gdlhub--sriwidyast-569-1-perbandi-i

10
Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang Resapan Biopori Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 – Januari 2013 – ISSN : 1412-1867 5 Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang Resapan Biopori Oleh : Sri Widyastuti *) Abstrak Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Jenis sampah yang dimasukkan akan mempengaruhi kecepatan proses pengkomposan yang di tandai dengan kecepatan menurunnya ketinggian sampah dalam lubang resapan biopori. Dengan semakin cepat terjadi penurunan ketinggian sampah maka lubang resapan akan dapat digunakan setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data : (1) lubang resapan biopori yang diisi sampah daun akan membutuhkan waktu 1 bulan untuk membusuk, (2) lubang resapan biopori yang diisi sampah daun kering dan sampah dapur atau sisa makanan butuh waktu 7 hari untuk terjadi dekomposisi sedangkan (3) lubang resapan biopori yang diisi sampah dapur saja akan mengalami proses dekomposisi dalam waktu 1- 3 hari. Kata Kunci : jenis sampah, pengomposan, lubang resapan biopori PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak melakukan perubahan pada sifat permukaan lahan, diantaranya dengan membangun lapisan kedap di atasnya berupa tapak bangunan (rumah, perkantoran, dan fasilitas umum), jalan dan pengerasan lain, sehingga bagian air hujan yang masuk kedalam tanah semakin banyak berkurang dan bagian air hujan yang menjadi aliran permukaan semakin meningkat. Perubahan porsi bagian hujan yang menjadi aliran permukaan ini menjadi pemicu utama terjadinya banjir (http://www.surya.co.id ). Konversi penggunaan lahan menjadi pemukiman menyebabkan fungsi hidrologis tanah terganggu. Sebagian permukaan lahan menjadi kedap karena tertutup tapak bangunan, jalan, dan pengerasan lainnya Bagian lahan terbuka juga mengalami proses pemadatan, dan biopori berkurang karena berkurangnya tanaman dan fauna tanah sebagai pelaku pembuat biopori di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan sebagian besar air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah dan bahkan dibuang melalui saluran drainase. Peningkatan jumlah air hujan yang mengalir di permukaan tanah karena berkurangnya laju peresapan air ke dalam tanah, akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, serta berkurangnya cadangan air bawah tanah. Teknologi konvensional yang telah diperkenalkan untuk peresapan air di kawasan pemukiman adalah pembuatan sumur resapan. Sayangnya dengan teknologi seperti ini tidak semua orang dapat menerapkannya. Sumur resapan memerlukan dimensi cukup besar, sebagian dindingnya perlu dibuat penguatan serta perlu diisi dengan pasir, kerikil, dan ijuk; hal ini dilakukan untuk menghindari longsornya dinding resapan. Bahan pengisi seperti itu tidak dapat digunakan oleh biota tanah sebagai sumber energi dalam penciptaan biopori. Oleh karena itu dalam kasus sumur resapan biopori boleh dikatakan tidak akan terbentuk. Penyumbatan permukaan resapan oleh bahan-bahan halus yang terbawa air dan tersaring oleh ijuk sehingga menyumbat rongga diantara ijuk sangat beresiko terjadi, hal ini akan menyebabkan laju peresapan air menjadi berkurang. *) Dosen Teknik Lingkungan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

description

kwkw

Transcript of gdlhub--sriwidyast-569-1-perbandi-i

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867 5

    Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam LubangResapan Biopori

    Oleh : Sri Widyastuti *)

    Abstrak

    Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik. Sampah iniakan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannyamelalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidangperesap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos.

    Jenis sampah yang dimasukkan akan mempengaruhi kecepatan proses pengkomposanyang di tandai dengan kecepatan menurunnya ketinggian sampah dalam lubang resapan biopori.Dengan semakin cepat terjadi penurunan ketinggian sampah maka lubang resapan akan dapatdigunakan setiap hari.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data : (1) lubang resapan biopori yang diisi sampahdaun akan membutuhkan waktu 1 bulan untuk membusuk, (2) lubang resapan biopori yang diisisampah daun kering dan sampah dapur atau sisa makanan butuh waktu 7 hari untuk terjadidekomposisi sedangkan (3) lubang resapan biopori yang diisi sampah dapur saja akanmengalami proses dekomposisi dalam waktu 1- 3 hari.Kata Kunci : jenis sampah, pengomposan, lubang resapan biopori

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia banyak melakukanperubahan pada sifat permukaan lahan,diantaranya dengan membangun lapisankedap di atasnya berupa tapak bangunan(rumah, perkantoran, dan fasilitas umum),jalan dan pengerasan lain, sehingga bagianair hujan yang masuk kedalam tanahsemakin banyak berkurang dan bagian airhujan yang menjadi aliran permukaansemakin meningkat. Perubahan porsi bagianhujan yang menjadi aliran permukaan inimenjadi pemicu utama terjadinya banjir(http://www.surya.co.id).

    Konversi penggunaan lahanmenjadi pemukiman menyebabkan fungsihidrologis tanah terganggu. Sebagianpermukaan lahan menjadi kedap karenatertutup tapak bangunan, jalan, danpengerasan lainnya Bagian lahan terbukajuga mengalami proses pemadatan, danbiopori berkurang karena berkurangnyatanaman dan fauna tanah sebagai pelakupembuat biopori di dalam tanah. Hal inimengakibatkan sebagian besar air hujantidak lagi meresap ke dalam tanah danbahkan dibuang melalui saluran drainase.

    Peningkatan jumlah air hujan yang mengalirdi permukaan tanah karena berkurangnyalaju peresapan air ke dalam tanah, akanmenyebabkan banjir pada musim hujan dankekeringan pada musim kemarau, sertaberkurangnya cadangan air bawah tanah.

    Teknologi konvensional yangtelah diperkenalkan untuk peresapan air dikawasan pemukiman adalah pembuatansumur resapan. Sayangnya denganteknologi seperti ini tidak semua orang dapatmenerapkannya. Sumur resapanmemerlukan dimensi cukup besar, sebagiandindingnya perlu dibuat penguatan sertaperlu diisi dengan pasir, kerikil, dan ijuk; halini dilakukan untuk menghindari longsornyadinding resapan. Bahan pengisi seperti itutidak dapat digunakan oleh biota tanahsebagai sumber energi dalam penciptaanbiopori. Oleh karena itu dalam kasus sumurresapan biopori boleh dikatakan tidak akanterbentuk.

    Penyumbatan permukaanresapan oleh bahan-bahan halus yangterbawa air dan tersaring oleh ijuk sehinggamenyumbat rongga diantara ijuk sangatberesiko terjadi, hal ini akan menyebabkanlaju peresapan air menjadi berkurang.

    *) Dosen Teknik LingkunganUniversitas PGRI Adi Buana Surabaya

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    6 Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867

    Pengumpulan volume air yang cukup besardalam sumur resapan menyebabkan bebanresapan relatif besar. Beban resapan adalahvolume air yang masuk dalam lubang dibagiluas permukaan resapan (dinding dan dasarlubang).Beban resapan akan meningkatsejalan dengan peningkatan diameterlubang. Peningkatan beban resapanmengakibatkan penurunan laju peresapanair karena terlalu lebarnya zone jenuh air disekeliling dinding lubang, apalagi bilasebagian permukaan resapan dikedapkandengan penguat dinding.

    Mengingat kebutuhan air yangterus meningkat dan sumber air utamaberasal dari curah hujan, perlu diupayakanrekayasa teknologi peresapan air tepat gunayang dapat efektif meresapkan air hujan kedalam tanah. Peresapan air hujan yangefektif akan dapat memelihara kelembabantanah, dan menambah cadangan air bawahtanah (ground water). Dengan demikianakan dapat mencegah banjir dan keretakantanah yang memicu terjadinya longsor; sertadapat mencegah penurunan permukaantanah (subsidence) dan intrusi air laut karenakosongnya pori tanah akibat pemanenan airbawah tanah yang berlebihan(http://www.jatim.go.id/info).Peresapan air ke dalam tanah dapatdiperlancar oleh adanya biopori yangdiciptakan oleh fauna tanah dan akartanaman. Untuk menyediakan lingkunganyang kondusif bagi penciptaan biopori didalam tanah perlu disediakan bahan organikyang cukup di dalam tanah. Untukmemudahkan pemasukan bahan organik kedalam tanah perlu dibuat lubang silindris kedalam tanah. Pembuatan lubang silindrisakan menjadi simpanan depresi yang dapatmenahan sementara aliran permukaan untukmemberi kesempatan meresap ke dalamtanah. Dinding lubang silindris menyediakantambahan permukaan resapan air seluasdinding lubang yang dibuat. Bila lubangsilindris diisi sampah organik, makapermukaan resapan tidak akan mengalamikerusakan atau penyumbatan karenadilindungi oleh sampah organik ( KamirR.Brata & Anne Nelistya , 2008).

    Agar bagian air yang meresapkedalam tanah dapat ditingkatkan, terutamadi area-area dimana pengerasan sudahdilakukan, perlu dilakukan kompensasiterhadap lapisan kedap tersebut denganmembuat resapan air buatan denganmenggunakan teknik lubang resapan biopori

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan Penelitian ini adalah1. Membandingkan kecepatan proses

    pengkomposan berbagai jenissampah organik dalam biopori.Selama ini secara teori sampah yangdimasukkan dalam biopori adalahsampah daun kering. Sehingga dalampenelitian ini akan dibandingkanbagaimana kecepatan prosespengkomposan bila sampah yangdimasukkan dicampur dengansampah dari dapur

    2. Tercapainya pemecahan masalahpenanganan banjir yang dihadapiwarga.

    3. Warga masyarakat dapatmemanfaatkan lubang resapanbiopori untuk mengolah sampahorganik menjadi pupuk kompos danmemperoleh manfaat secaraekonomis.

    4. Tanah di wilayah tersebut dapatdifungsikan sesuai denganperuntukan lahan di daerah tersebutberdasarkan RTRW Kota Surabayayaitu sebagai lahan konservasi.

    C. Urgensi Penelitian

    1. Dari penelitian ini diharapkan dapatdirekomendasikan bahwa pengisianbiopori tidak hanya sampah daunkering saja yang berasal dari kebunatau halaman tetapi juga sampahdapur. Dengan demikian hasilpenelitian akan memberikanpemecahan masalah bagi sampahdapur. Selama ini para ibu rumahtangga keberatan apabila harusmemasukkan sampah ke kerajangtakakura atau ke komposter karenaprosesnya yang panjang.Sedangkan dengan biopori,langkahnya lebih praktis, yaitusampah dapur tinggal di masukkantanpa perlu proses pengadukan dankemungkinan timbul ulat/ belatungtidak akan terjadi

    2. Warga masyarakat dapat mengatasimasalah banjir .

    3. Menambah pendapatan wargamasyarakat karena memperolehmanfaat secara ekonomis dengankompos yang dihasilkan dari biopori

    4. Lingkungan sekitar dapat terjagakebersihannya karena sampahorganik yang dihasilkan

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867 7

    dimasukkkan ke dalam lubangresapan biopori

    5. Terjadi perubahan paradigma padawarga masyarakat untuk memilahdan mengolah sampah menjadibahan yang lebih berguna danbernilai ekonomis.

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Lubang Resapan Biopori (LRB)

    Setiap bidang lahan secaraalami mempunyai fungsi hidrologis yaitumeresapkan air hujan yang jatuh dipermukaan lahan. Air hujan yang meresapkedalam tanah akan menjadi cadangan air didaerah perakaran tanaman (ditahan dalampori mikro) dan kelebihannya akan bergerakke bawah melalui pori makro mengisicadangan air bawah tanah. Fungsi hidrologisini secara alamiah dapat dipertahankansecara terus menerus karena adanyavegetasi yang tumbuh menutupi permukaantanah serta aktivitas beraneka ragam biotayang hidup di dalam tanah.

    Bagian atas (tajuk) tanamandapat menahan sebagian air hujan melaluiproses intersepsi. Tajuk tanaman danserasah organik yang dihasilkan akan dapatmelindungi permukaan tanah dari tumbukanlangsung butir hujan, sehingga agregat danpori tanah tidak rusak. Air yang sampai kepermukaan tanah dapat meresap ke dalamtanah melalui pori makro di antara agregattanah dan terowongan-terowongan kecilyang dikenal dengan biopori (biopore). Akartanaman dan fauna tanah (seperti cacingtanah, rayap, semut dan sebagainya)mampu menciptakan biopori berupa lubangsilindris yang sangat efektif menyalurkan airdan udara ke dan di dalam tanah.

    Dibandingkan dengan porimakro di antara agregat tanah, bioporibersifat lebih mantap karena diperkuat olehsenyawa organik, serta tidak mudahmenutup karena proses pengembangantanah akibat pembasahan. Karena dibentuksecara aktif oleh biota tanah maka jumlahbiopori akan terus bertambah mengikutiperkembangan akar tanaman sertapeningkatan populasi dan aktivitas faunatanah.

    Air meresap ke dalam tanahmelalui permukaan resapan. Permukaanresapan dapat diperluas dengan membuatlubang secara vertikal ke dalam tanah.

    Dengan adanya lubang ini maka permukaanresapan menjadi bertambah karena adanyadinding lubang yang akan dapat meresapkanair ke samping melalui permukaan dindinglubang tersebut. Pada kondisi tanah tertentu,perbandingan antara volume air yang harusmeresap melalui permukaan resapan dapatmenentukan besarnya laju resapan.

    Secara fisik peningkatan volumeair yang masuk melalui permukaan resapanakan menurunkan laju resapan karenameningkatnya beban resapan. Hal iniditandai dengan lebarnya zone jenuh air disekitar permukaan resapan yangmengakibatkan laju pergerakan air minimum.Keadaan jenuh air pada lubang yang terlalulama tidak mendukung berkembangnyakeanekaragaman hayati dalam tanah,terutama fauna tanah yang memerlukanoksigen, air, dan makanan yang cukup.Berkurangnya populasi dan aktivitas faunatanah menyebabkan biopori di dalam tanahberkurang.

    Kondisi ini terjadi pada teknologiperesapan air konvensional yang umumnyadidesain untuk meresapkan air hujan denganbidang tampungan yang relatif besar, sepertikolam, dan sumur resapan. Dengandemikian teknologi peresapan airkonvensional hanya mengandalkan prosesfisik saja, karena proses biologis menjaditerhambat akibat kelebihan air, kekuranganoksigen dan bahan organik sebagai sumberenergi dan unsur hara mereka.

    Teknologi lubang resapanbiopori (LRB), dikembangkan berdasarkanprinsip menjaga kesehatan ekosistem tanahuntuk mendukung adanya keanekaragamanhayati dalam tanah oleh tersedianya cukupair, udara, dan sumber makanan (bahanorganik). LRB dibuat dengan menggalilubang kecil ke dalam tanah diameter 10 cm.

    Fauna tanah akan masuk kedalam LRB yang berisi sampah organikuntuk berlindung dari ancamanpemangsanya. Mereka berkembang biakdan bekerja membuat biopori yang dapatmemperlancar peresapan air dan oksigendalam lubang melalui permukaan resapanyang diperluas oleh adanya dinding LRB.Sampah organik dikunyah, dimakan,dicampur-adukkan dengan mikroba yangsecara sinergi dapat mempercepat terjadinyaproses pengomposan. Dengan demikianLRB mempunyai kelebihan selain secarafisik dapat mengurangi beban resapan,

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    8 Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867

    secara biologis dapat memperbaiki lajuperesapan air dan sekaligus dapatmempermudah pemanfaatan sampahorganik untuk memperbaiki ekosistem tanahdan mengurangi resiko pencemaran tanah,air dan udara.

    Kumpulan sampah organik yangtidak terlalu besar dalam lubang silindrisakan menjadi habitat yang baik bagi faunatanah terutama cacing tanah yangmemerlukan perlindungan dari panasmatahari dan kejaran pemangsanya, sertamemperoleh makanan, kelembaban danoksigen yang cukup. Untuk meminimalkanbeban lingkungan oleh adanya pengumpulanvolume air dan sampah organik di dalamlubang, maka dimensi lubang tidak bolehterlalu besar, atas beberapa pertimbanganteknis seperti:(1) kemudahan pembuatan dan

    pemeliharaan lubang,(2) pengurangan beban resapan,(3) kemudahan penyebaran gunapengurangan beban lingkungan, dan(4) kecukupan ketersediaan oksigen bagifauna tanah;

    Lubang resapan sebaiknyaberdiameter 10 cm dengan kedalamanlubang 100 cm atau tidak melebihikedalaman air permukaan air bawah tanah.Dengan diameter lubang resapan yangcukup kecil dan terjadinya peningkatan lajuperesapan air karena adanya prosespembentukan biopori melalui permukaanresapan, maka teknologi peresapan airdemikian diperkenalkan sebagai lubangresapan biopori (LRB). (http://www.biopori.com)

    Pengosongan pori mikro dapatmenyebabkan keretakan tanah.Pengurangan cadangan air bebas dalamtanah akan menyebabkan berkurangnyagerakan air kapiler untuk mempertahankankelembaban tanah, dan mengakibatkanpengurangan isi pori makro yang padagilirannya dapat memicu terjadinyapenurunan permukaan tanah (subsidence).Fenomena berkurangnya cadangan airbawah tanah yang nyata akibat bertambahluasnya kawasan pemukiman telahdirasakan melalui makin sulitnyamemperoleh sumber air bersih pada musimkemarau, serta terjadinya penurunanpermukaan tanah dan intrusi air asin yangmakin jauh di kawasan pantai.

    Peresapan air ke dalam tanahjuga sangat penting untuk menghindariterjadinya aliran permukaan yang dapatmengangkut lapisan tanah yang subur, dan

    berbagai jenis limbah (cair maupun padatan)yang dapat mencemari lingkungan.Pengumpulan aliran permukaan yangmeningkat dapat merusak saluran-salurandrainase alami maupun buatan, dan bilamelebihi daya tampungnya akan meluapmenjadi banjir yang meluas.

    LRB dapat dibuat untukmeresapkan air ke dalam tanah denganpenambahan luas permukaan resapanvertikal, dan pembentukan biopori di dalamtanah. Dengan demikian tidak menyebabkanpengurangan permukaan lahan yangdiperlukan untuk tapak bangunan danprasarana lainnya di kawasan pemukiman.Dengan melibatkan terjadinya proses fisikdan biologis pada kondisi yang tidakmenimbulkan peningkatan bebanlingkungan, maka air yang meresap kedalam LRB akan mengalami prosespengolahan menjadi sumber air bersihsecara alami (http://www.biopori.com).

    Setiap rumah tangga yangmenghuni kawasan pemukiman akanmenghasilkan sampah organik baik sampahdapur maupun sisa tanaman dari pot danhalaman/pekarangan. Sampah organikmerupakan sumber makanan (energi danunsur hara) yang sangat dibutuhkan olehberaneka ragam biota tanah. LRB dapatmempermudah pemanfaatan sampahorganik, dengan memasukkannya ke dalamtanah untuk menghidupi biota dalam tanah.Fauna tanah dapat memproses sampahtersebut dengan mengunyah (memperkecilukuran) dan mencampurkan dengan mikrobatanah yang secara sinergi dapatmempercepat proses pengomposan secaraalami.

    Dengan sumber makanan yangcukup dari sampah organik sebagian faunatanah seperti cacing tanah bekerjamembentuk biopori dan menghasilkankotoran cacing (casting). Laju peresapan airke dalam tanah dapat memeliharakelembaban sampah organik dan tanahdisekitar LRB, sehingga prosespengomposan terjadi secara aerobik (cukupoksigen). Campuran kompos, casting danbahan tanah halus yang masuk dalamlubang dapat dipanen bersamaan denganpemeliharaan LRB. Baik sampah organikyang dimasukkan dalam lubang maupunkompos dan casting yang dihasilkan dapatmemperbaiki dan memeliharakeanekaragaman hayati tanah yang pentinguntuk perbaikan ekosistem tanah di kawasanpemukiman.

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867 9

    Melalui proses pengomposanaerobik sebagian karbon (C) menjadi organtubuh beraneka-ragam biota tanah, dansebagian diubah menjadi humus. Penentuanlokasi untuk penempatan LRB bolehdikatakan merupakan kunci sukses darimodel resapan ini. Lokasi harus dipilih ditempat yang sesuai, baik dari segi fisik,artistik, maupun keamanan. Segi FisikSeperti diungkapkan sebelumnya LRBadalah lubang untuk meresapkan air, olehkarena itu sangat dianjurkan bahwa lokasiLRB seharusnya berada di tempat-tempatdimana air akan terkumpul pada saat hujanberlangsung. Lokasi seperti ini biasanyaakan berupa cekungan atau berupa alur.Secara umum hal demikian akan terlihatpada saat hujan berlangsung, yaitu berupadaerah-daerah genangan.

    Adanya daerah tergenang yangterbentuk pada saat hujan menunjukkanbahwa tempat tersebut merupakancekungan tempat air berkumpul. Dengandemikian bila LRB dibuat di lokasi tersebutmaka akan efektif Pada prakteknya LRBtidak harus dibuat di tempat-tempat denganmengandalkan pada bentukan alam sepertidi atas. Bila di lokasi yang akan diberi LRBtidak terdapat cekungan atau alur air, makaperlu dibuat. Prinsip dasar pembuatannyaadalah mengarahkan air sedemikian rupasehingga air akan mengalir ke LRB yangdibuat. Disain dari alur atau daerahtangkapan air ini sebaiknya disesuaikandengan disain taman atau lansekap yangsudah ada.

    Segi Artistik Lubang ResapanBiopori tidak hanya dibuat satu buah, tapidibuat sebagai kompensasi terhadappengerasan atau bidang kedap yang ada.Pengerasan atau bidang kedap ini bisaberupa tapak bangunan (rumah), halamanyang diperkeras, jalan beraspal atau bentuk-bentuk penutupan permukaan tanah lainyang menghalangi air (hujan) untuk masukkedalam tanah Rata-rata untuk setiap 100m2 bidang kedap atau pengerasan perludibuat hingga 30 buah LRB. Mengingatrelatif banyaknya LRB yang harus dibuatmaka konfigurasi penempatannya perludisesuaikan dengan disain taman ataulansekap yang ada. Idealnya bahkanpenempatan LRB ini sudah diintegrasikanpada rancangan awal disain taman yangbersangkutan( http://www.biopori.com).

    Pembuatan LRB di taman rumahmempunyai manfaat ganda. Selain sebagai

    sarana peresap air, juga sebagai tempatmembuang sampah organik asal tamanrumah itu sendiri selain yang berasal darilimbah organik rumah tangga lainnya Sisapangkasan tanaman, daun-daun yang gugurdan serasah yang terserak akan dapatlangsung dibuang ke LRB yang ada disekitartaman. Selain dapat menjaga kebersihantaman sehingga tetap asri, secara tidaklangsung juga merupakan saranapengembalian unsur hara (pupuk) kedalamtanah yang bersangkutan sehinggakesuburan tanahnya akan senantiasa terjaga(.http://www.rumahtanah.wordpress.com/2008/03/24/helloword).

    Segi keamanan LRB berupalubang-lubang menganga, meskipun hanyaberdiameter 10 cm, dapat saja memicukecelakaan berupa kaki terperosok. Olehkarena itu penempatan yang baik akan dapatmenghindari kejadian seperti ini. Tidakdianjurkan menempatkan LRB di tempat lalulalang orang, atau di tengah lapanganbermain anak-anak. LRB sebaiknyaditempatkan pada alur-alur yang sengajadibuat sebagai pengumpul air antarasebelum masuk kedalam LRB. Denganditempatkan pada alur orang cenderungtidak akan mendatanginya, karena padaumumnya mereka tidak suka berjalan di alur.Peletakkan di sekitar tanaman di taman jugaakan menghindari kaki terperosok, karenatempat-tempat seperti itu bukan merupakantempat lalu lalang.

    Pada dasarnya membuat LRBdapat dilakukan dengan peralatan apapunselama alat tersebut dapat menciptakanlubang dengan diameter 10 cm dankedalaman hingga 100 cm. Bambu, linggis,potongan besi atau cangkul kecil dapatdijadikan alat untuk membuat lubang LRB.Meskipun demikian, untuk membuat lubangdengan diameter kecil tapi dalam seringmenemui berbagai kendala. Oleh karena ituTim Biopori IPB telah menyiapkan alatberupa bor tanah manual untuk membantudan mempermudah pembuatan lubang LRB .Bor ini telah didisain agar mampu melakukanpekerjaan diatas dengan mudah. Seseorangdapat membuat lubang LRB dengan bortersebut hanya dalam waktu 10 menit.,bahkan seorang ibu rumah tanggapun dapatmelakukannya dengan mudah .

    Banyaknya lubang resapan yangperlu dibuat dapat dihitung denganmenggunakan persamaan sebagai berikut:Sebagai contoh untuk daerah dengan

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    10 Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867

    intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),dengan laju peresapan air perlubang 3liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x100): 180 = 28 lubang. Bila lubang yangdibuat berdiameter 10 cm dan kedalaman100 cm, maka setiap lubang dapatmenampung 7,8 liter sampah organik.

    Bila sampah organik rumahtangga rata-rata dihasilkan sebanyak 3 literper hari, berarti tiap lubang dapat diisisampah organik selama 2-3 hari. Dengandemikian, 28 lubang LRB baru dapatdipenuhi sampah organik yang dihasilkanselama 56 84 hari. Pada selang waktu inisebagian dari lubang tersebut sudahmengalami dekomposisi secara alami,sehingga boleh dikatakan lubang-lubangtersebut pada prinsipnya tidak akan pernahpenuh(http://surabaya.go.id/gapura/laput%204.htm).

    B. PengomposanBagian sampah yang terbesar

    adalah bahan-bahan organik. Denganmengecualikan plastik, karet, kulit, bagiansampah organik sampah perkotaan dapatdiklasifikasikan lagi sebagai berikut :

    1) Bahan-bahan yang larut dalam air,tremasuk didalamnya gula patiasam amino, dan berbagai asamorganik

    2) Homlulose3) Selulose4) Lemak, minyak dan lilin5) Liguin, suatu bahan senyawa

    kimia yangs ecara pasti belumdikenali susunannya

    6) Lignoselulose, campuran dariliguin dan selulose

    7) Protein-protein yang disusun olehrangkaian asam-asam amino

    Bila bahan-bahan organik inidipisahkan dari sampah kota dan menjadisasaran dekomposisi dari bakteri hasil akhiryang diperoleh setelah adanya aktivitsdesimilasi & asimilasi disebut humus.Seluruh proses baik pemisahan sampahmaupun pengubahan secara bakteriologiikdari sampah organik dikenal sebagaipengomposan.

    Dekomposisi sampah organik dapatberlangsung baik secara aerobik atauanaerobik tergantung tersedianya oksigen.Karena proses-proses anaerobik berjalansangat lambat dan menimbulkan danmenimbulkan bau, maka kebanyakanpengomposan dilakukan secara aerobik.

    Pada umumya karakteristik kimiawidan fisik dari humus berbeda-beda sesuaidengan sifat bahan yang diolah, keadaanpada waktu penyelenggaraan pengomposandan besarnya dekomposisi. Beberapa sifathumus yang dihasilkan yangmembedakannya dengan bahan-bahanalami (humus alam) adalah :

    1) Berwarna coklat tua sampai hitam2) Rasio karbon nitrogen rendah3) Terus terjadi perubahan yang

    disebabkan adanya aktifitasmikroorganisme

    4) Mempunyai kemampuan tinggiuntuk berubah dan menyerap air

    B.1. Gambaran ProsesPengomposan

    Pelaksanaan pengomposanpada dasarnya terdiri atas tiga langkahdasar :1) Persiapan dari sampahnya2) Dekomposisi sampah3) Persiapan hasil dan pemasaran

    Langkah persiapan termasukkegiatan-kegiatan penerimaan, pemilihan,pemisahan, reduksi ukuran sampah danpenambahan kandungan air dan nutrion.

    Untuk menyempurnakan dalamlangkah berikutnya yaitu dekomposisi,beberapa teknik telah dikembangkan. Padapengomposan yang menggunakan caraWindow, sampah disiapkan denganmenempatkannya dalam alur-alurdilapangan terbuka. Alur-alur ini kemudiandiaduk dua kali dalam seminggu selamamasa pengomposan 5 minggu. Untukmencapai stabilisasi ditambahkan waktu 2-4minggu. Sebagai ganti cara ini telahdikembangkan sistem mekanik. Denganpengembangan ini memungkinkanterbentuknya humus 5-7 hari. Seringkalibahan yang telah menjadi kmpos tersebutdiolah lagi pada alur-alur terbuka selama 3minggu lagi. Setelah sampah dirubahmenjdai bahan humus, siap untuk dilanjutkanpada langkah berikutnya.

    Persiapan hasil pemasaan termasukkegiatan-kegiatan penghalusan(finegrinding), pencampuran denganberbagai bahan tambahan, granulasi(membentuk butiran-butiran), pengantongan,penyimpanan, pengiriman dan dalam hal-haltertentu pemasaran langsung.

    B.2. Proses Mikrobiologi

    Meskipun bermacam-macammikroorganisme terlibat, namun pada

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867 11

    prinsipnya mikroorganisme yangberperan dalam dekomposisi aerobikadalah bakteri, fungi, yeast danactinomycetes. Semua grop dapatmendekomposisi semua bahanmentah yang berbeda. Misalnya gropbakteri lebih menyukai gula yang larutdalam ari, sementara fungi yeast &actinomycetes, khususnya efektifdalam dekomposisi selulose &hemiselulose.

    Disamping keperluan-keperluan metabolik, mikroorganismeutama menjadi banyak sekali selamaproses pengomposan. Satu diantarafaktor-faktor yang dipertimbangkanatas kejadian ini adalah timbulnyapanas sebagai hasil desimilasi &asimilasi mikroorganisme dalampengubahan sampah menjadi humusyang stabil. Mula-mula bahan yangdikomposkan naik suhunya sebagaiakibat dilepaskannya energi disertadegredasi sampah organik dan gulayang dapat dirubah menjadi humus.Bila suhu naik diatas 45- 500C,organisme mesofilik akan mulaiberkuasa. Organisme-organisme iniakan berkuasa pada 550C yangmenjadi suhu optimum bagi organismeini. Bakteri-bakteri dan octinomycetestertentu biasa dijumpai pada suhu-suhu ini. Dalam keadaan normalstabilisasi lebih cepat pada susunanthermofilik dibanding pada keadaanmesofilik.

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk jenispenelitian Eksperimen. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalahmetode pendekatan Eksperimen, yaitumengadakan kegiatan percobaan untukmelihat suatu hasil yang akanmenegaskan bagaimana hubungankausal antara variabel yang satu denganyang lainnya.Adapun tahapan yangdilakukan sebagai berikut:

    B. Deskripsi Populasi dan PenentuanSampel.

    1. Deskripsi Populasi

    Dalam penelitian ini,populasi adalah seluruh lubangresapan biopori yang ada di RW IVKelurahan Gunungsari KecamatanDukuh Pakis Kota Surabayasejumlah 240 lubang

    2. Penentuan Sampel.Sampel dalam penelitian ini

    sejumlah 30 buah yang berada diposisi

    1. Halaman Balai RW IV (SAMPEL A)Yang akan di isi oleh sampahdaun, rumput saja

    2. Halaman Rumah Warga Bernomorurut genap (SAMPEL B)

    Yang akan diisi dengan sampahcampuran sampah dapur dansampah daun dan rumput

    3. Halaman Rumah Warga BernomorUrut Ganjil (SAMPEL C)

    Yang akan di isi dengan hanyasampah dapur saja

    C. Metode Pengumpulan Data

    Pemberian perlakuanTreatment 1. Lubang Resapan Biopori di

    isi oleh sampah daun dan rumputsaja

    Treatment 2. Yang akan diisi dengansampah campuransampah dapur dansampah daun danrumput

    Treatment 3. Yang akan di isi denganhanya sampah dapur saja

    1. Prosedur Pengumpulan data.

    Langkah-langkah yang dilakukandalam penelitian adalah sebagaiberikut:

    a. Kegiatanpercobaan/eksperimendalam penelitian

    Setelah diberi perlakuandilakukan pengamatan selamasetiap hari dan dilihat kecepatanpenurunan sampah yang identikdengan pengubahan menjadikompos

    b. Alat dan Bahan yang digunakanuntuk penelitian.Seperangkat lubang resapanbiopori

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    12 Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867

    PENYAJIAN DATA

    1. Halaman Balai RW IV (SAMPEL A)LRB di isi oleh sampah daun/ rumput saja

    No NOMORSAMPEL

    HARIKE 1

    HARIKE2

    HARIKE3

    HARIKE4

    HARIKE5

    HARIKE6

    HARIKE7

    HARIKE8

    1 *** *** *** *** *** *** *** ***2 *** *** *** *** *** *** *** ***3 *** *** *** *** *** *** *** ***4 *** *** *** *** *** *** *** ***5 *** *** *** *** *** *** *** ***6 *** *** *** *** *** *** *** ***7 *** *** *** *** *** *** *** ***8 *** *** *** *** *** *** *** ***9 *** *** *** *** *** *** *** ***

    2.Halaman Rumah Warga Bernomor urut genap (SAMPEL B)LRB diisi dengan sampah campuran sampah dapur dan sampah daun dan rumput

    No NOMORSAMPEL

    HARIKE 1

    HARIKE2

    HARIKE3

    HARIKE4

    HARIKE5

    HARIKE6

    HARIKE7

    HARIKE8

    1 *** *** *** *** * * * *2 *** *** *** *** * * * *3 *** *** *** *** * * * *4 *** *** *** *** * * * *5 *** *** *** */** */** */** */** */**6 *** *** *** */** */** */** */** */**7 *** *** *** */** */** */* * */* * */**8 *** *** *** */** ** * *** ** * ** *9 *** *** *** */** */* * */** */* * */* *

    3.Halaman Rumah Warga Bernomor Urut Ganjil (SAMPEL C)LRB di isi dengan hanya sampah dapur saja

    No NOMORSAMPEL

    HARIKE 1

    HARIKE2

    HARIKE3

    HARIKE4

    HARIKE5

    HARIKE6

    HARIKE7

    HARIKE8

    1 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**2 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**3 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**4 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**5 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**6 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**7 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**8 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**9 */** */* * */** */* * */* * */** */* * */**

    KETERANGAN :* PENGURANGAN VOLUME

    ** PERUBAHAN FISIK / PEMBUSUKAN*** TIDAK TERJADI PERUBAHAN APAPUN*/* * PENGURANGAN VOLUME dan PERUBAHAN FISIK / PEMBUSUKAN

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867 13

    PEMBAHASAN

    Lubang Resapan Bioporidiaktikan oleh organisme tanah, khususnyafauna tanah dan perakaran tanaman.Aktivitas merekalah yang selanjutnya akanmenciptakan rongga-rongga atau liang-liangdi dalam tanah yang akan dijadikan "saluran"air untuk meresap ke dalam tubuh tanah.Dengan memanfaatkan aktivitas merekamaka ronggarongga atau liang-liang tersebutakan senantiasa terpelihara dan terjagakeberadaannya sehingga kemampuanperesapannya akan tetap terjaga tanpacampur tangan langsung dari manusia untukpemeliharaannya. Hal ini tentunya akansangat menghemat tenaga dan biaya.Kewajiban faktor manusia dalam hal iniadalah memberikan pakan kepada merekaberupa sampah organik pada periodetertentu. Sampah organik yang dimasukkanke dalam lubang akan menjadi humus dantubuh biota dalam tanah, tidak cepatdiemisikan ke atmosfir sebagai gas rumahkaca; berarti mengurangi pemanasan globaldan memelihara biodiversitas dalam tanah.

    Dengan hadirnya lubang-lubangresapan biopori dapat dicegah adanyagenangan air, sehingga berbagai masalahyang diakibatkannya seperti mewabahnyapenyakit malaria, demam berdarah dan kakigajah (filariasis) akan dapat dihindari.Pertimbangan-pertimbangan perancangansecara prinsip yang berhubungan dengandekomposisi biologik dari sampah dapatdisimpulkan bahwa persiapan prosespengomposan bukanlah tugsa yangsederhana, khususnya bila akan mencapaihasil yang optimum. Oleh karena itupelaksanaan dari sebagian besarpengomposan komersial yang telahdikembangkan adalah dimekanisasi benar-benar dan dikerjakan dengan fasilitas-fasilitas yang dirancang khusushttp://www.bakosurtanal.go.id/multihazard/View.php?ID=11&ID2=5&ID3.

    Faktor-faktor yang tersebut dalamtabel dapat dikontrol secara efektif.Sekalipun persyaratan-persyaratanmengenai area tanah yang digunakan taktercantum dalam tabel, juga harusdipertimbangkan. Sebagai contohpengomposan yang menggunakan alur-alurpada tanah terbuka yang mempunyaikapasitas 0 ton/ hari, diperlukan 2,5 acre.Tanah seluas ini 1,5 acre diperuntukkanuntuk gedung, peralatan dan jalan. Setiappenambahan 50 ton diperkirakanmemerlukan tambahan 1,0 acre untuk

    operasi pengomposan dan 0,25 acre untuktambahan gedung-gedung dan jalan-jalan.Keperluan tanah yang menggunakan sistemmekanik tergantung prosesnya. Suatuperkiraan 1,5 2,0 acre tanah yangdipergunakan untuk pabrik kompos sistemmekanik berkapasitas 50 ton/ hari telahcukuphttp:///www.bappeko.surabaya.go.id/bappeko/index.php

    .Perhatian terhadap lingkungan,yang terpenting adalah yang berhubungandengan timbulnya bau, beterbangannyabahan-bahan dan kemungkinan terjadinyakeracunan logam berat pada tanah. Jikapengawasan dilakukan tidak sebagaimanamestinya, terbentuknya bau akan menjadisuatu masalah, khususnya pengomposanpada alur terbuka.

    Suatu kecenderungan yang dapatberakibat pada semua pelaksanaanpengomposan, khususnya bilamenggunakan penghancur mekanik, adalahtermasuk kemungkinan timbulnya peracunanlogam berat. Bila logam dalam sampahdihancurkan, partikel debu logamditimbulkan oleh aktivitas penghancur.Partikel-partikel ini dapat menempel padabenda-benda ringan sebagai hasilpenghancuran sampah. Akhirnya setelahpengomposan logam-logam ini akan dibuangke tanah. Beberapa diantaranya tidakmempunyai pengaruh, tetapi logam-logamseperti cadurium (karena sifat racunnya)betul-betul perlu mendapat prehatian.

    Percobaan-precobaan yang lebihbanyak perlu dikerjakan untuk mengukurpengaruh pelaksanaan proses secaramekanik pada susunan kompos.Sampah organik berupa sampah dapur, sisa

    pangkasan tanaman atau daun yangberjatuhan merupakan bahan utama agarLRB berfungsi. Bahan-bahan ini secara rutinperlu ditambahkan ke dalam LRB.Penambahan diperlukan karena sampahyang sebelumnya dimasukkan ke dalam LRBakan mengalami pelapukan dan dikonsumsioleh biota tanah, sehingga denganbertambahnya waktu sampah organik didalam LRB akan berkurang.

    Bahan organik yangdimasukkan kedalam LRB selain dikonsumsibiota tanah juga secara alami mengalamiproses pelapukan/dekomposisi. Hasil akhirdari proses ini berupa kompos. Komposyang dihasilkan secara periodik dapatdipanen. Pemanenan dapat dilakukandengan menggunakan bor LRB, atau caralain yang dianggap mudah. Meskipun

  • Sri Widyastuti : Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dalam Lubang ResapanBiopori

    14 Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412-1867

    demikian karena tujuan utama dari LRBadalah sebagai peresap air, makapemanenan kompos sebaiknya dilakukanpada musim kemarau, di saat LRB tidakbegitu aktif meresapkan air. Hal ini dilakukanagar tidak mengganggu aktifitas biota tanahdi dalam LRB pada saat diperlukan.

    Dengan tersedianya tekniksederhana yang mudah dan murah sepertiLRB seyogyanya tidak ada lagi alasan bagiwarga masyarakat dimanapun untuk tidakmembuat resapan air buatan di halamanrumahnya. Pembuatan resapan air buatan iniadalah sebagai kompensasi terhadap bidangkedap yang telah dibuat di permukaan lahanyang telah menghalangi kesempatan airhujan untuk masuk kedalam tanah danmenjadi cadangan air tanah.

    .Kehadiran lubang resapan

    biopori secara langsung akan menambahbidang resapan air, setidaknya sebesar luaskolom/dinding lubang. Sebagai contoh bilalubang dibuat dengan diameter 10 cm dandalam 100 cm maka luas bidang resapanakan bertambah sebanyak 3140 cm2 atauhampir 1/3 m2. Dengan kata lain suatupermukaan tanah berbentuk lingkarandengan diamater 10 cm, yang semulamempunyai bidang resapan 78.5 cm2setelah dibuat lubang resapan bioporidengan kedalaman 100 cm, luas bidangresapannya menjadi 3218 cm2. www.indah-bri.blogspot.com

    Dengan adanya aktivitas faunatanah pada lubang resapan maka bioporiakan terbentuk dan senantiasa terpeliharakeberadaannya. Oleh karena itu bidangresapan ini akan selalu terjagakemampuannya dalam meresapkan air.Dengan demikian kombinasi antara luasbidang resapan dengan kehadiran bioporisecara bersama-sama akan meningkatkankemampuan dalam meresapkan air.

    KESIMPULAN

    Jenis sampah yang dimasukkanakan mempengaruhi kecepatan prosespengkomposan yang di tandai dengankecepatan menurunnya ketinggian sampahdalam lubang resapan biopori. Dengansemakin cepat terjadi penurunan ketinggiansampah maka lubang resapan akan dapatdigunakan setiap hari.

    Manfaat ganda dari LRB sebagaitempat pembuangan sampah organikrumah tangga, diharapkan pada suatu saatnanti tidak akan ada lagi sampah organikyang keluar dari lingkungan rumah. Dengandemikian akan dapat mengurangi bebanpada tempat pembuangan sampahsementara (TPS) atau pembuangan akhir(TPA). Kompos yang dihasilkan dari LRBdan pilahan sampah anorganik dapat sajadijadikan sumber penghasilan tambahanbagi perekonomian rumah tangga.

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Kamir R.Brata & Anne Nelistya , Lubang Resapan Biopori, Penebar Swadaya 2008http://www.jatim.go.id/info cuaca/index.php?ip=det.bencana (diunduh tanggal 6 Pebruari 2009)http://www.surya.co.id (diunduh tanggal 7 Pebruari 2009)http://www.bakosurtanal.go.id/multihazard/View.php?ID=11&ID2=5&ID3 = (diunduh tanggal18 Pebruari 200)http://www.biopori.com (diunduh tanggal 6 Pebruari 2009)http://www.rumah tanah.wordpress.com/2008/03/24/helloword. (diunduh tanggal 11 Februari2009)http://www.penataan ruang.pu.go.id/ta/lapak 04/p1/lahan tol/bab 3 (diunduh tanggal 1Pebruari 2009)http://surabaya.go.id/gapura/laput%204.html (diunduh tanggal 9 pebruari 2009)http://www.ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/surabaya.pdf (diunduh tanggal 3 Januari2009)www.indah-bri.blogspot.com (diunduh tanggal 13 januari 2009)http:///www.bappeko.surabaya.go.id/bappeko/index.php