Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori...

21
Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan Tugas Akhir Disusun Oleh : Nathanael Garcia Herdiananda 482014014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Transcript of Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori...

Page 1: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Getasan

Tugas Akhir

Disusun Oleh :

Nathanael Garcia Herdiananda

482014014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN

REKREASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

2

Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Getasan

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Nathanael Garcia Herdiananda

482014014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN

REKREASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 3: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

i

Page 4: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

ii

Page 5: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

iii

Page 6: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas segala berkat dan karunia yang diberikan

oleh Tuhan, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Getasan”. Tugas akhir ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu

persyaratan kelulusan dalam program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya

Wacana.

Selama proses penyusunan serta pengerjaan tugas akhir ini, penulis

mendapatkan banyak dukungan, saran, serta bimbingan dari banyak pihak. Bantuan

yang diberikan kepada penulis ini merupakan pengalaman yang tidak dapat terukur

dengan apapun.

Penulis mengucapkan banyak teriamakasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu serta memberikan dukungan dalam menyukseskan tugas akhir ini. Penulis

menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan serta kekurangan dalam

penulisan ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas kelemahan dan kekurangan

tersebut.

Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,

institusi pendidikan dan secara khusus bagi penulis sendiri,

Salatiga, 29 April 2019

Penulis

c

Page 7: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... 1

Pendahuluan ..................................................................................................... 2

Tujuan .............................................................................................................. 4

Metode .............................................................................................................. 4

Hasil ................................................................................................................. 5

Tabel 1. Karakteristik Responden .......................................................... 5

Tabel 2. Distribusi IMT dan RLPP Responden ...................................... 6

Tabel 3. Gambaran Aktivitas Fisik Responden DM Tipe 2 .................... 6

Pembahasan ...................................................................................................... 7

Kesimpulan ....................................................................................................... 11

Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ 11

Daftar Pustaka ................................................................................................... 13

Page 8: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

1

Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Getasan

*Kukuh Pambuka Putra 1

,R. L. N. K. Retno Triandhini 2, Nathanael Garcia

Herdiananda3

1,3Program StudiS1 Pendidikan Jasmani dan Rekreasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

*Email:[email protected]

Abstrak

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi

(hiperglikemia) diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. Gula merupakan

salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh, jika berlebihan dapat menyebabkan Diabetes

Mellitus tipe 2 sehingga kebiasaan konsumsi gula perlu dibatasi dan diimbangi dengan kegiatan

aktivitas fisik. Tujuan penelitian Ini adalah mengetahui gambaran aktivitas fisik dan kejadian Diabetes

Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Getasan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan

rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer melalui wawancara

langsung dengan responden dan data sekunder diperoleh dari buku profil kesehatan puskesmas Getasan. Data disajikan dalam bentuk tabel diolah secara deskriptif berupa kata-kata tertulis

dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian tentang gambaran aktivitas fisik pada

penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan menyatakan bahwa jenis kelamin

perempuan 68% lebih besar dibandingkan laki-laki hanya 32%, usia responden banyak 40 tahun ke

atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu

rumah tangga 24%, responden dengan riwayat DM hanya 32%, indeks massa tubuh dengan kategori

kelebihan berat badan 50% dan aktivitas fisik responden lebih banyak menenmpati kategori aktivitas

sedang 66%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa gambaran aktivitas fisik pada penderita DM tipe

2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan lebih banyak menenmpati kategori aktivitas fisik sedang

sebanyak 66% disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya yaitu kurangnya melakukan olahraga dikarenakan responden memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan seperti

bertani.

Kata Kunci : Aktivitas fisik, Diabetes Melitus, Puskesmas Getasan

Abstract

Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels (hyperglycemia)

caused by impaired insulin secretion and insulin resistance. Glucose is one of the energy sources

needed by the body, if excessive can cause type 2 Diabetes Mellitus so that glucose consumption

habits need to be limited and balanced with physical activity. The purpose of this study was to

describe the physical activity and incidence of type 2 Diabetes Mellitus in Getasan Health Center

Working Area. The method of this research is descriptive with a cross sectional design. Data collection techniques uses primary data through direct interviews with respondents and secondary

data obtained from the health profile book Getasan health center. Data presented in the form of tables

are processed descriptively in the form of written words followed by conclusions. The results of the

study on the description of physical activity on type 2 DM patients in Getasan Health Center Working

Area stated that female sex were 68% greater than men only 32%, 93% of respondents were 40 years

old and above, respondents in the education category graduated from elementary school and below

were 57 %, 24% of these respondents were housewives, respondents who have history of DM only

32%, body mass index with overweight category were 50% and physical activity of respondents more

occupy on the medium physical activity category were 66%. From the results of the study, can be

concluded that the description of physical activity in patients who have type 2 diabetes mellitus in

Getasan Health Center Working Area are mostly on the category of medium physical activity as much

as 66% due to several factors that influence. One of them is lack of exercise because these respondents have some activities that cannot be abandoned such as farming.

Keywords: physical activity, diabetes mellitus, PHC Getasan

Page 9: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

2

Pendahuluan

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah penyakit tidak menular yang

menjadi masalah kesehatan di berbagai negara. Menurut World Health Organitation

(WHO) 1%-2% penduduk dunia terserang penyakit ini. WHO memprediksi pada

tahun 2025 94 jiwa (5,1%) dari 3,8 miliar masyarakat berusia 20-70 tahun akan

terkena penyakit DM dan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Penyakit DM selain

menjadi masalah di negara maju, menjadi masalah kesehatan di negara berkembang

juga salah satunya Indonesia. Penderita Diabetes Mellitus di Indonesia diperkirakan

pada tahun 2000 mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa menjadi sekitar 21,3 juta

jiwa pada tahun 2025 (1). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007 dan 2013 ada peningkatan presentase penderita DM yang terdiagnosis

oleh tenaga kesehatan dari 0,7% menjadi 1,6% sedangkan penderita DM terdiagnosis

oleh dokter atau gejala meningkat dari 1,3% menjadi 1,9% (2). Berdasarkan data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru tahun 2013 sampai 2018 menyatakan

peningkatan presentase penyakit DM yang terdiagnosis dokter sesuai pemeriksaan

darah pada penduduk umur >15 tahun meningkat dari 6,9% menjadi 8,9% (3).

Berdasarkan hasil rekapitulasi data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

(2015) penyakit tidak menular (PTM) khususnya penyakit DM tergolong tinggi

sebesar 18,33%, jika penyakit DM tidak segera ditangani dengan baik akan

berakibatkan peningkatan yang signifikan (4).

DM adalah penyakit metabolik ditandai dengan tingginya kadar gula darah

atau hiperglikemia disebabkan karena adanya gangguan sekresi insulin dan kelebihan

insulin. Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada penderita DM akan

mempengaruhi beberapa kerusakan, gangguan dan kegagalan fungsi organ lain

terutama, pada bagian mata, ginjal, saraf, pembuluh darah dan jantung (5).

Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor. Menurut

American Diabetes Association (ADA), faktor resiko yang berkaitan dengan DM

secara umum ada 2 yaitu faktor yang dapat diubah oleh individu dan faktor yang

tidak dapat diubah diantaranya keluarga dengan riwayat DM, etnis, memiliki riwayat

ibu melahirkan dengan berat bayi lebih dari 4000 gram dan umur lebih dari 45 tahun.

Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT lebih

dari 25 kg/m2 atau lingkar perut lebih dari 80 cm pada wanita dan lebih dari 90 cm

pada laki-laki, meningkatkan aktivitas fisik dan meningkatkan diet yang sehat (6).

Page 10: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

3

Menurut data yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2018 menyatakan prevalensi nasional peningkatan DM tipe 2 dipengaruhi oleh faktor

risiko yaitu salah satunya usia. Peningkatan penyakit DM tipe 2 berdasarkan

pemeriksaan gula darah terjadi pada penduduk usia lebih dari 15 tahun sampai 74

tahun semakin meningkat dari 2,0% pada usia >15 sampai 19,6% pada usia 74 tahun

(3). Penelitian Zahtamal (2007) menyatakan adanya keterkaitan antara usia dengan

terjadinya DM. Individu yang memiliki usia lebih dari 45 tahun lebih rentan berisiko

terkena DM akibat adanya penurunan fungsi organ tubuh (7).

Antropometri merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam

penentuan status gizi yang mudah dilakukan dengan pembagian berat badan dalam

satuan kg dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat yang dinyatakan dalam

indeks massa tubuh atau IMT. Pengukuran antropometri lain dengan pengukuran

Rasio Lingkar Pinggang panggul (RLPP) lebih peka dalam menilai distribusi lemak

dalam tubuh terutama yang ada di dinding perut. RLPP dihitung dengan membagi

ukuran lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Pengaruh setiap kenaikan nilai

antropometri dari perhitungan IMT dan RLPP disertai dengan peningkatan kadar

gula darah. Peningkatan lemak dalam tubuh dapat menimbulkan kelebihan insulin

yang merupakan salah satu factor penyebab meningkatnya kadar gula darah (8).

Perubahan gaya hidup seperti kurangnya kebiasaan dalam melakukan

aktivitas olahraga salah satu faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya resistensi

insulin. Mengendalikan faktor resiko merupakan hal terpenting untuk mencegah

penyakit DM tipe 2 (9). Aktivitas fisik olahraga dilakukan secara teratur 2 sampai 4

kali dalam seminggu dalam waktu kurang lebih 30 menit merupakan salah satu dari 4

pilar pengelolaan DM tipe 2 (10). Aktivitas fisik yang banyak dilakukan oleh

penderita DM memiliki pengaruh dalam mengontrol kadar gula dalam darah.

Semakin lama waktu olahraga yang dilakukan dapat mempengaruhi berkurangnya

penumpukan lemak tubuh, tekanan darah, distritibusi lemak, penurunan glukosa

darah dan mengontrol penyakit DM tipe 2 (11).

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Getasan Kabupaten

Semarang tahun 2011, bahwa kasus penyakit tidak menular (PTM) terkhusus DM

masih cukup banyak di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan. Dapat dilihat dari 8 desa

di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan penderita DM tidak dengan insulin sebanyak

169 dan penderita DM dengan insulin hanya 1 orang. Bergeser ketahun 2016

Wilayah Kerja Puskesmas Getasan mendapatkan hasil data penderita DM dengan

Page 11: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

4

insulin dari umur 45 tahun sampai 65 tahun terdapat 113 orang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik dan kejadian DM

tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan.

Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan Cross Sectional. Tempat

penelitian adalah di Puskesmas Getasan. Populasi yang akan dijadikan subjek

penelitian adalah pasien di Puskesmas Getasan berusia 35-75 tahun yang merupakan

pasien DM yang mengikuti program kegiatan Puskesmas yaitu Program lansia

Kronis. Penentuan sampel dengan cara total sampling, yaitu total sampel berjumlah

86 orang yang mengikuti kegiatan Program Lansia Kronis di Puskesmas Getasan dan

pasien yang terkena DM berjumlah hanya 44 orang.

Responden mengisi dan menandatangani informed consent sebagai bukti

persetuan menjadi responden. Data yang akan diambil pada penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer yang pertama meliputi data dari hasil

wawancara kepada responden dibantu dengan kuisioner tentang biodata dasar,

riwayat penyakit, kuisioner aktivitas fisik menggunakan Global Physically Activity

Questionnaire (GPAQ). Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi: berat

badan dilakukan penimbangan dengan timbangan badan digital/manual, tinggi badan

diukur dengan microtoise stature meter, Lingkar pinggang dan Rasio Pinggang

Panggul (RLPP) dilakukan menggunakan meterline. Selain itu untuk dapat

mengetahui kadar glukosa, dilakukan pengukuran gula darah puasa dengan

menggunakan alat tes gula darah NESCO Multicheck. Data sekunder berupa jumlah

populasi di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan dan data pasien penderita DM

masing-masing diperoleh dari Data Kecamatan Getasan dan buku Profil Kesehatan

Puskesmas Getasan. Setelah semua data terkumpul maka akan didajikan dalam

bentuk tabel dan dideskripsikan berupa kata-kata tertulis dilanjutkan dengan

pengambilan kesimpulan.

Page 12: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

5

Hasil

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

14

30

32%

68%

Usia

40 tahun kebawah

40 tahun keatas

3

41

7%

93%

Pendidikan Terakhir

Tamat SD kebawah

Tamat SLTP

Tamat SLTA keatas

25

10

9

57%

23%

20%

Pekerjaan

PNS

Pegawai Swasta

Wiraswasta

Petani

Buruh

Ibu Rumah Tangga

2

3

8

6

10

15

5%

7%

18%

14%

23^%

24%

Riwayat Penyakit

Keluarga

Ada Riwayat DM

Tidak ada Riwayat DM

14

30

32%

68%

Tabel 1 menggambarkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 30 orang (68%) sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki 14 orang

(32%). Berdasarkan kelompok usia sebagian besar responden berusia 40 tahun keatas

sebanyak 41 orang (93%) dan berusia 40 tahun kebawah 3 orang (7%). Pendidikan

responden sebagian besar tamat SD kebawah sebanyak 25 orang (57%) sedangkan

yang paling kecil tamat SLTA keatas hanya 9 orang (20%). Mayoritas responden

berprofesi sebagai ibu rumah tangga 15 orang (34%) dan minoritas profesi responden

sebagai PNS hanya 2 orang (5%). Responden yang memiliki riwayat keluarga

Page 13: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

6

dengan penyakit DM hanya 14 orang (32%) sedangkan yang tidak ada riwayat DM

sebanyak 30 orang (68%).

Tabel 2. Distribusi IMT dan RLPP Responden

Antropometri Frekuensi Presentase (%)

IMT

Kurus

Normal

Kelebihan berat badan

3

19

22

7%

43%

50%

RLPP

Dibawah Normal

Diatas Normal

13

31

29%

71%

Tabel 2 Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018

penggolangan nilai IMT berdasarkan TB/BB menggambarkan nilai IMT responden

25,0-27,0 dengan kategori kelebihan berat badan sebanyak 22 orang (50%), nilai

IMT 18,0-25,0 dengan kategori normal sebanyak 19 orang (43%) dan nilai IMT

17,0-16,4 dengan kategori kurus sebanyak 3 orang (7%). Rasio Lingkar Pinggang

Panggul (RLPP) pada responden sebagian besar mempunyai kategori diatas normal

sebanyak 31 orang (71%), dengan rujukan nilai ideal Rasio Lingkar Pinggang

Panggul sesuai jenis Kelamin laki-laki >0,90 dan untuk perempuan >0,85 (12)

Tabel 3. Gambaran Aktivitas Fisik Responden DM Tipe 2

Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase (%)

Ringan

Sedang

Berat

4

29

11

9%

66%

25%

Berdasarkan tabel 3 diatas menggambarkan responden yang telah mengisi kuesioner

untuk dinilai aktivitas fisiknya lebih banyak termasuk kategori aktivitas fisik sedang

dengan rentang nilai 600-3000 met pada responden laki-laki dan perempuan

sebanyak 29 orang (66%) dari 44 orang responden. Aktivitas yang termasuk kategori

ringan dengan nilai rujukan <600 met sebanyak 4 orang (9%), sedangkan kategori

Page 14: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

7

aktivitas fisik berat dengan nilai rujukan >3000 met sebanyak 11 orang (25%)

Pembahasan

Penelitian yang sudah dilakukan pada responden yang menderita DM tipe 2

di Puskesmas Getasan ditemukan lebih banyak jenis kelamin perempuan yakni 30

orang sedangkan laki-laki hanya 11 orang. Hasil penelitian tersebut sama halnya

dengan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, prevalensi nasional

penyakit DM berdasarkan karakteristik diagnosis dokter pada penduduk usia >15

tahun jenis kelamin perempuan lebih tinggi terkena penyakit DM yakni 12,7%

sedangkan jenis kelamin laki-laki 9,0% (3). Jenis kelamin perempuan memiliki

tingkat resiko lebih besar terkena DM dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena

pada perempuan mengalami pasca menopause usia 40-58 tahun yang menyebabkan

lemak menjadi lebih mudah menumpuk sehingga perempuan lebih besar berisiko

terkena penyakit DM tipe 2. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu perempuan

memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan laki-laki,

karena berhubungan dengan kehamilan dimana kehamilan merupakan faktor resiko

untuk terjadinya penyakit DM tipe 2 (13). Kehamilan adalah suatu kondisi

diabetogenic karena plasenta mensekresi hormon seperti progesterone, kortisol,

laktogen, plasenta, proklatin dan hormon pertumbuhan yang menjadi penghambat

utama terjadinya resistensi insulin yang terjadi dalam kehamilan. Resistensi insulin

yang terjadi pada kehamilan dari trimester kedua sampai trimester ketiga (14).

Risiko seseorang untuk menderita DM tipe 2 akan bertambah seiring

berjalannya usia diatas 40 tahun, semakin bertambahnya usia pada penderita DM

menyebabkan kemampuan sel beta produktif dalam memproduksi insulin semakin

berkurang dan mempengaruhi kurang aktif dalam melakukan aktivitas bagi penderita

DM tipe 2 (15). Dalam penelitian Fadma (2011) memaparkan individu yang

memiliki usia diatas 45 tahun berisiko terkena DM dibandingkan orang yang berusia

dibawah 45 tahun karena adanya faktor degeneratif yang menurunkan fungsi tubuh

untuk metabolisme glukosa saat usia bertambah (16). Dalam penelitian Sri

Trisnawati (2013) menyatakan kelompok usia diatas 50 tahun berisiko terkena

penyakit DM tipe 2 dikarenakan adanya penurunan sensitivitas insulin, dalam

penelitian ini juga mengatakan tingkat prevalensi terkena DM pada usia mulai menua

3 kali lipat lebih berisiko dibandingkan usia yang masih muda (17).

Page 15: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

8

Pendidikan responden sebagian besar tamat SD kebawah sebanyak 25 orang

(57%). Tingkat pendidikan akan menentukan mudah atau tidaknya seseorang dalam

menyerap dan memahami pengetahuan, pada dasarnya semakin tinggi tingkat

pendidikan dimiliki setiap individu akan mempengaruhi banyaknya pengetahuan dan

informasi yang diterima tentang kesehatan (18). Menurut Notoatmodjo (2007)

menyatakan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang

dalam proses berpikir dalam merubah dirinya sehingga lebih mudah menerima

perubahan dari luar yang positif dan terbuka terhadap berbagai informasi terkait

kesehatan terkhusus dalam mengontrol penyakit DM tipe 2 (19).

Dilihat dari jenis pekerjaan sebagian besar dari responden sebagai ibu rumah

tangga yaitu 15 orang sedangkan jenis pekerjaan lain seperti PNS 2 orang, pegawai

swasta 3 orang, wiraswasta 8 orang, petani 6 orang dan buruh 10 orang. Responden

dengan pekerjaan status ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya seperti

menyapu, memasak, membersihkan rumah dan mencuci termasuk dalam kategori

aktivitas fisik sedang. Aktivitas fisik ibu rumah tangga termasuk melakukan banyak

aktivitas gerak secara tidak langsung kadar glukosa darah akan terkontrol.

Apabila dalam pekerjaan seseorang kurang melakukan latihan aktivitas fisik

akan menyebabkan bertambahnya timbunan lemak dan berat badan berlebihan

sehingga dapat mempengaruhi terjadi penyakit DM tipe 2 (20). Penelitian Sartika

(2013) menyatakan jika seseorang bekerja dalam posisi kurang pergerakan akan

memiliki potensi kadar glukosa darahnya tidak terkontrol, sedangkan seseorang lebih

banyak melakukan aktivitas gerak dalam pekerjaannya memiliki kadar glukosa darah

yang terkontrol (21).

Jika didapati keluarga yang memiliki riwayat penyakit DM akan berisiko

anggota keluarga lain terkena DM. Sebagian responden memiliki riwayat keluarga

dengan penyakit DM terdapat 11 orang (42%) responden terdeteksi adanya riwayat

DM dari keluarga dan orangtua. Bagi responden memiliki anggota keluarga dengan

riwayat DM harus diberikan informasi tentang penanganan DM lebih dini. Risiko

DM sebanyak 15% akan terjadi pada anaknya apabila salah satu orangtuanya

memiliki riwayat DM, apabila kedua orangtua memiliki riwayat DM 75% anaknya

berisiko menderita DM. Jika seorang ibu memiliki riwayat penyakit DM maka untuk

turun kepada anaknya lebih besar 10-30% dibandingkan dari bapak yang memiliki

riwayat DM karena saat mengandung penurunan gen lebih besar dari ibu (22). Pada

penelitian Richardo (2014) menyatakan penyebab DM tipe 2 selain faktor keturunan,

Page 16: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

9

dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti riwayat pola makan yang kurang

baik, peningkatan jumlah penderita DM yang cukup tinggi dipicu oleh gaya hidup

yang tidak sehat dan kurang melakukan aktivitas fisik (23).

Indeks masa tubuh dapat menjadi faktor resiko terkena penyakit DM tipe 2.

Dari hasil penelitian responden dengan kategori kelebihan berat badan sebanyak 22

orang (49%). Timbunan lemak yang banyak dapat meningkatkan terjadinya

pengambilan sel terdapat pada lemak dalam tubuh sehingga meningkatkan oksidasi

lemak yang menghambat glukosa dalam otot (24). Penelitian Sujaya (2009) orang

yang memiliki kelebihan berat badan mempunyai peluang beresiko 2,7 kali lebih

berpotensi terkena DM dibandingkan orang yang tidak memiliki kelebihan berat

badan (25). Pada penelitian Richardo (2014), menyatakan IMT dengan kategori

obesitas berisiko terkena DM karena dipengaruhi oleh pola makan tidak teratur,

berlebihan dan kurangnya aktivitas. Pada penderita DM tipe 2 peningkatan indeks

masa tubuh dapat menjadi faktor risiko kelebihan berat badan yang dipengaruhi

kurangnya aktivitas fisik serta terlalu berlebihan mengonsumsi makanan secara tidak

teratur dibandingkan pada seseorang yang mempunyai kekurangan berat bedan akan

jarang terkena penyakit DM karena makan yang dikonsumsi tidak berlebihan (23).

Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) merupakan salah satu indikator

untuk mengukur kelebihan berat badan pada seseorang yang dapat digunakan untuk

memprediksi penyakit DM. Dari hasil yang dijelaskan pada tabel antropometri

bagian RLPP pada laki-laki dan perempuan menempati kategori lebih banyak RLPP

diatas normal yaitu 31 orang (71%) dari 44 responden. RLPP berhubungan dengan

kejadian DM tipe 2 dengan semakin seringnya mengonsumsi karbohidrat dalam

jumlah yang cukup banyak maka semakin besarnya risiko lingkar pinggang panggul.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan glukosa dalam darah pada penderita DM

adalah timbunan lemak yang berlebihan dalam rongga perut dapat dilihat dengan

menilai rasio lingkar pinggang panggul atau sering dikenal dengan (RLPP), karena

RLPP yang tinggi nilainya dapat menggambarkan banyak timbunan lemak pada

rongga perut (26). Penelitian Hafifatul (2015) menunjukan adanya hubungan RLPP

dengan kejadian DM tipe 2 karena kurangnya aktivitas olahraga ringan maupun

sedang yang dilakukan setiap hari (27). Pada penelitian Nunung (2016) menunjukan

bahwa adanya hubungan RLPP dengan kejadian DM karena faktor yang

menyebabkan peningkatan kadar gula darah dari makanan yang dikonsumsi banyak

mengandung lemak (28).

Page 17: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

10

Aktivitas fisik yang dilakukan responden akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu

aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Pada tabel gambaran aktivitas fisik sebagian

besar responden memiliki aktivitas sedang 29 orang (66%) sedangkan kategori

aktivitas beratnya hanya 11 orang (25%). Banyak responden tidak melakukan

olahraga berdasarkan wawancara dengan responden, banyak responden yang tidak

melakukan olahraga dikatakan karena memiliki kesibukan yang tidak bisa

ditinggalkan seperti bertani dari pukul 07.00 kurang lebih sampai pukul 15.00.

Kesadaran dari tiap individu akan pentingnya meluangkan waktu untuk

berolahraga secara teratur dapat mempengaruhi terkontrolnya kadar glukosa dalam

darah. Aktivitas fisik yang dilihat dari responden mencangkup pekerjaan yang

sedang dilakukan, aktivitas sehari-hari dan kegiatan pada waktu senggang. Aktivitas

fisik yang dilakukan lebih banyak dapat mengubah glukosa menjadi energi untuk

tubuh sehingga gula darah dapat terkontrol. Ketika seseorang sering melakukan

aktivitas fisik maka dapat mempengaruhi insulin dalam tubuh meningkat dan kadar

gula dalam darah menurun. Saat jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh tidak

diseimbangi dengan olahraga akan mengakibatkan makan yang masuk tidak terbakar

tetapi tertimbun dalam tubuh menjadi lemak dan gula maka dapat menimbulkan

penyakit DM tipe 2 (29).

Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari oleh seseorang, maka

semakin rendah kadar gula dalam darah. Hal ini dikarenakan pada waktu seseorang

beraktivitas fisik, terjadi peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot yang sedang

aktif sehingga risiko kemungkinan kecil terkena DM. Aktivitas fisik merupakan

salah satu terapi DM dari segi non farmakologis yang dianjurkan hal ini

menunjukkan pengelolaan tata laksana dari segi non-farmakologis terutama aktivitas

fisik pada pasien DM tipe 2 dalam mengontrol kadar gula darah (30). Penelitian Sri

(2012), menyatakan adanya keterkaitan aktivitas fisik sedang dengan penderita DM

pada orang dewasa (9).

Penelitian Nurlaita (2013), kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari

secara rutin 2-4 kali seminggu dalam waktu 30 menit akan mempengaruhi

pencegahan terjadi DM. Latihan jasmani dan olahraga yang dilakukan secara rutin

meningkatkan mengontrol glukosa dalam darah menjadi baik (10). Aktivitas fisik

yang dilakukan seperti olahraga mempunyai manfaat karena dapat meningkatkan

kebugaran jasmani, memperkuat sistem jantung, pernapasan meningkatkan

kelenturan sendi dan kekuatan otot tertentu. Aktivitas fisik yang dilakukan seperti

Page 18: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

11

olahraga rutin dapat mencegah penyakit jantung, kegemukan terkhusus penyakit DM

tipe 2 (31).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang bagaimana gambaran

aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan

disimpulkan dengan melihat data kuisioner yang dibagikan pada penderita DM tipe 2

bahwa aktivitas fisik penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan lebih banyak

menempati kategori aktivitas sedang, disebabkan beberapa faktor yang

mempengaruhi salah satunya banyak penduduk yang menderita DM tidak melakukan

olahraga dikarenakan memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan seperti bertani

kurang lebih dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00. Sehingga adanya usaha yang

dilakukan dalam meningkatkan aktivitas fisik salah satunya meningkatkan motivasi

dan kesadaran tiap orang akan penting aktivitas secara teratur dilakukan sehingga

dapat mengontrol kadar glukosa dalam darah.

Ucapan Terimakasih

Selama menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini penulis telah mendapatkan

banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu,

khususnya :

1. Kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selama ini telah

membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa

yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kepada bapak Kukuh Pambuka Putra S.Or., M.Kes selaku dosen pembimbing

pertama yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat

kepada peneliti, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

3. Kepada ibu R. L. N. K Retno Triandhini, M.Si, selaku dosen pembimbing

kedua yang selalu memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal

membuat tugas akhir ini sampai terselesaikan.

Page 19: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

12

4. Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam

memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat

menunjang dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Kepada pihak Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang yang telah

memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian

dan memperoleh data.

Page 20: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

13

Daftar pustaka

1. Who. Diabetes Mellitus [Internet]. Who. World Health Organization; 2010

[Cited 2017 Oct 7]. Available From:

Http://Www.Who.Int/Mediacentre/Factsheets/Fs138/En/

2. Kesehatan Bp Dan P. Riset Kesehatan Dasar. 2013;1–384.

3. Kesehatan K. Hasil Utama Riskesdas 2018. 2018. 1-200 P.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. Dinas Kesehat Provinsi Jawa Teng. 2015;48–9.

5. Yasa I Wayan Putu Sutirta, Suastika K, Jelantik Anak Agung Gede Sudewa,

Astawa I Nyoman Mantik. Hubungan Positif Antara Ulkus Kaki Diabetik

Dengan Persentase Sel Bermarkah Cd4 Pembawa Malondialdehid. Indones J

Biomed Sci. 2009;3(1):1–21.

6. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence Of Diabetes:

Estimates For The Year 2000 And Projections For 2030. Diabetes Care. 2004

May;27(5):1047–53.

7. Trisnawati Sk, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii

Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. J Ilm

Kesehat. 2013;5(1):6–11.

8. Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran Egc; 2008.

9. Anani S, Udiyono A, Ginanjar P, Fkm Undip A, Bagian Epidemiologi Dan

Penyakit Tropik Fkm Undip D. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian

Diabetes Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus

(Studi Kasus Di Rsud Arjawinangun Kabupaten Cirebon). J Kesehat Masy.

2012;1(2):466–78.

10. Putri, Kurnia H, Nurlaita, Dkk. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe

2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. J Berk Epidemiol. 2013;1(2):234–43.

11. Sudaryanto A, Setiyadi Na, Frankilawati Da. Hubungan Antara Pola Makan,

Genetik Dan Kebiasaan Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii

Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari. J Pros Snst Fak Tek.

2014;1(1):19–24.

12. Antonius P, H., Hegar, Badrul D. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta: Idai; 2010.

13. Tandra H. Life Healthy With Diabetes Cetakan 1. Yogyakarta: Rapha

Publishing; 2013.

14. Suiraoka. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika; 2012.

15. Kurnia A, Endrika A, Yuliani F. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap

Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

Biomedika. 2015;3(1):37–40.

16. Trisnawati S, Widarsa T, Suantika K. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.

2013;1(1):21–2.

17. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakta Ilmu Dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta; 2007.

18. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;

2007.

19. Soewondo. Hidup Sehat Bebas Diabetes. Yogyakarta: Araska; 2006.

20. Sumangkut, Sartika, Dkk. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit

Diabetes Melitus Tipe-2 Di Poli Interna Blu.Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado. Ejournal Keperawatan. 2013;1(1):1–6.

Page 21: Gambaran Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus ......atas 93%, pendidikan dengan kategori tamat SD kebawah 57%, pekerjaan responden lebih banyak ibu rumah tangga 24%, responden

14

21. Prevalence D, Genes D, Gestational E, Obesity D. Key Statistics On Diabetes.

2010. 1-21 P.

22. Betteng R, Mayulu N. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes

Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. J E-

Biomedik. 2014;2(2):404–12.

23. Mc., Wright, Bogdan. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher; 2008.

24. Sujaya, I Nyoman, Dkk. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kabupaten Tabanan. J

Skala Husada. 2008;6(1):75–81.

25. Andriani M. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group; 2013.

26. Rahmy Auliya Hafifatul, Triyanti, Sartika, Dewi, A, R. Hubungan Imt, Rlpp

Dan Riwayat Diabetes Pada Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

Pada Pns. J Kesehat Masy Andalas. 2015;9(1):17–22.

27. Mulyani, Sri, Nunung, Rita N. Kadar Gula Darah Pada Pegawai Di Puskesmas

Sakti Pidie ( Correlation Of Waist-Hip Circumference Ratio With Level Of

Blood Glucose On Employees In Community Health Centers At Sakti , Pidie

). Aceh Nutr J. 2016;1(2):94–8.

28. Ditjen Pp & Pl. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.

2010.

29. Fitriyani. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan

Citangkil Dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon. Jakarta: Fkm

Ui; 2012.

30. Muliati H. Hubungan Pola Konsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas

Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsup Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar. J Media Gizi Masy Indones. 2011;1(1):46–

51.