G 30 s pki
Transcript of G 30 s pki
G 30 S/PKI
ARY ISMAIL M
XII IPS 2
Latar Belakang Peristiwa G 30 S/PKI
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Menjelang Peistiwa G 30 S/PKI
Pada bulan Agustus 1951, PKI banyak mensponsori berbagai kerusuhan, salah satunya di bogor. Akibat peristiwa ini tokoh-tokoh PKI banyak ditangkap. Dalam penangkapan ini, D.N. Aidit berhasil meloloskan diri ke Moscow. Pada tahun 1953 D.N. Aidit kembali ke Indonesia dengan membawa konsep Jalan Demokrasi Rakyat bagi Indonesia.
Pada pemilu 1955, PKI berhasil menduduki posisi 4 besar dengan jumlah suara 6 juta. Selain itu PKI berhasil merumuskan Manipol baru yang berisi Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (MIRI) pada tahun 1957. Manipol ini berhasil mempengaruhi politik Indonesia.
Sasaran PKI selanjutnya adalah menghancurkan kekuatan TNI-AD.
Persiapan Perebutan Kekuasaan
Yang dilakukan PKI selanjunya adalah Penyusupan kedalam ABRI, aparatur negara, partai poitik dan organisasi massa.
Selain itu PKI membentuk dan mempersenjatai angkatan ke V. Ini adalah kekuatan bersenjata di luar ABRI yang berintikan kaum buruh dan petani.
Gagalnya atau terhambatnya rencana PKI oleh TNI-AD membuat PKI berencana mendeskreditkan TNI-AD. Salah satunya dengan menyebarkan Isu Dewan Jendral. Isu Dewan Jendral adalah kelompok perwira TNI-AD yang tidak loyal atau bahkan ingin menjatuhkan pemerintahan Soekarno. Selain itu juga disebarkan isu bahwa TNI-AD bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Inggris.
Pelaksanaan Gerakan 30 September
Pada tanggal 1 oktober 1965 sekitar pukul 01.30 letkol Inf. Untung diikuti Sjam Pono, Brigjen TNI Soeparjo, dan kolonel Inf. A. Latief berkumpul dilubang buaya. Kemudian memerintahkan pasukan-pasukan untuk menuju sasarannya, pasukan-pasukan tersebut adalah sebagai berikut:
Pasukan Pasoepati yang bertugas menculik para jendral. Pasukan ini terdiri dari satu batalion infantri dari Brigade Kolonel Inf. A. Latief, satu kompi Cakrabirawa dari Batalion pimpinan Letkol Inf. Untung, satu peleton dari Batalion infantri pimpinan Mayor Inf. Sukirno dan Kapten Inf. Kuntjoro.
Pasukan Bima Sakti yang bertugas menguasai Jakarta
Pasukan Gatotkaca yang bertugas sebagai pasukan cadangan.
Menjelang dini hari yaitu pukul 03.00, pasukan Pasoepati mendatangi rumah para jendral dan berusaha menculiknya. Dari tujuh sasaran, mereka hanya mendapat 6 orang. Ketika mereka mendatangi rumah A.H. Nasution mereka gagal menculiknya tapi secara tak terduga Ade Irma Suryani yang merupakan anak bungsu A.H. Nasution yang baru berumur 5 tahun tertembak saat hendak menghalang pasukan Pasopati yang mau menculik ayahnya. Namun sebagai gantinya mereka menculik ajudan Jendral A.H. Nasution yang bernama Lettu Pierre Andreas Tendean. Para jendral yang berhasil diculik adalah:
1. Letnan Jendral Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal R.Soeprapto
3. Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan
6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Seluruh korban penculikan kemudian dibawa ke Lubang Buaya, Pondok Gede, dan diserahkan kepada Pasukan GatotKaca. Para jendral disiksa sampai akhirnya meninggal dunia dan di masukkan kedalam lubang buaya.
SEKIANTERIMA KASIH