Case Stroke Anisa Fix
-
Upload
nadia-paramaosa -
Category
Documents
-
view
284 -
download
0
description
Transcript of Case Stroke Anisa Fix
LAPORAN KASUS
Stroke Infark
DISUSUN OLEH:
Anisa Putri1102010024
PEMBIMBING :
Dr.H. Nasir Okbah Sp.S
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF
NEUROLOGI RSUD GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2014
BAB I
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.Y
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perum Melayu Asri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal Masuk : 4 Agustus 2014
Tanggal Periksa : 9 Agustus 2014
ANAMNESA (autoanamnesa)
A. Keluhan Utama
Lemah anggota badan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemah anggota badan sebelah kiri sejak 5 jam
SMRS. Keluhan dirasakan secara mendadak pada siang hari saat pasien sedang
mencuci piring. Saat itu pasien masih bisa berjalan dengan sedikit menyeret kaki
kirinya. Sebelumnya pasien sempat merasakan kesemutan dan baal-baal pada kaki
kirinya kurang lebih 1 minggu SMRS.
Keluhan diatas disertai nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan nyut-nyutan pada
bagian atas alis.keluhan penurunan kesadaran, muntah proyektil,dan kejang disangkal
pasien. Saat ini pasien masih merasakan lemah pada anggota gerak sebelah kiri. BAK
dan BAB dalam batas normal. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang
lalu dan jarang kontrol ke rumah sakit. Pasien juga memiliki penyakit gula. Riwayat
penyakit jantung dan merokok disangkal pasien.
2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat HT diakui sejak 3 tahun yang lalu tidak terkontrol.
- Riwayat DM diakui pasien. Pasien didiagnosis mempunyai penyakit gula saat
dioperasi insisi didaerah rahang oleh dr.Hadiyana di RSUD dr slamet Garut.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal
E. Sosial - Ekonomi
Cukup
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 88x/menit reguler
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
Turgor : baik
Gizi : baik
Kepala : Normocephal
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thoraks : Simetris bilateral
Jantung : BJ I,II reguler murni, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Vesikuler Ka = Ki, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : datar, lembut, nyeri tekan (-), bising usus normal
Extremitas : Akral hangat, edema -/-, turgor baik
3
B. Pemeriksaan Neurologi
1. Inspeksi:
Kepala : normocephal, tidak ada deformitas
Columna vertebra : tidak ada deformitas
2. Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -
Brudzinski 1 : -
Brudzinski 2 : -
Brudzinski 3 : -
Brudzinski 4 : -
Laseque : Tidak terbatas, > 700
Kernig : Tidak terbatas, > 1300
3. Saraf otak
N. cranialis Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius) Penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. II (Optikus)
Ketajaman Penglihatan
Campus (tes konfrontasi)
Refleks cahaya langsung
Fundus okuli
dbn
dbn
+
Tidak dilakukan
dbn
dbn
+
Tidak dilakukan
N. III (Okulomotorius)/ N. IV
(Troklearis)/ N. VI (Abdusens)
Ptosis
Pupil
Refleks cahaya tak langsung
Posisi mata
Gerakan bola mata
Nistagmus
(-)
Isokor, D : 3mm
+
Ortoforia
Baik segala arah
-
(-)
Isokor, D : 3mm
+
Ortoforia
Baik segala arah
-
4
N. V (Trigeminus)
Sensorik
Oftalmicus
Maksillaris
Mandibularis
Refleks kornea
Motorik
Refleks mengunyah
dbn
dbn
dbn
tidak dilakukan
dbn
hipestesi
hipestesi
hipestesi
tidak dilakukan
dbn
N. VII (Facialis)
Mengangkat alis mata
Memejamkan mata
Lipatan nasolabial
Rasa kecap 2/3 bagian muka lidah
dbn
dbn
dbn
tidak dilakukan
dbn
kiri terangkat
kesan kiri tertinggal
tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
Keseimbangan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N. IX (Glosofaringeus) / N. X (Vagus)
Suara bicara
Menelan
Refleks faring
Uvula
Refleks kecap 1/3 belakang
dbn
dbn
tidak dilakukan
dbn
tidak dilakukan
N. XI ( Assesorius )
Menenggok kanan kiri dbn
5
Mengangkat Bahu dbn
N. XII ( Hipoglossus )
Gerakan Lidah
Atrofi otot lidah
Tremor Lidah/fasikulasi
dbn
dbn
dbn
4. Motorik
Pemeriksaan Kekuatan Tonus Atrofi Fasikulasi
Anggota badan atas Parese kiri
( 5/3 )
Baik/baik - -
Anggota badan bawah Parese kiri
( 5/3 )
Baik/baik - -
Cara berjalan Sulit dinilai
5. Sensorik
Pemeriksaan Permukaan Dalam
Anggota badan atas n n
Batang tubuh n n
Anggotabadanbawa
h
n n
6. Vegetatif
BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
Diit : dalam batas normal
7. Koordinasi
6
Cara bicara : dbn
Tremor : tidak ada
Test telunjuk hidung : tidak dilakukan
Test tumit lutut : tidak dilakukan
Test romberg : tidak dilakukan
8. Refleks
Reflek fisiologis
Refleks Dextra / Sinistra
Biseps + /
Triseps + /
Brachioradialis + /
Patella + /
Achiles + /
Reflek Patologis
Refleks Ekstremitas Dextra Ekstremitas Sinistra
Babinski - +
Chaddock - -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
9. Pemeriksaan fungsi luhur
7
Hubungan psikis : baik
Afasia : motorik : -
sensorik : -
Ingatan : jangka pendek : dbn
jangka panjang : dbn
DIAGNOSA KERJA
Stroke ec infark aterotrombotik sistem karotis dextra dengan faktor resiko hipertensi dan
diabetes mellitus tipe 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN PEMERIKSAAN
1. Laboratorium :
- Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit)
- Kimia klinik (Ureum, Kreatinin, GDS, Asam Urat, Kolesterol, Trigliserida)
- Elektrolit (Na, K,Cl, Ca)
2. Pemeriksaan EKG
3. Radiologi :
- Rontgen thorax
- CT-scan
6 Agustus 2014
Darah Rutin
Hb : 13,6 mg/dL
Ht : 40 %
Leukosit : 7290/mm3
Trombosit : 232.000/mm3
Kimia klinik
GDP : 178 mg/dL
Ureum : 59 mg/dL
Kreatinin : 1,1 mg/dL
8
Kolesterol total : 265 mg/dL
HDL : 4 mg/dL
LDL : 132 mg/dL
Asam urat : 5.8 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 131 mEq/L
Kalium : 4,0 mEq/L
Klorida : 104 mEq/L
Kalsium : 4.21 mg/dL
RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemah anggota badan sebelah kiri sejak 5 jam
SMRS. Keluhan dirasakan secara mendadak saat pasien sedang mencuci piring. Saat
itu pasien masih bisa berjalan dengan sedikit menyeret kaki kirinya. Sakit kepala
hebat tidak dirasakan, adanya keluhan muntah menyemprot dan pingsan disangkal
pasien. Saat ini pasien masih merasa lemah belum bisa berjalan. Kejang disangkal.
BAK dan BAB dalam batas normal. Riwayat hipertensi ( + ) sejak 3 tahun, tidak
terkontrol. Riwayat DM ( + ), penyakit jantung ( - ), merokok ( - ).
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 88x/menit reguler
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
N. VII : hemiparesis N VII sinistra sentral
Motorik : kesan hemiparesis kiri
9
Refleks Fisioligis
Biseps : + /
Triceps : + /
Brachioradialis : + /
Patella : + /
Achilles : + /
Refleks Patologis
Babinski : -/+
DIAGNOSA
Klinis : Stroke
Lokalisasi : Karotis kanan
Etiologi : Infark aterotrombotik
Faktor resiko : Hipertensi + diabetes mellitus
Diagnosa : Stroke ec infark aterotrombotik sistem karotis kanan dengan faktor resiko
hipertensi dan diabetes mellitus.
TERAPI
Infus Asering + drip reotal jumbo 1 amp 15gtt/menit
Inj Kalmeco 2 x 1 amp
Inj brainact 2 x 1000mg
Inj Pranza 1 x 40mg
Clopidogrel 1x75mg
PROGNOSIS
10
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 6 Agustus 2014
Keluhan : Lemah anggota gerak kiri
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150 / 100 mmHg
Nadi : 92 x/menit reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : gbm baik kesegala arah. Pupil bulat isokor
- N VII : kesan parese sinistra sentral
- N XII : kesan parese sinistra
Sensorik : n / hipestesi sinistra
Motorik
- Anggota badan atas : 5 / 3
- Anggota badan bawah : 5 / 3
Terapi
- inf asering + drip reotal jumbo 15 gtt / menit
- inj brain act 2 x 1000mg
- inj pranza 1 x 40mg
- inj kalmeco 2 x 1 amp
11
Tanggal 7 Agustus 2014
Keluhan : tangan sebelah kiri masih terasa berat, kaki kiri sudah perbaikan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140 /90 mmHg
Nadi : 76 x/menit reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.4 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : gbm baik kesegala arah. Pupil bulat isokor.
- N VII : kesan parese sinistra sentral
- N XII : kesan parese sinistra
Sensorik : n / hipestesi sinisra perbaikan
Motorik
- Anggota badan atas : 5 / 4
- Anggota badan bawah : 5 / 4
Terapi
- inf asering 15 gtt / menit
- inj brain act 2 x 1000mg
- inj pranza 1 x 40mg
- inj kalmeco 2 x 1 amp
12
Tanggal 8 Agustus 2014
Keluhan : Fungsi anggota gerak kiri membaik. Kadang ada kesemutan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140 / 90 mmHg
Nadi : 68 x/menit reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.8 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : gbm baik kesegala arah. Pupil bulat isokor.
- N VII : kesan parese sinistra sentral perbaikan
- N XII : kesan parese sinistra perbaikan
Sensorik : n / 4
Motorik
- Anggota badan atas : 5 / 4
- Anggota badan bawah : 5 / 4
Terapi
- Brain act odis 2 x 1 tab
- Amlodipin 5mg 0 - 0 – 1
- Clopidogrel 1 x 75mg
Pasien boleh pulang
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yang menyerang kelompok usia di
atas 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh
darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis
atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri. Perubahan
dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifa primer karena
kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti
peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala dan akan muncul
secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF = cerebral blood flow) turun sampai ke
tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi
otak (threshold of brain functional activity). Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik
yang disebut stroke. Gejala tergantung lokalisasi daerah yang mengalami iskemia,
misalnya mengenai daerah pusat penglihatan maka akan timbul gangguan ketajaman
penglihatan atau gangguan lapangan pandang.
Dua pertiga depan dari kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat
darah dari sepasang a. karotis interna, sedangkan sepertiga bagian belakang yang meliputi
serebelum, korteks oksipital bagian posterior dan batang otak, memperoleh darah dari
sepasang a. vertebralis (a. basilaris). Jumlah aliran darah otak (CBF) biasanya dinyatakan
dalam cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak (cerebral
perfusion pressure = CPP) dan resistensi serebrovaskuler (cerebrovascular resistance =
CVR).
CBF = CPP = MABP-ICP
CVR CVR
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik (MABP = mean arterial
blood pressure) dikurangi dengan tekanan intrakranial (ICP = intracranial pressure),
14
sedangkan komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tonus pembuluh darah otrak
2. Struktur dinding pembuluh darah
3. Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak
ANATOMI OTAK
Otak memperoleh darah melalui 2 sistem, yakni sistem karotis (arteri karotis interna
kanan dan kiri) dan sistem vertebral. A. karotis interna setelah memisahkan diri dari a.
karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan
dalam sinus kavernosus, mempercabangkan a.oftalmika untuk n. optikus dan retina,
akhirnya bercabang dua : a. serebri anterior dan a. serebri media. Untuk otak, sistem ini
memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis, dan beberapa lobus temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh a. vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di a.
subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di columna vertebralis
cervikalis, masuk ke rongga cranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan
masing-masing a. cerebelli inferor. Pada batas medulla oblongata dan pons, keduanya
bersatu menjadi a. basilaris, setelah mengeluarkan ketiga cabang arteri pada tingkat
mesensefalon a. basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: a. cerebri posterior yang
melayani darah bagi lobus occipitalis dan bagian medial lobus temporalis.
Ketiga pasang a. serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak dan
beranastomosis satu dan lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam
jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a. serebri lainnya.
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya tiga sistem kolateral
antara sistem karotis dan vertebral, yaitu :
1. Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a. serebri
kanan kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a. serebri
anterior), sepasang a. serebri posterior, dan a. komunikan posterior
(menghubungkan a. serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri
ini terletak di dasar otak.
2. Anastomosis antara a. serebri interna dan a. karotis eksterna di daerah orbita,
masing-masing melalui a. oftalmika dan a. fasialis ke a. maksilaris eksterna.
15
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan a. karotis eksterna (pembuluh darah
ekstra kranial)
Selain itu, masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga
menurut buskirk tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem : kelompok vena interna, yang
menghubungkan darah ke vena Galen, dan sinus rectus dan kelompok vena eksterna yang
terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan
menuju ke jantung.
16
DEFINISI
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
KLASIFIKASI
I. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya
1. Stroke Iskemik/Infark
a. Aterotrombotik
b. Tromboemboli
c. Kardioemboli
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan subarakhnoid
II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
17
1. TIA (transient iscemic attack)
2. Stroke in evolution
3. Reversible neurological deficit (RND)
4. Completed stroke (CS)
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebrobasiler
Stroke Iskemik/Infark
Patofisiologi
Fisiologi Otak
Jumlah aliran darah ke otak disebut sebagai cerebral blood flow (CBF) dan dinyatakan
dalam satuan cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada tekanan perfusi
otak/cerebral perfusion pressure (CPP) dan resistensi serebrovaskular/cerebrovascular
resistance (CVR).6,11 Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah otak
adalah 50,9 cc/100 gram otak/menit. Hubungan antara ketiga variabel ini dinyatakan
dalam persamaan berikut:
CBF = CPP = MABP-ICP
CVR CVR
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik /mean arterial blood pressure
(MABP) dikurangi dengan tekanan intracranial/intracranial pressure (ICP), sedangkan
komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tonus pembuluh darah otak,
struktur dinding pembuluh darah, viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak.
Ambangbatas aliran darah otak ada tiga, yaitu:
a. Ambang fungsional : batas aliran darah otak 50-60 cc /100 gram/menit. Bila tidak
18
terpenuhi akan menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf
masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak: batas aliran darah otak sekitar 15 cc/100 gram/menit,
yang bila tidak tercapai akan menyebabkan aktivitas listrik neuronal berhenti. Ini berarti
sebagian struktur intrasel telah berada dalam proses disintegrasi.
c. Ambang kematian sel, yaitu batas aliran darah otak yang bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan kerusakan total sel-sel otak. CBF dibawah 15 cc/100 gram/menit.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak antara lain:
a. Keadaan pembuluh darah, dapat menyempit akibat stenosis atau ateroma atau
tersumbat oleh trombus/embolus.
b. Keadaan darah, viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat akan
menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat dapat menyebabkan
oksigenasi otak menurun.
c. Tekanan darah sistemik yang memegang peranan tekanan perfusi otak.
Autoregulasi Otak
Autoregulasi otak yaitu kemampuan darah arterial otak untuk mempertahankan aliran
darah otak tetap meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak. Dalam keadaan
fisiologis, tekanan arterial rata – rata adalah 50 – 150 mmHg pada penderita normotensi.
Pembuluh darah serebral akan berkontraksi akibat peningkatan tekanan darah sistemik
dan dilatasi bila terjadi penurunan.10 Keadaan inilah yang mengakibatkan perfusi otak
tetap konstan. Autoregulasi masih dapat berfungsi baik, bila tekanan sistolik 60 – 200
mmHg dan tekanan diastolik 60 – 120 mmHg. Dalam hal ini 60 mmHg merupakan
ambang iskemia, 200 mmHg merupakan batas sistolik dan 120 mmHg adalah batas atas
diastolik. Respon autoregulasi juga berlangsung melalui refleks miogenik intrinsik dari
dinding arteriol dan melalui peranan dari sistem saraf otonom.
Metabolisme Otak
Otak dapat berfungsi dan bermetabolisme tergantung dengan pemasukan oksigen. Pada
individu yang sehat pemasukan oksigen sekitar 3,5 ml/100 gr/menit dan aliran darah otak
19
sekitar 50 ml/100 gram/menit. Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan otak,
bila dioksidasi maka akan dipecah menjadi CO2 dan H2O. Secara fisiologis 90% glukosa
mengalami metabolisme oksidatif secara komplit, 10% yang diubah menjadi asam
piruvat dan asam laktat (metabolisme anaerob). Bila aliran darah otak turun menjadi 20 –
25 ml/100 gram otak/ menit maka akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi
ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi neuron dapat dipertahankan.
Gejala Infark Otak
Onset terjadinya infark otak biasanya mendadak, kadang-kadang bertahap didahului oleh
Transient Ischemic Attack (TIA). Penderita sering mengeluh sakit kepala disertai muntah.
Umumnya defisit neurologis dirasakan saat bangun tidur atau sedang istirahat. Pada
permulaan sakit, kesadaran biasanya tidak terganggu. Infark otak biasanya tidak
menunjukkan kelainan pada liquor serebrospinalis, cairan jernih, tekanan normal, dan
eritrosit kurang dari 500. Pada CT Scan ditemukan adanya daerah hipodens yang
menunjukkan infark/iskemik dan edema.
a. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari
trombosit, fibrin, eritrosit dan leukosit. Trombus terbentuk pada arteri otak yang
sklerotik. Oleh karena itu, sering terdapat pada usia lanjut dengan hipertensi atau
faktor risiko lain.
b. Emboli
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin, trombosit,
udara, tumor, metastase, bakteri dan benda asing. Emboli berasal dari trombus
yang rapuh dan kristal kolesterol dalam arteri karotis dan arteri vertebralis yang
sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli
arteri intrakranium, yang akhirnya menyebabkan iskemia otak. Kelainan jantung
seperti infark miokard akut, endokarditis bakterial sub akut, fibrilasi atrium,
kelainan katup, dan lain-lain dapat menjadi faktor risiko terjadinya embolisasi.
20
Gejala Penyumbatan Sistem Karotis
a. Gejala penyumbatan arteri karotis interna
Buta mendadak (amaurusis fugaks)
Afasia bila gangguan terletak pada sisi dominan
Hemiparesis kontralateral dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
b. Gejala penyumbatan arteri serebri anterior
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebuh menonjol
Gangguan mental (bila lesi di frontal)
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh
Inkontinensia
Kejang
c. Gejala penyumbatan arteri serebri media
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang sama, bila tidak di
pangkal maka lengan lebih menonjol.
Hemihipestesia
Gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan yang terserang, seperti
afasia motorik/sensorik
d. Gangguan pada kedua sisi
Karena adanya sklerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada kedua
sisi. Timbul gangguan pseudobulbar, biasanya pada vaskular dengan gejala-gejala :
Hemiplegia dupleks
Sukar menelan
Gangguan emosional, mudah menangis
Gejala gangguan sistem Vertebro-Basiler
a. Sumbatan pada arteri serebri posterior
Hemianopsia homonim kontralateral dari sisi lesi
Hemiparesis alternans
21
Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif (termasuk rasa getar)
kontralateral (hemianestesia)
Bila cabang talamus tersumbat, maka timbul sindrom talamikus, yaitu :
- Nyeri talamik, yaitu suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan;
pada pemeriksaan raba terdapat anestesia, tapi pada tes tusukan timbul rasa nyeri
(anestesia dolorosa)
- Hemikorea, disertai hemiparesis, disebut sindrom Dejerine Marie
b. Sumbatan pada arteri vertebralis
Bila sumbatan pada sisi dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg. Sumbatan pada
sisi yang tidak dominan seringkali tidak menimbulkan gejala.
c. Sumbatan pada arteri serebeli posterior inferior
Sindrom Wallenberg, berupa ataksia serebelar pada lengan dan tungkai di sisi yang
sama, gangguan N.II dan refleks kornea hilang pada sisi yang sama. Selain itu
dapat pula terjadi :
Sindrom Horner sesisi dengan lesi
Disfagia, apabila infark mengenai nukleus ambiguus ipsilateral
Nistagmus, jika terjadi infark pada nukleus vestibular
Hemihipestesia alternans
d. Sumbatan pada cabang kecil arteri basilaris
Paresis nervi kraniales yang nukleusnya terletak di tengah N.III, N.IV, dan N. XII,
disertai hemiparesis kontralateral.
Bila lesi di kortikal akan terjadi gejala klinik, seperti afasia, gangguan sensorik kortikal,
muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh, eye deviation, hemiparese
yang disertai kejang.
Bila lesi di subkortikal,akan timbul gejala klinik, seperti muka, lengan dan tungkai sama
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan
tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi di kapsula interna.
Bila lesi di batang otak, terdapat gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-
22
tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartria,
gangguan menelan dan deviasi lidah.
Bila lesi di medula spinalis, akan timbul: gangguan sensoris dan keringat sesuai tinggi
lesi, miksi dan defekasi.
FAKTOR RISIKO STROKE
Faktor-faktor risiko stroke adalah faktor-faktor yang berhubungan erat dengan terjadinya
sroke. Berbagai faktor tersebut antara lain adalah ;
Mayor :
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Penyakit jantung
- Pernah menderita stroke sebelumnya
Minor :
- Merokok
- Obesitas
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Kurang olahraga
- Stres
- Alkoholisme
- Hiperlipidemia
- Asam urat yang tinggi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Stroke Iskemik
Scan tomografik
Angiografi serebral
Pemeriksaan LCS
Kimia Darah
Doppler, EKG
PENCEGAHAN PRIMER STROKE:
23
a. Mengatur pola makan yang sehat
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan risiko
terkena serangan stroke. Sebaliknya, mengkonsumsi makanan rendah lemak
jenuh dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan
yang dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah:
1. Makanan dari berbagai biji-bijian yang membantu menurunkan kadar
kolesterol:
a. Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah,
bulgur, jagung dan gandum
b. Oat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, akan menurunkan
tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari
c. Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum,
menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida
d. Kacang-kacangan menurunkan kolesterol LDL dan mungkin mencegah
aterosklerosis
2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke:
a. Makanan/ zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein seperti
asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin
b. Susu yang mengandung protein, kalsium, zinc dan B12 mempunyai efek
proteksi terhadap stroke
c. Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega 3,
EPA dan DHA yang merupakan pelindung jantung dengan efek
melindungi terhadap risiko kematian mendadak, mengurangi risiko
aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan kecenderungan adesi
platelet, sebagai prekursor prostglandin, inhibisi sitokin, antiinflamasi dan
stimulasi NO endothelial
d. Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan seperti vitamin C, E,
betakaroten
e. Buah-buahan dan sayur-sayuran
Sayuran hijau dan jeruk
24
Apel
f. Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan
3. Rekomendasi tentang makanan:
a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium
b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans
fatty acids
c. Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty acids,
monounsaturated fatty acids, makanan berserat dan protein nabati
d. Nutrient harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen
e. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang
f. Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal
g. Hindari makanan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendah
h. Sumber lemak hendaknya dari sayuran, ikan, buah polong dan kacang-
kacangan
i. Utamakan makan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti, pasta,
sereal dan kentang daripada gula
b. Melakukan Olah Raga yang Teratur
Melakukan aktivitas fisik yang memiliki nilai aerobic minimal 30 menit dan
minimal tiga kali perminggu untuk menurunkan tekanan darah, memperbaiki
kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL.
c. Menghentikan Rokok
Karena merokok dapat menyebabkan peninggian koagubilitas, viskositas darah,
meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan
tekanan darah, meninggikan hematokrit, menurunkan HDL dan meningkatkan
LDL kolesterol
d. Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat
25
Bila dalam dosis berlebihan dan jangka panjang akan menyebabkan tekanan darah
meningkat, memudahkan terjadinya stroke hemoragik
e. Memelihara Berat Badan Layak
Disarankan untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25 kg/m2, garis
lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita dan <90 untuk laki-laki
f. Pemakaian Kontrasepsi Oral
Untuk wanita perokok atau disertai dengan faktor risiko lain atau pernah
mengalami kejadian tromboemboli sebelumnya disarankan untuk menghentikan
pemakaian kontrasepsi oral
g. Penanganan Stres dan beristirahat yang cukup
1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari
2. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif
3. Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah
h. Pemeriksaan Kesehatan Teratur dan Atas Advis Dokter Dalam Hal Diet dan Obat
i. Pemakaian antiplatelet (asetosal)
Dianjurkan untuk wanita dengan risiko tinggi.
TERAPI UMUM
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien
tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan ganggaun jalan napas
Pada pasien hipoksia diberikan suplai oksigen
Intubasi ETT atau LMA diperlukan pada pasien dengan hipoksia atau syok
atau pada pasien yang beresiko untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
26
Berikan cairan kristaloid atau colloid intravena
Dianjurkan pemasangan CVC
Optimalisasi tekanan darah
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama
c. Pemeriksaan awal fisik umum
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal
Derajat kesadaran
Pemeriksaan pupil dan okulomotor
Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK
Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral
Monitor tekanan intracranial
Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP > 70 mmHg
e. Penanganan transformasi hemoragik
Dengan memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan darah
arterial secara hati-hati
f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti
oleh fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit
Bila kejang belum teratasi maka perlu dirawat di ICU
Pemberian antikonvulsan profilaktik pada penderita stroke iskemik tanpa
kejang tidak dianjurkan
27
Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi
profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila
tidak ada kejang selama pengobatan
g. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai febris harus diobati dengan
antipiretika dan diatasi penyebabnya
Berikan asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 C
Pada pasien febris atau beresiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan
hapusan dan diberikan antibiotic.
Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic.
h. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Labolatorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis,
kadar gula darah, analisa urin, analisa gas`darah dan elektrolit
Bila perlu pada kecurigaan PSA lakukan punksi lumbal untuk
pemeriksaan CSS.
Pemeriksaan radiologi:
Rontgen dada
CT Scan
TERAPI KHUSUS
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
1. Pemberian antikoagulan
Obat-obatan seperti heparin atau heparinoid diharapkan akan memperkecil
thrombus yang terjadi dan mencegah pembentukan thrombus baru.
2. Pemberian antiplatelet agregasi
Pemberian aspirin dengan dosisi awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut
28
3. Obat-obat defibrinasi
Mempunyai efek terhadap defibrinasi cepat, mengurangi viskositas dan efek
antikoagulasi
4. Terapi neuroproteksi
Obat neuroprotektor berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversible
neuronal yang terganggu akibat ischemic cascade.
KOMPLIKASI
Komplikasi dini
Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan.
Kejadian kejang umumnya memperberat defisit neurologic
Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan
membutuhkan analgetik dan kadang antiemetic
Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada
stroke batang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi
diafragma.
Selain itu harus diwaspadai adanya:
Transformasi hemoragik dari infark
Hidrosefalus obstruktif
Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun
beberapa hari kemudian.
Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak
baik. Bila ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain
itu, pasien menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul
bersama atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke
menderita komplikasi gangguan ritme jantung.
Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi
ditemukan 64% penderita stroke menderita gangguan fungsi menelan.
29
Penyebab terjadi pneumonia kemungkinan tumpang tindih dengan
keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.
Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut
terutama terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat
menjadi penyebab menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan
gastrointestinal dan abnormalitas metabolisme tulang.
Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter
dauer, atau gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra
eksternum akibat stroke.
Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke.
Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke.
Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan
komunikasi dll.
Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.
Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya
diabetes melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa
yang tidak baik.
Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.
Komplikasi lanjut
Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari dengan
prosedur rehabilitasi yang baik.
Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien
stroke.
Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi
kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas
mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan
kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
30
Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian penderita
atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31%
menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi harus ditengarai sebagai
penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan
keadaan emosi yang tidak stabil. Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilitas,
kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
Komplikasi muskuloskeletal
Spastisitas dan kontraktur. Umumnya sesuai pola hemiplegi.
Nyeri bahu. Umumnya di sisi yang lemah
Bengkak dan tungkai dingin. Lebih sering pada kaki.
Jatuh dan fraktur.
Komplikasi pada pendamping
Keterbatasan pasien sering menyebabkan pasien sangat tergantung pada
pendamping. Keadaan ini sering menyebabkan beban emosi dan fisik yang besar
pada pendamping. Oleh karena itu edukasi dan konseling terhadap pendamping
merupakan hal yang penting.
31
BAB III
PEMBAHASAN
1. Mengapa pasien ini di diagnosis dengan Stroke ec infark aterotrombotik
sistem karotis kanan dengan faktor resiko hipertensi dan diabetes mellitus?
Faktor resiko stroke, yaitu:
1. Faktor resiko mayor
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau dewasa muda.
Hipertensi menyebabkan endotel pembuluh darah ditempeli oleh benda darah
sehingga pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding
pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, necrosis fibrinoid serta
timbulnya aneurisma tipe bouchard. Kenaikan tekanan darah yang “abrupt”
atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi
pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi dan sore hari.
b. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tinggi pada penderita DM yang lama akan
meningkatkan perlekatan komponen lemak di dalam pembuluh darah. Lemak-
lemak dalam pembuluh darah tersebut akan mempengaruhi aliran darah dan
meningkatkan resiko terjadinya penyumbatan serta aterosklerosis.
Penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah di otak akan menurunkan
perfusi darah dan oksigen ke otak sehingga menimbulkan terjadinya stroke.
Disamping itu terjadi perubahan produksi prostasiklin yang menunjukkan
kerusakan dinding pembuluh darah yang terjadi akibat peningkatan fungsi
trombosit yang menimbulkan mikrotrombus. Aktivitas plasminogen akan
menurun dalam pembuluh darah sehingga akan merangsang terjadinya
trombus.
32
c. Penyakit Jantung.
Stroke yang disebabkan oleh penyakit jantung biasa berasal dari ganggguan
pada katup jantung, dinding jantung, ataupun ruangan jantung. Gangguan
curah jantung karena kelainan ritme yang hebat atau dekompensasi
menyebabkan penurunan perfusi ke seluruh organ tubuh termasuk otak.
Kelainan jantung yang merupakan faktor resiko stroke antara lain penyakit
jantung kongestif, Penyakit jantung koroner, Penyakit jantung reumatik,
Endokarditis bakterialis subakut, Infark miokard akut, Protese katup jantung,
Penyakit jantung kongenital, Pembesaran jantung dan kardiomiopati,
Gangguan konduksi intraventrikuler → atrial fibrilasi – blok jantung,
Kelainan ST dan kelainan gelombang T. Tetapi atrial fibrilasi merupakan
penyebab tersering ( Stroke Cardioemboli) yang disebabkan terlepasnya
gumpalan dari jantung kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.
2. Faktor resiko minor
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Peningkatan Ht
e. Hiperlipidemia
f. Hiperurisemia
g. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitas
i. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stress
l. Faktor genetik
Faktor resiko yang dimiliki pasien :
Mayor: Hipertensi dan diabetes mellitus
Terdapat beberapa penyebab dari stroke infark, antara lain :
Aterotrombotik
(AT)
Tromboemboli (TE) Kardioemboli (KE)
Kejadian Mendadak Mendadak Mendadak
Onset Istirahat Aktivitas Aktivitas dan
istirahat
33
Defisit neurologis
Global
Fokal
Kesadaran (+)
Step wise
Worsening
Kesadaran (+)
Maksimal at onset
Perbaikan lambat
Kesadaran menurun
Maksimal at onset
Perbaikan cepat
CT scan Hipodens di sentral Hipodens Hipodens di perifer
Berdasarkan tempat lesi pasien ini didiagnosis mengalami stroke pada sistem karotis
dextra dimana pada pasien didapatkan:
1. Hemiparesis pada anggota gerak kiri
2. Paresis nervus VII dan XII sentral kiri
3. Tidak didapatkan kelainan pada penglihatan
4. Memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus
Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan bahwa pada kelainan sistem karotis
ditemukan gejala sebagai berikut:
- Gangguan motorik ipsilateral dengan kelainan saraf otak
- Gangguan motorik (hemiparese/hemiplegi kontralateral dengan lesi)
- Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
Perbedaan kelainan sistem karotis dan sistem vertebrobasiler
Sistem karotis Sistem vertebrobasiler
Gangguan motorik Ipsilateral terhadap
gangguan saraf otak
Kontralateral terhadap
gangguan
Kelumpuhan Hemiparese kontralateral Hemiparese alternans
Gangguan mata Amaurosis fugax Amaurosis fugax
Black out
Diplopia
Keseimbangan - Tinitus
Vertigo
34
Drop attack
Nistagmus
gangguan bahasa Disatria Disartia
Gangguan sensorik Hemiparesis kontralateral Hemiparesis alternans
Selain itu bisa digunakan Sirriraj Score dalam membantu menegakkan diagnosis, yaitu:
Sirriraj Stroke Score
Kesadaran muntah Nyeri Kepala Diastol Aterm
2.5xS (+) 2 x M (+) 2 x NK (+) 0.1 x D (-) 3 x A (-)
Keterangan :
- S : Compos mentis = 0, Somnolen = 1, Sopor/Coma = 2
- M : Tidak ada = 0, Ada = 1
- NK : Tidak ada = 0, Ada = 1
- A : faktor risiko tidak ada = 0, Ada = 1
Keterangan Hasil :
- >1 = Perdarahan
- < -1 = Infark
- -1 s/d 1 = Ragu-ragu
Skor Siriraj ={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan diastolik) }– (3 x aterm) – 12
= {(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 90)}- (3 x1) –12
= <-1 (infark)
35
2. Apa penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien?
Penatalaksanaan yang diberikan adalah :
Infus Asering 15gtt/menit
Komposisi : Per L: Na 130 meq, K 4 meq, Cl 109 meq, Ca 3 meq, acetate 28 meq.
Indikasi : Asering : Terapi cairan pengganti untuk kondisi kehilangan cairan secara akut.
drip reotal jumbo 1 amp dalam asering
Komposisi : pentoxyfilline 20 mg/mL (sediaan ampul 5 mL injeksi)
Indikasi : penyumbatan pembuluh darah kronik pada tungkai
Dosis : infus IV : 100 mg (1 ampul) dalam 250-500 mL larutan infus untuk 90-180 menit, dapat ditingkatkan dengan 50 mg/hari sampai dengan maksimal 400mg/hari.
Inj Kalmeco 2 x 1 amp
Komposisi : mecobalamin
Indikasi : neuropati perifer
Inj brainact 2 x 1000mg
Komposisi : citicholin
Indikasi : Gangguan kesadaran yang diikuti kerusakan atau cedera serebral, operasi otak
dan infark selebral. Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada pasien
hemiplegia apopleksi.
Inj Pranza 1 x 40mg
Komposisi : pantoprazole sodium
Indikasi : diindikasikan pada pengobatan ulkus lambung, ulkus duodenum, refluks
esofagitis derajat sedang dan berat serta kondisi hipersekresi patologis seperti sindrom
Zollinger-Ellison atau keganasan lainnya. Digunakan sebagai terapi alternative pada
pasien yang tidak diindikasikan pemberian pantoprazole oral.
Clopidrogel 1x75mg po
Indikasi Mengurangi terjadinya aterosklerosis (infrak miokardial, stroke, dan kematian
vaskuler) pada pasien dengan aterosklerosis terdokumentasi oleh stroke yang baru terjadi,
36
infark miokardial, atau penyakit arteri perifer yang telah pasti.
3. Bagaimana prognosis dari pasien ini?
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Hal yang menentukan prognosis pada pasien ini adalah adanya hipertensi yang diderita
pasien. Jika hipertensi dapat terkontrol, maka resiko yang dialami pasien akan berkurang.
Selain itu gejala dari faktor resiko itu sendiri dapat dikontrol. Namun dari riwayat
pengobatan hipertensi, dimana pasien tidak berobat, kemungkinan besar pengendalian
faktor resiko diatas mengalami hambatan. Gangguan motorik yang menetap diharapkan
dengan fisioterapi dapat dikembalikan fungsinya mendekati normal. Hal ini
membutuhkan latihan yang intensif dan dukungan penuh dari keluarga
37
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper, Allan .H, 2005. Adams and Victor’s Principles of Neurology. McGraw-
Hill, USA.
2. Asviretty, Nuhoni, S.A., Tulaar, A., Idris, F.H., Handoyo, A.P., Suginarti, Ramli,
H., Enizar, 2002, Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
3. Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada, Cetakan keenam. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
4. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk
Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut
atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.
5. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media
Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26.
6. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian
Rakyat, Jakarta, hal : 260-275.
7. Sylvia, 1995, Penyakit Serebrosvaskuler dan Nyeri Kepala dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 4, EGC, Jakarta, hal : 964-968.
38