Gangguan Mental Pada Hipotiroidisme Dan Tatalaksananya
-
Upload
anon633998509 -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
Transcript of Gangguan Mental Pada Hipotiroidisme Dan Tatalaksananya
Gangguan Mental pada Hipotiroidisme dan Tatalaksananya
1. Pendahuluan
Hipotiroidisme merupakan gangguan tiroid yang paling sering terjadi
pada populasi orang dewasa. Orang-orang yang menderita hipotiroidisme
memiliki produksi hormon tiroid yang tidak adekuat. Orang-orang yang
mengalami hipotiroidisme memiliki laju metabolisme yang lambat, mudah
lelah, kekurangan energi, dan pertambahan berat badan. Rambutnya menjadi
kering, kasar, dan tipis serta suaranya menjadi lemah, bernada rendah, dan
kasar. Respon emosi dapat menurun dan proses mental melambat. Orang-
orang yang menderita hipotiroidisme berat dapat mengalami psikosis, diserta
dengan gejala paranoid dan delusi. (1)
Hubungan antara disfungsi tiroid dengan gangguan mood telah
diketahui dengan baik. Prevalensi gangguan mood dan anxietas lebih tinggi
pada pasien yang menderita disfungsi tiroid, status tiroid dapat memprediksi
respon terapi pada depresi berat dan gangguan bipolar, pemberian hormon
tiroid memiliki efek terapeutik pada depresi yang resisten terhadap terapi, dan
selain itu reseptor hormon tiroid terlokalisasi di struktur limbik sehingga
berperan pada regulasi mood. Beberapa penelitian telah melaporkan adanya
prevalensi disfungsi tiroid yang tinggi diantara pasien yang menderita
skizofrenia. (2)
Hormon tiroid memiliki peranan penting dalam pembentukan neuron,
khususnya pada neurogenesis, myelinasi, proliferasi sinaps, dan pembentukan
sinaps. (2)
Tabel 1. Sindrom psikiatri pada kelainan tiroid dan paratiroid : prevalensi
dan relevansi klinis (3)
Hipertiroidisme Hipotiroidisme Hiper-paratiroidisme
Hipo-paratiroidisme
Semua kelainan 53% - 100% 23% - 66%
Depresi ++30% - 70% ++ ++
16% - 36% +
Apati “Hipertiroidisme + +
apatik”Delirium + + ++
2% - 5% ++
Gangguan Kognisi ++ +++
Kretinisme++
3% - 12% +
Demensia Faktor resiko DAT? ++ + +/-
Lainnya Overaktifitas Iritabilitas Kepribadian
organik pada orang tua
Melambat / lethagi
Mania (diakibatkan oleh terapi)
Kelelahan Perilaku
kasar
Withdrawal sosial
Perilaku “neurotik”
2. Metabolisme Hormon Tiroid di Otak
Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid merupakan sebuah interaksi
kompleks antara beberapa faktor : hormon tiroid, enzim deiodinase, protein
transpor, dan reseptor. Sekresi hormon tiroid diregulasi oleh pituitary
thyrotropin (TSH) yang distimulasi oleh hypothalamic thyrotropin-releasing
hormone (TRH) dan mengalami downregulate oleh hormon serum tiroid. (4)
Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon utama : tiroksin (T4) yang
biasanya dianggap sebagai sebuah pro-hormon, dan triiodotironin (T3) yang
bersifat lebih aktif dan berperan pada kebanyakan efek metabolisme. Kelenjar
tiroid umumnya mensekresikan T4, dan T4 tidak memiliki sumber lainnya.
Hanya 20% T3 yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. 80% nya dihasilkan dari
konversi T4 lokal melalui deiodinasi. Kebanyakan T4 memasuki otak melalui
sejumlah transporter seperti transthyretin (TTR), sebuah protein transport
hormon tiroid yang disintesis oleh pleksus choroideus dan disekresikan
kedalam cairan serebrospinal. (4)
Di otak, reseptor hormon tiroid paling banyak terletak di daerah yang
mengatur kognisi dan mood. Pengaturan keseimbangan hormon tiroid pada
daerah spesifik di otak dilakukan oleh regulasi temporal dan spasial dari
sistem transport dan sistem deiodinase, serta ekspresi oleh reseptor hormon
tiroid. (5)
Hormon tiroid penting untuk perkembangan otak selama proses
kehamilan dan pada awal periode postnatal. Faktor lingkungan (misalnya
defisiensi iodin), disfungsi tiroid maternal, dan malformasi tiroid neonatus
dapat menyebabkan defisit neurologis permanen serta retardasi mental berat
dan juga kretinisme. (5)
Faktor genetik, seperti mutasi pada gen MCT8 dapat menyebabkan
terjadinya hipotiroidisme neuronal selektif dengan konsentrasi serum T3 yang
normal atau bahkan meningkat. Mutasi pada gen MCT8 menyebabkan
terjadinya isolated brain hypothyroidism dengan cara memblok transport T3
kedalam neuron. Hipotiroidisme intraneuronal, hampir sama dengan
hipotiroidisme sistemik pada saat janin, mengakibatkan terjadinya retardasi
metal berat, hipotonia, dan hilangnya kemampuan bicara. Mutasi tersebut
menjadi dasar molekular terjadinya sindrom Allan – Herndon – Dudley. (4, 5)
3. Hormon Tiroid dan Perkembangan Otak
Hormon tiroid berperan penting pada pertumbuhan normal. Kurangnya
hormon tiroid mengakibatkan pertumbuhan abnormal pada hampir semua
sistem organ, khususnya di otak. Defisiensi hormon tiroid akan
mengakibatkan gangguan pada otak berupa : defisit fungsional seperti
retardasi mental, ataksia, spastisitas, dan tuli. Pada sebuah percobaan,
defisiensi hormon tiroid menyebabkan perubahan morfologis multiple pada
otak janin tikus. Sel-sel pada kortek lebih kecil dari ukuran normal, karena
penurunan perkembangan aksonal dan proses dendritik. Densitas akson
menurun dan kemungkinan axo-dendritic interaction berkurang sebanyak
80%. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi adanya perubahan spesifik
pada morfologi dendritik dari berbagai tipe sel, misalnya : sel piramidal pada
korteks serebral (menurunnya jumlah dendritic spine), sel piramidal pada
korteks visual (menurunnya jumlah dan perubahan distribusi dendritic spine),
neuron basal kolinergik pada forebrain (penurunan jumlah dendritik primer
dan jumlah dendritik cabang), sel Purkinje (penurunan jumlah dan ukuran
dendritic spine), serta granul dan sel piramidal pada hippocampus (penurunan
cabang apikal dan dendritik basalis). (6)
Defisiensi hormon tiroid juga menyebabkan defek spesifik pada
migrasi dan diferensiasi sel. Pada cerebellum, terjadi gangguan migrasi dan
diferensiasi sel granul. Selama proses perkembangan cerebellum, sel
berproliferasi dari external granular layer (EGL) dan kemudian bermigrasi ke
arah dalam, berdiferensiasi dan kemudian berhubungan dengan sel Purkinje.
Pada hari ke 21 postnatal, EGL menghilang dan sel granul matur mengisi
internal granule cell layer (IGL). Pada otak yang mengalami hipotiroid, EGL
bertahan lebih lama karena adanya keterlambatan migrasi dan/atau diferensiasi
sel EGL sehingga mengakibatkan penurunan jumlah dan densitas hubungan
sinaps antara sel granul dengan sel Purkinje. Defek lain pada otak neonatus
yang mengalami hipotiroid adalah penurunan myelinasi. Myelin merupakan
membran multilamellar yang dihasilkan oleh oligodendrosit yang mengelilingi
dan melindungi akson, membantu konduksi impuls saraf dan mendukung
kehidupan akson. Sehingga, penurunan myelinasi mengakibatkan gangguan
pada konektifitas dan jaringan neuronal. (6)
4. Etiologi Hipotiroidisme
Ada berbagai macam penyebab terjadinya gangguan tiroid, baik
hipertiroid atau hipotiroid. Orang-orang dari segala usia dan ras dapat
mengalami penyakit tiroid. Beberapa bayi dilahirkan dengan kelenjar tiroid
yang tidak berfungsi normal dan dapat menderita penyakit tiroid sejak lahir.
Wanita 5 hingga 8 kali lebih rentan untuk mengalami masalah tiroid.
Beberapa penyebab hipotiroidisme adalah : (7)
a. Tiroiditis, inflamasi pada kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kadar
dan produksi hormon tiroid.
b. Tiroiditis Hashimoto, sebuah penyakit sistem imun herediter, tidak nyeri.
c. Tiroiditis postpartum, yang terjadi pada 5 hingga 9% wanita yang
melahirkan. Biasanya bersifat temporer.
d. Defisiensi iodium
Hampir 1/3 dari populasi di dunia tinggal di daerah yang
mengalami defisiensi iodium. Pada area dimana intake iodium harian
kurang dari 50 µg, biasanya akan terjadi goiter endemik. Dan jika intake
harian kurang dari 25 µg maka akan terjadi hipotiroidisme. (8)
Rekomendasi intake iodium harian menurut UNICEF, ICCID, dan
WHO adalah sebagai berikut : (9)
90 µg untuk anak-anak sebelum usia sekolah (0-59 bulan);
120 µg untuk anak-anak usia sekolah (6-12 tahun);
150 µg untuk remaja dan dewasa (diatas 12 tahun);
250 µg untuk wanita hamil dan menyusui.
e. Kretinisme Endemik
Kretinisme endemik merupakan akibat paling berat dari defisiensi
iodin. Kretinisme endemik dibagi menjadi 2 tipe klinis : kretinisme
neurologis dan miksedematous. Kretinisme neurologis dikarakteristikkan
dengan adanya defisiensi mental berat, tuli-mutisme, diplegia serebral,
tetapi secara klinis eutiroidisme. Sebaliknya, kretinisme miksedematous
mengalami gangguan mental yang lebih ringan tetapi dengan gangguan
pertumbuhan berat dan tanda-tanda hipotiroidisme lainnya. Kretinisme
miksedematous umumnya ditemukan di Nepal, Afrika tengah, dan China
bagian barat, sedangkan kretinisme neurologis lebih tersebar merata. (10)
Pada kretinisme endemik, defisiensi iodin maternal menyebabkan
terjadinya hipotiroidisme otak janin selama masa gestasi. Hipotiroidisme
fetal dini, sebelum kelenjar tiroid janin aktif, mengakibatkan terjadinya
retardasi mental berat dan irreversible, tuli-mutisme, spastik, dan ataksik,
walaupun fungsi tiroid nantinya akan kembali normal setelah janin lahir.
Kretinisme endemik dapat dicegah dengan pemberian iodin yang dimulai
pada trimester pertama kehamilan. Walaupun telah ada pengetahuan
mengenai pengobatan sederhana tersebut, defisiensi iodin masih menjadi
penyebab utama retardasi mental di seluruh dunia. (5)
f. Hipotiroidisme Kongenital
Hipotiroidisme kongenital disebakan oleh produksi tiroid yang
tidak adekuat. Insidennya sekitar 1 dari 3500 hingga 1 dari 4500 kelahiran.
Insidens tersebut lebih rendah pada populasi Afrika Amerika, dan dapat
mencapai setinggi 1 dari 1600 kelahiran pada populasi Hispanik. 85% dari
kasus hipotiroidisme kongenital tersebut terjadi karena defek pembentukan
kelenjar tiroid (disgenesis tiroid), seperti keterlambatan migrasi sel
embrionik tiroid (ektopik tiroid) atau tidak terbentuknya jaringan tiroid
(athyrosis). Sisa 15% nya berupa defek dishormogenesis tiroid karena
gangguan autosom resesif. (8, 11)
Pada hipotiroidisme kongenital, hipofungsi kelenjar tiroid pada
janin dikompensasi oleh sekresi hormon tiroid maternal. Bayi yang
mengalami hipotiroidisme dan tidak ditangani dengan segera akan
mengalami banyak masalah yang dulunya disebut sebagai cretins.
Kretinisme akan menunjukkan gejala-gejala hipotiroidisme dan juga
retardasi pertumbuhan disertai dengan retardasi mental berat, bentuk
wajah yang kasar, spastisitas, ketulian, abnormalitas neurologis, defisit
bahasa, lethargi, dan puffy appearance. Namun, defisit neurologis pada
hipotiroidisme kongenital lebih ringan daripada kretinisme endemik.
Gejala-gejala tersebut dapat diringankan dengan pemberian terapi
pengganti tiroksin seumur hidup. Penggantian hormon tiroid secara dini
dapat mencegah terjadinya gejala neurologis pada bayi penderita
hipotiroidisme, walaupun dapat tetap ada defisit fungsi kognitif ringan. (5,
11, 12)
g. Juga dapat terjadi sebagai efek samping obat tertentu, misalnya lithium
dan amiodarone.
5. Diagnosis
Tanda dan Gejala Psikiatri pada Hipotiroidisme
Diagnosis hipotiroidisme sering dikomplikasikan oleh tumpang
tindihnya gejala dengan gangguan psikiatri. Gejala psikiatri sering menjadi
keluhan utama, dan hipotiroidisme sering dihubungkan dengan mood
dismorfik dan dapat disalahdiagnosiskan sebagai depresi (lihat Tabel dibawah
ini). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan data laboratorium untuk menghindari
terjadinya salah diagnosis. (13)
Hubungan antara depresi dan hipotiroidisme merupakan hal yang
kompleks. Namun, kelainan tersebut bukanlah kelainan yang berdiri sendiri;
hipotiroidisme dapat menyebabkan terjadinya gejala-gejala depresi, dan pasien
yang menderita depresi primer yang eutiroid mungkin saja mengalami
perubahan fungsi tiroid ringan. (13) 1 hingga 4% pasien yang mengalami
gangguan afektif ditemukan juga mengalami hipotiroidisme berat, sedangkan
hipotiroidisme subklinis dapat terjadi pada 4% hingga 40% dari pasien
gangguan afektif tersebut. (4)
Tabel 2. Tanda dan Gejala pada Hipotiroidisme dan Depresi (13)
Hipotiroidisme saja Depresi saja Hipotiroidisme dan Depresi
Intoleransi dinginHiperlipidemiaRambut kasar dan keringKerontokan alisKulit kering dan menebalBradikardiRefleks lambatMiksedemaPenurunan laju metabolisme basalAnemiaMenoragiGoiter
Penurunan berat badanGangguan tidurPenurunan nafsu makan
Mood depresifApatiEmosi labilPenambahan berat badanPenurunan nafsu makanPeningkatan tidurKelelahan, anergiaKonsentrasi burukGangguan memoriKeterlambatan mentalKehilangan libidoKeinginan bunuh diriDelusi
Defisit Kognitif dan Nonkognitif
Defisit kognitif pada hipotiroidisme bervariasi dari kehilangan
perhatian ringan hingga demensia berat atau psikosis florid. Perubahan pada
kesadaran dan koma miksedema jarang terjadi. Perubahan non-kognitif berupa
penambahan berat badan, intoleransi dingin, rambut / kulit menjadi kasar, dan
relaksasi otot melambat pada pemeriksaan refleks ekstremitas. (14)
Anamnesis
Tanda-tanda hipotiroidisme dari anamnesis adalah : (15)
1. Kelelahan, letargi
2. Penurunan nafsu makan
3. Intoleransi dingin
4. Mengantuk
5. Nyeri otot, nyeri sendi, kelemahan pada ekstremitas
6. Depresi
7. Emosi labil, gangguan mental
8. Mudah lupa, gangguan memori, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
9. Konstipasi
10. Gangguan menstruasi, gangguan fertilitas
11. Penurunan perspirasi
12. Rasa penuh di tenggorokan, serak
Pemeriksaan Fisis
Tanda-tanda hipotiroidisme dari pemeriksaan fisis adalah : (15)
1. Pertambahan berat badan
2. Kulit kering
3. Rambut rontok, kasar seperti jerami disertai dengan kerontokan pada
daerah lain seperti aksilla, pubis
4. Ekspresi wajah datar
5. Parestesis, sindrom entrapment nervus
6. Penglihatan kabur
7. Penurunan pendengaran
8. Bicara dan pergerakan melambat
9. Jaundice
10. Pucat
11. Periorbital puffiness
12. Makroglosia
13. Goiter (simpel atau nodular)
14. Penurunan tekanan darah sistolik dan peningkatan tekanan darah diastolik
15. Bradikardi
16. Efusi perikard
17. Distensi abdomen, ascites (jarang terjadi)
18. Hipotermia (hanya pada kasus hipotiroid berat)
19. Non pitting edema (miksedema)
20. Pitting edema pada ekstremitas bawah
21. Hiporefleks dengan keterlambatan relaksasi, ataksia, atau keduanya
Pemeriksaan Penunjang
- Tes Fungsi Tiroid
Baik hipotiroidisme atau hipertiroidisme dapat memberikan gejala
yang menyerupai gangguan psikiatri. Oleh karena itu tes fungsi tiroid
diindikasikan pada kasus kelainan mental berat yang baru terjadi. Selain
itu, tes fungsi tiroid juga selalu dilakukan sebelum memulai terapi lithium
karena lithium dapat menyebabkan terjadinya hipotiroidisme. (16)
Abnormalitas yang paling sering ditemukan pada gangguan tiroid
yang menyebabkan gejala depresi berupa : peningkatan kadar T4,
penurunan kadar T3, peningkatan rT3, penurunan respon TSH terhadap
TRH, antibodi anti-tiroid positif, dan peningkatan konsentrasi TRH dalam
CSF. (4)
6. Terapi Hipotiroid
Tujuan terapi hipotiroidisme adalah untuk memperbaiki defisiensi
hormon tiroid. Sehingga, terapi primernya berupa terapi penggantian hormon.
Pada hipotiroidisme, terapi penggantian hormon dengan T4 sintetik /
levotiroksin (Synthroid, Unithroid, Levoxyl, Levothroid) masih menjadi terapi
pilihan dan dapat memperbaiki kebanyakan tanda dan gejala fisik serta
psikologis pada pasien. Bisa juga dengan menggunakan T3 / triiodotironin
sintetik (Cytomel). Kadang-kadang juga digunakan kombinasi levotiroksin
dan triiodotironin yang diresepkan dalam 2 tablet yang berbeda atau dalam
tablet tunggal yang disebut sebagai Iiotrix (merk dagang Thyrolar). (1, 7)
Tiroksin diberikan sebanyak 10-18 µg/kgBB/hari. Bentuk standarnya
berupa tablet, tersedia dalam dosis 25, 50, dan 75 µg. Kadar serum T4 dan
TSH diukur secara rutin pada saat 2 minggu, kemudian tiap 1 bulan selama 2
bulan pertama; tiap 2 bulan hingga mencapai waktu 6 bulan; tiap 3 bulan
hingga 2 tahun, dan kemudian tiap 6 bulan selama masa kanak-kanak. (11)
Namun, sejumlah pasien tidak merasa lebih baik walaupun dosis T4 yang
diberikan biasanya sudah adekuat. Mungkin perlu waktu selama kurang lebih
3 bulan hingga kadar serum tiroid kembali normal. (5, 13) Selain itu,
suplementasi hormon tiroid nampaknya dapat mempercepat dan meningkatkan
respon klinis terhadap obat-obatan antidepresan. (4)
7. Prognosis
Prognosisnya bergantung pada kelainan endokrin spesifiknya, tetapi
secara umum gangguan fisik biasanya hilang setelah terapi kelainan
endokrinnya berhasil dilakukan. Sebaliknya, manifestasi psikiatri cenderung
lebih resisten terhadap terapi dan dapat bertahan bahkan hingga kadar
biokimia telah kembali normal. Kesimpulan definitif mengenai apakah akan
ada residu gangguan psikis tidak dapat dibuat hingga beberapa bulan karena
perbaikan fungsi mental dapat terlambat bahkan setelah keberhasilan terapi
kelainan endokrin tersebut. (17)
Prognosis jangka panjang dari hipotiroid kongenital yang didiagnosis
dan diterapi secara dini adalah baik. Penelitian yang mengukur prognosis
intelektual pada anak-anak yang menderita penyakit tersebut menyimpulkan
bahwa diagnosis dini merupakan faktor utama yang menentukan prognosis. (11)
Contoh : pasien hipotiroid yang mengalami delirium jika didiagnosis dan
diterapi dengan cepat memiliki tingkat penyembuhan yang tinggi (80%).
Sebaliknya, pasien hipotiroid yang telah mengalami gejala selama lebih dari 2
tahun jarang menunjukkan adanya perbaikan fungsi mental. (17)
DAFTAR PUSTAKA
1. Falvo D. Chapter 9 - Endocrin Conditions. In: Falvo D. Medical and Psychosocial Aspects of Chronic Illness and Disability Third Edition. Sudbury, Massachusetts, USA: Jones and Bartlett Publishers, Inc; 2005. p. 288.
2. Radhakrishnan R, et al. Thyroid dysfunction in major psychiatric disorders in a hospital based sample. Indian J Med Res. December 2013;138:888-93.
3. Lobo-Escolar A, et al. Thyroid and Parathyroid Diseases and Psychiatric Disturbance. Thyroid and Parathyroid Diseases – New Insights into Some Old and Some New Issues. 2012:239-58.
4. Hage MP, Azar ST. The Link between Thyroid Function and Depression. Journal of Thyroid Research. 2012:1-8.
5. Bunevičius R, Prange AJ. Thyroid Disease and Mental Disorders: Cause and Effect or Only comorbidity? Curr Opin Psychiatry. 2010;23(4):363-68.
6. Thompson CC, Potter GB. Thyroid Hormone Action in Neural Development. Cerebral Cortex. 2000;10:939-45.
7. Depression, the Thyroid, and Hormones [Internet]. WebMD. [cited June 2015]. Available from: http://www.webmd.com/depression/guide/depression-the-thyroid-and-hormones?page=2.
8. Smyth PP. Epidemiology of Thyroid Dysfunction – Hypothyroidism and Hyperthyroidism. Iodine Deficiency Disorders: Silent Pandemic. Thyroid International. 2009;2:1-12.
9. Assessment of iodine defiiency disorders and monitoring their elimination - A Guide for Programme Managers Third Edition. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2007.
10. Rajatanavin R, et al. Endemic cretinism in Thailand: a multidisciplinary survey. European Journal of Endocrinology. 1997;137:349-55.
11. Russell WE. Congenital Hypothyroidism.
12. Gill D. Chapter 19 - Learning Disability. In: Gill D. Hughes’ Outline of Modern Psychiatry Fifth Edition. England: John Wiley & Sons, Ltd; 2007. p. 277.
13. Tremont G, et al. Neurobehavioral Functioning in Thyroid Disorders. Medicine and Health. 10 October 2003;86.
14. Heidebrink JL. Chapter 8 - Neurologic Aspects of Nondegenerative, Nonvascular Dementias. In: Lichtenberg PA, Murman DL, Mellow AM. Handbook of Dementia : Psychological, Neurological, and Psychiatric Perspectives. New Jersey, USA: John Wiley & Sons; 2003. p. 230.
15. Hypothyroidism Clinical Presentation [Internet]. Medscape. February 2015. [cited June 2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/122393/.
16. Chapter 19 - Clinical Evaluation and Treatment Planning : A Multimodal Approach. In: Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. West Sussex, England: John Wiley & Sons, Ltd; 2006. p. 231.
17. Farber NB, Black KJ. Chapter 27 - Psychiatric Disorders Associated with General Medical Conditions. In: Rubin EH, Zorumski CF. Blackwell's Neurology and Psychiatry Access Series : Adult Psychiatry Second Edition. USA: Blackwell Publishing; 2005. p. 415.