Gejala Bahasa

65
GEJALA BAHASA 1. KONTAMINASI 2. PLEONASME 3. HIPERKOREK

description

presentasi bahasa indonesia

Transcript of Gejala Bahasa

Page 1: Gejala Bahasa

GEJALA BAHASA

1. KONTAMINASI

2. PLEONASME

3. HIPERKOREK

Page 2: Gejala Bahasa

KONTAMINASI

KONTAMINASI BERASAL DARI BHS INGGRIS (CONTAMINATION) YANG DPT DIBERI ARTI PENCEMARAN. DALAM BAHASA GEJALA TERSEBUT DIPADANKAN DENGAN KATA KERANCUAN. (kata dasar rancu diimbuh dengan ke – an yang berarti kacau; jadi kerancuan berarti kekacauan). Kerancuan dlm bahasa dianggap sebagai pencemaran.

Page 3: Gejala Bahasa

APA YANG DIRANCUKAN ?

YANG DIRANCUKAN IALAH SUSUNAN DUA UNSUR BAHASA, ENTAH IMBUHAN ATAU KALIMAT, OLEH KARENA ITU KERANCUAN DAPAT DIBEDAKAN ATAS :

a) Kontaminasi bentuk kata

b) Kontaminasi bentuk frase

c) Kontaminasi bentuk kalimat

Page 4: Gejala Bahasa

DALAM KONTAMINASI SELALU TERJADI PADUAN DUA UNSUR YANG KACAU, ARTINYA KEDUA UNSUR ITU TIDAK SEHARUSNYA BERPASANGAN.Misal unsur A berpasangan dg B

unsur C berpasangan dg DBila yang muncul A – D atau C – Bmaka gabungan itu rancu. Gabungan itulah yang disebut dengan kontaminasi, dl bhs disebut bentuk bahasa yang salah.

Page 5: Gejala Bahasa

DALAM PENGGUNAAN BAHASA SANGAT SERING DIJUMPAI KEKERAPAN KONTAMINASI DALAM BENTUK KALIMAT; DAN LEBIH BANYAK DARIPADA KEKERAPAN KONTAMINASI DALAM KATA DAN FRASE.

Page 6: Gejala Bahasa

Contoh dalam kalimat1.Di seluruh jalan-jalan yang dipagari

oleh gedung-gedung bertingkat itu bermandikan cahaya lampu neon.

* Jika kita bertanya, “Apakah yang bermandikan cahaya lampu-lampu neon?” Jawabnya tentu tidak mungkin “di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu”

Page 7: Gejala Bahasa

Kenapa ? Sebab bagian kalimat yang dimulai dengan kata depan “di” menunjuk pada keterangan tempat.Jawaban yang tepat untuk pertanyaan “Apakah yang bermandikan cahaya lampu-lampu neon” ialah jalan-jalan yaqng dipagari oleh gedung=gedung bertingkat itu”.Jawaban itu ini merupakan subjek kalimat itu, dan “bermandikan cahaya lampu-lampu neon” adalah predikatnya.

Page 8: Gejala Bahasa

Kalimat contoh tadi jelas merupakan kalimat rancu, dan kalimat asalnya yang betul ialah :

1. Jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu bermandikan cahaya lampu-lampu neon.

2. Di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu tampak berpancaran cahaya lampu-lampu neon.

Page 9: Gejala Bahasa

2. Tetapi Sonya membantah bahwa bukan dia yang menembak, melainkan dua orang laki-laki temananya.

* Makna kalimat diatas berlawanan dengan yang dimaksud.”Sonya membantah bahwa bukan dia yang menembak”, kalau begitu dia yang menembak.

Page 10: Gejala Bahasa

*Yang jelas bukan begitu maksudnya. Ia mau menjelaskan bahwa bukan dia yang menembak, melainkan dua orang teman laki-laki.

• Kalimat kontaminasi tersebut kita kembalikan pada dua kalimat asalnya yang betul, yaitu:

1. Sonya membantah bahwa dia yang menembak.

2. Sonya menegaskan buka dia yang menembak, melainkan dua orang laki-laki temannya.

Page 11: Gejala Bahasa

CONTOH2 KALIMAT RANCU

3. Di antara ketiga dialek itu memiliki perbedaan yang besar

Kalimat asal yang betul susunannya

a) Ketiga dialek itu memiliki perbedaan yang besar

b) Di antara ketiga dialek itu terdapat perbedaan yang besar

Page 12: Gejala Bahasa

4. Pada film ini menggambarkan Basri melawan I’ie.

Kalimat asal yang betul susunannya:

a) Pada film ini tampak Basri melawan I’ie.

b) Film ini menggambarkan pertan-dingan ketika Basri melawan I’ie.

Page 13: Gejala Bahasa

5. Di dekat kuburan Ancol ini pernah mengambil satu orang korban penontong tewas.

Kalimat asal yang betul susunannya:

a) Kuburan Ancol ini pernah mengambil korban seorang penonton tewas.

b) Di dekat kuburan Ancol pernah seorang penonton tewas ditabrak motor.

Page 14: Gejala Bahasa

6. Dalam masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini.

Kalimat yang betul susunannya:

a) Dalam masyarakat Madura pun dikenal dua golongan ini.

b) Masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini.

Page 15: Gejala Bahasa

7. Kepada yang kehilangan vulpen harap mengambilnya dari kantor tata usaha.

Kalimat yang betul susunannya:

a) Kepada yang kehilangan vulpen diberitahukan agar datang mengambil vulpennya itu ke kantor tata usaha.

b) Yang kehilangan vulpen harap datang mengambil vulpennya itu ke kantor tata usaha.

Page 16: Gejala Bahasa

PENYEBAB TIMBUL KALIMAT RANCU

1. PEMAKAI BAHASA TIDAK MENGU ASAI BENAR STRUKTUR BAHASA INDONESIA YANG BAKU, YANG BAIK DAN BENAR.

2. PEMAKAI BAHASA TIDAK MEMI LIKI CITA RASA BAHASA YANG BAIK SEHINGGA TDK DPT MERASAKAN KESALAHAN BAHASA YANAG DIBUATNYA.

Page 17: Gejala Bahasa

3. DAPAT JUGA KESALAHAN ITU TERJADI TIDAK DENGAN SENGAJA KARENA KETIKA IA AKAN MENUTURKAN SUATU KALIMAT TERTENTU, MUNCUL DALAM PIKIRANNYA KALIMAT YANG HAMPIR SAMA STRUKTUR DAN MAKNANYA, SEHINGGA TIMBUL KALIMAT GABUNGAN.

Page 18: Gejala Bahasa

CONTOH YANG LAIN

1. Mereka dilarang tidak boleh mengisap ganja lagi.

Makna kalimat diatas :”mereka dianjurkan agar mengisap ganja”. Karena dilarang artinya sama dengan tidak boleh (dalam satu kalimat).

Kalimat yang benar:

Mereka dilarang mengisap ganja. Atau

Mereka tidak boleh mengisap ganja lagi.

Page 19: Gejala Bahasa

2. Bantuan itu diharapkan bisa meringankan para korban bencana alam.

Perhatikan kata-kata “bantuan itu akan meringankan para korban” bukan ungkapan yang tepat. Kalau “para korban diringankan” maka yang berat itu para korban, padahal yang dimaksud untuk diringankan ialah penderitaan para korban.

Page 20: Gejala Bahasa

Kalimat tadi kita kembalikan :1. Bantuan itu diharaapkan dapat menolong

para korban yang ditimpa bencana.2. Bantuan itu diharapkan dapat

meringankan beban penderitaan para korban yang ditimpa bencana.

3. Bila disatukan, menjadi :Bantuan itu diharapkan dapat menolong meringankan beban penderitaan para korban yang ditimpa bencana.

Page 21: Gejala Bahasa

KONTAMINASI BENTUK FRASE

KATA BERULANG KALI, MERUPAKAN KATA RANCU KARENA MERUPAKAN KATA GABUNGAN.

BENTUK ASALINYA BERULANG-ULANG ATAU BERKALI-KALI

HASIL GABUNGANNYA MENJADI BERULANG KALI.

Page 22: Gejala Bahasa

MENGAJAR DAN MENGAJARI

KALAU DIKATAKAN “Saya mengajar bahasa Inggris” tentu dapat juga dikatakan “Bahasa Ingris saya ajar”.Kalimat itu rancu, karena bahasa Inggris tidak bisa diajar.Mata kuliah (bhs Inggris dll) tidak bisa diajar, tetapi “diajarkan”Kalimat yang benar “Saya mengajarkan bahasa Inggris”. Atau kebalikannya “Bahasa Inggris saya ajarkan di sekolah itu.

Page 23: Gejala Bahasa

Coba simak kalimat berikut :

1. Terus terang saja perampokan itu dilakukan oleh 50 orang tak dikenal dengan lebih dulu melempari batu, kemudian menyerbu dua buah rumah yang berdampingan itu.

2. Empat belas hari lamanya kami terkatung-katung didalam lautan besar.

Page 24: Gejala Bahasa

KERANCUAN DALAM KATA

SEBUAH SPANDUK BERTULISKAN “DI SEKOLAH KAMI DIPELAJARKAN BERBAGAI KEPANDAIAN WANITA

* Kata dipelajarkan merupakan kata rancu, sebab bentukan kata dengan kata dasar ajar hanya terdapat dalam bentuk:mengajar- mengajarkan –mengajaridiajar - diajarkan -diajaribelajar - mempelajari - dipelajaripelajar - pelajaran - terpelajarterajar - terajarkan - terajariajaran - pengajaran

Page 25: Gejala Bahasa

Bila diamati ternyata merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal “diajarkan” dan “dipelajari”.Kalimat dalam spanduk itu dikembalikan menjadi :

1. Di sekolah kami diajarkan berbagai kepandaian wanita.

2. Di sekolah kami dapat dipelajari berbagai kepandaian wanita.

Page 26: Gejala Bahasa

Coba perhatikan kata ini

Bentukan kata “mengenyampingkan”

bentuk dasar : samping

beri imbuhan: di – kan - disampingkan

ubah menjadi me – menyampingkan

(kt dsr “s” ---meny).

Bila bentuk dasar yang kita ambil (ke samping) lalu diberi imbuhan di – kan, hasilnya dikesampingkan.

Page 27: Gejala Bahasa

Bila kata dikesampingkan kita ubah dengan bentuk imbuhan me – kan, maka hasilnya ialah “mengesampingkan” bukan “mengenyampingkan”.

Imbuhan me – kan, mengandung makna membawa ke …….

mengenyampingkan kita kembalikan pada asalnya menyampingkan atau mengesampingkan.

Page 28: Gejala Bahasa

PLEONASME

PLEONASME BERASAL DARI BAHASA LAIN (PLEONASMUS) YANG BERARTI “KATA YANG BERLEBIH-LEBIHAN”MACAM-MACAM PLEONASME

1. DUA KATA ATAU LEBIH YANG SAMA MAKNANYA DIPAKAI SEKALIGUS DALAM SUATU UNGKAPAN.

Page 29: Gejala Bahasa

2. DALAM SUATRU UNGKAPAN YANG TERDIRI ATAS DUA PATAH KATA, KATA KEDUA SEBENARNYA TIDAK DIPERLUKAN LAGI SEBAB MAKNANYA SUDAH TERKANDUNG DALAM KATA PERTAMA.

3. BENTUK KATA YANG DIPAKAI MENGANDUNG MAKNA YANG SAMA DENGAN KATA LAIN YANG DIPAKAI BERSAMA-SAMA DALAM UNGKAPAN ITU.

Page 30: Gejala Bahasa

GEJALA PLEONASME PERTAMAUNGKAPAN KATA “PADA ZAMAN DAHULU KALA” YANG SERING DIGUNAKAN DALAM PEMBUKA BUKU CERITA, MENGANDUNG PERNYATAAN YANG BERLEBIHAN.KATA ZAMAN (Arab) SAMA MAKNA NYA DENGAN KATA “KALA” (Sans) BERSINONIM DGN KATA “MASA” (Sns) DAN “WAKTU” (Arab).

Page 31: Gejala Bahasa

KALAU DIALIH UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU KALA DENGAN DUA KATA YANG SAMA, MAKA UNGKAPAN ITU AKAN BERUBAH MENJADI “PADA MASA DAHULU MASA” ATAU “PADA WAKTU DAHULU WAKTU” ATAUPUN “PADA KALA DAHULU KALA”, MAKA JELAS BAHWA UNGKAPAN TERSEBUT BERLEBIH-LEBIHAN.

Page 32: Gejala Bahasa

UNGKAPAN DENGAN MENGGUNAKAN SALAH SATU UNGKAPAN IALAH :

1. Pada zaman dahulu, dalam sebuah kerajaan memerintah, seorang ratu yang sangat arif lagi bijaksana.

2. Dahulu kala, dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang ratu yang sangat arif lagi bijaksana.

Page 33: Gejala Bahasa

UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU = PADA WAKTU DAHULU=PADA ZAMAN PURBA=DAHULU KALA.

TIGA UNGKAPAN YANG DISEBUT MULA-M ULA SUSUNANANYA MENURUT HUKUM DM,YAITU KATA YANG DITERANGKAN TER LETAK DI DEPAN KATA YANG MENERANGKAN, SEDANGKAN UNGKAPAN DAHULU KALA MELAWA HUKUM DM.

Page 34: Gejala Bahasa

SAMA DENGAN UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU KALA, UNGKAPAN PADA ZAMAN PURBA KALAPUN ME MEMPERLIHATKAN GEJALA PLEONASME.CONTOH :Mulai sejak waktu itu, kelakuannya berubah.Mulai = sejak (bila disatukan merupakan pleonasme)

Page 35: Gejala Bahasa

Kadang orang menggunakan un gkapan “dari sejak waktu itu”

sejak waktu itu = dari waktu itu

Page 36: Gejala Bahasa

GEJALA PLEONASME KEDUA

YAITU PENGGUNAAN KATA KEDUA YANG TIDAK DIPERLUKAN LAGI, KARENA MAKNA YANG DIKANDUNG OLEH KATA KEDUA SUDAH TERKANDUNG DALAM KATA PERTAMA.KATA-KATA : TURUN KEBAWAH, NAIK KEATAS, MUNDUR KEBELAKANG, MAJU KEDEPAN, MASUK KEDALAM, TAMPIL KEDEPAN DSB. KATA-KATA TERSEBUT DIANGGAP SEBAGAI GAYA BAHASA SAJA, SEBENARNYA KATA KEDUA TIDAK DIPERLUKASN LAGI

Page 37: Gejala Bahasa

DALAM KARYA SASTRA GEJALA PLEONASME SERING DIGUNAKAN OLEH PENGARANG UNTUK MENCARI EFEK BAHASA UNTUK LEBIH MENONJOLKAN MAKNA YANG DIMAKSUD.CONTOH: Puncak gunung itu ditutupi dengan salju yang putih.

Lapangan sepak bola ditutupi ditutupi oleh rumput hijau bagaikan permadani.

Page 38: Gejala Bahasa

Perhatikan kalimat berikut!

Dikatakan atau ditulis orang :

“menengadah keatas, menundukkan kepala, melihat dengan mata kepala sendiri”.

Ini merupakan pleonasme.

Pemakaian gaya bahasa pleonasme seperti itu memang untuk menekankan arti secara eksplisit

Page 39: Gejala Bahasa

Lihat kalimat berikut!

Bagaimana dapat aku berbohong, sedangkan peristiwa itu aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri?

Sebenarnya cukup dikatakan: “Peristiwa itu aku saksikan sendiri.” (artinya aku lihat sendiri, bukan dengar dari cerita orang lain)untuk menegaskan ditambah dengan kata-kata “dengan mata kepalaku sendiri”

Page 40: Gejala Bahasa

Kalimat lain

Penyakitnya kambuh kembali.

Kesehatannya telah pulih kembali.

* Kata kambuh dan pulih sudah terkandung makna “kembali” “sekali lagi” atau “seperti sediakala”.

* Ungkapan kambuh kembali dan pulih kembali mengandung makna berlebih-lebihan.

Page 41: Gejala Bahasa

GEJALA PLEONASME KETIGA

YAITU BENTUK KATA YANG MENGANDUNG MAKNA GRAMATIKAL, SEPERTI KATA YANG MEMBENTUK UNGKAPAN.Misalnya dikatakan :

1. Para tamu-tamu berdiri ketika kedua mempelai memasuki ruangan.

2. Dalam perjalanan keluar negeri itu Menteri mengunjungi beberapa negara-negara sahabat.

Page 42: Gejala Bahasa

PENJELASAN KALIMAT 1 DAN 2

DALAM KALIMAT 1 TERDAPAT PENGULANGAN KATA JAMAK (para = jamak; tamu-amu = jamak; dapat diganti dengan “para tamu atau tamu-tamu)DALAM KALIMAT KEDUAbeberapa negara-negara tidak sesuai dengan kaidah bhs Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gejala “concord” (persesuaian atau agreement).

Page 43: Gejala Bahasa

Penjelasan

Dalam bahasa Indo-Jerman, Inggris, dan Belanda misalnya, bila kata bilangan satu kata bendanyapun berbentuk tungal; bila kata kata bilangannya dua atau lebih maka kata bendanya pun dalam bentuk jamak.

Dalam bahasa Arab kata benda yang menjadi subjek kalimat harus sesuai dengan kata sifat atau kata kerja yang menjadi predikat

Page 44: Gejala Bahasa

Contoh :

* Alwaladu sagiirunAnak laki-laki itu kecil.

• Albintu sagiiratunAnak perempuan itu kecil

• Hua yal’abuDia laki-laki sedang bermainmain.

* Nahnu nal’abuKami sedang bermain-main.

Page 45: Gejala Bahasa

Penjelasan

Perhatikan perubahan kata sagiirun dan sagiiratun berbeda bentuknya karena subjek kalimat berbeda jenis kelaminnya, demikian juga kata-kata yal’abu dan nal’abu berbeda karena pelaku perbuatannya berbeda.Gejala concord seperti itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, karena beda strukturnya.

Page 46: Gejala Bahasa

Penjelasan

Dalam bahasa Indonesia jika kata depan benda sudah menyatakan jamak, kata bendanya tdk perlu dijamakkan dengan mengulangnya.

Dalam bahasa Melayu perulangan kata benda hanya berfungsi menyatakan 1) keserupaan dan 2) keanekaragaman.

Page 47: Gejala Bahasa

Penjelasan

• Contoh yang pertama / 1) : orang-orangan, anak-anakan, kuda-kuda dan kuda-kudaan, tupai-tupai, dlsb.

• Contoh yang kedua / 2) : buah-buahan, pohon-pohonan, daun-daunan kayu-kayuan dlsb

Page 48: Gejala Bahasa

KATA-KATA PUNGUT DARI BAHASA ASING

ADA KATA-KATA JAMAK DARI BAHASA ASALNYA, TAPI DALAM BAHASA INDONESIA ADA PERGESERAN MAKNA MENJADI ARTI TUNGGAL, MISALNYA :

• ULAMA – ALIM

• ANASIR – UNSUR

• ARWAH - RUH

Page 49: Gejala Bahasa

PERHATIKAN BERIKUT INI

KATA HAJAT DLM BHS SUNDA BERARTI KENDURI ATAU PESTA , SEDANGKAN DALAM BAHASA ASLINYA (ARAB) HAJAT BERAr

TI NIAT ATAU MAKSUD.

KALAU KITA CARI-CARI HUBUNGAN ANTARA KENDURI DENGAN HAJAT MEMANG AKAN KETEMU, KARENA TIDAK MUNGKIN ORANG MENGADAKAN KENDURI TANPA SUATU HAJAT ATAU NIAT.

Page 50: Gejala Bahasa

PERHATIKAN PULA KATA BERIKUT:

KATA DATA DAN FAKTADATA TUNGGALNYA DATUN, DAN FAKTA TUNGALNYA FAKTUM.KATA DATUM DAN FAKTUM TIDAK HIDUP DI INDONESIA

• KATA DATA DAN FAKTA DALAM BAHASA INDONESIA BISA DIULANG UNTUK MENYATAKAN JAMAK, JIKA DIDALAMNYA MENYATAKAN BERMACAM-MACAM DATA DAN FAKTA.

Page 51: Gejala Bahasa

GEJALA PLEONASME BENTUK

KITA SERING JUMPAI UNGKAPAN:• SALING BERBUNUH-BUNUHAN / SALING

BUNUH MEMBUNUH. • UNGKAPAN INI SUDAH MENGANDUNG

PENGERTIAN BAHWA PEKERJAAN ITU DIKERJAKAN TIMBAL BALIK OLEH KEDUA BELAH PIHAK. NAMUN JUA MASIH DIAWALI DENGAN KATA SALING (PEKERJAAN DUA BELAH PIHAK).

• SEHARUSNYA DIPILIH SAJA UNGKAPAN BUNUH-MEMBUNUH ATAU BERBUNUH-BUNUHAN ATAU SALING MEMBUNUH.

Page 52: Gejala Bahasa

PENJELASAN LANJUTAN

MENGHINDARI PLEONASME KITA PILIH BENTUK1. BER + KT ULANG + AN

(BERSAING-SAINGAN)2. BTK DSR + ME + BTK DSR +(i)

(SAING –MENYAINGI)3. SALING + ME + BTK DSR + (i)

(SALING MENYAINGI)

Page 53: Gejala Bahasa

Kata-kata pilihan

• Saling menuduh

• Tuduh-menuduh

• Bertuduh tuduhan

• Saling melempar

• Lempar-melempari

Page 54: Gejala Bahasa

Perhaatikan kata-kata dibawah ini

Pemakaian kata “baku” yang maknanya sama denan “saling”.Kata baku ini dipungut dari bahasa Melayu dialek Menado dikuti kata kerja tanpa awalan, misalnya : baku hantam, baku pukul, baku tuduh, baku marah, baku sayang dll.Baku hantam sejajar saling menghantam.Kita masih menemukan ungkapan “saling baku hantam, dll.

Page 55: Gejala Bahasa

Lanjutan

Pemakaian kata “agar supaya” dianggap sebagai “idiom” saja (agar = supaya).

Demikian juga oleh karena dan oleh sebab; karena salah satu makna kata oleh ialah karena.

Page 56: Gejala Bahasa

HIPERKOREK.

HIPERKOREK (HYPERCORRECT: INGGR) SECARA HARFIAH BERMAKNA TERLALU TEPAT ATAU TERLAMPAU BENAR. Dalam ilmu bahasa diartikan “melampaui batas tepat atau benar”. Jadi bila dikatakan bentukan kata hiperkorek, maka bentukan itu tidak tepat atau salah.

Page 57: Gejala Bahasa

KATA-KATA HIPERKOREK KEBANYAKAN DIAMBIL DARI KATA PUNGUT DARI BAHASA ASING.

SETIAP BAHASA MEMILIKI SEJUMLAH BUNYI BAHASA YANG DISEBUT FONEM YANG BIASA DISEBUT HURUF.

Page 58: Gejala Bahasa

PENJELASAN

DALAM BAHASA ARAB ADA 4 BUAH BUNYI DESIS, YAITU : SIN, SYIN. SHAD DAN TSA.

EJAAN RESMI BAHASA MELAYU THN 1901 DITATAPKAN BAHWA HURUF SIN, SHAG DAN TSA DIALIHHURUFKAN KEDALAM BHS INDONESIA DENGAN HURUF “S” DAN HURUF SYIN MENJADI SJ (SY MENURUT EYD).

Page 59: Gejala Bahasa

PENJELASAN

KATA ARAB YANG DITULIS SIN : Islam, salam, selamat, muslim, insan, Hasan.YANG DITULIS SHAD : nasihat, sahabat, hasil, saleh, musibah, asal, maksud, fasal, insaf, sah, saraf.YANG DITULIS TSA : Senin, Selasa, misal, amsal, salju.YANG DITULIS SYIN: syukur, masyhur, musyawarah, masyarakat, syair, musykil, syariat.

Page 60: Gejala Bahasa

Lanjutan

Persoalannya kita tidak boleh mengubah ejaan kata dengan huruf “s” menjadi “sy”, misalnya :

• Insaf – insyaf• Disahkan - disyahkan• Ilmu saraf - ilmu syaraf

Dalam bahasa arab ditulis dengan shad. Maka itulah hiperkorek, seharusnya ditulis dengan “s” saja

Page 61: Gejala Bahasa

Lanjutan

SERING KATA SURGA (bhs Sanskerta : swarga) DITULIS DENGAN SYURGA, DIKIRA BERASAL DARAI BHS ARAB.

DEMIKIAN JUGA KATA-KATA : AGAMA, NEGARA, SURGA DAN PUASA.

Page 62: Gejala Bahasa

3 HURUF ARAB BERBUNYI “H”

ADA 3 HURUF ARAB DENGAN BUNYI H, YAITU H (TIPIS), H (TEBAL) DAN H (KH).DARI BUNYI H (TIPIS) : nasihat, sahabat, hasil, hukum, hakim, sehat, huruf, heran, hewan, saleh, Ahmad, Hamid, Mahmud, Muhammad, Hasan, Husein, Abdurrahman, Abdurrahim, Rahmat.

Page 63: Gejala Bahasa

LANJUTAN

DARI BUNYI H(TEBAL) :Hidayat, paham, jihad, lahir, lohor, syahid,Ibrahim, ahli.

DARI BUNYI KH : Khalik, makhluk, khadam, khitan, ikhlas, ikhtiar, khusus, khas, khazanah, khasumat.

Page 64: Gejala Bahasa
Page 65: Gejala Bahasa