FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21...

14
Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018 170 FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21 SEBAGAI PROYEKSI KOMPETENSI MANUSIA GLOBAL MOHAMMAD MAKMUN QOMAR Smp Negeri 12 Samarinda Email : [email protected] Abstrak Abad 21 ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi informatika dan komputer. Dampak perkembangnya: positifnya membuat lifestyle menjadi serba mudah, efek negatifnya agitasi menjadi sangat gampang, berita hoax sulit dibendung, modus kriminalisasi meningkat. Kebudayaan dan humaiora menjadi carut marut. Wajah sopan menjadi garang, beringas. Lembaga pendidikan jatuh bangun mengejar tujuannya. Solusi: pendidikan Seni Budaya harus mengambil peran strategis. Perguruan Tinggi pencetak guru pendidikan Seni Budaya yang meluluskan calon-calon guru berkualitas memenuhi kebutuhan SDM abad 21. Guru pendidikan Seni Budaya harus berkompetensi didukung sarana prasana. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan Seni Budaya mengajarkan karakter, literasi, kompetensi. Sinergi pendidikan Seni Budaya dengan ekonomi kreatif akan membuka peluang pada ekonomi MEA. Hasil pendidikan inilah sebagai fundamen proyeksi manusia global abad 21. Kata Kunci: abad 21, kompetensi, karakter, literasi. Abstract In the 21th century with the development of technology science informatics and computer. The positive influence of evolution is make lifestyle of human is easier than previous century, but also has negative influence of evolution that are: agitation is easier, fake news is too much, criminalization increase to much, it make culture and humanities is bad, politeness is forgotten, institution of education is harder to get goal, based on this problems , education of art and culture must have strategies role. The college must make the student which will be a good teacher of art and culture education who can appropriate with requirement of SDM in 21th country. The teacher of art and education must teach character education, literation, competence and also the synergy education of art and culture will make chance of economic MEA which will be result as fundamental projection of human global 21th century. Key Word : The 21th century, Competence, Character of Education, Literation Abad 21 ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi informatika dan komputer. Dunia menjadi tanpa sekat. Kompetisi antar negara sangat terbuka. Negara- negara yang tidak mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas akan tergilas dan menjadi obyek mainan. Negara-negara yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas betapa sangat mudahnya ‘menjajah’ negara- negara miskin. Negara sedang berkembang tidak ubahnya dengan negara miskin yang indentik dengan keterbelakangan, dan kebodohan. Indonesia adalah negara kaya raya sumber daya alam melimpah tetapi karena sumber daya manusianya lemah maka kita dengan mudahnya dipermainkan. Kasus PT Freeport, indosat. Tragisnya kita dipermainkan oleh sebuah PT bukan negara. Dari PT saja kita kalah apalagi bertarung dengan negara lain. Saat ini kita tidak ada bedanya awal penjajahan dahulu kita kalah dengan VOC, perusahaan perdagangan Belanda.

Transcript of FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21...

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

170

FUNDAMENTAL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ABAD 21

SEBAGAI PROYEKSI KOMPETENSI MANUSIA GLOBAL

MOHAMMAD MAKMUN QOMAR

Smp Negeri 12 Samarinda

Email : [email protected]

Abstrak Abad 21 ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi informatika dan

komputer. Dampak perkembangnya: positifnya membuat lifestyle menjadi serba mudah,

efek negatifnya agitasi menjadi sangat gampang, berita hoax sulit dibendung, modus

kriminalisasi meningkat. Kebudayaan dan humaiora menjadi carut marut. Wajah sopan

menjadi garang, beringas. Lembaga pendidikan jatuh bangun mengejar tujuannya.

Solusi: pendidikan Seni Budaya harus mengambil peran strategis. Perguruan Tinggi

pencetak guru pendidikan Seni Budaya yang meluluskan calon-calon guru berkualitas

memenuhi kebutuhan SDM abad 21. Guru pendidikan Seni Budaya harus

berkompetensi didukung sarana prasana. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan

Seni Budaya mengajarkan karakter, literasi, kompetensi. Sinergi pendidikan Seni

Budaya dengan ekonomi kreatif akan membuka peluang pada ekonomi MEA. Hasil

pendidikan inilah sebagai fundamen proyeksi manusia global abad 21.

Kata Kunci: abad 21, kompetensi, karakter, literasi.

Abstract

In the 21th century with the development of technology science informatics and

computer. The positive influence of evolution is make lifestyle of human is easier than

previous century, but also has negative influence of evolution that are: agitation is

easier, fake news is too much, criminalization increase to much, it make culture and

humanities is bad, politeness is forgotten, institution of education is harder to get goal,

based on this problems , education of art and culture must have strategies role. The

college must make the student which will be a good teacher of art and culture education

who can appropriate with requirement of SDM in 21th country. The teacher of art and

education must teach character education, literation, competence and also the synergy

education of art and culture will make chance of economic MEA which will be result as

fundamental projection of human global 21th century.

Key Word : The 21th century, Competence, Character of Education, Literation

Abad 21 ditandai dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan

teknologi informatika dan komputer.

Dunia menjadi tanpa sekat. Kompetisi

antar negara sangat terbuka. Negara-

negara yang tidak mempunyai sumber

daya manusia yang berkualitas akan

tergilas dan menjadi obyek mainan.

Negara-negara yang mempunyai sumber

daya manusia yang berkualitas betapa

sangat mudahnya ‘menjajah’ negara-

negara miskin. Negara sedang

berkembang tidak ubahnya dengan negara

miskin yang indentik dengan

keterbelakangan, dan kebodohan.

Indonesia adalah negara kaya raya

sumber daya alam melimpah tetapi karena

sumber daya manusianya lemah maka

kita dengan mudahnya dipermainkan.

Kasus PT Freeport, indosat. Tragisnya

kita dipermainkan oleh sebuah PT bukan

negara. Dari PT saja kita kalah apalagi

bertarung dengan negara lain. Saat ini kita

tidak ada bedanya awal penjajahan dahulu

kita kalah dengan VOC, perusahaan

perdagangan Belanda.

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

171

Dunia globalisasi ini, penuh

tantangan menuntut adanya perubahan

paradigma baru dalam menatap

kehidupan ini. Paradigma lama harus

sudah ditinggal apabila ingin

memenangkan dalam percaturan global

ini. Berdagang tidak harus punya toko,

cukup punya toko online. Tukang Ojek

tidak harus mangkal di pinggir jalan, bisa

ditunggu di rumah dengan aplikasi

ojeknya. Beli barang tidak harus datang

ke toko, dengan aplikasi barang yang

diinginkan bisa sampai rumah. Dalam

tukar mata uang, mata uang dunia kalah

dengan mata uang virtual. Dunia telah

berubah.

Katanya orang Indonesia

berbudaya sopan, lemah lembut, saling

hormat menghormati, mikul duwur

medem jero, gotong royong.

Kenyataannya kita sedang sakit. Budaya

adigung adiguna hampir pudar. Lihatlah

wajah-wajah kita sangat garang, brutal,

dan agresif. Pertarungan Pilpres 2014

berlanjut sampai saat ini makin subur adu

domba, penyebaran berita hoax,

pemaksaan kehendak, saling ancam.

Nilai-nilai kemanusian entah ada di mana.

Nilai kebudayaan yang telah mengkristal

babak belur, carut marut merusak budaya

Indonesia. Siapakah yang harus

bertanggung jawab.

Keadaan di atas memaksa kita

mempertanyakan keberadaan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK). Perubahan subtansi LPTK

mutlak dilakukan karena ada paradigma,

pendekatan, dan metode baru yang harus

dikembangkan melalui pendidikan/latihan

calon dan guru dan guru dalam jabatan (

Abdulzen, 2015:8). LPTK inilah yang

mencetak sumber daya manusia.

Lembaga inilah yang merancang,

mendidik dan mengajar manusia

Indonesia. Peran besar LPTK harus

dikawal agar menjadi lembaga

profesional. LPTK bukan hanya

menghasilkan sarjana pendidikan akan

mendapat tambahan penyelengaraan

pendidikan dan pelatihan kompetensi dan

sertifikasi.

Berbagai fenomena yang

berkembang dalam masyarakat, seperti

banyaknya korupsi dan KKN, serta

maraknya tawuran dan kekerasan di

berbagai lapisan masyarakat. Pergaulan

bebas, free sex, minuman keras, narkoba

menyusup ke lembaga pendidikan. Tukar

menukar cerita sesama peserta didik yang

ditambahi dengan kebohongan, omong-

omong manis sangat mudahnya merayu

anak-anak suci di lembaga pendidikan.

Bukan berita burung anak rangking satu

ternyata pencandu narkoba, pelajar putri

yang lugu terbius menjadi pereks dan

cerita-cerita yang mengerikan lainnya. Di

mana para guru. Mungkin, sibuk dengan

aturan sertifikasi. Di mana orang tua,

sibuk dengan pekerjaannya. Miris. Hal

tersebut menunjukkan ketidakberhasilan

pendidikan menanamkan nilai-nilai luhur

dan sikap terpuji di setiap jenjang

pendidikan.

Fenomena di atas tidak akan

pernah berhenti, mengelundung seperti

bola salju, sangat cepat, menerjang siapa

saja tanpa pandang bulu. Dalam rangka

itu, merancang dan melaksanakan strategi

pendidikan yang sekiranya mampu

memberikan kontribusi dalam mengatasi

fenomena tersebut menjadi mendesak.

Sebagai bagian dari pendidikan, budaya

dan humaniora dalam keseluruhannya,

pendidikan Seni Budaya berpotensi

menjadi komponen yang layak

dipertimbangkan dalam rangka

menyiapkan proyeksi manusia global

abad 21 yang tetap berbudaya Indonesia.

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

172

PEMBAHASAN

Pendidikan Seni Budaya kerap

dipandang sinis. Biasanya dianggap

penting kalau menjelang perayaan 17

Agustus atau even-even di sekolah, HUT

kota atau hanya muncul saat lomba-lomba

saja. Padahal pendidikan Seni Budaya

sangat penting sebagai kebudayaan dan

humaniora. Abad 21 memang berat penuh

tantangan Pendidikan Seni Budaya harus

semakin meningkatkan eksistensi diri

menjadi bagian penyelamatan

kebudayaan dan humaniora dengan

mensiapkan Perguruan Tinggi yang

berkualitas, guru-guru yang berkompeten,

mengembangkan aspek-aspek karakter,

literasi dan kompetensi, sinergis dengan

ekonomi kreatif untuk membuka peluang

menghadapi MEA.

Peserta didik adalah calon

penguasa abad 21. Merekalah yang harus

dipersiapkan agar benar-benar menjadi

pengendali dan kejayaan negeri ini. Oleh

karena itu antisipasi dengan rancangan

dan pelaksanaan yang komprehensif,

kolaboratif, komunikasi dengan terus

menerus mengadakan refleksi dan

evaluasi.

Paradigma Pembelajaran abad 21

Kemdikbud merumuskan bahwa

paradigma pembelajaran abad 21

menekankan pada kemampuan peserta

didik dalam mencari tahu dari berbagai

sumber, merumuskan permasalahan,

berpikir analitis dan kerjasama serta

berkolaborasi dalam menyelesaikan

masalah (Litbang Kemdikbud, 2013).

Framework pembelajaran abad ke-

21 menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (2010: 44-45) adalah sebagai

berikut: (a) Kemampuan berpikir kritis

dan pemecahan masalah (Critical-

Thinking and Problem-Solving Skills),

mampu berfikir secara kritis, lateral, dan

sistemik, terutama dalam konteks

pemecahan masalah; (b) Kemampuan

berkomunikasi dan bekerjasama

(Communication and Collaboration

Skills), mampu berkomunikasi dan

berkolaborasi secara efektif dengan

berbagai pihak; (c) Kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan masalah (Critical-

Thinking and Problem-Solving Skills),

mampu berfikir secara kritis, lateral, dan

sistemik, terutama dalam konteks

pemecahan masalah; (d) Kemampuan

berkomunikasi dan bekerjasama

(Communication and Collaboration

Skills), mampu berkomunikasi dan

berkolaborasi secara efektif dengan

berbagai pihak; (e) Kemampuan mencipta

dan membaharui (Creativity and

Innovation Skills), mampu

mengembangkan kreativitas yang

dimilikinya untuk menghasilkan berbagai

terobosan yang inovatif; (f) Literasi

teknologi informasi dan komunikasi

(Information and Communications

Technology Literacy), mampu

memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk meningkatkan kinerja

dan aktivitas sehari-hari; (g) Kemampuan

belajar kontekstual (Contextual Learning

Skills) , mampu menjalani aktivitas

pembelajaran mandiri yang kontekstual

sebagai bagian dari pengembangan

pribadi, dan (h) Kemampuan informasi

dan literasi media, mampu memahami

dan menggunakan berbagai media

komunikasi untuk menyampaikan

beragam gagasan dan melaksanakan

aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan

beragam pihak.

Perguruan Tinggi Keguruan

Peradaban manusia di dunia salah

satu yang mempunyai peran penting

adalah guru. Hal ini disebabkan karena

guru yang berada di barisan terdepan

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

173

dalam pelaksanaan pendidikan. Peran

guru adalah menjadi jembatan, fasilitator,

mentransfer ilmu pengetahuan, budaya

dan teknologi, sekaligus mendidik dengan

nilai-nilai moral melalui bimbingan dan

keteladanan kepada peserta didik. Guru

adalah praktisi pendidikan yang

sesungguhnya.

Peran guru sangat besar dan

strategis bagi perubahan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Peran besar

untuk melahirkan generasi berkualitas

dengan rentetan kompetensinya tidak

dapat diambil oleh pihak lain. Hal ini

dibutuhkan guru yang berkualitas. Guru

berkualitas dilahirkan dari perguruan

tinggi keguruan yang berkualitas.

Perbaikan mutu pendidikan di Perguruan

Tinggi Keguruan akan berdampak positif

akan kemajuan pendidikan kita.

Perguruan Tinggi Keguruan harus

benar-benar menjadi kawah

candradimuka yang mengembleng

mahasiswa yang berkualitas. Isu

mahasiswa keguruan adalah mahasiswa

buangan harus dibuang. Anak-anak

tamatan SMA sederat yang berkualitaslah

yang berhak masuk dikampus calon guru

ini. Mereka-mereka yang akan

bertanggungjawab membawa Indonesia

menjadi negara yang diperhitungkan

dalam percaturan dunia.

Kurikulum Perguruan Tinggi

Keguruan kadang kala tak mampu

menyiapkan calon pendidik masa depan.

Mahasiswa pendidikan seni keguruan

lulusan sekitar 90 an terasa tidak pernah

diajarkan model pembelajaran saintifik.

Sehingga ketika menjadi guru, guru-guru

seni merasa kaget terhadap model

pembelajaran saintifik ini. Kuatirnya

mahasiswa pendidikan seni keguruan

sekarang juga tidak diajarkan model

pembelajaran yang akan digunakan

tahun-tahun kedepan berhubungan

dengan perubahan jaman.

Dalam Rencana Stategis

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2015-2019 (2015: 22) dijelaskan

kurangnya kapasitas LPTK dalam

menyediakan guru berkualitas.

Terbatasnya kualitas layanan pendidikan

oleh LPTK berdampak belum adanya

perbaikan yang signifikan pada

peningkatan kualitas guru. Keterbatasan

ini antara lain disebabkan oleh, (i) belum

adanya reformasi LPTK secara

menyeluruh untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan keguruan;

(ii) minimnya keterlibatan LPTK dalam

proses perencanaan dan pengadaan guru

berdasarkan analisis kebutuhan guru per

daerah (kabupaten dan kota); (iii) belum

tersedianya mekanisme penjaminan

kualitas calon mahasiswa yang masuk ke

LPTK melalui proses seleksi berdasarkan

merit system

Dalam buku panduan kurikulum

Pendidikan Tinggi (2016: 1) dijelaskan

dengan diterbitkannya Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

sebagai Peraturan Presiden Nomor 8

Tahun 2012, dan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi, maka mendorong semua

perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri

dengan ketentuan tersebut. KKNI

merupakan pernyataan kualitas sumber

daya manusia Indonesia yang

penjenjangan kualifikasinya didasarkan

pada tingkat kemampuan yang dinyatakan

dalam rumusan capaian pembelajaran

(learning outcomes). Dijelaskan lagi

dengan terbitnya Standar Nasional

Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI),

Perguruan Tinggi mempunyai standar

untuk melihat siapa dirinya dan lebih jauh

akan di ketahui dengan status

akreditasinya. Harapan besar dengan

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

174

adanya KKNI dan SN-DIKTI akan

menjawab semua permasalahan di

kampus dan lahirlah manusia-manusia

unggul Indonesia.

Tantangan berat para guru di era

global ini harus sudah fahami, dijiwai

oleh para dosen. Dosen inilah yang

bertanggungjawab terhadap kompetensi

para calon guru. Materi-materi penting

calon guru yang harus dikuasi antara lain:

kompetensi guru, transparansi, efisiensi,

dan kualitas tinggi. Calon guru juga harus

faham isu masyarakat global menjadi

sangat peka dan peduli terhadap masalah-

masalah demokrasi, hak asasi manusia,

dan isu lingkungan hidup. Dengan

harapan kelak pada gilirannya dapat

menghasilkan lulusan yang siap

menghadapi tantangan dan peluang

kehidupan yang semakin kompleks di

abad ke-21 ini dan siap bersaing di era

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Kompetensi Guru

Peraturan Pemerintah no 74 tahun

2008 Dalam pasal 3 ayat 2 Kompetensi

Guru sebagaimana dimaksud meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.

Kompetensi Pedagogik guru

dalam pengelolaan pembelajaran peserta

didik yang sekurang kurangnya meliputi:

Pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan; Pemahaman terhadap

peserta didik; Pengembangan kurikulum

atau silabus; Perancangan pembelajaran;

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik

dan dialogis; Pemanfaatan teknologi

pembelajaran; Evaluasi hasil belajar; dan

Pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Kompetensi sosial merupakan

kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat yang sekurang-kurangnya

meliputi kompetensi untuk:

berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau

isyarat secara santun; menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi

secara fungsional; bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua atau wali peserta

didik; bergaul secara santun dengan

masyarakat sekitar dengan mengindahkan

norma serta sistem nilai yang berlaku;

dan menerapkan prinsip persaudaraan

sejati dansemangat kebersamaan.

Kompetensi kepribadian

sekurang-kurangnya mencakup

kepribadian yang: beriman dan bertakwa;

berakhlak mulia; arif dan bijaksana;

demokratis; mantap; berwibawa; stabil;

dewasa; jujur; sportif; menjadi teladan

bagi peserta didik dan masyarakat; secara

obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;

dan mengembangkan diri secara mandiri

dan berkelanjutan.

Kompetensi profesional

merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

budaya yang diampunya yang sekurang-

kurangnya meliputi penguasaan: materi

pelajaran secara luas dan mendalam

sesuai dengan standar isi program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan

diampu; dan konsep dan metode disiplin

keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara konseptual menaungi

atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan

diampu.

Cooper (dalam Uno, 2006: 131)

menjelaskan ada empat hal kompetensi

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

175

guru, (a) mengetahui pengetahuan tentang

belajar dan tingkah laku manusia, (b)

mempunyai pengetahuan dan menguasai

bidang studi yang dibinanya, (c)

mempunyai sikap yang tepat tentang diri

sendiri, sekolah, teman sejawat dan

bidang studi yang dibinanya, (d)

mempunyai tehnik mengajar.

Guru yang mempunyai

kompetensi daya kritis, kreatif, dan

visioner sangat diperlukan dalam

menghadapi permasalah dunia pendidikan

yang telah terkepung oleh multidiplin,

dan multikultural, dengan merubah

mindset untuk berfikir holistic, integratif,

sinergis, dan solutif (Pracihara, 2014:

296).

Arti Penting Pendidikan Seni Budaya

Seni sangat penting dalam segala

aspek kehidupan. Orang saling

berhubungan dengan seni sebagai

individu dan anggota masyarakat. Dalam

kehidupan sehari-hari seni mempengaruhi

keputusan dari aneka pilihan dalam

keseharian, penampilan, musik, acara TV

dan sebagainya. Seni menyediakan

peluang untuk menciptakan,

merefleksikan, menghadapi tantangan,

ritual, kritik dan perayaan. Seni juga

memainkan peranan dalam vitalitas

budaya masyarakat, membangun identitas

budaya dan budaya, serta mentransmisi

nilai-nilai dan gagasan budaya (Soetedja,

2007: 413).

Begitu pentingnya seni untuk

kehidupan ini tetapi hingga saat ini

eksistensi pendidikan seni kerapkali

termarjinalkan karena system, mitos dan

kesalahpahaman penyelenggaraannya

dalam lingkungan sekolah menurut Byod

(dalam Soetedja, 2007: 414). Soetedja

(2007: 414) menjelaskan lebih lanjut

Potensi yang kaya raya dari seni sebagai

jalan pengetahuan dan perasaan, serta

sumber kesenangan dan kenikmatan

dikorbankan untuk aktivitas seni di

sekolah yang sering kali tidak berjiwa dan

tidak bermakna.

Prinsip pembelajaran seni di

sekolah menyoroti keunikan dan

kontribusinya secara khusus menuju

pembelajaran seumur hidup. Sepanjang

waktu persekolahan, para peserta didik

diharapkan terlibat dalam praktek setiap

cabang seni, dan dapat mereflesikan

pengalaman untuk pengembangan

pengetahuan, ketrampilan (Soetedja,

2007: 418). Idealnya pembelajaran seni

berdampak positif terhadap kompetensi

siswa dalam kehidupan nyata di

lingkungan sekolah, rumah dan

masyarakat (Mujiati, 2014: 299).

Permendiknas no 58 tahun 2014 mata

pelajaran Seni Budaya bertujuan

menumbuhkembangkan kepekaan estetis

dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan

kreatif.

Dalam Buku Guru Seni Budaya

Kurikulum 2013 (2017: 1) di jelaskan

bahwa mata pelajaran Seni Budaya

merupakan mata pelajaran yang

membahas mengenai karya seni estetis,

artistik, dan kreatif yang berakar pada

norma, nilai, perilaku, dan produk seni

budaya bangsa melalui aktivitas

berkesenian. Mata pelajaran ini bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa

untuk memahami seni dalam konteks

ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial

sehingga dapat berperan dalam

perkembangan sejarah peradaban dan

kebudayaan, baik dalam tingkat lokal,

nasional, regional, maupun global.

Dalam Buku Guru Seni Budaya

Kurikulum 2013 (2017: 1) di jelaskan

bahwa pendidikan Seni Budaya secara

konseptual bersifat (1) multilingual, yakni

pengembangan kemampuan peserta didik

mengekspresikan diri secara kreatif

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

176

dengan berbagai cara dan media, dengan

pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata,

bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran,

dan kemungkinan berbagai perpaduan

diantaranya. (2) multidimensional, yakni

pengembangan beragam kompetensi

peserta didik tentang konsep seni,

termasuk pengetahuan, pemahaman,

analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi

dengan cara memadukan secara harmonis

unsur estetika, logika, dan etika. (3)

multikultural, yakni

menumbuhkembangkan kesadaran dan

kemampuan peserta didik mengapresiasi

beragam budaya nusantara dan

mancanegara. (4) multikecerdasan, yakni

peran seni membentuk pribadi yang

harmonis sesuai dengan perkembangan

psikologis peserta didik, termasuk

kecerdasan intrapersonal, interpersonal,

visual-spasial, verbal-linguistik, musikal,

matematik-logik, jasmani-kinestetis, dan

lain sebagainya

Peran Guru Mata Pelajaran Seni

Budaya

Dalam kegiatan proses

pembelajaan guru mempunyai peran

yang sangat penting. Peran ini tidak bisa

digantikan oleh pihak lain. Pada UU no

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pasal 1 disebutkan:

“Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah”.

Dan menurut Undang-undang

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2 butir

a dinyatakan “Pendidik dan tenaga

kependidikan berkewajiban: Menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan

dialogis”. Kemudian ditegaskan pula

dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun

2013 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 19

Ayat 1:

“ Proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik”.

Peran guru yang tidak kalah

pentingnya adalah menjadi guru harus

menjadi teladan. Keteladanan dalam

ucapan, bahasa tubuh, dan tindakan

positif yang dapat dicontoh orang lain

(Usman, 2013: 6) . Ada ungkapan, “

Memberi contoh itu mudah, menjadi

contoh itu susah.” Menurut Usman (2013:

8) ungkapan tersebut mempunyai arti

memberi contoh itu bersifat insendentil

sesuai dengan kepentingan dan dibuat-

buat, sedangkan menjadi contoh bersifat

kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang

tanpa kepentingan untuk mendapat

pujian.

Peran guru tidak dapat digantikan

oleh peran pejabat atau tenaga fungsional

lainnya. Peran guru sangat vital dan

strategis untuk pembentukan manusia

Indonesia ke depan. Tingkat keberhasilan

kinerja yang dicapai oleh guru, dapat

diketahui melalui kegiatan supervisi

pendidikan yang dilakukan oleh kepala

sekolah (Supardi, 2013: 11). Lebih lanjut

Supardi menjelaskan bahwa tujuan

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

177

supervisi adalah memberi bantuan dalam

mengembangakan situasi pembelajaran

yang lebih baik.

Guru sangat mempunyai peran

dalam pelaksanaan kurikulum di dalam

kelas melalui proses belajar mengajar

secara efesien dan efektif. Guru

profesional menentukan efesien dan

efektifnya implementasi sebuah

kurikulum. Tingkat efesien ditentukan

oleh derajat kelancaran yang ditempuh

dan efektif ditandai tingkat keberhasilan

dalam bentuk perilaku peserta didik yang

biasa disebut dengan prestasi belajar

(Hamalik, 2012: 191).

Guru mata pelajaran Seni Budaya

sesuai dengan permendikbud no 58 tahun

2013 memberikan pengalaman estetik

kepada peserta didik. Guru mata pelajaran

Seni Budaya berkewajiban memahami

tentang konsep seni, apresiasi, kreasi dan

koneksi. Keempat hal tersebut selaras

dengan Kompetensi Inti yang ada pada

kurikulum 2013. Dengan memahami

empat hal tersebut guru mata pelajaran

Seni Budaya dalam kegiatan

pembelajaran akan dapat

mengaplikasikan tututan UU no 14 tahun

2005 yaitu tugas utama guru mendidik,

mengajar, pembimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik.

Peran guru mata pelajaran Seni

Budaya sangat besar dalam

menumbuhkan sikap dan perilaku kreatif,

etis dan estetis, artistik pada peserta didik.

Sesuai Permendikbud no 58 tahun 2014

guru mata pelajaran Seni Budaya harus

menguasi dua bidang mata pelajaran Seni

Budaya dari empat bidang studi yaitu seni

tari, seni musik, seni rupa dan teather.

Guru Seni Budaya dituntut untuk

menerapkan tehnologi dalam berkreasi

peserta didik, mengembangkan dan

mencintai budaya bangsa dan dapat

menampilkan karya peserta didik dalam

kegiatan pameran ataupun pagelaran

dalam suasana toleransi, beradab dan

hidup rukun.

Idealnya menurut Priyatno (2014:

284) guru Seni Budaya harus didukung

oleh ruangan khusus (studio/bengkel

kerja) serta didukung oleh galeri dan

tempat pertunjukan. Pelajaran Seni

Budaya sangat menjanjikan sebagai

industri kreatif yang bernilai ekonomi

tinggi. Sehingga pelajaran seni desain,

seni kriya, tarian, lagu, seni peran harus

menjadi pelajaran yang penting bagi

peserta didik.

Aspek-Aspek yang harus di kembangkan

Pendidikan Seni Budaya dalam proyeksi

manusia global abad 21 adalah :

A. Pembentukan Karakter melalui

Pendidikan Seni Budaya

Beberapa pakar menyatakan

bahwa kunci sukses keberhasilan suatu

bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

karakter masyarakat (Said, 2011: 8).

Menurut Fukuyama dalam Said (2011: 9)

karakter kondusif untuk bisa maju. Hal

tersebut terkenal dengan istilah modal

sosial. Fukuyama menjelaskan masing-

masing individu menjunjung tinggi

kebersamaan, loyalitas, kejujuran, kerja

keras, dan menjalankan kewajibanya

dengan baik (disiplin).

Pendidikan bertujuan membentuk

seseorang agar memiliki kepribadian,

berkarakter, intelektual, mandiri serta

mampu bersosialisasi dengan lingkungan

sekitar. Ini sesuai dengan pernyataan Ki

Hajar Dewantara dalam Paradigma

Pendidikan Nasional abad 21 (2010: 5)

pendidikan adalah daya upaya untuk

memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kekuatan batin karakter), pikiran

(intelek), dan tubuh anak. Ketiga-tiganya

tidak boleh dipisah– pisahkan, agar

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

178

supaya kita dapat memajukan

kesempurnaan hidup, kehidupan dan

penghidupan anak–anak didik selaras

dengan dunianya.

Kompetensi kepribadian guru

bekal utama dalam penguatan pendidikan

karakter siswa. Guru harus mampu

menjalankan slogan pendidikan: Ing

ngarso sung tulodho, ing madyo bangun

karso, tut wuri handayani yang di gugu

dan di tiru menandakan guru mempunyai

kedudukan sangat istimewa sebagai agen

keteladanan. Kompetensi kepribadian

guru adalah pribadi yang terhormat,

mulia, disiplin, bertindak sesuai etika,

norma agama, norma hukum, norma

sosial dan lain-lain.

Dalam Buku Guru Seni Budaya

Kurikulum 2013 (2017: 6) dijelaskan

lebih mendalam mata pelajaran Seni

Budaya di SMP/MTs menekankan pada

aspek apresiasi dan kreasi, dalam ranah

pendidikan dapat diurai menjadi kognitif,

afektif, dan psikomotor. Dalam proses

penciptaan seni, ditekankan pada proses

pengembangan kreativitas, menghargai

dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Pendidikan Seni Budaya di

Indonesia dapat menjadi pola dasar dalam

pembentukan karakter peserta didik,

dengan pendekatan berbasis budaya lokal

masing-masing daerah akan

menumbuhkan rasa nasionalisme. Peserta

didik menyanyikan lagu daerah, tari

tradisional, mengambar wayang,

mengambar batik. Mendekatkan para

peserta didik untuk mempelajari kesenian

daerah dalam rangka melestarikan

budaya.

Kecintaan akan budaya daerah

menjadi karakter dalam diri peserta didik.

Orang jawa yang berada dirantauan

mengembangkan kesenian reog, wayang,

remo. Orang Padang dirantauan

mengembangkan tarian-tarian Padang dan

lain-lain. Hal itu adalah hasil dari

pendidikan cinta budaya.

Mengembangkan kesenian daerah di

rantaun tidak gampang. Mereka telah di

didik kerja sama, disiplin, peduli, gotong

royang, saling hormat menghormati.

Cinta budaya melahirkan karakter-

karakter yang diperlukan dalam tahapan-

tahapan kehidupan.

B. Pembentukan Kompetensi melalui

Pendidikan Seni Budaya

Dalam kamus KKBI

online/daring bahwa kompetensi adalah

kewenangan (kekuasaan) untuk

menentukan (memutuskan sesuatu).

Dalam Dalam Kepmendiknas no

45/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Pendidikan Tinggi pasal 1 dijelaskan

Kompetensi adalah seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggungjawab yang

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas- tugas di bidang

pekerjaan tertentu.

Kemajuan ilmu, teknologi, dan

seni menjadi tantangan baru bagi guru

atau pendidik seni. Kemajuan tersebut

menuntut guru untuk meningkatkan

kompetensinya, baik kompetensi pribadi,

kompetensi sosial, kompetensi pedagogik

dan kompetensi profesional. Kompetensi

ini dapat menjadi embrio paradigma baru

dalam proses pembelajaran. Pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru

selama ini teacher center dengan asumsi

bahwa guru tahu segala-galanya dan

siswa tidak tahu apa-apa, berubah

menjadi pendekatan yang berorientasi

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

179

student center. Siswa yang menjadi pusat

perhatian dalam belajar, sedangkan guru

beralih fungsi menjadi fasilitator,

mediator, motivator, dan inspirator.

Pendidikan seni secara garis besar

menawarkan dua kompetensi: kreasi dan

apresiasi. Melahirkan peserta didik yang

mempunyai kompetensi kreasi dan

apresiasi tidak gampang. Peserta didik

harus berani hidup kreatif dengan

mengembangkan talenta yang dimiliki,

belajar menggunakan kemampuan sendiri

secara optimal, menjajagi gagasan baru,

tempat-tempat baru, aktivitas baru,

mengembangkan kepekaan terhadap

masalah lingkungan, masalah orang lain,

masalah kemanusia ( Munandar, 2009:

19). Diakui memang masalah apresiasi

peserta didik sangat lemah. Guru kurang

memberi pengajaran cara memberikan

apresiasi. Apresiasi yang paling gampang

dan mudah memang memberikan

penghargaan, memberi nilai. Padahal

sesungguhnya tidak hanya sebatas hal

tersebut. Peserta didik harus mempunyai

perangkat pengetahuan yang luas kalau

memang akan melakukan apresiasi yang

lebih.

Dalam Buku Guru Seni Budaya

Kurilulum 2013 (2017: 6) Pendidikan

Seni Budaya melibatkan semua bentuk

kegiatan aktivitas fisik dan cita rasa

keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa

keindahan itu tertuang dalam kegiatan

apresiasi, eksplorasi, eksperimentasi dan

kreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak,

dan peran. Setiap aktivitas mencakup

pembinaan dan pemberian fasilitas

mengungkap gagasan seni, keterampilan

berkarya serta apresiasi dalam konteks

sosial budaya masyarakat.

C. Peningkatan Literasi melalui

Pendidikan Seni Budaya

Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Programme for International

Student Assessment (PISA) yang dikutip

dari buku panduan gerakan literasi

sekolah di sekolah dasar, yang diajakan

oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan

Pembangunan Ekonomi (OECD-

Organization for Economic Cooperation

and Development), menggambarkan

bahwa dalam dua periode asesmen yang

diadakan pada tahun 2009 dan 2012,

peserta didik Indonesia menempati

peringkat 64 dan 65 negara peserta dalam

matematika, sains dan membaca (Nindya

Faradina, 2017: 60).

Membaca sebagai peserta didik

adalah keharusan. Membaca adalah

membuka jendela dunia. Bagaimana bisa

masuk dunia kalau jalannya saja tidak

tahu. Proses belajar mengajar, membaca

adalah elemen penting yang tidak bisa

ditinggalkan. Peserta didik akan buntu

dan terpaku diam, tak faham apa-apa

kalau memasuki kelas akan belajar tidak

berbekal apa-apa. Peserta didik harus

membuka diri dengan meningkatkan

kompetensi membaca. Kemampuan

membaca teks tulis akan berkembang

membaca keadaan diri, lingkungan,

masyarakat, negara dan dunia. Tuntutan

keterampilan membaca pada abad 21

adalah kemampuan memahami informasi

secara analitis, kritis, dan refektif.

Di era pengetahuan, teknologi dan

seni yang sudah maju ini diharapkan

dapat meningkat proses pembelajaran

secara lebih bermakna dan berkualitas.

Memang pembelajaran seni budaya di

sebagain sekolah dasar dan menengah

masih bersifat konvensional dalam arti

orientasi pembelajaran sebatas pendidikan

keterampilan. Celakanya lagi kalau

oreintasi guru hanya ingin zona nyaman

menberi tugas ke peserta didik asal-asalan

dan tanpa dasar kurikulum. Oreintasi guru

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

180

hanya peserta didik mengerjakan tugas

dan jam pelajaran habis.

Guru harus literasi tehnologi.

Berkembangnya teknologi memudahkan

kerja guru. Pembelajaran menjadi fun.

Peserta didik menjadi senang. Hal ini

karena guru dapat memaksimalkan

teknologi. Media pembelajaran LCD dan

komputer sangat membantu proses belajar

mengajar. Dalam pendekatan saintifik

sintak mengamati, peserta didik dapat

mengamati melalui LCD. Materi seni

rupa kelas 7 tentang flora fauna dan alam

benda dengan LCD peserta didik dapat

mengamati kekayaan flora, keragaman

fauna Indonesia. Guru dapat mengambil

materi dari you tube. Guru tinggal

memilih memilah materi yang cocok

dengan SK dan KD. Peserta didik pasti

tertarik. Media audio visual sangat

membantu dalam proses pembelajaran.

Sangat disayangkan kalau guru

Seni Budaya tidak faham dengan

teknologi internet. Sangat rugi besar.

Literasi teknologi harus menjadi salah

satu prioritas para guru untuk mengejar

ketertinggalan itu. Dalam Kurikulum

2013 kemampuan teknologi menjadi

keharusan para guru Seni Budaya.

Bagaimana tidak. Rasanya akan malu

besar kalau ternyata peserta didiknya

lebih canggih, sedangkan gurunya gatek.

Ribuan budaya Indonesia yang ada di

dunia maya dapat menjadi inspirasi dalam

pembelajara. Hal inilah yang harus

diambil dalam rangka menanamkan

kekakayaan budaya tersebut kepada

peserta didik kita. Sangat rugi besar kalau

dalam proses belajar mengajar para

peserta didik cuma diceramahi tanpa

melihat audio visualnya. Peserta didik

akan cepat jenuh dan guru juga akan

mengalami kecapeaan membawa peserta

didik ke awang-awang kosong.

Peserta didik harus literasi

tehnologi. Internet dengan ribuan

informasi akan mendukung proses

belajar. Peserta didik harus hati-hati

karena godaan di internet sangat dahsyat.

Konten-konten yang mengajak belok ke

jurang sangat banyak. Konten yang

dipelajari kanan-kirinya penuh dengan

konten yang mengasikan, melenakan dan

akhirnya konten yang harusnya di pelajari

jadi tidak kesampaian. Karakter diri harus

kuat. Kesadaran akan pentingnya

informasi harus diseleksi. Inilah internet

ada intannya dan ada jurangnya. Mau

dapat kemuliaan atau kehinaan. Peran

orang tua tidak boleh lepas ketika anak-

anak selancar di internet.

Guru dan peserta didik harus kritis

terhadap perkembangan budaya.

Perkembangan global culture dunia yang

terbuka, tanpa sekat ini tanpa filterisasi

maka budaya kita akan tergerus. Literasi

budaya harus dikritisi peserta didik

jangan terjebak pada kebudayaan yang

jauh dari nilai-nilai yang dikembangkan

dalam pelajaran Seni Budaya. Tawar

menawar kebudayaan gencar mendesak

dengan dukungan tehnologi komunikasi.

Remaja kita sering terjangkiti mudah

terpesona, terkagum-kagum oleh budaya

luar. Inilah perang budaya. Bagaimana

budaya K-Pop Korea menggerus remaja

kita. Seni K-Pop Korea dengan

kemampuan mengelola kecanggihan

teknologi dan kreativitasnya membuat

mereka merajai hati-hati kamula muda.

Isu operasi plastik, karena wajah para

artis K-Pop yang tampan dan cantik, lalu

ada juga isu penggunaan dopping untuk

memperkuat stamina para artis K-Pop

ketika pertunjukan di konser. Isu-isu itu

tidak menyurutkan kekaguman mereka

bahkan dijadikan role model. Anak-anak

kita bahkan banyak yang lebih faham dan

hafal lagu-lagu K-Pop dibandingkan

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

181

dengan lagu-lagu budaya asli Indonesia.

Inilah pentingnya literasi budaya.

Sinergi Pelajaran Seni Budaya dengan

Ekonomi Kreatif

Pendidikan Seni Budaya dapat

disergikan dengan ekonomi kreatif. Hal

ini karena tujuan dan materi pelajaran

Seni Budaya dapat dieksplorasi sejalan

dengan bidang-bidang yang

dikembangkan dalam ekonomi kreatif.

John Howkins dalam Qomar (2015: 107)

ekonomi kreatif merepresentasikan

transisi ide dan ekspresi kreativitas

menjadi suatu produk yang memiliki nilai

komersial yang juga merupakan

intelektual property. Intelektual property

sejalan dengan bidang ekonomi kreatif

yang dikembagkan oleh departemen

perdagangan (2007 ) yang terbagi

menjadi 14 sektor yaitu periklanan,

arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,

desain,fashion, film-video dan fotografi,

permainan interaktif, musik, seni

pertunjukan, penerbitan dan percetakan,

layanan komputer, radio dan televisi.

Bidang intelektual property dapat

disinergikan, diekslorasi dan eksploitasi

dari materi pelajaran Seni Budaya.

Sinergi pendidikan Seni Budaya

dan ekonomi kreatif tidak akan pernah

berjalan manakala para guru hanya

berkutat pada teks buku guru atau buku

siswa kurikulum 2013. Penerjemahan

secara mendalam, berani melakukan

terobosan dan kerja keras tidak mustahil

jejak-jejak kinerja guru akan membantu

dan membimbing para siswa menekuni

salah satu bidang ekonomi kreatif tadi

yang sesuai dengan bakat minat dan

kemampuannya.

Tawaran dari Pranata (2014: 10)

peserta didik disiapkan menjadi

entrepreneurealship (kewirausahaan).

Langkah yang ditawarkan harus terbiasa

dengan langkah-langkah dengan

pendekatan entrepreneureal: Observasi,

bertanya, eksplorasi, mengkreasi,

komunikasi, dan refleksi. Tahapan-

tahapan ini akan sangat membentuk

karakter peserta didik untuk selalu

merancang kegiatan dengan

mempertimbangkan data yang diperoleh

dari observasi, bertanya, komunikasi dan

dikombinasi dari kerja keras eksplorasi,

kreasi, refleksi. Inilah potret generasi

persepektif masa depan menghadapi

tatangan dengan kemampuan yang

terukur, persiapan yang matang, mandiri,

kerja keras, inovasi, kreativitas dan tidak

lupa selalu mengadakan refleksi.

Pendidikan Seni Budaya dapat

dikembangkan dengan mempersiapkan

peserta didik menjadi

entrepreneurealship, membuka peluang

usaha dengan kreativitas dan inovasi.

Negara-negara Asian membentuk

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

akan menjadikan ASEAN sebagai pasar

atau produsen dari beragam produk

negara-negara anggota. Semakin

dimudahkan penjualan secara global

maka semakin besar pasar sehingga

menjadi peluang bagi siapa saja yang

peka dan kreatif.

PENUTUP

Pendidikan Seni Budaya dapat

menjadi solusi dalam mempersiapkan

proyeksi manusia global abad 21. Bukan

pekerjaan ringan. Pemahaman akan

tantangan abad 21 harus difahami oleh

masyarakat. Paradigma menuju abad 21

harus menjadi kesadaran bangsa dan

negara ini. Sehingga dalam proyeksi

manusia global abad 21 para pengambil

kebijakan pendidikan nasional

menentukan arah kurikulum pendidikan

yang searah dengan Framework

pembelajaran abad ke-21.

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

182

Perguruan Tinggi Keguruan

Pendidikan Seni Budaya sebagai pencetak

guru, kurikulumnya berpedoman pada

KKNI dan SN-DIKTI yang berkualitas.

Hal ini menjadi acuan penerimaan

mahasiswa baru. Mahasiswa yang

berkualitas akan menjadi sarjana

keguruan yang tidak diragukan dalam

menjalani profesi keguruannya. Sarjana

keguruan yang berkualitas sangat

berpengaruh terhadap kualitas siswa yang

akan didiknya nanti.

Pendidikan Seni Budaya

merupakan mata pelajaran yang

membahas mengenai karya seni estetis,

artistik, dan kreatif yang berakar pada

norma, nilai, perilaku, dan produk seni

budaya bangsa melalui aktivitas

berkesenian. Mata pelajaran ini bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa

untuk memahami seni dalam konteks

ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial

sehingga dapat berperan dalam

perkembangan sejarah peradaban dan

kebudayaan, baik dalam tingkat lokal,

nasional, regional, maupun global

Peran guru tidak dapat digantikan

oleh peran pejabat atau tenaga fungsional

lainnya. Peran guru sangat vital dan

strategis untuk pembentukan manusia

Indonesia ke depan. Guru Seni Budaya

dituntut untuk menerapkan tehnologi

dalam berkreasi peserta didik,

mengembangkan dan mencintai budaya

bangsa dan dapat menampilkan karya

peserta didik dalam kegiatan pameran

ataupun pagelaran dalam suasana

toleransi, beradab dan hidup rukun.

Aspek-Aspek yang harus di

kembangkan Pendidikan Seni Budaya

dalam proyeksi manusia global abad 21

adalah : memperkuat pendidikan karakter

peserta didik, memperkuat literasi,

memperkuat kompetensi.

Menumbuhkembangkan

entrepreneurealship (kewirausahaan). Hal

ini karena peluang usaha dengan negara-

negara Asian yang telah membentuk

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

menjadi ASEAN sebagai pasar atau

produsen dari beragam produk negara-

negara anggota.

Daftar Pustaka

Abdulzen, M. (2015). Guru Generasi Baru dalam

Redesain Pendidikan Guru. Jakarta: Kencana

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010 versi

1.0) Paradigma Pendidikan Nasional Abad 21.

Faradina, N. (2017). Pengaruh Program Gerakan

Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca

Siswa Di SD Islam Terpadu

Muhammadyah Jatinom Klaten. Jurnal

Hanata Widya Volume 60 6 Nomor 8

Tahun 2017.

Hamalik, Oemar. (2012). Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2014).

Seni Budaya: Buku Guru kelas VII edisi

Revisi Kurikulum 2013. Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015)

Rencana Stategis Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan 2015-

2019.

Mudjiati. (2014). “Keunggulan dan Kelemahan

Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Seni Budaya Bidang Seni

Rupa”. Makalah disajikapan pada

Seminar Nasional Pendidikan Seni #2

Reorientasi Pendidikan Seni Indonesia

Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS

Unesa 2014.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016)

Kementerian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal

Pembelajaran dan kemahasiswaan

Direktorat Pembelajaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan

Seminar Antar Bangsa : Seni Budaya dan Desain – STANSA 2018

183

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2008 tentang

Kompetensi Guru.

Peraturan Presiden Nomor 8 tahun2012 tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Pranata. Y.M. (2004). “Portofolio: Model

Penilaian Desain Berbasis

Konstruktivisme”. Nirmana. Vol 6 no

1. 2004. pp. 63-81.

Pracihara (2015) “Membawa SMK Seni Budaya

Menuju Alternatif Destinasi Wisata

Kota dalam Era MEA” Makalah

disampaikan pada Seminar Nasional

Peran Strategis Seni dan Budaya dalam

Membangun Kota Kreatif. Jurusan Seni

dan Desain Universitas Malang 2015.

Qomar, M. (2015). Pendidikan Seni Budaya

Sebagai Modal Pengembangan Kota

Kreatif (Studi Pengembangan Kota

Samarinda).Makalah Seminar Nasional

Peran Strategis Seni dan Budaya Dalam

Membangun Kota Kreatif. Jurusan Seni

dan Desain Universitas Negeri Malang

2015.

Said, M. (2011) Pendidikan Karakter di Sekolah.

Surabaya: Jaring Pena

Soetedja, Z. (2007). “Pendidikan Seni”. Dalam

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan:

Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung: IMTIMA.

Supardi. (2013). Kineja guru. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Tilaar, H.A.R dan Nugroho Riant. (2012).

Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Uno, Hamzah B.(2006). Orientasi Baru Dalam

Psikologi Pembelajaran. Jakarta :PT

Bumi Aksara

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Fokus Media.

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005: Guru dan

Dosen.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi.