fstpt.unila.ac.idfstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T203.docx · Web viewPenelitian ini...
Click here to load reader
Transcript of fstpt.unila.ac.idfstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T203.docx · Web viewPenelitian ini...
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
ANALISA KESELAMATAN LALU LINTAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS : SDN CISALAK 01)
Desvira Natasya1*
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Departemen Teknik Sipil Kekhususan Transportasi
Depok, [email protected];
Tri Tjahjono2
Fakultas TeknikUniversitas Indonesia
Departemen Teknik Sipil Kekhususan Transportasi
Depok, [email protected]
Martha Leni Siregar3
Fakultas TeknikUniversitas Indonesia
Departemen Teknik Sipil Kekhususan Transportasi
Depok, [email protected]
AbstractAccording to the Ministry of Transportation, the growth rate of traffic accident victims for children aged under 15 years in the period 2007-2012 ranked highest in Indonesia which is amounted 38,7%. This condition is very worrying since children as our future generation lose their future due to traffic accident. This study aims to analyze traffic safety for elementary school children with case study in Depok, State Elementary School Cisalak 01. This study was conducted by distributing questionnaires to students, parents and teachers in grade 5 and 6. Analysis data using nonparametric statistical test. Results showed that Depok with low ranked of vulnerability based on indicator of personal safety but on the way to and from school, students still have accident risk that is mainly due to lack of safety knowledge and Safety School Zone (ZoSS). This study proposes Safer Journey to School program to improve traffic safety level of children.
Keywords: safety knowledge, Safety School Zone, Safery Journey to School.
AbstrakMenurut Kementrian Perhubungan, tingkat pertumbuhan korban kecelakaan lalu lintas pada anak-anak usia di bawah 15 tahun dalam kurun waktu 2007-2012 menduduki peringkat tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 38,7%. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat anak-anak sebagai generasi penerus bangsa kehilangan masa depannya akibat kecelakaan yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keselamatan lalu lintas pada siswa Sekolah Dasar dengan mengambil studi kasus di Depok yaitu SDN Cisalak 01. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa, orang tua dan guru kelas 5 dan 6. Data dianalisis dengan uji statistik nonparametrik. Hasil menunjukkan bahwa siswa dalam perjalanan ke dan dari sekolah masih memiliki risiko kecelakaan terutama berkaitan dengan minimnya pengetahuan keselamatan dan fasilitas Zona Selamat Sekolah (ZoSS) di sekolah. Untuk itu, penelitian ini mengusulkan program Perjalanan Aman ke Sekolah untuk meningkatkan tingkat keselamatan lalu lintas pada anak-anak.
Kata Kunci: pengetahuan keselamatan, Zona Selamat Sekolah, Perjalanan Aman ke Sekolah.
PENDAHULUAN
Pada Global Status Report on Road Safety (2013) tercatat sekitar 1,24 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya karena kecelakaan lalu lintas. WHO (2013) juga menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke-8 penyebab kematian di dunia. Diperkirakan pada tahun 2030, bila tidak ada penanganan yang baik maka kecelakaan di lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor 5 di dunia. Data WHO tahun 2011 tercatat rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya. Korban kecelakaan lalu lintas pada skala Nasional juga didominasi pada usia anak dan remaja sebagaimana dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Korban Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Umur di Indonesia
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
No.
Usia (tahun)
Tahun Pertumbuhan Rata-Rata (%)2007 2008* 2009* 2010 2011* 2012
1 5-15 3.492 6.437 7.114 11.747 12.968 15.630 38,22 16-25 17.963 25.681 29.703 14.396 24.583 23.052 14,33 26-30 18.776 25.064 29.123 7.198 18.012 13.816 20,34 31-40 13.380 17.712 20.728 11.315 17.942 17.034 11,55 41-50 8.260 11.115 13.095 7.434 11.826 11.376 12,96 51-60 3.645 5.318 6.163 6.091 7.871 8.585 19,8
Jumlah 65.516 91.327 105.926 58.181 93.202 89.493 13,3
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kelompok usia korban tertinggi berada pada usia 16-25 tahun. Namun pertumbuhan rata-rata jumlah korban tertinggi terjadi pada kalangan anak-anak dengan usia 5-15 tahun yaitu sebesar 38,2%. Selain itu, data Riskesdas Indonesia (2013) menunjukkan bahwa secara nasional, tempat terjadinya cedera paling banyak adalah jalan raya (42,8%) dengan penyebab cedera rata-rata tertinggi adalah kecelakaan sepeda motor. Sementara penyebab cedera terbesar pada usia 5-14 tahun adalah jatuh (57,3%), sepeda motor (19%) dan transportasi darat lainnya (14,7%).
Dalam publikasi WHO (2008) disebutkan bahwa anak-anak dalam berlalu lintas kurang memiliki pengetahuan, keterampilan dan tingkat konsentrasi yang dibutuhkan untuk perjalanan yang berkeselamatan (Safety Journey)1. Adapun berbagai perilaku anak-anak yang tanpa mereka sadari dapat meningkatkan risiko kecelakaan antara lain bergurau dan tidak konsentrasi saat bersepeda atau berjalan kaki, saat menyeberang jalan tidak terlebih dahulu melihat ke arah kanan-kiri-kanan, tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dan warna lampu lalu lintas saat menyeberang. Kondisi lingkungan jalan yang kurang memperhatikan keselamatan anak-anak terutama di area sekolah yang tidak ada ZoSS, trotoar dan median tidak memadai dan tidak ada jalur aman bersepeda juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Oleh karena itu, melalui Tugas Akhir ini penulis melakukan identifikasi tingkat keselamatan lalu lintas pada anak-anak usia Sekolah Dasar dan mengambil studi kasus di kota Depok yaitu di SDN Cisalak 01.
Gambar 1. Lokasi SDN Cisalak 01
Analisis tingkat kerawanan pada siswa ditinjau dari pola perjalanan siswa ke dan dari sekolah, pengetahuan tentang keselamatan, kebiasaan berlalu lintas dan persepsi berlalu lintas. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para stakeholder utama yakni orang tua, sekolah, komunitas, pemerintah maupun akademisi dalam mengembangkan
1 Berdasarkan data pada World Report on Child Injury Prevention Tahun 2008, World Health Organization (WHO) Publication, Geneva
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
program-program keselamatan lalu lintas terutama berkaitan dengan perjalanan aman ke sekolah guna menekan angka korban kecelakaan lalu lintas pada anak-anak.
HASIL DATA DAN ANALISIS DATA
Pola Perjalanan Siswa Ke dan Dari Sekolah
1%
42%
6%
51%
Pola Perjalanan Siswa Pergi Sekolah
Diantar dengan mobilDiantar dengan sepeda motorMenggunakan angkutan umumBerjalan kaki 9%14%
77%
Pola Perjalanan Siswa Pulang Sekolah
Diantar dengan mobilDiantar dengan sepeda motorMenggunakan angkutan umumBerjalan kaki
Gambar 2. Pola Perjalanan Siswa Ke dan Dari Sekolah
Dari data di atas diketahui bahwa pola perjalanan siswa adalah berjalan kaki tanpa diantar oleh orang tua baik perjalanan pergi sekolah maupun pulang sekolah. Pola perjalanan siswa ini menggambarkan bahwa zona sekolah terletak pada area pemukiman dimana siswa dapat menjangkau sekolah dengan berjalan kaki. Disamping itu, 88% orang tua siswa juga mengijinkan siswa berjalan kaki ke sekolah dan memiliki alasan utama yaitu jarak sekolah dari rumah dekat.
Pengalaman Kecelakaan Siswa
21%
79%
Siswa pernah mengalami kecelakaan
Pernah
Tidak Pernah 16%
16%
68%
Tempat Kecelakaan Terjadi
Di area sekolah
Dalam perjalanan ke dan dari sekolah
Tempat lainnya
Gambar 3. Pengalaman Kecelakaan Siswa
Hasil survey menunjukkan bahwa 21% siswa (18 siswa) pernah terlibat dalam kecelakaan. Berdasarkan lokasi tempat terjadinya kecelakaan, 3 siswa menyatakan di sekitar sekolah dan 3 siswa lainnya pernah mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju sekolah. Hal ini membuktikan bahwa jalan Raya Bogor yang terletak di depan sekolah merupakan jalan yang rawan kecelakaan sehingga anak-anak perlu diberi pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya waspada dalam berlalu lintas. Dengan karakteristik sekolah yang terletak pada area pemukiman dan banyak anak-anak yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki perlu diberi intervensi berupa Zona Selamat Sekolah dan beberapa fasilitas yang menjamin keselamatan pejalan kaki. Perlu diketahui bahwa berdasarkan catatan dari Kepolisian RI, jenis korban pengguna jalan usia 0-14 tahun yang selalu menempati posisi tertinggi di Indonesia
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
adalah pejalan kaki, pada tahun 2011 tercatat 2605 korban meningkat menjadi 3435 korban di tahun 2012.
Pengetahuan Mengenai Fasilitas Keselamatan Lalu Lintas
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengetahuan siswa dengan orang tua berkaitan dengan fasilitas keselamatan dilakukan uji statistik nonparametrik dengan menentukan hipotesa-hipotesa berikut ini :H0 : tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara siswa dengan orang tuaH1 : terdapat perbedaan pengetahuan antara siswa dengan orang tua
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesa Pengetahuan Mengenai Fasilitas Keselamatan Lalu Lintas
Pengetahuan tentang Fasilitas Keselamatan
n (Ya) n (Tidak) df = 1, α=0,05 HasilSiswa Orang
TuaSiswa Orang
TuaX2
(table)
X2
(test)
Trotorar 51 56 35 12 3,84 8,46 tolak H0
Zebra Cross 71 65 15 3 5,05 tolak H0
Rambu-Rambu Lalu Lintas
53 54 33 14 4,86 tolak H0
Arti Tiga Warna Lampu Lalu Lintas
85 68 1 0 0,014 terima H0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa dengan orang tuanya memiliki “gap pengetahuan” terhadap fasilitas trotoar, zebra cross dan rambu-rambu lalu lintas. Meskipun ada beberapa orang tua yang salah menjawab namun sebagian besar orang tua memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan anak-anaknya. Perbedaan pengetahuan ini tentu dapat dipengaruhi oleh faktor tingkat mental, intelegensi dan psikologi dalam menyerap informasi tentang keselamatan lalu lintas. Selain faktor internal tersebut, pengetahuan siswa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu interaksi dengan orang lain dan kondisi sosial di lingkungannya. Adanya kepedulian dari orang tua maupun pihak sekolah untuk memberikan pengetahuan berkaitan dengan keselamatan lalu lintas juga dapat mempengaruhi pemahaman siswa. Pada dasarnya, pengetahuan berkaitan keselamatan lalu lintas akan lebih baik bila diajarkan pada usia dini terutama pada usia Sekolah Dasar karena lebih mudah membekas dibandingkan bila sudah remaja maupun dewasa. Hal ini tentu sangat berguna karena suatu saat anak-anak akan mengendarai kendaraannya sendiri sehingga mereka perlu diberi pengetahuan mengenai pentingnya berhati-hati untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Kebiasaan Siswa Berlalu Lintas
1. Kebiasaan Bermain di Jalan
Hasil survey menunjukkan bahwa 85% siswa pernah bermain di jalan raya. Adapun lokasi siswa bermain di jalan untuk adalah dalam perjalanan ke dan dari sekolah 40%. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi dengan pola perjalanan siswa Cisalak yaitu berjalan kaki. Sekolah kiranya memberi perhatian untuk melarang siswa bermain di luar pagar sekolah. Adanya karakteristik anak-anak bermain di jalan yang cukup tinggi terutama pada jam bubar sekolah sebaiknya perlu ada intervensi dari instansi terkait berkaitan dengan penyediaan pagar keselamatan di area trotoar yang dapat menghindari anak-anak bermain di jalan raya. Selain itu pagar keselamatan ini juga dapat melindungi anak-anak ketika berjalan kaki dimana mereka tidak kontak langsung dengan kendaraan yang melintas di jalan raya dan memaksa
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
mereka berjalan kaki di area trotoar. Untuk itu, penyediaan trotoar di area sekolah sebaiknya lebar.
2. Kebiasaan Menyeberang JalanPenelitian ini mengkaji kebiasaan menyeberang jalan menggunakan fasilitas penyeberangan yang ada antara lain zebra cross, jembatan penyeberangan, zoss dan menyeberang di sembarang tempat. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
57%16%
20%7%
Kebiasaan Siswa Menyeberang Jalan
Di Zebra CrossDi Jembatan PenyeberanganDi ZoSSDi Sembarang Tempat
53%32%
12% 3%
Kebiasaan Orang Tua Menyeberang Jalan
Di Zebra Cross
Di Jembatan Penyeberangan
Di ZoSS
Di Sembarang Tempat
Gambar 4. Kebiasaan Siswa dan Orang Tua Menyeberang Jalan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat 7% siswa menyeberang di sembarang tempat sementara orang tua hanya 3%. Hasil uji statistik nonparametrik juga menunjukkan nilai X2 sebesar 10,18 dimana nilai X2 pada tabel Chi Square sebesar 7,82 sehingga hipotesa yang diambil adalah terdapat perbedaan kebiasaan menyeberang antara siswa dan orang tua. Hasil ini menunjukkan bahwa kebiasaan orang tua ketika menyeberang jalan lebih baik dibandingkan anak-anak. Adanya gap kebiasaan ini dapat dipengaruhi oleh peran aktif orang tua dan orang dewasa untuk memberikan contoh untuk menyeberang di tempat yang aman dan pengetahuan mengenai fasilitas penyeberangan kepada anak-anak. Hasil juga menunjukkan bahwa anak-anak sulit untuk berkonsentrasi pada dua arah ketika menyeberang jalan. Untuk itu perlu ada intervensi berupa penyediaan median crossing yang memadai yang dapat memfasilitasi anak-anak untuk berhenti terlebih dahulu melihat arah pergerakan kendaraan yang melintas sebelum menyeberang jalan.
3. Kebiasaan Mengendarai Sepeda Motor
37% 63%
Siswa pernah mengendarai Motor
Pernah
Tidak pernah
23%
60%
17%
Kebiasaan ketika mengendarai sepeda motor
Memakai helmTidak pakai helm untuk jarak dekatBerbonceng lebih dari 2 termasuk siswa
Gambar 5. Kebiasaan Mengendarai Sepeda Motor
Hasil menunjukkan bahwa baik 37% siswa pernah mengendarai sepeda motor. 44% Siswa juga menyatakan diijinkan oleh orang tuanya. Selain itu, sebagian besar siswa (50%) pernah diajari mengendarai motor oleh orang tuanya. Hasil ini menunjukkan adanya kebiasaan buruk di masyarakat yakni anak usia Sekolah Dasar dengan mudahnya mengendarai sepeda motor di
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
jalan raya tanpa pengawasan dari orang tua maupun orang dewasa. Tidak sedikit pula anak-anak usia sekolah dasar yang menyatakan diijinkan orang tua mengendarai sepeda motor bahkan sudah diajari oleh orang tua. Hal ini merupakan pelanggaran pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 82 ayat 2 dimana anak usia dibawah 17 tahun tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor karena tidak memenuhi persyaratan usia kepemilikan SIM. Hasil survey juga menunjukkan bahwa siswa memiliki kebiasaan tidak menggunakan helm dalam jarak dekat dengan persentase masing-masing sebesar 58% dan 60%. Dengan demikian, siswa kurang memiliki kesadaran terhadap penggunaan akesoris keselamatan dalam berkendara. Hal ini cukup memprihatinkan bila segera tidak ada larangan keras dari pihak regulator karena dapat meningkatkan tingkat kecelakaan lalu lintas pada usia anak dan remaja.
4. Kebiasaan Menggunakan Angkutan UmumHasil survey menunjukkan bahwa 91% siswa pernah menggunakan angkutan umum. Persentase siswa yang menggunakan angkutan umum untuk pergi ke sekolah sebesar 39%. Dari sejumlah siswa yang pernah menggunakan angkutan umum hanya 10% siswa SDN Cisalak yang biasa turun di halte. Dengan demikian, secara umum siswa memiliki kebiasaan tidak turun di halte. Adapun alasan siswa berdasarkan hasil survey antara lain tidak ada halte di tempat tujuan, halte terletak jauh dari tempat tujuan dan supir angkutan umum biasa berhenti di sembarang tempat dan hal tersebut dianggap merupakan hal yang wajar.
Persepsi Berlalu Lintas di Lingkungan SekolahUntuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi aman dan tidak aman berlalu lintas di lingkungan sekolah, didefinisikan hipotesa-hipotesa berikut :H0 : tidak terdapat perbedaan persepsi antara siswa, orang tua dan guruH1 : terdapat perbedaan persepsi antara siswa, orang tua dan guru
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesa Persepsi Berlalu Lintas di Lingkungan Sekolah
Aktivitas Berlalu Lintas
N (Berpersepsi Aman) df = 2, α=0,05HasilSiswa Orang Tua Guru X2
(tabel)X2
(uji)Berjalan Kaki 81 43 0
5,99
39.37 Tolak H0
Menyeberang Jalan 79 48 0 45,77 Tolak H0
Bersepeda 31 3 0 23,93 Tolak H0
Menggunakan Angkutan Umum 65 52 5 1,58 Terima H0
Berdasarkan tabel di atas diketahui adanya “gap persepsi” antara siswa, orang tua dan guru mengenai berlalu lintas di lingkungan sekolah terutama untuk kegiatan berjalan kaki, menyeberang jalan dan bersepeda. Gap persepsi ini menunjukkan adanya perbedaan penilaian terhadap standar keselamatan lalu lintas khususnya berjalan kaki, menyeberang jalan dan bersepeda di kedua sekolah. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti perkembangan kognitif, kemampuan mental seperti perseptual dan atensional yang masih belum berkembang sehingga tingkat persepsi siswa mengenai faktor keselamatan memiliki standar yang lebih rendah dibandingkan orang tua dan guru. Namun kemampuan mental ini dapat dikembangkan melalui kegiatan edukasi kepada anak-anak dimana pengetahuan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan untuk berlalu lintas yang baik dapat ditanamkan pada mereka.
Tinjauan Fasilitas Keselamatan Lalu Lintas di SekolahDi sekitar lingkungan SDN Cisalak 01 tidak terdapat ZoSS, halte, fasilitas penyeberangan dan jalur khusus sepeda. Hal ini menandakan bahwa di lokasi SDN Cisalak 01 sangat minim fasilitas keselamatan lalu lintas. Trotoar yang tersedia hanya memiliki ukuran lebar 0,8 m.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
Dengan lebar jalur lalu lintas 11 m (4/2 D) terdapat median dengan lebar 0,5 m dan tinggi 0,4 m sehingga cukup sulit bagi anak-anak sekolah dasar dengan kondisi fisik bertubuh kecil ketika hendak menyeberang jalan.
Gambar 6. Kondisi Eksisting Sekolah
Upaya PenangananPenelitian ini mengusulkan upaya perbaikan dalam bentuk program Perjalanan Aman ke Sekolah (Safer Journey to School) melalui implementasi Safe Action dan Safe Condition. Program Safe Action bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan persepsi anak-anak sekolah dasar terhadap keselamatan lalu lintas yang dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut :1. Education
a. Memasukkan materi keselamatan lalu lintas dalam kurikulum pendidikan Sekolah Dasar
b. Mengembangkan sosialisasi dan kampanye keselamatan jalan yang bersifat interaktif khususnya pada sekolah-sekolah yang berlokasi di tepi jalan. Kampanye keselamatan lalu lintas ini harus melibatkan seluruh stakeholder terkait yakni siswa, orang tua, pemerintah dan warga.
c. Menciptakan kegiatan bagi anak-anak usia Sekolah Dasar dimana mereka dapat berinteraksi secara langsung mengenai berlalu lintas yang baik seperti : kunjungan ke Taman Lalu Lintas, kegiatan ekstrakurikuler
2. Enforcementa. Menyediakan petugas kepolisian untuk membantu mengamankan lalu lintas di depan
sekolah dan membantu petugas sekolah untuk mengawasi kegiatan menyeberang anak-anak sekolah
b. Melibatkan peran Satpol PP dan Dinas Perhubungan untuk melakukan penertiban kegiatan pinggir jalan oleh pedagang kaki lima, parkir liar kendaraan maupun ojek, angkutan umum yang mengetem dan sebagainya yang dapat menghambat aktivitas berjalan kaki dan kendaraan
3. Emergency Preparedness and Responsea. Melakukaan koordinasi seluruh komponen stakeholder bidang lalu lintas yang
senantiasa mempersiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk menghadapi situasi yang mungkin terjadi
b. Manajemen korban kecelakaan lalu lintas melalui pemberdayaan kemajuan informasi dan teknologi, dan penjaminan atas korban kecelakaan melalui jasa asuransi
4. EncouragementMenjalin koordinasi antar semua stakeholder yang berada pada struktur pemerintahan dan non pemerintah sehingga semua pengguna jalan memiliki motivasi yang sama yaitu aman dan selamat berlalu lintas. Gambar berikut ini memperlihatkan upaya lintas sektoral yang harus dihimpun dalam manajemen keselamatan lalu lintas dan upaya
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
penanggulangan kecelakaan lalu lintas. Tidak ada satu instansi yang merupakan pemangku kepentingan masalah keselamatan lalu lintas. Semua pihak memiliki kesetaraan sesuai dengan tugas dan wewenang yang diamanahkan.
Gambar 7. Upaya Lintas Sektoral di dalam Upaya Reduksi Kecelakaan Lalu Lintas
Program Safe Condition yang diusulkan untuk perbaikan fasilitas keselamatan dari sisi Engineering adalah penyediaan fasilitas ZoSS sesuai dengan standar Peraturan DirJend Perhubungan Darat No. 1304/AJ.403/DJPD/2014 namun terdapat beberapa usulan tambahan sebagai berikut (lihat Lampiran 1) : Pelebaran trotoar jalan yang disesuaikan dengan standar Kementrian Pekerjaan Umum
tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan No. 011/T/Bt/1995 dengan lebar jalur (6/2 D), jalan tergolong tipe II kelas 1 harus memiliki trotoar dengan standar minimum 3 m.
Tabel 4. Standar Lebar Trotoar Minimum
Perbaikan manajemen arus pergerakan masuk-keluar siswa dimana pintu masuk-keluar siswa perlu dipisahkan antara yang berjalan kaki dengan yang menggunakan kendaraan.
Pembangunan fasilitas pagar pengamanan di area trotoar Pembangunan fasilitas pagar pengaman di area median crossing. Untuk itu marka zebra
crossing diusulkan dibuat staggered dengan jarak antar crossing 5 meter (Z crossing)
KESIMPULANHasil analisis keselamatan lalu lintas pada siswa sekolah dasar di lokasi penelitian di SDN Cislak 01 menunjukkan bahwa perjalanan siswa ke dan dari sekolah memiliki risiko kecelakaan lalu lintas berdasarkan adanya gap pengetahuan, kebiasaan siswa yang kurang memperhatikan keselamatan, gap persepsi dan minimnya fasilitas keselamatan di sekolah. Hal ini tentu dapat membahayakan siswa dimana mereka dominan melakukan perjalanan ke dan dari sekolah dengan berjalan kaki dan mereka memiliki kebiasaan bermain di jalan yang cukup tinggi terutama pada jam bubar sekolah. Sayangnya, karakteristik sekolah ini tidak
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
difasilitasi dengan ZoSS yang menambah tingkat kerawanan siswa ketika melakukan perjalanannya ke sekolah.SARAN1. Penelitian ini memberikan usulan program keselamatan lalu lintas yaitu Perjalanan Aman
ke Sekolah berupa Safe Action dan Safe Condition yang memerlukan kontribusi dari berbagai stakeholder utama antara lain siswa, orang tua, sekolah, pemerintah dan masyarakat.
2. ZoSS yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan saat ini merupakan konsep yang diaplikasikan di semua sekolah tanpa melihat karakteristik lokasi dan pemahaman keselamatan sekolah. Untuk itu, ZoSS disarankan dilakukan berdasarkan manual yang memungkinkan untuk mengadopsi perbedaan karakteristik tersebut. Sebagai contoh, tingginya persentase anak-anak bermain di jalan memerlukan intervensi dengan pagar pengaman untuk menghindari anak-anak bermain di jalan terutama pada jam bubar sekolah.
3. Pintu masuk dan keluar untuk pejalan kaki dan kendaraan di sekolah disarankan dibuat terpisah untuk memenuhi kebutuhan aman dan selamat siswa yang berjalan kaki mengingat bahwa pola perjalanan siswa dominan adalah berjalan kaki.
4. Bentuk crossing dibuat staggered mengingat bahwa konsentrasi anak-anak ketika menyeberang jalan hanya pada satu arah.
5. Keberadaan pedagang kaki lima, pangkalan ojek dan angkot mengetem perlu diatur sehingga pengemudi memiliki tingkat visibility yang lebih luas dan dapat melihat pergerakan anak-anak terutama saat mereka menyeberang jalan.
Diharapkan usulan penanganan dari penelitian ini dapat diimplementasi pada semua sekolah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKACongiu, Melinda. Whelan, Michelle. Oxley, Jennifer, Charlton, Judith. D’Elia, Angelo. Muir,
Carlyn. 2008. Child Pedestrian : Factors Associated with Ability to Cross Road Safely
and Development of a Training Package. Accident Reseacrh Centre. Report No. 283
Dwi Rahmayanti dkk. 2005. Upaya Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya di
Indonesia dengan Pendekatan Persuasi. Karya Tulis Ilmiah Bidang IPS. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
McDonald, N.C. 2008. Children’s mode choice for the school trip: the role of distance and
school location in walking to school. Transportation (2008) 35:23-35.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK. 1304/AJ.403/DJP/2014 Tentang
Zona Selamat Sekolah (ZoSS), Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI.
Tjahjono, Tri. 2011. Analisa Keselamatan Lalu Lintas Jalan. Lubuk Agung : Bandung
Siegel, Sidney. 1956. Nonparametric Statitics for The Behavioral Sciences. McGraw-Hill
Book Company: Newyork
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
SDN CISALAK 01
Trotoar
Penghijauan
3.00
0.80
2.75
2.75
1.50
2.75
2.75
0.50
1.40
Median
Lajur 1
Lajur 2
Lajur 3
Lajur 4
20 50
ZON
A S
ELA
MA
TS
EK
OLA
H
50 20
ZON
A S
ELA
MA
TS
EK
OLA
H
AW
AL ZoS
S
AW
AL
ZoS
S
AK
HIR
ZoSS
AK
HIR
ZoS
S
120.00
120
50
50
Pintu PedestrianPintu Kendaraan
Trotoar (Drainase di bawah trotoar)
Trotoar3.00
3.00Trotoar
6.00
6.00
Trotoar
Gambar Usulan Desain
CAD File :Skala
Tanggal
Diperiksa
Disetujui No .
J enis Desain
Catatan
Departemen Teknik Sipil
Pembuat Desain
Diperiksa Tanggal
Skala
Tanggal
Diperiksa
Nama Gambar
- Ir. Alan Marino, M.Sc.- Ir. Alvinsyah, M.Sc
28/05/2015
ZoSS SDN Cisalak 01
Desvira Natasya
04
1 : 400
- Dr. Ir. Tri Tjahjono, M.Sc- Ir. Martha Leni Siregar, M.Sc
3.00
3.00
HALTE SDN CISALAK