GAYA HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK · 2020-01-15 · v ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan...
Transcript of GAYA HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK · 2020-01-15 · v ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan...
GAYA HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK
(PERSONAL VAPORIZER) STUDI KASUS:
KOMUNITAS ROKOK ELEKTRIK ASMODUS
INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Siti Habibah Bramandia
11141110000059
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
v
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan tentang Gaya Hidup Pengguna Rokok
Elektrik (Personal Vaporizer) melalui studi kasus pada komunitas Asmodus
Indonesia. Komunitas Asmodus Indonesia adalah komunitas pecinta rokok elektrik
di mana komunitas tersebut terinspirasi dari nama salah satu brand atau merek
perangkat bernama Asmodus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan
observasi. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif
masyarakat konsumeris Jean Baudrillard. Menurut Baudrillard, masyarakat saat ini
sudah menggeser nilai suatu objek yang dibelinya. Dari yang awalnya objek
tersebut dibeli sesuai dengan kebutuhan, namun saat ini masyarakat tidak lagi
memikirkan nilai tukar dan nilai guna objek tersebut untuk dirinya. Masyarakat
lebih mementingkan objek tersebut sebagai penanda kelas sosial dalam
lingkungannya.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa, konstruksi gaya hidup
komunitas Asmodus Indonesia tidak terlepas dari peran media massa dan media
sosial dalam mempengaruhi seseorang untuk merubah pikiran mereka dalam
menjalani gaya hidup pengguna rokok elektrik. Media massa dan media sosial
menjadi model dari simulacra karena komunikasi dan interaksi yang terjadi pada
para pengguna rokok elektrik berlangsung bukan pada realitas sebenarnya tetapi
terjadi di dunia maya yang tidak mempunyai batas dan dianggap lebih nyata serta
lebih dekat. Citra yang ditimbulkan dari gaya hidup pengguna rokok elektrik
menciptakan realitas baru dan membentuk hiperrealitas. Selain itu, terciptanya
identitas baru yaitu komunitas Asmodus Indonesia berfungsi sebagai wadah
berkumpul para pengguna rokok elektrik dan memberi keuntungan bagi anggota
untuk saling bertukar informasi lebih dalam mengenai rokok elektrik.
Kata kunci: Rokok Elektrik, Konsumeris, Komunitas
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur terpanjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul Gaya Hidup Pengguna
Rokok Elektrik (Personal Vaporizer) Studi Kasus: Komunitas Rokok Elektrik
Asmodus Indonesia dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan
kepada umatnya menuju jalan kebenaran.
Atas rasa syukur ini penulis selayaknya berterimakasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan yang berarti baik meteri maupun moral.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.
Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Ali Munhanif, MA. Para wakil dekan, serta
segenap jajaran dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya
pada program studi sosiologi yang telah memberikan berbagai ilmu selama
masa studi penulis.
3. Ketua program studi sosiologi Dr. Cucu Nurhayati, M.Si dan sekretaris program
studi sosiologi Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.
4. Saifudin Asrori, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah berkenan
menyediakan waktu untuk membantu, memberikan masukan dan saran
berharga selama penulisan skripsi.
vii
5. Orang tua penulis, bapak Jefri Lody dan ibu Tien Suhartinah tercinta serta adik
penulis Ibnu ‘Ajaba Alifiryan. Berkat dukungan dan do’a mereka penulis
menerima semangat serta motivasi untuk terus belajar dan berkarya.
6. Rekan-rekan dari komunitas Asmodus Indonesia yang telah menyambut hangat
kehadiran penulis serta mengizinkan penulis untuk turut serta dalam kegiatan
yang dilakukan.
7. Para “Bidadari” kak Ama, kak Cesa, teh Novia, Sheby dan beberapa orang
tersayang penulis yang selalu setia mendukung serta memotivasi penulis, Risma
Trihandayani, Diah Andam, Laila Agustina, Hani Hanifah dan Ansari.
8. Teman-teman dan sahabat terbaik penulis di lingkungan kampus khususnya
sosiologi b angkatan 2014 yang telah menghadirkan kebahagiaan selama masa
studi.
Penulis juga menyampaikan ucapan yang sama kepada rekan dan semua
pihak yang mendukung selama masa studi hingga akhir penyelesaian studi yang
tidak dapat dituliskan nama mereka satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan mereka semua dengan yang terbaik dan menjadikannya sebagai bagian
dari amal ibadah.
Ciputat, 26 Agustus 2019
Siti Habibah Bramandia
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................ iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
E. Kerangka Teoritis ........................................................................ 14
1. Definisi Konseptual .............................................................. 14
2. Masyarakat Konsumeris ........................................................ 20
F. Metode Penelitian ....................................................................... 25
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 30
BAB II GAMBARAN UMUM KOMUNITAS ASMODUS INDONESIA
A. Latar Belakang Terbentuknya Komunitas Asmodus Indonesia .. 32
B. Sekretariat dan Kepengurusan Komunitas Asmodus Indonesia . 38
C. Anggota Komunitas Asmodus Indonesia .................................... 39
D. Kegiatan Komunitas Asmodus Indonesia ................................... 40
BAB III GAYA HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK (PERSONAL
VAPORIZER) KOMUNITAS ASMODUS INDONESIA
A. Simulacra dan Simulacrum ......................................................... 44
B. Hiperrealitas ................................................................................ 49
C. Gaya Hidup Pengguna Rokok Elektrik pada Komunitas
Asmodus Indonesia ..................................................................... 53
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 60
B. Saran .......................................................................................... 61
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I.D Tinjauan Pustaka .................................................................. 11
Tabel I.F.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 26
Tabel I.F.3.2 Daftar Nama dan Profil Informan ....................................... 29
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.E.1.2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik .................................. 18
Gambar I.E.1.2.2 Perkembangan Teknologi Rokok Elektrik ................ 19
Gambar II.A.1 Salah Satu Postingan Instagram Komunitas
Asmodus Indonesia ................................................... 34
Gambar II.A.2 Logo Komunitas Asmodus Indonesia ....................... 37
Gambar II.D.1 Kegiatan Vapemeet ke 2 Komunitas Asmodus
Indonesia Regional Jabodetabek ............................... 41
Gambar II.D.2 Kegiatan Pemilihan Ketua Regional Bandung ......... 42
Gambar II.D.3 Kegiatan Vape Meet yang Diadakan oleh
Komunitas Asmodus Indonesia Regional Jabodetabek 43
Gambar 3.B Cover Majalah Vapemagz ......................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kegiatan merokok sudah tidak asing lagi berada di lingkungan masyarakat
Indonesia. Merokok adalah salah satu kegiatan yang dianggap sebagai simbol
keren, dewasa, dan dapat membuat seseorang atau penggunanya diterima dalam
suatu kelompok masyarakat atau lingkungan pergaulannya (Margulies 2003:1).
Selain menjadi simbol pergaulan dalam ikatan teman sebaya, alasan bertahannya
peminat rokok adalah merokok dianggap sebagai kegiatan yang dapat
menimbulkan efek atau sensasi tenang bagi penggunanya. Seseorang yang
berteman dengan perokok memiliki resiko tinggi untuk menjadi perokok
dibandingkan dengan satu teman yang bukan perokok (Safitri, Avicena, Hartati
2013:60).
Beberapa teori dapat menjelaskan fenomena tersebut diantaranya: 1) Social
learning theory di mana seseorang belajar dari orang lain melalui obeservasi,
peniruan dan pemodelan kegiatan merokok yang dilakukan karena mencontoh
teman pergaulan. 2) Social identity theory menjelaskan bahwa seseorang akan
bertindak sesuai dengan identitas kelompoknya, apabila status sebagai perokok
merupakan pusat identitas sosial kelompok maka anggota kelompok tersebut akan
memiliki perilaku yang sama. 3) Social network theory menjelaskan tentang
bagaimana individu masuk ke dalam jaringan sosial dengan mengikuti norma dan
perilaku yang ada demi memperluas jaringannya (Safitri et al. 2013:60).
2
Secara umum, masyarakat Indonesia telah menyadari bahwa merokok dapat
menimbulkan efek merugikan terutama bagi kesehatan, bahkan rokok dapat
menyebabkan kematian baik untuk perokok aktif maupun perokok pasif karena
mengandung zat-zat berbahaya seperti zat adiktif, nikotin dan tar. Oleh karena itu,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan, namun merokok masih menjadi kasus yang sulit untuk ditangani karena
jumlah perokok diketahui bertambah tiap tahunnya.
Hal tersebut dilihat dari data yang diperoleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia bahwa Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat
memprihatinkan dalam konsumsi produk tembakau. Data menunjukkan
peningkatan perokok dari 27% pada tahun 1995 meningkat hingga 36,3% pada
tahun 2013. Hasil tersebut tambah menghawatirkan di mana perempuan dan
generasi muda ikut menambah kebiasaan buruk merokok. Data Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19
tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5%
di tahun 2014 (http://www.depkes.go.id/ diakses pada 30 November 2017).
Perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup ternyata juga membawa
perubahan bagi kebiasaan penikmat rokok, yaitu fenomena penggunaan rokok
elektrik. Belum selesai dengan permasalahan merokok yang semakin meningkat, di
zaman modern ini muncul fenomena sosial baru yaitu gaya hidup pengguna rokok
elektrik (personal vaporizer). Masyarakat Indonesia khususnya berada di perkotaan
tentu memiliki gaya hidup. Hal tersebut dikarenakan zaman yang semakin modern
3
serta banyaknya pusat perbelanjaan yang menyediakan produk yang semakin
berkembang dan mudah untuk didapatkan. Meskipun terdapat kekhawatiran
tersendiri bahwa, perkembangan gaya hidup dapat membuat masyarakat
mengonsumsi barang-barang yang tidak mementingkan fungsi namun hanya untuk
memenuhi hasrat yang dimiliki.
“Namun pada era ini di mana orang-orang membeli barang bukan
karena nilai kegunaannya, tetapi karena gaya hidup, demi sebuah citra
yang diarahkan dibentuk oleh iklan atau mode melalui televisi. Yang
ditawarkan oleh televisi bukanlah nilai guna suatu barang namun makna
yang ada pada barang yang dimiliki” (Baudrillard 2018: 152).
Menurut Baudrillard munculnya masyarakat konsumen merupakan upaya
mengorganisir kebutuhan masyarakat serta mengintegrasikannya ke dalam sistem
yang dirancang untuk menggantikan semua interaksi terbuka antara kekuatan alam,
kebutuhan dan teknologi. Teknologi menurut Baudrillard berperan penting,
khususnya manusia sebagai agen yang menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas.
Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak, benar-benar dipengaruhi oleh
kekuatan imaji tersebut (Umanailo 2018).
Rokok elektrik; vape atau personal vaporizer telah menjadi salah satu gaya
hidup masyarakat Indonesia saat ini. Hal tersebut didukung dengan maraknya iklan
terutama dalam berbagai macam media sosial tentang penggunaan rokok elektrik
serta tersedianya gerai rokok elektrik di kota-kota besar Indonesia yang semakin
mudah untuk ditemui. Pengguna rokok elektrik menganggap bahwa menggunakan
rokok elektrik dapat membantu mengurangi ketergantungan serta dapat digunakan
sebagai alat untuk menghentikan kebiasaan merokok konvensional. Selain itu
dilihat dari sisi lain, tampilan fisik rokok elektrik dinilai lebih menarik dan
4
mempunyai kebanggaan tersendiri dibandingkan dengan rokok konvensional,
seperti yang diutarakan oleh salah satu informan berikut:
“awalnya gaya-gayaan, gue dulu perokok cuma ketika kenal vape kayanya
lebih keren. Nah akhirnya makin kesini badan otomatis kaya nolak rokok,
makin kesini berenti ngerokok.” (Wawancara dengan Patra, 28 November
2018).
Rokok elektrik umumnya mempunyai fungsi dan penggunaan yang sama
dengan rokok konvensional karena dapat menimbulkan sensasi mengeluarkan uap
yang dianggap oleh penggunanya adalah hal yang menenangkan. Hal berbeda
antara rokok elektrik dan rokok konvensional terletak pada alat dan teknologi yang
digunakan lebih modern yaitu menggunakan mesin, baterai serta isi yang berbentuk
cairan berbagai macam rasa yang biasa disebut penggunanya adalah liquid.
Menurut artikel yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM),
seperangkat rokok elektrik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia
menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru-paru dengan menggunakan tenaga
listrik (BPOM 2015: 3-5).
Data Badan POM Indonesia pada tahun 2015 menunjukkan terdapat
penambahan penggunaan rokok elektrik di beberapa negara. Sebagai contoh di
Amerika Serikat, remaja yang menggunakan rokok elektrik bertambah tiga kali
lipat dalam rentan waktu setahun yakni antara tahun 2013 dan 2014 dari 4,5%
menjadi 13,4% atau diperkirakan mencapai dua juta siswa SMA dan 450.000 siswa
SMP telah menjadi pengguna. Di Indonesia sendiri, data hasil survey pendahuluan
yang dilakukan oleh Ferosvi Nada Adhima El Hasna, Kusyogo Cahyo, dan
5
Laksmono Widagdo (2017: 550) dengan cara melakukan penyebaran angket
terhadap 581 siswa dan siswi SMA di kota Bekasi. Hasil yang diperoleh adalah
22,3% menghisap rokok elektrik dengan rincian perokok pemula aktif yang
menggunakan rokok elektrik sebesar 8,9% sedangkan sebesar 13,4% di mana
perokok yang sebelumnya menggunakan rokok tembakau kini beralih
menggunakan rokok elektrik.
Popularitas rokok elektrik di Indonesia melejit pada tahun 2014 didukung
dengan perkembangan variasi teknologi perangkat, model, ukuran serta rasa dari
liquid yang semakin menarik perhatian peminatnya (BPOM 2015: 3-5). Hal
tersebut sempat menimbulkan beberapa kontroversi mengenai rokok elektrik di
Indonesia diantaranya, rokok elektrik diduga telah dikonsumsi oleh anak usia
Sekolah Dasar (https://www.cnnindonesia.com/ diakses pada 29 Desember 2017).
Selain itu terungkapnya kasus di mana terdapat beberapa oknum yang telah
menyalahgunakan liquid rokok elektrik dengan cara mencampur liquid dengan
narkoba (https://nasional.kompas.com/ diakses pada 29 Desember 2017).
Oleh sebab itu didasari dengan meningkatnya penggunaan rokok elektrik di
Indonesia mulai dari kalangan remaja hingga orang dewasa, pada Oktober 2018
Pemerintah Indonesia resmi berlakukan pemungutan cukai terhadap liquid rokok
elektrik sebesar 57%. Pemungutan cukai tersebut menjadi salah satu cara
Pemerintah untuk menghilangkan penggunaan rokok elektrik pada usia di bawah
umur (https://ekonomi.kompas.com/ diakses pada 26 Desember 2018).
6
Terpilihnya rokok elektrik sebagai gaya hidup modern tidak terlepas dari
sifat konsumerisme masyarakat Indonesia. Dilihat dari harga beli perangkat rokok
elektrik yang jauh berbeda dengan rokok konvensional serta banyaknya gerai rokok
elektrik yang semakin mudah untuk ditemui, sehingga turut mempermudah
peminatnya untuk berkumpul, berdiskusi membahas berbagai informasi mengenai
rokok elektrik. Pada akhirnya gaya hidup tersebut juga dapat memunculkan
kelompok-kelompok pecinta rokok elektrik atau komunitas.
R. M. Mac Iver dan Charles H. Page (1957:9) mendefinisikan komunitas
sebagai suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai dengan derajat hubungan
sosial tertentu. Dasar-dasar komunitas meliputi lokalitas dan perasaan yang sama.
Unsur-unsur perasaan komunitas meliputi: (1) Seperasaan (rasa sebagai satu
kelompok, yang berbeda dengan yang lainnya); (2) Sepenanggungan (sadar akan
peran dan statusnya dalam kelompok); (3) Saling memerlukan (turut serta
membantu untuk memenuhi kebutuhan materil maupun non-materil antar
anggotanya). Komunitas rokok elektrik berfungsi sebagai wadah bagi para
pengguna rokok elektrik untuk saling bertukar informasi mulai dari harga, variasi
serta cara perawatan rokok elektrik yang benar.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menjadikan salah satu komunitas
rokok elektrik yaitu komunitas Asmodus Indonesia sebagai studi kasus dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, popularitas rokok elektrik dan gaya hidup
pengguna rokok elektrik tidak terlepas dari adanya peran komunitas rokok elektrik
dalam mengkonstruksi gaya hidup pengguna rokok elektrik serta adanya perilaku
konsumerisme para pengguna rokok elektrik. Berdasarkan observasi awal dari
7
penelitian ini, komunitas Asmodus Indonesia memiliki anggota yang terdaftar
sebanyak 350 orang yang terdiri dari berbagai macam kalangan, dengan rentang
usia 18 tahun hingga 40 tahun yang berasal dari seluruh Indonesia. Asal usul nama
komunitas rokok elektrik Asmodus Indonesia sendiri terinspirasi dari salah satu
brand atau merek jenis perangkat rokok elektrik yang bernama Asmodus
(Wawancara dengan Patra, 28 November 2018).
Berdasarkan pemaparan pernyataan masalah, penulis tertarik untuk
membahas lebih dalam mengenai bagaimana konstruksi gaya hidup komunitas
pecinta rokok elektrik melalui rokok elektrik dan judul skripsi ini adalah “GAYA
HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK (PERSONAL VAPORIZER)
Studi Kasus: Komunitas Rokok Elektrik Asmodus Indonesia”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan penelitian sebelumnya, maka rumusan masalah
yang telah penulis tetapkan secara teoritis dan empiris sebagai berikut:
Bagaimana konstruksi gaya hidup komunitas pecinta rokok elektrik melalui rokok
elektrik/vape?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahasan yang diteliti yaitu
konstruksi gaya hidup komunitas pecinta rokok elektrik melalui rokok elektrik dan
menjelaskan motivasi yang mendasari adanya gaya hidup pengguna rokok elektrik.
8
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
untuk bidang keilmuan sosial sekaligus menjadi refrensi atau perbandingan
penelitian serta menambah pengetahuan terutama mengenai Gaya Hidup Pengguna
Rokok Elektrik pada Komunitas Asmodus Indonesia. Secara praktis, hasil
penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi peneliti lainnya yang berkaitan
dengan Gaya Hidup Pengguna Rokok Elektrik pada komunitas Asmodus Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa studi yang telah mengkaji rokok elektrik (personal
vaporizer) sebagai tema utama dalam penelitiannya. Diantara beberapa penelitian
tersebut, terdapat pula kesamaan maupun perbedaan mengenai tema, sasaran,
metode dan teori yang digunakan dalam penelitian. Kesamaan dan perbedaan dari
penelitian-penelitian terdahulu dapat penulis jadikan sebagai acuan dalam
penelitian ini.
Jurnal pertama di tulis oleh Delima Rahayu, dkk (2016) dengan judul Gaya
Hidup Komunitas Rokok Elektrik Semarang Vaper Corner menitik beratkan pada
gaya hidup anggota suatu komunitas rokok elektrik di Semarang yang memiliki
kebiasaan berkumpul di café. Temuan dari penelitian ini, mayoritas pengguna
rokok elektrik adalah laki-laki dan memiliki akses mudah untuk mendapatkan
rokok elektrik. Pertambahan pengguna rokok elektrik disebabkan oleh adanya
dukungan dari anggota lain sehingga menambah jumlah anggota komunitas.
Namun anggota komunitas masih memiliki pengetahuan yang minim tentang rokok
9
elektrik. Perbedaan jurnal ini dengan skripsi yang akan penulis angkat terletak pada
metode penelitian di mana metode yang digunakan pada jurnal ini adalah deskriptif
analitik dengan metode penelitian kuantitatif.
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Ariga Martianov (2016) berjudul Strategi
Komunikasi Riau Vaper Community dalam Kampanye Anti Rokok pada Usia
Remaja di Kota Pekan Baru. Penelitian ini bertujuan untuk menghapus stigma
negatif masyarakat tentang rokok elektrik dengan cara meneliti kegiatan kampanye
anti rokok tembakau yang dilakukan oleh salah satu komunitas Vaper di Riau. Hasil
dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang digunakan komunitas dalam
kampanye berupa kata-kata dan kalimat simple serta mudah dipahami oleh remaja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Ketiga, jurnal yang ditulis oleh I Gede Agung Krishna Santana, dkk (2017)
dengan judul Konstruksi Sosial Rokok Elektrik (Vape) sebagai Substitusi Rokok
Tembakau bagi Perokok Aktif di Kota Denpasar dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah peralihan dari rokok
tembakau ke rokok elektrik di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
kesehatan, ekonomi, lingkungan dan media sosial. Proses konstruksi sosial yang
terjadi pada rokok elektrik dilakukan oleh para produsen atau pengguna rokok
elektrik itu sendiri. Perbedaan skripsi ini dengan jurnal kedua dan ketiga di mana
skripsi ini menitikberatkan pada proses konstruksi sosial rokok elektrik dijadikan
sebagai gaya hidup penggunanya.
10
Keempat, Muhammad Fikri Indra dkk (2015) berjudul Gambaran
Psikologis Perokok Tembakau yang Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
(Vaporizer). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Analisis dan representasi data pada penelitian fenomenologi
mengenal pengalaman psikologis pengguna rokok elektrik menggunakan
pendekatan Colaizzi. Temuan dari penelitian ini bahwa pengguna rokok elektrik
memperoleh suatu kepuasan psikologis. Hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya
rasa yang dapat ditimbulkan dari liquid dan anggapan bahwa rokok elektrik lebih
aman daripada rokok konvensional (tembakau).
Kelima, jurnal yang ditulis oleh Ferosvi Nada Adhima, dkk (2017) dengan
judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Rokok Elektrik pada
Perokok Pemula di SMA Kota Bekasi. Jurnal ini menggunakan metode penelitian
kuantitaif, responden dari penelitian ini adalah remaja berusia 17 tahun. Hasil dalam
penelitian ini presentase responden laki-laki lebih banyak (84,6%) yang
menggunakan rokok elektrik. Selain itu ketersediaan akses rokok elektrik,
keterjangkauan dan dukungan dari teman menjadi faktor remaja di SMA Bekasi
banyak menggunakan rokok elektrik.
Keenam, jurnal yang ditulis oleh Nofrianto Arifin (2018) berjudul
Konstruksi Makna Bagi Wanita Pengguna Vape di Kota Pekanbaru. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil
dalam penelitian ini adalah motif wanita menggunakan rokok elektrik di Kota
Pekanbaru terbagi atas dua yaitu motif karena rasa nyaman dan ramah lingkungan
serta motif untuk berhenti merokok konvensional dan kepercayaan diri. Pemaknaan
11
wanita menggunakan rokok elektrik dianggap bahwa rokok kelas menengah keatas,
mengurangi jumlah perokok di bawah umur, mengurangi pecandu rokok
konvensional, beraneka ragam rasa dan bentuk rokok elektrik dan anggapan bahwa
rokok elektrik adalah rokok hits (kekinian).
No. Penulis dan
Judul Teori
Metode
Penelitian
Fokus dan Hasil
Penelitian
1 Delima Rahayu
Istiqomah,
Kusyogo
Cahyo, Ratih
Indaswari
(2016). Gaya
Hidup
Komunitas
Rokok Elektrik
Semarang
Vaper Corner
- Kuantitatif Menganalisa gaya
hidup pengguna rokok
elektrik melalui
komunitas rokok
elektrik di kota
Semarang.
Berdasarkan
penelitian, sebagian
besar pengguna rokok
elektrik adalah laki-
laki mulai dari remaja
akhir (17-25 tahun)
hingga orang dewasa
yang telah memiliki
penghasilan. Selain itu,
kemudahan akses dan
dukungan dari
kelompok menjadi
faktor bertambahnya
pengguna rokok
elektrik pada
komunitas tersebut.
2 Ariga
Martianov
(2016). Strategi
Komunikasi
Riau Vaper
Community
dalam
Kampanye Anti
Rokok pada
Usia Remaja di
Kota
Pekanbaru
Strategi
komunikasi
Kualitatif Strategi komunikasi
yang digunakan pada
kegiatan kampanye
anti rokok
konvensional yang
dilakukan oleh salah
satu komunitas vaper
di Riau berupa kata-
kata dan kalimat
simple yang mudah
dipahami remaja.
12
3 I Gede Agung
Krishna
Santana,
Nazrina
Zuryani, dan
Gede Kamajaya
(2017)
Konstruksi
Sosial Rokok
Elektrik (Vape)
sebagai
Substitusi
Rokok
Tembakau bagi
Perokok Aktif di
Kota Denpasar
Konstruksi
sosial
Kualitatif Peralihan dari rokok
tembakau ke rokok
elektrik di pengaruhi
oleh beberapa faktor
yaitu faktor kesehatan,
ekonomi, lingkungan
dan media sosial.
Selain itu proses
konstruksi sosial
berpengaruh terhadap
subsitusi rokok
konvensional pada
rokok tembakau
dimana terdapat proses
eksternalisasi,
objektifikasi dan
internalisasi.
4 Muhammad
Fikri Indra,
Yesi Hasneli
dan Sri Utami
(2015).
Gambaran
Psikologis
Perokok
Tembakau yang
Beralih
Menggunakan
Rokok Elektrik
(Vaporizer)
Kejenuhan
dalam
psikologi
pendekatan
Colaizzi
Kualitatif Pengguna rokok
elektrik memperoleh
suatu kepuasan
psikologis dikarenakan
oleh banyaknya rasa
yang dapat
ditimbulkan dari liquid
dan faktor kognitif
yang menganggap
bahwa vaporizer lebih
aman daripada rokok
konvensional serta
dapat bersosialisasi
dan menjadi tren gaya
hidup saat ini.
13
5 Ferosvi Nada
Adhima,
Kusyogo
Cahyo, dan
Laksmono
Widagdo
(2017)
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
Penggunaan
Rokok Elektrik
pada Perokok
Pemula di SMA
Kota Bekasi
- Kuantitatif Responden dari
penelitian berusia
remaja 17 tahun.
Presentase responden
laki-laki lebih banyak
(84,6%) menggunakan
rokok elektrik.
Sedangkan
pengetahuan baik
terhadap rokok elektrik
lebih banyak (69,2%)
dibandingkan
pengetahuan buruk
tentang rokok elektrik
(30,8%). Selain itu
ketersediaan akses
menjadi faktor remaja
di SMA Bekasi banyak
yang menggunakan
rokok elektrik sebagai
pengganti rokok
konvensional.
6 Nofianto Arifin
(2018)
Konstruksi
Makna Bagi
Wanita
Pengguna Vape
di Kota Pekan
Baru
Fenomenolo
gi Alfred
Schutz dan
Interaksi
Simbolik
Kualitatif Motif wanita
menggunakan rokok
elektrik terbagi atas
dua, yaitu pertama,
motif karena rasa
nyaman dan ramah
lingkungan. Kedua,
motif untuk berhenti
merokok konvensional
dan kepercayaan diri.
Dari penelitian-penelitian terdahulu terdapat perbedaan maupun kesamaan
baik dari metode maupun objek penelitian. Namun yang menjadikan penelitian ini
berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah penulis tertarik untuk
mengkajinya melalui perspektif sosiologi dengan menggunakan teori masyarakat
konsumeris yang digagas oleh Jean Baudrillard mengenai gaya hidup pengguna
rokok elektrik studi kasus pada komunitas rokok elektrik Asmodus Indonesia.
Tabel I.D Tinjauan Pustaka
14
E. Kerangka Teoritis
1. Definisi Konseptual
1.1.Gaya hidup
Pada zaman modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
disadari atau tidak telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat
secara cepat serta instan. Realitas sosial yang ada menunjukkan bahwa hampir di
setiap pelosok wilayah perkotaan dan pedesaan telah mengadopsi gaya hidup dan
pola konsumsi yang disediakan oleh modernisasi. Beberapa hal yang dapat penulis
ambil sebagai contoh seperti, berbusana, pola konsumsi makanan dan minuman,
interaksi sosial, metode komunikasi secara personal dan pemanfaatan teknologi
lainnya oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Selain itu, kondisi psikologis individu saat ini sudah tidak berdaya dalam
memilih sejumlah produk baru yang dihasilkan oleh perubahan kebudayaan,
menjadikan konsep serta kebudayaan baru mudah masuk dan berkembang dalam
lingkungan masyarakat. Contoh, pemilihan fashion dan produk ala Barat yang saat
ini sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Kondisi serupa juga berpengaruh
dalam interaksi, komunikasi dan transaksi sosial lainnya yang semakin
meninggalkan gaya lama atau tradisional kemudian bergeser pada konsep
modernisasi. Gaya hidup modern turut memaksa masyarakat untuk mengikuti
perkembangannya.
Gaya hidup sendiri dapat diartikan sebagai pola-pola dari tindakan yang
dapat membedakan antara satu orang dengan orang lain
15
(https://www.kbbi.web.id/gaya-2 diakses pada 30 November 2018). Gaya hidup
dapat membantu memahami, menjelaskan namun bukan membenarkan apa yang
orang lain lakukan, mengapa orang melakukan hal tersebut, dan apakah yang
mereka lakukan bermakna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Hal tersebut
tidak berarti bahwa gaya hidup bersangkutan dengan kehidupan setiap orang. Gaya
hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari manusia di dunia
modern. Gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin
tidak dapat diapahami oleh orang-orang yang tidak hidup dalam masyarakat
modern (Chaney 1996: 40).
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat dan opininya. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya
hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),
apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang
orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini) (Kotler 2002: 192).
Dalam penelitian ini, gaya hidup pengguna rokok elektrik adalah gaya hidup yang
menerapkan seseorang merokok menggunakan rokok elektrik atau yang biasa
disebut oleh penggunanya adalah vape dan pengguna merupakan anggota dari
komunitas pecinta rokok elektrik.
Di Indonesia sendiri, gaya hidup berkembang seiring dengan menjamurnya
pusat perbelanjaan, industri mode, kawasan hunian mewah, kemajuan teknologi
dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat menjadi indikator meningkatnya gaya
hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang berubah semakin berkembang,
menuntun masyarakat pada budaya konsumsi serta perilaku kehidupan yang
16
konsumtif. Baudrillard berpendapat bahwa yang dikonsumsi oleh masyarakat
konsumeris bukanlah kegunaan dari suatu produk, melainkan citra atau pesan yang
disampaikan dari suatu produk (Baudrillad 1998:50-51).
Baudrillard juga berpendapat bahwa setiap individu dalam masyarakat
konsumeris memiliki keinginan untuk terus-menerus melakukan pembedaan antara
dirinya dengan orang lain. Individu akan terus mengonsumsi produk yang dianggap
akan menaikan status sosialnya, tanpa memikirkan apakah produk tersebut benar-
benar dibutuhkan atau tidak. Budaya konsumtif masyarakat Indonesia dapat dilihat
dari penampilan fisik seseorang yaitu gaya berpakaian, kendaraan yang dikendarai,
serta alat-alat yang digunakan telah sesuai dengan fashion dan mode yang sedang
berlaku saat ini.
Masyarakat tidak lagi membeli suatu barang berdasarkan skala prioritas
kebutuhan dan kegunaan, tetapi lebih dilandasi oleh rasa gengsi, prestige serta gaya.
Selain digunakan sebagai simbol status sosial, produk atau jasa tersebut juga
digunakan sebagai alat untuk individu atau seseorang masuk dan diterima ke dalam
lingkungan pergaulannya. Kondisi tersebut juga memunculkan dua gejala dalam
psikologis. Pertama, jika individu tidak mengikuti perkembangan zaman, maka
pemahaman internal individu akan pola konsumsi terkesan “tidak gaul”. Kedua,
jika diadopsi dari suguhan modernisasi, mau tidak mau individu akan berhadapan
dengan sistem nilai yang berlaku di kehidupan sosial.
1.2.Rokok Elektrik
Definisi Rokok Elektrik
17
Rokok elektrik atau biasa disebut juga vape adalah alat yang mempunyai
fungsi sama dengan rokok konvensional atau tembakau, yaitu mengalirkan nikotin
ke dalam paru-paru penggunanya. Namun perbedaan antara rokok elektrik dan
rokok konvensional adalah rokok elektrik mengubah zat-zat kimia yang berbentuk
cairan (liquid) berbagai macam rasa menjadi bentuk uap serta mengalirkannya ke
paru-paru dengan menggunakan tenaga listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan
bersumber dari baterai yang dipasang pada mesin rokok elektrik atau yang biasa
disebut oleh penggunanya mod. World Health Organization WHO mengistilahkan
rokok elektrik sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena rokok
elektrik menghasilkan nikotin dalam bentuk uap yang kemudian dihirup oleh
penggunanya (BPOM 2015: 3-5).
Sejarah dan Perkembangan Rokok Elektrik
Rokok elektrik; vape atau personal vaporizer ditemukan pertama kali pada
tahun 1963 oleh Herbert A Gilbert. Namun sosok yang pertama kali diketahui
memproduksi rokok elektrik secara modern dan lebih dikenal sebagai sosok yang
mengawali keberadaan rokok elektrik adalah Hon Lik, yang merupakan warga
berkebangsaan Tiongkok pada tahun 2003. Kemudian rokok elektrik dipatenkan
pada tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007
dengan berbagai macam merek.
Rokok elektrik pada awalnya memang digunakan sebagai salah satu alat
bantu berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement
Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok elektrik secara
bertahap di bawah supervisi dokter. Namun pada tahun 2010, WHO tidak lagi
18
merekomendasi penggunaannya sebagai NRT karena beberapa studi menemukan
kandungan zat yang dapat menjadi racun sehingga dinyatakan tidak memenuhi
unsur keamanan.
Struktur dasar dari rokok elektrik terdiri dari 3 bagian utama yaitu baterai
yang berfungsi untuk mengalirkan listrik, pemanas logam (otomizer) dan katrid
yang berisi cairan zat kimia berbagai macam rasa atau yang biasa disebut liquid.
Seiring berkembangnya teknologi yang lebih modern, struktur rokok elektrik juga
mengalami perkembangan. Saat ini struktur rokok elektrik telah berevolusi hingga
generasi ke tiga yaitu dengan menggunakan sistem tangki yang semakin
memudahkan para penggunanya (BPOM 2015: 3-5).
Di Indonesia sendiri, rokok elektrik mulai melejit pada tahun 2014. Hal
tersebut didukung dengan meningkatnya penjualan serta pembelian rokok elektrik
baik secara langsung maupun secara online. Selain itu, saat ini juga banyak tersedia
gerai rokok elektrik. Dari pengamatan dan observasi yang penulis lakukan, di
daerah Jabodetabek tepatnya sudah banyak gerai rokok elektrik mudah ditemui di
pinggir jalan. Seiring dengan hal tersebut, melejitnya popularitas rokok elektrik
menjadi salah satu faktor terciptanya komunitas rokok elektrik. Salah satunya
Gambar I.E.1.2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik (Sumber: BPOM,
2015)
19
adalah komunitas yang menjadi fokus penelitian ini yaitu komunitas Asmodus
Indonesia.
Menurut Badan POM Indonesia, menjamurnya peminat rokok elektrik
terindikasi berdasarkan pantauan terhadap enam situs tokok online terkemuka,
ditemui rokok elektrik tersedia dengan berbagai variasi mulai harga termurah
ratusan ribu hingga lima jutaan. Selain menggunakan toko online, rokok elektrik
juga marak dipasarkan melalui media sosial, seperti facebook, twitter, hingga
youtube. Selain itu rokok elektrik juga dipasarkan melalui kedai vaping, toko-toko
elektronik atau ditawarkan melalui kegiatan tertentu seperti Car Free Day yang
rata-rata peminatnya adalah kalangan muda (BPOM 2015: 3-5).
Kandungan Rokok Elektrik
Kandungan yang terdapat dalam rokok elektrik pada dasarnya berisi larutan
yang terdiri dari empat jenis campuran yaitu nikotin, propilen glikol, gliserin, air
dan perisa. Nikotin adalah zat yang juga terdapat pada rokok konvensional atau
tembakau. Pada rokok elektrik, kadar nikotin yang terkandung dalam liquid
Gambar I.E.1.2.2 Perkembangan Teknologi Rokok Elektrik
(Sumber: BPOM, 2015)
20
bervariasi dari kadar rendah hingga kadar tinggi. Sedangkan propilen glikol
merupakan zat dalam kepulan uap buatan, biasanya dibuat dengan fog machine di
acara-acara panggung teatrikal. Selain itu dapat juga digunakan sebagai antifreeze,
pelarut obat serta pengawet makanan (BPOM 2015: 3-5).
Meskipun bahan kimia yang ditemukan dalam rokok elektrik jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan dengan rokok konvensional, namun menurut uji
laboratorium yang telah dilakukan oleh Badan POM Indonesia terdapat beberapa
senyawa lain dalam rokok elektrik yang dapat berbahaya bagi kesehatan antara lain:
a. Tobacco-specific nitrisamine (TSNAs)
b. Diethylene glycol (DEG)
c. Logam: partikel timah, perak, nikel aluminium dan kromium dalam uap
rokok elektrik dengan ukuran yang sangat kecil
d. Karbonil: karsinogen potensial Antara lain formaldehida, asetaldehida dan
akrolein. Juga senyawa organik volatile (VOCs) seperti toluene dan p,m-
xylene
e. Zat lainnya: kumarin, tadalafil, rimonabant, serat silika.
2. Masyarakat Konsumeris
Skripsi ini menggunakan teori masyarakat konsumeris Jean Baudrillard
yang dianggap relevan untuk memberi arahan serta menjelaskan konsep dari
konstruksi gaya hidup pengguna rokok elektrik pada komunitas Asmodus
Indonesia. Di mana saat ini gaya hidup yang dijalankan oleh masyarakat modern
khususnya yang berada di perkotaan tidak terlepas dari sifat konsumerisme yang
21
dimiliki oleh masyarakat modern seperti yang telah dikemukakan oleh Baudrillard.
Jean Paul Baudrillard adalah seorang filsuf asal Perancis yang lahir pada tahun
1929. Baudrillard merupakan salah satu tokoh postmodernisme dan sosiolog yang
terkenal dalam pembahasannya mengenai masyarakat konsumeris. Pada tahun
1998, Baudrillard mengeluarkan buku berjudul The Consumer Society: Myths and
Structures yang membahas tentang masyarakat konsumeris.
Budaya konsumsi dilatarbelakangi oleh kapitalisme yang digagas oleh Karl
Marx. Marx mengemukakan bahwa kapitalisme adalah suatu cara produksi yang
dijalankan oleh kepemilikan pribadi sebagai sarana produksi. Kapitalisme
bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan cara mengekploitasi
pekerja. Selanjutnya merealisasikan keuntungan dalam bentuk uang, hasil produksi
yang ada kemudian dijual kepada masyarakat sebagai komoditas. Marx
menjelaskan bahwa komoditas hanya memiliki dua aspek yaitu nilai guna dan nilai
tukar. Oleh karena itu, Marx menekankan pentingnya produksi dalam ekonomi
(Lechte 2001: 352).
Berbeda dengan pandangan Marx, menurut Baudrillard sebuah objek tidak
hanya memiliki nilai guna dan nilai tukar tetapi juga memiliki nilai simbol dan nilai
tanda. Di mana orang tidak lagi mengonsumsi suatu objek berdasarkan kegunaan
dan nilai tukarnya, tetapi juga berdasarkan nilai simbolik dan nilai tanda yang
bersifat abstrak.
“Masyarakat dewasa ini sudah menggeser nilai suatu objek yang dibelinya.
Dari yang awalnya suatu objek tersebut memang sesuai dengan
kebutuhannya, sampai saat ini orang sudah tidak lagi memikirkan nilai
tukar dan nilai guna objek tersebut pada dirinya tetapi lebih ke penanda
22
kelas sosial bagi individu yang membelinya. Status dan kedudukan
seseorang di dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh barang yang
ia beli dan gunakan.” (Baudrillad 1998:50-51).
Konsumsi memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Konsumsi
membuat manusia tidak mencari kebahagiaan, tidak berusaha mendapatkan
persamaan, serta tidak adanya intensitas untuk melakukan homogenisasi, tetapi
manusia justru melakukan perbedaan yang menjadi acuan dalam gaya hidup dan
nilai, bukan kebutuhan ekonomi (Lechte, 2001:354). Dalam pandangan
Baudrillard, konsumsi dilihat bukan sebagai kenikmatan atau kesenangan yang
dilakukan masyarakat secara bebas dan rasional, tetapi sebagai suatu yang
terlembagakan, dipaksakan kepada masyarakat, dan seolah merupakan suatu tugas
yang tidak terhindarkan. Baudrillard mencirikan masyarakat konsumer sebagai
masyarakat yang di dalamnya terjadi pergeseran logika dalam konsumsi, yaitu dari
logika kebutuhan menuju ke logika hasrat. Pergeseran logika tersebut dapat
dikarenakan oleh faktor eksternal seseorang yaitu lingkungan pergaulan (Suyanto
2013).
Konsumsi adalah sebuah perilaku aktif dan kolektif yang merupakan sebuah
paksaan, sebuah moral dan merupakan sebuah institusi. Konsumsi adalah
keseluruhan nilai, istilah ini berimplikasi sebagai fungsi integrasi kelompok dan
integrasi kontrol sosial. Tujuan konsumsi merupakan paksaan dan dilembagakan
bukan sebagai hal atau sebagai kesenangan, tetapi sebagai tugas dari warga negara.
Semua ini merupakan konstruksi sosial atas realitas ekonomi, seperti halnya sebuah
fakta sosial yang bersifat eksternal dan memaksa. Kita semakin sulit untuk
menghindari struktur nilai yang ada pada masyarakat, ketika nilai itu sudah
23
terinternalisasi dalam suatu proses kehidupan sosial. Sehingga terdapat determinasi
antara nilai ekonomi yang memaksa serta penguasaan modal dan kekuasaan atas
logika dasar tujuan ekonomi (Baudrillad 1998:80).
Dari pernyataan tersebut, kata “Konsumsi” sering dikaitkan dengan kata
“Konsumtif”. Kedua kata tersebut dapat diartikan sama, bahwa konsumsi dan
konsumtif ialah suatu tindakan konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara fokus pada pembelian barang saja. Perbedaan makna dalam kedua kata
tersebut ialah dalam tindakan konsumsi, individu membeli suatu barang atas dasar
untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan pada pelaku tindakan konsumtif pembelian
suatu barang juga didasarkan pada rasa gengsi terhadap individu lain sehingga dapat
membeli barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
Simulacra dan Simulacrum
Baudrillard mendefinisikan simulacra (simulasi) sebagai proses penciptaan
bentuk nyata melalui model-model yang tidak ada asal-usul atau refrensi
realitasnya. Sehingga hal tersebut membuat manusia selalu merasa berada dalam
dunia supernatural, ilusi, fantasi serta khayalan yang menjadi tampak nyata.
Baudrillard berpendapat bahwa dunia ini telah kehilangan keasliannya, yang ada
hanyalah simulasi yang merupakan dunia yang terbentuk dari hubungan berbagai
tanda dan kode tanpa ada refrensi yang jelas. Di mana kode membuat simulasi
menjadi penting karena memungkinkan kita untuk menghilangkan realitas dan hal
ini dapat terlihat pada simulasi (Lechte, 2001: 356).
24
Simulasi tidak memiliki acuan yang merupakan duplikasi dari duplikasi.
Sehingga perbedaan antara duplikasi dan yang asli menjadi kabur. Simulasi
merupakan sebuah istilah di mana sebuah tanda, simbol dan citra yang ditampakkan
tidak hanya tidak memiliki referensi dalam realitas, tetapi justru tanda, simbol dan
citra yang dibentuk serta dianggap sebagai representasi dari tanda, simbol yang
merupakan hasil dari simulasi. Citraan dalam simulacra yang tidak memiliki
referensi secara bertahap menjadi simulacrum. Simulacrum adalah proses
perubahan citra yang tidak ada kaitannya dengan realitas (Pawanti 2013: 7).
Hiperrealitas
Baudrillard berpendapat bahwa hiperrealitas menghapuskan perbedaan
antara yang nyata dan yang imajiner (Lechte 2001: 357). Hiperrealitas menciptakan
suatu kondisi yang di dalamnya terdapat kepalsuan dan berbaur dengan keaslian;
masa lalu berbaur dengan masa kini; tanda melebur dengan realitas; dan fakta
bersimpangsiur dengan rekayasa. Kategori-kategori kebenaran, kepalsuan,
keaslian, isu, realitas seakan-akan tidak berlaku lagi di dalam dunia seperti itu,
sehingga membentuk kesadaran diri yang pada dasarnya palsu. Iklan menggunakan
realitas untuk membentuk realitas baru yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan
dengan keadaan sebenarnya, namun karena iklan ditayangkan secara berulang-
ulang, sehingga realitas yang tidak berkaitan tadi diterima sebagai realitas yang
sesungguhnya (Pawanti 2013: 7).
Reprensentasi citra yang diciptakan iklan menjadi cermin suatu realitas.
Citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah, karena membuat
25
seseorang tidak berpikir lagi bahwa sebenarnya citraan tersebut merupakan bagian
dari realitas dan bukan sebaliknya di mana iklan yang merupakan realitas. Dengan
kata lain, iklan-iklan yang ditampilkan di media saat ini merupakan realitas buatan
yang tampil sebagai realitas baru yang lebih nyata atau real dari realitas yang
sebenarnya. Sebagai konsekuensinya, realitas nyata menjadi kehilangan daya tarik
dan dianggap bukan lagi sebagai realitas (Pawanti 2013: 7).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami Konstruksi gaya hidup pengguna
rokok elektrik pada komunitas Asmodus Indonesia dengan menggunakan studi
kasus Komunitas Rokok Elektrik Asmodus Indonesia. Sehingga metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong 2012: 6).
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus di mana peneliti
mengamati lebih dalam aktivitas, peristiwa dan interaksi sosial yang terjadi pada
pengguna rokok elektrik yang merupakan anggota dari komunitas Asmodus
Indonesia. Sehingga dapat menemukan konstruksi gaya hidup pengguna rokok
elektrik pada komunitas Asmodus Indonesia.
2. Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian
2.1.Subjek Penelitian
26
Penentuan subjek dalam penelitian ini adalah penulis melakukan
wawancara mendalam kepada para pengguna rokok elektrik berdasarkan
karakteristik tertentu yaitu merupakan pengguna aktif rokok elektrik, berusia di atas
18 tahun yang merupakan anggota dari Komunitas Rokok Elektrik Asmodus
Indonesia.
2.2.Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini diselesaikan dalam kurun waktu 12 bulan, dari bulan
September 2018 hingga bulan September 2019 dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
Lokasi penelitian dilakukan di salah satu gerai rokok elektrik yang bernama
Volvox di daerah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Pengambilan lokasi
No Kegiatan
Sep
tem
ber
Ok
tob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Minggu ke
1 Penelitian awal 2
2 Diskusi
proposal Bab I 3
3
Turun lapangan
& diskusi Bab
II
1
s/d
2
4 Turun lapangan
(wawancara 1) 4
5 Turun lapangan
(wawancara 2) 4
6 Diskusi Bab III 3
7
Pengumpulan
Bab III &
diskusi Bab IV
4
8 Revisi &
finishing
1
s/d
4
9 Sidang 4
Tabel I.F.2.2 Waktu Penelitian
27
penelitian didasari oleh karena lokasi ini strategis dan sering menjadi tempat
berkumpulnya para anggota komunitas Asmodus Indonesia. Selain bertemu
langsung, demi mendukung untuk melengkapi data wawancara penulis juga
melakukan wawancara mendalam melalui media komunikasi telepon dikarenakan
waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan penulis bertemu langsung dengan
beberapa informan penelitian.
3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
3.1.Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari dua jenis data yaitu
data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil melalui
pengamatan lapangan, wawancara serta observasi tatap muka yang dilakukan oleh
penulis di lapangan secara mendalam dengan informan melalui wawancara
kelompok maupun pribadi. Data sekunder merupakan data yang berasal dari studi
pustaka seperti mengutip dari buku ilmiah, jurnal, skripsi maupun tulisan lainnya
yang memiliki kesamaan kasus dan informasi yang relevan dengan penelitian ini
(Silalahi 2009: 313).
3.2.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data observasi dan wawancara. Observasi merupakan kegiatan untuk
melakukan pengamatan yang menggunakan indera penglihatan tanpa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Teknik observasi memungkinkan penulis untuk lebih
mudah memahami keadaan lapangan yang rumit apabila penulis ingin mengamati
28
beberapa kejadian sekaligus. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan di mana penulis melakukan pengamatan langsung dengan cara
menemui informan pada saat kegiatan vapemeet dan melakukan wawancara dengan
beberapa anggota komunitas pengguna rokok elektrik. Hal yang penulis amati
adalah interaksi para pengguna rokok elektrik, model rokok elektrik yang
digunakan serta kegiatan yang dilakukan pada vapemeet (Soehartono 2008:70).
Wawancara atau interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada informan, dan jawaban-
jawaban informan dicatat atau direkam dengan alat perekam (Soehartono 2008:67).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki maksud tertentu yaitu
untuk mendapatkan informasi terkait penelitian dan memperluas informasi yang
diperoleh penulis. Wawancara dilakukan tidak secara formal terstruktur dengan
tujuan dapat menggali pandangan dari subjek yang diteliti yang berhubungan
dengan banyak hal sehingga dapat menambah acuan dasar dari informasi penelitian.
Pedoman penulis dalam melakukan wawancara menggunakan pertanyaan-
pertanyaan garis besar dari topik penelitian. Penulis melakukan wawancara
langsung terhadap informan yaitu dengan cara bertatap muka dan berkenalan
langsung dengan informan. Pada saat melakukan wawancara penulis juga
menggunakan media dukungan seperti perekam suara dan buku catatan agar lebih
mudah dalam mengabadikan hasil wawancara dengan informan. Dokumentasi data
dapat diperoleh penulis melalui kumpulan rekaman dan transkrip hasil wawancara,
serta sumber-sumber data yang diperoleh penulis sejak dilakukan pengamatan
hingga berjalannya penelitian.
29
Pengumpulan informasi dalam penelitian ini menggunakan metode
snowball berdasarkan hubungan keterkaitan dari satu informan dengan informan
lain, kemudian mencari hubungan selanjutnya melalui proses yang sama, demikian
seterusnya (Neuman 2003). Pemilihan juga dilakukan berdasarkan penilaian
karakteristik informan yang akan diteliti agar diperoleh data yang sesuai dengan
penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap memenuhi
kriteria penelitian serta mengetahui masalah penelitian dan dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Karakteristik informan dalam
penelitian ini berdasarkan usia di atas 18 tahun, pengguna rokok elektrik aktif dan
merupakan anggota dari komunitas Asmodus Indonesia. Adapun jumlah informan
yang diambil sebanyak 9 orang terdiri dari 1 orang merupakan Ketua komunitas
dan 8 orang merupakan anggota komunitas.
4. Teknik Analisis Data
No. Nama Jenis
Kelamin Umur Pekerjaan Keterangan
1 Patra Laki-laki 31 tahun Karyawan Swasta Ketua
2 Fajar Laki-laki 33 tahun Karyawan Swasta Anggota
3 Aryo Laki-laki 32 tahun Karyawan Swasta Anggota
4 Poci Laki-laki 22 tahun Mahasiswa Anggota
5 Nugi Laki-laki 22 tahun Karyawan Swasta Anggota
6 Haris Laki-laki 35 tahun Karyawan Swasta Anggota
7 Irwan Laki-laki 25 tahun Wirausaha Anggota
8 Andi Laki-laki 23 tahun Mahasiswa Anggota
9 Renata Laki-laki 23 tahun Karyawan Swasta Anggota
Tabel I.F.3.2 Daftar nama dan profil informan
30
Analisis data dalam kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensitetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain melalui tulisan (Moleong 2012: 248). Analisis data
dilakukan melalui proses pengumpulan data-data dari hasil observasi, wawancara
serta data yang berupa studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis dari awal
penelitian berjalan. Analisis data dilakukan sehingga penulis dapat menemukan
jawaban atas penelitian dan membuat kesimpulan yang dapat dimengerti oleh diri
sendiri dan orang lain yang membacanya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah
mengatahui garis besar penelitian. Sistematika penelitian ini terdiri dari empat bab,
terdiri sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang rancangan penelitian yang
terdiri dari beberapa sub bab antara lain, pernyataan masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metodelogi
penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II GAMBARAN UMUM KOMUNITAS ASMODUS
INDONESIA. Pada bab ini berisi penjelasan tentang hal-hal yang perlu diketahui
mengenai komunitas Asmodus Indonesia seperti latar belakang terbentuknya
31
komunitas, struktur komunitas dan kegiatan yang dimiliki oleh komunitas Asmodus
Indonesia.
BAB III GAYA HIDUP PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK. Penulis
memaparkan inti dari pembahasan penelitian serta analisis yang didapatkan
berdasarkan data-data primer maupun sekunder yang berkaitan dengan masalah
yang diambil oleh penulis dan kaitannya dengan teori yang penulis rujuk yaitu teori
Masyarakat Konsumeris yang digagas oleh Jean Baudrillard.
BAB IV PENUTUP. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil temuan
penulis serta saran dari penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA. Berisi tentang temuan kepustakaan yang digunakan
untuk melengkapi data hasil penelitian yang berhubungan dengan tema atau
masalah yang diangkat pada penelitian ini.
32
BAB II
GAMBARAN UMUM KOMUNITAS ASMODUS INDONESIA
Pada bab ini penulis akan menjabarkan mengenai latar belakang
terbentuknya komunitas Asmodus Indonesia, sekertariat, kepengurusan komunitas
serta kegiatan yang dilakukan oleh anggota Komunitas Asmodus Indonesia.
A. Latar Belakang Terbentuknya Komunitas Asmodus Indonesia
Komunitas Rokok Elektrik Asmodus Indonesia terbentuk berawal dari
perkumpulan para pengguna rokok elektrik bermerek Asmodus dalam grup media
sosial Facebook yang bernama Asmodus User Indonesia. Nama Asmodus sendiri
terinspirasi dari salah satu brand rokok elektrik yaitu Asmodus. Asmodus adalah
perusahaan rokok elektrik asal Amerika di mana memproduksi dan
mendistribusikan produknya dari pabrik yang berada di Los Angeles, California.
Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 2014 (https://www.asmodus.com diakses
pada 25 Desember 2018).
Grup media sosial Asmodus User Indonesia pertamakali dibuat pada 27
Oktober 2016 oleh Eko Purwanto. Saat ini grup media sosial Asmodus User
Indonesia telah beranggotakan 5.925 orang. Grup media sosial ini dibuat dengan
tujuan dan fungsi sebagai wadah untuk membahas lebih dalam mengenai rokok
elektrik, terutama rokok elektrik yang bermerek Asmodus. Alasan utama para
anggota menetapkan pilihan menggunakan rokok elektrik bermerek Asmodus
sangat beragam, mulai dari berbagai macam model atau desain yang dimiliki oleh
merek Asmodus yang dinilai simple tetapi tetap trendy. Kualitas serta harga yang
33
relatif terjangkau diantara produk lainnya, sehingga membuat para pengguna
tertarik untuk menggunakan rokok elektrik bermerek Asmodus. Hal-hal yang
dibahas di dalam grup media sosial Asmodus User Indonesia biasanya mengenai
pembelian rokok elektrik, penjualan rokok elektrik, jenis-jenis liquid serta berbagai
macam acara atau kegiatan yang melibatkan rokok elektrik dan penggunanya
(https://www.facebook.com/groups/AsMODus/ diakses pada 25 Desember 2018).
Terinspirasi dari grup media sosial Facebook tersebut, tercetusnya
komunitas Asmodus Indonesia secara resmi dan “nyata” pada tanggal 2 Februari
2018 di wilayah Tebet-Jakarta Selatan, yang pada saat itu diprakarsai oleh Edo,
Bacin, Patra dan Nanda. Patra, merupakan salah seorang pendiri komunitas
sekaligus menjabat sebagai Ketua Komunitas Asmodus Indonesia saat ini
menjelaskan bahwa, pada awalnya hanya wilayah Jabodetabek yang rutin
mengadakan pertemuan atau yang biasa disebut oleh anggotanya adalah vapemeet.
Namun seiring berjalannya waktu dan intensitas berkumpul yang semakin rutin
dilakukan oleh para anggota komunitas, jumlah anggota komunitas semakin
bertambah menjadi 350 anggota.
“Untuk latar belakang komunitas itu sendiri, karena kita kan Asmodus
Indonesia, nah asmodus itu kan sebenarnya brand, jadi brand dari vape itu
sendiri. Jadi awalnya itu kita sesama pengguna merek asmodus, kita
kumpul bareng jadi satu nah kenapa kita gak buat komunitas real, jadi
selama ini di facebook aja kan, kenapa kita gak bikin realnya. Nah awalnya
itu di Bekasi terus kita coba undang dari sekitaran Jabodetabek, kita ada
pertemuan di Tebet. Jadi awal resmi terbentuknya itu tanggal 2 Februari
2018 di Tebet.” (Wawancara dengan Patra, 28 November 2018).
Terbentuknya komunitas Asmodus Indonesia secara nyata juga mempunyai
fungsi dan tujuan. Pertama, dapat memperluas lingkungan sosial anggota dan
34
menambah tali persaudaraan antar anggota komunitas. Dengan adanya komunitas
Asmodus Indonesia turut mempermudah pengguna rokok elektrik dalam saling
bertukar informasi mengenai rokok elektrik terutama yang bermerek Asmodus.
Selain itu, anggota komunitas tidak hanya bercengkrama melalui pertemuan
langsung, tetapi mereka juga aktif berkomunikasi melalui grup media sosial
WhatsApp, Facebook serta akun Instagram dengan memiliki nama akun yang sama
yaitu Asmodus Indonesia.
Media sosial tersebut berfungsi sebagai perantara komunikasi antara
komunitas dengan masyarakat luas. Para anggota biasanya membagikan potret
kegiatan yang telah mereka lakukan di dalam komunitas. Selain mempermudah
menjalin komunikasi dengan masyarakat yang bukan merupakan anggota resmi
komunitas, grup tersebut juga berfungsi sebagai alat promosi kepada masyarakat
khususnya dalam mengenalkan berbagai informasi mengenai rokok elektrik dan
komunitas Asmodus Indonesia sendiri. Secara tidak langsung, adanya akun media
sosial tersebut ikut membantu menambah jumlah anggota komunitas. Sebagai
contoh, akun Instagram komunitas Asmodus Indonesia yang saat ini telah memiliki
Gambar II.A.1 Salah satu postingan Instagram Komunitas Asmodus
Indonesia (Sumber: https://www.instagram.com/asmodus_id)
35
1.756 pengikut (https://www.instagram.com/asmodus_id diakses pada 25
Desember 2018).
Kedua, melegalkan rokok elektrik di Indonesia. Pada saat terbentuknya
komunitas Asmodus Indonesia, keberadaan rokok elektrik di Indonesia masih
terbilang illegal. Dengan adanya komunitas pecinta rokok elektrik diharapkan dapat
ikut serta membantu berdiskusi dengan Pemerintah untuk melegalkan keberadaan
rokok elektrik di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan dikeluarkannya izin
berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) ke beberapa
pengusaha pabrik liquid di Indonesia.
Peraturan tersebut resmi diberlakukan pada 1 Oktober 2018. Dalam
peraturan tersebut pemerintah menetapkan cukai untuk liquid rokok elektrik
sebesar 57 persen dari harga produk. Cukai tersebut dikenakan bagi liquid rokok
elektrik produksi domestik dan impor, sehingga pihak yang dapat melakukan impor
liquid vape hanya perusahaan yang mendapat izin impor dari Kementrian
Perdagangan. Adanya biaya kena cukai tersebut sebagai bukti bahwa rokok elektrik
sudah masuk dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah Indonesia. Meskipun
biaya cukai tersebut menimbulkan efek harga liquid rokok elektrik menjadi lebih
mahal, namun tidak mengurangi kecintaan para pengguna terhadap rokok elektrik
saat ini (https://ekonomi.kompas.com/ diakses pada 25 Desember 2018).
“Sebenarnya sih dengan ada grup ini yang pertama jadi tambah saudara
yakan, yang pasti juga berpengaruh terhadap lingkungan sosial kita
sendiri. Nah tujuan yang kedua, karena kita terbentuk ini kan sebelum vape
itu legal di Indonesia, kenapa rokok konvensional yang dampaknya lebih
buruk terhadap kesehatan bisa legal nah kenapa vape ngga? Jadi kita
bersama teman-teman vapers yang lain ya kita coba berdiskusi dengan
36
Pemerintah, Alhamdulillah sekarang vape legal biarpun harganya jadi up”
(Wawancara dengan Patra, 28 November 2018).
Komunitas Asmodus Indonesia adalah komunitas pecinta rokok elektrik
yang anggotanya terdiri dari berbagai macam kalangan dan latar belakang. Dengan
beragamnya latar belakang tersebut, komunitas ini membentuk sebuah tujuan yang
memiliki visi dan misi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalamnya. Visi
dan misi tersebut juga diharapkan menjadi landasan atas sikap solidaritas yang
dimiliki oleh semua anggota komunitas. Visi dan misi komunitas dibuat
berdasarkan kesepakan dan landasan yang kuat dibuatnya komunitas ini. Sehingga
visi dan misi komunitas dapat menjadi motivasi dan dijalankan dengan baik oleh
komunitas, khususnya dalam melawan oknum-oknum yang merusak nama baik
rokok elektrik serta merugikan masyarakat.
Sebagai contoh, komunitas berperan penting dalam memerangi oknum
narkoba pada rokok elektrik yang dapat merusak citra rokok elektrik dan
membahayakan para pengguna rokok elektrik serta merusak citra baik rokok
elektrik dalam masyarakat. Visi dan misi komunitas Asmodus Indonesia adalah:
1. Mempererat tali persaudaraan
2. Menambah informasi mengenai Asmodus
3. Memperjuangkan rokok elektrik (vape) di Indonesia
4. Melawan oknum narkoba pada rokok elektrik
37
Gambar II.A.2 Logo Komunitas Asmodus Indonesia (Sumber:
facebook.com/groups/AsMODus/)
Selain visi dan misi, komunitas Asmodus Indonesia memiliki logo
komunitas yang serupa dengan logo merek Asmodus, namun ditambah dengan
nama wilayah komunitas tersebut berada yaitu Indonesia. Logo tersebut dibuat
sama dengan tujuan agar mudah diingat dan sesuai dengan merek Asmodus yang
menjadi inspirasi dibuatnya komunitas tersebut. Selain itu komunitas Asmodus
Indonesia memiliki beberapa regional antar kota. Beberapa di antaranya adalah
Regional Jabodetabek, Regional Manado, Regional Palembang, Regional
Indramayu dan Regional Bandung. Patra, Ketua Umum Asmodus Indonesia
mengatakan bahwa tujuan dan fungsi dibuatnya regional tersebut adalah untuk
mempermudah pendataan anggota baru yang bergabung pada komunitas Asmodus
Indonesia agar sesuai dengan kriteria yang dimiliki komunitas.
“…kita terus melakukan pendataan peregional jadi kita menghindari umur
18 tahun ke bawah. Jadi memang untuk vape di Indonesia sendiri baru
diperbolehkan untuk 18 tahun ke atas. Nah itu fungsi adanya peregional
untuk mempermudah pendataan jadi jangan sampai ada yang under age
38
atau balik lagi ke tadi jangan sampai ada oknum narkoba ikut masuk
komunitas.” (Wawancara dengan Patra, 28 November 2018).
Patra juga menjelaskan bahwa, masing-masing regional komunitas
Asmodus Indonesia mempunyai Ketua Regional sebagai orang yang bertanggung
jawab pada masing-masing regionalnya. Selain itu, adanya ketua peregional juga
memudahkan untuk berkoordinasi dalam hal proses pendataan anggota komunitas
serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh komunitas Asmodus. Pemilihan
Ketua komunitas, baik ketua umum maupun regional dilakukan secara voting oleh
semua anggota. Di mana calon ketua menjabarkan visi misi dan kemudian dipilih
oleh seluruh anggota komunitas.
B. Sekretariat dan Kepengurusan Komunitas Asmodus Indonesia
Komunitas rokok elektrik Asmodus Indonesia saat ini belum memiliki
sekretariat pusat. Pertemuan yang dilakukan para anggota diadakan di tempat yang
menjadi kesepakatan serta masukan atau rekomendasi dari para anggota komunitas.
Lokasi yang dijadikan tempat pertemuan biasanya berupa café, gerai rokok elektrik
dan kediaman ketua atau salah satu anggota. Tujuannya adalah memudahkan untuk
berkumpulnya baik pengurus maupun anggota komunitas lainnya dan memperkuat
keakraban antar anggota komunitas. Salah satu gerai rokok elektrik yang biasa
menjadi tempat berkumpulnya para anggota komunitas dan menjadi lokasi
pengambilan data wawancara penelitian ini adalah Volvox di daerah Ciputat,
Tangerang Selatan.
“kalau pusatnya kita malah belum ada, jadi ya cuma sekedar ada masukan
dari teman-teman regional lain paling whatsup saya ya yaudah. Karena
kita kumpul peregional karena kalau jadi satu agak susah” (Wawancara
dengan Patra, 28 November 2018).
39
Komunitas rokok elektrik Asmodus Indonesia tidak memiliki struktur
hierarki seperti organisasi pada umumnya. Struktur kepengurusan komunitas rokok
elektrik Asmodus Indonesia hanya terdiri dari Ketua Umum dan Ketua masing-
masing regional dengan alasan untuk mempermudah komunitas dalam
berkoordinasi. Komunitas Asmodus Indonesia saat ini diketuai oleh Patra Banu
Alam Aziz (Wawancara dengan Patra, 28 November 2018).
C. Anggota Komunitas Asmodus Indonesia
Komunitas Asmodus Indonesia saat ini memiliki anggota real sebanyak 350
orang yang berasal dari beberapa Kota di Indonesia. Di mana di antaranya 62 orang
berjenis kelamin perempuan dan 288 orang berjenis kelamin laki-laki. Latar
belakang para anggota komunitas beragam mulai dari mahasiswa hingga karyawan
swasta. Komunitas Asmodus Indonesia memiliki karakteristik tertentu dari segi
usia dalam perekrutan anggotanya. Orang yang boleh bergabung menjadi anggota
komunitas Asmodus Indonesia harus berusia di atas 18 tahun (Wawancara dengan
Patra, 28 November 2018).
Hal tersebut disesuaikan dengan aturan Pemerintah Indonesia yang
melegalkan usia 18 tahun ke atas untuk merokok (standar usia dewasa). Selain itu
keunikan yang dimiliki komunitas Asmodus, walaupun komunitas ini
mengkhususkan diri sebagai komunitas pengguna alat merek Asmodus, tetapi para
anggota komunitas dibebaskan untuk bergabung dengan komunitas lain. Alasannya
adalah agar silaturrahmi antar pengguna rokok elektrik di Indonesia selalu tetap
40
terjaga walaupun memiliki preferensi model atau merek rokok elektrik yang
berbeda.
“Keunikan kita sendiri kita ya udah bebas, jadi memang namanya kita
asmodus dibawah nama brand, tapi di luar itu brand lain kalau mau gabung
ya hayuk. Karena sekarang tujuan kita adalah kita vapers ayo kita saling
jalin silaturrahmi, gitu sih” (Wawancara dengan Patra, 28 November
2018).
D. Kegiatan Komunitas Asmodus Indonesia
Seperti komunitas pada umumnya, komunitas Asmodus Indonesia juga
mempunyai agenda untuk melaksanakan visi dan misi komunitas. Komunitas
Asmodus Indonesia cenderung melakukan kegiatan rutin pada masing-masing
regional. Hal tersebut dikarenakan kurang memungkinkan apabila seluruh anggota
harus berkumpul jadi satu, mengingat bahwa anggota komunitas berasal dari
berbagai Kota di Indonesia. Sehingga ketua dan anggota lainnya tidak memaksakan
seluruh anggota untuk wajib menghadiri semua kegiatan yang dilaksanakan oleh
komunitas Asmodus Indonesia. Namun inti dari kegiatan seluruh regional memiliki
kesamaan, sebagai contoh adalah kegiatan vapemeet rutin yang dilakukan sebulan
sekali oleh komunitas. Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan komunitas
Asmodus Indonesia secara garis besar adalah:
a. Komunitas Asmodus Indonesia memiliki kegitan rutin yaitu perkumpulan
setiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh seluruh anggota komunitas dan
sebulan sekali untuk masing-masing regional. Lokasi atau tempat berkumpul
para anggota komunitas saat ini masih berpindah-pindah. Lokasi tersebut
disesuaikan dengan kesepakatan bersama mengenai siapa yang akan menjadi
41
tuan rumah untuk menjamu perkumpulan rutin komunitas tersebut. Lokasi atau
jenis tempat yang biasa digunakan sebagai tempat untuk berkumpul anggota
biasanya pada kediaman salah satu anggota atau café di sekitar kota atau
regional yang telah disepakati bersama. Agenda yang dilakukan dalam
pertemuan rutin tersebut adalah laporan terbaru tentang komunitas kepada
Ketua Umum mengenai anggota dan wacana kegiatan mendatang yang akan
dilakukan oleh komunitas.
b. Melakukan kegiatan sosial seperti penggalangan dana untuk korban bencana
serta kegiatan berbagi takjil yang dilakukan pada bulan puasa. Tujuan
komunitas mengadakan kegiatan tersebut untuk mengingatkan kembali kepada
para anggota tentang kepedulian terhadap sesama dan lingkungan sekitar
sangatlah penting.
Gambar II.D.1 Kegiatan vapemeet ke 2 Komunitas Asmodus Indonesia
Regional Jabodetabek (Sumber: instagram.com/asmodustangerang/)
42
“kita pernah melakukan kegiatan yang namnya berbagi takjil di Tugu Tani,
kemudian penggalangan dana untuk korban-korban bencana Palu,
Donggala, Lombok. Nah kita tidak hanya duduk, ngevape tapi tidak
memperhatikan teman-teman lain, saudara-saudara lain. Jadi ada kegiatan
sosial” (wawancara dengan Fajar-ketua regional Jakarta, 28 November
2018).
c. Menjaga hubungan baik dan solidaritas para anggota komunitas dengan cara
menyelenggarakan acara yang disebut vapemeet. Kegiatan vapemeet biasanya
berisi perlombaan atau game pada saat berkumpul. Komunitas Asmodus
Indonesia juga bekerjasama dengan beberapa sponsor yang berkaitan dengan
produk rokok elektrik untuk memberikan hadiah. Hal tersebut bertujuan untuk
menambah semangat para anggota dalam perlombaan serta menjalin
silaturrahmi antar anggota komunitas Asmodus Indonesia.
“begitu kita ada event kita ada sponsor. Jadi kita undang beberapa sponsor
yang pasti sponsor yang memang ada didunia vape kaya liquid, apalah jadi
kita adain games, menang dapet hadiah” (Wawancara dengan Patra, 28
November 2018).
d. Komunitas Asmodus Indonesia juga mengikuti kegiatan atau acara yang
diadakan oleh komunitas rokok elektrik lainnya dengan tujuan untuk menjalin
Gambar II.D.2 Kegiatan pemilihan ketua Regional Bandung (Sumber:
https://www.instagram.com/asmodus_id)
43
silaturrahmi. Selain kegiatan internal yang dilakukan oleh komunitas Asmodus
Indonesia, komunitas juga tidak segan untuk mengikuti kegiatan lain yang
dilakukan oleh komunitas rokok elektrik lainnya. Kegiatan tersebut dapat
berupa vapemeet, bazar rokok elektrik serta berbagai macam kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan rokok elektrik. Hal tersebut membuktikan bahwa
komunitas Asmodus Indonesia tidak menutup diri untuk bercengkrama
terhadap komunitas lain dan para pengguna rokok elektrik selain yang ada di
dalam komunitas Asmodus Indonesia.
Gambar II.D.3 Kegiatan Vape Meet yang diadakan oleh Komunitas
Asmodus Indonesia Regional Jabodetabek (Sumber:
https://www.instagram.com/asmodus_id)
44
BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Konstruksi Gaya Hidup Pengguna Rokok Elektrik (Personal Vaporizer)
Studi kasus: Komunitas Rokok Elektrik Asmodus Indonesia
A. Simulacra dan Simulacrum
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini dapat memudahkan setiap
orang untuk berkomunikasi satu sama lain. Meskipun terpisah jarak dan waktu, saat
ini dalam kehidupan masyarakat modern komunikasi merupakan suatu kebutuhan
yang sangat penting dalam menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak
ke pihak lainnya. Media massa mempunyai peranan penting dalam proses
transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat (Narwoko dan
Suyanto 2004: 96).
Pengaruh teknologi yang semakin berkembang serta munculnya berbagai
macam jejaring atau media sosial seperti Facebook, Twitter serta Instagram sangat
berpengaruh dalam memberikan berbagai macam informasi yang semakin mudah
diterima masyarakat tidak terkecuali mereka yang merupakan para pengguna rokok
konvensional maupun rokok elektrik. Selain memberikan informasi, media massa
dan media sosial juga mempunyai peran penting dalam mempengaruhi seseorang
untuk merubah pikiran mereka dalam menjalani gaya hidup tertentu.
McLuhan dalam Baudrillard (2018: 152-156) menyatakan bahwa “media
adalah pesan”. Semakin dekat kebenaran dokumen dengan “bicara langsung”,
orang makin memburu kenyataan dengan warna, gambar hidup dan lain-lain, makin
45
dalam penyempurnaan teknik, realitas dunia makin hilang. Penempatan
sistematisnya yang merupakan mode yang masuk akal dari media, pesan dan
maknanya. Saat ini, melalui media sosial, seseorang dapat melihat perkembangan
dunia atau trend yang sedang terjadi. Hal tersebut mengenalkan seseorang dengan
gaya hidup pengguna rokok elektrik.
Salah satu contoh media sosial yaitu Facebook yang digunakan oleh
masyarakat khususnya para pengguna rokok elektrik untuk berkomunikasi, adalah
hasil karya dari Mark Zuckerberg yang diluncurkan pada 4 Februari 2004.
Facebook digunakan para pengguna rokok elektrik untuk berinteraksi satu sama
lain, berlangsung di dunia maya, pada waktu yang bersamaan tetapi berada pada
tempat yang berbeda. Setiap orang bebas dengan mudah mengakses media sosial
facebook tersebut dengan tujuan untuk mencari teman di dunia maya. Komunikasi
dan interaksi dapat terjadi dengan cara mengomentari tulisan atau foto dari orang-
orang yang menjadi teman di facebook.
Facebook serta media sosial lainnya seperti instagram serta youtube
menjadi model dari simulacra karena komunikasi dan interaksi yang terjadi pada
para pengguna rokok elektrik berlangsung bukan pada realitas sebenarnya tetapi
terjadi di dunia maya yang tidak mempunyai batas dan dianggap lebih nyata serta
lebih dekat. Selain itu, orang-orang dalam media sosial menggunakan bahasa yang
sangat persuasif sehingga masyarakat dan para pengguna rokok konvensional dapat
tertarik untuk membeli serta memasarkan produk rokok elektrik.
46
Media sosial dapat membantu para pengguna rokok elektrik
mengampanyekan barang dagangannya. Mulai dari berbagai macam variasi bentuk,
harga rokok elektrik hingga manfaat menggunakan rokok elektrik dengan cara
menggunakan gambar-gambar atau foto yang menarik, serupa dengan produk
aslinya yang dapat menarik para peminatnya. Adanya media sosial juga turut
mendukung tercetusnya kelompok-kelompok atau komunitas pecinta rokok elektrik
di mana salah satunya adalah komunitas Asmodus Indonesia. Seperti pemaparan
Informan wawancara berikut mengenai awal mula alasan tertarik untuk
menggunakan rokok elektrik:
“gue tau vape dari Instagram, dari media sosial. Gue liat katanya vape itu
kan lebih sehat bla bla bla kan, yaudah gue coba beli. Yaudah gue ngevape
semenjak itu. Awalnya gue itu liat orang-orang ngevape itu ribet kan, duduk
coiling dulu, ganti kapas. Sedangkan kita ngerokok enak kan tempel di
bibir, bakar, udah nyala sisanya buang. Kalau vape kan ribet, tapi pas gue
mencoba menjadi vapers ternyata itu lebih nikmat, lebih asik. Tadinya gue
anggap nih apa asih orang vape bahas rasa, harga segala macem tapi
akhirnya ya gue bahas juga” (Wawancara dengan Poci, 26 Desember
2018).
Informan tersebut menjelaskan bahwa ketertarikannya terhadap rokok
elektrik berawal dari informasi yang dilihat melalui media sosial instagram.
Meskipun awalnya merasa tidak efisien untuk menggunakan rokok elektrik, namun
ketika ia mulai mencoba menjalani gaya hidup sebagai pengguna rokok elektrik
justru semakin menambah keingintahuan lebih dalam mengenai rokok elektrik.
Selain informasi dari teman, banyaknya iklan dalam media sosial yang mendukung
untuk menginformasikan bahwa rokok elektrik lebih sehat dibandingkan dengan
rokok konvensional menjadikan seseorang tertarik untuk beralih menggunakan
rokok elektrik, seperti yang diutarakan informan Fajar sebagai berikut:
47
“kalau untuk kebanyakan bagi perokok itu adalah alternative untuk
pengobatan bisa dilakukan melalui vape. Jadi ada beberapa artikel atau
materi dari youtube bahwa vape itu lebih baik dibanding rokok konvesional.
Dan disana juga sampai saat ini kebanyak teman-teman memang kalau
untuk rekomendasi dari teman satu ke lainnya nawarin pasti ada, gitu”
(Wawancara dengan Fajar, 26 Desember 2018).
Hal tersebut semakin memperkuat bahwa media sosial saat ini sangat
berperan ampuh sebagai sarana dan ajang promosi bagi para penggunaan rokok
elektrik khususnya para anggota komunitas Asmodus Indonesia dalam kehidupan
masyarakat selain melalui pertemuan langsung antar teman pergaulan. Kebudayaan
industri menyamarkan jarak antara fakta dan informasi, informasi dan hiburan serta
hiburan dan akses-akses politik. Masyarakat tidak menyadari akan adanya pengaruh
simulasi dan tanda. Hal ini juga yang menyebabkan kerap kali masyarakat berani
dan ingin mencoba hal baru yang ditawarkan oleh simulasi seperti halnya membeli
sebuah produk.
Pada dasarnya, rokok konvensional dan rokok elektrik memiliki fungsi serta
penggunaan yang sama karena dapat menimbulkan sensasi mengeluarkan uap yang
dianggap oleh penggunanya adalah hal yang menenangkan. Perbedaan yang
menonjol antara rokok konvensional dan rokok elektrik adalah teknologi yang
digunakan lebih modern dengan menggunakan baterai serta liquid yang mempunyai
sensasi berbagai macam rasa. Disisi lain, keberadaan rokok elektrik di Indonesia
juga tidak terlepas dari adanya fahion dan mode bahwa rokok elektrik dapat
menjadi pesan atau tanda dari gaya hidup seseorang atau suatu komunitas yang
menjadi bagian dari kehidupan sosial.
48
Fahion dan mode dapat menandakan identitas tertentu di mana dengannya,
seseorang dapat menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain dan dapat
menjadi pembeda seseorang dengan orang lain. Kemudian hal tersebut berkembang
menjadi identitas suatu kelompok. Oleh karena itu tak jarang saat ini penulis
menemukan berbagai macam komunitas dan asosiasi khusus rokok elektrik di mana
salah satu komunitas tersebut adalah Asmodus Indonesia. Sedangkan asosiasi
terbesar yang menaungi rokok elektrik adalah Asosiasi Personal Vaporizer
Indonesia (APVI). Tujuan dibuatnya APVI adalah untuk menggalang persatuan
antar sesama importir, toko, dan industri kreatif yang timbul dari fenomena rokok
elektrik (https://apvi.id/about-us/ di akses pada 29 Juni 2019).
Di sisi lain, hal menarik sebagai bukti bahwa saat ini rokok elektrik telah
menjadi fashion dan mode dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah hadirnya
media cetak atau majalah yang memang dikhususkan untuk membahas
pengetahuan dan berita seputar gaya hidup vapers (pengguna rokok elektrik).
Dalam masyarakat konsumsi, Baudrillard membahas masalah dunia fashion
sebagai sebuah paradigma kode. Fashion tidak menciptakan apa-apa dan juga tidak
merujuk kepada sesuatu yang nyata bahkan tidak menggiring kemanapun, tetapi
hanya menciptakan suatu kode.
Semua hal yang dapat menarik minat masyarakat, salah satunya adalah gaya
hidup pengguna rokok elektrik ditayangkan melalui berbagai media massa atau
media sosial dengan model-model yang ideal. Sehingga disinilah batas antara
simulasi dan kenyataan menjadi kabur dan campur aduk sehingga menciptakan
49
hiperrealitas di mana yang nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas (Lechte,
2001: 352).
B. Hiperrealitas
Iklan-iklan dalam media massa dan media sosial yang menawarkan gaya
hidup pengguna rokok elektrik menggunakan orang-orang atau model-model yang
secara fisik terlihat “keren” dalam menggunakan rokok elektrik. Ditambah dengan
kepulan uap yang menjadi ciri khas dari rokok elektrik itu sendiri, seperti yang
terlihat pada gambar cover salah satu majalah khusus rokok elektrik di atas.
Sehingga tercipta suatu citra bahwa, jika seseorang menggunakan rokok elektrik
maka dirinya akan terlihat “keren” dalam trend yang sedang berlaku saat ini.
Citra tersebut yang dapat menciptakan realitas-realitas baru sehingga
membentuk sebuah hiperrealitas. Iklan dan promosi menggunakan realitas untuk
Gambar 3.B Cover Majalah Vapemagz (Sumber: https://vapemagz.co.id/wp-
content/uploads/2019/02/Vapemagz-Jan-Feb-2019-reduce-ilovepdf-compressd.pdf)
50
membentuk realitas baru yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan
keadaan sebenarnya, tetapi karena iklan dan promosi ditayangkan berulang-ulang
dan mudah diakses oleh masyarakat, sehingga realitas yang tidak berkaitan tadi
dapat diterima sebagai realitas yang sesungguhnya. Baudrillard berpendapat bahwa
representasi citra menjadi cermin suatu realitas. Citra menyembunyikan dan
memberikan gambaran yang salah, karena membuat orang tidak berpikir lagi bahwa
sebenarnya citraan tersebut merupakan bagian dari realitas dan bukan sebaliknya
(Pawanti 2013: 7).
Kegiatan konsumsi menurut Jean Baudrillard adalah kegiatan komunikasi.
Ketika kita mengonsumsi sesuatu barang ataupun jasa berarti kita
mengkomunikasikan kepada orang lewat perbedaan tanda atau objek. Dalam kasus
ini, orang akan tahu mengapa seseorang memilih rokok elektrik; vape dari pada
rokok konvensional. Kita tidak membeli apa yang kita butuhkan tetapi membeli apa
yang simbol sampaikan kepada kita tentang apa yang seharusnya dibeli (Ritzer
2003: 374). Dapat diasumsikan bahwa konsumerisme adalah suatu pola pikir serta
tindakan di mana seseorang membeli barang utamanya bukan karena membutuhkan
barang tersebut tetapi karena tindakan membeli itu sendiri memberikan suatu nilai
bagi dirinya terutama di lingkungannya.
Konsumerisme berasal dari aktivitas konsumsi yang kemudian terjadi
setelah perubahan motivasi dalam melakukan aktivitas konsumsi. Seiring dengan
berkembangnya gaya hidup masyarakat, kosumerisme mulai banyak dikenal dan
dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia. Orientasi pada gaya hidup membuat
orang-orang mengikuti trend menggunakan rokok elektrik. Karena bagi masyarakat
51
modern, keterlibatan kehidupan, akan terasa apabila mereka mengikuti segala
sesuatu yang sedang trend. Dengan demikian, keterlibatan orang pada
konsumerisme dianggap sebagai keterlibatan pada kehidupan. Konsumsi demi
prestige menjadi aktivitas yang berulang-ulang hingga akhirnya menjadi budaya
(Umanailo 2018).
Selain mengikuti trend dan mode karena citra yang ditimbulkan oleh iklan
rokok elektrik dalam berbagai media massa dan media sosial, adalah timbulnya
penilaian pribadi (opini) para pengguna dari segi kesehatan. Perbedaan tersebut
dirasakan ketika sebelumnya menggunakan rokok konvensional kemudian beralih
menggunakan rokok elektrik. Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Patra
dan Andi berikut:
“awalnya gaya-gayaan, gue dulu perokok cuma ketika kenal vape kayanya
lebih keren. nah akhirnya makin kesini badan otomatis kaya nolak rokok,
makin kesini berenti ngerokok” (Wawancara dengan Patra, 28 November
2018).
“Alasan utama sih karena saya pingin berhenti rokok. Selain itu rasanya
juga lebih enak dari rokok kan, terus gak bikin saya sesak. Kalau rokok kan
bikin sesak” (Wawancara dengan Andi, 26 Desember 2018).
Rokok elektrik dinilai lebih sehat dibandingkan dengan rokok
konvensional. Hal ini para pengguna ungkapkan setelah merasakan dan
membandingkan langsung efek kesehatan yang timbul setelah beralih
menggunakan rokok elektrik. Beberapa informan juga mengatakan bahwa rokok
elektrik sangat berpengaruh dalam mengurangi masalah kesehatan terutama pada
bagian pernafasan. Efek sesak yang semula ditimbulkan oleh rokok konvensional
dirasakan berkurang semenjak pengguna beralih menggunakan rokok elektrik.
52
Seperti yang dipaparkan oleh beberapa informan penelitian ini mengenai
pandangannya terhadap rokok elektrik dari segi kesehatan:
“Pandangannya ya menurut gue vape itu lebih sehat daripada rokok ya,
terus karena terjadi sama diri gue ya bisa jadi alternative dari tembakau
atau konvensional, itu aja sih” (Wawancara dengan Aryo, 26 Desember
2018).
“Vape itu bagus sih, saya lebih mendukung vape daripada rokok. Karena
lebih baik daripada rokok, bikin tubuh sehat aja jadi gak terlalu sesak.
Biasanya kalau rokok kalau satu ruangan tuh sesak, nah kalau vape
meskipun satu ruangan tuh gak nyesek malah harum. Gitu aja sih”
(Wawancara dengan Nugi, 26 Desember 2018).
“kalau menurut gue sih (vape) lebih irit, lebih gak engap, selama gue olah
raga lari ya gak ada permasalahan sama pernapasan gue dibanding dulu
ngerokok. Kalau dulu rokok kalau gue lari ada sesak gitu, kalau vape gak
ada tuh” (Wawancara dengan Irwan, 26 Desember 2018).
Selain itu, anggapan bahwa keberadaan rokok elektrik dirasakan pengguna
lebih diterima di lingkungan atau kelompok masyarakat. Meskipun pada awalnya
terdapat penolakan terutama pihak keluarga yang menilai bahwa rokok elektrik
lebih berbahaya daripada rokok konvensional atau tembakau. Hal tersebut
dikarenakan rokok elektrik masih menjadi hal baru di lingkungan keluarga
pengguna serta kurangnya edukasi pengetahuan tentang rokok elektrik. Penilaian
awal juga muncul dilihat dari fisik rokok elektrik yang menghasilkan uap lebih
pekat dibandingkan dengan rokok konvensional.
Namun demikian, pada akhirnya setelah mendapatkan penjelasan lebih
mendalam mengenai rokok elektrik dan efek yang dirasakan oleh para pengguna,
rokok elektrik lebih mudah diterima di lingkungan keluarga dibandingkan dengan
rokok konvensional. Alasan utamanya adalah meskipun mengeluarkan uap lebih
53
pekat, rokok elektrik tidak menimbulkan efek sesak seperti rokok konvensional
pada umumnya.
“kalau teman sih dukung-dukung aja, kalau keluarga gak terlalu dukung.
Ya yang penting dijelasin gitu sih sama orang tua, kita jelasin terus rokok
lebih bahaya daripada vape. Keluarga kan karena belum tahu aja tentang
vape, liat uap banyak gitu aneh” (Wawancara dengan Nugi, 26 Desember
2018).
“Keluarga boleh sih, Cuma agak aneh ya. Anehnya gini ‘apasih tuh
asepnya banyak banget kaya tabunan’ ya gitu-gitu lah standar, gak yang
wah nanti bla bla ngga. Jadi gini karena mereka anggap uapnya terlalu
banyak, mereka anggap racunnya lebih banyak. Mereka anggapnya seperti
itu aja sih. Bukan yang kaya oh vape itu bahaya kata orang, ngga gitu.
Mereka Cuma risih liat uap banyak wah pasti racun lebih banyak nih, gitu.
Terus juga gue lebih intens daripada rokok kan sekarang, itu kenapa gue
kasih jawaban disitu” (Wawancara dengan Aryo, 26 Desember 2018).
“kalau untuk anak muda ya dulu pernah nongkrong, itu gak terlalu
bermasalah karena uapnya gak engap. Jadi gak bikin engap orang sekitar
walaupun dia banyak uapnya itu gak ada permasalahan, tapi kalau untuk
orang yang awam itu mikirnya kaya voging gitu. Kalau keluarga ngga, ngga
ada yang larang. Rokok malah dilarang” (Wawancara dengan Irwan, 26
Desember 2018).
C. Gaya Hidup Pengguna Rokok Elektrik pada Komunitas Asmodus
Indonesia
Gaya hidup pengguna rokok elektrik adalah gaya hidup yang menerapkan
seseorang merokok menggunakan rokok elektrik atau yang biasa disebut oleh
penggunanya adalah vape. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang
penelitian ini, rokok elektrik atau vape adalah alat yang berfungsi untuk mengubah
zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru-paru dengan
menggunakan listrik. Listrik yang dihasilkan oleh rokok elektrik bersumber dari
baterai yang dipasang pada mesin atau mod rokok elektrik. Isi dari rokok elektrik
54
sendiri menggunakan cairan berbagai macam rasa yang disebut penggunanya
adalah liquid (BPOM 2015: 3-5).
Gaya hidup pengguna rokok elektrik pada awalnya muncul ketika para
anggota komunitas tertarik kemudian beropini sehingga menjadikan rokok elektrik
sebagai suatu keseharian dan simbol untuk dapat bergaul dengan orang-orang di
lingkungan pergaulannya. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan berikut:
“Awalnya karena lihat orang pakai, terus saya pingin sendiri. Terus bisa
ngikutin mode juga sih, karena semakin baru semakin menarik jenis mod
(perangkat) dan liquidnya. Alasan utama sih karena saya pingin berhenti
rokok. Cuma mungkin bedanya sama orang-orang rokok ya kalo ngevape
lebih bisa ngobrol apalagi ke sesama vape. Terus jadi dekat karena bisa
tukar pikiran, tukar liquid juga. Kalau misal rokok kan ngga, yang saya
rasain ya sendiri-sendiri aja. Kalau vape bisa tambah teman sih buat saya.
Karena kan vape siklusnya kita ke toko vape beli-beli, nanti di toko vape
ada pelanggan lain juga, ketemu teman-teman komunitas juga. Kita jadi
ngobrol tentang liquid apa yang enak, yang baru, settingan kapas, settingan
mod, coil dan lain-lain makanya saya bilang lebih mudah tambah teman
baru” (Wawancara dengan Andi, 26 Desember 2018).
Dari hasil wawancara tersebut informan menjelaskan tentang awal mula
ketertarikan dalam menjalani gaya hidup pengguna rokok elektrik, berawal dari
keingintahuan terhadap rokok elektrik dan persepsi diri sendiri yang menilai bahwa
rokok elektrik dapat menjadi alternatif pengganti rokok konvensional serta sebagai
simbol untuk mengikuti mode saat ini. Selain itu, kemudahan untuk berinteraksi
dan masuk secara langsung dalam suatu kelompok juga menjadi suatu keunggulan
tersendiri bagi pengguna rokok elektrik di dalam kehidupan sosialnya.
Dari semua penjelasan oleh informan yang merupakan pengguna rokok
elektrik sekaligus anggota dalam Komunitas Asmodus Indonesia, ketertarikan
untuk melakukan tindakan konsumsi rokok elektrik, selain penilaian diri sendiri
55
terhadap keingintahuan informasi tentang rokok elektrik juga karena adanya
dorongan dari orang-orang sekitar lingkungan pergaulan mereka. Sejatinya,
kelompok pecinta rokok elektrik atau komunitas rokok elektrik adalah wadah untuk
para pecinta atau pengguna rokok elektrik. Komunitas rokok elektrik menerima
mereka yang mencintai rokok elektrik dan menganggap bahwa menggunakan rokok
elektrik merupakan ekspresi dari diri sendiri terhadap lingkungan mereka.
Ketertarikan terhadap rokok elektrik semakin terasah dengan adanya
komunitas pecinta rokok elektrik. Seperti yang diutarakan informan berikut:
“Gini sih sebenarnya alasan dasar bagi semua orang yang ikut komunitas
bukan dikhususkan buat vape doang ya, pertama mau cari tahu ini cara
pake yang baik dan benar gimana sih? Khususnya vape Asmodus itu, terus
karakteristik vape Asmodus itu gimana sih? Terus upgrade shoftware
gimana sih? Gitu, standar banget awalnya. Terus juga kalau orang bilang
nambah saudara ya pasti, orang banyak banget orangnya” (Wawancara
dengan Aryo, 26 Desember 2018).
Rokok elektrik yang dahulu masih dianggap tabu oleh masyarakat, namun
saat ini telah bergeser maknanya. Dahulu tidak sembarang orang dapat
menggunakan rokok elektrik karena rokok elektrik hanya digunakan untuk
menolong orang-orang yang kecanduan rokok konvensional dan harus
menggunakan anjuran dokter, tetapi saat ini hampir semua golongan dapat
menggunakan rokok elektrik sesuai keinginan dan kemampuan mereka.
Pertimbangan seorang anggota komunitas Asmodus Indonesia menjadi pengguna
rokok elektrik dipengaruhi oleh bagaimana anggota tersebut mempertimbangkan
penilaian anggota lain dalam lingkungannya.
56
Oleh karena itu, dengan adanya interaksi yang terjadi pada setiap anggota
dalam komunitas Asmodus Indonesia yang merupakan seorang pengguna rokok
elektrik yang memiliki kesamaan opini serta minat, maka terciptalah kelompok
pecinta rokok elektrik atau komunitas.
“saya nih orangnya rame, nah kalau sendiri gak suka. Saya lebih suka kenal
teman, kebetulan saya kenal mas Patra juga sudah lama ngevape jadi lebih
senior, kenapa ikut komunitas yaitu dari awal kita datang paling cuma
kumpul-kumpul doang abis-abisin duit gitu kan, ternyata dari segi terkait
sosialnya bagus, terus lebih aware juga terkait vape itu sendiri, ada
larangan narkoba terkait vape gitu, ya karena banyak segi positif yang saya
dapat dari komunitas ini, kadang saya gak punya liquid dikasih liquid. Itu
hal simple tapi bermanfaat untuk saya” (Wawancara dengan Fajar, 26
Desember 2018).
Dalam gaya hidup pengguna rokok elektrik, teman pergaulan dan teknologi
yang berkembang saat ini khususnya peran media sosial sangat berperan penting
dalam mengenalkan para pengguna dengan rokok elektrik. Dalam Kotler dan Keller
(2009) menyatakan ada empat tahapan dalam mencari sumber informasi yaitu
pribadi, komersial, publik dan eksperimental. Namun sumber yang paling
mempengaruhi individu adalah sumber dari pribadi yakni: keluarga, teman,
tetangga dan rekan kerja. Pernyataan tersebut memperkuat bahwa salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam hal menjalani gaya
hidup pengguna rokok elektrik adalah kelompok acuan seperti peer group atau
kelompok teman.
Teman dapat dikatakan sebagai keluarga kedua bagi seorang individu.
Segala informasi pada umumnya bisa didapatkan melalui interaksi dengan teman.
Dalam pengambilan keputusan, teman memiliki peran spesial sebagai poin acuan
dan bahkan menggantikan peran keluarga (Kotler dan Keller 2009). Lingkungan
57
dan teman pergaulan baik teman bermain, kuliah atau teman kantor menjadi salah
satu faktor eksternal yang sangat berperan penting dalam hal paling dasar, yaitu
mengenalkan berbagai macam informasi mengenai rokok elektrik. Dalam
kehidupan sosial, manusia selalu berusaha untuk dapat diterima di lingkungan atau
dalam suatu kelompok pergaulannya, dan untuk dapat diterima dalam suatu
kelompok ia harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut.
Hal tersebut juga didukung dengan adanya rasa percaya terhadap informasi
yang diberikan oleh teman, sehingga seseorang yang sebelumnya bukan merupakan
pengguna rokok elektrik dapat beralih menggunakan rokok elektrik dengan saran
atau hanya sekedar melihat secara visual teman yang terlebih dahulu menggunakan
rokok elektrik di lingkungan pergaulannya. Seperti pernyataan yang diutarakan
oleh Haris dan Renata berikut:
“Ikut-ikutan sih, ikut teman kantor ya kan, mereka mulai ngevape karena
mungkin gengsi akhirnya ikut-ikutan. Gimana ya, jadi kalau di kantor itu
kita ngerokok sendiri, kawan-kawan pada ngevape kan, terus kita ngeliat
wanginya beda, segala macam yaudah kita coba beli akhirnya, ya lama-
lama dinikmatin, akhirnya berhenti ngerokok” (Wawancara dengan Haris,
26 Desember 2018).
“Awalnya melihat teman saya, jujur saya terpengaruh sama teman.
Terutama sama senior-senior saya dulu di kampus. Saya mulai vape sekitar
akhir tahun 2016an dari kuartal empat 2016, yaa waktu itu juga ada
uangnya buat beli” (Wawancara dengan Renata, 26 Desember 2018).
Selain informasi yang didapat dari teman pergaulan, jika dilihat dari segi
ekonomi, harga beli perangkat rokok elektrik jauh berbeda dengan rokok
konvensional. Modal awal pembelian perangkat rokok elektrik lebih mahal
dibandingkan dengan rokok konvensional. Sehingga pada akhirnya memunculkan
kebanggaan tersendiri dalam diri individu apabila menggunakan rokok elektrik di
58
dalam lingkungan pergaulannya sebelum melihat lebih dalam mengenai manfaat
yang dapat diberikan rokok elektrik kepada penggunanya. Dalam jangka panjang,
penggunaan rokok elektrik dirasa oleh penggunanya lebih terjangkau dibandingkan
dengan rokok konvensional. Meskipun pada awal pemakaian, rokok elektrik
membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan rokok
konvensional karena pembelian perlengkapan seperti: mod, liquid serta kapas yang
masing-masing mempunyai harga yang jauh berbeda dengan rokok konvensional.
Seperti yang dijelaskan oleh informan Haris dan Irwan berikut ini:
“Nah kalau keluarga sih lebih terima karena kan lebih irit, ada
perhitungannya. Nah kalau kita rokok konvesional untuk yang saya pakai,
ini sebungkus sekitar 16 ribu, saya sehari bisa 2 bungkus, itu dikali sebulan
berapa tuh nilainya (kurang lebih Rp 960.000). Tapi kalau untuk vape itu
kan satu botol liquid itu bandrol mulai 100 sampai 200 ribu, itu bisa 2
minggu lah satu botol. Jadi ya lebih irit sih itungannya” (Wawancara
dengan Haris, 26 Desember 2018).
“alasan ngevape itu pertama kalau secara ekonomi lebih irit, mungkin kita
borosnya di awal karena kan harus beli mod, RDA, baterai dan sebagainya
kan. Tapi kalau kita udah punya semua alat, perlengkapan itu jauh lebih
irit secara ekonomi. Terus juga gue ngevape ya liat dari basic gue ngerokok
sehari tiga bungkus ya kan, gue ngevape dari bangun tidur sampe mau tidur
lagi dan itu gak ada permasalahan sama pernapasan gue. Ngeplong aja
gak ada rasa engap ya dibanding rokok filter gitu.” (Wawancara dengan
Irwan, 26 Desember 2018).
Namun sedikit berbeda dengan pernyataan kedua informan di atas, Renata
yang merupakan salah satu informan mengatakan bahwa saat ini terdapat model
serta sistem terbaru dari rokok elektrik yang bernama Pods. Tampilan fisik pods
memang lebih ringkas dibandingkan dengan rokok elektrik pada umumnya. Dilihat
dari latar belakang informan yang dulunya merupakan mahasiswa dan pengguna
rokok elektrik aktif, ia mengakui bahwa memang masih sangat boros dalam
59
menggunakan rokok elektrik meskipun juga diakui bahwa tetap saja rokok elektrik
lebih terjangkau jika dibandingkan dengan rokok konvensional.
“wah kalau dulu sih ya bisa sejuta ya sebulan hanya untuk vape doang. Tapi
kalau sekarang semenjak adanya pods sistem yaitu jenis baru rokok
elektrik, berkurang lebih kecil tapi tingkat nikotin lebih tinggi terus dia
menggunakan nikotin yang berbeda, bukan dengan nikotin cair tapi dia
menggunakan salt nikotin atau nikotin yang dikristalisasi. Nah itu seperti
angin segar buat saya. Karena walaupun liquidnya mahal, tapi tetap bisa
lebih hemat dari vape biasanya dan sensasinya juga lebih mendekati rokok.
Terus alatnya juga lebih ringkas atau kecil. Dan kalau saya hitung-hitung
ternyata biaya operasionalnya lebih murah dibanding vape atau rokok
perbulannya. Jadi akhirnya sekarang saya lebih sering menggunakan pods
dibanding vape konvensional” (Wawancara dengan Renata, 26 Desember
2018).
60
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Gaya Hidup
Pengguna Rokok Elektrik (Personal Vaporizer) Studi Kasus: Komunitas Asmodus
Indonesia dapat disimpulkan bahwa, konstruksi gaya hidup komunitas pecinta
rokok elektrik melalui rokok elektrik tidak terlepas dari peran media massa dan
media sosial dalam mempengaruhi seseorang untuk merubah pikiran mereka dalam
menjalani gaya hidup pengguna rokok elektrik. Media massa dan media sosial
menjadi model dari simulacra karena komunikasi dan interaksi yang terjadi pada
para pengguna rokok elektrik berlangsung bukan pada realitas sebenarnya tetapi
terjadi di dunia maya yang tidak mempunyai batas dan dianggap lebih nyata serta
lebih dekat.
Selanjutnya, iklan-iklan dalam media massa dan media sosial yang
menawarkan gaya hidup pengguna rokok elektrik menggunakan orang-orang atau
model-model yang secara fisik terlihat “keren” menggunakan rokok elektrik.
Ditambah dengan kepulan uap yang menjadi ciri khas dari rokok elektrik itu sendiri,
sehingga tercipta suatu citra bahwa, jika seseorang menggunakan rokok elektrik
maka dirinya akan terlihat “keren” dalam trend yang sedang berlaku saat ini. Citra
tersebut menciptakan realitas-realitas baru sehingga membentuk sebuah
hiperrealitas. Iklan dan promosi menggunakan realitas untuk membentuk realitas
baru yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan keadaan sebenarnya, tetapi
61
karena iklan dan promosi ditayangkan berulang-ulang dan mudah diakses oleh para
pengguna rokok elektrik, sehingga realitas yang tidak berkaitan tadi dapat diterima
sebagai realitas yang sesungguhnya.
Penggunaan bahasa yang persuasif serta gambar atau foto yang menarik di
dalam media sosial menjadikan masyarakat tertarik untuk membeli serta
memasarkan produk rokok elektrik. Media sosial juga berperan penting dalam
tercetusnya komunitas pecinta rokok elektrik Asmodus Indonesia. Di mana
komunitas pecinta rokok elektrik berperan sebagai wadah pendukung bagi para
anggota. Para anggota bersosialisasi melalui kegiatan-kegiatan yang ada di dalam
komunitas dan memberi keuntungan bagi anggota untuk saling bertukar informasi
lebih dalam mengenai rokok elektrik.
B. Saran
Fenomena sosial yang dinamis serta tidak dapat dihindari dalam kehidupan
masyarakat modern termasuk munculnya gaya hidup pengguna rokok elektrik di
Indonesia saat ini dapat menjadi pembelajaran berharga bagi masyarakat.
Masyarakat dapat lebih peka dalam memilih barang atau jasa yang benar-benar
menjadi kebutuhan untuk dirinya serta tidak merugikan orang-orang
disekelilingnya. Sehingga masyarakat tidak hanya melihat produk baik barang
maupun jasa secara visual saja yang menarik, tetapi dapat melihat lebih dalam
mengenai fungsi, tujuan serta pemenuhan kebutuhan yang tidak hanya sekedar
keinginan.
Daftar Pustaka
Buku
Baudrillard, Jean. 1998. The Consumer Society. London: SAGE Publications
Baudrillard, Jean. 2018. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Chaney, D. 1996. Lifestyles Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:
Jalasutra
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo
Kotler, P dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Lechte, John. 2001. Fifty Key Contemporary Thinkers (terjemah oleh A. Gunawan
Admiranto). Yogyakarta. Kanisius
Mac Iver, Robbert M. dan Charles H. Page. 1957. Society: an Introduction Analysis.
New York: Rinehart and Company, Inc.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Prenada
Neuman, M. Laurence. 2003. Social Research Methods-Qualitative and
Quantitative Approaches. USA: Fift Edition
Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Setiadi, Elly. M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi Kapitalisme di Era Masyarakat Post-
Modernisme. Jakarta: Kencana
Karya Tulis Lain
Arifin, Novrianto. 2018. Konstruksi Makna Bagi Wanita Pengguna Vape di Kota
Pekanbaru. JOM FISIP Vol. 5 No. 1. Diunduh 25 Desember 2018
(https://media.neliti.com/media/publications/205465-konstruksi-makna-
bagi-wanita-pengguna-va.pdf)
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. “Bahaya Rokok Elektronik Racun
Berbalut Teknologi”. InfoPOM Vol. 16 No. 5 September-Oktober. Diunduh
30 November 2017(perpustakaan.pom.go.id).
El Hasna, Ferosvi Nada Adhima, Kusyogo Cahyo, dan Laksmono Widagdo. 2017.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Rokok Elektrik pada
Perokok Pemula di SMA Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(eJournal) Vol.5 No.3. Diunduh 17 Februari 2018
(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm)
Indra, Muhammad Fikri, Yesi Hasneli dan Sri Utami. 2015. Gambaran Psikologis
Perokok Tembakau yang Beralih Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer).
JOM Vol 2 No 2. Diunduh 17 Februari 2018
(https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8294)
Istiqomah, Delima Rahayu, Kusyogo Cahyo dan Ratih Indaswari. 2016. Gaya
Hidup Komunitas Rokok Elektrik Semarang Vaper Corner. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol.4 No.2. Diunduh 24 Oktober 2017
(ejournal3.undip.ac.id).
Margulies, Emily. 2003. Why I Smoke: Sociology of a Deadly Habit. Human
Architecture: Journal of the Sociology of Self Knowledge: Vol.2 Iss 1,
Article 2. Diunduh 25 Oktober 2017
(scholarworks.umb.edu/humanarchitecture/vol2/iss1/2).
Martianov, Ariga. 2016. Strategi Komunikasi Riau Vaper Community dalam
Kampanye Anti Rokok pada Usia Remaja di Kota Pekan Baru. JOM FISIP
Vol.3 No.2. Diunduh 24 Oktober 2017 (jom.unri.ac.id).
Pawanti, Mutia Hastiti. 2013. Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Pemikiran
Jean Baudrillard. FIPB UI. Diunduh 02 Mei 2019
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351974-MK-
Mutia%20Hastiti%20Pawanti.pdf
Safitri, Amelia, Mohammad Avicena, Netty Hartati. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja. Tazkiya Journal of
Psychology Vol. 18 No. 1 April. Diunduh 17 Februari 2018
(http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/9309)
Santana, I Gede Agung Krishna, Nazrina zuryani, Gede Kamajaya. 2017.
Konstruksi Sosial Rokok Elektrik (Vape) sebagai Substitusi Rokok
Tembakau bagi Perokok Aktif di Kota Denpasar. FISIP Universitas
Udayana. Diunduh 17 Februari 2018
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/37702/22866)
Umanailo, M. C B. 2018. “Konsumerisme”. Open Science Framework. 22 Maret.
Doi: 10.13140/RG.2.2.31101.26084 Diunduh 02 Mei 2019
(https://www.researchgate.net/publication/323943765KONSUMERISME)
Laporan Media, Artikel dan Internet
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. “Suarakan Kebenaran, Jangan
Bunuh Dirimu dengan Candu Rokok”. Jakarta: Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI. Diakses 30 November 2017
(http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-
kebenaran-jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html).
CNN Indonesia. 2017. “Diduga Dipakai Anak SD Pemerintah Patok Cukai Vape
57 Persen”. Diakses 29 Desember 2017
(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171102181619-78-
253076/diduga-dipakai-anak-sd-pemerintah-patok-cukai-vape-57-persen)
Kompas. 2017. “Polri: Anak Muda, Berhentilah Pakai Vape”. Diakses 29
Desember 2017
(https://nasional.kompas.com/read/2017/11/01/18282201/polri-anak-
muda-berhentilah-pakai-vape)
Kompas. 2018. “Pungutan Cukai Vape Mulai Diberlakukan Oktober 2018”.
Diakses 26 Desember 2018
(https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/04/080500826/pungutan-
cukai-vape-mulai-diberlakukan-oktober-2018)
https://apvi.id/about-us/ diakses 29 Juni 2019
https://www.asmodus.com diakses 25 Desember 2018
https://www.facebook.com/groups/AsMODus/ diakses 25 Desember 2018
https://www.instagram.com/asmodus_id/?hl=id diakses 25 Desember 2018
https://www.kbbi.web.id/gaya-2 diakses 30 November 2018
Lampiran
Wawancara dengan Patra
T : anggota komunitas Asmodus Indonesia ada berapa sih om sekarang?
J : kalau untuk seluruh Indonesia itu kita udah sampai di angka 350an, kira-kira 62
perempuan, sisanya laki-laki. Tapi dari berbagai daerah ya Jakarta, Bekasi,
Tangerang, Bandung, Indramayu, Manado.
T : Selanjutnya latar belakang dibentuknya komunitas ini apa ya om? Misalnya
tahun berapa dibentuk, alasannya?
J : kalau untuk latar belakang komunitas itu sendiri, karena kita kan Asmodus
Indonesia, nah asmodus itu kan sebenarnya brand, jadi brand dari vape itu
sendiri. Jadi awalnya itu kita sesama pengguna merek asmodus, kita kumpul
bareng jadi satu nah kenapa kita gak bentuk komunitas real, jadi selama ini di
facebook aja kan, kenapa kita gak bikin realnya. Nah awalnya itu di Bekasi terus
kita coba undang dari sekitaran Jabodetabek, kita ada pertemuan di Tebet. Jadi
awal terbentuknya resmi itu di tanggal 2 Februari 2018 di Tebet. Jadi kita
kumpulin dulu yang di daerah Jabodetabek, bikin grup WA nya terus kita
kumpul, nah kenapa gak bikin komunitas realnya. Sebenarnya sih dengan ada
grup ini lebih kepada yang pertama jadi tambah saudara yakan, yang pasti juga
berpengaruh terhadap lingkungan sosial kita sendiri nantinya. Nah tujuan yang
kedua, karena kita terbentuk ini kan sebelum vape itu legal di Indonesia, nah
Alhamdulillah sekarang itu udah legal. Jadi awalnya kenapa rokok
konvensional yang dampaknya lebih buruk terhadap kesehatan bisa legal nah
kenapa vape ngga? Jadi kita bersama teman-teman vapers yang lain ya kita coba
berdiskusi dengan Pemerintah, Alhamdulillah sekarang vape legal biarpun
harganya jadi ‘up’.
T : nah upaya ke pemerintahnya apa om untuk melegalkan vape?
J : ya kita meyakinkan ke pemerintah bahwa masyarakat itu berhak menerima yang
lebih baik gitu, terus kita yakinkan ke Pemerintah bahwa kita bukan narkoba
karena kan sekarang baru naik lagi vape narkoba, itu bukan cuma isu aja sih
tapi sudah kenyataan. Udah ada beberapa ketangkap. Ya alhamdulillahnya
sekarang Pemerintah sudah melegalkan dengan syarat masuk kena beacukai. Ya
sebenarnya itu aja sih kita lebih menyakinkan ke pemerintah.
T : kenapa sih om bikinnya satu tipe aja? Kenapa hanya asmodus?
J : sebenarnya bukan hanya satu tipe aja ya, asmodus itu kan merek atau brand dan
tipenya bermacam-macam dan kebetulan kita juga pengguna asmodus jadi
kenapa ngga. Cuma diluar itu ada yang menggunakan mod lain selain asmodus
ya kita tetap terima, kenapa ngga gitu kan. Toh juga untuk silaturrahmi dan
tambah saudara.
T : kalau kumpul-kumpul satu Indonesia gitu rutin gak sih om?
J : kalau itu gak rutin, tapi peregional rutin sebulan sekali, kalau satu Indonesia agak
susah.
T : biasanya kumpul dimana om?
J : kalau Jakarta biasanya di Tebet, Bekasi ada di Summarecon
T : posisinya biasa di toko vape atau café gitu om?
J : kita berupa café, cari tempat yang gampang. Karena begini, kita ngumpul itu
bukan cuma sekedar kumpul bareng, jadi dibalik itu ada namanya silaturrahmi
terus yang kedua itu pasti ada suatu wacana entah dalam regional mau
mengadakan event atau apapun itu ya akan dibahas disitu. Karena memang
kegiatan kita juga dari asmodus itu sendiri ya ada beberapa kegiatan amal, jadi
kaya pas bulan puasa kita ada berbagi takjil terus kemarin kita bantu saudara
yang di Lombok dan Palu.
T : visi misi komunitas apa om?
J : sebenarnya visi misi kita itu yang pertama untuk mempererat tali persaudaraan,
yang kedua untuk menambah informasi mengenai asmodus, yang ketiga kita
ikut juga untuk memperjuangkan vape di Indonesia dan Alhamdulillah sudah
berjalan dan selesai ya yang ketiga. Dan yang terakhir yang kita lagi perjuangin
ini yang melawan narkoba.
T : pencetus awalnya om sendiri atau ada orang lain?
J : pencetus pertamanya kita ada empat orang salah satunya saya. Jadi ada namanya
om Edo, om Bacin sama Nanda.
T : keunikan komunitas ini dari yang lain apasih om?
J : keunikan kita sendiri kita ya udah bebas, jadi memang namanya kita asmodus
dibawah nama brand, tapi di luar itu brand lain kalau mau gabung ya hayuk.
Karena sekarang tujuan kita adalah kita vapers ayo kita saling jalin silaturrahmi,
gitu sih.
T : kalau sekretariat pusatnya dimana om?
J : kalau pusatnya kita malah belum ada, jadi ya cuma sekedar ada masukan dari
teman-teman regional lain paling whatsup saya ya yaudah. Karena kita kumpul
peregional karena kalau jadi satu agak susah.
T : kalau kumpul peregional berapa bulan sekali om?
J : kalau regional itu sebulan sekali, rutin sebulan sekali. Karena yang banyak event,
banyak kegiatan yang peregional paling Bandung, Jakarta, Bekasi itu aja sih
yang paling sering ngadain event yang lain jarang, kalau untuk mengadakan
event besar jarang sih. Cuma kalau untuk kumpul sebulan sekali pasti.
T : ketika kumpul ngapain aja om, ada game gitu gak?
J : ada, karena begitu kita ada event kita ada sponsor. Jadi kita undang beberapa
sponsor yang pasti sponsor yang memang ada didunia vape kaya liquid, apalah
jadi kita adain games, menang dapet hadiah.
T : berkaitan pertanyaan pribadi om, kalau om sendiri kenapa menggunakan vape?
J : awalnya gaya-gayaan, gue dulu perokok cuma ketika kenal vape kayanya lebih
keren.nah akhirnya makin kesini badan otomatis kaya nolak rokok, makin
kesini berenti ngerokok.
T : mengenai latar belakang anggota secara umum, om tau gak
J : kalau pekerjaan kita bervariasi, tapi kalau umur kita terus melakukan pendataan
peregional jadi kita menghindari umur 18 tahun ke bawah. Jadi memang untuk
vape di Indonesia sendiri baru diperbolehkan untuk 18 tahun ke atas. Nah itu
fungsi adanya peregional untuk mempermudah pendataan jadi jangan sampai
ada yang under age atau balik lagi ke tadi jangan sampai ada oknum narkoba
ikut masuk komunitas.
Wawancara dengan Fajar
T : kenapa sebagian besar anggota memilih vape dibanding dengan rokok
konvensional?
J : kalau untuk kebanyakan bagi perokok itu adalah alternative untuk pengobatan
bisa dilakukan melalui vape. Jadi ada beberapa artikel atau materi dari youtube
bahwa vape itu lebih baik dibanding rokok konvesional. Dan disana juga sampai
saat ini kebanyak teman-teman memang kalau untuk rekomendasi dari teman
satu ke lainnya nawarin pasti ada, gitu.
T : kalau peregional biasanya kegiatannya apa sih om? Khususnya yang Jakarta
dulu deh
J : kumpul biasa kita namanya vapemeet, sebulan bisa sekali atau dua kali
tergantung dari kesiapan panitia. Positifnya adalah kita disini memang untuk di
Indonesia sendiri memang untuk komunitas selain komunitas lain adalah vape.
Kegiatan yang dilakukan karena kita baru sekitar satu tahun, kita pernah
melakukan kegiatan yang namnya berbagi takjil di Tugu Tani, kemudian
penggalangan dana untuk korban-korban bencana Palu, Donggala, Lombok.
Nah kita tidak hanya duduk, ngevape tapi tidak memperhatikan teman-teman
lain, saudara-saudara lain. Jadi ada kegiatan social.
T : kalau di Jakarta sendiri om, berapa anggotanya?
J : anggota Jakarta itu sekitar fixnya baru sekitar 80an
T : kalau untuk pribadi om sendiri, kenapa pakai vape?
J : pertama biasa dari hidup bersosial, sebenernya saya kalau untuk merokok belum
pernah, saya sisha pernah. Karena vape lebih praktis dibanding sisha dan rokok.
Sisha ukurannya besar, dibawa kemana-mana susah harus bakar bara segala
macam, nah kalau rokok abunya, puntungnya. Kalau vape degan hanya modal
kapas gak ninggalin sampah gitu ya.
T : kalau pendapat orang sekitar om, misal keluarga, teman ?
J : teman sih pasti dukung, kalau keluarga simplenya sih karena banyak beberapa
atau banyak orang tidak mengenal vape. Edukasi terkait vape sangat minim,
jadi biasanya orang menilai dari sisi negatifnya jadi saya kira wajar ya.
Misalkan keluarga yang tidak tahu melihatnya bahaya karena lihat dari asapnya
lebih banyak dari rokok.
T : alasan masuk komunitas apasih om?
J : saya nih orangnya rame, nah kalau sendiri gak suka. Saya lebih suka kenal teman,
kebetulan saya kenal mas Patra juga sudah lama ngevape jadi lebih senior,
kenapa ikut komunitas yaitu dari awal kita datang paling Cuma kumpul-kumpul
doang abis-abisin duit gitu kan, ternyata dari segi terkait sosialnya bagus, terus
lebih aware juga terkait vape itu sendiri, ada larangan narkoba terkait vape gitu,
ya karena banyak segi positif yang saya dapat dari komunitas ini, kadang saya
gak punya liquid dikasih liquid. Itu hal simple tapi bermanfaat untuk saya.
T : berarti om ngevape mulai dari kapan om? Terus intensitasnya bagaimana?
J : saya 2013, masih terhitung baru sih ya. Dari dulu bentukan pulpen, saya sempet
jualan juga sih. Nah dari situ sekarang intensitasnya mulai sering.
Wawancara dengan Aryo
T : apakah sebelumnya om pernah menggunakan rokok konvensional atau
tembakau?
J : Iya, pasti
T : sejak kapan sih om pakai rokok tembakau? Dan sampai kapan berenti?
J : oh rokok tembakau, aktif banget waktu SMP sih, SMP kelas dua udah aktif tiap
hari ngerokok. Abis makan ngerokok maksudnya dalam artian ngerokok tuh
mulai SMP kelas dua.
T : nah terus pandangan om terhadap rokok tembakau seperti apa sih? Misal dari
segi kesehatan, atau penilaian pribadi om deh pokoknya?
J : sekarang ya sama aja sih. Apa ya, sama aja kan semua mau vaping mau rokok
ya perokok juga bedanya Cuma satu ya konvensional sama elektrikal. Rokok
tembakau pasti lebih enak sih daripada vaping, Cuma orang yang udah
menggunakan vape lambat laun dia bakal ngejauhin tembakau menurut gue.
T : terus om itu ngevape dari kapan?
J : 2015 deh
T : alasan pake vape apa om?
J : dulu basicnya sih ini, gue pingin berenti rokok tapi dari dulu gue belum nemu
nih, kaya makan permen karet yang nikotin terus yang kaya koyo isiannya
nikotin, itu gak ngaruh, dalam artian masih tetap ngerokok. Sampe vaping pun
sebenernya gue tetap merokok tadinya sampe 2016 gue udah gak ngerokok
konvensional. Sekarang gue udah gakbisa nikmatin rokok konvensional lagi.
T : itu udah bener-bener berenti ngerokok om?
J : iya berenti
T : om tau tentang vape awalnya darimana sih om?
J : kakak. Kakak saya ngevape.
T : berarti keluarga bolehin aja gitu om ngevape?
J : boleh sih, Cuma agak aneh ya… anehnya gini “apasih tuh asepnya banyak banget
kaya tabunan..” ya gitu-gitu lah standar, gak yang wah nanti bla bla ngga.
T : tapi om berusaha menjelaskan ke keluarga? Misalnya vape lebih sehat atau apa..
J : oh ya pasti ngejelasin sih. Jadi gini karena mereka anggap asapnya terlalu
banyak, mereka anggap racunnya lebih banyak… mereka anggapnya seperti itu
aja sih. Bukan yang kaya oh vape itu bahaya kata orang…ngga gitu. Mereka
Cuma rishi liat asap banyak wah pasti racun lebih banyak nih, gitu. Terus juga
gue lebih intens daripada rokok kan sekarang, itu kenapa gue kasih jawaban
disitu.
T : berarti dari kakak ya om, kalau dari teman atau misal iklan gitu makin
menguatkan untuk ngevape gak sih?
J : ngga sih, biasa aja maksudnya misal kalau liat orang ngevape di video gitu sih
biasa aja. Cuma kalau ada kaya “oh ada varian liquid baru tuh” langsung.. kaya
lu liat sepatu di mall gitu misalnya. Itu juga dari kakak gak langsung dia ngajak
“wey lu ngevape dong” gak gitu. Jadi dia punya modnya waktu itu, terus gue
liat dan gue coba pada saat itu gak enak. Terus ketinggalan punya dia akhirnya
gue pake, gue pake asik juga nih. Cuma gue belum berani keluar, dalam artian
ke dunia luar gue nenteng-nengteng vape pada masa itu. Ngeri juga, ya pada
masa itu kan orang gaktau ya, jadi kaya pusat perhatian “apasih lu, belagu
banget” gitu.
T : nah kalau pandangan om sendiri terhadap vape gimana sih?
J : pandangannya ya menurut gue vape itu lebih sehat daripada rokok ya, terus
karena terjadi sama diri gue ya bisa jadi alternative dari tembakau atau
konvensional, itu aja sih. Kalo dibilang bisa berenti sih belum tentu karena
kakak gue aja yang udah lebih lama, sampe sekarang masih rokok sama
ngevape, abis makan dia rokok di luar itu dia ngevape.
T : selanjutnya komunitas nih om, sejak kapan sih gabung sama komunitas?
J : gabung itu tahun lalu kalo gak salah, berawal dari grup facebook, whats up,
ngobrol-ngobrol ya gitu.
T : alasannya apa tuh om ikut komunitas?
J : gini sih sebenarnya alasan dasar bagi semua orang yang ikut komunitas bukan
dikhususkan buat vape doang ya, pertama mau cari tahu ini cara pake yang baik
dan benar gimana sih? Khususnya vape Asmodus itu, terus karakteristik vape
Asmodus itu gimana sih? Terus upgrade shoftware gimana sih? Gitu, standar
banget awalnya. Terus juga kalau orang bilang nambah saudara ya pasti, orang
banyak banget orangnya.
T : selanjutnya kegiatan apasih om yang udah om lakukan di komunitas?
J : oh kalau kegiatan untuk di Tangerang aja yah, karena gue belum banyak
konstribusinya buat yang semuanya gitu. Kalau kegiatan waktu itu kita udah
ada vape day out, itu kita jalan-jalan ke Pulau Seribu. Terus juga waktu itu ada
kita bantu mahasiswi kedokteran UIN, sama kaya gini juga dalam artian dia
mengkaji kadar asam vape dan rokok khusus di kesehatan.
T : kalau kegiatan sosial belum ada om di Tangerang?
J : belum ada sih, kalau sosial malah bukan dikhususkan Asmodus doang. Baksos
itu bulan puasa lalu sih, karena basicnya kita pengguna vape nah kebetulan pas
ada baksos yaudah kita personal, janjian sama orang sekitar aja…gitu aja sih
T : keuntungan gabung sama komunitas untuk om apa aja sih om?
J : banyak. Gue bisa dapet barang-barang murah, gue bisa tau yang sebelumnya gue
gaktau tentang vape, terus menangani penyakit-penyakit (tentang vape) itu gue
tau. Pokoknya banyak deh, ya terutama jadi nambah temen sih ya. Kaya misal
ada yang perlu apa, yaudah tinggal “om sorry nih om….” Yaudah tinggal gitu
aja.
Wawancara dengan Poci
T : pernah ngerokok tembakau atau ngga?
J : pernah, sangat pernah
T : dari kapan sampai kapan tuh?
J : dari lulus SMA sampai sekarang juga
T : intensitasnya sering gak?
J : kalau sekarang udah gak sering karena udah ngevape
T : pandangan lu terhadap rokok tembakau gimana sih?
J : ya biasa aja, lebih enak ngevape sih
T : sejak kapan lu ngevape?
J : sejak tahun 2016
T : alasan ngevape apa?
J : biar berhenti ngerokok, berhasil karena sekarang berkurang ngerokoknya
T : awal tahu informasi tentang vape darimana sih?
J : dari Instagram, dari media sosial… gue liat katanya vape itu kan lebih sehat bla
bla bla kan, yaudah gue coba beli… yaudah gue ngevape semenjak itu
T : dari situ pandangan tentang vape berubah dong?
J : iya berubah, awalnya gue itu liat orang-orang ngevape itu ribet kan, duduk
coiling dulu, ganti kapas. Sedangkan kita ngerokok enak kan tempel di bibir,
bakar, udah nyala sisanya buang. Kalo vape kan ribet, tapi pas gue mencoba
menjadi vapers ternyata itu lebih nikmat, lebih asik. Tadinya gue anggap nih
apa asih orang vape bahas rasa, harga segala macem tapi akhirnya ya gue bahas
juga
T : berarti intensitas lu ngevape udah termasuk sering banget ya?
J : iya
T : terus kalau pandangan orang sekitar lu nih, kaya teman, keluarga liat lu ngevape
gimana? Ngelarang gak?
J : kalau keluarga sih karena mungkin kurang edukasi jadi mungkin dari vape itu
ada narkoba, jadi hal-hal yang sifatnya nyerang vape itu, nah gue belum berhasil
edukasi mereka bahwa vape itu tidak sejahat itu, gitu sih. Kalau teman-teman
deket gak ada masalah, bahkan jadinya kita bisa kalau lagi nongkrong segala
macem kalau sama cewek-cewek mereka gak ngerasa keganggu sama uap vape.
T : terus kalau keluarga liat lu ngevape gimana? Ngelarang?
J : solusinya gue gak ngevape di rumah
T : nah terus kalau komunitas, sejak kapan lu bergabung?
J : semenjak om aryo ngajak, kira-kira setahunan kurang lebih
T : alasan gabung apa?
J : alasannya karena disini setau gue belum ada komunitas lain selain asmodus pada
saat itu, terus karena punya asmodus juga
T : kalau kegiatan, apa aja sih yang pernah lu lakuin di asmodus?
J : vapemeet aja sih, terus ngobrol-ngobrol udah sih, terus ngebahas mod sama
datang ke acara-acara expo gitu kita datang ke both asmodus tentang vape
T : terus keuntungan lu sendiri gabung sama komunitas apa nih? Dengan gaya hidup
lu yang sekarang?
J : minimal dikasih pengetahuan baru di vape, kaya kemarin masalah cukai…kita
bisa tahu kenapa pemerintah kasih cukai terus juga mengenai cara membedakan
mana liquid yang mungkin mengandung narkoba dan tidak dan mengenai
peredaran liquid juga dimana aja yang terbaru di vape, itu sih jadi banyak
tempat sharing terus juga terkait dengan yang paling vital dengan vape itu kan
di coiling ya jadi banyak ilmu, gimana coiling yang enak yang bagus, rapih ya
kan.
Wawancara dengan Nugi
T : nugi sebelumnya pernah ngerokok tembakau?
J : pernah
T : dari kapan sampai kapan?
J : dari kelas 5 SD, sekrang udah ngga, udah 2 tahunan gak ngerokok
T : terus pandangannya terhadap rokok tembakau gimana?
J : menurut gue sih masih bahayaan rokok sih
T : kalau pake vape itu dari kapan?
J : dari 2016
T : alasannya pake vape apa?
J : karena unik aja sih, dari model-modelnya, jenis mod sih
T : terus dapet informasi tentang vape darimana awalnya?
J : dari teman, dari sosmed juga… dari teman sih kebanyakan
T : pandangan om tentang vape nih, gimana sih? Apa sih vape itu?
J : vape itu bagus sih, saya lebih mendukung vape daripada rokok. Karena lebih
baik daripada rokok, bikin tubuh sehat aja jadi gak terlalu sesak. Biasanya kalau
rokok kalau satu ruangan tuh sesak, nah kalau vape meskipun satu ruangan tuh
gak nyesek malah harum. Gitu aja sih
T : kalau pandangan orang sekitar lu nih om, dari teman, keluarga, gimana?
J : kalau teman sih dukung-dukung aja, kalau keluarga gak terlalu dukung… ya
yang penting dijelasin gitu sih sama orang tua, kita jelasin terus rokok lebih
bahaya daripada vape. Keluarga kan karena belum tahu aja tentang vape, liat
asap banyak gitu aneh
T : kalau dari segi ekonominya dikomentarin gak om sama keluarga?
J : yaa kalau vape sih emang awalnya mahal, Cuma lama-lama gak terlalu sih
daripada rokok kan
T : nah kalau komunitas, dari kapan gabung om?
J : sama kaya poci
T : kegiatan apa aja tuh om yang pernah om lakukan di komunitas?
J : ya biasanya jalan-jalan, ketemuan biasanya gitu
T : keuntungan buat om gabung komunitas nih apa aja?
J : oh banyak sekali itu, keuntungannya dapat barang jadi murah, uang juga kadang
dapat, jual-jual juga karena bisnis juga bisa. Jual-jual mod sih biasanya, yang
butuh kita jual
Wawancara dengan Haris
T : apakah sebelumnya om menggunakan rokok tembakau?
J : iya pernah
T : sejak kapan dan sampai kapan om?
J : SMP sampai 2012 sempat berhenti pindah ke vape, tapi sebulan yang lalu
ngerokok lagi hehe
T : pandangan atau opini om terhadap rokok tembakau bagaimana sih om?
J : kalau dari kesehatan sih gak ada yang bagus ya Antara vape atau rokok, ya
gimana ya dibilangnya…ya gak ada yang bagus sih sebenarnya untuk
kesehatan. Kalau kenikmatan masih enakan vape karena kan pilihan rasanya
lebih banyak, kalau rokok konvensional kan Cuma rasa tembakau yak an
T : om ngevape sejak kapan sih?
J : 2012
T : alasan om ngevape apa om?
J : ikut-ikutan sih, ikut teman kantor ya kan, mereka mulai ngevape karena mungkin
gengsi akhirnya ikut-ikutan.
T : berarti om tahu informasi tentang vape dari teman?
J : iya teman, komunitas
T : nah tadi om bilang gengsi, gengsi kenapa ya om?
J : gimana ya, jadi kalau di kantor itu kita ngerokok sendiri, kawan-kawan pada
ngevape kan, terus kita ngeliat wanginya beda, segala macam yaudah kita coba
beli akhirnya, ya lama-lama dinikmatin, akhirnya berhenti ngerokok
T : seberapa sering om pakai vape?
J : setiap hari sih, penggantinya rokok kan. Jadi sehari ya bisa 8 jam kita melek kan,
mungkin 3 jamnya bisa dipakai buat ngevape lah.
T : nah kalau pandangan orang sekitar nih om, misal teman atau keluarga?
J : kalau keluarga sih semenjak ganti ke vape lebih ngedukung karena kan bau rokok
tuh nempel, kalau vape kan ngga. Dia lebih wangi sih sebenarnya, kalau untuk
sekitar tergantung bawaan kita. Kalau kita nongkrong gak di komunitas vape
mungkin ada yang ngeluh karena asapnya banyak, kalau di komunitas kan enjoy
aja. Jadi menyesuaikan aja sekitar sih. Nah kalau keluarga sih lebih terima
karena kan lebih irit, ada perhitungannya.
T : perhitungannya gimana tuh om?
J : nah kalo kita rokok konvesional untuk yang saya pakai, ini sebungkus sekitar 16
ribu, saya sehari bisa 2 bungkus, itu dikali sebulan berapa tuh nilainya. Tapi
kalau untuk vape itu kan satu botol liquid itu bandrol mulai 100 sampai 200
ribu, itu bisa 2 minggu lah satu botol. Jadi ya lebih irit sih itungannya.
T : kalau tentang komunitas om, sejak kapan gabung sama komunitas asmodus?
J : komunitas asmodus februari 2018
T : alasannya apa tuh om mau gabung?
J : karena kita apa ya, kita pakai mod yang sama terus jadi kalau ada masalah di
mod yang sama lebih gampang sih cari solusinya. Terus ya karena sama-sama
pakai mod yang sama ngobrolnya mungkin lebih enak, lebih nyambung yang
dibahaspun sama.
T : nah semenjak om gabung di komunitas, kegiatan apa aja sih om yang pernah
om lakukan?
J : ya kopi darat salah satunya, ada vapemeet, ada kegiatan bulanannya kan kalo
dari komunitas. Sebenarnya edukasi sih kebanyakan jadi kalau di grup itu kita
bilang sebarkan demam vaping. Jadi kita ngajak perokok-perokok yang masih
konvensional itu untuk beralih ke vaping.
T : keuntungan untuk om sendiri apa om gabung sama komunitas?
J : ya sebenarnya nambah ilmu sih, nambah teman, nambah pengalaman juga salah
satunya, koneksi ada banyak kan di dalam komunitas itu orangnya beda-beda
kan. Jadi ada orang dari mana aja, kalangan apa aja kita bisa bicara sama mereka
tanpa ada kesulitannya.
Wawancara dengan Irwan
T : apakah sebelumnya om pernah menggunakan rokok konvensional atau
tembakau?
J : pernah, dulu pernah rokok konvensional terus sekarang beralih ke vape
T : dari kapan tuh om rokok konvensional?
J : saya ngerokok konvensional dari tahun 2013 sampai tahun 2018 bulan Mei
T : intensitas ngerokok sering gak om?
J : waktu jaman kuliah sehari sebungkus, setelah lulus kuliah sehari tiga bungkus
T : terus penilaian om terhadap rokok konvensional gimana om?
J : kalau untuk rokok tembakau itu, rokok saya dulu kan filter nah karena itu apaya,
kalau kita gak ngerokok dalam satu hari tuh ada yang hilang, dulu mungkin
karena ketagihan atau gimana, rasanya ada yang hilang. Terus juga, udah candu,
efeknya kita engap kalau kebanyakan rokok, terus juga untuk ruangan kalau
ngerokok di kamar tuh kan bau asap, asap ganggu, nempel baju, terus juga debu
abu rokoknya itu yang bahaya kalau di dalam ruangan bisa kehirup lagi.
T : tapi sekarang sudah berhenti rokok benar-benar om?
J : kalau sekarang, rokok itu bukan sesuatu yang dicari tapi vape. Kalau rokok itu
hanya sekedar, misalnya gue liat tongkrongannya dulu. Misalnya
tongkrongannya emang anak-anaknya pada ngerokok, tapi udah gak enak…
bagi gue rokok itu udah sesuatu yang aneh karena sekarang kan gue seringnya
ngevape, jadi mending gue ngevape deh daripada gue ngerokok. Kalaupun gue
ngerokok di tongkrongan, ya paling Cuma sebatang.
T : berarti om ngevape sejak kapan sih om?
J : bulan Mei 2018 ini, baru belum lama banget
T : alasan ngevape itu apa om?
J : alasan ngevape itu pertama kalau secara ekonomi lebih irit, mungkin kita
borosnya di awal karena kan harus beli mod, RDA, baterai dan sebagainya kan.
Tapi kalau kita udah punya semua alat, perlengkapan itu jauh lebih irit secara
ekonomi. Terus juga gue ngevape ya liat dari basic gue ngerokok sehari tiga
bungkus ya kan, gue ngevape dari bangun tidur sampe mau tidur lagi dan itu
gak ada permasalahan sama pernapasan gue. Ngeplong aja gak ada rasa engap
ya dibanding rokok filter gitu.
T : nah awal tahu informasi tentang vape darimana sih om?
J : vape itu tahu sebelumnya dari awal ada vape 2012, pokoknya dari pertama kali
vape booming itu gue udah tahu. Cuma waktu itu ya namanya anak kuliahan ya
belum mampulah buat beli begituan.
T : dari medsos gitu gak om? Atau dari teman?
J : dari teman sih ada, terus gue liat-liat di vape store gitu. Bukan dari medsos sih,
dari temen gitu, nanya-nanya tentang vape, harganya terus nyoba-nyoba, gitu
udah
T : pandangan om terhadap vape bagaimana sih?
J : kalau menurut gue sih lebih irit, lebih gak engap, selama gue olah raga lari ya
gak ada permasalahan sama pernapasan gue dibanding dulu ngerokok. Kalau
dulu rokok kalau gue lari ada sesak gitu, kalau vape gak ada tuh.
T : berarti lebih banyak positif ya om, menurut om?
J : positifnya mungkin, jauh lebih baik aja dibanding rokok ya kalau menurut gue
T : intensitas om ngevape udah termasuk sering ya berarti?
J : tiap hari dari start dari jam 9 pagi sampai jam 3 pagi pasti ada ngevape
T : kalau pandangan orang sekitar nih om, teman, keluarga om ngevape setuju gak?
J : kalau untuk anak muda ya dulu pernah nongkrong, itu gak terlalu bermasalah
karena asapnya gak engap. Jadi gak bikin engap orang sekitar walaupun dia
banyak asapnya itu gak ada permasalahan, tapi kalau untuk orang yang awam
itu mikirnya kaya voging gitu. Kalau keluarga ngga, ngga ada yang larang.
Rokok malah dilarang.
T : sejak kapan om gabung sama komunitas vape?
J : gabung, itu bulan Juni baru aktif
T : nah itu tahunya darimana sih ada komunitas vape?
J : banyak dari teman-teman sini yang gabung komunitas juga
T : alasan gabung dengan komunitas?
J : pertama lu banyak tahu tentang, misalkan mod lu bermasalah kan lu bisa ada
solusinya, jadi lu ada link lebih lah, terus kalau untuk kadang-kadang kan kita
ada promo kita dapat liwuid gratis atau kawat gratis gitu, terus juga nambah
pertemanan juga sih.
T : untuk kegiatan nih om, apa aja sih yang pernah om lakukan di komunitas?
J : apa ya, Cuma datang, duduk, dengerin, ngobrol-ngobrol terus kita ikut bikin
kawat gitu. Keuntungannya yaa itu buat nambah informasi aja.
Wawancara dengan Renata
T : alasan awal anda menggunakan vape?
J : awalnya melihat teman saya, jujur saya terpengaruh sama teman. Terutama sama
senior-senior saya dulu di kampus. Saya mulai vape sekitar akhir tahun 2016an
dari kuartal empat 2016.
T : selain teman, motivasi apa yang mendukung anda untuk menggunakan vape?
J : ya karena waktu itu juga ada uangnya buat beli.
T : menurut anda, apakah vape menaikkan gengsi anda di mata teman-teman atau
lingkungan anda?
J : ngga sih, lama-lama jadi kebutuhan aja. Nah kenapa gak jadi gengsi atau prestige
karena barang-barang yang saya punya juga lebih murah dari yang lain, jadi apa
yang mau digengsiiin.
T : yang anda rasakan, lebih baik menggunakan vape atau rokok?
J : menurut saya sih vape lebih baik daripada rokok setelah saya rasain pakai.
Alasannya karena vape tidak mengandung tar, itu sih yang diomongin sama
orang-orang juga ya. Terus dilihat dari rasa juga enak, rasanya banyak. Bisa
beda-beda.
T : kalau dibandingkan, kira-kira anda habiskan berapa duit buat vape tiap bulan?
J :wah kalau dulu sih ya bisa sejuta ya sebulan hanya untuk vape doang. Tapi
kalau sekarang semenjak adanya pods sistem yaitu jenis baru rokok elektrik,
berukurang lebih kecil tapi tingkat nikotin lebih tinggi terus dia menggunakan
nikotin yang berbeda, bukan dengan nikotin cair tapi dia menggunakan salt
nikotin atau nikotin yang dikristalisasi. Nah itu seperti angin segar buat saya.
Karena walaupun liquidnya mahal, tapi tetap bisa lebih hemat dari vape
biasanya dan sensasinya juga lebih mendekati rokok. Terus alatnya juga lebih
ringkas atau kecil. Dan kalau saya hitung-hitung ternyata biaya operasionalnya
lebih murah dibanding vape atau rokok perbulannya. Jadi akhirnya sekarang
saya lebih sering menggunakan pods dibanding vape konvensional.
Wawancara dengan Andi
T : awal mula anda pakai vape alasannya apa om? Ikut-ikut teman karena gengsi
atau tidak? Atau karena lihat dari manfaatnya?
J : alasan awal karena lihat orang pakai, terus saya pingin sendiri. Terus bisa
ngikutin mode juga sih, karena semakin baru semakin menarik jenis mod dan
liquidnya. Alasan utama sih karena saya pingin berhenti rokok, jadi bukan
karena prestige sih. Tapi untuk berhenti merokok. Selain itu rasanya juga lebih
enak dari rokok kan, terus gak bikin saya sesak. Kalau rokok kan bikin sesak.
T : yang anda rasakan setelah pakai vape, berpengaruh tidak dengan lingkungan
pergaulan anda? Misalnya orang jadi memandang anda tambah keren
J : ngga sih, biasa aja. Cuma mungkin bedanya sama orang-orang rokok ya kalo
ngevape lebih bisa ngobrol apalagi ke sesama vape. Terus jadi dekat karena bisa
tukar pikiran, tukar liquid juga. Kalau misal rokok kan ngga, yang saya rasain
ya sendiri-sendiri aja. Kalau vape bisa tambah teman sih buat saya. Karena kan
vape siklusnya kita ke toko vape beli-beli, nanti di toko vape ada pelanggan lain
juga, ketemu teman-teman komunitas juga. Kita jadi ngobrol tentang liquid apa