Gangguan perkembangan seksual

15
BLOK XVII - NEUROPSIKIATRI REFERAT “GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS” Oleh: ARDIANSYAH NIM. H1A 012 007 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2015

description

Gangguan perkembangan seksual

Transcript of Gangguan perkembangan seksual

BLOK XVII - NEUROPSIKIATRI

REFERATGANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

Oleh:ARDIANSYAHNIM. H1A 012 007

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAMMATARAM 2015

BAB IPENDAHULUAN

Gangguan perkembangan psikologikmemiliki gambaran dimana onsetnya berfariasi selama masa bayi atau kanak, hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat dan berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Gangguan perkembangan psikologik terdiri dari beberapa gangguan, yakni:1. Gangguan Perkembangan Khas Berbicara dan Berbahasa2. Gangguan Perkembangan Belajar Khas3. Gangguan Perkembangan Motorik Khas4. Gangguan Perkembangan Khas Campuran5. Gangguan Perkembangan Pervasive Salah satu gangguan perkembangan psikologik adalah perkembangan pervasive yang paling dikenali ditandai oleh gangguan berlarut-larut pada interaksi social timbal-balik, penyimpangan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan streoritik. Fungsi abnormal pada masalah diatasdiidentifikasi pada usia tidak lebih dari 3 tahun.

BAB IIPEMBAHASAN

Gangguan Perkembangan Khas Berbicara dan BerbahasaBerbicara (speech) adalah ekspresi verbal dari bahasa yang meliputi artikulasi sebagai sarananya sehingga terbentuk kata-kata yang dapat kita dengar. Penyebab kelainan berbahasa ada bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi; antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Gangguan bicara (disfasia) dapat terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya (Soetjiningsih. 1995).

PatofisiologiTerdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi: pertama, aspek sensorik (input bahasa), yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa), yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya (Guyton. 2007).Urutan proses komunikasi-input bahasa dan output bahasa adalah sebagai berikut:a) sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang nantinya akan menyandikan sinyal tadi dalam bentuk kata-katab) kata-kata lalu diinterpretasikan di area Wernickec) penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga terjadi di dalam area Wernicked) penjalaran sinyal-sinyal dari area Wernicke ke area Broca melalui fasikulus arkuatus e) aktivitas program keterampilan motorik yang terdapat di area Broca untuk mengatur pembentukan kataf) penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot-otot bicara.Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak fase awal perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh kelainan neorologis atau kelainan mekanisme berbicara, hendaya sensorik, retardasi mental atau factor lingkungan. Anak mungkin lebih mampu berkomunikasi atau mengerti pada situasi tertentu yang sangat dikenalnya dari pada situasi lain, tetapi kemampuannya berbahasa pada setiap keadaan terganggu.1. Gangguan Artikulasi Berbicara KhasGangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yang sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal. Pada proses perkembangan normal biasa terjadi kesalahan pengungkapan suara bicara, tetapi anak itu dapat dimengerti dengan mudah oleh orang lainPerkembangan abnormal dapat terjadi jika kemahiran suara bicara terlambat dan/atau menyimpang, menimbulkan: misarticulasi berbahasa anak akibat kesulitan bagi orang lain untuk mengerti anak; penghilangan, distorsi, atau subtitusi dari suara berbicara;dan inkonsistensi dalam mengeluarkan suara.2. Gangguan Berbahasa EkspresifMencakup gangguan kemampuan untuk berkomunikasi melalui bahasa verbal dan isyarat. Terjadi gangguan perkembangan khas dengan kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa lisan dibawah rata-rata usia mentalnya namun pengertiann pengertian bahasa dalam batas normal. Anak mengalami kesulitan mempelajari kasulitan kata baru dan berbicara dalam kalimat yang lengkap dan benar serta bicaranya terbatas dengan atau tanpa gangguan artikulasi. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan kelambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan.3. Gangguan Berbahasa ReseptipMencangkup masalah gangguan peerkembangan khas dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa dibawah rata-rata usia mentalnya disertai masalah gangguan berbahasa ekspresif dan kesulitan mengerti (menerima) kata-kata dan kalimat serta menentukan maknanya.Anak dengan gangguan berbahasa reseptip berat biasanya disertai dengan kelambatan dalam perkembangan social, dapat mengulang kata yang tidak mereka mengerti, dan menunjukkan pola perhatian yang terbatas.4. Apasia yang Didapat dengan Epilepsi (Sindrom Landau-Kleffner)Suatu gangguan yang didahului oleh perkembangan berbasa yang normal, kemudian kehilangan kedua kemampuan berbahasa ekspresip dan reseptip, sedangkan intelegensia umum tetap normal.

Gangguan Perkembangan Belajar KhasGangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan, yang terganggu sejak stadium awal dari perkembangan (specific development disorders of scholastic skills). Gangguan dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari gangguan yang lain (seperti retardasi mental, deficit neurologis yang besar, masalah visus dan daya dengar yang tidak terkoreksi atau gangguan emosional), walaupun mungkin terdapat bersamaan dengan kondisi tersebut. Gangguan perkembangan belajar khas seringkali terdapat bersama dengan sindrom klinis lain (seperti gangguan pemusata perhtian atau gangguan tingkah laku) atau gangguan perkembangan lain (seperti gangguan perkembangan motoric khas atau gangguan perkembangan khas berbicara atau berbahasa) (Maslim, 2003). Etiologi dari gangguan perkembangan belajar khas tidak diketahui, tetapi diduga bahwa manifestasi gangguan ini disebabkan oleh factor biologis yang berinteraksi dengan factor non-biologis (sperti kesemptan beljar dan kualitas pengajaran) (Maslim, 2003).Pedoman diagnostic menurut PPDGJ III adalah (Maslim, 2003) :a. Secara klinis terdapat derajat hendaya yang bermakna dalam keterampilan skolastik tertentu (beratnya daya dinilai dari ukuran skolastik, gangguan perkembangan yang mendahului, masalah yang terkait, ola, dan respons)b. Hendaya-nya harus dalam arti bahwa tidak semata-mata dapat dijelaskan dari retardasi mental atau hendaya ringan dalam intelegensi umum, sebab IQ dan kinerja skolastik tidak persis berjalan bersamaan/parallelc. Hendaya harus dalam masa perkembangan, dalam arti harus sudah ada pada awal usia sekolah dan tidak didapat pada proses perjalanan pendidikan lebih lanjutd. Harus tidak ada factor luar yang dapat menjadi alasan untuk kesulitan skolastik (misalnya kesempatan belajar, system pengajaran, pindah sekolah, dan sebagainya)e. Tidak langsung disebabkan ooleh hendaya visus atau pendengaran yang tidak terkoreksiDengan petunjuk diatas, diagnosis gangguan perkembangan belajar khas harus berlandaskan temuan positif dari gangguan kinerja skolastik yang secara klinis bermakna yang berkaitan dengan factor-faktor intrinsic dari perkembangan anak (Maslim, 2003).

Gangguan Perkembangan Motorik KhasGambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata mata disebabkan oleh retardsai mental, atau gangguan neurologis khas baik yang didapat maupun kongenital. Kelambanan motorik ini dihubungkan dengan hendaya dalam melakukan tugas yang bersifat visuo-spasial.

Pedoman Diagnosis menurut PPDGJ-III Koordinasi motorik anak, dalam gerakan halus atau kasar, harus secara bermakna di bawah rata rata dari yang seharusnya berdasarkan usianya dan intelegensia umum. Keadaan ini terbaik dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik. Kesulitan dalam koordinasi harus sudah tampak dalam fase perkembangan awal (bukan merupakan hebdaya yang didapat), dan juga bukan akibat langsung dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau gangguan neurologis lainnya. Jangkauan dari gangguan yang meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, dan pola hendaya motorik bervariasi sesuai usia. Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat berkaitan dengan kesulitan berbicara (khususnya gangguan artikulasi). Anak tampak aneh dalam berjalan, lambat belajar berlari, meloncat, dan naik turun tangga. Terdapat kesulitan dalam mengikat tali sepatu, memasang dan melepas kancing, melempar dan menangkap bola. Anak tampak lamban dalam gerakan halus dan kasar, benda yang dipegang mudah jatuh, tersandung, menabrak, dan tulisan tangan yang buruk. Tak pandai menggambar, kesulitan dalam menyusun jigsaw, menggunakan peralatan konstruksional, menyusun bentk bangunan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti peta. Sering disebut dengan the Clumsy Child Syndrome. Kesulitan bersekolah dapat dijumpai dan kadang-kadang tarafnya sangat berat, dalam beberapa kasus terdapat juga masalah perilaku sosio-emosional, tetapi frekuensi dan cirinya tidak banyak diketahui. Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata (seperti cerebral palsy atau distrofi otot). Pada kebanyakan kasus dengan pemeriksaan klinis yang teliti, menujukkan kelambatan perkembangan neurologis (didapatkan soft neurological sign yang dapat terjadi pada anak normal tanpa menunjukkan lokasi lesi). Pada beberapa kasus dapat dijumpai riwayat komplikasi perinatal, seperti berat badan lahir rendah (lahir prematur).

Gangguan Perkembangan Khas CampuranKeadaan ini merupakan kategori gangguan yang batasannya tidak jelas, konesp tidak adekuat dengan gangguan perkembangan khas campuiran dari berbicara dan Bahasa, keterampilan skolastik, dan atau fungsi motoric, tetapi tidak ada satu gejala yang cukup dominan untuk dijadikan sebagai suatu diagnosis utama (Maslim, 2013).Contohnya adalah pada kasus ini terdapat campuran gejala, bisa gejala gangguan perkembangan bicara dan bahasa seperti, gangguan artikulasi, berbahsa ekspresif, dan berbahasa reseptif. Bisa terdapat gejala gangguan keterampilan skolastik seperti gangguan mengeja, memabaca khas, dan berhitung. Bisa terdapat pula gangguan perkembangan dari motoriknya. Gangguan- gangguan tersebut muncul, tetapi tidak ada yang dominan sehingga tidak bisa dijadikan diagnosis utama (Maslim, 2013).

Gangguan Perkembangan Pervasive Gangguan perkembangan pervasive adalah kelompok kondisi psikiatrik dimana ketrampilan sosial yang diharapkan, pekembangan terkait bahasa, prilaku tidak berkembang secara normal, mengalami kemunduran bahkan hilang pada masa anak anak, gangguan ini mempengaruhi berbagai bidang perkembangan dan menyebabkan disfungsi yang persisten (Indayani, 2015). Gangguan perkembanganpervasif ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik (Rahma, 2012). Menurut PPDGJ III (2013), Gngguan perkembangan pervasif terdiri dari: 1. Autisme masa kanak2. Autisme tak khas3. Sindrom Rett4. Gangguan disintegratif masa kanak lainnya5. Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik6. Sindrom asperger7. Gangguan perkembangan pervasif lainnya8. Gangguan pervasif YTT

BAB IIIPENUTUP

Gangguan perkembangan psikologikmemiliki gambaran dimana onsetnya berfariasi selama masa bayi atau kanak, hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat dan berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa.Salah satu gangguan perkembangan psikologik adalah perkembangan pervasive yang paling dikenali ditandai oleh gangguan berlarut-larut pada interaksi social timbal-balik, penyimpangan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan streoritik. Fungsi abnormal pada masalah diatasdiidentifikasi pada usia tidak lebih dari 3 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton, John E. Hall, Neurofisiologi Motorik dan Integratif, dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.Indayani, F. 2015. Pengembangan Rawat diri anak pada spektrum autisme. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi 2015, Volume 3 (I): 91-99 Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma JayaRahma. 2012. Diagnosis Gangguan Perkembangan Pervasif. Universitas Islam Sultan Agung: Semarang. Diakses tanggal 23 April 2015 Soetjiningsih. Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak, dalam I.G.N.Gde Ranuh (ed): Tumbuh Kembang Anak. EGC, Surabaya, 18, 237-247.