REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS...

124
i REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN NAHDLATUL ULAMA (NU) TAHUN 1965-2006 DI TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Wakhida Khikmawati NIM. 53010150031 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS...

Page 1: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

i

REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS

INDONESIA (PKI) DENGAN NAHDLATUL ULAMA (NU)

TAHUN 1965-2006 DI TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum)

Oleh:

Wakhida Khikmawati

NIM. 53010150031

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 2: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

ii

Page 3: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

iii

Page 4: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

iv

Page 5: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

v

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

Jl. Nakula Sadewa V No. 9, Dukuh, Kembangarum Telp. (0298) 341900 Salatiga

Website:http://www.ushuluddin.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

Page 6: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

vi

MOTTO

Bermimpilah

Seakan kau akan hidup selamanya

Hiduplah

Seakan kau akan mati hari ini

(James Dean)

Page 7: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

vii

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku,

Para dosenku, saudara-saudaraku,

dan Sahabat-sahabat seperjuanganku.

Page 8: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

viii

ABSTRAK

WAKHIDA KHIKMAWATI. Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU Tahun

1965-2006 Di Temanggung. Pembimbing: Dr. Sidqon Maesur, Lc., M.A. Skripsi.

Salatiga: Progam Studi Sejarah Perdaban Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Humaniora, IAIN Salatiga. 2019.

Skripsi ini meneliti Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU tahun 1965-2006

di Temanggung, yaitu tragedi pembataian massal paska gerakan 30 September 1965

yang masih menyisahkan luka bagi Bangsa Indonesia hingga saat ini. Kerugian yang

diderita para korban, baik harta benda, trauma fisik maupun mental, hingga dicabutnya

hak-hak mereka sebagai warga Negara, masih belum dipulihkan seutuhnya oleh Negara.

Untuk menyelesaikan masalah ini hingga tuntas, diperlukan adanya rekonsiliasi antara

korban dan pelaku dari peristiwa berdarah tersebut. Rekonsiliasi yang dimaksud tentu

saja keseluruhan, baik di tingkat masyarakat kecil hingga tingkat yang paling tinggi

yaitu pemerintah. Adapun masalah yang dijawab yaitu: 1) Bagaimana Sejarah dan

Perkembangan PKI di Temanggung? 2) Mengapa Konflik PKI melawan NU di

Temanggung bisa terjadi? 3) Bagaimana Isu Kebenaran dalam Rekonsiliasi Kultural

Eks-PKI di Temanggung?

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah. Tahapan dalam

metode penelitian sejarah yakni: (1) Heuristik atau pengumpulan data, (2) Verifikasi

atau kritik sumber, (3) Interpretasi atau penafsiran, dan (4) Historiografi atau penulisan

sejarah.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, pertama, Temanggung dalam

catatan Binnerland Bestuur, Departemen Dalam Negeri Pemerintah Kolonial Belanda

kabupaten Temanggung lahir pada 10 November 1834. Politik di Temanggung terbagi

menjadi dua yaitu Nasional yang dianut masyarakat perkotaan dan Islam yang dianut

masyarakat pedesaan. Kedua, konflik PKI dengan NU terjadi karena perebutan

kekuasaan sehingga menimbulkan permasalahan yang pelik anatara kedua kubu tersebut

dikambing hitamkan oleh penguasa. Ketiga, dalam rekonsiliasi kultural pertikaian

antara NU dengan PKI merupakan konflik sosial yang bersifat horizontal. Benturan

antara keduan kekuatan sosial yang berbeda keyakinan dan bertentangan dengan

ideology. Akan tetapi pada dasarnya kedua kubu tersebut sebelumnya hidup

bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi secara alami diantara mereka sendiri,

sesuai dengan tradisi dan norma yang berlaku. Peristiwa tersebut disebabkan oleh tiga

hal yaitu; perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik nilai atau

ideology.

Kata kunci: Partai Komunis Indonesia (PKI) , Nahdlatul Ulama (NU), Rekonsiliasi,

Page 9: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puja dan puji syukur penulis haturkan

kehadirat Allah SWT semata yang telah melimpahkan segala macam nikmat dan

rahmat-Nya. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan pada muara ilham,

lautan ilmu yang tidak pernah larut teruntuk baginda Nabi Muhammad SAW, serta

keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Rasa syukur yang mengiringi semangat

penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat studi

dan mendapat gelar Strata Satu (S1) yaitu Sarjana Humaniora pada jurusan Sejarah

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora. di IAIN Salatiga dengan judul

“Rekonsiliasi Kultural eks Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama

(NU) Tahun 1965-2006 di Temanggung”. Meskipun penulis menyadari bahwa studi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis memiliki keyakinan bahwa studi ini

memberikan tambahan khazanah sejarah Islam di Indonesia.

Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih diantaranya kepada, Bapak Dr.

Sidqon Maesur, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,

tenaga dan pikiran dengan tulus ikhlas serta untuk mengarahkan saya dalam menyusun

skripsi ini. Terima kasih atas segala yang diberikan kepada saya, semoga senantiasa

diberikan kemudahan dan keberkahan dari Allah SWT.

Penyusunan skripsi ini merupakan hasil penelitian singkat mengenai

Rekonsiliasi kultural eks-PKI dengan NU di Temanggung. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak akan ada artinya

tulisan ini. Oleh karena itu, dengn segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini

penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Kedua orang tua dan keluarga tercinta penulis (Bapak Sofyan dan Ibu

Nasikhatur Rokhimah, Bapak Zaeni Ikhsan, Kakak M. Wakhid Mubarok dan

Page 10: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

x

istri) yang telah mencurahkan kasih sayang dan motivasinya kepada penulis

hingga kini dapat menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluudin, Adab dan

Humaniora, IAIN Salatiga.

4. Sutrisna, S.Ag., selaku Ketua Prodi Sejarah Peradaban Islam.

5. Dr. Sidqon Maesur, Lc., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Adif Fahrizal Arifyadiputra, M.A., yang senantiasa menemani penulis dalam

berbagai keluh kesah skripsi. Pak Adif yang terus memberikan motivasi,

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam mencari, menyusun dan menulis

skripsi.

7. Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan Skripsi

yang telah memberikan arahan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

8. Rina Andriani Hidayat, S.Hum. M.A., Ahmad Faidi, M.Hum., Dheny

Wiratmoko, M.Pd., dan Moh. Fahsin, S.Hum., M.S.I., selaku jajaran dosen di

Prodi Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan kenangan bersejarah

berupa ilmu-ilmu kesejarahan dari awal kuliah sampai saat sekarang.

9. Ignasius Bagus Indarto, S.E selaku dosen mata kuliah profesi kearsipan

10. Segenap jajaran Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Humaniora yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengurus

administrasi dan kelengkapan skripsi.

11. Bapak Drs. H. Nasafi, M. Pd. I dan Ibu selaku pendiri ponpes Nurul Asna yang

telah menjadi orang tua kedua dan memberikan motivasi, semangat serta arahan

dalam penulis selama berada di Salatiga.

12. Istiqomah selaku sahabat dari kecil yang menemani pencarian sumber sampai ke

UNNES.

13. Teman-teman satu angkatan 2015 di Prodi Sejarah Peradaban Islam.

14. Segenap teman-teman Nurul Asna angakatan 2015 dan 2016

15. Sholihin, Umi, Sunti, Acak, Afri, Basit dan Bangkit selaku teman posko 167 di

Ngemplak, Limbangan, Purworejo.

Page 11: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

xi

16. KKN Desa Limbangan.

17. Segenap Karyawan Perpustakaan Daerah Temanggung dan Salatiga yang telah

membantu penulis dalam pencarian sumber skripsi.

18. Narasumber-narasumber yang meluangkan waktunya untuk skripsi ini.

19. Serta seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini baik secara

moral, spiritual maupun material yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.

Semoga Allah SWT. memberikan balasan kebaikan di dunia dan di akhirat

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan

semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi penyusun khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Salatiga, 21 Juli 2019

Penulis

Wakhida Khikmawati

NIM. 53010150031

Page 12: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR LOGO IAIN SALATIGA ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI iii

NOTA PEMBIMBING iv

PENGESAHAN KELULUSAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

ABSTRAK viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah, Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Kajian Pustaka 8

E. Kerangka Konseptual 12

F. Metode Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 20

BAB II DINAMIKA POLITIK TEMANGGUNG SAMPAI 1965 23

A. Sejarah Wilayah Administratif Temanggung 23

B. Kondisi Politik Temanggung 1950-1965 25

C. Sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di Temanggung 36

BAB III KONFLIK PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN

NU DI TMANGGUNG 45

A. Sejarah Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan

Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia 45

B. Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama

(NU) di Temanggung 55

C. Peristiwa 1965 di Temanggung 60

Page 13: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

xiii

D. Dampak Konfik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan

Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung 67

BAB IV MENGUNGKAP ISU KEBENARAN REKONSILIASI KULTURAL

EKS PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI TEMANGGUNG 69

A. Wacana Rekonsiliasi Eks Kultural Partai Komunis Indonesia

(PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) 69

B. Rekonsiliasi Kultural Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan

Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung 80

BAB V PENUTUP 90

A. Kesimpulan 90

B. Saran 91

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 97

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 111

Page 14: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai Komunis Indonesia (PKI) dibentuk pada tanggal 23 Mei 1920.

PKI ini merupakan Partai Buruh Indonesia. Dalam perkembangannya memimpin

kaum tani dan rakyat dalam melawan imperialisme, penguasa dan mendirikan

kekuasaan rakyat yang bertumpu pada persekutuan mayoritas, yaitu persekutuan

kaum buruh dan tani. Dengan adanya kekuasaan rakyat maka akan terciptanya

Indonesia yang sosialis.1

Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-

30-S/PKI yang merupakan peristiwa tragis yang tidak pernah dilupakan oleh

bangsa ini, baik dari kalangan TNI, NU maupun kalangan PKI sendiri.2 Pada

tahun 1965, sebuah konflik yang membara telah mencapai puncaknya dimana

PKI dan pimpinan tentara bersaing untuk meraih dominasi kekuasaan dan

pengaruh politik disluruh negeri. Kedua kekuatan itu bekerja dengan membujuk

Presiden Soekarno, yang sedang sakit agar berpihak kepada mereka. Kedua

belah pihak tersebut yaitu PKI dan tentara berharap bisa menggantikannya

sebagai penguasa di tahun berakhirnya sebagai Presiden. Kedua politik ini

bersaing untuk merebut dominasi penuh dan keduanya saling curiga bahwa

pihak salah satu sedang bersekongkol untuk menuntaskan perjuangan politik

1 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 7. 2Abdul Mun‟im DZ, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: TIM PBNU, 2013), 8.

Page 15: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

2

melalui kudeta. Pihak tentara sangat menginginkan adanya dalih untuk

menyerang PKI, akan tetapi mereka tidak melakukan upaya apapun untuk

memulainya. Pada saat yang sama mereka juga menyangkal rumor-rumor

tentang akan terjadinya kudeta.3

Rekonsiliasi mulai muncul pada awal 2000-an yang merupakan gerakan

mendorong terjadinya islah atau rekonsiliasi. Anak-anak muda NU, terutama

yang tergabung dalam syarikat, melakukan berbagai kegiatan untuk memulai

mewujudkan rekonsiliasi itu. Rekonsiliasi terjadi ketika jatuhnya Orde Baru

pada tahun 1998 membuka lembaran sejarah baru bagi para keluarga korban

1965. Mereka berharap adanya rehabilitasi terhadap hak kewarganegaraan

mereka yang terampas selama ini. Bersama dengan itu, muncul berbagai

penyelidikan yang menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia yang

sangat serius selama periode itu.4

Pada masa kepresidenan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, pemerintah

Indonesia membuat terobosan penting. Secara pribadi Gus Dur meminta maaf

kepada para keluarga korban Prahara 1965 dan mengajak semua kalangan,

termasuk warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk melakukan rekonsiliasi atau islah.

Posisi Gus Dur yang selain presiden juga pemimpin NU membuat pernyataan ini

sangat berpengaruh. Namun tindakan Gus Dur tersebut banyak disalahpahami

termasuk oleh beberapa mantan anggota PKI sendiri. Dengan ajakan rekonsiliasi

3 Bernd Schaefer, 1965: Indonesia and The World= Indonesia Dan Dunia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2013), 213–14. 4 Muslim Moderat, “Upaya Rekonsiliasi Antara NU dan PKI” dalam NU, PKI, dan Kemungkinan Rekonsiliasi.

Ed. Amin Muzdakkir., 3.

Page 16: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

3

itu, Gus Dur sejatinya ingin mengingatkan bahwa kita warga sipil adalah sama-

sama merupakan korban. Tidak ada yang diuntungkan oleh tragedi yang brutal

itu kecuali para petualang politik kekuasaan yang membangun karir di atas

piramida korban manusia.5

Pada 2004 Undang-Undang No. 27 tentang Komisi Kebenaran dan

Rekonsiliasi (KKR) disahkan. Namun pada 2006 undang-undang tersebut

dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) karena dianggap bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar 1945. Secara pribadi Susilo Bambang

Yudhoyono ketika masih menjabat presiden sempat mewacanakan kemungkinan

permohonan maaf negara terhadap para korban Prahara 1965, meski hal itu tidak

pernah terrealisasi. Belakangan Presiden Jokowi juga menyatakan hal yang

kurang lebih serupa, tetapi lagi-lagi baru sebatas wacana. Rekonsiliasi 1965

tidak bisa tidak harus berlandaskan pada suatu kesadaran baru mengenai sejarah

1965 itu sendiri. Apa yang disebut korban tidak hanya anggota PKI, tetapi juga

semua warga sipil yang kehilangan hak kewarganegaraannya di sekitar peristiwa

itu. Oleh karena itu, sejarah 1965 harus dipahami secara luas sebagai perubahan

dan kelanjutan periode sejarah sebelumnya. Memotong penafsiran historiografis

hanya pada tahun 1965, baik hanya fokus pada periode sebelumnya maupun

sesudahnya, akan berdampak fatal.6

Bagi penulis yang terpenting dalam peristiwa tragedi tahun 1965-1966

adalah melakukan upaya rekonsiliasi terhadap korban peristiwa tersebut. Alasan 5 Ibid., 9. 6 Ibid., 9-10.

Page 17: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

4

dengan adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini mempunyai skala

besar dari segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua, pembunuhan disertai

stigmatisasi paska peristiwa yang tidak hanya ditunjukkan kepada korban, tetapi

terhadap keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut tidak semata-mata

ideologis, tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak sipil dan politik

secara massif dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan kelompok-

kelompok masyarakit sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan segmen terbesar

bangsa ini, yakni umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada inisiatif

kelompok-kelompok masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul Ulama, dan

Ormas Islam lain, untuk mendukung rekonsiliasi korban politik Tragedi

Kemanusiaan 1965-1966 tersebut.7

Pada tingkat yang sederhana, permintaan maaf pernah dilontarkan KH.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh NU. Bukan hanya itu, sewaktu

menjadi Presiden RI Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS no.

XXV/1966 dicabut. Permintaan tersebut dianggap dingin dan belum

memberikan dampak psikologis yang signifikan. Sementara usulan Gus Dur

perihal pencabutan TAP MPRS diartikan salah oleh parlemen dan berbagai

pihak anti-komunis. Bahkan para penentag para usulan tersebut curiga akan

bangkitnya kaum komunis.8 Kesalahpahaman terhadap wacana permintaan maaf

yang dilontarkan Gus Dur terhadap para korban G-30-S/PKI, sebuah peristiwa

7 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi, Memori, Dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003), 1. 8 Ibid., 1.

Page 18: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

5

pertumpahan darah yang melibatkan banyak pihak baik dari PKI, NU, serta

elemen masyarakat lainnya termasuk kelompok nasionalis dalam peristiwa tragis

tersebut semua merasa terharu. Tanggungjawabnya sebagai pemimpin terhadap

masyarakat dengan harapan wacana tersebut segera disambut oleh kalangan PKI

dengan melontarkan wacana permintaan maaf serupa. Dengan demikian

keduanya akan memproses yang sama dan secara resmi antara kedua organisasi

NU dan eks PKI, atau antar pemerintah dengan PKI, semuanya terbuka.9

Dari pemaparan singkat tersebut, penulis tertarik untuk mencari tahu dan

menelusuri bagaimana konflik PKI dengan NU yang terjadi di Temanggung? Isu

kebenaran rekonsiliasi kultural Eks PKI dengan NU di Temanggung? Sehingga

penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: “Rekonsiliasi Kultural Eks

Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-

2006 di Temanggung.

B. Rumusan Permasalahan, Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis membatasi

pembahasan dengan sejumlah rumusan permasalahan berupa pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan PKI di Temanggung?

2. Mengapa konflik PKI melawan NU di Temanggung bisa terjadi?

9 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU,2013), 191.

Page 19: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

6

3. Bagaimana mengungkap isu kebenaran dalam rekonsiliasi kultural eks-

PKI di Temanggung?

Untuk lebih terarah dan agar pembahasan ini tidak terlalu luas, maka

penelitian ini perlu diberikan batasan dalam penulisannya, adapun pembatasan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Batasan Spasial

Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Rekonsiliasi Kultural

Eks Partai Komunis Indonesia (PKI) Dengan NU tahun 1965-2006 di

Temanggung” dengan ruang lingkup kabupaten Temanggung. Hal ini terkait

dengan peristiwa pemberontakan PKI dan Rekonsiliasi yang terjadi di

Temanggung yang merupakan peristiwa nasional.

2. Batasan Temporal

Dari judul penelitian yang diambil yaitu “Rekonsiliasi Kultural Partai

Komunis Indonesia (PKI) Dengan NU Tahun 1965-2006 di Temanggung”

penulis memilih dengan periode antara tahun 1965. Penulis memilih awal

tahun penelitian yaitu 1965, merupakan gejolak pemberontakan PKI di

Temanggung.

Untuk batas akhir penelitian penulis memilih akhir penelitian pada tahun

2006. Tahun ini penulis ambil dengan alasan upaya rekonsiliasi memberi

harapan kepada para korban ketika Panitia Seleksi Calon Anggota Komisi

Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Nasional sudah menyerahkan nama calon

anggota kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memerlukan waktu

Page 20: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

7

lama sekali untuk memilih para anggota KKR. Di tengah masa menunggu itu,

Mahkamah Konstitusi membatalkan UU KKR pada awal Desember 2006.

Sampai hari ini belum ada tanda-tanda akan muncul UU KKR pengganti UU

yang dibatalkan pada waktu itu.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis

merumuskan tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui Sejarah dan Perkembangan PKI di Temanggung

b. Mengetahui konflik PKI dengan NU di Temanggung

c. Mengetahui Isu Kebenaran Rekonsiliasi Kultural Eks PKI dengan NU di

Temanggung

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa kegunaan, yaitu:

a. Manfaat Teoritik

Untuk kajian sejarah penelitian ini diharapkan dapat menambah

dan melengkapi kajian pengetahuan ilmu sejarah. Utamanya tentang

Rekonsiliasi cultural eks-PKI dengan NU di Temanggung. Kajian

tersebut dapat mengungkapkan sebuah realita di Temanggung pada era

PKI dan seputar paska Kemerdekaan di Temanggung.

Untuk kajian keislaman diharapkan dapat menambah

pengetahuan tentang perjuangan para kyai NU dalam menyadarkan

Page 21: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

8

orang-orang PKI yang jauh dari agama. Selain itu dapat menambah ilmu

tentang sejarah umat Islam di Indonesia pada umumnya dan

Temanggung pada khususnya. Dan mengetahui perjuangan umat Islam

pada periode kemerdekaan dan paska kemerdekaan.

b. Manfaat Praktis

Untuk kajian sejarah maksud yang diinginkan dari hasil dari

penelitian ini adalah dapat menambah referensi khasanah keilmuan

sejarah, baik tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) maupun seputar

Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat,

kegunaan dan membantu pada penelitian-penelitian yang lain.

Untuk kajian Islam maksud yang diharapkan yakni dapat

meneladani perjuangan para Kyai NU, serta meneladani perjuangan umat

Islam dalam menggapai kemerdekaan dan paska kemerdekaan. Sehingga

menambah rasa syukur kepada Allah karena sudah diberi kemerdekaan

Bangsa Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi

manfaat, kegunaan dan membantu pada penelitian-penelitian yang lain.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka adalah telaah pustaka atau literatur yang menjadi

landasan pemikiran dalam penelitian. Untuk mendukung keabsahan penyusun

skripsi ini penyusun berusaha melakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian

terdahulu dan buku induk yang relevan dengan Rekonsiliasi Kultural Eks Partai

Komunis Indonesia (PKI) dengan NU Tahun 1965-2006 di Temanggung. Tujuan

Page 22: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

9

kajian pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu untuk membedakan tema

yang pernah diteliti dan belum pernah diteliti. Sedangkan buku induk digunakan

sebagai model atau kerangka penulisan dan membantu dalam mengulas isi

penelitian nantinya. Adapun penelitian-penelitian terdahulu dan buku induk

diantaranya;

Skripsi karya Ahmad Sigit Kurniawan tahun 2012, mahasiswa

Universitas Jember, Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, yang berjudul

“Dinamika PKI di Indonesia Tahun 1950-1965”. Dalam skripsi ini

menjelaskan Dinamika PKI di Indonesia tahun 1950-1965 paska peristiwa

Madiun Affair, PKI mampu bangkit dari keterpurukan untuk tampil dalam

perpolitikan Indonesia dan mampu mempertahankan eksistensi partai selama

Demokrasi Liberal. Pada masa tersebut perkembangan PKI semakin besar. Hal

tersebut memunculkan Konflik antara PKI dan Angkatan Darat semakin

memuncak memasuki tahun 1965,dan peristiwa G30S menandai berakhirnya

pergerakan PKI di Indonesia. Sementara penelitian ini berfokus kepada

perpolitikan pada masa PKI di Temanggung yang relative adem ayem sehingga

PKI berkembang pesat. Hasil pemilu pada tahun 1955 pun menunjukkan

kemenangkan PKI. Hal ini memunculkan Konflik antara PKI dengan NU pada

masa Orde Baru yang memuncak setelah terjadinya peristiwa pembantaian PKI

terhadap para kyai dan ulama.

Page 23: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

10

Juranal yang diterbitkan oleh Tashwirul Afkar dengan No. Jurnal Edisi

no.15tahun 2003berjudul “PERISTIWA ’65-’66 : Tragedi, Memori, dan

Rekonsiliasi”. Dalam jurnal ini menjelaskan Peristiwa yang merupakan tragedi

kemanusiaan paling hitam dalam sejarah modern Indonesia. Alasan dengan

adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini mempunyai skala besar dari

segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua, pembunuhan disertai stigmatisasi

paskaperistiwa yang tidak hanya ditunjukkan kepada korban, tetapi terhadap

keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut tidak semata-mata ideologis,

tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak sipil dan politik secara massif

dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan kelompok-kelompok masyarakit

sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan segmen terbesar bangsa ini, yakni

umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada inisiatif kelompok-kelompok

masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul Ulama, dan Ormas Islam lain, untuk

mendukung rekonsiliasi korban politik Tragedi Kemanusiaan 1965-1966

tersebut. Dalam penelitian ini cangkupan rekonsiliasi tidak hanya dalam lingkup

yang luas yaitu nasional, namun dalm penelitian cangkupan rekonsiliasi lebih

mengerucut kepada rekonsiliasi cultural di daerah Temanggung. Focus dalam

penelitian ini adalah dampak diadaknnya rekonsiliasi oleh pihak NU sehingga

menimbulkan dampak yang sangat baik bagi kedua kubu tersebut, yaitu

silaturahmi antara PKI dengan NU terjalin sampai sekarang.

Buku karya Budiawan, tahun Juni 2004dengan Kata Pengantar; Hersri

Setiawan yang diterbitkan oleh: ELSAM – Lembaga Studi dan Advokasi

Page 24: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

11

Masyarakat Jakarta, yang berjudul “Mematahkan Pewarisan Ingatan

:Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Paska-Soeharto.” Dalam

buku ini menjelaskan Pembongkaran wacana yang telah berkanjang selama ini –

dalam hal ini adalah, sesuai dengan fokus penelitian penulis buku ini pada

tragedi terbesar sepanjang sejarah Indonesia paska-kolonial, yaitu peristiwa

pembantaian massal 1965-66. Untuk itu penulis buku ini “berpaling pada

bahasa”. Dengan pendekatan pada upaya sosial kultural, jadi lebih menekankan

inisiatif orisinal akar rumput, ketimbang pada upaya politik semata yang berarti

adanya dominasi negara dalam menciptakan rekonsiliasi. Penelitian yang penulis

ambil hampir sama dengan penulisan buku tersebut yang pendekatannya pada

sosial cultural. Namun, yang membedakannya yaitu isu wacana rekonsiliasi

yang masih menjadi kontroversi akibat dibatalkannya UU KKR pada tahun 2006

oleh MA.

Buku karya Husni Thamrin,dkk, tahun 2008 yang berjudul “Geger

Doorstoot Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950” yang menjelaskan

tentang perjuangan rakyat Temanggung paska agremi pertama Belanda juli 1947

Temanggung serta berada di garis depan Semarang. Perjanjian genjatan senjata

yang melahirkan garis demokrasi yang memisahkan pendudukan belanda dan

wilayah pribumi. Di sepanjang garis demokrasi itulah berhadapan dengan

pasukan TNI yang diperkuat banyak pemuda Temanggung. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan karangan ini untuk sejarah wilayah Temanggung . Akan

tetapi penilitian ini tidak berfokus kepada Organisasi PKI namun, orang-orang

Page 25: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

12

Eks-PKI paska 1965. Karena organisasi PKI berakhir ketika peristiwa G30 S

PKI.

Buku karya Abdul Mun‟im, tahun 2013 yang berjudul “ Benturan NU-

PKI 1948-1965” yang diterbitkan oleh PBNU Langgar Swadaya. Buku ini

menjelaskan tentang konflik PKI yang dilihat dari sudut pandang NU sendiri,

menggali dan memaparkan apa yang dialami oleh orang NU dalam menghadapi

PKI. Serangkaian peristiwa tahun 1926 ketika PKI mulai memberontak dan

pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, hingga pemberontakan PKI 1965.

Dalam buku ini juga mengetengahkan rangkaian peristiwa PKI yang melakukan

propaganda, memprofokasi, meneror dan menyerang NU dan Pesantren. NU dan

Pesantren mempertahankan diri, menyerang balik dan menangkap mereka yang

bersalah dengan menyerahkan kepada apparat baik polisi, TNI maupun

kejaksaan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam penelitian ini hampir sama

dengan penelitian diatas. Namun, yang membedakannya ialah tenpatnya yaitu di

Temanggung sedangkan penelitian diatas di Madiun dan tahunnya pun berbeda

yaitu di Temanggung tahun 1965-2006 sedangkan di Madiun tahun 1948.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Dalam pembahasan

Page 26: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

13

penelitan ini, yaitu “Rekonsiliasi Kultural Eks Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dengan Nahdlatul Ulama Tahun 1965-2006 di Temanggung”.

Eks PKI adalah mantan tokoh dalam pergerakan Partai Komunis

Indonesia. Mereka terlibat dalam PKI karena merupakan Partai Buruh Indonesia.

Dalam perkembangannya memimpin kaum tani dan rakyat dalam melawan

imperialisme, penguasa dan mendidirikan kekuasaan rakyat yang bertumpu pada

persekutuan mayoritas, yaitu persekutuan kaum buruh dan tani. Dengan adanya

kekuasaan rakyat maka akan terciptanya Indonesia yang sosialis.10

Rekonsiliasi adalah suatu perbuatan memulihkan hubungan persahabatan

ke keadaan semula (KBBI). Bentuk rekonsiliasi berupa rekonsiliasi sosial yang

alami yaitu bersifat horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang

berbeda keyakinan dan bertentangan dengan ideology. Akan tetapi pada

dasarnya mereka saling bertetangga, karena dengan hal ini wajar jika seusainya

konflik proses rekonsiliasi secara alami terjadi diantara mereka sesuai tradisi dan

norma yang berlaku.11

Penyebab dengan adanya rekonsiliasi antara lain: Pertama, tragedi ini

mempunyai skala besar dari segi cakupan area dan jumlah korban. Kedua,

pembunuhan disertai stigmatisasi paska peristiwa yang tidak hanya ditunjukkan

kepada korban, tetapi terhadap keluarganya. Ketiga, corak stigmatisasi tersebut

tidak semata-mata ideologis, tetapi juga merembet kepada penghilang hak-hak

sipil dan politik secara massif dan berganda. Keempat, tragedy ini melibatkan

10 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 11 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU,2013), .139

Page 27: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

14

kelompok-kelompok masyarakit sipil lain sebagai pelaku yang melibatkan

segmen terbesar bangsa ini, yakni umat Islam. Kelima, hingga saat ini belum ada

inisiatif kelompok-kelompok masyarakat sipil, khususnya dari Nahdlatul

Ulama, dan Ormas Islam lain, untuk mendukung rekonsiliasi korban politik

Tragedi Kemanusiaan 1965-1966 tersebut.12

Penulis menggunakan beberapa kerangka konseptual agar skripsi ini

dapat lebih sistematis dan terarah sesuai dengan topik pembahasan. Untuk

menjelaskan Rekonsiliasi kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dan

Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung. Penulis menggunakan pendekatan ilmu

sosiologi, politik dan psikologi.

Sosiologi merupakan ilmu masyarakat yang mempelajari struktur, proses

dan perubahan sosial.13

Sosiologi merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah

masyarakat. Pendekataan sosiologi ini digunakan untuk mengungkap unsur

sosial, jaringan, struktur, organisasi, pola kelakuan dan system sosial.14

Pendekatan Sosiologi ini diambil karena terkait penjelasan rekonsiliasi kultural

Partai Komunis Indonesia (PKI) terkait dengan memulihkan hubungan Eks-

Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU).

Pendekatan politik menurut Deliar Noer adalah segala usaha tindakan

atas suatu kejadian manusia yang berkaitan dengan kekuasaan dalam suatu

12 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):1 13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), 18. 14 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1993), 87.

Page 28: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

15

negara dengan bertujuan untuk mempengaruhi, mengubah dan mempertahankan

suatu bentuk sususan masyarakat.15

Pendekatan Politik ini menyoroti struktur

kekuasaan, jenis kepemimpinan, herarki sosial, pertentangan kekuasaan.16

Pendekatan ini diambil karena terkait penjelasan PKI yang ada di Temanggung.

Psikologi menurut Wilhem Wundt adalah ilmu yang mempelajari

pengalaman-pengalaman yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca

indra, pikiran, feeling dan kehendak. Dalam perilaku sejarah, perilaku kolektif

sangat mencolok antara lain sewaktu ada huru hara, gerakan sosial, protes yang

revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologi dari

motivasi, sikap, dan tindakan kolektif.17

Pendekatan ini diambil karena terkait

penjelasan tentang orang-orang eks Partai Komunis Indonesia (PKI) dan

Nahdlatul Ulama (NU).

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

historis. Peristiwa-peristiwa tersebut dikaji dan dianalisis kemudian

merekontruksi sehingga penulisan sejarah menjadi sistematis, Adapun langkah-

langkah yang digunakan adalah sebagai berikut

15 Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik I (Medan: Dwipa), 6. 16 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1993), 4 17 Ibid., 139.

Page 29: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

16

1. Heuristik

Heuristik, yaitu tahapan atau kegiatan menemukan dan menghimpun

sumber, informasi, serta jejak masa lampau.18

Sebelum menentukan teknik

heuristik yang harus dilakukan adalah bentuk dari sumber sejarah yang

dikumpulkan. Penentuan sumber sejarah akan mempengaruhi tempat

(dimana) atau siapa (sumber informasi lisan) dan cara memperolehnya.

Sumber sejarah dibedakan menjadi atas sumber tulisan, lisan, dan benda.19

Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang ada relevansinya dengan

Rekonsiliasi cultural eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul

Ulama tahun 1965-2006 di Temanggung. Pertama sumber tulisan, jejak

masa lalu yang mengandung informasi dalam bentuk tulisan yang berupa

informasi primer dan sekunder. Untuk data tertulis penulis peroleh dari

penelusuran studi pustaka, Kedua sumber lisan, informasi tentang suatu

peristiwa, baik disampaikan secara turun-temurun (oral tradition) maupun

langsung dari pelaku sejarah (oral history)20

. Untuk data lisan penulis

peroleh dari wawancara. Dalam penelitian ini, studi pustaka dengan

wawancara dan penelusuran dokumen-dokumen terkait rekonsiliasi cultural

eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) lebih

18 18

E Kosim, Metode Sejarah, Asas, Dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, 1984), 36. 19 Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011),

43. 20

Ibid., 43–45.

Page 30: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

17

diutamakan. Ini karena data yang ada lebih banyak dan kuat berada dalam

bentuk data lisan.

Studi pustaka juga disebut dengan dokumentasi, yaitu kegiatan

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip

surat kabar, majalah, natulen, agenda sebagainya.21

Pada langkah ini peneliti

berusaha mencari serta mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai atau

relevan dengan rekonsiliasi cultural eks-Partai Komunis Indonesia (PKI)

dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-2006 di Temanggung. Peneliti

melakukan pencarian sumber ke berbagai tempat diantaranya: Ponpes

Mu‟allimin Temanggung, Perpustakaan Daerah Temanggung, Perpustakaan

daerah Salatiga, Perpustakaan IAIN Salatiga, dan Perpustakaan UNNES

Semarang.

2. Kritik Sumber atau Verifikasi

Verifikasi bertujuan untuk memastikan keaslian dan keabsahan

sumber.22

Pada tahap ini peneliti menyeleksi atau mengkritik sumber yang

berkaitan langsung maupun tidak dengan rekonsiliasi cultural eks-Partai

Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006

di Temanggung, baik secara intern maupun ekstern. Kritik ini dilakukan

terhadap sumber-sumber yang telah peneliti peroleh. Langkah kedua kritik

tersebut sebagai berikut:

21 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 206. 22 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011), 64.

Page 31: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

18

a. Kritik ekstern, yaitu kritik terhadap fisik sumber yang berkaitan dengan

masalah otensitas (keaslian) sumber yang diteliti.23

b. Kritik intern, yaitu kritik terhadap apa isi sumber yang merupakan proses

menyeleksi data dengan menyelidiki kredibilitas (kebenaran) sumber.24

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses analisis terhadap fakta-fakta sejarah, atau

bahkan proses penyusunan fakta-fakta sejarah itu sendiri. Fakta sejarah

haruslah objektif, tetapi bukan berarti peneliti tidak memiliki peluang untuk

menerangkan fakta itu atas dukungan teori. Karena itu proses interpretasi

sejarah juga dimungkinkan masuk unsur-unsur subjektifitas peneliti,

terutama gaya bahasa dan sistem kategorisasi atau konseptualisasi terhadap

fakta-fakta sejarah berdasarkan teori yang dikembangkan.25

Terdapat dua cara dalam menafsirkan data, yaitu dengan analisis dan

sintesis. Analisi berarti menguraikan sumber-sumber yang telah didapat,

mengenai ini yaitu sumber tentang rekonsiliasi cultural Eks-Partai Komunis

Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006 di

Temanggung baik dari secara tertulis maupun lisan. Sedangkan sintesis yaitu

menyatukan dan menghubungkan antara sumber yang satu dengan yang lain,

apakah sesuai atau tidak. Dalam hal ini peneliti mengkaitkan antara sumber

23 E. Kosim, Metode Sejarah Asas dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas

Padjajaran, 1984), 39–41. 24 Ibid. 25 M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN

Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 53-54.

Page 32: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

19

tertulis yang ada dengan hasil dari wawancara. Analisis bertujuan melakukan

sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber baik secara

tertulis maupun lisan yang berhubungan dengan rekonsiliasi cultural eks

Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-

2006 di Temanggung.

Pada saat peneliti mengkaitkan sumber tertulis yakni dokumen-

dokumen dengan sumber lisan yakni dari koleksi wawancara sejarah lisan,

ternyata terdapat kesamaan dan saling berhubungan. Kesesuaian ini peneliti

dapat ketika membandingkan antara dokumen yang ada dengan wawancara.

Dari dokumen yang telah ada ternyata diperjelas dan diperinci di dalam

wawancara. Hasil dalam wawancara juga menunjukkan kesamaan dengan

dokumen-dokumen yang ada. Setelah peneliti melakukan penafsiran dari

sumber-sumber yang diperoleh, peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara

sumber baik sumber tertulis maupun lisan terhadap rekonsiliasi cultural eks-

Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-

2006 di Temanggung yang kemudian disusun berdasarkan fakta fakta yang

ada.

4. Historiografi

Selayaknya sebuah laporan penelitian, penulisan sejarah merupakan

istilah yang dipakai dalam proses pelaporan atau hasil penelitian sejarah.

Kerangka penulisan yang sudah dipersiapkan menjadi patokan, sedangkan

pola penyusunan tergantung kepada penulis, apakah berdasarkan pola yang

Page 33: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

20

dikembangkan secara urut waktu atau periodisasi ataukah didasarkan kepada

tema-tema unik sesuai peristiwa sejarah. Demikian pula model pemaparan

atas fakta-fakta sejarah dapat ditempuh secara deduktif maupun induktif.

Suatu hal yang penting dicatat, bahwa penulisan sejarah bisa dikembangkan

secara kualitatif, sehingga antara diskripsi dan analisis fakta merupakan

suatu kesatuan di dalam pemaparan sejarah.26

Setelah peneliti mengumpulkan, memastikan keaslian atau

keabsahan, dan menafsirkan dari data-data yang diperoleh, kemudian

langkah terakhir yakni penyusunan laporan secara kronologis. Peneliti dalam

menyusun penelitian ini menggunakan pola penyusunan berdasarkan tema

yang sesuai dengan periodisasi waktu. Peneliti memaparkan hasil penelitian

yang telah dilakukan dengan menghubungkan hasil analisa yang satu dengan

analisa lainnya dalam bentuk bab-bab dan sub-bab yang saling berkaitan

berdasarkan waktu. Akhirnya penelitian ini menghasilkan rangkaian tulisan

yang bermakna dan kronologis tentang rekonsiliasi cultural eks-Partai

Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1965-2006

di Temanggung.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah penulisan

ilmiah yang sistematis dan konsisten dari keseluruhan skripsi. Sistematika

26 M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN

Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 54.

Page 34: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

21

pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian inti, dan bagian akhir. Adapun rincian sistematis penulisan ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bab awal terdiri dari halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar,

dan halaman daftar isi.

2. Bagian Inti

Bagian inti terdiri dari empat bagian, yaitu:

Bab I penelitian ini berisi tentang gambaran umum penulisan skripsi

yang meliputi latar belakang masalah; rumusan masalah, batasan dan ruang

lingkup penelitian; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan pustaka; kerangka

konseptual; metode penelitian; dan sistematika penelitian.

Bab II berisi tentang Sejarah Wilayah Administratif Temanggung yang

meliputi Sejarah Wilayah Administratif Temanggung; Kondisi Politik

Temanggung 1950-1965; Sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di

Temanggung;.

Bab III berisi tentang Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI)

melawan Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung yang meliputi: Sejarah

Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama di

Indonesia; konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul

Ulama (NU) di Temanggung; Peristiwa 1965 di Temanggung; Dampak

Page 35: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

22

Konfik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan Nahdlatul Ulama (NU) di

Temanggung.

Bab IV berisi tentang Mengungkap Isu Kebenaran Rekonsiliasi

Kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU)

di Temanggung yang meliputi: Wacana Rekonsiliasi Kultural Eks Partai

Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU); Rekonsiliasi

Kultural Eks-Partai Komunis Indonesia (PKI ) dengan Nahdlatul Ulama di

Temanggung.

3. Bagian Akhir

Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV merupakan

penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban

atas rumusan masalah, dan saran. Kemudian pada bagian akhir dicantumkan

pula daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 36: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

23

BAB II

DINAMIKA POLITIK TEMANGGUNG SAMPAI 1965

A. Sejarah Wilayah Administrasi Temanggung

Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi JawaTengah dengan

bentengan Utara ke Selatan 46,8 km dan Timur ke Barat 43 km. Kabupaten

Temanggung secara terletak diantara 110o23‟-110

o46‟30 bujur Timur dan 7

o14‟-

7o32‟35 Selatan dengan luas wilayah 870,65 km

2 (87.065 Ha). Temanggung

disebelah utara berbatasan dengan kabupaten Kendal dan kabupaten Semarang.

Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang.

Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Magelang. Sebelah barat

berbatasan dengan kabupaten Wonosobo. Wilayah Temanggung secara

geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat ekonomi, yaitu Semarang (77 km),

Yogyakarta (64 km), dan Purwokerto (134 km). Secara administrative

Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 266 Desa, 23 Kelurahan, 1.385 Dusun,

139 Lingkungan, 1.510 Rukun Warga, 5.520 Rukun Tetangga dengan pusat

pemerintahan berada di Kota Temanggung.27

LahirnyaTemanggung diawali dengan tewasnya Raden Tumenggung

Danuningrat untuk mengatasi kevakuman Pemerintah Hindia Belanda dengan

cepat berusaha mencari penggantinya. Bupati Magelang tersebut meninggalkan

seorang putera lelaki yang telah berdinas pada Pemerintahan Hindia Belanda

27 Profil Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2013 (Temanggung: Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Temanggung, 2013),7-8

Page 37: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

24

sebagai wakil kolektur penghasilan negeri dan telah kawin dengan putri Bupati

Pekalongan. Berdasarkan jumlah pertimbangan lain, anatara lain mengetahui

kepentingan-kepentingan Pemerintah Hindia Belanda, akhirnya Raden Mas Arya

Danukusuma-Putra mendiang Bupati Magelang ditunjuk menjadi „Waarnemend

Regent van Magelang‟-„Bupati sementara daerah Magelang‟, sedang untuk

daerah Kabupaten Menoreh, Pemerintah Hindia Belanda menunjuk Raden

Ngabehi Jayanegara sebagai „Waarnemend Regent van Menoreh‟-„Bupati

sementara daerah Menoreh.28

Seperti yang tercatat dalam Binnerland Bestuur, Departemen Dalam

Negeri Pemerintah Kolonial Belanda, besluit kelahiran Kabupaten

(Regentschap) Temanggung tercatat 10 November 1834.Tanggal itulah yang

kini diperingati sebagai kelahiran Temanggung. Pemerintahan daerah di lembah

Sumbing-Sindoro-Perahu itu menjadi kabupaten kedua di Keresidenan Kedu

setelah sebelumnya muncul Kabupaten Magelang 1818.29

Sebelum Temanggung berdiri, pemerintah Hindia Belanda sempat

membentuk Kabupaten Menoreh sebagai bagian dari Kedu. Sebagai Bupati

diangkatlah Raden Tumenggung (RT) Ario Soemodilogo. Tugas pertama yang

harus dipikul oleh putera patih Semarang itu ialah ikut mengemban misi militer

menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro. Tak ada pilihan lain kecuali

harus total menjalankan perintah Batavia. Bukan hanya Soemodilogo, Bupati

28 Bowo Asitno, et.al., Temanggung:Tempo Dulu serta Prospek di Masa Mendatang (Temanggung: Pemerintah

Daerah Tingkat II kabupaten, 1997), 22 29 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 10-11

Page 38: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

25

Danuningrat dari Magelang juga harus mengemban tugas yang sama. Meski

bergelar Bupati Menoreh, secara teknis Ario Soemodilogo tak mungkin

berkantor di Menoreh, tempat yang justru menjadi markas besar kekuatan inti

pasukan Diponegoro.Maka, RT Ario Seomodilogo di tempatkan di Parakan

sebagai “ ibukota Menoreh”. Namun, RT Ario Soemodilogo tewas oleh serangan

lascar Diponegoro. Nasib yang sama juga dialami RT Djojonegoro. Kedudukan

Soemodilogo digantikan R. Ngabehi Djojonegoro. Setelah menerima besluit

pengangkatan 7 April 1926, Djojonegoro resmi menyandang gelar Raden

Tumenggung dan menjabat bupati yang berkedudukan di Parakan. Setelah

perang 1930, RT Djojonegoro berinisiatif memindahkan ibukota kabupaten

Temanggung. Selain memintakan persetujuann “pindah kantor”, RT

Djojonegoro juga mengusulkan penggantian nama kabupaten. Pertama, secara

resmi Distrik Menoreh masuk Kabupaaten Magelang. Kedua, bupati di Parakan

pernah diobrak-abrik musuh (PasukanDiponegoro) dan telah ternoda. Kedua

usulan tersebut di setujui sehingga turunlah besluit tanggal 10 November 1934

yang melahirkan Regentschap Temanggoeng.30

B. Kondisi Politik Temanggung 1945-1965

Jepang menduduki Indonesia tanpa perlawanan, baik dari tentara

Belanda maupun gerakan rakyat. Hal ini diakibatkan oleh front anti-fasis yang

tidak kuat di Indonesia.31

Propaganda pun dimulai, yang sebelumnya terdengar

lamat-lamat berubah menjadi lantang. Jepang melakukan perang untuk

30 Ibid., 11-12 31 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 23

Page 39: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

26

membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan. Tujuannya, untuk

memakmurkan bersama Asia Timur Raya di bawah Jepang. Propaganda itu

kemudian berlanjut dengan penyebarluasan jargon Tiga A : Jepang Pemimpin

Asia, Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia. Namun, propaganda tersebut

hanya menarik simpati rakyat sementara waktu. Jepang pun penguasai

Temanggung melalui Semarang, lewat Sumowono, Kaloran, Kranggan,

kemudian masuk Temanggung pada tahun 1942. Mereka mengendarai beberapa

unit prahoto (truk). Sejumlah serdadu Belanda menyambut mereka dengan

selempang putih di badan dengan senapan menghadap ke bawah tanda

menyerah. Kedatangan tentara Jepang mendapat hati dikalangan masyarakat

Temanggung. Mereka mengumbar janji akan kemakmuran dan tidak melarang

orang-orang Temanggung mengusung ikon-ikon ke-Indonesia-an, termasuk

bendera merah putih. Kata “Indonesia” bebas diucapkan. Sejak saat itu yang

berkuasa adalah Letkol Yamakawa, yang menjadi Komandan Polisi Militer

(kempetei). Seluruh instansi yang ada di Temanggung wajib tunduk

kepadamnya. Struktur pemerintahan tidak banyak berubah. Jabatan yang

ditinggalkan orang-orang Belanda boleh diisi oleh orang-orang pribumi. Bahkan

posisi residen diijinkan untuk dijabat orang pribumi. Segregasi hokum dihapus,

sehingga tidak ada diskriminasi hokum untuk pribumi mapun penduduk timur

asing.32

32 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 64-65

Page 40: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

27

Kebijakan politik yang diambil pemerintah pendudukan Jepang adalah

membubarkan semua partai politik per 20 Maret 1942. Enam bulan kemudian

pada 8 September 1942 muncul sebuah undang-undang yang menyebutkan

bahwa pemerintah pendudukan Jepang akan mengendalikan seluruh organisasi

nasional, termasuk PKI.33

Yang pada masa itu PKI berada dalam kedudukan

terisolasi dalam perlawanan terhadap fasisme Jepang. Pada awal pendudukan

Jepang anggota Central dalam PKI dan kader penting dalam PKI banyak yang

ditangkap oleh Jepang, dan diantaranya mendapat hukuman mati. Atas peristiwa

tersebut membuat rakyat Indonesia menjadi semangat anti-Jepang yang mulai

meluas ditengah-tengah rakyat. Oraganisasi anti-Jepang tumbuh dimana-mana

dan banyak yang berada dibawah pimpinan PKI. Atas keganasan Jepang

sehingga menimbulkan pemberontakan seperti di Singaparna, Indramayu, dan

Semarang.34

Setelah peristiwa pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, yang

dilakukan pasukan Amerika membuat Jepang menyerah tanpa syarat pada 14

Agustus 1945. Lepas dari kerumitan politik internasional yang timbul,

proklamasi kemerdekaan akhirnya bergema di Temanggung, para pemimpin

Temanggung secara bergantian menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan

kepada masyarakat. Ketika Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan

kemerdekaan, pewira-pewira jepang di Magelang dan Temanggung bersikap

pro-republik dan kontra-republik. Situasi ini menguntungkan perjuangan para

33 Ibid., 66 34 D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 23-24

Page 41: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

28

pemuda Temanggung mengawal kemerdekaan Indonesia. Bendera merah putih

berdiri tanpa gangguan.35

Negara baru Republik Indonesia memerlukan infrastruktur baru dalam

bentuk partai politik (parpol). Meski tak langsung partai-partai itu langsung

terkait dengan posisi di KNIP atau KNID, namun jelas mereka ingin terlibat

dalam manajemen kekuasaan. Parpol yang pertama dideklarasikan di era pasca

proklamasi kemerdekaan adalah PNI dalam pidatonya di radio 23 Agustus 1945.

Kehadiran partai-partai dimaksudkan untuk melegitimasi adanya berbagai

pengelompokan dan kepentingan dalam masyarakat yang kemudian akan

ditampung dalam KNIP. Yang kemudian terjadi memang demikian. Ketika

KNIP keanggotaanya sebagai cikal bakal parlemen, pertengahan 1946, wakil-

wakil partai politik secara resmi hadir dari 200 anggota yang ada, 60 orang

mewakili partai. Sebanyak 110 anggota mewakili daerah dan 30 lainnya dipilih

langsung oleh Presiden. Komposisi KNIP berubah lagi Februari 1947. Dari

jumlah 200, 129 orang mewakili partai, yakni PNI (45), Masyumi (35), Partai

Sosial (35), Partai Buruh (6), Partai Kristen (4), Partai Katolik (2) dan PKI

diwakili dua orang. Ada tujuh orang yang menjadi komunitas, Cina (7), Arab (2)

dan Belanda (1). Mereka bekerja layaknya parlemen, yaitu mengontrol jalannya

pemerintahan.36

Kondisi politik di Temanggung pasca proklamasi kemerdekaan yaitu

ketika berita proklamasi kemerdekaan baru terdengar di daerah Temanggung

35 Husni Thamrin, et.al., Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 75-77 36 Ibid.,86-89

Page 42: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

29

pada awal bulan September 1945. Para tokoh masyarakat Temanggung antara

lain H. Kirman (Kedu), Akhmad Qodzi (Sumopuran), Sanjoto, dan Muh Iskak

menjelaskan tentang berita proklamasi. Masyarakat Temanggung dikumpulkan

di alun-alun yang berada di depan masjid Jami‟. Pertemuan di alun-alun tersebut

dihadiri oleh bupati Temanggung Maktal Dipodirdjo, para tokoh Masyumi, para

ulama serta beberapa pimpinan pondok pesantren (ponpes) termasuk ponpes

Payaman Magelang.37

Pembentukan kabupaten Temanggung dimulai diikuti dengan

pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Temanggung yang

diprakarsai oleh para ulama, tokoh masyarakat, dan para birokrat. Pada tanggal 2

September 1945 R.Seotigwo diangkat sebagai bupati menggantikan bupati

sebelumnya R.Tumenggung Maktal Dipodirjo yang meninggal. Anggota KNID

Temanggung terdiri dari beberapa tokoh masyarakat, antara lain : Bambang

Soegeng dan Sumarsono (Kranggan) dari tokoh milisi pemuda, R. Sumarsono

yang menjabat sebagai Kepala Polisi Temanggung, H.Kirman dan Kyai

Mandzur (Ngebel) dari tokoh ulama, Surahmad dari tokoh Nasionalis dan

sejumlah tokoh lainnya. Secara umum, kekuatan massa tersebar merata. Pada

masa awal kemerdekaan keberadaan partai politik belum menunjukkan

persaingan yang signifikan. Masyarakat Temanggung lebih fokus untuk

menghadapi Sekutu yang akan masuk ke Indonesia. Dengan semangat

perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan semua masyarakat dari segala

37 Sofa Fikriyah, “Peranan Tentara Keamanan Rakyat Temanggung dalam Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan Tahun 1945-1946”, Artikel (Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah FKI UNS.)

Page 43: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

30

lapisan bersatu, tidak memperdulikan perbedaan arah politik, agama maupun

suku, yang terpenting adalah mempertahankan kemerdekaan.38

Setelah terbentuknya KNID, di Temanggung mulai dibentuk

pemerintahan dibawah Kabupaten Temanggung terdiri dari tiga Kawedanan dan

dua belas Kecamatan (asisten), para Wedana dan Asisten dipilih berdasaran

jenjang karir dan pendidikan, wilayah Kawedanan di Kabupaten Temanggung

antara lain :

1. Kawedanan Temanggung dikepalai oleh Bawera. Kawedanan Temanggung

membawahi empat kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Temanggung dengan kantornya di Temanggung

b. Kecamatan Tembarak dengan kantornya di Tembarak

c. Kecamatan Pringsurat dengan kantornya di Pringsurat

d. Kecamatan Kaloran dengan kantornya di Kaloran

2. Kawedanan Parakan dikepalai oleh Cokrodimulya, yang terdiri dari empat

kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Parakan dengan kantornya di Parakan

b. Kecamatan Bulu dengan kantornya di Bulu

c. Kecamatan Kandangan dengan kantornya di Kandangan

d. Kecamatan Kedu dengan kantornya di Kedu.

3. Kawedanan Candiroto dikepalai oleh Dirdjo, yang tediri dari empat

Kecamatan yaitu :

38 Ibid.,96-97

Page 44: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

31

a. Kecamatan Candiroto dengan kantornya di Candiroto

b. Kecamatan Tretep dengan kantornya di Wonoboyo

c. Kecamatan Ngadirejo dengan kantornya di Ngadirejo

d. Kecamatan Jumo dengan kantornya di Jumo.39

Dalam pemilu tahun 1955, Indonesia menganut system multi partai.

Sistem multi partai yang disandingkan dengan system pemerintahan

parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitik beratkan kekuasaan pada

badan legislative sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu.

Hal ini disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk

membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi

dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang tidak

berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan partai-

partai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan

dari partai koalisilainnya dapat ditarik kembali. Pada tahun 1955 merupakan

pemilu pertama setelah kemerdekaan Indonesia.40

Di Jawa Tengah menjelang pemilu masih terjadi gangguan keamanan

seperti DI/TII dan gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC). Di daerah-

daerah tersebut terjadi kerusuhan-kerusuhan yang diakibatkan aksi perampokan

di rumah-rumah oleh gerakan bersenjata yang tidak segan membunuh. Di daerah

lain ada isu tentang peracunan sumber air, sumur, dan sebagainya. Daerah

39 Ibid.,98 40 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018

Page 45: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

32

DI/TII di daerah Brebes dan Tegal, sebagian Pemalang, sebagian Banyumas, dan

sebagian Cilacap. Sementara itu MMC di wilayah Kabupaten Temanggung.

Kondisi keamanan yang tidak kondusif ini memberikan pengaruh terhadap

pelaksanaan pemilu. Pengaruh ini terutama terjadi di daerah-daerah yang rawan

situasi terjadinya aksi oleh DI/TII atau MMC. MMC merupakan gerombolan

bersenjata yang bersifat separatis. Gerombolan ini beroperasi di daerah

Temanggung dan sekitarnya. Pada masa perang kemerdekaan, tanah-tanah

perkebunan partikulir diberikan kepada rakyat. Namun hal ini disalahgunakan

oleh gerombolan MMC untuk menghasut rakyat petani guna menentang

pemerintah. Tindakan-tindakannya berupa penggedoran, perompakan, dan lain-

lain. Akibatnya keadaan rakyat kacau, sehingga dikenakan bantuan militer.41

Adapun hasil pemilu pada tahun 1955 di Temanggung, antaralain;42

PNI NU PKI MASYUMI

DPR Konst DPR Konst DPR Konst DPR Konst

28.176 31.033 41.009 42.942 65.764 65.612 19.625 19.853

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilu pada tahun 1955 di

Temanggung dimenangkan oleh PKI (PartaiKomunis Indonesia). Pada urutan

kedua yaitu NU (Nahdlatul Ulama). Pada urutan ketiga yaitu PNI (Partai

Nasional Indonesia). Dan urutan keempat yaitu Masyumi.

41 Moh Oemar, et.al., Sejarah Daerah Jawa Tengah (Jakarta: Depdikbud, 1994), 226 42 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018

Page 46: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

33

Secara geopolitis, Temanggung boleh dibilang tergolong homogen dari

segi etnis dan budayanya. Mayoritas penduduknya, bersuku Jawa dan dalam

keseharian menggunakan bahasa Jawa. Temanggung terbagi menjadi dua

mazhab besar, nasionalis dan Islam. Pilihan politik nasionalis lebih banyak

dianut penduduk wilayah pedesaan, sedangkan partai-partai yang mengusung

ideologi Islam banyak mendapat tempat di wilayah perkotaan. Namun,

penguasaan pemilihnya lebih condong ke nasionalis. Pola kecenderungan politik

ini relatif stabil, tidak berubah, dan sudah terjadi sejak Pemilu 1955. Ini

menunjukkan seakan-akan pola politik aliran yang terjadi sejak pemilu pertama

itu tidak berubah hingga kini. Politik aliran memang masih kuat, khususnya di

Jawa. Pilihan politik penduduk di wilayah lebih banyak dipengaruhi faktor

kepercayaan dan kecurigaan daripada factor pilihan program- program yang

ditawarkan partai politik.43

Pada tahun 1957, terjadi serentetan kudeta di daerah-daerah yang

kondisinya kritis. Hal ini menyebabkan semakin besarnya harapan kepada

presiden, terutama dari masyarakat dan militer, untuk membuat perubahan yang

radikal. Pada Januari 1957 Soekarno terlibat dalam serangkaian diskusi dengan

berbagai kalangan luas dan pemimpin politik. Ia mengumpulkan pemimpin

politik dan pemimpin Istana Negara untuk mendengarkan uraian konsepsinya.

Untuk menjalankan prinsip yang disampaiakan, ia mengajukan dua usul.

43

Sybly, M. Roem, “Dinamika Politik Jawa Tengah”, Dalam http://www.reform-

institute.org/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1.pdf. Diakses 2 Mei 2019

Page 47: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

34

Pertama, menyarankan membentuk cabinet gotong royong yang mewakili

semua partai yang terdiri dari empat partai yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.

Kedua, mengusulkan membentuk DewanNasional yang bertugas member

nasihat kepada cabinet secara sukarela. Saat delegasi partai, banyak partai yang

tidak setuju. Diantara partai yang setujuhanya PNI dan PKI, sedangkan

Masyumi dan NU menolak. Kemudian disusul Partai Syarikat Islam Indonesia

(PSII), Katolik, dan Partai Rakyat Indonesia (PRI) mengelurkan pernyataan

bersama yang menolak konsepsi.44

Pada tahun 1958, kondisi politik semakin memanas ketika pers

memberitahu bahwa sejumlah tokoh terkemuka yang menentang kebijakan

Soekarno berkumpul di Sumatera Barat. Mereka telah menyatakan sikap anti

komunis dan mengutuk pemerintah di Jakarta yang dianggap cenderung kearah

komunis. Saat itu lah Soekarno membutuhkan TNI-AD untuk bertindak terhadap

partai politik dan pemberontakan. Soekarno dan TNI-AD melakukan operasi

untuk menghancurkan gerakan separatis. Pada tahun 1959, presiden Soekarno

berpidato di depan Dewan Konstituante untuk menyerukan kembali ke UUD‟

45. Namun, Dewan Konstituante tidak berhasil mengambil keputusan apapun.

Dan presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit “untuk kembalike UUD‟ 45.

Kabinet kerja yang dipimpin Juanda saat itu dibubarkan karena dibentuk

berdasarkan UUDS 1950. Kemudian presiden berpidato berisi “Penemuan

Kembali Revolusi Kita” yang dikenal sebagai Manifesto Politik atau Manipol.

44 Santoso Minarno, “ Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah”, dalam

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf, diakses 16 Desember 2018

Page 48: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

35

Pada tahun 1960 didirikan LigaDemokrasi yang ditandatangani oleh lima tokoh

Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan sejumlah tokoh Masyumi,

organisasi-organisasi pendukung NU, Partai Katolik dan Partai Protestan, serta

Partai Sosialis Indonesia (PSI), Liga Demokrasi menuntut agar pembentukan

parlemen gotong royong menurut garis yang direncanakan pemerintah

ditangguhkan untuk mencari jalan demokratis dan konstitusional untuk

membentuk parlemen yang demokratis. Pernyataan ini di kecam oleh Soekarno

dengan menyatakan bahwa Liga Demokrasi tidak demokratis dan fasis.

Sehingga pada tahun 1961 lembaga Liga Demokrasi dilarang. Pada tahun 1965,

terjadi perubahan politik yang menyebabkan munculnya pendapat umum yang

mengizinkan bahkan mendorong Presiden Soekarno untuk terlibat dalam

mencampuri urusan Negara. Factor yang menebabkan perubahan situasi ini

diantaranya: pertama, munculnya tentara sebagai kekuatan yang lebih bersih.

Kedua,inflasi yang terus melaju dan berkembangnya korupsi di kalangan politisi

dan birokrasi telah meningkatkan rasa kecewa terhadap hasil-hasil

kemerdekaan.45

Pada wilayah Temanggung tahun 1965 keadaan politik sangat sensitive

disebabkan karena terjadinya peristiwa pemberontakan PKI. Pada peristiwa

tersebut banyak pegawai-pegawai termasuk anggota pemerintahan ditahan dan

diasingkan dari bumi pemerintahan Temanggung. Mereka di asingkan di Pulau

Buru. Akan tetapi, Bupati Temanggung pada waktu itu berasal dari kalangan NU

45 Ibid.,142-146

Page 49: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

36

dan lurah yang menjadi pusatnya PKI juga berasal dari kalangan NU maka

hanya sedikit warga eks-PKI yang ditahan dan diasingkan. Pasca terjadinya

peristiwa tersebut maka kondisi politik di Temanggung menjadi aman, damai

tidak ada perselisihan antara kedua kubu tersebut, yaitu kubu NU maupun kubu

PKI.

C. Sejarah Partai Komunis Indonesia di Temanggung

Lahirnya PKI dapat dirunut dari kedatangan H.J.F.M Sneevliet yang tiba

di Hindia Belanda pada tahun 1913 menjelang Perang Dunia I. Sneevliet adalah

seorang aktivis politik yang berhaluan marxis. Sebelumnya Sneevliet adalah

seorang pemimpin organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal

Democratische Arbeiders Partij (SDAP) di negeri Belanda. Sesampainya di

Indonesia, mula-mula Sneevliet bekerja sebagai anggota Staff Redaksi Warta

Perdagangan Soerabajasche Handelsblad, sebuah surat kabar milik sindikat

perusahaan-perusahaan gula di Jawa Timur. Kemudian ia bekerja sebagai

sekretaris pada Semarangsche Handels Vereniging, menggantikan pejabat lama

D.M.G. Koch. Pada saat itu di Semarang telah terdapat organisasi buruh kereta

api, Vereniging van Spoor en Tramsweg Personeel (VSTP).46

Di kemudian hari Sneevliet berhasil menanamkan pengaruhnya ke dalam

organisasi VSTP tersebut dan membawa VSTP ke aktivitas-aktivitas radikal dan

menjadikan VSTP sebagai media penyebarluasan marxisme di Hindia Belanda,

antara lain melalui surat kabar VSTP, De Volharding (Keyakinan). Selanjutnya

46 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gerakan 30 September Partai Komunis

Indonesia: Latar Belakang, Aksi dan Penumpasannya, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1992), 7

Page 50: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

37

Sneevliet mengadakan kontak dengan orang-orang Belanda yang berhaluan

sosialis yang ada di Hindia Belanda. Pada tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama

B.J.A Branstender, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV

(Indische Sociaal Democratische Vereniging). Setahun kemudian mereka

menerbitkan majalah Het Vrije Woord (Suara Kebebasan) di Surabaya sebagai

propaganda marxisme. Selain itu, ISDV juga menerbitkan surat kabar Soeara

Mardika dan kemudian Soera Rakjat.47

Perlunya membangun ikatan dengan massa yang lebih luas, maka ISDV

mencoba bersekutu dengan Insulinde, tetapi tujuannya tidak tercapai dan

kerjasama yang dibangun berakhir. ISDV kemudian mulai melihat potensi yang

dimiliki oleh SI dengan ratusan ribu pendukung dan melakukan infiltrasi yang

dikenal dengan blok di dalam atau block within. Cara yang digunakan ISDV

adalah dengan menjadikan anggota ISDV menjadi anggota SI dan sebaliknya

menjadikan anggota SI menjadi anggota ISDV. Dalam waktu satu tahun ISDV

telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan anggota-anggota SI. Mereka

memperkuat pengaruhnya dengan jalan menunggangi keadaan buruk akibat

Perang Dunia I dan panen padi yang jelek serta ketidakpuasan buruh perkebunan

sebab upah yang rendah dan melambungnya harga-harga.

47 Matdiyah, “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten Abad Ke – 20”, Skripsi

(Jakarta: Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

2017 ), 43

Page 51: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

38

Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan

infiltrasi ke dalam tubuh SI, yaitu:48

a. Central Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat

lemah kekuasaannya. Tiap-tiap cabang SI berindak sendiri-sendiri secara

bebas.

b. Kondisi kepartaian pada masa itu memungkin orang untuk sekaligus menjadi

anggota lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan pada mulanya organisasi

itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatu

organisasi untuk mendukung berbagai kepentingan sosial, budaya dan

ekonomi. Di kalangan kaum terpelajar menjadi kebiasaan bagi setiap orang

untuk memasuki berbagai macam organisasi yang dianggap dapat membantu

kepentingannya.49

Kaum sosialis memandang tugas pokok ISDV ialah melakukan

propaganda prinsip-prinsip sosialisme di Indonesia. Mereka berpendapat

kekuatan sosialisme dapat memiliki peranan langsung di daerah koloni,terutama

mendorong sikap revolusioner anti-imperialisme. Setelah melalui berbagai

perdebatan panas,kelompok mayoritas radikal menang. Disepakati bahwa fungsi

partai ialah menyatukan kaum sosialis Hindia Belanda, menjelaskan kepada

48 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid V (Jakarta:

Balai Pustaka, 2008), 357 49 Ibid., 357

Page 52: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

39

faksi sosial demokrat di Parlemen Belanda mengenai kondisi Indonesia dan

menyebarkan propaganda sosialisme di seluruh wilayah Indonesia.50

Pada tahun 1918 ketika SDAP di negeri Belanda menjadi Partai Komunis

Belanda (CPN), beberapa anggota bangsa Eropa di dalam ISDV mengusulkan

untuk mengikuti jejak itu. Sebagai hasil gagasan mereka, pada kongres ISDV

ke-7 bulan Mei 1920 dibicarakan usul untuk menggantikan ISDV menjadi

Perserikatan Komunis di Hindia Belanda, dengan tujuan untuk membedakan diri

dengan kaum sosialis palsu dan untuk mengidentifikasikan diri dengan

Komintern. Hingga akhirnya setelah diadakan pemungutan suara, maka pada

tanggal 23 Mei 1920 ISDV merubah namanya menjadi Partai Komunis Hindia

yang pada bulan Desember berubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia

(PKI).51

Pada saat kelahiranya, PKI dipimpin oleh Semaun sebagai ketua,

Darsono sebagai wakil ketua, dibantu oleh Bergsma selaku sekretaris sedang

bendaharanya adalah Dekker dan Baars sebagai anggota. Pada tanggal 25

Desember 1920 resmi menjadi anggota dari Internationale III yang berpusat di

Moskow. Ini salah satu bukti bahwa gerakan komunis di Indonesia merupakan

bagian dari pada gerakan komunis internasional.52

50 Ruth T. McVey, Kemunculan Komunisme Indonesia, terj. Tim Komunitas Bambu (Depok: Komunitas

Bambu, 2010), 23 51 Matdiyah, “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten Abad Ke – 20”, Skripsi

(Jakarta: Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

2017 ), 45 52 Dimas Anom, “Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel (Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI, 2015), 3

Page 53: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

40

Yang mendorong berdirinya PKI menurut Mau The-tung yaitu; Dengan

berdirinya PKI bahwa orang-orang yang progresif terhadap Indonesia tidak

ketinggalan dalam menyambut Revolusi Oktober 1917. Orang-orang yang

progresif terhadap Indonesia dan rakyat Indonesia akan memperkuat front

revolusioner yang menentang imperialism dunia. Dengan perjuangan untuk

kemerdekaan Indonesia menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

perjuangan untuk menghancurkan kapitalisme.53

Berdirinya PKI dikenal sebagai anti imperialism Belanda, tidak hanya

disambut oleh kaum buruh dan kaum tani Indonesia tetapi oleh golongan-

golongan rakyat lainnya, juga kalangan massa dan matros. Sehingga PKI

berkembang sangat pesat.54

Sejak perang Diponegoro, kondisi politik Temanggung tergolong

tentram. Ketika perang Jawa berkobar daerah Magelang-Temanggung termasuk

wilayah yang porak poranda. Sampai dengan kedatangan Jepang di tahun 1942 ,

sehingga tidak ada lagi gejolak politik yang panas di Temanggung. Berdirilah

organisasi BO yang pada awalnya Bupati Temanggung yaitu Tjokroadikoesmo

hadir dalam kongres I BO di Yogyakarta. Kemudian Bupati Temanggung

tidak mau terlibat dalam BO dan mendukung gagasan Bupati Jepara untuk

mendirikan Perhimpoenan Boepati alias Regenenten Bond. Dengan alasan

53 D.N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955) (Djakarta: Jajasan Pembaharuan, 1955), 9-10 54 Ibid.,11-12

Page 54: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

41

karena tidak mau terseret dalam politik BO dan tidak bisa bekerjasama dengan

kelompok radikal dalam BO seperti dokter Tjiptomangunkoesoemo.55

BO tidak ada aktivitas di Temanggung sehingga Sarekat Islam (SI) lah

yang berkecamuk di Temanggung. Cabang SI pertama muncul di Parakan

kemudian disusul di Temanggung. Kegiatan yang sering dilakukan adalah

menggelar rapat-rapat umum yang dihadiri ribuan massa yang dilakukan di

Parakan tahun 1914. Rapat tersebut mengolok-olok kolonialisme yang membuat

asisten residen gusar. Asisten wedana Parakan yang kebetulan anggota SI

dilengserkan. Tindakan ini mendapat reaksi keras dari Raden Mas Soerjopranoto

yang menjadi pimpinan Central Sarekat Islam (CSI) dan menjabat Kepala Dinas

Pertanian (Landbouw-consulent) di Kabupaten Wonosobo. Soerjopranoto

melampiaskan kegeramannya dengan melabrak Asisten Residen Wonosobo agar

asisten residen menyupayakan pencopotan SI dibatalkan. Ketika permintaannya

ditolak, Soerjopranoto mengeluarkan ijasah Middlebare Landbouwshool

(Sekolah Menengah Pertanian) Bogor dan besluit pengangkatannya sebagai

Landbouw-conculent membuat kecewa asisten residen. Ia juga menyatakan

keluar dari pangreh praja dan bersumpah tidak akan bekerja di lingkungan

pemerintah Kolonial.56

Geliat politik di daerah Temanggung terdorong oleh kehadiran SI,

kemudian retak dengan munculnya SI Merah yang memisahkan diri. Bersama

55 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 64 56 Budiawan, Anak Bangsawan Bertukar Jalan, (Yogyakarta: LKis, 2006), 81-82

Page 55: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

42

kader sosialis di luar SI, kelompok ini kemudian membentuk Perserikatan

Komunis Hindia (PKH) 1920, dan empat tahun kemudian berubah menjadi PKI

(Partai Komunis Indonesia). Sarekat Islam Temanggung relative bersih dari

sayap merah tersebut. Maka, daerah Temanggung tetap adem ayem ketika PKI

ada peristiwa pemberontakan pada tahun 1926. Dinamika politik tetap berpusat

di kota-kota besar tempat berkumpulnya anak-anak muda terpelajar. 57

Selama pemberontakan kelemahan partai menonjol, misalnya tidak ada

kebulatan dalam pimpinan partai mengenai pemberontakan, tidak ada persiapan

dalam menyelamatkan kader dan pimpinan partai. Ribuan anggota dan

fungsionaris PKI dikejar dan dihukum. Banyak yang dibuang di tengah-tengah

rawa Digul di Irian oleh Kolonial Belanda. Hanya beberapa orang PKI yang

berhasil menyelamatkan diri. Atas pemberontakan tersebut akhirnya berakhir

dengan kekalahan PKI dan Rakyat Indonesia. Oleh karena itu pemebrontakan

mempunyai arti yang penting dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat

Indonesia.58

Di Temanggung PKI berkembang pesat, sehingga menimbulkan suasana

revolusi yang membuat warga terbiasa melihat kelompok-kelompok bersenjata.

Bagi orang Temanggung seorang tentara adalah pejuang yang harus dihormati,

bahkan dibantu apabila kondisinya memungkinkan. Maka kehadiran Batalyon

Tentara Laut RI (TLRI) di bawah Mayor Mahmud sekitar Agustus 1948 di

57 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 58-59 58

D. N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1955), 15-16

Page 56: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

43

Parakan. Secara resmi, Temanggung sebagai bagian dari Wilayah Karesidenan

Kedu berada di dalam territorial Devisi III Bambang Soegeng yang

berkedudukan di Magelang. Namun, garis komando dari Panglima Devisi III ke

Komandan KDM (Komando Daerah Militer) masih samar. Baru setelah

Panglima Devisi ditetapkan sebagai gubernur militer. Mayor Salamun yang baru

menjabat sebagai Komandan KDM Temanggung tidak terlalu pusing dengan

satuan TRLI yang secara herarkis bernaung di bawah Devisi IV Penambahan

Senopati. Sejumlah perwira penting dalam Devisi IV diketahui sebagai

pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Batalyon TLRI merekrut anggota

baru dan dibebastugaskan dari dinas kemiliteran dan menyusul digulirkannya

program “re-ra” (reorganisasi dan rasionalisai TNI). Yang membuat Batalyon

TLRI di bawah Mayor Mahmud merekrut anggota baru di Parakan.59

Satuan TNI tidak mau tinggal diam. Yang mendapat tugas untuk

membungkam gerakan PKI Parakan ini adalah Batalyon IV Panuju, salah satu

dari empat Batalyon Ahmad Yani yang berpusat di Magelang Batalyon Panuju

sendiri sudah ditempatkan di sekitar Candiroto untuk disusupkan ke daerah

Kendal. Dibantu satuan Tentara Pelajar (TP) Temanggung dan satuan setingkat

kompi dan Divisi Siliwangi yang berkedudukan di Wonosobo, Batalyon Panuju

segera melakukan pukulan. Pasukan Mahmud mundur kearah Ngadirejo,

kemudian pecah di Candiroto. Yang satu bergerak ke arah Tretep yang lain ke

arah Bejen. Mereka membawa tahanan sebagai sandera dan ditembak mati di

59 Husni Thamrin, dkk, Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950 (Temanggung: Dewan

Harian Cabang BPK 45, 2008), 208-209

Page 57: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

44

Candiroto. Yang jatuh sebagai korban diantaranya Kapten Soematri (staf

MBPT), Letda Soewandi (staf MBPT) dan Koalan (Camat Tretep). Satu satuan

TNI mengejar dan menjepit gerombolan merah di Tretep dan Baiting (Bejen),

sementara unit lainnya membersihkan daerah sekitar Parakan. Pada tanggal 27

September 1948 Parakan dinyatakan bersih dari gerombolan komunis ini. Mayor

Mahmud, istrinya dan sejumlah pengawalnya tertangkap. Sisa pasukannya

pulang kea rah Sukorejo yang merupakan daerah status quo.60

Atas peristiwa pemberontakan PKI, maka pada bab selanjutnya akan di

bahas tentang konflik PKI dengan NU di Temanggung. Mengingat kondisi

konflik yang memanas maka rangkaian peristiwa banyak yang menyudutkan NU

dan melakukan pembelaan terhadap PKI. Sehingga dapat mengungkap

kebenaran bahwa PKI melakukan propaganda, memprovokasi, meneror dan

menyerang NU dan pesantren. Berbagai peristiwa tersebut maka dilakukanlah

rekonsiliasi pada yang mensyaratkan adanya kebenaran dan keadilan. Dengan

adanya kebenaran yang diungkap diharapkan menjadi dasar yang kokoh dalam

pelaksanaan rekonsiliasi. Sebab rekonsiliasi tanpa dilandasi kebenaran akan

menghasilkan ketidakadilan dan akan mengganggu terjadinya rekonsiliasi.

60 Ibid., 211-212.

Page 58: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

45

BAB III

KONFLIK PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI) DENGAN WARGA

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI TEMANGGUNG

A. Sejarah Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama

(NU) di Indonesia

Tahun 60-an, pilar politik Indonesia sudah menerucut, terdiri dari

Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI. PKI sangat dekat dengan Presiden

Soekarno. Tokoh Masyumi ditangkap Soekarno tanpa diadili (diantaranya M.

Natsir, M. Rum, dan HAMKA). Permusuhan antara kalangan Islam termasuk

NU dengan PKI terasa sekali sampai ke desa-desa, seperti dalam Insiden

Kanigoro di Jawa Timur. Saat itu terjadi perubahan pola PKI yang menerapkan

strategi Peking dan meninggalkan pola peacefull coexistence61

ala Moskow.62

Orientasi PKI ke Peking yang direncanakan 23-26 Desember 1963 mendorong

ketegangan dan kerusuhan di daerah pedesaan. PKI memobilisasi massa untuk

mendukung pelaksanaan Undang-Undang Agraria tahun 1960 sehingga

menimbulkan konflik. Umat Islam termasuk para kyai yang memiliki tanah luas,

terancam oleh aturan pertanahan tersebut. Selain dari pelaksanaan land reform,63

Sartono Kartodirdjo juga melihat penyebab lain yaitu pelecehan agama Islam

melalui ludruk dan wayang menjelang 1965. Dalam bidang seni-budaya juga

61 Peacefull coexistence (Eksistensi damai) adalah teori yang dikembangkan dan diterapkan oleh Uni Soviet

pada berbagai kesempatan sepanjang perang dingin dalam konteks kebijakan luar negeri Marxis-Leninis dan

adopsi oleh “Negara sosialis” yang dipengaruhi Soviet sehingga mereka dapat eksis secara damai bersama blok

kapitalis (Negara non-sosialis). 62 Iwan Gardono Sudjatmiko, The Destruction of the Indonesia Communist Party (PKI): A Comparativ

Analysis of East Java and Bali (Makassar: U.M., 1992), 63 Land reform (Reformasi Pertanahan) adalah suatu asas yang menjadi dasar dari asas perubahan-perubahan

dalam struktur pertanahan hamper di seluruh dunia termasuk Indonesia. Asasitu adalah bahwa “Tanah

pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri”

Page 59: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

46

terlihat agresivitas64

seniman kiri yang menggenjet kebebasan berekspresi

sastrawan non-komunis.65

Adapun secara lebih rinci bahwa konflik PKI dengan NU disebabkan

adanya berbagai macam perbedaan, yaitu;

a. Perbedaan Epistomologis dan Ideologi

Terjadinya pertentangan antara masyarakat Islam dan warga NU

khususnya dengan komunisme merupakan perbedaan dasar baik yang

bersifat filosofis, teologis dan sekaligus ideologis. Islam adalah agama yang

berdasarkan pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang

mcmpercayai alam gaib dan akhirat atau adanya hidup sesudah mati.

Sedangkan Marxisme, Leninisme dan komunisme yang berpijak pada filsafat

materialisme, yang menganggap bahwa realitas hanya satu yaitu benda

(materi). Tuhan dianggap tidak ada, karena kepercayaan Marxisme adalah

ateisme. Marxisme merupakan pemikiran yang lahir dari Filsafat Barat yang

berjuang melawan perkembangan kapimlisme. Kapitalisme dan imperialisme

Barat bisa bergandengan tangan dengan Komunisme Soviet dalam

menghadapi fasisme Nazi, Jepang dan Italia dalam perang Dunia Kedua.

Begitu iuga Kolonialisme Belanda yang kapitalis itu bisa bekerjasama

64 Agresivitas adalah suatu perilaku yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti yang mengandung unsure

kekuatan, serangan atau gangguan baik secara visik atau verbal dan merusak atau mengambil hak milik orang

lain dengan atau tanpa tujuan dan korban tidak menghendaki perilaku tersebut. 65 Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta:Ombak,2009),192

Page 60: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

47

dengan komunisme yang sosialis dalam menghadapi Jepang dalam

Pemberontakan Madiun.66

Para Kiai tidak terkecoh dan tidak melibatkan diri pertarungan antara

komunisme dan kolonialisme di Indonesia, karena keduanya sama-sama

ateis dan sama-sama imperialis. Dengan tegas KH. Idham Chalid dalam

harlah NU ke 39 di Jakarta mengatakan bahwa politik non komunis atau anti

komunis yang dijalankan NU ridak hanya untuk mcnghadapi komunisme

saja, tetapi NU akan berhadapan dengan segala bentuk Iadiniyun

(sekularisme) dan scgala bentuk zanadiqoh (ateisme), karena keduanya

merupakan satu kesatuan sebagai musuh NU. Bahkan jauh sebelumnya

Hadratusy Syeikh KH Hasyim Asy‟ari pada tahun I947 mengingatkan

bahaya ajaran materialisme historis yang ateis itu bagi bangsa Indonesia.

Karena konsep yang sedang dikembangkan sccara gencar oleh PKI itu

menyerukan pengingkaran terhadap agama, adanya akhirat. Dalam tulisan

KH Syaifudin Zuhri di jelaskan bahwa memilih dengan jelas dan

mempertemukan dua hal yang berbeda dengan jelas pula, bahwa liberalisme

dan komunisme itu walaupun bertentangan secara diametral tetapi memiliki

watak sama yaitu ateis. Sementara ateisme inilah yang menjadi spirit dari

perkembangan ilmu pengetahuan modern sebagaimana yang dikembangkan

Auguts Comte, Darwin dan seterusnya. Karena itu kalangan Kiai NU

66 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta:Tim PBNU, 2013), 25-27

Page 61: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

48

menterjemahkan istilah vrijdenken bukan hanya pemikiran liberal atau

pemikiran bebas, melainkan diterjemahkan sebagai pemikiran ateis.67

Kercayaan diri yang kuat terhadap sistem pemikiran dan kebiiakan

politik yang dijalankan membuat NU sangat percaya diri pula dalam

menghadapi rival pemikirannya serta musuh Ideologinya yaitu PKI, karena

itulah tidak aneh kalau sejak awal KH Wahab Hasbullah dan juga Haji

Hasan Gipo Ketua umum PBNU tahun 1926-1927 itu sering terlibat

perdebatan serius dengan tokoh PKI Muso dan juga Alimin serta tokoh

komunis lainnya tentang keberadaan Tuhan, tentang adanya wahyu

sertaadanya kehidupan akhirat. Kepercayaan diri itulah yang membuat para

ulama ini mampu berhadapan dengan intelektual vrijdenker PSI seperti

Syahrir, yang menafikan peran agama sebagai tatanan sosial dan politik.

Perbedaan pemikiran itu kemudian diterjemahkan dalam perbedaan dalam

membangun sistem politik dan kenegaraan, karena itu keduanya selalu

bertentangan. Dengan demikian pertentangan NU dengan liberalisme dan

komunisme itu tidak hanya bersifat filosofis. epistemologis tetapi pada

dasarnya merupakan pertentangan politis dan ideologis.68

b. Perbedaan kultur

Komunisme dan Kolonialisme barat memiliki agenda yang sama di

samaping menjajah adalah melakukan westernisasi terhadap kebudayaan

67 Ibid., 27-28 68 Ibid., 29-30

Page 62: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

49

Nusantara. Semua pengalaman Barat, pemikiran Barat itu hendak

dikembangkan di Indonesia dalam sebuah misi sivilisasi, atau pemberadaban

bangsa-bangsa Timur. Kolonialisme dengan mendirikan berbagai sekolah

baik sebelum maupun setelah Politik Etis telah mengajarkan sekularisme dan

juga individualisme yang terselubung dalam berbagai mata pelajaran mulai

filsafat, biologi, bahasa. budaya, sejarah hingga administrasi. Itulah yang

dicium oleh KH. Syaifuddin Zuhri bahawa perlawanan terhadap komunisme

harus sejalan dengan perlawanan terahadp liberalisme karena keduanya

berlandaskan pada asas yang sama yaitu materialisme dan ateisme. Dengan

adanya cara pandang seperti itu, maka perlawanan NU dalam menghadapi

kolonialisme dan komunisme itu tidak hanya sistematis tetapi sangat

konseptual, karena Nu tidak memiliki strategi yang kuat tetapi berhasil

mengalahkan seluruh rivalnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Dengan adanya konsep yang membuat NU bisa bertahan bahkan mampu

menundukkan PKI baik secara konsep maupun strategi. Baik dalam forum

resmi seperti Dewan Konstituante, dalam DPRGR, di kabinet maupun dalam

DPA. Setelah unggul dalam menghadapi pertarungan fisik dalam konflik

sosial atau perang di lapangan yang terjadi tahun 1965.69

Kesalahan PKI dalam mengembangkan komunisme di Indonesia dengan

menyamakan budaya Indonesia dengan budaya Eropa. Watak dasar budaya

69 Ibid.,30-31

Page 63: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

50

Eropa adalah meterialis, individualis, dan kapitalis. Hal itu disamakan

dengan kultur Indonesia yang masih kekeluargaan dan komunalistik. Dalam

suatu sistem sosial yang kekeluargaan, maka mereka tidak mudah

dihadapkan dalam sebuah pertentangan untuk diadu dan dibenturkan satu

sama lain. Mereka justeru saling meniaga dan saling mengamankan yang

terikat dalam sebuah falsafah hidup “menjaga ketertiban dunia” serta

“berperan aktif dalam posisinya”. Ketika ada seorang miskin yang diteror

PKI masyarakat yang miskin dan kaya juga membela, begitu pula bila ada

seorang hartawan yang diserang PKI, maka rakyat miskin, buruh dan tani

akan membela warganya. baik yang miskin ataupun kaya, kerena selama ini

mereka hidup bersama saling menolong dan saling menghidupi dan saling

melindungi.70

c. Perbedaan politik

Perbedaan NU dengan PKI semakin mencolok dalam bidang politik,

kalau NU lebih mengutamakan harmoni atau isblabil ummah (untuk

keseiahteraan rakyat) lahir dan batin. Sebaliknya PKI membangun sistem

politik yang kontradiktif bahkan konfrontatif ditengah masyarakat Nusantara

yang harmoni. Perbedaan itu juga menjadi hambatan tersendiri bagi

perkembangan politik PKI. Tradisi politik yang dikembangkan PKI tidak

70 Ibid., 31-32

Page 64: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

51

melahirkan ketentraman malah mengundang terjadinya benturan antar

masyarakat antar tradisi.71

Dalam politik PKI yang konfrontatif hanya ada kawan dan lawan, yang

bukan kawan dianggap lawan dan boleh diserang. Sebagai contoh dalam

sidang BPUPKI berbagai perwakilan masyarakat hadir dalam sidang itu,

mulai dari kelompok Islam, nasionalis, Hindu, Budha, Konghucu dan

sebagainya tetapi ketika bicara soal penetapan dasar Negara serta

Mukadimah undang-undang dasar walaupun tcrdapat banyak perbedaan dan

berlangsung secara sengit, tetapi bisa dimusyawarahkan sccara kckcluargaan

schingga dalam waktu singkat bisa dirumuskan Pancasila, Mukadimah

Undang-Undang Dasar serta UUD 1945, karya monumental bangsa ini

dirumuskan tanpa disertai ketcgangan apalagi kekerasan. Sikap konfrontasi

ditunjukkan PKI dalam siding DPA yang diisi oleh orang yang berpikir

secara stabil emosinya. Tctapi kclompok PKI yaitu DN Aidit, masih

menggunakan forum DPA sebagai sarana untuk menyerang lawan

politiknya. Salah satu yang pernah diserang adalah KH Saifuddin Zuhri,

yang digugat karena Islam mengharamkan makan daging tikus. Dengan cara

lebih diplomatis serangan DN Aidit tcrhadap kesucian Islam itu ditangkis

oleh KH Saifuddin Zuhri.72

Tidak hanya di forum resmi politik kenegaraan, di lapangan PKI juga

menghembuskan dan mengobarkan perlawanan terhadap pemerintah dan 71 Ibid., 32 72 Ibid., 32-33

Page 65: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

52

terhadap para pimpinan agama dan orang-orang kaya. Selain itu kebiasaan

melakukan pemberontakan scperti di Banten, Pekalongan, Madiun dan

sekitarnya tahun 1948 serta berbagai provokasi lainnya termasuk selama

dasawarsa 1960-an hingga 1965. Selama beberapa dasawarsa PKI

menampilkan diri sebagai sosok yang garang dan subversif bahkan

cenderung kriminal. Segala macam bentuk politik yang penuh kontradiksi

dan konfrontasi itu membuat rakyat jenuh dan menjauhi PKI. Dengan

perilaku politiknya PKI mudah distigma sebagai partai bikin onar. PKI bisa

jadi besar menjelang 1965, tetapi citra buruk sebagai pembuat kisruh tidak

bisa sirna. Perbedaan sikap politik yang tajam itu PKI akhirnya berhadapan

dengan kekuatan lainnya, sampai akhirnya PKI lenyap dari panggung politik

Indonesia.73

Hermawan Sulistyo menyimpulkan, pembantaian PKI tidak dilakukan

secara sistematis. Polanya bervariasi dari suatu daerah ke daerah lain. Khusus

menyangkut Jombang dan Kediri, pembasmian PKI merupakan “konsekuensi

logis” dari konflik yang sudah berlangsung bertahun-tahun anatara berbagai

faksi di dalam masyarakat local. Adapun factor pendukung yaitu; pertama

budaya amuk sebagai unsure penopang kekerasan. Kedua, konflik di daerah-

daerah antara golongan komunis dan non-komunis terutama para kyai sudah

mulai tampak sejak 1960-an. Ketiga, militer diduga juga berperan dalam

73 Ibid., 33-34

Page 66: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

53

menggerakkan masa. Keempat, factor provokasi media massa yang

menyebabkan masyarakat menjadi geram.74

Pembunuhan masal tahun 1965/1966 perlu dipisahkan antara 1) konflik

antar masyarakat dengan 2) kejahatan yang dilakukan oleh Negara. Pertikaian

antar kelompok masyarakat meskipun memakan banyak korban bias

diselesaikan. Konflik antar Banser NU dengan korban PKI itu adalah masalah

antar kelompok masyarakat yang bisa diselesaikan. Walaupun korban di

kalangan muslim pra-1965 jauh lebih kecil dibandingkan pembantaian sesudah

itu, hal tersebut masih dapat dimaklumi. Sebuah aksi bias menimbulkan reaksi

yang jauh lebih keras, jelas bahwa kelompok kiri yang memulai perseteruan.

Seharusnya dilakukan rekonsiliasi nasional tahun 1966 sehingga permusuhan

antara kalangan Islam dengan kubu kiri dapat diakhiri.75

Yang lebih parah adalah kejahatan yang dilakukan Negara terhadap

masyarakat. Pertama, beberapa pengamat asing mengatakan, dalam peristiwa

itu, selain konflik sosial, juga ada operasi militer (terutama di Jawa Tengah).

Daftar orang yag dibunuh itu sudah sebarkan sebelumnya. Kedua berlangsung

selama rezim Orde Baru berkuasa. Para Tapol PKI mendapat perlakuan hukum

yang sangat buruk. Mereka dibuang ke Buru dan kemudian dilepaskan tampa

diadili. Bukan terhadap mereka yang diduga terlibat gerakan 30 September

74 Hermawan Sulistiyo, Palu Arit di Ladang Tebu (Jakarta:KPG (Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), 91-

121 75 Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2009),193–194.

Page 67: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

54

tetapi anak-cucunya juga dikenai ketentuan yang melanggar hak asasi, misalnya

aturan Litsus dan “bersih lingkungan” dan instruksi Menteri Dalam Negeri

No.32 1981 yang melarang mereka bekerja sebagai Pegawai Negeri

Sipil/Militer. Ketiga yang dilakukan Negara adalah proses cuci otak yang

dikerjakan selama rezim Orde Baru berkuasa. Melalui pendidikan sekolah atau

penataran, ditanamkan bahwa PKI adalah satu-satunya dalang kudeta 1965 yang

memakan korban 6 jenderal. Tidak pernah diungkapkan berbagai versi lain

mengenai Gerakan 30 September. Kaum komunis dikatakan “ menghalalkan

segala cara” padahal praktek ini dijalankan semasa Orde Baru dengan

sempurna.76

Menurut narasi pemerintah era Presiden Soeharto bahwa pembunuhan

terhadap para pewira tinggi militer pada 1 Oktober 1965 yang dilakukan oleh

PKI. Bahkan para pemimpin utama Gerakan 30 September yaitu pewira-pewira

Angkatan Darat yang dipengaruhi oleh orang-orang komunis. Narasi pemerintah

ini mengabaikan fakta bahwa para pemimpin gerakan militer memiliki hubungan

pribadi dan professional dengan Seoharto sejak perang kemerdekaan Indonesia

(1945-1949). Narasi ini juga mengabaikan kemungkinan bahwa Soeharto

sebelumnya telah mengetahui yang direncanakan oleh pembuat makar. Menurut

narasi pemerintah Orde Baru, pembunuhan massal yang terjadi setelah

pembunuhan para pewira militer di Jakarta adalah tindakan-tindakan “spontan”,

76 Ibid.,194–195.

Page 68: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

55

Karena rakyat marah dengan dibunuhnya para Jenderal. Gelombang

pembantaian bergerak dari Jawa Tengah pada bulan Oktober kemudian ke Jawa

Timur pada bulan November, dan ke Bali pada Desember 1965. Untuk

menjustifikasi pembunuhan massal, narasi pemerintah menggambarkan orang-

orang komunis sebagai pengkhianat Ideologi Negara, Pancasila, dan UUD 1945.

Anggota PKI telah merencanakan mengganti Pancasila dengan Ideologi ateistik

yaitu komunisme. Mereka adalah ancaman bagi bangsa Indonesia.77

B. Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan NU di Temanggung

Sebelum dan masa perang kemerdekaan hingga Proklamasi 1945. suara

PKI nyaris tidak kedengaran. Sejak pemberontakan I926 PKI dibawah kontrol

ketat pemerintah Hindia Belanda. sehingga para pimpinannya banyak kabur ke

luara negeri, sementara yang berada di Indonesia tiarap. Sekitar tahun I935

Muso telah menyelundup kembali ke Indonesia dari Soviet, sambil

mengembangkan PKI secara illegal. Pada zaman Jepang kelompok ini ditindas

habis, karena mengumandangkan slogan anti fasisme. Sejak saat itulah PKI

melalui pimpinannya Amir Syarifuddin bekerjasama dengan Belanda

menghadapi jepang, dengan disuplai dana dan amunisi hingga saat

pcmbcromakan Madiun.78

Pada tahun 1962, perebutan militer Irian Barat oleh Indonesia mendapat

dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan

77 Bernd Schaefer dan Baskarat T. Wardaya, 1965 Indonesia and The World:Indonesia dan Dunia

(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2013),228-229 78 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: Tim PBNU, 2013), 35

Page 69: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

56

perlawanan penduduk Irian Jaya terhadap pendudukan itu. Di Indonesia sendiri,

ketegangan ekonomi dan kelas yang mendasar, yang diakibatkan oleh

berlanjutnya pemerasan rakyat oleh perusahaan-perusahaan imperialis dan kelas

burjuis nasional, muncul kembali. Era Demokrasi Terpimpin, yaitu kolaborasi

antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan

pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan

masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor

menurun, foreign reserves79

menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat

dan militer menjadi wabah. Dari tahun 1963 terus, kepemimpinan PKI makin

lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis masanya

dan polisi dan militer.80

Provokasi yang dilakukan oleh PKI local seperti di Pekalongan

mengalami kegagalan tetapi mereka tidak putus asa malah terus melakukan

komolidasi dan propaganda di bawah tanah di seluruh tanah air, karena itu

ketika Indonesia merdeka, PKI ikut memanfaatkan kemerdekaan ini dan ketika

pemerintah mengeluarkan Maklumat X pada November 1945. tentang seruan

mendirikan partai Politik, maka PKI secara terbuka mendeklarasikan kembali

dirinya sebagai partai politik terbuka di Indonesia merdeka. Status PKI bersifat

ilegal menjadi partai resmi itu statusnya meniadi legal dan bebas berkompetisi di

79 Foreign reserves adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini

merupakan aset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan serperti dolar, euro atau yen

dan digunakan untuk menjamin kewajiban nya yaitu mata uang local yang diterbitkan, dan cadangan berbagai

bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. 80 Dimas Anom, “ Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel (Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI, 2015), 5-6

Page 70: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

57

tengah masyarakat dengan hak-hak yang sama. lnilah kesempatan besar bagi

PKI mengembangkan ideologi dan agendanya. Partai berkelompok sesuai

dengan aliran ideologi masing-masing, kelompok yang berideologi nasionalis

berkelompok dalam Partai Nasional Indonesia (PNI), partai yang berideologi

Islam seperti NU, Muhammadiyah, Sarekat Islam, Washliyah, dan lain

sebagainya bergabung dalam Partai Masyumi. Semantara kelompok yang

berhaluan Marxis seperti kelompok komunis, kelompok sosialis, dan Murba

serta kelompok buruh, berdiri sendiri-sendiri menjadi partai sehingga ada tiga

partai Marxis yaitu Partai Komunis Indoncisa (PKI), Partai SosiaIis Indonesia

(PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI) dan Partai Murba.81

Dengan keberadaan sebagai partai yang legal, maka PKI mulai

melakukan propaganda dan konsolidasi partai secara terbuka dengan patai-partai

besar yang lain, terutama PNI, NU Masyumi. Sebagai partai yang berideologi

yang peduli pada rakyat tertindas maka propaganda PKI banyak diarahkan

daerah yang kondisi ekonominya sangat minus. Ternyata strategi PKI ini

berhasil sangat baik, terbukti PKI mendapat dukungan kuat di berbagai daerah

yang secara ekonomi dan geografis dan secara teologis atau keagamaan saat itu

masih terbelakang. Sesuai dengan kriteria itu dan pertimbangan strategis

lainnya, Madiun dijadikan sebagai pusat gerakan PKI.82

Kebangkitan NU salah satu bertujuan untuk membendung meluasnya

komunisme. Ideologi ini dituduh anti-Tuhan, suatu hal yang harus diperangi. 81 Ibid., 36-37 82 Ibid., 38

Page 71: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

58

Tensi yang menegang antara PKI berhadapan dengan PNI dan Masyumi -

dimana NU ada didalamnya menyebabkan gesekan yang mudah memicu konflik

terbuka. Puncak ketegangan pecah, ditandai meletusnya Peristiwa Madiun 1948.

Dalam peristiwa yang akhirnya dimenangkan tentara Republik Indonesia ini,

korban berjatuhan, baik dari pihak PKI maupun Masyumi-PNI. Orang-orang

Masyumi tampak sebagai korban satu-satunya mereka dirampok, disiksa, dan

dibantai. Puluhan hingga ratusan kelompok non-komunis tewas, termasuk para

kiai-kiai NU.83

Sebelum pemilu pada tahun 1955, semua wilayah sudah di kuasai oleh

orang-orang PKI, namun karena mayoritas orang-orang NU maka semakin kuat.

Namun dalam pemilihan DPR, PNI urutan yang pertama, PKI urutan yang

kedua, dan NU urutan yang ketiga. Dengan terpilihnya Bupati dari kalangan

NU. Maka orang-orang PKI di hapuskan, sebelum PKI tersebut bergerak dan

orang-orang PKI keburu berontak. Maka diketahui oleh orang-orang pusat

sehingga oleh ketua NU menyatakan kudeta atas orang-orang PKI. Kemudian

berita menyebar bahwa ada pemberontakan PKI yang menewaskan 6 Jendral.84

Antara PKI dan NU terjadi benturan karena perebutan kekuasaan.85

Sehingga menimbulkan sebuah permasalahan yang pelik baik antara PKI dengan

NU, PKI dengan PNI, dan PKI dengan orang-orang Nasionalis. Antara orang-

83 Aan Anshori,” Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir September-Oktober

1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora (Vol. 14. No. 1 Juni 2017),4 84 A-B (68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 85 N-Y (50), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 72: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

59

orang PKI dan PNI dikambing hitamkan oleh orang-orang yang mempunyai

persoalan, yaitu oleh orang atasan.86

Mengingat sejarah perjuangan PKI yang penuh dengan tindakan

subversive dan penuh dengan pertumpahan darah maka dalam hal itu NU sangat

tegas sikapnya dalam menghadapi PKI. Bahkan tema kampanye pemilu pada

Juli 1955 dengan tegas menempatkan PKI sebagai lawan politik yang harus

dibendung perkembangannya. Adapun tema kampanye NU dalam Pemilu ialah;

1. NU hanya loyal kepada Negara Republik Indonesia yang di proklamasikan

oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

2. Loyalitas NU itu dilandasi oleh semangat menggalang kerjasama Islam-

Nasional agar potensi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim dan

nasionalis tetap kompak dan tidak terpecah-pecah.

3. Menentang paham komunisme dan segala bentuk atheism yang lain-lain.

4. Menjaga dan membela 6 perkara yang menjadi inti HAM

a. Agama

b. Keselamatan nyawa

c. Harta benda

d. Keturunan

e. Akal pikiran

f. Kehormatan

5. Hal-hal yang lain yang berhubungan dengan cita-cita perjuangan NU.87

86 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 73: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

60

Menurut orang eks-PKI bahwa mereka adalah korban yang tidak

mengetahui bahwa mereka diperbudak oleh politik, tetapi pada waktu itu mereka

tidak bisa membedakan antara politik dan kerohanian. Karena politik itu

berhubungan dengan keduniaan, sedangkan rohani itu berhubungan dengan ke-

Tuhanan. Sehingga harus bisa membedakan antara politik dan agama.88

C. Peristiwa 1965 di Temanggung

Tahun 1965 merupakan puncak krisis di Indonesia. Diawali dengan

hancurnya BPS (Barisan Pendukung Soekarno), ketegangan hubungan antara

Soekarno dengan Angkatan Darat berkaitan dengan PKI serta keputusan

presiden Soekarno untuk keluar dari keanggotan PBB. Keluarnya Indonesia dari

PBB menimbulkan spekulasi bahwa lndonesia akan semakin dekat dengan RRC.

Bahkan disebutkan kemungkinan Indonesia mendapatknn senjata nuklir dari

RRC. Situasi Indonesia semakin buruk oleh menurunnya ekspor dan besarnya

pinjaman luar negeri untuk keperluan tentara. Namun yang paling berpengaruh

terhadap gejolak politik dalam negeri adalah kesehatan presiden Soekarno.

Kabar bahwa kesehatan presiden Soekarno menurun meninbulkan kecemasan

akan perebutan kekuasaan. Tarjadilah sebuah peristiwa tragis. Sekelompok

orang menyusun sebuah rencana untuk menculik dan mambunuh para jendral

87 Abdul Mun‟in, Benturan NU-PKI 1948-1965, (Jakarta: Tim PBNU, 2013), 83 88 H-R (68), S-B (60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga

NU Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 74: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

61

petinggi Angkatan Darat sebagai upaya kudeta terhadap “dewan jendral” dan

menanamkan dirinya sebagai G30S.89

Menyusul terjadinya peristiwa penculikan dan pembunuhan 6 jendral

Angkatan Darat pada l Oktober 1965, terjadilah pembantaian mesal di mana-

mana. Dimulai di Jakarta ketika para jendral Angkatan Darat diculik dan

dibunuh. Serangkaian aksi balas dendam pun terjadi, dengan menangkap serta

mambunuh anggota dan simpatisan PKI secara kejam. Semua partai kelas buruh

yang di ketahui, ratusan ribu pekerja dan para petani pendukung PKI ditangkap,

dibunuh, serta sebagian dimasukan ke dalam kamp-kamp tahanan untuk disiksa

dan diinterogasi. Pembantaian mssal terjadi secara bergelombang di Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali, dan berbagai tempat lain di seluruh negeri. Mereka

yang menjadi korban pembantaian massal adalah rakyat biasa yang

kemungkinan besar tidak tahu menahu dan tidak memiliki keterkaitan dengan

peristiwa G30S. Dalam jumlah besar mereka dieksekusi tanpa melalui proses

pengadilan. Jumlah korban sedemikian besar dapat dikatakan sebagai

pembunuhan warga sipil terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.90

Pada Oktober 1965 Soeharto mengerahkan sejumlah batalion RPKAD di

bawah komndo Letan Kolonel Sarwo Edhie ke Jawa Tengah. Kemudian aksi

pembantian massal terhadap para pendukung PKI dimulai. Pergolakan terus

terjadi di Jawa Tengah sekitar tanggal 20-21 Oktober I965 klususnya di daerah

89 Silvia Pristi, “Tragedi 1965 di Indonesia Perspektif Kembang Hitam Rene Girard”, Skripsi (Yogyakarta:

Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma,2015),30-31 90 Ibid.,34

Page 75: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

62

Klaten dan Boyolai. Jawa Tengah menjadi lokasi pertama pemburuan PKI.

Tentara memburu Aidit yang melarikan diri ke Jawa Tengah dan menumpas

basis PKI. Tentara tak hanya meluncurkan operasi terhadap pengurus PKI, tetapi

juga anggota dan simpatisannya. Pada umumnya pembunuhan massal 1965

merupakan eksekusi terhadap tawanan PKI. Biasanya pasukan Soeharto

memilih melakukan penghilangan misteris ketimbang eksekusi di depan publik

untuk member contoh pada masyarakat. Tentara dan milisi cenderung

melakukan pembantaian besar-besaran secara rahasia.91

Dengan memanasnya pusaran politik di Jakarta. Adanya penculikan

jenderal yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yaitu Gerakan 30 September

(G30S). Dengan adanya kejadian tersebut menimbulkan keadaan politik di desa-

desa di Temanggung kian memanas. Faksi politik menciptakan kemungkinan

konflik terbuka antara kelompok islam dan komunis. Mereka yang dianggap

simpatisan PKI ditangkap. Bahkan, ada yang tidak terkait dengan PKI ditangkap

pula.92

Daerah Temanggung dan sekitarnya yang menjadi pusatnya PKI tidak

adanya konflik antara Orang-orang NU dengan PKI, atas peran seorang lurah

sekaligus ketua PBNU, yang berada di daerah Jampirejo. Lurah tersebut

memutuskan sebelum adanya ketetapan hukum tidak ada yang boleh mengambil

orang PKI, kecuali anggota DPR karena tokoh politik dan tokoh-tokoh besar

91 Ibid.,35-40 92 Muchlis, “Kisah Seorang Guru yang Menjadi Eks Tapol dan Di-PKI-kan”, dalam Kompasiana,

(Temanggung, 1 Oktober 2015), I

Page 76: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

63

karena harus mempertanggung jawabkan. Dan lurah tersebut berpendapat bahwa

dengan menyelamatkannya orang-orang PKI dengan tujuan agar anak-anak dari

orang-orang PKI tersebut masuk islam dan tidak ada rasa dendam karena bapak

mereka tidak disakiti. Dengan melindungi orang-orang PKI sehingga yang

masuk bui hanya beberapa saja, termasuk seorang anggota DPR gerwani yang

meninggalnya dalam keadaan muslim dan keluarganya sekarang adalah islam.

Setelah selesai peristiwa tersebut orang-orang eks PKI ada yang masuk islam

dan masuk Nasrani. Tetapi mereka damai tidak ada balas dendam. Sehingga

dalam peristiwa 1965 ini tidak terlalu meledak-ledak. Seperti di Madiun, Kediri

yang bunuh-bunuhan karena sebelum orang-orang NU membunuh orang-orang

PKI, orang PKI lah yang terlebih dahulu membunuh orang-orang NU. Jadi,

menurut orang NU yang peristiwa G30S bukan kesalahan orang NU, namun

akibat dari kesalahan orang-orang PKI. Seperti halnya ketika ada orang yang

sedang sholat subuh dan dibunuh dengan cara ditembak dari belakang maka

banyak kyai yang menjadi korban. Yang dipermasalhakan pada peristiwa ini

adalah HAM setelah tahun 1965, sedangkan HAM sebelum tahun 1965 tidak

dipermasalahkan. Seharusnya HAM setelah tahun 1965 diurus, karena banyak

santri dan kyai yang dibantai. Pada peristiwa 1965 bayak yang menyalahkan

orang Nu, karena sinergitas antara militer dengan NU.93

Pada peristiwa 1965 di Temanggung yang menjadi korban

pemberontakan PKI itu relative banyak sehingga membuat orang kecil banyak

93 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung

Page 77: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

64

dirugikan dan banyak lawan. Banyak orang-orang yang sampai saat ini masih

mengolok-olok orang-orang eks-PKI, karena pernah terlibat dalam PKI. Banyak

partai yang campur aduk seperti di Bosnia.94

Para eks-PKI yang ada disekitar wilayah Temanggung sebelum

terjadinya pemberontakan banyak masuk PNI, NU dan lain sebagainya.

Sehingga pemberontakan tersebut boleh dikatakan relative aman.95

Hal itu

dikarenakan masalah internal yang dialami pada waktu itu, dan tidak sampai

pembunuhan seperti di daerah lain diluar Temanggung. Sementara di daerah lain

tidak kondusif karena orang-orang PKI di desa tersebut dihapusi sehingga

ketika sekarang ini keluarga lurah pada waktu itu mencalonkan kembali, maka

lurah tersebut tidak jadi, karena terhalang oleh dendam lama.96

Pada tahun 1965 adalah zamanya Gus Dur dimana, ketika mengetahui

adanya adu domba sehingga ketika Gus Dur menjadi presiden langsung meminta

maaf kepada orang-orang eks-PKI yang menjadi korban. Semua peristiwa 1965

adalah efek dari di kambing hitamkannya oleh penguasa.97

Dari peristiwa diatas sehingga menimbulkan dampak pemberontakan

yang membuat traumatis beberapa orang-orang eks-PKI. Adapun dampak

tersebut ialah;

94 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung 95 A-B (68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 96 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung 97 H-R (68), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 78: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

65

1. Pembantaian Terhadap Orang Yang Dianggap Anggota PKI

Pembantaian 1965-1966, yang menjadi korban adalah orang-orang

yang menjadi bagian dari PKI serta orang-orang yang dituduh sebagai

komunis. Meski banyak spekulasi menyebut, si anu dan si anu, namun

dalang di balik pembantaian massal itu hingga kini masih belum dirilis

secara resmi. Pembantaian di Indonesia 1965–1966 adalah peristiwa

pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada

masa setelah terjadinya Gerakan 30 September di Indonesia.98

Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke

Orde Baru: Partai Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan

mengakibatkan jatuhnya presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya

diserahkan kepada Soeharto. Kudeta yang gagal menimbulkan kebencian

terhadap komunis karena kesalahan dituduhkan kepada PKI. Komunisme

dibersihkan dari kehidupan politik, sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan

sebagai partai terlarang. Pembantaian dimulai pada Oktober 1965 dan

memuncak selama sisa tahun sebelum akhirnya mereda pada awal tahun

1966. Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang kemudian menyebar

ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan tentara angkatan darat

98 Dimas Anom,“Dampak Pemberontakan Pki Di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”, Artikel(Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta, 2015)10

Page 79: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

66

menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota

PKI.99

2. Pembersihan Terhadap Orang PKI Di Masa Transisi Orde Baru

Pembersihan dimulai pada Oktober 1965 di Jakarta, yang selanjutnya

menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, dan Bali. Pembantaian dalam skala

kecil dilancarkan di sebagian daerah di pulau-pulau lainnya. terutama

Sumatra. Pembantaian terburuk meletus di Jawa Tengah dan Timur.

Kebencian terhadap komunis dikobarkan oleh angkatan darat, sehingga

banyak penduduk Indonesia yang ikut serta dalam pembantaian ini. Peran

angkatan darat dalam peristiwa ini tidak pernah diterangkan secara jelas. Di

beberapa tempat, angkatan bersenjata melatih dan menyediakan senjata

kepada milisi-milisi lokal. Di tempat lain, para vigilante mendahului

angkatan bersenjata, meskipun pada umumnya pembantaian tidak

berlangsung sebelum tentara mengenakan sanksi kekerasan. Keanggotaan

PKI tidak disembunyikan dan mereka mudah ditemukan dalam masyarakat.

Beberapa cabang PKI melancarkan perlawanan dan pembunuhan balasan,

tetapi sebagian besar sama sekali tidak mampu melawan. Tidak semua

korban merupakan anggota PKI.100

99 Ibid., 10-11 100 Ibid.,11-12

Page 80: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

67

D. Dampak Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan NU di

Temanggung

Pada tahun 1965-an di kawasan Temanggung merupakan masa transisi,

yaitu generasi PKI merupakan korban politik. Karena waktu itu mereka tidak

tahu menahu mengenai politik yang ternyata disangkut pautkan dengan syari‟at

agama. Pada masa peralihan politik tersebut menuai banyak kontroversi

sehingga memanasnya persaingan antara ormas Islam termasuk NU dan

beberapa partai. Peristiwa tersebut timbul sampai dengan diadakannya pemilihan

umum pada tahun 1971. Ketika pemilihan umum yang kawasannya adalah

orang-orang eks PKI maka yang memenangkan adalah partai Golkar. Dan NU

keluar dari partai politik. Sehingga menimbulkan banyak benturan antara NU

dengan PKI. Namun konflik tersebut tidak sampai menimbulkan pembunuhan

seperti yang terjadi di Madiun dan sekitarnya.101

Di Temanggung mempunyai dua dampak dengan adanya peristiwa

tersebut yaitu; dampak positif dan dampak negative yang ditimbulkan oleh

adanya pemberontakan PKI. Pada waktu itu yang terjadi hanyalah peristiwa

penghapusan dan penghukuman dengan cara di masukkan ke dalam bui atau

penjara.

Dampak positifnya adalah dengan bertambahnya orang-orang islam, dan

semakin banyaknya masjid dan mushola. Kemudian hampir semua orang-orang

101 H-R (68), S-B(60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi Cultural Eks-PKI Dengan Warga

Nu Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 81: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

68

PKI menjadi muslim. Seperti halnya keturunan anggota DPR Gerwani menjadi

pimpinan yasinan ibu-ibu samapai sekarang. Karena pada saat itu orang-orang

eks-PKI tidak mengetahui bahwa ajaran yang dibawa tersebut tidak benar.102

Dampak negativnya adalah banyaknya diskriminasi yang terjadi antara

eks-PKI dengan masyarakat. Karena masyarakat menganggap bahwa PKI itu

ajarannya ateis, banyak santri dan kyai-kyai yang dibunuh pada waktu itu.

Sehingga banyak lapisan masyarakat yang tidak mau membahas PKI karena

trauma dengan adanya peristiwa-peristiwa yang menghemparkan bumi

Indonesia khususnya di Temanggung sendiri.

102 A-T(58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung

Page 82: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

69

BAB IV

MENGUNGKAP ISU KEBENARAN DALAM REKONSILIASI KULTURAL

EKS-PKI DI TEMANGGUNG

A. Wacana Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI Dengan NU

Jatuhnya Soeharto pada bulan Mei 1998 telah membuka kesempatan bagi

munculnya isu rekonsiliasi nasional dengan para korban tragedi nasional 1965-

66. Akan tetapi, ketika Gus Dur menggunakan kesempatan ini dengan

melontarkan ide pencabutan instrumen hokum yang melarang PKI dan

komunisme sebagai suatu langkah menuju rekonsilasi, ia justru menghadapi

tantangan serius dari berbagai organisasi Islam. Pecahnya protes menentang ide

Gus Dur tersebut sebetulnya bisa diramalkan sebelumnya. Ketika pemerintahan

B.J. Habibie (Mei 1998 – Oktober 1999) membebaskan sepuluh tapol “G30S”

yang tersisa, banyak pemimpin terkemuka dari berbagai organisasi Islam

memperlihatkan respon yang bertentangan. Di satu sisi, mereka setuju dengan

alasan kemanusiaan pemerintah, bahwa pembebasan para tapol yang telah lanjut

usia dan menderita berbagai macam penyakit itu mencerminkan perasaan

kemanusiaan mereka. Akan tetapi, di sisi lain, mereka tetap mempertahankan

pandangan bahwa para tapol tersebut, bagaimanapun juga, adalah komunis, dan

komunis adalah pengkhianat bangsa dan negara. Itulah sebabnya mereka tetap

merasa perlu mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap “bahaya laten

Page 83: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

70

(tersembunyi) komunis” – sebuah retorika yang sering direproduksi rezim

Soeharto.103

Kalangan NU menyaksikan runtuh dan tenggelam serta berakhirnya PKI

dengan organisasi bawahnya, akibat kesalahan politiknya dalam kudeta 30

September 1965. Disusul tertangkapnya D.N. Aidit dari persembunyiannya di

Surakarta, 22 November 1965. Dengan peristiwa tersebut maka Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbebas dari kebiadaban pemimpin PKI.

Kalangan NU juga menyaksikan kembali kegagalan dan keruntuhan parpol anti

agama: Pertama, Kudeta PKI di Cirebon pimpinan Mohammad Joesoep, 1

Februari 1946. Kedua, Kudeta 3 Juli 1946 di Yogyakana pimpinan Tan Malaka.

Ketiga, Kudeta PKI d1 Madiun, 19 September 1948, pimpinan Amir Syarifuddin

dan Moeso. Ketiga,usaha komunis nasional atau internasional dengan

kudetanya, menemui kegagalan. Karena NKRI tidak memberikan hak hidup bagi

ideology Marxisme yang mengajarkan anti agama dan tidak percaya adanya

Tuhan Yang Maha Esa.104

Kesadaran Gus Dur akan sektarianisme dan keprihatinannya terhadap

pelibatan NU dalam pembantaian 1965-66, hal tersebut; pertama, tentang

toleransi, yang sangat diutamakan. Sedangkan tentang perihal kedua merupakan

salah satu dari berbagai konsekuensi logis dalam arti bahwa NU janganlah hanya

untuk melindungi minoritas etnik dan agama sebagai “kelompok-kelompok yang

103 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto

(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 3. 104 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta, 2010), 480-481

Page 84: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

71

rentan”. NU juga harus memasukkan mereka yang sejak berdirinya rezim Orde

Baru dicap ternoda (distigmatisasi) secara sosial dan politik, yaitu para eks-tapol

dan orang-orang yang selamat dari pembantaian 1965-66. Sehingga muncullah

gagasan rekonsiliasi NU.105

Gagasan ini secara umum berkait dengan usaha-

usaha untuk mempertimbangkan suatu tindakan bersama guna membahas

berbagai bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu untuk

kemudian memikirkan langkah-langkah praktis yang perlu diambil demi

kebaikan bersama sebagai bangsa di masa kini maupun masa depan.106

Syarikat107

memprakarsai rekonsiliasi antara NU dengan mereka yang

selamat dari pembunuhan 1965-66. Ada dua hal dalam pengakuan itu yang patut

diperhatikan. Pertama, pengakuan tentang keterlibatan NU dalam pembantaian

1965-66 sebagai stigma atau noda. Pengakuan ini telah menghancurkan “mitos

sebagai korban dan tidak bersalah” yang terus berlaku di Indonesia paska-

Soeharto, terutama di kalangan umat Islam. Mitos ini merupakan rintangan berat

di tengah jalan menghadapi fakta-fakta yang tidak disukai, karena orang secara

individual atau kolektif ingin selalu melihat dirinya sebagai korban yang tidak

bersalah, meskipun terlibat dalam kekejaman masa lalu. Kedua, pengakuan

bahwa orang-orang komunis ialah penduduk desa biasa, tetangga orang NU

105 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto

(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 113-114 106 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):18-19 107 Syarikat adalah Masyarakat Santri untuk Advokasi Rakyat. Jaringan kerjanya dalam menggalakkan dan

mengusung gagasan rekonsiliasi. Mereka tidak memandang prakarsa mereka untuk rekonsiliasi sebagai suatu

“tindakan kesatria” NU terhadap bekas lawan-lawan politiknya. Tetapi mereka juga tidak melihat diri sendiri

sebagai pahlawan atau pembela orang-orang yang selamat dari pembunuhan 1965-1966.

Page 85: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

72

sendiri, dan mereka pun Muslim. Ini merupakan gugatan keras terhadap sikap

mempersetan “orang komunis”, seperti yang selalu terdengar dalam retorika

anti-komunis. Pengakuan ini melukiskan “orang komunis” sebagai umat

manusia yang punya wajah dan nama, yang sesama Muslim dan akrab dengan

orang-orang NU sendiri. Kesadaran baru tentang masa lampau, dan penempatan

NU sebagai sesama korban sedikit-banyak telah membentuk cara-cara Syarikat.

Rekonsiliasi sebagai jalan untuk mengakhiri hubungan yang traumatis antara

NU, sebagai pelaku, dengan eks-komunis, sebagai korban utama kekejaman

masa lampau. Mengakhiri trauma merupakan satu jalan untuk menyembuhkan

luka-luka, dan menghapus rasa permusuhan dan kecurigaan kekejian masa lalu.

Mereka mengharap agar rasa persaudaraan dapat tumbuh dari rekonsiliasi.108

Dalam Rekonsiliasi sosial pertikaian antara NU dengan PKI merupakan

konflik sosial yang bersifat horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang

berbeda keyakinan dan bertentangan ideologi. Tetapi pada dasarnya mereka

sebelumnya hidup saling bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi

secara alami di antara mereka sendiri, sesuai dengan tradisi dan norma sosial

yang berlaku. Bahkan sebagai tanggung jawab sosial, para korban PKI seperti

para janda dan anak yatim, termasuk orang-orang yang salah tangkap, semuanya

disantuni oleh masyarakat NU dan pesantren di mana mereka berada. Langkah

rekonsiliasi itu telah terjadi sejak usainya peristiwa Madiun. Berbagai upaya

108 Budiawan, Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto

(Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat,2004), 118-120

Page 86: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

73

dilakukan oleh jamaah NU untuk menyantuni keluarga Eks-PKI bahkan juga

orang PKI yang telah menyatakan kembali ke ajaran Islam. Dengan kesadaran

itu mereka bersimpati pada NU yang sejak awal melindungi dan melayani

mereka ketika dalam keadaan krisis eksistensial dan dalam ancaman dan represi

yang sangat keras. Sementara mereka mengalami trauma berkepanjangan sejak

pembersihan terhadap sisa-sisa PKI dimulai. Mereka butuh perlindungan dan

rasa aman, karena mereka hanya keluarga dan anak cucunya. Mereka tidak ikut

melakukan provokasi atau pemberontakan. Mengingat konflik antar NU dengan

PKI pada dasarnya adalah konflik sosial, maka rekonsiliasi secara sosial akan

lebih mudah untuk dilaksanakan, bahkan oleh masyarakat yang terlibat dalam

konflik itu sendiri. Pola itu berlangsung dengan lancar dan berjalan baik,

sehingga reintegrasi sosial bisa kembali terjadi setelah dialanda pertikaian

berkepanjangan yang menelan banyak korban.109

Dalam rekonsiliasi politik sejak masa akhir Orde Baru para bekas

tahanan politik (Tapol) sudah banyak yang dibebaskan, mereka mulai menulis

berbagai buku memoar yang berisi pembelaan mereka, bahwa mereka tidak

bersalah bahkan menyalahkan TNI dan rezim Orde Baru pada umumnya.

Bahkan tidak sedikit yang menuduh NU dan terutama Ansor sebagai jagal. Saat

itu para bekas Tapol itu bergabung bersama kekuatan Pro demokrasi untuk

109 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta:Tim PBNU,2013), 139-147

Page 87: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

74

melawan Orde Baru, sehingga suara mereka mulai terdengar di kalangan para

aktivis.110

Rekonsiliasi di Indonesia masih menyimpan banyak problem. Hal itu

menyangkut pertama, para pelaku yang diduga melakukan pelanggaran HAM

bersikukuh menyatakan tidak terlibat apalagi merasa bersalah atas beberapa

penstiwa yang mencorong sejarah bangsa. Dalam peristiwa yang menurut

ELSAM mempertautkan konflik vertikal antara Negara dan masyarakat

sepanjang1959-1998 hampir semuanya masih gelap. Aksi sepihak dan

penangkapan tokoh-tokoh Masyumi/PSI dengan korban dari pihak Islam;

pembantaian terhadap warga sipil yang diduga terlibat PKI (G 30 S); penahanan

politik di kampung Pulau Buru l969-l979 (korban kelompok komunis); kasus

Komando Jihad l980-an (korban kelompok Islam); Kasus DOM Aceh l989-1998

(korban sipil); kasus TanjungPriok (korban kelompok Islam); kasus Lampung

(korban kelompok Islam); Peristiwa 27Juli 1996 (korban sampatisan/warga

PDIP). Kasus Papua (korban sipil), kerusuhan Mei 1998 (korban masyarakat

luas, terutama etnis Tionghoa); kasus Timor Timur (korban sipil) yang diduga

melanggar HAM sejauh ini belum dapat diselesaikan. Kedua, tampak juga

bahwa desakan untuk penyingkap melalui rekonsiliasi tersebut terlampau

bertumpu pada Negara. Berbagai pihak terkesan menganggapkan peran institusi

seperti Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) sangat sentral dan tidak

tergantikan. Padahal, KKR hanya salah satu medium untuk melaksakan

110 Ibid.,147

Page 88: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

75

rekonsiliasi nasional. Memang dalam KKR, penyelesaian hukum dapat

diselesaikan sccara agak sistematis dan terorganisasi dengan baik. Jadi, kedua

pihak yang berkonflik bisa sama-sama puas atas keputusan yang ditetapkan

lembaga tersebut. Namun demikian, keberadaan KKR juga bisa jatuh pada

formalisme bahkan sekeadar legitimasi adanya perhatian dari negara untuk

kejahatan HAM Negara tanpa berarti bagi pemulihan bagi korban.111

Untuk merealisasi langkah rekonsiliasi itu Presiden Abdurrahman Wahid

yang mengusulkan pencabutan TAP MPR dan dilanjutkan dengan permintaan

maaf pada keluarga PKI yang mcnjadi korban dalam peristiwa 1965. Usul itu

ditantang keras baik oleh kalangan parlemen sendiri dan terutama di kalangan

umat Islam termasuk kalangan politisi. Hanya kalangan LSM yang mendukung

gagasan itu. Ketika gagasan itu ditolak Presiden tidak berusaha mendorong

parlemen mencabut TAP MPR tersebut. Hal itu untuk menunjukkan pada

masyarakat internasional dan pada PKI sendiri bahwa mayoritas bangsa ini

termasuk umat Islam masih menolak keras kehadiran PKI. Demikian juga

permintaan maaf dan usaha rekonsiliasi itu ditentang sebagian masyarakat

termasuk kalangan Islam, tetapi anehnya mantan aktivis Lekra Pramoedya

Ananta Toer menolak permintaan maaf AbdurrahmanWahid dan menolak upaya

rekonsiliasi yang dianggapnya tidak serius dengan mengatakan:

111 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 : Tragedi, Memoro, dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003): 21

Page 89: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

76

“saya menganggap permintaan maaf Gus Dur dan idenya tentang

rekonsiliasi cuma basa-basi. Dan gampang amat meminta maaf setelah

semuanya yang terjadi itu. Saya tidak memerlukan basa-basi”.112

Kalangan Internasional dan kalanagan LSM tidak memahami dan bahkan

mengabaikan proses rekonsiliasi politik yang telah berjalan selama ini.

1. Telah terjadi silaturrahmi bahkan paguyuban antara korban para jenderal

yang terbunuh tahun I965, dengan keluarga para tokoh PKI.

2. Sebagaimana yang dilakukan para tokoh Kiai NU, beberapa jenderal TNI

juga merawat dan melindungi anak-anak tokoh PKI disekolahkan hingga

perguruan tinggi.

3. Para eks Tapol PKI telah diberi hak pilih secara politik sehingga mereka bisa

mengikuti Pemulu secara berkala.

4. Hak dan kebebasan bicara termasuk mengajar hingga di perguruan tinggi,

dan menulis di media telah diberikan pada mereka.

5. Bahkan mereka juga sudah mendapatkan hak untuk dipilih, maka bisa dilihat

anak turun PKI sudah bisa menjadi anggota DPR, Pimpinan Parlemen bisa

menjadi gubernur, bupati dan sebagainya.113

Rekonsiliasi antara lain mensyaratkan kemauan untuk bernegosiasi

dengan masa lampau. Maka sudah saatnya bagi semua warga bangsa yang

bertikai, bermusuhan, dan menyimpan dendam, menyadari bahwa pertikaian,

konflik, kekerasan dan sikap membalas dendam tidak akan membawa manfaat,

kecuali kehancuran. Adapun enam syarat agar rekonsiliasi berhasil yaitu;

112 Ibid., 150 113 Ibid., 152-153

Page 90: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

77

1. Sikap tahu diri, berarti melihat kelemahan dan kekurangan diri.

2. Memiliki pemahaman yang sama perihal kondisi masyarakat, bangsa, dan

Negara, dengan membuat masa transisi berjalan dengan lancar, sehingga

tercapai konsolidasi.

3. Semua kekuatan politik dan para eksponen serta pemimpinnya, Presiden dan

Wakil Presiden, agar membuka hati untuk rekonsiliasi dengan menegaskan

bahwa masa transisi harus di hadapi bersama.

4. Mencari titik temu baru. Masa lalu menjadi perhatian dan diminta

pertanggungjawaban.

5. Harus ada rasa keadilan dan pertanggungjawaban.

6. kesediaan dan keikhlasan para pemimpin termasuk Presiden dan Wakil

Presiden untuk korban.114

Memperlakukan para korban Peristiwa 1965 sama dengan warganegara

RI lainnya, yakni dengan mengembalikan sepenuhnya hak-hak sipil dan

kewarganegaraan mereka, seperti hak untuk mendapatkan pensiun, termasuk

hak-hak mereka untuk memilih dan dipilih dalam Pemilihan Umum, dll.

Menghapuskan dan mencabut semua bentuk peraturan dan perundang-undangan

yang bersifat diskriminatif, seperti stigma pada Kartu Tanda Penduduk,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun1981 yang melarang para korban

Peristiwa 1965 dan keluarganya untuk menjadi Pegawai Negeri, Tentara, Guru,

Dalang, Notaris, Pengacara, Da'i, Pendeta dan beberapa profesi lain.

114 Kasiyanto Kasemin, Mendamaikan Sejarah:Analisis Wacana Pencabutan TAP MPRS/XXV/1966

(Yogyakarta: LKiS,2004), 112-116

Page 91: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

78

Memberikan kompensasi dalam batas-batas yang wajar dan proporsional.

Pemberian rehabilitasi adalah kunci pemecahan persoalan yang mendasar

berkaitan dengan upaya bangsa ini untuk keluar dari trauma Tragedi 1965.

Berkaitan dengan pemberian rehabilitasi korban 1965 ini, menarik dikutip

pendapat dari M. IMAM AZIZ, Koordinator Program Syarikat NU, yang

mengatakan sebagai berikut:115

1. Mengubah persepsi dan sikap masyarakat Indonesia mengenai tragedi

kemanusiaan yang terjadi pada tahun 1965. Pada umumnya masyarakat

Indonesia, terutama masyarakat NU, masih memahami tragedi 1965 sebagai

bentuk kepah-lawanan (heroisme), di mana yang "benar" melawan yang

"salah", dengan kemenangan di pihak yang "benar". Pada umumnya sikap

masyarakat, hingga sekarang masih mempermasalahkan PKI sebagai pelaku

kudeta 1 Oktober 1965 dan membenarkan dan membiarkan proses

pembunuhan, stigmatisasi, dan penghilangan hak-hak sipil/politik.

2. Menyediakan tempat bersama bagi NU dan korban tragedi 1965 untuk

bertemu dan saling berbagi untuk mencapai rekonsiliasi, menciptakan

ruangan bersama untuk saling memaafkan masa lalu, dan tidak mengulangi

peristiwa serupa di masa mendatang.

3. Mendesak negara untuk segera merehabilitasi korban tragedi 1965 melalui

proses konstitusional, dengan mendorong semua pihak , terutama pihak yang

115 Cyntha Wirantaprawira, Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan (Jerman:Lembaga

Persahabatan Jerman – Indonesia), 46

Page 92: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

79

terlibat dalam konflik di masa lalu, untuk bersama-sama mendesakkan

tuntutan rehabilitasi kepada negara. 116

Unsur terpanting dalam rekonsiliasi adalah semangat persatuan dan

saling memaafkan dalam koridor trilogi ukhuwwah yaitu ukhuwwah lslamiyyah

(persaudaraan sesama muslim), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan

sebangsa) dan ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan sesama umat manusia).

Sehingga diadakan muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, Jawa

Timur, membahas tentang masalah rekonsiliasi, dan merekomendasikan sebagai

berikut:117

1. Mendorong berbagai upaga rekonsiliasi yang berlangsung secara sosial,

kultural dan keagamaan ditengah-tengah masyarakat. Rekonsiliasi

berbasis masyarakat ini menjadi tulang punggung rekonsiliasi yang sejati

dan berjangka panjang.

2. Mengapresiasi komitmen pemerintah untuk menempuh jalan

penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu melalui jalan yang paling

mungkin danm slahat bagi Indonesia. lkhtiar untuk keluar dari beban

masa lalu ini harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan bangsa

secara keseluruhan.118

116 Ibid.,46-49 117 Rekomendasi Muktamar NU ke-33 di Jombang untuk Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu. Di askes

dari https://syarikat.id .Pada tanggal 23 Juli2019 Pukul 22:30 WIB 118 Ibid.

Page 93: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

80

B. Rekonsiliasi Kultural Eks-PKI dengan NU di Temanggung

Rekonsiliasi mengandung makna pemulihan, baik pemulihan individual

maupun hubungan serta tatanan sosial yang rusak akibat pengalaman kekerasan

yang berkepanjangan dan akibat dari politik ingatan dan distorsi kebenaran.

Karena itu, rekonsiliasi memang menjadi keharusan bagi bangsa ini ke depan. Di

tanah air, focus rekonsiliasi ini berdasarkan atas kasus pelanggaran HAM

mungkin bisa dideret panjang, tetapi untuk konteks tragedy pembunuhan massal

„65-„66 mungkin bentuk rekonsiliasi itulah yang tampak akan paling rumit dan

penuh tantangan.119

Rekonsiliasi ada dua atau lebih kelompok berkonflik dan dipertemukan,

karena itu ia menujuk ada korban dan pelaku. Ini menentukan langkah yang tak

dapat mundur (point of no retrun). Pengertian korban merujuk kepada orang

yang secara perorangan atau kelompok menderita kerugian, termasuk cedera

fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau perampasan

nyata terhadap hak dasar mereka. Termasuk dalam istilah korban sejauh yang

dipandang tepat keluarga atau orang yang secara langsunga atau tidak berada di

bawah tanggungan para korban yang telah mengalami penderitaan. Korban

berhak mendapatkan pemulihan (reparasi) restitusi atau penggantian kerugian,

119 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 : Tragedi, Memoro, dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No. 15 (2003): 19-20

Page 94: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

81

kompensasi, hingga rehabilitasi. Hal itu terutama berlaku pada para korban

tindakan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia.120

Aksi rekonsiliasi anatara Eks-PKI dengan NU di Temanggung tidak

tertera dalam tulisan maupun dokumen manapun, sehingga yang dijumpai

melalui wawancara dengan orang-orang Eks-PKI maupun orang yang sezaaman

dengan peristiwa rekonsiliasi tersebut.

Proses rekonsiliasi tersebut dilatarbelakangi oleh sebab-sebab peristiwa

yang tidak bisa digeneralisasikan sebagaimana selama diajarkan dalam buku-

buku sejarah resmi. Sebab-sebab tersebut diklasifikasikan menjadi tiga hal:

perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik nilai atau

ideology.121

Di pusat PKI Temanggung yaitu di daerah Jampirejo, dikatakan

bahwa kegiatan aksi-sepihak menimbulkan reaksi yang berbeda di suatu

kecamatan yang berbeda. Begitu juga sikap kyai dan para tokoh NU terhadap

orang-orang komunis saat itu. Seperti pondok pesantren Mu‟allimin

Temanggung yang saat itu dipimpin KH. Abdul Hadi Sofwan di gambarkan

sebagai pesantren yang menjadi tempat aman dimana orang-orang PKI

mendapat perlindungan.122

Perbedaan sikap ini sebagian menjelaskan ketidakakuran antar kedua

belah pihak, yaitu; perbedaan oroentasi fiqh dan tasawuf. Investigasi ini secara

120 Ibid., 20 121 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran Pemikiran

Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):71 122 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung

Page 95: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

82

umum menunjukkan bahwa kyai yang lebih orietalis fiqh dan yang terlibat

dalam kegiatan politik pada saat itu cenderung menunjukkan sikap yang keras

terhadap orang-orang PKI, sementara kyai yang berorientasi tasawuf dan

apresiatif terhadap kebudayaan local lebih cenderung menjadi pelindung di saat

mereka di kejar-kejar.123

Di Temanggung sendiri relative banyak kyai yang

berorientasi tasawuf dan apresiatif terhadap kebudayaan local, karena pada saat

orang-orang PKI dikejar-kejar pada peristiwa tersebut cenderung menjadi

pelindung agar orang-orang PKI tersebut tidak dibuai atau dipenjara. Namun

berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain di Temanggung yang banyak dibuai,

dipenjara, seperti pegawai-pegawai, guru, pendeta dsb.124

Pihak-pihak yang berkonflik pun berbeda-beda di masing-masing

kecamatan. Konflik PKI berlangsung yang menyeret NU terlibat dalam peristiwa

tersebut, namun peristiwa tersebut relative aman karena tidak sampai bunuh-

bunuhan hanya di tahan. Dan GP Ansor terlibat dalam peristiwa penangkapan

orang-orang PKI yang menyebabkan tersudutnya orang-orang PKI. Walaupun

kemudian dianggap sebagai kelompok yang dijadikan alat oleh kelompok

tentara.125

Kegiatan rekonsiliasi antara NU-PKI di Temanggung dalam kegiatan

sosial berhasil membawa orang-orang eks Gerwani yang menjadi ketua Ibu-ibu

Yasinan dan pengajian. Relative banyak orang-orang PKI masuk islam dengan

123 Ibid.,71 124 A-B(68), 26 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Joho, Wonoboyo, Temanggung 125 Ibid.,

Page 96: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

83

mengikuti ajaran NU, sehingga banyak pelopor NU yang dulunya eks-PKI. Dan

banyak bangunan masjid dan mushola yang dibangun karena semakin banyak

orang-orang PKI yang masuk islam. Dikarenakan lurah di Pusat PKI yang

tadinya yang terpilih adalah orang-orang PKI dan orang-orang tersebut terciduk

sehingga lurah penggantinya adalah seorang NU yang kemudian melindungi

orang-orang PKI. Sudah umum diketahui bahwa orang-orang yang dianggap

PKI mengalami kesulitan dalam berinteraksi, sehingga orang-orang NU

merangkul mereka untuk saling berinteraksi antar sesama.126

Pada era 1965-an kisah seorang eks Tapol PKI yang berinisial bapak H-

R yang tinggal di desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung. . Ia adalah

seorang tokoh abangan sebelum masuk PKI dan sekarang menjadi guru ngaji

didesanya. sebelum masuk ke PKI ia tidak tahu menahu bahwa ia menjadi

seorang korban politik. Karena pada waktu itu ia tidak mengetahui bahwa politik

yang ia jalani bertentangan dengan syariat agama islam. Ketika di Ibu Kota

keadaan politik kian memanas maka gejolak pemberontakan kian merajalela.

Dengan adanya peristiwa pemberontakan ia merupakan salah satu orang yang di

buru untuk di jadikan tahanan politik. Dalam proses penahan ia dibawa oleh

tentara menggunakan truk, kemudian ditahan dan akhirnya di buang ke Pulau

Buru. Relative lama ia mendiami pulau tersebut bersama ribuan Tapol lainnya.

Selama di pulau buru ia mendapat perlakuan kasar sehingga membuat trauma

mendalam sampai saat ini. Pada dekade 1980-an , ribuan tahan politik di

126 A-T (58 th), 15 Maret 2019, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga NU Tahun

1965-2006 di Temanggung” di rumah, Jampirejo Temanggung

Page 97: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

84

pulangkan ke rumah mereka. Pak H-R menjadi salah satu diantaranya . ia

memutuskan untuk pulang kembali ke Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung, ke

tempat kelahiraanya. Sampai saat ini apabila mendengar kata-kata politik maka

ia langsung berujar bahwa politik adalah kotor, ganas, dan tidak

berkemanusiaan. Ini adalah efek traumatis pada waktu kejadian tersebut. Atas

kejadian tersebut maka peran orang-orang NU mengajak dan membujuk dengan

damai agar ia masuk islam dan menjalankan syariat agama. Samapai saat ini ia

pun menjadi guru ngaji.127

Dari berbagi problem-problem rekonsiliasi di atas maka muncul berbagai

dampak bagi kedua kubu tersebut, antara lain yaitu;

a. Dampak bagi orang NU

Dampak rekonsiliasi bagi orang NU dibagi menjadi dua dampak, yaitu

dampak positif dan dampak negative. Adapun dampak positifnya adalah

sebagai berikut

Pertama, menguatnya proses islamisasi, melalui berbagai bidang

yaitu; Bidang pendidikan agama. Dengan berdirinya pesantren-pesantren

baik pesantren tradisionalis maupun modern. Contohnya yaitu ponpes

Muallimin Temanggung yang berdiri di tengah-tengah orang-orang PKI.

Ponpes tersebut mampu mengajak orang-orang PKI kembali ke syariat islam.

Bidang Dakwahisme, yaitu dengan bertambahnya orang yang muallaf maka

127 H-R (68), S-B (60), 29 Desember 2018, wawancara tentang “ Rekonsiliasi cultural Eks-PKI Dengan Warga

NU Tahun 1965-2006 di Temanggung” di rumah, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 98: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

85

semakin bertambahnya pengajian dimana-mana sehingga relative banyak

masjid baru. Seperti pengajian mingguan atau bulanan, yang dilakukan

setiap seminggu sekali maupun satu bulan sekali. Dan semakin banyaknya

orang-orang yang naik haji. Bidang sosial yaitu saling bantu-membantu

antara orang NU maupun orang eks-PKI. Misalnya apabila orang NU ada

yang meninggal dunia maka orang eks-PKI akan membatu. Atau sebaliknya

apabila ada orang eks-PKI yang meninggal maka orang NU akan membantu.

Kedua, kalangan NU bersyukur pimpinan parpol Islam, generasi

muda Islam, mahasiswa dan pemuda pelajar Islam serta Santri, memelopori

terbentuknya kesatuan aksi, GAP Gestapu, KAMI, KAPPI, KOKAM,

bekerjasama dengan ABRI, berjuang membubarkan PKI. Generasi muda

Islam memiliki kesadaran yang tinggi, tidak dapat membenarkan adanya

partai politik anti dasar negara Ketuhanan Yang Maha Esa, hidup di NKRI

Demikian pula Aisyiah, Muslimat NU, Wanita Islam, bangkit membersihkan

Republik Indonesia dari ajaran komunisme dengan Gerwaninya. Seniman

Islam dari HSBI, tidak membiarkan seni dan budaya bangsa Indonesia

terlumuri noda Lekra.128

Di Temanggung dengan GP Ansornya mampu

memebrsihkan PKI yang ada di Temanggung dengan cara menangkap dan

dimasukkan penjara di Pulau Buru. Namun sekarang, GP Ansor maupun eks-

PKI damai saja seperti tidak ada masalah-masalah yang dulu dan mereka

128 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta, 2010), 481

Page 99: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

86

menganggap bahwa permasalahan hanya masa lalu dan masa depan berjuang

bersama untuk NKRI. Orang-orang NU dengan cekatan mengajak orang-

orang eks-PKI untuk acara pengajian, tahlilan dan ziarah kubur, dengan

damai tanpa paksaan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW bahwa

islam tidak ada paksaan.

Sedangkan dampak negatifnya adalah sebagai berikut:

Pertama, Dalam percaturan politik Indonesia, hubungan kelompok

Komunis (PKI) terhadap kelompok Islam (NU) berlangsung dengan nuansa

penuh kecurigaan dari waktu ke waktu.129

Kedua, timbulnya konflik terbuka yang diakibatkan oleh tuduhan

Ideologi antituhan, suatu hal yang 'pantas' dibenci, bahkan jika perlu

diperangi. Dalam pandangan konservatif-literal, kekafiran adalah salah satu

alasan penumpahan darah.130

Ketiga, Buruknya implementasi landreformdan UUPBH yang

memanfaatkan oleh PKI untuk “menstimulasi” konstituennya agar lebih

radikal dengan menggunakan cara-cara kekerasan, yang sering disebut

sebagai aksi sepihak. Aksi ini tidak jarang memperhadapkan PKI dengan

kelompok Islam yang memasukkan kiai sebagai salah satu dari tujuh setan

desa karena dianggap resisten terkait implementasi landreform.131

129 Aan Anshori,” Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir September-Oktober

1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora (Vol. 14. No. 1 Juni 2017),3 130 Ibid., 3 131 Ibid., 6

Page 100: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

87

b. Dampak bagi orang PKI

Dampak rekonsiliasi bagi orang PKI dibagi menjadi dua dampak, yaitu

dampak positif dan dampak negative. Adapun dampak positifnya adalah

sebagai berikut:

Pertama, terjalinnya silaturrahmi bahkan paguyuban antara korban

para jendral yang terbunuh tahun 1965,dengan keluarga para tokoh PKI.132

Di Temanggung silaturrahmi yang terjalin membuat tokoh eks-PKI dengan

senang hati mengikuti kegiatan warga NU seperti dzibaan, tahlilan dan

berbagai macam kegiatan pengajian sehingga menimbulkan solidaritas antar

kedua kubu tersebut.

Kedua, terlindunginya dan terawatnya anak-anak tokoh eks-PKI

dengan disekolahkannya hingga perguruan tinggi oleh beberapa jendral

TNI.133

Relative banyak anak tokoh eks-PKI yang berada di Temanggung

yang sekolah sampai ke perguruan tinggi tanpa ada halangan karena mereka

dilindungi dan dirawat oleh jendral TNI sehingga aman sampai mereka

bekerja.

Ketiga, para eks Tapol PKI telah diberi hak pilih secara politik

sehingga mereka bisa mengikuti Pemilu secara berkala, dan mereka

mendapatkan hak untuk dipilih, maka bisa dilihat anak turun PKI bisa

menjadi anggota DPR, Pimpinan Parlemen bisa menjadi gubernur, bupati

132 Abdul Mun‟im, Benturan NU-PKI 1948-1965 (Jakarta: TIM PBNU, 2013), 151 133 Ibid., 151

Page 101: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

88

dan sebagainya.134

Pemilu-pemilu berlangsung secara merata termasuk di

Temanggung baik orang NU maupun orang eks-PKI mereka memilih hak

mereka untuk mengikuti pemilu sampai sekarang. Dan mereka juga menjadi

anggota pemerintahan yang berada di kabupaten Temanggung. Mereka

diberi kebebasan untuk memilih maupun dipilih oleh masyarakat luas,

kerena kemampuan mereka dan memilih bukan karena asal-usul orang tua

mereka yang ikut PKI. Oleh sebab itu, tidak adanya deskriminasi antara

orang eks-PKI maupun orang NU. Itulah yang diharapkan untuk menjaga

dan memajukan NKRI.

Sedangkan dampak negatifnnya adalah sebagai berikut:

Pertama, bagi kaum gerwani di kalangan islam (baik Modernis

maupun Tradisionalis) mendorong pemikiran isu-isu sosial yang

mempengaruhi kaum perempuan. Akan tetapi memunculnya kekhawatiran

mereka bahwa islamisasi yang lebih dalam yang bergaya Arab atau

fundamentalis yang dapat mengamcam kaum perempuan.135

Kedua, PKI berideologi marxisme, maka pengembangan dan

pengkajian marxisme dilarang baik di masyarakat maupun lingkungan

akademis. Marxisme akademik merupakan bagian integral dari system

filsafat dan keilmuan kontemporer. Sehingga system akademik nasional

pincang bahkan mengalami degradasi karena meninggalkan teori akademik

134 Ibid.,152 135 M.C. Ricklef, Mengislamkan Jawa. (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2013), 387

Page 102: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

89

yang di Eropa Barat dikembangkan sangat dinamis, yang jauh dari Marxisme

ortodoks.136

Ketiga, diskriminasi mengakibatkan tertutupnya pintu kreativitas

seluruh warga bangsa. Seperti halnya model kesenian Lekra PKI hilang.

Sehingga, muncul kesenian yang borjuis dan romantic, tidak ada bentuk

kesenian yang realis. Karena realism dianggap vulgar, populisme dianggap

ideologis karena ditiadakan, akibanya seniman budayawan di patahkan,

karena tidak diizinkan melihat sumber utama inspirasi, yaitu realitas,

sementara realitas bersifat populis, penuh dengan penderitaan rakyat.137

136 Tashwirul Afkar, Peristiwa ‟65-‟66 :Tragedi,Memori dan Rekonsiliasi, Jurnal Refleksi Pemikiran

Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, No.15 (2003):9 137 Ibid., 10

Page 103: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan Rekonsiliasi Cultural Eks Partai Komunis

Indonesia (PKI) dengan Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1965-2006 di

Temanggung ,maka dapat ditarik kesimpulan,

Lahirnya PKI dapat dirunut dari kedatangan H.J.F.M Sneevliet yang tiba

di Hindia Belanda pada tahun 1913 menjelang Perang Dunia I. Sneevliet adalah

seorang aktivis politik yang berhaluan marxis. Geliat politik di daerah

Temanggung terdorong oleh kehadiran SI, kemudian retak dengan munculnya

SI Merah yang memisahkan diri. kelompok ini kemudian membentuk

Perserikatan Komunis Hindia (PKH) 1920, dan empat tahun kemudian berubah

menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia). Sarekat Islam Temanggung relative

bersih dari sayap merah tersebut. Maka, daerah Temanggung tetap adem ayem

ketika PKI ada peristiwa pemberontakan pada tahun 1926. Dan berkempang

pesat sampai dengan PKI ditiadakan.

Konflik Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan warga NU di

Temanggung, konflik ini disebabkan oleh berbagai macam perbedaan, yaitu;

Perbedaan epistomologis dan ideology, Perbedaan kultur, dan Perbedaan

politik. Di Temanggung yang menjadi korban pemberontakan PKI itu relative

banyak sehingga membuat orang kecil banyak dirugikan dan banyak lawan.

Page 104: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

91

Banyak orang-orang yang sampai saat ini masih mengolok-olok orang-orang

eks-PKI, karena pernah terlibat dalam PKI.

Akhirnya melalui pembahasan mengungkap isu kebenaran dalam

rekonsiliasi kultural Eks-PKI di Temanggung, dalam Rekonsiliasi sosial

pertikaian antara NU dengan PKI merupakan konflik sosial yang bersifat

horizontal. Benturan antara dua kekuatan sosial yang berbeda keyakinan dan

bertentangan ideologi. Tetapi pada dasarnya mereka sebelumnya hidup saling

bertetangga, karena itu terjadi proses rekonsiliasi secara alami di antara mereka

sendiri, sesuai dengan tradisi dan norma sosial yang berlaku. Proses proses

rekonsiliasi dilatarbelakangi oleh sebab-sebab peristiwa yang tidak diajarkan

dalam buku-buku sejarah resmi. Sebab-sebab tersebut diklasifikasikan menjadi

tiga hal: perebutan basis material, pengaruh kekuatan supralokal, dan konflik

nilai atau ideology.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang Rekonsiliasi

cultural eks-PKI dengan NU tahun 1965-2006 di Temanggung, maka terdapat

beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah peradaban

Islam, meliputi:

1) Disarankan bagi peneliti berikutnya yang akan membahas kajian yang

sama untuk melakukan riset yang komprehensif baik dari kelengkapan

data, metodelogi dan analisis, terutama yang berkaitan dengan orang-

orang eks-PKI. Selain itu, kajian ini penting secara sosial, bahwa

Page 105: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

92

keterlibatan seseorang dalam partai politik harus bisa membedakan

antara politik dengan syariat agama. Dan masih banyak variabel lain

yang ikut menentukan.

2) Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan penelitian yang lebih

baik, maka perpustakaan dirasa perlu untuk melengkapi koleksinya,

khususnya perpustakaan prodi Sejarah IAIN Salatiga, Perpustakaan

Utama IAIN Salatiga, Perpustakaan Umum Daerah Salatiga dan

Perpustakaan Umum Daerah Temanggung.

Page 106: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

93

DAFTAR PUSTAKA

Artikel :

Anom, Dimas “Dampak Pemberontakan PKI di Jawa Tengah Pada Tahun 1965”,

Artikel.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas PGRI, 2015

Fikriyah, Sofa “Peranan Tentara Keamanan Rakyat Temanggung dalam Perjuangan

Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1946”, Artikel. Surakarta: Program

Studi Pendidikan Sejarah FKI UNS.

Buku :

Abdullah, M. Amin. Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Lembaga Penelitian

UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah Yogyakarta: Ombak, 2011.

Adam, Warman. Pelurusan Sejarah Indonesia,Yogyakarta:Ombak,2009.

Aidit, D. N. Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955), Djakarta: Jajasan

Pembaruan, 1955.

Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian, Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.

Asitno, Bowo et.al. Temanggung:Tempo Dulu serta Prospek di Masa Mendatang,

Temanggung: Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten, 1997.

Budiawan, Anak Bangsawan Bertukar Jalan, Yogyakarta: LKis, 2006

Budiawan. Mematahkan Pewarisan Ingatan Wacana Anti-Komunis dan Politik

Rekonsiliasi PaskaSoeharto , Jakarta:ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi

Masyarakat,2004

Page 107: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

94

Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah (Bandung:Salamadani Pustaka Semesta,

2010

Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah,

Yogyakarta: Ombak, 2011.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Kasemin, Kasiyanto. Mendamaikan Sejarah:Analisis Wacana Pencabutan TAP

MPRS/XXV/1966, Yogyakarta: LKiS,2004.

Kosim, E. Metode Sejarah, Asas, Dan Proses, Bandung: Fakultas Sastra Universitas

Padjajaran, 1984

McVey,Ruth T. Kemunculan Komunisme Indonesia, terj. Tim Komunitas Bambu.

Depok: Komunitas Bambu, 2010

Mun‟im, Abdul. Benturan NU-PKI 1948-1965, Jakarta: TIM PBNU, 2013.

Noer, Deliar. Pengantar Ke Pemikiran Politik I, Medan: Dwipa.

Schaefer, Bernd. 1965: Indonesia and The World= Indonesia dan Dunia, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Oemar, Moh. et.al., Sejarah Daerah Jawa Tengah, Jakarta: Depdikbud, 1994

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional

Indonesia, Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka, 2008

Profil Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2013, Temanggung: Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung, 2013.

Page 108: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

95

Ricklef, M.C. Mengislamkan Jawa, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2013

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007.

Sudjatmiko, Iwan Gardono, The Destruction of the Indonesia Communist Party (PKI):

A Comparativ Analysis of East Java and Bali. Makassar: U.M., 1992.

Sulistiyo, Hermawan. Palu Arit di Ladang Tebu, Jakarta:KPG Kepustakaan Populer

Gramedia, 2000.

Thamrin, Husni dkk. Geger Doorstoot: Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950

Temanggung: Dewan Harian Cabang BPK 45, 2008.

Wirantaprawira , Cyntha. Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan

Jerman:Lembaga Persahabatan Jerman – Indonesia.

Internet :

Minarno, Santoso. “Strategi PNI dalam Memenangkan Pemilihan Umum 1955 di Jawa

Tengah”, dalam http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/article/view/2219.pdf,

diakses 16 Desember 2018

Rekomendasi Muktamar NU ke-33 di Jombang untuk Penyelesaian Pelanggaran HAM

Masa Lalu. Di askes dari https://syarikat.id .Pada tanggal 23 Juli2019

Sybly, M. Roem, “Dinamika Politik Jawa Tengah”, Dalam http://www.reform-i

institute.org/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1.pdf.

diakses 2 Mei 2019

Jurnal:

Afkar, Tashwirul “Peristiwa. ‟65-‟66 :Tragedi, Memori, dan Rekonsiliasi,” Jurnal

Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, No. 15, 2003

Page 109: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

96

Anshori, Aan “Kemenangan Faksi Militan; Jejak Kelam Elit Nahdlatul Ulama‟akhir

September-Oktober 1965”, Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora

Vol. 14. No. 1 Juni 2017

Skripsi :

Matdiyah,.Skripsi. “Ulama dan Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten

Abad Ke – 20”, Jakarta, Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah 2017

Pristi, Silvia. Skripsi.“Tragedi 1965 di Indonesia Perspektif Kembang Hitam Rene

Girard”,Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata

Dharma, 2015

Surat Kabar dan Majalah :

Kompasiana, 1 Oktober 2015, “Kisah Seorang Guru yang Menjadi Eks Tapol dan Di-

PKI-kan”,

Wawancara:

A-B (68), 26 Maret 2019, Joho, Wonoboyo, Temanggung

A-T (58), 15 Maret 2019, Jampirejo Temanggung

H-R (68), 29 Desember 2018, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

N-Y (50), 29 Desember 2018, Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

S-B (60), 29 Desember 2018, , Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Page 110: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran Permohonan Ijin Penelitian

2. Lampiran KESBANGPOL Kab. Temanggung

3. Lampiran Daftar Informan

4. Lampiran Hasil Pemilu Tahun 1955 di Jawa Tengah

5. Lampiran Salah satu Transkip Wawancara

Page 111: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

98

Lampiran 1

Page 112: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

99

Lampiran 2

Page 113: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

100

Page 114: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

101

Lampiran 3

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : A-B

Sebagai : Ansor tahun 1965

Umur : 68 th

Alamat : Joho, Wonoboyo, Temanggung

Pendidikan : Pondok Pesantren

2. Nama : A-T

Sebagai : Tokoh NU saat ini / pengasuh Ponpes

Umur : 58 th

Alamat : Jampirejo Temanggung

Pendidikan : Sarjana (S-1)

3. Nama : N-Y

Sebagai : Pengamat Politik

Umur : 50 th

Alamat : Joho, Wonoboyo, Temanggung

Pendidikan : SMA

4. Nama : H-R

Sebagai : Eks-PKI

Umur : 68 th

Alamat : Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Pendidikan : SMP

5. Nama : S-B

Sebagai : Pensiunan Guru

Umur : 60 th

Alamat : Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung

Pendidikan : Sarjana (S-1)

Page 115: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

102

Lampiran 4

Page 116: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

103

Page 117: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

104

Lampiran 5

Wawancara

Nama : A-T Usia : 58

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal Wawancara :15 Maret 2019

Waktu :17.00 WIB

Alamat : Jampirejo Temanggung

Transkipsi wawancara:

W :Pada hari Jumat tanggal 24 bulan Maret tahun 2019, saya Wakhida

Khikmawati mengadakan wawancara dengan bapak A-T sebagai tokoh

NU pada era tersebut di Temanggung. Wawancara ini diadakan di rumah

narasumber. Berkaitan dengan penelitian yang berjudul

“REKONSILIASI CULTURAL EKS-PKI DENGAN NU TAHUN

1965-2006 DI TEMANGGUNG” Wawancara ini dimulai pada pukul.

17.00 WIB. Adapun isi wawancaranya sebagai berikut:

W : sepindah badhe silaturahmi kaping kalehipun badhe nopo namine

mengertosi tentang PKI ngoten bah damel skripsi

A-T : nopo?

W : PKI

A-T : PKI? Aku zaman PKI gek umur piro aku lahiran 61..aa umur brp? 61 65

meletus berate umur piro kwe 4 th opo 5 th opo 6 th, 6 th?

W : enggeh hehhe

A-T : sek arak tekoki opo?

W : niki nopo namine ehhh Sejarahipun PKI teng tmg niku pripun?

A-T : lha nek sejarahe ora patio reti ya? Sejarahnya pas tmg itu kan hanya

koyone dampak pergerakan nya memang dr seko wetan ta

W : enggeh

A-T : tmg itu ya banyak terutama di jampirejo ini kan nganu pusat

W : nggeh

A-T :jampirejo ini termasuk banyaknya komplek sekitar sini banyak orang2

PKI. Neng nek sejarahnya njok mulainya kapan yo ra ngerti

W : nek teng maksute teng jampirejone niku berawal dr pripun bah?

Pak Agus: :ya kwe seng urng mudeng yo kwe kenapa terjadi waktu itu

kok banyak tokoh2 yang ada di jampirejo

Page 118: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

105

W : nggeh

A-T : aku mulai ngerti itu ketika PKI sudah menguasai di bagian ini

kemudian habis itu habis 65-an sekitar 66, 67 gek mulai ngerti. Kan

waktu itu bapak sini kan nyalon lurah

W : enggeh

A-T : lha lawannya itu PKI karena disini dominan orang2 PKI bapak itu kalah

ngono low

W : enggeh

A-T : itu sebelum PKI malahan ndeng , ha begitu bapak kalah kan (suara

batuk) ya sudah wong kalah kan , let pirang wulan tdk ada setahun itu

PKI meletus otomatis lurah itu kan tersangkut krn dia memang tokoh

kemudian dia dilengserkan dari lurah kemudian ada ketiker. Ketiker itu

pengganti semestara po opo yo istilahe yo

W : enggeh

A-T : itu bapak malahan. bapak itu melu pemilihan lurah ora dadi neng basan

ora pilihan malah dadi lurah

W : enggeh

A-T : tetapi waktu itu ketika bapak jadi lurah kan jadi dilemma sementara

bapak yo ketua Nu tpi juga lurah sementara penduduk jampirejo banyak

yg tokoh2 PKI atau orang2 PKI pdhl wktu itu semua orang PKI kan

harus gampang nya di amankan atau bagaimna itu. Lha waktu itu bapak

berani mengambil resiko di bawah kepemimpinan saya tdk ada tdk boleh

1 pun orang PKI yg diambil dr jampirejo saya yg nanggung jwab gtu ,

kecuali 1 orang perempuan anggota DPR karena anggota DPR nggak

mungkin di lindungi krn dia tokoh politik itu hanya 1 itu yg lainnya di

lindungi semua, pdhl kalo di desa2 lain di jupuki ono seng di buai ono

seng di gak tau kmn shg setelah aa ketika puskes selesai itu orang2 disini

itu kan tadinya PKI kan ada yg msuk islam ada yg masuk nasrani itu ttep

nganu aja njoran damai saja gak ada pernah ada balas dendam atau apa

sementara di daerah lain didesa lain di daerah prkan itu sampai hari ini

blum bisa kondusif krn kebetulan waktu itu orang2 PKI di desa itu di

hapusi shg ketika skrng ini keluarga lurah itu waktu itu kok nyalon lurah

ora dadi, selalu tdk jdi krn apa krn terhalang oleh dendam lama karena

dulu knp tergesa2 di apa gampangnya di hukumi semuanya. Kalo disini

kan nggak di pitati, dipitati yg memang tokoh, yo tokoh harus

mempertanggung jwabkan yg tdk yo berarti kan di bersihkan kan hanya

ikut krn banyak yg ikut2an dulu paleng berani itu bapak sini berani

berani gampange ndadani aa di desa jampirejo tidak boleh di bawa itu

kecuali 1 itu aja yg lainnya nanti sambil jalan. Akhirnya sampai hri ini

meskipun kita ini di kelilingi oleh orang2 non muslim itu mereka mbolo

Page 119: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

106

dengan kita. Nek pondok kne di larani ke seng mbelo wong2 itu knp mrk

sudah di ceritani mbahne mbiyen nek ora ono pak lurah hadi kae mbah2e

kye wes ra no2 kae ra no2

W : enggeh

A-T :itu keberanian seorang pemimpin waktu itu meskipun ya di hujat

mbiyen wong Nu ngelindungi PKI itu ya

W : enggeh

A-T : tpi masalhhnya bapak bukan begitu okelah sekarang bpknya PKI barang

kali besok anaknya cucunya dadi orang islam itu lhow kalo bpknya

mbahnya tdk disakiti kan ankanya tdk pernah dendam. Kalo yg sy

ceritakan tdi sampai hari ini dendam kadang dulu bapaknya bapakmu

mbiyen matine ora ngerti ngdi. Karena lurahnya di selenggarakan untuk

di dibersihkan dan ini menjadi sorotan juga desa itu yg saya ceritakan

juga, jajal nek deso kene mbiyen koyo jampirejo tdk akan terjadi seperti

ini. Dadi mbiyen bpk itu nyalon lurah ora dadi neng malah dadi lurah

tanpa pilihan karena meletusnya… karena yg menang adalah PKI. Tetapi

kebijakan pertama yang diambil melindungi orang2 yg dianggap krn

wktu itu blum ada ketentuan mnrt hokum kan gek jarene2

W : enggeh

A-T : yg blum sesuai dengan hokum bahwa itu orang PKI nggak berdamping

saya yg melindungi dan ternyata yg hanya msuk bui hanya bbrp saja

termasuk seorng anggota aa DPR Gerwani itu saja sekrng meninggalnya

dlm keadaan muslim, anake sekarang muslim semua kecuali sini ini.. yg

ini Nasrani

W : ohhh

A-T :ibunya.. kan dulu anggota DPR tpi akhirnya matinya

W : muslim

A-T : bpknya islam anaknya yg namnya mb rini,, mana kedu itu ketua

kelompok yasinan ibu2 ha itu lhow hasilnya. Ketika waktu itu kok oleh

bpk muni sikat kabeh pokoke seng terindikasi, pokoke sikat kabeh

mungkin.. nah lain ceritanya nah skrng meskipun orng2 di situ kdang2

ada yg non muslim di dekat kita ttep baik krn ada cerita itu PKI klo

disini. Dadi nek PKI dmn2 itu ceritnya beda kiro2 njok opo mneh?

W : trus nek, berate mboten enten konflik ngeten nggeh?

A-T : nggak ada itu justru yg pling dulu oleh orang Nu dijak krn

dianggap..PKI oleh orng2 yg non-Nu atau orng2 yg nasionalis bapak

dianggap org yg aa demo apa moderat krn tdk menentukan sblum ada

ketetapan hokum ndadani aku seng tanggung jawab nek enek opo2. Ya

ada konflik meskipun kecil2 ada nek cah pondok putra itu masak gek

Page 120: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

107

tinggal melbu no isine wes lebu tok oleh orng2 apa aa pemuda pemuda

rakyat tpi itu gk jadi masalah krn yg cah nom2 lak ra reti itu konflik saja

tdk sampai kemudian pembunuhan tdk sampai nggeh itu

W : trus nek nopo sikape bpk dengan kembalinya PKI ke Nu niku pripun

nggeh

A-T : kembalinya

W : PKI

A-T : PKI

W : terus dados mu‟alaf islam masuk islam ngoten

A-T : mnrt saya kan nggak ada masalah kan syaidina Umar kan juga

musuhnya Nabi Muhammad bahkan pernah pengen membunuh Nabi

Muhammad, kalo waktu itu di binasakan Nabi Muhammad sendirian,

coba semua yg memusuhi Nabi Muhammad kok kemudian dibunuh kan

jadi Nabi Muhammad sendirian

W : enggeh

A-T : mnrt saya selagi orang itu kita kan nahnu nahkumu bi dhowahir kita

kan hanya menghukumi dengan dhoirnya, dhohirnya dia sudah mu‟alaf

sudah menyatakan syahadat kemudian masuk islam ya sudah alladi

mahdho ala mahdho yg sudah keliwat ya sudah. Lhow syaidina Umar

sopo ta ohh ya ya zina, ya rampok, ya pembunuh( suara batuk) bahkan

akan membunuh Nabi Muhammad, knp akhirnya jadi orngnya Nabi

Muhammad, Nabi Muhammad pernah menyatakan law kanna nabi

mimbakdi wakana umar anadaikan ada nabi setelah ku yaitu umar knp

bukan abu bakar krn umar pernah menjadi musuh, pernah menjdi orang

yng tdk baik. Knp ketua/ pimpinan wali itu Sunan Kalijogo krn Sunan

Kalijogo lah yg pernah jadi berandal yg lainnya blum itu. Jadi pemimpin

di islam itu justru bukan orang yng sejak awal baik, justru malah yg di

awalnya ada nuktah2 opo jennge tobat, menunjukkan bahwa Allah itu

menerima tobat orng yg mau bertobat meskipun dosanya besar. Wong

kudune nek saidina umar k era dingapuro lha wes arak mateni kanjeng

Nabi kok. Nang ngopo kok di ngapuro kok malah kanjeng Nabi law

kanna nabi mimbakdi wakana umar bar.e aku kok ono nabi seng pantese

umar knp?setelah mu‟alaf kemudian menjadi islam imannya melebihi yg

lain malah ada yg menyatakan kalo iman seluruh orang Indonesia

dikumpulkan ehh seluruh dunia dikumpulkan imannya syaidina umar itu

msih kalah masih kuat imannya Nabi ehh opo Syadina umar knp?

Mungkin dia pernah apanya kejebak pada kekafiran kemudian tobatnya

dadi tenan ngono lho. Jadi mnrt saya kembali ke itu ya kalo memang ada

PKI yang kemudian menjadi mu‟alaf masuk ke Nu mnrt saya nggak ada

masalah. Apa sih yg mau di salahkan kecuali kalo dia masuk membawa

palu arit hahh.. membawa ajaran islam-ateis ke dlm Nu. Lha itu yg di

Page 121: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

108

sikat gtu lhow. Kudu di beneke itu di bersihkan dr itu. Neng nek dia

sudah dg mu‟alafnya kmudian belajar sholat kemudian bisa nganu

kmdian. Ya itu sekali lagi kita itu menghukumi secara dhohirnya saja

batinnya kita nggak tau (suara motor) itu lah. Kemudian pertanyaan lha

saiki Nu itu dianggap yg pleng2 dekat dg PKI memang iya. Ajarannya yg

pleng dekat dengan PKI itu Nu, knp? Sosialis hanya kalo Nu itu tdk ateis

itu lhow nek sosialisnya sama, jal dwe kon nulungi wong seng miskin

dwe kon zakat kon sodaqoh kan sosialis semua itu, neng kita tdk ateis

PKI ateis gtu lhow. Jadi kan hidup di dunia itu ka nada ekonomi liberal

ada ekonomi ee apa sosialis dan ada ekonomi liberalis. Yo opo meneh aa

sosialis itu yg pleng mendekati sosialis ya justru yg Nu itu. Liberal kan

yg bebas sugehe sak karepmu kono ra perlu zakat ra perlu opo2. Itu kan

itu opo meneh nek sosialis semuanya tdk boleh ada yg kaya sama rata

sama rasa. Lha Nu kan enggak opo islam kan enggak silahkan kaya tetpi

ketika pd batas2 tertentu maka hrus mengeluarkan zakat. Dadi perpaduan

antara liberalis sama sosialis itu islam. Jadi jangan takut kalo seandainya

kita orang Nu dianggap dekat dengan PKI itu ajarannya memang hamper

sama, neng nggon sosialisnya karena islam kan membolehkan orang

kaya. Kan nganu social itu liberal tetapi ketika sudah pd nisobnya harus

pd zakat itu kan koyo social. Yo kwe sugeh neng ojo dwekan lah

kancamu di bagei kan gitu. Njok koyo ng sama rasa sama rata neng njok

ada nganunya lhow ada2 ada apa ya indivikasinya. Seng iki bebas bas

seng iki kekang2, seng kne rak bebas neng ono batesan

W : enggeh

A-T : dari islam. Jangan gampang di apa di provokasi bahwa Nu itu sejak

dulu memang akrab dg PKI. Dan nek perlu sekrng di bubarkan, kan

skrng ada usaha untuk membubarkan Nu krn dianggap seperti PKI. Yo

temen2 kamu di kampus itu sok do model seperti itu pola. Pola piker ee

yo opo mneh?

W :eee trus manfaat opo namine dampake dampak positife npo PKI

A-T : bil

W : PKI teng npo masuk Nu niku nopo masjide bertambah npo pripun bah?

A-T : yo jelas orang islam tambah banyak kemudian saya melihat tahun ke

thn yg saya tau tentang PKI di sini. Itu hamper semuanya yg keturunan

PKI dan menjadi muslim itu tenanan ora muslim mencari perlindungan.

Endak? Memang tenanan lha kwe nyatane itu mb rini itu keturunannya

ee opo anggota DPR Gerwani. Sekarng jdi pimpinan yasinan ibu2

sampai hari ini. Opo itu tdk tenanan..itu lhow. Bukan hanya utk

berlindung agar selamat waktu itu enggak, tpi mungkin wktu itu memang

orang itu nggak ngerti kalo PKI itu ajarannya gak bener itu lhow, bahkan

keno ora ngerti njok anake dadi do ngerti. Sebab itu bpk itu dulu nek

Page 122: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

109

bpkne PKI mbok menowo anak2e iso dadi islam, mbah2ne PKI mbok

menowo putu2ne dan itu terjadi. Itu terjadi dan saya membuktikan itu,

saya masih kecil, bahkan ada yg eee PKI kemudian di PDI kemudian jdi

ketua Jatilan. Ketika meninggal dia seorang muadzin njok pye?

W : heheh

A-T : opo njok etok2an nek kongono kwe, kwe jenenge khusnul khotimah

ngono kwe, dr pda sing nyantri njok rodo beling2 mati gek pas mbelinge,

kwe su‟ul khotimah kwe. Kan ada seorg ustadz tkn nggone pas selingkuh

let sedilok loro mati opo khusnul khotimah kwe. Ketika dia mau mati

diakhiri dg perselingkuhan kyai mongko seko awal santri njok kyai kan

mubaligh sisan ta

W :enggeh

A-T : kan mendingan yg ini, nek coro urutan kita nganu lhow menilai dr

dohirnya lhow njok batinnya gusti Allah sek preso. Jdi dampaknya mnrt

saya positif waktu itu, tpi memang kan kondisional. Bpk tau karakter

org2 sini, jadi tdk semuanya seperti itu. Tpi di Jampirejo dg apa ya sikap

bapak terhdp PKI seperti itu yg kebetulan waktu itu bapak adalah ketua

Nu yg dampaknya positif, dampaknya positif.

Tamu : assalamu‟alaikum

A-T : wa‟alaikumsalam

Tamu : badhe tanglet

A-T : enggeh dospundi.?

W : nek peristiwa 1965 di tmg niku pripun bah?

A-T : lha kwe q gek umur 5 th kwe nek kon cerito capet2 ra patio ngerti

W : ehhh

A-T : jane nek ibuk iseh sugeng ngerti tenan nek kwe

W : hahah

A-T : aku urg patio ngerti opo bu anah, bu anah mungkin rodok ngerti, nek

pak syakur jelas malah tambah ora ngerti wong karo aku kacek 10 th

W : haha

A-T : nek 65 itu saya kan 61 baru lahir,berate nek 65 baru saya umur 4 th

W : 4 th

A-T : ho.o ta, 4 th laky o ijeh capet2

W : nggeh sak ngertose bpk ?

Page 123: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

110

A-T : disini kan tdk terlalu, terlalu seperti di blitar tdk sprti di madiun iya

sudah

W : iya

A-T : ha kebetulan yg model seperti bpk itu tdk2 hanya di Jampirejo mungkin

didaerah lain ada, dadi tdk bgitu meledak-ledak, hanya kan disini

kebetulan bukan mayoritas Nu jga. La seng meledak2 kan mayoritas Nu

njok beleh2an brang ke ta.. hahah

W : enggeh

A-T : madiun, Kediri kan beleh2an, krn apa sblum orng Nu mbelehi wong

PKI, PKI kan wes mbelehi sek, dadi mnrt saya peristiwa G 30S itu bukan

kesalahan Nu tpi itu akibat kesalahan orang2 PKI, ono wng subuhan di

belehi seko mburi kok, tembaki seko mburi kok, brp kyai yh habis. Neng

seng di permasalahke HAM kan 65 kesini, 65 kesana kan nggak pernah

diurus aneh ta itu. Krn apa? Krn aa apa ya menggas kemudian membela

HAM yg dihitung 65 kesini. Pdhal 65 kesini itu adlh gampangannya anu

opo ya? Akibat. Sebabnya itu kan sebelum 65. Kudune itu ya durus.

Berapa ribu orng santri yg dibantai, kyai yg dibantai. Kudune detung

itung2an ngono nek arak salah2an ora meng salahke seng 65 kesini. Ha

nek 65 kesini hayoo wae mesti wong Nu seng meng disalahke, krn waktu

itu sinergitas antara apa militer dengan Nu itu. Tapi nggak bisa ada 65

mesti ada peristiwa dulu itu sebelum 65. Piro kyai seng di pendem

urep2an di mediun. Itu nggak pernah diungkap sampai skrng.

Tamu : ngeten mawon pak

A-T : enggeh

Tamu : tak terasan, nggeh pareng

A-T : opo meneh, sak ngertiku wae lhow hhaha

W : enggeh, nggeh sampun pak matur suwun

Page 124: REKONSILIASI KULTURAL EKS-PARTAI KOMUNIS ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6434/1/SKRIPSI...Peristiwa Gerakan 30 September atau yang kemudian dikenal dengan G-30-S/PKI yang

111

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitea

I. Data Pribadi

1. Nama Lengkap : Wakhida Khikmawati

2. TTL : Temanggung, 22 Februari 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Status Perkawinan : Belum Kawin

6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Alamat Tinggal : Joho RT002 RW003, Wonoboyo, Temanggung

8. Hobi : Nonton Drama Korea

9. Pendidikan terakhir : MA Mu‟allimin Temanggung

10. Telepon/Hp : 085877571263

11. E-mail : [email protected]

II. Pendidikan Formal

Periode

(Tahun)

Sekolah / instansi Alamat Jenjang

Pendidikan

2003 - 2009 . SDN 2

Wonoboyo

Wonoboyo,

Temanggung

SD

2009 - 2012 MTS Al-Hidayah

Wonoboyo

Wonoboyo,

Temanggung

MTS/SMP

2012 - 2015 MA Mu‟allimin

Temanggung

Jampirejo,

Temanggung

MA/SMA

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 21 September 2019

Wakhida Khikmawati