GCT
-
Upload
siti-nurjannah -
Category
Documents
-
view
6 -
download
2
description
Transcript of GCT
![Page 1: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keindahan ataupun penampilan tubuh yang menarik, merupakan
salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa
membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini
tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat isi ataupun hal-hal lain
di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang
cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja.
Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika
melihat orang yang memiliki penampilan enak dipandang dan bersih
daripada orang yang dekil, kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek
penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang paling terlihat
adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun
tubuh pria yang berotot, tinggi besar, keras bagi pria merupakan idaman
semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang kerempeng, kurus
kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, malas dan terlihat tidak lincah,
orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang, yang
menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya
diri dan menarik.
Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting
untuk menarik perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada
perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa
binatang jantan maupun betina mengalami perubahan fisiologis yang
terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama
lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara
tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan. Untuk itu pada makalah ini akan
membahas lebih lanjut tentang gangguan citra tubuh beserta asuhan
keperawatannya.1
![Page 2: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/2.jpg)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Citra Tubuh.
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gangguan citra tubuh.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi citra tubuh.
c. Mahasiswa mampu mengetahui stressor yang dapat menyebabkan
gangguan citra tubuh.
d. Mahasiswa mampu mengetahui respon klien terhadap gangguan
citra tubuh.
e. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala gangguan citra
tubuh.
f. Mahasiwa mampu mengetahui asuhan keperawatan klien dengan
gangguan citra tubuh.
C. Sistematika Penulisan
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Citra Tubuh ini
terdiri atas tiga bab. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah,
tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah. Bab II
Pembahasan terdiri dari pengertian gangguan citra tubuh, faktor-faktor
yang mempengaruhi citra tubuh, stressor yang menyebabkan gangguan
citra tubuh, respon klien terhadap gangguan citra tubuh, tanda dan gejala
gangguan citra tubuh, serta asuhan keperawatan klien dengan gangguan
citra tubuh. Bab III Penutup sebagai bab terakhir yang berisi kesimpulan
dan saran.
2
![Page 3: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Perubahan
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan
atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat
dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun
organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan
serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan
tertentu (Hidayat, 2007).
2. Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang
membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal
maupusn eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi
tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk
tubuh (Sunaryo, 2004).
3
![Page 4: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi
keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang
merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang
kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung
atau tidak langsung.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat,
kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran
ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan
emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan
sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa
ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya
reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro,
2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan
mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk
mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan
penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap
anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien
dan keluarganya (Kozier, 2004).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
4
![Page 5: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/5.jpg)
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu,
sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan
yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya
akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas
dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila
dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri.
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body
image) adalah:
1. Jenis kelamin
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor
paling penting dalam perkembangan citra tubuh (body image)
seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis
kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah
dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra
tubuh (body image) dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989:
Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham &
Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley &
Quinlan, 2005). Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin
tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend
yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh
kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian
pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih
berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan
model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung
5
![Page 6: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/6.jpg)
untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah
wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat
badan (Anderson & Didomenico, 1992).
2. Usia
Pada tahap perkembangan remaja, citra tubuh (body image)
menjadi penting (Papalia & Olds, 2003). Hal ini berdampak pada
usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan.
Umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja
putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa
pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini
dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating
disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada
awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra
yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya
(Papalia & Olds, 2003).
3. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa
media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal
mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi
gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky,
2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang
paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak
menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media
yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering
menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh
yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,
kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang
yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki
adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
6
![Page 7: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/7.jpg)
4. Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang
paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi
gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan
instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002)
menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua
menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan
bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua
menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal
dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya.
Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat
mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua
sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh.
Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan
bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga
mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak.
Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang
berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak
bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
5. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima
mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana
perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat
orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang
lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya
(dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback
terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam
hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan
7
![Page 8: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/8.jpg)
dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash
Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik
berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang
lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka
melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses
pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran
dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.
Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan
interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga
berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka,
bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat
mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).
C. Stressor yang Dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh
1. Perubahan ukuran tubuh: Berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh: Tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infus.
3. Perubahan struktur: Sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan alat di dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi: Berbagai penyakit yang dapat merubah system
tubuh.
5. Keterbatasan: Gerak, makan, kegiatan.
6. Makna dan obyek yang sering kontak: Penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
8
![Page 9: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/9.jpg)
D. Respon Klien Terhadap Kelainan atau Keterbatasan
1. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: Menunjukkan rasa sedih dan duka cita
(rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa
bersalah atau penerimaan)
b. Respon mal-adaptif: lanjutan terhadap penyangkalan yang
berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang
tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak,
berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Respon terhadap pola kebebasan-ketergantungan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: Merupakan tanggung jawab terhadap
rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan
perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,
menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling
mendukung dengan keluarga.
b. Respon mal-adaptif: Menunjukkan rasa tanggung jawab akan
rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus
bergantung atau dengan keras menolak bantuan.
3. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: Memelihara pola sosial umum,
kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan
bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
b. Respon mal-adaptif: Mengisolasikan dirinya sendiri,
memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak
mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).
9
![Page 10: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/10.jpg)
E. Negatif dan Positif Citra Tubuh
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah
mengenai bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi
tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang
menarik dan bentuktubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda
kegagalan pribadi. Individumerasakan malu, self-conscious, dan khawatir
akan badannya. Individu merasakancanggung dan gelisah terhadap
badannya (Dewi, 2009).
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar
tentangbentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya.Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan
individu memahami bahwapenampilan fisik seseorang hanya berperan kecil
dalam menunjukkan karaktermereka dan nilai dari seseorang. Individu
merasakan bangga dan menerimanyabentuk badannya yang unik dan tidak
membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan
kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya
(Dewi, 2009).
F. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan (Harnawatiaj, 2008).
10
![Page 11: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/11.jpg)
G. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1. Pengkajian
Gangguan citra tubuh: Gangguan citra tubuh adalah perubahan
persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran,
bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum,
perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap
perubahan adalah:
a. Perubahan ukuran tubuh: Berat badan yang turun akibat
penyakit.
b. Perubahan bentuk tubuh: Tindakan invasif, seperti operasi,
suntikan, daerah pemasangan infus.
c. Perubahan struktur: Sama dengan perubahan bentuk tubuh
disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh.
d. Perubahan fungsi: Berbagai penyakit yang dapat merubah
system tubuh.
e. Keterbatasan: Gerak, makan, dan kegiatan.
f. Makna dan obyek yang sering kontak: Penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi,
respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
Gangguan Identitas diri: Gangguan identitas adalah kekaburan
atau ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan,
sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
a. Tidak ada percaya diri
b. Sukar mengambil keputusan
c. Ketergantungan
d. Masalah dalam hubungan interpersonal
e. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
f. Projeksi ( menyalahkan orang lain ) 11
![Page 12: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/12.jpg)
Gangguan harga diri (Self-Esteem): Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya: harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan pernneal).
c. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
d. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada
klien gangguan fisik.
e. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai
cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
12
![Page 13: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/13.jpg)
d. Gangguan hubungan sosial
e. Percaya diri kurang.
f. Mencederai diri
Gangguan peran: Gangguan penampilan peran adalah berubah
atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses
menua, putus sekolah, atau putus hubungan kerja. Pada klien yang
sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah
menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
a. Peran dalam keluarga
b. Peran dalam pekerjaan/sekolah
c. Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama
dirawat dirumah sakit, atau setelah kembali dari rumah sakit, klien
tidak mungkin melakukan perannya yang biasa. Tanda dan gejala
yang dapat dikaji :
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
b. Ketidakpuasan peran
c. Kegagalan menjalankan peran yang baru
d. Ketegangan menjalankan peran yang baru
e. Kurang tanggungjawab
f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Gangguan ideal diri: Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang
terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar
dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal
dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil
pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai. Tanda dan gejala
yang dapat dikaji :
13
![Page 14: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/14.jpg)
a. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya, misalnya: saya
tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi
peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang
dioperasi tidak dapat main bola.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya: saya pasti
bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk, setelah sehat
saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak
mungkin lagi sekolah.
2. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk
diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat
Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial
gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan
serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan
(Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Defisit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh
adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran
serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan
pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi
kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan
tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
a. Diagnose I : gangguan citra tubuh
14
![Page 15: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/15.jpg)
SP Pasien
1) Tujuan Umum: Kepercayaan diri klien kembali normal
2) Tujuan khusus :
a) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
b) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
c) Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
d) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu
dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini
terhadap citra tubuhnya
2) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain. Bantu pasien
untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
3) Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
4) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap.
5) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah
kepada pembentukan tubuh yang ideal.
7) Lakukan interaksi secara bertahap
8) Susun jadual kegiatan sehari-hari.
9) Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga
dan sosial. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain
yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.
10) Beri pujian terhadap keberhasilan pasienmelakukan interaksi.
SP keluarga
1) Tujuan umum: Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan
kepercayaan diri klien
15
![Page 16: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/16.jpg)
2) Tujuan khusus :
a) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
b) Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra
tubuhcitra tubuh.
c) Keluarga mengetahui cara mengatasi.
d) Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan
citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.
e) Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra
tubuhcitra tubuh.
f) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan
memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian
ataskeberhasilannya
Intervensi
1) Jelaskan dengan keluarga tentang ganmgguan citra tubuh
yang terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra
tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
5) Menfasilitasi interaksi dirumah.
6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien
dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan
sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan
dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan
citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba,
melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan
16
![Page 17: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/17.jpg)
mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan
seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Hal-hal yang perlu dievaluais meliputi :
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal atau waktunya?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan
atau tingkat yang lebih berat?
c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan
dengan adekuat?
d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai
pandangan terhadap perasaan tersebut?
e. Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
f. Sudahkah pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi
kecemasan?
17
![Page 18: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan
atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat
dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang
membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal
maupus eksternal. Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur,
fungsi keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik, faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh adalah
jenis kelamin, usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal.
Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya: (1) Gangguan
konsep diri : Gangguan Citra Tubuh, (2) Isolasi social : menarik diri, dan
(3) Deficit perawatan diri
B. Saran
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak
menghabiskan waktunya dengan klien harus dapat menggali penyebab dan
faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh pada klien,
kemudian perawat harus dapat menggali aspek-aspek positif yang ada pada
diri klien agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien dan
meningkatkan interaksi sosialnya.
18
![Page 19: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/19.jpg)
19
![Page 20: GCT](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062722/563db823550346aa9a90e021/html5/thumbnails/20.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III Depkes RI.
Doenges. M. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Hawan. D. 2004. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Jakarta : Gaya Baru.
Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Monalisa.2013. Makalah Kecemasan dan Gangguan Citra tubuh: http://monalisapearce.blogspot.com/2013/11/makalah-kecemasan-dan-gangguan-citra.html. diakses pada 11 Maret 2015
Reza, Muhammad. 2012. Asuhan Keperawatan Ganguan Citra Tubuh: http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-gangguan-citra-tubuh.html. diakses pada 11 Maret 2015
20