Memori Jangka Panjang

24
MEMORI JANGKA PANJANG (Using Long-Term Memory) MAKALAH KAJIAN BAB Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Kognitif dosen pengampu Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono oleh Afianti Sulastri 1201043 Maryana Ade C 1201164 Zamzam Nursani 1201493 Kelas B Program Magister Pendidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

Transcript of Memori Jangka Panjang

Page 1: Memori Jangka Panjang

MEMORI JANGKA PANJANG

(Using Long-Term Memory)

MAKALAH KAJIAN BAB

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Kognitif

dosen pengampu Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono

oleh

Afianti Sulastri 1201043

Maryana Ade C 1201164

Zamzam Nursani 1201493

Kelas B

Program Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012

Page 2: Memori Jangka Panjang

MEMORI JANGKA PANJANG

A. PENGKODEAN DALAM MEMORI JANGKA PANJANG

Long term memory (memori jangka panjang) adalah sebuah kapasitas besar,berisi

memori kita untuk pengalaman-pengalaman dan informasi yang kita telah dikumpulkan

seumur hidup. Dengan kata lain memori jangka panjang adalah sebuah sistem di otak kita

yang berfungsi untuk menyimpan secara permanen, mengatur, dan memanggil kembali

informasi-informasi diwaktu berikutnya. Seringkali informasi yang disimpan di long-term

memory akan dapat kita ingat sepanjang hidup

Memori jangka panjang dapat dibagi dalam tiga kategori :

1. Memori episodik, berfokus pada ingatan Anda untuk peristiwa yang terjadi pada Anda,

yang memungkinkan Anda untuk melakukan perjalanan mundur untuk mengenang

episode sebelumnya dalam kehidupan Anda. memori episodic termasuk memori Anda

untuk kejadian yang terjadi sepuluh tahun yang lalu, serta percakapan anda 10 menit

yang lalu.

2. Memori semantik, menggambarkan pengetahuan terorganisir Anda tentang dunia,

termasuk pengetahuan Anda tentang kata-kata dan informasi fakta lainnya. Sebagai

contoh, Anda tahu bahwa kata semantic berhubungan dengan kata meaning, dan anda

tahu bahwa Ottawa adalah ibukota dari Kanada.

3. Memori prosedural, mengacu pada pengetahuan umum anda tentang bagaimana

melakukan sesuatu. Misalnya, anda tahu cara mengendarai sepeda, dan anda tahu cara

mengirim pesan e-mail ke teman.

1. Level Pengolahan

Tahun 1972, Fergus Craik dab Robert Lockhart menulis sebuah artikel tentang the

depth-of-processing approach (kedalaman pendekatan pengolahan). Artikel ini menjadi salah

satu publikasi yang paling berpengaruh dalam sejarah penelitian tentang memori (Roediger,

Gallo & Geraci,2002). Level pendekatan pengolahan berpendapat bahwa ,pemaknaan dari

Page 3: Memori Jangka Panjang

pengolahan informasi menyebabkan penyimpan lebih bertahan, jenis sensori dari

pengolahan. (teori ini disebut juga depth-of-processing approach)

Level pendekatan pengolahan memperkirakan bahwa ingatan anda akan relatif tepat

ketika anda menggunakan level yang mendalam dari pengolahan. Level-pendekatan

pengolahan memperkirakan ingatan anda akan lebih buruk ketika anda menggunakan level

dangkal dari pengolahan. Misalnya, anda akan cendrung kurang mengingat satu kata ketika

anda mempertimbangkan penampilan fisiknya (contoh: apakah itu berbentuk huruf besar)

atau suaranya (contoh:apakah itu bersajak dengan kata lain)

Secara umum, orang mencapai level yang lebih dalam dari pengolahan ketika mereka

menggali makna yang lebih dari suatu stimuli. ketika anda menganalisa makna, anda

mungkin berfikir hubungannya dengan yang lain, gambar dan pegalaman masa lalu terkait

stimuli itu. Anda sangat mungkin untuk mengingat suatu rangsangan jika anda menganalisis

nya pada level yang sangat mendalam (Roedider, Gallo & Geraci, 2002). Seperti yang akan

kita lihat pada bab 6, sebagian memori-menekankan strategi peningkatan secara mendalam,

pengolahan penuh makna.

Level pengolahan dan memori untuk materi umum.

Hipotesis utama yang muncul dari Craik dan Lockhart‟s (1972) bahwa level yang

lebih dalam dari pengolahan menghasilkan recall yang lebih baik. Craik dan Tulving (1975)

menemukan bahwa orang-orang sekitar tiga kali lebih mungkin untuk mengingat kata jika

mereka awalnya menjawab pertanyaan tentang maknanya dibandingkan mereka awalnya

menjawab pertanyaan tentang kata secara tampilan fisiknya saja (Craik, 1999, 2006; Lockhart,

2011; Roediger & Gallo, 2001)

Level kedalaman pengolahan mendrong recall disebabkan oleh dua faktor: kekhasan

(distinctiveness) dan elaborasi.

1. Kekhasan bermakna bahwa suatu rangsangan berbeda dari jejak memori lain.

Seandainya anda sedang diwawancarai untuk suatu pekerjaan. Anda baru saja belajar

bahwa seseorang begitu penting dalam menentukan apakah anda akan diterima, dan

anda ingin mengingat betul namanya. Anda harus menggunakan pengolahan mendalam

dan menghabiskan ekstra waktu pengolahan untuk namanya. Anda akan mencoba

memahami sesuatu yang tidak biasa tentang namanya itu sehingga membuatnya berbeda

dari nama lain yang pernah anda dengar dalam konteks wawancara ini (hurt, 2006).

Page 4: Memori Jangka Panjang

Selanjutnya, ketika anda memberikan sebuah kode kekhasan untuk sebuah nama orang,

hal itu akan memudahkan untuk menginterverensinya dari nama lain (Craik,2006;

Schacter & Wiseman, 2006; Tulving & Rosenbaum, 2006).

2. Elaborasi, yang mana membutuhkan pengolahan yang kaya dari segi makna dan konsep

yang saling berhubungan

Misalnya. Jika anda ingin memahami level pengolahan, Anda harus memahami

bagaimana konsep ini berkaitan antara kekhasan dengan elaborasi. Berfikir tentang cara

anda memproses kata bebek, mungkin anda Anda berfikir tentang fakta bahwa anda

memang melihat bebek di kolam dan bahwa sebuah restoran mempunyai daftar menu

bebek dengan saus jeruk. Pengkodean semantis semacam ini mendorong pengolahan

yang kaya. Sebaliknya, jika intruksi untuk item tersebut meminta kata bebek dicetak

dalam huruf kapital, anda dengan mudah akan menjawab “ya” atau “tidak”. Anda tidak

perlu menghabiskan waktu yang lebih pada saat elaborasi.

a. Tingkat pengolahan dan efek self-reference.

Menurut efek self-reference, anda akan mengingat lebih banyak informasi jika anda

mencoba menghubungkan informasi kepada diri anda sendiri (Burns, 2006, Gillihan &

Farah, 2005; Rogers et al., 1977; Schmidt, 2006). Tugas self-reference cendrung mendorong

kedalaman pengolahan.

Berikut ini beberapa penelitian rujukan pada the self-reference effect :

1. T.B Rogers dan rekan tulisnya (1977) meminta partisipan untuk memproses daftar kata

sesuai dengan tiga jenis instruksi yang biasanya dipelajari di level penelitian

pemrosesan. Tiga instruksi ini meliputi: (1) Karakteristik visual kata, (2) Karakteristik

akuistik (suara), atau (3) Karakteristik semantis (makna kata). Kelompok lain memproses

kata secara self-reference : (4) para partisipan diberitahu untuk memutuskan apakah kata

tertentu dapat diterapkan untuk diri mereka sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa

mengingat kembali kurang baik untuk dua tugas yang menggunakan pengolahan secara

dangkal, pengolahan dalam hal karakteristik visual atau karakteristik akustik. Megingat

kembali menjadi lebih baik ketika orang memproses secara karakteristik semantis.

Meskipun demikian, tugas self-reference menghasilkan recall yang lebih baik daripada

semua tugas yang lain.

Page 5: Memori Jangka Panjang

Tampaknya, ketika kita berfikir tentang sebuah kata dan menghubungkannya dengan

diri kita, kita membangun suatu pengkodean yang sangat mengesankan untuk kata itu.

Misalnya, anda sedang mencoba untuk menentukan apakah kata “pemurah” berlaku

untuk diri anda sendiri. Anda mungkin ingat bagaimana anda meminjamkan catatan

kepada seorang teman yang tidak masuk kelas, dan anda membagikan sekotak permen

kepada teman anda-ya, penerapan pemurah. Tugas self-reference membutuhkan

organisasi dan elaborasi. Proses mental ini kemungkinan meningkatkan recall suatu item.

2. Bellezza (1992) partisipan di Bellazza‟s (1992) penelitian recall 46% dari kata sifat yang

diterapkan pada diri mereka sendiri, dibandingkan 34% kata sifat yang tidak diterapkan.

Dalam penelitian self-reference, orang lebih mungkin untuk me-recall sebuah kata yang

diterapkan dalam diri mereka daripada sebuah kata yang tidak diterapkan (Bellezza,

1992; Ganellen & Carver, 1985; Roedier & Gallo, 2001).

3. Thompson dkk, pada tahun 1996, penelitiannya menunjukkan bahwa efek self reference

meningkatkan recall untuk partisipan dari kelompok usia yang berbeda, menggunakan

beragam insrtuksi dan stimuli.

4. Symons dan Johson (1997) menyimpulkan hasil dari 129 kajian berbeda yang telah

dilakukan pada efek self reference, dan mereka menunjukkan sebuah meta analisis.

Tehknik meta analisis adalah sebuah metode analisis untuk sintesis banyak studi pada

satu topik. Perhitungan meta analisis sebuah indek statistik yang mengatakan kepada kita

apakah sebuah variabel mempunyai efek yang signifikan secara statistik. Meta analisis

milik Symons dan Johnson menegaskan pola yang di deskripsikan : orang me recall

secara signifikan banyak item ketika mereka menggunakan tekhnik self reference,

dariapda pengolahan semanris arau metode pengolahan yang lainnya.

b. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk efek self reference.

T iga faktor yang berkontribusi dalam efek self reference yaitu :

1. Orang menghasilkan seperangkat kaya akan isyarat. Anda dapat dengan mudah

menghubungkan isyarat ini dengan informasi baru yang sedang Anda coba untuk

pelajari. Isyarat ini juga khas: kelihatan sangat berbeda satu dengan yang lainnya.

Misalnya, sifat kejujuran anda kelihatan berbeda dari sifak kecerdasan anda (Bellezza,

1984 & Hoyt, 1992).

Page 6: Memori Jangka Panjang

2. Intruksi self reference mendorong orang untuk memperhatikan bagaimana sifat pribadi

mereka terkait dengan yang lainya. Sebagai hasil,pengaktifan kembali akan lebih mudah

dan lebih efektif (Burns, 2006; Klein & Kihlstrom, 1986; Thompson dkk 1996).

3. Berlatih materi lebih sering jika itu dihubungkan dengan diri anda sendiri.anda juga lebih

mungkin menggunakan beranekaragam, latihan yang kompleks ketika anda mengaitkan

materi dengan diri ada sendiri (Thompson dkk, 1996). Strategi Latihan ini memudahkan

recall nantinya.

Singkatnya, beberapa faktor utama bekerja sama membantu anda me-recall materi yang

berkaitan dengan diri anda sendiri. Beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian juga

menyarankan korelasi neuralogikal untuk efek self reference (misalnya, Craik dkk 1999;

Kircher dkk 2000; Macrae dkk 2004).

2. Efek konteks: kekhususan pengkodean

Prinsip kekhususan pengkodean yaitu Recall lebih baik jika konteks pengambilan kembali

(retrieval) serupa dengan konteks pengkodean (encoding). (Brown & Craik, 2000; Naire,

2005; Tulving & Rosenbaum, 2006). Misalnya, Anda berada di kamar tidur dan menyadari

bahwa anda membutuhkan sesuatu dari dapur. Anda tiba di dapur,namun, anda tidak

mempunyai pikiran mengapa anda melakukan perjalanan. tanpa konteks di mana Anda

mengkodekan item yang Anda inginkan, anda tidak dapat mengaktifkan memori ini. Anda

kembali ke ruang tidur yang penuh dengan isyarat kontekstual, dan anda seketika ingat apa

yang anda inginkan. Melupakan sering terjadi jika dua konteks tidak cocok

a. Penelitian pada kekhususan pengkodean.

Dalam sebuah studi representatif , Viorica Marian dan Caitlin Fausey (2006) menguji

orang-orang yang tinggal di Chili yang fasih berbahasa Inggris dan Spanyol. Partisipan

mendengarkan empat cerita tentang topik seperti kimia dan sejarah. Merika mendegarkan dua

cerita dalam bahasa Inggris dan dua dalam bahasa Spanyol.

Setelah penundaan sebentar, partisipan mendengarkan pertanyaan tentang masing-

masing cerita. Sebagian pertanyaan bertanya dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa asli

cerita (misalnya, Inggris-Spanyol), dan sebagian lagi tidak sesuai antara bahasa cerita dengan

bahasa pertanyaan (misalnya, Spanyol-Inggris). Partisipan diintruksikan untuk menjawab

Page 7: Memori Jangka Panjang

dalam bahasa yang sama dengan pertanyaan. Misalnya, orang relatif tepat jika mereka

mendengarkan cerita dalam bahasa Spanyol dan mereka juga menjawab pertanyaan dalam

bahasa Spanyol. Mereka kurang tepat jika mereka mendengar cerita dalam bahasa Spanyol

dan menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris.

Sebelumnya, studi konseptual serupa, partisipan relatif tepat ketika gander dari suara

selama pengkodean cocok dengan gander selama pengaktifan kembali. (Geiselman & Glenny,

1977). Mereka kurang akurat ketika gander dari suara tidak cocok. Pada dasarnya, kita sering

lupa materi yang terkait dengan konteks lain daripada konteks kita sekarang. Akhirnya, kita

tidak perlu mengingat banyak informasi yang mengkin penting dalam pengaturan sebelumnya

tapi tidak relefan pada waktu sekarang (Bjork & Bkork, 1988) .

Efek konteks mudah ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, efek konteks

sering tidak konsisten di dalam laboratorium (mis. Baddeley, 2004; Naire, 2005; Roediger &

Guynn, 1996). Hal ini dikarenakan beberapa hal berikut ini:

1. Berbagai jenis tugas memori. Satu penjelasan mengenai perbedaan antara kehidupan

nyata dengan laboratorium adalah dua situasi khas menguji berbagai jenis memori

(Roediger & Guynn, 1996). untuk mengeksplorasi poin ini, kita perlu mengenal dua

istilah penting: recall dan recognition. Ketika para peneliti memori menguji recall, para

partisipan harus mengembangkan item yang mereka pelajari sebelumnya. Sebalikya,

ketika peneliti memori menguji recognition, para partisipan harus mengidentifikasi

apakah mereka melihat suatu item tertentu pada waktu sebelumnya.

Contoh kehidupan nyata kita sering menggambarkan suatu situasi dimana kita me-

recall pengalaman sebelumnya, dan pengalaman yang terjadi beberapa tahun sebelumnya

(Roediger & Guynn, 1996). Kekhususan pengkodean biasanya kuat dalam kehidupan

nyata, situasi penundaan dalam waktu lama. Misalnya, ketika mencium sebuah verbena,

saya secara langsung mengantarkan kembali pada suasana masa kanak-kanak di taman

nenek saya. Saya khususnya me-recall perjalanan melewti taman bersama sepupu saya,

pengalaman yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Sebaliknya, penelitian laboratirium

fokus pada recognotion daripada recall: “adakah kata ini muncul pada daftar yang anda

lihat sebelumnya?” Daftar yang umumnya disajikan kurang dari satu jam sebelumnya.

Kekhususan pengkodean umumnya lemah dalam laboratorium,situasi penundaan singkat.

Ringkasnya, kemudian, efek kekhususan pengkodean kemungkinan besar

berlangsung dalam tugas memori sebagai berikut (a) mengakses recall anda, (b)

Page 8: Memori Jangka Panjang

menggunakan peristiwa kehidupan nyata, dan (c) mengkaji peristiwa yang telah lama

terjadi.

2. Konteks fisik vs mental. Dalam studi mereka pada kekhususan pengkodean, peneliti

sering memanifulasi konteks fisik dalam materi disandikan dan diambil. Namun, kontek

fisik mungkin tidak sepenting konteks mental. Hal ini dikarenakan mungkin karena

konteks fisik seperti karakteristik sebuah ruangan relatif sepele dalam menentukan

apakah conteks pengkodean cocok dengan pengaktifan kembali konteks.Sebaliknya, Eich

(1995) menunjukkan “seberapa baik transfer informasi dari satu lingkungan ke yang

lainnya tergantung pada seberapa mirip lingkungan terasa daripada seberapa mirip

mereka terlihat”(p.293).

Komentar Eich mengingatkan anda akan studi Foley dan rekannya (1999), yang mana

aktivitas mental partisipan seringkali tidak cocok dengan intruksi khusus peneliti (lihat

halaman 125-126, pada chapter ini). peneliti perlu melihat melampaui variabel bahwa

mereka memanipulasi dan memperhatikan proses yang terjadi di dalam kepala

partisipanini kepentingan dari aktivitas mental yang juga krusial untuk topik berikutnya,

yang membawa kita kembali pada isu level pengolahan.

b. Level pengolahan dan kekhususan Pengkodean.

Craik dan Lockhart‟s (1972) mendeskripsikan sebenarnya pendekatan tingkat

pengolahan yang menekankan pada pengkodean atau bagaimana item tersimpan di dalam

memori.Bukan pada pengaktifan kembali atau bagaimana item diaktifkan kembali dari

memori. Orang me-recall lebih banyak materi jika kondisi pengaktifan kembali cocok dengan

kondisi pengkodean (Moscovitch & Craik, 1976). Faktanya, pengolahan secara dangkal dapat

lebih efektif dari pengolahan secara mendalam ketika tugas pengaktifan kembali menekankan

pada informasi yang dangkal. Memperlihatkan bahwa poin ini tidak konsisten dengan rumsan

asli dari pendekatan level pengolahan.

Memori kadang-kadang ditingkatkan ketika konteks pengaktifan kembali sesuai dengan

konteks pengkodean (Nairne,2005). Namun, manfaat dari kekhususan pengkodean lebih

mungkin ketika item diuji dengan recall (daripada rekognisi), ketika stimuli merupakan

kejadian kehidupan nyata, dan ketika item telah di memori dalam waktu yang sangat lama.

Kekhususan pegkodean tergantung pada konteks mental daripada konteks fisik.

Page 9: Memori Jangka Panjang

3. Emotions, Mood, and Memory

Sejak dekade terakhir, jumlah penelitian psikology tentang emotions, mood dan

memory telah meningkat dengan cepat (Uttl, Siegenthaler & Ohta, 2006). Dalam berbicara

sehari-hari, kita sering tertukar saat menggunakan bentuk emotions dan mood, karena

bentuknya hampir sama. Ahli psikologi mengartikan emotions sebagai suatu reaksi terhadap

stimulus tertentu. Sebaliknya, moods bersifat lebih umum, yaitu pengalaman yang melekat

dalam (Bower & Fogas, 2000). Sebagai contoh, anda akan memiliki reaksi emosi negatif saat

mencium bau yang tidak enak dalam sebuah lemari, padahal anda mungkin sedang memiliki

mood yang baik.

Psikologi kognitif mengakui bahwa emotions dan mood dapat mempengaruhi proses

kognitif kita. Ada 2 hal yang dapat menyebabkan emotions dan mood mempengaruhi memori

kita:

1. Kita mengingat dengan jelas rangsangan bahagia dengan lebih akurat dari pada

rangsangan lain.

2. Kita mengingat materi lebih akurat jika mood kita sesuai dengan emotional alami dari

materi tersebut, suatu efek yang disebut “kesesuaian mood”.

Memori untuk item berbeda dalam emotion. Prinsip Pollyanna mengatakan bahwa item

yang disenangi biasanya diproses lebih efisien dan lebih akurat dari pada item yang kurang

disenangi. Prinsip ini sangat betul dalam variasi yang luas dari phenomena dalam persepsi,

bahasa dan membuat keputusan (Matlin, 2004). Beberapa hal yang menyebabkan rangsangan

emotional alami dapat mempengaruhi memori:

1. Ingatan yang lebih akurat untuk item yang disenangi. Dalam studi khusus , orang belajar

daftar huruf yang disenangi, netral atau tidak disenangi. Setelah itu ingatan mereka di uji

setelah jeda beberapa menit sampai beberapa bulan. Setelah di review kembali, kita

menemukan bahwa item yang disenangi diingat lebih baik dari pada item yang negative,

terutama jika jedanya panjang (Matlin 2004, Matlin & Stang, 1978). Sebagai contoh 39

dari 52 penelitian yang kita lokasikan pada memori jangka panjang, item yang disenangi

diingat dengan signifikan dan lebih akurat dari pada item yang kurang disenangi. Dan

secara kebetulan, item netral diingat paling tidak akurat dari semuanya. jadi intensitas

dari item nada emotional juga penting (Bohanek dkk, 2005; Talariko dkk, 2004)

Page 10: Memori Jangka Panjang

Selanjutnya, orang secara umum mengingat event yang disenangi dari pada event yang

tidak disenangi (Mather, 2006; Welker dkk, 1997). Satu penjelasan yang pasti yaitu

memori orang tentang event yang disenangi lebih hidup dan jelas dari event yang tidak

disenangi (D‟ Argembeau dkk, 2003; Levine & Bluck, 2004). Di temukan hubungan

bahwa pengemudi dengan cepat lupa kecelakaan terdekatnya, dan faktanya mereka

hanya mengingat 20% dari kecelakaan tersebut hanya 2 minggu kemudian (Chapman &

Underwood, 2000).

2. Ingatan yang lebih akurat untuk stimuli netral yang berasosiasi dengan stimuli yang

disenangi. Kekerasan media merupakan persoalan penting dalam budaya Amerika Utara.

Survey menunjukkan bahwa 60% dari program televisi menggambarkan kekerasan.

Selanjutnya, beberapa studi menunjukkan bahwa kekerasan media berdampak pada

agresi anak-anak (Bushman 2003; Bushman & Huesmann, 2001; Kirsh, 2006).

Bushman (1998) merekam 15 menit bagian dari 2 video. Satu video, Karate Kid III,

memperlihatkan pertarungan keras dan menghancurkan properti. Video lain, Gorillas in

the Mist, yang di nilai oleh mahasiswa tapi tidak ada adegan kekerasan. Bushman

kemudian memasukkan 30 detik iklan dengan item netral pada masing2 kedua video

tersebut.

Mahasiswa perguruan tinggi menonton film yang ada kekerasan dan tidak ada kekerasan,

kemudian mereka diminta untuk mengingat 2 nama produk yang telah ditampilkan

dalam iklan dan menulis apa pun yang bisa mereka ingat tentang iklan tersebut. Hasilnya

menunjukkan bahwa perbedaan signikan, yaitu ingatan tentang iklan yang diperlihatkan

pada film tanpa kekerasan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemarahan dan

kekerasan mengurangi ketelitian memori (Bushman, 1998, 2003, 2005; Gunter dkk,

2005; Levine & Burgess, 1997).

Seseorang yang peduli tentang kekerasan social akan tertarik pada penelitian Bushman,

karena mereka bisa menggunakan penelitian ini untuk membujuk pemasang iklan untuk

memsang iklan yang tidak mengandung kekerasan. Pemasang iklan ingin penonton

mengingat nama produk mereka, juga informasi tentang produk mereka. sorotan dari

penelitian ini, pemasang iklan mulai ragu-ragu untuk menjadi sponsor program

kekerasan.

3. Seiring waktu, memori yang tidak disenangi memudar dengan cepat. Richard Walker

dkk (1997) meminta mahasiswa untuk merekam kejadian personal stiap hari selama 14

minggu dan menilai kenyamanan dengan intesitas kegiatan tersebut. 3 bulan kemudian,

partisipan tersebut kembali, pada satu waktu, dalam sesi kedua. Seorang peneliti

Page 11: Memori Jangka Panjang

membaca masing-masing kejadian dari daftar sebelumnya, dan mahasiswa tersebut

disuruh untuk menghitung jumlah kesenangan dari kegiatan tersebut. Dalam analisa dari

hasil penelitian, hitungan tidak berubah dari kejadian yang bernilai netral.

Bagaimanapun, kejadian yang awalnya menyenangkan, sekarang berubah menjadi

kurang menyenangkan. Dan sebaliknya, kejadian yang awalnya tidak menyenangkan,

berubah menjadi kejadian yang lebih menyenangkan. Sesuai dengan prinsip Polliyanna,

orang-orang cendrung menilai masa lalu lebih positif seiring dengan berjalannya waktu,

sebuah fenomena yang disebut efek positivity.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa orang tua lebih suka menunjukkan efek positivity

(Kennedy dkk, 2004; Mather, 2006). Selanjutnya Walker dkk (2003) mempelajari 2 grup

pelajar; satu grup terdiri dari yang tidak pernah mengalami tekanan depresi, dan grup lain

pernah mengalami tekanan depresi. Kelompok yang tidak pernah mengalami tekanan

depresi menunjukkan efek positifity. Sebaliknya, pelajar dengan tekanan depresi

memperlihatkan keseimbangan antara kejadian yang menyenangkan dengan yang tidak

menyenangkan. Dengan kata lain, ketika orang yang mengalami depresi melihat masa

lalu mereka, kejadian yang tidak menyenangkan akan tetap tidak menyenangkan. Seperti

yang bisa anda bayangkan , penelitian ini memiliki implikasi yang penting untuk

psikologi klinik. Terapi harus sesuai dengan interpretasi masa lalu pasien, atau situasi

tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa stimuli rasa senang mempengaruhi daya ingat.

Stimuli rasa senang jauh lebih baik dari rasa kurang senang: (1) kita mengingatnya

dengan teliti; (2) kita cendrung melupakan informasi yang berhubungan dengan

kekerasan, stimuli yang tidak nyaman; dan (3) seiring waktu, memori yang

menyenangkan akan pudar lebih lama dari pada memori yang tidak menyenangkan.

Kesesuaian Mood. Kategori kedua dari penelitian tentang mood dan memori disebut

kesesuaian mood. Kesesuaian mood artinya anda mengingat materi lebih akurat jika sesuai

dengan mood anda (Fiedler dkk, 2003; Joorman & Siemer, 2004; Schwarz, 2001). Sebagai

contoh, seseorang dalam mood bahagia akan mengingat lebih baik kenangan yang bahagia

dari pada kenangan yang kurang bahagia, begitu juga seseorang dengan mood kurang bahagia

akan lebih baik mengingat kenangan yang kurang bahagia.

Dalam penelitian tentang kesesuai mood ini, Orang yang tidak mengalami tekanan

depresi cendrung mengingat lebih banyak materi positif dari materi negative. Sebaliknya,

orang dengan tekanan depresi akan mengingat lebih banyak materi negative (Fiedler dkk,

Page 12: Memori Jangka Panjang

2003; Mather, 2006; Parrot & Spackman, 2000; Schwarz, 2001). Seperti hasil dari penelitian

Walker dan koleganya (2003), penemuan ini penting untuk psikologi klinik. Jika orang

depresi cendrung melupakan pengalaman positif yang pernah mereka alami, tingkat

depresinya akan jauh meningkat (Schacter, 1999).

4. Perbedaan Individu: Tujuan Sosial dan Memori

Tujuan sosial berarti gaya berinteraksi kita dengan orang lain, dalam bentuk

persahabatan dan hubungan antar personal lainnya. Jika anda mendapat skor tinggi dalam

tujuan pendekatan sosial, anda cendrung menekankan hubungan yang dekat dengan orang

lain. Dalam pertanyaan standar dalam memperkirakan tujuan sosial, anda akan mendapat

pertanyaan tingkat tinggi seperti “saya akan mencoba memperdalam hubungan saya dengan

teman saya dalam 4 bulan ini” dan “saya akan menguatkan ikatan dan keseriusan dalam

hubungan terdekat saya” (Strachman & Gable, 2006, p. 1449. Jika anda memiliki skor

tertinggi dalam penghindaran tujuan sosial, seperti namanya, anda akan cendrung

menghindari hubungan dekat dengan orang lain. Dalam sebuah pertanyaan, anda akan

mendapat pertanyaan tingkat tinggi seperti “saya akan menghindari pertemuan memalukan,

dikhianati atau disakiti oleh teman saya” dan “saya akan mencoba memastikan bahwa tidak

ada kejadian buruk yang terjadi pada hubungan dekat saya”(p. 1449).

Amy Strachman and Shelly Gable (2006) meminta mahasiswa untuk membaca sebuah

cerita yang berfokus pada hubungan anter personal. Cerita ini melingkupi berbagai jenis

pendapat dari 3 kategori emotional, positif, netral dan negatif. Setelah selesai membaca,

mahasiswa disuruh mengingat essay tersebut dengan sebaik mungkin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan sosial tidak berhubungan dengan

banyaknya item yang bisa diingan mahasiswa dengan benar. Bagaimanapun, mahasiswa yang

pendekatan tujuan sosial yang tinggi cendrung mengingat statement netral menjadi lebih

positif dibanding dalam cerita tadi, sebaliknya, mahasiswa yang memiliki skor tertinggi

dalam menhindari tujuan sosial cendrung mengingat statemen netral dan positif menjadi lebih

negatif disbanding dari dalam cerita tadi. Grup ini juga mengingat lebih dari statemen negatif

dan sedikit statement positif, membandingkan pada kita siapa yang tertinggi pendekatan

tujuan sosialnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan dalam mengingat tidak bisa

dijelaskan oleh mood partisipan.

Page 13: Memori Jangka Panjang

Kesimpulan, karakteristik personal seseorang menolong untuk menjelaskan pola

pemikirannya. Khususnya, tujuan sosialnya berpengaruh dengan item yang akan mereka ingat.

Tujuan sosial ini juga mempengaruhi apakah mereka mengingat item menjadi lebih positif

atau negatif dari pada yang sebenarnya.

B. PEMANGGILAN MEMORI JANGKA PANJANG

Jika diibaratkan dengan komponen komputer, short-term memory mirip dengan RAM

(Random Access Memory) yakni tempat penyimpanan data sementara sebelum diproses di

CPU (Central Processing Unit), data yang tersimpan di RAM akan terhapus atau hilang

tertulis ulang dengan data-data berikutnya; sedangkan long-term memory mirip dengan hard-

disk yakni tempat penyimpanan permanen data. Seperti halnya otak, apapun yang di-inputkan

ke sebuah komputer akan masuk dan diproses di RAM (short-term memory) tetapi tidak

semua input atau hasil pengolahan akan disimpan di hard-disk (long-term memory).

Short-term memory dan long-term memory juga dapat dianalogikan seperti dua buah

kamar dengan lorong sempit penghubung antar kedua ruangan. Hampir semua informasi yang

kita terima akan masuk dan mampir ke „kamar‟ short-term memory kita untuk diproses,

namun apakah hasil pemrosesan akan disimpan di „kamar‟ long-term memory membutuhkan

usaha lebih dari otak kita.

David Sousa (2001) and Patricia Wolfe (2001) menggambarkan bagaimana otak kita

mengambil informasi dari lingkungan untuk kemudian memprosesnya dan menyimpannya

Page 14: Memori Jangka Panjang

dalam bentuk memori hingga kemudian berwujud sebagai suatu konsep diri, diilustrasikan

dalam gambar di bawah ini.

Hasil-hasil penelitian meyakini bahwa kemampuan seseorang menyelesaikan

permasalahan erat kaitannya dengan banyaknya informasi yang dia miliki dan mampu dia

„panggil‟ dari long-term memory-nya. Sebagai contoh, seorang grand-master catur mudah

mengalahkan berbagai lawan caturnya karena beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu

kombinasi posisi catur yang telah tersimpan di long-term memory-nya yang otomatis akan

‟terpanggil‟ saat berpikir menyelesaikan masalah. Contoh lain yang diangkat dalam

penelitian adalah seorang sopir yang telah berpengalaman puluhan tahun akan dengan santai

dan mudah melakukan banyak hal selagi menyopir kendaraan, seperti menghidupkan radio,

mengganti saluran radio, bercakap-cakap dengan penumpang, bahkan sambil menentukan

arah kendaraan. Semua informasi tentang teknik menyetir, arah jalan, dan masalah-masalah

di jalan telah tersimpan di long-term memory dia dan otomatis akan terpanggil manakala

menyetir. Hal yang sama tidak dijumpai pada seseorang yang baru saja belajar menyetir.

Dalam proses “pemanggilan” memori, ada dua macam tugas memori terkait hal ini,

terdiri atas tugas memori eksplisit dan implisit. Tes Memori eksplisit menilai memori secara

langsung. Tes yang paling umum adalah Recall (mengingat). Tes recall menuntut peserta

untuk mereproduksi item yang telah dipelajari sebelumnya. Tes Memori eksplisit yang lain

adalah pengenalan (recognition), di mana peserta harus mengidentifikasi item yang pernah

disajikan sebelumnya. Tugas memori eksplisit meliputi memori episodic dan semantic.

Page 15: Memori Jangka Panjang

Sebaliknya, Tugas Memori implisit menilai memori secara tidak langsung. Pada sebuah

Tugas Memori implisit, orang-orang melihat materi (biasanya serangkaian kata-kata atau

gambar), kemudian, selama tahap Uji coba, peserta diperintahkan untuk menyelesaikan

Tugas kognitif yang secara tidak langsung menuntut kemampuan ingatan atau pengenalan

mereka (Lockhart, 2000; Roediger & Amir, 2005). Misalnya, di bagian Bl Demonstrasi 5.3,

Anda mengisi kekosongan dalam beberapa kata. Pengalaman sebelumnya dengan materi

tersebut, kata-kata yang pernah diterima pada awal Demonstrasi-memfasilitasi memori Anda

untuk menyelesaikan tugas tersebut (Roediger & Amir, 2005). Tugas memori implisit

meliputi memori prosedural, emotional conditioning, primming repetition, dan condition

reflex.

Beberapa penelitian tentang memori eksplisit dan implisit mengilustrasikan suatu pola

yang disebut para peneliti sebagai disosiasi. Sebuah disosiasi terjadi saat suatu variabel

memiliki efek luas pada tes A, tetapi sedikit atau tidak ada efek pada Uji B; sebuah disosiasi

juga terjadi ketika sebuah variabel memiliki efek jika diukur dengan Uji A, dan efek

sebaliknya jika diukur dengan test B. Dalam hal ini, seseorang dapat menunjukkan hasil yang

positif terhadap tugas memori eksplisit, namun sebaliknya pada tugas memori implisit.

Dalam proses pemanggilan memori, tidak selamanya setiap orang dapat melakukannya

dengan mulus. Pada individu tertentu dapat mengalami gangguan memori yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yang dikenal dengan istilah amnesia. Amnesia merupakan

suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melakukan tugas memorinya akibat kehilangan

kemampuan untuk melakukan proses “pemanggilan” memori episodiknya kembali. Ada dua

tipe amnesia, yaitu amnesia retrograde dan amnesia anterograde.

Amnesia retrograde merupakan kehilangan memori tentang kejadian yang terjadi

sebelum kerusakan otak (Brown, 2002; meeter et all, 2006; Meeter & Murre, 2004). Sebagai

contoh,seorang wanita dikenal dengan inisial LT tidak dapat merecall peristiwa dalam

kehidupannya yang terjadi sebelum kecelakaan yang melukai otaknya, meskipun memorinya

normal untuk peristiwa setelah cedera (Conway & Fthenaki, 2000; Riccio et al., 2003).

Sedangkan anterograde amnesia,adalah bentuk kehilangan memori untuk peristiwa-

peristiwa yang terjadi setelah kerusakan otak (Kalat, 2007). Selama beberapa dekade, peneliti

telah mempelajari seorang pria dengan amnesia anterograde yang hanya diketahui inisial

namanya, HM. (James & MacKay, 2001; Milner, 1966). H.M. memiliki epilepsi serius

sehingga dokternya kemudian mengoperasi otaknya pada tahun 1953 dengan menghapus

Page 16: Memori Jangka Panjang

sebagian dari daerah lobus temporalnya, serta hippocampus, sebuah struktur di bawah korteks

yang penting dalam proses belajar dan tugas-tugas memori (Thompson, 2005). Operasi

berhasil menyembuhkan epilepsi HM, namun menyebabkan kehilangan memori parah pada

dirinya. H.M. memiliki memori semantik yang normal, dan ia secara akurat dapat mengingat

(recall) peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum operasinya. Namun, ia tidak bisa belajar

atau mempertahankan informasi baru. Sebagai contoh, pada tahun 1980, ia pindah ke panti

jompo. Empat tahun kemudian, ia masih belum bisa menggambarkan di mana dia tinggal.

Selama bertahun-tahun setelah operasi, dia terus melaporkan bahwa tahun saat itu masih

1953 (Corkin, 1984).

Sementara itu, para peneliti telah mempelajari sisi lain dari memori yang menunjukkan

kehebatan yang mengesankan. Mereka mempelajari bagaimana memori para ahli di berbagai

bidang, seperti catur, olahraga, balet, peta, notasi musik, dan para penghapal urutan angka

yang sangat panjang. Secara umum, para peneliti telah menemukan sebuah korelasi positif

antara pengetahuan tentang suatu bidang dan kerja memori dalam bidang tersebut (Schraw,

2005; Vicente & Wang, 1998). Para ahli mampu mengingat materi lebih akurat secara

bermakna daripada orang lain yang bukan ahli, baik dalam recognition maupun recall (Brdt

et al., 2005). Selain itu, memori ahli lebih akurat segera setelah materi disajikan, dan juga

setelah penundaan yang lama (Noice & Noice, 2002).

Yang menarik dalam hal ini adalah, orang-orang yang ahli dalam satu bidang jarang

menampilkan kemampuan memori yang luar biasa (Kimball & Holyoak, 2000; Wilding &

Valentine, 1997). Dengan kata lain, master catur yang memiliki kemampuan memori luar

biasa dalam untuk posisi catur, namun dalam segi kemampuan kognitif dasar dan persepsi

mereka mereka tidak berbeda dari orang lain yang bukan ahli catur (Criberg & Albert, 1988).

Ada beberapa alasan mengapa seorang ahli mampu memiliki kemampuan memori yang

lebih dibandingkan orang biasa lainnya, antara lain :

1. Para ahli memiliki organisasi yang baik, mempelajari struktur pengetahuan dengan hati-

hati, yang membantu mereka selama melakukan keduanya, baik encoding dan retrieval.

Misalnya, pemain catur menyimpan sejumlah pola umum mengenai langkah-langkah catur

yang dapat mereka akses dengan cepat.

2. Para ahli mungkin lebih suka mereorganisasi materi baru yang harus mereka ingat,

membentuk keping-keping potongan materi bermakna yang saling terkait untuk kemudian

dikelompokkan bersama.

Page 17: Memori Jangka Panjang

3. Para ahli biasanya memiliki lebih banyak gambar visual yang hidup untuk item yang harus

mereka ingat (recall).

4. Para ahli bekerja keras untuk menekankan kekhasan stimulus masing-masing selama

encoding, dimana dalam hal ini kekhasan sangat penting untuk menghasilkan memori

yang akurat.

5. Para ahli berlatih dengan cara yang berbeda. Misalnya, seorang aktor dapat melatih

jalurnya dengan berfokus pada kata-kata yang mungkin memicu ingatan (recall).

6. Para ahli memiliki kemampuan lebih baik dalam merekonstruksi bagian yang hilang dari

informasi yang berasal dari pasangan materi yang sebagiannya mereka ingat.

7. Para ahli lebih terampil memprediksi kesulitan tugas dan memonitoring kemajuan mereka

pada tugas yang terkait dengan bidangnya.

Dari penelitian juga diketahui adanya kemampuan memori dalam mengenali

wajahterhadap orang-orang yang berasal dari kelompok etnis mereka sendiri, yang disebut

dengan istilah own race bias. Hal ini merupakan keahlian memori dalam membuat wajah

tertentu menjadi lebih khas. Penelitian ini secara umum menunjukkan beberapa dukungan

untuk hipotesis contact, meskipun bukti tidak kuat (Brigham et al, 2007;. Meisser &

Brigham, 2001; Wright et al, 2003.). Luasnya frekuensi kontak yang terjadi akan sangat

memungkinkan memori untuk merekam lebih akurat dari kekhasan wajah di dalam kelompok

etnis yang sama.

3. MEMORI AUTOBIOGRAFI

Memori autobiografi adalah memori tentang peristiwa dan isu-isu yang berkaitan

dengan diri sendiri. Memori autobiografi biasanya mencakup narasi lisan, tetapi juga dapat

mencakup citra (memori visual) tentang peristiwa, reaksi emosional, dan informasi

prosedural. Memori autobiografi merupakan bagian penting dari identitas diri, membentuk

sejarah dan konsep tentang diri setiap individu.

Kajian mengenai memori autobiografi secara umum menggunakan pendekatan

kuantitaif dengan variabel bebas berupa sejumlah item yang berkaitan dengan proses

mengingat sesuatu. Sedangkan variabel terikatnya adalah akurasi memori. Memori

autobiografi biasanya fokus pada keterkaitan antara suatu peristiwa aktual dan memori

individu mengenai peristiwa tersebut. Penelitian memori autobiografi biasanya memiliki

Page 18: Memori Jangka Panjang

validitas ekologi yang tinggi, hal ini berkaitan dengan kondisi di mana penelitian dibuat

mirip dengan kondisi alami yang kemudian hasilnya dapat diterapkan.

Beberapa topik kajian dalam penelitian mengenai memori autobiografi terakhir ini

diantaranya adalah :

1. Ingatan para migran Latin tentang kisah hidup mereka yang diungkapkan dalam

bahasa Inggris dan Spanyol (Schrauf & Rubin, 2001).

2. Waktu yang diperlukan orang dewasa dalam menggambarkan tema dalam cerita

hidup mereka (Bluck & Habermas, 2001; Pasupathi, 2001).

3. Memori tentang kegagalan yang dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari

mereka (Gennaro et al, 2005;. Herrmann & Gruneberg, 2006).

4. "Earwitness"atau ketepatan dalam mengidentifikasi suara seseorang (Kerstholt et al,

2006;. Yarmey, 2007).

5. Studi pencitraan otak memori autobiografi (Conway, 2001; Lieberman, 2007)

Pembahasan memori autobiografi menggambarkan beberapa karakteristik penting dari ingatan

kita tentang peristiwa dalam kehidupan, yakni bahwa :

1. Meskipun kita kadang-kadang membuat kesalahan, ingatan kita sering akurat untuk

beberapa hal tertentu

2. Ketika orang membuat kesalahan, mereka umumnya mengaitkan rincian informasi

perifer dan informasi spesifik tentang peristiwa biasa, daripada informasi utama

tentang peristiwa-peristiwa penting.

3. Ingatan kita sering berbaur dengan berbagai informasi yang diperoleh.

1. Skema dan Memori autobiografi

Pembahasan tentang skema dalam memori autobiografi ini menekankan pada bagaimana

seseorang memiliki ingatan yang umum mengenai peristiwa biasa. Skema terdiri dari

pengetahuan umum atau harapan, yang diperoleh dari pengalaman masa lalu seseorang , baik

tentang peristiwa yang dialaminya maupu yang dialami orang lain. Skema digunakan untuk

memandu ingat kita. Seiring waktu berlalu, kita masih ingat inti dari suatu peristiwa,

meskipun kita mungkin lupa informasi yang relevan dengan skema ingatan kita.

Selama proses pemanggilan kembali memori (recall), seseorang sering mengalami bias

konsistensi, yaitu, kecenderungan membesar-besarkan konsistensi antara perasaan masa lalu

Page 19: Memori Jangka Panjang

seseorang dan keyakinan dan sudut pandang saat ini. Akibatnya, ingatan seseorang tentang

masa lalu mungkin terdistorsi. Sebagai hasilnya, seseorang dapat meremehkan bagaimana

dirinya telah berubah sepanjang hidupnya.

Bias konsistensi dapat muncul saat seseorang menceritakan kisah-kisah hidupny sehingga

mereka konsisten dengan skema pemikirannya saat ini tentang dirinya sendiri. Dalam

konteks bias konsistensi, seseorang tidak menciptakan pengalaman masa lalunya, melainkan

menceritakan kembali pengalaman mereka dengan bahasa, persepsi, dan mandat sesuai

dengan sudut pandang mereka saat ini.

2. Pemantauan Sumber

Proses mencoba untuk mengidentifikasi asal memori dan keyakinan akan suatu informasi

disebut pemantauan sumber. Sebagai contoh, Anda meminjam sebuah buku dari seorang dan

Anda ingat dengan jelas telah mengembalikannya. Namun, keesokan harinya, Anda

menemukan bahwa buku ini masih di meja Anda. Rupanya, Anda

hanya membayangkan telah kembali buku. Maka Anda akan mencoba untuk mengingat di

mana Anda mempelajari beberapa informasi yang menjadi latar belakang

tentang langkah yang Anda lihat.

Menurut Marcia Johnson dan Carol Raye (2000), seseorang sering mencoba untuk

memilah sumber informasi dalam ingatannya. Seseorang selalu menyertakan isyarat seperti

skema dan harapan, serta sifat dari rincian. Sayangnya, terkadang pemantauan sumber ini

kerap kali menghasilkan kesalahan.

Sebagai contoh, misalkan kita sedang bekerja pada sebuah proyek dengan teman sekelas,

dan kita mencoba untuk mengantisipasi berbagai saran yang dapat muncul dari teman sekelas

kita. Kemudian, kita mungkin ingat bahwa teman tersebut benar-

benar melakukan memberikan saran–saran, padahal semua hanya ada dalam benak kita, tidak

benar – benar terjadi. Kesalahan dalam pemantauan sumber seringkali

membingungkan. Seseorang bahkan dapat sampai sulit membedakan apa yang benar-benar

dikatakannya, dibandingkan dengan apa yang orang lain katakan. Menurut Defeldre (2005),

orang juga dapat menjiplak secara tidak sengaja. Sebagai contoh, seorang siswa percaya

bahwa ia telah menyusun sebuah lagu yang benar-benar baru. Namun, dalam kenyataannya,

melodi dari lagu didasarkan pada melodi disusun oleh penulis lagu yang lain.

Page 20: Memori Jangka Panjang

Dalam beberapa kasus, kesalahan dalam pemantauan sumber dapat memiliki

konsekuensi jauh lebih serius. Selama bertahun-tahun, Marcia Johnson (1996, 1998, 2002)

telah menekankan bahwa sumber-monitoring kesalahan terjadi pada tingkat masyarakat,

bukan hanya pada tingkat individu. Pemerintah, media, dan perusahaan harus terlibat dalam

pemantauan sumber yang kuat untuk menentukan peristiwa benar-benar terjadi dan yang

fiktif. Sayangnya, orang jarang menyadari pemantauan sumber sampai mereka membuat

kesalahan. Demikian pula, masyarakat jarang menyadari pentingnya pemantauan sumber

sampai mereka menemukan bahwa pemantauan ini telah gagal. Kasus terbesar dalam

pemantauan sumber diantaranya adalah penanganan tragedi serangan teroris pada 9

september 2001 di Amerika Serikat. Pada saat itu pemerintah AS mengaitkan tragedi tersebut

dengan kepemilikan senjata nuklir Irak dan menggunnakan informasi intelejen yang

kemudian terbukti keliru untuk menginvasi Irak. Pada awalnya masyarakat AS percaya akan

kebenaran informasi tentang senjata nuklir tersebut, namun kemudian informasi tersebut

terbukti keliru. Ini merupakan contoh bahwa kesalahan dalam pemantauan sumber informasi

dapat terjadi di masyarakat dan menimbulkan dampak yang besar.

3. Memori “Flashbulb”

Memori flashbulb mengacu pada memori seseorang untuk keadaan di mana orang

tersebut untuk pertama kali belajar tentang peristiwa yang sangat mengejutkan dan

membangkitkan emosi. Banyak orang percaya bahwa mereka dapat secara akurat mengingat

detail sepele tentang apa yang mereka lakukan pada saat peristiwa tersebut. Roger Brown

dan James Kulik (1977) menemukan bahwa memori flushbulb seseorang akan lebih akurat

daripada memori peristiwa kurang mengejutkan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa

banyak kemudian orang membuat banyak kesalahan dalam mengingat rincian peristiwa,

meskipun mereka mengklaim bahwa memori mereka untuk peristiwa tersebut sangat

emosional.

Sebuah studi menunjukkan bahwa terjadi penurunan akurasi memori siswa ketika secara

periodik diminta menjelaskan informasi yang mereka ketahui mengenai peristiwa tragedi

9/11. Studi lain menunjukkan bahwa mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di New York

City mengingat rincian signifikan lebih faktual tentang tragedi itu daripada mahasiswa di

perguruan tinggi di California dan Hawaii.Temuan ini masuk akal karena New York adalah

kota dimana mahasiswa tersebut berada rata-rata hanya 27 blok dari World Trade Center

pada saat mereka belajar tentang serangan itu.

Page 21: Memori Jangka Panjang

Pezdek menunjukkan bahwa mahasiswa New York fokus pada latihan dan mengingat

rincian peristiwa tentang tragedi itu, karena rincian obyektif dapat mempengaruhi kehidupan

orang-orang yang mereka kenal. Sebaliknya, sebagian besar mahasiswa dari California dan

Hawaii merasa tidak perlu tahu detail-detail, sehingga mereka bisa fokus pada memori

pribadi mereka sendiri yang berfokus pada bagaimana mereka pertama kali belajar tentang

tragedi itu.

Jadi, simpulan dari semua informasi tentang memori flashbulb ini adalah bahwa kita

tidak perlu menciptakan mekanisme khusus untuk menjelaskan suatu kondisi yang

emosional. Memori ini kadang-kadang bisa lebih akurat daripada ingatan kita untuk

peristiwa yang biasa. Namun, memori ini pun dapat ditingkatkan oleh mekanisme standar

seperti frekuensi latihan, kekhasan, dan elaborasi. Selain itu, baik memori flashbulb maupun

"memori biasa" akan menjadi kurang akurat dengan berlalunya waktu.

4. Kesaksian seorang Saksi Mata

Topik yang paling ekstensif diteliti dalam domain dari memori autobiografi adalah

kesaksian saksi mata dalam persidangan suatu perkara. Skema memori dapat mengubah

kesaksian para saksi. Kita pun dapat melihat bahwa beberapa kesalahan dalam kesaksian

saksi mata dapat ditelusuri sebagai bentuk kesalahan dalam pemantauan sumber. Kesaksian

saksi mata membutuhkan kemampuang dalam mengingat rincian spesifik tentang orang dan

peristiwa. Dalam kasus ini, kesaksian saksi mata yang tidak akurat, dapat menyebabkan

orang yang tidak bersalah bisa masuk penjara atau bahkan dihukum mati.

Efek Misinformasi Pasca-peristiwa .

Kesalahan dalam kesaksian saksi mata seringkali dapat ditelusuri dari informasi yang

salah. Dalam efek missinformasi pasca-peristiwa, orang pertama melihat peristiwa, dan

kemudian setelah itu mereka diberi informasi yang menyesatkan mengenai peristiwa tersebut,

maka saksi akan keliru dengan lebih mengingat informasi yang menyesatkan, daripada

peristiwa yang mereka benar-benar lihat. Efek ini juga berkaitan dengan gangguan proaktif,

yang berarti bahwa seseorang dapat mengalami kesulitan memperlajari materi yang baru

karena ingatan mengenai materi yang lama. Efek misinformasi menyerupai jenis lain dari

gangguan yang disebut gangguan retroaktif. Dalam gangguan retroaktif, seseorang

mengalami kesulitan mengingat materi lama karena adanya beberapa materi baru yang

Page 22: Memori Jangka Panjang

dipelajari, yang kemudian mengganggu memori lama. Sebagai contoh, misalkan seorang

saksi mata melihat kejahatan, dan kemudian disediakan beberapa informasi yang salah saat

mengajukan pertanyaan. Kemudian, saksi mata mungkin mengalami kesulitan mengingat

peristiwa yang benar-benar terjadi di TKP, karena gangguan yang ditimbulkan oleh kesalahan

dalam informasi baru.

Efek informasi yang salah setidaknya dapat dilacak sebagai kesalahan dalam pemantauan

sumber (Davis & Loftus, 2007;. Schacter et al, 1998). Sebagai contoh, dalam studi oleh

Loftus dan rekan-rekannya (1978), informasi pasca-peristiwa dalam kondisi tidak konsisten

dapat mendorong orang untuk menciptakan citra mental yang keliru. Penelitian tentang efek

misinformasi menekankan sifat aktif konstruktif memori.

Pendekatan konstruktivis tentang memori berpendapat bahwa seseorang membangun

pengetahuan dengan mengintegrasikan apa yang ia ketahui, sehingga menciptakan

pemahaman tentang suatu peristiwa atau topik menjadi koheren dan masuk akal. Singkatnya,

memori tidak terdiri dari daftar fakta yang semua disimpan dalam bentuk utuh dan siap untuk

diputar seperti rekaman video. Sebaliknya, kita membangun memori dengan memadukan

informasi dari berbagai sumber.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi Kesaksian saksi mata.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi akurasi kesaksian saksi mata, hal ini didasarkan pada

tiga masalah potensial dalam kesaksian saksi mata, yaitu: (1) Orang dapat menciptakan

memori yang konsisten dengan skema mereka, (2) orang dapat membuat kesalahan dalam

pemantauan sumber, dan (3) informasi pasca-peristiwa yang salah dapat mendistorsi

ingatan. Berikut adalah beberapa variabel penting lainnya:

1. Kesalahan lebih mungkin bila ada penundaan yang lama antara peristiwa asli

dan saat kesaksian. Seiring dengan berjalannya waktu, akurasi recall menurun untuk

sebagian besar memori. Penundaan yang lama dalam kesaksian saksi mata juga

memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk "kontaminasi" dari informasi pasca-

peristiwa yang salah.

2. Kesalahan lebih mungkin jika informasi yang keliru tersebut masuk

akal. Orang juga cenderung untuk mengatakan bahwa suatu peristiwa terjadi dalam

Page 23: Memori Jangka Panjang

kehidupan mereka sendiri (padahal tidak benar-benar terjadi) jika peristiwa tersebut

tampaknya konsisten dengan pengalaman serupa lainnya.

3. Kesalahan lebih mungkin jika ada tekanan sosial.Orang-orang membuat banyak

kesalahan dalam kesaksian jika mereka telah ditekan untuk memberikan jawaban

yang spesifik (misalnya, "Tepatnya kapan Anda pertama kali melihat

tersangka?"). Sebaliknya, testimoni akan lebih akurat ketika orang diizinkan untuk

melaporkan dalam kata-kata mereka sendiri, ketika mereka diberikan waktu yang

cukup, dan ketika mereka diizinkan untuk mengatakan, "Saya tidak tahu".

4. Kesalahan lebih mungkin jika saksi mata telah diberi umpan balik positif. Saksi

mata jauh lebih yakin tentang keakuratan keputusan mereka jika mereka terus-

menerus diberi umpan balik positif.

Hubungan Antara Keyakinan Memory dan Akurasi Memory.

Dalam beberapa studi, peneliti meminta peserta untuk menilai seberapa yakin mereka

pada akurasi kesaksian yang mereka lakukan. Menariknya, dalam banyak situasi, peserta

hampir sama yakin akan informasi yang mereka ingat bahkan termasuk informasi yang

sebelumnya diidentifikasi sebagai informasi yang salah (Koriat et al, 2000;. Penrod & Cuder,

1999, Sempurna, 2004, Wells & Olson, 2003). Dengan kata lain, kepercayaan masyarakat

tentang kesaksian mereka tidak berkorelasi kuat dengan akurasi kesaksian mereka. Penelitian

ini memiliki aplikasi praktis untuk sistem hukum. Dimana anggota juri cenderung jauh lebih

mungkin untuk percaya seorang saksi mata yang tampil percaya diri. Sayangnya,

bagaimanapun, penelitian ini pun menunjukkan bahwa seorang saksi mata yang tampil

percaya diri tidak lantas merupakan seorang saksi mata yang akurat.

5. Kontroversi False Memory dan Recovered Memory

Kontroversi paling hangat mengenai memori autobiografi adalah tentang bagaimana

memori seseorang dapat ditata ulang. Dalam silang pendapat ini muncul berbagai perspektif,

namun yang paling menonjol adalah perspektif tentang false memory (memori palsu) dan

recovered memory (memori yang diperbaiki). Berawal dari penelitian tentang pemulihan

psikis para korban pelecehan seksual. Pemulihan trauma yang dilakukan adalah dengan

berbagai metode, sehingga pada beberpa waktu kemudia korban mengaku telah mengalami

Page 24: Memori Jangka Panjang

perbaikan memori, mereka dapat hidup tenang dengan gangguan traumatis yang kian

berkurang.

Perpsektif recovered memory meyakini bahwa penyembuhan yang terjadi didasarkan

pada sifat memori yang dapat diperbaiki. Memori tentang peristiwa pelecehan seksual yang

dialami korban dapat diperbaiki sehingga menghasilkan pemaknaan yang lebih positif.

Namun dalam perspektif false memory, penyembuhan tersebut dapat terjadi semata-mata

karena adanya memori palsu yang diciptakan korban sendiri (atau dibantu perlakuan

psikiatri) sehingga memanipulasi memori awal tentang pelecehan seksual.

KESIMPULAN

Memori manusia memiliki fleksibelitas dan kompleksibilats tertentu. Proses memori dapat

menjelaskan bagaimana seseorang dapat melupakan suatu peristiwa, dapat menjelaskan

konstruksi peristiwa yang pernah benar-benar terjadi, dan bahkan juga dapat menjelaskan

secara akurat memori ketika peristiwa yang mengesankan.

REFERENSI

Matlin, Margaret W., 2009, Cognitive Psikology,, New Jersy : John Wiley&Son, Inc.