G3P2A0, Hamil 39-40 Minggu, PK 1 Fase Laten Dengan CPD Ec Makrosomia
-
Upload
rizasoraya -
Category
Documents
-
view
422 -
download
2
Transcript of G3P2A0, Hamil 39-40 Minggu, PK 1 Fase Laten Dengan CPD Ec Makrosomia
G3P2A0, HAMIL 39-40 MINGGU DENGAN PK 1 FASE LATEN
DENGAN CPD ET CAUSA MAKROSOMIA
Disusun Oleh :
Riza Soraya
030.06.223
Pembimbing :
Dr. Eddi Junaedi, Sp. O.G.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD Budi Asih
Periode 21 November 2011 – 28 Januari 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul G3P2A0, hamil 39-40 minggu dengan PK
1 fase laten dengan CPD et causa makrosomia.
Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Eddi
Junaedi, Sp. O. G. selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini, serta semua khalayak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penulis selama mengikuti kepaniteraan
Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode 21
November 2011 – 28 Januari 2012.
Penulis menyadari bahwa dalam pengumpulan data dan penulisan makalah ini masih dapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 16 Januari 2012
Penulis
2 | P a g e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I STATUS PASIEN ....................................................................................
BAB II ANALISIS KASUS.....................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
3 | P a g e
BAB 1
STATUS PASIEN
IDENTITAS
NAMA : Ny. E
UMUR : 33 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
TTL : Bogor, 3 Februari 1978
PEKERJAAN : Ibu rumah tangga
AGAMA : Islam
PENDIDIKAN : Tamat SMA
ALAMAT : Kampung Makassar RT 14 RW 02 no.39 Kel. Makassar Kec. Makassar
NOMOR R.M. : 79.13.51
TANGGAL MASUK RS : 28 Desember 2011
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada pasien pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 14.00 WIB di ruang VK RSUD Budhi Asih.
Keluhan utama : Perut mulas sejak 15 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Keluhan tambahan : (-)
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan perut mulas sejak 15 jam yang lalu. Mulas yang dirasakan semakin lama semakin sering, ± 3 menit sekali dengan durasi yang cukup lama. Pasien menyangkal adanya cairan, lendir, ataupun darah yang keluar dari lubang kemaluannya. Pasien mengakui adanya perubahan pola makan yang dialaminya. Nafsu makannya bertambah jauh melebihi sebelum hamil, dimana dalam sehari frekuensi makan berkisar 4-6 kali dengan porsi yang lebih banyak dari sebelum hamil (dapat mencapai 2x porsi sebelum hamil). Pasien juga menambahkan bahwa selama hamil, pasien sering mengidam makanan manis. Gerakan bayi dirasakan aktif. Pasien mengaku tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan puskesmas ataupun di rumah sakit dan tidak pernah menjalani pemeriksaan dengan ultrasonografi.
4 | P a g e
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung, asma, dan batuk-batuk lama.
Riwayat operasi:
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung, dan asma.
Riwayat menstruasi dan ginekologi:
Haid pertama : Umur 13 tahun
Siklus haid : Teratur tiap bulannya, 30 hari
Durasi haid : 5-7 hari
Volume haid : ± 120 cc / hari
Dismenore : Tidak pernah
HPHT : 25 Maret 2011
Riwayat keputihan : Jarang
Riwayat obstetri:
No. Kehamilan dan Persalinan Usia Saat Ini
1. Perempuan, aterm,lahir spontan oleh bidan, BBL 2800 gram. 12 tahun
2. Laki-laki, aterm ,lahir spontan oleh bidan, BBL 3300 gram. 8 tahun
3. INI -
Riwayat Keluarga Berencana:
Pasien tidak pernah menjalani program Keluarga Berencana.
Riwayat pemeliharaan prenatal:
Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilannya di bidan puskesmas maupun di rumah sakit selama kehamilan. Tidak mendapatkan TT. Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan, riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal, riwayat trauma selama kehamilan disangkal, dan riwayat minum obat tanpa resep dokter dan minum jamu disangkal.
Riwayat kebiasaan:
5 | P a g e
Pasien mengaku tidak pernah merokok, minum alkohol, ataupun mengonsumsi obat ataupun jamu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD: 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR: 20 x/m
S : 36°C
Kepala : Normocephaly
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok, dan tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Sekret -/-, serumen +/+ (min), nyeri tarik -/-, dan nyeri tekan mastoid -/-
Hidung : Sekret -/-, septum deviasi (-), dan mukosa hiperemis -/-
Tenggorokan : Faring hiperemis (-) dan tonsil T1-T1 tenang
KGB : Tidak teraba adanya pembesaran
Kelenjar tiroid : Tidak teraba adanya pembesaran
Thorax : Mammae simetris, membesar, hiperemis (-), nyeri (-), dan bentuk puting normal
Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, Gallop (-), dan murmur (-)
Paru: Suara napas vesikuler kanan dan kiri, ronchi -/-, dan wheezing -/-
Abdomen : Buncit dan bising usus (+) 3 x/m
Ekstremitas : Akral hangat, tampak udema pitting pada ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Inspeksi : Abdomen membuncit dan striae gravidarum (+)
Palpasi :
6 | P a g e
- Leopold 1: Tinggi fundus uteri 44 cm, teraba bagian besar, lunak, dan tidak melenting di kiri atas
- Leopold 2: Teraba bagian keras yang memanjang seperti papan di kiri abdomen dan teraba bagian-bagian kecil di kanan abdomen
- Leopold 3: Teraba bagian keras, bulat, dan melenting- Leopold 4: Membentuk sudut konvergen- Taksiran berat janin : (44-12) x 155 = 4960 gram- His: (+) 2 x 10’ x 20’’
Auskultasi : Denyut jantung janin 127-130 x/m
Genitalia : Perdarahan per vaginam (-), udema (-), dan varises (-)
Periksa dalam: Tes lakmus (-), portio lunak, pembukaan 1 jari sempit, bagian terendah janin setinggi Hodge 1, lendir (-), darah (-), dan ketuban (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 29 Desember 2011 jam 10.22 WIB.
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normalHEMATOLOGI RUTINLeukositHemoglobinHematokritTrombosit
KIMIA DARAHGLUKOSAGlukosa sewaktu
FUNGSI HATISGOTSGPT
FUNGSI GINJALUreumCreatinine
HEPATITIS MARKERHbsAg
URIN LENGKAPWarnaKejernihanGlukosaBilirubinKetonBerat jenis
8.512.337210
101
289
140.9
Non reaktif
KuningAgak keruhNegatifNegatifNegatif1015
ribu/ulgr/dL%ribu/ul
mg/dL
U/lU/l
mg/dLmg/dL
5-1012-1437-45150-400
<180
<32<24
10-400.5-1.5
Non reaktif
JernihNegatifNegatifNegatif1000-1050
7 | P a g e
pHAlbuminUrobilinogenNitritDarah samarEserase leukosit
SEDIMENLeukositEritrositEpitelSilinderKristalBakteriJamur
7Negatif1Negatif(+1)(+1)
5-71-3PositifNegatifNegatifNegatifNegatif
UE/dL
/LPB/LPB
/LPK
5-8.5Negatif0.1-1NegatifNegatifNegatif
1-5<1PositifNegatifNegatifNegatifNegatif
USG
Pasien belum dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi.
RESUME
Pasien Ny.E, perempuan, umur 33 tahun, datang dengan perut mulas sejak 15 jam SMRS. Mulas yang dirasakan semakin sering, ± 3 menit sekali dengan durasi yang cukup lama. Tidak ada cairan, lendir, ataupun darah yang keluar dari lubang kemaluan. Pasien mengakui adanya perubahan pola makan yang dialaminya. Nafsu makannya bertambah jauh melebihi sebelum hamil, dimana dalam sehari frekuensi makan berkisar 4-6 kali dengan porsi yang lebih banyak dari sebelum hamil (dapat mencapai 2x porsi sebelum hamil). Pasien juga menambahkan bahwa selama hamil, pasien sering mengidam makanan manis. Gerakan bayi dirasakan aktif. Pasien mengaku tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan puskesmas ataupun di rumah sakit dan tidak pernah menjalani pemeriksaan dengan ultrasonografi. Pasien menyangkal menderita penyajit darah tinggi, kencing manis, jantung, dan asma. Hari pertama haid terakhir pasien adalah 25 Maret 2011. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit ringan dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 84 x/m, suhu 36°C, dan pernapasan 20 x/m. Pada Leopold 1 didapatkan tinggi fundus uteri 44 cm, teraba bagian besar, lunak, dan tidak melenting di kiri atas. Pada Leopold 2 didapatkan bagian keras yang memanjang seperti papan di kiri abdomen dan teraba bagian-bagian kecil di kanan abdomen. Pada leopold 3 didapatkan bagian keras, bulat, dan melenting. Pada leopold 4 didapatkan sudut konvergen. Berdasarkan tinggi fundus uteri, taksiran berat janin adalah 4960 gram dan denyut jantung janin 127-130 x/m. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan porsio lunak, pembukaan 1 jari sempit, bagian terendah janin setinggi Hodge 1, dan ketuban (+). Hasil laboratorium masih dalam batas normal.
DIAGNOSIS
8 | P a g e
Diagnosis kerja ibu: G3P2A0, hamil 39-40 minggu dengan PK 1 fase laten dengan CPD et causa makrosomia.
Diagnosis kerja janin:Janin tunggal, hidup, intrauterin, dan presentasi kepala.
PENATALAKSANAAN
1. Terminasi kehamilan dengan seksio ceasarea2. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital3. Terapi oral: Coamoxyclave 3x1
Clindamycin 3x1
Becom. C 2x1
Asam mefenamat 2x1
PROGNOSIS
Prognosis ibu:Ad vitam : Ad bonamAd fungsionam : Ad bonamAd sanasionam : Dubia ad bonam
9 | P a g e
BAB 2
ANALISIS KASUS
Diagnosis kerja:
G3P2A0, hamil 39-40 minggu dengan PK 1 fase laten dengan CPD et causa makrosomia.
Anamnesis:
Pasien datang dengan keluhan perut mulas sejak 15 jam yang lalu. Mulas yang dirasakan semakin lama semakin sering, ± 3 menit sekali dengan durasi yang cukup lama. Pasien menyangkal adanya cairan, lendir, ataupun darah yang keluar dari lubang kemaluannya. Pasien mengakui adanya perubahan pola makan yang dialaminya. Nafsu makannya bertambah jauh melebihi sebelum hamil, dimana dalam sehari frekuensi makan berkisar 4-6 kali dengan porsi yang lebih banyak dari sebelum hamil. Dari anamnesis ini kita tahu bahwa frekuensi dan pola makan pasien meningkat. Frekuensi dan pola makan yang tinggi bisa menjadi etiologi dari makrosomia.
Pemeriksaan fisik:
Leopold 1 didapatkan tinggi fundus uteri 44 cm, teraba bagian besar, lunak, dan tidak melenting di kiri atas. Leopold 2 didapatkan bagian keras yang memanjang seperti papan di kiri abdomen dan teraba bagian-bagian kecil di kanan abdomen. Leopold 3 didapatkan bagian keras, bulat, dan melenting. Leopold 4 didapatkan sudut konvergen. Dari pemeriksaan ini diketahui bahwa tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, dimana tinggi fundus uteri 44 cm sedangkan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir (25 Maret 2011) adalah 39-40 minggu. Selain itu, kepala yang masih konvergen juga menunjukkan bahwa kepala belum masuk PAP. Berdasarkan tinggi fundus uteri, taksiran berat janin 4960 gram. Denyut jantung janin 127-130 x/m.
Pada pemeriksaan dalam, didapatkan tes lakmus (-), porsio lunak, pembukaan 1 jari sempit, bagian terendah janin setinggi Hodge 1, lendir (-), darah (-), dan ketuban (+). Dari pemeriksaan ini diketahui bahwa belum ada pembukaan lengkap dan kepala janin masih di Hodge 1, belum turun. Kemungkinan terdapat CPD pada pintu tengah panggul.
Penatalaksanaan:
Disarankan seksio ceasarea segera karena persalinan lama akibat CPD dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortilitas, baik ibu maupun janin.
10 | P a g e
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Makrosomia adalah kata yang digunakan, secara agak kurang tepat untuk menjelaskan janin – neonatus yang sangat besar. Terdapat kesepakatan umum di antara para ahli obstetrik bahwa neonatus yang beratnya kurang dari 4000 gram tidak dianggap terlalu besar; tetapi konsensus serupa tentang definisi pasti makrosomia belum tercapai.
DEFENISI MAKROSOMIA
Untuk pemakaian klinis umum terdapat beberapa defenisi makrosomia. Dua defenisi yang sering digunakan didasarkan pada distribusi matematis berat badan lahir lahir. Berat badan lahir yang melebihi persentil ke-90 untuk minggu gestasional tertentu digunakan sebagai satu ambang untuk makrosomia. Di pihak lain, berat lahir dua simpang baku di atas rerata (persentil ke-97) juga digunakan untuk mendefenisikan pertumbuhan janin yang berlebihan. Sebagai contoh, ambang berat badan lahir pada 39 minggu adalah sekitar 4500 gram (persentil ke-97) dan bukan 4000 gram (persentil ke-90). Berat badan lahir absolut yang melebihi suatu ambang spesifik yang digunakan untuk mendefenisikan makrosomia. Sebagai contoh berat yang melebihi 4000 gram sering digunakan sebagai ambang. Pendapat lain menyebutkan 4250 gram atau bahkan 4500 gram. American College of Obstetricians and Gynecologysts (1991) menyimpulkan bahwa kata “makrosomia” tepat digunakan pada janin yang saat lahir memiliki berat 4500 gram atau lebih.
FAKTOR RISIKO
Pada wanita yang melahirkan bayi makrosomik, faktor ibu hanya teridentifikasi 40%. Insidensi diabetes pada ibu meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan lahir melebihi 4000 gram. Di antara janin makrosomik dari wanita pengidap diabetes, terdapat peningkatan lingkar bahu yang konsekuensinya adalah peningkatan risiko distosia bahu pada pada pelahiran per vaginam.
11 | P a g e
Terdapat beberapa faktor lain yang juga meningkatkan kemungkinan bayi besar, antara lain:
1. Ukuran orang tua besar (terutama obesitas pada ibu)2. Multiparitas3. Gestasi lama4. Usia ibu5. Janin laki-laki6. Bayi sebelumnya memiliki berat lebih dari 4000 gram7. Ras dan etnik
Jika wanita hamil memiliki berat lebih dari 150 kg, janinnya memiliki risiko 30% mengalami makrosomia.
ETIOLOGI
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi makrosomik, di antaranya:
1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikosteroid. Bayi dan ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernapasan yang lebih besar daripada ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfaktan.
2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi makrosomik.3. Pola makan yang tidak seimbang atau berlebihan juga dapat mempengaruhi.
TANDA DAN GEJALA
1. Berat badan melebihi 4000 gram pada saat lahir2. Visceromegali
12 | P a g e
3. Wajah menggembung dan pletoris (wajah tomat)4. Besar untuk usia gestasi5. Riwayat intrauteris dari ibu diabetes dan polihidramnion
KONTROVERSI PENATALAKSANAAN PADA JANIN YANG DICURIGAI MAKROSOMIA
Pengetahuan pasti tentang berat badan janin dapat menghindarkan seorang wanita dari pelahiran per vaginam janin yang kemungkinan besar akan mengalami kemacetan akibat disproporsi fetopelvis sejati atau penyulit distosia bahu. Terdapat beberapa pendekatan kontroversial untuk mencegah penyulit persalinan pada makrosomia ini.
Induksi persalinan “profilaktik”
Sebagian pihak menganjurkan induksi persalinan jika ditegakkan diagnosisi makrosomia pada wanita non diaetes sebagai suatu cara menghindari pertumbuhan janin lebih lanjut sehingga kemungkinan penyulit persalinan dapat dikurangi.
Sesar elektif
Kebijakan melakukakn sesar terhadap janin makrosomik yang didiagnosis dengan ultrasonografi dilaporkan tidak efektif secara medis maupun ekonomis bila dibandingkan dengan penatalaksanaan obstetris standar. Akan tetapi, kebijakan sesar elektif pada wanita pengidap diabetes dengan janin makrosomik mungkin dapat dipertahankan. Protokol sesar rutin pada wanita pengidap diabetes dengan janin yang secara sonografis diperkirakan memiliki berat 4250 gram atau lebih dilaporkan secara bermakna dapat mengurangi angka distosia bahu.
Pencegahan distosia bahu
Kekhawatiran utama dalam melahirkan janin makrosomik adalah distosia bahu dan risiko kelumpuhan permanen pleksus brakialis. Distosia bahu terjadi jika panggul ibu memiliki ukuran cukup untuk melahirkan kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu janin yang diameternya sangat besar. Dalam keadaan ini, bahu anterior tersangkut di simfisis pubis ibu. Bahkan dengan bantuan obstetris yang cakap selama pelahiran, peregangan dan cedera pleksus brakialis di bahu yang bersangkutan mungkin tak terhindarkan. Untungnya kurang dari 10% dari seluruh kasus distosia bahu menyebabkan cedera pleksus brakialis yang menetap. Berdasarkan fakta bahwa sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diperkirakan atau dicegah maka kebijakan sesar terencana berdasarkan kecurigaan adanya makrosomia pada populasi umum tidak memiliki alasan yang kuat karena jumlah sesar yang harus dilakukan dan biayanya. Sesar terencana mungkin merupakan strategi yang masuk akal bagi wanita penderita diabetes dengan taksiran berat janin melebihi 4250 sampai 4500 gram.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F, Gary. Makrosomia. In: Obstetri Williams 21 st ed. Jakarta: EGC; 2009. P. 494-498.
2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC; 1998.3. Kulich MD, Edward. Big Baby (Macrosomia). Available at:
http://www.pregnancycorner.com/giving-birth/complications/macrosomia.html. Accesed on: January 16th, 2012.
4. Baby Center Medical Advisory Board. Big Baby (Macrosomia). Available at: http://www.babycenter.com/0_labor-complication-big-baby-macrosomia_1152319.bc?page=1. Accesed on: January 16th, 2012.
14 | P a g e