Gas Bio Muara_Kakap
Transcript of Gas Bio Muara_Kakap
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
1/116
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
2/116
No. : 06/L/P2KPSL/P3GL/XI/2005
PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2005
EKSPLORASI PROSPEKTIF
GAS BIOGENIK KELAUTAN PERAIRAN MUARA KAKAP
DAN SEKITARNYA - KALIMANTAN BARAT
OLEH:
TIM MUARA KAKAP
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL2005
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
3/116
LAPORAN
EKSPLORASI PROSPEKTIF
GAS BIOGENIK KELAUTAN PERAIRAN MUARA KAKAP
DAN SEKITARNYA - KALIMANTAN BARAT
Oleh: Yudi Darlan, drr
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERALDEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
2005
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
4/116
KATA PENGANTAR
ksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan Muara Kakap dan
sekitarnya Kalimantan Barat merupakan bagian dari kegiatan yang
didanai oleh Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Hidup Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL) Tahun Anggaran 2005.
E
Kawasan pesisir Muara Kakap dan sekitarnya termasuk dalam komplek Delta
Kapuas. Hutan mangrove dewasa yang masih terjaga menghiasi pulau-pulau;
endapan lumpur mengalasi dasar cabang cabang sungai, kanal - kanal pasang
surut dan laut; endapan gambut membentuk gosong; lempung dan pasir hitam
berbau busuk (H2S) yang mengandung kepingan moluska dan sisa-sisa tumbuhan
tersebar di pulau-pulau; rembesan gas kepermukaan; dan bentuk lapisan
sedimen bawah permukaan yang unik itu semua merupakan salah satu ciri khas
Delta Kapuas yang berpotensi gas biogenik.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait
untuk kepentingan pengembangan dan pengelolaan sumberdaya kawasan pesisir
Muara Kakap dan sekitarnya. Tentu laporan ini masih banyak kekurangan, saran
dan kritik sangat kami harapkan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan, Pimpinan instansi yang terkait serta semua
rekan yang turut membantu atas terlaksananya penyelidikan lapangan dan proses
pembuatan laporan ini.
Bandung, Desember 2005
Kepala Tim Muara Kakap
IVPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
5/116
S A R I
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
saha Pemerintah melakukan pencarian sumber-sumber energi baru
bertujuan untuk dapat menjamin tersedianya energi dalam jumlah
cukup di setiap daerah, kualitas baik dan harga yang wajar sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
U
Gelembung gas
Kegiatan survey berupa eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan
Muara Kakap dan sekitarnya, Kalimantan Barat yang dilakukan oleh Puslitbang
Geologi Kelautan (PPPGL) merupakan tahap pendahuluan yang diharapkan dapat
mengidentifikasi potensi sumber energi gas alternatif, sehingga dapat
memberikan dampak bagi pertumbuhan iklim usaha masyarakat setempat.
Kawasan pesisir Muara Kakap dan sekitarnya termasuk dalam komplek Delta
Kapuas yang terdiri atas pulau-pulau. Pulau-pulau tersebut sebagian besar
ditumbuhi hutan mangrove dewasa yang masih terjaga, disusun oleh sedimen
berupa lempung dan pasir hitam serta endapan gambut (sepuk istilah
masyarakat setempat). Jenis lempung dan pasir hitam berbau bususk (H2S),
rembesan gas kepermukaan, bentuk lapisan sedimen bawah permukaan yang
unik berdasarkan data geolistrik, dan contoh sedimen dan gas dari bor inti
mengindikasikan adanya gas biogenik/gas gambut di sebagian tempat
Delta Kapuas.
Daerah yang dianggap indikasi prospek gas biogenik adalah P. Sepuk Laut,
P. Sepuk Prupuk, P. Sepuk Keladi, dan sebagian P. Nyamuk dan P.Tanjung Saleh.
Semburan gas api dari lubang bor air milik masyarakat Pulau Sepuk Laut
beberapa tahun sebelumnya menjadikan trauma terhadap bentuk penelitian gas
di daerah ini. Sosialisasi sangat diperlukan sehingga keberadaan gas biogenik
merupakan anugerah bagi masyarakat Muara Kakap dan sekitarnya.
V
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
6/116
DAFTAR PERSONAL
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR IVS A R I V
DAFTAR ISI VI
DAFTARGAMBAR X
DAFTARTABEL XI
DAFTAR PERSONAL XI
BAB I P E N D A H U L U A N 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Maksud dan tujuan 2
1.3 Sasaran strategis 2
1.4 Ruang lingkup dan daerah kegiatan 3
1.5 Hasil yang diharapkan 4
BAB II STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH 6
2.1. Studi pustaka 6
2.2. Iklim dan tumbuh-tumbuhan 7
2.3. Populasi 7
2.4. Sarana Angkutan 8
2.5. Geologi regional 8
A. Fisiografi
B. Stratigrafi 9
2.6. Gas biogenik 10
2.7. Kajian Masalah 12
VIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
7/116
DAFTAR PERSONAL
BAB III M ETODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN 15
3.1. Metoda 15
A. Geologi
B. Geofisika 16
C. Oseanografi fisika 17
D. Navigasi 17
E. Analisis lab 18
F. Metoda khusus geolistrik 23
G. Proses data/studio 323.2. Peralatan penyelidikan 32
A. Geologi
B. Geofisika 33
C. Hidro-oseanografi 33
D. Navigasi 33
E. Analisis laboratorium 33
F. Geolistrik 33
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN 34
4.1. Tekstur sedimen 34
4.2. Karakteristik pantai 43
A. Pantai Lumpur-mangrove rhizophora 43
B. Pantai Lumpur-mangrove nipah 44
4.3. Pasang surut 44
4.4. Arus 49
4.5. Batimetri 50
4.6. Seismik pantul dangkal 54
4.7. Analisis laboratorium 59
A. Analisi kandungan gas 59
B. Analisis karbon total 61
C. Analisis pollen 62
D. Analisis bakteri methanogenik 66
VIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
8/116
DAFTAR PERSONAL
E. Analisis radiocarbon dating C14 77
F. Analisis unsure utama 78
G. Analisis jenis mineral lempung 80
H. Unsur tanah jarang 81
I. Analisis logam berat 81
4.8. Geolistrik 85
A. Pulau Sepuk Laut 85
B. Pulau Nyamuk 87
C. Pulau Tanjung Saleh 88
D. Pulau Sepuk Prupuk 89
E. Pulau Sepuk Keladi 90
BAB V P E M B A H A S A N 91
BAB VI R E K O M E N D A S I 97BAB VII KESIMPULAN 100
ACUAN 102
LAMPIRANLampiran Terikat
Lampiran 1: 1. Deskripsi megaskopis contoh sedimen
2. Data analisis besar butir sedimen
3. Perian megaskopis contoh sedimen bor inti
Lampiran 2: 1. Data pengamatan pasang-surut Muara Kakap
2. Hasil perhitungan besara-besaran konstanta pasang surutLampiran 3: 1. Data analisis identifikasi gas
2. Data analisis karbon organik total
3. Data analisis polen
4. Data analisis bakteri metanogenik
5. Data analisis radiocarbon dating C14
6. Data analisis unsur utama
7. Data analisis jenis mineral lempung
8. Data analisis unsur tanah jarang
VIIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
9/116
DAFTAR PERSONAL
9. Data analisis logam berat
Lampiran 4:
1a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Laut
1b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Laut
2a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Nyamuk
2b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Nyamuk
3a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P.Tanjung Saleh
3b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P.Tanjung Saleh
4a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Prupuk
4b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Prupuk
5a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Keladi
5b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Keladi
Lampiran Foto: 1. Foto karakteristik pantai Delta Kapuas
2. Foto indikasi gas biogenik
3. Foto lokasi pengambilan contoh gas biogenik
4. Foto peralatan survei lapangan5. Foto pollen dan spora pada contoh sedimen
6. Foto bakteri metanogenik pada contoh sedimen
IXPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
10/116
DAFTAR PERSONAL
DAFTAR GAM BAR
Halaman
1 Peta lokasi daerah penyelidikan 5
2 Peta geologi wilayah pesisir daerah penyelidikan 14
3 Garis sebaran arus dan ekipotensial 25
4 Konfigurasi Schlumberger 25
5 Bidang ekiptensial yang terukur pada sepasang elektroda potensial 26
6 Resistivitas semu variasi ketebalan dan resistivitas batuan 28
7 Prinsip dasar penelitian geolistrik 28
8 Konfigurasi elektroda arus dan potensial 29
9 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 1 29
10 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 2 30
11 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 3 30
12 Perancangan system akuisisi survey 3d metoda geolistrik 31
13 Model lintasan di lapangan 32
14 Peta sebaran tekstur sedimen 36
15 Peta Karakteristik pantai 45
16 Kurva kedudukan muka air laut di perairan Muara Kakap 46
17 Tinggi LWS terhadap rambu pasut 48
18 Pola arus permukaan saat air laut pasang dan surut 51
19 Peta lintasan pemeruman dan seismic 52
20 Peta batimetri 53
21 Peta isopach 56
22 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P1 dan P4 57
23 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P2 58
24 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P3 58
25 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P5 59
26 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-2 68
27 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-3 71
28 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-4 7429 Peta indikasi prospek gas biogenik 96
XPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
11/116
DAFTAR PERSONAL
DAFTAR TABEL
Halaman1. Persentase arus total berdasarkan radius sebaran 26
2. Data analisis besar butir sedimen permukaan dasar laut 35
3. Data analisis besar butir sedimen bawah permukaan bor MKB3 40
4. Data analisis besar butir sedimen bawah permukaan bor MKB4 41
5. Konstanta harmonik pasang-surut Muara Kakap 47
6. Data analisis mineral lempung (XRD) pada contoh sedimen 83
7. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Laut 86
8. Data lintasan geolistrik di P. Nyamuk 879. Data lintasan geolistrik di P. Tanjung Saleh 88
10. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Prupuk 89
11. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Keladi 90
XIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
12/116
DAFTAR PERSONAL
DAFTAR PERSONALPELAKSANA KEGIATAN LAPANGAN DAN LAPORAN
1. Ir. Yudi Darlan, M.Sc.
2. Ir. Udaya Kamiludin
3. Ir. Hananto Kurnio, M.Sc.
4. Ir. Riza Rahardiawan, M.Sc.
5. Juniar P. Hutagaol, M.Sc.
6. Ir. Andi H. Sianipar
7. Adi Citrawan Sinaga, ST
8. Sunartono
9. Sangat
10. Drs. Didik Zaenasshodikin Hans
11. Supriatna
12. Mira Yosi, S.Si.
13. Ir. K. Hardjawidjaksana, M.Sc.
14. Basuki Sugiarto
15. Agus Setyanto, ST
16. Undang Hermawan, ST
17. Prijantono Astjario, M.Sc.
18. Ir. Ediar Usman, M.Sc.
19. Ir. I Wayan Lugra
20. Ir. Purnomo Raharjo
21. Ir. I Nyoman Astawa
22. Masagus Achmad, ST
XIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
13/116
PENDAHULUAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
saha Pemerintah melakukan pencarian
sumber-sumber energi baru bertujuan
untuk dapat menjamin tersedianya energi
dalam jumlah cukup di setiap daerah,
kualitas baik dan harga yang wajar se-
hingga dapat meningkatkan kesejahteraan
U
dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan laut Muara Kakap
dan sekitarnya mempunyai keragaman yang sangat tinggi baik jenis
maupun potensinya. Potensi-potensi tersebut antara lain potensi
perikanan tangkap, potensi ekosistem pesisir, potensi wisata, dan potensi
industri maritime. Potensi perikanan tangkap masih merupakan andalan
utama bagi sektor usaha masyarakat pesisir daerah ini. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan sekitar 80%
pasokan ikan ke kota Pontianak dan sekitarnya berasal dari perikanan
tangkap Muara Kakap. Potensi perikanan tambak mulai dilirik meskipun
belum memberikan hasil yang menggembirakan. Pembukaan lahan
tambak yang disusul dengan penebangan hutan mangrove seringmenimbulkan konflik.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan energi bahan bakar minyak
dunia, maka dampaknya sangat terasa bagi masyarakat pesisir Muara
Kakap dan sekitarnya, karena lebih dari 90% sektor usaha masyarakat ini
berasal dari perikanan tangkap. Masyarakat dengan modal cukup masih
bertahan dalam usaha ini. Kebutuhan energi BBM untuk keperluan
penerangan umum mulai dibatasi. Untuk keperluan rumah tangga
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
14/116
PENDAHULUAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 2
sebagian besar beralih ke cara lama menggunakan bahan bakar kayu,
pohon kelapa, dan pohon mangrove.
Perhatian pemerintah pusat untuk membantu masyarakat Muara
Kakap dan sekitarnya dalam upaya penyediaan kebutuhan energi adalah
dengan menyediakan dana kompensasi BBM serta melakukan pencarian
sumber-sumber energi baru dan energi alternativ. Usaha pencarian
sumber-sumber energi baru dlakukan secara bertahap mulai dari
penyelidikan pendahuluan hingga pendistribusian, sehingga usaha
pemerintah benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
setempat.
1.2 Maksud dan tujuan
Maksud eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan muara
Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat adalah untuk menginventarisasi
sumberdaya energi gas biogenik di sekitar wilayah survey.
Untuk mengetahui secara umum eksplorasi gas biogenik ini maka
dipandang perlu dilakukannya penyelidikan untuk menghimpun,
mengkompilasi dan menganalisis data dengan berbagi tujuan seperti:
Mengetahui lebih rinci lokasi yang memperlihatkan keberadaan
gas biogenik / gas dangkal.
Mengetahui lapisan sedimen sebagai media keberadaan gas.
Mengetahui lingkungan dan komposisi gas biogenik
Mengetahui daerah prospek sumber gas biogenik1.3 Sasaran Strategis
Sasaran strategis yang akan didapat dari eksplorasi prospektif gas
biogenik kelautan perairan muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat
adalah sebagai berikut:
Teridentifikasi tipologi dan perwatakan lingkungan kawasan yang
terdapat potensi gas biogenik.
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
15/116
PENDAHULUAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 3
Teridentifikasi jenis dan lapisan sedimen, dan komposisi gas
biogenik
Teridentifikasi daerah-daerah prospek gas biogenik
1.4 Ruang Lingkup dan Daerah Kegiatan
Ruang lingkup eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan
muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat terdiri atas:
Kajian pustaka
Kegiatan lapangan :
Pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut dan
pantai, dan contoh air.
Survei pemeruman dan seismik
Survei geolistrik pantai
Pengamatan pasang surut
Pemetaan karakteristik pantai
Pengukuran arus laut/sungai
Survei geologi teknik pemboran gas biogenik
Analisis laboratorium : GC (Gas Chromatograph), analisis pollen,
analisis bakteri metanogenik, analisis XRF, analisis XRD, analisis
REE, analisis logam berat, analisis Total Organic Carbon (TOC),
dan analisis C14.
Penyusunan laporan melingkupi inventarisasi, kompilasi dan
interpretasi prospektif gasbiogenik daerah penyelidikan.
Daerah kajian adalah wilayah perairan pesisir Delta Kapuas secara
administrasi masuk Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan barat secara
geografis terletak 0 00 - 0 25 00 Lintang Selatan dan 108 55 00 -
109 15 00 Bujur Timur. Secara geografis terletak pada posisi 100o01 -
100o47 BT dan 0o29 - 1o50 LS (Gb.1).
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
16/116
PENDAHULUAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 4
1.5 Hasil yang diharapkan
Dari data analisis geokimia akan memberikan gambaran umum
informasi tentang indikasi sumberdaya gas biogenik antara lain sebagai
berikut:
Jenis gas biogenik yang terdapat di daerah penyelidikan
Pola umum keterdapatan gas biogenik
Potensi sumberdaya gas biogenik
Dari data seismik, bor, analisis biologi dan kimia maka informasi
yang akan diperoleh yaitu:
Sebaran dan jenis sedimen yang diduga sebagai media gas
biogenik
Lingkungan, kecepatan sedimentasi dan umur pembentukan
gas
Luaran penyelidikan sumberdaya biogenik gas di Muara kakap dan
sekitarnya, Kalimantan Barat berdasarkan data lapangan kesuluruhan,
maka diharapkan dapat memberikan infromasi potensi dan evaluasi
lingkungan dan sumber daya gas biogenik untuk dijadikan sebagai
pedoman teknis didalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya
gas biogenik sebagai energi alternativ yang berwawasan lingkungan dan
mudah di sosialisasikan dengan masyarakat setempat.
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
17/116
PENDAHULUAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 5
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
18/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH
BAB II
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH
2.1 Studi Pustaka
enelitian-penelitian baik yang di-
lakukan oleh instansi pemerintah
atau swasta sebelumnya telah ada di
kawasan perairan Muara Kakap dan
sekitarnya. Informasi terakhir di daerah ini
PB
1 2 3
4 5 6
ada kegiatan survey migas yang dikerjakan oleh pihak swasta.
Sanyoto drr (1993) telah memetakan keadaan geologi kawasan
perairan Muara Kakap dan sekitarnya. Sedimen yang tersebar luas di
kawasan Muara Kakap berupa endapan hasil rombakan dari batuan yang
berumur lebih tua (alufial). Endapan ini terdiri atas material lepas seperti
kerikil, pasir, lanau, lempung, dan endapan kepingan kayu dan gambut.
Tim Lembar Peta 1315 (2001) telah melakukan penyelidikan geologidan geofisika Kelautan di perairan Kalimantan Barat. Penyelidikan ini
memetakan kondisi sedimen permukaan dan kedalaman air laut (batimetri)
secara regional.
Kamiludin drr (2004) menyelidiki sumberdaya mineral emas letakan
( placer deposits) pada sedimen permukaan dasar laut di periaran Delta
Kapuas. Hasil telitian mengungkapkan potensi sumberdaya mineral emas
dan mineral berharga lainnya di daerah ini.
Usaha masyarakat Pulau Sepuk Laut dalan pencarian air tanah
dangkal ( 50m) beberapa tahun sebelumnya melalui pemboran mengalami
kegagalan. Dari lubang bor tersebut keluar semburan gas api setinggi 3m
untuk beberapa saat lamanya. Kejadian ini menjadi trauma bagi masyarakat
setempat yang berkaitan dengan penelitian gas.
Alasan yang dikemukakan masyarakat kepada Tim Muara Kakap
(2005) antara lain pertama kekhawatiran terjadi kebakaran, jika gas diambil
6PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
19/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH akan terjadi amblesan tanah-tanah hunian dan ladang masyarakat bahkan
pulau, pencemaran terhadap perairan yang akan mengurangi produk
perikanan, terakhir khawatir gas di bawa ke luar daerah sehingga
masyarakat setempat tidak menikmati.
2.2 I k l i m dan tumbuh-tumbuhan
Pontianak dan sekitarnya beriklim musim hujan sedikit pengaruh
angin musim. Batas periode musim hujan dan kemarau tidak jelas.
Bulan Mei sampai dengan Oktober umumnya lebih kering (terutama
Agustus) dibandingkan periode November-April dalam setiap
tahunnya. Rata-ata curah hujan di Potnianak dan sekitarnya berkisar
antara 3.000 dan 3.500 mm. Temeperatur pada muka air berkisar
antara 33C dsn 21C.
Data ran aluv ium dan pasang su rut del ta S. Kapuas di sebagian
besar sebagai hutan rawa, dan sedikit tumbuhan kayu, padang rumput
dan semak belukar. Mangrove banyak tumbuh di sekitar pulau-pulau
Delta Kapuas.
2.3 Populasi
Populasi penduduk terpusat di Kota Pontianak dan sekitarnya.
Tempat lain yang banyak ditempati penduduk adalah lokasi
sepanjang S. Kapuas dan cabang-cabang utamanya separti sungai
Kakap. Di pedalaman, jauh dari S. Kapuas penduduk aslinya adalah
suku Dayak ; sedangkan di dekat atau di sepanjang S. Kapuas terd iri
dari suku Me layu dan suku Dayak dan hanya sed iki t suku Bugis, Jawa,
dan Cina. Di Pontianak populasi suku-suku tersebut bercampur dan
Cina lebih dari 30 persen.
Sebagian besar suku Dayak bertani dengan sistem pengolahan
berpindah-pindah dengan padi ladang dan jagung sebagai tanaman
7PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
20/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH utamanya. Menangkap ikan, berburu babi, merotan, menyadap karet
dan beternak sapi adalah kegiatan sampingan suku Dayak. Suku
Melayu, Cina dan suku-suku pendatang lainnya sebagai pedagang,
nelayan, bercocok tanam sawah dan penjual hasil kebun (seperti
buah-buahan, sayuran dan merica).. Perkebunan kelapa juga
terdapat di sekitar dan selatan Pontianak. Industri-industri utama di
Pontianak adalah berkaitan dengan pengolahan kayu dan karet. Agama
yang dianuk sbegaian besar suku Dayak adalah animisme. Suku Melayu dan pen-
datang lainnya beragama Islam. Suku keturunan Cina umumnya masih
menganut kepercayaan leluhurnya walaupun yang berpindah keagama
lain har i demi hari kian bertambah.
2.4 Sarana Angkutan
Pontianak adalah pintu gerbang bagi daerah Kalimantan Barat dan
sebagai pusat perdagangan dan industri. Bandar udara dengan
standar jet terletak 15 km selatan-tenggara dari pusat kota dan
setiap hari didarati pesawat dari Jakarta. Pelabuhan laut dapat
menerima kapal laut berukuran sampai 5000 dwt. Jaringan jalan di
Pontianak dan sekitarnya umumnya telah beraspal. Di tempat lain di
daerah pinggiran umumnya belum beraspal.
Sarana angkutan di daerah sepanjang pantai, rawa-rawa dan
sungai utama serta antar pulau sebagian menggunakan kapal
motor dan perahu. Un tuk daerah Sungai Kapuas yang merupakan jalu r
tradisional perahu motor masih diperlukan untuk mencapai daerah-
daerah pedalaman di Kalimantan Barat.
2.5 Geologi Regional
Proses yang terjadi di Delta Kapuas sangat berkaitan dengan keadaan
geologi regional daerah setempat. Sedimen dan morfologi Delta Kapuas
8PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
21/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH sekarang merupakan kelanjutan proses pembentukan sebelumnya. Tatanan
geologi regeional daerah stempat (Sanyoto drr, 1993 ) (Gb.2) sebagai
berikut:
A. FISIOGRAFI
Sebagian besar barat Pontianak terdiri atas rawa-rawa sungai
dan dataran pasang-surut. Di bagian timur Kalimantan Barat terdiri
atas bukit-bukit yang membentuk kaki bukit timur dan tenggara
Pegunungan Schwaner
Dataran aluvial dan pasang surut. Sungai Kapuas mulai
bercabang membentuk suatu sistem komplek mendaun di atas
dataran aluvial dan pasang surut sebagai delta. Dataran lumpur
bakau berkembang baik di muara S. Kapuas. Di bagian tengah dan
hulu delta, saluran utama S. Kapuas mengikuti bentuk meander yang
disayapi oleh komplek scroll dan ox-bow lake. Komplek scroll berkem-
bang ke arah h ilir Di bagian hilir laju arus sungai berkurang sejalan
dengan berkurangnya gradien sungai. Proses ini berlanjut dengan
terbentuknya meander dan gosong- gosong pasir.
Inselbergs. adalah bukit didataran aluvial atau pasang surut yang
seragam. seperti Pegunungan Batuwangking, Ambarang dan Kubu
dengan puncak tertingginya kira-kira 400 m. Bukit-bukit kecil lainnya
(kurang dari 300 m) terdapat pada ujung Selat Padangtikar dan di
sekitar Teluk Nuri.
B. STRATIGRAFI
Sebagian besar dataran aluvial delta Kapuas dan dataran pasang
surut dialasi oleh batuan granit, gunungapi dan terobosan mafik.
Batuan-batuan tersebut adalah hasil busur magmatis pada jaman
Kapur, dan sekarang merupakan bagian dari Batolit Schwaner yang
9PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
22/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH membentang dari Kalimantan Tengah ke barat-laut Kalimantan Barat
sepanjang kira-kira 600 km. Kebanyakan "inselberg" yang mun-cul di
dataran Kapuas disusun oleh granit. Busur magmatis ini membentang
ke barat sampai L. Cina Selatan dan menyambung dengan gunungapi
dan gran it di SINGKAWANG yang berumur Kapur. Batuan-batuan busur
magmatis ini telah diterobos dan menutupi batuan alas malihan.
Sekarang sisanya hanya sedikit yang tersingkap berbentuk seperti
atap, tabir atau layar. Batuan-batuan tersebut di utara di tutupi
oleh ba tuan-batuan sedimen Tersier dari Cekungan Melawi. Setempat
di selatan diterobos oleh sumbat-sumbat dan stock yang berkomposisi
fe ls ik sampai menengah.
Cekungan Melawi terdiri atas For-masi Tebidah (Tot) dan Batupasir
Sekayam (Tos) berumur Oilgosen Awal. Stock, sumbat-sumbat dan
terobosan-terobosan kecil berupa lajur mempunyai lebar 150 km
dan panjang sekitar 800 km. Lajur ini membentang dari Kalimantan
Barat hingga Timur.
Endapan aluvial, pasangsurut, danau dan rawa (Qa) menutupidataran aluvial dan pasang-surut di bagian barat, lembah S. Kapuas
dan lembah-lembah sungai besar lai nnya .
2.6 Gas Biogenik
Gas biogenik didefinisikan sebagai gas yang terbentuk pada lapisan
sedimen dangkal, temperatur dan tekanan rendah oleh bakteri anaerobik
yang mengubah komposisi sedimen organik menjadi sebagian besar gas
methane, CH4 (www.geochem.com). Gas biogenik di beberepa negara seperti
Cina, Korea dan Vietnam digunakan untuk industri kecil, penerangan dan
keperluan rumah tangga.
Berdasarkan keterdapatan dan prosesnya gas metan dikenal sebagai
gas coal base methane (CBM), gas termogenik, dan gas hidrat. CBM dapat
terbentuk akibat aktivitas bakteri matanogenik atau proses termal sebagai
gas termogenik. Gas termogenik terbentuk pada lapisan dalam, tekanan
10PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
http://www.geochem.com/http://www.geochem.com/ -
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
23/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH dan temperratur tinggi akibat proses kimia organik dalam kurun waktu
pembentukan cukup lama (waktu geologi). Gas hydrates umumnya berupa
methane biogenik yang terdapat di daerah temperatur sangat rendah
seperti tepi benua dan kutub.
Ada dua komponen utama didalam pembentukan gas metan biogenik
yaitu pertama material organik (moluska, tumbuh-tumbuhan) dan bakteri
metanogenik sebagai katalisator. Gas metan biogenik akan terbentuk jika
tersedianyan material organik yang cukup dan berada dalam lingkungan
anaerobik (tidak ada oksigen) sehingga terjadi proses kimiawi reduksi. Unsur
karbon (C+4) yang terlepas dari material organik dan hydrogen (H-) yang
berasal dari material organik, air tawar (H20) maka akan menghasilkan gas
metan (CH4) akibat aktivitas bakteri anaerobik,. Bakteri anaerobic tersebut
sebagai katalisator. Gas yang dihasilkan ini dikenal sebagai gas metan
biogenik. Oleh karena itu kondisi lingkungan pembentukan gas biogenik
menjadi sangat penting di antaranya:
o Lingkungan harus bebar-benar bebas oksigen artinya bakteri
anaerobik akan mati dalam lingkungan yang mengandung oksigenjenuh.
o Lingkungan kondisi air tawar atau payau yang bebas dari konsentrasi
sulfat agar tidak terjadi proses kimiawi oksidasi.
o Lingkungan dengan temperatur yang sesuai untuk bakteri anaerobic
hidup. Oleh sebab itu pada lapisan yang lebih dalam gas metan
biogenik tidak akan terbentuk dimana pada lingkungan ini tekanan
meningkat yang menghasilkan temperatur tinggi. Pada kondisi
tersebut terjadi perubahaan komposisi organik akibat proses kimia-
fisika.
o Media atau sedimen dengan porositas yang cukup merupakan salah
satu lingkungan yang diperlukan oleh bakteri anaerobic untuk bisa
bebas berkembang seperti lanau atau pasir halus. Pada sedimen
berupa lempung yang sangat padu dan lengeket (stiffy clay) bakteri ini
kemungkinan kecil sekali untuk berkembang.
11PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
24/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH
2.7. Kajian Masalah
Sebagaimana yang diungkapkan di dalam studi pustaka di atas, prosesgeologi menentukan pembentukan Delta Kapuas dan disusul dengan
terbentuknya sumber-sumber gas biogenik di daerah ini. Sesuai dengan
tema penyelidikan yaitu mengenai eksplorasi prospektif gas biogenik
kelautan perairan Muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat maka
pendekatan kajian masalah adalah menganalisis beberapa data sekunder
dan pendekatan metoda penyelidikan untuk mengetahui sumber gas
biogenik. Pendekatan kajian masalah yang digunakan di antaranya:
Mengidentifikasi dan mengevaluasi indikasi sumber gas biogenik
di daerah penyelidikan. Data yang gigunakan meliputi kondisi
geologi regional setempat, data bor air milik masyarakat yang
mengeluarkan gas, dan kondisi lingkungan yang mengindikasikan
adanya sumber gas biogenik di daerah ini.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi sedimen permukaan dan
bawah permukaan yang diduga dapat memperlihatkan indikasi
sumber gas biogenik di kawasan perairan daerah penyelidikan.
Data yang digunakan meliputi sebaran sedimen permukaan dan
rekaman seismik.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi konfigurasi lapisan bawah
permukaan di kawasan pulau-pulau delta Kapuas yang
mengindikasikan adanya sumber gas biogenik. Data yang
digunakan adalah penampang dua dimensi geolistrik dan data bor
gas biogenik
Menentukan daerah prospek gas biogenik di daerah penyelidikan
berdasarkan interpretasi data penyelidikan dan data sekunder.
Pendekatan kajian masalah ini disajikan sebatas aspek sientifik dan
aplikasi dan masih bersifat penyelidikan pendahuluan. Faktor prioritas yang
akan digunakan oleh pengelola (user) didalam pemanfaatan data potensi
12PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
25/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH sumber gas biogenik di kawasan Muara Kakap dan sekitarnya mungkin
berbeda, sehingga keluarannyapun akan lain. Oleh karena itu perlu dikaji
dan diselidikai lebih rinci dan terpadu.
13PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
26/116
STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
27/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
BAB III
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
ab ini menjelaskan metoda
dan peralatan yang di-
gunakan pada eksplorasi pros-
pektif gas biogenik kelautan per-
B
airan Muarara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat yang sesuai dengan
kajian permasalahan agar didapat informasi yang diharapkan. Metoda yangdigunakan terdiri atas penyelidikan geologi dan geofisika kelautan, oseanografi
fisika, navigasi, analisis laboratorium dan proses data.
3.1 Metoda
A. Geologi
Metoda geologi meliputi pengambilan contoh sedimen dan air,pemboran, pemetaan karakteristik pantai, dan pemetaan perubahan garis
pantai
Pengambilan contoh sedimen permukaan adalah untuk
mengetahui sebaran tekstur sedimen permukaan dasar laut secara lateral.
Sedimen permukaan dasar laut diambil di wilayah pesisir dan sungai
perairan Muara Kakap dengan jarak lokasi contoh satu sama lainnya antara
100 m dan 500m.
Pengambilan contoh air permukaan adalah untuk mengetahui
kandungan logam berat dan temparatur permukaan air laut yang ada
hubungannya dengan kondisi lingkungan di kawasan perairan Muara Kakap
dan sekitarnya. Sebanyak 6 contoh air diambil dari laut dan sungai.
3 contoh diambil dari lubang bor.
Pemboran gas biogenikdimaksudkan untuk mengetahui perubahan
dan susunan sedimen secara tegak (vertikal) yang menyusun kawasan
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
28/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
pesisir daerah penyelidikan, serta untuk mengetahui indikasi sumber gas
biogenik. Tiga titik bor berada wilayah daratan pesisir dan satu lagi di laut
pada kedalaman air pasang 3 m di atas bagan (platform). Metoda yang
digunakan adalah bor inti (coring) dan inti utuh (undisturbed coring) untuk
gas.
Pemetaan karakteristik pantai digunakan untuk memberikan
gambaran umum proses yang sedang terjadi di kawasan pesisir Muara
Kakap dan sekitarnya. Metoda ini meliputi pengamatan sedimen pantai,
morfologi, dan karakteristik garis pantai berdasarkan metoda Dollan
(1975) di antaranya pemetaan daerah erosi dan sedimentasi, daerah
hunian, bangunan pantai seperti tanggul pantai, groin, dan dermaga, serrta
daerah pertambakan.
B. Geofisika
Metoda geofisika meliputi seismik pantul dangkal dan pemeruman, dan
geolistrik.
Seismik Pantul Dangkal adalah untuk mengetahui konfigurasi dan
runtunan perlapisan sedimen bawah permukaan dasar laut. Cara kerjanya
menggunakan Hukum Snellius yaitu pantulan dari lapisan sedimen yang
berasal dari bunyi yang dipancarkan (boomer) pada frekuensi tertentu dan
diterima oleh rangkaian hidrofon.
Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dan profil
dasar laut. Prinsip kerjanya sama dengan seismik hanya frekuensi suara
yang digunakan berbeda sebatas sampai permukaan dasar laut. Data perum
ini terekam secara menerus (continues) dalam kertas rekam pada lintasan-
lintasan yang telah ditentukan. Dengan menggunakan koreksi data pasang-
surut seterusnya didapat peta batimetri berdasarkan muka air rata-rata.
Geolistrik digunakan di daerah pulau-pulau pada kawasan Muara
Kakap untuk membantu dalam mengungkap indikasi sumber gas biogenik
yang berada di bawah permukaan. Metoda ini dijelaskan pada kajian
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
29/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
khusus.
C. Oseanografi fisika
Metoda oseanografi fisika meliputi pengamatan pasang surut, dan
pengukuran arus
Pasang surut, perubahan (amplitudo) permukaan air laut setiap saat
di suatu lokasi yang sama akan berbeda sebagai efek gaya tarik menarik
antara bumi, matahari dan bulan. Metoda pasang surut adalah suatu
metoda pemecahan masalah di atas yang digunakan untuk mendapatkan
koreksi kedudukan permukaan air laut. Pengamatan pasang surut di daerah
Muara Kakap dilakukaan setiap 1 (satu) jam pembacaan pada kurun
waktu 15 hari (piantan). Data pasang-surut ini selain digunakan sebagai
koreksi batimetri, juga parameter dan tipe pasang surut dapat diketahui.
Pengukuran arus yaitu untuk mengetahui arah dan besar pola
umum arus laut. Pengukuran arus yang dilakukan di Muara kakap adalah
dilakukan dengan 1 (satu) metoda, yaitu: Lagrangian.
Metoda lagrangianyaitu metoda dengan mengikuti jejak (tacki) masaair laut melalui benda yang diluncurkan berupa alat apung (floating drogue)
seperti botol apung, bola apung, kantong apung, dll. Arah dan kecepatan
arus melalui metoda ini dapat diketahui dengan mencatat posisi alat apung
yang diluncurkan pada interval waktu yag telah ditentukan.
D. Navigasi
Penentuan posisi baik di laut atau darat sekarang ini umum digunakan
metoda elektronik GPS (Global Positioning System). Metoda GPS bekerja
berdasarkan kalibrasi kedudukan posisi satelit. Ketelitian metoda GPS ini
berbeda-beda tergantung metoda yang dipakai, GPS dan DGPS (Differential
Global Positioning System), serta jenis peralatan. Ketelitiannya mulai kurang
dari 1m hingga 10 m. Di kawasan Muara Kakap sistim naviagsi yang
digunakan adalah metoda GPS karena peta dasar yang digunakan berskala
1:50.000. Untuk ketelitian 10m dengan menggunakan metoda GPS masih
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
30/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
cukup akurat untuk sekala peta tersebut.
E. Analisis lab
Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir sedimen yang terdiri
atas metoda ayakan dan pipet, analisis kandungan gas alami menggunakan Gas
Chromatograph (GC), analisis Total Carbon (TC), analisis Polen (Palinologi), analisis
bakteri metanogenik, analisis C14 , analisis unsur utama (XRF), analisis jenis
mineral lempung (XRD), dan analisis logam berat.
Analisis ayakan dan pipet, pada dasarnya metoda ini sama yaitu
bekerja untuk memisahkan ukuran butir (kasar halus) dari endapan
sedimen lepas (unconsolidated sediment). Cara kerjanya contoh sediment
tersebut diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran kasa (mesh)
tertentu dari yang halus hingga kasar. Metoda pipet digunakan untuk
sedimen berukuran butir sangat halus seperti lanau dan lempung. Metoda
ini bekerja berdasarkan Hukum Stocks, yaitu mengukur kecepatan
pengendapan (settling velocity) setiap partikel sedimen pada setiap waktu
yang ditentukan. Kecepatan pengendapan partikel sedimen berbandinglurus dengan ukuran partikel sedimen tersebut.
Analisis kandungan gas alami menggunakan peralatan Gas
Chromatograph (GC). Contoh yang dianalisi adalah contoh sedimen dan gas dari data
bor. Setiap contoh sedimen ditambahkan air murni kemudian dimasukkan dalam
kantong plastik dan diikat agar tidak ada udara yang masuk. Selanjutnya contoh
tersebut dimasukkan dalam botol plasik dan direkat menggunakan lem plastik. Gas
yang keluar dari lubang bor dimasukkan dalam kantong plastik yang ada di dalam
tabung paralon hingga mengembang, kemudian diikat dan direkat. Terakhir tabung
paralonnya ditutup menggunakan penutup paralon dan direkat menggunakan lem PVC.
Contoh-contoh tersebut dimasukan dalam kotak contoh yang dijaga agak dingin
temperaturnya dengan menaburkan butiran es. Gas yang diukur terutama gas metana
dan gas lainnya bila terditeksi.
Analisis kandungan karbon organik totaladalah untuk mengetahui jumlah
material organik yang terdapat dalam sedimen yang hubungannya dengan
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
31/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
pembentukkan hidrokarbon. Kandungan karbon lebih kecil dari 0.5% tidak berpotensi
untuk terbentuknya hidrokarbon, sebaliknya total karbon >2.0% sangat berpotensi.
Contoh yang dianalisis adalah sedimen yang berasal dari lubang bor. Setiap contoh
sedimen dicuci, dikeringkan, digerus, diahaluskan, ditimbang, dan dilarutkan kedalam
larutan asam klorida (HCL) untuk menghilangkan kandungan karbonatnya. Selanjtnya
dianlisis total karbonnya.
Analisis Palinologi adalah untuk mengetahui lingkungan
pengendapan lapisan sedimen berdasarkan indikasi pollen tumbuhan-
tumbuhan yang ada pada sedimen tersebut. Pada prinsipnya teknik
preparasi batuan untuk analisis palinologi yang dilakukan adalah merupakan
proses pemisahan butiran polen dan spora dari subtansi lain. Preses
pemisahan tersebut dengan menggunakan zat kimia sebagai berikut : KOH,
HCl, ZnCl2, HF, asam asetat anhyidrid, asam asetat glacial , asam sulfat,
acetone, dan pewarna. Penyaringan: ambil sample seukuran 2x2cm,
kemudian dikupas bagian luarnya. Sebelum ditreatment dangan berbagai
macam zat kimia, sebaiknya sampe yang sudah dikupas kemudian direndam
semalam dengan aquadestillata. Setelah itu disaring, sehingga kotoran danbatang ataupun sisa fosil lainnya bisa dihilangkan terlebih dahulu.
Penghilangan asam Humat: asam humat adalah bahan organik yang
berasal dari ektrasi tanah dan subtansi tumbuhan yang hancur atau
membusuk. Bahan kimia yang dibutuhkan adalah Kalium Hidroksida (KOH)
10%. Tambahkan larutan KOH 10% sebanyak 2x volume residu. Kemudian
diamkan semalam. Setelah itu cuci dengan aquades sampai netral.
Tambahkan sekali lagi KOH 10% sekitar 10 ml, dan panaskan 10 menit
diatas waterbath. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sisa asam humat
yang tertinggal. Kemudian dicuci lagi sampai netral. Penghilangan Unsur
Karbonat: bahan kimia yang digunakan adalah Asam Chlorida (HCl) 50%.
Tuangkan Asam Chlorida perlahan-lahan sebanyak 15ml dan aduk sampai
residu tercampur rata. Diamkan selama 2 jam. Setelah itu tambahkan
aquades dan dilakukan pencucian sampai netral. Pindahkan residu ke dalam
tabung centrifuge 50ml Penghilangan Unsur Sil ika: bahan kimia yang
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
32/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
digunakan adalah HF 46% pekat. Tambahkan HF sebanyak 10ml kedalam
residu. Kemudian diamkan semalam, lalu cuci bersih dengan menggunakan
aquadest. Penghilangan Unsur Mineral Berat: bahan kimia yang
digunakan untuk memisahkan polen dan spora dari mineral berat adalah
ZnCl2 dengan BD 2.2. Tambahkan cairan ZnCl2 sebanyak volume residu
yang ada. Aduk dengan memakai hadmixer sampai homogen, kemudian di-
centrifuge selama 30menit. Setelah dikeluarkan akan terlihat mineral berat
mengendendap dan cairan yang mungkin mengandung polen dibagian atas.
Tambahkan aseton sebanyak 10ml kedalam tabung tersebut. Kemudian
cairan tersebut dituangkan kedalam tabung centrifuge yang lain. Mineral
berat dapat dibuang jika tidak akan dianalis lebih lanjut. Cairan yang sudah
dipisahkan dicuci sampai netral dengan menggunakan aquadest.
Penghilangan Unsur Selulosa (Prosedur Asetolisis): untuk
menghilangkan selulosa diperlukan campuran 9 bagian asam acetate
anhydrite (CH3COO)2O dengan 1 bagian asam sulfat (H2SO4). Campuran
ini harus dalam kondisi fresh, jadi hanya dibuat ketika akan melakukan
proses reaksi Asetolisis. Pembuatan Asetolisis harus hati-hati karena mudahmeledak. Pertama 9 bagian asam acetate anhydride dituangkan kedalam
gelas ukur, kemudian tuangkan asam sulfat pekat dengan pipet dengan
menempelkan ujung pipet pada dinding gelas ukur. Hal ini untuk
menghindari reaksi yang terlalu cepat (diindikasi dengan warna kuning).
Campuran yang sudah jadi kemudian dituangkan pada residu sebanyak 5-10
ml, dikocok dan ditutup tidak terlalu rapat. Panaskan dalam
waterbathselama 30 menit. Sebelum dan sesudah proses acetolisis
ditambahkan asam asetat (CH3COOH) sebanyak 10ml. Kemudian dicuci
dengan menggunakan aquadest sampai bersih. Pewarnaan: pewarnaan
bertujuan untuk mempermudah membedakan bentuk polen / spora dari
material lain. Untuk pewarnaan bisa dipakai bermacam zat pewarna:
safranin merah, Bismarck kuning, fuchsin, netral merah, methyl hijau , dll.
Pada residu yang sudah dihilangkan kandungan unsur unsur kimianya dan
sudah dicuci bersih (air jangan dibuang) kedalamnya ditambahkan safranin
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
33/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
merah 2-3 tetes. Tutup dan kocok, kemudian panaskan dalam waterbath
selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, disetimbangkan dengan aquadest,
di-mixer, di-cetrifuge selama 5 menit; 2000 rpm. Kemudian cuci sampai
bersih dengan menggunakan aquadest. Penempelan Conto d iatas Slide:
untuk pemeriksaan polen dan spora, dilakukan pembuatan preparat dengan
meeteskan 20mikron keatas kaca preparat dan tambahkan glycerin jelly,
aduk kemudian tutup dengan cover glass. Panaskan diatas hot plate, sambil
ditekan pelan-pelan dengan tusuk gigi. Setelah siap, bersihkan pinggiran
kaca cover glass dan beri kutek disekeliling cover glass. Preparat siap untuk
diperiksa dibawah mikroskop.
Analisis bakteri metanogenikadalah untuk mengidentifikasi keberadaan
bakteri anaerob sebagai pembentuk gas metan pada contoh sedimen yang
mengandung gas. Contoh sedimen yang dianalisis adalah jenis lempung dan lanau
dari lubang bor yang ada indikasi gas metan. Analisis bakteri ini menghitung jumlah
populasi bakteri dalam contoh sedimen. Setiap contoh seberat kurang lebih 1 g
dilarutkan ke dalam air, dikocok hingga merata. Kemudian setiap 1 gram dari larutan
tersebut diencerkan lagi dan seterusnya. Kemudian sample tersebut dianalisis bakteridibawah mikroskop elektron.
Analisis C14, metoda ini digunakan untuk mengetahui umur
pengendapan sedimen yang diperkirakan sama dengan umur pembentukan
gas biogenik. Metoda ini menggunakan waktu paruh unsur C14 pada setiap
sedimen yang mempunyai umur relatif muda kurang dari 50.000 tahun.
Semua sampel dari lapangan sebelum dilakukan pencucian, terlebih dahulu
dipanaskan dalam oven + 80C selama 3 jam..Setelah kering ditimbang
berat sampel yang akan dicuci, dimasukkan dalam Beaker Glass 500ml.,
ditambahkan aquadest sampai sampel terendam semuanya, dipanaskan
sampai mendidih selama 10 menit, kemudian disaring. (Pekerjaan ini
dilakukan tiga kali berturut-turut).. Hal yang sama dilakukan pekerjaan
diatas, tetapi larutan pencuci diganti dengan HCl 0,2N (dua kali berturut-
turut), kemudian larutan pencuci diganti lagi dengan larutan KOH 0,2N (tiga
kali berturut-turut).. Sampel kembali dicuci dengan aquadest sampai sampel
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
34/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
betul-betul netral, dengan memakai indikasi kertas lakmus, terakhir
dipanaskan di oven selama satu malam dengan temperatur 110C, lalu
ditimbang. Sebagian sampel dianalisis lebih lanjut, sebagian disimpan dalam
botol plastik yang telah diberi etiket. Tahap pengerjaan yang dilakukan pada
prinsipnya adalah pemisahan karbon (C) dari sampel. Karbon dipisahkan
sebagai CO2 yang akan bereaksi dengan larutan amonium hidroksida.
Selanjutnya diendapkan sebagai CaCO3 dan kemudian diubah menjadi
SrCO3. Reduksi dilakukan dengan logam Mg terhadap SrCO3 pada
temperatur 800C untuk membentuk SrC2. Reaksi antara H2O dengan SrC2
akan menghasilkan gas asetilena (C2H2) dan gas ini digunakan untuk
mengukur aktivitas 14C dengan memakai detektor Multi Anoda Anti
Coincidence.
Analisis unsur utama (XRF) di daerah penyelidikan dilakukan pada
sedimen bawah permukaan dari lubang bor untuk mengetahui jenis dan
kandungan unsur utama pembentuk batuan yang dapat digunakan untuk
menentukan sumber sedimen daerah kajian.
Analisis mineral lempung (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis mineral lempung sejauh mana hubungannya terhadap gas biogenik.
Preparasi sampel untuk pengujian analisis XRD adalah sistem preparasi
bubuk (powder). Ada dua cara preparasi contoh sedimen yaitu sisten
orientasi dan sistem bubuk. Preparasi dengan sistem orientasi dilakukan
dengan mengambil contoh sedimen kering dicampur dengan air, diaduk
dengan centrifugal, kemudian diendapkan selama kurang lebih 24 jam.
Bagian teratasendapan contoh sedimen tersebut kemudian diambil dan
diletakkan pada kaca preparat yang agak dimiringkan, dan terakhir sampel
dikeringkan dalam udara normal. Untuk contoh sedimen dengan kondisi
basah, sampel harus dikeringkan terlebih dahulu dengan oven suhu rendah
selama 24 jam. Sampel tersebut kemudian dihaluskan hingga berupa
bubuk. Kedua preparasi tersebut mempunyai keunggulan masing-masing.
Preparasi dengan sistem orientasi pada dasarnya cukup baik, akan tetapi
pada saat pengambilan data, sampelnya statis (tidak terputar). Preparasi
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
35/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
dengan sistem bubuk, pada dasarnya masih menyisakan mineral-mineral
primer, seperti kuarsa yang mengganggupick, terutama untuk studi mineral
lempung. Namun demikian, preparasi sistem bubuk ini mempunyai
keunggulan, yaitu tempat sampel (sample holder) yang ada di peralatan
utama dengan keadaan terputar pada saat perekaman data. Dengan
demikian, bidang identifikasi mineralnya tentu lebih luas jika dibandingkan
dengan metode sampel statis.
Analisis logam berat di daerah penyelidikan dilakukan pada
beberapa contoh sedimen dari lubang bor dan air permukaan laut, sungai
dan lubang bor untuk mengetahui jenis dan kandungan logam berat.
Analisis ini untuk mengetahui kondisi lingkungan kawasan Muara Kakap.
F. Metoda khusus geolistrik
Metoda geolistrik multi channel adalah untuk mengungkap struktur
dan pelapisan batuan berdasarkan sifat fisis resistivitas batuan bawah
permukaan yang berkorelasi dengan jenis batuan bawah permukaan bumi.
Nilai resistivitas batuan dan variasinya secara vertikal dan horisontal dapat
diukur dengan metoda geolistrik baik dengan konfigurasi Schlumberger.
Wienner, ataupunpun Dipole-dipole untuk metoda DC-Resistivitas. Dalam
metoda DC-Resistivitas target kedalaman dari pengukuran diatur dengan
panjang bentangan arus dan bentangan voltage yang di injeksikan ke bumi.
Dengan mengukur nilai voltage dan arus dan parameter yang dihitung dari
jarak elektroda arus dan voltage selanjutnya dapat dilakukan perhitungan
nilai resistivitas semu. Setelah diperoleh nilai resistivitas semu nilai
kedalaman dan resistivitas dari batuan yang merepresentasikan variasi
reisitivitas batuan secara vertikal atau variasi resistivitas secara horisontal
pada titik ukur tersebut dapat ditentukan baik metoda konvensional (Kurva
Matching) maupun dengan pemodelan kedepan dan kebelakang (Forward
dan Invers Modelling). Dalam penelitian ini konfigurasi pengukuran data
(data acquisition) yang akan dipakai adalah sounding dan mapping.
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
36/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Keberadaan fluida (khususnya gas dan air) dalam batuan ini sangat
bergantung pada porositas dari batuan atau rekahan pada batuan, dan
batuan penyangga (bedrock), dimana dengan diketahui nilai resistivitas
batuan ini jenis batuan, besar porositas dan kedalaman permukaan air
tanah dapat ditentukan. Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi
secara elektrolitik, konduksi secara dielektrik. Konduksi secara elektronik
terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
listrik dialirkan kedalam batuan/mineral tersebut oleh elektron-elektron
bebas itu. Konduksi secara elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat
porous dan rekahan tersebut diisi oleh fluida elektrolitik, sehingga arus
listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit
Metoda Geolistrik: pendekatan paling sederhana untuk kajian teori
dari pengukuran resistivitas bumi pertama kali adalah mempertimbangkan
bahwa bumi ini benar-benar homogen isotropis. Hubungan antara
resistivitas dan struktur geologi adalah penting dan merupakan variable
juga. Resistivitas ini berubah secara perlahan akibat formasi yang adaseperti variasi salinitas dari air pengisi pori batuan. Kebanyakan batuan
menghantarkan arus listrik diakibatkan hanya oleh air atau fluida pengisi
pori dan rekahan-rekahan pada batuan tersebut. Sedangkan jenis
batuannya itu sendiri kurang signifikan pengaruhnya. Dalam pengukuran
metoda resistivitas, besaran-besaran yang dapat diukur adalah beda
potensial diantara dua titik dan kuat arus listrik (I) yang diterapkan. Bentuk
penjalaran arus dan permukaan ekipotensialnya seperti pada gambar 3.
Sedangkan kuat medan selalu dirata-ratakan sama dengan beda potensial
diantara dua titik (V) dibagi dengan jarak kedua titik (r) tersebut
(selanjutnya dikenal sebagai faktor konfigurasi). Rangkaian pengukuran
resistivitas ini seperti pada gambar 4.
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
37/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Gb. 3 Garis sebaran arus dan ekipotensial,(www.mine.edu)
Gb. 4. Konfigurasi Schlumberger ,(www.mine.edu)
Persamaan dasar yang digunakan adalam metoda ini dalah
persamaan yang diturunkan dari hukum Ohm dan hukum Gauss, dan
dengan permukaan ekipotensial berbentuk hemisfir dan aliran arus listrik
secara radial (asumsi homogen isotropis) :
r
IV
=2
(1)
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
38/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Besaran resistivitas , merupakan besaran dari batuan yang diuji.
Adapaun ditribusi potensial pada berbagai jarak dari elektroda arus
digambarkan pada gambar 5.
Gb.5 Bidang Ekipotensial yang terukur pada sepasang
elektroda potensial. ,(www.mine.edu)
Penembusan dari arus listrik yang mengalir ini ditentukan oleh jarak
elektrodanya, sehingga kedalaman penembusan bisa diatur dari jarak
bentangan. Pada table 1 di bawah ini proporsi dari enam lintasan seperti
pada gambar 1.
Tabel 1. Persentase arus total berdasarkan radius sebaran
Lintasan Arus % dari Total Arus
1 17
2 32
3 43
4 49
5 51
6 57
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
39/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Lintasan-lintasan arus dari 1 sampai 6 yang mulai dari atas sampai ke
lintasan terbawah persentase dari hasil perhitungan dan grafik aliran arus,
tercatat hampir 50 % dari arus yang masuk ke bumi mengalir melalui
batuan pada kedalaman lebih rendah atau sama dengan jarak elektroda
aruis. Dengan memasukkan parameter lapangan seperti jarak antara
elektroda arus dan potensial rumusan pada persamaan (1) dapat berubah,
sebagai contoh untuk konfigurasi Schlumberger jarak antara elektroda arus
adalah n kali jarak elektroda potensial sehingga resistivitas yang terukur
dirumuskan sebagai berikut:
(2
Dalam survey dilapangan dikenal ada beberapa konfigurasi yang sering
digunakan yang tujuan untuk mapping (pemetaan) dan/atau sounding
(pemetaan secara vertical). Konfigurasi-konfigurasi itu adalah Schlumberger,
Wenner, Dipole-dipole, Bristow, dan Mise ala Masse. Adapun pemilihankonfigurasi ini disesuaikan dengan tujuan survey, seperti untuk eksplorasi
geothermal, eksplorasi air tanah, eksplorasi di aluviasl, eksplorasi mineral,
geologi teknik, dan pengkajian lingkungan.
Bentuk respon berupa resistivitas semu , a, dari hasil pengukuran
potensial dari arus yang diinjeksikan pada medium untuk berbagai
bentangan seperti digambarkan pada gambar 6. Gambar tersebut
menunjukkan respon untuk struktur dua lapis ( Tebal lapisan atas 5 meter
dengan resistivitas 500 Ohm dan lapisan bawahnya tebal 15 meter dengan
resistivitas 250 meter) dalam halfspace.
Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya
dangkal, dan jarang memberikan informasi lapisan pada kedalaman lebih
dari 1000 feet. Oleh karena itu metoda ini jarang digunakan untuk
eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering
geologyseperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoirair,
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
40/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
juga digunakan dalam eksplorasi geothermal (1),(2).
Gb.6 Resistivitas semu variasi ketebalan dan resistivitas
batuan. ,(www.mine.edu)
Berdasarkan kepada letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial
dan elektroda-elektroda arus (Gb.7) dikenal beberapa jenis metoda
resistivitas tahanan jenis, antara lain :Metoda Schlumberger,Metoda
Wienner, Metoda Dipole Sounding
Gb. 7 Prinsip dasar penelitian geolistrik
Transmiter
Receiver
Surface
Gambar 1. Prinsip Dasar Penelitian Geolistrik
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
41/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Teknik pengukuran DC Resistivityyang digunakan di lapangan
adalah konfigurasi Schlumberger. Posisi elektroda arus dan potensial untuk
konfigurasi ini seperti pada gambar 8.
A BM N
I
V
Gb.8 Konfigurasi elektroda arus dan potensial.
Terdapat beberapa cara perhitungan faktor geometris untuk
konfigurasi ini, yaitu:
Cara 1 (Gb.9) :
A BM N
a
p p
0
Gb.9 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 1.
=4
a
a
p
2
1K
2
(1)
maka nilai untuk cara ini :
= 4
a
a
p
I
V2
a
(2)
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
42/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
Cara 2 (Gb.10):
A BM N
a
L
0
Gb.10 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 2
Untuk bentangan seperti ini nilai resistivitas semunya adalah: maka
nilai untuk cara ini :
= 1a
La
I
V
2
2
a (3)
Cara 3 (Gb11):
A BM N
a
0
n a n a
Gb.11 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 3
Untuk bentangan ini resistivitas semunya:
)1n(naI
Va
+= (4)
Untuk mendapatkan kedalaman dan sebarannya dalam arah lateral
diperlukan kombinasi dari konfigurasi- konfigurasi di atas dan penentuan
kofigurasi apa yang akan diterapkan sangat bergantung dari kondisi
topografi daerah penelitian. Untuk daerah penelitian yang akan diteliti
dominasinya adalah daerah dengan variasi topografi yang kecil sehingga
konfigurasi Wenner dan Schlumberger akan lebih banyak digunakan. Dalam
tahapan pengolahan data dan interpretasi akan digunakan kombinasi antara
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
43/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
cara manual dan penggunaan software. Pada penelitian ini direncakana
akan digunakan software-software yang dibuat sendiri dan software-
software paten (forwarddan inverse modeling) yang ada.
Perancangan system pengukuran pada survey 2D metoda
geolistrik ini dilakukan beberapa tahapan:
Perancangan system akuisisi meliputi, panjang bentangan yang
ditentukan dengan spasi antara elektroda. Pada survey ini panjang
bentangan bervariasi dari 20 m s.d. 30 m disesuaikan dengan panjang
bentangan yang memungkinkan di lapangan (Gb.12)
Gb.12 Perancangan system akuisisi survey 2D metoda geolistrik
menggunakan Supersting R8/IP.
Penentuan lintasan di lapangan disesuaikan dengan bentangan
alam yang mungkin. Pada survey ini bentangan mengikuti kondisi alam yang
ada dengan tetap mempertimbangan kondisi geologinya. Untuk
mendapatkan hasil optimum terhadap kedalaman dilakukan overlapping
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
44/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
bentangan sepanjang satu kabel (enam kali rentang elektroda ) (Gb.13).
Bentangan 1
Bentangan 2
Gb.13 Mogel lintasan di lapangan
Pengolahan data dan interpretasi. terdiri atasdua tahap yaitu :
A) Pengolahan data lapangan yaitu dilakukan selama akuisisi data di
lapangan. Pengolahan data lapangan ini berguna untuk control kualitas data
dan perbaikan-perbaikan sistem akuisisi dalam meningkatkan kualitas data.
B) Pengolahan data setelah lapangan. Pada pengolahan data dilakukan
proses-proses perbaikan data seperti : editing, mutting dan filtering data.
Tahapan ini dilakukan untuk mempersiapkan data agar dapat dilakukan
proses inversi data. C) Tapahan interpretasi adalah penafsiran data hasil
pengolahan data untuk mendapatkan kondisi kedalaman dan nilai
resistivitas riil dari daerah survey yang selanjutnya dilakukan penafsirankondisi bawah permukaan bersama-sama dengan data penunjang lainnya
seperti: data geologi, data sumur dan metoda lain yang pernah dilakukan di
lokasi survey tersebut.
G. Proses data/ studio
Data kegiatan lapangan dan laboratorium perlu dianalisis dan diproses
melalui program paket komputer dan digitasi yang menghasilkan tabel-tabel
dan peta yang lebih komunikatif serta memudahkan di dalam penyajian dan
penyusunan laporan.
3.2 Peralatan Penyelidikan
A. Geologi
1 (satu) unit pecontoh comot (grab sampler)
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
45/116
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN
1 (satu) unit penginti jatuh bebas (gravity corer)
1 (satu) unti bor inti gas biogenik (coring)
1 (satu) buah kompas geologi, loupe tangan
1 (satu) buah kamera
1 (satu) buah tali ukur
5 (lima) lembar peta dasar kerja sekala 1:25.000
5 (lima) lembarpeta rupa bumi sekala 1:25.000
1 lembar peta citra
B. Geofisika
1 (satu) unit 200 Khz echounder
1 (satu) sistem single channe seismic profiling (boomer)
1 (satu) unit komputer dan software navigasi
2 (dua) set alat komunikasi
C. Hidro-Oseanografi
1 (satu) unit drouge tracking1 (satu) buah rambu ukur
D. Navigasi
1 (satu) unit theodolite
2 (dua) buah rambu ukur
2 (dua) unit GPS mobile
E Analisis Laboratorium
1 (satu) unit alat ayakan besar butir
1 (unit) unit alat pipet besar butir
F. Geolistrik
1 (satu) unit peralatan geolistrik multi channel yang teridir atas: Superstring
R8 IP Multichannel AGI, perangkat komputer, GPS trimble, dan transceiver.
ANGAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
46/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
4.1. Tekstur Sedimen
Sejumlah contoh sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan
telah dianalisis besar butir untuk mendapatkan parameter tekstur sedimen.
Data analisis besar butir dari penyelidikan sebelumnya (Udaya, drr., 2004)
juga digunakan. Analisis megaskopis dilakukan untuk mengidentifikasi
secara umum jenis sedimen serta mineral yang terdapat pada sedimen
(Lampiran terikat 1:1).. Analisis besar butir mengikuti cara Folk (1968)
digunakan untuk sedimen pasir dan kerikil. Contoh sedimen berupa lanau,
dan lempung dianalisis pipet. Data baku analisis besar butir dan pipet
diproses (Tabel 2, Lampiran terikat 1:2).
Berdasarkan data analisis besar butir maka sedimen permukaan dasar
laut di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan
tekstur sedimen yaitu: pasir (S), pasir lanauan (zS), lanau pasiran (sZ)
dan lanau (Z) (Gb.14)
Pasir, Sebarannya setempat-setempat, menempati kedalaman laut
kurang dari 10 m dengan persentase pasir antara 99,5% - 100 %. Sifat
fisik pasir berwarna kecoklatan, halus-sangat halus, membundar-menyudut
tanggung, pemilahan baik-sangat baik dengan komposisi utama kuarsa,
sedikit muskovit dan pecahan cangkang moluska. Pemisahan cangkang
hasil preparasi granulometri memperlihatkan persentase 0% sampai dengan0,9839 %.
Pasir lanauan, sebaran ke arah lepas pantai menyempit, menempati
kedalaman laut tidak lebih dari 10 m dengan persentase pasir, lanau dan
lempung, masing-masing antara 51% - 76,1 %, 22,4% - 44,2 % dan
0,3%-4,8 %. Perian megaskopik mempunyai sifat fisik abu kehijauan-
kecoklatan, lumpuran, halus-sangat halus, membundar-menyudut
tanggung, pemilahan baik, penyusun utama kuarsa, sedikit muskovit dan
5/17/0757 34PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
47/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
48/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
49/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
organik sisa tumbuhan. Pemisahan cangkang hasil preparasi
memperlihatkan persentase antara 0,0841 - 3,8014 %.
Lanau pasiran, sebaran di sepanjang pantai menempati kedalaman
laut kurang dari 15 m dan di lepas pantai lebih dari 20 m. Persentase
pasir, lanau dan lempung, masing-masing antara 10,8 - 49,9 %, 45,7 -
87,3 % dan 0,2 - 6,3 %.
Satuan ini secara megaskopik sebagai lumpur pasiran dengan sifat fisik
dan kandungan mineral relatif sama dengan lanau. Perbedaan terlihat dari
sebagian percontohnya berwarna gelap oleh karena kandungan busukan
organik sisa tumbuhannya. Pemisahan cangkang memperlihatkan
persentase antara 0,1178 -7,3876 %.
Lanau, sebarannya menutupi kurang lebih 85 % dari luas daerah
penelitian, berkembang mulai dari pantai hingga menerus ke arah lepas
pantai dengan persentase lanau antara 78,5 - 96,6 %.
Satuan ini secara megaskopik sebagai lempung dan lumpur, sifat
fisiknya abu-abu kehijauan-kehitaman, permukaannya sebagian besar
diselimuti oleh sedimen berwarna kecoklatan. Selimut endapan berwarnacoklat diduga berkaitan dengan pengaruh suspensi sedimen asal Sungai
Kapuas. Sebagian sedimennya teridentifikasi adanya kuarsa, pecahan
cangkang moluska dan organik sisa tumbuhan. Keberadaan cangkang hasil
preparasi granulometri sedimen menunjukan persentase antara 0,0307
9,9955 %.
Organik sedimen (Sisa-sisa Tumbuhan), sebarannya menutupi
kurang 1 % dari luas daerah penelitian (tidak terpetakan), berkembang di
anak Sungai Pungur Besar (Kapuas). Secara visual berwarna coklat
kegelapan dengan penyusun utama organik sisa-sisa tumbuhan yang masih
jelas akan batang, ranting dan asal daunnya.
Perian megaskopis sedimen bawah permukaan dilakukan dari lubang
bor MKB1, MKB2, MKB3 dan MKB4 (Lampiran terikat 1.1). Analisis besar
butir dan pipet dilakukan pada contoh sedimen bawah permukaan dari
lubang bor MKB3 dan MKB4. Sedimen pada MKB1 dan MKB2 dapat
5/17/0757 34PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
50/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
memberikan gambaran secara umum kondisi lingkungan sedimentasi
daratan Muara Kakap. Sedimen pada MKB3 dan MKB4 menarik untuk
dianalisis lebih rinci karena dari lubang bor MKB3 ada indikasi gas biogenik
sedangkan sedimen dari lubang bor MKB4 dapat memberikan gambaran
kondisi lingkungan pembentukan Delta Kapuas. Bor MKB1 dan MKB2
terletak di daratan Muara Kakap, bor MKB3 berada di Pulau Sepauk Laut,
dan bor MKB4 berada di laut Pulau Tanjung Saleh.
Jarak bor MKB1 dengan MKB2 sekitar 500m. Penentuan lokasi bor di
sini berdasarkan pertimbangan teknis dan kesepakatan masyarakat.
Berdasarkan deskripsi megaskopis sedimen yang besaral dari bor MKB1 dan
MKB2 hampir sama yaitu berupa perlapisan antara lumpur, lempung, lanau
dan pasir dengan sisipan pasir dan gambut. Pada bor MKB1 lempung
bertambah banyak ke arah kedalaman 50m, sebaliknya lanau untuk bor
MKB2. Lapisan gambut di bor MKB1 lebih banyak ditemukan pada
kedalaman antara kedalaman 26m dan 50m, sedangan lapisan gambut di
bor MKB2 hanya ditemukan di kedalaman 25m. Dari kedua lubang bor
tersebut terdapat sumber air tanah dangkal yang berasal dari lapisan pasirsebagai akifer. Pasirnya berwarna abu-abu gelap, berbutir halus, dan
banyak mengandung material organuk berupa sisa-sisa tumbuhan dan
pecahan cangkang moluska.
Bor MKB3 mencapai kedalaman 45m. Secara megaskopis sedimen
yang berasal dari bor MKB3 terdiri atas perselingan pasir lempung dan pasir.
Sedimen yang berada dekat kepermukaan berupa lempung hitam kaya akan
material organik, ke arah bagian dalam sedimen disusun oleh pasir halus
berwarna abu-abu kecoklatan, tebal antara 20cm dan 50cm yang
berselingan dengan lempung lunak berwarna hitam, hijau kecoklatan,
mengandung kepingan organik berupa kayu dan tumbuh-tumbuhan, berbau
busuk, tebal lebih dari 1 m. Pada kedalaman 43m dan 45m sedimennya
terdiri atas pasir halus, berwarna abu-abu kecoklatan, sisa-sisa material
organik.
5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
51/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
Penetrasi bor MKB4 sedalam 100m. Sedimen yang terdapat pada bor
MKB4 sebagian besar berupa lempung yang diselingi oleh lapisan material
organik berupa gambut dan lempung hitam organik. Lapisan sedimen dekat
permukaan terdiri atas gambut berwarna hitam kecoklatan, terurai, tebal
mencapai 2.5m. Antara kedalaman 2.5m dan 45m sedimennya terdiri atas
lempung hitam kecoklatan, lunak, material organik 30%. Antara kedalaman
45m dan 50m lempung hitam tersebut menjadi lebih kompak dan lengket.
Antara kedalaman 50m dan 91m sedimennya berupa lempung abu-abu
kehijauan, kompak, dan sangat lengket. Di antara lapisan lempung hitam
kehiajaun dan hitam kecokalatan pada kedalaman 91m 92m dan 96m
97m terdapat lapisan gambut hitam sangat kompak, tebal antara 10cm dan
20cm. Pada kedalaman 99m dan 100m sedimennya terdiri atas kaolin
sangat lengket, kompak berwarna coklat terang-coklat agak pudar.
Analisiis besar butir pada contoh sedimen bor MKB3 dan MKB4 adalah
untuk mengetahui perubahan tekstur sedimen secara tegak yang
menggambarkan ligkungan sedimentasi. Berdasarkan data analisis besar
butir sedimen dari kedua lubang bor tersebut, terdapat perbedaan tekstursedimen terutama harga besar butir rata-ratanya (Tabel 3 dan Tabel 4).
Besar butir rata-rata sedimen bor MKB3 beragam. Dekat permukaan
(0m - 8m) nilai besar butir rata-rata berkisar antara 3phi dan 4phi. Di
bagian tengah (8m - 34m) besar butir rata-rata antara 4phi dan 5phi. Lebih
dalam lagi harga besar butir rata-rata umunya antara 2phi dan 3phi.
Berdasarkan data tersebut di bagian atas sedimen lebih banyak disusun oleh
pasir halus, di bagian tengah terdapat perselingan sedimen pasir halus dan
lanau, dan dibagian dalam sebagian besar sedimen disusun oleh pasir halus
dan pasir berbutir sedang.
Besar butir rata-rata sedimen bor MKB4 tidak memperlihatkan
perubahan yang mencolok berkisar antara 5phi dan 7phi. Nilai besar butir
rata-rata tersebut termasuk sedimen lanau. Di sekitar permukaan harga
besar butir rata-rata sekitar 5 phi. Harga ini berangsur naik menjadi sekitar
7phi sejalan dengan bertambahnya kedalaman.
5/17/0757 36PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
52/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757 37PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
53/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757 38PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
54/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757 39PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
55/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
4.2. Karakteristik Pantai
Karakteristik pantai menggambarkan keanekaragaman proses
pembentukan morfologi, dimana perubahan morfologinya mencirikan hasildari interaksi antara unsur oseanografisika (angin, gelombang, pasang naik-
turun dan arus) terhadap unsur geologi (struktur, batuan dan topografi)
dan aspek antropogenik (pengguna). Pemetaan karakteristik pantai
bergantung kepada skala peta dan obyek penyelidikan (Dolan, 1975).
Pemetaan karakteristik pantai di daerah selidikan dilakukan dengan orientasi
lapangan melalui jalan laut secara diskriptif, kualitatif terhadap parameter
geologi, relief, karakteristik garis pantai dan proses dominan (Doland,
1975). Proses dominan meliputi marin, fluviatil, pencucian massa (mass
wasting), kehidupan koral (coral life), pertumbuhan bakau (mangrove life)
atau campurannya. Peta dasar yang diapakai peta Rupa Bumi Bakosurtanal
skala 1 : 50.000, dan citra ETM7 2001.
Daerah selidikan termasuk kedalam Delta Kapuas. Delta ini merupakan
suatu sistem delta aktif yang dibentuk dalam kondisi lingkungan tropik.
Pengaruh gelombang laut dan fluvial sangat besar dalam pembentukan.
Delta Kapuas memperlihatkan suatu tipe morfologi hampiir berbentuk kipas
simetri (symmetrical fan). Morfologi Delta Kapuas secara umum dapat
dibagi kedalam tiga sistem konsentrik radial yaitu dataran delta (delta
plain), muka delta (delta front) dan luar delta (prodelta).
Berdasarkan pengamatan visual, kawasan Delta Kapuas terdiri atas
pulau-pulau yang banyak ditumbuhi mangrove dan nipah. maka
karakteristik pantai daerah selidikan dapat digolongkan ke dalam 2 jenis
pantai yaitu pantai lumpur- mangrove-rhizophora dan 2 pantai lumpur
mangrove-nipah (Gb. 15).
A. Pantai lumpur- mangrove-rhizophora
Pantai lumpur- mangrove-rhizophora berkembang sebagian di pantai
Muara Kakap, pantai barat P. Tanjung Saleh, P. Sepuk Prupuk, P. Sepuk
Keladi dan P. Sepuk Laut. Karakteristik garis pantai jenis ini terdiri atas
5/17/0757 40PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
56/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
tanaman mangrove rhizophora dan lumpur. Endapan lumpurnya akan
tampak jelas terutama pada saat air laut surut. Resistensi sedimen
terhadap aksi gelombang laut dari jenis pantai ini tergolong rendah,
sehingga di kawasan ini sering terjadi erosi pantai, terutama pada saat
musim angin barat, yang mengakibatkan beberapa garis pantai mundur
(abrasi). Di lapangan erosi pantai ini biasanya ditandai oleh adanya
beberapa tanaman mangrove dewasa yang tumbang dan berada jauh di
depan garis pantai baru. Sebaliknya pasokan sedimen dari sungai Kapuas
pada pantai ini cukup tinggi, sehingga secara umum pantai ini tergolong
stabil dengan sedimentasi aktif. Di lapangan kondisi ini diperlihatkan oleh
banyaknya tanaman mangrove muda, dan gosong-gosong pasir (sand bar)
di kawasan tersebut sebagai embrio pulau - pulau kecil (Lampiran
Foto 1).
B. Pantai lumpur mangrove-nipah
Pantai lumpur mangrove-nipah berkembang di sepanjang tepi sungai,
Kapuas dan anak-anak sungainya (Lampiran Foto 1), dan hampir semua di
tepi pulaua-pulau yang ada di Delta Kapuas. Jenis pantai ini dapat
dikatagorikan sebagai daerah peralihan atau daerah pertumbuhan dan
perkembangan mangrove nipah dalam lingkungan payau sebagai akibat
pengaruh campuran air sungai dan air laut. Jenis pantai ini umumnya
dicirikan oleh adanya sedimen yang berlapis di sekitar tepian sungai. Pantai
jenis ini relatif stabil terhadap erosi arus sungai. Gelombang dan arus sungai
yang ditimbulkan oleh kendaraan laut berkecepatan tinggi seringmenimbulkan erosi pada tepi sungai.
4.3. Pasang Surut
Pengukuran pasang-surut dilakukan di sekitar Dermaga Muara Kakap
dan Sungai Pulau selama 15 hari dengan pembacaan setiap 1 (satu) jam
secara menerus (Lampiran terikat 2-1) dari tanggal 18 September 2005
s/d 2 Oktober 2005 (Gb.16). Metoda perhitungan perhitungan konstanta
5/17/0757 41PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
57/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
58/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
Kurva kedudukan muka air laut di pera iran Muara
Kalimantan Barat (18 SEPT. - 3 OKT. 2005)
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
0 0 0
Jam
TinggiAir(dm)
Gb.16 Kurva kedudukan muka air laut di perairan Muara Kakap Kalimantan Barat (18 Sept.
5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
59/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
harmonis yang digunakan adalah metoda The British Admiralti 15 hari
(piantan). Berdasarkan perhitungan konstanta harmonis pasang surut di
daerah penyelidikan maka diperoleh elevasi muka laut rata-rata (mean sea
level) dari level nol rambu, dan 9 (sembilan) konstanta harmonik (M2, S2,
N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1) Hasil akhir perhitungan konstanta
harmonik ini adalah sebagai berikut (Tabel 5):
Tabel 5. Konstanta harmonik pasang-surut Muara Kakap (PPPGL, 2005)
FINAL RESULT
So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A cm 136.02 17.9 5.5 0.002 1.5 38.6 30.7 12.7 1.7 2.4
g 395 164 63 164 129 332 129 247 353
F = 2.96
Dimana :
An : besaran amplitudo pasang surut komponen-n
g : sudut kelambatan fasa
So : tinggi muka laut rata-rata di atas titik nol rambu
M2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi bulan
S2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi
matahari
N2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat
lintasan bulan yang berbentuk elips
K2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat
lintasan matahari yang berbentuk elips
O1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
bulan
P1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
matahari
K1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
bulan dan matahari
M4 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulansebanyak dua kali (2 x M2)
5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
60/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
MS4 : konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya
interaksi antara M2 dengan S2
Sebagai datum vertikal untuk keperluan pemetaan hidrografi
digunakan kedudukan muka air surutan terendah (LWS) yang letaknya
0.846 m di bawah MSL (Gb.17).
Gb.17 Tinggi LWS terhadap rambu pasut
Analisa kombinasi komponen utama pasang surut dilakukan untuk
menentukan delay (keterlambatan) kejadian masing-masing komponen
pasang surut. Hasil analisa kombinasi menggunakan 9 (sembilan)
komponen utama adalah sbb.:
a. Kombinasi Terhadap Pasang K1 dan M2
5/17/0757 36PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
61/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
Diperoleh air rendah yang ditimbulkan oleh anak komponen pasang
surut konstanta K1, O1, M2, dan K2 adalah 67.8 cm di bawah duduk
tengah.
b. Pengaruh Pasang S2
Kedudukan air rendah yang disebabkan oleh pasang M2, S2, K1, O1,
dan K2 adalah 67.8 cm di bawah duduk tengah.
c. Pengaruh Gelombang P1
Air rendah yang disebabkan oleh komponen M2, S2, K1, O1, K2, dan
P1 adalah 80.54 cm dibawah duduk tengah.
d. Pengaruh N2, M4, dan MS4
Kedudukan air rendah terendah yang diakibatkan oleh komponen
pasang surut M2, S2, K1, O1, K2, P1, N2, M4, dan MS4 adalah 84.6 cm
di bawah duduk teng
4.4. Arus
Arus laut yang terjadi yang diakibatkan oleh pasang surut dan
merupakan salah satu parameter di dalam mengontrol dinamika pantai
Delta Kapuas. Untuk mendapatkan gambaran kondisi arus di daerah
penelitian dilakukan dengan pengukuran Lagrangian.
Pengakuruan arus dengan metoda Lagrangiandigunakan bola apung.
Arah dan kecepatan arus diketahui dengan mengikuti arah dan gerak bola
apung tersebut. Berdasarkan pengukuran arus dari bola apung yang
berlokasi di Sungai Punggur Besar depan muara Sungai Kakap pola arussurut searah dengan aliran Sungai Punggur Besar menuju laut. Kecepatan
rata-rata arus surut ini adalah 0.56m/detik. Pada saat pasang arus
berlawanan arah dengan arah aliran sungai tersebut. Kecepatan rata-rata
arus pasang lebih rendah dari arus surut yaitu 0.24m/detik (Gb.18). Dari
data arus di atas menunjukkan bahwa pergerakan partikel sedimen yang
diangkut oleh arus sungai dan arus surut condong ke arah laut. Dengan
kata lain pengendapan atau sedimentasi akan berlangsung terus ke arahlaut selama tidak ada hambatan akibat adanya penghalang (sediment trap)
5/17/0757 37PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
62/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
yang dipasang oleh masyarakat pantai setempat seperti bagan, dan bubu
laut (jaring perangkap ikan).
4.5. Batimetri
Berdasarkan data lintasan peruman dan seismik (Gb.19), maka
kedalaman air laut setiap titik tetap (fix point) di daerah penyelidikan
dikoreksi pasut. Koreksi pasut yang digunakan adalah muka air laut rata-
rata (mean sea-level). Data yang telah dikoreksi diplot kembali ke dalam
peta pada posisi titik yang sama, kemudian dari titiktitik tersebut ditarik
garis yang mempunyai kedalaman yang sama berupa kontur kedalaman
(batimetri). Batimetri tersebut diplot pada interval 1 m (Gb.20). Karena
metoda yang digunakan bukan dikhususkan untuk survey hidrografi, maka
peta kedalaman air laut yang dihasilkan ini tidak direkomendasikan untuk
navigasi.
Konfigurasi morfologi dasar laut mencerminkan kondisi geologi serta
dinamika air lautnya. Berdasarkan data peruman maka secara umum pola
kontur batimetri dasar laut daerah penyelidikan mengikuti pola morfologi
Delta Kapuas. Morfologi dasar laut dekat pantai delta (delta front)
menunjukkan pola datar dan merata dengan kedalaman antara 1m dan 5m.
Di sekitar muara-muara sungai delta ini terdapat kanal masuk dan keluar
(out/inlet) arus pasut/sungai dengan kedalaman mencapai lebih dari 5m.
Morfologi dasar laut di bagian luar delta, P. Sepuk Laut, P. Sepuk Keladi,
dan P. Sepuk Prupuk memperlihatkan pola kontur lebih rapat dibandingkan
dengan tempat lainnya mulai dari kontur kedalaman 5m sampai dengan
20m. Pola kontur tersebut mencirikan adanya suatu kemiringan (slope) yang
cukup terjal (Gb.20). Pola kontur-kontur tersebut merupakan bagian dari
lingkungan luar delta atau tepian delta (shelf).
5/17/0757 38PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
63/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757 39PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
64/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
65/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
66/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
4.6 Seismik Pantul Dangkal
Survei seimik dilakukan secara bersamaan dengan pemeruman,sumber ledak (source) sistem Boomer dengan catu daya 300 Joule, sapuan
1/4 per detik, kecepatan waktu ledak (firing rate) 1/4 detik, frekuensi 300-
4000 Hz dengan waktu bacaan posisi (fix position remark) pada kertas
rekam setiap selang 10 menit. Interpretasi data seismik diproses secara
manual dengan menarik batas dari sifat dan konfigurasi pantulan akustik.
Ketebalan sekuen sesimik dihitung dengan menggunakan asumsi kecepatan
rambat gelombang pada sedimen yaitu 1600 m/detik. Setiap sekuen seismik
yang diiterpretasikan sebagai sedimen Holosen dan mempunyai ketebalan
yang sama dihubungnkan dalam bentuk kontur isopah. Penarikan kontur
isopakh dilakukan dengan menggunakan interval setiap 5 m (Gb.21).
Lintasan seismik diarahkan memotong Delta Kapuas yaitu mulai dari muara
induk Sungai Kapuas (delta plain) , kanal delta, hingga ke laut (prodelta).
Berdasarkan peta isopah secara umum sedimen Holosen di bagian
lepas pantai (pro-delta) lebih tebal dibandingkan dengan bagian dataran
delta. Pola kontur isopahnya menyempit dengan ketebalan sediment
mencapai 35 meter. Pola ini terdapat di utara dan tengah daerah selidikan.
Data rekaman seismic juga menunjukkan di bagian lepas pantai (pro-
delta) konfigurasi lapisan sedimen bawah dasar laut sebagian besar
mencerminkan pola-pola alur purba dengan konfigurasi torehan dan isian
kanal (cut and fill) (Gb.22). Sebaliknya ke arah dataran delta atau muara
Sungai Kapuas bentuk cut and fill ini tidak tampak lagi karena tertutup oleh
pola turbiditas akustik (acoustic turbidity).
Pola-pola reflector yang menunjukkan adanya indikasi gas dalam
sediment di daerah penyelidikan antara lain penggosongan akustik (acoustic
blanking), turbiditas akustik, penguatan reflector (enhanced reflectors),
reflector berganda (multiple reflectors) dan hiperbola difraksi (diffraction
hyperbolas).
5/17/0757 42PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN
-
8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap
67/116
PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN
Pengosongan akustik adalah fenomena area-area bebas refleksi
yang mengindikasikan adanya daerah-daerah gas (Gb.23). Hal ini terjadi
karena adanya absorbsi sinyal seismic dalam sediment mengandung gas.
Efek yang sama dapat juga ditimbulkan oleh transparansi akustik karena
tidak terdapatnya perlapisan sediment akibat migrasi gas.
Turbiditas akustikadalah berupa rekaman kabur (diffuse) menutupi
seluruh rekaman yang ada (Gb.24). Pola ini