Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa...

12
BAB III: Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Berpikir Kritis Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Kategori Baik Tabel 1. Skor Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator 2. Hasil Penilaian Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal Gambar 2. Perbandingan Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai KKM 16.67 64 100 0 20 40 60 80 100 120 Prasiklus siklus I siklus II Kemampuan Berpikir Kritis (%) 8.33 37.5 84 0 20 40 60 80 100 Prasiklus siklus I siklus II Siswa yang mencapai nilai KKM (%) Indikator Capaian (%) Siklus I Siklus II Interpretation 48,8 88,8 Explanation 82,4 84,8 Analysis 31,2 84,8 Evaluation 53,6 80 Inference 63,2 74,4 Self-regulation 82,4 84

Transcript of Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa...

Page 1: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

BAB III: Hasil Penelitian dan PembahasanA. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan KategoriBaik

Tabel 1. Skor Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator

2. Hasil Penilaian Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai KKM

16.67

64

100

020406080

100120

Prasiklus siklus I siklus II

Kem

ampu

an B

erpi

kir K

ritis

(%)

8.33

37.5

84

0

20

40

60

80

100

Prasiklus siklus I siklus II

Sisw

a ya

ng m

enca

pai n

ilai

KKM

(%)

Indikator Capaian (%)Siklus I Siklus II

Interpretation 48,8 88,8Explanation 82,4 84,8Analysis 31,2 84,8Evaluation 53,6 80Inference 63,2 74,4Self-regulation 82,4 84

Page 2: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

3. Keterlaksanaan Model Problem Based Learning (PBL)

Gambar 3. Perbandingan Hasil Penilaian Keterlaksanaan ModelProblem Based Learning (PBL)

B. Pembahasan1. Deskripsi Siklus

Penelitian tindakan kelas memiliki tahapan menurut Kemmisdan Mc Tagart dalam Arikunto (2010) yaitu perencanaan, pelaksanaandan observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas yang berjudulpenerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkankemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran biologi siswa kelas XMIA 1 SMA N 1 Pabelan kabupaten Semarang tahun pelajaran2016/2017 dilakukan selama dua siklus. Dimana pada siklus Idilakukan empat kali pertemuan sedangkan pada siklus dua dilakukantiga kali pertemuan dengan satu sampai dua jam pelajaran padasetiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga siswadiberi perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah. Sedangkanpada pertemuan terakhir disetiap siklusnya seluruh siswa diberikantes akhir (post test) untuk mengetahui nilai kemampuan berpikir kritisserta ketuntasan siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal(KKM).

a. Siklus I1. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam siklus I dilakukan persiapaninstrumen pembelajaran seperti rencana pelaksanaan

69.32

78.41

64.0066.0068.0070.0072.0074.0076.0078.0080.00

siklus 1 siklus 2

Kete

rlaks

anaa

n m

odel

(%)

Page 3: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

pembelajaran materi protista mirip hewan dan protista miriptumbuhan, lembar kerja siswa tentang protista mirip hewandan protista mirip tumbuhan, lembar observasi, butir soalyang berkaitan dengan protista mirip hewan dan protistamirip tumbuhan serta angket. Instrumen pembelajaran yangdigunakan untuk mengajar dibuat oleh peneliti dankolaborator dan disesuaikan dengan model yang digunakan.

2. Pelaksanaan dan ObservasiTahapan yang dilakukan setelah perencanaan adalah

pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakanproses pembelajaran sesuai dengan sintaks model PBL yangtelah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Padatahap organisasi masalah disajikan permasalahan berkaitandengan protista mirip hewan dan protista mirip tumbuhanyang memicu rasa ingin tahu siswa. Siswa dibagi menjadi 5kelompok pada tahap analisis masalah, dengan begitu siswaakan menyusun langkah penyelesaian masalah bersamakelompok. Fase presentasi dan diskusi yang dilakukan siswapada siklus I belum terlalu aktif. Siswa masih dibimbing gurudalam menyimpulkan dan menganalisis hasil penyelesaianmasalah pada fase evaluasi dan analisis masalah pada siklus I.Bersamaan dengan tahap pelaksanaan dilakukan tahapobservasi. Tahap observasi dilakukan dengan lembar observasiketerlaksanaan model pembelajaran. Lembar observasiketerlaksanaan model dibuat berdasarkan sintaks model PBLdan digunakan untuk mengamati penerapan model PBL dalampembelajaran.

3. RefleksiBerdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi pada

siklus I, masih ditemukan adanya kekurangan dalam prosespembelajaran dengan model PBL. Guru seringkali lupamenyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian tujuanpembelajaran disebutkan ditengah-tengah pembelajaran.Kebanyakan siswa tidak memperhatikan penyampaian tujuanpembelajaran karena sudah sibuk melakukan penyelidikan.Kemudian pertanyaan yang ditanyakan guru belummenggiring siswa pada orientasi permasalahan, tetapi guru

Page 4: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

sudah berhasil dalam memotivasi siswa untuk menyelesaikanpermasalahan yang berkaitan dengan materi protista.Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswadiketahui bahwa guru kurang mampu mengorganisasi siswasehingga masih ada siswa yang belum memahami materi yangdiajarkan.

Pada tahap pelaksanaan guru kurang mampumengatur waktu yang digunakan dalam pembelajaran,sehingga waktu pertemuan yang telah direncanakan padatahap sebelumnya tidak terlaksana dengan baik. Kurangmampunya guru mengatur waktu dipengaruhi oleh beberapafaktor, diantaranya adalah adanya siswa yang belummemahami materi sehingga guru harus menjelaskan kembali,selain itu juga adanya pengurangan jam yang berkaitandengan kegiatan sekolah sehingga banyak waktu yangdibutuhkan untuk menyelesaikan siklus I. Langkah yangdigunakan guru dan observer dalam mengatasi masalah yangberkaitan dengan waktu adalah, guru menyusun rencanapelaksanaan pembelajaran pada siklus II dan disesuaikandengan jadwal sekolah. Selain berkaitan dengan waktu,masalah yang dihadapi dalam siklus I adalah kurang pahamnyasiswa terhadap instruksi yang diberikan oleh guru.Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa danguru, diketahui bahwa model PBL belum pernah diterapkan dikelas X MIA 1 SMA N 1 Pabelan. Hal itu membuat siswakebingungan saat memecahkan kasus yang berkaitan denganmateri protista. Langkah yang digunakan guru dan observerdalam mengatasi masalah tersebut adalah denganmenjelaskan ulang kepada siswa dengan berkeliling kemasing-masing kelompok. Masalah lain yang dihadapiobserver dan guru pada saat siklus I adalah belum aktifnyasiswa pada saat kegiatan presentasi. Berdasarkan wawancarayang dilakukan dengan siswa diketahui bahwa siswa takutbertanya pada saat kelompok lain presentasi karena malu jikahasil diskusinya dikritisi oleh temanya yang lain. Langkah yangdilakukan peneliti dan guru untuk mengatasi masalah iniadalah dengan menyiapkan pertanyaan yang merangsang

Page 5: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, danmendorong kemampuan berpikir kritis. Pada akhir siklus Idilakukan evaluasi siklus I yaitu dengan membagikan angket,post-test dan melakukan wawancara. Siswa mengaku masihmerasa kesulitan pada saat mengerjakan soal berpikir kritis,namun siswa cukup terbantu dengan adanya soal pilihanganda yang tidak mengandung soal berpikir kritis.

b. Siklus II1. Perencanaan

Setelah dilakukan refleksi dan evaluasi pada siklus Ikemudian penelitian dilanjutkan ke siklus II. Tahap-tahapdalam siklus II mengacu pada refleksi siklus I. Tahapperencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah guru danobserver menyesuaikan jadwal dengan sekolah kemudiankembali menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran materiprotista mirip jamur. Guru dan observer menggunakan angketyang sama dengan siklus I untuk mengukur kemampuanberpikir kritis siswa. Lembar observasi yang digunakan olehguru dan observer sama dengan lembar observasi yangdigunakan pada siklus 1. Kemudian guru dan observermembuat soal post-test tentang protista mirip jamur yangdisesuaikan dengan indikator berpikir kritis.

2. Pelaksanaan dan ObservasiPada tahap pelaksanaan, sudah terjadi banyak

perkembangan. Siswa sudah mulai terbiasa dengan modelyang diterapkan sehingga lebih menghemat waktupelaksanaan. Siswa juga sudah mulai aktif bertanya danmengeluarkan pendapat saat pembelajaran khususnya padafase presentasi dan diskusi. Berdasarkan hasil wawancarayang dilakukan dengan siswa diketahui bahwa siswa sudahmempelajari materi protista mirip jamur yang akan diajarkandikelas, sehingga apabila siswa mengalami kesulitan atau inginbertanya siswa bisa memanfaatkan waktu dalam kegiatandiskusi dan penyelidikan.

3. RefleksiMasih ditemui adanya masalah dalam tahap

pelaksanaan siklus II yaitu adanya adu pendapat oleh siswa

Page 6: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

antar kelompok yang mulai melenceng dari materi dan tujuanpembelajaran pada saat kegiatan diskusi dan presentasi.Langkah yang digunakan guru dalam menangani masalahtersebut adalah memberi konfirmasi kepada siswa. Tahapobservasi pada siklus II sudah menunjukan perkembangan.Tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan sudah sesuaidengan rencana pelaksanaan pembelajaran, pertanyaan yangdilemparkan pada siswa ketika orientasi dan analisis masalahjuga telah mampu merangsang kemampuan berpikir kritissiswa. Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswamenunjukkan bahwa pada siklus II siswa senang menanggapipertanyaan guru karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase organisasi dan analisis masalah dalam siklus II,guru membagi siswa menjadi 12 kelompok sehingga masing-masing siswa tetap memahami materi. Guru juga berkeliling disetiap kelompok pada fase investigasi untuk memastikansemua siswa memahami materi. Pada akhir pembelajaranguru bersama siswa membuat kesimpulan dan mengevaluasihasil investigasi pemecahan masalah. Berdasarkan tahap-tahap penelitian yang dilakukan pada siklus II guru danobserver menyimpulkan bahwa siklus II sudah lebih baikdibandingkan siklus I. Sehingga guru dan observer tidak perlumelanjutkan pada siklus berikutnya.

2. Kemampuan Berpikir KritisBerpikir kritis merupakan sebuah proses pembuatan keputusan

dengan alasan yang jelas berdasarkan pertimbangan bukti yang tersedia,aspek kontekstual dari situasi yang didukung dengan konsep yangberkaitan. Berpikir kritis memiliki enam indikator yaitu interpretation,analysis, explanation, evaluation, inference, dan self-regulation (Facione,2013). Penelitian yang telah dilakukan pada kelas X MIA 1 SMA N 1Pabelan, mengukur kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkanindikator kemampuan berpikir kritis pada siklus pertama dan kedua.

Berdasarkan hasil yang ditunjukan pada Gambar 1, diketahuicapaian nilai rata-rata yang didapatkan siswa kelas X MIA 1 SMA N 1Pabelan mengalami peningkatan. Hasil penilaian pada prasiklusmenunjukan sebanyak 41,67% siswa memiliki kemampuan berpikir kritisdengan kategori baik. Kemudian pada siklus I menunjukan sebanyak 64%

Page 7: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori baik. Lalu padasiklus II sebanyak 100% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengankategori baik. Capaian kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 1SMA N 1 Pabelan pada tiap indikator yaitu interpretation, analysis,explanation, evaluation, inference, dan self-regulation mengalamipeningkatan yang bervariasi.

Interpretation merupakan kemampuan menarik kesimpulan logisberdasarkan informasi yang didapatkan (Kowiyah, 2012). Perbandingannilai kemampuan interpretation yang disajikan pada Tabel 1.menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Nilaiinterpretation yang didapatkan pada siklus I dipengaruhi oleh siswa yangmasih menyesuaikan diri dengan model serta karakteristik soal berpikirkritis. Kemudian peningkatan nilai interpretation pada siklus IIdipengaruhi oleh aktifitas pembelajaran dengan model PBL. Berdasarkanwawancara yang dilakukan dengan siswa diketahui bahwa faseinverstigasi dan pencarian informasi menghadapkan siswa pada datayang disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga siswa terbiasadalam menyimpulkan sebuah isi informasi yang ditemukan. Selain itu,kemampuan interpretation siswa juga terlatih pada saat siswa beradapada fase orientasi masalah. Melalui penyajian fenomena dalamkehidupan nyata siswa dapat menarik kesimpulan logis dan memperolehinformasi.

Kemampuan analysis merupakan proses mengidentifikasihubungan dari informasi-informasi yang dipergunakan untukmengekspresikan pemikiran atau pendapat (Facione, 2013). Berdasarkanpengukuran kemampuan analysis yang dilakukan, diketahui kemampuananalysis siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancarayang dilakukan dengan siswa diketahui bahwa siswa mulai dapatmerancang penyelesaian masalah saat siswa berada pada fase investigasidan penyelidikan. Kemampuan analysis siswa juga terlatih pada saatpembelajaran berada pada fase orientasi masalah. Siswa dapatmerumuskan permasalahan dan menganalisis masalah yang berkaitandengan materi protista pada LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat Facione(2013) yang menyatakan bahwa kemampuan analysis akan meningkatdengan identifikasi permasalahan hingga siswa menemukan konsep danmembuat sebuah opini berdasarkan pengalaman belajar.

Page 8: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

Menurut Facione (2013) explanation merupakan kemapuanuntuk menjelaskan atau menyatakan hasil pemikiran berdasarkan bukti,metodologi, serta konteks. Berdasarkan hasil yang ditampilkan padaTabel 1. kemampuan explanation mengalami peningkatan dari siklus I kesiklus II. Kemampuan explanation ini terlihat hampir diseluruh fase PBLdan lebih mendominasi pada fase presentasi dan penyajian hasil diskusi.Nilai kemampuan explanation tinggi dibandingkan dengan nilai darikemampuan analysis, evaluation, dan inference karena ketiga indikatorini dianggap kompeks sehingga membutuhkan waktu lebih lama agarmeningkat secara signifikan (Hesti dkk, 2015). Menurut siswa lebih beraniberpendapat, berdiskusi antar kelompok, dan berbagi informasi dengankelompok. Sedangkan pada siklus I siswa masih ragu-ragu dalammenyampaikan pendapatnya. Hal ini diperkuat dengan hasil angket siklusI yang menyatakan bahwa siswa masih cenderung menyimpanpengetahuanya sendiri. Hasil peningkatan kemampuan explanationdalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Risadan Hayat (2015) yang menyatakan bahwa berinteraksi dengan orang lainakan memunculkan ide-ide dan solusi pemecahan masalah.

Evaluation adalah kemampuan dalam membedakan pendapatyang tepat atau kurang tepat berdasarkan informasi yang telahdidapatkan (Kowiyah, 2012). Berdasarkan Tabel 1. nilai kemampuanevaluation yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan adanyapeningkatan dari siklus 1 ke siklus II. Peningkatan kemampuan evaluationini terlihat pada fase presentasi dan penyajian hasil diskusi. Siswa sudahberani mengeluarkan pendapat dan mempertimbangkan pendapat yangdikeluarkan oleh temannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Facione(2013) yang menyatakan bahwa kemampuan evaluasi merupakankemampuan untuk menilai kebenaran dari sebuah argumen atauinformasi yang diperoleh.

Inference merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi danmemperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat suatukesimpulan yang masuk akal (Facione, 1994). Berdasarkan hasil yangtertera pada Tabel 1. diketahui bahwa kemampuan inference mengalamipeningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan inference dapat diamatipada fase analisis masalah, serta fase presentasi dan penyajian hasildiskusi. Karena pada saat fase analisis masalah siswa harus membuatkeputusan untuk menyelesaiakan permasalahan sehingga dibutuhkan

Page 9: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

kemampuan inference. Hal ini sesuai dengan pendapat Septariana dkk(2015) yang menyatakan bahwa diperlukan kemampuan menyimpulkanpada saat siswa menganalisis sebuah permasalahan. Kemudiankemampuan inference juga terlihat pada saat presentasi, pada siklus IIsiswa sudah dapat menyimpulkan pembelajaran sendiri usai kegiatanpresentasi. Sedangkan pada siklus I siswa masih dibimbing guru dalammenyimpulkan pembelajaran tentang materi protista.

Self-regulation merupakan kemampuan siswa dalam mengaturdiri berkaitan dengan sejauhmana kemampuan yang telah dicapai(Facione, 2013). Berdasarkan data pada Tabel 1. diketahui bahwakemampuan berpikir kritis pada indikator self-regulation mengalamipeningkatan. Kemampuan self-regulation siswa terlatih pada saat siswaberada pada fase analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Siswadituntut untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan prosespenyelesaian masalah yang telah dilakukan siswa secara berkelompok.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Isnaeni dkk(2016) yang menyatakan bahwa PBL mampu meningkatkan kemampuanmonitoring siswa terhadap proses belajarnya sendiri.

Hasil penilaian dari setiap indikator pada siklus I dan siklus IImenunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkankemampuan berpikir kritis. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakanoleh Shahin dan Tork (2013) bahwa model PBL mampu meningkatkankemampuan berpikir kritis sisw. Menurut Masek dan Sulaiman (2011)kemampuan berpikir kritis akan muncul pada saat siswa dihadapkankepada suatu permasalahan. Model PBL akan memotivasi siswa untukmencari solusi dan menyelesaikan permasalahan dengan kemampuanberpikir kritis.

Siswa dikatakan mempunyai kemampuan berpikir kritis apabilamenunjukan tanda-tanda seperti aktif berpikir, memberi berbagaipertanyaan untuk memenuhi rasa ingin tahu yang ada dalam dirinya,mencari jawaban dan solusi terhadap suatu permasalahan, menjawabpertanyaan disertai dengan alasan, memiliki kemampuan interpretasi,mampu menganalisis gagasan, dan mengevaluasi suatu pendapat(Cojocariu, 2014). Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitiantindakan kelas diketahui bahwa pada pengukuran di setiap indikatorberpikir kritis dalam diri siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke

Page 10: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

siklus II. Target penelitian sudah tercapai pada siklus II oleh sebab itupenelitian dihentikan pada siklus II.

3. Hasil Penilaian Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)Berdasarkan diagram pada Gambar 2. hasil belajar siswa yang

mencapai nilai KKM mengalami peningkatan yang beragam. Siswa yangmampu mencapai KKM pada prasiklus hanya sebesar 8,33% siswa.Kemudin pada siklus I siswa dengan nilai mencapai KKM meningkatmenjadi 37,5%. Lalu di siklus II siswa dengan nilai mencapai KKMmengalami peningkatan hingga 84%. Sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Nanik (2009) bahwa model PBL mampu meningkatkanhasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa menunjukkanbahwa siswa merasa termotivasi untuk belajar karena modelpembelajaran yang diterapkan memicu rasa ingin tahu siswa. MenurutSudjana (2005) capaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dalamdiri siswa, yaitu motivasi. Penerapan model PBL mampu memotivasisiswa dalam mencari solusi dari sebuah masalah dengan kemampuanberpikir kritis.

4. Keterlaksanaan Model Problem Based Learning (PBL) dalamPembelajaran

Menurut pendapat Astuti (2009) penelitian tindakan kelasdipengaruhi oleh dua faktor, yaitu siswa dan kemampuan guru dalampelaksanaan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian yangditampilkan pada Gambar 3. diketahui bahwa aktifitas pembelajarandengan model PBL mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.Keterlaksanaan model pada siklus I mencapai angka 69,32 % dengankategori cukup. Kemudian pada siklus II keterlaksanaan model PBLmeningkat menjadi 78,41% dengan kategori baik.

Permasalahan yang diambil dalam kehidupan nyata mampumenciptakan suasana pembelajaran yang kritis, reflektif, aktif, dan openmind sehingga kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan(Sudarman, 2007). Model problem based learning memiliki 5 fasemenurut (Arends, 2008) yaitu orientasi masalah, mengorganisasi siswa,pembimbingan investigasi, penyajian hasil diskusi, serta analisis danevaluasi proses penyelesaian masalah. Fase orientasi masalah,

Fenomena yang diambil dalam kehidupan nyata ditulis padalembar kerja siswa (LKS). Fenomena yang disajikan pada siklus I adalah

Page 11: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

sawah dan di sungai. Siswa terlihat antusias saat mengamatipermasalahan yang ditemukan dipersawahan dan di sungai. Namunmasih ada siswa yang gaduh dan merasa bosan sehingga tidakmemperhatikan fenomena yang disajikan. Berdasarkan hasil analisisangket diketahui bahwa siswa masih belum memahami instruksi yangdiberikan guru. Fenomena yang disajikan pada siklus II adalah hutan,siswa nampak antusias dan rasa ingin tahu siswa mulai muncul. Terlihatadanya siswa yang mau bertanya dan mengeluarkan pendapatberdasarkan fenomena yang diamati. Permasalahan dari kehidupan nyatamampu mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa karenamenuntut siswa untuk menganalisis masalah, mengidentifikasi masalah,merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan(Arends, 2008).a. Fase pengorganisasian siswa untuk menganalisis permasalahan,

Pada siklus I hanya ada 2 siswa yang aktif dalammengeluarkan pendapat dan 9 siswa yang bertanya. Sedangkan siswayang lain lebih memilih mencatat dan mengikuti pendapat temannya.Pada siklus II hampir seluruh siswa aktif berpendapat dan menyusunstrategi penyelesaian permasalahan dalam kelompok. MenurutHamruni (2012) adanya interaksi yang terjadi pada siswa dalamkelompok diskusi mampu mengasah kemampuan berpikir kritissiswa.

b. Fase pembimbingan investigasi untuk menemukan informasiBerdasarkan hasil analisis angket pada siklus I siswa masih

merasa bingung dengan solusi permasalahan dikarenakan hanya adasatu sumber pembelajaran berupa buku. Siswa juga mengungkapkanbahwa siswa lebih senang jika guru yang menyampaikan informasi.Pada siklus II guru dengan tegas menjelaskan instruksi danmemfasilitasi siswa sehingga siswa mencari informasi bukan hanyadari buku tetapi dari internet juga. Beberapa siswa sudah mulai aktifmengkritisi pendapat mengenai rancangan penyelidikan yangdiungkapkan oleh teman kelompoknya. Siswa terbantu dalam aspekinterpretasi melalui lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan oleh gurukemudian siswa menyusun rancangan untuk memulai penyelidikanbersama kelompoknya. Menurut Osborne dkk (2009) penyelidikanyang digunakan siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dapatmengasah kemampuan berpikir kritis.

Page 12: Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14868/3/T1_432013018_BAB... · siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mendorong

c. Fase presentasi dan penyajian hasil diskusi siswaPada siklus I siswa masih belum aktif bertanya dan

mengeluarkan pendapat saat kelompok lain menyampaikan hasildiskusinya. Siswa cenderung pasif dan memilih mencatat. Apabilatidak ada siswa yang mau bertanya dan mengeluarkan pendapatmaka guru akan meberi pertanyaan yang memicu rasa ingin tahupada kelompok yang presentasi. Pada siklus II siswa mulai aktifbertanya dan mengeluarkan pendapat, sebelum siswa memulaipembelajaran siswa belajar terlebih dahulu dan menulis pertanyaanyang ingin mereka tanyakan pada buku catatan, sehingga kegiatandiskusi pada siklus II lebih aktif dibandingkan siklus I.

d. Fase analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalahFase ini dilakukan setelah fase presentasi dan penyajian hasil

diskusi berakhir. Berdasarkan analisis angket diketahui bahwa padasiklus I siswa masih merasa kesulitan dalam menarik kesimpulanpembelajaran sehingga diperlukan bimbingan guru dalam menarikkesimpulan bersama siswa. Kinerja siswa dalam proses penyelidikanbelum terlihat, hal ini diperkuat dengan hasil analisis angket yaitusiswa masih merasa kebingungan dalam menyusun strategipenyelesaian masalah. Pada siklus II siswa mampu menyimpulkanhasil penyelesaian masalah, siswa dapat mengevaluasi kegiatanpenyelidikan dibantu oleh guru, siswa dapat memberi evaluasidengan cara menilai pendapat yang diajukan dan pendapat dariteman. Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yangmelibatkan diri sendiri dan orang lain (Osborne dkk, 2009).