Gas Bio Muara_Kakap

download Gas Bio Muara_Kakap

of 116

Transcript of Gas Bio Muara_Kakap

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    1/116

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    2/116

    No. : 06/L/P2KPSL/P3GL/XI/2005

    PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS

    PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

    TAHUN ANGGARAN 2005

    EKSPLORASI PROSPEKTIF

    GAS BIOGENIK KELAUTAN PERAIRAN MUARA KAKAP

    DAN SEKITARNYA - KALIMANTAN BARAT

    OLEH:

    TIM MUARA KAKAP

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

    DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL2005

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    3/116

    LAPORAN

    EKSPLORASI PROSPEKTIF

    GAS BIOGENIK KELAUTAN PERAIRAN MUARA KAKAP

    DAN SEKITARNYA - KALIMANTAN BARAT

    Oleh: Yudi Darlan, drr

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERALDEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

    2005

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    4/116

    KATA PENGANTAR

    ksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan Muara Kakap dan

    sekitarnya Kalimantan Barat merupakan bagian dari kegiatan yang

    didanai oleh Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam

    dan Lingkungan Hidup Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    (PPPGL) Tahun Anggaran 2005.

    E

    Kawasan pesisir Muara Kakap dan sekitarnya termasuk dalam komplek Delta

    Kapuas. Hutan mangrove dewasa yang masih terjaga menghiasi pulau-pulau;

    endapan lumpur mengalasi dasar cabang cabang sungai, kanal - kanal pasang

    surut dan laut; endapan gambut membentuk gosong; lempung dan pasir hitam

    berbau busuk (H2S) yang mengandung kepingan moluska dan sisa-sisa tumbuhan

    tersebar di pulau-pulau; rembesan gas kepermukaan; dan bentuk lapisan

    sedimen bawah permukaan yang unik itu semua merupakan salah satu ciri khas

    Delta Kapuas yang berpotensi gas biogenik.

    Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait

    untuk kepentingan pengembangan dan pengelolaan sumberdaya kawasan pesisir

    Muara Kakap dan sekitarnya. Tentu laporan ini masih banyak kekurangan, saran

    dan kritik sangat kami harapkan.

    Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi Kelautan, Pimpinan instansi yang terkait serta semua

    rekan yang turut membantu atas terlaksananya penyelidikan lapangan dan proses

    pembuatan laporan ini.

    Bandung, Desember 2005

    Kepala Tim Muara Kakap

    IVPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    5/116

    S A R I

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

    saha Pemerintah melakukan pencarian sumber-sumber energi baru

    bertujuan untuk dapat menjamin tersedianya energi dalam jumlah

    cukup di setiap daerah, kualitas baik dan harga yang wajar sehingga dapat

    meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata

    serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

    U

    Gelembung gas

    Kegiatan survey berupa eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan

    Muara Kakap dan sekitarnya, Kalimantan Barat yang dilakukan oleh Puslitbang

    Geologi Kelautan (PPPGL) merupakan tahap pendahuluan yang diharapkan dapat

    mengidentifikasi potensi sumber energi gas alternatif, sehingga dapat

    memberikan dampak bagi pertumbuhan iklim usaha masyarakat setempat.

    Kawasan pesisir Muara Kakap dan sekitarnya termasuk dalam komplek Delta

    Kapuas yang terdiri atas pulau-pulau. Pulau-pulau tersebut sebagian besar

    ditumbuhi hutan mangrove dewasa yang masih terjaga, disusun oleh sedimen

    berupa lempung dan pasir hitam serta endapan gambut (sepuk istilah

    masyarakat setempat). Jenis lempung dan pasir hitam berbau bususk (H2S),

    rembesan gas kepermukaan, bentuk lapisan sedimen bawah permukaan yang

    unik berdasarkan data geolistrik, dan contoh sedimen dan gas dari bor inti

    mengindikasikan adanya gas biogenik/gas gambut di sebagian tempat

    Delta Kapuas.

    Daerah yang dianggap indikasi prospek gas biogenik adalah P. Sepuk Laut,

    P. Sepuk Prupuk, P. Sepuk Keladi, dan sebagian P. Nyamuk dan P.Tanjung Saleh.

    Semburan gas api dari lubang bor air milik masyarakat Pulau Sepuk Laut

    beberapa tahun sebelumnya menjadikan trauma terhadap bentuk penelitian gas

    di daerah ini. Sosialisasi sangat diperlukan sehingga keberadaan gas biogenik

    merupakan anugerah bagi masyarakat Muara Kakap dan sekitarnya.

    V

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    6/116

    DAFTAR PERSONAL

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR IVS A R I V

    DAFTAR ISI VI

    DAFTARGAMBAR X

    DAFTARTABEL XI

    DAFTAR PERSONAL XI

    BAB I P E N D A H U L U A N 1

    1.1 Latar belakang 1

    1.2 Maksud dan tujuan 2

    1.3 Sasaran strategis 2

    1.4 Ruang lingkup dan daerah kegiatan 3

    1.5 Hasil yang diharapkan 4

    BAB II STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH 6

    2.1. Studi pustaka 6

    2.2. Iklim dan tumbuh-tumbuhan 7

    2.3. Populasi 7

    2.4. Sarana Angkutan 8

    2.5. Geologi regional 8

    A. Fisiografi

    B. Stratigrafi 9

    2.6. Gas biogenik 10

    2.7. Kajian Masalah 12

    VIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    7/116

    DAFTAR PERSONAL

    BAB III M ETODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN 15

    3.1. Metoda 15

    A. Geologi

    B. Geofisika 16

    C. Oseanografi fisika 17

    D. Navigasi 17

    E. Analisis lab 18

    F. Metoda khusus geolistrik 23

    G. Proses data/studio 323.2. Peralatan penyelidikan 32

    A. Geologi

    B. Geofisika 33

    C. Hidro-oseanografi 33

    D. Navigasi 33

    E. Analisis laboratorium 33

    F. Geolistrik 33

    BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN 34

    4.1. Tekstur sedimen 34

    4.2. Karakteristik pantai 43

    A. Pantai Lumpur-mangrove rhizophora 43

    B. Pantai Lumpur-mangrove nipah 44

    4.3. Pasang surut 44

    4.4. Arus 49

    4.5. Batimetri 50

    4.6. Seismik pantul dangkal 54

    4.7. Analisis laboratorium 59

    A. Analisi kandungan gas 59

    B. Analisis karbon total 61

    C. Analisis pollen 62

    D. Analisis bakteri methanogenik 66

    VIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    8/116

    DAFTAR PERSONAL

    E. Analisis radiocarbon dating C14 77

    F. Analisis unsure utama 78

    G. Analisis jenis mineral lempung 80

    H. Unsur tanah jarang 81

    I. Analisis logam berat 81

    4.8. Geolistrik 85

    A. Pulau Sepuk Laut 85

    B. Pulau Nyamuk 87

    C. Pulau Tanjung Saleh 88

    D. Pulau Sepuk Prupuk 89

    E. Pulau Sepuk Keladi 90

    BAB V P E M B A H A S A N 91

    BAB VI R E K O M E N D A S I 97BAB VII KESIMPULAN 100

    ACUAN 102

    LAMPIRANLampiran Terikat

    Lampiran 1: 1. Deskripsi megaskopis contoh sedimen

    2. Data analisis besar butir sedimen

    3. Perian megaskopis contoh sedimen bor inti

    Lampiran 2: 1. Data pengamatan pasang-surut Muara Kakap

    2. Hasil perhitungan besara-besaran konstanta pasang surutLampiran 3: 1. Data analisis identifikasi gas

    2. Data analisis karbon organik total

    3. Data analisis polen

    4. Data analisis bakteri metanogenik

    5. Data analisis radiocarbon dating C14

    6. Data analisis unsur utama

    7. Data analisis jenis mineral lempung

    8. Data analisis unsur tanah jarang

    VIIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    9/116

    DAFTAR PERSONAL

    9. Data analisis logam berat

    Lampiran 4:

    1a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Laut

    1b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Laut

    2a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Nyamuk

    2b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Nyamuk

    3a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P.Tanjung Saleh

    3b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P.Tanjung Saleh

    4a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Prupuk

    4b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Prupuk

    5a. Data penampang 2 D geolistrik Schlumberger P. Sepuk Keladi

    5b. Data penampang 2 D geolistrik Wenner P. Sepuk Keladi

    Lampiran Foto: 1. Foto karakteristik pantai Delta Kapuas

    2. Foto indikasi gas biogenik

    3. Foto lokasi pengambilan contoh gas biogenik

    4. Foto peralatan survei lapangan5. Foto pollen dan spora pada contoh sedimen

    6. Foto bakteri metanogenik pada contoh sedimen

    IXPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    10/116

    DAFTAR PERSONAL

    DAFTAR GAM BAR

    Halaman

    1 Peta lokasi daerah penyelidikan 5

    2 Peta geologi wilayah pesisir daerah penyelidikan 14

    3 Garis sebaran arus dan ekipotensial 25

    4 Konfigurasi Schlumberger 25

    5 Bidang ekiptensial yang terukur pada sepasang elektroda potensial 26

    6 Resistivitas semu variasi ketebalan dan resistivitas batuan 28

    7 Prinsip dasar penelitian geolistrik 28

    8 Konfigurasi elektroda arus dan potensial 29

    9 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 1 29

    10 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 2 30

    11 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 3 30

    12 Perancangan system akuisisi survey 3d metoda geolistrik 31

    13 Model lintasan di lapangan 32

    14 Peta sebaran tekstur sedimen 36

    15 Peta Karakteristik pantai 45

    16 Kurva kedudukan muka air laut di perairan Muara Kakap 46

    17 Tinggi LWS terhadap rambu pasut 48

    18 Pola arus permukaan saat air laut pasang dan surut 51

    19 Peta lintasan pemeruman dan seismic 52

    20 Peta batimetri 53

    21 Peta isopach 56

    22 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P1 dan P4 57

    23 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P2 58

    24 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P3 58

    25 Penafsiran seismik pantul dangkal penampang P5 59

    26 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-2 68

    27 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-3 71

    28 Diagram polen pada sedimen inti bor MKB-4 7429 Peta indikasi prospek gas biogenik 96

    XPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    11/116

    DAFTAR PERSONAL

    DAFTAR TABEL

    Halaman1. Persentase arus total berdasarkan radius sebaran 26

    2. Data analisis besar butir sedimen permukaan dasar laut 35

    3. Data analisis besar butir sedimen bawah permukaan bor MKB3 40

    4. Data analisis besar butir sedimen bawah permukaan bor MKB4 41

    5. Konstanta harmonik pasang-surut Muara Kakap 47

    6. Data analisis mineral lempung (XRD) pada contoh sedimen 83

    7. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Laut 86

    8. Data lintasan geolistrik di P. Nyamuk 879. Data lintasan geolistrik di P. Tanjung Saleh 88

    10. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Prupuk 89

    11. Data lintasan geolistrik di P. Sepuk Keladi 90

    XIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    12/116

    DAFTAR PERSONAL

    DAFTAR PERSONALPELAKSANA KEGIATAN LAPANGAN DAN LAPORAN

    1. Ir. Yudi Darlan, M.Sc.

    2. Ir. Udaya Kamiludin

    3. Ir. Hananto Kurnio, M.Sc.

    4. Ir. Riza Rahardiawan, M.Sc.

    5. Juniar P. Hutagaol, M.Sc.

    6. Ir. Andi H. Sianipar

    7. Adi Citrawan Sinaga, ST

    8. Sunartono

    9. Sangat

    10. Drs. Didik Zaenasshodikin Hans

    11. Supriatna

    12. Mira Yosi, S.Si.

    13. Ir. K. Hardjawidjaksana, M.Sc.

    14. Basuki Sugiarto

    15. Agus Setyanto, ST

    16. Undang Hermawan, ST

    17. Prijantono Astjario, M.Sc.

    18. Ir. Ediar Usman, M.Sc.

    19. Ir. I Wayan Lugra

    20. Ir. Purnomo Raharjo

    21. Ir. I Nyoman Astawa

    22. Masagus Achmad, ST

    XIIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    13/116

    PENDAHULUAN

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    saha Pemerintah melakukan pencarian

    sumber-sumber energi baru bertujuan

    untuk dapat menjamin tersedianya energi

    dalam jumlah cukup di setiap daerah,

    kualitas baik dan harga yang wajar se-

    hingga dapat meningkatkan kesejahteraan

    U

    dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong

    peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

    Sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan laut Muara Kakap

    dan sekitarnya mempunyai keragaman yang sangat tinggi baik jenis

    maupun potensinya. Potensi-potensi tersebut antara lain potensi

    perikanan tangkap, potensi ekosistem pesisir, potensi wisata, dan potensi

    industri maritime. Potensi perikanan tangkap masih merupakan andalan

    utama bagi sektor usaha masyarakat pesisir daerah ini. Berdasarkan

    informasi yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan sekitar 80%

    pasokan ikan ke kota Pontianak dan sekitarnya berasal dari perikanan

    tangkap Muara Kakap. Potensi perikanan tambak mulai dilirik meskipun

    belum memberikan hasil yang menggembirakan. Pembukaan lahan

    tambak yang disusul dengan penebangan hutan mangrove seringmenimbulkan konflik.

    Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan energi bahan bakar minyak

    dunia, maka dampaknya sangat terasa bagi masyarakat pesisir Muara

    Kakap dan sekitarnya, karena lebih dari 90% sektor usaha masyarakat ini

    berasal dari perikanan tangkap. Masyarakat dengan modal cukup masih

    bertahan dalam usaha ini. Kebutuhan energi BBM untuk keperluan

    penerangan umum mulai dibatasi. Untuk keperluan rumah tangga

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    14/116

    PENDAHULUAN

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 2

    sebagian besar beralih ke cara lama menggunakan bahan bakar kayu,

    pohon kelapa, dan pohon mangrove.

    Perhatian pemerintah pusat untuk membantu masyarakat Muara

    Kakap dan sekitarnya dalam upaya penyediaan kebutuhan energi adalah

    dengan menyediakan dana kompensasi BBM serta melakukan pencarian

    sumber-sumber energi baru dan energi alternativ. Usaha pencarian

    sumber-sumber energi baru dlakukan secara bertahap mulai dari

    penyelidikan pendahuluan hingga pendistribusian, sehingga usaha

    pemerintah benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

    setempat.

    1.2 Maksud dan tujuan

    Maksud eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan muara

    Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat adalah untuk menginventarisasi

    sumberdaya energi gas biogenik di sekitar wilayah survey.

    Untuk mengetahui secara umum eksplorasi gas biogenik ini maka

    dipandang perlu dilakukannya penyelidikan untuk menghimpun,

    mengkompilasi dan menganalisis data dengan berbagi tujuan seperti:

    Mengetahui lebih rinci lokasi yang memperlihatkan keberadaan

    gas biogenik / gas dangkal.

    Mengetahui lapisan sedimen sebagai media keberadaan gas.

    Mengetahui lingkungan dan komposisi gas biogenik

    Mengetahui daerah prospek sumber gas biogenik1.3 Sasaran Strategis

    Sasaran strategis yang akan didapat dari eksplorasi prospektif gas

    biogenik kelautan perairan muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat

    adalah sebagai berikut:

    Teridentifikasi tipologi dan perwatakan lingkungan kawasan yang

    terdapat potensi gas biogenik.

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    15/116

    PENDAHULUAN

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 3

    Teridentifikasi jenis dan lapisan sedimen, dan komposisi gas

    biogenik

    Teridentifikasi daerah-daerah prospek gas biogenik

    1.4 Ruang Lingkup dan Daerah Kegiatan

    Ruang lingkup eksplorasi prospektif gas biogenik kelautan perairan

    muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat terdiri atas:

    Kajian pustaka

    Kegiatan lapangan :

    Pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut dan

    pantai, dan contoh air.

    Survei pemeruman dan seismik

    Survei geolistrik pantai

    Pengamatan pasang surut

    Pemetaan karakteristik pantai

    Pengukuran arus laut/sungai

    Survei geologi teknik pemboran gas biogenik

    Analisis laboratorium : GC (Gas Chromatograph), analisis pollen,

    analisis bakteri metanogenik, analisis XRF, analisis XRD, analisis

    REE, analisis logam berat, analisis Total Organic Carbon (TOC),

    dan analisis C14.

    Penyusunan laporan melingkupi inventarisasi, kompilasi dan

    interpretasi prospektif gasbiogenik daerah penyelidikan.

    Daerah kajian adalah wilayah perairan pesisir Delta Kapuas secara

    administrasi masuk Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan barat secara

    geografis terletak 0 00 - 0 25 00 Lintang Selatan dan 108 55 00 -

    109 15 00 Bujur Timur. Secara geografis terletak pada posisi 100o01 -

    100o47 BT dan 0o29 - 1o50 LS (Gb.1).

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    16/116

    PENDAHULUAN

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 4

    1.5 Hasil yang diharapkan

    Dari data analisis geokimia akan memberikan gambaran umum

    informasi tentang indikasi sumberdaya gas biogenik antara lain sebagai

    berikut:

    Jenis gas biogenik yang terdapat di daerah penyelidikan

    Pola umum keterdapatan gas biogenik

    Potensi sumberdaya gas biogenik

    Dari data seismik, bor, analisis biologi dan kimia maka informasi

    yang akan diperoleh yaitu:

    Sebaran dan jenis sedimen yang diduga sebagai media gas

    biogenik

    Lingkungan, kecepatan sedimentasi dan umur pembentukan

    gas

    Luaran penyelidikan sumberdaya biogenik gas di Muara kakap dan

    sekitarnya, Kalimantan Barat berdasarkan data lapangan kesuluruhan,

    maka diharapkan dapat memberikan infromasi potensi dan evaluasi

    lingkungan dan sumber daya gas biogenik untuk dijadikan sebagai

    pedoman teknis didalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya

    gas biogenik sebagai energi alternativ yang berwawasan lingkungan dan

    mudah di sosialisasikan dengan masyarakat setempat.

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    17/116

    PENDAHULUAN

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI K ELAUTAN 5

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    18/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH

    BAB II

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH

    2.1 Studi Pustaka

    enelitian-penelitian baik yang di-

    lakukan oleh instansi pemerintah

    atau swasta sebelumnya telah ada di

    kawasan perairan Muara Kakap dan

    sekitarnya. Informasi terakhir di daerah ini

    PB

    1 2 3

    4 5 6

    ada kegiatan survey migas yang dikerjakan oleh pihak swasta.

    Sanyoto drr (1993) telah memetakan keadaan geologi kawasan

    perairan Muara Kakap dan sekitarnya. Sedimen yang tersebar luas di

    kawasan Muara Kakap berupa endapan hasil rombakan dari batuan yang

    berumur lebih tua (alufial). Endapan ini terdiri atas material lepas seperti

    kerikil, pasir, lanau, lempung, dan endapan kepingan kayu dan gambut.

    Tim Lembar Peta 1315 (2001) telah melakukan penyelidikan geologidan geofisika Kelautan di perairan Kalimantan Barat. Penyelidikan ini

    memetakan kondisi sedimen permukaan dan kedalaman air laut (batimetri)

    secara regional.

    Kamiludin drr (2004) menyelidiki sumberdaya mineral emas letakan

    ( placer deposits) pada sedimen permukaan dasar laut di periaran Delta

    Kapuas. Hasil telitian mengungkapkan potensi sumberdaya mineral emas

    dan mineral berharga lainnya di daerah ini.

    Usaha masyarakat Pulau Sepuk Laut dalan pencarian air tanah

    dangkal ( 50m) beberapa tahun sebelumnya melalui pemboran mengalami

    kegagalan. Dari lubang bor tersebut keluar semburan gas api setinggi 3m

    untuk beberapa saat lamanya. Kejadian ini menjadi trauma bagi masyarakat

    setempat yang berkaitan dengan penelitian gas.

    Alasan yang dikemukakan masyarakat kepada Tim Muara Kakap

    (2005) antara lain pertama kekhawatiran terjadi kebakaran, jika gas diambil

    6PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    19/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH akan terjadi amblesan tanah-tanah hunian dan ladang masyarakat bahkan

    pulau, pencemaran terhadap perairan yang akan mengurangi produk

    perikanan, terakhir khawatir gas di bawa ke luar daerah sehingga

    masyarakat setempat tidak menikmati.

    2.2 I k l i m dan tumbuh-tumbuhan

    Pontianak dan sekitarnya beriklim musim hujan sedikit pengaruh

    angin musim. Batas periode musim hujan dan kemarau tidak jelas.

    Bulan Mei sampai dengan Oktober umumnya lebih kering (terutama

    Agustus) dibandingkan periode November-April dalam setiap

    tahunnya. Rata-ata curah hujan di Potnianak dan sekitarnya berkisar

    antara 3.000 dan 3.500 mm. Temeperatur pada muka air berkisar

    antara 33C dsn 21C.

    Data ran aluv ium dan pasang su rut del ta S. Kapuas di sebagian

    besar sebagai hutan rawa, dan sedikit tumbuhan kayu, padang rumput

    dan semak belukar. Mangrove banyak tumbuh di sekitar pulau-pulau

    Delta Kapuas.

    2.3 Populasi

    Populasi penduduk terpusat di Kota Pontianak dan sekitarnya.

    Tempat lain yang banyak ditempati penduduk adalah lokasi

    sepanjang S. Kapuas dan cabang-cabang utamanya separti sungai

    Kakap. Di pedalaman, jauh dari S. Kapuas penduduk aslinya adalah

    suku Dayak ; sedangkan di dekat atau di sepanjang S. Kapuas terd iri

    dari suku Me layu dan suku Dayak dan hanya sed iki t suku Bugis, Jawa,

    dan Cina. Di Pontianak populasi suku-suku tersebut bercampur dan

    Cina lebih dari 30 persen.

    Sebagian besar suku Dayak bertani dengan sistem pengolahan

    berpindah-pindah dengan padi ladang dan jagung sebagai tanaman

    7PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    20/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH utamanya. Menangkap ikan, berburu babi, merotan, menyadap karet

    dan beternak sapi adalah kegiatan sampingan suku Dayak. Suku

    Melayu, Cina dan suku-suku pendatang lainnya sebagai pedagang,

    nelayan, bercocok tanam sawah dan penjual hasil kebun (seperti

    buah-buahan, sayuran dan merica).. Perkebunan kelapa juga

    terdapat di sekitar dan selatan Pontianak. Industri-industri utama di

    Pontianak adalah berkaitan dengan pengolahan kayu dan karet. Agama

    yang dianuk sbegaian besar suku Dayak adalah animisme. Suku Melayu dan pen-

    datang lainnya beragama Islam. Suku keturunan Cina umumnya masih

    menganut kepercayaan leluhurnya walaupun yang berpindah keagama

    lain har i demi hari kian bertambah.

    2.4 Sarana Angkutan

    Pontianak adalah pintu gerbang bagi daerah Kalimantan Barat dan

    sebagai pusat perdagangan dan industri. Bandar udara dengan

    standar jet terletak 15 km selatan-tenggara dari pusat kota dan

    setiap hari didarati pesawat dari Jakarta. Pelabuhan laut dapat

    menerima kapal laut berukuran sampai 5000 dwt. Jaringan jalan di

    Pontianak dan sekitarnya umumnya telah beraspal. Di tempat lain di

    daerah pinggiran umumnya belum beraspal.

    Sarana angkutan di daerah sepanjang pantai, rawa-rawa dan

    sungai utama serta antar pulau sebagian menggunakan kapal

    motor dan perahu. Un tuk daerah Sungai Kapuas yang merupakan jalu r

    tradisional perahu motor masih diperlukan untuk mencapai daerah-

    daerah pedalaman di Kalimantan Barat.

    2.5 Geologi Regional

    Proses yang terjadi di Delta Kapuas sangat berkaitan dengan keadaan

    geologi regional daerah setempat. Sedimen dan morfologi Delta Kapuas

    8PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    21/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH sekarang merupakan kelanjutan proses pembentukan sebelumnya. Tatanan

    geologi regeional daerah stempat (Sanyoto drr, 1993 ) (Gb.2) sebagai

    berikut:

    A. FISIOGRAFI

    Sebagian besar barat Pontianak terdiri atas rawa-rawa sungai

    dan dataran pasang-surut. Di bagian timur Kalimantan Barat terdiri

    atas bukit-bukit yang membentuk kaki bukit timur dan tenggara

    Pegunungan Schwaner

    Dataran aluvial dan pasang surut. Sungai Kapuas mulai

    bercabang membentuk suatu sistem komplek mendaun di atas

    dataran aluvial dan pasang surut sebagai delta. Dataran lumpur

    bakau berkembang baik di muara S. Kapuas. Di bagian tengah dan

    hulu delta, saluran utama S. Kapuas mengikuti bentuk meander yang

    disayapi oleh komplek scroll dan ox-bow lake. Komplek scroll berkem-

    bang ke arah h ilir Di bagian hilir laju arus sungai berkurang sejalan

    dengan berkurangnya gradien sungai. Proses ini berlanjut dengan

    terbentuknya meander dan gosong- gosong pasir.

    Inselbergs. adalah bukit didataran aluvial atau pasang surut yang

    seragam. seperti Pegunungan Batuwangking, Ambarang dan Kubu

    dengan puncak tertingginya kira-kira 400 m. Bukit-bukit kecil lainnya

    (kurang dari 300 m) terdapat pada ujung Selat Padangtikar dan di

    sekitar Teluk Nuri.

    B. STRATIGRAFI

    Sebagian besar dataran aluvial delta Kapuas dan dataran pasang

    surut dialasi oleh batuan granit, gunungapi dan terobosan mafik.

    Batuan-batuan tersebut adalah hasil busur magmatis pada jaman

    Kapur, dan sekarang merupakan bagian dari Batolit Schwaner yang

    9PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    22/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH membentang dari Kalimantan Tengah ke barat-laut Kalimantan Barat

    sepanjang kira-kira 600 km. Kebanyakan "inselberg" yang mun-cul di

    dataran Kapuas disusun oleh granit. Busur magmatis ini membentang

    ke barat sampai L. Cina Selatan dan menyambung dengan gunungapi

    dan gran it di SINGKAWANG yang berumur Kapur. Batuan-batuan busur

    magmatis ini telah diterobos dan menutupi batuan alas malihan.

    Sekarang sisanya hanya sedikit yang tersingkap berbentuk seperti

    atap, tabir atau layar. Batuan-batuan tersebut di utara di tutupi

    oleh ba tuan-batuan sedimen Tersier dari Cekungan Melawi. Setempat

    di selatan diterobos oleh sumbat-sumbat dan stock yang berkomposisi

    fe ls ik sampai menengah.

    Cekungan Melawi terdiri atas For-masi Tebidah (Tot) dan Batupasir

    Sekayam (Tos) berumur Oilgosen Awal. Stock, sumbat-sumbat dan

    terobosan-terobosan kecil berupa lajur mempunyai lebar 150 km

    dan panjang sekitar 800 km. Lajur ini membentang dari Kalimantan

    Barat hingga Timur.

    Endapan aluvial, pasangsurut, danau dan rawa (Qa) menutupidataran aluvial dan pasang-surut di bagian barat, lembah S. Kapuas

    dan lembah-lembah sungai besar lai nnya .

    2.6 Gas Biogenik

    Gas biogenik didefinisikan sebagai gas yang terbentuk pada lapisan

    sedimen dangkal, temperatur dan tekanan rendah oleh bakteri anaerobik

    yang mengubah komposisi sedimen organik menjadi sebagian besar gas

    methane, CH4 (www.geochem.com). Gas biogenik di beberepa negara seperti

    Cina, Korea dan Vietnam digunakan untuk industri kecil, penerangan dan

    keperluan rumah tangga.

    Berdasarkan keterdapatan dan prosesnya gas metan dikenal sebagai

    gas coal base methane (CBM), gas termogenik, dan gas hidrat. CBM dapat

    terbentuk akibat aktivitas bakteri matanogenik atau proses termal sebagai

    gas termogenik. Gas termogenik terbentuk pada lapisan dalam, tekanan

    10PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

    http://www.geochem.com/http://www.geochem.com/
  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    23/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH dan temperratur tinggi akibat proses kimia organik dalam kurun waktu

    pembentukan cukup lama (waktu geologi). Gas hydrates umumnya berupa

    methane biogenik yang terdapat di daerah temperatur sangat rendah

    seperti tepi benua dan kutub.

    Ada dua komponen utama didalam pembentukan gas metan biogenik

    yaitu pertama material organik (moluska, tumbuh-tumbuhan) dan bakteri

    metanogenik sebagai katalisator. Gas metan biogenik akan terbentuk jika

    tersedianyan material organik yang cukup dan berada dalam lingkungan

    anaerobik (tidak ada oksigen) sehingga terjadi proses kimiawi reduksi. Unsur

    karbon (C+4) yang terlepas dari material organik dan hydrogen (H-) yang

    berasal dari material organik, air tawar (H20) maka akan menghasilkan gas

    metan (CH4) akibat aktivitas bakteri anaerobik,. Bakteri anaerobic tersebut

    sebagai katalisator. Gas yang dihasilkan ini dikenal sebagai gas metan

    biogenik. Oleh karena itu kondisi lingkungan pembentukan gas biogenik

    menjadi sangat penting di antaranya:

    o Lingkungan harus bebar-benar bebas oksigen artinya bakteri

    anaerobik akan mati dalam lingkungan yang mengandung oksigenjenuh.

    o Lingkungan kondisi air tawar atau payau yang bebas dari konsentrasi

    sulfat agar tidak terjadi proses kimiawi oksidasi.

    o Lingkungan dengan temperatur yang sesuai untuk bakteri anaerobic

    hidup. Oleh sebab itu pada lapisan yang lebih dalam gas metan

    biogenik tidak akan terbentuk dimana pada lingkungan ini tekanan

    meningkat yang menghasilkan temperatur tinggi. Pada kondisi

    tersebut terjadi perubahaan komposisi organik akibat proses kimia-

    fisika.

    o Media atau sedimen dengan porositas yang cukup merupakan salah

    satu lingkungan yang diperlukan oleh bakteri anaerobic untuk bisa

    bebas berkembang seperti lanau atau pasir halus. Pada sedimen

    berupa lempung yang sangat padu dan lengeket (stiffy clay) bakteri ini

    kemungkinan kecil sekali untuk berkembang.

    11PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    24/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH

    2.7. Kajian Masalah

    Sebagaimana yang diungkapkan di dalam studi pustaka di atas, prosesgeologi menentukan pembentukan Delta Kapuas dan disusul dengan

    terbentuknya sumber-sumber gas biogenik di daerah ini. Sesuai dengan

    tema penyelidikan yaitu mengenai eksplorasi prospektif gas biogenik

    kelautan perairan Muara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat maka

    pendekatan kajian masalah adalah menganalisis beberapa data sekunder

    dan pendekatan metoda penyelidikan untuk mengetahui sumber gas

    biogenik. Pendekatan kajian masalah yang digunakan di antaranya:

    Mengidentifikasi dan mengevaluasi indikasi sumber gas biogenik

    di daerah penyelidikan. Data yang gigunakan meliputi kondisi

    geologi regional setempat, data bor air milik masyarakat yang

    mengeluarkan gas, dan kondisi lingkungan yang mengindikasikan

    adanya sumber gas biogenik di daerah ini.

    Mengidentifikasi dan mengevaluasi sedimen permukaan dan

    bawah permukaan yang diduga dapat memperlihatkan indikasi

    sumber gas biogenik di kawasan perairan daerah penyelidikan.

    Data yang digunakan meliputi sebaran sedimen permukaan dan

    rekaman seismik.

    Mengidentifikasi dan mengevaluasi konfigurasi lapisan bawah

    permukaan di kawasan pulau-pulau delta Kapuas yang

    mengindikasikan adanya sumber gas biogenik. Data yang

    digunakan adalah penampang dua dimensi geolistrik dan data bor

    gas biogenik

    Menentukan daerah prospek gas biogenik di daerah penyelidikan

    berdasarkan interpretasi data penyelidikan dan data sekunder.

    Pendekatan kajian masalah ini disajikan sebatas aspek sientifik dan

    aplikasi dan masih bersifat penyelidikan pendahuluan. Faktor prioritas yang

    akan digunakan oleh pengelola (user) didalam pemanfaatan data potensi

    12PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    25/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH sumber gas biogenik di kawasan Muara Kakap dan sekitarnya mungkin

    berbeda, sehingga keluarannyapun akan lain. Oleh karena itu perlu dikaji

    dan diselidikai lebih rinci dan terpadu.

    13PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    26/116

    STUDI PUSTAKA DAN KAJIAN MASALAH

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    27/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    BAB III

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN

    ab ini menjelaskan metoda

    dan peralatan yang di-

    gunakan pada eksplorasi pros-

    pektif gas biogenik kelautan per-

    B

    airan Muarara Kakap dan sekitarnya Kalimantan Barat yang sesuai dengan

    kajian permasalahan agar didapat informasi yang diharapkan. Metoda yangdigunakan terdiri atas penyelidikan geologi dan geofisika kelautan, oseanografi

    fisika, navigasi, analisis laboratorium dan proses data.

    3.1 Metoda

    A. Geologi

    Metoda geologi meliputi pengambilan contoh sedimen dan air,pemboran, pemetaan karakteristik pantai, dan pemetaan perubahan garis

    pantai

    Pengambilan contoh sedimen permukaan adalah untuk

    mengetahui sebaran tekstur sedimen permukaan dasar laut secara lateral.

    Sedimen permukaan dasar laut diambil di wilayah pesisir dan sungai

    perairan Muara Kakap dengan jarak lokasi contoh satu sama lainnya antara

    100 m dan 500m.

    Pengambilan contoh air permukaan adalah untuk mengetahui

    kandungan logam berat dan temparatur permukaan air laut yang ada

    hubungannya dengan kondisi lingkungan di kawasan perairan Muara Kakap

    dan sekitarnya. Sebanyak 6 contoh air diambil dari laut dan sungai.

    3 contoh diambil dari lubang bor.

    Pemboran gas biogenikdimaksudkan untuk mengetahui perubahan

    dan susunan sedimen secara tegak (vertikal) yang menyusun kawasan

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    28/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    pesisir daerah penyelidikan, serta untuk mengetahui indikasi sumber gas

    biogenik. Tiga titik bor berada wilayah daratan pesisir dan satu lagi di laut

    pada kedalaman air pasang 3 m di atas bagan (platform). Metoda yang

    digunakan adalah bor inti (coring) dan inti utuh (undisturbed coring) untuk

    gas.

    Pemetaan karakteristik pantai digunakan untuk memberikan

    gambaran umum proses yang sedang terjadi di kawasan pesisir Muara

    Kakap dan sekitarnya. Metoda ini meliputi pengamatan sedimen pantai,

    morfologi, dan karakteristik garis pantai berdasarkan metoda Dollan

    (1975) di antaranya pemetaan daerah erosi dan sedimentasi, daerah

    hunian, bangunan pantai seperti tanggul pantai, groin, dan dermaga, serrta

    daerah pertambakan.

    B. Geofisika

    Metoda geofisika meliputi seismik pantul dangkal dan pemeruman, dan

    geolistrik.

    Seismik Pantul Dangkal adalah untuk mengetahui konfigurasi dan

    runtunan perlapisan sedimen bawah permukaan dasar laut. Cara kerjanya

    menggunakan Hukum Snellius yaitu pantulan dari lapisan sedimen yang

    berasal dari bunyi yang dipancarkan (boomer) pada frekuensi tertentu dan

    diterima oleh rangkaian hidrofon.

    Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dan profil

    dasar laut. Prinsip kerjanya sama dengan seismik hanya frekuensi suara

    yang digunakan berbeda sebatas sampai permukaan dasar laut. Data perum

    ini terekam secara menerus (continues) dalam kertas rekam pada lintasan-

    lintasan yang telah ditentukan. Dengan menggunakan koreksi data pasang-

    surut seterusnya didapat peta batimetri berdasarkan muka air rata-rata.

    Geolistrik digunakan di daerah pulau-pulau pada kawasan Muara

    Kakap untuk membantu dalam mengungkap indikasi sumber gas biogenik

    yang berada di bawah permukaan. Metoda ini dijelaskan pada kajian

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    29/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    khusus.

    C. Oseanografi fisika

    Metoda oseanografi fisika meliputi pengamatan pasang surut, dan

    pengukuran arus

    Pasang surut, perubahan (amplitudo) permukaan air laut setiap saat

    di suatu lokasi yang sama akan berbeda sebagai efek gaya tarik menarik

    antara bumi, matahari dan bulan. Metoda pasang surut adalah suatu

    metoda pemecahan masalah di atas yang digunakan untuk mendapatkan

    koreksi kedudukan permukaan air laut. Pengamatan pasang surut di daerah

    Muara Kakap dilakukaan setiap 1 (satu) jam pembacaan pada kurun

    waktu 15 hari (piantan). Data pasang-surut ini selain digunakan sebagai

    koreksi batimetri, juga parameter dan tipe pasang surut dapat diketahui.

    Pengukuran arus yaitu untuk mengetahui arah dan besar pola

    umum arus laut. Pengukuran arus yang dilakukan di Muara kakap adalah

    dilakukan dengan 1 (satu) metoda, yaitu: Lagrangian.

    Metoda lagrangianyaitu metoda dengan mengikuti jejak (tacki) masaair laut melalui benda yang diluncurkan berupa alat apung (floating drogue)

    seperti botol apung, bola apung, kantong apung, dll. Arah dan kecepatan

    arus melalui metoda ini dapat diketahui dengan mencatat posisi alat apung

    yang diluncurkan pada interval waktu yag telah ditentukan.

    D. Navigasi

    Penentuan posisi baik di laut atau darat sekarang ini umum digunakan

    metoda elektronik GPS (Global Positioning System). Metoda GPS bekerja

    berdasarkan kalibrasi kedudukan posisi satelit. Ketelitian metoda GPS ini

    berbeda-beda tergantung metoda yang dipakai, GPS dan DGPS (Differential

    Global Positioning System), serta jenis peralatan. Ketelitiannya mulai kurang

    dari 1m hingga 10 m. Di kawasan Muara Kakap sistim naviagsi yang

    digunakan adalah metoda GPS karena peta dasar yang digunakan berskala

    1:50.000. Untuk ketelitian 10m dengan menggunakan metoda GPS masih

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    30/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    cukup akurat untuk sekala peta tersebut.

    E. Analisis lab

    Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir sedimen yang terdiri

    atas metoda ayakan dan pipet, analisis kandungan gas alami menggunakan Gas

    Chromatograph (GC), analisis Total Carbon (TC), analisis Polen (Palinologi), analisis

    bakteri metanogenik, analisis C14 , analisis unsur utama (XRF), analisis jenis

    mineral lempung (XRD), dan analisis logam berat.

    Analisis ayakan dan pipet, pada dasarnya metoda ini sama yaitu

    bekerja untuk memisahkan ukuran butir (kasar halus) dari endapan

    sedimen lepas (unconsolidated sediment). Cara kerjanya contoh sediment

    tersebut diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran kasa (mesh)

    tertentu dari yang halus hingga kasar. Metoda pipet digunakan untuk

    sedimen berukuran butir sangat halus seperti lanau dan lempung. Metoda

    ini bekerja berdasarkan Hukum Stocks, yaitu mengukur kecepatan

    pengendapan (settling velocity) setiap partikel sedimen pada setiap waktu

    yang ditentukan. Kecepatan pengendapan partikel sedimen berbandinglurus dengan ukuran partikel sedimen tersebut.

    Analisis kandungan gas alami menggunakan peralatan Gas

    Chromatograph (GC). Contoh yang dianalisi adalah contoh sedimen dan gas dari data

    bor. Setiap contoh sedimen ditambahkan air murni kemudian dimasukkan dalam

    kantong plastik dan diikat agar tidak ada udara yang masuk. Selanjutnya contoh

    tersebut dimasukkan dalam botol plasik dan direkat menggunakan lem plastik. Gas

    yang keluar dari lubang bor dimasukkan dalam kantong plastik yang ada di dalam

    tabung paralon hingga mengembang, kemudian diikat dan direkat. Terakhir tabung

    paralonnya ditutup menggunakan penutup paralon dan direkat menggunakan lem PVC.

    Contoh-contoh tersebut dimasukan dalam kotak contoh yang dijaga agak dingin

    temperaturnya dengan menaburkan butiran es. Gas yang diukur terutama gas metana

    dan gas lainnya bila terditeksi.

    Analisis kandungan karbon organik totaladalah untuk mengetahui jumlah

    material organik yang terdapat dalam sedimen yang hubungannya dengan

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    31/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    pembentukkan hidrokarbon. Kandungan karbon lebih kecil dari 0.5% tidak berpotensi

    untuk terbentuknya hidrokarbon, sebaliknya total karbon >2.0% sangat berpotensi.

    Contoh yang dianalisis adalah sedimen yang berasal dari lubang bor. Setiap contoh

    sedimen dicuci, dikeringkan, digerus, diahaluskan, ditimbang, dan dilarutkan kedalam

    larutan asam klorida (HCL) untuk menghilangkan kandungan karbonatnya. Selanjtnya

    dianlisis total karbonnya.

    Analisis Palinologi adalah untuk mengetahui lingkungan

    pengendapan lapisan sedimen berdasarkan indikasi pollen tumbuhan-

    tumbuhan yang ada pada sedimen tersebut. Pada prinsipnya teknik

    preparasi batuan untuk analisis palinologi yang dilakukan adalah merupakan

    proses pemisahan butiran polen dan spora dari subtansi lain. Preses

    pemisahan tersebut dengan menggunakan zat kimia sebagai berikut : KOH,

    HCl, ZnCl2, HF, asam asetat anhyidrid, asam asetat glacial , asam sulfat,

    acetone, dan pewarna. Penyaringan: ambil sample seukuran 2x2cm,

    kemudian dikupas bagian luarnya. Sebelum ditreatment dangan berbagai

    macam zat kimia, sebaiknya sampe yang sudah dikupas kemudian direndam

    semalam dengan aquadestillata. Setelah itu disaring, sehingga kotoran danbatang ataupun sisa fosil lainnya bisa dihilangkan terlebih dahulu.

    Penghilangan asam Humat: asam humat adalah bahan organik yang

    berasal dari ektrasi tanah dan subtansi tumbuhan yang hancur atau

    membusuk. Bahan kimia yang dibutuhkan adalah Kalium Hidroksida (KOH)

    10%. Tambahkan larutan KOH 10% sebanyak 2x volume residu. Kemudian

    diamkan semalam. Setelah itu cuci dengan aquades sampai netral.

    Tambahkan sekali lagi KOH 10% sekitar 10 ml, dan panaskan 10 menit

    diatas waterbath. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sisa asam humat

    yang tertinggal. Kemudian dicuci lagi sampai netral. Penghilangan Unsur

    Karbonat: bahan kimia yang digunakan adalah Asam Chlorida (HCl) 50%.

    Tuangkan Asam Chlorida perlahan-lahan sebanyak 15ml dan aduk sampai

    residu tercampur rata. Diamkan selama 2 jam. Setelah itu tambahkan

    aquades dan dilakukan pencucian sampai netral. Pindahkan residu ke dalam

    tabung centrifuge 50ml Penghilangan Unsur Sil ika: bahan kimia yang

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    32/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    digunakan adalah HF 46% pekat. Tambahkan HF sebanyak 10ml kedalam

    residu. Kemudian diamkan semalam, lalu cuci bersih dengan menggunakan

    aquadest. Penghilangan Unsur Mineral Berat: bahan kimia yang

    digunakan untuk memisahkan polen dan spora dari mineral berat adalah

    ZnCl2 dengan BD 2.2. Tambahkan cairan ZnCl2 sebanyak volume residu

    yang ada. Aduk dengan memakai hadmixer sampai homogen, kemudian di-

    centrifuge selama 30menit. Setelah dikeluarkan akan terlihat mineral berat

    mengendendap dan cairan yang mungkin mengandung polen dibagian atas.

    Tambahkan aseton sebanyak 10ml kedalam tabung tersebut. Kemudian

    cairan tersebut dituangkan kedalam tabung centrifuge yang lain. Mineral

    berat dapat dibuang jika tidak akan dianalis lebih lanjut. Cairan yang sudah

    dipisahkan dicuci sampai netral dengan menggunakan aquadest.

    Penghilangan Unsur Selulosa (Prosedur Asetolisis): untuk

    menghilangkan selulosa diperlukan campuran 9 bagian asam acetate

    anhydrite (CH3COO)2O dengan 1 bagian asam sulfat (H2SO4). Campuran

    ini harus dalam kondisi fresh, jadi hanya dibuat ketika akan melakukan

    proses reaksi Asetolisis. Pembuatan Asetolisis harus hati-hati karena mudahmeledak. Pertama 9 bagian asam acetate anhydride dituangkan kedalam

    gelas ukur, kemudian tuangkan asam sulfat pekat dengan pipet dengan

    menempelkan ujung pipet pada dinding gelas ukur. Hal ini untuk

    menghindari reaksi yang terlalu cepat (diindikasi dengan warna kuning).

    Campuran yang sudah jadi kemudian dituangkan pada residu sebanyak 5-10

    ml, dikocok dan ditutup tidak terlalu rapat. Panaskan dalam

    waterbathselama 30 menit. Sebelum dan sesudah proses acetolisis

    ditambahkan asam asetat (CH3COOH) sebanyak 10ml. Kemudian dicuci

    dengan menggunakan aquadest sampai bersih. Pewarnaan: pewarnaan

    bertujuan untuk mempermudah membedakan bentuk polen / spora dari

    material lain. Untuk pewarnaan bisa dipakai bermacam zat pewarna:

    safranin merah, Bismarck kuning, fuchsin, netral merah, methyl hijau , dll.

    Pada residu yang sudah dihilangkan kandungan unsur unsur kimianya dan

    sudah dicuci bersih (air jangan dibuang) kedalamnya ditambahkan safranin

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    33/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    merah 2-3 tetes. Tutup dan kocok, kemudian panaskan dalam waterbath

    selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, disetimbangkan dengan aquadest,

    di-mixer, di-cetrifuge selama 5 menit; 2000 rpm. Kemudian cuci sampai

    bersih dengan menggunakan aquadest. Penempelan Conto d iatas Slide:

    untuk pemeriksaan polen dan spora, dilakukan pembuatan preparat dengan

    meeteskan 20mikron keatas kaca preparat dan tambahkan glycerin jelly,

    aduk kemudian tutup dengan cover glass. Panaskan diatas hot plate, sambil

    ditekan pelan-pelan dengan tusuk gigi. Setelah siap, bersihkan pinggiran

    kaca cover glass dan beri kutek disekeliling cover glass. Preparat siap untuk

    diperiksa dibawah mikroskop.

    Analisis bakteri metanogenikadalah untuk mengidentifikasi keberadaan

    bakteri anaerob sebagai pembentuk gas metan pada contoh sedimen yang

    mengandung gas. Contoh sedimen yang dianalisis adalah jenis lempung dan lanau

    dari lubang bor yang ada indikasi gas metan. Analisis bakteri ini menghitung jumlah

    populasi bakteri dalam contoh sedimen. Setiap contoh seberat kurang lebih 1 g

    dilarutkan ke dalam air, dikocok hingga merata. Kemudian setiap 1 gram dari larutan

    tersebut diencerkan lagi dan seterusnya. Kemudian sample tersebut dianalisis bakteridibawah mikroskop elektron.

    Analisis C14, metoda ini digunakan untuk mengetahui umur

    pengendapan sedimen yang diperkirakan sama dengan umur pembentukan

    gas biogenik. Metoda ini menggunakan waktu paruh unsur C14 pada setiap

    sedimen yang mempunyai umur relatif muda kurang dari 50.000 tahun.

    Semua sampel dari lapangan sebelum dilakukan pencucian, terlebih dahulu

    dipanaskan dalam oven + 80C selama 3 jam..Setelah kering ditimbang

    berat sampel yang akan dicuci, dimasukkan dalam Beaker Glass 500ml.,

    ditambahkan aquadest sampai sampel terendam semuanya, dipanaskan

    sampai mendidih selama 10 menit, kemudian disaring. (Pekerjaan ini

    dilakukan tiga kali berturut-turut).. Hal yang sama dilakukan pekerjaan

    diatas, tetapi larutan pencuci diganti dengan HCl 0,2N (dua kali berturut-

    turut), kemudian larutan pencuci diganti lagi dengan larutan KOH 0,2N (tiga

    kali berturut-turut).. Sampel kembali dicuci dengan aquadest sampai sampel

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    34/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    betul-betul netral, dengan memakai indikasi kertas lakmus, terakhir

    dipanaskan di oven selama satu malam dengan temperatur 110C, lalu

    ditimbang. Sebagian sampel dianalisis lebih lanjut, sebagian disimpan dalam

    botol plastik yang telah diberi etiket. Tahap pengerjaan yang dilakukan pada

    prinsipnya adalah pemisahan karbon (C) dari sampel. Karbon dipisahkan

    sebagai CO2 yang akan bereaksi dengan larutan amonium hidroksida.

    Selanjutnya diendapkan sebagai CaCO3 dan kemudian diubah menjadi

    SrCO3. Reduksi dilakukan dengan logam Mg terhadap SrCO3 pada

    temperatur 800C untuk membentuk SrC2. Reaksi antara H2O dengan SrC2

    akan menghasilkan gas asetilena (C2H2) dan gas ini digunakan untuk

    mengukur aktivitas 14C dengan memakai detektor Multi Anoda Anti

    Coincidence.

    Analisis unsur utama (XRF) di daerah penyelidikan dilakukan pada

    sedimen bawah permukaan dari lubang bor untuk mengetahui jenis dan

    kandungan unsur utama pembentuk batuan yang dapat digunakan untuk

    menentukan sumber sedimen daerah kajian.

    Analisis mineral lempung (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis mineral lempung sejauh mana hubungannya terhadap gas biogenik.

    Preparasi sampel untuk pengujian analisis XRD adalah sistem preparasi

    bubuk (powder). Ada dua cara preparasi contoh sedimen yaitu sisten

    orientasi dan sistem bubuk. Preparasi dengan sistem orientasi dilakukan

    dengan mengambil contoh sedimen kering dicampur dengan air, diaduk

    dengan centrifugal, kemudian diendapkan selama kurang lebih 24 jam.

    Bagian teratasendapan contoh sedimen tersebut kemudian diambil dan

    diletakkan pada kaca preparat yang agak dimiringkan, dan terakhir sampel

    dikeringkan dalam udara normal. Untuk contoh sedimen dengan kondisi

    basah, sampel harus dikeringkan terlebih dahulu dengan oven suhu rendah

    selama 24 jam. Sampel tersebut kemudian dihaluskan hingga berupa

    bubuk. Kedua preparasi tersebut mempunyai keunggulan masing-masing.

    Preparasi dengan sistem orientasi pada dasarnya cukup baik, akan tetapi

    pada saat pengambilan data, sampelnya statis (tidak terputar). Preparasi

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    35/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    dengan sistem bubuk, pada dasarnya masih menyisakan mineral-mineral

    primer, seperti kuarsa yang mengganggupick, terutama untuk studi mineral

    lempung. Namun demikian, preparasi sistem bubuk ini mempunyai

    keunggulan, yaitu tempat sampel (sample holder) yang ada di peralatan

    utama dengan keadaan terputar pada saat perekaman data. Dengan

    demikian, bidang identifikasi mineralnya tentu lebih luas jika dibandingkan

    dengan metode sampel statis.

    Analisis logam berat di daerah penyelidikan dilakukan pada

    beberapa contoh sedimen dari lubang bor dan air permukaan laut, sungai

    dan lubang bor untuk mengetahui jenis dan kandungan logam berat.

    Analisis ini untuk mengetahui kondisi lingkungan kawasan Muara Kakap.

    F. Metoda khusus geolistrik

    Metoda geolistrik multi channel adalah untuk mengungkap struktur

    dan pelapisan batuan berdasarkan sifat fisis resistivitas batuan bawah

    permukaan yang berkorelasi dengan jenis batuan bawah permukaan bumi.

    Nilai resistivitas batuan dan variasinya secara vertikal dan horisontal dapat

    diukur dengan metoda geolistrik baik dengan konfigurasi Schlumberger.

    Wienner, ataupunpun Dipole-dipole untuk metoda DC-Resistivitas. Dalam

    metoda DC-Resistivitas target kedalaman dari pengukuran diatur dengan

    panjang bentangan arus dan bentangan voltage yang di injeksikan ke bumi.

    Dengan mengukur nilai voltage dan arus dan parameter yang dihitung dari

    jarak elektroda arus dan voltage selanjutnya dapat dilakukan perhitungan

    nilai resistivitas semu. Setelah diperoleh nilai resistivitas semu nilai

    kedalaman dan resistivitas dari batuan yang merepresentasikan variasi

    reisitivitas batuan secara vertikal atau variasi resistivitas secara horisontal

    pada titik ukur tersebut dapat ditentukan baik metoda konvensional (Kurva

    Matching) maupun dengan pemodelan kedepan dan kebelakang (Forward

    dan Invers Modelling). Dalam penelitian ini konfigurasi pengukuran data

    (data acquisition) yang akan dipakai adalah sounding dan mapping.

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    36/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Keberadaan fluida (khususnya gas dan air) dalam batuan ini sangat

    bergantung pada porositas dari batuan atau rekahan pada batuan, dan

    batuan penyangga (bedrock), dimana dengan diketahui nilai resistivitas

    batuan ini jenis batuan, besar porositas dan kedalaman permukaan air

    tanah dapat ditentukan. Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat

    digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi

    secara elektrolitik, konduksi secara dielektrik. Konduksi secara elektronik

    terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus

    listrik dialirkan kedalam batuan/mineral tersebut oleh elektron-elektron

    bebas itu. Konduksi secara elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat

    porous dan rekahan tersebut diisi oleh fluida elektrolitik, sehingga arus

    listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit

    Metoda Geolistrik: pendekatan paling sederhana untuk kajian teori

    dari pengukuran resistivitas bumi pertama kali adalah mempertimbangkan

    bahwa bumi ini benar-benar homogen isotropis. Hubungan antara

    resistivitas dan struktur geologi adalah penting dan merupakan variable

    juga. Resistivitas ini berubah secara perlahan akibat formasi yang adaseperti variasi salinitas dari air pengisi pori batuan. Kebanyakan batuan

    menghantarkan arus listrik diakibatkan hanya oleh air atau fluida pengisi

    pori dan rekahan-rekahan pada batuan tersebut. Sedangkan jenis

    batuannya itu sendiri kurang signifikan pengaruhnya. Dalam pengukuran

    metoda resistivitas, besaran-besaran yang dapat diukur adalah beda

    potensial diantara dua titik dan kuat arus listrik (I) yang diterapkan. Bentuk

    penjalaran arus dan permukaan ekipotensialnya seperti pada gambar 3.

    Sedangkan kuat medan selalu dirata-ratakan sama dengan beda potensial

    diantara dua titik (V) dibagi dengan jarak kedua titik (r) tersebut

    (selanjutnya dikenal sebagai faktor konfigurasi). Rangkaian pengukuran

    resistivitas ini seperti pada gambar 4.

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    37/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Gb. 3 Garis sebaran arus dan ekipotensial,(www.mine.edu)

    Gb. 4. Konfigurasi Schlumberger ,(www.mine.edu)

    Persamaan dasar yang digunakan adalam metoda ini dalah

    persamaan yang diturunkan dari hukum Ohm dan hukum Gauss, dan

    dengan permukaan ekipotensial berbentuk hemisfir dan aliran arus listrik

    secara radial (asumsi homogen isotropis) :

    r

    IV

    =2

    (1)

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    38/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Besaran resistivitas , merupakan besaran dari batuan yang diuji.

    Adapaun ditribusi potensial pada berbagai jarak dari elektroda arus

    digambarkan pada gambar 5.

    Gb.5 Bidang Ekipotensial yang terukur pada sepasang

    elektroda potensial. ,(www.mine.edu)

    Penembusan dari arus listrik yang mengalir ini ditentukan oleh jarak

    elektrodanya, sehingga kedalaman penembusan bisa diatur dari jarak

    bentangan. Pada table 1 di bawah ini proporsi dari enam lintasan seperti

    pada gambar 1.

    Tabel 1. Persentase arus total berdasarkan radius sebaran

    Lintasan Arus % dari Total Arus

    1 17

    2 32

    3 43

    4 49

    5 51

    6 57

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    39/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Lintasan-lintasan arus dari 1 sampai 6 yang mulai dari atas sampai ke

    lintasan terbawah persentase dari hasil perhitungan dan grafik aliran arus,

    tercatat hampir 50 % dari arus yang masuk ke bumi mengalir melalui

    batuan pada kedalaman lebih rendah atau sama dengan jarak elektroda

    aruis. Dengan memasukkan parameter lapangan seperti jarak antara

    elektroda arus dan potensial rumusan pada persamaan (1) dapat berubah,

    sebagai contoh untuk konfigurasi Schlumberger jarak antara elektroda arus

    adalah n kali jarak elektroda potensial sehingga resistivitas yang terukur

    dirumuskan sebagai berikut:

    (2

    Dalam survey dilapangan dikenal ada beberapa konfigurasi yang sering

    digunakan yang tujuan untuk mapping (pemetaan) dan/atau sounding

    (pemetaan secara vertical). Konfigurasi-konfigurasi itu adalah Schlumberger,

    Wenner, Dipole-dipole, Bristow, dan Mise ala Masse. Adapun pemilihankonfigurasi ini disesuaikan dengan tujuan survey, seperti untuk eksplorasi

    geothermal, eksplorasi air tanah, eksplorasi di aluviasl, eksplorasi mineral,

    geologi teknik, dan pengkajian lingkungan.

    Bentuk respon berupa resistivitas semu , a, dari hasil pengukuran

    potensial dari arus yang diinjeksikan pada medium untuk berbagai

    bentangan seperti digambarkan pada gambar 6. Gambar tersebut

    menunjukkan respon untuk struktur dua lapis ( Tebal lapisan atas 5 meter

    dengan resistivitas 500 Ohm dan lapisan bawahnya tebal 15 meter dengan

    resistivitas 250 meter) dalam halfspace.

    Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya

    dangkal, dan jarang memberikan informasi lapisan pada kedalaman lebih

    dari 1000 feet. Oleh karena itu metoda ini jarang digunakan untuk

    eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering

    geologyseperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoirair,

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    40/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    juga digunakan dalam eksplorasi geothermal (1),(2).

    Gb.6 Resistivitas semu variasi ketebalan dan resistivitas

    batuan. ,(www.mine.edu)

    Berdasarkan kepada letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial

    dan elektroda-elektroda arus (Gb.7) dikenal beberapa jenis metoda

    resistivitas tahanan jenis, antara lain :Metoda Schlumberger,Metoda

    Wienner, Metoda Dipole Sounding

    Gb. 7 Prinsip dasar penelitian geolistrik

    Transmiter

    Receiver

    Surface

    Gambar 1. Prinsip Dasar Penelitian Geolistrik

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    41/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Teknik pengukuran DC Resistivityyang digunakan di lapangan

    adalah konfigurasi Schlumberger. Posisi elektroda arus dan potensial untuk

    konfigurasi ini seperti pada gambar 8.

    A BM N

    I

    V

    Gb.8 Konfigurasi elektroda arus dan potensial.

    Terdapat beberapa cara perhitungan faktor geometris untuk

    konfigurasi ini, yaitu:

    Cara 1 (Gb.9) :

    A BM N

    a

    p p

    0

    Gb.9 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 1.

    =4

    a

    a

    p

    2

    1K

    2

    (1)

    maka nilai untuk cara ini :

    = 4

    a

    a

    p

    I

    V2

    a

    (2)

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    42/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    Cara 2 (Gb.10):

    A BM N

    a

    L

    0

    Gb.10 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 2

    Untuk bentangan seperti ini nilai resistivitas semunya adalah: maka

    nilai untuk cara ini :

    = 1a

    La

    I

    V

    2

    2

    a (3)

    Cara 3 (Gb11):

    A BM N

    a

    0

    n a n a

    Gb.11 Konfigurasi elektroda arus dan potensial Schlumberger 3

    Untuk bentangan ini resistivitas semunya:

    )1n(naI

    Va

    += (4)

    Untuk mendapatkan kedalaman dan sebarannya dalam arah lateral

    diperlukan kombinasi dari konfigurasi- konfigurasi di atas dan penentuan

    kofigurasi apa yang akan diterapkan sangat bergantung dari kondisi

    topografi daerah penelitian. Untuk daerah penelitian yang akan diteliti

    dominasinya adalah daerah dengan variasi topografi yang kecil sehingga

    konfigurasi Wenner dan Schlumberger akan lebih banyak digunakan. Dalam

    tahapan pengolahan data dan interpretasi akan digunakan kombinasi antara

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    43/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    cara manual dan penggunaan software. Pada penelitian ini direncakana

    akan digunakan software-software yang dibuat sendiri dan software-

    software paten (forwarddan inverse modeling) yang ada.

    Perancangan system pengukuran pada survey 2D metoda

    geolistrik ini dilakukan beberapa tahapan:

    Perancangan system akuisisi meliputi, panjang bentangan yang

    ditentukan dengan spasi antara elektroda. Pada survey ini panjang

    bentangan bervariasi dari 20 m s.d. 30 m disesuaikan dengan panjang

    bentangan yang memungkinkan di lapangan (Gb.12)

    Gb.12 Perancangan system akuisisi survey 2D metoda geolistrik

    menggunakan Supersting R8/IP.

    Penentuan lintasan di lapangan disesuaikan dengan bentangan

    alam yang mungkin. Pada survey ini bentangan mengikuti kondisi alam yang

    ada dengan tetap mempertimbangan kondisi geologinya. Untuk

    mendapatkan hasil optimum terhadap kedalaman dilakukan overlapping

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    44/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    bentangan sepanjang satu kabel (enam kali rentang elektroda ) (Gb.13).

    Bentangan 1

    Bentangan 2

    Gb.13 Mogel lintasan di lapangan

    Pengolahan data dan interpretasi. terdiri atasdua tahap yaitu :

    A) Pengolahan data lapangan yaitu dilakukan selama akuisisi data di

    lapangan. Pengolahan data lapangan ini berguna untuk control kualitas data

    dan perbaikan-perbaikan sistem akuisisi dalam meningkatkan kualitas data.

    B) Pengolahan data setelah lapangan. Pada pengolahan data dilakukan

    proses-proses perbaikan data seperti : editing, mutting dan filtering data.

    Tahapan ini dilakukan untuk mempersiapkan data agar dapat dilakukan

    proses inversi data. C) Tapahan interpretasi adalah penafsiran data hasil

    pengolahan data untuk mendapatkan kondisi kedalaman dan nilai

    resistivitas riil dari daerah survey yang selanjutnya dilakukan penafsirankondisi bawah permukaan bersama-sama dengan data penunjang lainnya

    seperti: data geologi, data sumur dan metoda lain yang pernah dilakukan di

    lokasi survey tersebut.

    G. Proses data/ studio

    Data kegiatan lapangan dan laboratorium perlu dianalisis dan diproses

    melalui program paket komputer dan digitasi yang menghasilkan tabel-tabel

    dan peta yang lebih komunikatif serta memudahkan di dalam penyajian dan

    penyusunan laporan.

    3.2 Peralatan Penyelidikan

    A. Geologi

    1 (satu) unit pecontoh comot (grab sampler)

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    45/116

    METODA DAN PERALATAN PENYELIDIK AN

    1 (satu) unit penginti jatuh bebas (gravity corer)

    1 (satu) unti bor inti gas biogenik (coring)

    1 (satu) buah kompas geologi, loupe tangan

    1 (satu) buah kamera

    1 (satu) buah tali ukur

    5 (lima) lembar peta dasar kerja sekala 1:25.000

    5 (lima) lembarpeta rupa bumi sekala 1:25.000

    1 lembar peta citra

    B. Geofisika

    1 (satu) unit 200 Khz echounder

    1 (satu) sistem single channe seismic profiling (boomer)

    1 (satu) unit komputer dan software navigasi

    2 (dua) set alat komunikasi

    C. Hidro-Oseanografi

    1 (satu) unit drouge tracking1 (satu) buah rambu ukur

    D. Navigasi

    1 (satu) unit theodolite

    2 (dua) buah rambu ukur

    2 (dua) unit GPS mobile

    E Analisis Laboratorium

    1 (satu) unit alat ayakan besar butir

    1 (unit) unit alat pipet besar butir

    F. Geolistrik

    1 (satu) unit peralatan geolistrik multi channel yang teridir atas: Superstring

    R8 IP Multichannel AGI, perangkat komputer, GPS trimble, dan transceiver.

    ANGAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    46/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    BAB IV

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    4.1. Tekstur Sedimen

    Sejumlah contoh sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan

    telah dianalisis besar butir untuk mendapatkan parameter tekstur sedimen.

    Data analisis besar butir dari penyelidikan sebelumnya (Udaya, drr., 2004)

    juga digunakan. Analisis megaskopis dilakukan untuk mengidentifikasi

    secara umum jenis sedimen serta mineral yang terdapat pada sedimen

    (Lampiran terikat 1:1).. Analisis besar butir mengikuti cara Folk (1968)

    digunakan untuk sedimen pasir dan kerikil. Contoh sedimen berupa lanau,

    dan lempung dianalisis pipet. Data baku analisis besar butir dan pipet

    diproses (Tabel 2, Lampiran terikat 1:2).

    Berdasarkan data analisis besar butir maka sedimen permukaan dasar

    laut di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan

    tekstur sedimen yaitu: pasir (S), pasir lanauan (zS), lanau pasiran (sZ)

    dan lanau (Z) (Gb.14)

    Pasir, Sebarannya setempat-setempat, menempati kedalaman laut

    kurang dari 10 m dengan persentase pasir antara 99,5% - 100 %. Sifat

    fisik pasir berwarna kecoklatan, halus-sangat halus, membundar-menyudut

    tanggung, pemilahan baik-sangat baik dengan komposisi utama kuarsa,

    sedikit muskovit dan pecahan cangkang moluska. Pemisahan cangkang

    hasil preparasi granulometri memperlihatkan persentase 0% sampai dengan0,9839 %.

    Pasir lanauan, sebaran ke arah lepas pantai menyempit, menempati

    kedalaman laut tidak lebih dari 10 m dengan persentase pasir, lanau dan

    lempung, masing-masing antara 51% - 76,1 %, 22,4% - 44,2 % dan

    0,3%-4,8 %. Perian megaskopik mempunyai sifat fisik abu kehijauan-

    kecoklatan, lumpuran, halus-sangat halus, membundar-menyudut

    tanggung, pemilahan baik, penyusun utama kuarsa, sedikit muskovit dan

    5/17/0757 34PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    47/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    48/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    49/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    organik sisa tumbuhan. Pemisahan cangkang hasil preparasi

    memperlihatkan persentase antara 0,0841 - 3,8014 %.

    Lanau pasiran, sebaran di sepanjang pantai menempati kedalaman

    laut kurang dari 15 m dan di lepas pantai lebih dari 20 m. Persentase

    pasir, lanau dan lempung, masing-masing antara 10,8 - 49,9 %, 45,7 -

    87,3 % dan 0,2 - 6,3 %.

    Satuan ini secara megaskopik sebagai lumpur pasiran dengan sifat fisik

    dan kandungan mineral relatif sama dengan lanau. Perbedaan terlihat dari

    sebagian percontohnya berwarna gelap oleh karena kandungan busukan

    organik sisa tumbuhannya. Pemisahan cangkang memperlihatkan

    persentase antara 0,1178 -7,3876 %.

    Lanau, sebarannya menutupi kurang lebih 85 % dari luas daerah

    penelitian, berkembang mulai dari pantai hingga menerus ke arah lepas

    pantai dengan persentase lanau antara 78,5 - 96,6 %.

    Satuan ini secara megaskopik sebagai lempung dan lumpur, sifat

    fisiknya abu-abu kehijauan-kehitaman, permukaannya sebagian besar

    diselimuti oleh sedimen berwarna kecoklatan. Selimut endapan berwarnacoklat diduga berkaitan dengan pengaruh suspensi sedimen asal Sungai

    Kapuas. Sebagian sedimennya teridentifikasi adanya kuarsa, pecahan

    cangkang moluska dan organik sisa tumbuhan. Keberadaan cangkang hasil

    preparasi granulometri sedimen menunjukan persentase antara 0,0307

    9,9955 %.

    Organik sedimen (Sisa-sisa Tumbuhan), sebarannya menutupi

    kurang 1 % dari luas daerah penelitian (tidak terpetakan), berkembang di

    anak Sungai Pungur Besar (Kapuas). Secara visual berwarna coklat

    kegelapan dengan penyusun utama organik sisa-sisa tumbuhan yang masih

    jelas akan batang, ranting dan asal daunnya.

    Perian megaskopis sedimen bawah permukaan dilakukan dari lubang

    bor MKB1, MKB2, MKB3 dan MKB4 (Lampiran terikat 1.1). Analisis besar

    butir dan pipet dilakukan pada contoh sedimen bawah permukaan dari

    lubang bor MKB3 dan MKB4. Sedimen pada MKB1 dan MKB2 dapat

    5/17/0757 34PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    50/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    memberikan gambaran secara umum kondisi lingkungan sedimentasi

    daratan Muara Kakap. Sedimen pada MKB3 dan MKB4 menarik untuk

    dianalisis lebih rinci karena dari lubang bor MKB3 ada indikasi gas biogenik

    sedangkan sedimen dari lubang bor MKB4 dapat memberikan gambaran

    kondisi lingkungan pembentukan Delta Kapuas. Bor MKB1 dan MKB2

    terletak di daratan Muara Kakap, bor MKB3 berada di Pulau Sepauk Laut,

    dan bor MKB4 berada di laut Pulau Tanjung Saleh.

    Jarak bor MKB1 dengan MKB2 sekitar 500m. Penentuan lokasi bor di

    sini berdasarkan pertimbangan teknis dan kesepakatan masyarakat.

    Berdasarkan deskripsi megaskopis sedimen yang besaral dari bor MKB1 dan

    MKB2 hampir sama yaitu berupa perlapisan antara lumpur, lempung, lanau

    dan pasir dengan sisipan pasir dan gambut. Pada bor MKB1 lempung

    bertambah banyak ke arah kedalaman 50m, sebaliknya lanau untuk bor

    MKB2. Lapisan gambut di bor MKB1 lebih banyak ditemukan pada

    kedalaman antara kedalaman 26m dan 50m, sedangan lapisan gambut di

    bor MKB2 hanya ditemukan di kedalaman 25m. Dari kedua lubang bor

    tersebut terdapat sumber air tanah dangkal yang berasal dari lapisan pasirsebagai akifer. Pasirnya berwarna abu-abu gelap, berbutir halus, dan

    banyak mengandung material organuk berupa sisa-sisa tumbuhan dan

    pecahan cangkang moluska.

    Bor MKB3 mencapai kedalaman 45m. Secara megaskopis sedimen

    yang berasal dari bor MKB3 terdiri atas perselingan pasir lempung dan pasir.

    Sedimen yang berada dekat kepermukaan berupa lempung hitam kaya akan

    material organik, ke arah bagian dalam sedimen disusun oleh pasir halus

    berwarna abu-abu kecoklatan, tebal antara 20cm dan 50cm yang

    berselingan dengan lempung lunak berwarna hitam, hijau kecoklatan,

    mengandung kepingan organik berupa kayu dan tumbuh-tumbuhan, berbau

    busuk, tebal lebih dari 1 m. Pada kedalaman 43m dan 45m sedimennya

    terdiri atas pasir halus, berwarna abu-abu kecoklatan, sisa-sisa material

    organik.

    5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    51/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    Penetrasi bor MKB4 sedalam 100m. Sedimen yang terdapat pada bor

    MKB4 sebagian besar berupa lempung yang diselingi oleh lapisan material

    organik berupa gambut dan lempung hitam organik. Lapisan sedimen dekat

    permukaan terdiri atas gambut berwarna hitam kecoklatan, terurai, tebal

    mencapai 2.5m. Antara kedalaman 2.5m dan 45m sedimennya terdiri atas

    lempung hitam kecoklatan, lunak, material organik 30%. Antara kedalaman

    45m dan 50m lempung hitam tersebut menjadi lebih kompak dan lengket.

    Antara kedalaman 50m dan 91m sedimennya berupa lempung abu-abu

    kehijauan, kompak, dan sangat lengket. Di antara lapisan lempung hitam

    kehiajaun dan hitam kecokalatan pada kedalaman 91m 92m dan 96m

    97m terdapat lapisan gambut hitam sangat kompak, tebal antara 10cm dan

    20cm. Pada kedalaman 99m dan 100m sedimennya terdiri atas kaolin

    sangat lengket, kompak berwarna coklat terang-coklat agak pudar.

    Analisiis besar butir pada contoh sedimen bor MKB3 dan MKB4 adalah

    untuk mengetahui perubahan tekstur sedimen secara tegak yang

    menggambarkan ligkungan sedimentasi. Berdasarkan data analisis besar

    butir sedimen dari kedua lubang bor tersebut, terdapat perbedaan tekstursedimen terutama harga besar butir rata-ratanya (Tabel 3 dan Tabel 4).

    Besar butir rata-rata sedimen bor MKB3 beragam. Dekat permukaan

    (0m - 8m) nilai besar butir rata-rata berkisar antara 3phi dan 4phi. Di

    bagian tengah (8m - 34m) besar butir rata-rata antara 4phi dan 5phi. Lebih

    dalam lagi harga besar butir rata-rata umunya antara 2phi dan 3phi.

    Berdasarkan data tersebut di bagian atas sedimen lebih banyak disusun oleh

    pasir halus, di bagian tengah terdapat perselingan sedimen pasir halus dan

    lanau, dan dibagian dalam sebagian besar sedimen disusun oleh pasir halus

    dan pasir berbutir sedang.

    Besar butir rata-rata sedimen bor MKB4 tidak memperlihatkan

    perubahan yang mencolok berkisar antara 5phi dan 7phi. Nilai besar butir

    rata-rata tersebut termasuk sedimen lanau. Di sekitar permukaan harga

    besar butir rata-rata sekitar 5 phi. Harga ini berangsur naik menjadi sekitar

    7phi sejalan dengan bertambahnya kedalaman.

    5/17/0757 36PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    52/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757 37PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    53/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757 38PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    54/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757 39PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    55/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    4.2. Karakteristik Pantai

    Karakteristik pantai menggambarkan keanekaragaman proses

    pembentukan morfologi, dimana perubahan morfologinya mencirikan hasildari interaksi antara unsur oseanografisika (angin, gelombang, pasang naik-

    turun dan arus) terhadap unsur geologi (struktur, batuan dan topografi)

    dan aspek antropogenik (pengguna). Pemetaan karakteristik pantai

    bergantung kepada skala peta dan obyek penyelidikan (Dolan, 1975).

    Pemetaan karakteristik pantai di daerah selidikan dilakukan dengan orientasi

    lapangan melalui jalan laut secara diskriptif, kualitatif terhadap parameter

    geologi, relief, karakteristik garis pantai dan proses dominan (Doland,

    1975). Proses dominan meliputi marin, fluviatil, pencucian massa (mass

    wasting), kehidupan koral (coral life), pertumbuhan bakau (mangrove life)

    atau campurannya. Peta dasar yang diapakai peta Rupa Bumi Bakosurtanal

    skala 1 : 50.000, dan citra ETM7 2001.

    Daerah selidikan termasuk kedalam Delta Kapuas. Delta ini merupakan

    suatu sistem delta aktif yang dibentuk dalam kondisi lingkungan tropik.

    Pengaruh gelombang laut dan fluvial sangat besar dalam pembentukan.

    Delta Kapuas memperlihatkan suatu tipe morfologi hampiir berbentuk kipas

    simetri (symmetrical fan). Morfologi Delta Kapuas secara umum dapat

    dibagi kedalam tiga sistem konsentrik radial yaitu dataran delta (delta

    plain), muka delta (delta front) dan luar delta (prodelta).

    Berdasarkan pengamatan visual, kawasan Delta Kapuas terdiri atas

    pulau-pulau yang banyak ditumbuhi mangrove dan nipah. maka

    karakteristik pantai daerah selidikan dapat digolongkan ke dalam 2 jenis

    pantai yaitu pantai lumpur- mangrove-rhizophora dan 2 pantai lumpur

    mangrove-nipah (Gb. 15).

    A. Pantai lumpur- mangrove-rhizophora

    Pantai lumpur- mangrove-rhizophora berkembang sebagian di pantai

    Muara Kakap, pantai barat P. Tanjung Saleh, P. Sepuk Prupuk, P. Sepuk

    Keladi dan P. Sepuk Laut. Karakteristik garis pantai jenis ini terdiri atas

    5/17/0757 40PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    56/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    tanaman mangrove rhizophora dan lumpur. Endapan lumpurnya akan

    tampak jelas terutama pada saat air laut surut. Resistensi sedimen

    terhadap aksi gelombang laut dari jenis pantai ini tergolong rendah,

    sehingga di kawasan ini sering terjadi erosi pantai, terutama pada saat

    musim angin barat, yang mengakibatkan beberapa garis pantai mundur

    (abrasi). Di lapangan erosi pantai ini biasanya ditandai oleh adanya

    beberapa tanaman mangrove dewasa yang tumbang dan berada jauh di

    depan garis pantai baru. Sebaliknya pasokan sedimen dari sungai Kapuas

    pada pantai ini cukup tinggi, sehingga secara umum pantai ini tergolong

    stabil dengan sedimentasi aktif. Di lapangan kondisi ini diperlihatkan oleh

    banyaknya tanaman mangrove muda, dan gosong-gosong pasir (sand bar)

    di kawasan tersebut sebagai embrio pulau - pulau kecil (Lampiran

    Foto 1).

    B. Pantai lumpur mangrove-nipah

    Pantai lumpur mangrove-nipah berkembang di sepanjang tepi sungai,

    Kapuas dan anak-anak sungainya (Lampiran Foto 1), dan hampir semua di

    tepi pulaua-pulau yang ada di Delta Kapuas. Jenis pantai ini dapat

    dikatagorikan sebagai daerah peralihan atau daerah pertumbuhan dan

    perkembangan mangrove nipah dalam lingkungan payau sebagai akibat

    pengaruh campuran air sungai dan air laut. Jenis pantai ini umumnya

    dicirikan oleh adanya sedimen yang berlapis di sekitar tepian sungai. Pantai

    jenis ini relatif stabil terhadap erosi arus sungai. Gelombang dan arus sungai

    yang ditimbulkan oleh kendaraan laut berkecepatan tinggi seringmenimbulkan erosi pada tepi sungai.

    4.3. Pasang Surut

    Pengukuran pasang-surut dilakukan di sekitar Dermaga Muara Kakap

    dan Sungai Pulau selama 15 hari dengan pembacaan setiap 1 (satu) jam

    secara menerus (Lampiran terikat 2-1) dari tanggal 18 September 2005

    s/d 2 Oktober 2005 (Gb.16). Metoda perhitungan perhitungan konstanta

    5/17/0757 41PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    57/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    58/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    Kurva kedudukan muka air laut di pera iran Muara

    Kalimantan Barat (18 SEPT. - 3 OKT. 2005)

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    22

    24

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0:00

    12:00

    0 0 0

    Jam

    TinggiAir(dm)

    Gb.16 Kurva kedudukan muka air laut di perairan Muara Kakap Kalimantan Barat (18 Sept.

    5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    59/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    harmonis yang digunakan adalah metoda The British Admiralti 15 hari

    (piantan). Berdasarkan perhitungan konstanta harmonis pasang surut di

    daerah penyelidikan maka diperoleh elevasi muka laut rata-rata (mean sea

    level) dari level nol rambu, dan 9 (sembilan) konstanta harmonik (M2, S2,

    N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1) Hasil akhir perhitungan konstanta

    harmonik ini adalah sebagai berikut (Tabel 5):

    Tabel 5. Konstanta harmonik pasang-surut Muara Kakap (PPPGL, 2005)

    FINAL RESULT

    So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

    A cm 136.02 17.9 5.5 0.002 1.5 38.6 30.7 12.7 1.7 2.4

    g 395 164 63 164 129 332 129 247 353

    F = 2.96

    Dimana :

    An : besaran amplitudo pasang surut komponen-n

    g : sudut kelambatan fasa

    So : tinggi muka laut rata-rata di atas titik nol rambu

    M2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi bulan

    S2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi

    matahari

    N2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat

    lintasan bulan yang berbentuk elips

    K2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat

    lintasan matahari yang berbentuk elips

    O1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

    bulan

    P1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

    matahari

    K1 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

    bulan dan matahari

    M4 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulansebanyak dua kali (2 x M2)

    5/17/0757 35PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    60/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    MS4 : konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya

    interaksi antara M2 dengan S2

    Sebagai datum vertikal untuk keperluan pemetaan hidrografi

    digunakan kedudukan muka air surutan terendah (LWS) yang letaknya

    0.846 m di bawah MSL (Gb.17).

    Gb.17 Tinggi LWS terhadap rambu pasut

    Analisa kombinasi komponen utama pasang surut dilakukan untuk

    menentukan delay (keterlambatan) kejadian masing-masing komponen

    pasang surut. Hasil analisa kombinasi menggunakan 9 (sembilan)

    komponen utama adalah sbb.:

    a. Kombinasi Terhadap Pasang K1 dan M2

    5/17/0757 36PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    61/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    Diperoleh air rendah yang ditimbulkan oleh anak komponen pasang

    surut konstanta K1, O1, M2, dan K2 adalah 67.8 cm di bawah duduk

    tengah.

    b. Pengaruh Pasang S2

    Kedudukan air rendah yang disebabkan oleh pasang M2, S2, K1, O1,

    dan K2 adalah 67.8 cm di bawah duduk tengah.

    c. Pengaruh Gelombang P1

    Air rendah yang disebabkan oleh komponen M2, S2, K1, O1, K2, dan

    P1 adalah 80.54 cm dibawah duduk tengah.

    d. Pengaruh N2, M4, dan MS4

    Kedudukan air rendah terendah yang diakibatkan oleh komponen

    pasang surut M2, S2, K1, O1, K2, P1, N2, M4, dan MS4 adalah 84.6 cm

    di bawah duduk teng

    4.4. Arus

    Arus laut yang terjadi yang diakibatkan oleh pasang surut dan

    merupakan salah satu parameter di dalam mengontrol dinamika pantai

    Delta Kapuas. Untuk mendapatkan gambaran kondisi arus di daerah

    penelitian dilakukan dengan pengukuran Lagrangian.

    Pengakuruan arus dengan metoda Lagrangiandigunakan bola apung.

    Arah dan kecepatan arus diketahui dengan mengikuti arah dan gerak bola

    apung tersebut. Berdasarkan pengukuran arus dari bola apung yang

    berlokasi di Sungai Punggur Besar depan muara Sungai Kakap pola arussurut searah dengan aliran Sungai Punggur Besar menuju laut. Kecepatan

    rata-rata arus surut ini adalah 0.56m/detik. Pada saat pasang arus

    berlawanan arah dengan arah aliran sungai tersebut. Kecepatan rata-rata

    arus pasang lebih rendah dari arus surut yaitu 0.24m/detik (Gb.18). Dari

    data arus di atas menunjukkan bahwa pergerakan partikel sedimen yang

    diangkut oleh arus sungai dan arus surut condong ke arah laut. Dengan

    kata lain pengendapan atau sedimentasi akan berlangsung terus ke arahlaut selama tidak ada hambatan akibat adanya penghalang (sediment trap)

    5/17/0757 37PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    62/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    yang dipasang oleh masyarakat pantai setempat seperti bagan, dan bubu

    laut (jaring perangkap ikan).

    4.5. Batimetri

    Berdasarkan data lintasan peruman dan seismik (Gb.19), maka

    kedalaman air laut setiap titik tetap (fix point) di daerah penyelidikan

    dikoreksi pasut. Koreksi pasut yang digunakan adalah muka air laut rata-

    rata (mean sea-level). Data yang telah dikoreksi diplot kembali ke dalam

    peta pada posisi titik yang sama, kemudian dari titiktitik tersebut ditarik

    garis yang mempunyai kedalaman yang sama berupa kontur kedalaman

    (batimetri). Batimetri tersebut diplot pada interval 1 m (Gb.20). Karena

    metoda yang digunakan bukan dikhususkan untuk survey hidrografi, maka

    peta kedalaman air laut yang dihasilkan ini tidak direkomendasikan untuk

    navigasi.

    Konfigurasi morfologi dasar laut mencerminkan kondisi geologi serta

    dinamika air lautnya. Berdasarkan data peruman maka secara umum pola

    kontur batimetri dasar laut daerah penyelidikan mengikuti pola morfologi

    Delta Kapuas. Morfologi dasar laut dekat pantai delta (delta front)

    menunjukkan pola datar dan merata dengan kedalaman antara 1m dan 5m.

    Di sekitar muara-muara sungai delta ini terdapat kanal masuk dan keluar

    (out/inlet) arus pasut/sungai dengan kedalaman mencapai lebih dari 5m.

    Morfologi dasar laut di bagian luar delta, P. Sepuk Laut, P. Sepuk Keladi,

    dan P. Sepuk Prupuk memperlihatkan pola kontur lebih rapat dibandingkan

    dengan tempat lainnya mulai dari kontur kedalaman 5m sampai dengan

    20m. Pola kontur tersebut mencirikan adanya suatu kemiringan (slope) yang

    cukup terjal (Gb.20). Pola kontur-kontur tersebut merupakan bagian dari

    lingkungan luar delta atau tepian delta (shelf).

    5/17/0757 38PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    63/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757 39PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    64/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    65/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    5/17/0757PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    66/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    4.6 Seismik Pantul Dangkal

    Survei seimik dilakukan secara bersamaan dengan pemeruman,sumber ledak (source) sistem Boomer dengan catu daya 300 Joule, sapuan

    1/4 per detik, kecepatan waktu ledak (firing rate) 1/4 detik, frekuensi 300-

    4000 Hz dengan waktu bacaan posisi (fix position remark) pada kertas

    rekam setiap selang 10 menit. Interpretasi data seismik diproses secara

    manual dengan menarik batas dari sifat dan konfigurasi pantulan akustik.

    Ketebalan sekuen sesimik dihitung dengan menggunakan asumsi kecepatan

    rambat gelombang pada sedimen yaitu 1600 m/detik. Setiap sekuen seismik

    yang diiterpretasikan sebagai sedimen Holosen dan mempunyai ketebalan

    yang sama dihubungnkan dalam bentuk kontur isopah. Penarikan kontur

    isopakh dilakukan dengan menggunakan interval setiap 5 m (Gb.21).

    Lintasan seismik diarahkan memotong Delta Kapuas yaitu mulai dari muara

    induk Sungai Kapuas (delta plain) , kanal delta, hingga ke laut (prodelta).

    Berdasarkan peta isopah secara umum sedimen Holosen di bagian

    lepas pantai (pro-delta) lebih tebal dibandingkan dengan bagian dataran

    delta. Pola kontur isopahnya menyempit dengan ketebalan sediment

    mencapai 35 meter. Pola ini terdapat di utara dan tengah daerah selidikan.

    Data rekaman seismic juga menunjukkan di bagian lepas pantai (pro-

    delta) konfigurasi lapisan sedimen bawah dasar laut sebagian besar

    mencerminkan pola-pola alur purba dengan konfigurasi torehan dan isian

    kanal (cut and fill) (Gb.22). Sebaliknya ke arah dataran delta atau muara

    Sungai Kapuas bentuk cut and fill ini tidak tampak lagi karena tertutup oleh

    pola turbiditas akustik (acoustic turbidity).

    Pola-pola reflector yang menunjukkan adanya indikasi gas dalam

    sediment di daerah penyelidikan antara lain penggosongan akustik (acoustic

    blanking), turbiditas akustik, penguatan reflector (enhanced reflectors),

    reflector berganda (multiple reflectors) dan hiperbola difraksi (diffraction

    hyperbolas).

    5/17/0757 42PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBAN GAN GEOLOGI KELAUTAN

  • 8/9/2019 Gas Bio Muara_Kakap

    67/116

    PENGOLAHAN DATA DAN ULASAN

    Pengosongan akustik adalah fenomena area-area bebas refleksi

    yang mengindikasikan adanya daerah-daerah gas (Gb.23). Hal ini terjadi

    karena adanya absorbsi sinyal seismic dalam sediment mengandung gas.

    Efek yang sama dapat juga ditimbulkan oleh transparansi akustik karena

    tidak terdapatnya perlapisan sediment akibat migrasi gas.

    Turbiditas akustikadalah berupa rekaman kabur (diffuse) menutupi

    seluruh rekaman yang ada (Gb.24). Pola ini