Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

download Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

of 22

Transcript of Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    1/22

    FUNGSI PERMINTAAN UANG M2 JANGKA PANJANG

    DI INDONESIA

    Oleh: Muhammad Fajar*

    1. Latar Belakang

    Sebagaimana halnya dengan tujuan pembangunan, kebijakan moneter mempunyai

    sasaran akhir seperti kestabilan harga, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan neraca

    pembayaran. Sasaran akhir tersebut tidak dapat secara langsung dicapai dengan piranti

    moneter yang ada namun melalui sasaran antara seperti uang beredar dan suku bunga.

    Target stabilitas ekonomi makro sulit tercapai jika target moneter, yaitu pengendalian

    jumlah uang beredar sulit diukur. Pengendalian jumlah uang beredar sangat erat kaintannya

    dengan perilaku permintaan uang masyarakat terutama untuk jangka panjang.

    2. Identifikasi Masalah

    Obyek penelitian ini adalah pengkajian ulang permintaan uang di Indonesia dengan focus

    utama adalah keterkaitan permintaan uang dengan variable-variabel yang mempengaruhinya,

    yakni M2 (M1 ditambah uang kuasi), suku bunga deposito 3 bulan (R), PDB riil, inflasi, dan

    kurs rupiah terhadap dollar secara jangka panjang.

    3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas , maka tujuan penelitian ini :

    1. Untuk mendapatkan fungsi permintaan M2.

    2. Untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel mempengaruhi M2 berkointegrasi?

    4. Landasan Teori

    4.1 Hasil Penelitian Terdahulu

    a. Penelitian Permintaan Uang di Luar Negeri

    Arize (2004) menggunakan pendekatan ECM untuk mengestimasi model

    permintaan M1 dalam jangka pendek dan jangka panjang di Amerika (periode

    1988:1 s.d. 1992:2). Kesimpulannya, permintaan uang M1 dipengaruhi oleh PDB

    riil, commercial paper rate, the own rate of return on M1, dan upah riil.

    Morimune dan Zhao (1997) berhasil menemukan kointegrasi antara M1, GNP

    riil, dan nilai tukar yen terhadap dollar. Hendry dan Ericson (1991) serta Mizao

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    2/22

    (1997) dalam menjelaskan perilaku permintaan uang menggunakan M1 riil,

    tingkat laju inflasi, output riil, dan tingkat bunga berjangka.

    Bahmani dan Oskooee (2002) menggunakan teknik kointegrasi untuk

    mengestimasi fungsi permintaan uang di Korea. Kesimpulannya terjadi hubungan

    jangka panjang antara real monetary aggregate (M1, M2, dan M3) dengan

    pendapatan riil, interest rate, dan nominal exchange rate.

    b. Penelitian Permintaan Uang di Indonesia

    URES (1995) menemukan hubungan kointegrasi M1 riil dengan PDB riil.

    Solikin( 1998) menemukan hubungan kointegrasi M1 riil dengan PDB riil dan

    suku bunga deposit 3 bulan. Doriyanto (2000) menemukan bukti bahwa

    permintaan uang riil di Indonesia tetap stabil sebelum dan selama krisis ekonomi

    dan terjadi kointegrasi antara currency riil dan PDB riil.

    4.2 M1

    M1, adalah uang kartal yang dipegang oleh masyarakat ditambah dengan uang

    giral. Secara umum, yang dimaksud dengan uang kartal adalah uang kertas dan uang

    logam dalam negeri yang berlaku dan dikeluarkan oleh Bank Sentral berdasarkan

    undang-undang. Sedangkan uang giral adalah simpanan dalam bentuk rekening uang

    (demand deposit) yang setiap saat dapat ditarik oleh pemiliknya guna ditukarkan

    dengan uang kartal sebesar nominal yang diinginkan oleh pemiliknya tanpa dikenakan

    denda. Dalam Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, uang giral terdiri atas rekening

    koran dalam bentuk rupiah milik penduduk Indonesia, pengiriman uang serta deposito

    berjangka dan tabungan yang telah jatuh tempo.

    4.3 M2

    M2, mencakup M1 ditambah dengan uang kuasi. Adapun uang kuasi adalah

    sesuatu yang mendekati ciri uang termasuk di dalamnya adalah deposito dan tabungan

    yang akan dapat berfungsi sebagai media transaksi jika ia terlebih dahulu

    dikonversikan ke dalam uang kartal atau giral. Uang kuasi tidak dapat digunakan

    setiap saat dalam pembayaran karena adanya keterkaitan waktu. Dalam sistem

    moneter Indonesia, M2 disebut juga sebagai likuiditas perekonomian (Sukirno, 2000).

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    3/22

    4.4 Suku Bunga

    Pada Theory Macroeconomy oleh Eugene A. Diulio dijelaskan bahwa

    permintaan uang merupakan gabungan dari permintaan uang untuk motif transaksi ,

    berjaga-jaga dan motif spekulasi . Permintaan uang untuk motif spekulasi

    dipengaruhi oleh suku bunga atau dirumuskan Md = fungsi dari suku bunga .

    Suku bunga merupakan salah satu instrumen moneter yang dapat

    mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung atau

    berinvestasi. Dalam setiap perekonomian, tidak semua keuntungan yang dihasilkan

    suatu perusahaan serta pendapatan masyarakat akan digunakan untuk konsumsi. Bagi

    perusahaan, untuk menjamin agar kegiatan produksinya tetap mengalami kemajuan

    dan dapat bersaing, maka perusahaan perlu melakukan kegiatan investasi. Sedangkan

    bagi masyarakat, guna mengantisipasi kebutuhan di masa datang, maka sebagian

    pendapatannya akan disisihkan untuk ditabung.

    Suku bunga merupakan harga yang harus dibayar untuk meminjam uang selama

    periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase uang yang dipinjam.

    Misalnya, suku bunga 12 persen per tahun artinya bahwa peminjam harus membayar

    12 rupiah per tahun untuk setiap 100 rupiah yang dipinjamnya.

    Suku bunga adalah penerimaan (dalam rupiah) dari setiap rupiah yang

    dipinjamkan per tahun sebagai imbalan atas uang yang dipinjamkan. Dalam kegiatan

    perbankan, suku bunga dibedakan atas:

    1. Suku bunga atas pinjaman

    2. Suku bunga atas kredit.

    Besarnya kedua suku bunga yang diberikan oleh bank disesuaikan dengan

    kondisi ekonomi dan hukum ekonomi yang berlaku. Naik turunnya suku bunga yang

    ditawarkan sangat berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk menjalin hubungan

    dengan bank, sebab suku bunga merupakan daya tarik bank untuk mendorong

    masyarakat menanamkan dananya di bank.

    4.5 PDB

    a. Pendekatan Pengeluaran

    Dengan menjumlahkan nilai pengeluaran atau perbelanjaan terhadap barang-barang dan

    jasa-jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut atau PDB adalah penjumlahan semua

    komponen permintaan akhir.

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    4/22

    PDB = Konsumsi rumahtangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB +

    Perubahan Stok + (Ekspor Impor)

    b. Pendekatan Produksi

    Dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai

    sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian di wilayah tersebut atau menghitung nilai

    tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-

    masing total nilai produksi (output) tiap-tiap sektor atau subsektor.

    Output b,t = Produksit x Hargat

    NTBb,t = Outputb,tBiaya Antarab,t

    NTBb,t = Outputb,t x Rasio NTBo

    Dimana : Output b,t = Ouput/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t

    NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke t

    Produksit = Kuantum produksi tahun ke t

    Hargat= Harga produksi tahun ke t

    Rasio NTB= Perbandingan NTB terhadap Output

    Rasio NTBo= Rasio NTB pada tahun dasar

    PDB = Jumlah keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan oleh unit-unit

    produksi dalam suatu wilayah/region pada periode tertentu (biasanya

    1 tahun)

    c. Pendekatan Pendapatan

    Dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang

    digunakan dalam wilayah tersebut.

    PDB = Upah & Gaji + Surplus Usaha + Penyusutan + Pajak Tak Langsung netto

    4.6 Inflasi

    Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

    secara umum dan terus-menerus (Boediono ,1992 ) sedangkan Rosidi et al (2004)

    mendefinisikan angka inflasi sebagai angka gabungan dari perubahan harga

    sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan dianggap mewakili

    seluruh barang dan jasa yang dijual di pasar .Inflasi merupakan gejolak harga barang

    dan jasa dalam kurun waktu tertentu .Menurut Teori Irving Fisher bahwa inflasi

    disebabkan oleh jumlah uang yang beredar melampaui batas tertentu . Berdasarkan

    definisi di atas bahwa akibatkan inflasi menyebabkan harga-harga naik secara umum

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    5/22

    mengakibatkan untuk membeli barang menjadikan jumlah uang meningkat dari

    sebelum terjadinya inflasi.

    4.7 Kurs

    Valuta asing (valas) atau mata uang asing adalah jenis -jenis mata uang yang

    digunakan di negara lain (Sukirno, 2000). Pertukaran dua mata uang yang berbeda

    akan menimbulkan perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.

    Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (exchange rate). Sifat kurs

    valuta asing sendiri sangat tergantung dari sifat pasar.

    Pada sistem kurs bebas (flexible exchange rate) perubahan kurs tergantung

    pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar

    valas, diantaranya pendapatan, harga dan tingkat bunga. Nopirin (2000) menjelaskan

    bahwa makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain),

    makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan

    terhadap valas. Kurs valas cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian

    juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan

    mengakibatkan kurs valas naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung

    menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valas akan turun (nilai mata uang sendirinaik relatif terhadap valas). Disamping faktor-faktor ekonomi tersebut, ada faktor non

    ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs, seperti faktor politis dan

    psikologi. Misalnya, kepanikan yang terjadi di dalam negeri akan menyebabkan

    larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs valas akan naik.

    Apabila pemerintah tidak turut campur dalam pasar valas maka disebut sistem

    clean float atau freely floating system atau sistem mengambang murni. Apabila

    pemerintah menjalankan kebijakan stabilisasi kurs dengan melakukan pengelolaan

    cadangan devisa terutama valas maka sistem ini disebut dirty float atau managed

    floating system atau sistem mengambang terkendali. Karena dalam sistem ini kurs

    tidak secara bebas berfluktuasi menurut kekuatan pasar, tetapi tinggi rendahnya kurs

    ditetapkan dalam batasan-batasan tertentu (band intervention) oleh pemerintah.

    Tujuan dari pengelolaan cadangan devisa dan nilai tukar ini adalah untuk menjaga

    stabilitas harga di dalam negeri. Indonesia cenderung menerapkan kebijakan ini.

    2

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    6/22

    Sistem kurs dimana pemerintah menguasai transaksi valas sepenuhnya disebut

    fixed exchange rate atau sistem penetapan kurs tetap (stabil). Kurs tidak lagi

    dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran valas, karena pemerintah (dalam hal ini

    bank sentral) menjamin berapa pun jumlah permintaan valas oleh pasar. Begitu pula

    apabila tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual valas di pasar sehingga

    penawaran valas bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah. Sistem ini dianut oleh

    Cina dan Malaysia.

    Dalam perekonomian terbuka kurs merupakan indikator harga yang relatif

    penting dalam perekonomian sehingga menjadi instrumen yang efektif dalam

    mencapai stabilitas harga. Dengan sistem managed floating system yang kini

    diterapkan Bank Indonesia diharapkan stabilitas kurs rupiah terutama terhadap dolar

    Amerika dapat tercapai. Target nilai tukar (dengan menerapkan fixed exchange rate)

    merupakan salah satu alternatif dalam pengendalian moneter khususnya berkaitan

    dengan pengendalian inflasi. Namun penerapannya masih patut dikaji mengingat

    beberapa hal pada neraca pembayaran masih sensitif terhadap tekanan-tekanan

    eksternal sehingga masih membutuhkan nilai tukar yang fleksibel (Iljas, 2002).

    Hasil penelitian Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI (1999)

    bahwa dampak nilai tukar terhadap inflasi dapat melalui dua jalur transmisi. Pertama

    melalui pengaruhnya terhadap permintaan agregat akibat penurunan value added di

    sektor produksi, sehingga dampaknya terhadap inflasi adalah negatif. Dampak nilai

    tukar terhadap inflasi melalui transmisi ini memiliki lag selama 3 triwulan. Kedua

    melalui pengaruhnya terhadap impor bahan baku dan konsumsi dimana depresiasi

    rupiah direspon sangat cepat oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga barang-barang,

    sehingga pengaruh nilai tukar rupiah terhadap inflasi melalui transmisi ini tidak

    membutuhkan lag. Hasil pengujian menunjukkan jalur kedua memberi tekanan yang

    lebih besar terhadap inflasi, sehingga pengaruh secara keseluruhan dari depresiasi

    nilai tukar adalah kenaikan laju inflasi.

    Sumber Data:

    Data PDB riil, IHK (2000=100), M2, Kurs Tengah berasal dari IFS.

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    7/22

    Analisis dan Pembahasan

    Derajat Integrasi Variabel-variabel

    Hasil pengujian akar unit dengan uji Philip-Perron

    variabel

    Uji Philip-Perron

    Konstan Konstan dan Trend

    adj t-stat P value adj t-stat P value

    Ln M2 -2,177 0,216 -0,373 0,987

    Ln PDB riil -2,285 0,179 -2,146 0,513

    Suku bunga 3 bulan (r) -2,548 0,108 -2,704 0,238

    Ln IHK 0,079 0,962 -2,133 0,519

    Ln Kurs -1,121 0,704 -1,862 0,665Ln M2 -7,258 0,000 -7,714 0,000

    Ln PDB riil -11,114 0,000 -11,277 0,000

    r -4,716 0,000 -4,691 0,002

    Ln IHK -5,404 0,000 -5,385 0,000

    Ln Kurs -7,007 0,000 -7,032 0,000

    Sumber: Hasil pengolahan Eviews 5.0

    Berdasarkan uji Philip-Perron semua variabel berintegrasi pada ordo 1.

    Penentuan Lag Optimum

    VAR Lag Order Selection CriteriaEndogenous variables: LNM2 LNPDB R LNIHKLNKURS

    Exogenous variables: C

    Date: 09/27/08 Time: 13:28

    Sample: 1986Q1 2006Q4

    Included observations: 77

    Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

    0 -183.7062 NA 9.25e-05 4.901461 5.053656 4.962337

    1 430.5813 1132.842 2.09e-11 -10.40471 -9.491539 -10.03945

    2 497.5812 114.8570 7.07e-12 -11.49562 -9.821470* -10.82597

    3 523.3705 40.86085 7.07e-12 -11.51612 -9.080994 -10.54209

    4 577.0344 78.05665* 3.50e-12* -12.26063 -9.064536 -10.98222*

    5 603.3151 34.81334 3.62e-12 -12.29390* -8.336824 -10.71110

    6 622.8700 23.36430 4.62e-12 -12.15247 -7.434417 -10.26529

    7 647.5828 26.31753 5.42e-12 -12.14501 -6.665982 -9.953445

    Dengan menggunakan AIC didapat bahwa lag optimum adalah lag 5.

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    8/22

    Uji Kointegrasi Johansen

    Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

    Hypothesized Max-Eigen 0.05

    No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

    None * 0.444819 45.31155 38.33101 0.0068

    At most 1 0.337886 31.74848 32.11832 0.0554

    At most 2 0.216933 18.82936 25.82321 0.3169

    At most 3 0.158262 13.26607 19.38704 0.3070

    At most 4 0.117386 9.614826 12.51798 0.1457

    Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

    * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

    **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

    Dengan maximum eigen value statistic pada taraf uji 5%, terdapat satu persamaan

    kointegrasi, yang berarti menunjukan bahwa M2, PDB riil, suku bunga 3 bulan, inflasi, dan

    nilai kurs Rp-$ mempunyai hubungan jangka panjang.

    Persamaan Kointegrasi:

    LNM2 C LNPDB R LNIHK LNKURS @TREND(86Q1)

    1,000000 112,6510 -8,544063 0,045434 -7,024626 0,025982 0,242699

    (1,63658) (0,01820) (2,22640) (0,62323) (0,06409)

    [-5,22067] [ 2,49589] [-3,15515] [ 0,04169] [ 3,78710]

    Berdasarkan persamaan di atas, dapat dilihat dalam keseimbangan jangka panjang,

    bahwa PDB riil, dan inflasi mempunyai hubungan positif dengan M2. Sedangkan suku bunga

    3 bulan, dan kurs mempunyai hubungan negatif dengan M2. Komponen trend mempunyai

    hubungan negative terhadap keseimbangan jangka panjang M2.

    PDB riil mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap M2. Setiap kenaikan 1

    persen PDB riil, maka M2 meningkat 8,544%, ceteris paribus.

    Suku bunga 3 bulan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap M2. Setiap

    kenaikan 1 persen suku bunga 3 bulan, maka M2 menurun 0,045%, ceteris paribus.

    Inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap M2. Setiap kenaikan 1

    persen inflasi, maka M2 meningkat 7,025%, ceteris paribus.

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    9/22

    Nilai kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

    terhadap M2. Setiap kenaikan 1 persen nilai kurs Rupiah terhadap Dollar, maka M2 menurun

    0,025%, ceteris paribus.

    Kesimpulan

    Dalam jangka panjang, komponen trend memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap M2. Hasil pengujian kointegrasi dengan uji Johansen menunjukkan bahwa variabel-

    variabel yang digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

    M2 di Indonesia.

    -0.8

    -0.4

    0.0

    0.4

    0.8

    1.2

    88 90 92 94 96 98 00 02 04 06

    Kointegrasi M2 dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    10/22

    Daftar Pustaka

    James , D. Hamilton ,1994 . Time Series Analysis . New Jersey : Princeton University

    Press .

    __________________ ,19942004 .. Eviews 5 Users Guide. USA: Quantitative

    Micro Software, LLC .

    Cutrlbertson, Keith, 1995. Applied Econometric Techniques. The University of

    Michigan Press. Michigan.

    Gujarati, Damodar , 1995.Basic Econometric. New York : Mcgraw-Hill .

    ______________ , 1995 . Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia . Jakarta : Bank

    Indonesia .

    Diulio , Eugene A . ,1974 . Theory and Problems of Macroeconomi (Schaum Series).

    London : McGraw-Hill, Inc .

    *) Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Angkatan 46, sekarang bekerja sebagai KoordinatorStatistik Distribusi BPS Kabupaten Waropen

    .

    Karya ini dibuat tahun 2008

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    11/22

    LAMPIRAN

    Stasioneritas

    1. M2

    Null Hypothesis: LNM2 has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -2.176976 0.2162

    Test critical values: 1% level -3.511262

    5% level -2.896779

    10% level -2.585626

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001759

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.002171

    Null Hypothesis: LNM2 has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -0.373414 0.9871

    Test critical values: 1% level -4.072415

    5% level -3.46486510% level -3.158974

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001759

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.002155

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    12/22

    Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root

    Exogenous: ConstantBandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -7.257461 0.0000

    Test critical values: 1% level -3.512290

    5% level -2.897223

    10% level -2.585861

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001804

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001849

    Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -7.714342 0.0000

    Test critical values: 1% level -4.073859

    5% level -3.465548

    10% level -3.159372

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001703

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001717

    PDB riil

    Null Hypothesis: LNPDB has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 78 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -2.285430 0.1791Test critical values: 1% level -3.511262

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    13/22

    5% level -2.896779

    10% level -2.585626

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001174

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000159

    Null Hypothesis: LNPDB has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 14 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -2.146116 0.5126

    Test critical values: 1% level -4.072415

    5% level -3.464865

    10% level -3.158974

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001126

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001081

    Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 10 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -11.11382 0.0001

    Test critical values: 1% level -3.512290

    5% level -2.89722310% level -2.585861

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001154

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001142

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    14/22

    Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 11 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -11.27722 0.0000

    Test critical values: 1% level -4.073859

    5% level -3.465548

    10% level -3.159372

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001145

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001000

    2. IHK

    Null Hypothesis: LNIHK has a unit root

    Exogenous: ConstantBandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic 0.078969 0.9623

    Test critical values: 1% level -3.511262

    5% level -2.896779

    10% level -2.585626

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001242

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.002627

    Null Hypothesis: LNIHK has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -2.133070 0.5198

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    15/22

    Test critical values: 1% level -4.072415

    5% level -3.464865

    10% level -3.158974

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.001198

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.002571

    Null Hypothesis: D(LNIHK) has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -5.403871 0.0000

    Test critical values: 1% level -3.512290

    5% level -2.897223

    10% level -2.585861

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.000964

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001054

    Null Hypothesis: D(LNIHK) has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -5.384883 0.0001

    Test critical values: 1% level -4.0738595% level -3.465548

    10% level -3.159372

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.000962

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001054

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    16/22

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    17/22

    5% level -2.897223

    10% level -2.585861

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 7.435577

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 5.479767

    Null Hypothesis: D(R) has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 6 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -4.690699 0.0015

    Test critical values: 1% level -4.073859

    5% level -3.465548

    10% level -3.159372

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 7.420100

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 5.425936

    4. Nilai kurs tengah

    Null Hypothesis: LNKURS has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 0 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -1.120878 0.7043

    Test critical values: 1% level -3.511262

    5% level -2.896779

    10% level -2.585626

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.015123

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.015123

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    18/22

    Null Hypothesis: LNKURS has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear TrendBandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -1.861810 0.6652

    Test critical values: 1% level -4.072415

    5% level -3.464865

    10% level -3.158974

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.014817

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.018648

    Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root

    Exogenous: Constant

    Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -7.007154 0.0000

    Test critical values: 1% level -3.512290

    5% level -2.897223

    10% level -2.585861

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.014693

    HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.013890

    Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root

    Exogenous: Constant, Linear Trend

    Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

    Adj. t-Stat Prob.*

    Phillips-Perron test statistic -7.032062 0.0000

    Test critical values: 1% level -4.0738595% level -3.465548

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    19/22

    10% level -3.159372

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Residual variance (no correction) 0.014654HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.014636

    VAR Lag Order Selection CriteriaEndogenous variables: LNM2 LNPDB R LNIHKLNKURS

    Exogenous variables: C

    Date: 09/27/08 Time: 13:28

    Sample: 1986Q1 2006Q4

    Included observations: 77

    Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

    0 -183.7062 NA 9.25e-05 4.901461 5.053656 4.962337

    1 430.5813 1132.842 2.09e-11 -10.40471 -9.491539 -10.03945

    2 497.5812 114.8570 7.07e-12 -11.49562 -9.821470* -10.82597

    3 523.3705 40.86085 7.07e-12 -11.51612 -9.080994 -10.54209

    4 577.0344 78.05665* 3.50e-12* -12.26063 -9.064536 -10.98222*

    5 603.3151 34.81334 3.62e-12 -12.29390* -8.336824 -10.71110

    6 622.8700 23.36430 4.62e-12 -12.15247 -7.434417 -10.26529

    7 647.5828 26.31753 5.42e-12 -12.14501 -6.665982 -9.953445

    * indicates lag order selected by the criterionLR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

    FPE: Final prediction error

    AIC: Akaike information criterion

    SC: Schwarz information criterion

    HQ: Hannan-Quinn information criterion

    Date: 09/27/08 Time: 13:07

    Sample (adjusted): 1987Q4 2006Q4Included observations: 77 after adjustments

    Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)

    Series: LNM2 LNPDB R LNIHK LNKURS

    Lags interval (in first differences): 1 to 6

    Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

    Hypothesized Trace 0.05

    No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

    None * 0.444819 118.7703 88.80380 0.0001At most 1 * 0.337886 73.45874 63.87610 0.0063

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    20/22

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    21/22

    (0.02274)

    D(LNPDB) 0.005676

    (0.01279)

    D(R) -3.255648

    (1.03976)

    D(LNIHK) 0.051491(0.01482)

    D(LNKURS) 0.243194

    (0.06027)

    2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 640.6601

    Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

    LNM2 LNPDB R LNIHK LNKURS @TREND(86Q2)

    1.000000 0.000000 -0.069574 3.147332 -0.817310 -0.120712

    (0.01582) (1.38588) (0.54094) (0.02313)0.000000 1.000000 -0.013461 1.190530 -0.098699 -0.042534

    (0.00354) (0.31022) (0.12109) (0.00518)

    Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

    D(LNM2) -0.182098 0.524695

    (0.06483) (0.26664)

    D(LNPDB) 0.060703 -0.228054

    (0.03939) (0.16200)

    D(R) -0.094516 17.50143

    (3.24123) (13.3313)

    D(LNIHK) 0.077513 -0.524854(0.04655) (0.19146)

    D(LNKURS) -0.036587 -1.164918

    (0.18491) (0.76054)

    3 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 650.0748

    Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

    LNM2 LNPDB R LNIHK LNKURS @TREND(86Q2)

    1.000000 0.000000 0.000000 6.047500 -2.276006 -0.156400

    (0.77194) (0.30571) (0.01361)0.000000 1.000000 0.000000 1.751630 -0.380915 -0.049438

    (0.20702) (0.08199) (0.00365)

    0.000000 0.000000 1.000000 41.68486 -20.96621 -0.512948

    (18.2539) (7.22915) (0.32195)

    Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

    D(LNM2) -0.328738 0.758567 0.005109

    (0.09735) (0.28243) (0.00178)

    D(LNPDB) 0.062470 -0.230872 -0.001148

    (0.06162) (0.17875) (0.00113)

    D(R) -5.630152 26.33010 -0.247772(4.95583) (14.3775) (0.09049)

  • 8/8/2019 Fungsi M2 Jangka Panjang Indonesia

    22/22

    D(LNIHK) -0.026636 -0.358748 0.001319

    (0.06997) (0.20299) (0.00128)

    D(LNKURS) -0.240757 -0.839292 0.017534

    (0.28656) (0.83134) (0.00523)

    4 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 656.7078

    Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

    LNM2 LNPDB R LNIHK LNKURS @TREND(86Q2)

    1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 -1.753404 -0.010687

    (0.51436) (0.01441)

    0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 -0.229546 -0.007233

    (0.14931) (0.00418)

    0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 -17.36397 0.491433

    (4.76484) (0.13351)

    0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 -0.086416 -0.024095(0.08752) (0.00245)

    Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

    D(LNM2) -0.351465 0.750258 0.006138 -0.497254

    (0.10186) (0.28107) (0.00228) (0.29966)

    D(LNPDB) 0.089996 -0.220808 -0.002393 -0.012777

    (0.06348) (0.17517) (0.00142) (0.18675)

    D(R) -3.435690 27.13240 -0.347060 6.660941

    (5.10780) (14.0944) (0.11415) (15.0266)

    D(LNIHK) -0.046711 -0.366088 0.002227 -0.779483

    (0.07300) (0.20142) (0.00163) (0.21474)D(LNKURS) -0.179110 -0.816754 0.014744 -2.057089

    (0.30009) (0.82805) (0.00671) (0.88282)