GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

20
GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL SYMPTOMS (MSS) PADA PEKERJA MEBEL PEMBUATAN KURSI SEKOLAH DI UD. AGUNG JATI JAKARTA TAHUN 2015 Wildan Prasetyo Utomo, Indri Hapsari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat E-mail: [email protected] Abstrak Bekerja di sektor usaha informal tidak terlepas dari bahaya-bahaya terkait pekerjaanya, Pembuat mebel merupakan pekerjaan yang berisiko untuk terjadinya keluhan MSS. Penelitian ini menggambarkan tingkat risiko Pekerjaan di mebel UD. AJ pada tahun 2015. Tingkat risiko postur dari pekerjaan dinilai menggunakan tool Rapid Entire Body Assesment (REBA), faktor lingkungan yang diteliti adalah kebisingan, getaran pada tangan, dan layout tempat kerja. Kebisingan diukur menggunakan sound level meter, getaran pada tangan dinilai menggunakan vibration meter dan layout tempat kerja dengan cara observasi. Penelitian ini juga melihat karakteristik pekerja dari segi usia, masa kerja, kebiasaan merokok dan IMT yang berkontribusi untuk terjadinya keluhan MSS pada pekerja. Penilaian keluhan pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan jumlah pekerja sebanyak 7 orang. Penelitian bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua pekerja mengalami keluhan MSS, tingkat risiko MSS sangat tinggi yaitu pada proses kerja finishing dan tingkat risiko tinggi pada proses kerja pemotongan kayu, penyatuan alas duduk, perakitan sisi kursi, penyerutan sisi kursi dan perakitan kursi. Keluhan terbanyak terjadi pada bagian bahu kanan (100%), pinggang bawah (71,4%). Tingkat risiko dapat diturunkan dengan menyediakan meja kerja dan kursi kerja yang sesuai serta lakukan perawatan rutin pada alat kerja. selain itu tidak lupa lakukan peregangan otot sebelum dan sesudah bekerja dan bekerja dengan sikap postur tubuh yang benar. Kata kunci : musculoskeletal symptoms, pekerja mebel, REBA Description of Risk Factors Physical, Individual, Environment and Musculoskeletal Symptoms (MSS) and Complaints on Workers Furniture in Making Chairs School at UD. Agung Jati Jakarta 2015 Abstract Working in the informal sector can not be separated from the occupational hazards, one of those occupational hazards is ergonomic hazard. Worker who made furnitures have a risky job to MSS complaint. This study describe physical, individual, workplace level of risk from that job assessed using by REBA tools, the environmental factors studied were noise, hand vibration, and the layout of the workplace. Noise is measured using sound level meter, hand vibration was assessed using the vibration meter and layout of the workplace assessed by observation. This study also assessed the characteristics of workers in terms of age, how long the worker has been work, smoking habits and BMI which contribute to the occurrence of MSS complaint to workers. Assessment of worker complaints using questionnaires NBM which is total of workers are 7 person. This study is descriptive observational study with cross sectional approach. The result showed that all workers have MSS complaints, MSS very high level of risk found in during the process of finishing work. Below very high level is the high risk level which is found on wooden cutting work processes, unification cushion, seat side unification, shave side of the seat and the part seat unification. Most MSS complaints occur in the right shoulder (100%), lower back (71.4%). The level of risk can be reduced by providing a work desk and chair which is Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Transcript of GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Page 1: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL SYMPTOMS (MSS) PADA

PEKERJA MEBEL PEMBUATAN KURSI SEKOLAH DI UD. AGUNG JATI JAKARTA TAHUN 2015

Wildan Prasetyo Utomo, Indri Hapsari

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat

E-mail: [email protected]

Abstrak

Bekerja di sektor usaha informal tidak terlepas dari bahaya-bahaya terkait pekerjaanya, Pembuat mebel merupakan pekerjaan yang berisiko untuk terjadinya keluhan MSS. Penelitian ini menggambarkan tingkat risiko Pekerjaan di mebel UD. AJ pada tahun 2015. Tingkat risiko postur dari pekerjaan dinilai menggunakan tool Rapid Entire Body Assesment (REBA), faktor lingkungan yang diteliti adalah kebisingan, getaran pada tangan, dan layout tempat kerja. Kebisingan diukur menggunakan sound level meter, getaran pada tangan dinilai menggunakan vibration meter dan layout tempat kerja dengan cara observasi. Penelitian ini juga melihat karakteristik pekerja dari segi usia, masa kerja, kebiasaan merokok dan IMT yang berkontribusi untuk terjadinya keluhan MSS pada pekerja. Penilaian keluhan pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan jumlah pekerja sebanyak 7 orang. Penelitian bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua pekerja mengalami keluhan MSS, tingkat risiko MSS sangat tinggi yaitu pada proses kerja finishing dan tingkat risiko tinggi pada proses kerja pemotongan kayu, penyatuan alas duduk, perakitan sisi kursi, penyerutan sisi kursi dan perakitan kursi. Keluhan terbanyak terjadi pada bagian bahu kanan (100%), pinggang bawah (71,4%). Tingkat risiko dapat diturunkan dengan menyediakan meja kerja dan kursi kerja yang sesuai serta lakukan perawatan rutin pada alat kerja. selain itu tidak lupa lakukan peregangan otot sebelum dan sesudah bekerja dan bekerja dengan sikap postur tubuh yang benar.

Kata kunci : musculoskeletal symptoms, pekerja mebel, REBA

Description of Risk Factors Physical, Individual, Environment and Musculoskeletal

Symptoms (MSS) and Complaints on Workers Furniture in Making Chairs School at

UD. Agung Jati Jakarta 2015

Abstract

Working in the informal sector can not be separated from the occupational hazards, one of those occupational hazards is ergonomic hazard. Worker who made furnitures have a risky job to MSS complaint. This study describe physical, individual, workplace level of risk from that job assessed using by REBA tools, the environmental factors studied were noise, hand vibration, and the layout of the workplace. Noise is measured using sound level meter, hand vibration was assessed using the vibration meter and layout of the workplace assessed by observation. This study also assessed the characteristics of workers in terms of age, how long the worker has been work, smoking habits and BMI which contribute to the occurrence of MSS complaint to workers. Assessment of worker complaints using questionnaires NBM which is total of workers are 7 person. This study is descriptive observational study with cross sectional approach. The result showed that all workers have MSS complaints, MSS very high level of risk found in during the process of finishing work. Below very high level is the high risk level which is found on wooden cutting work processes, unification cushion, seat side unification, shave side of the seat and the part seat unification. Most MSS complaints occur in the right shoulder (100%), lower back (71.4%). The level of risk can be reduced by providing a work desk and chair which is

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 2: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

suitable to the worker and do the maintenance to all work equipment. Besides that, do not forget to stretch the muscles before-after work and working with the correct posture.

Keywords : musculoskeletal symptoms; furniture workers; REBA

Pendahuluan

Pada era modern sekarang ini, dunia perindustrian semakin berkembang pesat yang

didorong karena kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dunia

industri tidak terlepas dari peran serta manusia dan peralatan kerja untuk menunjang setiap

proses kerja. Pada setiap proses tahapan industri mempunyai berbagai potensi bahaya yang

terkandung didalamnya. Riset yang dilakukan badan dunia ILO tentang kecelakaan kerja

menunjukkan setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal berkaitan dengan pekerjaan mereka.

Angka ini berarti setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang meninggal per

tahun akibat sakit atau kecelakan kerja (ILO, 2003).

Di Indonesia terdapat dua kategori industri yaitu industri formal maupun industri

informal. Jumlah total tenaga kerja di Indonesia menurut Bapan Pusat Statistik (2010) sebesar

116 juta orang pada tahun 2010 dan lebih dari 73 juta orang terserap ke sektor informal.

Sektor usaha informal khususnya perusahaan pembuat mebel sangat rentan terhadapat faktor

risiko ergonomi dan diperparah dengan kurangnnya penerapan keselamatan dan kesehatan

kerja. Sektor usaha pembuatan mebel mempunyai berbagai potensi bahaya bagi tubuh pekerja

salah satu yaitu MSDs. Menurut Bereu Of Labor Statistic melaporkan pada tahun 2001,

industri mebel kayu rumah tangga dilaporkan sekitar 9.600 kasus cedera muskuloskeletal dan

industri mebel pelapisan kayu dilaporkan sekitar 7.000 kasus (US Department, 2002).

Pekerja mebel pembuatan kursi memiliki potensi yang dapat menimbulkan terjadinya

Musculoskeletal Symptoms. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti

terdapat beberapa faktor risiko pada proses pekerjaannya seperti gerakan berulang, postur

janggal, durasi kerja, beban kerja dan faktor pendukung lainnya seperti faktor lingkungan

yaitu kebisingan dan getaran lengan tangan yang dapat memicu terjadinya MSDs.

Dari hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran mengenai penilaian faktor risiko dan tingkat risiko pada faktor fisik

(postur) dengan tools REBA, pada faktor individu (umur, masa kerja, kebiasaan merokok,

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 3: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

IMT) dan pada faktor lingkungan kerja (getaran, kebisingan) yang berhubungan dengan

keluhan subjektif MSS pada pekerja mebel di UD. Agung Jati

Tinjauan Teoritis

Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara

keseluruhan ergonomi berarti aturan atau peraturan yang berkaitan dengan kerja. ergonomi

adalah suatu ilmu yang saling terikat antara pekerja, pekerjaannya dan lingkungan kerjanya

agar tercipta hubungan yang seimbang sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.

Menurut Bridger, 1995 tujuan dari ergonomi adalah untuk memastikan kebutuhan manusia

untuk bekerja secara aman dan efisien dapat terpenuhi dalam sistem kerja.

Gangguan musculoskeletal disorder (MSDs) adalah cedera atau gangguan otot, saraf,

tendon, sendi, tulang rawan, gangguan saraf, tendon, otot dan struktur pendukung dari tungkai

atas dan tungkai bawah, leher, dan punggung bawah yang disebabkan, atau diperburuk oleh

penggunaan tenaga mendadak atau kontak yang terlalu lama dengan faktor fisik seperti

pengulangan, kekuatan, getaran, atau postur canggung (NIOSH)

Menurut ACGIH musculoskeletal disorders mengacu pada gangguan kronis pada otot,

tendon, dan syaraf yang disebabkan oleh gerakan berulang, pergerakan yang cepat, beban

yang tinggi, kontak stres, postur yang ekstrim, getaran, dan suhu yang rendah (ACGIH, 2007)

Secara garis besar keluhan atau gangguan pada sistem musculoskeletal dapat

dikelompokan menjadi tiga, yaitu Canadian Centre for Occupational Health and Safety

(CCOHS)

a. Tahap awal: Sakit dan kelelahan dari anggota badan terjadi selama shift kerja, tetapi

menghilang pada malam hari dan selama hari libur kerja. Tidak ada pengurangan

kinerja.

b. Tahap peralihan: Sakit dan kelelahan terjadi pada awal shift kerja dan bertahan di

malam hari. Kapasitas berkurang untuk pekerjaan berulang-ulang.

c. Tahap akhir: Sakit, kelelahan, dan kelemahan terus berlangsung saat istirahat.

Ketidakmampuan untuk tidur dan melakukan tugas ringan

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 4: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Faktor Risiko Musculoskeletal Symtopms

a. Faktor Risiko Fisik

Menurut OSHA (2000) faktor risiko fisik yang dapat memicu terjadinya MSS yaitu

1. Tenaga/force

2. Gerakan berulang

3. Postur janggal

4. Postur statis

5. Gerakan cepat

6. Tekanan atau stress kontak

b. Faktor Risiko Lingkungan

1. Getaran

Getaran adalah paparan fisik dari perangkat atau mesin yang berputar cepat. Bisa

terdapat pada alat perkakas. Menurut PERMENAKERTRANS No.13 MEN/X/2011

tentang Nilai ambang Batas faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, getaran

adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari

kedudukan keseimbangannya.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan yang dingin, panas, pencahayaan dan kebisingan merupakan faktor dalam

lingkungan kerja yang dapat langsung mempengaruhi kenyamanan pekerja dan secara

tidak langsung dapat mempengaruhi risiko cedera. Faktor lingkungan lain seperti

permukaan kerja yang licin juga dapat membahayakan pekerja dan dapat langsung

meningkatkan risiko cedera. Menurut PERMENAKERTRANS No.13 MEN/X/2011

tentang Nilai ambang Batas faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kebisingan

adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi

dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan

pendengaran.

c. Faktor Risiko Individu

Fakor risiko individu yang berkontribusi untuk timbulnya MSDs menurut Bernard (1997) dan

Bridger (2003) antara lain :

1. Umur

Oborne (1995), menyatakan bahwa keluhan Musculosksletal Disorders sering dialami oleh

seseorang pada usia 24-65 tahun. Keluhan pertama sering dialami pada usia 35 tahun dan

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 5: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

tingkat keluhan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini

terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun

sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat (chaffi,1997 dan Guo et al, 1995 dalam

Tarwaka, 2004)

2. Kebiasan merokok

Boshuizen et al. (1993) dalam Tarwaka (2004) menemukan hubungan yang signifikan

antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang

memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran

tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru,

sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya,

tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja melakukan tugas yang menuntut

pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah

rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya

timbul rasa nyeri otot.

Menurut Jeanie Crosmun (2003) melakukan penelitian terhadap 13.000 perokok dan

non perokok dengan rentang umur 16 – 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki

risiko 50% lebih besar untuk terkena MSDs. Risiko LBP meningkat 20% untuk tiap 10

batang rokok yang dihisap setiap harinya.

3. Masa kerja

Riihimaki et al (1989) menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai hubungan yang kuat

dengan keluhan otot. Selain itu, kejadian MSDs dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

individu, salah satunya adalah pengalaman bekerja. Lamanya pekerja bekerja di suatu

industri mempengaruhi kesakitan musculoskeletal yang dirasakan. Beberapa hasil studi

menyatakan bahwa absen sakit dikarenakan kesakitan pada upper limb lebih tinggi pada

pekerja yang baru dibandingkan pekerja yang telah berpengalaman, terutama pada

kelompok pekerja dengan beban kerja tinggi (Hakkanen et al, 2001).

4. Antropometri (tinggi badan dan IMT)

Indeks Masa Tubuh merupakan perbandingan antara berat badan dengan kuadrat

tinggi badan. WHO (2003) mengklasifikasikan IMT sebagai berikut : underweight( <18,5

kg/m2), dikategorikan normal jika (18,5-24,9 kg/m2 ), overweight jika IMT (≥ 25 kg/m2)

dan dikatkan obesitas jika IMT (≥ 30 kg/m2 ). Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi

badan dan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot

skeletal.

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 6: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

REBA

Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan untuk mengkaji postur kerja

yang dapat ditemukan di industri pelayanan kesehatan oleh Sue hignett dan Mc Atamney.

Dalam metode REBA ada beberapa data yang di kumpulkan yaitu postur tubuh, beban objek,

frekuensi, dan durasi. Hasil dari REBA dapat mengindikasikan tingkat risiko dari aktifitas

pekerjaan tersebut dan dapat dilakukan tindakan berdasarkan tingkat risikonya. Metode

REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan yang berisiko yang berhubungan dengan

Musculoskeletal Disorder

Nordic Body Map

Pertama kali dikembangkan dan merupakan proyek yang dibiayai oleh Nordic Council

Ministers. Nordic Body Map (NBM) dikembangkan oleh Kourinka et al dan digunakan untuk

melihat bagian spesifik dari tubuh yang mengalami keluhan ketidak nyamanan dapat berupa

nyeri, pegal, kekakuan, kesemutan, panas, kejang, dan bengkak. kuesioner Nordic Body Map

adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para

pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun

rapi.

Nordic Body Map berupa gambar tubuh manusia yang terdiri dari 27 segmen bagian

tubuh. Nordic Body Map digunakan sebagai penilaian individu yang merupakan konsep

wawancara terstruktur pada pekerja. Tujuan utama dalam kuesioner Nordic body map adalah

untuk screening MSDs dalam konteks ergonomi

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian cross sectional dimana proses

pengambilan data dan pengukuran dilakukan pada waktu bersamaan yaitu ketika turun

lapangan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menilai faktor risiko fisik, faktor risiko

individu dan lingkungan kerja serta keluhan subjektif MSS pada pekerja mebel. Penilaian

postur tubuh pekerja dilakukan menggunakan tool Rapid Entire Body Assestement (REBA).

Penilaian postur tubuh dilakukan pada pekerjaan sesuai dengan tahapannya dan pada pekerja

yang mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Sedangkan untuk menilai keluhan

MSS pada pekerja menggunakan kuesioner yang mengacu pada Nordic Body Map (NBM).

Faktor individu dinilai menggunakan kuesioner yang diberikan pada seluruh pekerja di mebel

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 7: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

tersebut. Faktor lingkungan yaitu getaran lengan tangan dinilai dengan Vibration meter.

Kebisingan lingkungan kerja dinilai menggunakan sound level meter, layout tempat kerja

dengan observasi. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan oleh jasa pihak ketiga

Waktu pelaksanan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015.

Lokasi penelitian dilakukan pada industri mebel Informal yang dikhususkan pada proses

pembuatan kursi sekolah. Lokasi penelitian terletak di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Penelitian ini meneliti pada proses pembuatan kursi sekolah sesuai dengan tahapan

kerjanya yaitu tahap pemotongan kayu, penyatuan kayu sebagai alas duduk kursi, penyerutan

kayu, pelubangan kayu, perakitan sisi kursi, penyerutan sisi kursi, perakitan kursi dan

finishing. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja mebel tersebut yang berjumlah

7 orang.

Data yang primer yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara

observasi setiap pekerjaan yang berhubungan pada proses pembuatan mebel dan mengamati

lingkungan sekitar. Data primer mengenai penilain postur tubuh pekerja saat melakukan

pekerjaannya dengan menggunakan REBA yaitu postur tubuh pekerja difoto kemudian

dilakukan penilaian sesuai ketentuan dari REBA. Data primer mengenai keluhan pekerja

terhadap MSS, faktor individu seperti usia, masa kerja, kebiasaan merokok, dan indeks masa

tubuh didapat dengan cara memberi kuesioner dan mewawancara pekerja yang mengacu pada

Nordic Body Map pada keluhan tubuh. Data primer mengenai faktor lingkungan seperti

kebisingan dan getaran menggunakan alat ukur Sound Level Meter dan Vibration Meter.

Sedangkan Workstation Layout dengan cara observasi langsung di tempat kerja tersebut. Data

sekunder berupa tahapan pekerjaan, sejarah perusahaan, jumlah populasi, karakterisik pekerja

didapat dari tempat peneliti melakukan penelitian

Hasil Penelitian

Umur

Dari hasil penilitian menggunakan kuesioner pada pekerja mebel UD. AJ dari 7 orang pekerja

di dapatkan umur <25 tahun sebanyak 1 pekerja (14,3 %) dan umur >25 tahun sebanyak 6

pekerja (85,7%). Secara garis besar usia < 25 tahun mengami keluhan pada 10 bagian tubuh

dan usia ≥ 25 tahun mengalami keluhan pada 25 bagian tubuh. Dari tabel diatas dapat

diketahui bahwa sebanyak 1 pekerja dengan usia < 25 tahun mengalami keluhan pada leher

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 8: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

bagian atas, bahu kanan, Punggung, pinggang bagian atas, bawah, pergelangan tangan kanan,

tangan kanan, lutut kanan, telapak kaki kiri dan kanan. Sedangkan sebanyak 6 pekerja (100%)

dengan usia ≥ 25 tahun terbanyak mengeluhkan pada bagian bahu kanan.

Masa Kerja

Dari hasil penelitian menggunakan kuesioner pada pekerja mebel UD. AJ dari 7

orang pekerja di dapatkan masa kerja 0-15 tahun sebanyak 3 pekerja, 16-30 tahun sebanyak 3

pekerja, >30 tahun sebanyak 1 pekerja. Sebanyak 3 pekerja (100%) dengan masa kerja 0-15

tahun mengalami keluhan terbanyak pada leher bagian atas, bahu kanan, pergelangan tangan

kanan, tangan kanan. Sedangkan sebanyak 3 pekerja (100%) dengan masa kerja 16-30 tahun

terbanyak mengeluhkan pada bahu kanan. Pinggang atas dan pinggang bawah. Sebanyak 1

(100%) pekerja dengan masa kerja >30 tahun terbanyak mengeluhkan pada bagian bahu

kiri,bahu kanan, lengan bawah kiri dan betis kiri.

Kebiasan Merokok

Hasil penilitian didapatkan pekerja mebel UD. AJ dari 7 orang pekerja didapatkan

jenis perokok sedang (≥10 – 20 batang/hari) berjumlah 3 orang (42,85%), perokok ringan 1

(14,3%) orang dan tidak merokok 3 (42,85%) orang. Sebanyak 3 pekerja yang termasuk pada

kategori perokok sedang rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok (16 batang) dalam sehari

dan 1 pekerja yang termasuk kategori perokok ringan menghabiskan 8 batang dalam sehari.

Sebanyak 3 pekerja (100%) yang tidak merokok mengalami keluhan MSDs pada bagian bahu

kanan. Sebanyak 1 pekerja (100%) yang termasuk perokok ringan mengalami keluhan MSDs

pada bagian leher bagian atas, bahu kiri, bahu kanan, pinggang bagian atas dan pinggang

bagian bawah dan sebanyak 3 pekerja (100%) dengan merokok sedang mengalami keluhan

pada bagian bahu kanan

Indeks Masa Tubuh

WHO (2003) mengklasifikasikan IMT sebagai berikut : underweight (<18,5 kg/m2),

dikategorikan normal jika (18,5-24,9 kg/m2 ), overweight jika IMT (≥ 25 kg/m2) dan dikatkan

obesitas jika IMT (≥ 30 kg/m2 ). Dari hasil penelitian menggunakan kuesioner pada pekerja

mebel UD. AJ didapatkan bahwa 7 (100%) pekerja masuk kedalam kategori Normal ( 18,5-

24,99 kg/m2). Dari kategori indeks masa tubuh normal, terdapat 7 (100%) pekerja mengalami

keluhan dibagian bahu kanan (100%) dan keluhan kedua terbanyak dirasakan oleh 5 (71,43%)

pekerja dibagian pinggang bawah

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 9: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Penilaian Postur Tubuh Menggunakan REBA

Gambar 1. Tahapan Proses Pembuatan Kursi Sekolah

Tabel 1. Penilaian Risiko Pekerja Mebel Berdasarkan Metode REBA Dari Tahapan Kerja

Penilaian Faktor Lingkungan

1. Vibration

Pengujian getaran lengan tangan dilakukan oleh petugas dari Pusat Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang dilakukan pada tanggal 4 Mei 2015 menggunakan alat vibration meter

No Aktifitas kerja Postur Kanan Postur Kiri

Skor A

Skor B Total Tingkat

Risiko Skor

A Skor

B Tingkat Risiko

1 Pemotongan kayu 7 4 9 Tinggi 7 4 Tinggi

2 Penyatuan alas duduk kursi 5 3 6 Sedang 6 2 Tinggi

3 Penyerutan kayu 4 2 6 Sedang 4 3 Sedang

4 Pelubangan kayu 2 4 5 Sedang 2 5 Sedang

5 Perakitan sisi kursi 6 4 9 Tinggi 6 4 Tinggi

6 Penyerutan sisi kursi 6 3 8 Tinggi 6 4 Tinggi

7 Perakitan kursi 7 4 10 Tinggi 6 4 Tinggi

8 Finishing 7 5 11 Sangat tinggi 6 5 Tinggi

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 10: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

pengujian dilakukan sesaat pada kedua alat kerja yaitu mesin serut dan gergaji potong. Hasil

pada mesin serut sebesar 5,52 m/s2 dan gergaji potong sebesar 2,95 m.s2 jadi mesin serut

melebihi NAB getaran pada lengan tangan

2. Kebisingan

Uji kebisingan di mebel UD. Jaya dilakukan pada tanggal 4 Mei 2015 jam 10 pagi oleh

petugas dari Pusat Keselamatan dan Kesehatan kerja. Kondisi pengujian bising dilakukan

ketika semua proses kerja sedang berlangsung, pengujian ini dilakukan pada 2 area kerja yaitu

pada ruang workshop yang sedang berlangsung proses pemotongan, penyerutan dengan hasil

sebesar 84,1 dBA yang artinya tidak melebihi NAB dan perakitan kursi serta pada ruang kerja

finishing sebesar 72,5 dBA yang artinya tidak melebihi NAB.

3. Layout Tempat Kerja

bangungan tersebut kurang lebih sekitar 108 m2 dengan panjang 12 meter dan lebar 9

meter. Teras rumah diubah menjadi workshop, pada workshop tidak ada dinding pembatas

pada setiap proses kerja. Proses finishing terletak dipojok kanan rumah Setiap proses kerja

menempati satu tempat kerja dimana satu tempat kerja terdapat satu pekerja, namun pada

proses pelubangan kayu tidak demikian, proses pelubangan kayu biasanya bisa dikerjakan

oleh pekerja pemotongan atau penyerutan dan pekerjaan pelubangan kayu tidak rutin setiap

hari dikerjakan. Alat- alat pertukangan yang digunakan terletak diatas meja pada semua

bagian. Pada setiap tempat kerja sudah terdapat lampu tepat diatas meja tersebut sehingga

cukup untuk menerangi tempat kerja tersebut dan sudah terdapat beberapa penerangan alami

dari atap yang sudah menggunakan fiberglass sehingga cahaya matahari dapat masuk

Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Bagian Tubuh yang Mengalami Keluhan

Gambar 2. Keluhan MSDs berdasarkan Bagian Tubuh Pekerja Mebel UD. AJ 2015

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 11: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Grafik 1. Gambaran Keluhan MSDS Berdasarkan Tingkat Keseringan

Grafik 2. Gambaran Keluhan MSDS Berdasarkan Keluhan

0

1

2

3

4

5

6

7

lehe

rbagianatas

lehe

rbagianbawah

bahu

kiri

bahu

kanan

lenganatask

iri

punggung

lenganatask

anan

pinggangbagianatas

pinggangbagianbawah

sikukanan

lenganbaw

ahkiri

lenganbaw

ahkanan

pergelangantangankiri

pergelangantangan

tangankiri

tangankanan

pahakiri

pahakanan

lututk

iri

lututk

anan

be:skiri

be:skanan

pergelangankakikiri

pergelangankakikanan

telapakkakikiri

telapakkakikanan

Selalu(Se:aphari)

Sering(1-2xseminggu)

Kadang(1-2xperbulan)

Jarang(1-2xpertahun)

0 1 2 3 4 5

leherbagianatas

bahukiri

lenganataskiri

lenganataskanan

pinggangbagianbawah

lenganbawahkiri

pergelangantangankiri

tangankiri

pahakiri

lututkiri

be:skiri

pergelangankakikiri

telapakkakikiri

kesemutan

kaku

nyeri/sakit

pegal-pegal

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 12: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Grafik 3. Gambaran Keluhan MSDS Berdasarkan Waktu Keluhan

Grafik 4. Gambaran Keluhan MSDS Berdasarkan Tingkat Keluhan

Tabel 2. Gambaran Cara Mengatasi Keluhan

Tindakan Frekuensi Presentase Istirahat 6 85,7 % Menggunakan obat gosok 1 14,3 % Minum jamu 0 0 Minum obat penghilang rasa sakit 0 0 Pengobatan tradisional (pijat dan urut)

0 0

Berobat kedokter 0 0

0

1

2

3

4

5

6

7

lehe

rbagianatas

lehe

rbagianbawah

bahu

kiri

bahu

kanan

lenganatask

iri

punggung

lenganatask

anan

pinggangbagian

pinggangbagian

sikukanan

lenganbaw

ahkiri

lenganbaw

ah

pergelangantangan

pergelangantangan

tangankiri

tangankanan

pahakiri

pahakanan

lututk

iri

lututk

anan

be:skiri

be:skanan

pergelangankaki

pergelangankaki

telapakkakikiri

telapakkakikanan

Saat/selamabekerjasetelahbekerjamalamhari

01234567

lehe

rbagianatas

lehe

rbagianbawah

bahu

kiri

bahu

kanan

lenganatask

iri

punggung

lenganatask

anan

pinggangbagianatas

pinggangbagian

sikukanan

lenganbaw

ahkiri

lenganbaw

ahkanan

pergelangantangan

pergelangantangan

tangankiri

tangankanan

pahakiri

pahakanan

lututk

iri

lututk

anan

be:skiri

be:skanan

pergelangankakikiri

pergelangankaki

telapakkakikiri

telapakkakikanan

BiasaSedangBerat

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 13: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Pembahasaan

Pembahasaan Risiko Ergonomi

a. Risiko sangat tinggi

Proses kerja Finishing

Tahapan pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko ergonomi sangat tinggi

yaitu pada tahapan finishing, Pekerjaan finishing memiliki durasi kerja pemelituran

kurang lebih selama 7-8 jam dalam sehari. Tahapan kerja ini mempunyai nilai risiko

sangat tinggi yaitu pada postur grup A pekerja bekerja dalam posisi jongkok yang

mengakibatkan leher pekerja sering mendengak keatas atau ekstensi untuk

menyesuaikan sudut pandang penglihatan saat pemelituran dan diperparah kerena

leher pekerja sering miring kekanan atau kekiri untuk menyesuaikan sudut pandang

pada setiap bagian kursi yang akan dipelitur. Bekerja pada posisi jongkok dapat

menyebabkan tekanan yang besar pada lutut untuk mempertahankan posisi tubuh dan

menahan berat badan. Posisi tubuh berlutut, membungkuk atau jongkok dapat

menyebabkan terjadinya nyeri dan sakit pada punggung bagian bawah atau pada lutut.

Jika kondisi kerja ini terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat

mengakibatkan masalah yang serius pada otot dan sendi (NIOSH, 2007). Ini sesuai

berdasarkan hasil dari wawancara didapati pekerja mengalami keluhan pada lutut

Postur grup B juga berisiko yaitu pada lengan atas dan pergelangan tangan

kanan. Pada lengan atas sisi kiri sudut yang terbentuk sebesar 1000 hal ini disebabkan

karena harus menyangga kursi pada posisi miring agar memudahkan dalam proses

pemelituran bagian bawah, samping dan kaki-kaki kursi. berdasarkan metode REBA

yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Mc Atamney (2000) posisi lengan atas

>90˚ fleksi merupakan posisi yang paling berisiko karena semakin besar sudut yang

dibentuk maka semakin besar pula risiko MSDs yang dihasilkan.

Pada pergelangan tangan kanan adanya gerakan pengulangan pada saat

pemelituran yang menggunakan kuas lebih dari 4 kali permenit. Pekerjaan yang

dilakukan secara repetitive dapat terbentuk edema atau jaringan parut karena adanya

tekanan pada otot, akibat adanya jaringan parut maka akan terjadi penekanan otot yang

akan mengganggu fungsi saraf, terganggunya fungsi saraf atau berkurangnya respon

saraf akan menyebabkan kelemahan pada otot (Humatech, 1995). Postur statis pada

pekerjaan ini terletak pada kaki pekerja dengan posisi jongkok lebih dari 1 menit,

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 14: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Kondisi ini juga diperparah karena pekerja pada bagian finishing sudah bekerja

lebih dari 15 tahun, menurut Tarwaka (2004) pekerja dengan masa kerja lebih lama

akan lebih lama beraktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang mempunyai risiko

tinggi. Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Pekerja

bagian finishing juga memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus dalam sehari,

menurut Tarwaka (2004) semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, maka

semakin tinggi tingkat keluhan yang dirasakan. Boshuizen et al. (1993) dalam

Tarwaka (2004) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan

pengerahan otot. Pada pekerja finishing ditemukan keluhan pada pinggang bagian

bawah dengan tingkat keluhan sedang.

b. Risiko tinggi

Terdapat 5 tahapan pekerjaan dengan nilai risiko tinggi berdasarkan penilaian REBA

yaitu pemotongan kayu, penyatuan alas duduk kursi, perakitan sisi kursi, penyerutan

sisi kursi dan perakitan kursi.

1. Pemotongan kayu

Pada proses pemotongan kayu memiliki durasi kerja selama kurang lebih 7

jam. Lamanya durasi dalam 1 kali pemotongan kayu kurang dari 1 menit. Pada

tahap pekerjaan pemotongan kayu, grup A mempunyai risiko yang cukup tinggi

pada leher dan punggung pekerja, hal ini dikarenakan sudut yang terbentuk pada

leher sebesar 250 dan terdapat perputaran pada leher pekerja. Menurut Bridger

(1995), ada banyak bukti bahwa fleksi yang dilakukan secara sering pada bagian

leher dan kepala akan berhubungan dengan nyeri pada leher dan kepala yang

kronis. Pada punggung pekerja sudut yang terbentuk cukup tinggi, sebesar 460.

Berdasarkan Canadian Centre of Occupational Health and Safety (CCOHS)

bekerja dengan posisi kerja membungkuk menyebabkan stress pada punggung dan

pinggang bawah dan diperparah karena punggung pekerja dalam keadaaan miring

atau side bending. Postur tersebut terjadi dapat disebabkan karena kondisi tinggi

meja kerja tidak sesuai dengan kondisi antropometri pekerja sehingga pekerja

membungkuk untuk melakukan penyesuaian kerja.

Untuk variabel grup B, lengan tangan atas mempunyai faktor risiko yang

tinggi karena sudut yang terbentuk cukup besar yaitu 470 pada lengan atas kanan

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 15: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

dan 750 pada lengan atas kiri hal ini disebabkan karena penyesuaian postur lengan

atas pada kondisi meja kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Baron et al

(1991) bahwa bekerja dengan lengan atas fleksi lebih dari 600 dapat meningkatkan

risiko terjadinya MSDs pada bahu. Terdapat repetisi gerakan pada lengan bawah

pekerja hal ini terjadi ketika akan memotong kayu yang akan dijadikan kaki kursi.

Kondisi postur yang berisiko tinggi pada pekerjaan pemotongan kayu dapat

menyebabkan MSDs dan diperparah karena faktor pendukung lainnya yaitu umur,

umur pekerja pada bagian pemotongan kayu adalah 57 tahun dengan masa kerja 30

tahun, menurut Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami

seseorang pada umur 24–65 tahun serta keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur sedangkan menurut Bridger (2003), sejalan dengan

bertambahnya umur seseorang akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini

mulai terjadi pada saat umur seseorang 30 tahun, kondisi ini juga diperparah

dengan masa kerja yang sudah lama dilakukan pada bagian pemotongan, karena

masa kerja yang sudah lama maka pekerja sudah lama juga melakukan postur kerja

dan faktor lingkungan yang berisiko. Pekerja memiliki kebiasaan merokok

menghabiskan 16 batang/1 bungkus dalam sehari, Menurut Jeanie Crosmun

(2003) melakukan penelitian terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan

rentang umur 16 – 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50% lebih

besar untuk terkena MSDs. Risiko LBP meningkat 20% untuk tiap 10 batang

rokok yang dihisap setiap harinya, berdasarkan penelitian terdapat kesesuaian

bahwa rokok dapat menyebabkan keluhan MSDs. karena pada pekerja

pemotongan kayu berdasarkan hasil wawancara pekerja menyatakan mengalami

keluhan pada pinggang atas dan bawah. Indeks masa tubuh pekerja termasuk

dalam kategori normal

2. Perakitan sisi kursi

Proses kerja perakitan kursi dikerjakan kurang lebih selama 7 jam dalam

sehari, dengan durasi menyelesaikan 1 kursi lebih dari 1 menit. Pada tahap kerja

perakitan sisi kursi posisi pekerja dalam keadaan duduk di kursi kecil. Penilaian

pada variabel grup A berisiko tinggi pada bagian punggung karena harus

membungkuk membentuk sudut 600. Menurut penelitian yang dilakukan Mario

(2014) pada industri furnitur didapat bahwa dari 43 pekerja, 32 pekerja mengalami

low back pain karena bekerja dengan posisi punggung lebih dari 450. Hal ini

disebabkan karena tidak terdapat meja kerja yang akan mengakibatkan punggung

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 16: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

menyesuaikan dengan keadaan tempat kerja. Berdasarkan Canadian Centre of

Occupational Health and Safety (CCOHS) bekerja dengan posisi kerja

membungkuk menyebabkan stress pada punggung dan pinggang bawah. Pada

pekerjaan perakitan sisi kursi leher pekerja fleksi sebesar 230. Menurut Bridger

(1995), ada banyak bukti bahwa fleksi yang dilakukan secara sering pada bagian

leher dan kepala akan berhubungan dengan nyeri pada leher dan kepala yang

kronis, ini sesuai berdasarkan hasil wawancara bahwa pekerja pada tahap ini

mengalami keluhan pada leher bagian atas dengan tingkat keluhan sakit.

Pada grup B faktor yang berisiko yaitu pada lengan atas sisi kanan maupun

sisi kiri, pada sisi kanan sudut yang terbentuk cukup besar yaitu 660 karena harus

menyesuaikan dengan lengan bawah untuk memukul kayu dengan kuat

menggunakan palu pada kayu yang akan disatukan agar dapat merekat cukup kuat.

Pada sisi lengan atas kiri sudut yang terbentuk cukup besar yaitu 650 dikarenakan

harus memegang kayu dengan jarak yang cukup jauh. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Baron et al (1991) bahwa bekerja dengan lengan atas fleksi lebih dari

600 dapat meningkatkan risiko terjadinya MSDs pada bahu.

Terdapat gerakan berulang lebih dari 4x permenit yaitu saat melakukan

penyatuan kayu – kayu menggunakan palu. Berdasarkan studi yang dilakukan

European Campaign On Musculoskeletal Disorders tahun 2008 yang dilakukan

pada 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 62% telah terpapar MSDs pada

tangan akibat adanya gerak repetitive atau berulang dan 46% dilaporkan akibat

posisi tubuh yang melelahkan selama bekerja.

Kondisi diperparah dengan faktor pendukung lainnya yaitu umur. Umur

pekerja pada bagian penyatuan sisi kursi adalah 55 tahun dengan masa kerja 27

tahun, menurut Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami

seseorang pada umur 24–65 tahun dan keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur sedangkan menurut. Pekerja juga merokok menghabiskan 8

batang dalam sehari, Menurut Jeanie Crosmun (2003) melakukan penelitian

terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan rentang umur 16 – 64 tahun,

dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50% lebih besar untuk terkena MSDs.

Berdasarkan teori dan penelitan bahwa kebiasaan merokok dapat menyebabkan

keluhan MSDs pada pekerja perakitan sisi kursi karena berdasarkan hasil

wawancara perkerjaan menyatakan mengalami keluhan pada pinggang atas dan

bawah serta punggung.

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 17: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Kesimpulan

Tingkat risiko ergonomi pada setiap aktifitas dalam pembuatan kursi berdasarkan

penilaian dengan metode REBA yaitu : risiko sangat tinggi pada aktifitas finishing, risiko

tinggi pada aktifitas pemotongan kayu, perakitan sisi kursi, penyerutam kursi, dan penyatuan

alas duduk kursi pada sisi tubuh bagian kiri

Gambaran keluhan MSDs berdasarkan karakteristik individu yang meliputi umur, masa

kerja dan kebiasaan merokok. Pada umur < 25 tahun terdapat 1 (satu) pekerja dan pada umur

≥ 25 tahun sebanyak 6 pekerja. Keluhan pada umur ≥ 25 tahun, terbanyak mengalami keluhan

dibagian bahu kanan. Masa kerja : Sebanyak 3 pekerja (100%) dengan masa kerja 0-15 tahun

mengalami keluhan terbanyak pada leher bagian atas, bahu kanan, pergelangan tangan kanan,

tangan kanan. Sedangkan sebanyak 3 pekerja (100%) dengan masa kerja 16-30 tahun

terbanyak mengeluhkan pada bahu kanan. Pinggang atas dan pinggang bawah. Sebanyak 1

(100%) pekerja dengan masa kerja >30 tahun terbanyak mengeluhkan pada bagian bahu

kiri,bahu kanan, lengan bawah kiri dan betis kiri. Kebiasaan merokok : ditemukan 3 kategori,

yaitu kategori tidak merokok, perokok ringan dan perokok sedang. Kategori perokok

sebanyak 4 pekerja mengeluhkan pada bagian bahu kanan. Indeks Masa tubuh : seluruh

pekerja masuk kedalam kategori Normal, dari 7 (100%) pekerja dengan IMT normal

mengalami keluhan terbanyak pada bahu kanan

Pada pengukuran lingkungan kerja yang mencangkup kebisingan, hand arm vibration

dan layout tempat kerja didapatkan sebagai berikut : Kebisingan lingkugan kerja di dua area

kerja yaitu workshop dan area finishing tidak melebihi NAB sesuai dengan

PERMENAKERTRANS no 13 MEN/X/ 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan

kimia. Hand arm vibration yang di uji pada dua alat kerja yaitu pada gergaji potong dan

mesin serung, diketahui bahwa alat kerja mesin serut sebesar 5,52 m/det2 melebihi NAB.

Pada layout tempat kerja untuk tempat penempatan hasil kerja kurang tersedia yang

menyebabkan tubuh pekerja sering membungkuk dan posisi tubuh pada pekerja finishing

adalah jongkok karena tidak tersedia bangku kecil atau jengkok

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 18: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Saran

Pengendalian Teknis

1. Pada peralatan kerja yang bergetar cukup tinggi yaitu pada mesin serut, sebaiknya pekerja

yang menggunakan alat kerja tersebut menggunakan sarung tangan agar getaran pada

tangan sedikit berkurang dan lakukan perawatan atau maintenance peralatan kerja secara

berkala untuk mengurangi tingkat kebisingan maupun getaran

2. Pada aktifitas pekerjaan pemotongan kayu maupun penyerutan kayu, untuk penempatan

hasil pemotongan maupun penyerutan di sediakan meja untuk menaruh hasil dari proses

kerja, sehingga pekerja tidak terlalu sering membungkuk untuk meletakan hasil kerjanya

3. Untuk tinggi meja kerja sebaiknya disesuaikan dengan antropometri pekerja yaitu

ketinggian meja kerja disesuaikan dengan ketinggian siku pekerja dan pada setiap meja

kerja sebaiknya diberikan footrest agar kaki pekerja dapat beristirahat untuk mencegah

tegangan dan tekanan pada bagian belakang lutut

4. Untuk aktifitas finishing dimana pekerja bekerja dengan postur jongkok maka sebaiknya

disediakan kursi kecil agar dapat bekerja dengan postur yang lebih baik dan memperkecil

tekanan pada lutut

Pengendalian Administratif

1. Melakukan peregangan otot sebelum bekerja dan melakukan relaksasi selama melakukan

aktivitas kerja minimal 1 kali dalam 2 jam selama 5 menit disela-sela jam kerja

2. Pemilik usaha memberikan edukasi mengenai bahaya dalam bekerja dengan postur janggal

3. Pemilik usaha dapat memasang poster ergonomi bekerja dengan posisi berdiri yang benar

4. Dinas kesehatan setempat dapat memberikan penyuluhan pada sector informal berupa

edukasi pada pekerja dan pemilik usaha tentang keselamatan dan kesehatan berkerja pada

kondisi tersebut

5. Waktu bekerja sebaiknya dikurangi dari 9 jam kerja menjadi 8 jam kerja dan karena

pekerja bekerja selama seminggu maka sebaiknya ada waktu istirahat dalam sehari

Daftar Referensi

Bridger, R.S. 2003. Introduction to Ergonomics 2nd Edition. Taylor & Francis. Bernard., B.P. (1997). Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Crtical Review

of Epidemioogic Evidence for Work-related Muscculoskeletal Disorders of The Neck, Upper Extremity and Low Back, Cincinnati: NIOSH.

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 19: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

California Department of Industrial Relations. 1999. Easy ergonomic, A Practical Approach for Improving the Workplace. Education and Training Unit, Cal/OSHA

Chiang H et al. 1993. Prevalence of shoulder and upperlimb disorders among workers in the

fishprocessing industry. Scand J Work Environ Health CCOHS. (2014). Work Related Musculoskeletal Disorders. Di Akses dari:

http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html

Croasmun, Jeanie. 2003. Link Reported Between Smoking and MSDs Annals of Rheumatic Diseases : Reuters. Diakses dari : http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.

Erwin Dyah Nawawinetu . 2007. Stress Akibat Kerja pada Tenaga Kerja yang Terpapar

Bising. Surabaya : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Di akes dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=17964&val=1114

Europen Agency For Safety and health at work. 2008. Work- Related Musculoskeletal

Disorder : Prevetion Report. A european Campaign On Musculoskeletal Disorder

English CJ, et al. [1995]. Relations between upper limb soft tissue disorders and repetitive

movements at work. Am J Ind Med 27 Hidayat Firman. 2014. Penilaian risiko ergonomi dan keluhan musculosketel disorders

(MSDs) pada pekerja pembuatan furnitur di PT X Klender Jakarta Timur tahun 2014. Skripsi. Depok. FKM UI

Hidayat. 2013. Paparan Getaran Mesin Gerinda dan Keluhan Subyektif (Hand Arm Vibration

Syndrome) pada Tenaga Kerja di Abadi Dental Laboratorium Gigi. Jurnal. Surabaya: Universitas Airlangga;

Hignett, Sue. McAtamney. 2000. Rapid Entire Body Assessment (REBA). Applied Ergonomics ILO. 2003. International Labour Organitation for Company. Bandung: Rajawali Gary A. Mirka et al. 2005. Development of an ergonomics guideline for the furniture

manufacturing industry. Applied Ergonomics. Di akses dari www.elsevier.com/locate/apergo

Gary A. Mirka et al. 2002 Ergonomic interventions for the furniture manufacturing industry.

Part I lift assist devices. International Journal of Industrial Ergonomics. Di akses dari www.elsevier.com/locate/ergon

ILO. 2003. International Labour Organitation for Company. Bandung: Rajawali. Kivekäs J, Riihimäki H, et al. [1994]. Seven-year follow-up of whitefinger symptoms and radiographic wrist findings in lumberjacks and referents. Scand J Work Environ Health 20(2):101–106.

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015

Page 20: GAMBARAN FAKTOR RISIKO FISIK, INDIVIDU, LINGKUNGAN …

Kuorinka et al. 1987. Standardised Nordic questionnaires for the analysis of musculoskeletal

symptoms. Applied Ergonomics 1987, 18.3,233-237 di akses dari http://www.researchgate.net/publictopics.PublicPostFileLoader.html?id=54632388d4c1183d1f8b4581&key=f49bc7f3-7115-4a5d-a220-4441155122d4

Mario et al. (2014) Faktor- faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Low Back Pain pada

Pekerja Furniture. Artikel penelitian. Sulawesi :Universitas Halu Oleo MMirmohamadi.2004.Evaluation of Risk Factors Causing Musculoskeletal Disorders

Using QEC Method in a Furniture ProducingUnite. Iranian jurnal Public Health Milerad E, Ekenvall L [1990]. Symptoms of the neck and upper extremities in dentists. Scand

J Work Environ Health National Occupational Research Agenda (NORA). 2010. Musculoskeletal Disorders in

Manufacturing. Di askes dari: http://www.cdc.gov/niosh/nora NIOSH. 2007. Simple Solution Ergonomic for Contruction Worker. Departement of Health

and Human Service : Center of Disease Control and Prevention Nurmianto, Eko. (2004). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Octarisya, Mega. 2009. Tinjauan faktor risiko ergonomi terhadap keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada aktivitas manual handling di Departemen Operasional PT. Repex tahun 2009. Skripsi. Depok. FKM UI

Oborne, D. J. 1995. Ergonomics at Work. New York : John Wiley & Sons Ltd. Ohlsson K, et al. [1994]. Disorders of the neck and upper limbs in women in the fish

processing industry. Occup Environ Med 51:826–832. OSHA. 2004. Ergonomics for the Prevention of Musculoskeletal Disorders. U.S. Department

of Labor Occupational Safety and Health Administration

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja

Steve Kincaid. 2002. American Furniture Manufacturers Association. Di akses dari :

http://www.afma4u.org/ Sylvia Afiani. 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Cumulative

Disorder di PT Bridgestone Tire Indonesia Bekasi. Skripsi. Depok. FKM UI Tarwaka, Bakhri, Solichul., Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

U.S. Department of Labor, Bureau of Labor Statistics (BLS). 2002. Occupational Injuries and Illnesses: Industry Data (1989–current). http://data.bls.gov/cgi-bin/dsrv.

Gambaran faktor ..., Wildan Prasetyo Utomo, FKM UI, 2015