FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21...
Transcript of FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21...
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
170
FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21
SEBAGAI PROYEKSI KOMPETENSI MANUSIA GLOBAL
MOHAMMAD MAKMUN QOMAR
Smp Negeri 12 Samarinda
Email : [email protected]
Abstrak Abad 21 ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi informatika dan
komputer. Dampak perkembangnya: positifnya membuat lifestyle menjadi serba mudah,
efek negatifnya agitasi menjadi sangat gampang, berita hoax sulit dibendung, modus
kriminalisasi meningkat. Kebudayaan dan humaiora menjadi carut marut. Wajah sopan
menjadi garang, beringas. Lembaga pendidikan jatuh bangun mengejar tujuannya.
Solusi: pendidikan Seni Budaya harus mengambil peran strategis. Perguruan Tinggi
pencetak guru pendidikan Seni Budaya yang meluluskan calon-calon guru berkualitas
memenuhi kebutuhan SDM abad 21. Guru pendidikan Seni Budaya harus
berkompetensi didukung sarana prasana. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan
Seni Budaya mengajarkan karakter, literasi, kompetensi. Sinergi pendidikan Seni
Budaya dengan ekonomi kreatif akan membuka peluang pada ekonomi MEA. Hasil
pendidikan inilah sebagai fundamen proyeksi manusia global abad 21.
Kata Kunci: abad 21, kompetensi, karakter, literasi.
Abstract
In the 21th century with the development of technology science informatics and
computer. The positive influence of evolution is make lifestyle of human is easier than
previous century, but also has negative influence of evolution that are: agitation is
easier, fake news is too much, criminalization increase to much, it make culture and
humanities is bad, politeness is forgotten, institution of education is harder to get goal,
based on this problems , education of art and culture must have strategies role. The
college must make the student which will be a good teacher of art and culture education
who can appropriate with requirement of SDM in 21th country. The teacher of art and
education must teach character education, literation, competence and also the synergy
education of art and culture will make chance of economic MEA which will be result as
fundamental projection of human global 21th century.
Key Word : The 21th century, Competence, Character of Education, Literation
Abad 21 ditandai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan
teknologi informatika dan komputer.
Dunia menjadi tanpa sekat. Kompetisi
antar negara sangat terbuka. Negara-
negara yang tidak mempunyai sumber
daya manusia yang berkualitas akan
tergilas dan menjadi obyek mainan.
Negara-negara yang mempunyai sumber
daya manusia yang berkualitas betapa
sangat mudahnya ‘menjajah’ negara-
negara miskin. Negara sedang
berkembang tidak ubahnya dengan negara
miskin yang indentik dengan
keterbelakangan, dan kebodohan.
Indonesia adalah negara kaya raya
sumber daya alam melimpah tetapi karena
sumber daya manusianya lemah maka
kita dengan mudahnya dipermainkan.
Kasus PT Freeport, indosat. Tragisnya
kita dipermainkan oleh sebuah PT bukan
negara. Dari PT saja kita kalah apalagi
bertarung dengan negara lain. Saat ini kita
tidak ada bedanya awal penjajahan dahulu
kita kalah dengan VOC, perusahaan
perdagangan Belanda.
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
171
Dunia globalisasi ini, penuh
tantangan menuntut adanya perubahan
paradigma baru dalam menatap
kehidupan ini. Paradigma lama harus
sudah ditinggal apabila ingin
memenangkan dalam percaturan global
ini. Berdagang tidak harus punya toko,
cukup punya toko online. Tukang Ojek
tidak harus mangkal di pinggir jalan, bisa
ditunggu di rumah dengan aplikasi
ojeknya. Beli barang tidak harus datang
ke toko, dengan aplikasi barang yang
diinginkan bisa sampai rumah. Dalam
tukar mata uang, mata uang dunia kalah
dengan mata uang virtual. Dunia telah
berubah.
Katanya orang Indonesia
berbudaya sopan, lemah lembut, saling
hormat menghormati, mikul duwur
medem jero, gotong royong.
Kenyataannya kita sedang sakit. Budaya
adigung adiguna hampir pudar. Lihatlah
wajah-wajah kita sangat garang, brutal,
dan agresif. Pertarungan Pilpres 2014
berlanjut sampai saat ini makin subur adu
domba, penyebaran berita hoax,
pemaksaan kehendak, saling ancam.
Nilai-nilai kemanusian entah ada di mana.
Nilai kebudayaan yang telah mengkristal
babak belur, carut marut merusak budaya
Indonesia. Siapakah yang harus
bertanggung jawab.
Keadaan di atas memaksa kita
mempertanyakan keberadaan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK). Perubahan subtansi LPTK
mutlak dilakukan karena ada paradigma,
pendekatan, dan metode baru yang harus
dikembangkan melalui pendidikan/latihan
calon dan guru dan guru dalam jabatan (
Abdulzen, 2015:8). LPTK inilah yang
mencetak sumber daya manusia.
Lembaga inilah yang merancang,
mendidik dan mengajar manusia
Indonesia. Peran besar LPTK harus
dikawal agar menjadi lembaga
profesional. LPTK bukan hanya
menghasilkan sarjana pendidikan akan
mendapat tambahan penyelengaraan
pendidikan dan pelatihan kompetensi dan
sertifikasi.
Berbagai fenomena yang
berkembang dalam masyarakat, seperti
banyaknya korupsi dan KKN, serta
maraknya tawuran dan kekerasan di
berbagai lapisan masyarakat. Pergaulan
bebas, free sex, minuman keras, narkoba
menyusup ke lembaga pendidikan. Tukar
menukar cerita sesama peserta didik yang
ditambahi dengan kebohongan, omong-
omong manis sangat mudahnya merayu
anak-anak suci di lembaga pendidikan.
Bukan berita burung anak rangking satu
ternyata pencandu narkoba, pelajar putri
yang lugu terbius menjadi pereks dan
cerita-cerita yang mengerikan lainnya. Di
mana para guru. Mungkin, sibuk dengan
aturan sertifikasi. Di mana orang tua,
sibuk dengan pekerjaannya. Miris. Hal
tersebut menunjukkan ketidakberhasilan
pendidikan menanamkan nilai-nilai luhur
dan sikap terpuji di setiap jenjang
pendidikan.
Fenomena di atas tidak akan
pernah berhenti, mengelundung seperti
bola salju, sangat cepat, menerjang siapa
saja tanpa pandang bulu. Dalam rangka
itu, merancang dan melaksanakan strategi
pendidikan yang sekiranya mampu
memberikan kontribusi dalam mengatasi
fenomena tersebut menjadi mendesak.
Sebagai bagian dari pendidikan, budaya
dan humaniora dalam keseluruhannya,
pendidikan Seni Budaya berpotensi
menjadi komponen yang layak
dipertimbangkan dalam rangka
menyiapkan proyeksi manusia global
abad 21 yang tetap berbudaya Indonesia.
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
172
PEMBAHASAN
Pendidikan Seni Budaya kerap
dipandang sinis. Biasanya dianggap
penting kalau menjelang perayaan 17
Agustus atau even-even di sekolah, HUT
kota atau hanya muncul saat lomba-lomba
saja. Padahal pendidikan Seni Budaya
sangat penting sebagai kebudayaan dan
humaniora. Abad 21 memang berat penuh
tantangan Pendidikan Seni Budaya harus
semakin meningkatkan eksistensi diri
menjadi bagian penyelamatan
kebudayaan dan humaniora dengan
mensiapkan Perguruan Tinggi yang
berkualitas, guru-guru yang berkompeten,
mengembangkan aspek-aspek karakter,
literasi dan kompetensi, sinergis dengan
ekonomi kreatif untuk membuka peluang
menghadapi MEA.
Peserta didik adalah calon
penguasa abad 21. Merekalah yang harus
dipersiapkan agar benar-benar menjadi
pengendali dan kejayaan negeri ini. Oleh
karena itu antisipasi dengan rancangan
dan pelaksanaan yang komprehensif,
kolaboratif, komunikasi dengan terus
menerus mengadakan refleksi dan
evaluasi.
Paradigma Pembelajaran abad 21
Kemdikbud merumuskan bahwa
paradigma pembelajaran abad 21
menekankan pada kemampuan peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber, merumuskan permasalahan,
berpikir analitis dan kerjasama serta
berkolaborasi dalam menyelesaikan
masalah (Litbang Kemdikbud, 2013).
Framework pembelajaran abad ke-
21 menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (2010: 44-45) adalah sebagai
berikut: (a) Kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah (Critical-
Thinking and Problem-Solving Skills),
mampu berfikir secara kritis, lateral, dan
sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah; (b) Kemampuan
berkomunikasi dan bekerjasama
(Communication and Collaboration
Skills), mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak; (c) Kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah (Critical-
Thinking and Problem-Solving Skills),
mampu berfikir secara kritis, lateral, dan
sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah; (d) Kemampuan
berkomunikasi dan bekerjasama
(Communication and Collaboration
Skills), mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak; (e) Kemampuan mencipta
dan membaharui (Creativity and
Innovation Skills), mampu
mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya untuk menghasilkan berbagai
terobosan yang inovatif; (f) Literasi
teknologi informasi dan komunikasi
(Information and Communications
Technology Literacy), mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan kinerja
dan aktivitas sehari-hari; (g) Kemampuan
belajar kontekstual (Contextual Learning
Skills) , mampu menjalani aktivitas
pembelajaran mandiri yang kontekstual
sebagai bagian dari pengembangan
pribadi, dan (h) Kemampuan informasi
dan literasi media, mampu memahami
dan menggunakan berbagai media
komunikasi untuk menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan
aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan
beragam pihak.
Perguruan Tinggi Keguruan
Peradaban manusia di dunia salah
satu yang mempunyai peran penting
adalah guru. Hal ini disebabkan karena
guru yang berada di barisan terdepan
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
173
dalam pelaksanaan pendidikan. Peran
guru adalah menjadi jembatan, fasilitator,
mentransfer ilmu pengetahuan, budaya
dan teknologi, sekaligus mendidik dengan
nilai-nilai moral melalui bimbingan dan
keteladanan kepada peserta didik. Guru
adalah praktisi pendidikan yang
sesungguhnya.
Peran guru sangat besar dan
strategis bagi perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Peran besar
untuk melahirkan generasi berkualitas
dengan rentetan kompetensinya tidak
dapat diambil oleh pihak lain. Hal ini
dibutuhkan guru yang berkualitas. Guru
berkualitas dilahirkan dari perguruan
tinggi keguruan yang berkualitas.
Perbaikan mutu pendidikan di Perguruan
Tinggi Keguruan akan berdampak positif
akan kemajuan pendidikan kita.
Perguruan Tinggi Keguruan harus
benar-benar menjadi kawah
candradimuka yang mengembleng
mahasiswa yang berkualitas. Isu
mahasiswa keguruan adalah mahasiswa
buangan harus dibuang. Anak-anak
tamatan SMA sederat yang berkualitaslah
yang berhak masuk dikampus calon guru
ini. Mereka-mereka yang akan
bertanggungjawab membawa Indonesia
menjadi negara yang diperhitungkan
dalam percaturan dunia.
Kurikulum Perguruan Tinggi
Keguruan kadang kala tak mampu
menyiapkan calon pendidik masa depan.
Mahasiswa pendidikan seni keguruan
lulusan sekitar 90 an terasa tidak pernah
diajarkan model pembelajaran saintifik.
Sehingga ketika menjadi guru, guru-guru
seni merasa kaget terhadap model
pembelajaran saintifik ini. Kuatirnya
mahasiswa pendidikan seni keguruan
sekarang juga tidak diajarkan model
pembelajaran yang akan digunakan
tahun-tahun kedepan berhubungan
dengan perubahan jaman.
Dalam Rencana Stategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2015-2019 (2015: 22) dijelaskan
kurangnya kapasitas LPTK dalam
menyediakan guru berkualitas.
Terbatasnya kualitas layanan pendidikan
oleh LPTK berdampak belum adanya
perbaikan yang signifikan pada
peningkatan kualitas guru. Keterbatasan
ini antara lain disebabkan oleh, (i) belum
adanya reformasi LPTK secara
menyeluruh untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan keguruan;
(ii) minimnya keterlibatan LPTK dalam
proses perencanaan dan pengadaan guru
berdasarkan analisis kebutuhan guru per
daerah (kabupaten dan kota); (iii) belum
tersedianya mekanisme penjaminan
kualitas calon mahasiswa yang masuk ke
LPTK melalui proses seleksi berdasarkan
merit system
Dalam buku panduan kurikulum
Pendidikan Tinggi (2016: 1) dijelaskan
dengan diterbitkannya Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
sebagai Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2012, dan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, maka mendorong semua
perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri
dengan ketentuan tersebut. KKNI
merupakan pernyataan kualitas sumber
daya manusia Indonesia yang
penjenjangan kualifikasinya didasarkan
pada tingkat kemampuan yang dinyatakan
dalam rumusan capaian pembelajaran
(learning outcomes). Dijelaskan lagi
dengan terbitnya Standar Nasional
Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI),
Perguruan Tinggi mempunyai standar
untuk melihat siapa dirinya dan lebih jauh
akan di ketahui dengan status
akreditasinya. Harapan besar dengan
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
174
adanya KKNI dan SN-DIKTI akan
menjawab semua permasalahan di
kampus dan lahirlah manusia-manusia
unggul Indonesia.
Tantangan berat para guru di era
global ini harus sudah fahami, dijiwai
oleh para dosen. Dosen inilah yang
bertanggungjawab terhadap kompetensi
para calon guru. Materi-materi penting
calon guru yang harus dikuasi antara lain:
kompetensi guru, transparansi, efisiensi,
dan kualitas tinggi. Calon guru juga harus
faham isu masyarakat global menjadi
sangat peka dan peduli terhadap masalah-
masalah demokrasi, hak asasi manusia,
dan isu lingkungan hidup. Dengan
harapan kelak pada gilirannya dapat
menghasilkan lulusan yang siap
menghadapi tantangan dan peluang
kehidupan yang semakin kompleks di
abad ke-21 ini dan siap bersaing di era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah no 74 tahun
2008 Dalam pasal 3 ayat 2 Kompetensi
Guru sebagaimana dimaksud meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Kompetensi Pedagogik guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang kurangnya meliputi:
Pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; Pemahaman terhadap
peserta didik; Pengembangan kurikulum
atau silabus; Perancangan pembelajaran;
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis; Pemanfaatan teknologi
pembelajaran; Evaluasi hasil belajar; dan
Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya
meliputi kompetensi untuk:
berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau
isyarat secara santun; menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional; bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik; bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku;
dan menerapkan prinsip persaudaraan
sejati dansemangat kebersamaan.
Kompetensi kepribadian
sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang: beriman dan bertakwa;
berakhlak mulia; arif dan bijaksana;
demokratis; mantap; berwibawa; stabil;
dewasa; jujur; sportif; menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;
dan mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.
Kompetensi profesional
merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
budaya yang diampunya yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan: materi
pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan
diampu; dan konsep dan metode disiplin
keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Cooper (dalam Uno, 2006: 131)
menjelaskan ada empat hal kompetensi
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
175
guru, (a) mengetahui pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku manusia, (b)
mempunyai pengetahuan dan menguasai
bidang studi yang dibinanya, (c)
mempunyai sikap yang tepat tentang diri
sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya, (d)
mempunyai tehnik mengajar.
Guru yang mempunyai
kompetensi daya kritis, kreatif, dan
visioner sangat diperlukan dalam
menghadapi permasalah dunia pendidikan
yang telah terkepung oleh multidiplin,
dan multikultural, dengan merubah
mindset untuk berfikir holistic, integratif,
sinergis, dan solutif (Pracihara, 2014:
296).
Arti Penting Pendidikan Seni Budaya
Seni sangat penting dalam segala
aspek kehidupan. Orang saling
berhubungan dengan seni sebagai
individu dan anggota masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari seni mempengaruhi
keputusan dari aneka pilihan dalam
keseharian, penampilan, musik, acara TV
dan sebagainya. Seni menyediakan
peluang untuk menciptakan,
merefleksikan, menghadapi tantangan,
ritual, kritik dan perayaan. Seni juga
memainkan peranan dalam vitalitas
budaya masyarakat, membangun identitas
budaya dan budaya, serta mentransmisi
nilai-nilai dan gagasan budaya (Soetedja,
2007: 413).
Begitu pentingnya seni untuk
kehidupan ini tetapi hingga saat ini
eksistensi pendidikan seni kerapkali
termarjinalkan karena system, mitos dan
kesalahpahaman penyelenggaraannya
dalam lingkungan sekolah menurut Byod
(dalam Soetedja, 2007: 414). Soetedja
(2007: 414) menjelaskan lebih lanjut
Potensi yang kaya raya dari seni sebagai
jalan pengetahuan dan perasaan, serta
sumber kesenangan dan kenikmatan
dikorbankan untuk aktivitas seni di
sekolah yang sering kali tidak berjiwa dan
tidak bermakna.
Prinsip pembelajaran seni di
sekolah menyoroti keunikan dan
kontribusinya secara khusus menuju
pembelajaran seumur hidup. Sepanjang
waktu persekolahan, para peserta didik
diharapkan terlibat dalam praktek setiap
cabang seni, dan dapat mereflesikan
pengalaman untuk pengembangan
pengetahuan, ketrampilan (Soetedja,
2007: 418). Idealnya pembelajaran seni
berdampak positif terhadap kompetensi
siswa dalam kehidupan nyata di
lingkungan sekolah, rumah dan
masyarakat (Mujiati, 2014: 299).
Permendiknas no 58 tahun 2014 mata
pelajaran Seni Budaya bertujuan
menumbuhkembangkan kepekaan estetis
dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan
kreatif.
Dalam Buku Guru Seni Budaya
Kurikulum 2013 (2017: 1) di jelaskan
bahwa mata pelajaran Seni Budaya
merupakan mata pelajaran yang
membahas mengenai karya seni estetis,
artistik, dan kreatif yang berakar pada
norma, nilai, perilaku, dan produk seni
budaya bangsa melalui aktivitas
berkesenian. Mata pelajaran ini bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa
untuk memahami seni dalam konteks
ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial
sehingga dapat berperan dalam
perkembangan sejarah peradaban dan
kebudayaan, baik dalam tingkat lokal,
nasional, regional, maupun global.
Dalam Buku Guru Seni Budaya
Kurikulum 2013 (2017: 1) di jelaskan
bahwa pendidikan Seni Budaya secara
konseptual bersifat (1) multilingual, yakni
pengembangan kemampuan peserta didik
mengekspresikan diri secara kreatif
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
176
dengan berbagai cara dan media, dengan
pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata,
bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran,
dan kemungkinan berbagai perpaduan
diantaranya. (2) multidimensional, yakni
pengembangan beragam kompetensi
peserta didik tentang konsep seni,
termasuk pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi
dengan cara memadukan secara harmonis
unsur estetika, logika, dan etika. (3)
multikultural, yakni
menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan peserta didik mengapresiasi
beragam budaya nusantara dan
mancanegara. (4) multikecerdasan, yakni
peran seni membentuk pribadi yang
harmonis sesuai dengan perkembangan
psikologis peserta didik, termasuk
kecerdasan intrapersonal, interpersonal,
visual-spasial, verbal-linguistik, musikal,
matematik-logik, jasmani-kinestetis, dan
lain sebagainya
Peran Guru Mata Pelajaran Seni
Budaya
Dalam kegiatan proses
pembelajaan guru mempunyai peran
yang sangat penting. Peran ini tidak bisa
digantikan oleh pihak lain. Pada UU no
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 disebutkan:
“Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”.
Dan menurut Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2 butir
a dinyatakan “Pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban: Menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis”. Kemudian ditegaskan pula
dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun
2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 19
Ayat 1:
“ Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik”.
Peran guru yang tidak kalah
pentingnya adalah menjadi guru harus
menjadi teladan. Keteladanan dalam
ucapan, bahasa tubuh, dan tindakan
positif yang dapat dicontoh orang lain
(Usman, 2013: 6) . Ada ungkapan, “
Memberi contoh itu mudah, menjadi
contoh itu susah.” Menurut Usman (2013:
8) ungkapan tersebut mempunyai arti
memberi contoh itu bersifat insendentil
sesuai dengan kepentingan dan dibuat-
buat, sedangkan menjadi contoh bersifat
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang
tanpa kepentingan untuk mendapat
pujian.
Peran guru tidak dapat digantikan
oleh peran pejabat atau tenaga fungsional
lainnya. Peran guru sangat vital dan
strategis untuk pembentukan manusia
Indonesia ke depan. Tingkat keberhasilan
kinerja yang dicapai oleh guru, dapat
diketahui melalui kegiatan supervisi
pendidikan yang dilakukan oleh kepala
sekolah (Supardi, 2013: 11). Lebih lanjut
Supardi menjelaskan bahwa tujuan
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
177
supervisi adalah memberi bantuan dalam
mengembangakan situasi pembelajaran
yang lebih baik.
Guru sangat mempunyai peran
dalam pelaksanaan kurikulum di dalam
kelas melalui proses belajar mengajar
secara efesien dan efektif. Guru
profesional menentukan efesien dan
efektifnya implementasi sebuah
kurikulum. Tingkat efesien ditentukan
oleh derajat kelancaran yang ditempuh
dan efektif ditandai tingkat keberhasilan
dalam bentuk perilaku peserta didik yang
biasa disebut dengan prestasi belajar
(Hamalik, 2012: 191).
Guru mata pelajaran Seni Budaya
sesuai dengan permendikbud no 58 tahun
2013 memberikan pengalaman estetik
kepada peserta didik. Guru mata pelajaran
Seni Budaya berkewajiban memahami
tentang konsep seni, apresiasi, kreasi dan
koneksi. Keempat hal tersebut selaras
dengan Kompetensi Inti yang ada pada
kurikulum 2013. Dengan memahami
empat hal tersebut guru mata pelajaran
Seni Budaya dalam kegiatan
pembelajaran akan dapat
mengaplikasikan tututan UU no 14 tahun
2005 yaitu tugas utama guru mendidik,
mengajar, pembimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Peran guru mata pelajaran Seni
Budaya sangat besar dalam
menumbuhkan sikap dan perilaku kreatif,
etis dan estetis, artistik pada peserta didik.
Sesuai Permendikbud no 58 tahun 2014
guru mata pelajaran Seni Budaya harus
menguasi dua bidang mata pelajaran Seni
Budaya dari empat bidang studi yaitu seni
tari, seni musik, seni rupa dan teather.
Guru Seni Budaya dituntut untuk
menerapkan tehnologi dalam berkreasi
peserta didik, mengembangkan dan
mencintai budaya bangsa dan dapat
menampilkan karya peserta didik dalam
kegiatan pameran ataupun pagelaran
dalam suasana toleransi, beradab dan
hidup rukun.
Idealnya menurut Priyatno (2014:
284) guru Seni Budaya harus didukung
oleh ruangan khusus (studio/bengkel
kerja) serta didukung oleh galeri dan
tempat pertunjukan. Pelajaran Seni
Budaya sangat menjanjikan sebagai
industri kreatif yang bernilai ekonomi
tinggi. Sehingga pelajaran seni desain,
seni kriya, tarian, lagu, seni peran harus
menjadi pelajaran yang penting bagi
peserta didik.
Aspek-Aspek yang harus di kembangkan
Pendidikan Seni Budaya dalam proyeksi
manusia global abad 21 adalah :
A. Pembentukan Karakter melalui
Pendidikan Seni Budaya
Beberapa pakar menyatakan
bahwa kunci sukses keberhasilan suatu
bangsa sangat ditentukan oleh kualitas
karakter masyarakat (Said, 2011: 8).
Menurut Fukuyama dalam Said (2011: 9)
karakter kondusif untuk bisa maju. Hal
tersebut terkenal dengan istilah modal
sosial. Fukuyama menjelaskan masing-
masing individu menjunjung tinggi
kebersamaan, loyalitas, kejujuran, kerja
keras, dan menjalankan kewajibanya
dengan baik (disiplin).
Pendidikan bertujuan membentuk
seseorang agar memiliki kepribadian,
berkarakter, intelektual, mandiri serta
mampu bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Ini sesuai dengan pernyataan Ki
Hajar Dewantara dalam Paradigma
Pendidikan Nasional abad 21 (2010: 5)
pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Ketiga-tiganya
tidak boleh dipisah– pisahkan, agar
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
178
supaya kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak–anak didik selaras
dengan dunianya.
Kompetensi kepribadian guru
bekal utama dalam penguatan pendidikan
karakter siswa. Guru harus mampu
menjalankan slogan pendidikan: Ing
ngarso sung tulodho, ing madyo bangun
karso, tut wuri handayani yang di gugu
dan di tiru menandakan guru mempunyai
kedudukan sangat istimewa sebagai agen
keteladanan. Kompetensi kepribadian
guru adalah pribadi yang terhormat,
mulia, disiplin, bertindak sesuai etika,
norma agama, norma hukum, norma
sosial dan lain-lain.
Dalam Buku Guru Seni Budaya
Kurikulum 2013 (2017: 6) dijelaskan
lebih mendalam mata pelajaran Seni
Budaya di SMP/MTs menekankan pada
aspek apresiasi dan kreasi, dalam ranah
pendidikan dapat diurai menjadi kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dalam proses
penciptaan seni, ditekankan pada proses
pengembangan kreativitas, menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Pendidikan Seni Budaya di
Indonesia dapat menjadi pola dasar dalam
pembentukan karakter peserta didik,
dengan pendekatan berbasis budaya lokal
masing-masing daerah akan
menumbuhkan rasa nasionalisme. Peserta
didik menyanyikan lagu daerah, tari
tradisional, mengambar wayang,
mengambar batik. Mendekatkan para
peserta didik untuk mempelajari kesenian
daerah dalam rangka melestarikan
budaya.
Kecintaan akan budaya daerah
menjadi karakter dalam diri peserta didik.
Orang jawa yang berada dirantauan
mengembangkan kesenian reog, wayang,
remo. Orang Padang dirantauan
mengembangkan tarian-tarian Padang dan
lain-lain. Hal itu adalah hasil dari
pendidikan cinta budaya.
Mengembangkan kesenian daerah di
rantaun tidak gampang. Mereka telah di
didik kerja sama, disiplin, peduli, gotong
royang, saling hormat menghormati.
Cinta budaya melahirkan karakter-
karakter yang diperlukan dalam tahapan-
tahapan kehidupan.
B. Pembentukan Kompetensi melalui
Pendidikan Seni Budaya
Dalam kamus KKBI
online/daring bahwa kompetensi adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu).
Dalam Dalam Kepmendiknas no
45/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi pasal 1 dijelaskan
Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas- tugas di bidang
pekerjaan tertentu.
Kemajuan ilmu, teknologi, dan
seni menjadi tantangan baru bagi guru
atau pendidik seni. Kemajuan tersebut
menuntut guru untuk meningkatkan
kompetensinya, baik kompetensi pribadi,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional. Kompetensi
ini dapat menjadi embrio paradigma baru
dalam proses pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru
selama ini teacher center dengan asumsi
bahwa guru tahu segala-galanya dan
siswa tidak tahu apa-apa, berubah
menjadi pendekatan yang berorientasi
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
179
student center. Siswa yang menjadi pusat
perhatian dalam belajar, sedangkan guru
beralih fungsi menjadi fasilitator,
mediator, motivator, dan inspirator.
Pendidikan seni secara garis besar
menawarkan dua kompetensi: kreasi dan
apresiasi. Melahirkan peserta didik yang
mempunyai kompetensi kreasi dan
apresiasi tidak gampang. Peserta didik
harus berani hidup kreatif dengan
mengembangkan talenta yang dimiliki,
belajar menggunakan kemampuan sendiri
secara optimal, menjajagi gagasan baru,
tempat-tempat baru, aktivitas baru,
mengembangkan kepekaan terhadap
masalah lingkungan, masalah orang lain,
masalah kemanusia ( Munandar, 2009:
19). Diakui memang masalah apresiasi
peserta didik sangat lemah. Guru kurang
memberi pengajaran cara memberikan
apresiasi. Apresiasi yang paling gampang
dan mudah memang memberikan
penghargaan, memberi nilai. Padahal
sesungguhnya tidak hanya sebatas hal
tersebut. Peserta didik harus mempunyai
perangkat pengetahuan yang luas kalau
memang akan melakukan apresiasi yang
lebih.
Dalam Buku Guru Seni Budaya
Kurilulum 2013 (2017: 6) Pendidikan
Seni Budaya melibatkan semua bentuk
kegiatan aktivitas fisik dan cita rasa
keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa
keindahan itu tertuang dalam kegiatan
apresiasi, eksplorasi, eksperimentasi dan
kreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak,
dan peran. Setiap aktivitas mencakup
pembinaan dan pemberian fasilitas
mengungkap gagasan seni, keterampilan
berkarya serta apresiasi dalam konteks
sosial budaya masyarakat.
C. Peningkatan Literasi melalui
Pendidikan Seni Budaya
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Programme for International
Student Assessment (PISA) yang dikutip
dari buku panduan gerakan literasi
sekolah di sekolah dasar, yang diajakan
oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD-
Organization for Economic Cooperation
and Development), menggambarkan
bahwa dalam dua periode asesmen yang
diadakan pada tahun 2009 dan 2012,
peserta didik Indonesia menempati
peringkat 64 dan 65 negara peserta dalam
matematika, sains dan membaca (Nindya
Faradina, 2017: 60).
Membaca sebagai peserta didik
adalah keharusan. Membaca adalah
membuka jendela dunia. Bagaimana bisa
masuk dunia kalau jalannya saja tidak
tahu. Proses belajar mengajar, membaca
adalah elemen penting yang tidak bisa
ditinggalkan. Peserta didik akan buntu
dan terpaku diam, tak faham apa-apa
kalau memasuki kelas akan belajar tidak
berbekal apa-apa. Peserta didik harus
membuka diri dengan meningkatkan
kompetensi membaca. Kemampuan
membaca teks tulis akan berkembang
membaca keadaan diri, lingkungan,
masyarakat, negara dan dunia. Tuntutan
keterampilan membaca pada abad 21
adalah kemampuan memahami informasi
secara analitis, kritis, dan refektif.
Di era pengetahuan, teknologi dan
seni yang sudah maju ini diharapkan
dapat meningkat proses pembelajaran
secara lebih bermakna dan berkualitas.
Memang pembelajaran seni budaya di
sebagain sekolah dasar dan menengah
masih bersifat konvensional dalam arti
orientasi pembelajaran sebatas pendidikan
keterampilan. Celakanya lagi kalau
oreintasi guru hanya ingin zona nyaman
menberi tugas ke peserta didik asal-asalan
dan tanpa dasar kurikulum. Oreintasi guru
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
180
hanya peserta didik mengerjakan tugas
dan jam pelajaran habis.
Guru harus literasi tehnologi.
Berkembangnya teknologi memudahkan
kerja guru. Pembelajaran menjadi fun.
Peserta didik menjadi senang. Hal ini
karena guru dapat memaksimalkan
teknologi. Media pembelajaran LCD dan
komputer sangat membantu proses belajar
mengajar. Dalam pendekatan saintifik
sintak mengamati, peserta didik dapat
mengamati melalui LCD. Materi seni
rupa kelas 7 tentang flora fauna dan alam
benda dengan LCD peserta didik dapat
mengamati kekayaan flora, keragaman
fauna Indonesia. Guru dapat mengambil
materi dari you tube. Guru tinggal
memilih memilah materi yang cocok
dengan SK dan KD. Peserta didik pasti
tertarik. Media audio visual sangat
membantu dalam proses pembelajaran.
Sangat disayangkan kalau guru
Seni Budaya tidak faham dengan
teknologi internet. Sangat rugi besar.
Literasi teknologi harus menjadi salah
satu prioritas para guru untuk mengejar
ketertinggalan itu. Dalam Kurikulum
2013 kemampuan teknologi menjadi
keharusan para guru Seni Budaya.
Bagaimana tidak. Rasanya akan malu
besar kalau ternyata peserta didiknya
lebih canggih, sedangkan gurunya gatek.
Ribuan budaya Indonesia yang ada di
dunia maya dapat menjadi inspirasi dalam
pembelajara. Hal inilah yang harus
diambil dalam rangka menanamkan
kekakayaan budaya tersebut kepada
peserta didik kita. Sangat rugi besar kalau
dalam proses belajar mengajar para
peserta didik cuma diceramahi tanpa
melihat audio visualnya. Peserta didik
akan cepat jenuh dan guru juga akan
mengalami kecapeaan membawa peserta
didik ke awang-awang kosong.
Peserta didik harus literasi
tehnologi. Internet dengan ribuan
informasi akan mendukung proses
belajar. Peserta didik harus hati-hati
karena godaan di internet sangat dahsyat.
Konten-konten yang mengajak belok ke
jurang sangat banyak. Konten yang
dipelajari kanan-kirinya penuh dengan
konten yang mengasikan, melenakan dan
akhirnya konten yang harusnya di pelajari
jadi tidak kesampaian. Karakter diri harus
kuat. Kesadaran akan pentingnya
informasi harus diseleksi. Inilah internet
ada intannya dan ada jurangnya. Mau
dapat kemuliaan atau kehinaan. Peran
orang tua tidak boleh lepas ketika anak-
anak selancar di internet.
Guru dan peserta didik harus kritis
terhadap perkembangan budaya.
Perkembangan global culture dunia yang
terbuka, tanpa sekat ini tanpa filterisasi
maka budaya kita akan tergerus. Literasi
budaya harus dikritisi peserta didik
jangan terjebak pada kebudayaan yang
jauh dari nilai-nilai yang dikembangkan
dalam pelajaran Seni Budaya. Tawar
menawar kebudayaan gencar mendesak
dengan dukungan tehnologi komunikasi.
Remaja kita sering terjangkiti mudah
terpesona, terkagum-kagum oleh budaya
luar. Inilah perang budaya. Bagaimana
budaya K-Pop Korea menggerus remaja
kita. Seni K-Pop Korea dengan
kemampuan mengelola kecanggihan
teknologi dan kreativitasnya membuat
mereka merajai hati-hati kamula muda.
Isu operasi plastik, karena wajah para
artis K-Pop yang tampan dan cantik, lalu
ada juga isu penggunaan dopping untuk
memperkuat stamina para artis K-Pop
ketika pertunjukan di konser. Isu-isu itu
tidak menyurutkan kekaguman mereka
bahkan dijadikan role model. Anak-anak
kita bahkan banyak yang lebih faham dan
hafal lagu-lagu K-Pop dibandingkan
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
181
dengan lagu-lagu budaya asli Indonesia.
Inilah pentingnya literasi budaya.
Sinergi Pelajaran Seni Budaya dengan
Ekonomi Kreatif
Pendidikan Seni Budaya dapat
disergikan dengan ekonomi kreatif. Hal
ini karena tujuan dan materi pelajaran
Seni Budaya dapat dieksplorasi sejalan
dengan bidang-bidang yang
dikembangkan dalam ekonomi kreatif.
John Howkins dalam Qomar (2015: 107)
ekonomi kreatif merepresentasikan
transisi ide dan ekspresi kreativitas
menjadi suatu produk yang memiliki nilai
komersial yang juga merupakan
intelektual property. Intelektual property
sejalan dengan bidang ekonomi kreatif
yang dikembagkan oleh departemen
perdagangan (2007 ) yang terbagi
menjadi 14 sektor yaitu periklanan,
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,
desain,fashion, film-video dan fotografi,
permainan interaktif, musik, seni
pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
layanan komputer, radio dan televisi.
Bidang intelektual property dapat
disinergikan, diekslorasi dan eksploitasi
dari materi pelajaran Seni Budaya.
Sinergi pendidikan Seni Budaya
dan ekonomi kreatif tidak akan pernah
berjalan manakala para guru hanya
berkutat pada teks buku guru atau buku
siswa kurikulum 2013. Penerjemahan
secara mendalam, berani melakukan
terobosan dan kerja keras tidak mustahil
jejak-jejak kinerja guru akan membantu
dan membimbing para siswa menekuni
salah satu bidang ekonomi kreatif tadi
yang sesuai dengan bakat minat dan
kemampuannya.
Tawaran dari Pranata (2014: 10)
peserta didik disiapkan menjadi
entrepreneurealship (kewirausahaan).
Langkah yang ditawarkan harus terbiasa
dengan langkah-langkah dengan
pendekatan entrepreneureal: Observasi,
bertanya, eksplorasi, mengkreasi,
komunikasi, dan refleksi. Tahapan-
tahapan ini akan sangat membentuk
karakter peserta didik untuk selalu
merancang kegiatan dengan
mempertimbangkan data yang diperoleh
dari observasi, bertanya, komunikasi dan
dikombinasi dari kerja keras eksplorasi,
kreasi, refleksi. Inilah potret generasi
persepektif masa depan menghadapi
tatangan dengan kemampuan yang
terukur, persiapan yang matang, mandiri,
kerja keras, inovasi, kreativitas dan tidak
lupa selalu mengadakan refleksi.
Pendidikan Seni Budaya dapat
dikembangkan dengan mempersiapkan
peserta didik menjadi
entrepreneurealship, membuka peluang
usaha dengan kreativitas dan inovasi.
Negara-negara Asian membentuk
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
akan menjadikan ASEAN sebagai pasar
atau produsen dari beragam produk
negara-negara anggota. Semakin
dimudahkan penjualan secara global
maka semakin besar pasar sehingga
menjadi peluang bagi siapa saja yang
peka dan kreatif.
PENUTUP
Pendidikan Seni Budaya dapat
menjadi solusi dalam mempersiapkan
proyeksi manusia global abad 21. Bukan
pekerjaan ringan. Pemahaman akan
tantangan abad 21 harus difahami oleh
masyarakat. Paradigma menuju abad 21
harus menjadi kesadaran bangsa dan
negara ini. Sehingga dalam proyeksi
manusia global abad 21 para pengambil
kebijakan pendidikan nasional
menentukan arah kurikulum pendidikan
yang searah dengan Framework
pembelajaran abad ke-21.
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
182
Perguruan Tinggi Keguruan
Pendidikan Seni Budaya sebagai pencetak
guru, kurikulumnya berpedoman pada
KKNI dan SN-DIKTI yang berkualitas.
Hal ini menjadi acuan penerimaan
mahasiswa baru. Mahasiswa yang
berkualitas akan menjadi sarjana
keguruan yang tidak diragukan dalam
menjalani profesi keguruannya. Sarjana
keguruan yang berkualitas sangat
berpengaruh terhadap kualitas siswa yang
akan didiknya nanti.
Pendidikan Seni Budaya
merupakan mata pelajaran yang
membahas mengenai karya seni estetis,
artistik, dan kreatif yang berakar pada
norma, nilai, perilaku, dan produk seni
budaya bangsa melalui aktivitas
berkesenian. Mata pelajaran ini bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa
untuk memahami seni dalam konteks
ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial
sehingga dapat berperan dalam
perkembangan sejarah peradaban dan
kebudayaan, baik dalam tingkat lokal,
nasional, regional, maupun global
Peran guru tidak dapat digantikan
oleh peran pejabat atau tenaga fungsional
lainnya. Peran guru sangat vital dan
strategis untuk pembentukan manusia
Indonesia ke depan. Guru Seni Budaya
dituntut untuk menerapkan tehnologi
dalam berkreasi peserta didik,
mengembangkan dan mencintai budaya
bangsa dan dapat menampilkan karya
peserta didik dalam kegiatan pameran
ataupun pagelaran dalam suasana
toleransi, beradab dan hidup rukun.
Aspek-Aspek yang harus di
kembangkan Pendidikan Seni Budaya
dalam proyeksi manusia global abad 21
adalah : memperkuat pendidikan karakter
peserta didik, memperkuat literasi,
memperkuat kompetensi.
Menumbuhkembangkan
entrepreneurealship (kewirausahaan). Hal
ini karena peluang usaha dengan negara-
negara Asian yang telah membentuk
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
menjadi ASEAN sebagai pasar atau
produsen dari beragam produk negara-
negara anggota.
Daftar Pustaka
Abdulzen, M. (2015). Guru Generasi Baru dalam
Redesain Pendidikan Guru. Jakarta: Kencana
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010 versi
1.0) Paradigma Pendidikan Nasional Abad 21.
Faradina, N. (2017). Pengaruh Program Gerakan
Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca
Siswa Di SD Islam Terpadu
Muhammadyah Jatinom Klaten. Jurnal
Hanata Widya Volume 60 6 Nomor 8
Tahun 2017.
Hamalik, Oemar. (2012). Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2014).
Seni Budaya: Buku Guru kelas VII edisi
Revisi Kurikulum 2013. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015)
Rencana Stategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2015-
2019.
Mudjiati. (2014). “Keunggulan dan Kelemahan
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Seni Budaya Bidang Seni
Rupa”. Makalah disajikapan pada
Seminar Nasional Pendidikan Seni #2
Reorientasi Pendidikan Seni Indonesia
Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS
Unesa 2014.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016)
Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan kemahasiswaan
Direktorat Pembelajaran.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018
183
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2008 tentang
Kompetensi Guru.
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
Pranata. Y.M. (2004). “Portofolio: Model
Penilaian Desain Berbasis
Konstruktivisme”. Nirmana. Vol 6 no
1. 2004. pp. 63-81.
Pracihara (2015) “Membawa SMK Seni Budaya
Menuju Alternatif Destinasi Wisata
Kota dalam Era MEA” Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional
Peran Strategis Seni dan Budaya dalam
Membangun Kota Kreatif. Jurusan Seni
dan Desain Universitas Malang 2015.
Qomar, M. (2015). Pendidikan Seni Budaya
Sebagai Modal Pengembangan Kota
Kreatif (Studi Pengembangan Kota
Samarinda).Makalah Seminar Nasional
Peran Strategis Seni dan Budaya Dalam
Membangun Kota Kreatif. Jurusan Seni
dan Desain Universitas Negeri Malang
2015.
Said, M. (2011) Pendidikan Karakter di Sekolah.
Surabaya: Jaring Pena
Soetedja, Z. (2007). “Pendidikan Seni”. Dalam
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan:
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: IMTIMA.
Supardi. (2013). Kineja guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Tilaar, H.A.R dan Nugroho Riant. (2012).
Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B.(2006). Orientasi Baru Dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta :PT
Bumi Aksara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Fokus Media.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005: Guru dan
Dosen.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi.