gawat darurat jantung

14
Pendahuluan Obat-obat yang dijelaskan adalah agen-agen garis depan yang umumnya dipakai untuk mengobati keadaan kegawatdaruratan medis. Perawat harus memiliki pengetahuan yang baik tentang indikasi dan kerja dari agen-agen ini, karena kegawatdaruratan bedah dan medis dapat timbul pada semua praktik perawatan. Mempelajari implikasi perawatan utama sebelum menghadapi keadaan kegawatdaruratan yang sebenanya akan memampukan perawat untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin di saat klien membutuhkan intervensi penyelamatan jiwa. Obat-obat kegawatdaruratan untuk gangguan jantung Obat-obat yang dibahas bagian ini adalah obat yang menjadi indikasi pada keadaan kegawatdaruratan jantung seperti angina, infark miokardium, ganguan iram jantung, dan henti jantung. Obat- obat ini seringkali disiapkan dan dipakai secepat mungkin. Pengetahuan dasar yang cukup disertai kemudahan untuk memakai obat-obat ini dan kelengkapan peralatan yang diperlukan adalah penting untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien dengan keadaan kegawatdaruratan jantung. a. Nitrogliserin Nitrogliserin mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke miokardium yang megalami iskemia. Karena itu obat ini manjadi pilihan untuk mengobati

description

gadar

Transcript of gawat darurat jantung

Page 1: gawat darurat jantung

Pendahuluan

Obat-obat yang dijelaskan adalah agen-agen garis depan yang umumnya dipakai untuk

mengobati keadaan kegawatdaruratan medis. Perawat harus memiliki pengetahuan yang baik

tentang indikasi dan kerja dari agen-agen ini, karena kegawatdaruratan bedah dan medis dapat

timbul pada semua praktik perawatan. Mempelajari implikasi perawatan utama sebelum

menghadapi keadaan kegawatdaruratan yang sebenanya akan memampukan perawat untuk

menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin di saat klien membutuhkan intervensi

penyelamatan jiwa.

Obat-obat kegawatdaruratan untuk gangguan jantung

Obat-obat yang dibahas bagian ini adalah obat yang menjadi indikasi pada keadaan

kegawatdaruratan jantung seperti angina, infark miokardium, ganguan iram jantung, dan henti

jantung. Obat-obat ini seringkali disiapkan dan dipakai secepat mungkin. Pengetahuan dasar

yang cukup disertai kemudahan untuk memakai obat-obat ini dan kelengkapan peralatan yang

diperlukan adalah penting untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien dengan keadaan

kegawatdaruratan jantung.

a. Nitrogliserin

Nitrogliserin mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke

miokardium yang megalami iskemia. Karena itu obat ini manjadi pilihan untuk

mengobati Angina Pektoris (nyeri dada) dan Infark Miokardium (serangan jantung).

Nitrogliseril tersedia dalam bentuk sublingual, oral, topical, dan intravena. Hanya bentuk

sediaan sublingual dan intravena akan dibahas.

Nitrogliseril sublingual (nitrostat) (0.3-0,4 mg) merupakan indikasi bagi klien

yang sedang mengalami serangan angina akut. Klien diajari cara meletakkan satu tablet

nitrogliserin sublingual dibawah lidah dan membiarkannya melarut pelan-pelan. Saat ini

tidak semua obat nitrogliserin sublingual dapat menyebabkan sensai terbakar dibawah

lidah, dan timbulnya sensasi ini jangan dipakaoi sebagai ukuran kekuatan obat ini. Jika

nyeri dada tidak menghilang, tablet sublingual boleh diulang dengan interval 5 menit

sampai total 3 tablet. Jika nyeri menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan

Page 2: gawat darurat jantung

yang lebih lnjut. Jika klien tidak berada di rumah sakit, maka harus segera panggil

ambulan. Tekanan darah dan denyut jantung harus dipantau secara ketat. Hipotensi

adalah suatu efek samping yang sering terjadi, terutama bila klien baru pertama kali

memakai nitrogliserin. Bias juga timbul takikardia atau kadang-kadang bradikardia.

Nitrogliserin intravena (tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan angina

tidak stabil atau infark miokardium akut. Infuse biasanya dimulai dengan kecepatan 10-

20µg/menit setiap 5-10 menit berdasarkan pada respons nyeri dada dan tekanan darah.

Pemantauan tekanan darah dan jantung secara terus menrus harus dilakukan karena

sering timbul reaksi yang merugikan berupa hipotensi. Hipotensi biasanya diobati dengan

mengurangi atau menghentikan infuse nitrogliserin seperti anjuran dokter.

b. Morfin Sulfat

Morfin sulfat merupakan suatu analgesic narkotik biasanya dipakai untuk

mengobati sakit dada yang berkaitan dengan infark miokardium akut. Juga merupakan

indikasi untuk mengobai edema paru-paru akut. Morfin menghilangkan sakit,

memperlebar pembuluh vena, dan mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat

2-5 mg intravena (IV) diulang setiap 5-30 menit samapai sakit dada hilang. Perawat harus

waspada akan depresi perasaan dan hipotensi yang merupakan reaksi yang merugikan

yang sering timbul; pemantauan yang ketat perlu dijalankan. Bisa diberikan antagonis

narkotik nalaxon (narcan) untuk melawan kerja morfin jika reaksi yang merugikan

timbul membahayakan klien. Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit seperti indikasi.

c. Atropin sulfat

Atropine sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole, blok jantung ( mis,

curah jantung rendah, hipotensi), dan bradikardia (denyut jantung lambat) yang

mengganggu hemodinamika jantung. Atropin bekerja untuk meningkatkan denyut

jantung dengan menghambat kerja dari saraf vagus (efek parasimpatolitik). Atropine

sulfat dipakai jiga sebagai obat kegawatdaruratan untuk melawan efek-efek toksik yang

timbul akibat keracunan pestisida organofosfat, yang mencakup bradikardia, dan sekrsesi

berlebihan. Pada bradikardia simptomatik, atropine diberikan secara intravena dengan

dosis 0,5 mg setiap interval 3-5 menit sampai denyut jantung normal tercapai, atau

Page 3: gawat darurat jantung

sampai 0,04 mg/kg atau sampai diberi total 3 mg. pada asisotole (henti jantung) atropine

diberikan dengan dosis bolus 1,0 mg secara IV, yang dapat diulang sampai batas dosis

maksimum.

Dosis atropine intravena dewasa tidak boleh kurang dari 0,5 mg atau lebih dari 3

mg; dosis dibawah 0,5 mg dapat menimbulkan bradikardia parasoksikal; pada dosis 3mg

atau lebih besar, aktivitas vagal terhambat sepenuhnya dan pemberian atropine lebih

lanjut tidak memberikan keuntungan apapun. Atropine sulfat dapat diberikan melalui

selang endotrakea jika tidak dapat dilakukan infus vena; dosis IV yang 2-2,5 kali lebih

besar harus diencerkan dalam 1m ml air steril atau salin normal dan diteteskan ke dalam

selang endotrakea melalui selang makanan yang dipasang pada tabung suntik. Setelah

pemberian endotrakea klien harus diventilasi dengan kuat dengan kantung Ambu untuk

mempercepat absorpsi obat.

Pemantauan jantung dan tekanan darah kontinu sangat penting bagi klien yan

mendapat atropine sulfat intravena. Efek yang merugikan yang utama adalah disritmia

jantung, takikardia, iskemia miokardium, gelisah, cemas, midriasis, rasa haus, dan retensi

urin.

IMPLIKASI PADA ANAK

Karena pada bayi dibawah 6 bulan curah jantung bergantung pada denyut jantung,

maka bradikardia (denyut jantung kurang dari 80) harus diobati. Sebelum pemberian

obat, usahakan untuk memulihkan ventilasi dan pemasukan oksigen. Jika tindakan ini

tidak memberikan hasil yang diinginkan, maka keadaan ini merupakan indikasi untuk

pemberian atropine.

Dosis atropine untuk anak-anak adalah 0,02 mg/kg IV atau melalui selang

endotrakea (EET) atau melalui jalur intraosseus. Penting untuk diketahui bahwa dosis

minimum adalah 0,1 mg. Dosis anak masksimum adalah 1,0 mg untuk anak kecil dan 2,0

mg untuk remaja. Untuk bayi yang mengalami henti jantung atau yang denyut jantung

spontannya kurang dari 80, untuk meningkatkan denyut jantung lebih dianjurkan

diberikan 0,01-0,03 mg/kg epinefrin secara IV atau selang endotrakea, kerena bayi baru

lahir mudah kekurangan simpanan katekolamin.

Page 4: gawat darurat jantung

d. Isoproterenol

Isoproterenol (Isuprel)dalah suatu obat adrenergic beta diberikan untuk

meningkatkan denyut jantung. Biasanya, isoproternol hanya dipertimbangkan apabila

pemberian atropin dosis maksimum (3mg), dopamine dan infuse epinefrin, dan

pacemaker transkutaneus telah gagal menghasilkan respons klinik yang diinginkan pada

klien yang mengalami blok jantung derajat ketiga. Klien seperti ini, yaitu yang

menunjukkan bradikardia simptomatik refrakter, adalah calon untuk mendapatkan

isoproterenol. Isoproterenol diberikan secara infuse IV, biasanya 1 mg dilarutkan ke

dalam 500 ml dextrose 5% dalam air, dititrasikan dengan kecepatan 2-10 µg/menit

sampai denyut jantung mencapai sekitar 60 denyut setiap menit (dpm). Gunakan alat

infus elektonik agar pengendalian dosis infus yang diberikan tepat.

Perawat harus memantau klien yang mendapatkan isoproterenol dengan cermat.

Reaksi yang merugikan yang berarti meliputi iskemia miokardium, takikardia, dan

disritmia berat seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Perawat harus segera

mengingatkan dokter jika terdapat peningkatan kontraksi ventrikel prematur pada alat

pemantau jantung atau jika denyut jantung melampui 100 denyut permenit; dosis

mungkin perlu dikurangi atau infus dihentikan. Reaksi yang merugikan yang berbahaya

ini membuat dokter mungkin memilih untuk memasang pacemaker sementara daripada

memberikan isoproteronol.

IMPLIKASI PADA ANAK

Infus epinefrin mungkin lebih disukai daripada infuse isoproterenol dalam

meningkatkan denyut jantung sampai diatas 80 denyut permenit pada anak-anak.

Isproterenol dapat menyebabkan penurunan yang besar tekanan darah diastolic. Seperti

pada klien dewasa, isoproterenol tidak pernah dipakai pada keadaan henti jantung.

e. Verapamil

Verapamil (Isoptin), suatu penghambat saluran kalsium, diberikan untuk

mengobati takikardia (denyut jantung yang cepat) yang berasal dari ventrikel (takikardia

supraventrikel). Pada keadaan ini biasanya denyut jantung melampui 150 denyut jantung

Page 5: gawat darurat jantung

permenit. Verapamil memperlambat hantaran melalui jantung dan memiliki efek

inotropik negative dan vasodilatasi. Pada keadaan kegawatdaruratan, verapamil diberikan

sebagai bolus melalui intravena dengan dosis yang bervariasi tergantung pada usia dan

berat badan, tetapi tidak boleh melebihi 10mg dalam satu menit. Boleh diberikan dosis

ulangan. Perawat harus memantau denyut jantung dan iramanya serta tekanan darah

dengan cermat. Gangguan hantaran jantung dan hipotensi yang berat dapat timbul.

f. Adenosin

Adenosin (adenocard) diperkenalkan belakangan ini untuk mengobati takikardia

supraventrikular paroksimal (TSVP), irama yang cepat dan tidak terkendalikan yang

terjadinya tiba-tiba. Suatu substansi alami yang ditemukan dalam semua sel tubuh,

adenosin memperlambat hantaran impuls melalui antrioventrikular (AV) node pada

jantung, memutuskan disritmia sehingga menghasilkan pathway baru, dan dapat

memulihkan irama jantung pada klien yang mengalami TSVP. Karena waktu paruhnya

kurang dari 10 detik, adenosin diberikan dengan cepat sebagai bolus 6 mg IV dalam

waktu 1-2 detik. Satu bolus 12 mg dapat diberikan dalam waktu 1-2 menit setelah dosis

awal jika TSVP menetap dan dapat diulang sekali lagi bila perlu. Dosis yang lebih besar

dari 12 mg tidak dianjurkan.

Pertimbangan keperawatan meliputi pemantauan jantung secara terus menerus

dan sering melakukan penilaian tanda-tanda vital. Adenosin menghambat metilxantin

seperti kafein dan teofilin. Beberapa reaksi yang merupakan telah dilaporkan, dapat

timbul hipotensi dan dispnea. Adenosine merupakan kontraindikasi pada klien yang

memiliki blok jantung derajat tiga dan dua dan pada klien yang mengalami sick sinus

syndrome , kecuali pada mereka yang memakai pacemaker yang berfungsi dengan baik.

g. Lidokain

Lidokain adalah obat utama yang dipakai untuk mengibati disritmia ventrikel

(denyut jantung yang tidak teratur), seperti kontraksi ventrikel premature, takikardia

ventrikel, dan fibrilasi ventrikel. Lidokain memiliki efek anatesi local pada jantung,

sehingga menurunkan iritabilitas miokardium. Dengan alasan ini, lidokain sering

diberikan setelah terjadi infark miokardium sebagai pencegahan terhadap disritmia

Page 6: gawat darurat jantung

ventrikel yang berbahaya. Biasanya klien yang mengalami disritmia ventrikel diberikan

bolus 1-1,5 mg/kg lidokasi IV, diikuti dengan 0,5 mg/kg setiap 5-10 menit sampai

disritmia terkendalikan atau sampai dosis total yang diberikan mencapai 3 mg/kg.

lidokain infus secara terus menerus dimulai dengan dosis 2,4 mg/menit untuk

mempertahankan kadar terupetik dalam serum. Lidokain dapat juga diberikan melalui

selang endotrakea dalam jumlah 2-2,5 dosis IV.

Pertimbangan perawatan yang penting untuk klien yang diberikan lidokain

meliputi pemantauan jantung secara terus menerus dan penilaian tanda-tanda dan gejala-

gejala dari keracunanlidokain (kekacauan mental, rasa mengantuk, gangguan

pendengaran, kedutan otot, dan kejang). Karena lidokain dimetabolisme di dalam hati,

maka klien dengan gangguan hati, gagal jantung konestif, syok, dan berusia lanjut

memiliki resiko tinggi mengalami keracunan lidokain. Pada klien-klien ini dosis lidokain

mungkin perlu diturunkan sampai 50%.

IMPLIKASI PADA ANAK

Ektopik ventrikel sering terjadi pada anak-anak. Penyebab metabolic harus di

curigai jika timbul disritmia ventrikel. Dosis lidokain anak adalah 1mg/kg IV,

endotrakea, atau melalui intraoseous. Dosis infuse rumatan sebesar 20-50 µg/kg/menit

dianjurkan setelah dosis bolus diberikan.

h. Prokinamid

Prokinamid (pronestyl) adalah suatu agen antidisritmia yang sering diberikan jika

lidokain gagal mencapai respons klinik yang diinginkan. Indikasi meliputi takikardia

ventrikel prematur dan disritmia supraventrikel cepat. Dosis intravena awal untuk

prokainamid yang sering diberikan adalah 20-30 mg/menit sampai disritmia berhasil

diobati. Hal lain dalam pemberian prokainamid mencakup pemberian suatu dosis total 17

mg/kg, perkembangan hipotensi, dan perubahan khas pada elektrokardigram (misalnya

pelebaran kompleks QRS sampai 50% atau lebih). Dosis infuse rumatan sebesar 1-6

mg/menit yang secara terus menerus diberikan setelah dosis pembebanan.

Page 7: gawat darurat jantung

Pemberian prokinamid dapat menyebabkan hipotensi berat. Blok jantung,

gangguan irama, dan henti jantung dapat juga timbul. Prokinamid merupakan

kontraindikasi pada pasien Forsades de Pointes. Obat ini dieliminasi melalui ginjal;

karena ini klien yang untuk mendapatkan reaksi yang merugikan dan seringkali

memerlukan dosis yang lebih kecil.

i. Bretilium Tosilat

Bretilium (bretilol) adalah suatu agen antidisritmia yang dipakai untuk mengobati

takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel apabila lidokain, perangsangan dengan listrik,

atau prokinamid telah dicoba dan tidak berhasil. Cara kerja bretilium masih belum

diketahui dengan jelas. Untuk fibrilasi ventrikel, bretilium diberikan tanpa dicairkan

sebagai bolus intravena yang cepat dengan dosis 5mg/kg. Dosisnya bisa ditingkatkan

sampai 10mg/kg jika perlu dan diulang setiap 15-30 menit sampai telah diberikan dosis

maksimum 30mg/kg. Untuk takikardia ventrikel, bretilium biasanya dicairkan dalam 50

mL dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal, dan 5 mg/kg diberikan secara

lambat dalam waktu 8-10 menit; infuse cepat dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan

tekanan darah rendah pada klien yang sadar. Jangan memberikan bretilium samapai

melampui dosis total maksimum 30 mg/kg dalam waktu 24 jam. Infuse bretilium yang

dilakukan secara terus menerus dapat dimulai dengan kecepatan 2mg/menit. Bretilium

bisa belum menunjukkan efeknya sampai 20 menit setelah disuntikkan.

Setelah pemberian bretilium, perawat harus memantau apakah fibrilasi ventrikel

klien telah kembali keadaan normal. Pada klien yang mengalami takikardia ventrikel,

bretilium mula-mula dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kecepatan

denyut jantung, diikuti dengan hippotensi ortostatik. Biasanya, membaringkan klien

secara terlentang dan pemberian infuse IV sudah merupakan intervensi yang memadai

untuk mengobati hipotensi ortostatik.

IMPLIKASI PADA ANAK

The American Heart Association (1988) menganjurkan pemakaian obat ini pada

anak-anak yang tidak memberikan respons pada lidokain dan defibrilasi untuk mengobati

fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Dosis yang direkomendasikan adalah 5mg/kg

Page 8: gawat darurat jantung

IV diikuti dengan defibrilasi. Dosis boleh ditingkatkan sampai 10 mg/kg apabila fibrilasi

ventrikel menetap.

j. Epinefrin

Epinefrin adalah suatu katekolamin dengan efek alfa dan beta adrenergic. Indikasi

pemberian epinefrin intravena mencakup bradikardia, asistole dan fibrilasi ventrikel.

Epinefrin dipikirkan dapat memperbaiki perfusi dari jantung dan otak pada keadaan henti

jantung melalui kontriksi pembuluh darah perifer. Selain itu, epinefrin meningkatkan

kemungkinan berhasilnya pengobatan elekrical contershock (defibrilasi) pada penderita

fibrilasi ventrikel. Untuk bradikardia, suatu infuse epinefrin dapat diberikan dengan dosis

2-10 µg/menit. Untuk asistole dan fibrilasi ventrikel, epinefrin diberikan dalam dosis 1

mg IV setiap 3-5 menit sampai respons klinik yang diinginkan tercapai (biasanya, dengan

kembalinya aktivitas jantung yang efektif). Epinefrin juga bisa diberikan melalui

endotrakea, seperti pada pemberian atropine sulfat yang sudah dijelaskan sebelum ini.

Implikasi keperawatan untuk klien yang mendapatkan epinefrin mencakup

pemantauan secara terus menerus hemodinamik dan jantung. Epinefrin dapat

menyebabkan iskemia miokardium dan disritmia jantung. Epinefrin seharusnya tidak

boleh diberikan pada tempat suntikan yang sama dengan larutan alkali seperti natrium

bikarbonat; larutan alkali membuat epinefrin menjadi tidak aktif. Selain itu, adanya

asidosis metabolic atau respiratori akan menurunkan efektivitas epinefrin. Segala upaya

harus dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa pada kllien.

IMPLIKASI PADA ANAK

Dosis epinefrin untuk henti jantung pada anak-anak adalah 0,01 mg/kg (1:10.000

laurutan) diberikan secara IV, endotrakea, atau melalui jalur intraoseus.

k. Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolic yang seringkali

timbul bersama henti jantung. Standar yang sekarang dipakai menganjurkan pemberian

matrium bikarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang memadai, kompresi dada, dan

terapi obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis. Natrium bikarbonat tidak lagi

Page 9: gawat darurat jantung

menjdi obat yang pertama kali diberikan pada keadaan henti jantung; obat ini diberikan

berdasarkan pada hasil analisa gas darah arteri jika asidosisnya berat. Pada peristiwa

dimana seorang klien telah mengalami henti jantung untuk waktu yang lama dan analisa

gas darah tidak ada, natrium bikarbonat boleh diberikan sebagai bagian dari usaha

resusitasi. Dosis mula-mula standar untuk pemberian intravena adalah 1 mEq/kg. obat ini

boleh diulangdengan dosis 0,5 mEq/kg setiap 10 menit jika perlu.

Pertimbangan keperawatan penting yang berhubungan dengan natrium bikarbonat

mencakup pemantauan yang cermat atas hasil analisa gas darah arteri. Pemberian natrium

bikarbonat dapat menimbulkan alkalosis metabolik. Selain itu, katekolamin seperti

epinefrin, norepinefrin, dan dopamine tidak boleh diinfuskan pada tempat yang sama

dengan natrium bikarbonat; katekolamin diinaktivasi oleh larutan yang mengandung

natrium bikarbonat.

IMPLIKASI PADA ANAK

Jika asidosis metabolik menetap setelah tindakan untuk mempertahankan ventilasi

dan oksigen optimal, natrium bikarbonat boleh diberikan pada klien anak-anak dengan

dosis 1 mEq/kg melalui IV atau intraosseus. Dosis lanjutan sebesar 0,5 mEq/kg boleh

diberikan setiap 10 menit jika pemeriksaan gas darah tidak ada. Natrium bikarbonat

adalah larutan yang hiperosmolar dan harus dilarutkan terlebih dahulu dari suatu larutan

8,4% menjadi larutan 4,2%.