Fuel Piping BKI

12
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA PERATURAN MENGENAI KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL BAJA YANG BERLAYAR DI LAUT VOLUME III

description

Standart for Piping

Transcript of Fuel Piping BKI

Page 1: Fuel Piping BKI

BIRO KLASIFIKASI INDONESIAPERATURAN MENGENAI KLASIFIKASI DAN

KONSTRUKSI KAPAL BAJA YANG BERLAYAR DI LAUT

VOLUME III

PERATURAN MENGENAI INSTALASI PERMESINAN

EDISI 2000

Page 2: Fuel Piping BKI

SECTION 11. PIPA, KATUP, SAMBUNGAN DAN POMPA

A. UMUM

1. Aturan-aturan ini berlaku untuk sistem perpipaan, termasuk di dalamnya katup, sambungan, dan pompa, yang berhubungan dengan operasi dari pembangkit penggerak utama beserta peralatan dan kelengkapannya.

2. Aturan-aturan ini juga berlaku pada sistem perpipaan yang digunakan dalam operasi kapal, yang bila terjadi kegagalan/kerusakan pada sistem tersebut dapat mengganggu keselamatan di kapal/cargo, secara langsung maupun tidak.

3. Rencana gambar dari sistem perpipaan, termasuk daftar-uraian katup, sambungan dan pipa untuk sistem bahan bakar, antara lain : sistem penyimpanan, sistem pemindahan dan saluran untuk menyuplai bahan bakar.

4. Bila ada katup dengan sistem kontrol jarak-jauh, perlu rencana gambar perpipaannya, lokasi di kapal letak kontrol berada, serta gambar rangkaian listriknya.

5. Klasifikasi dari pipa dibagi dalam tiga kelas-pipa berdasarkan media (fluida) yang dialirkan atau tipe pipa dan kondisi operasinya (tekanan dan temperatur kerja). Lihat tabel 11.1 (untuk bahan bakar cair) dan untuk aplikasinya lihat tabel 11.2.

Tabel 11.1 Klasifikasi Pipa kedalam Kelas PipaTIPE/MEDIA

SALURAN PIPATEKANAN-PR (bar) dan/atau

TEMPERATUR-t (C)Bahan Bakar Cair PR > 16

ataut > 150

PR ≤ 16dan

t ≤ 150

PR ≤ 7dan

t ≤ 60Kelas Pipa I II III

B. BAHAN

1. Bahan yang digunakan harus mengacu pada Volume V.

2. Bila berhubungan dengan pengelasan mengacu pada Volume VI.

3. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari baja :a. Pipa baja yang tergolong Kelas I dan II harus dibuat tanpa atau dengan

pengelasan (seamless drawn or fabricated by a welding) yang disetujui oleh “society”.

b. Pipa, katup, dan sambungan dari baja karbon dan paduan karbon-mangan tidak boleh digunakan pada temperatur kerja di atas 400ºC.

4. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari tembaga dan paduan-tembaga :

Page 3: Fuel Piping BKI

a. Pipa tembaga dan paduan-tembaga yang tergolong Kelas I dan II harus dibuat tanpa pengelasan (seamless drawn).

b. Berikut ini batas (max) temperatur kerja pipa sesuai jenis paduannya : Copper and aluminium brass 200ºC Copper nickle alloys 300ºC High temperature bronze 260ºC

5. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari besi cor tipe nodular-ferritic :a. Penggunaan pada pipa-pipa bilge, ballast, dan cargo dengan double-

bottom tank dan cargo tank.b. Mengacu pada kelas II dan III maka katup dan sambungan dari ferritic-

nodular cast iron diperbolehkan beroperasi sampai dengan temperatur 350ºC.

6. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari besi cor tipe lamellar-graphite (besi cor abu-abu) :a. Pipa, katup, dan sambungan dari besi cor tipe lamellar-graphite (besi cor

abu-abu) tergolong kelas III.b. Digunakan untuk cargo lines di dek-cuaca pada oil tanker dengan tekanan

kerja sampai dengan 16 bar.c. Untuk penghubung cargo hose dan distributor header diperlukan bahan

yang liat (ductile material).d. Tidak diperbolehkan untuk :

cargo lines pada chemical tanker pipa, katup, dan sambungan untuk media bertemperatur di atas 220ºC perpipaan yang mengalami tumbukan-air, tegangan atau getaran yang

besar sea valve, pipa yang menempel di samping kapal, dan katup yang

menempel pada sekat tabrakan (collision bulkhead) katup pada tangki bahan-bakar dan oli yang mengalami static head .

7. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari plastik :a. Harus ditandai secara permanen dan kontinyu mengenai

Tanda pabrikan Angka spesifikasi standar Diameter luar dan tebal dinding pipa Tahun pembuatan

b. Merupakan minimum requirement.

8. Untuk pipa, katup, dan sambungan dari aluminium dan paduan aluminium :a. Digunakan untuk temperatur kerja sampai dengan 200ºC.b. Tidak diperbolehkan untuk penggunaan di saluran pemadam kebakaran

(fire extinguishing lines).

Page 4: Fuel Piping BKI

Tabel 11.2 Material yang disetujui BAHAN ATAU

APLIKASIKELAS PIPA

I II III

Baj

a

Pipa Pipa untuk aplikasi umum Pipa baja high-temperature untuk

di atas 300ºC Pipa baja high-low temperature

toughness untuk di bawah -10ºC Pipa baja tahan-karat untuk

bahan kimia

Pipa untuk aplikasi umum

Baja yang tidak masuk spesifikasi kualitas khusus

Memiliki kemampuan las

Tempa, Pelat, Flens

Baja yang cocok untuk kondisi berbeban dan melakukan proses Bertemperatur kerja di atas 300ºC (Baja high-temperature) Bertemperatur kerja di bawah -10ºC (baja high-low temperature toughness)

Baut, Mur Baut untuk konstruksi mesin umum

Bertemperatur kerja di atas 300ºC (Baja high-temperature)

Bertemperatur kerja di bawah -10ºC (baja high-low temperature toughness)

Baut untuk konstruksi mesin umum

Co

ran

(ka

tup,

sam

bung

an, p

ipa

)

Baja Cor Baja Cor untuk aplikasi umum Bertemperatur kerja di atas

300ºC (baja cor high-temperature)

Bertemperatur kerja di bawah -10ºC (baja cor high-low temperature toughness)

Baja tahan-karat cor untuk media agressive

Baja Cor untuk aplikasi umum

Besi Cor Nodular

Hanya ferritic grade Elongasi AE kurang lebih 15%

Besi Cor dengan Lamellar Graphite

Paling tidak GG-20 sampai temperatur 200ºC

Tidak boleh digunakan untuk

Balast lines sepanjang cargo lines

Katup dan sambungan pada samping kapal; sekat tubrukan; tangki bahan bakar & oli

Loga

m

No

n-F

erro

us

Tembaga, Paduan Tembaga

Paduan tembaga nikel low-temperatur pada cargo lines di tank ship yang membawa bahan kimia

Tembaga dan Paduan Tembaga Tahan Korosi untuk air laut dan air alkaline

Aluminium, Paduan Aluminium

Pada cargo dan processing line di gas tank ship

Temperatur kerja sampai dengan 200ºC

Tidak diperbolehkan untuk sistem pemadam kebakaran

Bah

an

No

n-L

ogam

Plastik Special approval

Page 5: Fuel Piping BKI

Tabel 11.3 Material yang disetujui dan tipe sertifikat

Kelas Pipa

Tipe KomponenMaterial yang

disetujuiTemperatur

DesainPengujian yang

Berlaku

Peraturan Material

Volume V

I + II

Pipa, siku pipa, sambungan

Baja,Tembaga,Paduan Tembaga

-DN > 32 Section 4

Section 4DN ≤ 32

Katup, flens, Expansion joint logamdan hose,komponen lain

Baja,Baja cor

> 300°CDN > 32 Section 5

Section 6DN ≤ 32

Baja,Baja cor,Besi cor nodular

≤ 300°C

PB x DN > 2500atau

DN > 250

Section 5

Section 6Section 7

PB x DN ≤ 2500atau

DN ≤ 250

Tembaga,Paduan tembaga

> 225°C DN > 32

Section 4≤ 225°C

DN ≤ 32PB x DN > 1500PB x DN ≤ 1500

IIIKatup, 2)flens,komponen lain

Baja,Baja cor,Besi cor abu-abu,1)Baja cor nodular,Tembaga, Paduan tembaga

- -

Section 5Section 6Section 7

Section 4

1) Tidak ada uji material untuk besi cor abu-abu2) Casing katup dan cabang pipa diletakkan di samping kapal termasuk dalam kelas pipa II

C. PENGUJIAN BAHAN

1. Untuk sistem perpipaan yang tergolong kelas I dan II mencakup :a. Pipa, belokan, dan sambunganb. Bodi katup dan flens mengacu tabel 11.3c. Bodi katup dan flens > DN 32 pada cargo serta saluran pipa proses pada

tanker bahan kimia dan gas2. Sambungan las pada saluran perpipaan yang tergolong kelas I dan II harus

diuji sesuai Volume VI dan untuk kapal pembawa gas cair in bulk diuji sesuai Volume IX.

Page 6: Fuel Piping BKI

D. PERHITUNGAN ELASTISITAS DAN TEBAL DINDING

E. DASAR-DASAR KONSTRUKSI PIPA, KATUP, SAMBUNGAN DAN POMPA

F. SISTEM BAHAN BAKAR MINYAK

1. Saluran Penyimpanan

a. Penyimpanan bahan bakar minyak memiliki saluran instalasi yang permanen, baik dari dek terbuka maupun dari stasiun pengisian yang berada di bawah dek yang terisolasi dari ruang lain.

b. Stasiun penyimpanan disusun sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penyimpanan dari kedua sisi kapal tanpa membahayakan. Syarat tersebut harus dipenuhi sehingga saluran penyimpanan diberikan pada kedua sisi kapal. Saluran penyimpanan disambung dengan blind flange di dek.

2. Saluran Pengisian Tangki dan Saluran Hisap

a. Andaikata terjadi kerusakan pada saluran pengisian dan saluran hisap dari tangki utama (storage tank), tangki sementara (settling tank), dan tangki harian (daily service tank) yang berada di atas double bottom sehingga bahan bakar minyak bocor, maka perlu dipasang peralaan shut-off secara langsung pada tangki yang mampu menutup ke posisi aman dari pengaruh luar.

b. Andaikata terjadinya di tangki yang dalam pada poros atau pipe tunnel atau ruang serupa maka peralaan shut-off dipasang pada tangki. Sedangkan untuk pengendalian kebakaran digunakan tambahan peralatan shut-off pada pipa di luar tunnel atau ruang serupa. Jika penambahan peralatan shut-off diletakkan pada ruang permesinan maka posisi pengoperasiannya dari luar ruangan tersebut.

c. Untuk tangki bahan bakar minyak berkapasitas kurang dari 500 liter yang dilengkapi peralatan shut-off tidak perlu dengan remote control.

d. Saluran pengisian diberikan pada dasar tangki. Saluran pengisian yang pendek langsung ke sisi tangki dapat diterima. Saluran hisap dari tangki utama boleh juga digunakan untuk saluran pengisian.

e. Non-return valve terpasang di atas tangki ketika saluran pengisian menembus atas tangki dengan ujung saluran di bawah posisi maksimum bahan bakar minyak dalam tangki.

f. Sambungan masuk dari saluran hisap diletakkan cukup jauh dari drain dalam tangki sehingga air dan kotoran yang mengendap tidak akan masuk saluran hisap.

3. Penempatan Pipa

Page 7: Fuel Piping BKI

a. Saluran bahan bakar tidak diperbolehkan melalui tangki yang berisi feedwater, air minum, minyak pelumas, atau minyak panas.

b. Saluran bahan bakar yang melewati tangki ballast harus memiliki ketebalan dinding yang sesuai tabel 11.4.

c. Saluran bahan bakar tidak diperbolehkan berada di sekitar boiler, turbin, atau peralatan dengan temperatur permukaan tinggi (di atas 220°C) atau di jalur peralatan listrik.

d. Saluran bahan bakar minyak harus dijaga/dihindari dari terjadinya semprotan minyak atau kebocoran minyak yang mengenai permukaan panas, atau ke dalam saluran udara masuk permesinan, atau permukaan lain yang memungkinkan terjadinya percikan api. Jumlah sambungan pipa yang dapat dilepaskan dibatasi.

e. Shut-off valve pada saluran bahan bakar dalam ruang permesinan dapat dioperasikan dari atas pelat lantai.

f. Dalam sistem bahan bakar tidak diperbolehkan komponen yang berasal dari gelas dan plastik.

g. Pompa bahan bakar harus mampu terisolasi dari sistem perpipaan dengan menggunakan shut-off valve.

4. Pompa Transfer, Feed, dan Booster Bahan Bakar

a. Pompa Transfer, Feed, dan Booster Bahan Bakar didesain untuk operasi pemompaan media yang bertemperatur.

b. Selain pompa transfer bahan bakar yang tersedia diperlukan pompa lain yang standby dan sesuai untuk keperluan transfer bahan bakar.

c. Paling tidak digunakan dua pompa transfer bahan bakar minyak untuk keperluan pengisian tangki harian.

d. Saat pompa feed atau booster dibutuhkan menyupali bahan bakar ke main engine atau auxiliary engine dibutuhkan pompa lain yang standby. Ketika pompa menempel pada engine maka pompa yang standby dilepaskan dari auxiliary engine. Suplai bahan bakar minyak untuk pembakaran di boiler tambahan lihat section 9, B.3.1.

e. Untuk peralatan emergency shut-down lihat section 12, B.9.

5. Susunan peralatan shut-off pada saluran produksi-lebih/sirkulasi-balik harus dihindari. Dimana harus terpasang katup dan harus terkunci saat posisi operasi.

6. Saringan (Filter)

a. Saringan bahan bakar minyak terletak pada saluran delivery yang keluar dari pompa bahan bakar.

b. Ukuran dan kapasitas saringan disesuaikan dengan kebutuhan engine yang telah ditentukan oleh pabrikan.

c. Jaminan keberlangsungan suplai bahan bakar yang telah tersaring ditentukan oleh kondisi peralatan saringan yang bersih dan terpelihara.

d. Engine untuk operasi khusus seperti pada emergency generator dan emergency fire pump menggunakan simplex filter.

Page 8: Fuel Piping BKI

e. Saringan bahan bakar utama menggunakan differential pressure control. Tambahan pengawasan terhadap interval back flushing dari automatic back flushing filter.

f. Pada sisi hisap dari unit transfer bahan bakar dipasang simplex filter.g. Susunan filter lihat section 2, G.3.

7. Pemurni/Pembersih (Purifier)

a. Pembuatan purifier untuk membersihkan bahan bakar dan minyak pelumas harus disetujui oleh Society.

b. Fuel purifier sangat boleh digunakan untuk membersihkan minyak pelumas tetapi dengan memasang alat pengatur penggantian (change-over arrangement) pada saluran masuk dan keluar purifier sehingga terhindar kemungkinan tercampurnya bahan bakar dan minyak pelumas. Spectacle flange tidak dipertimbangkan sebagai tindakan pencegahan yang cukup. Peralatan yang cocok juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pencampuran di sepanjang saluran kontrol dan kompresi.

c. Sludge tank dari purifier dipasang level alarm yang menjamin level dalam sludge tank tidak dapat mempengaruhi operasi dari purifier.

8. Operasi Menggunakan HFO (Heavy Fuel Oil = bahan bakar minyak berat)

a. Pemanasan HFO1). Tangki HFO dipasangi sistem pemanas. Penempatan sistem pemanas

tangki disesuaikan dengan kebutuhan saat operasi dan kualitas bahan bakar minyak yang akan digunakan. Dengan persetujuan society, storage tank tidak butuh sistem pemanasan selama dapat menjamin kualitas bahan bakar minyak sehingga dapat dipompa pada semua kondisi lingkungan sekitar. Untuk sistem pemanasan tangki, lihat section 10, B.5.

2). Dibutuhkan penelusur panas (heat tracing) untuk pompa, filter, dan saluran bahan bakar minyak.

3). Dibutuhkan preheat injection valve saat engine bekerja dengan HFO dan dibutuhkan injection valve cooling saat menggunakan pemanas.

b. Perlakuan HFO1). Tangki sementara (settling tank)

a). Heavy fuel settling tank atau disediakan susunan serupa dengan sistem pemanas berukuran secukupnya.

b). Settling tank dilengkapi dengan drain, susunan pengosongan, dan instrumen pengukur temperatur.

2). Pembersihan HFO untuk Diesel EngineUntuk pembersihan heavy fuel dibutuhkan purifier atau kombinasi purifier dan automatic filter.

3). Peralatan pencampur dan Pengemulsi Bahan Bakar MinyakKebutuhan akan peralatan pencampur dan pengemulsi heavy fuel oil/diesel oil harus persetujuan Society.

Page 9: Fuel Piping BKI

c. Tangki harian (daily service tank)1). Untuk susunan dan peralatan dari tangki harian lihat section 10, B. 2). Kapasitas tangki harian untuk menyuplai seluruh kebutuhan paling

tidak sampai 8 jam.3). Pipa luapan dari daily tank dikembalikan ke settling tank yang

disediakan untuk menjamin tidak ada heavy fuel oil yang masuk ke dalam tangki harian andaikata overfilling pada settling tank.

4). Daily service tank dilengkapi dengan drain dan susunan pengeluaran.

d. Pengaturan penggantian minyak diesel / minyak berat

e. Suplai bahan bakar melalui stand pipe

f. Ujung pemanasan mula (preheater)

g. Kontrol viskositas

h. Peralatan kontrol setempat

i. Sistem heavy fuel perlu diinsulasi sehingga efektif