya selalu

diperiksa guna memastikan di tempat tersebut tidak ada benda asing yang sifatnya linier.

Page 28: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

28

Diagnosis Banding

Tabel Diagnosis banding hematemesia pada hewan kecil

Gangguan lambung primer Gangguan sistem metabolik

Gastritis

Infeksius (spt virus parvo)

Toksik

Bile reflux-bilous vomiting syndrome

Benda asing

Pankreatitis akut

Adrenocortical insufficiency (penyakit

Addison)

Toksin (seperti timah hitam, ethylene glycol)

Gagal hati

Gagal ginjal

Neoplasia

Tukak/ulkus lambung

Akibat pengobatan (spt aspirin)

Idiopatik

Metabolik (spt gagal ginjal)

Neoplastik

Rencana diagnostik

1. Riwayat yang menyeluruh terhadap pasien mesti diperoleh, hal ini sangat genting dan

hendaknya fokus terhadap hal-hal berikut ini:

a. Pemberian pengobatan yang terakhir, baik yang diresepkan mau pun yang tidak

diresepkan.

b. Mengetahui adanya kemungkinan terpapar terhadap bahan toksik atau bahan

beracun.

c. Lama masa berlangsungnya gejala-gejala primer dan yang menyertainya.

d. Penampilan secara fisik vomitus yang dimuntahkan

e. Status fisik hewan pelihara lainnya yang satu rumah atau satu kandang.

2. Siapkan profil lab yang minimum dalam hal nilai hematologi, (khususnya terhadap

pasien yang mengalami anemia), urinalisis, dan uji apung tinja. Penekanan

pemeriksaan hendaknya ditujukan pada fungsi ginjal, adrenal, dan hati.

3. Pemeriksaan tinja pasien terhadap kemungkinan adanya antigen virus parvo.

Page 29: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

29

4. Activated coagulation time (ACT). Lakukan panel koagulasi, seperti partial

thromboplastin time (PTI), prothrombin time (PT), fibrin degradation products

(FDPs), fibrinogen, dan total plate count, perlu dilakukan jika memungkinkan untuk

dilaksanakan.

5. Lakukan aspirasi fine needle terhadap setiap tumor intrakutaneus atau tumor

subkutan.

6. Lakukan pemeriksaan radiografi terhadap tkoraks dan abdomen, di samping

ultrasonografi terhadap abdomen.

7. Lakukan gastroskopi dan esofagoskop.

8. Lakukan laparotomi eksploratori dan gastrotomi.

Catatan: pada pasien-pasien dengan hematemesis, pembedahan bisa dilakukan sebelum profil lab pasien

tersebut diperoleh.

Page 30: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

30

KEHILANGAN BOBOT BADAN: EMASIASI/KAHEKSIA

Emasisasi adalah suatu keadaan yang serius, kronik, dan berkembang cepat yang dicirikan

dengan kehilangan bobot badan (bobot badan sedikitnya telah turun 20%). Kaheksia adalah

istilah yang digunakan untuk menggambarkan tahap akhir suatu emasiasi. Kehilangan bobot

badan yang nyata yang berkaitan dengan proses emasisasi atau kaheksia, umumnya berkaitan

dengan nproses katabolisma terhadap lemak dan protein, walaupun kalori yang dikonsumsi

sangat memadai. Peningkatan metabolisma (hipermetabolik), mengkonsumsi pakan yang

kurang memadai atau asimilasi nutrisi yang tidak memadai, atau kehilangan nutrisi secara

berlebihan, semuanya itu mengakibatkan penurunan bobot badan pasien.

Gejala-Gejala Penyerta

Riwayat penyakit hendaknya memusatkan perhatian pada diet (pakan yang dimakan), nafsu

makan, dan status kesehatan pasien (seperti keyakinan adanya muntah dan mencret).

Lamanya proses penurunan bobot badan menurut pandangan klayen hendaknya perlu

diperhatikan. Emasiasi yang terjadi selama satu bulan (seperti akibat neoplasia), pronosisnya

adalah lebih buruk (poorer) dibandingkan dengan emasiasi yang telah berlangsung berbulan-

bulan. Pemeriksaan fisik hendaknya diarahakan kepada adanya demam pada pasien, penyakit

gastrointestinal, dan terjadinya penurunan ukuran dan konsistensi organ-organ internal.

Diagnosis Banding

Sejumlah diagnosis banding hendaknya selalu dipertimbangkan pada pasien yang mengalami

emasiasi/kaheksia. Sejumlah katagori penyakit hendaknya juga dipertimbangkan dalam

menilai suatu keadaan emasiasi/kaheksia, dan hal-hal tersebut berkaitan dengan sejumlah

gangguan berikut ini:

Malnutrisi. Hendaknya diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan, ketersediaan pakan,

adanya kemungkinan penelantaran (neglect/abuse) terhadap pasien.

Polifagia. Hendaknya diperhatikan terhadap adanya malassimilasi (seperti maldigesti atau

malabsorpsi), keadaan hipermetabolik (seperti hipertiroidisma, bunting), kehilangan nutrisi

secara berlebihan (seperti diabetes mellitus, glomerulonefropati).

Page 31: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

31

Anoreksia. Hendaknya diperhatikan adanya penyakit menular, neoplasia, penyakit

neurologi, keracunan (seperti keracunan timah hitam), dn penyakit-penyakit gigi

(pseudoanoreksia).

Gejala-gejala gastrointestinal. Hendaknya diperhtikan adanya malassimilasi (seperti

maldigesti atau malabsorpsi), dan parasitisma.

Gejala-gejala saluran perkencingan. Hendanya diperhatikan kehilangan cairan dan bahan

nutrisi secara berlebihan via ginjal (poliuria).

Demam. Hendaknya diperhatikan adanya penyakit menular.

Page 32: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

32

PENYAKIT KULIT/MUKOSA KUNING: IKTERUS (JAUNDICE)

Ikterus atau jaundice adalah suatu keadaan jaringan terwarnai kuning (khususnya kulit,

selaput lendir, dan sklera) disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin serum. Kejadian

ikterus tersebut menandai kejadian penyakit hepatoseluler atau penyakit hemolitik

intraseluler.

Dalam ptaktek, ikterus bukanlah kejadian yang sering dikeluhkan klayen, karena rambut

anjing atau kucing yang tebal menutupi pengamatan klayen bahwasanya telah terjadi

perubahan pigmen empedu pada kulit. Jaringan ikterus lebih kasat mata pada jaringan skelra,

dan pada selaput lendir mulut, vagina, dan prepusium, khususnya pada pasien animik.

Ikterus bisa terjadi setelah akumulasibilirubin yang terkonjugasi (larut dalam air) mau pun

yang tidak terkonjugasi (larut lemak) dalam darah.

Ikterus bisa bermula pada tiga tahapan yang berbeda: prahepatik (penyakit hemolitik),

hepatik (penyakit hepatoseluler), pascahepatik (obstruktif atau berkurangnya aliran empedu).

Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi disebabkan oleh hemolisis yang berlangsung cepat

(penyebab umum pada anjing dan kucing), eritropoiesis yang tidak efektif, kegagalan hati

melakukan uptake terhadap bilirubin terkonjugasi, atau gagalnya proses konjugasi.

Hiperbilirubinemia terkonjugasi (larut dalam air) umumnya terjadi karena gangguan intrinsic

pada hati yang memengaruhi tranportasi bilirubin. Penyakit cholestatsic yang berkaitan

dengan menurunnya aliran empedu umumnya dicirikan dengan ikterus dan asidemia (cairan)

empedu.

Gejala-Gejala Penyerta

Ikterus dapat dilacak pada anjing dan kucing tanpa disertai gejala klinik, namun sebaiknya

jumlah sel darah merah dan tes fungsi hati hendaknya dilakukan. Ikterus prahepatik

dicirikan dengan kejadian anemia yang berlangsung cepat, kelemahansecara umum, atau

mendadak ambruk (acute collaps/caval syndrome), dan air kencing berwarna jingga/oranye

terang. Kepucatan pada selaput lendir agak sulit dinilai pada pasien yang nyata-nyata ikterus.

Ikterus hepatik dan ikterus pascahepatik umumnya ditandai dengan kelesuan dan penurunan

nafsu makan, sehingga agak sulit dibedakan secara klinik. Tergantung pada tipe cidera

hepatik atau tingkat obstruksi yang berlangsung, kejadian muntah atau mencret, penurunan

bobot badan, perut membuncit, poliuria atau polidipsia, edema perifer yang terkait dengan

Page 33: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

33

hipoproteinemia, dan perdarahan yang berkepanjangan (jarang) dilaporkan terjadi pada

pasien ikterus.

Diagnosis Banding

Prahepatik (hemolitik)

Immune mediated hemolytic anemia

(Coomb’s postive anemia)

Penyakit cacing jantung (khususnya

postcaval syndrome)

Septiemia hemolitik

Hemolisis yang dipicu transfusi darah

Hepatik (hepatoseluler)

Cholangitis/cholangiohepatitis

Penyakit hati aktif yang kronis

Copper storage disease (pada anjing

Bedington terrier dan Doberman pinscher)

Penyakit hati yang dipicu obat-obatan atau

dipicu vaksin

a. Thiacetarsamide-kejadiannya

sporadik

b. Anthelmintik imidazole-kejadiannya

sporadik

c. Antikonvulsan, seperti primidone

d. Actaminophen/methylene blue pada

kucing

Fibrosis hepatik

Septikemia

a. Bakterimia bakteri Gram negatif

b. Leptospira

Virus

a. Canine viral hepatitis

b. Feline leukopenia

c. Feline infectious hepatitis

Neoplasia yang sifatnya primer atau

metastase

Pascahepatik (obstruktif)

Cholangitis/cholangiohepatitis

Fibrosis hepatik

Neoplasia

Pankreatitis akut

Neoplasia ekstrahepatik (akibat tekanan)

Trauma duktus choledukus

Kantong kencing robek (karena trauma)

Cholelitiasis

Rencana Diagnostik

1. Riwayat penyakit secara menyeluruh. Anamnesis hendaknya difokuskan pada terapi

yang kini sedang berlangsung atau sebelumnya, meliputi pengobatan pencegahan

penyakit cacing jantung, lama berlangsung suatu penyakit, dan gejala-gejala klinik

yang menyertainya. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk memastikan adanya ikterus,

namun tidak mengungkap penyebab penyakit. Palpasi terhadap abdominal dapat

mengungkap adanya hepatomegali, adanya masa dalam abdomen, atau cairan dalam

abdomen. Pada pasien yang nyata-nyata anemia, jika memungkinkan transfusi darah

hendaknya ditunda sampai ada hasil pemeriksaandarahyangtelah diinterpretasi.

Page 34: Gejala-Gejala Klinik yang Berkaitan dengan Sistem ...€¦ · 4 3. Jika ditemukan cairan lakukan abdominosintesis, analisis cairan, dan jika tersedia lakukan ultrasonografi abdominal

34

2. Evaluasi lab pasien ikterus. Hal ini sangat perlu dilakukan, hendaknya mencakup

jumlah sel darah merah, panel biokiiawi (termasuk bilirubin total dan bilirubin direct),

pemeriksaan tinja, urinalisis, tes terhadap cacing jantung (anjing), elektroforesis

serum (kucing), dan tes untuk FeLV, antigen dan antibodi terhadap FIV.

3. Pasien anemia. Perlu dilakukan tes Coomb’s, titer ANA, ulas darah tepi untuk

memeriksa adanya parasit, biakan darah khususnyanpada pasien yang mengalami

demam, dan tes IFA pada sumsum tulang terhadap antigen FeLV (pada kucing).

4. Pasien non anemia. Perlu dilakukan radiografi abdomen, abdominosentesis dengan

disertai analisis cairan dan studi sitologi, aspirasi fine-needle terhadap hati,

memeriksa amonia dalam plasma, asam empedu, dan serum mailase, serum lipase jika

belum termasuk ke dalam panel biokimiawi.

5. Spacial diagnostik tes. Perlu dilakukan pemeriksaan profil koagulasi, diikuti dengan

biopsi hati (perkutaneus atau laparotomi) atau celiotomi eksploratori dengan biopsi.

6. Abdominal ultrasound, CT, dan scintigrafi perfusi (diperlukan fasilitas khusus).