GCT

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keindahan ataupun penampilan tubuh yang menarik, merupakan salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat isi ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja. Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang memiliki penampilan enak dipandang dan bersih daripada orang yang dekil, kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang paling terlihat adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot, tinggi besar, keras bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang kerempeng, kurus kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, malas dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin memiliki 1

description

keperawatan jiwa

Transcript of GCT

Page 1: GCT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keindahan ataupun penampilan tubuh yang menarik, merupakan

salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa

membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini

tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat isi ataupun hal-hal lain

di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang

cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja.

Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika

melihat orang yang memiliki penampilan enak dipandang dan bersih

daripada orang yang dekil, kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek

penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang paling terlihat

adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun

tubuh pria yang berotot, tinggi besar, keras bagi pria merupakan idaman

semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang kerempeng, kurus

kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, malas dan terlihat tidak lincah,

orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang, yang

menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya

diri dan menarik.

Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting

untuk menarik perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada

perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa

binatang jantan maupun betina mengalami perubahan fisiologis yang

terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama

lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara

tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan. Untuk itu pada makalah ini akan

membahas lebih lanjut tentang gangguan citra tubuh beserta asuhan

keperawatannya.1

Page 2: GCT

B. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien

dengan Gangguan Citra Tubuh.

2. Tujuan Khusus:

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gangguan citra tubuh.

b. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi citra tubuh.

c. Mahasiswa mampu mengetahui stressor yang dapat menyebabkan

gangguan citra tubuh.

d. Mahasiswa mampu mengetahui respon klien terhadap gangguan

citra tubuh.

e. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala gangguan citra

tubuh.

f. Mahasiwa mampu mengetahui asuhan keperawatan klien dengan

gangguan citra tubuh.

C. Sistematika Penulisan

Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Citra Tubuh ini

terdiri atas tiga bab. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah,

tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah. Bab II

Pembahasan terdiri dari pengertian gangguan citra tubuh, faktor-faktor

yang mempengaruhi citra tubuh, stressor yang menyebabkan gangguan

citra tubuh, respon klien terhadap gangguan citra tubuh, tanda dan gejala

gangguan citra tubuh, serta asuhan keperawatan klien dengan gangguan

citra tubuh. Bab III Penutup sebagai bab terakhir yang berisi kesimpulan

dan saran.

2

Page 3: GCT

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

1. Perubahan

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan

atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat

dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun

organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan

serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan

tertentu (Hidayat, 2007).

2. Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang

membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal

maupusn eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang

ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi

tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari

pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara

sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi

tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk

tubuh (Sunaryo, 2004). 

3

Page 4: GCT

3. Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh

yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi

keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh.

Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang

merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang

kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung

atau tidak langsung.

Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi

negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat,

kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran

ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan

emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan

sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa

ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya

reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan

berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro,

2004).

Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan

mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk

mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi

signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan

penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap

anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien

dan keluarganya (Kozier, 2004).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti

4

Page 5: GCT

pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar

pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu,

sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.

Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh

persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya

mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan

yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya

akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas

dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif

perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan

mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila

dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri.

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body

image) adalah:

1. Jenis kelamin

Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor

paling penting dalam perkembangan citra tubuh (body image)

seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis

kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah

dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra

tubuh (body image) dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989:

Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham &

Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley &

Quinlan, 2005). Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin

tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend

yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh

kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian

pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih

berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan

model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung

5

Page 6: GCT

untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah

wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat

badan (Anderson & Didomenico, 1992).

2. Usia

Pada tahap perkembangan remaja, citra tubuh (body image)

menjadi penting (Papalia & Olds, 2003). Hal ini berdampak pada

usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan.

Umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja

putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa

pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini

dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating

disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada

awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra

yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya

(Papalia & Olds, 2003).

3. Media Massa

Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa

media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal

mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi

gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky,

2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang

paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak

menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media

yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering

menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh

yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,

kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang

yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki

adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.

6

Page 7: GCT

4. Keluarga

Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang

paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi

gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan

instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002)

menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua

menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan

bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua

menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal

dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya.

Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat

mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua

sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh.

Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan

bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga

mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak.

Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang

berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak

bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.

5. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung

membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima

mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana

perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat

orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang

lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya

(dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback

terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam

hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan

7

Page 8: GCT

dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash

Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik

berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang

lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka

melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses

pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran

dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan

interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga

berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka,

bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat

mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).

C. Stressor yang Dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh

1. Perubahan ukuran tubuh: Berat badan yang turun akibat penyakit

2. Perubahan bentuk tubuh: Tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,

daerah pemasangan infus.

3. Perubahan struktur: Sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai

dengan pemasangan alat di dalam tubuh.

4. Perubahan fungsi: Berbagai penyakit yang dapat merubah system

tubuh.

5. Keterbatasan: Gerak, makan, kegiatan.

6. Makna dan obyek yang sering kontak: Penampilan dan dandan

berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor,

suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

8

Page 9: GCT

D. Respon Klien Terhadap Kelainan atau Keterbatasan

1. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:

a. Respon penyesuaian: Menunjukkan rasa sedih dan duka cita

(rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa

bersalah atau penerimaan)

b. Respon mal-adaptif: lanjutan terhadap penyangkalan yang

berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang

tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak,

berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan

kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Respon terhadap pola kebebasan-ketergantungan dapat berupa:

a. Respon penyesuaian: Merupakan tanggung jawab terhadap

rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan

perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,

menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling

mendukung dengan keluarga.

b. Respon mal-adaptif: Menunjukkan rasa tanggung jawab akan

rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus

bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

3. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:

a. Respon penyesuaian: Memelihara pola sosial umum,

kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan

bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.

b. Respon mal-adaptif: Mengisolasikan dirinya sendiri,

memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak

mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,

frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

9

Page 10: GCT

E. Negatif dan Positif Citra Tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah

mengenai bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi

tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang

menarik dan bentuktubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda

kegagalan pribadi. Individumerasakan malu, self-conscious, dan khawatir

akan badannya. Individu merasakancanggung dan gelisah terhadap

badannya (Dewi, 2009).

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar

tentangbentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya.Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan

individu memahami bahwapenampilan fisik seseorang hanya berperan kecil

dalam menunjukkan karaktermereka dan nilai dari seseorang. Individu

merasakan bangga dan menerimanyabentuk badannya yang unik dan tidak

membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan

kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya

(Dewi, 2009).

F. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh

Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak

melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima

perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan

perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian

tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan

ketakutan (Harnawatiaj, 2008).

10

Page 11: GCT

G. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh

1. Pengkajian

Gangguan citra tubuh: Gangguan citra tubuh adalah perubahan

persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran,

bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering

kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum,

perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap

perubahan adalah:

a. Perubahan ukuran tubuh: Berat badan yang turun akibat

penyakit.

b. Perubahan bentuk tubuh: Tindakan invasif, seperti operasi,

suntikan, daerah pemasangan infus.

c. Perubahan struktur: Sama dengan perubahan bentuk tubuh

disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh.

d. Perubahan fungsi: Berbagai penyakit yang dapat merubah

system tubuh.

e. Keterbatasan: Gerak, makan, dan kegiatan.

f. Makna dan obyek yang sering kontak: Penampilan dan dandan

berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi,

respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

Gangguan Identitas diri: Gangguan identitas adalah kekaburan

atau ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan,

sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

a. Tidak ada percaya diri

b. Sukar mengambil keputusan

c. Ketergantungan

d. Masalah dalam hubungan interpersonal

e. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan

f. Projeksi ( menyalahkan orang lain ) 11

Page 12: GCT

Gangguan harga diri (Self-Esteem): Gangguan harga diri dapat

digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,

hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat

terjadi secara :

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya: harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus

hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban

perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

b. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik

yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan

(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan pernneal).

c. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak

tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.

d. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya

berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai

tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada

klien gangguan fisik.

e. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung

lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai

cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan

menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini

mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat

ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada

klien gangguan jiwa.

Gangguan gejala yang dapat dikaji :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat

tindakan terhadap penyakit.

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.

c. Merendahkan martabat.

12

Page 13: GCT

d. Gangguan hubungan sosial

e. Percaya diri kurang.

f. Mencederai diri

Gangguan peran: Gangguan penampilan peran adalah berubah

atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses

menua, putus sekolah, atau putus hubungan kerja. Pada klien yang

sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah

menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :

a. Peran dalam keluarga

b. Peran dalam pekerjaan/sekolah

c. Peran dalam berbagai kelompok

Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama

dirawat dirumah sakit, atau setelah kembali dari rumah sakit, klien

tidak mungkin melakukan perannya yang biasa. Tanda dan gejala

yang dapat dikaji :

a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran

b. Ketidakpuasan peran

c. Kegagalan menjalankan peran yang baru

d. Ketegangan menjalankan peran yang baru

e. Kurang tanggungjawab

f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa

Gangguan ideal diri: Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang

terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar

dan tidak jelas dan cenderung menuntut.

Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal

dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil

pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai. Tanda dan gejala

yang dapat dikaji :

13

Page 14: GCT

a. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya, misalnya: saya

tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi

peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang

dioperasi tidak dapat main bola.

b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya: saya pasti

bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk, setelah sehat

saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak

mungkin lagi sekolah.

2. Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk

diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat

Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.

Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial

gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan

serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan

(Keliat, 1998).

Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:

a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Defisit perawatan diri

3. Intervensi Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh

adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran

serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,

mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan

pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi

kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan

tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).

a. Diagnose I : gangguan citra tubuh

14

Page 15: GCT

SP Pasien

1) Tujuan Umum: Kepercayaan diri klien kembali normal

2) Tujuan khusus :

a) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .

b) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).

c) Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra

tubuh.

d) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi

1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu

dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini

terhadap citra tubuhnya

2) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain. Bantu pasien

untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.

3) Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.

4) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara

bertahap.

5) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.

6) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah

kepada pembentukan tubuh yang ideal.

7) Lakukan interaksi secara bertahap

8) Susun jadual kegiatan sehari-hari.

9) Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga

dan sosial. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain

yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.

10) Beri pujian terhadap keberhasilan pasienmelakukan interaksi.

SP keluarga 

1) Tujuan umum: Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan

kepercayaan diri klien

15

Page 16: GCT

2) Tujuan khusus :

a) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.

b) Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra

tubuhcitra tubuh.

c) Keluarga mengetahui cara mengatasi.

d) Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan

citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.

e) Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra

tubuhcitra tubuh.

f) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan

memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian

ataskeberhasilannya

Intervensi

1) Jelaskan dengan keluarga tentang ganmgguan citra tubuh

yang terjadi pada pasien.

2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra

tubuh.

3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.

4) Menyediakan fasilitas untuk  memenuhi kebutuhan pasien

dirumah.

5) Menfasilitasi interaksi dirumah.

6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.

7) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien. 

4. Evaluasi

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien

dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan

sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan

dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan

citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba,

melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan

16

Page 17: GCT

mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan

seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

Hal-hal yang perlu dievaluais meliputi :

a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien

berkurang dalam sifat, jumlah, asal atau waktunya?

b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan

atau tingkat yang lebih berat?

c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan

dengan adekuat?

d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai

pandangan terhadap perasaan tersebut?

e. Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?

f. Sudahkah pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi

kecemasan?

17

Page 18: GCT

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan

atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat

dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang

membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal

maupus eksternal. Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi

tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur,

fungsi keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh.

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik, faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh adalah

jenis kelamin, usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal.

Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya: (1) Gangguan

konsep diri : Gangguan Citra Tubuh, (2) Isolasi social : menarik diri, dan

(3) Deficit perawatan diri

B. Saran

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak

menghabiskan waktunya dengan klien harus dapat menggali penyebab dan

faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh pada klien,

kemudian perawat harus dapat menggali aspek-aspek positif yang ada pada

diri klien agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien dan

meningkatkan interaksi sosialnya.

18

Page 19: GCT

19

Page 20: GCT

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III Depkes RI.

Doenges. M. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Hawan. D. 2004. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Jakarta : Gaya Baru.

Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Monalisa.2013. Makalah Kecemasan dan Gangguan Citra tubuh: http://monalisapearce.blogspot.com/2013/11/makalah-kecemasan-dan-gangguan-citra.html. diakses pada 11 Maret 2015

Reza, Muhammad. 2012. Asuhan Keperawatan Ganguan Citra Tubuh: http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-gangguan-citra-tubuh.html. diakses pada 11 Maret 2015

20