gawat darurat jantung
-
Upload
ceritakami -
Category
Documents
-
view
105 -
download
0
description
Transcript of gawat darurat jantung
Pendahuluan
Obat-obat yang dijelaskan adalah agen-agen garis depan yang umumnya dipakai untuk
mengobati keadaan kegawatdaruratan medis. Perawat harus memiliki pengetahuan yang baik
tentang indikasi dan kerja dari agen-agen ini, karena kegawatdaruratan bedah dan medis dapat
timbul pada semua praktik perawatan. Mempelajari implikasi perawatan utama sebelum
menghadapi keadaan kegawatdaruratan yang sebenanya akan memampukan perawat untuk
menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin di saat klien membutuhkan intervensi
penyelamatan jiwa.
Obat-obat kegawatdaruratan untuk gangguan jantung
Obat-obat yang dibahas bagian ini adalah obat yang menjadi indikasi pada keadaan
kegawatdaruratan jantung seperti angina, infark miokardium, ganguan iram jantung, dan henti
jantung. Obat-obat ini seringkali disiapkan dan dipakai secepat mungkin. Pengetahuan dasar
yang cukup disertai kemudahan untuk memakai obat-obat ini dan kelengkapan peralatan yang
diperlukan adalah penting untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien dengan keadaan
kegawatdaruratan jantung.
a. Nitrogliserin
Nitrogliserin mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke
miokardium yang megalami iskemia. Karena itu obat ini manjadi pilihan untuk
mengobati Angina Pektoris (nyeri dada) dan Infark Miokardium (serangan jantung).
Nitrogliseril tersedia dalam bentuk sublingual, oral, topical, dan intravena. Hanya bentuk
sediaan sublingual dan intravena akan dibahas.
Nitrogliseril sublingual (nitrostat) (0.3-0,4 mg) merupakan indikasi bagi klien
yang sedang mengalami serangan angina akut. Klien diajari cara meletakkan satu tablet
nitrogliserin sublingual dibawah lidah dan membiarkannya melarut pelan-pelan. Saat ini
tidak semua obat nitrogliserin sublingual dapat menyebabkan sensai terbakar dibawah
lidah, dan timbulnya sensasi ini jangan dipakaoi sebagai ukuran kekuatan obat ini. Jika
nyeri dada tidak menghilang, tablet sublingual boleh diulang dengan interval 5 menit
sampai total 3 tablet. Jika nyeri menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan
yang lebih lnjut. Jika klien tidak berada di rumah sakit, maka harus segera panggil
ambulan. Tekanan darah dan denyut jantung harus dipantau secara ketat. Hipotensi
adalah suatu efek samping yang sering terjadi, terutama bila klien baru pertama kali
memakai nitrogliserin. Bias juga timbul takikardia atau kadang-kadang bradikardia.
Nitrogliserin intravena (tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan angina
tidak stabil atau infark miokardium akut. Infuse biasanya dimulai dengan kecepatan 10-
20µg/menit setiap 5-10 menit berdasarkan pada respons nyeri dada dan tekanan darah.
Pemantauan tekanan darah dan jantung secara terus menrus harus dilakukan karena
sering timbul reaksi yang merugikan berupa hipotensi. Hipotensi biasanya diobati dengan
mengurangi atau menghentikan infuse nitrogliserin seperti anjuran dokter.
b. Morfin Sulfat
Morfin sulfat merupakan suatu analgesic narkotik biasanya dipakai untuk
mengobati sakit dada yang berkaitan dengan infark miokardium akut. Juga merupakan
indikasi untuk mengobai edema paru-paru akut. Morfin menghilangkan sakit,
memperlebar pembuluh vena, dan mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat
2-5 mg intravena (IV) diulang setiap 5-30 menit samapai sakit dada hilang. Perawat harus
waspada akan depresi perasaan dan hipotensi yang merupakan reaksi yang merugikan
yang sering timbul; pemantauan yang ketat perlu dijalankan. Bisa diberikan antagonis
narkotik nalaxon (narcan) untuk melawan kerja morfin jika reaksi yang merugikan
timbul membahayakan klien. Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit seperti indikasi.
c. Atropin sulfat
Atropine sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole, blok jantung ( mis,
curah jantung rendah, hipotensi), dan bradikardia (denyut jantung lambat) yang
mengganggu hemodinamika jantung. Atropin bekerja untuk meningkatkan denyut
jantung dengan menghambat kerja dari saraf vagus (efek parasimpatolitik). Atropine
sulfat dipakai jiga sebagai obat kegawatdaruratan untuk melawan efek-efek toksik yang
timbul akibat keracunan pestisida organofosfat, yang mencakup bradikardia, dan sekrsesi
berlebihan. Pada bradikardia simptomatik, atropine diberikan secara intravena dengan
dosis 0,5 mg setiap interval 3-5 menit sampai denyut jantung normal tercapai, atau
sampai 0,04 mg/kg atau sampai diberi total 3 mg. pada asisotole (henti jantung) atropine
diberikan dengan dosis bolus 1,0 mg secara IV, yang dapat diulang sampai batas dosis
maksimum.
Dosis atropine intravena dewasa tidak boleh kurang dari 0,5 mg atau lebih dari 3
mg; dosis dibawah 0,5 mg dapat menimbulkan bradikardia parasoksikal; pada dosis 3mg
atau lebih besar, aktivitas vagal terhambat sepenuhnya dan pemberian atropine lebih
lanjut tidak memberikan keuntungan apapun. Atropine sulfat dapat diberikan melalui
selang endotrakea jika tidak dapat dilakukan infus vena; dosis IV yang 2-2,5 kali lebih
besar harus diencerkan dalam 1m ml air steril atau salin normal dan diteteskan ke dalam
selang endotrakea melalui selang makanan yang dipasang pada tabung suntik. Setelah
pemberian endotrakea klien harus diventilasi dengan kuat dengan kantung Ambu untuk
mempercepat absorpsi obat.
Pemantauan jantung dan tekanan darah kontinu sangat penting bagi klien yan
mendapat atropine sulfat intravena. Efek yang merugikan yang utama adalah disritmia
jantung, takikardia, iskemia miokardium, gelisah, cemas, midriasis, rasa haus, dan retensi
urin.
IMPLIKASI PADA ANAK
Karena pada bayi dibawah 6 bulan curah jantung bergantung pada denyut jantung,
maka bradikardia (denyut jantung kurang dari 80) harus diobati. Sebelum pemberian
obat, usahakan untuk memulihkan ventilasi dan pemasukan oksigen. Jika tindakan ini
tidak memberikan hasil yang diinginkan, maka keadaan ini merupakan indikasi untuk
pemberian atropine.
Dosis atropine untuk anak-anak adalah 0,02 mg/kg IV atau melalui selang
endotrakea (EET) atau melalui jalur intraosseus. Penting untuk diketahui bahwa dosis
minimum adalah 0,1 mg. Dosis anak masksimum adalah 1,0 mg untuk anak kecil dan 2,0
mg untuk remaja. Untuk bayi yang mengalami henti jantung atau yang denyut jantung
spontannya kurang dari 80, untuk meningkatkan denyut jantung lebih dianjurkan
diberikan 0,01-0,03 mg/kg epinefrin secara IV atau selang endotrakea, kerena bayi baru
lahir mudah kekurangan simpanan katekolamin.
d. Isoproterenol
Isoproterenol (Isuprel)dalah suatu obat adrenergic beta diberikan untuk
meningkatkan denyut jantung. Biasanya, isoproternol hanya dipertimbangkan apabila
pemberian atropin dosis maksimum (3mg), dopamine dan infuse epinefrin, dan
pacemaker transkutaneus telah gagal menghasilkan respons klinik yang diinginkan pada
klien yang mengalami blok jantung derajat ketiga. Klien seperti ini, yaitu yang
menunjukkan bradikardia simptomatik refrakter, adalah calon untuk mendapatkan
isoproterenol. Isoproterenol diberikan secara infuse IV, biasanya 1 mg dilarutkan ke
dalam 500 ml dextrose 5% dalam air, dititrasikan dengan kecepatan 2-10 µg/menit
sampai denyut jantung mencapai sekitar 60 denyut setiap menit (dpm). Gunakan alat
infus elektonik agar pengendalian dosis infus yang diberikan tepat.
Perawat harus memantau klien yang mendapatkan isoproterenol dengan cermat.
Reaksi yang merugikan yang berarti meliputi iskemia miokardium, takikardia, dan
disritmia berat seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Perawat harus segera
mengingatkan dokter jika terdapat peningkatan kontraksi ventrikel prematur pada alat
pemantau jantung atau jika denyut jantung melampui 100 denyut permenit; dosis
mungkin perlu dikurangi atau infus dihentikan. Reaksi yang merugikan yang berbahaya
ini membuat dokter mungkin memilih untuk memasang pacemaker sementara daripada
memberikan isoproteronol.
IMPLIKASI PADA ANAK
Infus epinefrin mungkin lebih disukai daripada infuse isoproterenol dalam
meningkatkan denyut jantung sampai diatas 80 denyut permenit pada anak-anak.
Isproterenol dapat menyebabkan penurunan yang besar tekanan darah diastolic. Seperti
pada klien dewasa, isoproterenol tidak pernah dipakai pada keadaan henti jantung.
e. Verapamil
Verapamil (Isoptin), suatu penghambat saluran kalsium, diberikan untuk
mengobati takikardia (denyut jantung yang cepat) yang berasal dari ventrikel (takikardia
supraventrikel). Pada keadaan ini biasanya denyut jantung melampui 150 denyut jantung
permenit. Verapamil memperlambat hantaran melalui jantung dan memiliki efek
inotropik negative dan vasodilatasi. Pada keadaan kegawatdaruratan, verapamil diberikan
sebagai bolus melalui intravena dengan dosis yang bervariasi tergantung pada usia dan
berat badan, tetapi tidak boleh melebihi 10mg dalam satu menit. Boleh diberikan dosis
ulangan. Perawat harus memantau denyut jantung dan iramanya serta tekanan darah
dengan cermat. Gangguan hantaran jantung dan hipotensi yang berat dapat timbul.
f. Adenosin
Adenosin (adenocard) diperkenalkan belakangan ini untuk mengobati takikardia
supraventrikular paroksimal (TSVP), irama yang cepat dan tidak terkendalikan yang
terjadinya tiba-tiba. Suatu substansi alami yang ditemukan dalam semua sel tubuh,
adenosin memperlambat hantaran impuls melalui antrioventrikular (AV) node pada
jantung, memutuskan disritmia sehingga menghasilkan pathway baru, dan dapat
memulihkan irama jantung pada klien yang mengalami TSVP. Karena waktu paruhnya
kurang dari 10 detik, adenosin diberikan dengan cepat sebagai bolus 6 mg IV dalam
waktu 1-2 detik. Satu bolus 12 mg dapat diberikan dalam waktu 1-2 menit setelah dosis
awal jika TSVP menetap dan dapat diulang sekali lagi bila perlu. Dosis yang lebih besar
dari 12 mg tidak dianjurkan.
Pertimbangan keperawatan meliputi pemantauan jantung secara terus menerus
dan sering melakukan penilaian tanda-tanda vital. Adenosin menghambat metilxantin
seperti kafein dan teofilin. Beberapa reaksi yang merupakan telah dilaporkan, dapat
timbul hipotensi dan dispnea. Adenosine merupakan kontraindikasi pada klien yang
memiliki blok jantung derajat tiga dan dua dan pada klien yang mengalami sick sinus
syndrome , kecuali pada mereka yang memakai pacemaker yang berfungsi dengan baik.
g. Lidokain
Lidokain adalah obat utama yang dipakai untuk mengibati disritmia ventrikel
(denyut jantung yang tidak teratur), seperti kontraksi ventrikel premature, takikardia
ventrikel, dan fibrilasi ventrikel. Lidokain memiliki efek anatesi local pada jantung,
sehingga menurunkan iritabilitas miokardium. Dengan alasan ini, lidokain sering
diberikan setelah terjadi infark miokardium sebagai pencegahan terhadap disritmia
ventrikel yang berbahaya. Biasanya klien yang mengalami disritmia ventrikel diberikan
bolus 1-1,5 mg/kg lidokasi IV, diikuti dengan 0,5 mg/kg setiap 5-10 menit sampai
disritmia terkendalikan atau sampai dosis total yang diberikan mencapai 3 mg/kg.
lidokain infus secara terus menerus dimulai dengan dosis 2,4 mg/menit untuk
mempertahankan kadar terupetik dalam serum. Lidokain dapat juga diberikan melalui
selang endotrakea dalam jumlah 2-2,5 dosis IV.
Pertimbangan perawatan yang penting untuk klien yang diberikan lidokain
meliputi pemantauan jantung secara terus menerus dan penilaian tanda-tanda dan gejala-
gejala dari keracunanlidokain (kekacauan mental, rasa mengantuk, gangguan
pendengaran, kedutan otot, dan kejang). Karena lidokain dimetabolisme di dalam hati,
maka klien dengan gangguan hati, gagal jantung konestif, syok, dan berusia lanjut
memiliki resiko tinggi mengalami keracunan lidokain. Pada klien-klien ini dosis lidokain
mungkin perlu diturunkan sampai 50%.
IMPLIKASI PADA ANAK
Ektopik ventrikel sering terjadi pada anak-anak. Penyebab metabolic harus di
curigai jika timbul disritmia ventrikel. Dosis lidokain anak adalah 1mg/kg IV,
endotrakea, atau melalui intraoseous. Dosis infuse rumatan sebesar 20-50 µg/kg/menit
dianjurkan setelah dosis bolus diberikan.
h. Prokinamid
Prokinamid (pronestyl) adalah suatu agen antidisritmia yang sering diberikan jika
lidokain gagal mencapai respons klinik yang diinginkan. Indikasi meliputi takikardia
ventrikel prematur dan disritmia supraventrikel cepat. Dosis intravena awal untuk
prokainamid yang sering diberikan adalah 20-30 mg/menit sampai disritmia berhasil
diobati. Hal lain dalam pemberian prokainamid mencakup pemberian suatu dosis total 17
mg/kg, perkembangan hipotensi, dan perubahan khas pada elektrokardigram (misalnya
pelebaran kompleks QRS sampai 50% atau lebih). Dosis infuse rumatan sebesar 1-6
mg/menit yang secara terus menerus diberikan setelah dosis pembebanan.
Pemberian prokinamid dapat menyebabkan hipotensi berat. Blok jantung,
gangguan irama, dan henti jantung dapat juga timbul. Prokinamid merupakan
kontraindikasi pada pasien Forsades de Pointes. Obat ini dieliminasi melalui ginjal;
karena ini klien yang untuk mendapatkan reaksi yang merugikan dan seringkali
memerlukan dosis yang lebih kecil.
i. Bretilium Tosilat
Bretilium (bretilol) adalah suatu agen antidisritmia yang dipakai untuk mengobati
takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel apabila lidokain, perangsangan dengan listrik,
atau prokinamid telah dicoba dan tidak berhasil. Cara kerja bretilium masih belum
diketahui dengan jelas. Untuk fibrilasi ventrikel, bretilium diberikan tanpa dicairkan
sebagai bolus intravena yang cepat dengan dosis 5mg/kg. Dosisnya bisa ditingkatkan
sampai 10mg/kg jika perlu dan diulang setiap 15-30 menit sampai telah diberikan dosis
maksimum 30mg/kg. Untuk takikardia ventrikel, bretilium biasanya dicairkan dalam 50
mL dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal, dan 5 mg/kg diberikan secara
lambat dalam waktu 8-10 menit; infuse cepat dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan
tekanan darah rendah pada klien yang sadar. Jangan memberikan bretilium samapai
melampui dosis total maksimum 30 mg/kg dalam waktu 24 jam. Infuse bretilium yang
dilakukan secara terus menerus dapat dimulai dengan kecepatan 2mg/menit. Bretilium
bisa belum menunjukkan efeknya sampai 20 menit setelah disuntikkan.
Setelah pemberian bretilium, perawat harus memantau apakah fibrilasi ventrikel
klien telah kembali keadaan normal. Pada klien yang mengalami takikardia ventrikel,
bretilium mula-mula dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kecepatan
denyut jantung, diikuti dengan hippotensi ortostatik. Biasanya, membaringkan klien
secara terlentang dan pemberian infuse IV sudah merupakan intervensi yang memadai
untuk mengobati hipotensi ortostatik.
IMPLIKASI PADA ANAK
The American Heart Association (1988) menganjurkan pemakaian obat ini pada
anak-anak yang tidak memberikan respons pada lidokain dan defibrilasi untuk mengobati
fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Dosis yang direkomendasikan adalah 5mg/kg
IV diikuti dengan defibrilasi. Dosis boleh ditingkatkan sampai 10 mg/kg apabila fibrilasi
ventrikel menetap.
j. Epinefrin
Epinefrin adalah suatu katekolamin dengan efek alfa dan beta adrenergic. Indikasi
pemberian epinefrin intravena mencakup bradikardia, asistole dan fibrilasi ventrikel.
Epinefrin dipikirkan dapat memperbaiki perfusi dari jantung dan otak pada keadaan henti
jantung melalui kontriksi pembuluh darah perifer. Selain itu, epinefrin meningkatkan
kemungkinan berhasilnya pengobatan elekrical contershock (defibrilasi) pada penderita
fibrilasi ventrikel. Untuk bradikardia, suatu infuse epinefrin dapat diberikan dengan dosis
2-10 µg/menit. Untuk asistole dan fibrilasi ventrikel, epinefrin diberikan dalam dosis 1
mg IV setiap 3-5 menit sampai respons klinik yang diinginkan tercapai (biasanya, dengan
kembalinya aktivitas jantung yang efektif). Epinefrin juga bisa diberikan melalui
endotrakea, seperti pada pemberian atropine sulfat yang sudah dijelaskan sebelum ini.
Implikasi keperawatan untuk klien yang mendapatkan epinefrin mencakup
pemantauan secara terus menerus hemodinamik dan jantung. Epinefrin dapat
menyebabkan iskemia miokardium dan disritmia jantung. Epinefrin seharusnya tidak
boleh diberikan pada tempat suntikan yang sama dengan larutan alkali seperti natrium
bikarbonat; larutan alkali membuat epinefrin menjadi tidak aktif. Selain itu, adanya
asidosis metabolic atau respiratori akan menurunkan efektivitas epinefrin. Segala upaya
harus dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa pada kllien.
IMPLIKASI PADA ANAK
Dosis epinefrin untuk henti jantung pada anak-anak adalah 0,01 mg/kg (1:10.000
laurutan) diberikan secara IV, endotrakea, atau melalui jalur intraoseus.
k. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolic yang seringkali
timbul bersama henti jantung. Standar yang sekarang dipakai menganjurkan pemberian
matrium bikarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang memadai, kompresi dada, dan
terapi obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis. Natrium bikarbonat tidak lagi
menjdi obat yang pertama kali diberikan pada keadaan henti jantung; obat ini diberikan
berdasarkan pada hasil analisa gas darah arteri jika asidosisnya berat. Pada peristiwa
dimana seorang klien telah mengalami henti jantung untuk waktu yang lama dan analisa
gas darah tidak ada, natrium bikarbonat boleh diberikan sebagai bagian dari usaha
resusitasi. Dosis mula-mula standar untuk pemberian intravena adalah 1 mEq/kg. obat ini
boleh diulangdengan dosis 0,5 mEq/kg setiap 10 menit jika perlu.
Pertimbangan keperawatan penting yang berhubungan dengan natrium bikarbonat
mencakup pemantauan yang cermat atas hasil analisa gas darah arteri. Pemberian natrium
bikarbonat dapat menimbulkan alkalosis metabolik. Selain itu, katekolamin seperti
epinefrin, norepinefrin, dan dopamine tidak boleh diinfuskan pada tempat yang sama
dengan natrium bikarbonat; katekolamin diinaktivasi oleh larutan yang mengandung
natrium bikarbonat.
IMPLIKASI PADA ANAK
Jika asidosis metabolik menetap setelah tindakan untuk mempertahankan ventilasi
dan oksigen optimal, natrium bikarbonat boleh diberikan pada klien anak-anak dengan
dosis 1 mEq/kg melalui IV atau intraosseus. Dosis lanjutan sebesar 0,5 mEq/kg boleh
diberikan setiap 10 menit jika pemeriksaan gas darah tidak ada. Natrium bikarbonat
adalah larutan yang hiperosmolar dan harus dilarutkan terlebih dahulu dari suatu larutan
8,4% menjadi larutan 4,2%.