Gampangnya menulis panduan menulis good practice

11
1 PENGANTAR Berapa tulisan yang pernah anda buat dalam sehari? Boleh saja anda jawab, “jangankan sehari, lha wong sebulan aja kadang gak menulis sama sekali..”.Jawaban ini masuk akal bila yang dimaksud adalah tulisan ilmiah, akademis atau tulisan formal lainnya. Padahal, yang dimaksud menulis itu maknanya luas. Kirim Sms, balas email, nulis surat izin tidak masuk kerja pun juga merupakan kegiatan menulis. Untuk itu, ada baiknya kita tidak membatasi agar ketika muncul istilah menulis, konotasinya selalu berat, serius, membutuhkan konsentrasi tinggi. Sekali lagi, menulis itu gampang. Tak ada istilah sulit. Sama seperti anda belajar mengendarai mobil, awalnya mungkin muncul pikiran sulit. Namun setelah pengajar anda meyakinkan hal itu mudah, anda pun perlahan menguasai setelah berlatih dan berlatih. Ya, setelah pikiran kita menyatakan bahwa menulis itu gampang, sesungguhnya tinggal satu langkah lagi yaitu membiasakannya. Seperti halnya ketelatenan kita meng-update status di FB, tak lain agar setiap momen tidak kehilangan informasi. Buku saku ini sebagai pelengkap panduan menulis, agar tugas anda sebagai fasilitator selalu terdokumentasikan dengan baik. Dan itulah sebaik-baik sejarah. Bayangkan jika tidak ada kegiatan menulis, paling sederhana berbentuk laporan, bagaimanakan perjalanan fasilitasi kita bisa dikenang sejarah? Tentu sangat susah.

description

Ketika tinta menjadi tanda kehidupan..ayo jadikan menulis sebagai warisan sejarah perjuangan kehidupan kita

Transcript of Gampangnya menulis panduan menulis good practice

Page 1: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

1

PENGANTAR

Berapa tulisan yang pernah anda buat dalam sehari? Boleh saja anda

jawab, “jangankan sehari, lha wong sebulan aja kadang gak menulis

sama sekali..”.Jawaban ini masuk akal bila yang dimaksud adalah

tulisan ilmiah, akademis atau tulisan formal lainnya.

Padahal, yang dimaksud menulis itu maknanya luas. Kirim Sms, balas

email, nulis surat izin tidak masuk kerja pun juga merupakan kegiatan

menulis. Untuk itu, ada baiknya kita tidak membatasi agar ketika

muncul istilah menulis, konotasinya selalu berat, serius,

membutuhkan konsentrasi tinggi.

Sekali lagi, menulis itu gampang. Tak ada istilah sulit. Sama seperti

anda belajar mengendarai mobil, awalnya mungkin muncul pikiran

sulit. Namun setelah pengajar anda meyakinkan hal itu mudah, anda

pun perlahan menguasai setelah berlatih dan berlatih.

Ya, setelah pikiran kita menyatakan bahwa menulis itu gampang,

sesungguhnya tinggal satu langkah lagi yaitu membiasakannya.

Seperti halnya ketelatenan kita meng-update status di FB, tak lain

agar setiap momen tidak kehilangan informasi.

Buku saku ini sebagai pelengkap panduan menulis, agar tugas anda

sebagai fasilitator selalu terdokumentasikan dengan baik. Dan itulah

sebaik-baik sejarah. Bayangkan jika tidak ada kegiatan menulis,

paling sederhana berbentuk laporan, bagaimanakan perjalanan

fasilitasi kita bisa dikenang sejarah? Tentu sangat susah.

Page 2: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Trend Menulis

enulis saat ini telah menjadi trend. Di setiap pagi, kita bisa

membaca hasil tulisan warga dalam rubrik surat pembaca.

Kadang tanpa ejaaan baku, atau suatu tema yang

memikat. Kenyatannya, tulisan tersebut menjadi bahan baca

setidaknya oleh humas perusahaan, takut kalau ada komplain terkait

pelayanan perusahaanya.

Era keterbukaan informasi membuat orang haus mengirim sekaligus

mendapat informasi. Profesi penulispun disandang banyak orang.

Dulunya, penulis digambarkan sebagai profesi eksklusif. Tapi kini, ibu

rumah tangga, sales, dokter, bahkan pesepakbola pun tak takut

memamerkan karya tulisannya.

Sederhananya, siapapun sekarang berpeluang menjadi penulis. Ambil

contoh di media online kompasiana.com, kita bisa baca ratusan

bahkan ribuan tulisan setiap harinya. Berbagai tulisan fiksi non fiksi

terupload dengan maksud khusus ataupun hanya karena iseng. Tidak

hanya tema politik, hukum, tapi tentang lifestyle sampai dengan

kuliner bercampur.

Maraknya citizen journalism membuat geliat menulis warga

meningkat. Penggunaan media sosial seperti FB, twitter, google plus,

wordpress, blogspot, menandakan hal tersebut. Indonesia termasuk

negara pengguna media sosial terbesar khususnya FB dan twitter.

Sekelas Presiden, menteri, anggota DPR pun tak luput

menggunakannya

Media sosial menjadi pilihan murah untuk menyalurkan hobi menulis,

menyalurkan aspirasi atau sekedar berbagai ekspresi. Bahkan, tidak

sedikit yang kecanduan menuliskan berita update baik menyangkut

kejadian diri ataupun lingkungannya. Menulis status telah menjadi

kebutuhan berkomunikasi bagi sebagian masyarakat kita.

2. Survey Litbang Kompas

Jika dibandingkan dengan negara lain, tradisi menulis masyarakat

Indonesia sudah membaik. Hanya saja tulisan yang mendominasi

belum yang bercorak ilmiah. Pada bulan Oktober 2012 lalu, Litbang

Harian Kompas membuat survey tentang prosentase hoby menulis.

Diagram 1. Prosentas hobi menulis masyarakat Indonesia

Berdasar survery tersebut, dapat dikategorisasikan bahwa tulisan

diary atau reportase kejadian pribadi (sehari-hari) adalah jenis tulisan

yang diminati sebagian masyarakat dalam prosentase kecil (sekitar

36% masyarakat yang suka menulis.

M

Page 3: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

3

Dalam survey itu pula, teridentifikasi bahwa motivasi mereka yang

aktif menulis diary adalah karena hobby (54,60%), karena berbagi

(14,30%), karena profesi (11,90%) dan karena faktor lain-lain (20%).

3. Positioning Fasilitator

Apakah fasilitator termasuk profesi yang cukup produktif dalam

menulis? Kalaupun iya, jenis tulisan apa? Dan bagaimanakah dasar

motivasinya? Merupakan rangkaian pertanyaan penting untuk

menjelaskan posisi strategis fasilitator.

Sebagai sebuah gambaran di PNPM Mandiri Perdesaan. Berdasar

data, sekurang-kurangnya terdapat 13.000 (tiga belas ribu) fasilitator

mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga ke pusat.

Bila kita ambil 30% nya, maka sekurang-kurangnya terdapat 4000

fasilitator yang aktif menulis.

Menulis disini lebih dari sekedar membuat laporan karena memang

hal itu sudah menjadi kewajibannya, tetapi best practice yang

menarasikan hasil-hasil pendampingan, apakah di bidang teknik,

pemberdayaan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Dalam gambaran yang ideal, apabila tulisan demi tulisan itu termuat

di media sosial, tentu akan memudahkan proses pembelajaran antar

fasilitator. Metode ini lebih efektif dan lebih murah dibanding sistem

klasikal.

BAB II

MENULIS SEBAGAI HOBI

1. Mengapa Fasilitator Harus Menulis

urvey membuktikan bahwa, fasilitator merupakan profesi yang

akrab dengan kegiatan dokumentasi termasuk halnya kegiatan

tulis menulis. Pembuatan laporan menjadi bagian tulas yang

tak lepas dari kompetensi menulis. Walaupun dalam hal sederhana

seperti menamai sebuah foto kegiatan, hal tersebut tak lepas dari

kemampuan menulis.

Apalagi menarasikan sebuah kejadian yang tengah berlangsung. Apa

itu tentang kegiatan musyawarah, pelaksanaan pembangunan fisik

seperti jembatan misalnya, tentu membutuhkan kecakapan khusus.

Namun, ketertarikan (minat) menulis itu jauh lebih penting.

Percuma juga memiliki kecapakan menulis apabila tidak tertarik

menulis. Sebab, menulis itu berkarya secara nyata. Seseorang yang

memiliki bakat dan kemampuan hebat dalam menulis, bisa jadi akan

dikalahkan oleh mereka yang kurang berbakat namun rajin menulis.

Fasilitator program pemberdayaan masyarakat misalnya, memang

bukanlah seorang jurnalis yang tugas hariannya menulis setelah

sebelumnya mengumpulkan berita. Tetapi, fasilitator tak beda jauh

dengan seorang jurnalis karena setiap harinya bertemu dengan

beragam kejadian/berita.

Seorang Fasilitator tentu kaya dengan informasi update yang terjadi

di tengah masyarakat yang didampinginya. Kesehariannya yang

S

Page 4: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

4

bertemu dengan orang maupun lingkungan, memberi banyak bahan

yang bisa dituliskan. Dalam sehari, bisa saja lebih dari tiga peristiwa.

Ambil contoh di kehidupan desa, putusnya jembatan desa yang

berakibat terisolirnya sebagian masyarakat desa. Atau tentang, gagal

panen yang berakibat menjamurnya rentenir untuk menawarkan

pinjamannya. Bisa juga, tentang kebiasaan ibu-ibu desa dalam

berkelompok seperti arisan, yasinan-tahlilan, dan lain sebagainya.

Hampir semua kejadian kehidupan bisa dijadikan bahan tulisan.

Seorang fasilitator yang tak ubahnya perekam peristiwa mirip CCTV

yang siap untuk memutarkan memori demi memori peristiwa yang

terjadi di lokasi yang didampinginya. Dengan menuliskan kejadian

tersebut, paling tidak melalui laporan periodik (bulanan/ individu)

peristiwa tersebut terekam.

Tak hanya itu, kemampuan menulisnyapun terlatih dengan rutin.

Kebiasaan mengerjakan laporan secara tertulis menjadi hal yang

membiasa. Dalam istilah bahasa jawa disebut “sego jangan” atau

diluar kepala. Dengan kata lain, cukup menguasai karena sudah

terbiasa.

2. Gaya Tulisan itu Selera

Kurang tepat sebenarnya apabila ada fasilitator yang mengaku tidak

bisa menulis. Yang bener adalah kurang rajin menulis. Jika ada

fasilitator yang kurang pede (not confidence) terhadap kemampuan

dalam menulis, menjadi sebuah pertanyaan besar bagaimanakah dia

menjelaskan proses ataupun hasil pendampingannya.

Mungkin saja, ketika diminta menuliskan sesuatu yang berbeda dari

laporan formal (periodik), bayangannya adalah tulisan tersebut

sekaliber artikelnya profesor, peneliti, atau pakar lainnya. Akibatnya,

dengan reflek mudah menjawab “aku gak bisa, aku kurang mampu...”

dan pernyataan lain yang sesungguhnya kurang menghargai

kemampuan diri.

Boleh saja beranggapan demikian. Sesudah membaca tulisan

Rosihan Anwar, Muhtar Loebis, Emha Ainun Najib, atau Dahlan Iskan

misalnya, kita berpikiran bahwa tulisan yang baik adalah tulisan

seperti karya mereka. Paragrafnya panjang, banyak kosakata, penuh

makna, topik dan ulasanya menarik, atau predikat positif lainnya.

Sesungguhnya, anggapan demikian bisa meleset. Sebab menulis itu

juga terkait selera. Gaya menulis seseorang itu tentu hasil pilihan

pribadi sesuai dengan minat, cara pandang, kultur budaya dan

pengaruh internal-eksternal lainnya. Setiap kita tentu berbeda satu

sama lainnya.

Kita tak perlu risau dengan gaya menulis orang lain. Ingat, kita ada

kita. Bukan orang lain, yang memiliki gaya berbeda. Kita tentu masih

ingat tulisan email Prita Mulyasari tentang pelayanan medis RS

tempat anaknya dirawat. Walaupun sempat dipolisikan, namun kita

cukup tersentuh dengan tulisan ibu rumah tangga itu.

3. Menulis itu Ekpresi

Menulis itu memang membutuhkan pengetahuan. Tidak mungkin

kita menuliskan sesuatu sedang kita sendiri tidak memiliki kosa kata,

Page 5: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

5

tidak mengerti makna-artinya, atau mungkin tidak tahu cara

menyusunnya (subyek, predikat, obyek, keterangan).

Agar mudah dibaca dan dipahami, tentu tulisan harus berdasar

kesepakatan umum. Bayangkan, kalo sebuah paragrat gak ada

subyeknya, atau gak ada predikatnya, atau hanya berisi keterangan

demi keterangan, tentu menyulitkan orang lain.

Namun penting untuk dicatat, bahwa pengetahuan terhadap tata

bahasa, kosa kata, atau teknik saja kurang memadai. Menulis adalah

bagian dari penyaluran hasrat. Oleh karena itu, ada beberapa tulisan

yang tidak memakai pattern (pola). Misalnya, puisi, novel, dan lain

sebagainya.

Ya, menulis adalah bagian dari ekpresi. Karena itulah style masing-

masing penulis berbeda-beda. Coba perhatikan, tulisan novel

Habiburahman El-shirazy tentang Ayat-Ayat Cinta, ada bagian-

bagian yang berupaya untuk menyentuh hati pembaca agar terseret

emosinya.

Beda lagi kalau anda baca tulisan Muhtar Lubis. Seakan-akan hati

dibawa kepada hal-hal yang menghentakkan, dengan bahasa-bahasa

menguliti, apakah tentang kemunafikan, budaya korupsi, budaya

malu-malu dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki ekspresi yang

berbeda. Hal itu pula ikut mempengaruhi terhadap konten dan gaya

penulisannya.

Bagaimanakah ekpresi tulisan anda sebagai fasilitator, mungkin

berbeda-beda. Ada yang kalem, standard, akurat atau hanya

berdasar data saja, atau ada yang naratif tanpa analitis. Mungkin pula

menggebu-gebu, meledak-ledak, dan ekpresi yang ingin anda

ungkap dengan terbuka.

Kebiasaan menulis akan memudahkan fasilitator dalam

mengkepresikan deru-debunya menjalani proses pendampingan.

Suka-duka, susah-senang, adalah bagian dari ekpresi yang tentunya

menarik untuk diungkap dalam sebuah tulisan. Sebab, itulah energi

sebuah tulisan.

4. Menulis itu Berbagi

Ditengah maraknya penggunaan FB, kadang kita dibuat terkesima

dengan tulisan seorang teman. Misal, tentang kisah saudaranya yang

lumpuh namun dapat berangkat haji setelah rajin bersedekah.

Padahal sehari-harinya ia hanya penjaga warung kopi pinggir jalan.

Dalam gambaran serupa, hal ini seperti halnya ketika kita kesulitan

mencari referensi lantas mencari di mesin goole. Nah, ketika muncul

berbagai tulisan sebagaimana yang kita inginkan, tentu ada

kemanfaatan dari sang penulis yang telah mengupload tulisannya di

dunia internet.

Seorang fasilitator, yang rajin menuliskan pengalaman

pendampingannya, hampir serupa dengan ahli sedekah. Paling tidak,

dari hasil tulisannya ia berupaya membagikan pengalaman berharga

yang bisa diuji-tirukan bagi orang lain.

Ketika orang lain membaca lantas kemudian terinspirasi, maka energi

positif menjadi hak daripada penulis. Energi positif tersebut sebagai

akibat kerelaan berbagi terhadap orang lain (pembaca). Apa yang

Page 6: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

6

telah disumbangkan oleh ulama terdahulu sebagai energi positif

adalah karya-karya tulisan mereka yang masih layak hingga sekarang.

Tulisan lebih bisa bicara lebih lama. Jika seorang fasilitator rajin

menulis dan membagikanya kepada yang lain, maka ia telah keluar

dari ego-sentrisnya. Ia telah berpikir luas agar orang lain ikut

terinspirasi. Kalaupun tidak demikian, orang lain bisa memberikan

saran, kritik atau masukan.

BAB III

BISA MENULIS

anyak cara menulis yang telah dibuat oleh akademisi, jurnalis,

peneliti atau para penulis itu sendiri. Memang tidak ada rumus

paten, artinya menulis itu perpaduan pengetahuan dan seni.

Paling tidak, beberapa hal berikut dapat dijadikan panduan dalam

menulis:

1. Menaruh Minat Tinggi

Seorang fasilitator sampai kapanpun akan enggan, bahkan bisa-bisa

alergi, ketika diminat menulis. Hal tersebut sebagai akibat pikirannya

yang tidak tertarik melakukan hal tersebut. Perlu diketahui,

seseorang tidak akan melakukan sesuatu kecuali dia mengetahui

hasil atau manfaat yang diperoleh atasnya.

Seorang fasilitator yang hobi memancing ikan, ia rela menyisihkan

waktu dan gajinya untuk memenuhi hobi tersebut. Hal itu karena ia

tahu manfaat yang didapat dari perbuatan memancing, apakah

bentuknya itu kepuasan, kesenangan, atau manfaat lain yang hanya

dia yang bisa merasakan.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menulis menjadi media

ekspresi yang murah, terjangkau dan yang pasti bisa mengurangi

rasa galau. Bahkan, akan menumbuhkembangkan pikiran lebih luas

serta sikap mental positif. Dengan menulis, energi negatif terolah

menjadi positif. Maka tinggikan minat dalam menulis.

B

Page 7: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

7

2. Mulai dan teruskanlah

Berapa kali tulisan anda dikritik? Dihina atau diremehkan orang?

Sungguh tak usah dihiraukan. Atau sebaliknya, tidak dikritikpun anda

tidak pede, merasa tidak pantas, takut salah atau takut ditertawakan?

Ya semua itu juga tak usah dihiraukan.

Jika ingin menulis, hanya satu resepnya, mulai dan teruskanlah. Ingat,

pada saat kuliah dulu, anda pasti pernah mengerjakan laporan akhir

bernama skripsi. Tulisan tersebut bagaimanapun merupakan bukti

nyata kemampuan anda. Jadi, mulai dan teruskanlah.

3. Perbanyak Referensi

Jika anda masih ragu untuk memulai, sehingga dipaksa pun seakan-

akan tidak keluar ide, maka ATM bisa dicoba. Apa itu ATM? Amati,

Tiru dan Modifikasi. Menulis bagi kalangan tertentu memang tidak

semudah berucap, seperti ada rantai besi yang mengelayuti jari

jemari. Anda bisa melakukan ATM terhadap tulisan yang anda sukai.

Silahkan baca tulisan Dahlan Iskan, Yakoeb Oetama, atau wartawan

senior lainnya. Bila kurang berminat, anda bisa membaca artikel di

koran yang selalu muncul di kolom opini atau pemikiran. Disitu

berbagai model tulisan dari pakar, praktisi, pedagang, tokoh agama

bergantian tampil.

Atau anda bisa mencoba tulisan motivator seperti Mario Teguh, Jamil

Azzaini, Andri Wongso, Tung Desem Waringin dan motivator lain

yang gaya tulisan maupun kontennya menginspirasi.

Bila masih bingung, hentikan kebingunan itu. Sebab, tak banyak

gunanya memelihara kebingunan. Karena sudah memiliki referensi,

tugas anda sekarang ini adalah mulai menulis, dan melanjutkannya

sampai ide habis. Perlu diketahui, otak manusia tak akan habis

dikuras jika diungkapkan dalam pena.

4. Upload/publikasikan

Tidak ada yang menggembirakan bagi penulis kecuali tulisannya

dibaca banyak orang. Tanyakan kepada mereka yang artikelnya

diterima redaksi dan ditampilkan di kolom opini/pemikiran, tidak lain

kepuasan besar lebih dari sekedar honor yang diterimanya.

Jika anda telah selesai membuat tulisan, maka kirimlah ke media

online seperti kompasiana. Atau di upload di website atau blog miliki

sendiri. Bisa juga di tampilkan di Facebook. Bisa pula diprinti

ditampilkan di papan informasi, tempat kerja, yang orang lain bisa

melihat dan membacanya.

5. Ikutilah Klub Menulis

Jika ingin berbau wangi, maka berkumpulah dengan pedagang

minyak wangi, begitu kata pepatah. Begitu halnya jika ingin

mengembangkan minat, bakat dan motivasi menulis, anda bisa

mengikuti klub menulis online. Kompasiana.com menjadi salah satu

pilihannya.

Manfaat memiliki klub ini, anda bisa menanyakan kelebihan dan

kekurangan tulisan karya anda. Tapi lebih dari itu, anda bisa bertemu

dengan berbagai penulis yang akan mensupport anda menjadi lebih

baik kedepannya.

Page 8: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

8

BAB IV

TEKNIK MENULIS

1. Elemen tulisan menarik

ali ini kita akan bahas berbagai trik membuat tulisan menarik.

Sekali lagi tidak ada ukuran pasti, yang bersifat universal,

tentang seperti apakah tulisan terbaik itu. Yang pasti, tulisan

kita sebisa mungkin mudah dilihat, dibaca, dipahami dan diingat.

Disinilah pentingnya kesan. Anda mungkin bisa melihat tulisan

sebuah iklan, kadang sangat pendek, namun sangat berkesan .

Buktinya, pembaca selalu teringat-ingat. Dari segi konten tentu hal

tersebut sangat menggugah.

Sekarang kita coba praktekan konten penulisan yang diharapkan

memenuhi hasrat pembaca. Seperti orang yang kehausan, maka

tulisan kita sebisa mungkin seperti air yang akan menghilangkan rasa

haus tersebut. Pertama dari segi konten, perhatikanlah hal-hal

berikut.

K

Page 9: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

9

Karena menulis itu sama halnya berbicara kepada manusia lainnya,

maka pilihlah topik yang mengundang interest. Gambaranya

demikian, teman anda sedang kesusahan karena ayah tercintanya

meninggal dunia. Anda mendatangi untuk menghiburnya, sakin

semangat anda justru cerita serunya liburan di Taman Ancol.

Tentu topik tersebut tidak menarik untuk didengar bagi teman anda.

Nah begitu halnya dalam menulis. Anda harus peka dan jeli memilih

topik yang mengundang selera baca. Lantas, apa pentingnya

menuliskan hal tersebut juga harus terurai.

Buatlah paragraf yang slim (ramping), pokok pikiran yang jelas,

dengan fokus bahasan yang jelas pula dan yang terpenting coba

alirkan cerita anda. Tidak perlu kaku, karena cerita menjadi daya tarik

terbesar.

2. Bangunlah Ruh Berita

Sama seperti melukis, menurut anda apa menariknya lukisan karya

Afandi? Bagi pecinta lukisan, mereka menyatakan bahwa lukisan

Afandi seperti memiliki ruh, memiliki jiwa. Itulah mengapa, lukisannya

selalu dihargai mahal.

Menulispun demikian. Sebagai penulis, berusahalah untuk

memberikan ruh atau jiwa sehingga tulisan kita terkesan hidup dan

membuat penasaran orang untuk membacanya sampai selesai, kalau

bisa berulang-ulang. Berikut ini beberapa item yang harus kita

ketahui;

Pertama yang harus disisipkan agar sebuah berita ada ruhnya, adalah

angle atau sudut pandang. Sama-sama menuliskan topik BBM, bisa

saja 10 tulisan berbeda sudut pandang. Semua ada plus minusnya.

Nah, dimana sudut pandang anda itu cukup menentukan ruhnya

berita.

Berikutnya adalah kutipan. Ketika anda menuliskan tentang

kesabaran, anda bisa menggunakan Ayat Al Qur’an. Ketika anda

membicarakan kemerdekaan, bisa menggunakan kata-kata bijak

bung Karno. Berusahalah mendialogkan hal tersebut.

Tentu disertai humor agar iramanya tidak menjenuhkan. Atau paling

tidak anekdot, yang membuat orang berimajinasi dengan baik

terhadap tulisan anda. Buatlah pembaca terseret dengan alur cerita

anda.

Page 10: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

10

3. Jangan lupakan Prinsip Dasar

Beberapa tulisan good practice yang saya evaluasi, pada dasarnya

menunjukan kompetensi yang lumayan dari penulisnya. Saya cukup

bangga karena mereka sudah cakap mengelaborasikan fakta. Hanya

saja, fakta tetap harus diperkaya agar sebuah tulisan good practice

bukan imajinatif.

Menulis realitas, harus berdasar kenyataaan yang terjadi. Hal inilah

yang membedakan antara tulisan fiksi dan non fiksi. Konten dasar

apa saja yang harus ditampilkan dalam tulisan tentu harus kita

kuasai. Diantaranya sebagaimana berikut;

Harus selalu diperhatikan, kita sedang menuliskan apa (tema,

angel,konteks dsb), dimana peristiwa itu terjadi, kapan, siapa saja

aktor yang terlibat, mengapa bisa terjadi dan terakhir bagaimana

cerita tersebut terjadi.

Ambil contoh sebagai berikut:

Ibu-ibu warga Desa Sukamantri heboh. Kenaikan harga BBM per 22

Juni lalu, membuat mereka menghemat belanja. Euis, seorang ibu

Rumah tangga menuturkan,” kalo harga jadi naik, kita yang susah”.

Pendapat senada disampaikan Pak Deden, Kades Sukamantri,

“jumlah warga miskin bisa-bisa bertambah”.

Bagaimana hal itu bisa terjadi. Desa Sukamantri adalah desa pinggir

hutan. Mayoritas penduduknya sebagai pemungut kayu bakar, buruh

tani, dan buruh perkebunan. Penghasilan per harinya rata-rata Rp. 15

ribu. Di desa tersebut terisolir, karena tak ada jalan bagus kesana.

...dst....

Yang jelas, menulis best practice harus aktual, sesuai dengan kaidah

5W dan 1 H diatas. Saya yakin para fasilitator menguasai kaidah ini.

Tentang data dan fakta tentu banyak tersedia, tinggal cara

menampilkan dalam tulisan.

Page 11: Gampangnya menulis panduan menulis good practice

11

BAB V

AYO MENULIS

aya kira cukup jelas, bahwa fasilitator merupakan profesi mulia

yang memberi peluang bagi pelakunya untuk

mengembangkan bakat multi talent, termasuk di bidang

menulis. Dengan keteguhannya dalam mendampingi masyarakat,

sudah tentu banyak ide yang bisa dikembangkan menjadi bahan

menulis yang menarik.

Tak ada alasan tidak bisa menulis, karena setiap manusia

sesungguhnya diberi kepandaian yang sama. Hanya kesempatan

yang harus banyak dimanfaatkan. Caranya dengan banyak berlatih.

Maka, jika ingin menulis, harus memulai dan meneruskan.

Meneruskan adalah kebutuhan untuk melatih diri. Kata seorang

motivator, bila kita meluangkan waktu 1 jam sehari untuk berlatih

menulis, paling tidak selama 90 hari (3 bulan), maka bulan

keempatnya kita akan menjadi ahli menulis.

Biarkan orang mencaci, mengkritik, yang pasti harus kita teruskan

upaya untuk menulis sebagai komitmen kita untuk membagikan

informasi dan edukasi kepada sesama. Ingatlah, semakin banyak

orang membaca, semakin banyak yang mendapat manfaat dari

tulisan kita.

Terusalah menulis, dan teruslah belajar. Rasakan manfaat dahsyat

bersamanya. Menulis itu gampang, so lakukan sesering mungkin

seperti hobi memancing.

BIODATA PENULIS

Ali Yasin, dilahirkan di sebuah

kampung di Magetan Jawa Timur.

Menamatkan SD-SMP di kecamatan

Kartoharjo dan melanjutkan SLTA di

MAN Nglawak Kertosono-Nganjuk.

Setelah setahun kuliah di Malang,

menyelesaikan kuliah di Universitas

Jember. Selain traveling, bapak dua

anak ini juga menyukai membaca buku-buku sejarah. Sejak

mahasiswa bergabung degan pers mahasiswa dan bakat tersebut

berlanjut setelah menjadi jurnalis Majalah Otonomi. Pernah

memenangkan sayembara tulisan yang diselenggarakan oleh NGO

JATAM. Sejak tahun 2008 menetap di Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk

korespodensi di [email protected]

S