Makalah Bio
-
Upload
lailatul-isnaeni -
Category
Documents
-
view
125 -
download
0
Transcript of Makalah Bio
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya pemeliharaan untuk memajukan dan membangkitkan peradaban bangsa
merupakan proses dan tujuan yang bersifat jangka panjang baik dalam bidang sosial maupun
lingkungan. Diperlukan adanya strategi kebijakan tentang lingkungan, yang mampu
menempatkan kemajuan peradaban nasional sebagai motivasi penting dalam memajukan
bangsa dan negara. Terbukti bangsa Indonesia mampu bertahan, bahkan berkembang dengan
keanekaragaman hayati yang di milikinya. Untuk itu, negara wajib melindungi kekayaan
keanekaragaman hayati, termasuk melestarikannya demi kemajuan di masa kini dan masa
mendatang.
Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut, seperti laut jawa, laut
sulawesi bahkan samudera hindia. Dengan sekitar 16.777 pulau, yang memiliki garis pantai
sepanjang 95.181 km2, menjadikan Indonesia memiliki kekayaan laut yang melimpah. Tidak
hanya biota laut dan ekosistemnya, namun juga mutiara dan minyak. Dengan adanya
kekayaan laut yang besar, Indonesia kemudian menjadi salah satu negara pengekspor hasil
laut.
Laut Indonesia merupakan kekayaan alam bangsa Indonesia yang telah membentuk
identitas dan jati diri bangsa. Laut memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Konservasi laut merupakan salah satu landasan bagi proses pembangunan bangsa.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi, maka kita harus menjaga keanekaragaman hayati
di lingkungan salah satunya di lingkungan laut. Warisan bangsa perlu dilestarikan,
dikembangkan, bahkan diperbarui agar dapat menjadi pedoman menuju masa depan cerah.
Akan tetapi, saat ini keadaan laut yang dimiliki Indonesia semakin lama semakin
memprihatinkan. Berbagai kerusakan laut makin banyak ditemukan. Terdapat terumbu
karang yang rusak di berbagai daerah akibat pengambilan ikan dengan menggunakan pukat
harimau atau bom, atau karena pembukaan tambak udang dan lainnya. Pencemaran laut pun
terjadi. Limbah industri dan rumahtangga, khususnya limbah pabrik (tailing), yang rata-rata
bermuara ke laut. Kasus yang terkenal yaitu pencemaran tailing di Teluk Buyat, Sulawesi
1
yang menyebabkan berkurangnya ikan di laut bahkan pencemaran ini berdampak pada
manusia. Meskipun saat ini masih banyak hasil laut terutama ikan, yang masih dapat diambil,
namun tidak mungkin pada satu saat nanti hasil laut akan sulit apabila kerusakan lingkungan
terus terjadi.
Keunikan serta potensial yang dimiliki negara kita ini membuat dunia menjadi terkesan.
Oleh karena itu, untuk menjaga dan mengembangkan keunikan dan potensial tersebut di
tengah era globalisasi, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk adalah dengan berupaya
melakukan konservasi mengenai ekosistem laut. Tujuan konservasi adalah mengambil
tindakan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup, salah satunya kelangsungan hidup
manusia dalam hal ini adalah generasi muda, karena generasi muda adalah salah satu
komponen bangsa yang berkewajiban untuk melakukan upaya-upaya pelestarian khususnya
lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini anatara lain:
a. Mengetahui definisi dari ekosistem laut.
b. Mengetahui jenis-jenis ekosistem laut.
c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
d. Mengetahui akibat dari ekosistem laut yang rusak.
e. Mengetahui cara menanggulangi kerusakan ekosistem laut.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini anatara lain:
a. Bagaimanakah definisi dari ekosistem laut?
b. Apa saja jenis-jenis ekosistem laut?
c. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan ekosistem laut?
d. Apa akibat dari ekosistem laut yang rusak?
e. Bagaimana cara menanggulangi kerusakan ekosistem laut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem Laut
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di
perairan laur, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut.
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.
1. Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
2. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
3. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
4. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan
bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya matahari sangat
besar. Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi
dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari, disebut daerah
fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya terdapat daerah
remangremang cahaya yang disebut daerah disfotik.
2.2 Jenis-Jenis Ekosistem Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas ekosistem lautan, ekosistem pantai,
ekosistem estuari (muara), dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem laut
ditandai dengan salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah laut
tropik. Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan darat, laut dan daerah
pasang surut. Ekosistem estuari merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.
Ekosistem terumbu karang terdiri dari didominasi karang batu dan organisme-
organisme lainnya, daerah ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga
fotosintesis dapat berlangsung.
3
2.2.1 Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,
maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke
bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan
yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m.
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai
(1.500-10.000 m).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an
200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-
2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m;
tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak
mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih
dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang
dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri
yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis
sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
2.2.2 Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi.
Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang
menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang,
siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-
ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
5
2.2.3 Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.
Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa
garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke
laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut
aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan
ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi
untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
2.2.4 Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang
khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya.
Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat
ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan
kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari
kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat
tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis
dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup
di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan,
menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
6
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Ekosistem Laut
2.3.1 Kegiatan dan Dampak dari Illegal Fishing
Illegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh
nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik
penangkapan bertanggung jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall
praktek dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan kegiatan
pelanggaran hukum. Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan
bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan
memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem perairan akan tetapi
memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan
panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang
bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional.
Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak
digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan
yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan
tersebut dampak berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan
yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan
termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap
yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan
pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat
tangkap trawl pada daerah yang karang.
2.3.2 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak
Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara
yang sering digunakan oleh nelayan traditional didalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan penangkapan ikan-ikan
karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak
dapat memberikan akibat yang kurang baik baik bagi ikan-ikan yang akan
ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan.
Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah
terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain
7
rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat
menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran
penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi
menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.
Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan
menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat meninggalkan gunungan
serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya (Hamid, 2007). Selain
memberi dampak yang buruk untuk karang, kegiatan penangkapan dengan
menggunkan bahan peledak juga berakibat buruk untuk ikan-ikan yang ada.
Ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan bahan meledak umumnya
tidak memiliki kesegaran yang sama dengan ikan-ikan yang ditangkap
dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.
Walaupun demikian adanya, nelayan masih tetap menggunakan bahan
peledak didalam melakukan kegiatan penangkapan karena hasil yang mereka
peroleh cendrung lebih besar dan cara yang dilakukan untuk melakukan
proses penangkapan tergolong mudah.
2.3.3 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan beracun
Selain penggunaan bahan peledak didalam penangkapan ikan diderah
karang, kegiatan yang marak dilakukan oleh nelayan adalah dengan
menggunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun yang
umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pembiusan seperti
sodium atau potassium sianida. Seiring dengan meningkatnya permintaan
konsumen terhadap ikan hias dan hidup memicu nelayan untuk melakukan
kegiatan penangkapan yang merusak dengan menggunakan racun sianida.
Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang
masih hidup kan tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan
dampak yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu penangkapan
dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang
tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi
8
mabuk dan mati. Disamping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat
menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai
dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih yang
lama kelamaan karang menjadi mati. Indikatornya adalah karang mati.
2.3.4 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl
Kegiatan lain yang termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah
penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang. Kegiatan ini merupakan
kegiatan penangkapan yang bersifat merusak dan tidak ramah lingkungan.
Penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang dapat dilihat pada
kasus yang terjadi di perairan Bagan Siapi-Api Provinsi Sumatera Utara dan
di Selat Tiworo Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah kita ketahui
bersama, penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di
Indonesia karena alat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap yang
sangat tidak ramah lingkungan karena memiliki selektifitas alat tangkap
yang sangat buruk. Nelayan di sulawesi Utara cendrung tidak memperdulikan
hukum yang ada. Mereka tetap melakukan proses penangkapan dengan
menggunakan alat tangkap trawl. Alat yang umumnya digunakan oleh
nelayan berupa jaring dengan ukuran yang sangat besar, memilki lubang
jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulai dari ikan
berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besar dapat tertangkap
dengan menggunakan jaring tersebut.
Cara kerjanya alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke
dasar perairan. Akibat penggunaan pukat harimau secara terus menerus
menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal
ini dikarenakan ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini
sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak
spesiesnya. Selain hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan
alat tangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat
tersangkut ataupun terbawa jarring. Jarring yang tersangkut akann menjadi
patah dan akhirnya menghambat pertumbuhan dari karang itu sendiri.
9
Apabila hal ini terus berlanjut maka ekosistem karang akan mengalami
kerusakan secara besar-besaran dan berakibat pada punahnya ikan-ikann
yang berhabitat pada daerah karang tersebut.
2.4 Dampak Kerusakan Ekosistem Laut
Salah satu kerusakan lingkungan yaitu terjadi
pada wilayah pantai, misalnya penambangan pasir laut yang berdampak pada
rusaknya lingkungan pantai. Secara spesifik dampak yang ditimbulkan dari
penambangan pasir laut adalah:
1) Rusaknya Infrastuktur di sekitar lokasi penambangan, hal ini terjadi karena
banyaknya truk pengangkut pasir di sekitar lokasi yang hilir mudik dengan
jumlah tonase yang melebihi kapasitas.
2) Rusaknya berbagai ekosistem pesisir dan laut, antara lain :
a. Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove),
Akibat dari kegiatan penambangan pasir laut, menyebabkan
kerusakan yang terjadi antara lain berkurangnya kadar oksigen
dalam air akibat sedimentasi/pengendapan yang berlebihan,
berubahnya fungsi hutan bakau sebagai penahan abrasi dan
ekosistem biota laut.
b. Ekosistem terumbu karang
Rusaknya trumbu karang dapat mengakibatkan antara lain abrasi,
penurunan produktifitas perairan menurunnya daya tarik wisata
bahari dan menurunnya tingkat kesejahteraan nelayan.
3) Menimbulkan lingkungan kritis di wilayah pesisir, dalam jangka panjang
penambangan pasir laut menimbulkan kerusakan pada lingkungan pesisir
sehingga membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya. Hal ini sudah
terjadi di berbagai wilayah Indonesia
4) Bergesernya bibir pantai akan berpengaruh pada pengelolaan batas wilayah,
karena berubahnya Zona Ekonomi Eksklusif. Dimana disatu pihak bahwa
10
kabupaten atau kota hanya punya kewenangan pengelolaan wilayah laut saja
tetapi tidak punya wilayah laut, namun ada pula yang menginterprestasikan
bahwa kabupaten atau kota mempunyai wilayah laut dan kewenangan sejauh 4
mil laut. Sedangkan, provinsi mempunyai laut dari 4 mil sampai 12 mil serta
pemerintah pusat mempunyai wilayah laut dari 12 mil samapi Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE).
5) Terganggunya kehidupan manusia, antara lain pemiskinan sumber dan ruang
hidup, penyingkiran dari ruang hidup, kematian.
2.5 Cara Menanggulangi Kerusakan Ekosistem Laut
Untuk menanggulangi kerusakan ekosistemlaut dewasa ini tidaklah begitu mudah, hal
ini disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang tidak nyata. Meskipun demikian
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran laut, antara lain:
dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat
yang aman, dan daur ulang limbah.
Selain itu, mengingat demikian luas laut kita maka salah satu cara Penanggulangan
Kerusakan Ekosistem Laut adalah dengan upaya pencegahan. Langkah ini, tentu lebih mudah
dan murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi lingkungan laut yang telah
tercemar.
Terkait dengan itu, agar dapat dilakukan pencegahan pengrusakan ekosistem laut sedini
mungkin, perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu,
atau pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu.
Sedangkan Pemantauan lingkungan laut dapat diartikan sebagai pengulangan pengukuran
pada komponen atau parameter lingkungan laut untuk mengetahui adanya perubahan
lingkungan akibat pengaruh dari luar.
Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat meliputi segi-segi hukum, kelembagaan dan
pembuatan keputusan dari masalah-masalah pencemaran lingkungan. Dengan demikian
dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan laut haruslah dimiliki suatu sistem yang dikenal
dengan istilah sistem pemantauan lingkungan laut. Pemantauan laut sering dilakukan untuk
berbagai tujuan. Meskipun demikian, umumnya pemantauan ini dilakukan dengan maksud
untuk mendapatkan informasi tentang empat kategori.
11
Pertama, kepatuhan (compliance). Untuk memastikan bahwa kegiatan (industri dan
sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan
persyaratan-persyaratan izin yang ditentukan. Kedua, verifikasi model. Yaitu untuk
memeriksa berlakunya anggapan-anggapan dan ramalan-ramalan yang digunakan sebagai
dasar untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pengelolaan. Ketiga, pemantauan perubahan,
yaitu untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi perubahan lingkungan laut jangka panjang
yang diharapkan atau dihipotesiskan sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan
manusia. Keempat, penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut, yang khususnya
dilakukan dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan
ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sebagai upaya pengelolaan lingkungan.
Selain kegiatan pemantaun lingkungan laut tersebut, ada beberapa tindakan nyata yang
dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari
sedini mungkin:
1. Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah semua
kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut.
2. Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota,
eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan
pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan
limbah.
3. Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan
kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan
lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
4. Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut
(karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya.
5. Melakukan kegiatan pengembangan yang meliputi budidaya, penelitian, pendidikan dan
pembuatan buku-buku pedoman dan Perda yang dijabarkan dari UU lingkungan hidup
terkait lingkungan laut.
6. Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan
peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan laut.
12
Dari semua solusi yang dapat dilakukan, hal yang paling mendasar untuk diatasi
adalah peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat maupun nelayan mengenai
illegal. Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan dilakukannya penyuluhan ke
wilayah nelayan, dan pendidikan dari kecil di sekolah daerah pesisir. Agar betul-betul bisa
langsung menyerang akar permasalahan dan menanamkan kesadaran sejak awal untuk
menjaga terumbu karang. Tapi penyuluhan itu tidak akan dapat bertahan lama jika akar dari
semua masalah itu tidak segera di selesaikan yaitu faktor kemiskinan.
Penanganan nyata lain untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang yang marak
dilakukan oleh lembaga pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat adalah
dengan membudidayakan terumbu karang, yakni dengan pemasangan terumbu karang buatan
(artificial reef) yang diprakarsai oleh Departemen Kelautan Perikanan. Konservasi terumbu
karang adalah hal yang mutlak, dan tidak dapat ditawar ataupun ditunda karena waktu
tumbuh karang yang lama dan manfaatnya yang begitu besar untuk biota laut terutama ikan,
karenanya bila hasil tangkapan nelayan tidak ingin menurun maka secara bersama-sama
masyarakat harus melindungi kawasan terumbu karang. Untuk itu diharapkan nelayan atau
siapapun juga tak lagi melakukan penangkapan ikan dengan cara yang merusak. Lebih baik
lagi jika sikap tak merusak itu lahir dari kesadaran sendiri. Meskipun proses penyadaran ini
memerlukan waktu, namun harus dilakukan secara terus menerus oleh semua pihak.
Tapi semua solusi di atas masih kurang maksimal karena pemerintah yang belum
menunjukkan perhatian yang optimal dalam mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan
kawasan pesisir dan lautan khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum (law
enforcement). Tapi kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah kita semua harus turun
tangan terutama yang peduli. Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika
terjadi pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran dengan
nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan mereka nanti.
Akhirnya, sesungguhnya kualitas lingkungan laut itu sangat berhubungan erat dengan
kualitas manusia. Bukankah manusia itu dianggap sebagai pemilik kekuasaan? Sayangnya,
kekuasaan ini seringkali membuat manusia bertindak serakah, sehingga kualitas lingkungan
laut menjadi rusak. Untuk itu, adanya kegiatan ekplorasi dan ekploitasi sumberdaya laut yang
tidak mempertimbangkan kehidupan generasi saat ini dan akan datang harus segera dihindari
sedini mungkin, bila tidak siap-siap kita didera derita ekosistem laut yang rusak.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laut Indonesia merupakan kekayaan alam bangsa Indonesia yang telah membentuk
identitas dan jati diri bangsa. Laut memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Dalam menghadapi tantangan globalisasi, maka kita harus menjaga
keanekaragaman hayati di lingkungan salah satunya di lingkungan laut. Warisan bangsa perlu
dilestarikan, dikembangkan, bahkan diperbarui agar dapat menjadi pedoman menuju masa
depan cerah.
Konservasi terumbu karang adalah hal yang mutlak, dan tidak dapat ditawar ataupun
ditunda karena waktu tumbuh karang yang lama dan manfaatnya yang begitu besar untuk
biota laut terutama ikan, karenanya bila hasil tangkapan nelayan tidak ingin menurun maka
secara bersama-sama masyarakat harus melindungi kawasan terumbu karang.
3.2 Saran
Kita tidak bisa terus menunggu ekosistem laut yang telah rusak ini berubah menjadi
ekosistem laut yang kembali baik. Kita semua harus turun tangan terutama yang peduli. Kita
dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika terjadi pengerusakan terumbu
karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran dengan nelayan akan betapa pentingnya
terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan nanti.
Diharapkan nelayan atau siapapun juga tak lagi melakukan penangkapan ikan dengan
cara yang merusak. Lebih baik lagi jika sikap tak merusak itu lahir dari kesadaran sendiri.
Meskipun proses penyadaran ini memerlukan waktu, namun harus dilakukan secara terus
menerus oleh semua pihak.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, dkk. 2006. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga
Prawirahartono, Slamet. 2005. Sains BIOLOGI. Jakarta: Bumi Aksara
Penunjang:
http://Ekosistem Laut _ Mozaik Sains.htm
http://Ekosistem_laut.htm
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/penanggulangan-pencemaran-di-laut.html
http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/08/27/rusaknya-ekosistem-pantai/
http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/05/11/kerusakan-ekosistem-perairan-terumbu-karang-akibat-cara-penangkapan-yang-ilegal/
http://regional.coremap.or.id/niassel/berita/article.php?id=337
http://ridwanaz.com/umum/biologi/pengertian-ekosistem-susunan-dan-macam-ekosistem/
http://www.kbr68h.com/perbincangan/bumi-kita/12358-upaya-menyelamatkan-ekosistem-laut-dan-ikan-nasional
http://zefaniamaleeva.wordpress.com/2011/01/19/konservasi-ekosistem-laut/
15