Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori...
Transcript of Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori...
Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Getasan
Tugas Akhir
Disusun Oleh :
Nathanael Garcia Herdiananda
482014014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
2
Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Getasan
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nathanael Garcia Herdiananda
482014014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas segala berkat dan karunia yang diberikan
oleh Tuhan, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Getasan”. Tugas akhir ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu
persyaratan kelulusan dalam program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana.
Selama proses penyusunan serta pengerjaan tugas akhir ini, penulis
mendapatkan banyak dukungan, saran, serta bimbingan dari banyak pihak. Bantuan
yang diberikan kepada penulis ini merupakan pengalaman yang tidak dapat terukur
dengan apapun.
Penulis mengucapkan banyak teriamakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu serta memberikan dukungan dalam menyukseskan tugas akhir ini. Penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan serta kekurangan dalam
penulisan ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas kelemahan dan kekurangan
tersebut.
Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,
institusi pendidikan dan secara khusus bagi penulis sendiri,
Salatiga, 29 April 2019
Penulis
c
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... 1
Pendahuluan ..................................................................................................... 2
Tujuan .............................................................................................................. 4
Metode .............................................................................................................. 4
Hasil ................................................................................................................. 5
Tabel 1. Karakteristik Responden .......................................................... 5
Tabel 2. Distribusi IMT dan RLPP Responden ...................................... 6
Tabel 3. Gambaran Aktivitas Fisik Responden DM Tipe 2 .................... 6
Pembahasan ...................................................................................................... 7
Kesimpulan ....................................................................................................... 11
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ 11
Daftar Pustaka ................................................................................................... 13
1
Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Getasan
*Kukuh Pambuka Putra 1
,R. L. N. K. Retno Triandhini 2, Nathanael Garcia
Herdiananda3
1,3Program StudiS1 Pendidikan Jasmani dan Rekreasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
*Email:[email protected]
Abstrak
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. Gula merupakan
salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh, jika berlebihan dapat menyebabkan Diabetes
Mellitus tipe 2 sehingga kebiasaan konsumsi gula perlu dibatasi dan diimbangi dengan kegiatan
aktivitas fisik. Tujuan penelitian Ini adalah mengetahui gambaran aktivitas fisik dan kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Getasan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer melalui wawancara
langsung dengan responden dan data sekunder diperoleh dari buku profil kesehatan puskesmas Getasan. Data disajikan dalam bentuk tabel diolah secara deskriptif berupa kata-kata tertulis
dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian tentang gambaran aktivitas fisik pada
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan menyatakan bahwa jenis kelamin
perempuan 68% lebih besar dibandingkan laki-laki hanya 32%, usia responden banyak 40 tahun ke
atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu
rumah tangga 24%, responden dengan riwayat DM hanya 32%, indeks massa tubuh dengan kategori
kelebihan berat badan 50% dan aktivitas fisik responden lebih banyak menenmpati kategori aktivitas
sedang 66%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa gambaran aktivitas fisik pada penderita DM tipe
2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan lebih banyak menenmpati kategori aktivitas fisik sedang
sebanyak 66% disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya yaitu kurangnya melakukan olahraga dikarenakan responden memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan seperti
bertani.
Kata Kunci : Aktivitas fisik, Diabetes Melitus, Puskesmas Getasan
Abstract
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels (hyperglycemia)
caused by impaired insulin secretion and insulin resistance. Glucose is one of the energy sources
needed by the body, if excessive can cause type 2 Diabetes Mellitus so that glucose consumption
habits need to be limited and balanced with physical activity. The purpose of this study was to
describe the physical activity and incidence of type 2 Diabetes Mellitus in Getasan Health Center
Working Area. The method of this research is descriptive with a cross sectional design. Data collection techniques uses primary data through direct interviews with respondents and secondary
data obtained from the health profile book Getasan health center. Data presented in the form of tables
are processed descriptively in the form of written words followed by conclusions. The results of the
study on the description of physical activity on type 2 DM patients in Getasan Health Center Working
Area stated that female sex were 68% greater than men only 32%, 93% of respondents were 40 years
old and above, respondents in the education category graduated from elementary school and below
were 57 %, 24% of these respondents were housewives, respondents who have history of DM only
32%, body mass index with overweight category were 50% and physical activity of respondents more
occupy on the medium physical activity category were 66%. From the results of the study, can be
concluded that the description of physical activity in patients who have type 2 diabetes mellitus in
Getasan Health Center Working Area are mostly on the category of medium physical activity as much
as 66% due to several factors that influence. One of them is lack of exercise because these respondents have some activities that cannot be abandoned such as farming.
Keywords: physical activity, diabetes mellitus, PHC Getasan
2
Pendahuluan
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan di berbagai negara. Menurut World Health Organitation
(WHO) 1%-2% penduduk dunia terserang penyakit ini. WHO memprediksi pada
tahun 2025 94 jiwa (5,1%) dari 3,8 miliar masyarakat berusia 20-70 tahun akan
terkena penyakit DM dan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Penyakit DM selain
menjadi masalah di negara maju, menjadi masalah kesehatan di negara berkembang
juga salah satunya Indonesia. Penderita Diabetes Mellitus di Indonesia diperkirakan
pada tahun 2000 mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa menjadi sekitar 21,3 juta
jiwa pada tahun 2025 (1). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 dan 2013 ada peningkatan presentase penderita DM yang terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan dari 0,7% menjadi 1,6% sedangkan penderita DM terdiagnosis
oleh dokter atau gejala meningkat dari 1,3% menjadi 1,9% (2). Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru tahun 2013 sampai 2018 menyatakan
peningkatan presentase penyakit DM yang terdiagnosis dokter sesuai pemeriksaan
darah pada penduduk umur >15 tahun meningkat dari 6,9% menjadi 8,9% (3).
Berdasarkan hasil rekapitulasi data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
(2015) penyakit tidak menular (PTM) khususnya penyakit DM tergolong tinggi
sebesar 18,33%, jika penyakit DM tidak segera ditangani dengan baik akan
berakibatkan peningkatan yang signifikan (4).
DM adalah penyakit metabolik ditandai dengan tingginya kadar gula darah
atau hiperglikemia disebabkan karena adanya gangguan sekresi insulin dan kelebihan
insulin. Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada penderita DM akan
mempengaruhi beberapa kerusakan, gangguan dan kegagalan fungsi organ lain
terutama, pada bagian mata, ginjal, saraf, pembuluh darah dan jantung (5).
Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor. Menurut
American Diabetes Association (ADA), faktor resiko yang berkaitan dengan DM
secara umum ada 2 yaitu faktor yang dapat diubah oleh individu dan faktor yang
tidak dapat diubah diantaranya keluarga dengan riwayat DM, etnis, memiliki riwayat
ibu melahirkan dengan berat bayi lebih dari 4000 gram dan umur lebih dari 45 tahun.
Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT lebih
dari 25 kg/m2 atau lingkar perut lebih dari 80 cm pada wanita dan lebih dari 90 cm
pada laki-laki, meningkatkan aktivitas fisik dan meningkatkan diet yang sehat (6).
3
Menurut data yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 menyatakan prevalensi nasional peningkatan DM tipe 2 dipengaruhi oleh faktor
risiko yaitu salah satunya usia. Peningkatan penyakit DM tipe 2 berdasarkan
pemeriksaan gula darah terjadi pada penduduk usia lebih dari 15 tahun sampai 74
tahun semakin meningkat dari 2,0% pada usia >15 sampai 19,6% pada usia 74 tahun
(3). Penelitian Zahtamal (2007) menyatakan adanya keterkaitan antara usia dengan
terjadinya DM. Individu yang memiliki usia lebih dari 45 tahun lebih rentan berisiko
terkena DM akibat adanya penurunan fungsi organ tubuh (7).
Antropometri merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam
penentuan status gizi yang mudah dilakukan dengan pembagian berat badan dalam
satuan kg dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat yang dinyatakan dalam
indeks massa tubuh atau IMT. Pengukuran antropometri lain dengan pengukuran
Rasio Lingkar Pinggang panggul (RLPP) lebih peka dalam menilai distribusi lemak
dalam tubuh terutama yang ada di dinding perut. RLPP dihitung dengan membagi
ukuran lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Pengaruh setiap kenaikan nilai
antropometri dari perhitungan IMT dan RLPP disertai dengan peningkatan kadar
gula darah. Peningkatan lemak dalam tubuh dapat menimbulkan kelebihan insulin
yang merupakan salah satu factor penyebab meningkatnya kadar gula darah (8).
Perubahan gaya hidup seperti kurangnya kebiasaan dalam melakukan
aktivitas olahraga salah satu faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya resistensi
insulin. Mengendalikan faktor resiko merupakan hal terpenting untuk mencegah
penyakit DM tipe 2 (9). Aktivitas fisik olahraga dilakukan secara teratur 2 sampai 4
kali dalam seminggu dalam waktu kurang lebih 30 menit merupakan salah satu dari 4
pilar pengelolaan DM tipe 2 (10). Aktivitas fisik yang banyak dilakukan oleh
penderita DM memiliki pengaruh dalam mengontrol kadar gula dalam darah.
Semakin lama waktu olahraga yang dilakukan dapat mempengaruhi berkurangnya
penumpukan lemak tubuh, tekanan darah, distritibusi lemak, penurunan glukosa
darah dan mengontrol penyakit DM tipe 2 (11).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Getasan Kabupaten
Semarang tahun 2011, bahwa kasus penyakit tidak menular (PTM) terkhusus DM
masih cukup banyak di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan. Dapat dilihat dari 8 desa
di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan penderita DM tidak dengan insulin sebanyak
169 dan penderita DM dengan insulin hanya 1 orang. Bergeser ketahun 2016
Wilayah Kerja Puskesmas Getasan mendapatkan hasil data penderita DM dengan
4
insulin dari umur 45 tahun sampai 65 tahun terdapat 113 orang.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik dan kejadian DM
tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan.
Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan Cross Sectional. Tempat
penelitian adalah di Puskesmas Getasan. Populasi yang akan dijadikan subjek
penelitian adalah pasien di Puskesmas Getasan berusia 35-75 tahun yang merupakan
pasien DM yang mengikuti program kegiatan Puskesmas yaitu Program lansia
Kronis. Penentuan sampel dengan cara total sampling, yaitu total sampel berjumlah
86 orang yang mengikuti kegiatan Program Lansia Kronis di Puskesmas Getasan dan
pasien yang terkena DM berjumlah hanya 44 orang.
Responden mengisi dan menandatangani informed consent sebagai bukti
persetuan menjadi responden. Data yang akan diambil pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer yang pertama meliputi data dari hasil
wawancara kepada responden dibantu dengan kuisioner tentang biodata dasar,
riwayat penyakit, kuisioner aktivitas fisik menggunakan Global Physically Activity
Questionnaire (GPAQ). Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi: berat
badan dilakukan penimbangan dengan timbangan badan digital/manual, tinggi badan
diukur dengan microtoise stature meter, Lingkar pinggang dan Rasio Pinggang
Panggul (RLPP) dilakukan menggunakan meterline. Selain itu untuk dapat
mengetahui kadar glukosa, dilakukan pengukuran gula darah puasa dengan
menggunakan alat tes gula darah NESCO Multicheck. Data sekunder berupa jumlah
populasi di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan dan data pasien penderita DM
masing-masing diperoleh dari Data Kecamatan Getasan dan buku Profil Kesehatan
Puskesmas Getasan. Setelah semua data terkumpul maka akan didajikan dalam
bentuk tabel dan dideskripsikan berupa kata-kata tertulis dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan.
5
Hasil
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
14
30
32%
68%
Usia
40 tahun kebawah
40 tahun keatas
3
41
7%
93%
Pendidikan Terakhir
Tamat SD kebawah
Tamat SLTP
Tamat SLTA keatas
25
10
9
57%
23%
20%
Pekerjaan
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani
Buruh
Ibu Rumah Tangga
2
3
8
6
10
15
5%
7%
18%
14%
23^%
24%
Riwayat Penyakit
Keluarga
Ada Riwayat DM
Tidak ada Riwayat DM
14
30
32%
68%
Tabel 1 menggambarkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 30 orang (68%) sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki 14 orang
(32%). Berdasarkan kelompok usia sebagian besar responden berusia 40 tahun keatas
sebanyak 41 orang (93%) dan berusia 40 tahun kebawah 3 orang (7%). Pendidikan
responden sebagian besar tamat SD kebawah sebanyak 25 orang (57%) sedangkan
yang paling kecil tamat SLTA keatas hanya 9 orang (20%). Mayoritas responden
berprofesi sebagai ibu rumah tangga 15 orang (34%) dan minoritas profesi responden
sebagai PNS hanya 2 orang (5%). Responden yang memiliki riwayat keluarga
6
dengan penyakit DM hanya 14 orang (32%) sedangkan yang tidak ada riwayat DM
sebanyak 30 orang (68%).
Tabel 2. Distribusi IMT dan RLPP Responden
Antropometri Frekuensi Presentase (%)
IMT
Kurus
Normal
Kelebihan berat badan
3
19
22
7%
43%
50%
RLPP
Dibawah Normal
Diatas Normal
13
31
29%
71%
Tabel 2 Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018
penggolangan nilai IMT berdasarkan TB/BB menggambarkan nilai IMT responden
25,0-27,0 dengan kategori kelebihan berat badan sebanyak 22 orang (50%), nilai
IMT 18,0-25,0 dengan kategori normal sebanyak 19 orang (43%) dan nilai IMT
17,0-16,4 dengan kategori kurus sebanyak 3 orang (7%). Rasio Lingkar Pinggang
Panggul (RLPP) pada responden sebagian besar mempunyai kategori diatas normal
sebanyak 31 orang (71%), dengan rujukan nilai ideal Rasio Lingkar Pinggang
Panggul sesuai jenis Kelamin laki-laki >0,90 dan untuk perempuan >0,85 (12)
Tabel 3. Gambaran Aktivitas Fisik Responden DM Tipe 2
Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase (%)
Ringan
Sedang
Berat
4
29
11
9%
66%
25%
Berdasarkan tabel 3 diatas menggambarkan responden yang telah mengisi kuesioner
untuk dinilai aktivitas fisiknya lebih banyak termasuk kategori aktivitas fisik sedang
dengan rentang nilai 600-3000 met pada responden laki-laki dan perempuan
sebanyak 29 orang (66%) dari 44 orang responden. Aktivitas yang termasuk kategori
ringan dengan nilai rujukan <600 met sebanyak 4 orang (9%), sedangkan kategori
7
aktivitas fisik berat dengan nilai rujukan >3000 met sebanyak 11 orang (25%)
Pembahasan
Penelitian yang sudah dilakukan pada responden yang menderita DM tipe 2
di Puskesmas Getasan ditemukan lebih banyak jenis kelamin perempuan yakni 30
orang sedangkan laki-laki hanya 11 orang. Hasil penelitian tersebut sama halnya
dengan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, prevalensi nasional
penyakit DM berdasarkan karakteristik diagnosis dokter pada penduduk usia >15
tahun jenis kelamin perempuan lebih tinggi terkena penyakit DM yakni 12,7%
sedangkan jenis kelamin laki-laki 9,0% (3). Jenis kelamin perempuan memiliki
tingkat resiko lebih besar terkena DM dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena
pada perempuan mengalami pasca menopause usia 40-58 tahun yang menyebabkan
lemak menjadi lebih mudah menumpuk sehingga perempuan lebih besar berisiko
terkena penyakit DM tipe 2. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu perempuan
memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan laki-laki,
karena berhubungan dengan kehamilan dimana kehamilan merupakan faktor resiko
untuk terjadinya penyakit DM tipe 2 (13). Kehamilan adalah suatu kondisi
diabetogenic karena plasenta mensekresi hormon seperti progesterone, kortisol,
laktogen, plasenta, proklatin dan hormon pertumbuhan yang menjadi penghambat
utama terjadinya resistensi insulin yang terjadi dalam kehamilan. Resistensi insulin
yang terjadi pada kehamilan dari trimester kedua sampai trimester ketiga (14).
Risiko seseorang untuk menderita DM tipe 2 akan bertambah seiring
berjalannya usia diatas 40 tahun, semakin bertambahnya usia pada penderita DM
menyebabkan kemampuan sel beta produktif dalam memproduksi insulin semakin
berkurang dan mempengaruhi kurang aktif dalam melakukan aktivitas bagi penderita
DM tipe 2 (15). Dalam penelitian Fadma (2011) memaparkan individu yang
memiliki usia diatas 45 tahun berisiko terkena DM dibandingkan orang yang berusia
dibawah 45 tahun karena adanya faktor degeneratif yang menurunkan fungsi tubuh
untuk metabolisme glukosa saat usia bertambah (16). Dalam penelitian Sri
Trisnawati (2013) menyatakan kelompok usia diatas 50 tahun berisiko terkena
penyakit DM tipe 2 dikarenakan adanya penurunan sensitivitas insulin, dalam
penelitian ini juga mengatakan tingkat prevalensi terkena DM pada usia mulai menua
3 kali lipat lebih berisiko dibandingkan usia yang masih muda (17).
8
Pendidikan responden sebagian besar tamat SD kebawah sebanyak 25 orang
(57%). Tingkat pendidikan akan menentukan mudah atau tidaknya seseorang dalam
menyerap dan memahami pengetahuan, pada dasarnya semakin tinggi tingkat
pendidikan dimiliki setiap individu akan mempengaruhi banyaknya pengetahuan dan
informasi yang diterima tentang kesehatan (18). Menurut Notoatmodjo (2007)
menyatakan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang
dalam proses berpikir dalam merubah dirinya sehingga lebih mudah menerima
perubahan dari luar yang positif dan terbuka terhadap berbagai informasi terkait
kesehatan terkhusus dalam mengontrol penyakit DM tipe 2 (19).
Dilihat dari jenis pekerjaan sebagian besar dari responden sebagai ibu rumah
tangga yaitu 15 orang sedangkan jenis pekerjaan lain seperti PNS 2 orang, pegawai
swasta 3 orang, wiraswasta 8 orang, petani 6 orang dan buruh 10 orang. Responden
dengan pekerjaan status ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya seperti
menyapu, memasak, membersihkan rumah dan mencuci termasuk dalam kategori
aktivitas fisik sedang. Aktivitas fisik ibu rumah tangga termasuk melakukan banyak
aktivitas gerak secara tidak langsung kadar glukosa darah akan terkontrol.
Apabila dalam pekerjaan seseorang kurang melakukan latihan aktivitas fisik
akan menyebabkan bertambahnya timbunan lemak dan berat badan berlebihan
sehingga dapat mempengaruhi terjadi penyakit DM tipe 2 (20). Penelitian Sartika
(2013) menyatakan jika seseorang bekerja dalam posisi kurang pergerakan akan
memiliki potensi kadar glukosa darahnya tidak terkontrol, sedangkan seseorang lebih
banyak melakukan aktivitas gerak dalam pekerjaannya memiliki kadar glukosa darah
yang terkontrol (21).
Jika didapati keluarga yang memiliki riwayat penyakit DM akan berisiko
anggota keluarga lain terkena DM. Sebagian responden memiliki riwayat keluarga
dengan penyakit DM terdapat 11 orang (42%) responden terdeteksi adanya riwayat
DM dari keluarga dan orangtua. Bagi responden memiliki anggota keluarga dengan
riwayat DM harus diberikan informasi tentang penanganan DM lebih dini. Risiko
DM sebanyak 15% akan terjadi pada anaknya apabila salah satu orangtuanya
memiliki riwayat DM, apabila kedua orangtua memiliki riwayat DM 75% anaknya
berisiko menderita DM. Jika seorang ibu memiliki riwayat penyakit DM maka untuk
turun kepada anaknya lebih besar 10-30% dibandingkan dari bapak yang memiliki
riwayat DM karena saat mengandung penurunan gen lebih besar dari ibu (22). Pada
penelitian Richardo (2014) menyatakan penyebab DM tipe 2 selain faktor keturunan,
9
dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti riwayat pola makan yang kurang
baik, peningkatan jumlah penderita DM yang cukup tinggi dipicu oleh gaya hidup
yang tidak sehat dan kurang melakukan aktivitas fisik (23).
Indeks masa tubuh dapat menjadi faktor resiko terkena penyakit DM tipe 2.
Dari hasil penelitian responden dengan kategori kelebihan berat badan sebanyak 22
orang (49%). Timbunan lemak yang banyak dapat meningkatkan terjadinya
pengambilan sel terdapat pada lemak dalam tubuh sehingga meningkatkan oksidasi
lemak yang menghambat glukosa dalam otot (24). Penelitian Sujaya (2009) orang
yang memiliki kelebihan berat badan mempunyai peluang beresiko 2,7 kali lebih
berpotensi terkena DM dibandingkan orang yang tidak memiliki kelebihan berat
badan (25). Pada penelitian Richardo (2014), menyatakan IMT dengan kategori
obesitas berisiko terkena DM karena dipengaruhi oleh pola makan tidak teratur,
berlebihan dan kurangnya aktivitas. Pada penderita DM tipe 2 peningkatan indeks
masa tubuh dapat menjadi faktor risiko kelebihan berat badan yang dipengaruhi
kurangnya aktivitas fisik serta terlalu berlebihan mengonsumsi makanan secara tidak
teratur dibandingkan pada seseorang yang mempunyai kekurangan berat bedan akan
jarang terkena penyakit DM karena makan yang dikonsumsi tidak berlebihan (23).
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) merupakan salah satu indikator
untuk mengukur kelebihan berat badan pada seseorang yang dapat digunakan untuk
memprediksi penyakit DM. Dari hasil yang dijelaskan pada tabel antropometri
bagian RLPP pada laki-laki dan perempuan menempati kategori lebih banyak RLPP
diatas normal yaitu 31 orang (71%) dari 44 responden. RLPP berhubungan dengan
kejadian DM tipe 2 dengan semakin seringnya mengonsumsi karbohidrat dalam
jumlah yang cukup banyak maka semakin besarnya risiko lingkar pinggang panggul.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan glukosa dalam darah pada penderita DM
adalah timbunan lemak yang berlebihan dalam rongga perut dapat dilihat dengan
menilai rasio lingkar pinggang panggul atau sering dikenal dengan (RLPP), karena
RLPP yang tinggi nilainya dapat menggambarkan banyak timbunan lemak pada
rongga perut (26). Penelitian Hafifatul (2015) menunjukan adanya hubungan RLPP
dengan kejadian DM tipe 2 karena kurangnya aktivitas olahraga ringan maupun
sedang yang dilakukan setiap hari (27). Pada penelitian Nunung (2016) menunjukan
bahwa adanya hubungan RLPP dengan kejadian DM karena faktor yang
menyebabkan peningkatan kadar gula darah dari makanan yang dikonsumsi banyak
mengandung lemak (28).
10
Aktivitas fisik yang dilakukan responden akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu
aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Pada tabel gambaran aktivitas fisik sebagian
besar responden memiliki aktivitas sedang 29 orang (66%) sedangkan kategori
aktivitas beratnya hanya 11 orang (25%). Banyak responden tidak melakukan
olahraga berdasarkan wawancara dengan responden, banyak responden yang tidak
melakukan olahraga dikatakan karena memiliki kesibukan yang tidak bisa
ditinggalkan seperti bertani dari pukul 07.00 kurang lebih sampai pukul 15.00.
Kesadaran dari tiap individu akan pentingnya meluangkan waktu untuk
berolahraga secara teratur dapat mempengaruhi terkontrolnya kadar glukosa dalam
darah. Aktivitas fisik yang dilihat dari responden mencangkup pekerjaan yang
sedang dilakukan, aktivitas sehari-hari dan kegiatan pada waktu senggang. Aktivitas
fisik yang dilakukan lebih banyak dapat mengubah glukosa menjadi energi untuk
tubuh sehingga gula darah dapat terkontrol. Ketika seseorang sering melakukan
aktivitas fisik maka dapat mempengaruhi insulin dalam tubuh meningkat dan kadar
gula dalam darah menurun. Saat jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh tidak
diseimbangi dengan olahraga akan mengakibatkan makan yang masuk tidak terbakar
tetapi tertimbun dalam tubuh menjadi lemak dan gula maka dapat menimbulkan
penyakit DM tipe 2 (29).
Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari oleh seseorang, maka
semakin rendah kadar gula dalam darah. Hal ini dikarenakan pada waktu seseorang
beraktivitas fisik, terjadi peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot yang sedang
aktif sehingga risiko kemungkinan kecil terkena DM. Aktivitas fisik merupakan
salah satu terapi DM dari segi non farmakologis yang dianjurkan hal ini
menunjukkan pengelolaan tata laksana dari segi non-farmakologis terutama aktivitas
fisik pada pasien DM tipe 2 dalam mengontrol kadar gula darah (30). Penelitian Sri
(2012), menyatakan adanya keterkaitan aktivitas fisik sedang dengan penderita DM
pada orang dewasa (9).
Penelitian Nurlaita (2013), kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari
secara rutin 2-4 kali seminggu dalam waktu 30 menit akan mempengaruhi
pencegahan terjadi DM. Latihan jasmani dan olahraga yang dilakukan secara rutin
meningkatkan mengontrol glukosa dalam darah menjadi baik (10). Aktivitas fisik
yang dilakukan seperti olahraga mempunyai manfaat karena dapat meningkatkan
kebugaran jasmani, memperkuat sistem jantung, pernapasan meningkatkan
kelenturan sendi dan kekuatan otot tertentu. Aktivitas fisik yang dilakukan seperti
11
olahraga rutin dapat mencegah penyakit jantung, kegemukan terkhusus penyakit DM
tipe 2 (31).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang bagaimana gambaran
aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan
disimpulkan dengan melihat data kuisioner yang dibagikan pada penderita DM tipe 2
bahwa aktivitas fisik penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan lebih banyak
menempati kategori aktivitas sedang, disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi salah satunya banyak penduduk yang menderita DM tidak melakukan
olahraga dikarenakan memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan seperti bertani
kurang lebih dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00. Sehingga adanya usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan aktivitas fisik salah satunya meningkatkan motivasi
dan kesadaran tiap orang akan penting aktivitas secara teratur dilakukan sehingga
dapat mengontrol kadar glukosa dalam darah.
Ucapan Terimakasih
Selama menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini penulis telah mendapatkan
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu,
khususnya :
1. Kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selama ini telah
membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa
yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kepada bapak Kukuh Pambuka Putra S.Or., M.Kes selaku dosen pembimbing
pertama yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat
kepada peneliti, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
3. Kepada ibu R. L. N. K Retno Triandhini, M.Si, selaku dosen pembimbing
kedua yang selalu memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal
membuat tugas akhir ini sampai terselesaikan.
12
4. Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam
memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat
menunjang dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Kepada pihak Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang yang telah
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian
dan memperoleh data.
13
Daftar pustaka
1. Who. Diabetes Mellitus [Internet]. Who. World Health Organization; 2010
[Cited 2017 Oct 7]. Available From:
Http://Www.Who.Int/Mediacentre/Factsheets/Fs138/En/
2. Kesehatan Bp Dan P. Riset Kesehatan Dasar. 2013;1–384.
3. Kesehatan K. Hasil Utama Riskesdas 2018. 2018. 1-200 P.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehat Provinsi Jawa Teng. 2015;48–9.
5. Yasa I Wayan Putu Sutirta, Suastika K, Jelantik Anak Agung Gede Sudewa,
Astawa I Nyoman Mantik. Hubungan Positif Antara Ulkus Kaki Diabetik
Dengan Persentase Sel Bermarkah Cd4 Pembawa Malondialdehid. Indones J
Biomed Sci. 2009;3(1):1–21.
6. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence Of Diabetes:
Estimates For The Year 2000 And Projections For 2030. Diabetes Care. 2004
May;27(5):1047–53.
7. Trisnawati Sk, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii
Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. J Ilm
Kesehat. 2013;5(1):6–11.
8. Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran Egc; 2008.
9. Anani S, Udiyono A, Ginanjar P, Fkm Undip A, Bagian Epidemiologi Dan
Penyakit Tropik Fkm Undip D. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian
Diabetes Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus
(Studi Kasus Di Rsud Arjawinangun Kabupaten Cirebon). J Kesehat Masy.
2012;1(2):466–78.
10. Putri, Kurnia H, Nurlaita, Dkk. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe
2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. J Berk Epidemiol. 2013;1(2):234–43.
11. Sudaryanto A, Setiyadi Na, Frankilawati Da. Hubungan Antara Pola Makan,
Genetik Dan Kebiasaan Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii
Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari. J Pros Snst Fak Tek.
2014;1(1):19–24.
12. Antonius P, H., Hegar, Badrul D. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: Idai; 2010.
13. Tandra H. Life Healthy With Diabetes Cetakan 1. Yogyakarta: Rapha
Publishing; 2013.
14. Suiraoka. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika; 2012.
15. Kurnia A, Endrika A, Yuliani F. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Biomedika. 2015;3(1):37–40.
16. Trisnawati S, Widarsa T, Suantika K. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.
2013;1(1):21–2.
17. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakta Ilmu Dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta; 2007.
18. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.
19. Soewondo. Hidup Sehat Bebas Diabetes. Yogyakarta: Araska; 2006.
20. Sumangkut, Sartika, Dkk. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit
Diabetes Melitus Tipe-2 Di Poli Interna Blu.Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Ejournal Keperawatan. 2013;1(1):1–6.
14
21. Prevalence D, Genes D, Gestational E, Obesity D. Key Statistics On Diabetes.
2010. 1-21 P.
22. Betteng R, Mayulu N. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes
Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. J E-
Biomedik. 2014;2(2):404–12.
23. Mc., Wright, Bogdan. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher; 2008.
24. Sujaya, I Nyoman, Dkk. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kabupaten Tabanan. J
Skala Husada. 2008;6(1):75–81.
25. Andriani M. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group; 2013.
26. Rahmy Auliya Hafifatul, Triyanti, Sartika, Dewi, A, R. Hubungan Imt, Rlpp
Dan Riwayat Diabetes Pada Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu
Pada Pns. J Kesehat Masy Andalas. 2015;9(1):17–22.
27. Mulyani, Sri, Nunung, Rita N. Kadar Gula Darah Pada Pegawai Di Puskesmas
Sakti Pidie ( Correlation Of Waist-Hip Circumference Ratio With Level Of
Blood Glucose On Employees In Community Health Centers At Sakti , Pidie
). Aceh Nutr J. 2016;1(2):94–8.
28. Ditjen Pp & Pl. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.
2010.
29. Fitriyani. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan
Citangkil Dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon. Jakarta: Fkm
Ui; 2012.
30. Muliati H. Hubungan Pola Konsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsup Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. J Media Gizi Masy Indones. 2011;1(1):46–
51.