RELASI ISLAM DAN KOMUNIS DINAMIKA PEMIKIRAN SANG KYAI...
Transcript of RELASI ISLAM DAN KOMUNIS DINAMIKA PEMIKIRAN SANG KYAI...
i
RELASI ISLAM DAN KOMUNIS DINAMIKA
PEMIKIRAN SANG KYAI AHMAD DASUKI DI
SURAKARTA
TAHUN 1910-1965
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempeoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
Anisa Septiana Setyaningrum
NIM. 53010150015
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULLUDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA 2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Hidup itu seperti naik kendaraan, sesekali kita menengok
spion untuk mengingat Masa lalu sebagai pelajaran tetapi
mata kita tetap focus ke depan untuk masa depan yang lebih
baik”
(Anisa sept)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahan kepada :
1. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Giyatno dan Ibu Mening yang selalu
membimbing, mendoakan,mensuport,membesarkan dengan penuh kasih
sayang dan rasa sabar memberikan support materi, moral, spiritual dan
doa yang tak henti hentinya untuk putra putrinya dalam setiap langkah
demi menggapai cita-cita dan harapan anak anaknya.
2. Saudara tersayang Dk Irfa, Dik Aziz, dan Dik Alya yang selalu mensuport
kakak dalam segala hal serta memberikan doa yang tiada
henti.Terimakasih sudah menjadi adik yang baik untuk kakak
3. Keluarga besar Mbah Rono Dikromo serta Mbah Karso Giyono yang
selalu mendokan dalam segala hal demi terwujudnya cita-cita dan harapan
keluarga besar kami.
4. Teman- teman terbaik (Ambar Ayu, kak Rosyifa, Saskia Zarrin, Kak
Rosyifa, Emma, Novia, Istig, Rahma, inun, Ulya) yang selalu mensupport,
membantu, memotivasi serta menemaniku dalam susah maupun senang,
sukses untuk kalian semua.
5. Wildan Nur Hidayat, yang telah memotivasi, mensuport dan menemani
dan bersabar dikala susah senang, sukses selalu.
6. Keluarga besar Alumni Boarding School MAN 2 Surakarta khususnya
Angkatan 2012, yang telah memberikan pengalaman hidup yang sangat
luar biasa .
ix
7. Teman-teman KKN Posko 43 Desa Bantengan, Kecamatan
Karanggede,Kabupaten Boyolali(Elfina, Arti,Tya, Ika,Azizah,Udin,Romi)
yang telah menjadi keluarga dan memberikan pengalaman yang luar biasa,
sukses untuk kalian semua.
8. Keluarga Besar SPI angkatan 2015
9. Semua Pihak yang telah membantu terlaksananya skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Pembaca yang Budiman.
x
ABSTRAK
ANISA SEPTIANA SETYANINGRUM. Relasi Islam dan Komunis Kyai
Ahmad Dasoeki Surakarta (1910-1965). Skripsi. Salatiga: Program Studi Sejarah
Peradaban Islam , Fakultas Ushuluddi, Adab dan Humaniora, IAIN Salatiga 2019.
Surakarta merupakan salah satu kota penting dalam konstelasi gerakan keagamaan
dan politik di Indonesia. Pada era kolonial, di
Surakarta berkembang gerakan perlawanan yang dikenal dengan
komunisme Islam yang dipelopori oleh Moehammad Misbach, karena banyak hal
yang melatar belakangi munculnya gerakan komunisme islam yang meliputi
kondisi sosial budaya, agraria, ekonomi, politik, dan keagamaan maka munculah
salah satu tokoh yang bernama Ahmad Dasoeki yang merupakan salah satu tokoh
pergerakan Islam yang mejadikan PKI sebagai wadah untuk melawan Penindasan
yang terjadi di Surakarta.Skripsi ini membahas Siapa sosok Ahmad Dasoeki dan
bagaimana Kiprah beliau saat menjadi salah satu Anggota PKI dan pendapat
beliau dalam Risalah Persidangan Konstituante.Manfaat dalam kajian menambah
ilmu tentang sosok Ahmad Dasoeki.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah, yakni: (1)
Heuristik atau penggumpulan data, kritik sumber (penyelidikan tentang kesejatian
jejak, baik bentuk maupun isinya), interpretasi (menetapkan makna yang saling
berhubungan dan fakta-fakta yang diperoleh), historiografi (menyampaikan
sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah).
Hasil dari penelitian ini antara lain: (1) Relasi Islam dan Komunis berawal dari
ISDV yang berhasil mempengaruhi salah satu pemimpin SI Semarang sehingga
membuat ISDV semakin kuat dalam menyebarkan paham Komunisme dan
membuat Front Persatuan dan mulai menentang Pan-Islamisme dan PKI
membuat garis pertentangan dengan SI, SI dalam Konggres CSI 16 menyatakan
agar disiplin partai ditegakkan dengan melarang keanggotaan rangkap , maka
dengan hal itu muncullah SI Merah( terpengaruh PKI) dan SI Putih (Islam).(2)
Ahmad Dasoeki lahir pada tanggal 23 Mei 1903 di daerah Keprabon Surakarta,
Beliau mempunyai 3 orang anak memulai kariernya dengan mendirikan dan
mengorganisasi Debating Club dengan nama Idzarul Haq dan mengorganisir para
pemuda Islam guna menyiarkan pelajaran Islam kemudian beliau memulai belajar
menulis di mingguan pengunggah dibawah pimpinan Dr. Tjipto Mangunkusumo
(3). Ahmad Dasuki merupakan sosok yang memiliki jiwa yang keras,
revolusioner, karena dia merupakan salah satu aktivis muda dalam dunia
pergerakan Islam. Selalu tegas dalam membela kaum krama dan umat Islam
dengan statemen-statemenya dalam perjuangan. Hal ini dilihat dari beberapa
pendapatnya seperti saat beliau ditangkap karena pendapatnya yang menyatakan
jika penindasan tidak berhenti maka akan terjadi Revolusi seperti di Rusland.
Selain itu beliau juga mengisi Khotbah dalam hari Buruh Nasional dan juga
beliau mengatakan beberapa pendapat dalam Islam bersama PKI.
Kata Kunci: PKI, Ahmad Dasoeki, Surakarta
xi
xii
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN LOGO ii
HALAMAN PUBLIKASI iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING v
PENGESAHAN KELULUSAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR SINGKATAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3
D. Tinjauan Pustaka 4
E. Kerangka Konseptual 8
F. Metode Penelitian 10
G. Sistematika Penelitian 14
BAB II RELASI ISLAM DAN KOMUNISME 16
A. Sejarah Komunisme di Indonesia 16
B. Sejarah Komunisme di Surakarta 22
xiv
C. Konflik Islamdan Komunisme 27
BAB III RIWAYAT HIDUP AHMAD DASUKI SURAKARTA 32
A. Riwayat Keluarga 32
B. Riwayat Pendidikan 33
C. Riwayat Sosial Histori 34
BAB IV KIPRAH DAN PANDANGAN POLITIK AHMAD DASUKI
SURAKARTA 37
A. Saat Menjadi Anggota PKI 37
B. Saat Menjadi Anggota Konstituante 46
C. Saat Risallah Persidangan Konstituante 50
BAB V PENUTUP 60
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 72
xv
DAFTAR SINGKATAN
PKI : Partai Komunis Indonesia
VSTP : Vereeniging van Spoor en Tramwegpersoneel
ISDV : Sosial Democratische Vereeniging
SI : Sarekat Islam
SH : Sarekat Hindia
SR : Sarekkat Ra’jat
CSI : Central Sarekat Islam
PPPB : Perserikatan Pegawai Pegadaian Boemipoetera
PKBT : Perkoempoelan Kaoem Boeroeh dan Tani
NI P-SH : Nationaal lndische Partij-Sarekat Hindia
SBB : Sarekat Boeroeh Batik
G.R.I : Gerakan Republik Indonesia
NU : Nahdatul Ulama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PKI merupakan sebuah partai yang berlogo palu Arit yang
merupakan partai politik yang beraliran komunis non-penguasa terbesar
di Dunia setelah Uni Soviet dan China, Partai Komunis Indonesia(PKI)
didirikan pada tanggal 23 Mei 1920.1
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam
sarekat Islam dan pada tahun 1926 PKI memimpin pemberontakan
melawan pemerintah kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI
berusaha menonjolkan diri bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa
Indonesia di kalangan organisasi , yang kemudian berada di dalam
kontrol PKI. Musso yang merupakan salah satu anggota PKI bersama
Amir dan kelompok-keompok kiri lainya berusaha untuk menguasai
daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah yaitu Solo
Solo merupakan suatu daerah yang dianggap “daerah Merah”
yang merupakan istilah untuk kawasan yang menjadi basis kelompok
atau partai kiri khususnya partai komunis. Menjelang aksi
pemberontakan besar-besaran yang dilakukan PKI terjadilah Propaganda
yang dialamatkan kepada Organisasi-organisasi Islam di Kota solo.
1 Saleh As’ad Djamhari. Et.al,Komunisme di Indonesia Jilid 1, (Jakarta: Pusjarah TNI,
2009), hlm 19.
2
Salah satu Tokoh yang ikut dalam Gerakan itu adalah Ahmad
Dasuki dari Surakarta yang memulai pendidikanya dari Sekolah Rakyat,
sekolah yang berdiri pada masa penjajahan Jepang atau yang lebih
dikenal dengana nama Jepang nya ‘’KOKUMIN GAKKO, berawal dari
sekolah Rakyat Ahmad dasuki memulai karirnya sekarang sekolah ini
sederajat dengan (SD) setelah itu beliau melanjutkan ke jenjang
berikutnya Pondok Pesantren Djamsaren, lalu mesasuki sekolah islam
Mamba’Ul Ulum Surakarta. pada tahun 1924 beliau mulai menjadi
anggota Komunis Indonesia. keberhasilan PKI Solo memobilisasi kaum
putihan melalui Moeallimin ini adalah salah satu kunci sukses mereka.
Karenanya, PKI disana terus bertumbuh, baik dalam jumlah anggota
maupun kemandirian. Ini berbeda dengan PKI di Jogjakarta misalnya
yang mendapatkan penentangan kuat dari kelompok putih.2
Dari paparan tersebut penulis tertarik untuk mencari tahu dan
menelusuri bagaimana sebenarnya kehidupan seorang Ahmad Dasuki
dan peranya dalam organisasi yang diikutinya dan uniknya seorang
tokoh agama sekaligus sebagai komunis? Sehingga penulis melakukan
penelitian dengan judul” Biografi Ahmad Dasuki”
2 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942,(Jakarta: LP3ES, 1996),
hlm 76
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
membatasi pembahasan dengan sejumlah rumusan permasalahan berupa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana Relasi Islam dan Komunis?
2. Bagaiman Riwayat Hidup Ahmad Dasuki?
3. Bagaimana Kiprah dan Pandangan Politik Ahmad Dasuki?
Untuk lebih terarah dan agar permasalahan tidak meluas maka
penulis memberikan batasan dalam penulisanya,
Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah penulis
mengambil batas awal penelitianya adalah pada tahun 1910 hal ini
merupakan awal Mula seorang Ahmad Dasuki memulai kariernya
dengan mendirikan dan mengorganisasi debating Club dengan nama
idzarul haq(menerang apa juga nyata) dan mengorganisir para pemuda
Islam guna menyiarkan pelajaran Islam.
Untuk batas Akhir penelitian penulis memilih akhir penelitian
pada tahun 1965 karena Ahmad Dasuki telah berhenti mengikuti semua
aktivitasnya dan meninggal dunia.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka
penulis merumuskan tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
a. Untuk mengetahui Relasi Islam dan Komunis
4
b. Untuk mengetahui Riwayat Hidup Ahmad Dasuki
c. Untuk mengetahui Kiprah dan Pandangan Politik Ahmad
Dasuki
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritik
Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
melengkapi kajian pengetahuan ilmu sejarah, utamanya tentang
biografi seorang tokoh yaitu Ahmad Dasuki dan peranannya
dalam perjuanganya dalam setiap organisasi yang diikutinya.
b. Manfaat Praktis
Maksud yang diinginkan dari hasil dari penelitian ini adalah
dapat menambah referensi khasanah keilmuan sejarah, baik
biografi atau seputar Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberi manfaat, kegunaan dan
membantu pada penelitian-penelitian yang lain.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka adalah kegiatan mendalami, mencermati,
menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan3 Untuk mendukung
keabsahan penyusun skripsi ini, penyusun berusaha melakukan tinjauan
terhadap penelitian-penelitian terdahulu dan buku induk yang relevan
dengan biografi dan peranan Ahmad Dasuki dan aktivitasnya dalam
organisasi PKI dan Konstituante. Salah satu tujuannya untuk
3 Suharsini Arikunta, Menajemen Penelitian (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1990), hlm 75
5
membedakan tema yang pernah diteliti atau belum pernah diteliti.
Adapun penelitian-penelitian terahulu yang relevan diantaranya :
Buku Karya Dr. Syamsul Bakhri yang berjudul “Gerakan
Komunisme Surakarta 1914-1942”. Dalam buku ini menjelaskan
kondisi social budaya dan pergerakan yang terjadi di Surakarta begitu
juga dengan tokoh-tokoh pelopor dan aktualisasi komunis di sana.
Kaitanya dengan judul skripsi saya adalah sama-sama membahas
Gerakan Komunis di Surakarta dengan tokoh-tokohnya walaupun
demikian focus penulis berbeda dengan buku ini, jika buku ini
menjelaskan Gerakan Komunis tetapi penulisan skripsi ini focus ke
salah satu tokohnya yaitu Ahmad Dasoeki.
Buku Karya Takashi Sirashi yang berjudul “Zaman Bergerak
Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926”. Dalam buku ini
menjelaskan asal muasal dan evolusi pergerakan dipanggung Nasional
dan Lokal dan menjelaskan sejarah pergerakan di Surakarta, kaitanya
dengan Skripsi ini adalah sama-sama membahas pergerakan yang terjadi
di Surakarta tetapi buku ini menjelaskan lebih luas sedangkan penulis
hanya membahas pergerakan Komunis di Surakarta.
Buku Karya Fadrik Aziz Firdausi, yang berjudul
“Njoto(Biografi Pemikiran 1951 -1965)”. Dalam buku ini berisi
tentang biografi dan kisah perjalanan Nyoto yang merupakan salah satu
dari tokoh komunis. Isinya mulai dari riwayat hidup, dan kiprah
perjuangan selama hidupnya. Kaitannya dengan judul penelitian yang
6
penulis ambil, buku ini menjadi rujukan, kerangka atau model penulisan
karena memuat biografi seorang tokoh dan kiprah selama hidupnya yang
cukup relevan dan juga merupakan salah satu tokoh komunis yang
masih satu arah penulis dengan topik penelitian penulis tentang seorang
tokoh, yakni Ahmad Dasuki. Walaupun demikian fokus penulis berbeda
dengan buku ini. Jika buku berisi kiprah tokoh secara keseluruhan,
sedangkan penulis kiprah tokoh mulai dari riwayat kehidupan awal
sampai pada peranannya dalam perjuangan, buku ini penulis anggap
cukup relevan sebagai kerangka atau model dalam penelitian ini.
Buku Karya Hasan Raid yang berjudul “Pergulatan Muslim
Komunis : Otobiografi Hasan Raid” Yogyakarta 2011 dalam buku ini
menjelaskan panjang lebar mengenai PKI pada masa pemberontakan
1926-1927 menjelaskan bagaimana terjadinya pemberontakan, dan
menggambarkan bagaimana jatuh banggunya PKI menjelang terjadinya
peristiwa 1965, dan perlakuan yang dialami setelah peristiwa tersebut.4
Dalam buku ini sangat membantu penulis untuk lebih mengetahui secara
mendalam tentang PKI, kaitanya dengan yang penulis teliti adalah sama-
sama membahas tentang PKI tetapi penulis lebih fokus terhadap biografi
dari seorang tokoh.
Skripsi Ahmad Sigid Kurniawan Tahun 2012, Mahasiswa
Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang
berjudul “Dinamika PKI di Indonesia tahun 1950-1965”. Dalam
4 Hasan Raid, Pergulatan Muslim Komunis: otobiografihasan Raid( Yogyakarta
LKPSM-Syarikat,2011), hlm 525
7
penelitian skripsi ini menjelaskan pasang surutnya penyebaran PKI di
daerah Indonesia mulai tahun 1950 yang menyebabkan sering terjadinya
peemberontakan antara umat islam dan PKI, sama halnya dengan
penelitian saya yang membahas relasi komunis dengan kaum islam
tetapi dalam skripsi yang akan saya teliti lebih luas cangkupanya karena
menjelaskan juga tentang komunis di Dunia itu seperti apa dan komunis
masuknya komunis di Indonesia terutama di daerah solo.
Skripsi Trisna Hikma Ramadhan tahun 2015, mahasiswa
Universitas Nusantara PGRI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang berjudul “Musso Sepak Terjang dan Gerakanya Dalam Partai
Komunis Indonesia”. Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan tentang
pergerakan politik Musso dalam partai komunis di daerah Madiun dan
pemikirannya dalam gerakan Komunis di Indonesia khususnya di daerah
Madiun serta pemberontakanya demi organisasi PKI. Sama halnya
dengan penelitian yang penulis ambil mengenai aktivitas dan organisasi
komunis, tetapi dalam penelitian ini penulis fokus membahas tentang
biografi dan kiprah dalam organisasi yang diikuti Ahmad Dasuki
sedangkan dalam skripsi tersebut lebih condong dalam pergerakanya
dan tidak terfokus pada riwayat hidup atau biografi.
Skripsi Edmond Dantes Tahun 2012, Mahasiswa Universitas
Andalas Padang yang berjudul “Gerakan Penumpasan terhadap PKI
di SawahLunto/Sijunjung Sumatera Barat 1965-1966” Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya. Dalam skripsi ini menjelaskan
8
bagaimana kondisi pilitik masyarakat di daerah Sumatera Barat dan
kondisi PKI itu sendiri, bagaimana tindakan PKI pasca gagalnya Kudeta
dan dijelaskan juga latar belakang sosial dari pelaku-pelaku yang
melakukan penumpasan di Sawahlunto/Sijunjung, sedangkam dalam
penelitian saya hampir sama dengan skripsi tersebut tetapi daerahnya
berbeda dan dalam skripsi saya lebih terfokus ke dalam seorang tokoh
sedangkan dalam skripsi tersebut lebih fokus ke dalam organisasi PKI
itu sendiri, tetapi ada beberapa kejadian yang hampir sama seperti dalam
skripsi tersebut saat terjadi penumpasan di daerah Sumatera Barat tetapi
dalam skripsi saya terjadi penumpasan di daerah Solo.
E. Kerangka Konseptual
Penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Dalam
pembahasan penelitan ini, yaitu “Biografi dan Kiprah Ahmad Dasuki
dalam organisa-organisasi”, penulis menggunakan beberapa kerangka
konseptual agar skripsi ini dapat lebih sistematis dan terarah sesuai
dengan topik pembahasan. penulis menggunakan pendekatan
antropologi dan sosiologis.
Antropologi merupaka salah satu ilmu yang berusaha
menjelaskan atau memahamkan tentang manusia dengan mempelajari
9
berbagai bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.5 Antropologi di
dalamnya membahas mengenai organisasi, hubungan manusia yang
menghasilkan budaya, sistem keturunan atau kekerabatan, spiritualitas
atau religi, konflik sosial, dan sebagainya.
Sosiologi merupakan salah satu ilmu masyarakat yang
mempelajari struktur, proses, dan perubahan sosial.6 Sosiologi
merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah masyarakat. Pendekatan
sosiologi ini digunakan untuk mengungkap unsur sosial, jaringan,
struktur organisasi, pola kelakuan dan sistem sosial.7 Pendekatan
sosiologi penulis ambil terkait untuk menjelaskan biografi Ahmad
Dasoeki terkait dengan riwayat kehidupannya. Selain itu untuk
menjelaskan organisasi yang diikuti oleh Ahmad Dasuki, yang
kemudian turut andil dalam membentuk karakternya baik sebelum atau
sesudah kemerdekaan.
Marxisme adalah ilmu dan salah satu bagianya ialah
materialisme Historis yang menjelaskan hukum-hukum perkembangan
masyarakat dan juga akar-akar sosial dan agama . materialisme Historis
menjelaskan secara ilmiah mengapa ada orang-orang yang yang
memeluk agama. Kami berpendapat, agama yang dianut masing-masing
orang adalah masalah pribadi, itu PKI menurut Markisme dan
5 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural
(Jakarta : Bumi Aksara, 2011 hlm 136 6 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Grafindo Persada,
2007), hlm 18 7 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metologi Sejarah (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama ,1993), hlm 87
10
memahami dari sosial dan agama, Marxisme sebagai ilmu, sama seperti
ilmu ilmu lainya, tidak menyoalkan apakah idividu atau seseorang
beragama atau tidak.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan sumber kepustakaan (library
research) berupa buku, ensiklopedia, koran atau majalah, jurnal, media
massa, media elektronik maupun sumber-sumber ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan penulisan. Dalam pembahasan penelitian ini
menggunakan model deskriptif analitik, yaitu berusaha menggambarkan
secara objektif keadaan yang sebenarnya dari masalah-masalah yang
diteliti, kemudian dianalisa sehingga menjadi jelas dan diketahui letak
kebenaranya.8
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah
yang terdri dari empat tahap, yaitu heuristik (kegiatan menghimpun
jejak masa lampau), kritik sumber (penyelidikan tentang kesejatian
jejak, baik bentuk maupun isinya), interpretasi (menetapkan makna yang
saling berhubungan dan fakta-fakta yang diperoleh), historiografi
(menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah).
Adapun tahap-tahap metode sejarah dalam penelitian yakni:
Tahapan Heuristik atau Pengumpulan Data. Heuristik, yaitu tahapan
atau kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, serta
8 A. Mukti Ali,Metode Memahami Agama Islam(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm 62
11
jejak masa lampau.9 Atau menggumpulkan data-data dari berbagai
sumber yang terkait dengan topic penelitian.10 Untuk dapat
mengumpulkan data sesuai dengan objek pembahasan, maka penulis
melakukan pencarian terhadap sumber-sumber yang dimaksud, baik di
perpustakaan, melalui internet. Ada beberapa perpustakaan yang penulis
kunjungi untuk mendapatkan referensi yang dibutuhkan. Pada tahab ini
dilakukan pengumpulan data yang ada relevansinya dengan Biografi
Ahmad Dasuki.
Adapun Sumber Primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah naskah dan dokumen sezaman seperti surat kabar (majalah),
Islam Bergerak, Harian Rakjat dan juga menggunakan sumber sekunder
biasanya berbentuk buku dan artikel yang sudah di tulis oleh peneliti
sebelumnya. Materi materi yang ada di sumber sekunder dimaksutkan
untuk dipercaya dan dianggap valid tetapi hal ini sebagai petunjuk awal
sebuah penelitian sejarah sekaligus untuk menambah pengetahuan.
Adapun dua metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu
1) Metode Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu”11
9 E. Kosim, Metode Sejarah, Asas dan Proses, (Bandung: Fakultas Sastra Unuversitas
Padjajaran, 1984), hlm 36 10 Kuntowijiyo,Pengantar Ilmu Sejarah(Yogyakarta: Bentang,1955) , hlm 95 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendidikan Kuatitatif,Kualitatif, dan
R&R(Bandung,2010), 334
12
Maka Kedudukan sejarah lisan menjadi semakin penting karena
sejarah lisan bersifat komlementer terhadap sumber-sumber
tertulis. Melalui wawancara sumber-sumber lisan dapat
diungkapkan dari para pelaku-pelaku sejarah12 Wawancara dalam
penelitian ini tidak penulis gunakan sebagai sumber primer, hanya
sebagai sumber sekunder atau tambahan. Pada tahapan awal,
penulis akan mencari sanak keluarga yang masih ada dari Ahmad
Dasuki. Kemudian mengkualifikasikan apakah narasumber yang
didapat hidup sezaman atau tidak. Sehingga data yang diperoleh
dari hasil wawancara dapat dipertanggungjawabkan.Studi pustaka
juga disebut dengan dokumentasi, yaitu kegiatan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip surat
kabar, majalah, natulen, agenda sebagainya13 Sumber yang akan
penulis gunakan antara lain buku, artikel, dokumen, dan koran atau
majalah.
2) Metode Observasi
Metode Observasi merupakan salah satu metode penelitian
dengan cara terjun keobjek penelitian, kemudian mencatat,
merekam dn bahkan mengabadikan hal-hal yang sekiranya
menunjang dalam proses penelitian melalui kamera digital atau
12 A. Daliman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012),hlm 55.
13 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Yogyakarta: Renika Cipta, 1993), hlm
206.
13
media lainya.14 Peneliti melakukan penelitian ke daerah Keprabon
Surakarta, Masjid Sunniyah dan Madrasah Suniyah.
Selanjutnya kritik sumber, ada dua macam kritik sumber yang
digunakan dalam penelitian ini. Pertama, kritik eksternal, yaitu
kritik untuk menguji otentisitas(keaslian) suatu sumber.15 Yang
kedua adalah kritik internal yaitu menguji kreadibilitas makna yang
ada pada sumber.16
Kritik eksternal dilakukan dengan melihat kondisi kertas dan
naskah untuk menghindari pemalsuan dokumen serta melakukan upaya
determinisme pengarang atau penulis untuk meyakinkan bahwa nama
yang tercantum dalam dokumen adalah nama pengarang yang
sesungguhnya. Adapun kritik internal dilakukan dengan menguji apakah
suatu dokumen memiliki informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
atau tidak.
Selanjutnya Interprestasi yaitu memberikan makna terhadap
fakta sejarah yang telah ditemukan yang dikembangkan dengan analisis,
dan di dalam analisis ini diperlukan teori-teori dari berbagai keilmuan
yang terkait dengan temuan. Interprestasi diperlukan dilakukan untuk
mengaitkan beberapa fakta menjadi penggalan peristiwa yang lebih
utuh.
Langkah terakir adalah Historiografi atau penulisan sejarah.
Merupakan proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber
14 Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Ombak, 2012),hlm 123-124 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, 99 16 Ibid 99-100
14
yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah yang tidak
hanya dimengerti ole sejarawan sendiri melainkan juga dimengerti oleh
orang lain.17
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini akan disajikan suatu rangkaian
pembahasan secara sistematis saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya dimaksutkan untuk mempermudah penulisan ilmiah. Skripsi ini
di bagi mejadi tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian inti dan bagian
akhir. Adapun rincian sistematis peneliian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bab awal terdiri dari halaman judul, pernyataan keaslian tulisan,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, motto dan
persembahan, abstrak, kata pengantar, dan daftar isi
2. Bagian Inti
Bagian Inti terdiri dari empat bagian yaitu:
Bab pertama, di dalamnya tardiri atas: latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, serta sistematika
pembahasan. Dalam bab ini digunakan untuk mengarahkan pembaca
pada sumbstansi penelitian sebagai pijakan pembahasan berikutnya.
17 Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Ombak, 2012), 122
15
Bab kedua, dibahas mengenai Sejarah Komunisme di Indonesia
yang menjelaskan awal mula adanya Komunis dan bagaimana
perkembanganya serta sejarah dan pelopornya, kemudian bagaimana
komunis bisa berkembang di Surakarta dan konflik dengan partai apa
saja.
Bab ketiga, membahas tentang Biografi Ahmad Dasuki yang
meliputi latar belakang Keluarga, Pendidikan, dan Sosial
Masyarakatnya.
Bab ke empat berisi tentang Pemikiran dan Kiprah Seorang
Ahmad Dasuki saat menjadi Anggota PKI dan kemudian menjadi
Anggota Konstituante Serta pendapat-pendapat beliau.
3. Bagian Akhir
Bagian Akhir Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah
bab IV merupakan penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, saran, dan kata
penutup. Kemudian pada bagian akhir dicantumkan pula daftar
pustaka dan lampiran-lampian
16
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Komunis di Indonesia
Pada masa Soekarno yang dikenal dengan sebutan orde lama untuk menyebut
masa kepimimpinanya hal ini berguna untuk melemahkan kekuatan Soekrno yang
dilakukan rezim Soeharto. Dari sinilah awal mula sejarah bangsa Indonesia dimana
stabilitas politik masih terbilang sangat buruk dan banyak terjadi peristiwa politik
dan berbagai pemberontakan terhadap pemerintahan.18
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu gerakan Politik yang
menjadi ancaman bagi Negara Republik Indonesia, karena dalam partai tersebut
menganut ideology Marxisme-Komunis , dimana dalam peristiwa Madiun menjadi
salah satu Usaha dari Ideologi sosialis kiri dalam mewujudkan Negara Komunis
Indonesia.19 Komunis pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh warga Negara
Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet yang
merupakan seorang tokoh Yahudi.20 Sneevliet adalah salah satu mantan ketua Serikat
Buruh Nasional dan mantan pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di salah satu
provinsi di negeri Belanda.
H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia pada tahun 1913.21 Pertama
kali Sneeevliet sampai di Indonesia ia bekerja di salah satu harian kabar yang
bernama Soerbajasche Handelsbad yang berada di Surabaya sebagai staff redaksi
harian. kemudian Sneevliet Pada tahun 1913 Sneevliet datang ke Jawa hususnya
daerah Semarang dan menjadi salah satu Sekertaris Perkumpulan pedagang yang
18 Radis Bastian,Rekam Peristiwa Politik Paling Mengekangkan,(Yogyakarta 2016.), hlm 23 19 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia,
1994,),hlm 7. 20 Herry Nurdi, Jejak Fremasson an Zionis di Indonesia Jakarta, Cakrawala Publishing,2006) , hlm 137 21 M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 2005), hlm
260
17
menanamkan paham sosialis melalui Vereeniging van Spoor en Tramwegpersoneel
(VSTP). Dalam VSTP tersebut Sneevliet disewa sebagai propagandis bayaran untuk
meyebarluaskan doktrin pertentangan kelas yang dianut oleh ideology komunisme
yang saat itu dianut oleh buruh. Diantara orang-orang yang bergabung dalam VSTP
adalah P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (sekertaris VSTP pada saat itu)
yang menjadi pelopor berdirinya Organisasi Politik yang radikal, Indische Sosial
Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. Maka di
tahun 1914 di Semarang berdirilah Indische Sociaal Democratische Vereeniging
(ISDV) yang bertujuan untuk menyebarkan paham Marxis.22 Pada saat ini ISDV
beranggotakan 85 orang yang terdiri dari 2 partai social Belanda yaitu SDAP (Partai
Buruh Sosial Demokrasi) dan juga SDP (Partai Sosial Demokrasi) yang aktif di hindia
Belanda.23
Kemudian ISDV menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan)
di Surabaya dan juga menerbitkan surat kabar Soeara Merdeka dan Soeara Rakyat,
sebagai media propaganda untuk menyebarkan ajaran ajaran komunisme yang
menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Maka organisasi ini belum dapat menjamah
dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat
Islam (SI).24 Hal ini disebabkan Karena rakyat ISDV masih menjadi sebuah kesatuan
terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hal ini menjadian usaha ISDV tidak berhasil.
Sneevliet dengan teman-temanya sangat menyadari bahwa untuk mendapatkan
simpati rakyat, maka ISDV harus mampu dan bisa berbaur dengan masyarakat
pribumi dan mendekatkan diri dengan kekuatan/pergerakan nasional yang sebelumnya
sudah ada. Melalui organisasi buruh yang ada di Semarang, maka ISDV melakukan
22 A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1984), hlm 13. 23 Alfian Tanjung, Mengenyam Komunisme: Langkah dan Strategi Menghadapi kebangkitan PKI.(
Jakarta, Taruna Muslim Press,2006), 5. 24 Saleh As’ad Djamsari, suparno.dkk, Komunisme di Indonesia Jilid I (Penumpasan Pemberontakan
PKI 1948. (Jakarta, Pusjarah TNI bekerjasama denagn yayasan Kasian Citra Bangsa, 2009 ), hlm 20
18
pendekatan dengan Sarekat Islam yang pada saat itu di pimpin oleh Oemar Said
Tjokroaminoto. Kemudian Snevliet memanfaatkan watak anti kolonialisme dan
kapitalisme yang dianut dalam SI untuk melakukan perlawanan terhadap
pemerintahan Hindia Belanda. 25
Selain itu pada tahun 1917 juga terjadi pemberontakan di daerah Surabaya
yang dilakukan oleh para tentara dan pelaut Belanda yang direkrut oleh ISDV dan
para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda termasuk Sneevliet bahkan para
pemimpin ISDV juga dijatuhi hukuman 40 tahun dipenjara, bahkan banyak sekali
kader Belanda yang dikeluarkan tapi justru hal ini membuat keanggotaan organisasi
ini yang dulunya mayoritas masyarakat Belanda berubah menjadi mayoritas
masyarakat Indonesia yang awalnya 103 orang 3 anggota pribumi pada menjadi 330
orang dengan 300 anggota pribumi pada tahun 1919.26
Selain itu pada tahun 1917 meletuslah revolusi Rusia dan dimenangkan oleh
kekuatan komunis, hal itu membuat gerakan ISDV semakin radikal dan tak henti-
hentinya untuk menyeberluaskan ajaran komunismenya. Hal ni membuat para
pemimpin ISDV semakin gencar untuk terus melakukan pendekatan diri terhadap para
pemimpin SI di Semarang. Selain itu, Sneevliet dan kawan-kawan juga melakukan
propaganda sampai ke lingkungan angkatan perang. Dan melakukan ceramah-
ceramah politik yang bertujuan untuk menanamkan benih-benih komunisme di
lingkungan tersebut. Kegiatan Sneevliet ini sepenuhnya dibantu oleh Branstedder yng
bertugas mendekati serdadu angkatan laut sedangkan van Burink bertugas mendekati
pegawai negeri. Atas kerjasama bersama rekan rekannya Sneevliet akhirnya berhasil
menggagasi terbentuknya Raad van Matrozen en Mariniers (Dewan Kelasi dan
25 Ibid. 7 26Wasulnuri, Skripsi “Perseteruan Partai masjumi dengan Partai Komunis Indonesia”
(Yogyakarta,Universitas Sunan KalijagaYogyakarta,2008)
19
Marinir), suatu organisasi dilingkungan militer yang bersifat radikal revolusioner.
Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran
Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan militer. Isi
koran ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide
perjuangan kelas hal ini bertujuan untuk melemahkan kepercayaan bawahan kepada
atasannya dalam tubuh Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian
pada bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan untuk
mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan yang dilakukannya dianggap
mulai mengancam keamanan dan ketertiban. Pada bulan Desember 1919 rekan
Sneevliet Brandstedder juga mengalami hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia
Belanda. Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda
(Indonesia) namun usaha yang mereka lakukan selama ini telah menemukan
hasillnya. Mereka berhasil menanamkan pengaruhnya di lingkungan Angkatan Laut
Surabaya, yaitu dengan terbentuknya organisasi yang menganut paham komunis di
lingkungan Sarekat Islam, dan hal itu membuat ISDV berhasil mempengaruhi
pimpinan SI Semarang. 27
Kemudian Snevliet juga melakukan beberapa pendekatan terhadap partai
diantaranya Sarekat Islam cabang Semarang yang pada waktu itu dipimpin oleh
Samaun dan Darsono anggota VSTP, dimana kedua tokoh ini merupakan seorang
pemuda yang cerdas, ulung dan pemberani di Indonesia akhirnya dengan usaha
Snevliet berhasil dengan baik , dan mereka berdua berhasil dipengaruhi dan akhirnya
27 Ibid 7
20
masuk sebagai anggota ISDV.28 Pada tahun 1916 Samaun pindah ke Semarang dan
bergabung dengan Buruh Kereta Api dan Trem.
Kemenangan Partai Komunis Indonesia tidak terlepas dari landasan yang
dikobarkan oleh aliran Marxisme, yang menyatakan bahwa kebebasan Negara-negara
jajahan hanya bisa dicapai dengan persatuan buruh. Dengan demikian ISDV sangat
patuh dengan faham Marxisme tersebut. Mendengar penyataan tersebut maka
pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dengan ISDV menjadi sangat
revolusioner. Peran samaun dalam ISDV sangat berpengaruh, karena Samaun
menggunakan kedudukannya sebagai komisaris Sarekat Islam cabang Semarang
untuk mempengaruhi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam dan berhasil pada tahun
1918 memasuki aliran dengan faham Marxisme. Tetapi Perjuangan Samaun untuk
mendesak para pemimpin Sarekat Islam ditolak mentah-mentah, dan Sarekat Islam
telah menetapkan sikap kooperatifnya, sebagai bukti bahwa duduknya Cokroaminoto
sebagai wakil Sarekat Islam dan Abdul Muis sebagai wakilnya. 29
Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi
semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal
23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya
menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini diperuntukan
supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama komunisme sebagai
ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih sebagai ketua dan Darsono
sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang belanda diangkat sebagai
pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan A.
28 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan (Yogyakarta: PT.
LKiS Pelangi Aksara, 2008), hlm 168. 29 Ibid., 170.
21
Barrs sebagai salah satu anggotanya.30 Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi
pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam) masih memperbolehkan
anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain.
Tetapi setelah ISDV berhasil menyusup ke Sarekat Islam dan berkat dukungan
Komunisme Internasional(Komitern) dan menjadi Partai Komunis Indonesia.31
tepatnya pada bulan Mei 1920 organisasi ini berganti nama menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis
Indonesia.32 Hal ini semakin membuat hubungan PKI dan Komitern menjadi kuat
maka dibentuklah Front Persatuan dan mulai menentangPan-Islamisme, dengan
demikian maka PKI sudah menarik garis pertentangan dengan SI, dengan begitu dari
pihak SI membalas pertentangan tersebut melalui surat kabar dan didalam
konggresnya. Untuk mengakiri penyusupan yang dilakukan oleh PKI maka di dalam
konggres CSI 6 di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis mendesak agar disiplin
partai ditegakkan dengan melarang keanggotaan rangkap. Dengan hal itu maka
munculah SI Merah (terpengaruh PKI) dan SI Putih (Islam) , hal itu tercapai setelah
konggrs CSI 7 di Madiun. Tetapi dengan hal tersebut maka PKI juga mengadakan
konggres di Bandung dan memutuskan bahwa dimana ada SI Putih maka disitu juga
ada SI Merah dan pada saat itu SI Merah berganti nama menjadi Sarekat Rakyat dan
untuk pertama kalinya PKI memimpin sendiri organisasi massa.33 Situasi politik
semakin memanas selain meningkatkan permusuhan dan pesaingan untuk mencari
pedukung baik di desa-desa atau kota-kota akibatnya munculah gerakan anti komunis
dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas hal itu dibuktikan
30 Saleh As’ad Djamsari, suparno.dkk, Komunisme di Indonesia Jilid I (Penumpasan Pemberontakan
PKI 1948). (Jakarta, Pusjarah TNI bekerjasama denagn yayasan Kasian Citra Bangsa, 2009 ), hlm 21. 31 Ensikopedia Nasional Indonesia Jilid 12, PT. Cipta Adipustaka,1990. hlm 88 32 M.C. Ricklefs .Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta. Gajag Mada University Press.2005 hlm 26 33 Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 9, (Jakarta. PT. Cipta Adipustaka. 1990) hlm. 206
22
dengan penagkapan dan pengasingan terhadap pmpinan komunis dari Indonesia
diawali dengan Snevliet tahun 1919, Tan Malaka tahun 1922 dan Samaun 1923 hal ini
membuat pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin , Musso merasa
terancam
Maka pada abad ke dua puluh munculah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mendasarkan diri pada ideologi komunis yang pada hakekatnya adalah Marxisme-
Leninisme. Menurut bangsa Indonesia Marxisme-Leninisme merupakan faham barat
yang disebarkan oleh orang barat ke Indonesia. Yang selalu berpedoman pada garis
Komunisme Internasional (Komintern) dalam menjalanka gerakan politiknya.34
Dalam Sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan organisasi
terlarang yang melakukan penghianatan terhadap bangsa Indonesia seperti: Peristiwa
Madiun 1948 dan G 30 S/PKI tahun 1965, karena dengan ajaran ideologis yang
dianutnya yaitu komunis yang menjadi landasan pemikiran serta pembenaran kegiata
n-kegiatan politiknya. Hal ini dapat dilihat dalam tap. XXV/MPRS/1966 tentang
pembubaran PKI.35
B. Sejarah Komunis di Surakarta
Surakarta merupakan salah satu kota yang berkaitan erat dengan Sejarah
Perkembangan Islam di Jawa karena Surakarta merupakan salah satu daerah dari
keseluruhan sejarah perkembangan Isam di Nusantara yang menyimpan jejak sejarah
pergerakan Nasional. Dalam sejarah social politik,Surakarta merupakan sebuah
wilayah yang sangat dinamis, sejak masa kolonial Belanda, salah satu factor yang
sangat berpengaruh adalah tampilan Islam sebagai sebuah ideology gerakan social
politik sejak masa Kolonial dan keberadaan Islam di Surakarta tidak lepas dari
34 Alex Dinut, Kewaspadaan Nasional dan Budaya Laten Komunis (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), hlm
171. 35 Ibid,175.
23
Sejarah Kerajaan Mataram yang pernah menjadikan Surakarta sebagai pusat
Kerajaan.36
Surakarta merupakan salah satu kota penting dalam konstelasi gerakan
keagamaan dan politik di Indonesia. Pada era kolonial, di Surakarta berkembang
gerakan perlawanan yang dikenal dengan komunisme Islam yang dipelopori oleh
Moehammad Misbach.37 Selain itu munculnya gerakan komunisme Islam merupakan
produk historisitas masyarakat yang melingkupinya, sehingga kondisi social historis
di Surakarta awal abad XX menjadi penting untuk dijelaskan, karena banyak hal yang
melatar belakangi munculnya gerakan komunisme Islam yang meliputi kondisi sosial
budaya, agraria, ekonomi, politik, dan keagamaan.38
Selain itu Surakarta merupakan salah satu kota tradisional yang ditandai
dengan pembagian spasial berdasarkan status sosial. Kota ini merupakan salah satu
pusat kekuasaan raja Jawa, yakni meneruskan estafet politik kekuasaan Mataram
Islam, sehingga memantapkan struktur masyarakat yang hierarkis.39 Sehingga
memunculkan sistem Patron-Klien yang berarti seorang Raja diberikan posisi sebagai
poros dunia, penguasa wilayah, dan penguasa politik. Munculnya pola hubungan
patron-klien, yang dalam istilah Jawa disebut sebagai hubungan gusti-kawula.40 Posisi
raja sebagai penguasa wilayah diwujudkan dalam bentuk kepemilikan tanah. Adapun
secara politis, raja menduduki pucuk pimpinan monarkhi tertinggi, yang memiliki
wewenang penuh untuk mengatur kehidupan rakyatnya.41 Jadi dapat disimpulkan
bahwa sebagai negara tradisional maka posisi kerajaan ditempatkan pada titik
36 H.J De Graaf dan TH. Pigeaud Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV
dan VI. Ter(Jakara : Pustaka Utama Grafiti,2001), hlm. 55-75. 37 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangi
Aksara, 2015), hlm 3. 38 Ibid 38. 39 Ibid 38. 40 Pranoto, Jawa: Bandit, hlm 82-83. 41 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm 39
24
sentrum lingkaran sosial politik masyarakat. Struktur ini mengakar dalam aturan
pergaulan, berpakaian, dan dalam fakta linguistic.42
Kemudian terjadilah pembagian struktur social masyarakat di Surakarta yang
terbagi menjadi tiga kelmpok yaitu kelompok bangsawan (keluarga kerajaan), kaum
priyayi (pegawai dan pejabat pemerintah kolonial, termasuk ulama pengulu), dan
masyarakat umum (pedagang, buruh, tani, dan ulama perdikan.43 Akan tetapi, pada
awal abad XX terjadi perubahan sosial yang cukup besar akibat lahirnya beberapa
tokoh dan organisasi pergerakan, serta kemajuan dalam industry batik sehingga
mengakibatkan kondisi masyarakat yang sangat bergantung pada struktur relasi antara
Susuhunan dengan pemerintahan tetapi pada zaman pergerakan, hubungan kaum
pergerakan dengan pemerintahan lebih dominan, dan memiliki dampak sosial politik.
Sehingga memberikan dampak era baru dalam struktur sosial dan budaya di
Surakarta. Dimana posisi sosial politik kraton melemah dan digantikan oleh kaum
pergerakan.44 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kondisi sosial budaya sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas sangat memengaruhi dinamika sosial politik.
Melemahnya posisi social masyarakat kraton, kemajuan pendidikan, dan
perkembangan jurnalisme menjadi bagian penting dalam perkembangan gerakan
revolusioner di Surakarta. Gerakan komunisme yang egaliter menjadi tumbuh subur
bersamaan dengan semakin melemahnya struktur sosial yang hierarkis, sedangkan
perkembangan dunia pendidikan telah memproduksi kaum pergerakan yang radikal
dalam menentang berbagai bentuk penindasan, dan dalam memberikan advokasi
kepada rakyat tertindas. Adapun dinamika gerakan revolusioner anti penindasan
menjadi semakin menyebar akibat perkembangan dunia jurnalisme.
42 Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris, terj.Tim
Gramedia (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm 59. 43 Suhartono W. Pranoto, Jawa: Bandit, hlm 43-44 44 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm 41
25
Selain itu kondisi Agraria juga sangat mempengaruhi masyarakat sehingga
mereka melakukan pemberontakan melalui gerakan komunisme yang tumbuh subur
karena gerakan ini sebagai bentuk ketidakpuasan kaum tani dan sikap antipati
terhadap sistem kapitalisme. Hal ini disebabkan karena keberhasilan pihak
perkebunan dan kaum modal yang berhasil memaksa kaum tani untuk menyewakan
tanah-tanah mereka ke pihak kaum modal dengan uang sewa yang sangat kecil.
Sawah dan kebun milik kaum tani dijadikan sebagai perkebunan kaum modal,
sedangkan penduduknya menjadi kuli. Para petani diposisikan seperti budak di tanah
milik sendiri.45 Tetapi dalam kondisi seperti ini kaum tani Surakarta juga melakukan
berbagai penolakan terhadap dominasi Agro industry maupun kaum kapitalis.46
Sehingga sejak Pertengahan Abad 19 Wilayah ini telah menjadi tempat munculnya
gerakan protes yang dilakukan oleh para buruh dan petani.47
Fenomena kapitalisme modern di dunia pertanian ini menjadi penyebab
munculnya reaksi radikal dari kaum tani dalam bentuk pemogokan. Reaksi ini
merupakan gejala baru. Ada perubahan perilaku sosial kaum tani ke arah perilaku
radikal akibat sistem agraria yang menyengsarakan mereka. Penderitaan komunal
kaum tani inilah yang menyulut mereka melakukan gerakan, yang oleh penguasa
kolonial disebut sebagai perbanditan.48 Jadi Ajakan untuk pemogokan menjadi sebuah
propaganda di berbagai media dan vergadering. Walaupun pada awal 1918 masih
dianggap sebagai tahun yang kondusif bagi ketertiban umum, pada akhir 1918 dan
sepanjang tahun 1919 1920, pemerintah cukup direpotkan oleh aksi-aksi pemogokan
yang dilakukan oleh kaum krama sebagai bentuk pemberontakan.
45 Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah (Yogyakarta: Benteng Budata1922), hlm 8. 46 Pranoto, Jawa: Bandit, hlm 173. 47 Suhartono, Apanehe dan Bekel : Perubahan Sosial di Perdesaan Surakarta(1830-1920) Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,Desertasi 1989) 48 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm 47
26
Dengan suara-suara keras yang lantang menentang Kolonialisme dan
kapitalisme ditambah dengan statemen Statemen Marco Kartodikromo yang
mengatakan, “Hilange tanah djowo bareng karo patikoe” (Hilangnya tanah Jawa
bersama dengan kematianku).49 Sehingga hal ini membuat Radikalisme petani dan
buruh di Surakarta berkembang sampai di pedesaan.50 Gelombang protes tersebut
digerakkan oleh kelompok anti SI, yaitu SATV, Insulinde, Toenggoal Boedi,
Perserikatan Pegawai Pegadaian Boemipoetera (PPPB), dan Perkoempoelan Kaoem
Boeroeh dan Tani (PKBT) Afdeling Surakarta yang berhaluan komunis.
Selain itu munculnya kartun karyanya di Islam Bergerak edisi 20 April 1919.
Yang menggambarkan penderitaan rakyat Surakarta, dan arogansi kaum kapitalis dan
pemerintah, serta Pakubuwono X. Mereka dituding melakukan pengisapan terhadap
para petani, dan mempergunakan petani sebagai sapi perah juga mejadi salah satu
penyebab yang sangat provokatif dan potensial menyulut api radikalisme kaum tani.51
Selain itu komunisme mudah masuk ke Surakarta disebabkan karena Sejarah
perkembangan Islam di Surakarta merupakan penggalan sejarah dari keseluruhan
sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Dengan hal itu maka masuknya islam di
Nusantara terbagi menjadi 3 fase yaitu yaitu singgahnya pedagang-pedagang Islam di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara, adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa
daerah, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. 52 Seiring berjalanya politik di jawa
pada fase ketiga ini sangat mempengaruhi politik raja raja di jawa yag menyebabkan
banyak sekali pemberontakan dn perlawanan masyarakat tehadap pemerintaan.
49 Marco Kartodikromo, “Sama Rasa Sama Rata”, dalam Sinar Djawa, 16 April 1918, 1. 50 Shiraishi, “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (Jakarta :PT Midas Surya
Grafindo, 1997), hlm 190-191. 51 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm. 178 52 Taufiq Abdullah (ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia (Jakarta: Majlis Ulama Indonesia, 1991), hlm
39.
27
Pemerintah menemukan kenyataan bahwa semakin tertancapnya akar
kekuasan di Jawa, Islam menjadi symbol perlawanan, tahun 1859 bahkan Gubernur
Jendral Hindia Belanda diperbolehkan untuk mencampuri urusana agama dan gerak
gerik para ulama untuk ketetapan dan keamanan sehingga pemerintah mengeluarkan
seluruh daya upaya untuk mengendalikan dan mengawasi komunitas muslim secara
waspada dan ketat, sampai tahun 1889 ada seorang yang bernama Snouck Hurgronje
dari Hindia yang mengubah cara pandang dan memberikan pegertian kepada
Gubernur bahwa Kiai tidak identik dengan muslim fanatic ulama bukan komplotan
bandit dan pergi haji adalah soal ibadah yang tidak ada kaitan dengan pemberontakan
dalam Islam tidak ada lapisan kependetaan.53 Jadi dapat disimpulkan bahwa sering
terjadinya perlawanan yang dilakukan dan umat Islam sering diaktikan menjadi
symbol perlawanan maka hal ini menjadi latar belakang historis dan sekaligus
menjadi bagian dari proses sejarah yang memproduksi munculnya gerakan
komunisme Islam di Surakarta sehingga munculnya komunis di Surakarta disebabkan
oleh banyak hal yang mendukung masyarakat pribumi untuk melakukan perlawanan
dilihat dari berbagai kejadian yang terjadi mulai dari masalah ekonomi, agrarian,
agama dan yang lainya lagi menyebabkan Komunis dengan mudah masuk ke
Surakarta
C. Konflik Partai Komunis dan Islam
Awal mula terjadinya permusuhan antara komunis dan golongan Islam yaitu
ketika PKI menggadakan Kongres di Bandung tanggal 4 Maret 1923 dimana pada
acara Konggres tersebut PKI mengecam habis habisan SI, salah satunya adalah
Samaun yang mengecam bahwa SI didirikan demi kepentingan modal Nasional, dari
kecaman tersebut membuat Hj.Misbach dari Surakarta memberikan pernyataan
53 Aqib Suminto, Politik Islam, hlm 10-11.
28
bahwa bahwa orang Islam yang tidak menyetujui ajaran-ajaran komunis bukanlah
muslim sejati, dimana pernyataan tersebut menyindir bahwa kebanyakan para
pemimpin-pemimpin SI yang menggunakan agama sebagai kedok atau bahan untuk
memperkaya diri. Maka hal tersebut menyinggung para pemimpin-pemimpin SI, juga
menunjukkan bahwa Samaun kurang memahami terhadap perkembangan Komunis
Nusantara. Komitern telah menggariskan dasar perjuangan pada tahun 1920 yang
menggariskan dasar perjuangan supaya kaum komunis yang berada dimanapun
mengadakan kerjasama dengan kaum borjuis setempat dan berusaha menguasai para
pemimpinya.
Selain itu Konggres di Bandung juga memberikan dampak luar biasa dan
menjadikan SI dan PKI menjadi musuh bebuyutan, selain itu perusuhan tersebut juga
dipicu dengan pernyataan kader-kader komunis lainya seperti pernyataan yang
dilontarkan oleh Ali Archam, yang menyatakan bahwa gerakan yang berdasarkan
keagamaan tidak dapat hidup langsung karena gerakan itu pada hakikatnya
merupakan usaha membentuk kaum kapitalis nasional yang berkaliber kecil,
sementara terhadap organisasi yang berdasarkan kebangsaan, dikatakan bahwa
“gerakan seperti itu tidak dapat tumbuh karena gerakanya tidak berdasarkan ekonomi”
dari pernyataan tersebut maka timbulah sakit hati dan membuat orang yang tidak
menerima akan melakukan pembalasan di saat yang tepat. Maka hal ini membuat
konggres PKI 31 Agustus 1924 yang diadakan di Yogyakarta tidak dapat berlangsung
karena kekacauan yang disebabkan oleh pengikut-pengikut SI dan Muhammadiyah.
Kemudian ditambah lagi dengan perbedaan pandangan antara Masyumi
dengan pernyataan Ali Archam yang menyatakan” yang menyatakan bahwa gerakan
yang berdasarkan keagamaan tidak dapat hidup langsung karena gerakan itu pada
hakikatnya merupakan usaha membentuk kaum kapitalis nasional yang berkaliber
29
kecil,” hal ini membuat partai Masyumi dalam kapasitasnya sebagai Partai Politik
dimana segala peran dan fungsinya sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi umat
Islam Indonesia, dan menyadari bahwa posisinya yang penting dalam mengembang
amanah umat Islam terutama dalam hal persingan ideology merasa tersinggung
dengan pernyataan tersebut karena disini cita cita didirikanya Masyumi adalah untuk
“Menegakkan kedaulaan Republik Indonesia dan Agama Islam, melaksanakan cita-
cita Islam dalam urusan Kenegaraan.”54
Sjarifuddin mengungapkan bahwa islam dan komunis memiliki kesamaan
sehingga hal itu mampu membuat mereka berdampingan dan berjuang melawan
kolonialisme dan Imperialisme Belanda, karena kesamaan itu terletak pada “keadilan
social”.55 Akan tetapi antara Islam dan Komunis banyak perbedaan mendasar, Islam
tidak menyetujui adanya perjuangan kelasseperi Marxis untuk membela kaum lemah
(Proletar), dan tidak mungkin menghapuskan satu golongan( Kapitalis) , tapi hanya
meringankan penderitaan kaum lemah, miskin dan tertindas dengan meletakkan
tanggung jawab yang berat terhadap golongan yang mempunyai kecukupan materi,
tetappi terhadap individu komunisme mengabaikan, dan kapitalisme
menghargaipotensi individual hal ini memunculkan Liberalisme-Kapitalisme.56
Selain itu Natsir juga berpendapat bahwa islam merupakan agama yang fitrah
yang memberikan tuntunan hidup yang lengkap serta memberikan kebebasan dan
menyuruh manusia berusaha mencari nafkah semampunya dan sekuat kuatnya baik di
laut maupun di darat.57 Jadi dari uraian kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
54 Anggaran Dasar Pasal II” Partai Masjumi dalam kepartaian Indonesia,” hlm. 10 dan Prawoto
Mangkusmita “Dalam Memperingati 6 tahun Masjumi “ 6 55 Sjarifuddin Prawiranegara,”Islam dalam Pergolakan Dunia” (Bandung, penerbit Al- Ma’arif 1950),
hlm 13 56 Ibid, 29-30 57 Mohammad Natsir “Djawab Kita” Suara Masyumi.No. I th k-7(Januari 1952) hlm 5
30
bahwa kedua tokoh tersebut memandang bahwa Komunisme itu sudah ada dalam
islam.
Sjarifudin yang menggungkapkan bahwa Sosialis Agama berbeda dengan
Sosialis Marxian, yang membedakan paling mendasar adalah bahwa dasar dasar
Marxisme dalam bentuk matrealisme historis yang sangat bertentangan dengan faham
ketuhanan dari tiap tiap agama.58 Sedangkan Sosialis Agama itu berdasarkan
Sosialisme Religious, yaitu di dasarkan kepada kesadaran manusia kepada manusia
dan kesadaran manusia kepada Tuhanya sehingga sosialisme atau nasionalisme
sebagai alat untuk mewujudkan keadilan social atau kemakmuran social bukan
sebagai tujuan akhir.59 Sedangkan sosialisme Marxisme menggunakan cara-cara
kekerasan dalam melakukan sosialisme dan nasionalisme dalam membasmi satu kelas
atau golongan dengan menggunakan berbagai cara untuk menggapai tujuanya.60
Adapun cara cara yang digunakan oleh kaum komunis untuk mencapai
tujuanya inilah yang memuat berbagai partai islam tidak terima salah satunya adalah
partai Masyumi, bahkan majelis Syuro pusat Masyumi mengeluarkan Fatwa hukum
islam tentang komunisme yang diputuskan dalam Mukhtamar VII Masyumi pada
tanggal 3-7 Desembe 1954 di Surabaya yang didalamnya menyatakan bahwa
Komunisme menurut hukum islam adalah Kufur, dan yang orang yang meyakini
kebenaran faham Komunisme maka hukumnya Kafir, dan seseorang yang mengikuti
Komunisme atau Organisasi Komunis tanpa disertai pengetahuan, kesadaran dan
keyakinan pada falsafah, ajaran, tujuan dan cara cara perjuangan Komunis maka
hukumnya sesat.61 Jadi hubungan antara Islam dan komunisme di Surakarta
58 Sjarifudin Prawiranegara. Tindjauan Singkat tentang Politik dan Revolusi Kita.(Yogyakarta, Badan
Penerbit Indonesia Raya, 1948), hlm 6 59 Ibid 6 60 Ibid 9 61 Samsuri. Politik Islam anti Komunis: Pergumulan Masyumi dan PKI di Arena Demokrasi Liberal”,
(Yogyakarta: Safini Insani Pers, 2004) hlm 25
31
merupakan Fenomena baru faktor politik yang berbasis ideology menyebabkan
hubungan keduanya jauh sehingga menyebabkan konflik yang panjang.
32
BAB III
RIWAYAT HIDUP AHMAD DASUKI
A. Latar Belakang Keluarga
Ahmad Dasoeki yang lahir pada tanggal 23 Mei 1903 di daerah Keprabon
Surakarta alamat rumah beliau ada di daerah Surakarta yang lebih tepatnya berada di
Kp. Keprabon Dj. Ronggowarsito no. 33 Surakarta, Surakarta Jawa Tengah. 62 Beliau
mempunyai 3 orang anak 2 laki-laki dan 1 perempuan,63 adapun ketiga anaknya yang
paling Sulung adalah Prof Acmad Baiquni merupakan fisikawan atom pertama di
Indonesia dan beliau merupakan salah satu jajaran dari para ilmuan fisika atom
internasional yang sangat dihormati. Selain itu beliau juga sudah mampu menghafal
juz ke 30 ( Juz terakhir Al-Quran yang memuat sejumlah surah pendek)” selain itu
prof Achmad Baiquni mempunyai istri yang bernama Sri Hartati dan dikaruniai 6
orang anak, 5 putra dan 1 putri. Beliau juga merupakan alumni dari Mamba’ul Ulum
seperti Ayahnya Achmad Dasoeki yaitu merupakan salah satu madrasah yang
didirikan oleh Pakubuwana X.64untuk anak kedua adalah perempuan dengan nama
Rofiatun Ningsih dan yang terakhir bungsu laki-laki Marwani, sedangkan istri Ahmad
Dasoeki sendiri merupakan pengusaha, yaitu beliau menjadi salah satu pengusaha
batik di daerah Klewer Surakarta yang merupakan pusat batik terbaik dan terkenal
murahhnya.65 Karena istri beliau adala seorang pengusaha maka istri beliau kegiatan
62 http://www.konstituante.net/id/profile/PKI _Achmad _Dasuki _Siradj diakses tanggal 14 Juli 2019 63 H (71 th) 23 Juli 2019,Wawancara tentang julah anak Ahmad Dasuki Siradj di masjid suniyyah
Keprabon surakarta 64 http://id.m.wikipedia.org/wiki/Achmad_Baiquni diakses tanggal 22 juli 2019 65 H (71 th) 23 Juli 2019,Wawancara tentang julah anak Ahmad Dasuki Siradj di masjid suniyyah
Keprabon surakarta
33
setiap harinya adalah berdagang jadi setiap pagi berangkat ke Klewer dan sore hari
baru pulang.66 Surakarta merupakan pusat utama industri Batik
B. Latar Belakang Pendidikan
Achmad Dasoeki merupakan salah satu murid dari Misbach seorang yang
sangat penting dalam gerakan komunisme Islam. Achmad Dasoeki lahir pada tanggal
23 Mei 1903 di Kaprabon Surakarta, berawal dari Sekolah Rakyat yang berdiri pada
masa penjajahan Jepang yang dikenal dengan nama “Kokumin Gakko” yang sederajat
dengan Sekolah Dasar kemudian beliau melanjutkan ke jenjang berikutnya dan
pernah nyantri di Pondok Pesantren Kasongan Rembang, kemudian beliau kembali ke
Solo dan sekolah di Madrasah Jamsaren Surakarta yang berdiri pada tahun 1750,
lokasinya berada di Jalan Veteran No. 263, Serengan Surakarta yang didirikan pada
masa kepemimpinan Paku Buwono IV yang pada awalnya Paku Buwono
mendatangkan beberapa ulama untuk mengajarkan Islam kepada Rakyat Surakarta
salah satunya yang bernama Kyai Jamsari karena kharismanya maka Madrasah
tersebut juga diberi nama Jamsaren, kemudian setelah itu Achmad Dasoeki
melanjutkan ke jenjang berikutnya Madrasah Mambaoel Oeloem Surakarta yang
terletak di jln.DR.Radjiman No 2 yang terletak masih satu komplek dengan Masjid
Agung Surakarta, Madrasah ini didirikan pada masa Pemerintahan Paku Buwana X
yang menjdi pusat pendidikan Islam Modern67. Kemudian setelah itu beliau
mengabdi menjadi guru di Madrasah Soenijah Mardi Boesono Keprabon Surakarta.68
Ahmad Dasoeki tetap menetap di rumah di daerah Kaprabon Surakarta dan tidak
66 M (68 th) 23 Juli 2019, Wawancara tentang aktivitas istri Ahmad Dasuki Siradj di masjid suniyyah
Keprabon surakarta 67 Tisna Nugraha Muhammad, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta,2019) hlm 218 68 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Achmad_Dasuki_Siradj diakses tanggal 14 Juli 2019
34
pernah berpindah tempat dan sampai sekarang bangunan tersebut masih ada dan
ditempati oleh keturunanya.69
C. Latar Belakang Sosial History
Ahmad Dasoeki memulai kariernya dengan mendirikan dan mengorganisasi
Debating Club dengan nama Idzarul Haq (menerang apa juga nyata) dan
mengorganisir para pemuda Islam guna menyiarkan pelajaran Islam pada tahun 1910
-1918, selanjutnya pada tahun 1919-1926 beliau memulai belajar menulis di
mingguan pengunggah dibawah pimpinan Dr. Tjipto Mangunkusumo.70 Saat itu
Tjipto Mangoenkoesoemo dan Haji Mohammad Misbach memimpin lnsulinde/NI P-
SH (Nationaal lndische Partij-Sarekat Hindia), penerus IP di Surakarta, sebagai
kekuatan pergerakan "revolusioner" dan memberi contoh seperti apa sebenarnya
pergerakan yang Revolusioner itu.71 Maka setelah mengikuti sebagai salah satu
mingguan tersebut beliau mulai aktif menulis dan pada akhirnya beliau menjadi salah
satu karyawan dalam koran Islam bergerak.
Tetapi setelah di Buangnya Tjipto Mangunkusumo diangkut polisi dari
Surakarta ke Yogyakarta dengan mobil dan naik kereta api jurusan Bandung Tjipto
meninggalkan Surakarta untuk selamanya dan tinggal di Bandung sampai akhirnya
dibuang ke Banda pada 1927 dan dipenjaranya Misbach. Kemudian SH Surakarta
segera hancur. Tjipto mempercayakan SH Surakarta dan organnya Panggoegah
kepada Soewardi. Di bawah pengawasan Soewardi, SH Surakarta dipimpin oleh
Moedio Wignjosoetomo, anak didik Tjipto paling terpercaya dan redaktur
Panggoegah. serta Sismadi sastrosiswojo, administrateur Islam Bergerak dan redaktur
69 H (71 th) 23 Juli 2019,Wawancara tentang tempat Ahmad Dasuki Siradj di masjid suniyyah
Keprabon surakarta 70 http://www.konstituante.net/id/profile/PKI _Achmad _Dasuki _Siradj diakses tanggal 14 Juli 2019 71 Shiraishi, “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (Jakarta :PT Midas Surya
Grafindo, 1997) hlm 123
35
Panggoegah. Sehingga hal ini membuat rapat-rapat umum dan pertemuan SH
dilarang, dan siapa pun yang datang ke kantor Panggoegah ditanyai dan diintimidasi.
Jadi, tidak ada lagi ruang bagi mereka kecuali menerbitkan Panggoegah. Maka
propagandis SATV, seperti Harsoloemekso, Ahmad Dasoeki, Haroenrasjid, dan
Moechtar Boechari dilarang penghulu, tetapi masih boleh mengikuti pertemuan tablig
SATV dimana pun diizinkan penguasa tetapi dengan syarat tidak ada lagi propaganda
SH terlontar.72 Jadi setelah itu Achmad Dasoeki tidak lagi aktif menulis harian dalam
penggugah tersebut beliau hanya bergabung pada tahun pada tahun 1919-1926
Ahmad Dasuki merupakan sosok yang memiliki jiwa yang keras, revolusioner,
dan semangat berkorban yang tinggi karena dia merupakan salah satu aktivis muda
dalam dunia pergerakan Islam. Selalu tegas dalam membela kaum krama dan umat
Islam dengan statemen-statemenya dalam perjuangan, Achmad Dasoeki juga
memiliki kecerdasan intelektual dan social yang tinggi sehingga mampu melakukan
kritik social politik yang tajam, seorang pemuda yang pandai dan juga gagah berani
dalam membela kaum muslimin dan agamanya.73
Selain itu Ahmad Dasoeki merupakan sosok yang sangat membela islam
karena beliau dan H. Mawardi K.H. Oesmani, K.H. Mashoed sama sama menjadi
guru di Madrasah Soennijah Mardi Boesono dimana madrasah ini focus pada bidang
keagamaan dan politik dengan dibimbing para kyai dari Pondok Pesantren Jamsaren
Solo dan Tremas Pacitan Untuk menjadikan Madrasah lebih baik lagi.74 Bahkan
sampai sekarang Madrasah Soeniyah yang terletak di jl. Ronggowarsito No. 6
Keprabon, Kec. Banjarsari Surakarta yang bersebelahan langsung dengan Masjid
Sueniyah bahkan sampai sekarang Madrasah tersebut masih aktif begitu juga dengan
72 Ibid 192 73 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm 129 74 Himawan Prasetyo, “Kauman Surakarta Tahun 1910-1930”, Skripsi, Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, 2001, hlm. 7.
36
Masjid yang setiap harinya selalu ramai dengan jama’ah serta murid-murid dari
Madrasah yang melakukan shalat berjamaah di tempat tersebut karena lokasi Masjid
dengan Madrasah terletak bersebelahan.
37
BAB IV
KIPRAH DAN PANDANGAN AHMAD DASUKI
A. Saat Menjadi Anggota PKI
Ahmad Dasuki adalah seorang yang memiliki komitmen yang tinggi dalam
dakwah Islam, pada tahun 1922 Ahmad Dasuki bersama para redaktur Islam Bergerak
di bawah pimpinan Sismadi menyerang Muhammadiyah karena dianggap sudah
menyimpang dari ajaran Islam, hal ini terbukti dari meminjamkan uang dengan bunga
dan lebih takut kepada Residen Yogyakarta ketimbang ajaran Islam.75 Dari adanya
perbedaan sudut pandang antara Islam dan dinamika modernitas inlah yang
mendorong munculnya para intelektualitas aktivis beorientasi islam,76 salah satunya
Ahmad Dasoeki. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang diserang oleh kelompok Islam
Bergerak itu bukanlah organisasi Muhammadiyah melainkan orang-orang (personal)
yang berada di kepengurusan Muhammadiyah, tetapi justru serangan tersebut
dianggap negative oleh pengurus Muhammadiyah dan dianggap menyerang
organisasinya memberikan dampak berbahaya yang mengancam umat Islam.
Sedangkan menurut Ahmad Dasoeki dan Sismadi penyerangan tersebut merupakan
upaya pemurnian dan pembersihan organisasi Muhammadiyah dari pembusukan atau
ketidakjujuran serta kebohongan yang dilakukan oleh para pengurusnya.
Tetapi ada sebagian tokoh yang tidak yakin akan hal itu, namun ada bukti
yang dapat meyakinkan bahwa Muhammadiyah meminjamkan uang dengan sistem
bunga, hal ini dijelaskan oleh Sjarief dan akhirnya hal itu dipublikasikan sehingga
75 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015), hlm 129 76 John L. Esposito dan John O. Voll, Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng Haryanto
et al. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. xxxv.
38
masyarakat mulai mengetahui bahwa kasus Muhammadiyah ini bukanlah isu semata
atau isapan jempol belaka77. Adapun isi dari percakapan tersebut adalah :
“Saja soedah tahoe dan membatja kwitantie ddo 12 Mei 1922 dari H.B.M.D.
tertanda Commissaris s. H. Fachrodin atas nama H.B.M.D. ialah ketika
H.B.P.P.P.B. membajar lebihan wang boelan Maart, April, dan Mei 1922 a f60
– djoemlah – f180”.
Yang artinya adalah “saya tahu dan membayar kwitansi pada 12 Mei 1922
dari H.B.M.D, yang bertanda tangan adalah Komisaris s.H. Fachrodin atas nama
H.B.M.D. ialah ketika H.B.P.P.P.B membayar uang lebih pada bulan Maret, apri , dan
Mei 1992 yang jumlahnya 180”
Ahmad Dasuki merupakan salah satu sosok revolusioner yang memiliki jiwa
keras serta menjadikan komunise sebagai wadah perjuangan dan selalu tegas membela
orang lain serta mempunyai jiwa semangat yang tinggi untuk kaum muslim dan
agama.78
Karena keteguhan dalam mengamalkan ajaran islam dan pembelaanya
terhadap rakyat tertindas maka beliau disebut sebut sebagai Pahlawan yang gigih
membela rakyat islam.79 Dasoeki ditanggkap pada 2 Februari 1922 dengan tuduhan
persdelict sehingga membuat ia harus ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara
preventief Solo karena bahaya persdelict yang ia tulis pada 20 Desember 1921 tetapi
Ahmad Dasoeki betul-betul membela dengan gagah berani kaum Muslimin dan
agamanya80 karena hal itu maka para Tokoh Moe’allimin mengangap dan menyebut
kaum kapitalis dan kaki tangannya sebagai Demit yang harus dimusnahkan. Cara
berfikir yang keras dan nonkompromis terhadap pemerintahan dan kaum kapitalis
telah membuat dan menjadikan ia sebagai musuh pemerintah.
77 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015) hlm 128 78 Ibid 129 79 Ibid 130 80 Ditangkep dan Dipendjara”, dalam Islam Bergerak, 1 Februari 1922.
39
Bahkan Soerjosasmojo juga menuliskan surat terbuka untuk Ahmad Dasoeki
dalam Islam Bergerak yang berisi motivasi dan semangat supaya meneguhkan iman
dan memantapkan hati karena itu merupakan tameng dan pedoman untuk sementara
di dalam penjara, kami rakyat islam mengucapkan terima kasih dan bahkan
Soerjosasmojo juga mengatakan bahwa dia tidak akan lupa dengan pengorbanan
Ahmad Dasoeki dan ia juga akan ikut serta dalam pergerakan Islam karena hal ini
akan menujukan ketetapan iman dan ikhtar kita untuk mencapai kemerdekan 81
Dengan hal itu maka menunjukkan ketetapan dan keberanian seorang Ahmad
Dasoeki untuk melakukan titah Allah ta’ala. Ia salah satu seorang dari rakyat Islam
yang mendapat keberuntungan lantaran kesadaranya pada pergerakan serta mendapat
bahagia lantaran perbuatanya sebagai seorang Islam dan ia selalu mengetahui
ketetapan hatinya yang membuktikan kebenaran dan ketetapan imanya dan ia sering
juga mengatakan bahwa ia berbuat untuk rakyatku dan juga berbuat atas nama dan
untuk Allah, bahkan ia juga pernah dipenjara gelap selama 4 hari kaki dan tanganya
diikat serta diberi makan nasi dan garam air saja tetapi apa sebabnya kita juga belum
terang, tetapi hal itu tidak mengurangi ketetapan hatinya sebagai Islam yang sejati82
Dasoeki ditahan dan ditangkap karena pendapatnya yang dianggap
membahayakan pemerintah, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa jika keadaan
penindasan tidak berhenti, maka akan terjadi revolusi sebagaimana yang terjadi di
daeah Rusland. Hal ini dinyatakan Ahmad Dasoeki karena melihat orang-orang yang
meghisap darah dan keringat rakyat bahkan hal tersebut dilakukan oleh pemerintahan
sendiri karena Ahmad Dasoeki yakin ketika kita menolong saudara kita maka Allah
81 Islam bergerak 20 Maret 1922 82 Islam bergerak 20 April 1922
40
juga akan menolong kita.83 Tanggal 6 sampai 8 Juni 1922, Ahmad Dasoeki diperiksa
di daerah Landraad Solo. Dan dilanjutkan lagi pada sidang lanjutan pada tanggal 13
Juni 1922, yang memutuskan bahwa Dasoeki dijatuhi hukuman enam bulan
dipenjara, dipotong masa tahanan empat bulan sepuluh hari yang dilakukan di
Sriwedari dan disaksikan oleh banyak orang.84 Pada tanggal 16 Juni 1922, Dasoeki
dipindahkan ke penjara Tipinang Meester Cornelis untuk menjalani hukumannya,
kemudian disusul tokoh Islam Bergerak, Sismadi Sastrosiswojo, ke penjara yang
sama, 85
Kemudian Syarif memberikan pengumuman :
Toea-toean tentoe telah makloem bahwa saudara Sastrosiswojo soedah
dipoetoes oleh Landraad di Solo lantaran perkara nootnja pada karangan saudara A.
Dasoeki. Kedoea saudara itoe telah tetap mendjalankan hoekoemannja masing-
masing, jaitoe saudara A. Dasoeki pada hari Djoema’at deto 16 Juni dipindah ke boei
Tipinang Meester Cornelis goena mendjalankan hoekoemannja. Dan saudara Sismadi
Sastrosiswojo pada hari Senen tanggal 19 Juni 1922 djam 10 pagi soedah masoek di
boei Solo dan hari Selasa 20 Juni dipindah djoega ke boei Tipinang Meester
Cornelis.86
Setelah keduanya mendekam di penjara maka Islam Bergerak dikuasai oleh
orang-orang Muhammadiyah, padahal sebelumnya Dasoeki dan Sismadi secara keras
melakukan serangan terhadap Muhammadiyah yang menyebabkan mundurnya
Fachrodin dari reduktor Islam Bergerak, hal ini dilihat dari surat yang dibuat oleh
Fachrodin yang berisi surat pamitan “Hatoer Pamit Saja”. Sebelumnya Fachrodin
menuduh bahwa Islam Bergerak telah menjadikan agama sebagai perkakas politik.87
Kemudian Muhammadiyah Afdeling Surakarta melakukan beberapa strategi
untuk menghentikan serangan Islam Bergerak terhadap Muhammadiyah melalui cara
83 Dasoeki, “Demit di Tanah Hindia”, dalam Islam Bergerak, 1 November 1921.(Lampiran 4) 84 Islam Bergerak, 20 Juni 1922. 85 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015) hlm.130 86 Ibid. 131 87 Islam Bergerak, 10 mei 1922, hlm. 1
41
Coup terhadap surat kabar tersebut sehingga membuat kelompok yang anti
Muhammadiyah dibuat tidak nyaman sampai akhirnya terpaksa keluar salah satuya
Soerjosasmojo, rencana ini dapat berhasil karena bantuan melalaui sekretaris
Harsoloemekso, yang sekaligus redaktur Islam bergerak.88 Koesen diturunkan
posisinya ke redaktur khusus tanpa kekuasaan, sedangkan Sjarief dalam posisi
tekanan Muhammadiyah. Serangan Islam Bergerak terhadap Muhammadiyah
akhirnya berhenti.89
Setelah Misbach keluar dari tahanan, Dasoeki bersama kelompok SATV
revolusioner kembali aktif dalam Islam Bergerak. Karena Dasoeki adalah seorang
pengikut setia dari Misbach. Menurut Dasoeki, Misbach dan Islam Bergerak
merupakan tokoh dan media yang berasas Islam sejati, Karena Misbah
mempraktikkan ajaran agama Islam dalam kancah pergerakan90.
Dasoeki menyambut gembira kehadiran kembali Misbach dan mundurnya
kelompok Muhammadiyah dari Islam Bergerak. Ia mengatakan:
“Sesoenggoehnja saja tida bisa lepas dari mendjadi kaoem Moehammadijah, tetapi
saja merasa wadjib mendjadi kaoem Moehammadijah (Moehammadijah jang sedjati)
boekan partij H. Dachlan dan Harsoloemekso enz.”91
Sikap Dasoeki sangat keras terhadap orang-orang yang duduk diHoofdbestuur
Muhammadiyah atau sering disebut oleh orang- orang dengan singkatan “MD”.
Sedangkan kaum Muhammadiyah yang tidak tulen oleh Dasoeki disebut sebagai
Moesibat Doenia (MD). Hal ini disebabkan karena mendjadi oemmat Moehammad
88 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis Pelangin
Aksara, 2015) hlm. 131 89 Islam Bergerak, 1 Agustus 1922, hlm. 1 90 Dasoeki, “Perbarisan Islam Bergerak, Kepada Mochammadijah”, dalam Islam Bergerak, 10 Januari
1923, hlm. 1 91 Ibid 133
42
mesti saja melakoekan sebagaimana lakoenja kaoem Moehammadiyah toelen (tidak
of boekan moenafek) seperti (M)oesibat (D)oenia.92
Statamen tersebut memberikan perspektif bahwa kelompok Islam
revolusioner, Muhammadiyah bukan lagi sebagai perhimpunan umat Muhammad,
tetapi perhimpunan Achmad Dachlan (Hoofdbestuur Muhammadiyah) dan
Harsoloemekso (sekretaris Muhammadiyah Afdeling Surakarta). Tetapi hal ini
sekaligus menjadi indikasi semakin menguatnya pertentangan antara Islam Bergerak
dengan Muhammadiyah. Pada bulan-bulan berikutnya, Sehingga Muhammadiyah
selalu disinggung sebagai pecundang.93
Ulama yang menjadi aktor intelektual gerakan Moe’allimin Surakarta ini
konsisten mengampanyekan gerakan revolusioner untuk menentang kapitalisme dan
kolonialisme. Gerakan Moe’allimin Surakarta mengajarkan al-Qur’an dan hadis yang
diinterpretasikan dalam konteks yang dinamis dan revolusioner dengan menggunkan
ilmu komunisme.94
Lembaga ini merupakan salah satu lembaga keagamaan yang
memperjuangkan Islam melalui SR, dan menjadikan PKI sebagai sekutu utama.
Selain itu Gerakan ini juga memberikan peran aktif dalam menerjemahkan dan
menafsirkan kedua sumber Islam tersebut kedalam bahasa Jawa. Gerakan ini berbasis
pada pandangan Islam revolusioner, dengan corak tafsir yang kontekstual. Bersama
para ulama di Madrasah Soennijah Mardi Boesono Keprabon Surakarta, seperti Kijai
Hadji Mashoed dan Kijai Hadji Mawardi, Dasoeki melakukan propaganda jihad anti
kapitalisme dan kolonialisme.95 Selain itu Dasoeki juga berpendapat bahwa sosok
92 Ibid 133 93 Islam Bergerak, 10 Desember 1922, hlm. 1 94 Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi: Wacana Keagamaan dikalangan Masa
Generasi Nu dikalangan Gus Dur(Jakarta: kompas:2010), hlm. 73 95Shiraishi, “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (Jakarta :PT Midas Surya
Grafindo, 1997) hlm. 443-444.
43
sosok Karl Marx dan gagasan-gagasannya sangat dibutuhkan oleh umat Islam yang
sedang dalam ketertindasan.96
Ketika Residen Surakarta melarang hak berkumpul bagi PKI, SR, VSTP, dan
Sarekat Boeroeh Batik (SBB), Ahmad Dasoeki masih aktif sebagai propagandis
Moe’allimin dan SR. Pertemuan keagamaan yang diselenggarakan cabang tablig
Madrasah Soennijah Mardi Boesono tersebut dijadikan media melakukan propaganda
untuk SR. Karena sering meneriakkan slogan komunisme dan revolusioner maka
pemerintah mengawasi pertemuan Mardi Boesono dan Moe’allimin sebagai
subordinatnya.97 Sehingga membuat presepsi bahwa Kebijakan ini mengundang
kontroversi, polisi kemudian dituduh menghalangi dakwah Islam, sehingga harus
dilawan.98
Sejarah Mardi Boesono sendiri didirikan oleh SATV pimpinan Misbach.
Mardi yang berarti golek (mencari) dan Boesono artinya pakaian. Sekolah ini pada
awalnya merupakan sekolah khusus bagi perempuan karena kaum laki-laki sudah
memiliki tempat pendidikan yang cukup baik, yaitu Madrasah Mambaoel Oeloem dan
Sekolah Ongko Loro. Pada Tahun 1918, sesuai keputusan dan didirikannya SATV,
namanya diubah menjadi Madrasah Soennijah Mardi Boesono yang kemudian
menjadi sekolah untuk kaum laki-laki dan perempuan. Mardi Boesono juga menjadi
tempat kursus bagi anak laki-laki yang belajar di Mambaoel Oeloem. Sekolah ini
focus pada bidang keagamaan dan politik dengan dibimbing para kyai dari Pondok
Pesantren Jamsaren Solo dan Tremas Pacitan. Di Antara para ulama yang mengajar
96 Suryanegara Ahamd Mansur, Api Sejarah (Bandung : Salamhadi Pustaka Semesta: 2010), hlm. 420-
421. 97 Dr. Syamsul Bakri,”Gerakan komunisme Islam di Surakarta 1914 -1942 (Yogyakarta, LKis
Pelangin Aksara, hlm 201 97 Shiraishi, Shiraishi, “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (Jakarta :PT Midas
Surya Grafindo, 1997) hlm .133 98 Ibid 451-454.
44
adalah K.H. Mawardi, K.H. Achmad Dasoeki, K.H. Oesmani, K.H. Mashoed, dan
ulama lainnnya.99
Dasoeki menjadi propagandis SR dan menjadi aktor dalam vergadering
Moe’allimin di Kauman Surakarta Pada tanggal 24 Januari 1924. Vergadering ini
mengkritik keras kepolisian yang campur tangan dalam acara keagamaan. Yang
mengakibatkan hak berkumpul bagi Moe’allimin dicabut pada tanggal 1 Februari
1924. Hal ini memancing kemarahan Dasoeki dan kaum muslim di Surakarta,
sehingga membuat mereka mengadakan aksi unjuk rasa besar-besaran dengan
melakukan arak-arakan dari Masjid Agung Surakarta menuju Kantor Asisten Residen
yang dilakukan setelah shalat Jum’at. Demonstrasi terbesar dan pertama di Surakarta
yang diikuti 10.000 orang tersebut berujung pada kemarahan pemerintah, sehingga
terjadi bentrokan, Dasoeki dan beberapa propagandis Moe’allimin ditangkap pada
hari tersebut, dilanjutkan dengan penangkapan Samsoeri dan Sastrowudjoni dengan
tuduhan spreekdelicten. Mawardi dan Mashoed dipecat dari Mambaoel Oeloem.100
Sekitar tanggal 17-20 Februari terjadi penangkapan atas propagandis
Moe’allimin dan kemudian disidangkan dalam proses pengadilan pada bulan April-
Agustus 1924. Dasoeki dan beberapa propagandis Moe’allimin dihukum antara 2,5
sampai 3 tahun. Gerakan Moe’allimin yang menjadi tulang punggung SR kehilangan
arsiteknya, Dasoeki. Hal ini sekaligus pukulan berat bagi PKI Surakarta. Moe’allimin
pun akhirnya tidak melakukan aktivitas politik. Pada tahun 1926-1933 Achmad
Dasoeki mulai aktif mengorganisasi kaum muslimin dalam mengadakan demontrasi
dari masjid besar Solo sehabis Sumbahjang dengan jumlah pengikut yang banyak
sekitar 30.000 orang, tepat pada tahun 1926 dan tahun 1927 mereka melakukan
99 Himawan Prasetyo, “Kauman Surakarta Tahun 1910-1930”, Skripsi,( Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, 2001), hlm. 7. 100 Shiraishi, “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (Jakarta :PT Midas Surya
Grafindo, 1997) hlm 456
45
pemberontakan secara local di Jawa Tegah, Jawa Barat dan Sumatra Barat, dengan hal
itu membuat Dasoeki ikut diasingkan ke Digoel Papua bersama istrinya.101 Selain
Dasoeki ada sebanyak 1000 orang ditangkap di Surakarta dan 500 orang dibebaskan
setelah dilakukan penahanan dan diinterogasi, 417 dipenjara setelah diadili dan 83 di
buang ke Dugul bersama Dasoeki.102 Adapun Dugul merupakan sebuah kampung
penjara Belanda di Hulu sungai Dugul dimana kaum nasional Indonesia di internir
antara tahun 1928-1942.103 Dan merupakan salah satu kabupaten di bagian selatan
Provinsi Papua di Indonesia.104 Setelah kembali dari Dugul Ahmad Dasoeki kembali
aktif dan mulai mengorganisasi dalam muda praja 1933-1935 sehingga hal itu
membuat Ahmad Dasoeki ditangkap lagi oleh Kem Pei Tai Sampai setelah
Proklamasi Kemerdekaan105. Pada tahun 1945-1947 Ahmad Dasoeki mulai aktif
kembali dalam mengorganisasi Rakyat dalam menghadapi segala kemungkinan dan
melakukan apa-apa yang perlu sehingga dengan hal itu membuat Ahmad Dasoeki
terpilih menjadi KNI.
Pada tahun 1948 inilah puncak dari pemberontakan berdarah yang sangat
kejam terjadi dimana kaum komunis melakukan kudeta dan berupaya mendirikan
Soviet Madiun.106 Tetapi pada saat ini juga Ahmad Dasoeki dipercaya menjadi ketua
G.R.I (Gerakan Republik Indonesia) selama tahun1947-1949.dan juga menjadi dewan
harian seksi komite Partai Komunis Indonesia pada tahun 1949 di Surabaya.107 Pada
101 Marco Kartodikromo, Pergaulan Orang Buangan di Boven Digoel, peny. Koesalah Soebagyo Toer (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002), hlm. 85, 102http://elsaonline.com.kh-ahmad-dasuki-siradj-saya-belum-pernah-pergi-dari-islam/ diakses 11 juli
2019 103 http://www.delpher.nl/nl/kraten/result?query=Pki+surakarta&coll=ddd dalam koran Mildere eisen
voor lidmaatschap PKI diakses tanggal 14Juli 2019 104 Ibid 105Anderson, B.(2006) Java In a Time Revolution : Occupation and Resistence, 1944-1946.E-book
hlm.354 106Alfian Tanjung, Menangkal kebangkitan PKI,(Jakarta : TarunaMuslim Press,2012), hlm.12 107Ahmad Dasoeki Siradj-PKI (Partai Komunis Indonesia)-Profil Anggota Konstituante.net 1903 05-
23 Diakses tanggal 2019-07-07
46
awal revolusi Ahmad Dasoeki kembali ke Surakarta sampai meninggal pada tahun
1965.108
B. Saat Menjadi Anggota Konstituante
Pada tahun 1955, Kiyai Achmad Dasuki Siradj menjadi salah satu perwakilan
dari PKI untuk memperebutkan kursi parlemen melalui Pemilu 1955. Beliau lolos dan
menjadi anggota Konstituante. Adapun saat memperingati hari Buruh Nasional beliau
berkhotbah adapun isi dari Khotbah tersebut adalah
Hari 1 Syawal diperingati dan dirayakan yang dimaksud untuk menyatakan
syukur kita kepada Allah SWT. karena pertama: kita telah dapat menyelesaikan tugas
puasa selama sebulan dan pada hari itu kita diperkenankan kembali makan, minum,
sebagaimana biasa sebelum puasa.
Kedua: Al-Qur’an, kitab yang memuat beberapa petunjuk yang menjadi
pedoman pokok bagi ummat Islam diturunkan pada waktu bulan Ramadlan; seperti
tersebut didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 185. “Bulan Ramadlan, dalam
bulan mana Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia dan
beberapa keterangan dari petunjuk itu dan pemisahan antara yang haq (nyata) dan
yang bathil (tidak nyata, bikin-bikinan, tipuan). Maka barangsiapa yang menyaksikan
dari antara kamu akan datangnya Ramadlan, puasalah! Dan barangsiapa yang
keadaannya sakit atau bepergian, maka puasanya dapat diperhitungkan di hari yang
lain. Allah menghendaki yang mudah bagimu dan tidak menghendaki yang sukar.
Dan hendaklah kamu menyempurnakan perhitungan puasamu dan nyatakanlah
kebesaran Allah (dengan menyerukan Allahu Akbar) sebagaimana Allah telah
menunjukkan kepadamu dan supaya kamu bersyukur”.
108Marco Kartodikromo, Pergaulan Orang Buangan di Boven Digoel, peny. Koesalah Soebagyo Toer
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002), hlm. 85, dan Effendi, Pembaruan, hlm 73.
47
Dari sini dijelaskan apabila hari 1 Syawal itu dirayakan karena untuk
melahirkan, menyatakan syukur kehadirat Allah SWT karena kita mendapatkan
ni’mat, ni’mat karena kita telah diperkenankan lagi kembali makan minum
sebagaimana biasa sebelum puasa. Ni’mat karena kita diberi kitab yang dapat
dijadikan pegangan pokok dalam menjalankan tugas agama. Dan karna ni’mat itu
maka sudah selayaknya hari itu kita rayakan dan kita peringati.
Dalam memperingati dan merayakan hari 1 Syawal ini orang (menurut
peraturan Islam) tidak boleh bersenang-senang sendiri (sekeluarga) tetapi mesti
dengan seluruh masyarakat sekitarnya. Pada hari itu jangan ada sekitar masyarakat
mereka yang merasakan susah, tetapi sebaliknya, harus turut serta senang dan
gembira, dan oleh karena itu bagi setiap Muslim yang mampu, pada malam hari 1
Syawal diwajibkan mengeluarkan zakat Fithrah, setiap jiwa kurang lebih 3 Lt bahan
makan, yang harus diberikan kepada mereka yang tidak mempunyai nafkah pada hari
itu dan lebih dulu yang berdekatan (tetangganya). Dan dalam memberikan zakat
Fithrah ini harus dilihat kebutuhan mereka yang diberinya, artinya apabila mereka
yang hendak diberi itu telah mempunyai bahan makan tapi tidak mempunyai bumbu
guna melengkapinya, maka orang yang memberikan Fithrah itu dapat dan bahkan
harus memberikan Fithrahnya dengan berujud uang yang sepadan dengan harga bahan
makan 3 Lt menurut harga umum. Dan untuk memberikan Fithrah ini atau zakat
lainnya, harus tidak memandang kepada orang yang hendak diberinya, apakah Islam
atau bukan, tetapi hanya memandang pada kehidupan mereka. Apabila mereka itu
memang tidak cukup dalam penghidupannya, maka mereka itu wajib diberi dengan
tidak usah meminta-minta.
Tersebut di dalam surat Al-Baqarah ayat 272 demikian: “Bukan kewajibanmu
untuk menunjukkan hati mereka, melainkan Allah sendiri yang dapat
48
menunjukkannya. Dan barang-barang yang kami sumbangkan untuk kebaikan, maka
itu akan manfaat bagi dirimu kembali. Dan kamu tidak akan menyumbangkan sesuatu
dengan maksud lain kecuali hanya untuk berbakti kepada Allah. Dan apa saja yang
baik yang kamu sumbangkan itu akan mendapatkan nilainya yang setimpal dan tidak
tersia-siakan”.
Ayat ini diturunkan untuk menentang mereka, pada zaman Nabi, yang
menghendaki pemberian sadaqah supaya hanya diberikan kepada orang Muslim saja,
katanya: untuk menarik yang bukan Islam supaya masuk ke dalam Islam. Hal
demikian dilarang oleh Allah dan ditegaskan bahwa dalam hal memberikan sesuatu
jangan mempunyai harapan lain, melainkan hanya menetapi kebaktian terhadap Allah.
Apabila dalam perayaan hari 1 Syawal itu dimaksudkan untuk menyatakan
syukur kehadirat Allah SWT, karena kita menerima ni’mat yang terutama ialah
diturunkannya Al-Qur’an, maka yang penting dalam hari itu bukan untuk makan-
minum yang berlebih-lebihan dan berpakaian yang mentereng, tetapi kita harus
meninjau kepada keadaan gerak-gerik kita, sudahkah langkah-langkah kita itu sesuai
dengan apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an?
Dan kita harus pula meninjau apa yang sebenarnya dicantumkan dalam Al-
Qur’an, sebagaimana telah diserukan Bung Karno dalam menyambut hari Nuzulul
Qur’an pada tahun yang lalu, di gedung balai kota Surakarta, di mana beliau
menyerukan adanya kehendak untuk mempelajari kembali, apa sebenarnya yang
diajarkan oleh Islam (Rethinking of Islam). Saya sangat setuju anjuran Bung Karno
ini, karena begitu telah banyaknya kehendak-kehendak jahat yang oleh kaum penjajah
dimasukkan dalam pendidikan agama yang memutarbalikkan ajaran Al-Qur’an. Dan
kenyataannya, jika Qur’an memerintahkan dalam memberikan zakat atau pemberian
apa saja harus tidak pandang agama orang yang hendak diberinya, melainkan hanya
49
menunjukkan kebaktiannya kepada Allah, tetapi dalam praktek yang terjadi pada saat
achir-achir ini menunjukkan kebalikan dari perintah itu, yaitu memberikan sesuatu
untuk mempengaruhi orang yang diberi ke arah yang menguntungkan fihak yang
memberi. Dan karena itu maka sebenarnya pemberian tadi bukan suatu pemberian
yang berupa sadaqah atau zakat, melainkan suatu suapan. Sedangkan apa yang
dimaksud dalam zakat Fithrah, jika kita tinjau sedalam-dalamnya, maka adalah
merupakan solidaritet yang suci dan lagi mulia.
Di dalam hari raya itu kita harus bersama makan dan masyarakat disekitarnya
pun makan juga; kita senang mereka pun senang dan kita gembira bersama-sama
mereka pula. Dengan demikian maka mudah dimengerti bahwa yang dimaksud utama
dari perayaan dan peringatan hari 1 Syawal ini, yalah untuk menanam dan
memperdalam benih-benih persatuan di dalam massa luas dan memupuk keutuhan
serta pengluasan rasa persaudaraan yang tidak membedakan antara golongan satu
dengan golongan yang lain, serta kembali mengingat benar-benar dan meneliti
langkah-langkah kita, sesuai atau tidaknya dengan apa yang telah ditunjukkan oleh
Al-Qur’an.
Demikianlah, bahwa sebenarnya tidak ada alasan menyalahgunakan khutbah-
khutbah hari Raya untuk memecah persatuan Rakyat.109
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam Khutbah tersebut menjelaskan bahwa
dalam merayakan hari 1 Syawal, orang tidak boleh egois dengan bersenang senang
sendiri bersama keluarganya melainkan mereka juga ikut bersenang senang dengan
seluruh masyarakat disekitarnya, dan jangan sampai ada masyarakat disekitar mereka
ada yang merasakan susah tetapi semua harus merasakan kesenangan dan
kebahagiaan. Acmad Daoeki juga menyuruh supaya umat muslim yang berkecukupan
109 Harian Rakjat 1 Mei 1957 “Mejongsong data ngnja dua hari besar” Kjai Hadji Dasuki Siradj
50
atau mempunyai harta lebih supaya membagikan zakat fitroh kepada mereka yang
tidak mampu atau idak mempunyai penghasilan dan wajib mnedahulukan mereka
yang ada disekitar mereka seperti tetangga atau orang-orang terdekat. Dengan
demikian maka akan menanamkan dan memperdalam benih-benih persatuan di dalam
sanubari seluruh rakyat Indonesia, memupuk kebutuhan serta menanamkan rasa
persaudaraan yang tidak membedakan antara golongan satu dengan golongan yang
lain, serta kembali mengingat benar-benar dan meneliti langkah-langkah kita, sesuai
atau tidaknya dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Al-Quran.
Selain itu dari CC komunis lain juga memberikn ucapan selamat Hari Natal
untuk umat Kristiani di Indonesia dengan seruan “Damai di Dunia.”110 Maka komunis
yang biasanya dikenal dengan Ateis atau tidak percaya akan Tuhan dengan hal ini
sedikit membuka pandangan sebagian orang bahwa tidak semua orang komunis
seperti itu salah satunya adalah Ahmad Dasoki yang memberikan sedikit Khutbah dan
ditulis dalam Harian Rakjat.
C. Risallah Persidangan Konstituante
Pada saat diadakanya sidang Konstituante pada Selasa, 26 November 1957
dimana para anggota Dewan dan Perwakilan Rakyat sudah memasuki sidang ke III
dan Rapat ke 70, yang terdiri dari 340 Anggota sedangkan kuorum yang dibutuhkan
adalah 335 maka dengan hal itu maka rapat akan saya buka. Kata Sakirman yang pada
saat itu menjadi ketua sidang.111
Pada kesempatan kali ini wakil ketua V DPR memberikan kesempatan kepada
Wongsonegoro, Tresna Sungkawati, Hamara Effendy, Atmodarmito untuk
menyampaikan pandanganya seputar dasar negara. Setelah kesempatanya selesai
maka politisi dari Partai Komunis Indonesia (PKI) itu memberikan kesempatan
110 Harian Rakjat, 24 Desember 1964 111 Risalah Perundingan Sidang Konstituante tahun 1957 jilid VI
51
kepada salah satu rekan partainya yaitu K.H Ahmad Dasoeki Siradj salah satu politisi
dari Partai Komunis Indonesia(PKI) untuk memberikan pendapatnya. Ditambah
dengan pendapat beberapa Anggota dari fraksi Masyumi yang sering menuduh
kelompok PKI yang berpotensi untuk menghancurkan masjid dan agama ketika
mereka berkuasa dengan hal itu maka membuat Ahmad Dasoeki merasa perlu
memberikan bantahan atas tuduhan tersebut adapun pendapat Ahmad Dasoeki adalah
“ Saudara Ketua,” Dasuki memulai pembicaraan ,” Rakyat mengerti bahwa sampai
detik ini PKI tidak berkuasa, tetapi kenyataan telah menunjukkan bahwa banyak
masjid-masjid yang telah menjadi korban pembakaran, orang yang bersembahyang
sudah banyak yang dibunuh tetapi bukan dibunuh dan dibakar oleh orang PKI
melainkan oleh gerombolan DI dan TII” dengan hal itu maka Ahmad Dasoeki
menyatakan dengan fakta yang ada dan apa yang terjadi sebenarnya.112
Siapa yang tidak mengerti semua tindakan kejam yang secara terang-terangan
melanggar peri kemanusiaan itu bukan dilakukan oleh PKI melainkan oleh D.I dan
T.I.I tetapi Moh.Natsir sebagai pemeluk agama Islam yang menyataan kebenaran dan
kewajiban serta kebenaran bagi pemeluknya untuk tunduk kepada ajaran Islam tidak
suka membicarakan ini, tetapi oleh beberapa pembicara golongan Islam menuduh PKI
anti agama anti Tuhan bahkan ada yang berbicara jika PKI berkuasa nanti masjid-
masjid akan dihancurkan dan pemeluk agama akan dibasmi padahal rakyat mengerti
bahwa PKI tidak berkuasa dan masjid-masjid serta orang-orang yang bersembahyang
menjadi korban dilakukan oleh DI dan T.I.I. tetapi Saudara Moh Isa Anshary dengan
tegas menyatakan bahwa tindakan tersebut berlaku karena Negara kita tidak
berdasarkan Islam tetapi saudara ketua apaka Islam sudah dijadikan Dasar Negara
112 Risalah perundingan kostituante 1957 jiid VI hlm 472
52
kita, D.I dan T.I.I bahkan sudah dilegalisir untuk berbuat sesuka hati mereka dengan
berkedok tugas Islam.113
Maka dari itu Ahmad Dasoeki memberikan pendapat bahwa menilai kebaikan
dan kebenaran agama hendaknya jangan dilihat dari kesalahan yang dibuat oleh para
pengikutnya semata mata tetapi harus dipandang dari tuntunan petunjuk itu sendiri.
Tuntunan yang menjamin seluruh aspirasi Nasional dari seluruh golongan dan lapisan
rakyat dalam revolusi nasional sekarang. Kami Fraksi Partai Komunis Indonesia tidak
menyetujui jika Islam dijadikan Dasar Negara kita ini. Bukan karena PKI anti agama
seperti yang dituduhkan terus menerus oleh para pemakai agama sebagai topeng
untuk menuduh PKI, tatapi bagaimana praktek yang berlaku sekarang ini berdasarkan
pelaksnaan dari tuntunan itu sendiri dan akibatnya diderita oleh rakyat contohnya
orang bisa mengundurkan diri dari organisasi bukan karena tidak baik anggaran
dasarnya tetapi justru karena pemimpinya yang berbuat tidak menurut anggaran dasar
dari organisasi tersebut.
Dalam hal ini Dasoeki juga merasa heran dengan beberapa Anggota Fraksi
Masyumi yang sepertinya malah meminta untuk adanya pemakluman dan
pengampunan bagi mereka yang ada di dalam kelompok DI/TII, hal in dapat dilihat
dari tanggapan fraksi Masyumi sebagai berikut” yang terhormat saudara K.H.Moh.Isa
Anshary juga setuju dengan tindakan pengacauan negara oleh gerombolan DI/TII
karena Negara Republik Indonesia bukan Negara Islam” hal ini membuat Ahmad
Dasoeki kecewa dan menyesalkan akan hal itu.
Selain itu Ahmad Dasoeki juga mencoba untuk memahamkan kepada
beberapa kelompok lain salah satunya adalah NU tentang hubungan Islam dan
Komunis. Tetapi salah satu Anggota dari fraksi NU yaitu H. Moh Thaha mengatakan
113 Risalah Perundngan Konstituante 1957 jilid VI hlm 472
53
kepada Ahmad Dasoeki agar kembali kepada ajaran Islam, terhadap hal ini, maka
Ahmad Dasoeki Siradj berkata,”kepada saudara yang terhormat H.Moh Thaha kawan
sekampung saya dari Solo, saya mengucapkan terima kasih atas ajakan Saudara untuk
saya kembali ke pada Islam, tetapi Saudara H. Moh Thaha sendiri tahu bahwa saya
belum pernah pergi dari Islam.” Kata Ahmad Dasoeki. Bahkan Dasoeki juga
meyakinkan mengatakan pengalamanya selama 33 tahun bersama PKI justru semakin
mengukuhkan bahwa jika kembli kepada Islam itu berarti untuk menjalankan hukum
Allah dalam praktek politik, maka PKI lah tempat saya. “Saya mengucapkan
terimakasih kepada Saudara K.H.Moh Thaha yang mengatakan bahwa DII/TII itu
adalah penghianat Islam114. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa Ahmad Dasoeki
merupakan sosok yang sangat mencintai Islam yang menarik Ahmad Dasoeki dapat
diterima dalam Komunis padahal Beliau sangat mencintai Islam sedangkan
Komunisme sangat membenci Islam,hal ini karena pada mada Orde Lama atau
Nasakom itu lebih mengarah kepada komunisme Orde Lama dimana harus dibedakan
antara Komunisme Paham dan Komunisme Gerakan.
Selain itu dari fraksi PKI juga ada pendapat lain tidak hanya Ahmad Dasoeki
diantaranya adalah Wikana dan Njoto yang juga memberikan pendapatnya yaitu
Wikana yang menekankan harus adanya titik pertemuan seperti dari perundingan ini,
yaitu Pancasila dan Proklamasi, memang bukan Pancasila yang melahirkan
Proklamasi Kemerdekaan tetapi yang sudah jelas ialah bahwa Revolusi kita dimulai
dengan persatan dan kesatuan Sehingga Wikana tidak sependapat jika Pancasila yang
di jadikan Dasar Negara itu sudah lahir sebelum Proklamasi.115
114 Risalah persidangan Konstituante 1957 Jilid VI hlm 479 115 http://g30s-pki.com/aksi-pki-dalam-badan-legislatif-tahun1950-1959-2-aksi-aksi-pki-dalam-
konstituante. diakses tanggal 25 Agustus 2019
54
Begitu juga dengan Njoto yang menyatakan bahwa PKI ingin tetap
mempertahankn Pancasila sebagai dasar negara dan mengajak semua Fraksi yang ada
di dalam konstituante termasuk Masyumi seperti hal nya Ahmad Daseoeki untuk
menerima Pancasila tanpa perubahan walaupun Masyumi masih mempertahankan
argumrnya. Kenapa PKI menerima Pancasila menurut Njoto adalah hal ini sama
dengan alasan-alasan Kaum Nasionalis, Katolik, Hindu Bali, Anisme dan umat
Polyteislainya serta serta kaum Ateis yang tergabung dalam parta apapun, yaitu demi
keutuhan serta untuk mengenyahkan sisa-sisa kolonialisme dan feodalisme di tanah
air dan untuk menegakkan, seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945, kalau kaum
Katolik dan Protestan telah menyatakan pancasila dapat dipertanggungjawabkan oleh
agama dan Tuhanya, maka PKI pun juga dapat mempertanggungjawabkan
penerimaan Pancasila terhadap Sosialisme.116
Alasan PKI mengajak semua Fraksi di dalam Konstituante adalah untuk
menerima Pancasila tanpa perubahan karena PKI yakin tidak ada seorang anggotapun
di dalam majelis Konstituante tidak menganut prinsip hormat-menghormati dan saling
harga menghargai terhadap kepercayaan dan keyakinan lain menurut PKI adalah
seperti oksigen karena tanpa dia tak mungkin hidup. Mengingat sebagian golongan
menganut azas kemerdekaan beragama serta menyetujui perumusan Ketuhanan Yaang
Maha Esa, maka PKI demi penghormatan dan penghargaan kepada fraks-fraksi lain
menganjurkan Pancasila diterima sebagai aklamasi tanpa perubahan, dan didalam
perdebatan ini PKI menampakkan diri sebagai pendukung dan pembela Pancasila
karena sejk peride awal konsolidasinya sampai 1959 secara Konsisten PKI
mengikuti garis kanan dengan program front persatuan.117
116http://g30s-pki.com/aksi-pki-dalam-badan-legislatif-tahun1950-1959-2-aksi-aksi-pki-dalam-
konstituante. diakses tanggal 25 Agustus 2019 117 Ibid
55
PKI menampilkan wajah demokratis untuk menghapus citranya yang buruk di
masa lalu sekalipun PKI telah menjadi salah satu pemenang dalam pemilihan umum
1955, karena PKI mempunyai tafsiran sendiri yang dipertanggungjawabkan kepada
sosialisme.118 Begitu juga yang ditegaskan oleh Njoto bahwa PKI menganggap
bahwa Pancasila adalah alat untuk mencapai kemakmuran bukan sebagai falsafah atau
pandangan hidup bangsa.
Nugroho menyatakan bahwa “PKI berjuang atas dasar perjuangn kelas, dan
berusaha menggulingkan semua pemerintahan non-Komunis” adalah benar bahwa
PKI memang berjuang atas dasar untuk semua kelas akan tetapi tujuannya bukan
untuk menggulingkan setiap Pemerintahan non Komunis. Tujuan PKI dalam tingat
sekarang adalah untuk mencapai Sistem Demokrasi Rakyat di Indonesia, sedangkan
tujuan yang lebih lanjut atau kedepanya adalah mewujudkan Sosialisme dan
kemudian Komunisme di Indonesia. Jadi pendirian Nugroho yang mempertentangkan
Pancasila dengan Komunisme adalah salah karena UUD 1945 dan Pancasila
meupakan dua Dasar Negara yang menjamin semua golongan dan aliran sera
kepercayaan di bawah naungan Negara Republik Indonesia.
Adapun beberapa pandangan Partai dalam perdebatan akan Dasar Negara dan
menjadi perdebatan yang panjang , ada tiga usulan yang diajukan yaitu, Pancasila,
Sosial-Ekonomi dan Islam119. Dimana diantara partai-partai pilitik mempunyai usulan
dasar Falsafah dan Ideologi tersendiri.
118 Saleh As’ad Djamsari, suparno.dkk, Komunisme di Indonesia Jilid III (Penumpasan Pemberontakan
PKI 1948. (Jakarta, Pusjarah TNI bekerjasama denagn yayasan Kasian Citra Bangsa, 2009. 119 Adnan Buyut Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstituante di Indonesia: Studi Soaio-Legal Atas
Konstituante 1956-1959(Jakarta : Grafiti, 2001) hlm 32-33
56
1. Pandangan Fraksi PNI
Menurut Soewirjo ajaran Sosial-Ekonomi dan ajaran negara Islam semua itu
baik, tetapi semua itu juga sudah ada dan terulis dalam Pancasila,120 sehingga
menurut Nur Sutan Iskandar bahwa tujuan mengemukakan agama itulah yang
boleh dipandang sebagai perbedaan pemikiran yang menyulitkan perundingan
untuk mencapai persetujuan, sebab hal ini telah terbukti sejak dahulu dimana
suatu negara yang didasarkan kepada salah sebuah agama jarang yang kekal, dan
jarang sekali yang tidak menimbulkan pertikaian antara negara dengan agama
negara itu sendiri.121
2. Pandangan Fraksi Masjumi
Menurut Mohammad Natsir, jika kita menerima Islam maka tidak ada satupun
dari lima sila yang terumus dalam Pancasila yang akan terlewatkankarena didalam
Islam menggunakan kaedah-kaedah tertentu dan dari kelima sila tersebut
mendapatkan substansi yang real.122Dalam Islam Pancasila sudah termuat karena
Islam itu serba sila, tidak terkecuali Pancasila hal ini diungkapkan oleh Kasman
Singordimejo.123
Tatapi ada juga kelemahan Pancasila yaitu keinginan Pancasila untuk
menjadi netral, keinginan yang ingin berdiri diatas ideology keinginan melindungi
sekalipun ideology yang ekstrim bertentanagn dengan Pancasila hal ini menurut
pandangan Rusjad Nurdin.124
Tetapi lain hal nya dengan pandangan Abdul Kahar Muzakir yang
mengungkapkan bahwa Pancasila sudah dirusak karena prinsip-prinsip yang
120 Erwin Kusuma,dan Khairul”Pancasila dan Islam(Perdebatan Antar Parpol dalam penyusunan Dasar
Negara di Dewan Konstituante),PSP UGM dan TIFA:2008, hlm 14 121 Ibid 17 122 Ibid 75 123 Ibid 101 124 Ibid 113
57
mendatangkan moral luhur dengan adanya Pncasila –Piagam Jakarta, telah hilang
dari wujud Pancasila yang awalnya menjadi sebuah Kebenaran(Agreement) telah
dirusak secara sengaja maka dengan hal itu pula perjanjian telah di dibatalkan
dengan kehendak satu pihak, yaitu pihak kebangsaan.125 Padahal dahulu
masyarakat Indonesia adalah Islam tetapi karena reretan sejarah 350 tahun yang
lalu dimana Belanda mengatur bagaimana supaya masyarakat yang kuat Islamnya
menjadi lemah , dimana otak diisi oleh ilmu tetapi rohani kehilangan dasar, ibarat
sehari selembar benang lama-kelamaan menjadi selembar kain hal ini
diungkapkan oleh Snouck Hurgronje.126 Dimana keadaan sekularisme yang tanpa
agama tidak akan mampu member pegangan hidup dan keseimbangan hidup baik
bagi perseorangan ataupun bagi suatu bangsa.
3. Pandangan Fraki NU
Dasar Islam yang terang adala Pancasila dan Sosial ekonomi yang tidak akan
merugikan sedikitpun apalagi ditambah dan disempurnakan dengan diberi jiwa
positif dan dinamis sehingga membuat keduanya tidak lagi menjadi semboyan
yang kosong.127
Dengan memelihata kesucian dan keutamaan ajaran Islam supaya tidak
disalahgunakan oleh para pengikut dan pemeluknya maka dengan hal itu
pelaksanaannya juga harus mendapat dukungan dari hukum dan UU, maka dengan
hal itu Negara harus didirikan dengan dasar Islam, karena Negara dan Islam akan
sulit sekali dipisahkan, Islam yang menjadi tuntunan Tuhan YME untuk idup dan
kehidupan karena Islam mengatur seluruh sendi kehidupan manusia.128
125 Ibid 140 126 Ibid 165 127 Ibid 200 128 Ibid 219-220
58
4. Pandangan Fraksi PKI
Yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan satu-satunya dasar yang bisa
memenuhi segala logika dan konsekuensinya dari pada makna, hal ii
sangatberbeda dengan Islam karena di dalam Islam hanya salah satu dari berbagai
banyak kepercayaan dan keyakinan yang ada di dalam masyarakat Indonesia ,
maka dengan hal itu Pancasila mampu mempertemukan keyakinan dan
kepercayaan kita semua, karena Pancasila lebih pratis, lebih objektif dan lebih
Universal daripada Islam hal itu diungkap oleh Sukirman. Begitu juga dengan
penjelasan Njoto tentang ada lebih dari 50 % kaum pemilih di dalam pemilian
umum untuk Konstituante memberikan suaranya untuk partai-partai yang
mempertahankan Pancasila, hal ini menjadi bukti bahwa Pancasila sudah
mengakar dan apa yang dikataan Pancasila itu bukan hanya diucapkan tetapi yang
dapat dibuktikan kebenaranya, selain itu kebajikan-kebajika yang diuraikan
golongan Islam itu tidak spesifik Islam dan kenyataanya Islam itu tidak khas
Indonesia.129
5. Pandangan Fraksi Partai Katolik
Sejak Proklamasi negara Republik Indonesia sampai saat ini, Islam belum
mempunyai nilai yang tingkatanya memenuhi syarat digunakan sebagai nilai
nasionalisme tetapi jika Pancasila yang sudah jelas terdiri dari nilai-nilai dan ide-
ide serta cita-cita yang tersusun secara harmonis dalam kelima sila dimana di
dalamnya terdiri dari nilai-nilai asli dari angsa Indonesia yang memang sejak dari
dulu terdapat di dalam Bumi Indonesia.
6. Pandangan Fraksi IPKI
129 Ibid 312-322
59
Nasinalisme dalam Islam terbatas oleh keyakinan tetapi Nasionalisme dalam
Pancasila lebih luas daripada nasionalisme dalam pengertian Islam, dimana kata
dan arti Pancasila berasal dan keluar dari Ibu Pertiwi yang mutlak milik angsa
Indonesia hal ini diungkapkan oleh Hamara Effendy130
7. Pandangan Fraksi PSI
Dlam hal ini perwakilan dari Fraksi ini alah mengingatkan untuk kembali
kepada tugas utama yaitu membuat konstitusi sehingga Soejatmiko malah member
saran supaya segera mengesampingkan pembahasan dasar negara , ha ini
dimaksutan untuk segera memulai pembicaraan-pembicaraan mengenai persoalan
lai tentang konstitusi negara.131
Tetapi sayangnya dari berbagai pendapat tersebutt tidak memberikan titik
temu hingga akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk
membubarkan Dewan Konstituante dan menetapkan kembali berlakunya UUD 1945.
130 Ibid 403 131 Ibid 397
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian pemaparan tentang Biografi Sang Kyai Merah Ahmad
Dasoeki Surakarta (1910-1965) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1 Relasi Islam dan Komunis berawal dari saat ISDV yang berhasil mempengaruhi salah
satu pemimpin SI Semarang sehingga membuat ISDV semakin kuat dalam
menyebarkan paham Komunisme Marxis dengan menyusupnya ISDV tersebut
membuat PKI menjadi kuat dan membuat Front Persatuan dan mulai menentang Pan-
Islamisme dan PKI membuat garis pertentangan dengan SI , maka pihak SI juga
membalas pertentangan tersebut dengan memberikan jawaban dan desakan dalam
Konggres CSI 16 bahwa agar disiplin partai ditegakkan dengan melarang keanggotaan
rangkap , maka dengan hal itu munculah SI Merah( terpengaruh PKI) dan SI Putih
(Islam)sehingga dalam sKonggres di Bandung maka PKI juga memutuskan bahwa
dimana ada SI Putih maka disitu juga harus ada SI Merah.
2 Ahmad Dasoeki lahir pada tanggal 23 Mei 1903 di daerah Keprabon Surakarta alamat
rumah beliau ada di Surakarta di Kp. Keprabon Dj. Ronggowarsito no. 33 Surakarta,
Beliau mempunyai 3 orang anak 2 laki-laki dan 1 perempuan yang bernama Prof
Ahmad Baiquni,Rofiatun Ningsih dan Marwani. Beliau memulai kariernya dengan
mendirikan dan mengorganisasi Debating Club dengan nama Idzarul Haq dan
mengorganisir para pemuda Islam guna menyiarkan pelajaran Islam pada tahun 1910
-1918, kemudian beliau memulai belajar menulis di mingguan pengunggah dibawah
pimpinan Dr. Tjipto Mangunkusumo.
61
3 Ahmad Dasuki merupakan sosok yang memiliki jiwa yang keras, revolusioner, dan
semangat berkorban yang tinggi karena dia merupakan salah satu aktivis muda dalam
dunia pergerakan Islam. Selalu tegas dalam membela kaum krama dan umat Islam
dengan statemen-statemenya dalam perjuangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
pendapatnya seperti saat beliau ditangkap karena pendapatnya yang menyatakan jika
penindasan tidak berhenti maka akan terjadi Revolusi seperti di Rusland. Selain itu
beliau juga mengisi Khotbah dalam hari Buruh Nasional dan juga beliau mengatakan
beberapa pendapat dalam Risalallah perundingan Konstituante yang menyatakan tidak
pernah meninggalkan Islam bersama PKI karena beliau berpendapat bahwa menilai
kebaikan dan kebenaran Agama hendaknya jangan dilihat dari kesalahan pengkutnya
tetapi dilihat dari tuntunan petunjuk itu sendiri, hhukum Islam itu berarti menjalankan
hukum Allah.
B. Saran
Ahmad Dasoeki merupakan salah satu tokoh Komunis yang sangat
berpengaruh dalam kesejahteraan umat islam dan sangat membela kebenaran dan
kesejahteraan rakyat, sehingga tidak membuat masyarakat menilai seseorang dari satu
sisi saja melainkan masih banyak sisi baik yang lainya.
62
Daftar Pustaka
A. Buku
Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990
Abdullah, Taufiq(ed). Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia,
1991.
Ahmad Mansur, Suryanegara. Api Sejarah. Bandung: Salam Hadi Pustaka Semesta, 2010.
Bastian, Radis. Rekam Peristiwa Politik Paling Mengekamkan. Yogyakarta, 2016
Bakri, Dr. Syamsul. Gerakan Komunisme Islam di Surakarta 1914-1942. Yogyakarta:
LKis Pelangi Aksara, 2015.
B, Anderson. Java In a Time Revolution : Occupation and Resistence 1944-1946, 2006.
Daliman, A. Metodologi Penelitian Sejarah.Yogyakarta: Ombak, 2012.
De Graaf, H. J dan TH. Pigaud. KerajaanIslam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik
Abad XV dan VI ter. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001.
Dinut, Alex. Kewaspadaan Nasional daan Budaya Laten Komunis. Jakarta:
PT.Intermasa,1997.
Djamsari, Saleh As’a, Suparno.dkk, Komunisme di Indonesia Jilid I I(Penumpasan
Pemberontakan PKI 1948. Jakarta, Pusjarah TNI bekerjasama denagn yayasan
Kasian Citra Bangsa, 2009.
Effendi, Johan. Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi: Wacana Keagamaan
dikalangan MasaGeerasi Nu dikalangan Gus Dur. Jakarta: Kompas, 2010.
Esposito, John. L dan John O.Vool. Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, ter. Sugeng
Haryanto et. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Gie, Soe Hok. Di Bawah Lentera Merah .Yogyakarta: Benteng Budat, 1922
63
Tanjung, Alfian. Mengenyam Komunisme:Langkah dan Strategi menghadapi kebangkitan
PKI. Jakarta: Taruna Muslim Press, 2006.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Kosim, E. Metode Sejarah Asas dan Proses. Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogjakarta; Bentang, 1955.
Kartodikromo, Marco. Pergaulan Orang Buangan di Boven Digoel. Peny. Kosalah
Soebagyo Toer. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2002.
Lombard, Denny. Nusa Jawa: Silang Budaya, WarisanKerajaan-kerajaan Kosentrasi.
Jakarta; Gramedia, 1996.
Mukti Ali.A. Metode Memahami Agama Islam. Jakarta:Bulan Bintang, 1990
Muljana, Slamet. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.
Yogyakarta: PT. LKis Pelanggi Aksara, 2008.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1996
Notosusanto,Nugroho dan Ismail Saleh. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi dan Penumpasanya. Jakarta, 1994.
Nurdi, Herry. Jejak Fremasson dan Zionis di Indonesia. Jakarta: Cakrawala Publising,
2006.
Pringgodigdo, A. K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat, 1984.
Prawiranegara, Sjarifuddin. Islam dalam Pergolakan Dunia. Bandung: Al Ma’arif, 1950.
Prawiranegara, Sjarifuddin. Tindjauhan Singkkat tentang Politik dan Revolusi Kita.
Yogyakarta: Badan Penerbit Indonesia Raya, 1948.
Raid, Hasan. Pergulatan Muslim Komunis: otobiografi Hasan Raid. Yogyakarta: LKPSM
Syarikat, 2011
Ricklef, M. C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Serambi, 2008.
64
Risalah Perundingan Konstituante jilid VI tahun 1957
Suparndan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosil: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta:
Bumi Aksara, 2011.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendidikan Kuatittif, Kualitatif dan R&R.
Bandung, 2010.
Shiraishi. Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: PT. Midas
Surya Grafindo, 1997.
Samsuri. Politik Islam Anti Komunis: Pergumulan Masyumi dan PKI di Arena Demokrasi
Liberal. Yogyakrta: Safini Insani Pers, 2004.
B. Koran atau Majalah
Central Comite PKI. Ucapan Selamat Hari Natal. Harian Rakjat 24 Desember 1964
Dasoeki. Ditangkep dan Dipenjara, Dalam Islam Bergerak 1 Februari 1922
––——. Seorang dari Palawan Kita. Dalam Islam Bergerak 20 April 1922
———. Demit di Tanah Hindia. Dalam Islam Begerak 1 November 1921
———. Perbarisan Islam Bergerak kepada Mochamaddijah. Dalam Islam
Bergerak 10 Januari 1923
Kartodikromo, Marco. Sama Rasa Sama Rata. Dalam Sinar Djawa 16 April 1918
Sastrosiswojo, S. Donie Baharoe. Dalam Islam Bergerak 20 Juni 1922
Siradj Dasuki, Menjongsong data ngjha dua hari besar. Dalam Harian Rakjat I Mei
1957
Sjarif, Nasehat. Dalam Islam Bergerak 10 Mei 1922
Soerjosasmojo, Soerat Terboeka, Dalam Islam Bergerak 20 Maret 1922
C. Penelitian
Suhartono. Desertasi Apanehe dan Bekel : Perubahan Sosil di Perdesaan Surakarta(
1830-1920). Yogyakarta; Universitas Gadja Mada. 1989.
Prasetyo Himawan. Skripsi. Kauman urakarta Tahun 1910-1930. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada. 2001
65
Wasulnuri. Skripsi. Perseteruan Partai Masyumi dengan Partai Komunis
Indonesia.Yogyakarta Universitas Sunan Kalijaga. 2008
D. Wawancara
H,(71 th).23Juli 2019, wawaancara tentang jumlah anak Ahmad Dasoeki di Masjid
Suniyah Keprabon Surakarta
M,(68 th). 23 Juli 2019, wawancara tentang aktivitas istri Ahmad Dasoeki di Masjid
Suniyah Keprabon Surakarta.
E. Internet http://www.kosntituante.net/id/profile/PKI_Achmad_Dasuki_Siradj.
http://id.m.wikepedia.org/wiki/Achmad_Baiquni
http:/delper.nl/nl/kraten/result?query=Pki+Surakarta&coll=ddd dalam koran Mildere
eisen lidmaatschap PKI
http://elsanonline.com.kh-ahmad-dasuki-siradj-saya-belum-pernah-pergi-dari-islam/
66
67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(Sumber Perpusnas koran islam Bergerak 1 November 1991) (Sumber Perpusnas koran Islam Bergerak 1 Februari 1992)
68
(Sumber Perpusnas koran Islam Bergerak 20 Maret 1922)
(Sumber Perpusnas koran Islam Bergerak 22 April 1922)
69
(Sumber Perpusnas koran Islam Bergerak 1 Januari 1923)
70
(Ahmad Dasoeki menulis Islam Bergerak sumber perpusnas) (Snevliet 1927 sumber internasional Institut of sosial historwwww.iisg.nl)
(para tawanan dibawa kr dugul ) (Para tawanan di bawa ke dugul)
71
Wawancara di masjid Suniyah Surakarta
72
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi :
Nama Lengkap : Anisa Septiana Setyaningrum
Nama Pnggilan : Anisa
Tempat Tanggal Lahir : Sragen 27 September 1997
Alamat : Dusun Jetis, Desa Jetis Rt. 13, Kec. Sambirejo, Kab. Sragen
Prov. Jawa Tengah
Jenis Kelamin : Perempuan
NO.Hp : 085801344957
Email : [email protected]
Pendidikan :
TK Pertiwi Jetis I
SD Jetis I
Ponpes Mts Al- Amin Mojolaban Sukuharjo
MAN 2 Surakarta(Boarding School)
IAIN Salatiga( Sejarah Peradaban Islam)