REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS...
Transcript of REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS...
i
REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS
INDONESIA (PKI) DENGAN NAHDLATUL ULAMA (NU)
TAHUN 1965-2006 DI TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Oleh:
Wakhida Khikmawati
NIM. 53010150031
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
Jl. Nakula Sadewa V No. 9, Dukuh, Kembangarum Telp. (0298) 341900 Salatiga
Website:http://www.ushuluddin.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
vi
MOTTO
Bermimpilah
Seakan kau akan hidup selamanya
Hiduplah
Seakan kau akan mati hari ini
(James Dean)
vii
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku,
Para dosenku, saudara-saudaraku,
dan Sahabat-sahabat seperjuanganku.
viii
ABSTRAK
WAKHIDA KHIKMAWATI. Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU Tahun
1965-2006 Di Temanggung. Pembimbing: Dr. Sidqon Maesur, Lc., M.A. Skripsi.
Salatiga: Progam Studi Sejarah Perdaban Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora, IAIN Salatiga. 2019.
Skripsi ini meneliti Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU tahun 1965-2006
di Temanggung, yaitu tragedi pembataian massal paska gerakan 30 September 1965
yang masih menyisahkan luka bagi Bangsa Indonesia hingga saat ini. Kerugian yang
diderita para korban, baik harta benda, trauma fisik maupun mental, hingga dicabutnya
hak-hak mereka sebagai warga Negara, masih belum dipulihkan seutuhnya oleh Negara.
Untuk menyelesaikan masalah ini hingga tuntas, diperlukan adanya rekonsiliasi antara
korban dan pelaku dari peristiwa berdarah tersebut. Rekonsiliasi yang dimaksud tentu
saja keseluruhan, baik di tingkat masyarakat kecil hingga tingkat yang paling tinggi
yaitu pemerintah. Adapun masalah yang dijawab yaitu: 1) Bagaimana Sejarah dan
Perkembangan PKI di Temanggung? 2) Mengapa Konflik PKI melawan NU di
Temanggung bisa terjadi? 3) Bagaimana Isu Kebenaran dalam Rekonsiliasi Kultural
Eks-PKI di Temanggung?
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah. Tahapan dalam
metode penelitian sejarah yakni: (1) Heuristik atau pengumpulan data, (2) Verifikasi
atau kritik sumber, (3) Interpretasi atau penafsiran, dan (4) Historiografi atau penulisan
sejarah.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, pertama, Temanggung dalam
catatan Binnerland Bestuur, Departemen Dalam Negeri Pemerintah Kolonial Belanda
kabupaten Temanggung lahir pada 10 November 1834. Politik di Temanggung terbagi
menjadi dua yaitu Nasional yang dianut masyarakat perkotaan dan Islam yang dianut
masyarakat pedesaan. Kedua, konflik PKI dengan NU terjadi karena perebutan
kekuasaan sehingga menimbulkan permasalahan yang pelik anatara kedua kubu tersebut
dikambing hitamkan oleh penguasa. Ketiga, dalam rekonsiliasi kultural pertikaian
antara NU dengan PKI merupakan konflik sosial yang bersifat horizontal. Benturan
antara keduan kekuatan sosial yang berbeda keyakinan dan bertentangan dengan
ideology. Akan tetapi pada dasarnya kedua kubu tersebut sebelumnya hidup
bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi secara alami diantara mereka sendiri,
sesuai dengan tradisi dan norma yang berlaku. Peristiwa tersebut disebabkan oleh tiga
hal yaitu; perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik nilai atau
ideology.
Kata kunci: Partai Komunis Indonesia (PKI) , Nahdlatul Ulama (NU), Rekonsiliasi,
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puja dan puji syukur penulis haturkan
kehadirat Allah SWT semata yang telah melimpahkan segala macam nikmat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan pada muara ilham,
lautan ilmu yang tidak pernah larut teruntuk baginda Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Rasa syukur yang mengiringi semangat
penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat studi
dan mendapat gelar Strata Satu (S1) yaitu Sarjana Humaniora pada jurusan Sejarah
Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora. di IAIN Salatiga dengan judul
“Rekonsiliasi Kultural eks Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama
(NU) Tahun 1965-2006 di Temanggung”. Meskipun penulis menyadari bahwa studi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis memiliki keyakinan bahwa studi ini
memberikan tambahan khazanah sejarah Islam di Indonesia.
Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih diantaranya kepada, Bapak Dr.
Sidqon Maesur, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran dengan tulus ikhlas serta untuk mengarahkan saya dalam menyusun
skripsi ini. Terima kasih atas segala yang diberikan kepada saya, semoga senantiasa
diberikan kemudahan dan keberkahan dari Allah SWT.
Penyusunan skripsi ini merupakan hasil penelitian singkat mengenai
Rekonsiliasi kultural eks-PKI dengan NU di Temanggung. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak akan ada artinya
tulisan ini. Oleh karena itu, dengn segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Kedua orang tua dan keluarga tercinta penulis (Bapak Sofyan dan Ibu
Nasikhatur Rokhimah, Bapak Zaeni Ikhsan, Kakak M. Wakhid Mubarok dan
x
istri) yang telah mencurahkan kasih sayang dan motivasinya kepada penulis
hingga kini dapat menyelesaikan skripsi.
3. Dr. Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluudin, Adab dan
Humaniora, IAIN Salatiga.
4. Sutrisna, S.Ag., selaku Ketua Prodi Sejarah Peradaban Islam.
5. Dr. Sidqon Maesur, Lc., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Adif Fahrizal Arifyadiputra, M.A., yang senantiasa menemani penulis dalam
berbagai keluh kesah skripsi. Pak Adif yang terus memberikan motivasi,
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam mencari, menyusun dan menulis
skripsi.
7. Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan Skripsi
yang telah memberikan arahan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
8. Rina Andriani Hidayat, S.Hum. M.A., Ahmad Faidi, M.Hum., Dheny
Wiratmoko, M.Pd., dan Moh. Fahsin, S.Hum., M.S.I., selaku jajaran dosen di
Prodi Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan kenangan bersejarah
berupa ilmu-ilmu kesejarahan dari awal kuliah sampai saat sekarang.
9. Ignasius Bagus Indarto, S.E selaku dosen mata kuliah profesi kearsipan
10. Segenap jajaran Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengurus
administrasi dan kelengkapan skripsi.
11. Bapak Drs. H. Nasafi, M. Pd. I dan Ibu selaku pendiri ponpes Nurul Asna yang
telah menjadi orang tua kedua dan memberikan motivasi, semangat serta arahan
dalam penulis selama berada di Salatiga.
12. Istiqomah selaku sahabat dari kecil yang menemani pencarian sumber sampai ke
UNNES.
13. Teman-teman satu angkatan 2015 di Prodi Sejarah Peradaban Islam.
14. Segenap teman-teman Nurul Asna angakatan 2015 dan 2016
15. Sholihin, Umi, Sunti, Acak, Afri, Basit dan Bangkit selaku teman posko 167 di
Ngemplak, Limbangan, Purworejo.
xi
16. KKN Desa Limbangan.
17. Segenap Karyawan Perpustakaan Daerah Temanggung dan Salatiga yang telah
membantu penulis dalam pencarian sumber skripsi.
18. Narasumber-narasumber yang meluangkan waktunya untuk skripsi ini.
19. Serta seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini baik secara
moral, spiritual maupun material yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.
Semoga Allah SWT. memberikan balasan kebaikan di dunia dan di akhirat
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan
semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi penyusun khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 21 Juli 2019
Penulis
Wakhida Khikmawati
NIM. 53010150031
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR LOGO IAIN SALATIGA ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI iii
NOTA PEMBIMBING iv
PENGESAHAN KELULUSAN v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah, Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Kajian Pustaka 8
E. Kerangka Konseptual 12
F. Metode Penelitian 15
G. Sistematika Penulisan 20
BAB II DINAMIKA POLITIK TEMANGGUNG SAMPAI 1965 23
A. Sejarah Wilayah Administratif Temanggung 23
B. Kondisi Politik Temanggung 1950-1965 25
C. Sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di Temanggung 36
BAB III KONFLIK PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN
NU DI TMANGGUNG 45
A. Sejarah Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan
Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia 45
B. Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama
(NU) di Temanggung 55
C. Peristiwa 1965 di Temanggung 60
xiii
D. Dampak Konfik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan
Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung 67
BAB IV MENGUNGKAP ISU KEBENARAN REKONSILIASI KULTURAL
EKS PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN
NAHDLATUL ULAMA (NU) DI TEMANGGUNG 69
A. Wacana Rekonsiliasi Eks Kultural Partai Komunis Indonesia
(PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) 69
B. Rekonsiliasi Kultural Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan
Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung 80
BAB V PENUTUP 90
A. Kesimpulan 90
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN 97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partai Komunis Indonesia (PKI) dibentuk pada tanggal 23 Mei 1920.
PKI ini merupakan Partai Buruh Indonesia. Dalam perkembangannya memimpin
kaum tani dan rakyat dalam melawan imperialisme, penguasa dan mendirikan
kekuasaan rakyat yang bertumpu pada persekutuan mayoritas, yaitu persekutuan
kaum buruh dan tani. Dengan adanya kekuasaan rakyat maka akan terciptanya
Indonesia yang sosialis.1
Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-
30-S/PKI yang merupakan peristiwa tragis yang tidak pernah dilupakan oleh
bangsa ini, baik dari kalangan TNI, NU maupun kalangan PKI sendiri.2 Pada
tahun 1965, sebuah konflik yang membara telah mencapai puncaknya dimana
PKI dan pimpinan tentara bersaing untuk meraih dominasi kekuasaan dan
pengaruh politik disluruh negeri. Kedua kekuatan itu bekerja dengan membujuk
Presiden Soekarno, yang sedang sakit agar berpihak kepada mereka. Kedua
belah pihak tersebut yaitu PKI dan tentara berharap bisa menggantikannya
sebagai penguasa di tahun berakhirnya sebagai Presiden. Kedua politik ini
bersaing untuk merebut dominasi penuh dan keduanya saling curiga bahwa
pihak salah satu sedang bersekongkol untuk menuntaskan perjuangan politik
1 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 7. 2Abdul Mun‟im DZ, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: TIM PBNU, 2013), 8.
2
melalui kudeta. Pihak tentara sangat menginginkan adanya dalih untuk
menyerang PKI, akan tetapi mereka tidak melakukan upaya apapun untuk
memulainya. Pada saat yang sama mereka juga menyangkal rumor-rumor
tentang akan terjadinya kudeta.3
Rekonsiliasi mulai muncul pada awal 2000-an yang merupakan gerakan
mendorong terjadinya islah atau rekonsiliasi. Anak-anak muda NU, terutama
yang tergabung dalam syarikat, melakukan berbagai kegiatan untuk memulai
mewujudkan rekonsiliasi itu. Rekonsiliasi terjadi ketika jatuhnya Orde Baru
pada tahun 1998 membuka lembaran sejarah baru bagi para keluarga korban
1965. Mereka berharap adanya rehabilitasi terhadap hak kewarganegaraan
mereka yang terampas selama ini. Bersama dengan itu, muncul berbagai
penyelidikan yang menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia yang
sangat serius selama periode itu.4
Pada masa kepresidenan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, pemerintah
Indonesia membuat terobosan penting. Secara pribadi Gus Dur meminta maaf
kepada para keluarga korban Prahara 1965 dan mengajak semua kalangan,
termasuk warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk melakukan rekonsiliasi atau islah.
Posisi Gus Dur yang selain presiden juga pemimpin NU membuat pernyataan ini
sangat berpengaruh. Namun tindakan Gus Dur tersebut banyak disalahpahami
termasuk oleh beberapa mantan anggota PKI sendiri. Dengan ajakan rekonsiliasi
3 Bernd Schaefer, 1965: Indonesia and The World= Indonesia Dan Dunia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2013), 213–14. 4 Muslim Moderat, “Upaya Rekonsiliasi Antara NU dan PKI” dalam NU, PKI, dan Kemungkinan Rekonsiliasi.
Ed. Amin Muzdakkir., 3.
3
itu, Gus Dur sejatinya ingin mengingatkan bahwa kita warga sipil adalah sama-
sama merupakan korban. Tidak ada yang diuntungkan oleh tragedi yang brutal
itu kecuali para petualang politik kekuasaan yang membangun karir di atas
piramida korban manusia.5
Pada 2004 Undang-Undang No. 27 tentang Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi (KKR) disahkan. Namun pada 2006 undang-undang tersebut
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) karena dianggap bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945. Secara pribadi Susilo Bambang
Yudhoyono ketika masih menjabat presiden sempat mewacanakan kemungkinan
permohonan maaf negara terhadap para korban Prahara 1965, meski hal itu tidak
pernah terrealisasi. Belakangan Presiden Jokowi juga menyatakan hal yang
kurang lebih serupa, tetapi lagi-lagi baru sebatas wacana. Rekonsiliasi 1965
tidak bisa tidak harus berlandaskan pada suatu kesadaran baru mengenai sejarah
1965 itu sendiri. Apa yang disebut korban tidak hanya anggota PKI, tetapi juga
semua warga sipil yang kehilangan hak kewarganegaraannya di sekitar peristiwa
itu. Oleh karena itu, sejarah 1965 harus dipahami secara luas sebagai perubahan
dan kelanjutan periode sejarah sebelumnya. Memotong penafsiran historiografis
hanya pada tahun 1965, baik hanya fokus pada periode sebelumnya maupun
sesudahnya, akan berdampak fatal.6
Bagi penulis yang terpenting dalam peristiwa tragedi tahun 1965-1966
adalah melakukan upaya rekonsiliasi terhadap korban peristiwa tersebut. Alasan 5 Ibid., 9. 6 Ibid., 9-10.
4
dengan adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini mempunyai skala
besar dari segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua, pembunuhan disertai
stigmatisasi paska peristiwa yang tidak hanya ditunjukkan kepada korban, tetapi
terhadap keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut tidak semata-mata
ideologis, tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak sipil dan politik
secara massif dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan kelompok-
kelompok masyarakit sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan segmen terbesar
bangsa ini, yakni umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada inisiatif
kelompok-kelompok masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul Ulama, dan
Ormas Islam lain, untuk mendukung rekonsiliasi korban politik Tragedi
Kemanusiaan 1965-1966 tersebut.7
Pada tingkat yang sederhana, permintaan maaf pernah dilontarkan KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh NU. Bukan hanya itu, sewaktu
menjadi Presiden RI Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS no.
XXV/1966 dicabut. Permintaan tersebut dianggap dingin dan belum
memberikan dampak psikologis yang signifikan. Sementara usulan Gus Dur
perihal pencabutan TAP MPRS diartikan salah oleh parlemen dan berbagai
pihak anti-komunis. Bahkan para penentag para usulan tersebut curiga akan
bangkitnya kaum komunis.8 Kesalahpahaman terhadap wacana permintaan maaf
yang dilontarkan Gus Dur terhadap para korban G-30-S/PKI, sebuah peristiwa
7 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi, Memori, Dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003), 1. 8 Ibid., 1.
5
pertumpahan darah yang melibatkan banyak pihak baik dari PKI, NU, serta
elemen masyarakat lainnya termasuk kelompok nasionalis dalam peristiwa tragis
tersebut semua merasa terharu. Tanggungjawabnya sebagai pemimpin terhadap
masyarakat dengan harapan wacana tersebut segera disambut oleh kalangan PKI
dengan melontarkan wacana permintaan maaf serupa. Dengan demikian
keduanya akan memproses yang sama dan secara resmi antara kedua organisasi
NU dan eks PKI, atau antar pemerintah dengan PKI, semuanya terbuka.9
Dari pemaparan singkat tersebut, penulis tertarik untuk mencari tahu dan
menelusuri bagaimana konflik PKI dengan NU yang terjadi di Temanggung? Isu
kebenaran rekonsiliasi kultural Eks PKI dengan NU di Temanggung? Sehingga
penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: “Rekonsiliasi Kultural Eks
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-
2006 di Temanggung.
B. Rumusan Permasalahan, Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis membatasi
pembahasan dengan sejumlah rumusan permasalahan berupa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan PKI di Temanggung?
2. Mengapa konflik PKI melawan NU di Temanggung bisa terjadi?
9 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU,2013), 191.
6
3. Bagaimana mengungkap isu kebenaran dalam rekonsiliasi kultural eks-
PKI di Temanggung?
Untuk lebih terarah dan agar pembahasan ini tidak terlalu luas, maka
penelitian ini perlu diberikan batasan dalam penulisannya, adapun pembatasan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Batasan Spasial
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Rekonsiliasi Kultural
Eks Partai Komunis Indonesia (PKI) Dengan NU tahun 1965-2006 di
Temanggung” dengan ruang lingkup kabupaten Temanggung. Hal ini terkait
dengan peristiwa pemberontakan PKI dan Rekonsiliasi yang terjadi di
Temanggung yang merupakan peristiwa nasional.
2. Batasan Temporal
Dari judul penelitian yang diambil yaitu “Rekonsiliasi Kultural Partai
Komunis Indonesia (PKI) Dengan NU Tahun 1965-2006 di Temanggung”
penulis memilih dengan periode antara tahun 1965. Penulis memilih awal
tahun penelitian yaitu 1965, merupakan gejolak pemberontakan PKI di
Temanggung.
Untuk batas akhir penelitian penulis memilih akhir penelitian pada tahun
2006. Tahun ini penulis ambil dengan alasan upaya rekonsiliasi memberi
harapan kepada para korban ketika Panitia Seleksi Calon Anggota Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Nasional sudah menyerahkan nama calon
anggota kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memerlukan waktu
7
lama sekali untuk memilih para anggota KKR. Di tengah masa menunggu itu,
Mahkamah Konstitusi membatalkan UU KKR pada awal Desember 2006.
Sampai hari ini belum ada tanda-tanda akan muncul UU KKR pengganti UU
yang dibatalkan pada waktu itu.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis
merumuskan tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui Sejarah dan Perkembangan PKI di Temanggung
b. Mengetahui konflik PKI dengan NU di Temanggung
c. Mengetahui Isu Kebenaran Rekonsiliasi Kultural Eks PKI dengan NU di
Temanggung
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa kegunaan, yaitu:
a. Manfaat Teoritik
Untuk kajian sejarah penelitian ini diharapkan dapat menambah
dan melengkapi kajian pengetahuan ilmu sejarah. Utamanya tentang
Rekonsiliasi cultural eks-PKI dengan NU di Temanggung. Kajian
tersebut dapat mengungkapkan sebuah realita di Temanggung pada era
PKI dan seputar paska Kemerdekaan di Temanggung.
Untuk kajian keislaman diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang perjuangan para kyai NU dalam menyadarkan
8
orang-orang PKI yang jauh dari agama. Selain itu dapat menambah ilmu
tentang sejarah umat Islam di Indonesia pada umumnya dan
Temanggung pada khususnya. Dan mengetahui perjuangan umat Islam
pada periode kemerdekaan dan paska kemerdekaan.
b. Manfaat Praktis
Untuk kajian sejarah maksud yang diinginkan dari hasil dari
penelitian ini adalah dapat menambah referensi khasanah keilmuan
sejarah, baik tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) maupun seputar
Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat,
kegunaan dan membantu pada penelitian-penelitian yang lain.
Untuk kajian Islam maksud yang diharapkan yakni dapat
meneladani perjuangan para Kyai NU, serta meneladani perjuangan umat
Islam dalam menggapai kemerdekaan dan paska kemerdekaan. Sehingga
menambah rasa syukur kepada Allah karena sudah diberi kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
manfaat, kegunaan dan membantu pada penelitian-penelitian yang lain.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka adalah telaah pustaka atau literatur yang menjadi
landasan pemikiran dalam penelitian. Untuk mendukung keabsahan penyusun
skripsi ini penyusun berusaha melakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian
terdahulu dan buku induk yang relevan dengan Rekonsiliasi Kultural Eks Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan NU Tahun 1965-2006 di Temanggung. Tujuan
9
kajian pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu untuk membedakan tema
yang pernah diteliti dan belum pernah diteliti. Sedangkan buku induk digunakan
sebagai model atau kerangka penulisan dan membantu dalam mengulas isi
penelitian nantinya. Adapun penelitian-penelitian terdahulu dan buku induk
diantaranya;
Skripsi karya Ahmad Sigit Kurniawan tahun 2012, mahasiswa
Universitas Jember, Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, yang berjudul
“Dinamika PKI di Indonesia Tahun 1950-1965”. Dalam skripsi ini
menjelaskan Dinamika PKI di Indonesia tahun 1950-1965 paska peristiwa
Madiun Affair, PKI mampu bangkit dari keterpurukan untuk tampil dalam
perpolitikan Indonesia dan mampu mempertahankan eksistensi partai selama
Demokrasi Liberal. Pada masa tersebut perkembangan PKI semakin besar. Hal
tersebut memunculkan Konflik antara PKI dan Angkatan Darat semakin
memuncak memasuki tahun 1965,dan peristiwa G30S menandai berakhirnya
pergerakan PKI di Indonesia. Sementara penelitian ini berfokus kepada
perpolitikan pada masa PKI di Temanggung yang relative adem ayem sehingga
PKI berkembang pesat. Hasil pemilu pada tahun 1955 pun menunjukkan
kemenangkan PKI. Hal ini memunculkan Konflik antara PKI dengan NU pada
masa Orde Baru yang memuncak setelah terjadinya peristiwa pembantaian PKI
terhadap para kyai dan ulama.
10
Juranal yang diterbitkan oleh Tashwirul Afkar dengan No. Jurnal Edisi
no.15tahun 2003berjudul “PERISTIWA ’65-’66 : Tragedi, Memori, dan
Rekonsiliasi”. Dalam jurnal ini menjelaskan Peristiwa yang merupakan tragedi
kemanusiaan paling hitam dalam sejarah modern Indonesia. Alasan dengan
adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini mempunyai skala besar dari
segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua, pembunuhan disertai stigmatisasi
paskaperistiwa yang tidak hanya ditunjukkan kepada korban, tetapi terhadap
keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut tidak semata-mata ideologis,
tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak sipil dan politik secara massif
dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan kelompok-kelompok masyarakit
sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan segmen terbesar bangsa ini, yakni
umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada inisiatif kelompok-kelompok
masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul Ulama, dan Ormas Islam lain, untuk
mendukung rekonsiliasi korban politik Tragedi Kemanusiaan 1965-1966
tersebut. Dalam penelitian ini cangkupan rekonsiliasi tidak hanya dalam lingkup
yang luas yaitu nasional, namun dalm penelitian cangkupan rekonsiliasi lebih
mengerucut kepada rekonsiliasi cultural di daerah Temanggung. Focus dalam
penelitian ini adalah dampak diadaknnya rekonsiliasi oleh pihak NU sehingga
menimbulkan dampak yang sangat baik bagi kedua kubu tersebut, yaitu
silaturahmi antara PKI dengan NU terjalin sampai sekarang.
Buku karya Budiawan, tahun Juni 2004dengan Kata Pengantar; Hersri
Setiawan yang diterbitkan oleh: ELSAM – Lembaga Studi dan Advokasi
11
Masyarakat Jakarta, yang berjudul “Mematahkan Pewarisan Ingatan
:Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Paska-Soeharto.” Dalam
buku ini menjelaskan Pembongkaran wacana yang telah berkanjang selama ini –
dalam hal ini adalah, sesuai dengan fokus penelitian penulis buku ini pada
tragedi terbesar sepanjang sejarah Indonesia paska-kolonial, yaitu peristiwa
pembantaian massal 1965-66. Untuk itu penulis buku ini “berpaling pada
bahasa”. Dengan pendekatan pada upaya sosial kultural, jadi lebih menekankan
inisiatif orisinal akar rumput, ketimbang pada upaya politik semata yang berarti
adanya dominasi negara dalam menciptakan rekonsiliasi. Penelitian yang penulis
ambil hampir sama dengan penulisan buku tersebut yang pendekatannya pada
sosial cultural. Namun, yang membedakannya yaitu isu wacana rekonsiliasi
yang masih menjadi kontroversi akibat dibatalkannya UU KKR pada tahun 2006
oleh MA.
Buku karya Husni Thamrin,dkk, tahun 2008 yang berjudul “Geger
Doorstoot Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950” yang menjelaskan
tentang perjuangan rakyat Temanggung paska agremi pertama Belanda juli 1947
Temanggung serta berada di garis depan Semarang. Perjanjian genjatan senjata
yang melahirkan garis demokrasi yang memisahkan pendudukan belanda dan
wilayah pribumi. Di sepanjang garis demokrasi itulah berhadapan dengan
pasukan TNI yang diperkuat banyak pemuda Temanggung. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan karangan ini untuk sejarah wilayah Temanggung . Akan
tetapi penilitian ini tidak berfokus kepada Organisasi PKI namun, orang-orang
12
Eks-PKI paska 1965. Karena organisasi PKI berakhir ketika peristiwa G30 S
PKI.
Buku karya Abdul Mun‟im, tahun 2013 yang berjudul “ Benturan NU-
PKI 1948-1965” yang diterbitkan oleh PBNU Langgar Swadaya. Buku ini
menjelaskan tentang konflik PKI yang dilihat dari sudut pandang NU sendiri,
menggali dan memaparkan apa yang dialami oleh orang NU dalam menghadapi
PKI. Serangkaian peristiwa tahun 1926 ketika PKI mulai memberontak dan
pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, hingga pemberontakan PKI 1965.
Dalam buku ini juga mengetengahkan rangkaian peristiwa PKI yang melakukan
propaganda, memprofokasi, meneror dan menyerang NU dan Pesantren. NU dan
Pesantren mempertahankan diri, menyerang balik dan menangkap mereka yang
bersalah dengan menyerahkan kepada apparat baik polisi, TNI maupun
kejaksaan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam penelitian ini hampir sama
dengan penelitian diatas. Namun, yang membedakannya ialah tenpatnya yaitu di
Temanggung sedangkan penelitian diatas di Madiun dan tahunnya pun berbeda
yaitu di Temanggung tahun 1965-2006 sedangkan di Madiun tahun 1948.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Dalam pembahasan
13
penelitan ini, yaitu “Rekonsiliasi Kultural Eks Partai Komunis Indonesia (PKI)
Dengan Nahdlatul Ulama Tahun 1965-2006 di Temanggung”.
Eks PKI adalah mantan tokoh dalam pergerakan Partai Komunis
Indonesia. Mereka terlibat dalam PKI karena merupakan Partai Buruh Indonesia.
Dalam perkembangannya memimpin kaum tani dan rakyat dalam melawan
imperialisme, penguasa dan mendidirikan kekuasaan rakyat yang bertumpu pada
persekutuan mayoritas, yaitu persekutuan kaum buruh dan tani. Dengan adanya
kekuasaan rakyat maka akan terciptanya Indonesia yang sosialis.10
Rekonsiliasi adalah suatu perbuatan memulihkan hubungan persahabatan
ke keadaan semula (KBBI). Bentuk rekonsiliasi berupa rekonsiliasi sosial yang
alami yaitu bersifat horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang
berbeda keyakinan dan bertentangan dengan ideology. Akan tetapi pada
dasarnya mereka saling bertetangga, karena dengan hal ini wajar jika seusainya
konflik proses rekonsiliasi secara alami terjadi diantara mereka sesuai tradisi dan
norma yang berlaku.11
Penyebab dengan adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini
mempunyai skala besar dari segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua,
pembunuhan disertai stigmatisasi paska peristiwa yang tidak hanya ditunjukkan
kepada korban, tetapi terhadap keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut
tidak semata-mata ideologis, tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak
sipil dan politik secara massif dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan
10 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 11 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU,2013), .139
14
kelompok-kelompok masyarakit sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan
segmen terbesar bangsa ini, yakni umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada
inisiatif kelompok-kelompok masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul
Ulama, dan Ormas Islam lain, untuk mendukung rekonsiliasi korban politik
Tragedi Kemanusiaan 1965-1966 tersebut.12
Penulis menggunakan beberapa kerangka konseptual agar skripsi ini
dapat lebih sistematis dan terarah sesuai dengan topik pembahasan. Untuk
menjelaskan Rekonsiliasi kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung. Penulis menggunakan pendekatan ilmu
sosiologi, politik dan psikologi.
Sosiologi merupakan ilmu masyarakat yang mempelajari struktur, proses
dan perubahan sosial.13
Sosiologi merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah
masyarakat. Pendekataan sosiologi ini digunakan untuk mengungkap unsur
sosial, jaringan, struktur, organisasi, pola kelakuan dan system sosial.14
Pendekatan Sosiologi ini diambil karena terkait penjelasan rekonsiliasi kultural
Partai Komunis Indonesia (PKI) terkait dengan memulihkan hubungan Eks-
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Pendekatan politik menurut Deliar Noer adalah segala usaha tindakan
atas suatu kejadian manusia yang berkaitan dengan kekuasaan dalam suatu
12 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):1 13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), 18. 14 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), 87.
15
negara dengan bertujuan untuk mempengaruhi, mengubah dan mempertahankan
suatu bentuk sususan masyarakat.15
Pendekatan Politik ini menyoroti struktur
kekuasaan, jenis kepemimpinan, herarki sosial, pertentangan kekuasaan.16
Pendekatan ini diambil karena terkait penjelasan PKI yang ada di Temanggung.
Psikologi menurut Wilhem Wundt adalah ilmu yang mempelajari
pengalaman-pengalaman yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca
indra, pikiran, feeling dan kehendak. Dalam perilaku sejarah, perilaku kolektif
sangat mencolok antara lain sewaktu ada huru hara, gerakan sosial, protes yang
revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologi dari
motivasi, sikap, dan tindakan kolektif.17
Pendekatan ini diambil karena terkait
penjelasan tentang orang-orang eks Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
Nahdlatul Ulama (NU).
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
historis. Peristiwa-peristiwa tersebut dikaji dan dianalisis kemudian
merekontruksi sehingga penulisan sejarah menjadi sistematis, Adapun langkah-
langkah yang digunakan adalah sebagai berikut
15 Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik I (Medan: Dwipa), 6. 16 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), 4 17 Ibid., 139.
16
1. Heuristik
Heuristik, yaitu tahapan atau kegiatan menemukan dan menghimpun
sumber, informasi, serta jejak masa lampau.18
Sebelum menentukan teknik
heuristik yang harus dilakukan adalah bentuk dari sumber sejarah yang
dikumpulkan. Penentuan sumber sejarah akan mempengaruhi tempat
(dimana) atau siapa (sumber informasi lisan) dan cara memperolehnya.
Sumber sejarah dibedakan menjadi atas sumber tulisan, lisan, dan benda.19
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang ada relevansinya dengan
Rekonsiliasi cultural eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul
Ulama tahun 1965-2006 di Temanggung. Pertama sumber tulisan, jejak
masa lalu yang mengandung informasi dalam bentuk tulisan yang berupa
informasi primer dan sekunder. Untuk data tertulis penulis peroleh dari
penelusuran studi pustaka, Kedua sumber lisan, informasi tentang suatu
peristiwa, baik disampaikan secara turun-temurun (oral tradition) maupun
langsung dari pelaku sejarah (oral history)20
. Untuk data lisan penulis
peroleh dari wawancara. Dalam penelitian ini, studi pustaka dengan
wawancara dan penelusuran dokumen-dokumen terkait rekonsiliasi cultural
eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) lebih
18 18
E Kosim, Metode Sejarah, Asas, Dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, 1984), 36. 19 Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011),
43. 20
Ibid., 43–45.
17
diutamakan. Ini karena data yang ada lebih banyak dan kuat berada dalam
bentuk data lisan.
Studi pustaka juga disebut dengan dokumentasi, yaitu kegiatan
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip
surat kabar, majalah, natulen, agenda sebagainya.21
Pada langkah ini peneliti
berusaha mencari serta mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai atau
relevan dengan rekonsiliasi cultural eks-Partai Komunis Indonesia (PKI)
dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-2006 di Temanggung. Peneliti
melakukan pencarian sumber ke berbagai tempat diantaranya: Ponpes
Mu‟allimin Temanggung, Perpustakaan Daerah Temanggung, Perpustakaan
daerah Salatiga, Perpustakaan IAIN Salatiga, dan Perpustakaan UNNES
Semarang.
2. Kritik Sumber atau Verifikasi
Verifikasi bertujuan untuk memastikan keaslian dan keabsahan
sumber.22
Pada tahap ini peneliti menyeleksi atau mengkritik sumber yang
berkaitan langsung maupun tidak dengan rekonsiliasi cultural eks-Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006
di Temanggung, baik secara intern maupun ekstern. Kritik ini dilakukan
terhadap sumber-sumber yang telah peneliti peroleh. Langkah kedua kritik
tersebut sebagai berikut:
21 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 206. 22 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011), 64.
18
a. Kritik ekstern, yaitu kritik terhadap fisik sumber yang berkaitan dengan
masalah otensitas (keaslian) sumber yang diteliti.23
b. Kritik intern, yaitu kritik terhadap apa isi sumber yang merupakan proses
menyeleksi data dengan menyelidiki kredibilitas (kebenaran) sumber.24
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses analisis terhadap fakta-fakta sejarah, atau
bahkan proses penyusunan fakta-fakta sejarah itu sendiri. Fakta sejarah
haruslah objektif, tetapi bukan berarti peneliti tidak memiliki peluang untuk
menerangkan fakta itu atas dukungan teori. Karena itu proses interpretasi
sejarah juga dimungkinkan masuk unsur-unsur subjektifitas peneliti,
terutama gaya bahasa dan sistem kategorisasi atau konseptualisasi terhadap
fakta-fakta sejarah berdasarkan teori yang dikembangkan.25
Terdapat dua cara dalam menafsirkan data, yaitu dengan analisis dan
sintesis. Analisi berarti menguraikan sumber-sumber yang telah didapat,
mengenai ini yaitu sumber tentang rekonsiliasi cultural Eks-Partai Komunis
Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006 di
Temanggung baik dari secara tertulis maupun lisan. Sedangkan sintesis yaitu
menyatukan dan menghubungkan antara sumber yang satu dengan yang lain,
apakah sesuai atau tidak. Dalam hal ini peneliti mengkaitkan antara sumber
23 E. Kosim, Metode Sejarah Asas dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984), 39–41. 24 Ibid. 25 M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN
Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 53-54.
19
tertulis yang ada dengan hasil dari wawancara. Analisis bertujuan melakukan
sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber baik secara
tertulis maupun lisan yang berhubungan dengan rekonsiliasi cultural eks
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-
2006 di Temanggung.
Pada saat peneliti mengkaitkan sumber tertulis yakni dokumen-
dokumen dengan sumber lisan yakni dari koleksi wawancara sejarah lisan,
ternyata terdapat kesamaan dan saling berhubungan. Kesesuaian ini peneliti
dapat ketika membandingkan antara dokumen yang ada dengan wawancara.
Dari dokumen yang telah ada ternyata diperjelas dan diperinci di dalam
wawancara. Hasil dalam wawancara juga menunjukkan kesamaan dengan
dokumen-dokumen yang ada. Setelah peneliti melakukan penafsiran dari
sumber-sumber yang diperoleh, peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara
sumber baik sumber tertulis maupun lisan terhadap rekonsiliasi cultural eks-
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-
2006 di Temanggung yang kemudian disusun berdasarkan fakta fakta yang
ada.
4. Historiografi
Selayaknya sebuah laporan penelitian, penulisan sejarah merupakan
istilah yang dipakai dalam proses pelaporan atau hasil penelitian sejarah.
Kerangka penulisan yang sudah dipersiapkan menjadi patokan, sedangkan
pola penyusunan tergantung kepada penulis, apakah berdasarkan pola yang
20
dikembangkan secara urut waktu atau periodisasi ataukah didasarkan kepada
tema-tema unik sesuai peristiwa sejarah. Demikian pula model pemaparan
atas fakta-fakta sejarah dapat ditempuh secara deduktif maupun induktif.
Suatu hal yang penting dicatat, bahwa penulisan sejarah bisa dikembangkan
secara kualitatif, sehingga antara diskripsi dan analisis fakta merupakan
suatu kesatuan di dalam pemaparan sejarah.26
Setelah peneliti mengumpulkan, memastikan keaslian atau
keabsahan, dan menafsirkan dari data-data yang diperoleh, kemudian
langkah terakhir yakni penyusunan laporan secara kronologis. Peneliti dalam
menyusun penelitian ini menggunakan pola penyusunan berdasarkan tema
yang sesuai dengan periodisasi waktu. Peneliti memaparkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dengan menghubungkan hasil analisa yang satu dengan
analisa lainnya dalam bentuk bab-bab dan sub-bab yang saling berkaitan
berdasarkan waktu. Akhirnya penelitian ini menghasilkan rangkaian tulisan
yang bermakna dan kronologis tentang rekonsiliasi cultural eks-Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006
di Temanggung.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah penulisan
ilmiah yang sistematis dan konsisten dari keseluruhan skripsi. Sistematika
26 M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN
Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 54.
21
pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian inti, dan bagian akhir. Adapun rincian sistematis penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bab awal terdiri dari halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar,
dan halaman daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari empat bagian, yaitu:
Bab I penelitian ini berisi tentang gambaran umum penulisan skripsi
yang meliputi latar belakang masalah; rumusan masalah, batasan dan ruang
lingkup penelitian; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan pustaka; kerangka
konseptual; metode penelitian; dan sistematika penelitian.
Bab II berisi tentang Sejarah Wilayah Administratif Temanggung yang
meliputi Sejarah Wilayah Administratif Temanggung; Kondisi Politik
Temanggung 1950-1965; Sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di
Temanggung;.
Bab III berisi tentang Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI)
melawan Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung yang meliputi: Sejarah
Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama di
Indonesia; konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul
Ulama (NU) di Temanggung; Peristiwa 1965 di Temanggung; Dampak
22
Konfik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan Nahdlatul Ulama (NU) di
Temanggung.
Bab IV berisi tentang Mengungkap Isu Kebenaran Rekonsiliasi
Kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU)
di Temanggung yang meliputi: Wacana Rekonsiliasi Kultural Eks Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU); Rekonsiliasi
Kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI ) dengan Nahdlatul Ulama di
Temanggung.
3. Bagian Akhir
Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV merupakan
penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban
atas rumusan masalah, dan saran. Kemudian pada bagian akhir dicantumkan
pula daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
23
BAB II
DINAMIKA POLITIK TEMANGGUNG SAMPAI 1965
A. Sejarah Wilayah Administrasi Temanggung
Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi JawaTengah dengan
bentengan Utara ke Selatan 46,8 km dan Timur ke Barat 43 km. Kabupaten
Temanggung secara terletak diantara 110o23‟-110
o46‟30 bujur Timur dan 7
o14‟-
7o32‟35 Selatan dengan luas wilayah 870,65 km
2 (87.065 Ha). Temanggung
disebelah utara berbatasan dengan kabupaten Kendal dan kabupaten Semarang.
Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang.
Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Magelang. Sebelah barat
berbatasan dengan kabupaten Wonosobo. Wilayah Temanggung secara
geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat ekonomi, yaitu Semarang (77 km),
Yogyakarta (64 km), dan Purwokerto (134 km). Secara administrative
Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 266 Desa, 23 Kelurahan, 1.385 Dusun,
139 Lingkungan, 1.510 Rukun Warga, 5.520 Rukun Tetangga dengan pusat
pemerintahan berada di Kota Temanggung.27
LahirnyaTemanggung diawali dengan tewasnya Raden Tumenggung
Danuningrat untuk mengatasi kevakuman Pemerintah Hindia Belanda dengan
cepat berusaha mencari penggantinya. Bupati Magelang tersebut meninggalkan
seorang putera lelaki yang telah berdinas pada Pemerintahan Hindia Belanda
27 Profil Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2013 (Temanggung: Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Temanggung, 2013),7-8
24
sebagai wakil kolektur penghasilan negeri dan telah kawin dengan putri Bupati
Pekalongan. Berdasarkan jumlah pertimbangan lain, anatara lain mengetahui
kepentingan-kepentingan Pemerintah Hindia Belanda, akhirnya Raden Mas Arya
Danukusuma-Putra mendiang Bupati Magelang ditunjuk menjadi „Waarnemend
Regent van Magelang‟-„Bupati sementara daerah Magelang‟, sedang untuk
daerah Kabupaten Menoreh, Pemerintah Hindia Belanda menunjuk Raden
Ngabehi Jayanegara sebagai „Waarnemend Regent van Menoreh‟-„Bupati
sementara daerah Menoreh.28
Seperti yang tercatat dalam Binnerland Bestuur, Departemen Dalam
Negeri Pemerintah Kolonial Belanda, besluit kelahiran Kabupaten
(Regentschap) Temanggung tercatat 10 November 1834.Tanggal itulah yang
kini diperingati sebagai kelahiran Temanggung. Pemerintahan daerah di lembah
Sumbing-Sindoro-Perahu itu menjadi kabupaten kedua di Keresidenan Kedu
setelah sebelumnya muncul Kabupaten Magelang 1818.29
Sebelum Temanggung berdiri, pemerintah Hindia Belanda sempat
membentuk Kabupaten Menoreh sebagai bagian dari Kedu. Sebagai Bupati
diangkatlah Raden Tumenggung (RT) Ario Soemodilogo. Tugas pertama yang
harus dipikul oleh putera patih Semarang itu ialah ikut mengemban misi militer
menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro. Tak ada pilihan lain kecuali
harus total menjalankan perintah Batavia. Bukan hanya Soemodilogo, Bupati
28 Bowo Asitno, et.al., Temanggung:Tempo Dulu serta Prospek di Masa Mendatang (Temanggung: Pemerintah
Daerah Tingkat II kabupaten, 1997), 22 29 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 10-11
25
Danuningrat dari Magelang juga harus mengemban tugas yang sama. Meski
bergelar Bupati Menoreh, secara teknis Ario Soemodilogo tak mungkin
berkantor di Menoreh, tempat yang justru menjadi markas besar kekuatan inti
pasukan Diponegoro.Maka, RT Ario Seomodilogo di tempatkan di Parakan
sebagai “ ibukota Menoreh”. Namun, RT Ario Soemodilogo tewas oleh serangan
lascar Diponegoro. Nasib yang sama juga dialami RT Djojonegoro. Kedudukan
Soemodilogo digantikan R. Ngabehi Djojonegoro. Setelah menerima besluit
pengangkatan 7 April 1926, Djojonegoro resmi menyandang gelar Raden
Tumenggung dan menjabat bupati yang berkedudukan di Parakan. Setelah
perang 1930, RT Djojonegoro berinisiatif memindahkan ibukota kabupaten
Temanggung. Selain memintakan persetujuann “pindah kantor”, RT
Djojonegoro juga mengusulkan penggantian nama kabupaten. Pertama, secara
resmi Distrik Menoreh masuk Kabupaaten Magelang. Kedua, bupati di Parakan
pernah diobrak-abrik musuh (PasukanDiponegoro) dan telah ternoda. Kedua
usulan tersebut di setujui sehingga turunlah besluit tanggal 10 November 1934
yang melahirkan Regentschap Temanggoeng.30
B. Kondisi Politik Temanggung 1945-1965
Jepang menduduki Indonesia tanpa perlawanan, baik dari tentara
Belanda maupun gerakan rakyat. Hal ini diakibatkan oleh front anti-fasis yang
tidak kuat di Indonesia.31
Propaganda pun dimulai, yang sebelumnya terdengar
lamat-lamat berubah menjadi lantang. Jepang melakukan perang untuk
30 Ibid., 11-12 31 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 23
26
membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan. Tujuannya, untuk
memakmurkan bersama Asia Timur Raya di bawah Jepang. Propaganda itu
kemudian berlanjut dengan penyebarluasan jargon Tiga A : Jepang Pemimpin
Asia, Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia. Namun, propaganda tersebut
hanya menarik simpati rakyat sementara waktu. Jepang pun penguasai
Temanggung melalui Semarang, lewat Sumowono, Kaloran, Kranggan,
kemudian masuk Temanggung pada tahun 1942. Mereka mengendarai beberapa
unit prahoto (truk). Sejumlah serdadu Belanda menyambut mereka dengan
selempang putih di badan dengan senapan menghadap ke bawah tanda
menyerah. Kedatangan tentara Jepang mendapat hati dikalangan masyarakat
Temanggung. Mereka mengumbar janji akan kemakmuran dan tidak melarang
orang-orang Temanggung mengusung ikon-ikon ke-Indonesia-an, termasuk
bendera merah putih. Kata “Indonesia” bebas diucapkan. Sejak saat itu yang
berkuasa adalah Letkol Yamakawa, yang menjadi Komandan Polisi Militer
(kempetei). Seluruh instansi yang ada di Temanggung wajib tunduk
kepadamnya. Struktur pemerintahan tidak banyak berubah. Jabatan yang
ditinggalkan orang-orang Belanda boleh diisi oleh orang-orang pribumi. Bahkan
posisi residen diijinkan untuk dijabat orang pribumi. Segregasi hokum dihapus,
sehingga tidak ada diskriminasi hokum untuk pribumi mapun penduduk timur
asing.32
32 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 64-65
27
Kebijakan politik yang diambil pemerintah pendudukan Jepang adalah
membubarkan semua partai politik per 20 Maret 1942. Enam bulan kemudian
pada 8 September 1942 muncul sebuah undang-undang yang menyebutkan
bahwa pemerintah pendudukan Jepang akan mengendalikan seluruh organisasi
nasional, termasuk PKI.33
Yang pada masa itu PKI berada dalam kedudukan
terisolasi dalam perlawanan terhadap fasisme Jepang. Pada awal pendudukan
Jepang anggota Central dalam PKI dan kader penting dalam PKI banyak yang
ditangkap oleh Jepang, dan diantaranya mendapat hukuman mati. Atas peristiwa
tersebut membuat rakyat Indonesia menjadi semangat anti-Jepang yang mulai
meluas ditengah-tengah rakyat. Oraganisasi anti-Jepang tumbuh dimana-mana
dan banyak yang berada dibawah pimpinan PKI. Atas keganasan Jepang
sehingga menimbulkan pemberontakan seperti di Singaparna, Indramayu, dan
Semarang.34
Setelah peristiwa pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, yang
dilakukan pasukan Amerika membuat Jepang menyerah tanpa syarat pada 14
Agustus 1945. Lepas dari kerumitan politik internasional yang timbul,
proklamasi kemerdekaan akhirnya bergema di Temanggung, para pemimpin
Temanggung secara bergantian menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan
kepada masyarakat. Ketika Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan, pewira-pewira jepang di Magelang dan Temanggung bersikap
pro-republik dan kontra-republik. Situasi ini menguntungkan perjuangan para
33 Ibid., 66 34 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 23-24
28
pemuda Temanggung mengawal kemerdekaan Indonesia. Bendera merah putih
berdiri tanpa gangguan.35
Negara baru Republik Indonesia memerlukan infrastruktur baru dalam
bentuk partai politik (parpol). Meski tak langsung partai-partai itu langsung
terkait dengan posisi di KNIP atau KNID, namun jelas mereka ingin terlibat
dalam manajemen kekuasaan. Parpol yang pertama dideklarasikan di era pasca
proklamasi kemerdekaan adalah PNI dalam pidatonya di radio 23 Agustus 1945.
Kehadiran partai-partai dimaksudkan untuk melegitimasi adanya berbagai
pengelompokan dan kepentingan dalam masyarakat yang kemudian akan
ditampung dalam KNIP. Yang kemudian terjadi memang demikian. Ketika
KNIP keanggotaanya sebagai cikal bakal parlemen, pertengahan 1946, wakil-
wakil partai politik secara resmi hadir dari 200 anggota yang ada, 60 orang
mewakili partai. Sebanyak 110 anggota mewakili daerah dan 30 lainnya dipilih
langsung oleh Presiden. Komposisi KNIP berubah lagi Februari 1947. Dari
jumlah 200, 129 orang mewakili partai, yakni PNI (45), Masyumi (35), Partai
Sosial (35), Partai Buruh (6), Partai Kristen (4), Partai Katolik (2) dan PKI
diwakili dua orang. Ada tujuh orang yang menjadi komunitas, Cina (7), Arab (2)
dan Belanda (1). Mereka bekerja layaknya parlemen, yaitu mengontrol jalannya
pemerintahan.36
Kondisi politik di Temanggung pasca proklamasi kemerdekaan yaitu
ketika berita proklamasi kemerdekaan baru terdengar di daerah Temanggung
35 Husni Thamrin, et.al., Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 75-77 36 Ibid.,86-89
29
pada awal bulan September 1945. Para tokoh masyarakat Temanggung antara
lain H. Kirman (Kedu), Akhmad Qodzi (Sumopuran), Sanjoto, dan Muh Iskak
menjelaskan tentang berita proklamasi. Masyarakat Temanggung dikumpulkan
di alun-alun yang berada di depan masjid Jami‟. Pertemuan di alun-alun tersebut
dihadiri oleh bupati Temanggung Maktal Dipodirdjo, para tokoh Masyumi, para
ulama serta beberapa pimpinan pondok pesantren (ponpes) termasuk ponpes
Payaman Magelang.37
Pembentukan kabupaten Temanggung dimulai diikuti dengan
pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Temanggung yang
diprakarsai oleh para ulama, tokoh masyarakat, dan para birokrat. Pada tanggal 2
September 1945 R.Seotigwo diangkat sebagai bupati menggantikan bupati
sebelumnya R.Tumenggung Maktal Dipodirjo yang meninggal. Anggota KNID
Temanggung terdiri dari beberapa tokoh masyarakat, antara lain : Bambang
Soegeng dan Sumarsono (Kranggan) dari tokoh milisi pemuda, R. Sumarsono
yang menjabat sebagai Kepala Polisi Temanggung, H.Kirman dan Kyai
Mandzur (Ngebel) dari tokoh ulama, Surahmad dari tokoh Nasionalis dan
sejumlah tokoh lainnya. Secara umum, kekuatan massa tersebar merata. Pada
masa awal kemerdekaan keberadaan partai politik belum menunjukkan
persaingan yang signifikan. Masyarakat Temanggung lebih fokus untuk
menghadapi Sekutu yang akan masuk ke Indonesia. Dengan semangat
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan semua masyarakat dari segala
37 Sofa Fikriyah, “Peranan Tentara Keamanan Rakyat Temanggung dalam Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1946”, Artikel (Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah FKI UNS.)
30
lapisan bersatu, tidak memperdulikan perbedaan arah politik, agama maupun
suku, yang terpenting adalah mempertahankan kemerdekaan.38
Setelah terbentuknya KNID, di Temanggung mulai dibentuk
pemerintahan dibawah Kabupaten Temanggung terdiri dari tiga Kawedanan dan
dua belas Kecamatan (asisten), para Wedana dan Asisten dipilih berdasaran
jenjang karir dan pendidikan, wilayah Kawedanan di Kabupaten Temanggung
antara lain :
1. Kawedanan Temanggung dikepalai oleh Bawera. Kawedanan Temanggung
membawahi empat kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Temanggung dengan kantornya di Temanggung
b. Kecamatan Tembarak dengan kantornya di Tembarak
c. Kecamatan Pringsurat dengan kantornya di Pringsurat
d. Kecamatan Kaloran dengan kantornya di Kaloran
2. Kawedanan Parakan dikepalai oleh Cokrodimulya, yang terdiri dari empat
kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Parakan dengan kantornya di Parakan
b. Kecamatan Bulu dengan kantornya di Bulu
c. Kecamatan Kandangan dengan kantornya di Kandangan
d. Kecamatan Kedu dengan kantornya di Kedu.
3. Kawedanan Candiroto dikepalai oleh Dirdjo, yang tediri dari empat
Kecamatan yaitu :
38 Ibid.,96-97
31
a. Kecamatan Candiroto dengan kantornya di Candiroto
b. Kecamatan Tretep dengan kantornya di Wonoboyo
c. Kecamatan Ngadirejo dengan kantornya di Ngadirejo
d. Kecamatan Jumo dengan kantornya di Jumo.39
Dalam pemilu tahun 1955, Indonesia menganut system multi partai.
Sistem multi partai yang disandingkan dengan system pemerintahan
parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitik beratkan kekuasaan pada
badan legislative sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu.
Hal ini disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi
dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang tidak
berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan partai-
partai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan
dari partai koalisilainnya dapat ditarik kembali. Pada tahun 1955 merupakan
pemilu pertama setelah kemerdekaan Indonesia.40
Di Jawa Tengah menjelang pemilu masih terjadi gangguan keamanan
seperti DI/TII dan gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC). Di daerah-
daerah tersebut terjadi kerusuhan-kerusuhan yang diakibatkan aksi perampokan
di rumah-rumah oleh gerakan bersenjata yang tidak segan membunuh. Di daerah
lain ada isu tentang peracunan sumber air, sumur, dan sebagainya. Daerah
39 Ibid.,98 40 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018
32
DI/TII di daerah Brebes dan Tegal, sebagian Pemalang, sebagian Banyumas, dan
sebagian Cilacap. Sementara itu MMC di wilayah Kabupaten Temanggung.
Kondisi keamanan yang tidak kondusif ini memberikan pengaruh terhadap
pelaksanaan pemilu. Pengaruh ini terutama terjadi di daerah-daerah yang rawan
situasi terjadinya aksi oleh DI/TII atau MMC. MMC merupakan gerombolan
bersenjata yang bersifat separatis. Gerombolan ini beroperasi di daerah
Temanggung dan sekitarnya. Pada masa perang kemerdekaan, tanah-tanah
perkebunan partikulir diberikan kepada rakyat. Namun hal ini disalahgunakan
oleh gerombolan MMC untuk menghasut rakyat petani guna menentang
pemerintah. Tindakan-tindakannya berupa penggedoran, perompakan, dan lain-
lain. Akibatnya keadaan rakyat kacau, sehingga dikenakan bantuan militer.41
Adapun hasil pemilu pada tahun 1955 di Temanggung, antaralain;42
PNI NU PKI MASYUMI
DPR Konst DPR Konst DPR Konst DPR Konst
28.176 31.033 41.009 42.942 65.764 65.612 19.625 19.853
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilu pada tahun 1955 di
Temanggung dimenangkan oleh PKI (PartaiKomunis Indonesia). Pada urutan
kedua yaitu NU (Nahdlatul Ulama). Pada urutan ketiga yaitu PNI (Partai
Nasional Indonesia). Dan urutan keempat yaitu Masyumi.
41 Moh Oemar, et.al., Sejarah Daerah Jawa Tengah (Jakarta: Depdikbud, 1994), 226 42 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018
33
Secara geopolitis, Temanggung boleh dibilang tergolong homogen dari
segi etnis dan budayanya. Mayoritas penduduknya, bersuku Jawa dan dalam
keseharian menggunakan bahasa Jawa. Temanggung terbagi menjadi dua
mazhab besar, nasionalis dan Islam. Pilihan politik nasionalis lebih banyak
dianut penduduk wilayah pedesaan, sedangkan partai-partai yang mengusung
ideologi Islam banyak mendapat tempat di wilayah perkotaan. Namun,
penguasaan pemilihnya lebih condong ke nasionalis. Pola kecenderungan politik
ini relatif stabil, tidak berubah, dan sudah terjadi sejak Pemilu 1955. Ini
menunjukkan seakan-akan pola politik aliran yang terjadi sejak pemilu pertama
itu tidak berubah hingga kini. Politik aliran memang masih kuat, khususnya di
Jawa. Pilihan politik penduduk di wilayah lebih banyak dipengaruhi faktor
kepercayaan dan kecurigaan daripada factor pilihan program- program yang
ditawarkan partai politik.43
Pada tahun 1957, terjadi serentetan kudeta di daerah-daerah yang
kondisinya kritis. Hal ini menyebabkan semakin besarnya harapan kepada
presiden, terutama dari masyarakat dan militer, untuk membuat perubahan yang
radikal. Pada Januari 1957 Soekarno terlibat dalam serangkaian diskusi dengan
berbagai kalangan luas dan pemimpin politik. Ia mengumpulkan pemimpin
politik dan pemimpin Istana Negara untuk mendengarkan uraian konsepsinya.
Untuk menjalankan prinsip yang disampaiakan, ia mengajukan dua usul.
43
Sybly, M. Roem, “Dinamika Politik Jawa Tengah”, Dalam http://www.reform-
institute.org/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1.pdf. Diakses 2 Mei 2019
34
Pertama, menyarankan membentuk cabinet gotong royong yang mewakili
semua partai yang terdiri dari empat partai yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Kedua, mengusulkan membentuk DewanNasional yang bertugas member
nasihat kepada cabinet secara sukarela. Saat delegasi partai, banyak partai yang
tidak setuju. Diantara partai yang setujuhanya PNI dan PKI, sedangkan
Masyumi dan NU menolak. Kemudian disusul Partai Syarikat Islam Indonesia
(PSII), Katolik, dan Partai Rakyat Indonesia (PRI) mengelurkan pernyataan
bersama yang menolak konsepsi.44
Pada tahun 1958, kondisi politik semakin memanas ketika pers
memberitahu bahwa sejumlah tokoh terkemuka yang menentang kebijakan
Soekarno berkumpul di Sumatera Barat. Mereka telah menyatakan sikap anti
komunis dan mengutuk pemerintah di Jakarta yang dianggap cenderung kearah
komunis. Saat itu lah Soekarno membutuhkan TNI-AD untuk bertindak terhadap
partai politik dan pemberontakan. Soekarno dan TNI-AD melakukan operasi
untuk menghancurkan gerakan separatis. Pada tahun 1959, presiden Soekarno
berpidato di depan Dewan Konstituante untuk menyerukan kembali ke UUD‟
45. Namun, Dewan Konstituante tidak berhasil mengambil keputusan apapun.
Dan presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit “untuk kembalike UUD‟ 45.
Kabinet kerja yang dipimpin Juanda saat itu dibubarkan karena dibentuk
berdasarkan UUDS 1950. Kemudian presiden berpidato berisi “Penemuan
Kembali Revolusi Kita” yang dikenal sebagai Manifesto Politik atau Manipol.
44 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018
35
Pada tahun 1960 didirikan LigaDemokrasi yang ditandatangani oleh lima tokoh
Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan sejumlah tokoh Masyumi,
organisasi-organisasi pendukung NU, Partai Katolik dan Partai Protestan, serta
Partai Sosialis Indonesia (PSI), Liga Demokrasi menuntut agar pembentukan
parlemen gotong royong menurut garis yang direncanakan pemerintah
ditangguhkan untuk mencari jalan demokratis dan konstitusional untuk
membentuk parlemen yang demokratis. Pernyataan ini di kecam oleh Soekarno
dengan menyatakan bahwa Liga Demokrasi tidak demokratis dan fasis.
Sehingga pada tahun 1961 lembaga Liga Demokrasi dilarang. Pada tahun 1965,
terjadi perubahan politik yang menyebabkan munculnya pendapat umum yang
mengizinkan bahkan mendorong Presiden Soekarno untuk terlibat dalam
mencampuri urusan Negara. Factor yang menebabkan perubahan situasi ini
diantaranya: pertama, munculnya tentara sebagai kekuatan yang lebih bersih.
Kedua,inflasi yang terus melaju dan berkembangnya korupsi di kalangan politisi
dan birokrasi telah meningkatkan rasa kecewa terhadap hasil-hasil
kemerdekaan.45
Pada wilayah Temanggung tahun 1965 keadaan politik sangat sensitive
disebabkan karena terjadinya peristiwa pemberontakan PKI. Pada peristiwa
tersebut banyak pegawai-pegawai termasuk anggota pemerintahan ditahan dan
diasingkan dari bumi pemerintahan Temanggung. Mereka di asingkan di Pulau
Buru. Akan tetapi, Bupati Temanggung pada waktu itu berasal dari kalangan NU
45 Ibid.,142-146
36
dan lurah yang menjadi pusatnya PKI juga berasal dari kalangan NU maka
hanya sedikit warga eks-PKI yang ditahan dan diasingkan. Pasca terjadinya
peristiwa tersebut maka kondisi politik di Temanggung menjadi aman, damai
tidak ada perselisihan antara kedua kubu tersebut, yaitu kubu NU maupun kubu
PKI.
C. Sejarah Partai Komunis Indonesia di Temanggung
Lahirnya PKI dapat dirunut dari kedatangan H.J.F.M Sneevliet yang tiba
di Hindia Belanda pada tahun 1913 menjelang Perang Dunia I. Sneevliet adalah
seorang aktivis politik yang berhaluan marxis. Sebelumnya Sneevliet adalah
seorang pemimpin organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal
Democratische Arbeiders Partij (SDAP) di negeri Belanda. Sesampainya di
Indonesia, mula-mula Sneevliet bekerja sebagai anggota Staff Redaksi Warta
Perdagangan Soerabajasche Handelsblad, sebuah surat kabar milik sindikat
perusahaan-perusahaan gula di Jawa Timur. Kemudian ia bekerja sebagai
sekretaris pada Semarangsche Handels Vereniging, menggantikan pejabat lama
D.M.G. Koch. Pada saat itu di Semarang telah terdapat organisasi buruh kereta
api, Vereniging van Spoor en Tramsweg Personeel (VSTP).46
Di kemudian hari Sneevliet berhasil menanamkan pengaruhnya ke dalam
organisasi VSTP tersebut dan membawa VSTP ke aktivitas-aktivitas radikal dan
menjadikan VSTP sebagai media penyebarluasan marxisme di Hindia Belanda,
antara lain melalui surat kabar VSTP, De Volharding (Keyakinan). Selanjutnya
46 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia: Latar Belakang, Aksi dan Penumpasannya, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1992), 7
37
Sneevliet mengadakan kontak dengan orang-orang Belanda yang berhaluan
sosialis yang ada di Hindia Belanda. Pada tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama
B.J.A Branstender, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV
(Indische Sociaal Democratische Vereniging). Setahun kemudian mereka
menerbitkan majalah Het Vrije Woord (Suara Kebebasan) di Surabaya sebagai
propaganda marxisme. Selain itu, ISDV juga menerbitkan surat kabar Soeara
Mardika dan kemudian Soera Rakjat.47
Perlunya membangun ikatan dengan massa yang lebih luas, maka ISDV
mencoba bersekutu dengan Insulinde, tetapi tujuannya tidak tercapai dan
kerjasama yang dibangun berakhir. ISDV kemudian mulai melihat potensi yang
dimiliki oleh SI dengan ratusan ribu pendukung dan melakukan infiltrasi yang
dikenal dengan blok di dalam atau block within. Cara yang digunakan ISDV
adalah dengan menjadikan anggota ISDV menjadi anggota SI dan sebaliknya
menjadikan anggota SI menjadi anggota ISDV. Dalam waktu satu tahun ISDV
telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan anggota-anggota SI. Mereka
memperkuat pengaruhnya dengan jalan menunggangi keadaan buruk akibat
Perang Dunia I dan panen padi yang jelek serta ketidakpuasan buruh perkebunan
sebab upah yang rendah dan melambungnya harga-harga.
47 Matdiyah, “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten Abad Ke – 20”, Skripsi
(Jakarta: Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
2017 ), 43
38
Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan
infiltrasi ke dalam tubuh SI, yaitu:48
a. Central Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat
lemah kekuasaannya. Tiap-tiap cabang SI berindak sendiri-sendiri secara
bebas.
b. Kondisi kepartaian pada masa itu memungkin orang untuk sekaligus menjadi
anggota lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan pada mulanya organisasi
itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatu
organisasi untuk mendukung berbagai kepentingan sosial, budaya dan
ekonomi. Di kalangan kaum terpelajar menjadi kebiasaan bagi setiap orang
untuk memasuki berbagai macam organisasi yang dianggap dapat membantu
kepentingannya.49
Kaum sosialis memandang tugas pokok ISDV ialah melakukan
propaganda prinsip-prinsip sosialisme di Indonesia. Mereka berpendapat
kekuatan sosialisme dapat memiliki peranan langsung di daerah koloni,terutama
mendorong sikap revolusioner anti-imperialisme. Setelah melalui berbagai
perdebatan panas,kelompok mayoritas radikal menang. Disepakati bahwa fungsi
partai ialah menyatukan kaum sosialis Hindia Belanda, menjelaskan kepada
48 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid V (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008), 357 49 Ibid., 357
39
faksi sosial demokrat di Parlemen Belanda mengenai kondisi Indonesia dan
menyebarkan propaganda sosialisme di seluruh wilayah Indonesia.50
Pada tahun 1918 ketika SDAP di negeri Belanda menjadi Partai Komunis
Belanda (CPN), beberapa anggota bangsa Eropa di dalam ISDV mengusulkan
untuk mengikuti jejak itu. Sebagai hasil gagasan mereka, pada kongres ISDV
ke-7 bulan Mei 1920 dibicarakan usul untuk menggantikan ISDV menjadi
Perserikatan Komunis di Hindia Belanda, dengan tujuan untuk membedakan diri
dengan kaum sosialis palsu dan untuk mengidentifikasikan diri dengan
Komintern. Hingga akhirnya setelah diadakan pemungutan suara, maka pada
tanggal 23 Mei 1920 ISDV merubah namanya menjadi Partai Komunis Hindia
yang pada bulan Desember berubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI).51
Pada saat kelahiranya, PKI dipimpin oleh Semaun sebagai ketua,
Darsono sebagai wakil ketua, dibantu oleh Bergsma selaku sekretaris sedang
bendaharanya adalah Dekker dan Baars sebagai anggota. Pada tanggal 25
Desember 1920 resmi menjadi anggota dari Internationale III yang berpusat di
Moskow. Ini salah satu bukti bahwa gerakan komunis di Indonesia merupakan
bagian dari pada gerakan komunis internasional.52
50 Ruth T. McVey, Kemunculan Komunisme Indonesia, terj. Tim Komunitas Bambu (Depok: Komunitas
Bambu, 2010), 23 51 Matdiyah, “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten Abad Ke – 20”, Skripsi
(Jakarta: Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
2017 ), 45 52 Dimas Anom, “Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel (Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI, 2015), 3
40
Yang mendorong berdirinya PKI menurut Mau The-tung yaitu; Dengan
berdirinya PKI bahwa orang-orang yang progresif terhadap Indonesia tidak
ketinggalan dalam menyambut Revolusi Oktober 1917. Orang-orang yang
progresif terhadap Indonesia dan rakyat Indonesia akan memperkuat front
revolusioner yang menentang imperialism dunia. Dengan perjuangan untuk
kemerdekaan Indonesia menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
perjuangan untuk menghancurkan kapitalisme.53
Berdirinya PKI dikenal sebagai anti imperialism Belanda, tidak hanya
disambut oleh kaum buruh dan kaum tani Indonesia tetapi oleh golongan-
golongan rakyat lainnya, juga kalangan massa dan matros. Sehingga PKI
berkembang sangat pesat.54
Sejak perang Diponegoro, kondisi politik Temanggung tergolong
tentram. Ketika perang Jawa berkobar daerah Magelang-Temanggung termasuk
wilayah yang porak poranda. Sampai dengan kedatangan Jepang di tahun 1942 ,
sehingga tidak ada lagi gejolak politik yang panas di Temanggung. Berdirilah
organisasi BO yang pada awalnya Bupati Temanggung yaitu Tjokroadikoesmo
hadir dalam kongres I BO di Yogyakarta. Kemudian Bupati Temanggung
tidak mau terlibat dalam BO dan mendukung gagasan Bupati Jepara untuk
mendirikan Perhimpoenan Boepati alias Regenenten Bond. Dengan alasan
53 D.N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaharuan, 1955), 9-10 54 Ibid.,11-12
41
karena tidak mau terseret dalam politik BO dan tidak bisa bekerjasama dengan
kelompok radikal dalam BO seperti dokter Tjiptomangunkoesoemo.55
BO tidak ada aktivitas di Temanggung sehingga Sarekat Islam (SI) lah
yang berkecamuk di Temanggung. Cabang SI pertama muncul di Parakan
kemudian disusul di Temanggung. Kegiatan yang sering dilakukan adalah
menggelar rapat-rapat umum yang dihadiri ribuan massa yang dilakukan di
Parakan tahun 1914. Rapat tersebut mengolok-olok kolonialisme yang membuat
asisten residen gusar. Asisten wedana Parakan yang kebetulan anggota SI
dilengserkan. Tindakan ini mendapat reaksi keras dari Raden Mas Soerjopranoto
yang menjadi pimpinan Central Sarekat Islam (CSI) dan menjabat Kepala Dinas
Pertanian (Landbouw-consulent) di Kabupaten Wonosobo. Soerjopranoto
melampiaskan kegeramannya dengan melabrak Asisten Residen Wonosobo agar
asisten residen menyupayakan pencopotan SI dibatalkan. Ketika permintaannya
ditolak, Soerjopranoto mengeluarkan ijasah Middlebare Landbouwshool
(Sekolah Menengah Pertanian) Bogor dan besluit pengangkatannya sebagai
Landbouw-conculent membuat kecewa asisten residen. Ia juga menyatakan
keluar dari pangreh praja dan bersumpah tidak akan bekerja di lingkungan
pemerintah Kolonial.56
Geliat politik di daerah Temanggung terdorong oleh kehadiran SI,
kemudian retak dengan munculnya SI Merah yang memisahkan diri. Bersama
55 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 64 56 Budiawan, Anak Bangsawan Bertukar Jalan, (Yogyakarta: LKis, 2006), 81-82
42
kader sosialis di luar SI, kelompok ini kemudian membentuk Perserikatan
Komunis Hindia (PKH) 1920, dan empat tahun kemudian berubah menjadi PKI
(Partai Komunis Indonesia). Sarekat Islam Temanggung relative bersih dari
sayap merah tersebut. Maka, daerah Temanggung tetap adem ayem ketika PKI
ada peristiwa pemberontakan pada tahun 1926. Dinamika politik tetap berpusat
di kota-kota besar tempat berkumpulnya anak-anak muda terpelajar. 57
Selama pemberontakan kelemahan partai menonjol, misalnya tidak ada
kebulatan dalam pimpinan partai mengenai pemberontakan, tidak ada persiapan
dalam menyelamatkan kader dan pimpinan partai. Ribuan anggota dan
fungsionaris PKI dikejar dan dihukum. Banyak yang dibuang di tengah-tengah
rawa Digul di Irian oleh Kolonial Belanda. Hanya beberapa orang PKI yang
berhasil menyelamatkan diri. Atas pemberontakan tersebut akhirnya berakhir
dengan kekalahan PKI dan Rakyat Indonesia. Oleh karena itu pemebrontakan
mempunyai arti yang penting dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat
Indonesia.58
Di Temanggung PKI berkembang pesat, sehingga menimbulkan suasana
revolusi yang membuat warga terbiasa melihat kelompok-kelompok bersenjata.
Bagi orang Temanggung seorang tentara adalah pejuang yang harus dihormati,
bahkan dibantu apabila kondisinya memungkinkan. Maka kehadiran Batalyon
Tentara Laut RI (TLRI) di bawah Mayor Mahmud sekitar Agustus 1948 di
57 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 58-59 58
D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 15-16
43
Parakan. Secara resmi, Temanggung sebagai bagian dari Wilayah Karesidenan
Kedu berada di dalam territorial Devisi III Bambang Soegeng yang
berkedudukan di Magelang. Namun, garis komando dari Panglima Devisi III ke
Komandan KDM (Komando Daerah Militer) masih samar. Baru setelah
Panglima Devisi ditetapkan sebagai gubernur militer. Mayor Salamun yang baru
menjabat sebagai Komandan KDM Temanggung tidak terlalu pusing dengan
satuan TRLI yang secara herarkis bernaung di bawah Devisi IV Penambahan
Senopati. Sejumlah perwira penting dalam Devisi IV diketahui sebagai
pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Batalyon TLRI merekrut anggota
baru dan dibebastugaskan dari dinas kemiliteran dan menyusul digulirkannya
program “re-ra” (reorganisasi dan rasionalisai TNI). Yang membuat Batalyon
TLRI di bawah Mayor Mahmud merekrut anggota baru di Parakan.59
Satuan TNI tidak mau tinggal diam. Yang mendapat tugas untuk
membungkam gerakan PKI Parakan ini adalah Batalyon IV Panuju, salah satu
dari empat Batalyon Ahmad Yani yang berpusat di Magelang Batalyon Panuju
sendiri sudah ditempatkan di sekitar Candiroto untuk disusupkan ke daerah
Kendal. Dibantu satuan Tentara Pelajar (TP) Temanggung dan satuan setingkat
kompi dan Divisi Siliwangi yang berkedudukan di Wonosobo, Batalyon Panuju
segera melakukan pukulan. Pasukan Mahmud mundur kearah Ngadirejo,
kemudian pecah di Candiroto. Yang satu bergerak ke arah Tretep yang lain ke
arah Bejen. Mereka membawa tahanan sebagai sandera dan ditembak mati di
59 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan
Harian Cabang BPK 45, 2008), 208-209
44
Candiroto. Yang jatuh sebagai korban diantaranya Kapten Soematri (staf
MBPT), Letda Soewandi (staf MBPT) dan Koalan (Camat Tretep). Satu satuan
TNI mengejar dan menjepit gerombolan merah di Tretep dan Baiting (Bejen),
sementara unit lainnya membersihkan daerah sekitar Parakan. Pada tanggal 27
September 1948 Parakan dinyatakan bersih dari gerombolan komunis ini. Mayor
Mahmud, istrinya dan sejumlah pengawalnya tertangkap. Sisa pasukannya
pulang kea rah Sukorejo yang merupakan daerah status quo.60
Atas peristiwa pemberontakan PKI, maka pada bab selanjutnya akan di
bahas tentang konflik PKI dengan NU di Temanggung. Mengingat kondisi
konflik yang memanas maka rangkaian peristiwa banyak yang menyudutkan NU
dan melakukan pembelaan terhadap PKI. Sehingga dapat mengungkap
kebenaran bahwa PKI melakukan propaganda, memprovokasi, meneror dan
menyerang NU dan pesantren. Berbagai peristiwa tersebut maka dilakukanlah
rekonsiliasi pada yang mensyaratkan adanya kebenaran dan keadilan. Dengan
adanya kebenaran yang diungkap diharapkan menjadi dasar yang kokoh dalam
pelaksanaan rekonsiliasi. Sebab rekonsiliasi tanpa dilandasi kebenaran akan
menghasilkan ketidakadilan dan akan mengganggu terjadinya rekonsiliasi.
60 Ibid., 211-212.
45
BAB III
KONFLIK PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN WARGA
NAHDLATUL ULAMA (NU) DI TEMANGGUNG
A. Sejarah Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama
(NU) di Indonesia
Tahun 60-an, pilar politik Indonesia sudah menerucut, terdiri dari
Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI. PKI sangat dekat dengan Presiden
Soekarno. Tokoh Masyumi ditangkap Soekarno tanpa diadili (diantaranya M.
Natsir, M. Rum, dan HAMKA). Permusuhan antara kalangan Islam termasuk
NU dengan PKI terasa sekali sampai ke desa-desa, seperti dalam Insiden
Kanigoro di Jawa Timur. Saat itu terjadi perubahan pola PKI yang menerapkan
strategi Peking dan meninggalkan pola peacefull coexistence61
ala Moskow.62
Orientasi PKI ke Peking yang direncanakan 23-26 Desember 1963 mendorong
ketegangan dan kerusuhan di daerah pedesaan. PKI memobilisasi massa untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Agraria tahun 1960 sehingga
menimbulkan konflik. Umat Islam termasuk para kyai yang memiliki tanah luas,
terancam oleh aturan pertanahan tersebut. Selain dari pelaksanaan land reform,63
Sartono Kartodirdjo juga melihat penyebab lain yaitu pelecehan agama Islam
melalui ludruk dan wayang menjelang 1965. Dalam bidang seni-budaya juga
61 Peacefull coexistence (Eksistensi damai) adalah teori yang dikembangkan dan diterapkan oleh Uni Soviet
pada berbagai kesempatan sepanjang perang dingin dalam konteks kebijakan luar negeri Marxis-Leninis dan
adopsi oleh “Negara sosialis” yang dipengaruhi Soviet sehingga mereka dapat eksis secara damai bersama blok
kapitalis (Negara non-sosialis). 62 Iwan Gardono Sudjatmiko, The Destruction of the Indonesia Communist Party (PKI): A Comparativ
Analysis of East Java and Bali (Makassar: U.M., 1992), 63 Land reform (Reformasi Pertanahan) adalah suatu asas yang menjadi dasar dari asas perubahan-perubahan
dalam struktur pertanahan hamper di seluruh dunia termasuk Indonesia. Asasitu adalah bahwa “Tanah
pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri”
46
terlihat agresivitas64
seniman kiri yang menggenjet kebebasan berekspresi
sastrawan non-komunis.65
Adapun secara lebih rinci bahwa konflik PKI dengan NU disebabkan
adanya berbagai macam perbedaan, yaitu;
a. Perbedaan Epistomologis dan Ideologi
Terjadinya pertentangan antara masyarakat Islam dan warga NU
khususnya dengan komunisme merupakan perbedaan dasar baik yang
bersifat filosofis, teologis dan sekaligus ideologis. Islam adalah agama yang
berdasarkan pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang
mcmpercayai alam gaib dan akhirat atau adanya hidup sesudah mati.
Sedangkan Marxisme, Leninisme dan komunisme yang berpijak pada filsafat
materialisme, yang menganggap bahwa realitas hanya satu yaitu benda
(materi). Tuhan dianggap tidak ada, karena kepercayaan Marxisme adalah
ateisme. Marxisme merupakan pemikiran yang lahir dari Filsafat Barat yang
berjuang melawan perkembangan kapimlisme. Kapitalisme dan imperialisme
Barat bisa bergandengan tangan dengan Komunisme Soviet dalam
menghadapi fasisme Nazi, Jepang dan Italia dalam perang Dunia Kedua.
Begitu iuga Kolonialisme Belanda yang kapitalis itu bisa bekerjasama
64 Agresivitas adalah suatu perilaku yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti yang mengandung unsure
kekuatan, serangan atau gangguan baik secara visik atau verbal dan merusak atau mengambil hak milik orang
lain dengan atau tanpa tujuan dan korban tidak menghendaki perilaku tersebut. 65 Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta:Ombak,2009),192
47
dengan komunisme yang sosialis dalam menghadapi Jepang dalam
Pemberontakan Madiun.66
Para Kiai tidak terkecoh dan tidak melibatkan diri pertarungan antara
komunisme dan kolonialisme di Indonesia, karena keduanya sama-sama
ateis dan sama-sama imperialis. Dengan tegas KH. Idham Chalid dalam
harlah NU ke 39 di Jakarta mengatakan bahwa politik non komunis atau anti
komunis yang dijalankan NU ridak hanya untuk mcnghadapi komunisme
saja, tetapi NU akan berhadapan dengan segala bentuk Iadiniyun
(sekularisme) dan scgala bentuk zanadiqoh (ateisme), karena keduanya
merupakan satu kesatuan sebagai musuh NU. Bahkan jauh sebelumnya
Hadratusy Syeikh KH Hasyim Asy‟ari pada tahun I947 mengingatkan
bahaya ajaran materialisme historis yang ateis itu bagi bangsa Indonesia.
Karena konsep yang sedang dikembangkan sccara gencar oleh PKI itu
menyerukan pengingkaran terhadap agama, adanya akhirat. Dalam tulisan
KH Syaifudin Zuhri di jelaskan bahwa memilih dengan jelas dan
mempertemukan dua hal yang berbeda dengan jelas pula, bahwa liberalisme
dan komunisme itu walaupun bertentangan secara diametral tetapi memiliki
watak sama yaitu ateis. Sementara ateisme inilah yang menjadi spirit dari
perkembangan ilmu pengetahuan modern sebagaimana yang dikembangkan
Auguts Comte, Darwin dan seterusnya. Karena itu kalangan Kiai NU
66 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta:Tim PBNU, 2013), 25-27
48
menterjemahkan istilah vrijdenken bukan hanya pemikiran liberal atau
pemikiran bebas, melainkan diterjemahkan sebagai pemikiran ateis.67
Kercayaan diri yang kuat terhadap sistem pemikiran dan kebiiakan
politik yang dijalankan membuat NU sangat percaya diri pula dalam
menghadapi rival pemikirannya serta musuh Ideologinya yaitu PKI, karena
itulah tidak aneh kalau sejak awal KH Wahab Hasbullah dan juga Haji
Hasan Gipo Ketua umum PBNU tahun 1926-1927 itu sering terlibat
perdebatan serius dengan tokoh PKI Muso dan juga Alimin serta tokoh
komunis lainnya tentang keberadaan Tuhan, tentang adanya wahyu
sertaadanya kehidupan akhirat. Kepercayaan diri itulah yang membuat para
ulama ini mampu berhadapan dengan intelektual vrijdenker PSI seperti
Syahrir, yang menafikan peran agama sebagai tatanan sosial dan politik.
Perbedaan pemikiran itu kemudian diterjemahkan dalam perbedaan dalam
membangun sistem politik dan kenegaraan, karena itu keduanya selalu
bertentangan. Dengan demikian pertentangan NU dengan liberalisme dan
komunisme itu tidak hanya bersifat filosofis. epistemologis tetapi pada
dasarnya merupakan pertentangan politis dan ideologis.68
b. Perbedaan kultur
Komunisme dan Kolonialisme barat memiliki agenda yang sama di
samaping menjajah adalah melakukan westernisasi terhadap kebudayaan
67 Ibid., 27-28 68 Ibid., 29-30
49
Nusantara. Semua pengalaman Barat, pemikiran Barat itu hendak
dikembangkan di Indonesia dalam sebuah misi sivilisasi, atau pemberadaban
bangsa-bangsa Timur. Kolonialisme dengan mendirikan berbagai sekolah
baik sebelum maupun setelah Politik Etis telah mengajarkan sekularisme dan
juga individualisme yang terselubung dalam berbagai mata pelajaran mulai
filsafat, biologi, bahasa. budaya, sejarah hingga administrasi. Itulah yang
dicium oleh KH. Syaifuddin Zuhri bahawa perlawanan terhadap komunisme
harus sejalan dengan perlawanan terahadp liberalisme karena keduanya
berlandaskan pada asas yang sama yaitu materialisme dan ateisme. Dengan
adanya cara pandang seperti itu, maka perlawanan NU dalam menghadapi
kolonialisme dan komunisme itu tidak hanya sistematis tetapi sangat
konseptual, karena Nu tidak memiliki strategi yang kuat tetapi berhasil
mengalahkan seluruh rivalnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan adanya konsep yang membuat NU bisa bertahan bahkan mampu
menundukkan PKI baik secara konsep maupun strategi. Baik dalam forum
resmi seperti Dewan Konstituante, dalam DPRGR, di kabinet maupun dalam
DPA. Setelah unggul dalam menghadapi pertarungan fisik dalam konflik
sosial atau perang di lapangan yang terjadi tahun 1965.69
Kesalahan PKI dalam mengembangkan komunisme di Indonesia dengan
menyamakan budaya Indonesia dengan budaya Eropa. Watak dasar budaya
69 Ibid.,30-31
50
Eropa adalah meterialis, individualis, dan kapitalis. Hal itu disamakan
dengan kultur Indonesia yang masih kekeluargaan dan komunalistik. Dalam
suatu sistem sosial yang kekeluargaan, maka mereka tidak mudah
dihadapkan dalam sebuah pertentangan untuk diadu dan dibenturkan satu
sama lain. Mereka justeru saling meniaga dan saling mengamankan yang
terikat dalam sebuah falsafah hidup “menjaga ketertiban dunia” serta
“berperan aktif dalam posisinya”. Ketika ada seorang miskin yang diteror
PKI masyarakat yang miskin dan kaya juga membela, begitu pula bila ada
seorang hartawan yang diserang PKI, maka rakyat miskin, buruh dan tani
akan membela warganya. baik yang miskin ataupun kaya, kerena selama ini
mereka hidup bersama saling menolong dan saling menghidupi dan saling
melindungi.70
c. Perbedaan politik
Perbedaan NU dengan PKI semakin mencolok dalam bidang politik,
kalau NU lebih mengutamakan harmoni atau isblabil ummah (untuk
keseiahteraan rakyat) lahir dan batin. Sebaliknya PKI membangun sistem
politik yang kontradiktif bahkan konfrontatif ditengah masyarakat Nusantara
yang harmoni. Perbedaan itu juga menjadi hambatan tersendiri bagi
perkembangan politik PKI. Tradisi politik yang dikembangkan PKI tidak
70 Ibid., 31-32
51
melahirkan ketentraman malah mengundang terjadinya benturan antar
masyarakat antar tradisi.71
Dalam politik PKI yang konfrontatif hanya ada kawan dan lawan, yang
bukan kawan dianggap lawan dan boleh diserang. Sebagai contoh dalam
sidang BPUPKI berbagai perwakilan masyarakat hadir dalam sidang itu,
mulai dari kelompok Islam, nasionalis, Hindu, Budha, Konghucu dan
sebagainya tetapi ketika bicara soal penetapan dasar Negara serta
Mukadimah undang-undang dasar walaupun tcrdapat banyak perbedaan dan
berlangsung secara sengit, tetapi bisa dimusyawarahkan sccara kckcluargaan
schingga dalam waktu singkat bisa dirumuskan Pancasila, Mukadimah
Undang-Undang Dasar serta UUD 1945, karya monumental bangsa ini
dirumuskan tanpa disertai ketcgangan apalagi kekerasan. Sikap konfrontasi
ditunjukkan PKI dalam siding DPA yang diisi oleh orang yang berpikir
secara stabil emosinya. Tctapi kclompok PKI yaitu DN Aidit, masih
menggunakan forum DPA sebagai sarana untuk menyerang lawan
politiknya. Salah satu yang pernah diserang adalah KH Saifuddin Zuhri,
yang digugat karena Islam mengharamkan makan daging tikus. Dengan cara
lebih diplomatis serangan DN Aidit tcrhadap kesucian Islam itu ditangkis
oleh KH Saifuddin Zuhri.72
Tidak hanya di forum resmi politik kenegaraan, di lapangan PKI juga
menghembuskan dan mengobarkan perlawanan terhadap pemerintah dan 71 Ibid., 32 72 Ibid., 32-33
52
terhadap para pimpinan agama dan orang-orang kaya. Selain itu kebiasaan
melakukan pemberontakan scperti di Banten, Pekalongan, Madiun dan
sekitarnya tahun 1948 serta berbagai provokasi lainnya termasuk selama
dasawarsa 1960-an hingga 1965. Selama beberapa dasawarsa PKI
menampilkan diri sebagai sosok yang garang dan subversif bahkan
cenderung kriminal. Segala macam bentuk politik yang penuh kontradiksi
dan konfrontasi itu membuat rakyat jenuh dan menjauhi PKI. Dengan
perilaku politiknya PKI mudah distigma sebagai partai bikin onar. PKI bisa
jadi besar menjelang 1965, tetapi citra buruk sebagai pembuat kisruh tidak
bisa sirna. Perbedaan sikap politik yang tajam itu PKI akhirnya berhadapan
dengan kekuatan lainnya, sampai akhirnya PKI lenyap dari panggung politik
Indonesia.73
Hermawan Sulistyo menyimpulkan, pembantaian PKI tidak dilakukan
secara sistematis. Polanya bervariasi dari suatu daerah ke daerah lain. Khusus
menyangkut Jombang dan Kediri, pembasmian PKI merupakan “konsekuensi
logis” dari konflik yang sudah berlangsung bertahun-tahun anatara berbagai
faksi di dalam masyarakat local. Adapun factor pendukung yaitu; pertama
budaya amuk sebagai unsure penopang kekerasan. Kedua, konflik di daerah-
daerah antara golongan komunis dan non-komunis terutama para kyai sudah
mulai tampak sejak 1960-an. Ketiga, militer diduga juga berperan dalam
73 Ibid., 33-34
53
menggerakkan masa. Keempat, factor provokasi media massa yang
menyebabkan masyarakat menjadi geram.74
Pembunuhan masal tahun 1965/1966 perlu dipisahkan antara 1) konflik
antar masyarakat dengan 2) kejahatan yang dilakukan oleh Negara. Pertikaian
antar kelompok masyarakat meskipun memakan banyak korban bias
diselesaikan. Konflik antar Banser NU dengan korban PKI itu adalah masalah
antar kelompok masyarakat yang bisa diselesaikan. Walaupun korban di
kalangan muslim pra-1965 jauh lebih kecil dibandingkan pembantaian sesudah
itu, hal tersebut masih dapat dimaklumi. Sebuah aksi bias menimbulkan reaksi
yang jauh lebih keras, jelas bahwa kelompok kiri yang memulai perseteruan.
Seharusnya dilakukan rekonsiliasi nasional tahun 1966 sehingga permusuhan
antara kalangan Islam dengan kubu kiri dapat diakhiri.75
Yang lebih parah adalah kejahatan yang dilakukan Negara terhadap
masyarakat. Pertama, beberapa pengamat asing mengatakan, dalam peristiwa
itu, selain konflik sosial, juga ada operasi militer (terutama di Jawa Tengah).
Daftar orang yag dibunuh itu sudah sebarkan sebelumnya. Kedua berlangsung
selama rezim Orde Baru berkuasa. Para Tapol PKI mendapat perlakuan hukum
yang sangat buruk. Mereka dibuang ke Buru dan kemudian dilepaskan tampa
diadili. Bukan terhadap mereka yang diduga terlibat gerakan 30 September
74 Hermawan Sulistiyo, Palu Arit di Ladang Tebu (Jakarta:KPG (Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), 91-
121 75 Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2009),193–194.
54
tetapi anak-cucunya juga dikenai ketentuan yang melanggar hak asasi, misalnya
aturan Litsus dan “bersih lingkungan” dan instruksi Menteri Dalam Negeri
No.32 1981 yang melarang mereka bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil/Militer. Ketiga yang dilakukan Negara adalah proses cuci otak yang
dikerjakan selama rezim Orde Baru berkuasa. Melalui pendidikan sekolah atau
penataran, ditanamkan bahwa PKI adalah satu-satunya dalang kudeta 1965 yang
memakan korban 6 jenderal. Tidak pernah diungkapkan berbagai versi lain
mengenai Gerakan 30 September. Kaum komunis dikatakan “ menghalalkan
segala cara” padahal praktek ini dijalankan semasa Orde Baru dengan
sempurna.76
Menurut narasi pemerintah era Presiden Soeharto bahwa pembunuhan
terhadap para pewira tinggi militer pada 1 Oktober 1965 yang dilakukan oleh
PKI. Bahkan para pemimpin utama Gerakan 30 September yaitu pewira-pewira
Angkatan Darat yang dipengaruhi oleh orang-orang komunis. Narasi pemerintah
ini mengabaikan fakta bahwa para pemimpin gerakan militer memiliki hubungan
pribadi dan professional dengan Seoharto sejak perang kemerdekaan Indonesia
(1945-1949). Narasi ini juga mengabaikan kemungkinan bahwa Soeharto
sebelumnya telah mengetahui yang direncanakan oleh pembuat makar. Menurut
narasi pemerintah Orde Baru, pembunuhan massal yang terjadi setelah
pembunuhan para pewira militer di Jakarta adalah tindakan-tindakan “spontan”,
76 Ibid.,194–195.
55
Karena rakyat marah dengan dibunuhnya para Jenderal. Gelombang
pembantaian bergerak dari Jawa Tengah pada bulan Oktober kemudian ke Jawa
Timur pada bulan November, dan ke Bali pada Desember 1965. Untuk
menjustifikasi pembunuhan massal, narasi pemerintah menggambarkan orang-
orang komunis sebagai pengkhianat Ideologi Negara, Pancasila, dan UUD 1945.
Anggota PKI telah merencanakan mengganti Pancasila dengan Ideologi ateistik
yaitu komunisme. Mereka adalah ancaman bagi bangsa Indonesia.77
B. Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan NU di Temanggung
Sebelum dan masa perang kemerdekaan hingga Proklamasi 1945. suara
PKI nyaris tidak kedengaran. Sejak pemberontakan I926 PKI dibawah kontrol
ketat pemerintah Hindia Belanda. sehingga para pimpinannya banyak kabur ke
luara negeri, sementara yang berada di Indonesia tiarap. Sekitar tahun I935
Muso telah menyelundup kembali ke Indonesia dari Soviet, sambil
mengembangkan PKI secara illegal. Pada zaman Jepang kelompok ini ditindas
habis, karena mengumandangkan slogan anti fasisme. Sejak saat itulah PKI
melalui pimpinannya Amir Syarifuddin bekerjasama dengan Belanda
menghadapi jepang, dengan disuplai dana dan amunisi hingga saat
pcmbcromakan Madiun.78
Pada tahun 1962, perebutan militer Irian Barat oleh Indonesia mendapat
dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan
77 Bernd Schaefer dan Baskarat T. Wardaya, 1965 Indonesia and The World:Indonesia dan Dunia
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2013),228-229 78 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU, 2013), 35
56
perlawanan penduduk Irian Jaya terhadap pendudukan itu. Di Indonesia sendiri,
ketegangan ekonomi dan kelas yang mendasar, yang diakibatkan oleh
berlanjutnya pemerasan rakyat oleh perusahaan-perusahaan imperialis dan kelas
burjuis nasional, muncul kembali. Era Demokrasi Terpimpin, yaitu kolaborasi
antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan
pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan
masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves79
menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat
dan militer menjadi wabah. Dari tahun 1963 terus, kepemimpinan PKI makin
lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis masanya
dan polisi dan militer.80
Provokasi yang dilakukan oleh PKI local seperti di Pekalongan
mengalami kegagalan tetapi mereka tidak putus asa malah terus melakukan
komolidasi dan propaganda di bawah tanah di seluruh tanah air, karena itu
ketika Indonesia merdeka, PKI ikut memanfaatkan kemerdekaan ini dan ketika
pemerintah mengeluarkan Maklumat X pada November 1945. tentang seruan
mendirikan partai Politik, maka PKI secara terbuka mendeklarasikan kembali
dirinya sebagai partai politik terbuka di Indonesia merdeka. Status PKI bersifat
ilegal menjadi partai resmi itu statusnya meniadi legal dan bebas berkompetisi di
79 Foreign reserves adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini
merupakan aset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan serperti dolar, euro atau yen
dan digunakan untuk menjamin kewajiban nya yaitu mata uang local yang diterbitkan, dan cadangan berbagai
bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. 80 Dimas Anom, “ Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel (Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI, 2015), 5-6
57
tengah masyarakat dengan hak-hak yang sama. lnilah kesempatan besar bagi
PKI mengembangkan ideologi dan agendanya. Partai berkelompok sesuai
dengan aliran ideologi masing-masing, kelompok yang berideologi nasionalis
berkelompok dalam Partai Nasional Indonesia (PNI), partai yang berideologi
Islam seperti NU, Muhammadiyah, Sarekat Islam, Washliyah, dan lain
sebagainya bergabung dalam Partai Masyumi. Semantara kelompok yang
berhaluan Marxis seperti kelompok komunis, kelompok sosialis, dan Murba
serta kelompok buruh, berdiri sendiri-sendiri menjadi partai sehingga ada tiga
partai Marxis yaitu Partai Komunis Indoncisa (PKI), Partai SosiaIis Indonesia
(PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI) dan Partai Murba.81
Dengan keberadaan sebagai partai yang legal, maka PKI mulai
melakukan propaganda dan konsolidasi partai secara terbuka dengan patai-partai
besar yang lain, terutama PNI, NU Masyumi. Sebagai partai yang berideologi
yang peduli pada rakyat tertindas maka propaganda PKI banyak diarahkan
daerah yang kondisi ekonominya sangat minus. Ternyata strategi PKI ini
berhasil sangat baik, terbukti PKI mendapat dukungan kuat di berbagai daerah
yang secara ekonomi dan geografis dan secara teologis atau keagamaan saat itu
masih terbelakang. Sesuai dengan kriteria itu dan pertimbangan strategis
lainnya, Madiun dijadikan sebagai pusat gerakan PKI.82
Kebangkitan NU salah satu bertujuan untuk membendung meluasnya
komunisme. Ideologi ini dituduh anti-Tuhan, suatu hal yang harus diperangi. 81 Ibid., 36-37 82 Ibid., 38
58
Tensi yang menegang antara PKI berhadapan dengan PNI dan Masyumi -
dimana NU ada didalamnya menyebabkan gesekan yang mudah memicu konflik
terbuka. Puncak ketegangan pecah, ditandai meletusnya Peristiwa Madiun 1948.
Dalam peristiwa yang akhirnya dimenangkan tentara Republik Indonesia ini,
korban berjatuhan, baik dari pihak PKI maupun Masyumi-PNI. Orang-orang
Masyumi tampak sebagai korban satu-satunya mereka dirampok, disiksa, dan
dibantai. Puluhan hingga ratusan kelompok non-komunis tewas, termasuk para
kiai-kiai NU.83
Sebelum pemilu pada tahun 1955, semua wilayah sudah di kuasai oleh
orang-orang PKI, namun karena mayoritas orang-orang NU maka semakin kuat.
Namun dalam pemilihan DPR, PNI urutan yang pertama, PKI urutan yang
kedua, dan NU urutan yang ketiga. Dengan terpilihnya Bupati dari kalangan
NU. Maka orang-orang PKI di hapuskan, sebelum PKI tersebut bergerak dan
orang-orang PKI keburu berontak. Maka diketahui oleh orang-orang pusat
sehingga oleh ketua NU menyatakan kudeta atas orang-orang PKI. Kemudian
berita menyebar bahwa ada pemberontakan PKI yang menewaskan 6 Jendral.84
Antara PKI dan NU terjadi benturan karena perebutan kekuasaan.85
Sehingga menimbulkan sebuah permasalahan yang pelik baik antara PKI dengan
NU, PKI dengan PNI, dan PKI dengan orang-orang Nasionalis. Antara orang-
83 Aan Anshori,” Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir September-Oktober
1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora (Vol. 14. No. 1 Juni 2017),4 84 A-B (68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 85 N-Y (50), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
59
orang PKI dan PNI dikambing hitamkan oleh orang-orang yang mempunyai
persoalan, yaitu oleh orang atasan.86
Mengingat sejarah perjuangan PKI yang penuh dengan tindakan
subversive dan penuh dengan pertumpahan darah maka dalam hal itu NU sangat
tegas sikapnya dalam menghadapi PKI. Bahkan tema kampanye pemilu pada
Juli 1955 dengan tegas menempatkan PKI sebagai lawan politik yang harus
dibendung perkembangannya. Adapun tema kampanye NU dalam Pemilu ialah;
1. NU hanya loyal kepada Negara Republik Indonesia yang di proklamasikan
oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Loyalitas NU itu dilandasi oleh semangat menggalang kerjasama Islam-
Nasional agar potensi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim dan
nasionalis tetap kompak dan tidak terpecah-pecah.
3. Menentang paham komunisme dan segala bentuk atheism yang lain-lain.
4. Menjaga dan membela 6 perkara yang menjadi inti HAM
a. Agama
b. Keselamatan nyawa
c. Harta benda
d. Keturunan
e. Akal pikiran
f. Kehormatan
5. Hal-hal yang lain yang berhubungan dengan cita-cita perjuangan NU.87
86 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
60
Menurut orang eks-PKI bahwa mereka adalah korban yang tidak
mengetahui bahwa mereka diperbudak oleh politik, tetapi pada waktu itu mereka
tidak bisa membedakan antara politik dan kerohanian. Karena politik itu
berhubungan dengan keduniaan, sedangkan rohani itu berhubungan dengan ke-
Tuhanan. Sehingga harus bisa membedakan antara politik dan agama.88
C. Peristiwa 1965 di Temanggung
Tahun 1965 merupakan puncak krisis di Indonesia. Diawali dengan
hancurnya BPS (Barisan Pendukung Soekarno), ketegangan hubungan antara
Soekarno dengan Angkatan Darat berkaitan dengan PKI serta keputusan
presiden Soekarno untuk keluar dari keanggotan PBB. Keluarnya Indonesia dari
PBB menimbulkan spekulasi bahwa lndonesia akan semakin dekat dengan RRC.
Bahkan disebutkan kemungkinan Indonesia mendapatknn senjata nuklir dari
RRC. Situasi Indonesia semakin buruk oleh menurunnya ekspor dan besarnya
pinjaman luar negeri untuk keperluan tentara. Namun yang paling berpengaruh
terhadap gejolak politik dalam negeri adalah kesehatan presiden Soekarno.
Kabar bahwa kesehatan presiden Soekarno menurun meninbulkan kecemasan
akan perebutan kekuasaan. Tarjadilah sebuah peristiwa tragis. Sekelompok
orang menyusun sebuah rencana untuk menculik dan mambunuh para jendral
87 Abdul Mun‟in, Benturan NU-PKI 1948-1965, (Jakarta: Tim PBNU, 2013), 83 88 H-R (68), S-B (60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga
NU Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
61
petinggi Angkatan Darat sebagai upaya kudeta terhadap “dewan jendral” dan
menanamkan dirinya sebagai G30S.89
Menyusul terjadinya peristiwa penculikan dan pembunuhan 6 jendral
Angkatan Darat pada l Oktober 1965, terjadilah pembantaian mesal di mana-
mana. Dimulai di Jakarta ketika para jendral Angkatan Darat diculik dan
dibunuh. Serangkaian aksi balas dendam pun terjadi, dengan menangkap serta
mambunuh anggota dan simpatisan PKI secara kejam. Semua partai kelas buruh
yang di ketahui, ratusan ribu pekerja dan para petani pendukung PKI ditangkap,
dibunuh, serta sebagian dimasukan ke dalam kamp-kamp tahanan untuk disiksa
dan diinterogasi. Pembantaian mssal terjadi secara bergelombang di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, dan berbagai tempat lain di seluruh negeri. Mereka
yang menjadi korban pembantaian massal adalah rakyat biasa yang
kemungkinan besar tidak tahu menahu dan tidak memiliki keterkaitan dengan
peristiwa G30S. Dalam jumlah besar mereka dieksekusi tanpa melalui proses
pengadilan. Jumlah korban sedemikian besar dapat dikatakan sebagai
pembunuhan warga sipil terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.90
Pada Oktober 1965 Soeharto mengerahkan sejumlah batalion RPKAD di
bawah komndo Letan Kolonel Sarwo Edhie ke Jawa Tengah. Kemudian aksi
pembantian massal terhadap para pendukung PKI dimulai. Pergolakan terus
terjadi di Jawa Tengah sekitar tanggal 20-21 Oktober I965 klususnya di daerah
89 Silvia Pristi, “Tragedi 1965 di Indonesia Perspektif Kembang Hitam Rene Girard”, Skripsi (Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma,2015),30-31 90 Ibid.,34
62
Klaten dan Boyolai. Jawa Tengah menjadi lokasi pertama pemburuan PKI.
Tentara memburu Aidit yang melarikan diri ke Jawa Tengah dan menumpas
basis PKI. Tentara tak hanya meluncurkan operasi terhadap pengurus PKI, tetapi
juga anggota dan simpatisannya. Pada umumnya pembunuhan massal 1965
merupakan eksekusi terhadap tawanan PKI. Biasanya pasukan Soeharto
memilih melakukan penghilangan misteris ketimbang eksekusi di depan publik
untuk member contoh pada masyarakat. Tentara dan milisi cenderung
melakukan pembantaian besar-besaran secara rahasia.91
Dengan memanasnya pusaran politik di Jakarta. Adanya penculikan
jenderal yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yaitu Gerakan 30 September
(G30S). Dengan adanya kejadian tersebut menimbulkan keadaan politik di desa-
desa di Temanggung kian memanas. Faksi politik menciptakan kemungkinan
konflik terbuka antara kelompok islam dan komunis. Mereka yang dianggap
simpatisan PKI ditangkap. Bahkan, ada yang tidak terkait dengan PKI ditangkap
pula.92
Daerah Temanggung dan sekitarnya yang menjadi pusatnya PKI tidak
adanya konflik antara Orang-orang NU dengan PKI, atas peran seorang lurah
sekaligus ketua PBNU, yang berada di daerah Jampirejo. Lurah tersebut
memutuskan sebelum adanya ketetapan hukum tidak ada yang boleh mengambil
orang PKI, kecuali anggota DPR karena tokoh politik dan tokoh-tokoh besar
91 Ibid.,35-40 92 Muchlis, “Kisah Seorang Guru yang Menjadi Eks Tapol dan Di-PKI-kan”, dalam Kompasiana,
(Temanggung, 1 Oktober 2015), I
63
karena harus mempertanggung jawabkan. Dan lurah tersebut berpendapat bahwa
dengan menyelamatkannya orang-orang PKI dengan tujuan agar anak-anak dari
orang-orang PKI tersebut masuk islam dan tidak ada rasa dendam karena bapak
mereka tidak disakiti. Dengan melindungi orang-orang PKI sehingga yang
masuk bui hanya beberapa saja, termasuk seorang anggota DPR gerwani yang
meninggalnya dalam keadaan muslim dan keluarganya sekarang adalah islam.
Setelah selesai peristiwa tersebut orang-orang eks PKI ada yang masuk islam
dan masuk Nasrani. Tetapi mereka damai tidak ada balas dendam. Sehingga
dalam peristiwa 1965 ini tidak terlalu meledak-ledak. Seperti di Madiun, Kediri
yang bunuh-bunuhan karena sebelum orang-orang NU membunuh orang-orang
PKI, orang PKI lah yang terlebih dahulu membunuh orang-orang NU. Jadi,
menurut orang NU yang peristiwa G30S bukan kesalahan orang NU, namun
akibat dari kesalahan orang-orang PKI. Seperti halnya ketika ada orang yang
sedang sholat subuh dan dibunuh dengan cara ditembak dari belakang maka
banyak kyai yang menjadi korban. Yang dipermasalhakan pada peristiwa ini
adalah HAM setelah tahun 1965, sedangkan HAM sebelum tahun 1965 tidak
dipermasalahkan. Seharusnya HAM setelah tahun 1965 diurus, karena banyak
santri dan kyai yang dibantai. Pada peristiwa 1965 bayak yang menyalahkan
orang Nu, karena sinergitas antara militer dengan NU.93
Pada peristiwa 1965 di Temanggung yang menjadi korban
pemberontakan PKI itu relative banyak sehingga membuat orang kecil banyak
93 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung
64
dirugikan dan banyak lawan. Banyak orang-orang yang sampai saat ini masih
mengolok-olok orang-orang eks-PKI, karena pernah terlibat dalam PKI. Banyak
partai yang campur aduk seperti di Bosnia.94
Para eks-PKI yang ada disekitar wilayah Temanggung sebelum
terjadinya pemberontakan banyak masuk PNI, NU dan lain sebagainya.
Sehingga pemberontakan tersebut boleh dikatakan relative aman.95
Hal itu
dikarenakan masalah internal yang dialami pada waktu itu, dan tidak sampai
pembunuhan seperti di daerah lain diluar Temanggung. Sementara di daerah lain
tidak kondusif karena orang-orang PKI di desa tersebut dihapusi sehingga
ketika sekarang ini keluarga lurah pada waktu itu mencalonkan kembali, maka
lurah tersebut tidak jadi, karena terhalang oleh dendam lama.96
Pada tahun 1965 adalah zamanya Gus Dur dimana, ketika mengetahui
adanya adu domba sehingga ketika Gus Dur menjadi presiden langsung meminta
maaf kepada orang-orang eks-PKI yang menjadi korban. Semua peristiwa 1965
adalah efek dari di kambing hitamkannya oleh penguasa.97
Dari peristiwa diatas sehingga menimbulkan dampak pemberontakan
yang membuat traumatis beberapa orang-orang eks-PKI. Adapun dampak
tersebut ialah;
94 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung 95 A-B (68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 96 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung 97 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
65
1. Pembantaian Terhadap Orang Yang Dianggap Anggota PKI
Pembantaian 1965-1966, yang menjadi korban adalah orang-orang
yang menjadi bagian dari PKI serta orang-orang yang dituduh sebagai
komunis. Meski banyak spekulasi menyebut, si anu dan si anu, namun
dalang di balik pembantaian massal itu hingga kini masih belum dirilis
secara resmi. Pembantaian di Indonesia 1965–1966 adalah peristiwa
pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada
masa setelah terjadinya Gerakan 30 September di Indonesia.98
Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke
Orde Baru: Partai Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan
mengakibatkan jatuhnya presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya
diserahkan kepada Soeharto. Kudeta yang gagal menimbulkan kebencian
terhadap komunis karena kesalahan dituduhkan kepada PKI. Komunisme
dibersihkan dari kehidupan politik, sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang. Pembantaian dimulai pada Oktober 1965 dan
memuncak selama sisa tahun sebelum akhirnya mereda pada awal tahun
1966. Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang kemudian menyebar
ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan tentara angkatan darat
98 Dimas Anom,“Dampak Pemberontakan Pki Di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel(Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta, 2015)10
66
menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota
PKI.99
2. Pembersihan Terhadap Orang PKI Di Masa Transisi Orde Baru
Pembersihan dimulai pada Oktober 1965 di Jakarta, yang selanjutnya
menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, dan Bali. Pembantaian dalam skala
kecil dilancarkan di sebagian daerah di pulau-pulau lainnya. terutama
Sumatra. Pembantaian terburuk meletus di Jawa Tengah dan Timur.
Kebencian terhadap komunis dikobarkan oleh angkatan darat, sehingga
banyak penduduk Indonesia yang ikut serta dalam pembantaian ini. Peran
angkatan darat dalam peristiwa ini tidak pernah diterangkan secara jelas. Di
beberapa tempat, angkatan bersenjata melatih dan menyediakan senjata
kepada milisi-milisi lokal. Di tempat lain, para vigilante mendahului
angkatan bersenjata, meskipun pada umumnya pembantaian tidak
berlangsung sebelum tentara mengenakan sanksi kekerasan. Keanggotaan
PKI tidak disembunyikan dan mereka mudah ditemukan dalam masyarakat.
Beberapa cabang PKI melancarkan perlawanan dan pembunuhan balasan,
tetapi sebagian besar sama sekali tidak mampu melawan. Tidak semua
korban merupakan anggota PKI.100
99 Ibid., 10-11 100 Ibid.,11-12
67
D. Dampak Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan NU di
Temanggung
Pada tahun 1965-an di kawasan Temanggung merupakan masa transisi,
yaitu generasi PKI merupakan korban politik. Karena waktu itu mereka tidak
tahu menahu mengenai politik yang ternyata disangkut pautkan dengan syari‟at
agama. Pada masa peralihan politik tersebut menuai banyak kontroversi
sehingga memanasnya persaingan antara ormas Islam termasuk NU dan
beberapa partai. Peristiwa tersebut timbul sampai dengan diadakannya pemilihan
umum pada tahun 1971. Ketika pemilihan umum yang kawasannya adalah
orang-orang eks PKI maka yang memenangkan adalah partai Golkar. Dan NU
keluar dari partai politik. Sehingga menimbulkan banyak benturan antara NU
dengan PKI. Namun konflik tersebut tidak sampai menimbulkan pembunuhan
seperti yang terjadi di Madiun dan sekitarnya.101
Di Temanggung mempunyai dua dampak dengan adanya peristiwa
tersebut yaitu; dampak positif dan dampak negative yang ditimbulkan oleh
adanya pemberontakan PKI. Pada waktu itu yang terjadi hanyalah peristiwa
penghapusan dan penghukuman dengan cara di masukkan ke dalam bui atau
penjara.
Dampak positifnya adalah dengan bertambahnya orang-orang islam, dan
semakin banyaknya masjid dan mushola. Kemudian hampir semua orang-orang
101 H-R (68), S-B(60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi Cultural Eks-PKI Dengan Warga
Nu Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
68
PKI menjadi muslim. Seperti halnya keturunan anggota DPR Gerwani menjadi
pimpinan yasinan ibu-ibu samapai sekarang. Karena pada saat itu orang-orang
eks-PKI tidak mengetahui bahwa ajaran yang dibawa tersebut tidak benar.102
Dampak negativnya adalah banyaknya diskriminasi yang terjadi antara
eks-PKI dengan masyarakat. Karena masyarakat menganggap bahwa PKI itu
ajarannya ateis, banyak santri dan kyai-kyai yang dibunuh pada waktu itu.
Sehingga banyak lapisan masyarakat yang tidak mau membahas PKI karena
trauma dengan adanya peristiwa-peristiwa yang menghemparkan bumi
Indonesia khususnya di Temanggung sendiri.
102 A-T(58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung
69
BAB IV
MENGUNGKAP ISU KEBENARAN DALAM REKONSILIASI KULTURAL
EKS-PKI DI TEMANGGUNG
A. Wacana Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI Dengan NU
Jatuhnya Soeharto pada bulan Mei 1998 telah membuka kesempatan bagi
munculnya isu rekonsiliasi nasional dengan para korban tragedi nasional 1965-
66. Akan tetapi, ketika Gus Dur menggunakan kesempatan ini dengan
melontarkan ide pencabutan instrumen hokum yang melarang PKI dan
komunisme sebagai suatu langkah menuju rekonsilasi, ia justru menghadapi
tantangan serius dari berbagai organisasi Islam. Pecahnya protes menentang ide
Gus Dur tersebut sebetulnya bisa diramalkan sebelumnya. Ketika pemerintahan
B.J. Habibie (Mei 1998 – Oktober 1999) membebaskan sepuluh tapol “G30S”
yang tersisa, banyak pemimpin terkemuka dari berbagai organisasi Islam
memperlihatkan respon yang bertentangan. Di satu sisi, mereka setuju dengan
alasan kemanusiaan pemerintah, bahwa pembebasan para tapol yang telah lanjut
usia dan menderita berbagai macam penyakit itu mencerminkan perasaan
kemanusiaan mereka. Akan tetapi, di sisi lain, mereka tetap mempertahankan
pandangan bahwa para tapol tersebut, bagaimanapun juga, adalah komunis, dan
komunis adalah pengkhianat bangsa dan negara. Itulah sebabnya mereka tetap
merasa perlu mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap “bahaya laten
70
(tersembunyi) komunis” – sebuah retorika yang sering direproduksi rezim
Soeharto.103
Kalangan NU menyaksikan runtuh dan tenggelam serta berakhirnya PKI
dengan organisasi bawahnya, akibat kesalahan politiknya dalam kudeta 30
September 1965. Disusul tertangkapnya D.N. Aidit dari persembunyiannya di
Surakarta, 22 November 1965. Dengan peristiwa tersebut maka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbebas dari kebiadaban pemimpin PKI.
Kalangan NU juga menyaksikan kembali kegagalan dan keruntuhan parpol anti
agama: Pertama, Kudeta PKI di Cirebon pimpinan Mohammad Joesoep, 1
Februari 1946. Kedua, Kudeta 3 Juli 1946 di Yogyakana pimpinan Tan Malaka.
Ketiga, Kudeta PKI d1 Madiun, 19 September 1948, pimpinan Amir Syarifuddin
dan Moeso. Ketiga,usaha komunis nasional atau internasional dengan
kudetanya, menemui kegagalan. Karena NKRI tidak memberikan hak hidup bagi
ideology Marxisme yang mengajarkan anti agama dan tidak percaya adanya
Tuhan Yang Maha Esa.104
Kesadaran Gus Dur akan sektarianisme dan keprihatinannya terhadap
pelibatan NU dalam pembantaian 1965-66, hal tersebut; pertama, tentang
toleransi, yang sangat diutamakan. Sedangkan tentang perihal kedua merupakan
salah satu dari berbagai konsekuensi logis dalam arti bahwa NU janganlah hanya
untuk melindungi minoritas etnik dan agama sebagai “kelompok-kelompok yang
103 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto
(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 3. 104 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta, 2010), 480-481
71
rentan”. NU juga harus memasukkan mereka yang sejak berdirinya rezim Orde
Baru dicap ternoda (distigmatisasi) secara sosial dan politik, yaitu para eks-tapol
dan orang-orang yang selamat dari pembantaian 1965-66. Sehingga muncullah
gagasan rekonsiliasi NU.105
Gagasan ini secara umum berkait dengan usaha-
usaha untuk mempertimbangkan suatu tindakan bersama guna membahas
berbagai bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu untuk
kemudian memikirkan langkah-langkah praktis yang perlu diambil demi
kebaikan bersama sebagai bangsa di masa kini maupun masa depan.106
Syarikat107
memprakarsai rekonsiliasi antara NU dengan mereka yang
selamat dari pembunuhan 1965-66. Ada dua hal dalam pengakuan itu yang patut
diperhatikan. Pertama, pengakuan tentang keterlibatan NU dalam pembantaian
1965-66 sebagai stigma atau noda. Pengakuan ini telah menghancurkan “mitos
sebagai korban dan tidak bersalah” yang terus berlaku di Indonesia paska-
Soeharto, terutama di kalangan umat Islam. Mitos ini merupakan rintangan berat
di tengah jalan menghadapi fakta-fakta yang tidak disukai, karena orang secara
individual atau kolektif ingin selalu melihat dirinya sebagai korban yang tidak
bersalah, meskipun terlibat dalam kekejaman masa lalu. Kedua, pengakuan
bahwa orang-orang komunis ialah penduduk desa biasa, tetangga orang NU
105 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto
(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 113-114 106 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):18-19 107 Syarikat adalah Masyarakat Santri untuk Advokasi Rakyat. Jaringan kerjanya dalam menggalakkan dan
mengusung gagasan rekonsiliasi. Mereka tidak memandang prakarsa mereka untuk rekonsiliasi sebagai suatu
“tindakan kesatria” NU terhadap bekas lawan-lawan politiknya. Tetapi mereka juga tidak melihat diri sendiri
sebagai pahlawan atau pembela orang-orang yang selamat dari pembunuhan 1965-1966.
72
sendiri, dan mereka pun Muslim. Ini merupakan gugatan keras terhadap sikap
mempersetan “orang komunis”, seperti yang selalu terdengar dalam retorika
anti-komunis. Pengakuan ini melukiskan “orang komunis” sebagai umat
manusia yang punya wajah dan nama, yang sesama Muslim dan akrab dengan
orang-orang NU sendiri. Kesadaran baru tentang masa lampau, dan penempatan
NU sebagai sesama korban sedikit-banyak telah membentuk cara-cara Syarikat.
Rekonsiliasi sebagai jalan untuk mengakhiri hubungan yang traumatis antara
NU, sebagai pelaku, dengan eks-komunis, sebagai korban utama kekejaman
masa lampau. Mengakhiri trauma merupakan satu jalan untuk menyembuhkan
luka-luka, dan menghapus rasa permusuhan dan kecurigaan kekejian masa lalu.
Mereka mengharap agar rasa persaudaraan dapat tumbuh dari rekonsiliasi.108
Dalam Rekonsiliasi sosial pertikaian antara NU dengan PKI merupakan
konflik sosial yang bersifat horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang
berbeda keyakinan dan bertentangan ideologi. Tetapi pada dasarnya mereka
sebelumnya hidup saling bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi
secara alami di antara mereka sendiri, sesuai dengan tradisi dan norma sosial
yang berlaku. Bahkan sebagai tanggung jawab sosial, para korban PKI seperti
para janda dan anak yatim, termasuk orang-orang yang salah tangkap, semuanya
disantuni oleh masyarakat NU dan pesantren di mana mereka berada. Langkah
rekonsiliasi itu telah terjadi sejak usainya peristiwa Madiun. Berbagai upaya
108 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto
(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 118-120
73
dilakukan oleh jamaah NU untuk menyantuni keluarga Eks-PKI bahkan juga
orang PKI yang telah menyatakan kembali ke ajaran Islam. Dengan kesadaran
itu mereka bersimpati pada NU yang sejak awal melindungi dan melayani
mereka ketika dalam keadaan krisis eksistensial dan dalam ancaman dan represi
yang sangat keras. Sementara mereka mengalami trauma berkepanjangan sejak
pembersihan terhadap sisa-sisa PKI dimulai. Mereka butuh perlindungan dan
rasa aman, karena mereka hanya keluarga dan anak cucunya. Mereka tidak ikut
melakukan provokasi atau pemberontakan. Mengingat konflik antar NU dengan
PKI pada dasarnya adalah konflik sosial, maka rekonsiliasi secara sosial akan
lebih mudah untuk dilaksanakan, bahkan oleh masyarakat yang terlibat dalam
konflik itu sendiri. Pola itu berlangsung dengan lancar dan berjalan baik,
sehingga reintegrasi sosial bisa kembali terjadi setelah dialanda pertikaian
berkepanjangan yang menelan banyak korban.109
Dalam rekonsiliasi politik sejak masa akhir Orde Baru para bekas
tahanan politik (Tapol) sudah banyak yang dibebaskan, mereka mulai menulis
berbagai buku memoar yang berisi pembelaan mereka, bahwa mereka tidak
bersalah bahkan menyalahkan TNI dan rezim Orde Baru pada umumnya.
Bahkan tidak sedikit yang menuduh NU dan terutama Ansor sebagai jagal. Saat
itu para bekas Tapol itu bergabung bersama kekuatan Pro demokrasi untuk
109 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta:Tim PBNU,2013), 139-147
74
melawan Orde Baru, sehingga suara mereka mulai terdengar di kalangan para
aktivis.110
Rekonsiliasi di Indonesia masih menyimpan banyak problem. Hal itu
menyangkut pertama, para pelaku yang diduga melakukan pelanggaran HAM
bersikukuh menyatakan tidak terlibat apalagi merasa bersalah atas beberapa
penstiwa yang mencorong sejarah bangsa. Dalam peristiwa yang menurut
ELSAM mempertautkan konflik vertikal antara Negara dan masyarakat
sepanjang1959-1998 hampir semuanya masih gelap. Aksi sepihak dan
penangkapan tokoh-tokoh Masyumi/PSI dengan korban dari pihak Islam;
pembantaian terhadap warga sipil yang diduga terlibat PKI (G 30 S); penahanan
politik di kampung Pulau Buru l969-l979 (korban kelompok komunis); kasus
Komando Jihad l980-an (korban kelompok Islam); Kasus DOM Aceh l989-1998
(korban sipil); kasus TanjungPriok (korban kelompok Islam); kasus Lampung
(korban kelompok Islam); Peristiwa 27Juli 1996 (korban sampatisan/warga
PDIP). Kasus Papua (korban sipil), kerusuhan Mei 1998 (korban masyarakat
luas, terutama etnis Tionghoa); kasus Timor Timur (korban sipil) yang diduga
melanggar HAM sejauh ini belum dapat diselesaikan. Kedua, tampak juga
bahwa desakan untuk penyingkap melalui rekonsiliasi tersebut terlampau
bertumpu pada Negara. Berbagai pihak terkesan menganggapkan peran institusi
seperti Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) sangat sentral dan tidak
tergantikan. Padahal, KKR hanya salah satu medium untuk melaksakan
110 Ibid.,147
75
rekonsiliasi nasional. Memang dalam KKR, penyelesaian hukum dapat
diselesaikan sccara agak sistematis dan terorganisasi dengan baik. Jadi, kedua
pihak yang berkonflik bisa sama-sama puas atas keputusan yang ditetapkan
lembaga tersebut. Namun demikian, keberadaan KKR juga bisa jatuh pada
formalisme bahkan sekeadar legitimasi adanya perhatian dari negara untuk
kejahatan HAM Negara tanpa berarti bagi pemulihan bagi korban.111
Untuk merealisasi langkah rekonsiliasi itu Presiden Abdurrahman Wahid
yang mengusulkan pencabutan TAP MPR dan dilanjutkan dengan permintaan
maaf pada keluarga PKI yang mcnjadi korban dalam peristiwa 1965. Usul itu
ditantang keras baik oleh kalangan parlemen sendiri dan terutama di kalangan
umat Islam termasuk kalangan politisi. Hanya kalangan LSM yang mendukung
gagasan itu. Ketika gagasan itu ditolak Presiden tidak berusaha mendorong
parlemen mencabut TAP MPR tersebut. Hal itu untuk menunjukkan pada
masyarakat internasional dan pada PKI sendiri bahwa mayoritas bangsa ini
termasuk umat Islam masih menolak keras kehadiran PKI. Demikian juga
permintaan maaf dan usaha rekonsiliasi itu ditentang sebagian masyarakat
termasuk kalangan Islam, tetapi anehnya mantan aktivis Lekra Pramoedya
Ananta Toer menolak permintaan maaf AbdurrahmanWahid dan menolak upaya
rekonsiliasi yang dianggapnya tidak serius dengan mengatakan:
111 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 : Tragedi, Memoro, dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003): 21
76
“saya menganggap permintaan maaf Gus Dur dan idenya tentang
rekonsiliasi cuma basa-basi. Dan gampang amat meminta maaf setelah
semuanya yang terjadi itu. Saya tidak memerlukan basa-basi”.112
Kalangan Internasional dan kalanagan LSM tidak memahami dan bahkan
mengabaikan proses rekonsiliasi politik yang telah berjalan selama ini.
1. Telah terjadi silaturrahmi bahkan paguyuban antara korban para jenderal
yang terbunuh tahun I965, dengan keluarga para tokoh PKI.
2. Sebagaimana yang dilakukan para tokoh Kiai NU, beberapa jenderal TNI
juga merawat dan melindungi anak-anak tokoh PKI disekolahkan hingga
perguruan tinggi.
3. Para eks Tapol PKI telah diberi hak pilih secara politik sehingga mereka bisa
mengikuti Pemulu secara berkala.
4. Hak dan kebebasan bicara termasuk mengajar hingga di perguruan tinggi,
dan menulis di media telah diberikan pada mereka.
5. Bahkan mereka juga sudah mendapatkan hak untuk dipilih, maka bisa dilihat
anak turun PKI sudah bisa menjadi anggota DPR, Pimpinan Parlemen bisa
menjadi gubernur, bupati dan sebagainya.113
Rekonsiliasi antara lain mensyaratkan kemauan untuk bernegosiasi
dengan masa lampau. Maka sudah saatnya bagi semua warga bangsa yang
bertikai, bermusuhan, dan menyimpan dendam, menyadari bahwa pertikaian,
konflik, kekerasan dan sikap membalas dendam tidak akan membawa manfaat,
kecuali kehancuran. Adapun enam syarat agar rekonsiliasi berhasil yaitu;
112 Ibid., 150 113 Ibid., 152-153
77
1. Sikap tahu diri, berarti melihat kelemahan dan kekurangan diri.
2. Memiliki pemahaman yang sama perihal kondisi masyarakat, bangsa, dan
Negara, dengan membuat masa transisi berjalan dengan lancar, sehingga
tercapai konsolidasi.
3. Semua kekuatan politik dan para eksponen serta pemimpinnya, Presiden dan
Wakil Presiden, agar membuka hati untuk rekonsiliasi dengan menegaskan
bahwa masa transisi harus di hadapi bersama.
4. Mencari titik temu baru. Masa lalu menjadi perhatian dan diminta
pertanggungjawaban.
5. Harus ada rasa keadilan dan pertanggungjawaban.
6. kesediaan dan keikhlasan para pemimpin termasuk Presiden dan Wakil
Presiden untuk korban.114
Memperlakukan para korban Peristiwa 1965 sama dengan warganegara
RI lainnya, yakni dengan mengembalikan sepenuhnya hak-hak sipil dan
kewarganegaraan mereka, seperti hak untuk mendapatkan pensiun, termasuk
hak-hak mereka untuk memilih dan dipilih dalam Pemilihan Umum, dll.
Menghapuskan dan mencabut semua bentuk peraturan dan perundang-undangan
yang bersifat diskriminatif, seperti stigma pada Kartu Tanda Penduduk,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun1981 yang melarang para korban
Peristiwa 1965 dan keluarganya untuk menjadi Pegawai Negeri, Tentara, Guru,
Dalang, Notaris, Pengacara, Da'i, Pendeta dan beberapa profesi lain.
114 Kasiyanto Kasemin, Mendamaikan Sejarah:Analisis Wacana Pencabutan TAP MPRS/XXV/1966
(Yogyakarta: LKiS,2004), 112-116
78
Memberikan kompensasi dalam batas-batas yang wajar dan proporsional.
Pemberian rehabilitasi adalah kunci pemecahan persoalan yang mendasar
berkaitan dengan upaya bangsa ini untuk keluar dari trauma Tragedi 1965.
Berkaitan dengan pemberian rehabilitasi korban 1965 ini, menarik dikutip
pendapat dari M. IMAM AZIZ, Koordinator Program Syarikat NU, yang
mengatakan sebagai berikut:115
1. Mengubah persepsi dan sikap masyarakat Indonesia mengenai tragedi
kemanusiaan yang terjadi pada tahun 1965. Pada umumnya masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat NU, masih memahami tragedi 1965 sebagai
bentuk kepah-lawanan (heroisme), di mana yang "benar" melawan yang
"salah", dengan kemenangan di pihak yang "benar". Pada umumnya sikap
masyarakat, hingga sekarang masih mempermasalahkan PKI sebagai pelaku
kudeta 1 Oktober 1965 dan membenarkan dan membiarkan proses
pembunuhan, stigmatisasi, dan penghilangan hak-hak sipil/politik.
2. Menyediakan tempat bersama bagi NU dan korban tragedi 1965 untuk
bertemu dan saling berbagi untuk mencapai rekonsiliasi, menciptakan
ruangan bersama untuk saling memaafkan masa lalu, dan tidak mengulangi
peristiwa serupa di masa mendatang.
3. Mendesak negara untuk segera merehabilitasi korban tragedi 1965 melalui
proses konstitusional, dengan mendorong semua pihak , terutama pihak yang
115 Cyntha Wirantaprawira, Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan (Jerman:Lembaga
Persahabatan Jerman – Indonesia), 46
79
terlibat dalam konflik di masa lalu, untuk bersama-sama mendesakkan
tuntutan rehabilitasi kepada negara. 116
Unsur terpanting dalam rekonsiliasi adalah semangat persatuan dan
saling memaafkan dalam koridor trilogi ukhuwwah yaitu ukhuwwah lslamiyyah
(persaudaraan sesama muslim), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan
sebangsa) dan ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Sehingga diadakan muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, Jawa
Timur, membahas tentang masalah rekonsiliasi, dan merekomendasikan sebagai
berikut:117
1. Mendorong berbagai upaga rekonsiliasi yang berlangsung secara sosial,
kultural dan keagamaan ditengah-tengah masyarakat. Rekonsiliasi
berbasis masyarakat ini menjadi tulang punggung rekonsiliasi yang sejati
dan berjangka panjang.
2. Mengapresiasi komitmen pemerintah untuk menempuh jalan
penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu melalui jalan yang paling
mungkin danm slahat bagi Indonesia. lkhtiar untuk keluar dari beban
masa lalu ini harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan bangsa
secara keseluruhan.118
116 Ibid.,46-49 117 Rekomendasi Muktamar NU ke-33 di Jombang untuk Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu. Di askes
dari https://syarikat.id .Pada tanggal 23 Juli2019 Pukul 22:30 WIB 118 Ibid.
80
B. Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU di Temanggung
Rekonsiliasi mengandung makna pemulihan, baik pemulihan individual
maupun hubungan serta tatanan sosial yang rusak akibat pengalaman kekerasan
yang berkepanjangan dan akibat dari politik ingatan dan distorsi kebenaran.
Karena itu, rekonsiliasi memang menjadi keharusan bagi bangsa ini ke depan. Di
tanah air, focus rekonsiliasi ini berdasarkan atas kasus pelanggaran HAM
mungkin bisa dideret panjang, tetapi untuk konteks tragedy pembunuhan massal
„65-„66 mungkin bentuk rekonsiliasi itulah yang tampak akan paling rumit dan
penuh tantangan.119
Rekonsiliasi ada dua atau lebih kelompok berkonflik dan dipertemukan,
karena itu ia menujuk ada korban dan pelaku. Ini menentukan langkah yang tak
dapat mundur (point of no retrun). Pengertian korban merujuk kepada orang
yang secara perorangan atau kelompok menderita kerugian, termasuk cedera
fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau perampasan
nyata terhadap hak dasar mereka. Termasuk dalam istilah korban sejauh yang
dipandang tepat keluarga atau orang yang secara langsunga atau tidak berada di
bawah tanggungan para korban yang telah mengalami penderitaan. Korban
berhak mendapatkan pemulihan (reparasi) restitusi atau penggantian kerugian,
119 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 : Tragedi, Memoro, dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003): 19-20
81
kompensasi, hingga rehabilitasi. Hal itu terutama berlaku pada para korban
tindakan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia.120
Aksi rekonsiliasi anatara Eks-PKI dengan NU di Temanggung tidak
tertera dalam tulisan maupun dokumen manapun, sehingga yang dijumpai
melalui wawancara dengan orang-orang Eks-PKI maupun orang yang sezaaman
dengan peristiwa rekonsiliasi tersebut.
Proses rekonsiliasi tersebut dilatarbelakangi oleh sebab-sebab peristiwa
yang tidak bisa digeneralisasikan sebagaimana selama diajarkan dalam buku-
buku sejarah resmi. Sebab-sebab tersebut diklasifikasikan menjadi tiga hal:
perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik nilai atau
ideology.121
Di pusat PKI Temanggung yaitu di daerah Jampirejo, dikatakan
bahwa kegiatan aksi-sepihak menimbulkan reaksi yang berbeda di suatu
kecamatan yang berbeda. Begitu juga sikap kyai dan para tokoh NU terhadap
orang-orang komunis saat itu. Seperti pondok pesantren Mu‟allimin
Temanggung yang saat itu dipimpin KH. Abdul Hadi Sofwan di gambarkan
sebagai pesantren yang menjadi tempat aman dimana orang-orang PKI
mendapat perlindungan.122
Perbedaan sikap ini sebagian menjelaskan ketidakakuran antar kedua
belah pihak, yaitu; perbedaan oroentasi fiqh dan tasawuf. Investigasi ini secara
120 Ibid., 20 121 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran
Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):71 122 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung
82
umum menunjukkan bahwa kyai yang lebih orietalis fiqh dan yang terlibat
dalam kegiatan politik pada saat itu cenderung menunjukkan sikap yang keras
terhadap orang-orang PKI, sementara kyai yang berorientasi tasawuf dan
apresiatif terhadap kebudayaan local lebih cenderung menjadi pelindung di saat
mereka di kejar-kejar.123
Di Temanggung sendiri relative banyak kyai yang
berorientasi tasawuf dan apresiatif terhadap kebudayaan local, karena pada saat
orang-orang PKI dikejar-kejar pada peristiwa tersebut cenderung menjadi
pelindung agar orang-orang PKI tersebut tidak dibuai atau dipenjara. Namun
berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain di Temanggung yang banyak dibuai,
dipenjara, seperti pegawai-pegawai, guru, pendeta dsb.124
Pihak-pihak yang berkonflik pun berbeda-beda di masing-masing
kecamatan. Konflik PKI berlangsung yang menyeret NU terlibat dalam peristiwa
tersebut, namun peristiwa tersebut relative aman karena tidak sampai bunuh-
bunuhan hanya di tahan. Dan GP Ansor terlibat dalam peristiwa penangkapan
orang-orang PKI yang menyebabkan tersudutnya orang-orang PKI. Walaupun
kemudian dianggap sebagai kelompok yang dijadikan alat oleh kelompok
tentara.125
Kegiatan rekonsiliasi antara NU-PKI di Temanggung dalam kegiatan
sosial berhasil membawa orang-orang eks Gerwani yang menjadi ketua Ibu-ibu
Yasinan dan pengajian. Relative banyak orang-orang PKI masuk islam dengan
123 Ibid.,71 124 A-B(68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 125 Ibid.,
83
mengikuti ajaran NU, sehingga banyak pelopor NU yang dulunya eks-PKI. Dan
banyak bangunan masjid dan mushola yang dibangun karena semakin banyak
orang-orang PKI yang masuk islam. Dikarenakan lurah di Pusat PKI yang
tadinya yang terpilih adalah orang-orang PKI dan orang-orang tersebut terciduk
sehingga lurah penggantinya adalah seorang NU yang kemudian melindungi
orang-orang PKI. Sudah umum diketahui bahwa orang-orang yang dianggap
PKI mengalami kesulitan dalam berinteraksi, sehingga orang-orang NU
merangkul mereka untuk saling berinteraksi antar sesama.126
Pada era 1965-an kisah seorang eks Tapol PKI yang berinisial bapak H-
R yang tinggal di desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung. . Ia adalah
seorang tokoh abangan sebelum masuk PKI dan sekarang menjadi guru ngaji
didesanya. sebelum masuk ke PKI ia tidak tahu menahu bahwa ia menjadi
seorang korban politik. Karena pada waktu itu ia tidak mengetahui bahwa politik
yang ia jalani bertentangan dengan syariat agama islam. Ketika di Ibu Kota
keadaan politik kian memanas maka gejolak pemberontakan kian merajalela.
Dengan adanya peristiwa pemberontakan ia merupakan salah satu orang yang di
buru untuk di jadikan tahanan politik. Dalam proses penahan ia dibawa oleh
tentara menggunakan truk, kemudian ditahan dan akhirnya di buang ke Pulau
Buru. Relative lama ia mendiami pulau tersebut bersama ribuan Tapol lainnya.
Selama di pulau buru ia mendapat perlakuan kasar sehingga membuat trauma
mendalam sampai saat ini. Pada dekade 1980-an , ribuan tahan politik di
126 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun
1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung
84
pulangkan ke rumah mereka. Pak H-R menjadi salah satu diantaranya . ia
memutuskan untuk pulang kembali ke Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung, ke
tempat kelahiraanya. Sampai saat ini apabila mendengar kata-kata politik maka
ia langsung berujar bahwa politik adalah kotor, ganas, dan tidak
berkemanusiaan. Ini adalah efek traumatis pada waktu kejadian tersebut. Atas
kejadian tersebut maka peran orang-orang NU mengajak dan membujuk dengan
damai agar ia masuk islam dan menjalankan syariat agama. Samapai saat ini ia
pun menjadi guru ngaji.127
Dari berbagi problem-problem rekonsiliasi di atas maka muncul berbagai
dampak bagi kedua kubu tersebut, antara lain yaitu;
a. Dampak bagi orang NU
Dampak rekonsiliasi bagi orang NU dibagi menjadi dua dampak, yaitu
dampak positif dan dampak negative. Adapun dampak positifnya adalah
sebagai berikut
Pertama, menguatnya proses islamisasi, melalui berbagai bidang
yaitu; Bidang pendidikan agama. Dengan berdirinya pesantren-pesantren
baik pesantren tradisionalis maupun modern. Contohnya yaitu ponpes
Muallimin Temanggung yang berdiri di tengah-tengah orang-orang PKI.
Ponpes tersebut mampu mengajak orang-orang PKI kembali ke syariat islam.
Bidang Dakwahisme, yaitu dengan bertambahnya orang yang muallaf maka
127 H-R (68), S-B (60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga
NU Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
85
semakin bertambahnya pengajian dimana-mana sehingga relative banyak
masjid baru. Seperti pengajian mingguan atau bulanan, yang dilakukan
setiap seminggu sekali maupun satu bulan sekali. Dan semakin banyaknya
orang-orang yang naik haji. Bidang sosial yaitu saling bantu-membantu
antara orang NU maupun orang eks-PKI. Misalnya apabila orang NU ada
yang meninggal dunia maka orang eks-PKI akan membatu. Atau sebaliknya
apabila ada orang eks-PKI yang meninggal maka orang NU akan membantu.
Kedua, kalangan NU bersyukur pimpinan parpol Islam, generasi
muda Islam, mahasiswa dan pemuda pelajar Islam serta Santri, memelopori
terbentuknya kesatuan aksi, GAP Gestapu, KAMI, KAPPI, KOKAM,
bekerjasama dengan ABRI, berjuang membubarkan PKI. Generasi muda
Islam memiliki kesadaran yang tinggi, tidak dapat membenarkan adanya
partai politik anti dasar negara Ketuhanan Yang Maha Esa, hidup di NKRI
Demikian pula Aisyiah, Muslimat NU, Wanita Islam, bangkit membersihkan
Republik Indonesia dari ajaran komunisme dengan Gerwaninya. Seniman
Islam dari HSBI, tidak membiarkan seni dan budaya bangsa Indonesia
terlumuri noda Lekra.128
Di Temanggung dengan GP Ansornya mampu
memebrsihkan PKI yang ada di Temanggung dengan cara menangkap dan
dimasukkan penjara di Pulau Buru. Namun sekarang, GP Ansor maupun eks-
PKI damai saja seperti tidak ada masalah-masalah yang dulu dan mereka
128 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta, 2010), 481
86
menganggap bahwa permasalahan hanya masa lalu dan masa depan berjuang
bersama untuk NKRI. Orang-orang NU dengan cekatan mengajak orang-
orang eks-PKI untuk acara pengajian, tahlilan dan ziarah kubur, dengan
damai tanpa paksaan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW bahwa
islam tidak ada paksaan.
Sedangkan dampak negatifnya adalah sebagai berikut:
Pertama, Dalam percaturan politik Indonesia, hubungan kelompok
Komunis (PKI) terhadap kelompok Islam (NU) berlangsung dengan nuansa
penuh kecurigaan dari waktu ke waktu.129
Kedua, timbulnya konflik terbuka yang diakibatkan oleh tuduhan
Ideologi antituhan, suatu hal yang 'pantas' dibenci, bahkan jika perlu
diperangi. Dalam pandangan konservatif-literal, kekafiran adalah salah satu
alasan penumpahan darah.130
Ketiga, Buruknya implementasi landreformdan UUPBH yang
memanfaatkan oleh PKI untuk “menstimulasi” konstituennya agar lebih
radikal dengan menggunakan cara-cara kekerasan, yang sering disebut
sebagai aksi sepihak. Aksi ini tidak jarang memperhadapkan PKI dengan
kelompok Islam yang memasukkan kiai sebagai salah satu dari tujuh setan
desa karena dianggap resisten terkait implementasi landreform.131
129 Aan Anshori,” Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir September-Oktober
1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora (Vol. 14. No. 1 Juni 2017),3 130 Ibid., 3 131 Ibid., 6
87
b. Dampak bagi orang PKI
Dampak rekonsiliasi bagi orang PKI dibagi menjadi dua dampak, yaitu
dampak positif dan dampak negative. Adapun dampak positifnya adalah
sebagai berikut:
Pertama, terjalinnya silaturrahmi bahkan paguyuban antara korban
para jendral yang terbunuh tahun 1965,dengan keluarga para tokoh PKI.132
Di Temanggung silaturrahmi yang terjalin membuat tokoh eks-PKI dengan
senang hati mengikuti kegiatan warga NU seperti dzibaan, tahlilan dan
berbagai macam kegiatan pengajian sehingga menimbulkan solidaritas antar
kedua kubu tersebut.
Kedua, terlindunginya dan terawatnya anak-anak tokoh eks-PKI
dengan disekolahkannya hingga perguruan tinggi oleh beberapa jendral
TNI.133
Relative banyak anak tokoh eks-PKI yang berada di Temanggung
yang sekolah sampai ke perguruan tinggi tanpa ada halangan karena mereka
dilindungi dan dirawat oleh jendral TNI sehingga aman sampai mereka
bekerja.
Ketiga, para eks Tapol PKI telah diberi hak pilih secara politik
sehingga mereka bisa mengikuti Pemilu secara berkala, dan mereka
mendapatkan hak untuk dipilih, maka bisa dilihat anak turun PKI bisa
menjadi anggota DPR, Pimpinan Parlemen bisa menjadi gubernur, bupati
132 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: TIM PBNU, 2013), 151 133 Ibid., 151
88
dan sebagainya.134
Pemilu-pemilu berlangsung secara merata termasuk di
Temanggung baik orang NU maupun orang eks-PKI mereka memilih hak
mereka untuk mengikuti pemilu sampai sekarang. Dan mereka juga menjadi
anggota pemerintahan yang berada di kabupaten Temanggung. Mereka
diberi kebebasan untuk memilih maupun dipilih oleh masyarakat luas,
kerena kemampuan mereka dan memilih bukan karena asal-usul orang tua
mereka yang ikut PKI. Oleh sebab itu, tidak adanya deskriminasi antara
orang eks-PKI maupun orang NU. Itulah yang diharapkan untuk menjaga
dan memajukan NKRI.
Sedangkan dampak negatifnnya adalah sebagai berikut:
Pertama, bagi kaum gerwani di kalangan islam (baik Modernis
maupun Tradisionalis) mendorong pemikiran isu-isu sosial yang
mempengaruhi kaum perempuan. Akan tetapi memunculnya kekhawatiran
mereka bahwa islamisasi yang lebih dalam yang bergaya Arab atau
fundamentalis yang dapat mengamcam kaum perempuan.135
Kedua, PKI berideologi marxisme, maka pengembangan dan
pengkajian marxisme dilarang baik di masyarakat maupun lingkungan
akademis. Marxisme akademik merupakan bagian integral dari system
filsafat dan keilmuan kontemporer. Sehingga system akademik nasional
pincang bahkan mengalami degradasi karena meninggalkan teori akademik
134 Ibid.,152 135 M.C. Ricklef, Mengislamkan Jawa. (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2013), 387
89
yang di Eropa Barat dikembangkan sangat dinamis, yang jauh dari Marxisme
ortodoks.136
Ketiga, diskriminasi mengakibatkan tertutupnya pintu kreativitas
seluruh warga bangsa. Seperti halnya model kesenian Lekra PKI hilang.
Sehingga, muncul kesenian yang borjuis dan romantic, tidak ada bentuk
kesenian yang realis. Karena realism dianggap vulgar, populisme dianggap
ideologis karena ditiadakan, akibanya seniman budayawan di patahkan,
karena tidak diizinkan melihat sumber utama inspirasi, yaitu realitas,
sementara realitas bersifat populis, penuh dengan penderitaan rakyat.137
136 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran
Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):9 137 Ibid., 10
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan Rekonsiliasi Cultural Eks Partai Komunis
Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-2006 di
Temanggung ,maka dapat ditarik kesimpulan,
Lahirnya PKI dapat dirunut dari kedatangan H.J.F.M Sneevliet yang tiba
di Hindia Belanda pada tahun 1913 menjelang Perang Dunia I. Sneevliet adalah
seorang aktivis politik yang berhaluan marxis. Geliat politik di daerah
Temanggung terdorong oleh kehadiran SI, kemudian retak dengan munculnya
SI Merah yang memisahkan diri. kelompok ini kemudian membentuk
Perserikatan Komunis Hindia (PKH) 1920, dan empat tahun kemudian berubah
menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia). Sarekat Islam Temanggung relative
bersih dari sayap merah tersebut. Maka, daerah Temanggung tetap adem ayem
ketika PKI ada peristiwa pemberontakan pada tahun 1926. Dan berkempang
pesat sampai dengan PKI ditiadakan.
Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan warga NU di
Temanggung, konflik ini disebabkan oleh berbagai macam perbedaan, yaitu;
Perbedaan epistomologis dan ideology, Perbedaan kultur, dan Perbedaan
politik. Di Temanggung yang menjadi korban pemberontakan PKI itu relative
banyak sehingga membuat orang kecil banyak dirugikan dan banyak lawan.
91
Banyak orang-orang yang sampai saat ini masih mengolok-olok orang-orang
eks-PKI, karena pernah terlibat dalam PKI.
Akhirnya melalui pembahasan mengungkap isu kebenaran dalam
rekonsiliasi kultural Eks-PKI di Temanggung, dalam Rekonsiliasi sosial
pertikaian antara NU dengan PKI merupakan konflik sosial yang bersifat
horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang berbeda keyakinan dan
bertentangan ideologi. Tetapi pada dasarnya mereka sebelumnya hidup saling
bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi secara alami di antara mereka
sendiri, sesuai dengan tradisi dan norma sosial yang berlaku. Proses proses
rekonsiliasi dilatarbelakangi oleh sebab-sebab peristiwa yang tidak diajarkan
dalam buku-buku sejarah resmi. Sebab-sebab tersebut diklasifikasikan menjadi
tiga hal: perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik
nilai atau ideology.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang Rekonsiliasi
cultural eks-PKI dengan NU tahun 1965-2006 di Temanggung, maka terdapat
beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah peradaban
Islam, meliputi:
1) Disarankan bagi peneliti berikutnya yang akan membahas kajian yang
sama untuk melakukan riset yang komprehensif baik dari kelengkapan
data, metodelogi dan analisis, terutama yang berkaitan dengan orang-
orang eks-PKI. Selain itu, kajian ini penting secara sosial, bahwa
92
keterlibatan seseorang dalam partai politik harus bisa membedakan
antara politik dengan syariat agama. Dan masih banyak variabel lain
yang ikut menentukan.
2) Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan penelitian yang lebih
baik, maka perpustakaan dirasa perlu untuk melengkapi koleksinya,
khususnya perpustakaan prodi Sejarah IAIN Salatiga, Perpustakaan
Utama IAIN Salatiga, Perpustakaan Umum Daerah Salatiga dan
Perpustakaan Umum Daerah Temanggung.
93
DAFTAR PUSTAKA
Artikel :
Anom, Dimas “Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”,
Artikel.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas PGRI, 2015
Fikriyah, Sofa “Peranan Tentara Keamanan Rakyat Temanggung dalam Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1946”, Artikel. Surakarta: Program
Studi Pendidikan Sejarah FKI UNS.
Buku :
Abdullah, M. Amin. Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Lembaga Penelitian
UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah Yogyakarta: Ombak, 2011.
Adam, Warman. Pelurusan Sejarah Indonesia,Yogyakarta:Ombak,2009.
Aidit, D. N. Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), Djakarta: Jajasan
Pembaruan, 1955.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian, Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Asitno, Bowo et.al. Temanggung:Tempo Dulu serta Prospek di Masa Mendatang,
Temanggung: Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten, 1997.
Budiawan, Anak Bangsawan Bertukar Jalan, Yogyakarta: LKis, 2006
Budiawan. Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik
Rekonsiliasi PaskaSoeharto , Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi
Masyarakat,2004
94
Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta,
2010
Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Ombak, 2011.
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Kasemin, Kasiyanto. Mendamaikan Sejarah:Analisis Wacana Pencabutan TAP
MPRS/XXV/1966, Yogyakarta: LKiS,2004.
Kosim, E. Metode Sejarah, Asas, Dan Proses, Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984
McVey,Ruth T. Kemunculan Komunisme Indonesia, terj. Tim Komunitas Bambu.
Depok: Komunitas Bambu, 2010
Mun‟im, Abdul. Benturan NU-PKI 1948-1965, Jakarta: TIM PBNU, 2013.
Noer, Deliar. Pengantar Ke Pemikiran Politik I, Medan: Dwipa.
Schaefer, Bernd. 1965: Indonesia and The World= Indonesia dan Dunia, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Oemar, Moh. et.al., Sejarah Daerah Jawa Tengah, Jakarta: Depdikbud, 1994
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia, Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka, 2008
Profil Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2013, Temanggung: Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung, 2013.
95
Ricklef, M.C. Mengislamkan Jawa, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2013
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007.
Sudjatmiko, Iwan Gardono, The Destruction of the Indonesia Communist Party (PKI):
A Comparativ Analysis of East Java and Bali. Makassar: U.M., 1992.
Sulistiyo, Hermawan. Palu Arit di Ladang Tebu, Jakarta:KPG Kepustakaan Populer
Gramedia, 2000.
Thamrin, Husni dkk. Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950
Temanggung: Dewan Harian Cabang BPK 45, 2008.
Wirantaprawira , Cyntha. Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan
Jerman:Lembaga Persahabatan Jerman – Indonesia.
Internet :
Minarno, Santoso. “Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa
Tengah”, dalam http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf,
diakses 16 Desember 2018
Rekomendasi Muktamar NU ke-33 di Jombang untuk Penyelesaian Pelanggaran HAM
Masa Lalu. Di askes dari https://syarikat.id .Pada tanggal 23 Juli2019
Sybly, M. Roem, “Dinamika Politik Jawa Tengah”, Dalam http://www.reform-i
institute.org/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1.pdf.
diakses 2 Mei 2019
Jurnal:
Afkar, Tashwirul “Peristiwa. ‟65-‟66 :Tragedi, Memori, dan Rekonsiliasi,” Jurnal
Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, No. 15, 2003
96
Anshori, Aan “Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir
September-Oktober 1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora
Vol. 14. No. 1 Juni 2017
Skripsi :
Matdiyah,.Skripsi. “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten
Abad Ke – 20”, Jakarta, Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah 2017
Pristi, Silvia. Skripsi.“Tragedi 1965 di Indonesia Perspektif Kembang Hitam Rene
Girard”,Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata
Dharma, 2015
Surat Kabar dan Majalah :
Kompasiana, 1 Oktober 2015, “Kisah Seorang Guru yang Menjadi Eks Tapol dan Di-
PKI-kan”,
Wawancara:
A-B (68), 26 Maret 2019, Joho, Wonoboyo, Temanggung
A-T (58), 15 Maret 2019, Jampirejo Temanggung
H-R (68), 29 Desember 2018, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
N-Y (50), 29 Desember 2018, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
S-B (60), 29 Desember 2018, , Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Permohonan Ijin Penelitian
2. Lampiran KESBANGPOL Kab. Temanggung
3. Lampiran Daftar Informan
4. Lampiran Hasil Pemilu Tahun 1955 di Jawa Tengah
5. Lampiran Salah satu Transkip Wawancara
98
Lampiran 1
99
Lampiran 2
100
101
Lampiran 3
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : A-B
Sebagai : Ansor tahun 1965
Umur : 68 th
Alamat : Joho, Wonoboyo, Temanggung
Pendidikan : Pondok Pesantren
2. Nama : A-T
Sebagai : Tokoh NU saat ini / pengasuh Ponpes
Umur : 58 th
Alamat : Jampirejo Temanggung
Pendidikan : Sarjana (S-1)
3. Nama : N-Y
Sebagai : Pengamat Politik
Umur : 50 th
Alamat : Joho, Wonoboyo, Temanggung
Pendidikan : SMA
4. Nama : H-R
Sebagai : Eks-PKI
Umur : 68 th
Alamat : Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
Pendidikan : SMP
5. Nama : S-B
Sebagai : Pensiunan Guru
Umur : 60 th
Alamat : Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung
Pendidikan : Sarjana (S-1)
102
Lampiran 4
103
104
Lampiran 5
Wawancara
Nama : A-T Usia : 58
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara :15 Maret 2019
Waktu :17.00 WIB
Alamat : Jampirejo Temanggung
Transkipsi wawancara:
W :Pada hari Jumat tanggal 24 bulan Maret tahun 2019, saya Wakhida
Khikmawati mengadakan wawancara dengan bapak A-T sebagai tokoh
NU pada era tersebut di Temanggung. Wawancara ini diadakan di rumah
narasumber. Berkaitan dengan penelitian yang berjudul
“REKONSILIASI CULTURAL EKS-PKI DENGAN NU TAHUN
1965-2006 DI TEMANGGUNG” Wawancara ini dimulai pada pukul.
17.00 WIB. Adapun isi wawancaranya sebagai berikut:
W : sepindah badhe silaturahmi kaping kalehipun badhe nopo namine
mengertosi tentang PKI ngoten bah damel skripsi
A-T : nopo?
W : PKI
A-T : PKI? Aku zaman PKI gek umur piro aku lahiran 61..aa umur brp? 61 65
meletus berate umur piro kwe 4 th opo 5 th opo 6 th, 6 th?
W : enggeh hehhe
A-T : sek arak tekoki opo?
W : niki nopo namine ehhh Sejarahipun PKI teng tmg niku pripun?
A-T : lha nek sejarahe ora patio reti ya? Sejarahnya pas tmg itu kan hanya
koyone dampak pergerakan nya memang dr seko wetan ta
W : enggeh
A-T : tmg itu ya banyak terutama di jampirejo ini kan nganu pusat
W : nggeh
A-T :jampirejo ini termasuk banyaknya komplek sekitar sini banyak orang2
PKI. Neng nek sejarahnya njok mulainya kapan yo ra ngerti
W : nek teng maksute teng jampirejone niku berawal dr pripun bah?
Pak Agus: :ya kwe seng urng mudeng yo kwe kenapa terjadi waktu itu
kok banyak tokoh2 yang ada di jampirejo
105
W : nggeh
A-T : aku mulai ngerti itu ketika PKI sudah menguasai di bagian ini
kemudian habis itu habis 65-an sekitar 66, 67 gek mulai ngerti. Kan
waktu itu bapak sini kan nyalon lurah
W : enggeh
A-T : lha lawannya itu PKI karena disini dominan orang2 PKI bapak itu kalah
ngono low
W : enggeh
A-T : itu sebelum PKI malahan ndeng , ha begitu bapak kalah kan (suara
batuk) ya sudah wong kalah kan , let pirang wulan tdk ada setahun itu
PKI meletus otomatis lurah itu kan tersangkut krn dia memang tokoh
kemudian dia dilengserkan dari lurah kemudian ada ketiker. Ketiker itu
pengganti semestara po opo yo istilahe yo
W : enggeh
A-T : itu bapak malahan. bapak itu melu pemilihan lurah ora dadi neng basan
ora pilihan malah dadi lurah
W : enggeh
A-T : tetapi waktu itu ketika bapak jadi lurah kan jadi dilemma sementara
bapak yo ketua Nu tpi juga lurah sementara penduduk jampirejo banyak
yg tokoh2 PKI atau orang2 PKI pdhl wktu itu semua orang PKI kan
harus gampang nya di amankan atau bagaimna itu. Lha waktu itu bapak
berani mengambil resiko di bawah kepemimpinan saya tdk ada tdk boleh
1 pun orang PKI yg diambil dr jampirejo saya yg nanggung jwab gtu ,
kecuali 1 orang perempuan anggota DPR karena anggota DPR nggak
mungkin di lindungi krn dia tokoh politik itu hanya 1 itu yg lainnya di
lindungi semua, pdhl kalo di desa2 lain di jupuki ono seng di buai ono
seng di gak tau kmn shg setelah aa ketika puskes selesai itu orang2 disini
itu kan tadinya PKI kan ada yg msuk islam ada yg masuk nasrani itu ttep
nganu aja njoran damai saja gak ada pernah ada balas dendam atau apa
sementara di daerah lain didesa lain di daerah prkan itu sampai hari ini
blum bisa kondusif krn kebetulan waktu itu orang2 PKI di desa itu di
hapusi shg ketika skrng ini keluarga lurah itu waktu itu kok nyalon lurah
ora dadi, selalu tdk jdi krn apa krn terhalang oleh dendam lama karena
dulu knp tergesa2 di apa gampangnya di hukumi semuanya. Kalo disini
kan nggak di pitati, dipitati yg memang tokoh, yo tokoh harus
mempertanggung jwabkan yg tdk yo berarti kan di bersihkan kan hanya
ikut krn banyak yg ikut2an dulu paleng berani itu bapak sini berani
berani gampange ndadani aa di desa jampirejo tidak boleh di bawa itu
kecuali 1 itu aja yg lainnya nanti sambil jalan. Akhirnya sampai hri ini
meskipun kita ini di kelilingi oleh orang2 non muslim itu mereka mbolo
106
dengan kita. Nek pondok kne di larani ke seng mbelo wong2 itu knp mrk
sudah di ceritani mbahne mbiyen nek ora ono pak lurah hadi kae mbah2e
kye wes ra no2 kae ra no2
W : enggeh
A-T :itu keberanian seorang pemimpin waktu itu meskipun ya di hujat
mbiyen wong Nu ngelindungi PKI itu ya
W : enggeh
A-T : tpi masalhhnya bapak bukan begitu okelah sekarang bpknya PKI barang
kali besok anaknya cucunya dadi orang islam itu lhow kalo bpknya
mbahnya tdk disakiti kan ankanya tdk pernah dendam. Kalo yg sy
ceritakan tdi sampai hari ini dendam kadang dulu bapaknya bapakmu
mbiyen matine ora ngerti ngdi. Karena lurahnya di selenggarakan untuk
di dibersihkan dan ini menjadi sorotan juga desa itu yg saya ceritakan
juga, jajal nek deso kene mbiyen koyo jampirejo tdk akan terjadi seperti
ini. Dadi mbiyen bpk itu nyalon lurah ora dadi neng malah dadi lurah
tanpa pilihan karena meletusnya… karena yg menang adalah PKI. Tetapi
kebijakan pertama yang diambil melindungi orang2 yg dianggap krn
wktu itu blum ada ketentuan mnrt hokum kan gek jarene2
W : enggeh
A-T : yg blum sesuai dengan hokum bahwa itu orang PKI nggak berdamping
saya yg melindungi dan ternyata yg hanya msuk bui hanya bbrp saja
termasuk seorng anggota aa DPR Gerwani itu saja sekrng meninggalnya
dlm keadaan muslim, anake sekarang muslim semua kecuali sini ini.. yg
ini Nasrani
W : ohhh
A-T :ibunya.. kan dulu anggota DPR tpi akhirnya matinya
W : muslim
A-T : bpknya islam anaknya yg namnya mb rini,, mana kedu itu ketua
kelompok yasinan ibu2 ha itu lhow hasilnya. Ketika waktu itu kok oleh
bpk muni sikat kabeh pokoke seng terindikasi, pokoke sikat kabeh
mungkin.. nah lain ceritanya nah skrng meskipun orng2 di situ kdang2
ada yg non muslim di dekat kita ttep baik krn ada cerita itu PKI klo
disini. Dadi nek PKI dmn2 itu ceritnya beda kiro2 njok opo mneh?
W : trus nek, berate mboten enten konflik ngeten nggeh?
A-T : nggak ada itu justru yg pling dulu oleh orang Nu dijak krn
dianggap..PKI oleh orng2 yg non-Nu atau orng2 yg nasionalis bapak
dianggap org yg aa demo apa moderat krn tdk menentukan sblum ada
ketetapan hokum ndadani aku seng tanggung jawab nek enek opo2. Ya
ada konflik meskipun kecil2 ada nek cah pondok putra itu masak gek
107
tinggal melbu no isine wes lebu tok oleh orng2 apa aa pemuda pemuda
rakyat tpi itu gk jadi masalah krn yg cah nom2 lak ra reti itu konflik saja
tdk sampai kemudian pembunuhan tdk sampai nggeh itu
W : trus nek nopo sikape bpk dengan kembalinya PKI ke Nu niku pripun
nggeh
A-T : kembalinya
W : PKI
A-T : PKI
W : terus dados mu‟alaf islam masuk islam ngoten
A-T : mnrt saya kan nggak ada masalah kan syaidina Umar kan juga
musuhnya Nabi Muhammad bahkan pernah pengen membunuh Nabi
Muhammad, kalo waktu itu di binasakan Nabi Muhammad sendirian,
coba semua yg memusuhi Nabi Muhammad kok kemudian dibunuh kan
jadi Nabi Muhammad sendirian
W : enggeh
A-T : mnrt saya selagi orang itu kita kan nahnu nahkumu bi dhowahir kita
kan hanya menghukumi dengan dhoirnya, dhohirnya dia sudah mu‟alaf
sudah menyatakan syahadat kemudian masuk islam ya sudah alladi
mahdho ala mahdho yg sudah keliwat ya sudah. Lhow syaidina Umar
sopo ta ohh ya ya zina, ya rampok, ya pembunuh( suara batuk) bahkan
akan membunuh Nabi Muhammad, knp akhirnya jadi orngnya Nabi
Muhammad, Nabi Muhammad pernah menyatakan law kanna nabi
mimbakdi wakana umar anadaikan ada nabi setelah ku yaitu umar knp
bukan abu bakar krn umar pernah menjadi musuh, pernah menjdi orang
yng tdk baik. Knp ketua/ pimpinan wali itu Sunan Kalijogo krn Sunan
Kalijogo lah yg pernah jadi berandal yg lainnya blum itu. Jadi pemimpin
di islam itu justru bukan orang yng sejak awal baik, justru malah yg di
awalnya ada nuktah2 opo jennge tobat, menunjukkan bahwa Allah itu
menerima tobat orng yg mau bertobat meskipun dosanya besar. Wong
kudune nek saidina umar k era dingapuro lha wes arak mateni kanjeng
Nabi kok. Nang ngopo kok di ngapuro kok malah kanjeng Nabi law
kanna nabi mimbakdi wakana umar bar.e aku kok ono nabi seng pantese
umar knp?setelah mu‟alaf kemudian menjadi islam imannya melebihi yg
lain malah ada yg menyatakan kalo iman seluruh orang Indonesia
dikumpulkan ehh seluruh dunia dikumpulkan imannya syaidina umar itu
msih kalah masih kuat imannya Nabi ehh opo Syadina umar knp?
Mungkin dia pernah apanya kejebak pada kekafiran kemudian tobatnya
dadi tenan ngono lho. Jadi mnrt saya kembali ke itu ya kalo memang ada
PKI yang kemudian menjadi mu‟alaf masuk ke Nu mnrt saya nggak ada
masalah. Apa sih yg mau di salahkan kecuali kalo dia masuk membawa
palu arit hahh.. membawa ajaran islam-ateis ke dlm Nu. Lha itu yg di
108
sikat gtu lhow. Kudu di beneke itu di bersihkan dr itu. Neng nek dia
sudah dg mu‟alafnya kmudian belajar sholat kemudian bisa nganu
kmdian. Ya itu sekali lagi kita itu menghukumi secara dhohirnya saja
batinnya kita nggak tau (suara motor) itu lah. Kemudian pertanyaan lha
saiki Nu itu dianggap yg pleng2 dekat dg PKI memang iya. Ajarannya yg
pleng dekat dengan PKI itu Nu, knp? Sosialis hanya kalo Nu itu tdk ateis
itu lhow nek sosialisnya sama, jal dwe kon nulungi wong seng miskin
dwe kon zakat kon sodaqoh kan sosialis semua itu, neng kita tdk ateis
PKI ateis gtu lhow. Jadi kan hidup di dunia itu ka nada ekonomi liberal
ada ekonomi ee apa sosialis dan ada ekonomi liberalis. Yo opo meneh aa
sosialis itu yg pleng mendekati sosialis ya justru yg Nu itu. Liberal kan
yg bebas sugehe sak karepmu kono ra perlu zakat ra perlu opo2. Itu kan
itu opo meneh nek sosialis semuanya tdk boleh ada yg kaya sama rata
sama rasa. Lha Nu kan enggak opo islam kan enggak silahkan kaya tetpi
ketika pd batas2 tertentu maka hrus mengeluarkan zakat. Dadi perpaduan
antara liberalis sama sosialis itu islam. Jadi jangan takut kalo seandainya
kita orang Nu dianggap dekat dengan PKI itu ajarannya memang hamper
sama, neng nggon sosialisnya karena islam kan membolehkan orang
kaya. Kan nganu social itu liberal tetapi ketika sudah pd nisobnya harus
pd zakat itu kan koyo social. Yo kwe sugeh neng ojo dwekan lah
kancamu di bagei kan gitu. Njok koyo ng sama rasa sama rata neng njok
ada nganunya lhow ada2 ada apa ya indivikasinya. Seng iki bebas bas
seng iki kekang2, seng kne rak bebas neng ono batesan
W : enggeh
A-T : dari islam. Jangan gampang di apa di provokasi bahwa Nu itu sejak
dulu memang akrab dg PKI. Dan nek perlu sekrng di bubarkan, kan
skrng ada usaha untuk membubarkan Nu krn dianggap seperti PKI. Yo
temen2 kamu di kampus itu sok do model seperti itu pola. Pola piker ee
yo opo mneh?
W :eee trus manfaat opo namine dampake dampak positife npo PKI
A-T : bil
W : PKI teng npo masuk Nu niku nopo masjide bertambah npo pripun bah?
A-T : yo jelas orang islam tambah banyak kemudian saya melihat tahun ke
thn yg saya tau tentang PKI di sini. Itu hamper semuanya yg keturunan
PKI dan menjadi muslim itu tenanan ora muslim mencari perlindungan.
Endak? Memang tenanan lha kwe nyatane itu mb rini itu keturunannya
ee opo anggota DPR Gerwani. Sekarng jdi pimpinan yasinan ibu2
sampai hari ini. Opo itu tdk tenanan..itu lhow. Bukan hanya utk
berlindung agar selamat waktu itu enggak, tpi mungkin wktu itu memang
orang itu nggak ngerti kalo PKI itu ajarannya gak bener itu lhow, bahkan
keno ora ngerti njok anake dadi do ngerti. Sebab itu bpk itu dulu nek
109
bpkne PKI mbok menowo anak2e iso dadi islam, mbah2ne PKI mbok
menowo putu2ne dan itu terjadi. Itu terjadi dan saya membuktikan itu,
saya masih kecil, bahkan ada yg eee PKI kemudian di PDI kemudian jdi
ketua Jatilan. Ketika meninggal dia seorang muadzin njok pye?
W : heheh
A-T : opo njok etok2an nek kongono kwe, kwe jenenge khusnul khotimah
ngono kwe, dr pda sing nyantri njok rodo beling2 mati gek pas mbelinge,
kwe su‟ul khotimah kwe. Kan ada seorg ustadz tkn nggone pas selingkuh
let sedilok loro mati opo khusnul khotimah kwe. Ketika dia mau mati
diakhiri dg perselingkuhan kyai mongko seko awal santri njok kyai kan
mubaligh sisan ta
W :enggeh
A-T : kan mendingan yg ini, nek coro urutan kita nganu lhow menilai dr
dohirnya lhow njok batinnya gusti Allah sek preso. Jdi dampaknya mnrt
saya positif waktu itu, tpi memang kan kondisional. Bpk tau karakter
org2 sini, jadi tdk semuanya seperti itu. Tpi di Jampirejo dg apa ya sikap
bapak terhdp PKI seperti itu yg kebetulan waktu itu bapak adalah ketua
Nu yg dampaknya positif, dampaknya positif.
Tamu : assalamu‟alaikum
A-T : wa‟alaikumsalam
Tamu : badhe tanglet
A-T : enggeh dospundi.?
W : nek peristiwa 1965 di tmg niku pripun bah?
A-T : lha kwe q gek umur 5 th kwe nek kon cerito capet2 ra patio ngerti
W : ehhh
A-T : jane nek ibuk iseh sugeng ngerti tenan nek kwe
W : hahah
A-T : aku urg patio ngerti opo bu anah, bu anah mungkin rodok ngerti, nek
pak syakur jelas malah tambah ora ngerti wong karo aku kacek 10 th
W : haha
A-T : nek 65 itu saya kan 61 baru lahir,berate nek 65 baru saya umur 4 th
W : 4 th
A-T : ho.o ta, 4 th laky o ijeh capet2
W : nggeh sak ngertose bpk ?
110
A-T : disini kan tdk terlalu, terlalu seperti di blitar tdk sprti di madiun iya
sudah
W : iya
A-T : ha kebetulan yg model seperti bpk itu tdk2 hanya di Jampirejo mungkin
didaerah lain ada, dadi tdk bgitu meledak-ledak, hanya kan disini
kebetulan bukan mayoritas Nu jga. La seng meledak2 kan mayoritas Nu
njok beleh2an brang ke ta.. hahah
W : enggeh
A-T : madiun, Kediri kan beleh2an, krn apa sblum orng Nu mbelehi wong
PKI, PKI kan wes mbelehi sek, dadi mnrt saya peristiwa G 30S itu bukan
kesalahan Nu tpi itu akibat kesalahan orang2 PKI, ono wng subuhan di
belehi seko mburi kok, tembaki seko mburi kok, brp kyai yh habis. Neng
seng di permasalahke HAM kan 65 kesini, 65 kesana kan nggak pernah
diurus aneh ta itu. Krn apa? Krn aa apa ya menggas kemudian membela
HAM yg dihitung 65 kesini. Pdhal 65 kesini itu adlh gampangannya anu
opo ya? Akibat. Sebabnya itu kan sebelum 65. Kudune itu ya durus.
Berapa ribu orng santri yg dibantai, kyai yg dibantai. Kudune detung
itung2an ngono nek arak salah2an ora meng salahke seng 65 kesini. Ha
nek 65 kesini hayoo wae mesti wong Nu seng meng disalahke, krn waktu
itu sinergitas antara apa militer dengan Nu itu. Tapi nggak bisa ada 65
mesti ada peristiwa dulu itu sebelum 65. Piro kyai seng di pendem
urep2an di mediun. Itu nggak pernah diungkap sampai skrng.
Tamu : ngeten mawon pak
A-T : enggeh
Tamu : tak terasan, nggeh pareng
A-T : opo meneh, sak ngertiku wae lhow hhaha
W : enggeh, nggeh sampun pak matur suwun
111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitea
I. Data Pribadi
1. Nama Lengkap : Wakhida Khikmawati
2. TTL : Temanggung, 22 Februari 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. Alamat Tinggal : Joho RT002 RW003, Wonoboyo, Temanggung
8. Hobi : Nonton Drama Korea
9. Pendidikan terakhir : MA Mu‟allimin Temanggung
10. Telepon/Hp : 085877571263
11. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
Periode
(Tahun)
Sekolah / instansi Alamat Jenjang
Pendidikan
2003 - 2009 . SDN 2
Wonoboyo
Wonoboyo,
Temanggung
SD
2009 - 2012 MTS Al-Hidayah
Wonoboyo
Wonoboyo,
Temanggung
MTS/SMP
2012 - 2015 MA Mu‟allimin
Temanggung
Jampirejo,
Temanggung
MA/SMA
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 21 September 2019
Wakhida Khikmawati