UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN...
-
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KETERAMPILAN
BERTANYA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
MELALUI MEDIA FILM ANIMASI
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA
KELAS III SDN RAMBUTAN 02)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Septi Indriasari
1113018300003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441 H
-
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Keterampilan
Bertanya Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Melalui Media Film Animasi Pada
Siswa Kelas III SDN Rambutan 02, disusun oleh SEPTI INDRIASARI Nomor
Induk Mahasiswa 1113018300003, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah tanggal 5 Juni 2020 dihadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam
bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Jakarta, Juni 2020
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan
Asep Ediana Latip, M. Pd
NIP. 19810623 200912 1 003
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Rohmat Widiyanto, M. Pd
NIP. 19890913 201801 1 002
Penguji I
Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi
NIP. 196902061995032001
Penguji II
Takiddin, M.Pd 10 Juni 2020
NIP. 198312062011011005
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Sururin, M.Ag
NIP. 197103191998032001
SeptiStamp
SeptiStamp
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Keterampilan
Bertanya Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Melalui Media Film Animasi Pada
Siswa Kelas III SDN Rambutan 02”, disusun oleh Septi Indriasari, NIM.
111301830003, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah dan berhak untuk
diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta, 26 April 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Muhammad Arif, M.Pd
NIP. 19700606 199702 1 002
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH
Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Keterampilan Bertanya Siswa
pada Mata Pelajaran IPS Melalui Media Film Animasi pada Siswa Kelas III
SDN Rambutan 02
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S.Pd)
Oleh:
Septi Indriasari
1113018300003
Mengetahui,
Pembimbing,
Dr. Muhammad Arif, M.Pd
NIP. 19700606 199702 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441H
-
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Septi Indriasari
NIM : 1113018300003
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Angkatan Tahun : 2013
Alamat : Jl. Pegasing Rt. 02/Rw. 04, Jakarta Timur, 13870
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan
Keterampilan Bertanya Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Media Film
Animasi Pada Siswa Kelas III SDN Rambutan 02” adalah benar karya sendiri
dibawah bimbingan dosen:
Nama : Dr. Muhammad Arif, M.Pd
NIP : 19700606 199702 1 002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, Mei 2020
Septi Indriasari
NIM. 1113018300003
SeptiStamp
-
v
ABSTRAK
Septi Indriasari, NIM 1113018300003. “Upaya Meningkatkan Keaktifan
Belajar Dan Keterampilan Bertanya Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui
Media Film Animasi Pada Siswa Kelas III SDN Rambutan 02”. Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS pra siklus pada siswa kelas III
SDN Rambutan 02, Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa setelah diterapkannya media film
animasi.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam
pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan subjek yang diteliti yaitu siswa kelas III SDN
Rambutan 02 yang berjumlah 32 orang. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes berupa lembar
observasi yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang
diperoleh dari hasil observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 12,3% siswa yang
menunjukkan keaktifan belajar dan sebesar 17,5% siswa yang menunjukkan
keterampilan bertanya pada kegiatan pembelajaran pra siklus. Kemudian pada
kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I , keaktifan belajar siswa meningkat
menjadi 33,99% dan keterampilan bertanya siswa menjadi 20,31. Selanjutnya pada
kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan belajar siswa kembali
meningkat menjadi 82,61% dan keterampilan bertanya siswa menjadi 87,12%.
Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan
bahwa adanya peningkatan keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkannya media pembelajaran film
animasi pada siswa kelas III SDN Rambutan 02.
Kata Kunci: Keaktifan belajar siswa, Keterampilan Bertanya Siswa, Media
Pembelajaran Film Animasi.
-
vi
ABSTRACT
Septi Indriasari, 1113018300003. “The Improvement of Learning Activeness
and Student Asking Skill At The Social Studies through Animation Film Media
Class III SDN Rambutan 02”. Thesis, Education Program Elementary School,
Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
Based on the results of learning activeness social study pre cycle in grade
III SDN Rambutan 02, Classroom Action Research aims to improve student
activeness and student asking skill after through animated film media.
This research is a classroom action research which in practice is done for 2
cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis, and reflection.
This research head for increase learning activeness and student asking skills in
student during learning activities with the subject studied are student class III SDN
Rambutan 02 totaling 32 students. Meanwhile data collection techniques in this
research using non-tes technique such as observation sheet which is then analyzed
by descriptive avantitative numerical results obtained by observation.
The results showed than only amounted 12,3% students who show their
learning activeness and amounted 17,5% students showing their asking skills during
learning activity pra cycle. Then on the first cycle of learning improvement, student
learning activeness increase by 33,99% and student asking skills increase by 20,31%.
Later on student asking skills completing on second cycle, student activeness increased
again by 82,61% and student asking skills increased by 87,12%.
Thus, based on the data analysis showed that the increased of student learning
activeness and asking skills student in learning activities match the type of Animation
Film Media Class III SDN Rambutan 02 learning class III SDN Rambutan 02.
Keywords: Student Activeness, Student Asking Skill, Animated Film Media.
-
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Keterampilan
Bertanya Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Melalui Media Film Animasi Pada Siswa
Kelas III SDN Rambutan 02”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah berhasil membawa umatnya dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang ilmiah dengan penuh kasih sayang.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Asep Ediana Latip, M. Pd selaku Ketua Prodi PGMI FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Rohmat Widiyanto, M.Pd selaku Sekertaris Jurusan PGMI FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muhammad Arif, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis yang selama ini
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis ucapkan banyak
terima kasih atas waktu, tenaga, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
5. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membagi ilmunya kepada
penulis selama menjadi mahasiswi PGMI.
6. Kedua orang tua penulis Bapak Heruman dan Ibu Castini, serta adik-adik
penulis Monica Puspitasari dan Muhammad Prima Ramadhan. Penulis ucapkan
banyak terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan secara materi maupun
non materi, dan semangat yang selalu diberikan.
7. Anakku tercinta Sagara Keefe Al-Ghaniy yang selalu menjadi penyemangat dan
penghibur, anugerah terindah dari Allah SWT.
-
viii
8. Hj. Suharti HS, S.Pd, MM. selaku kepala sekolah SDN Rambutan 02. Terima
kasih atas bantuannya karena telah bersedia menerima penulis untuk melakukan
penelitian disekolahnya.
9. Rusdewi, S.Pd. selaku wali kelas kelas III SDN Rambutan 02. Terima kasih atas
nasihat dan motivasi serta bantuannya telah bersedia mendampingi penulis
selama penelitian berlangsung.
10. Teman terbaikku Asri Khairiah, Rumaisha Fetriana Shabrina, Nadya Maharani
dan Restu Khalika Tampi terima kasih atas motivasi serta bantuan selama
penulis mengerjakan skripsi.
11. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2013, khususnya teman terbaikku
Rosinta, Rahmatun Nisa, Siti Rahmawati, Siti Ayu Maimunah, Geby Nita Sari
dan Widiya Astuti. Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan kalian selama
penulis menempuh studi S1 di FITK UIN Jakarta.
Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga
bantuan, bimbingan, doa, semangat dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis dapat dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman penulis. Akhir kata semoga tulisan ini dapat
bermanfaat banyak bagi penulis lain khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.
Jakarta, April 2020
Penulis
Septi Indriasari
-
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Pembatasan Fokus Penelitian .................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II .................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN .................................................................................................... 9
A. Deskripsi Teoritik .................................................................................... 9
1. Keaktifan Siswa ................................................................................. 9
a. Pengertian Keaktifan Siswa ......................................................... 9
b. Macam-Macam Keaktifan ......................................................... 13
c. Karakteristik Keaktifan Belajar ................................................. 15
d. Cara Mengukur Keaktifan Siswa ............................................... 16
2. Keterampilan Bertanya .................................................................... 17
a. Pengertian Keterampilan Bertanya ............................................ 17
b. Indikator Keterampilan Bertanya .............................................. 19
c. Tujuan Keterampilan Bertanya .................................................. 19
d. Fungsi Keterampilan Bertanya .................................................. 20
e. Teknik-Teknik Keterampilan Bertanya ..................................... 21
-
x
f. Jenis-jenis Pertanyaan ................................................................ 22
3. Media Film Animasi ........................................................................ 23
a. Pengertian Media ....................................................................... 23
b. Fungsi dan Manfaat Media ........................................................ 25
c. Pemilihan Media ........................................................................ 27
d. Film Animasi ............................................................................. 28
e. Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran .............................. 29
4. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............................... 34
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ......................................... 34
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ...................................... 35
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................... 37
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 38
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 42
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 44
BAB III ................................................................................................................. 45
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 45
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian .............................................. 45
C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 48
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................ 48
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................................ 49
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ......................................... 52
G. Data dan Sumber Data ........................................................................... 52
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 52
1. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 52
2. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 54
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan .................................................... 64
-
xi
J. Analisis Data dan Interpretasi Data ....................................................... 65
K. Pembangunan Perencanaan Tindakan ................................................... 66
BAB IV ................................................................................................................. 67
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ................................ 67
A. Deskripsi Data ....................................................................................... 67
1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus I ...................................... 67
2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II ..................................... 75
B. Analisis Data .......................................................................................... 79
1. Analisis Data Pra Siklus .................................................................. 79
2. Analisis Data Siklus I ...................................................................... 82
3. Analisis Data Siklus II ..................................................................... 84
C. Pembahasan ........................................................................................... 86
BAB V ................................................................................................................... 97
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN ................................... 97
A. Kesimpulan ............................................................................................ 97
B. Implikasi ................................................................................................ 98
C. Saran-Saran ............................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan mengubah kehidupan manusia menuju ke arah yang lebih baik.
Adanya pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, dan
sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang
tertuang sebagai berikut.
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.”1
Pendidikan dimulai dari keluarga, lingkungan sekitar, dan pendidikan
dibangku sekolah. Pendidikan dari sekolah termasuk pendidikan formal yang
pelaksanaannya melibatkan guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang
lain. Kegiatan belajar mengajar di sekolah, menjadi tempat untuk
mengembangkan potensi siswa dan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
yang bermanfaat. Pendidikan anak dimulai dari Taman kanak-kanak (TK)
sampai perguruan tinggi. Wajib belajar yang ditetapkan pemerintah selama 12
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: CV. Eko Jaya, 1989), cet. 1, h. 54.
-
2
tahun, dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA). Sekolah Dasar (SD) dimulai dari kelas satu sebagai dasar menerima
pelajaran di sekolah. Mata pelajaran yang diterima siswa di Sekolah Dasar (SD)
cukup banyak. Pembelajaran yang termuat dalam kurikulum SD salah satunya
adalah mata pelajaran IPS yang mengajarkan konsep ilmu sosial seperti
hubungan antar manusia sehingga dalam proses pembelajarannya
mengutamakan peran aktif siswa.
Proses interaksi yang melibatkan siswa secara maksimal dalam aktifitas
pembelajaran, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang
diberikan guru sehingga tercapailah tujuan pembelajaran. Guru berperan
membangun keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menciptakan
keaktifan belajar sehingga siswa menggunakan kemampuannya secara
maksimal. Saat pembelajaran peserta didik aktif secara jasmani dan rohani
dalam rangka memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
Pelaksanaan pendidikan di sekolah melibatkan guru dan siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta untuk berinteraksi satu sama
lainnya. Melibatkan siswa secara maksimal dalam aktvitas pembelajaran dapat
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Guru dituntut untuk
memancing dan merangsang siswanya aktif dalam pembelajaran. Jadi, selama
pembelajaran aktivitas siswa tidak hanya sebatas mendengarkan saja, tetapi
juga mengemukakan pendapat, analisis, menyimpulkan dan menaruh minat
yang tinggi terhadap belajarnya.
-
3
Keaktifan belajar tidak lepas dari kegiatan tanya jawab, baik antara guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain. Siswa yang bertanya
menandakan keaktifan siswa berpikir dan proses berpikir tersebut melatih
keterampilan bertanya sehingga proses pembelajaran efektif dan
menyenangkan. Menumbuhkan keterampilan bertanya pada siswa dapat
menarik partisipasi siswa dalam belajar, menumbuhkan minat dan rasa ingin
tahu terhadap pembelajaran, membangkitkan keaktifan dalam belajar. Sehingga
antara keaktifan belajar dan keterampilan bertanya saling memiliki keterkaitan.
Kenyataan yang terjadi masih terdapat siswa yang merasa kesulitan ketika ingin
mengajukan pertanyaan sehingga yang terjadi pembelajaran menjadi pasif.
Padahal keterampilan bertanya dapat meningkatkan partisipasi siswa secara
penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
membangkitkan rasa ingin tahu menuntun siswa menentukan jawaban dan
memusatkan siswa pada masalah.
Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan
belajar dan keterampilan bertanya siswa, dengan penggunaan media yang dapat
membantu proses pembelajaran. Berhubungan dengan hal tersebut, seiring
berkembangnya zaman terjadi perubahan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bagi kegiatan pendidikan kemajuan informasi dan media komunikasi
tersebut menjadi tantangan dan salah satu dasar pentingnya pendekatan
teknologis dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran. Pentingnya
pendekatan teknologis dalam pengelolaan pendidikan tersebut dimaksudkan
agar dapat membantu proses pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
-
4
Salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah
guru dituntut memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan sistematis terhadap
dengan menerapkan salah satunya yaitu media pembelajaran. Penggunaan
media pembelajaran disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu
aktifitas proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, terutama
membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu kemampuan dasar yang
harus dikuasai guru adalah keterampilan mengembangkan media pembelajaran,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan
media pembelajaran di kelas yang dapat memotivasi belajar siswa. Media
pembelajaran dengan menggunakan salah satu produk teknologi sangat
diperlukan. Media pembelajaran digunakan agar proses belajar mengajar
menjadi lebih berkesan dan bermakna sehingga membantu tercapainya sasaran
dan tujuan pendidikan.
Penyampaian materi pembelajaran kepada siswa agar mudah diterima
dan dipahami oleh siswa dipengaruhi salah satunya dengan pemilihan media
pembelajaran yang tepat. Terkadang siswa kurang menyukai pelajaran IPS
dikarenakan harus menghafal berkaitan dengan materi sejarah. Suasana kelas
cenderung ramai dan keaktifan siswa dalam belajar masih tergolong rendah.
Siswa pasif ketika proses sesi tanya jawab pada proses pembelajaran. Pada saat
observasi dan pra siklus guru mengajar dengan metode ceramah, guru akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, setelah menjelaskan
pelajaran mengenai hal yang belum jelas berkaitan dengan materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru. Pada kenyataannya siswa lebih banyak pasif atau
-
5
diam. Hal ini dikarenakan siswa merasa bosan dengan banyaknya penjelasan
dan bacaan berupa teks.
Oleh karena itu guru mencari cara lain agar materi mudah diterima dan
siswa memahami. Penggunaan metode ceramah membuat siswa terbiasa
mendapatkan penjelasan dan informasi dari guru, kurang berkeinginan
mempelajari secara mendalam karena menganggap informasi yang diberikan
guru sudah cukup. Guru bisa menggunakan media dalam pembelajaran,
biasanya media yang digunakan berupa media gambar. Selain media gambar,
guru bisa menggunakan media yang berbeda seperti media animasi. Media
animasi berupa media gambar tetapi bedanya gambar tersebut dapat bergerak
dan memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap siswa Dengan begitu,
siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Sama halnya ketika siswa melihat
tayangan kartun saat di rumah. Hanya saja media animasi yang disajikan guru
berkaitan dengan materi yang diajarkan. Tidak hanya mendengarkan, siswa juga
dilatihan untuk menyimak tayangan animasi tersebut. Dengan begitu,
merangsang siswa aktif untuk bertanya karena proses pembelajaran
menyenangkan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas yang membuat penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian sebagai berikut: "Upaya Meningkatkan Keaktifan
belajar dan Keterampilan Bertanya Siswa pada Mata Pelajaran IPS Melalui
Media Film Animasi Siswa Kelas Dua SDN Rambutan 02"
-
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan media sebagai sumber belajar dan bahan ajar yang digunakan
masih kurang.
2. Keaktifan belajar dan keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran
IPS masih kurang.
3. Guru lebih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka fokus penelitian ini dibatasi
hanya pada:
1. Keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa kelas III SDN Rambutan 02.
2. Penggunaan media film animasi pada penelitian ini dalam proses pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana upaya meningkatkan
keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran IPS
melalui media film animasi kelas III SDN Rambutan 02?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini dilakukan adalah untuk:
“Untuk memperoleh gambaran tentang upaya peningkatan keaktifan belajar dan
keterampilan bertanya siswa kelas III SDN Rambutan 02 Pagi setelah
-
7
diterapkannya media film animasi pada mata pelajaran IPS dalam proses
pembelajaran”
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan
dapat mendukung teori yang sudah ada dan memberikan manfaat bagi beberapa
pihak.
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang penerapan media film animasi pada pembelajaran
IPS serta meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan bertanya
siswa kelas III SDN Rambutan 02 Pagi.
b. Siswa menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan pengetahuan sosial sehingga hasil belajar meningkat.
c. Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya media
pembelajaran film animasi.
d. Siswa lebih termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap kerjasama
antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dapat memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan dalam bertanya.
-
8
b. Bagi Guru
Sebagai masukan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih media
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan
bertanya siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
d. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru bisa menggunakan hasil penelitian ini pada masa
yang akan datang untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.
-
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teoritik
1. Keaktifan Siswa
a. Pengertian Keaktifan Siswa
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.
Kata keaktifan juga bisa berarti dengan kegiatan dan kesibukan. Yang
dimaksud dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu pendidik
mengajar, harus mengusahakan agar peserta didiknya aktif secara
jasmani maupun rohani. Dalam proses pembelajaran peserta didik
dituntut untuk aktif, penilaian proses pembelajaran terutama melihat
sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses
interaksi antara guru dengan siswa yang didalamnya berisi aktivitas
peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar yang
dialami oleh keduanya. Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu
unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat dalam bekerja atau
berusaha. Kegiatan bekerja dan berusaha dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,
-
10
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.2
Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangatlah berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar. Belajar aktif sangat diperlukan oleh
peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika
peserta didik pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang
telah diberikan. Belajar aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat
informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak, karena salah
satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor
kelemahan pada otak manusia itu sendiri.
“Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya
disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-
kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina,
Konfosius yang mengatakan: Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa
yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham.”3
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang penuh semangat,
hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif
melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap
secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Siswa
belajar secara aktif ketika mereka terlibat secara terus menerus, baik
2 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 98 3 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: PUSTAKA INSAN MADANI, 2008), h. xiv-xv
-
11
mental maupun fisiknya. Pendidik dapat mendorong tumbuhnya
kesenangan-serius dengan memiliki target kualitas hasil belajar yang
tinggi dan mengatur aktivitas kelas yang menyibukan siswa.
Pembelajaran aktif yang menekankan pada “kesenang-serius”
dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian, meningkatkan
kesenangan mereka untuk belajar, dan mengatur suasana agar
pengalaman yang menyenangkan bisa terjadi.4
Dalam kegiatan belajar, Rousseau dalam Sardiman menjelaskan
bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri melalui perkerjaan
yang dilakukan sendiri serta menggunakan fasilitas yang diciptakan
sendiri.5
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa setiap
orang yang ingin belajar harus aktif, karena jika dalam suatu
pembelajaran itu pasif maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan
baik. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memposisikan
dirinya sebagai fasilitator yang tugasnya memberikan kemudahan
belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam
proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arah
4 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. vi-viii 5 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 96.
-
12
dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran.6
Penilaian proses pembelajaran dapat dilihat dari sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa dapat
dilihat ketika siswa berperan dalam pembelajaran seperti aktif dalam
kegiatan bertanya kepada siswa maupun guru, terlibat dalam pemecahan
masalah, melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, dan berusaha
mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.7
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi
dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif
berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau
keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam Sardiman
menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa
ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Salah satu penilaian
proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam
hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
6 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), cet. 6, h. 324. 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012), cet. 17, h. 61.
-
13
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa
dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities),
mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian siswa,
mendengarkan, memecahkan soal (mental activities). Keaktifan siswa
dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun
non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal
sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
b. Macam-macam Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa agar
menjadi aktif. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
Berikut macam-macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai
berikut:
8 Ibid., h. 61.
-
14
1) Visual activities, misalnya membaca, memerhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.9
Keaktifan guru juga sangat berperan dalam proses
pembelajaran. Sebagai perencana kegiatan pembelajaran, guru
diharapkan mampu untuk untuk merencanakan kegiatan pembelajaran
yang efektif agar terciptanya kondisi belajar yang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar secara aktif dan efektif. Untuk itu guru
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar
sebagai dasar merancang kegiatan pembelajaran seperti merumuskan
9 Sardiman, op. cit, h. 101.
-
15
tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan
sebagainya.10
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
keaktifan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau
memberikan motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat
ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan
mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala
kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan
suasana kelas menjadi kondusif.
c. Karakteristik Keaktifan Belajar
Pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan
pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang
dibahas.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi.
10 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhiya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.
5, h. 98
-
16
4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisis dan melakukan evaluasi.11
Peserta didik belajar secara aktif ketika mereka secara terus
menerus terlibat, baik secara mental maupun secara fisik. Pembelajaran
aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat dan efektif.
Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika peserta
didik bersemangat, siap secara mental, dan dapat memahami pengalaman
yang dialami.12
d. Cara Mengukur Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui cara mengukur keaktifan siswa harus dilihat
berdasarkan indikator keaktifan yang harus dicapai siswa yaitu antara:
1) Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
2) Menjawab pertanyaan guru
3) Mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa lain
4) Mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi
5) Membaca materi
6) Memberikan pendapat ketika diskusi
7) Mendengarkan pendapat teman
8) Memberikan tanggapan
9) Berlatih menyelesaikan latihan soal
10) Berani mempresentasikan hasil diskusi
11) Mampu memecahkan masalah
12) Berminat mengikuti pembelajaran
11 Samadhi, TMA Ari. Pembelajaran Aktif. wordpress. 03 2010.
izaskia.files.wordpress.com/2010/03/ makalah-active-learning.doc (diakses 07 01, 2011). 12 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 98
-
17
2. Keterampilan Bertanya
a. Pengertian Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan yang menuntur respons atau jawaban.- Keterampilan
bertanya adalah kegiatan dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan siswa berpikir dan memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak.13
Aktifitas bertanya peserta didik diharapkan dapat membiasakan
diri untuk tampil lebih berani dengan pribadi yang percaya diri
(confidence). Memupuk rasa percaya diri peserta didik butuh sebuah
proses dan situasi yang benar-benar terkondisikan. Dengan aktifitas
bertanya juga peserta didik diberikan ruang untuk berlatih menata
kalimat dalam pertanyaan yang disampaikan.14
Selain itu, pembelajaran akan menjadi membosankan manakala
selama berjam-jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan
pertanyaan. Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu metode
sederhana yang cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir
siswa dan juga kualitas hasil belajar.- Pertanyaan yang diajukan akan
lebih baik jika menggunakan teknik bertanya yang efektif. Tujuan dari
penggunaan teknik bertanya yang efektif adalah untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
13 Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.153. 14 Fauzan, Belajar dan Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada (GP) Press). h. 138
-
18
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk: (1) Menggali informasi tentang kemampuan
siswa dalam penguasaan materi pelajaran, (2) Membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar, (3) Merangsang keingintahuan siswa terhadap
sesuatu, (4) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, (5)
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Maka dari itu, keterampilan bertanya adalah kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan cara mengajukan
pertanyaan yang menuntut respon atau jawaban agar memperoleh
pengetahuan baru.
Pembelajaran akan sangat membosankan apabila guru hanya
menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik
hanya sekedar pertanyaan pancingan atau pertanyaan untuk mengajak
siswa berpikir. Para ahli percaya pertanyaan yang baik, memiliki
dampak positif terhadap siswa, diantaranya:
1) Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu
sendiri pada hakikatnya bertanya.
3) Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.15
15 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), cet. 3, h. 157
-
19
b. Indikator keterampilan bertanya
Menurut Husen dalam penelitiannya ada 6 indikator
keterampilan bertanya siswa, yaitu sebagai berikut:
1) Konten (isi pertanyaan)
2) Performansi non verbal (gerak gerik dalam berbahasa lisan)
3) Suara
4) Pengungkapan verbal atau redaksi kalimat
5) Kategori pertanyaan (tingkatan pertanyaan)
6) Sikap 16
Maka keterampilan bertanya adalah kemampuan siswa dalam
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan
mengungkapkan gagasan serta pikirannya.
c. Tujuan Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat penting karena hampir semua
kegiatan-kegiatan belajar guru maupun siswa saling mengajukan
pertanyaan. Sebab melalui keterampilan bertanya pembelajaran akan
lebih bermakna dibandingkan guru hanya menjelaskan materi tanpa
diselingi pertanyaan. Keterampilan bertanya juga merupakan unsur
dalam suatu proses komunikasi termasuk komunikasi dalam
pembelajaran. Adapun tujuan keterampilan bertanya antara lain:
1) Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
16 Husen, Pengaruh Pembeian Reward Terhadap Kemampuan Bertanya Pada Mata Pelajaran
Geografi Topik Hidrosfer, Skripsi Universitas Gorontalo Fakultas Matematika dan IPA, 2013, hal.
4
-
20
2) Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
3) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan
pelajaran, dulu sering bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga
pertanyaan pikiran.
4) Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul
keinginan untuk mempelajarinya.
5) Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain.17
d. Fungsi Keterampilan Bertanya Dalam Pembelajaran
Fungsi keterampilan bertanya pada siswa dalam pembelajaran
tematik, yaitu:
1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
2) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab
berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
3) Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
4) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas.18
Berdasarkan beberapa poin di atas peneliti menyimpulkan
bahwa fungsi dari keterampilan bertanya dalam pembelajaran tematik
17 Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 161 18 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet. 3, h. 157
-
21
yaitu menjadikan siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga minat, rasa ingin tahu, dan proses berfikir siswa
meningkat dan juga berkembang.
e. Teknik-teknik Keterampilan Bertanya
Sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu teknik-teknik untuk
bertanya sebelum bertanya agar kita paham bagaimana cara bertanya
yang baik. Beberapa saran dalam teknik bertanya atau menerima
jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan dijelaskan berikut ini. Teknik
bertanya menurut antara lain, yaitu:
1) Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan
Menunjukkan cara guru mengekspresikan pertanyaan atau
menjawab pertanyaan menggunakan bahasa yang tidak terkesan
memojokkan siswa, mimik atau wajah yang hangat tidak terkesan
tegang tetapi akrab dan bersahabat, tidak mencibir atau memelototi
siswa.
2) Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
Guru perlu memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan
jawaban yang tepat. Guru harus menghindari untuk menjawab
sendiri pertanyaan yang diajukan. Biarkan siswa mencari, menduga,
dan bereksplorasi untuk menemukan jawaban sesuai dengan
kemampuannya.
-
22
3) Atur lalu lintas bertanya jawab
Guru harus mengatur proses tanya jawab agar siswa tidak bertanya
atau menjawab secara bersama-sama. Setelah pertanyan diberikan
kepada seluruh kelas, aturlah siapa yang pantas memberikan
jawaban dan yang lain menyimak jawaban serta memberikan
komentar.
4) Hindari pertanyaan ganda
Pertanyaan ganda akan membingungkan siswa dan mengganggu
proses berpikir siswa karena tidak fokus terhadap arah pertanyaan
yang diajukan.
f. Jenis-jenis Pertanyaan
Pertanyaan itu banyak jenisnya. Dilihat dari maksudnya,
pertanyaan terdiri dari:
1) Pertanyaan permintaan, (compliance question), pertanyaan yang
mengandung unsur suruhan dengan harapan agar siswa dapat
mematuhi perintah yang diucapkan. Pertanyaan ini tidak
mengharapkan tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi
yang diharapkan adalah tindakan siswa.
2) Pertanyaan retoris (rhetorical question), jenis pertanyaan yang
menghendaki jawaban dari siswa, akan tetapi kita sendiri yang
menjawabnya.
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question),
pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir siswa,
-
23
dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan
jawaban yang lebih tepat dari jawaban sebelumnya.
4) Pertanyaan menggali (probing question), pertanyaan yang
diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah kualitas
dan kuantitas jawaban. Jenis pertanyaan ini sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.19
3. Media Film Animasi
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar” atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.20 Kata tengah berarti berada diantara
dua sisi dan bisa juga disebut sebagai penghubung atau suatu jembatan
yakni suatu hal yang dapat menghubungkan atau menyalurkan sesuatu
hal dari sisi ke sisi lainnya.
Media merupakan alat-alat grafis, photogafis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, atau menyususun kembali informasi
visual atau verbal yang didalamnya mengandung materi pelajaran yang
akan disampaikan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan media
pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk memudahkan informasi dan pesan
19 Wina Sanjaya, Op.cit. h. 158-159 20 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2011), Cet. 5, h. 65.
-
24
(materi pelajaran) tersampaikan dengan baik ke peserta didik, sehingga
peserta didik merasa terbantu dan terstimulus untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Secara umum, media pengajaran memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Ciri fiksatif; Ciri fiksatif menggambarkan kemampuan media dalam
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau objek. Dengan cara ini, media memungkinan
merekam suatu kejadian atau objek pada suatu kejadian tertentu
ditanportasikan tanpa mengenal waktu.
2) Ciri manipulatif; Ciri manipulatif memungkinkan adanya suatu
proses transformasi kejadian atau objek. Misalnya adalah suatu
kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat dijadikan hanya
beberapa menit saja kepada siswa.
3) Ciri distributif; ciri distributif memungkinkan suatu kejadian atau
objek didistribusikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut didistribusikan kepada sejumlah siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.21
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
21 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), Cet. 2, h. 12.
-
25
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.22
Media pembelajaran adalah komponen atau alat yang digunakan
pada proses pembelajaran. Media tersebut digunakan sebagai alat
penyampai pesan pembelajaran dari guru kepada peserta didik. terdapat
berbagai macam media yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Di antaranya media yang melibatkan visual, auditori,
maupun auditori bersamaan dengan visual. Media yang melibakan
auditori peserta didik misalnya radio, media yang melibatkan peran
visual misalnya gambar, dan media yang melibatkan audio serta visual
misalnya film animasi.
Salah satu bentuk media yang dapat digunakan untuk
menunjang keefektifan pembelajaran adalah media film. Film atau
gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame
demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan
cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu.23
b. Fungsi dan Manfaat Media
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
tentu saja berdampak baik bagi siswa, karena dapat membangkitkan
minat dan memberikan stimulus lebih pada kegiatan belajar. Selain itu,
22 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press)
h. 47 23 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), h. 49.
-
26
bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, dan metode mengajar
menjadi lebih bervariasi.
Belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat
kompleks dan tidak terlihat. Maka dari itu media memiliki andil untuk
menjelaskan hal- hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang
tersembunyi. Ketidakjelasan dan kerumitan bahan ajar dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Media harus dapat memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan memberikan kebutuhan perorangan siswa
mengingat banyak sekali fungsi dan manfaat media pembelajaran.
Diantaranya, manfaat media menurut Nana adalah (1) pengajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar., (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami maknanya oleh para siswa, dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik., (3) metode mengajar akan
lebih bervariasi dan; (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
sebab tidak hanya menguraikan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dll.24
Dari berbagai uraian yang dikemukakan oleh ahli diatas,
disimpulkan beberapa fungsi dan manfaat dari penggunaan media
pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu media dapat
memperjelas pesan yang disampaikan baik pesan konkret maupun
24 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Op. cit, h. 66
-
27
abstrak karena teratasinya keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
sehingga media mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar
siswa serta memberikan kesamaan pengalaman belajar antar siswa yang
bersangkutan.
c. Pemilihan Media
Ketepatan pemilihan media tentu saja sangat penting karena
setiap media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pemilihan media yang sesuai akan berdampak positif terhadap proses
belajar mengajar, tapi jika media yang dipilih adalah media yang tidak
sesuai, bisa jadi media tersebut malah menjadi penghalang terjadinya
proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan
prioritas pengadaan media pembelajaran diantaranya adalah adanya
relevansi pengadaan media pendidikan edukatif, adanya kelayakan
pengadaan media, dan adanya kemudahan dalam pengadaan media yang
bersangkutan.25
Berdasarkan ketiga faktor diatas, maka dalam memberikan
prioritas pengadaan media pendidikan perlu diadakan pengukuran untuk
ketiga faktor tersebut sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan di
sekolah.
Selain faktor diatas disebutkan dalam Hamalik, ada dua
pendekatan yang bisa dilakukan dalam usaha memilih media, yakni:
25 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 238.
-
28
1) Dengan cara memilih media yang telah tersedia di pasaran yang
dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
2) Memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan,
khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan
secara khusus dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.26
Prinsip-prinsip pemilihan media diatas dimaksudkan agar media
pembelajaran yang digunakan dapat sesuai sasaran sehingga benar
membantu proses belajar dan mengajar dikelas, mengingat bahwa setiap
media memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Walaupun terdiri dari banyak prinsip, diharapkan guru dapat
membandingkan dan bijak dalam menentukan media yang akan
digunakan. Sehingga, guru dapat memperkecil celah kelemahan dari
media yang bersangkutan.
d. Film Animasi
Film merupakan serangkaian gambar-gambar di dalam frame.
Setiap frame diluncurkan dengan cepat dan bergantian sehingga seolah-
oleh terlihat hidup dan bergerak dan memberikan visualisasi yang
kontinue.27 Film merupakan media yang amat besar kemampuannya
dalam membantu proses belajar mengajar, mengingat bahwa film
mengandung suara dan gambar sekaligus.
26 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet 5, h. 202. 27 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 64.
-
29
Media film sangat mempunyai kemungkinan untuk memacu dan
memberi stimulant pada daya apresiasi anak didik. Kisah-kisah yang
ditampilkan melalui film dapat membantu anak memahami dan
merespon kehidupan sekitarnya. Media film disajikan sebagai media
pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai dengan tema
dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan mudah
memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton.
e. Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Film Animasi
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi
yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memudahkan informasi
dan pesan (materi pelajaran) tersampaikan dengan baik ke peserta
didik, sehingga peserta didik merasa terbantu dan terstimulus untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Salah satu bentuk media yang dapat digunakan untuk
menunjang keefektifan pembelajaran adalah media film. Film atau
gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film
bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual
yang kontinu.28
28 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), h. 49.
-
30
Media film sangat mempunyai kemungkinan untuk memacu
dan memberi stimulant pada daya apresiasi anak didik. Kisah-kisah
yang ditampilkan melalui film dapat membantu anak memahami
dan merespon kehidupan sekitarnya. Media film disajikan sebagai
media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai
dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak
didik akan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film
yang ditonton.
2) Kelebihan Dan Kekurangan Media Film Animasi
Selain karakteristik media film yang diatas, Arsyad juga
menjabarkan beberapa kelebihan dan kelemahan media film,
diantaranya:29
a) Melengkapi pengalaman dasar siswa ketika mereka membaca,
berdiskusi, dan berpraktik. Misal, penglaman menyaksikan
cara kerja denyut jantung.
b) Menggambarkan suatu proses dan dapat disaksikan berulang-
ulang.
c) Meningkatkan motivasi dan segi afektif lain.
d) Film dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam
kelompok siswa.
e) Dapat menyajikan peristiwa berbahaya yang jika dilihat secara
langsung.
29 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), h. 49.
-
31
f) Bisa digunakan untuk kelompok besar maupun kelompok kecil.
g) Dengan kemampuan dan tekniknya, film yang dalam kecepatan
normal membutuhkan waktu seminggu dapat dilihat dengan
beberapa menit saja. Misal, proses mekarnya bunga.
Di samping kelebihannya, Arsyad juga menjabarkan
beberapa kelemahan media film, diantaranya:
a) Umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.
b) Pada waktu film dipertunjukkan dan gambar bergerak terus-
menerus, tidak semua siswa dapat mengikuti informasi yang
ingin disampaikan tersebut.
c) Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan, kecuali film tersebut memang
dirancang khusus untuk media belajar.
Film juga sangat mempunyai kemungkinan untuk memacu
dan memberi stimulan pada daya apresiasi anak. Kisah-kisah yang
ditampilkan melalui film dapat membantu anak memahami dan
merespon kehidupan sekitarnya. Selain itu, media film juga
memberikan hiburan tersendiri bagi anak didik sehingga mereka
merasa tidak bosan saat mengikuti sesi pembelajaran tersebut,
namun mereka akan mendapatkan pesan yang diajarkan dari media
film ini.
Dengan begitu, berarti media film animasi adalah suatu alat
bantu pengajaran yang dapat memudahkan terbantunya siswa
-
32
menerima pesan yang disampaikan. Terutama, karena media film
animasi memiliki beberapa kelebihan dalam merekam suatu prosses
juga memiliki nilai hiburan tersendiri bagi peserta didik.
3) Karakteristik Media Film Animasi
Manfaat dan karakteristik lain, menurut Munadhi dapat dilihat di
tabel berikut:30
Tabel 2.1 Karakteristik Media Film
Kelebihan Kelemahan
❖ Mengatasi keterbatasan jarak
dan waktu;
❖ Film dapat diulangi bila perlu,
untuk menambah kejelasan;
❖ Pesan yang disampaikan cepat
dan mudah diterima;
❖ Mengembangkan imajinasi
peserta didik;
❖ Memperjelas hal-hal yang
abstrak dan menggambarkan
gambaran yang lebih realistis;
❖ Menumbuhkan minat dan
motivasi belajar;
❖ Terlalu menekankan
pentingnya materi
ketimbang proses
pengembangan materi;
❖ Penggunaan film dianggap
menggunakan biaya yang
tinggi;
Kemampuan media film dalam mengatasi keterbatasan jarak
dan waktu maksudnya adalah film mampu mendatangkan suatu
peristiwa yang terjadi di lokasi yang jauh atau berbeda dari lokasi yang
kita diami. Film juga mampu memanipulasi suatu peristiwa yang
dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu menjadi satu
atau dua menit. Media film dapat juga dapat diulangi jika perlu.
30 Tim Pustaka Familia, Warna Warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya, (Yogyakarta: Kansius, 2010), cet. Ke-5, h. 182.
-
33
Terutama pada proses yang menggambarkan suatu langkah atau urutan
peristiwa yang harus diingat, misal proses fotosintesis.
4) Penerapan Media Film Animasi Dalam Pembelajaran
Pemanfaatan film dalam proses pembelajaran hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b) untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran
c) Sesudah film dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi yang juga
perlu dipersiapkan sebelumnya. Disini siswa melatih diri untuk
mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab
pertanyaan
d) Adakalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk
memperhatikan aspek-aspek tertentu
e) Agar siswa tidak memandang film sebagai media hiburan
belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan
bagian-bagian tertentu
f) Sesudah itu dapat di test berapa banyakkah yang dapat mereka
tangkap dari film itu31
Dalam konteks pemanfaatannya di dalam kelas, kehadiran
media pembelajaran dimaksudkan untuk menunjang tercapainya
tujuan tertentu. Oleh karena itu guru hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan media ke dalam rencana
31 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press) h. 119-120
-
34
pembelajaran meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang
tersedia. Dan beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
pemenfaatan media pembelajaran di kelas, yaitu:
a) persiapan guru: pada langkah ini guru menetapkan tujuan yang
akan dicapai melalui media pembelajaran sehubungan dengan
pelajaran (materi) yang akan dijelaskan berikut degan strategi-
strategi penyampaiannya
b) persiapan kelas: pada langkah ini bukan hanya menyiapkan
perlengkapan, tetapi juga mempersiapkan siswa dari sisi tugas,
misalnya agar dapat mengikuti, mencatat, menganalisis,
mengeritik, dan lain-lain
c) penyajian: penyajian media pembelajaran sesuai dengan
karakteristiknya
d) langkah lanjutan dan aplikasi: sesudah penyajian perlu ada
kegiatan belajar sebagai tindak lanjutnya, misalnya diskusi,
laporan dan tugas lain.32
4. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran
yang merupakan gabungan dari berbagai ilmu-ilmu social seperti
antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, ilmu politik, psikologi,
sosiologi, dan sebagainya. Seorang ahli juga mengatakan bahwa:
32 Ibid, h. 208
-
35
“Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi
yang identik dengan istilah Sosial Studies dalam kurikulum
persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti
Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal sosial
studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para
ahli atau pakar kita di Indonesia”.33
Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar fenomena serta
realitas sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari
aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Pelajaran IPS di MI/SD
mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk
subjek didik menjadi warga negara yang baik.34
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu-isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,
bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.35
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat yang memiliki
karakteristik dalam proses pembelajarannya. Karakteristik IPS dapat dilihat
33 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 3. 34 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2014),h. 7 35 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 51.
-
36
dari aspek tujuan, aspek ruang lingkup materi, dan aspek pendekatan
pembelajaran. Karakteristik pembelajaran IPS antara lain sebagai berikut:
1) Mengaitkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya
2) Penelaahan pembelajaran IPS bersifat bersifat komprehensif
3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri
4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai displin ilmu-ilmu sosial
dan lainnya dengan kehidupan nyata dimasyarakat berupa
pengalaman,permasalahan, serta memproyeksikannya di kehidupan
nyata
5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan social
6) IPS menghayati hal-hal seperti hubungan antar manusia yang
bersifat manusiawi
7) Pembelajaran tidak mengutamakan pengetahuan semata
8) Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan
prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar), dan pendekatan yang
menjad ciri IPS itu sendiri36
Maka karakteristik pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang
menelaah, mempelajari dan menganalisis masalah-masalah sosial
terutama masalah soaial yang ada di masyarakat dan ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu guna bekal kehidupan di masa
depan.
36 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 8
-
37
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran
bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Menurut Chapin
dan Messik tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan kedalam
enam komponen, yaitu:
1) Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, hingga yang akan datang.
2) Mengembangkan keterampilan untuk mencari serta mengolah
informasi.
3) Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam
kehidupan sosial.
5) Ditujukan untuk pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir,
kemampuan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan
kebiasaan.
6) Siswa agar mampu memahami hal yang bersifat konkret serta
realistis dalam kehidupan sosial.37
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS untuk mendidik dan
memberi kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta
37 Susanto, loc. cit
-
38
berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.38
Secara umum tujuan pendidikan IPS pada tingkat SD adalah
untuk membekali siswa dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun
tujuan khusus pendidikan IPS di MI/SD adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.
2) Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat.
3) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat dan berbagai keilmuan
seta bidang keahlian.
4) Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan.
5) Mampu mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan,
dan teknologi.39
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Gustinawati dengan judul Pengaruh
Media Film Animasi Terhadap Pemahaman Konsep Siswa.
Itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media film animasi
terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh.
38 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. 3, h. 15.
39 Susanto, loc. Cit.
-
39
Hal ini ditunjukkan oleh uji statistik menggunakan uji-t yakni thitung (2,57)
> ttabel (2,00), pada taraf signifikan yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Pengaruh perlakuan juga dapat dilihat dari rata-rata nilai pottest antar
kelompok yakni, kelompok eksperimen sebesar 71,35 dan kelompok
kontrol sebesar 66,00. Selain itu, pengaruh dari perlakuan juga ditunjukkan
oleh rata-rata N-Gain untuk kelompok eksperimen 0,47 dan kelompok
kontrol 0,38.40
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan terhadap
pemahaman konsep siswa menggunakan media film animasi, sedangkan
penelitian yang saya lakukan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan
keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran IPS melalui media film
animasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Farhan dengan judul Pengaruh
Media Film Animasi Terhadap Hasil Belajar Fiqh Pada Siswa Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Al-Husna.
Itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqh mengenai materi shalat,
siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 81,20. Sedangkan kelas
kontrol sebesar 72,45. Hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqh materi
shalat, yang diajarkan dengan menggunakan media film animasi lebih
tinggi secara signifikan dari pada rata-rata hasil belajar siswa pada
40 Ana Gustinawati, “Pengaruh Media Film Animasi Terhadap Pemahaman Konsep Siswa”, skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
-
40
pembelajaran fiqh materi shalat, yang diajarkan tanpa media film animasi.
Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thitung sebesar 2,13
dan ttabel sebesar 1,68. Dengan demikian, penggunaan media film animasi
memberikan pengaruh nyata .41
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan terhadap hasil
belajar Fiqh pada siswa menggunakan media film animasi, sedangkan
penelitian yang saya lakukan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan
keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran IPS melalui media film
animasi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Puguh Apria Rantau dengan judul
Pengaruh Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan
Narasi Siswa Kelas VIII Mts Hidayatul Umam Cinere Depok Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Itu menunjukkan bahwa hasil posttest menulis karangan narasi siswa
lebih baik dibandingkan dengan hasil pretestnya. Hasil ditunjukkan dari
nilai rata-rata pretest sebesar 55,85. Setelah diberikan perlakuan dengan
media film animasi nilai rata-rata posttest mengalami peningkatan menjadi
80,38. Berdasarkan hasil uji T antara data pretest dan posttest terlihat
bahwa nilai probabilitas pada signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Jika nilai
probabilitas hasil uji T (ρ) < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, jika
0,000 > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima. Maka dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Bunyi dari H1 yaitu terdapat pengaruh media film
41 Ahmad Farhan, “Pengaruh Media Film Animasi Terhadap Pemahaman Konsep Siswa”, skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
-
41
animasi terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VIII
Mts Hidayatul Umam Cinere Depok. Berdasarkan hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa media film animasi memiliki pengaruh terhadap
menulis karangan narasi siswa kelas VIII Mts Hidayatul Umam Cinere
Depok.42
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan terhadap
keterampilan menulis karangan narasi siswa menggunakan media film
animasi, sedangkan penelitian yang saya lakukan untuk meningkatkan
keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran IPS
melalui media film animasi.
Dari hasil ketiga penelitian relevan di atas terdapat kesamaan dalam
penerapan media penelitiannya, yaitu sama-sama menggunakan media film
animasi. Dan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian di atas yakni pada objek dan fokus penelitian. Dalam
penelitian ini membahas mengenai penggunaan media film animasi untuk
meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa pada mata
pelajaran IPS pada siswa kelas III SDN Rambutan 02 Pagi sedangkan
ketiga penelitian di atas fokus pada pengaruh media film animasi terhadap
pemahaman konsep, hasil belajar dan keterampilan menulis.
42 Puguh Apria Rantau, “Pengaruh Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Mts Hidayatul Umam Cinere Depok Tahun Pelajaran
2014/2015”, skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
-
42
C. Kerangka Berpikir
Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi demikian pesat
sehingga berpengaruh pada munculnya berbagai jenis kegiatan berbasis pada
teknologi terutama teknologi yang dimanfaatkan dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan. Teknologi dapat membantu mencapai sasaran dan tujuan
pendidikan sehingga proses belajar mengajar akan lebih berkesan dan
bermakna.
Seorang guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswanya
memerlukan alat bantu pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran dan terkuasainya materi yang diajarkan.
Kurangnya minat siswa pada saat pembelajaran disebabkan kurang
menariknya media belajar dan guru terbiasa menjelaskan materi pelajaran.
Maka dari itu, penggunaan media yang tepat dalam menyampaikan materi
pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan tercapai
atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Salah satu media yang dapat
digunakan adalah media film animasi, hal itu disebabkan karena media film
animasi memberikan jembatan visual bagi siswa serta dapat diulang jika perlu,
menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Kehadiran media film animasi dalam pembelajaran IPS sangat
mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Film
animasi juga diketahui dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan
berpikir siswa, hal itu disebabkan film animasi memiliki pengaruh positif
terhadap motivasi belajar. Dengan media film animasi pada penelitian tindakan
-
43
kelas dapat meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa
pada mata pelajaran IPS.
Maka faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar adalah
penguasaan guru terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan,
pengelolaan kelas yang baik serta pemilihan media pembelajaran. Dengan
demikian guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menumbuhkan siswa aktif serta kreatif untuk bertanya. Agar teori belajar yang
dikuasai guru dapat diterapkan pada siswa, guru harus memilih media belajar
mengajar yang tepat.
Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian
sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian
ini perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Penggunaan media pembelajaran film animasi akan melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran secara aktif.
2. Adanya keterkaitan antara penggunaan media pembelajaran film animasi
dengan peningkatan keaktifan dan keterampilan bertanya siswa.
-
44
Skema Kerangka Berpikir Peningkatan
Keaktifan Belajar dan Keterampilan Bertanya
D.
Skema Media Pembelajaran Film Animasi untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar dan Keterampilan Bertanya Pada Pembelajaran IPS
D. Hipotesis Penelitian
1. Media film animasi terhadap mata pelajaran IPS dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
2. Media film animasi terhadap mata pelajaran IPS dapat meningkatkan
keterampilan bertanya siswa.
Dalam pembelajaran IPS guru belum menerapkan
media film animasi:
1. Keaktifan belajar dan keterampilan bertanya
masih kurang
2. Penggunaan media pembelajaran masih kurang
Bagaimana meningkatkan
keaktifan belajar dan
keterampilan bertanya
dalam pembeajaran IPS?
Kondisi Awal
Kondisi Awal
Kondisi Awal
Menggunakan media film animasi dalam
pembelajaran IPS
Siklus 1 Menerapkan media film animasi & diskusi kelompok dalam pembelajaran IPS
Media film animasi dalam pembelajaran IPS:
Meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan
bertanya siswa
Siklus 2 Mengerjakan LKS dengan menerapkan media film animasi dan diskusi kelompok dalam pem-belajaran IPS
-
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rambutan 02 yang beralamat di Jl.
Tanah Merdeka, Rt. 10 Rw. 04, Rambutan, Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 13750. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2018/2019, yaitu pada bulan September 2018 sampai dengan
bulan April 2019.
No Kegiatan Bulan
Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Pengajuan judul
proposal skripsi. ✓
2 Observasi sekolah serta
wawancara guru kelas
dan siswa.
✓
3 Pembuatan proposal
skripsi.
✓
4 Seminar proposal. ✓
5 Bimbingan skripsi. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
6 Kegiatan penelitian. ✓ ✓
7 Pengolahan dan analisis
data.
✓
8 Penyusunan hasil
penelitian.
✓
9 Uji hasil penelitian. ✓
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research), yakni penelitian yang dilakukan pendidik
dalam kelasnya sendiri guna memperbaiki kualitas pembelajaran.45
Penelitian
-
46
yang dilakukan di kelas bertujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu
praktek pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini, peneliti akan
menerapkan media film animasi sebagai stimulus agar dapat meningkatkan
keaktifan belajar dan keterampilan bertanya siswa, khususnya pada mata
pelajaran IPS.
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri
yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan untuk membantu seseorang dalam
mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan
untuk membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama. Penelitian
tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan,
mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara
kolaboratif dan partisip yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu proses pembelajaran di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas harus dilakukan di kelas yang tetap yang kita
ajarkan sehari-harinya karena penelitian tindakan kelas merupakan suatu
penelitian yang berbasis pada kelas. Walaupun penelitian dapat dilakukan secara
mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik
dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen, dan pihak
lainnya yang relevan dengan penelitian tindakan kelas.
“Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data
yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat
deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam
pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti
-
47
diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau
efek dari suatu tindakan.”47
Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kurt Lewin. Model penelitian ini pada intinya merupakan satu paket kegiatan
yang terdiri dari empat tahapan utama, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap menyusun rancangan peneliti menentukan titik fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
membuat beberapa instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,
lembar soal, catatan lapangan, lembar wawancara, dan dokumentasi.
2. Pelaksanaan/Tindakan (Acting);
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan yang telah
dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.
3. Pengamatan (Observing);
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan agar diperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada
siklus berikutnya.
4. Refleksi (Reflecting).48
Hasil yang didapat dari pengamatan, dikumpulkan dan dianalisa
bersama-sama oleh peneliti dan guru sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan.
-
48
Siklus I Siklus II
Bagan 3.1
Rancangan Siklus Penelitian Model Kurt Lewin
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
III SDN Rambutan 02 Pagi tahun pelajaran 2018/2019. Pihak yang terkait
dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru kelas sebagai pengawas dan
pengamat.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas